PENGARUH METODE SOSIALISASI DAN KELEKATAN IBU TERHADAP KARAKTER REMAJA DI KELURAHAN SITU GEDE KOTA BOGOR
YOSITA FITRIA MARLIANI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Yosita Fitria Marliani NIM I24100037
ABSTRAK YOSITA FITRIA MARLIANI. Pengaruh Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI. Melemahnya nilai karakter remaja dapat diakibatkan oleh rendahnya peran orang tua dalam mensosialisasikan nilai kebaikan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan bertujuan untuk menganalisis pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja. Kerangka contoh penelitian adalah keluarga utuh dengan anak pertama usia remaja (13-15 tahun) yang tinggal di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Contoh diambil sebanyak 50 keluarga secara purposive untuk dilakukan wawancara terhadap ibu dan anak. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa semakin baik metode observational yang disosialisasikan ibu dan semakin tingginya kelekatan ibu maka semakin baik pula karakter remaja. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa hanya kelekatan ibu yang memiliki pengaruh nyata terhadap karakter remaja dalam model. Kata kunci: karakter remaja, kelekatan ibu, metode sosialisasi
ABSTRACT YOSITA FITRIA MARLIANI. Effect of Socialization Methods and Mother’s Attachment on Characters among Teenagers in Situ Gede Village Bogor City. Supervised by DWI HASTUTI. The decreasing values of character among teenagers can be caused by the role of parents to socialize values of kindness. This study used cross-sectional design and aimed to analyze the influence of socialization methods and mother’s attachment on characters among teenagers. Sample frames of this research were families with first child as teenagers (13-15 years) who has been lived in the Situ Gede Village, Sub District West Bogor, Bogor City. This research involved 50 samples that taken purposively and interviewed by using questionnaire. The correlation result showed significantly that the better the method of observational and the higher mother’s attachment, it was likely the better character of teenagers. Regression analysis showed that only mother’s attachment that had significant influence on character of teenagers in the model. Keywords: mother’s attachment, socialization methods, teenagers of charater
RINGKASAN YOSITA FITRIA MARLIANI. Pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor. Tujuan khusus penelitian ini yaitu: 1) mengidentifikasi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, kelekatan ibu, serta karakter remaja; 2) menganalisis hubungan karakteristik remaja, karakteristik keluarga, dengan metode sosialisasi ibu, kelekatan ibu, serta karakter remaja; 3) menganalisis hubungan metode sosialisasi, dan kelekatan ibu dengan karakter remaja; 4) menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi yang berjudul “Metode Sosialisasi Nilai-Nilai Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui Prakter Pengasuhan Positif”, yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan anggotanya yaitu Alfiasari, S.P, M.Si dan Ir. M. D. Djamaluddin, M.Sc. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study dengan lokasi penelitian di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Contoh diambil sebanyak 50 keluarga secara purposive untuk dilakukan wawancara terhadap ibu dan anak. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner terstruktur sebagai instrumen pengumpulan data. Data primer meliputi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja. Data metode sosialisasi ibu diperoleh melalui instrumen yang disusun dari Berns (1997) dengan nilai cronbach’s alpha 0.78, kelekatan ibu diperoleh melalui instrumen yang dikembangkan dari Shmueli-Goetz et. al (2008) dengan nilai cronbach’s alpha 0.844, dan karakter remaja diperoleh melalui instrumen yang dikembangkan dari Peterson dan Seligman (2004) dengan nilai cronbach’s alpha 0.75. Instrumen-instrumen tersebut disusun dan dikembangkan oleh tim peneliti. Kuesioner metode sosialisasi terdiri atas 30 item pernyataan yang terdiri atas 4 sub skala, yaitu operant, observational, cognitive, dan apprenticeship. Kuesioner karakter terdiri atas 72 item pernyataan yang meliputi moral knowing, feeling, dan acting, yang masing-masing terdiri atas 24 item pernyataan. Kuesioner kelekatan terdiri atas 16 item pernyataan. Ketiga kuesioner dengan pernyataan positif diukur menggunakan skala 1 hingga 3 (`=”tidak menggambarkan diri responden”, 2=”kurang menggambarkan diri responden”, 3=”sangat menggambarkan diri responden”), dan sebaliknya untuk pernyataan negatif. Penelitian ini melibatkan 50 persen remaja laki-laki dan 50 persen remaja perempuan dengan rata-rata usia remaja berada pada kategori remaja awal (13-15 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia ibu berada pada kategori dewasa awal (20-40 tahun). Rata-rata besar keluarga berada pada kategori keluarga sedang (5-7 orang). Pendapatan keluarga per bulan berada pada kategori rendah yaitu ≤Rp 1 633 333 per bulan dengan rata-rata pendapatan
sebesar Rp1 418 000 per bulan. Proporsi terbesar tingkat pendidikan ibu yaitu berada pada kategori SD/sederajat (44%) dan SMP/sederajat (44%). Proporsi ibu bekerja sebagai wirausaha atau pedagang (7%) lebih tinggi daripada pekerjaan lainnya. Berdasarkan pengkategorian status pekerjaan, hanya lebih dari satu perempat ibu yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa hampir tiga perempat ibu bekerja di sektor domestik.
