PENGARUH MINAT MAHASISWA MENJADI KONSELOR TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNIK KONSELING (Penelitian Pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Tarbiyah STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukitinggi Tahun Akademik 2012/2013) Budi Santosa* Abstract : The aim of the research is to know the the influence of interest to be counselor toward the mastery of counseling technique. The research was conduct at STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi. The Population of the research was the students of the fourth semester of the Guidance and Counseling study program at STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi in 2012/2013. The kind of the research is corellational and expost facto. Two parallel classes were selected randomly. The data were collected by administrating statistics test. The validity and reliability of the test were tested. The data were analysed by using F test and corellational analysis. The result of the research showed that there is the significant influence on the students’ interest to be counselor toward the mastery of counseling technique, the tendency of students’ interest to be counselor is high as well as the result of technique mastery.. Keywords : Interest, counselor, counseling technique
PENDAHULUAN Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab Jurusan Tarbiyah STAIN Sjech. M. Djamil Djambek Bukittinggi; melalui program studi Bimbingan dan Konseling yang dituntut mampu mempersiapkan tenaga-tenaga konselor yang profesional di sekolah-sekolah dan di madrasah-madrasah dari tingkat dasar sampai menengah dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan pendidikan nasional. Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 6 menjelaskan bahwa pendidik adalah tenaga kependi* Dosen STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
dikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Dari delapan tenaga pendidik tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa konselor merupakan salah satu tenaga pendidik. Pendidik merupa kan tenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan... Pasal 39 ayat 2. Dalam pengertian tersebut jelaslah bahwa pekerjaan bimbingan di sekolah merupakan salah satu tugas dari tenaga pendidik, dengan kata lain tugas pendidik salah satu diantaranya adalah membimbing. Guru Pembimbing (Konselor) adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik.1 Untuk dapat mewujudkan keberhasilan pendidikan di sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah tersebut diperlukan berbagai persyaratan antara lain kurikulum, metode, sarana, guru yang profesional dan tenaga konselor. Dari semua persyaratan tersebut konselor memegang peranan yang pen ting, karena di tangan konselor yang profesional pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara optimal dan efektif untuk keberhasil an pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu masalah pengadaan konselor yang profesional di sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah sekarang ini merupakan suatu conditio sie quanon; tumpuan harapan ini tentunya dialamatkan kepada Jurusan Tarbiyah khususnya program studi Bimbingan dan konseling sebagai satusatunya lembaga pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab mempersiapkan tenaga konselor yang profesional untuk sekolah dan madrasah. Meskipun demikian, tugas Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbingan dan Konseling dalam mempersiapkan tenaga konselor yang profesional tersebut juga tidak mudah, karena konselor yang profesional tidak cukup hanya d ipersiapkan dari segi aspek kognitif dan psikomotorik atau hanya dengan membekali penge tahuan dan keterampilan saja, tetapi yang lebih penting lagi aspek afektifnya yaitu minat dan hasrat ingin menjadi konselor harus sudah ada pada diri mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling. Tanpa adanya minat dan hasrat ingin menjadi konselor pada diri mahasiswa maka sulit bagi program studi BK untuk membentuk calon konselor yang profesional sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah. 44
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
Sisi lain dalam proses mengikuti perkuliahan khususnya pada pemahaman dan keterampilan mahasiswa menguasai teknik-teknik konseling tampak beberapa perbedaan yang cukup signifikan. Asumsi penulis perbedaan ini dapat juga dipengaruhi oleh minat mereka untuk terampil menguasai teknik-teknik konseling tersebut yang berkaitan dengan minat mereka untuk menjadi konselor nantinya. PERUMUSAN MASALAH Maka dengan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawab an tentang; Adakah pengaruh yang signifikan minat mahasiswa menjadi konselor terhadap peningkatan penguasaan teknik konseling mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Tarbiyah STAIN Sjech M. DjamilDjambek Bukitinggi Tahun Akademik 2012/2013. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan atas rumusan masalah diajukan hipotesis yaitu : Terdapat pengaruh yang signifikan minat mahasiswa menjadi konselor terhadap peningkatan penguasaan teknik konseling mahasiswa Program Studi Bimbingandan Konseling, Jurusan Tarbiyah STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi Tahun Akademik 2012/2013. DEFINISI KONSEPTUAL Pengertian Minat Menurut kamus Psikologi, minat atau interst memiliki arti; 1) menunjukkan suatu jenis pengalaman perasaan yang dihubungkan dengan perhatian kepada objek atau tindakan yang dianggap berguna (worth-whileness); 2) sikap individu baik merupakan bawaan atau karena diperoleh yang cenderung memenuhi worth-whileness dalam hubung annya dengan objek-objek tertentu2. C.P. Chaplin menjelaskan pengertian minat yaitu: 1) suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian seseorang sehingga membuat dirinya menjadi selektif terhadap objek yang diminatinya; 2) perasaan yang menyatakan bahwa sesuatu aktifitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu; 3) sesuatu keadaan motivasi yang menuntun tingah laku menuju suatu arah sasaran tertentu3.