Metode sosialisasi yang paling banyak digunakan ibu yaitu metode observational, cognitive, dan apprenticeship, sedangkan operant paling jarang digunakan ibu dalam metode sosialisasi. Kelekatan ibu dengan remaja menunjukkan bahwa lebih dari separuh ibu (58%) memiliki kelekatan yang aman. Karakter remaja menunjukkan bahwa hampir keseluruhan remaja memiliki moral knowing (98%) dan moral feeling (96%) yang sangat baik, tetapi hanya lebih dari separuh remaja (68%) memiliki moral acting yang sangat baik. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada satupun karakteristik keluarga dan remaja yang berhubungan dengan metode sosialisasi ibu maupun karakter remaja. Sementara itu, besar keluarga memiliki hubungan negatif dengan kelekatan ibu, sehingga semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin rendah kelekatan ibu. Selain itu, ibu dan remaja yang semakin lekat dan semakin baik metode sosialisasi ibu maka semakin baik pula karakter remaja. Uji pengaruh menunjukkan bahwa tidak ada satupun karakteristik remaja, karakteristik keluarga, maupun metode sosialisasi ibu yang berpengaruh signifikan terhadap karakter remaja. Variabel yang berpengaruh positif signifikan terhadap karakter remaja yaitu hanya kelekatan ibu.
PENGARUH METODE SOSIALISASI DAN KELEKATAN IBU TERHADAP KARAKTER REMAJA DI KELURAHAN SITU GEDE KOTA BOGOR
YOSITA FITRIA MARLIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengaruh Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor Nama : Yosita Fitria Marliani NIM : I24100037
Disetujui oleh
Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M. Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengaruh Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan perbaikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc selaku dosen pembimbing akademik, Megawati Simanjuntak, SP, M. Si selaku pemandu seminar, Alfiasari, SP, M. Si dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M. Si selaku penguji sidang. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada almarhum H. Endang Sukarya dan Hj. Trinny Yuliarthika selaku orang tua, Yoppie Yuniawan, Yessie Silvia Desiyanti, Yuanita Septiani, Ahmad Tri Anggara, Edi Kusnadi, serta keluarga besar atas do’a, dukungan, dan bantuannya, baik secara moril maupun materil. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Nenny, Dwi, Tria, Herni, Andini, Fitri, Aprilia, Ulfah, rekan-rekan IKK 47 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bantuan dan mendukung penyelesaian skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas kelancaran selama penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Bogor, Juli 2014 Yosita Fitria Marliani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
5
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
7
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
9
HASIL
10
Karakteristik Keluarga dan Remaja
10
Metode Sosialisasi Ibu
11
Kelekatan Ibu
12
Karakter Remaja
13
Hubungan Karakteristik Remaja dan Keluarga dengan Metode Sosialisasi, Kelekatan Ibu, dan Karakter Remaja
14
Hubungan Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu dengan Karakter Remaja
14
Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Metode Sosialisasi, dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja 15 PEMBAHASAN
16
SIMPULAN DAN SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
23
DAFTAR TABEL 1 Jenis data, variabel, alat bantu, skala data, dan jumlah pernyataan 2 Sebaran contoh berdasarkan nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu 4 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu 5 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian metode sosialisasi ibu 6 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian kelekatan ibu 7 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian karakter remaja 8 Hasil uji korelasi antara karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja 9 Hasil uji korelasi antara metode sosialisasi dan kelekatan ibu dengan karakter remaja 10 Hasil analisis regresi berganda pada karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja
7 10 11 11 12 13 13 14 15
15
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap pembentukan karakter positif remaja 2 Kerangka teknik pengambilan contoh
5 6
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin remaja Sebaran contoh berdasarkan status bekerja ibu Sebaran contoh berdasarkan jawaban metode sosialisasi ibu Sebaran contoh berdasarkan jawaban kelekatan ibu Sebaran contoh berdasarkan jawaban karakter remaja
21 21 21 22 22
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja menjadi lebih aktif mencari segala informasi untuk memenuhi keingintahuan mereka. Hal ini menjadikan proses pencarian identitas atau jati diri perlu diarahkan agar perilaku yang dihasilkan tidak menyimpang dan tidak melanggar aturan. Karakter bangsa sangat terkait dengan jati diri dan wawasan kebangsaan. Karakter yang tidak dibangun akan melahirkan sifat-sifat negatif yang dominan dan ketidakmampuan menguasai diri. Keberhasila seorang anak sangat ditentukan oleh keluarga karena keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang anak untuk dididik dan dibesarkan. Kelekatan anak dengan pengasuh utamanya menjadi hal yang sangat penting dalam membentuk ikatan emosional. Kelekatan yang erat antara ibu dan anak menjadi hal penting agar anak dapat membentuk kepercayaan kepada orang lain di masa yang akan datang, merasa diperhatikan, dan menumbuhkan rasa aman. Kelekatan menjadi langkah awal untuk mensosialisasikan nilai-nilai kebaikan kepada anak. Kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi antara orang tua (terutama ibu) dan anak, serta penanaman nilai-nilai dapat memengaruhi karakter anak (Berns 1997; Megawangi 2009; Kadarmanta 2010; Hyoscyamina 2011). Hasil penelitian Dewi (2009) menunjukkan bahwa kelekatan antara ibu dan remaja memiliki hubungan positif dengan identitas remaja. Orang tua yang mampu membentuk karakter anak dengan baik akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemberian stimulus ataupun pembinaan moral yang efektif menjadi hal yang sangat penting dalam membentuk karakter positif remaja (Rahmah 2011). Karakter bangsa akan tercipta dalam diri manusia yang berkualitas. Penanaman nilai-nilai kebaikan melalui metode sosialisasi orang tua perlu dilakukan secara efektif. Metode sosialisasi ibu memengaruhi karakter remaja secara positif (Pasaribu 2013). Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara metode sosialisasi dengan karakter disiplin dan hormat santun remaja pada keluarga bercerai di Kota Bogor, sedangkan stimulasi psikososial tidak berhubungan signifikan dengan karakter disiplin dan hormat santun remaja (Srikandi 2013). Manusia berkarakter adalah manusia yang mampu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tindakan (Megawangi 2009). Namun, hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sekitar 34,7 persen remaja putri dan 30,9 persen remaja putra di Indonesia berusia 14-19 tahun pernah berhubungan seksual (Dimyati 2012). Hal tersebut mengindikasikan bahwa remaja di Indonesia mulai mengalami degradasi moral dan belum dapat dikatakan manusia berkarakter. Hasil studi lain menemukan bahwa keluarga barat perdesaan dengan orang tua lengkap dan memiliki anak remaja akan menurunkan konflik jika keluarga memberikan kehangatan dan dukungan pada awal hingga pertengahan masa remaja. Akan tetapi, akan meningkatkan konflik pada keluarga dengan kondisi bermusuhan, ancaman, atau kritis (Rueter dan Conger 1995). Perdesaan
2
merupakan daerah yang sangat erat dengan nilai dan budaya. Orang tua di perdesaan cenderung pasif dalam mengasuh dan mendidik anak. Biasanya orang tua di perdesaan lebih banyak membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang sendiri. Orang tua akan melibatkan dan memperhatikan anak jika dianggap sudah cukup besar (Gunarsa SD dan Gunarsa YSD 2008). Metode sosialisasi hukuman, penguatan positif, penjelasan, teladan, dan penetapan standar yang berkategori tinggi lebih banyak ditemukan pada orang tua di perdesaan (Hastuti, Alfiasari, dan Sarwoprasodjo 2012). Penelitian yang ada saat ini pun banyak berfokus pada daerah desa dan kota, tetapi masih sedikitnya penelitian yang berfokus pada daerah sub urban area. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja.