45
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
Dari kedua pendapat di atas jelaslah bahwa minat selain ada hubungannya dengan perhatian juga ada hubungannya dengan sikap, perasaan dan motivasi. Dalam kaitannya dengan sikap, menurut Crow and Crow minat dan sikap sama-sama merupakan pola reaksi individu terhadap suatu stimulus atau lingkungan. Minat ada hubungannya dengan sikap; minat adalah sikap senang terhadap sesuatu, minat dan sikap ini bersifat pribadi4 ini mungkin karena minat berkaitan dengan perasaan. Dalam kaitannya dengan perasaan minat ini tertuju kepada sesuatu objek yang dirasa menyenangkan atau berarti baginya. Oleh karena itu sejalan dengan pendapat tersebut W.S Winkel mengartikan minat sebagai kecenderungan yang menetap dalam diri subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu5. Minat juga ada kaitannya dengan motivasi, karena itu Du Bois, Alverson dan Stanley mengemukakan sebagaimana yang dikutip oleh Tuti Sukamto, bahwa minat itu merupakan suatu faktor motivasional yang mempengaruhi kemauan seseorang untuk melakukan sesuatu tugas untuk waktu tertentu atau mengulangi lagi tugas tersebut di masa yang akan datang6. Minat itu juga ada hubungannya dengan bakat. Minat merupa kan aspek psikologis yang turut memunculkan atau mengembangkan bakat. Dengan adanya minat berarti ada kesempatan mengembangkan prestasi, karena dengan minat itulah ia terdorong untuk terus menerus berusaha untuk menggali, meneliti dan mendalaminya7. Dikaitkan dengan profesi konselor, bahwa orang yang berprestasi menjadi konselor yang profesional kemungkinannya karena ia berminat menjadi konselor, atau karena ia mempunyai bakat konselor. Meskipun seseorang yang berminat menjadi konselor itu dapat terjadi bukan karena memiliki bakat konselor, tetapi karena ia merasa tertarik atau terpanggil untuk menjadi konselor atau karena ia telah menilai bahwa jabatan konselor sebagai sesuatu yang berarti atau berharga bagi dirinya.
46
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
Perlunya Minat menjadi Konselor bagi Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Perlunya mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbingan dan Konseling mempunyai minat untuk menjadi konselor erat kaitannya dengan tugas tugas Jurusan Tarbiyah Program Studi bimbingan dan konseling dalam mempersiapkan tenaga-tenaga konselor yang profesional sesuai dengan program studinya. Faktor minat mahasiswa untuk menjadi konselor tersebut selain merupakan faktor penentu dalam pembentukan kompetensi bidang sikap, juga sangat besar peranannya dalam proses perwujudan prestasi keguruan baik di bidang kognitif (pengetahuan konselor) maupun di bidang perilaku (keterampilan pelaksanaan layanan), karena “faktor minat tersebut akan berfungsi sebbagai Dynamic and Motivating Force”8 dalam proses pendidikan di Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbing an dan Konseling. Demikian penting dan mendasarnya faktor minat mahasiswa untukmenjadi konselor tersebut sehingga tanpa adanya minat tersebut sulit bagi diri mahasiswa maupun program studi BK untuk menjadi mereka menjadi calon konselor yang baik. Oleh karena itu Soeitoe menjadikan “minat menjadi konselor atau keinginan yang keras untuk memberikan layanan konseling”9 merupakan salah satu sifat atau ciri seseorang konselor yang baik. Pengukuran Minat Pengukuran minat untuk mengetahui kondisi minat mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk menjadi konselor, dapat digunakan untuk mengungkap kemungkinan keberhasilan Program Studi Bimbingan dan Konseling dalam mempersiapkan calon-calon konselor yang profesional adalah didasarkan atas pendapat bahwa untuk pekerjaan konselor tersebut dibutuhkan minat yang cukup tinggi. Untuk mengetahui bagaimana kondisi minat atau apakah se seorang berminat tentang sesuatu dapat dilakukan dengan berbagai instrumen yaitu “observasi, interview, angket dan inventory”10. Mengukur kondisi minat mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbingandan Konseling untuk menjadi konselor dalam penelitian ini dilakukan dengan instrumen jenis infentory, dalam hal ini hanya di 47
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
gunakan skala Likert, karena skala ini penggunaannya sederhana dan juga dapat dibuktikan reliabilitas yang tinggi11. Skala likert yang akan digunakan sebagai pengukuran minat mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbingan dan Konseling dalam penelitian ini dikembangkan dari skala Likert yang telah divalidasimelalui hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Tuti Sukamto, dkk yang terdiri dari 40 pernyataan yang disususn berdasarkan 7 indikator (perhatian, pemakaian waktu, pemakaian uang, pemakaian energi, pilihan bebas, motivasi dan emosi) sebagai hasil analisis teoritik/kajian pustaka yang telah dikembangkan Thornburg (1984), Du /bois, Alverson & Stanley (1979), dan Raths, Harmin dan Simon (1966)12. Penguasaan Teknik-teknik Konseling Individual Dalam konseling terdapat hubungan yang dinamis dan khusus, karena dalam