Perumusan Masalah Megawangi (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang dapat memengaruhi perkembangan anak, seperti orang tua kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang, baik secara verbal maupun fisik. Padahal, ekspresi tersebut sangat diperlukan untuk memberikan rasa aman kepada anak. Kebanyakan orang tua juga masih memerintah anak secara paksa dan bersikap kasar. Selain itu, orang tua tidak menanamkan karakter kebaikan. Orang tua hanya menekankan aspek kognitif pada otak kiri anak saja tanpa melibatkan otak kanan anak. Kebanyakan orang tua menganggap bahwa pengembangan otak kiri saja sudah cukup. Dalam hal ini, penanaman nilai-nilai karakter seharusnya diberikan secara terus-menerus, bahkan sejak usia dini. Beberapa kesalahan tersebut akan memberikan dampak negatif terhadap kepribadian dan kecerdasan emosional anak, misalnya anak merasa tidak dekat dan tidak menjadikan orang tuanya sebagai figur (role model). Anak akan lebih percaya kepada teman sebaya, sehingga mudah terpengaruh pergaulan negatif. Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil studi menemukan bahwa 1.130 remaja dalam lingkungan orang tua yang berpenghasilan rendah dan kurang mendapatkan pengawasan orang tua lebih berkecenderungan memiliki hasil positif penyakit menular seks, terlibat dalam perilaku seksual, dan memiliki sejarah penggunaan alkohol atau mariyuana, berkelahi, dan ditahan (DiClemente et al. 2001). Berdasarkan uraian tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang akan dianalisis, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja? 2. Bagaimana hubungan karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan metode sosialisasi, kelekatan ibu, serta karakter remaja? 3. Bagaimana hubungan metode sosialisasi, dan kelekatan ibu dengan karakter remaja? 4. Seberapa besar pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja?
3
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja. Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, kelekatan ibu, serta karakter remaja. 2. Menganalisis hubungan karakteristik remaja, karakteristik keluarga, dengan metode sosialisasi ibu, kelekatan ibu, serta karakter remaja. 3. Menganalisis hubungan metode sosialisasi, dan kelekatan ibu dengan karakter remaja. 4. Menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja.
Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengasah kemampuan berpikir dan mengembangkan wawasan mengenai bidang ilmu yang peneliti kuasai. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua mengenai pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan orang tua dalam menerapkan metode sosialisasi yang efektif dan pentingnya kelekatan untuk remaja agar mampu mencapai perkembangan yang optimal. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap bidang keilmuan mengenai perkembangan anak dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Karakter yang baik menjadi tujuan utama yang ingin dicapai oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat (Lestari 2012). Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak. Karakter baik adalah perilaku positif dan ciri-ciri dimensional yang dapat mendefinisikan seperangkat nilai kebaikan secara menyeluruh (Peterson dan Seligman 2004; Crossan et al. 2013). Penanaman nilainilai kebaikan merupakan hal penting dalam pembentukan karakter (Lestari 2012). Sosialisasi adalah proses yang dimiliki manusia sejak lahir dalam memperoleh keterampilan-keterampilan sebagai makhluk sosial dan partisipan dalam masyarakat. Orang tua (agen sosialisasi utama) yang menerapkan metode sosialisasi dengan baik akan berkontribusi besar terhadap karakter anak. Sosialisasi nilai karakter oleh orang tua terhadap anak perlu dilakukan melalui berbagai metode sosialisasi. Sosialisasi dimulai dengan adanya kelekatan. Kelekatan antara orang tua dengan anak menjadi hal yang sangat penting untuk membentuk kualitas anak. Perasaan aman yang dimiliki anak ketika bersama
4
orang tua perlu dibentuk. Kelekatan berkaitan dengan ikatan emosional antara orang tua dengan anaknya. Kelekatan dengan pengasuh utama merupakan hal yang paling penting untuk membentuk ikatan emosional dengan orang lain di masa yang akan datang. Dalam hal ini, ibu sebagai pengasuh utama memiliki andil besar dalam pembentukan ikatan emosional dengan anaknya. Metode sosialisasi dikategorikan menjadi 6, yaitu affective, operant, observational, cognitive, sociocultural, dan apprenticeship. Berdasarkan 6 kategori tersebut masing-masing dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Akan tetapi, metode sosialisasi affective dan sociocultural tidak diteliti. Hal ini dikarenakan affective berkaitan dengan kelekatan yang telah dijadikan variabel tersendiri dalam penelitian ini. Sociocultural juga tidak diteliti karena berkaitan dengan karakteristik lingkungan sosial di sekitar keluarga, sedangkan penelitian ini hanya berfokus pada lingkup keluarga saja. Karakteristik lingkungan sosial misalnya budaya masyarakat sekitar dan teman sebaya (Armsden dan Greenberg 1987; Berns 1997). Hasil enkulturasi (proses memperoleh hal-hal penting dalam budaya melalui belajar melalui pemaparan dan pengamatan) dan sosialisasi menunjukkan adanya kesamaan dan perbedaan perilaku dalam satu budaya dengan budaya lain. Metode atau cara orang tua dalam mensosialisasikan nilai-nilai kebaikan kepada anak akan berbeda-beda antara orang tua yang satu dengan orang tua yang lain (Lestari 2012). Berdasarkan uraian tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai keterkaitan antara karakteristik keluarga, karakteristik remaja, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja pada Gambar 1.