interaksi tersebut klien merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan ini konselor dapat menerima klien secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Klien merasa ada orang lain yang dapat mengerti masalah pribadinya dan mau membantu memecahkannya. Hubungan antara konselor dan klien merupakan bagian yang menentukan kelancaran dan kesuksesan penyelenggaraan konseling. Tanpahubungan yang baik, sukar dicapai keberhasilan konseling. Proses pemberian bantuan atau “helping process” terjadi dalam suatu hubungan atau relasi. Dalam konteks formal, relasi seacam itu dilakukan dalam bentuk wawancara, ialah suatu “helping relationship” yang teratur pada umumnya terjadi diantara dua orang saja.13 Teknik konseling merupakan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang konselor dalam konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungannya yakni nilai-nilai sosial, budaya dan agama.14 Bagi seorang konselor, menguasai teknik-teknik konseling merupakan suatu keniscayaan. Dalam proses konseling, penguasa an terhadap teknik konseling akan merupakan kunci keberahasilan untukmencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampumerespon klien secara baik dan benar sesuai keadaan klien saat itu. Respons yang baik berupa pertanyaan-pertanyaan verbal dan 48
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
non verbal, yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien terbuka untuk menyatakan secara bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya.15 Banyak teknik yang digunakan konselor dalam proses konseling individual, yaitu (1) attending/ menghampiri klien; (2) empati; (3) refleksi; (4) eksplorasi; (5) mengkap pesan utama; (6) bertanya untuk membuka percakapan; (7) bertanya tertutup; (8) dorongan minimal; (9) interpretasi; (10) mengarahkan; (11) menyimpulkan sementara; (12) memimpin; (13) memfokus; (14) konfrontasi; (15) menjernihkan; (16) memudahkan; (17) diam; (18) mengambil inisiatif; (19) memberi nasihat; (20) memberi informasi; (21) merencanakan; (22) menyimpulkan.16 Dari sejumlah teknik-teknik di atas digunakan dalam proses konseling agar dapat mencapai tujuan. Proses konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, saat ini dan yang akan datang. Konseling memberi bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan. Oleh karena itu sangat diharuskan bagi setiap calon konselor menguasai teknik-teknik konseling ini. Sebab melalui teknik-teknik tersebutpelaksanaan konseling individual dapat mengarahkan klien mencapai sasaran dan tujuannya, yaitu mengentaskan permasalahan hidupnya agar dapat memperoleh kehidupan efektif sehari-hari. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian korelasional dan expost facto dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.17 Dikatakan expost facto karena di dalam penelitian ini tidak dibuat perlakuan pada objek peneltian melainkan ha nya mengungkapkan fakta pada diri responden. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Informasi atau data penelitan kuantitatif diwujudkan dalam bentuk angka yang dianalisis dengan statistik dan hasilnya dideskripsikan.
49
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi Tahun Akademik 2012/2013. Adapun populasi penelitian padamahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling ini dikaitkan dengan mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah Teknik Konselingdi semester IV, tersebar di 3 Kelas yang keseluruhannya berjumlah 89 orang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui normalitas yang dilakukan adalah uji Lilieford, melakukan uji homogenitas variansi untuk melihat apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Setelah dianalisis bahwapopulasi berdistribusi normal dan homogen. Jika populasinya homogen, besarnya sampel tidak mempengaruhi taraf representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian ini sampel dalam jumlah kecil saja sudah mencukupi18. Sampel dalam penelitian ini akan ditariksebanyak 2 kelas atau sekitar 56 orang mahasiswa melalui proses peng undian simple random sampling. Kelas yang terpilih sebagai sampel adalahkelas A dan kelas B Metode Analisis Instrumen 1. Analisis Instrumen Angket a. Validitas Instrumen Angket Analisis yang digunakan untuk menguji validitas butir angket adalah korelasi product moment dari Karl Pearson.19 Perhitungan nilai korelasi dibantu dengan Software SPSS PASW Statistics 18. Hasil pengujian validitas menunjukkan secara keseluruhan item dalam instrumen menunjukkan kevalidan dan pada angket dapatdigunakan tanpa revisi dalam mengumpulkan data yang sebenarnya. b. Reliabilitas Instrumen Angket Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program PASW Statistics 18 untuk angket minat diketahui nilai koefisien alfa sebesar 0,945 dan nilai tabel r adalah 0,279 pada taraf α = 5%. Dengan demikian nilai rhitung = 0,945 lebih besar dari nilai tabel r yaitu 0,945 > 0,279. Hal ini berarti instrumen angket minat menjadi konselor dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.