5
Karakteristik Keluarga 1. Usia ibu 2. Tingkat pendidikan ibu 3. Pekerjaan ibu 4. Besar keluarga 5. Pendapatan keluarga per bulan
Metode Sosialisasi 1. 2. 3. 4.
Operant Observational Cognitive Apprenticeship Karakter Remaja Kelekatan
Karakteristik Remaja
(Attachment)
1. Moral knowing 2. Moral feeling 3. Moral acting
1. Usia 2. Jenis kelamin
Interaksi Peer Group
Budaya
Keterangan:
: diteliti : tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap pembentukan karakter positif remaja
METODE Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi yang berjudul “Metode Sosialisasi Nilai-Nilai Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui Praktek Pengasuhan Positif”, yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan anggotanya yaitu Alfiasari, S.P, M.Si dan Ir. M. D. Djamaluddin, M.Sc. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study karena data dikumpulkan dalam satu waktu. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penetapan lokasi dilakukan secara purposive sebagai representasi wilayah perdesaan dalam kategori sub urban area. Sub urban merupakan suatu wilayah perdesaan yang lokasinya
6
berdekatan dengan pusat kota, yang berfungsi sebagai daerah pemukiman penduduk. Nilai-nilai tradisional yang telah dianut oleh masyarakat di wilayah sub urban ini diduga mengalami transisi ke nilai-nilai modern. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2013.
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Populasi penelitian ini adalah keluarga utuh yang memiliki anak pertama usia remaja di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kerangka contoh penelitian ini adalah keluarga utuh yang memiliki anak pertama usia 13-15 tahun dari sepuluh RW yang ada di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor dengan jumlah populasi yaitu 127 keluarga. Contoh diambil secara simple random sampling dari RW 1, 2, 4, dan 6 dengan pertimbangan bahwa keempat RW tersebut memiliki jumlah remaja terbanyak. Namun, contoh yang telah ditentukan ternyata banyak yang tidak sesuai kriteria ketika turun lapang. Oleh karena itu, peneliti mengambil dua RW lain (RW 7 dan 9) secara purposive dengan pertimbangan bahwa RW yang diambil sesuai kriteria dengan jumlah remaja terbanyak dibandingkan dengan RW lainnya. Pemilihan contoh pun akhirnya dilakukan secara purposive dengan pertimbangan ibu dan remaja sesuai kriteria dan bersedia diwawancarai, sehingga didapatkan 50 keluarga contoh. Adapun kerangka teknik pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor (N = 127 keluarga dengan anak pertama usia 13-15 tahun)
purposive
RW 1, 2, 4, 6
simple random
RW 1, 2, 4, 6, 7, 9
purposive
n = 50 keluarga
purposive
Gambar 2 Kerangka teknik pengambilan contoh
7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner terstruktur sebagai instrumen pengumpulan data. Data primer meliputi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter positif remaja (Tabel 1). Tabel 1 Jenis data, variabel, alat bantu, skala data, dan jumlah pernyataan Jenis data
Variabel
Jumlah pernyataan
Alat bantu dan skala data
Primer
Karakteristik remaja: Usia remaja Jenis kelamin
Kuesioner Rasio Nominal
Primer
Karakteristik keluarga: Usia ibu Tingkat pendidikan ibu Pekerjaan ibu Besar keluarga Pendapatan keluarga per bulan
Kuesioner Rasio Ordinal Nominal Rasio Rasio
Primer
Metode sosialisasi:
Kuesioner (Berns) yang disusun oleh tim peneliti
Operant Observational Cognitive Apprenticeship
Primer
Kelekatan
Primer
Karakter remaja:
Moral knowing Moral feeling Moral acting
15 item 3 item 9 item 3 item 16 item
24 item 24 item 24 item
Ordinal
Kuesioner (ShmueliGoetz et. al) yang dikembangkan oleh tim peneliti Ordinal Kuesioner (Peterson and Seligman) yang dikembangkan oleh tim peneliti Ordinal
8