50
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
2.
Analisis Soal Tes Analisis terhadap soal digunakan untuk mengetahui mutu soal tes yang telah dibuat dengan cara mengujikan soal tersebut terlebih dahulu. Uji coba instrumen ini dilakukan pada kelompok mahasiswa yang bukan termasuk sampel tetapi masih dalam satu populasi (yaitu pada mahasiswa kelas C). Setelah dilakukan uji coba maka hasil uji coba dianalisis. Adapun hal-hal yang dianalisis dari hasil uji coba instrumen adalah sebagai berikut : a. Validitas Setelah dilakukan pengujian pada soal uji coba, nilai r yang didapat dikonsultasikan ke tabel harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui valid atau tidaknya item tersebut. Pada taraf kepercayaan 5 % dan N – 2 = 31 diketahui rtabel = 0,344. Jika harga rhitung lebih kecil dari pada rtabel maka item soal tersebut tidak valid. Begitu juga sebaliknya. Selain itu dilihat juga kriteria kevalidan setiap item20 dari hasil perhitungan didapat kesimpulan bahwa item soal yang validitas sangat tinggi dan validitas tinggi tidak ada, validitas cukup 6 butir soal, validitas rendah 32 butir soal dan validitas sangat rendah sebanyak 28 butir soal. Sedang kan sisanya sebanyak 14 soal gugur dan tidak dapat dimasukkan dalam item soal tes. Adapun item tes dengan tingkat validasi yang sangat rendah dan kategori rendah akan di perbaiki dengan mempertimbangkan tingkat kesukaran soal tes. b. Reliabilitas Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program PASW Statistics 18 untuk tes kemampuan penguasaan teknik konseling di ketahui nilai koefisien alfa sebesar 0,732 dan nilai tabel r adalah 0,344 pada taraf α = 5%. Dengan demikian nilai rhitung = 0,732 lebih besar dari nilai tabel r yaitu 0,732 > 0,344. Hal ini berarti instrumen tes kemampuan penguasaan teknik konseling dinyatakan r eliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data c. Tingkat Kesukaran Butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi (sukar) ditemukan pada 8 butir soal, dan dalam kategori sedang terdapat sebanyak 25 butir soal, sisanya adalah butir soal yang tingkat kesukarannya mudah yaitu sebanyak 47 butir. 51
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran mengenai hasil pengukuran terhadap kedua variabel yakni minat mahasiswa menjadi konselor dan penguasaan teknik konseling disajikan melalui analisis deskriptif. Besaran statistik deskriptif antara lain rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (mode), simpangan baku (standar deviation). Di samping itu ditentukan pula besarnya nilai presentase frekuensi. Rumus yang digunakan untuk mempersentasekan besarnya nilai frekuensi adalah sebagai berikut : f (abs) f(%)= x100% N Keterangan : f = persentase distribusi frekuensi f(abs) = frekuensi absolut N = jumlah total responden Selanjutnya menentukan kecenderungan variabel. Pengkategori an dilaksanakan berdasarkan Mean Ideal dan Standard Deviation Ideal yang diperoleh. 1 Mean Ideal (Mi )= (Skor tertinggi+skor terrendah) 2 1 SD Ideal (SDi )= 6
2.
(Skor tertinggi - skor terrendah)
Tingkat kecenderungan masing-masing variabel dikategorikan menjadi empat macam dengan ketentuan sebagai berikut : : tinggi x ≥ (Mi + 1. SDi) (Mi + 1. SDi) > x ≥ Mi : cukup : kurang Mi > x ≥ (Mi – 1.SDi) x < (Mi -1.SDi) : rendah21 Statistik Inferensial a. Pengujian Persyaratan Analisis 1). Uji Normalitas 2). Uji Homogenitas 3). Uji Linieritas
52
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
b.