Data metode sosialisasi ibu diperoleh melalui instrumen yang dikonstruk dari Berns (1997), kelekatan ibu diperoleh melalui instrumen yang dikonstruk dari Shmueli-Goetz et. al (2008), dan karakter remaja diperoleh melalui instrumen yang dikonstruk dari Peterson dan Seligman (2004). Instrumen yang dijadikan acuan kemudian dimodifikasi dan dikonstrak oleh tim peneliti dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi yang berjudul “Metode Sosialisasi Nilai-Nilai Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui Praktek Pengasuhan Positif”, yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan anggotanya yaitu Alfiasari, S.P, M.Si dan Ir. M. D. Djamaluddin, M.Sc. Kuesioner metode sosialisasi terdiri atas 30 item pernyataan yang terdiri atas 4 sub skala, yaitu operant, observational, cognitive, dan apprenticeship. Kuesioner karakter terdiri atas 72 item pernyataan yang meliputi knowing, feeling, dan acting yang masing-masing terdiri atas 24 item pernyataan. Kuesioner kelekatan terdiri atas 16 pertanyaan. Ketiga kuesioner dengan pernyataan positif diukur menggunakan skala 1 hingga 3 (1=“tidak menggambarkan diri responden”, 2=“kurang menggambarkan diri responden”, 3=“sangat menggambarkan diri responden”), dan sebaliknya untuk pernyataan negatif. Hasil uji reliabilitas pada kuesioner metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja menunjukkan nilai cronbach’s alpha 0.78, 0.844, dan 0.75.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS). Pertama-tama, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja diukur dengan menggunakan kuesioner. Kemudian, dilakukan proses pengolahan data meliputi editing, coding, entrying, dan cleaning data. Selanjutnya, data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Jumlah pernyataan pada setiap dimensi variabel dikompositkan dengan mentransformasi nilai/skor yang telah didapatkan menjadi skor indeks. Indeks pesentase pada variabel metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja dihitung dengan rumus: Y=
nilai yang didapatkan-nilai minimum
x 100%
nilai maksimum-nilai minimum
Setelah itu, skor indeks yang dicapai dimasukkan kedalam kategori kelas yang sesuai. Indeks skor metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja dikategorikan menjadi tiga kategori dengan cut off point, yaitu rendah (<60), sedang (60-80), dan tinggi (>80). Pendapatan keluarga per bulan dikategorikan menjadi rendah (≤Rp1 633 333), sedang (Rp1 633 334 - Rp 3 266 667), dan tinggi (>Rp3 266 667). Usia orang tua dikategorikan menjadi dewasa awal (20-40 tahun), dewasa madya (40-60 tahun), dan dewasa tua (>60 tahun) (Hurlock 1990). Besar keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7 orang) (BKKBN 2005). Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui sebaran data, rata-rata (mean), nilai minimum dan maksimum, serta standar deviasi antar variabel penelitian (karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja). Analisis inferensia yang digunakan yaitu uji
9
korelasi dan regresi linier berganda. Uji korelasi digunakan untuk menguji hubungan antar variabel. Selain itu, akan dilakukan uji regresi untuk menguji pengaruh. Uji regresi diformulasikan sebagai berikut: Yi = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7D1+ β8D2 + ε Keterangan: Yi = karakter remaja (indeks) α = konstanta βn = koefisien regresi X1 = usia remaja (tahun) X2 = usia ibu (tahun) X3 = besar keluarga (orang) X4 = pendapatan keluarga per bulan (rupiah) X5 = metode sosialisasi (indeks) X6 = kelekatan ibu (indeks) D1 = jenis kelamin (0=laki-laki, 1=perempuan) D2 = pendidikan ibu (0=pendidikan rendah, 1=pendidikan tinggi) ε = galat