Pengujian Hipotesis 1). Persamaan Regresi Menggunakan regresi linier sederhana, regresi linier sederhanaadalah regresi linier yang mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier yang melibatkan satu variabel bebas untuk digunakan sebagai prediksi besarnya nilai variabel terikat. Adapun rumus-rumus regresi linier sederhana adalah : Y = a + bX 2). Uji hipotesis Regresi Sederhana Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji F. Untuk menentukan nilai uji F dilakukan dilakukan dengan menggunakan PASW Statistics 18. 3). Koefisien Korelasi sederhana Untuk keperluan perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi, Yi) dilakukan dengan menggunakan Software PASW Statistics 18. Koefisien korelasi sederhana. 4). Koefisien Determinasi Dari nilai koefisien korelasi dapat dihitung koefisien determinasi yaitu dengan rumus : KD = r2 x 100%.22
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian diperoleh dari pengumpulan data dari instrumen penelitian berupa bentuk skor. Pemaparan tersebut meliputi variabel-variabel (1) Minat Mahasiswa Menjadi Konselor, (2) Penguasaan Teknik Konseling yang mencakup mean, mode, standart deviation, rentang skor (range), skor minimum, dan skor maksimum. Jika Y menyatakan variabel terikat yaitu Penguasaan Teknik Konseling, dan X menyatakan variabel bebas atau variabel Minat Mahasiswa Menjadi Konselor, maka rangkuman perolehan skor data variabel penelitian disjikan sebagai berikut :
53
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
Tabel Skor Data Empirik Variabel Penelitian
Minat Mahasiswa Menjadi Konselor (X) Mean
153,86
Penguasaan Teknik Konseling (Y) 81,5
Standart Deviation 18,48
4,77
Skor Minimum
99
70,4
Skor Maximum
186
92,9
Median
154
82,2
Mode
159
86,2
Minat mahasiswamenjadi konselor Data minat mahasiswa menjadi konselor diperoleh melalui pengisian instrumen penelitian berupa angket skala Likert pada 50 orang mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbingan Konseling STAIN Bukittinggi semester V, Tahun Ajaran 2013/2014. Dari angket yang terdiri dari 40 butir dengan skala (1 – 5), maka rentang teoritiknya adalah (40 – 200) dan ratarata skor teoritik Mean ideal (Mi) adalah 142,5 dan Standar Deviasi ideal (SDi) sebesar 14,5. Sementara itu dari data hasil penelitian diperoleh skor minimum 99 dan skor maksimum 186. Nilai rata-rata adalah 153,86 dan standar deviasi adalah 18,48. Dari data tersebut menunjukkan bahwa skor rata-rata empirik (153,86) lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata teoritik (142,5) ini berarti minat mahasiswa Prodi BK untuk menjadi konselor tergolong tinggi. Tabel Distribusi Kecenderungan Variabel Minat menjadi konselor No
Skor
1
Frekuensi
Kategori
Absolut
Relatif %
x ≥ 157
23
46
Tinggi
2
157 > x ≥ 142,5
15
30
Cukup
3
142,5 > x ≥ 128
6
12
Kurang
4
x < 128
6
12
Rendah
50
100
Jumlah
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STAIN Bukittinggi yang mempunyai minat untuk menjadi konselor yang tinggi sebanyak 23 mahasiswa atau 46%. Minat untuk menjadi konselor yang cukup tinggi sebanyak 15 mahasiswa atau 30%. Minat yang kurang pada 6 mahasiswa (12%) dan yang rendah 6 mahasiswa 54
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
(12%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STAIN Bukittinggi untuk menjadi konselor termasuk kategori tinggi. Penguasaan Teknik Konseling Data hasil penelitian untuk penguasaan teknik-teknik konseling diperoleh dari tes hasil belajar mata kuliah teknik konseling. Dari nilai tes hasil belajar tersebut, diperoleh nilai tertinggi 92,9 dan nilai terendah 70,4, maka rentang skor teoritik adalah (70,4 – 92,9) dan rata-rata skor teoritik (mean ideal-Mi) adalah 81,65 dan standar deviasi ideal – SDi sebesar 3,75. Distribusi kecenderungan variabel penguasaan teknik-teknik konseling adalah sebagai berikut : Distribusi Kecenderungan Variabel Penguasaan Teknik Konseling No
Skor
1
Frekuensi
Kategori
Absolut
Relatif %
x ≥ 85,4
13
26
Tinggi
2
85,4 > x ≥ 81,65
15
30
Cukup
3
81,65 > x ≥ 77,9
10
20
Kurang
4
x < 77,9
12
24
Rendah
50
100
Jumlah
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STAIN Bukittinggi yang memperoleh penguasa an teknik konseling tergolong tinggi sebanyak 13 mahasiswa atau 26%. Pe nguasaan teknik konseling yang cukup tinggi sebanyak 15 mahasiswa atau 30%. Penguasaan teknik yang kurang pada 10 mahasiswa (20%) dan yang rendah 12 mahasiswa (24%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STAIN Bukittinggidalam menguasai teknik-teknik konseling cukup variatif dan berimbang. Untuk mengetahui uraian yang lebih rinci tentang deskripsi data dapat dilihat pada
55
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
Analisis Data Penelitian 1. Pengujian Persyaratan analisis a. Uji Normalitas Berdasarkan hitungan dengan program SPSS PASW Statistics 18 didapat untuk variabel minat menjadi konselor dan penguasaan teknik konseling nilai r-nya lebih kecil dari pada tingat α yang digunakan (yaitu 0,05) untuk minat menjadi konselor = 0,147 dan penguasaan teknik konseling = 0,128, sehingga H0 ditolak, artinya variabel minat menjadi konselor dan variabel penguasaan teknik konseling yang diteliti mengikuti distribusi normal. b. Uji Homogenitas Berdasarkan hasil perhitungan dengan program PASW Statistics 18, untuk variabel Y (Penguasaan Teknik Konseling) didapat nilai r lebih kecil dari tingkat α yang digunakan (yaitu 0,05) atau 0,036 < 0,05, sehingga skor-skor pada variabel minat mahasiswa menjadi konselor menyebar secara homogen. c. Uji Linieritas Uji ini dilakukan khusus untuk regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil perhitungan dengan program PASW Statistics 18, didapat nilai r lebih kecil dari pada tingkat α yang digunakan (yaitu 0,05) atau untuk kedua variabel yaitu minat menjadi konselor dan penguasaan teknik konseling didapat nilai r nya 0,004 sehingga dapat disimpulkan variabel X atas variabel Y berpola linier. 2. Pengujian Hipotesis Mengingat persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan sebagai model regresi linier antara variabel terikat Y dengan variabel bebas X telah dipenuhi, maka analisis selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis meliputi sebagai berikut : Pengaruh minat menjadi konselor terhadap peningkatan keterampil an konseling. a. Persamaan Regresi Setelah melakukan perhitungan didapat persamaan regresi Y = 68,16 + 0,087X atau Peningkatan Penguasaan Teknik Konseling adalah sebesar 68,16 + 0,087 Minat menjadi konselor.
56
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
b.
Koefisien Korelasi Sederhana Korelasi antara minat mahasiswa menjadi konselor dengan pe nguasaan teknik konseling didapat nilai rxy = 0,336 nilai ini artinya, hubungan antara minat mahasiswa menjadi konselor dengan penguasaan teknik konseling tergolong rendah. c. Koefisien Determinasi Sederhana Setelah melakukan perhitungan dengan nilai (rxy2) = 0,112896 sehingga KD = 11,29%, nilai tersebut berarti 11,29% perubahan pada variabel penguasaan teknik konseling (Y) dapat diterangkan oleh minat mahasiswa menjadi konselor (X). d. Uji hipotesis regresi sederhana Setelah dilakukan uji F didapat nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel atau 6,104 > 4,08 maka dapat disimpulkan H0 ditolak, ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan minat mahasiswa menjadi konselor terhadap peningkatan penguasaan teknik konseling mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Tarbiyah STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukitinggi Tahun Akademik 2012/2013.
Pembahasan Berdasrkan deskripsi data diperoleh kecenderungan variabel X atau minat mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk menjadi konselor sebanyak 46% pada kategori tinggi, dan sebanyak 30% pada katego ri cukup, adapun pada kategori kurang 12% kategori rendah 12%. Jadi berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa minat menjadi konselor yang dimiliki mahasiswa Prodi BK dominan tergolong tinggi dan cukup. Kecenderungan variabel Y atau penguasaan teknik konseling bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling yang berkategori tinggi, 26%, cukup 30%, kurang 20%, dan rendah 24%. Jadi berdasarkan data ter sebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan teknik konseling mahasiswa dominan tergolong pada kategori cukup dan tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi didapat persamaan regresi Y = 68,16 + 0,087X atau Peningkatan Penguasaan Teknik Konseling adalah sebesar 68,16 + 0,087 Minat menjadi konselor. Hasil penghitung an koefisien korelasi adalah didapat hubungan minat mahasiswa Prodi BK menjadi konselor dengan penguasaan teknik konseling bernilai 33,6% (rxy = 0,336) hal ini berarti hubungan minat mahasiswa Prodi BK menjadi kon57
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
selor dengan penguasaan teknik konseling tergolong rendah. Dari hasil korelasitersebut diperoleh nilai korelasi positif antara minat mahasiswa menjadi konselor dengan penguasaan teknik konseling, yang dapat diartikan semakintinggi minat mahasiswa Prodi BK untuk menjadi konselor maka semakin tinggi pula penguasaan teknik konseling, demikian sebaliknya semakin menurun minat mahasiswa Prodi BK untuk menjadi konselor maka semakin rendah pula penguasaan teknik konselingnya. Hasil perhitungan koefisien determinasi didapat hasil sebanyak 11,29%, nilai tersebut berarti 11,29% variansi variabel minat menjadi koselor (X) ber asosiasi dengan variansi variabel penguasaan teknik konseling, atau dapat diartikan sebesar 11,29% perubahan pada variabel penguasaan teknik konseling (Y) dapat diterangkan oleh minat mahasiswa menjadi konselor(X). Adapun sisanya 88,71% ditentukan oleh sejumlah faktor lain misalnya bakat, motivasi belajar, situasi belajar, dosen, kemauan kecenderungan jabatan dan pilihan karir, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini aspek tersebut tidak dicari atau mungkin dapat diteliti oleh peneliti lainnya. Jadi penguasaan teknik konseling lebih cenderung dipengaruhi oleh variabel lainnya, sedangkan faktor minat merupakan faktor yang memberi pengaruh yang rendah(sedikit). Hipotesis mengenai pengaruh minat mahasiswa menjadi konselor terhadap peningkatan penguasaan teknik konseling mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini ditunjukkan melalui hasil analisis regresi sederhana diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,104. Harga Fhitung jauh lebih besar dari nilai Ftabel dengan derajat kebebasan dbres = n – 2, sehingga didapat nilai Ftabel adalah 4,08. Sedangkan koefisien determinasi sebesar 0,112896 menunjukkan 11,29% variansi variabel penguasaan teknik konseling dapat dijelaskan melalui minat mahasiswa Prodi BK untuk menjadi konselor. Hal ini sesuai dengan pendapat Wulyo bahwa minat itu juga ada hubungannya dengan bakat. Minat merupakan aspek psikologis yang turut memunculkan atau mengembangkan bakat. Dengan adanya minat berarti ada kesempatan mengembangkan prestasi, karena dengan minat itulah ia terdorong untuk terus menerus berusaha untuk menggali, meneliti dan mendalaminya23. Dengan demikian orang yang berprestasi menjadi konselor yang profesional kemungkinannya karena ia berminat menjadi konselor, karena ia mempunyai bakat konselor. Meskipun demikian seseorang yang berminat menjadikonselor itu dapat terjadi bukan karena memiliki bakat konselor, tetapi karena ia merasa tertarik 58
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014
atau terpanggil untuk menjadi konselor atau karena ia telah menilai bahwa jabatan konselor sebagai sesuatu yang berarti atau berharga bagi dirinya. Terkait dengan hasil penelitian ini pendapat Du Bois, Alverson dan Stanley mengemukakan sebagaimana yang dikutip oleh Tuti Sukamto, bahwa minat itu merupakan suatu faktor motivasional yang mempengaruhi ke mauan seseorang untuk melakukan sesuatu tugas untuk waktu tertentu atau mengulangi lagi tugas tersebut di masa yang akan datang24. Jadi keadaan minat seseorang sangat menentukan usaha dan kemauannya dalam melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Peningkatan dan penguasaan teknik-teknik konseling merupakan satu keharusan yang dikuasai oleh setiap mahasiswa Bimbingan dan Konseling, yang ternyata keberhasilan penguasaan teknik itu semua dipengaruhi oleh kendisi minatnya dalam mengikuti perkuliahan untuk sukses dalam meraih keinginan menjadi konselor setamat dari program studi yang sedang dijalanya sekarang. PENUTUP Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan : terdapat pengaruh yang signifikan antara minat menjadi konselor terhadap peningkatan penguasaan teknik konseling mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurus an Tarbiyah STAIN Bukittinggi. Hal ini ditunjukkan dengaan nilai Fhitung pada uji hipotesis regresi sederhana sebesar 6,104, yang jauh lebih besar dari nilai Ftabel 4,08. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi didapat persamaan regresi Y = 68,16 + 0,087X. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan penguasa an teknik konseling dipengaruhi sebesar 68,16 + 0,087 Minat menjadi konselor. Terdapat hubungan antara minat mahasiswa Prodi BK untuk menjadi konselor dengan peningkatan penguasaan teknik konseling dengan koefisien korelasi yang tergolong rendah yaitu sebesar 33,6%. Nilai korelasinya adalah positif, yaitu peningkatan minat mahasiswa Prodi BK untuk menjadikonselor juga menunjukkan peningkatan pada penguasaan teknik konseling, demikian sebaliknya. Hasil perhitungan koefisien determinasi menyimpulkan sebanyak 11,29% variansi variabel minat menjadi koselor berasosiasi dengan variansi variabel penguasaan teknik konseling, atau dapat diartikan sebesar 11,29% perubahan pada variabel penguasaan teknik konseling dapat diterangkan 59
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
oleh minat mahasiswa menjadi konselor. Adapun sisanya 88,71% ditentukan oleh sejumlah faktor lain. Kecenderungan minat mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Tarbiyah STAIN M. Djamil Djambek Bukittinggi untuk menjadi konselor tergolong tinggi (46%), dan juga sebanyak 30% memiliki minat yang cukup. Adapun sebanyak 12% minat yang kurang, dan minat rendah 12%. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat menjadi konselor yang dimiliki mahasiswa Prodi BK dominan tergolong tinggi dan sedang. Sementara kecenderungan penguasaan teknik konseling mahasiswa Program Studi Bim bingan dan Konseling tergolong tinggi sebanyak 26%, penguasaan teknik yang tergolong cukup sebanyak 30%, kurang 20%, dan rendah 24%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penguasaan teknik konseling mahasiswa dominan tergolong pada kategori tinggi dan cukup. (ENDNOTES) Kepmendikbud dan Kepala BAKN tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, (Jakarta: Dikdasmen, 1996), hal.3 2 James Drever, Kamus Psikologi, Terj. Nancy Simanjuntak, (Jakarta : PT Bina Aksara, 1988), h. 235 3 Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: CV Rajawali, 1989) hal.255 4 Lester D. Crow, Ph.D & Alice Crow, Ph.D, Human Development and Learning, (New York: American Book Company, 1991), h.79-80 5 W.S Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : Gramedia, 1986), h.30 6 Tuti Sukamto, Hasil Penelitian Validasi Instrumen Pengukuran di Kawasan Afektif, (Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP Jakarta), 1991, h.8 7 Wulyo, Mengembangkan Bakat, (Gresik Jatim : CV. Bintang Pelajar, 1995), h.29 8 Lester D. Crow & Alice Crow, Human Development and Learning,..., h. 80 9 Depdikbud, Psikologi Pendidikan, Editor Soeitoe, (Jakarta : gunung Mas, 1973), hal 199 10 Wayan Nurkancana, dkk, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1986), hal. 232-234 11 Tuti Sukamto, Hasil Penelitian Validasi Instrumen Pengukuran di Kawasan Afektif, ..., hal. 35-36 12 Tuti Sukamto, Hasil Penelitian Validasi Instrumen Pengukuran di Kawasan Afektif, ..., hal. 37 13 Yeni Karneli, Teknik dan Laboratorium Konseling, (Padang: FIP UNP, 2002), hal. 14 14 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis Integrasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.305 15 Sopyan, Konseling individual Teori dan Praktik, (Bandung: Alfabeta, 2004), hal. 157 16 Mamat Supriatna, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, ... , hal.101 17 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Rineka Cipta: Jakarta, 2000), hal. 326 18 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penlitian, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), hal. 37 1
60
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2014 Sambas Ali Muhiddin, dkk, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.31 20 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan , ..., 75 21 Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes (Yogyakarta : Mitra Cendikia, 2008), h.123 22 Jonatan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, ... h.89 23 Wulyo, Mengembangkan Bakat, (Gresik Jatim : CV. Bintang Pelajar, 1995), h.29 24 Tuti Sukamto, Hasil Penelitian Validasi Instrumen Pengukuran di Kawasan Afektif, ..., h.8 19
DAFTAR PUSTAKA Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008 Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: CV Rajawali, 1989 Depdikbud, Psikologi Pendidikan, Editor Soeitoe, Jakarta : Gunung Mas, 1973 Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes Yogyakarta : Mitra Cendikia, 2008 Husaini Usman, Pengantar Statistika, Jakarta : Bumi Aksara, 2009 James Drever, Kamus Psikologi, Terj. Nancy Simanjuntak, Jakarta : PT Bina Aksara, 1988 Jonatan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS Kepmendikbud dan Kepala BAKN tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Jakarta: Dikdasmen, 1996 Lester D. Crow, Ph.D & Alice Crow, Ph.D, Human Development and Learning, New York: American Book Company, 1991 Mamat Supriatna, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : CV Sinar Baru, 1989 Sambas Ali Muhiddin, dkk, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2009 Sopyan, Konseling individual Teori dan Praktik, Bandung: Alfabeta, 2004 Sudjana, Metode Statistika, Bandung : Tarsoto, 2003 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Tim Penyusun, Buku Panduan OPAK 2012, Bukittinggi: STAIN Bukittinggi, 2012 61
Budi Santosa, Pengaruh Minat Mahasiswa Menjadi Konselor ...
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis Integrasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 Tuti Sukamto, Hasil Penelitian Validasi Instrumen Pengukuran di Kawasan Afektif, Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP Jakarta Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wayan Nurkancana, dkk, Evaluasi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1986 W.S Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia, 1986 Wulyo, Mengembangkan Bakat, Gresik Jatim : CV. Bintang Pelajar, 1995 Yeni Karneli, Teknik dan Laboratorium Konseling, Padang: FIP UNP, 2002
62