Definisi Operasional Keluarga utuh adalah keluarga yang memiliki struktur ayah, ibu, dan anak. Responden adalah anak sulung usia 13 hingga 15 tahun beserta ibunya yang berasal dari keluarga utuh (ayah, ibu, dan anak). Sub urban adalah wilayah yang masih perdesaan tapi telah mengalami dan menerima nilai-nilai modern. Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh keluarga utuh terdiri atas usia ayah, usia ibu, lama pendidikan ayah, lama pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, besar keluarga, dan pendapatan keluarga per bulan. Usia orang tua adalah umur ayah dan ibu yang dinyatakan dalam tahun. Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh ayah dan ibu. Pekerjaan orang tua adalah kegiatan yang dilakukan ayah dan ibu untuk mendapatkan uang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Pendapatan keluarga per bulan adalah jumlah pendapatan ayah dan ibu yang dinyatakan dalam rupiah per bulan. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu atap rumah. Karakteristik remaja adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh remaja terdiri atas usia dan jenis kelamin. Usia remaja adalah umur remaja yang berkisar antara 13 hingga 15 tahun. Jenis kelamin adalah ciri remaja yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Metode sosialisasi adalah cara yang dilakukan ibu dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada remaja.
10
Operant adalah penanaman nilai karakter dengan melibatkan emosi/perasaan yang diikuti perilaku, seperti penguatan dari ibu kepada remaja, hukuman, trial and error. Observational adalah penanaman nilai karakter kepada remaja dimana ibu sebagai figur yang diamati, seperti role model. Cognitive adalah penanaman nilai karakter oleh ibu dengan melibatkan proses berpikir remaja, seperti perintah, penetapan standar, dan penjelasan. Apprenticeship adalah ibu mendampingi remaja dalam melakukan aktivitas. Kelekatan adalah ikatan emosional yang dimiliki antara ibu dengan remaja. Karakter adalah perilaku yang dilakukan secara konsisten dan berulang, yang telah menjadi kebiasaan, meliputi knowing, feeling, dan acting. Moral knowing adalah pembentukan karakter remaja berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Moral feeling adalah pembentukan karakter remaja berdasarkan emosi/perasaan yang dimilikinya. Moral acting adalah pembentukan karakter remaja berdasarkan tindakan yang dilakukannya
HASIL Karakteristik Keluarga dan Remaja Remaja laki-laki dan perempuan pada penelitian ini memiliki jumlah yang sama, yaitu masing-masing sebanyak 25 orang (Lampiran 1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia remaja berada pada kategori remaja awal (1315 tahun), rata-rata usia ayah berada pada kategori dewasa madya (40-60 tahun), dan rata-rata usia ibu berada pada kategori dewasa awal (20-40 tahun). Rata-rata besar keluarga berada pada kategori keluarga sedang (5-7 orang). Pendapatan keluarga per bulan berada pada kategori rendah yaitu ≤Rp1 633 333 per bulan dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp1 418 000 per bulan. Tabel 2 menunjukkan sebaran contoh karakteristik remaja dan karakteristik keluarga. Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi Variabel Karakteristik Remaja Usia (tahun) Karakteristik Keluarga Usia ayah (tahun) Usia ibu (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan keluarga per bulan (Rp)
Min
Max
Mean ± SD
13
15
13.74 ± .751
27 30 3 100 000
53 50 15 5 000 000
40.46 ± 5.17 36.26 ± 4.18 5.34 ± 2.51 1 418 000 ± 963 000
11
Ibu yang menempuh jenjang pendidikan SD/sederajat dan SMP/sederajat SMA/sederajat lebih banyak daripada jenjang pendidikan lainnya. Tabel 3 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu Kategori tingkat pendidikan orang tua
Ibu n
%
Tidak tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan tinggi
0 22 22 6 0
0.0 44.0 44.0 12.0 0.0
Total
50
100.0
Proporsi ibu yang bekerja sebagai wirausaha atau pedagang lebih tinggi daripada pekerjaan lainnya. Berdasarkan pengkategorian status pekerjaan hanya lebih dari satu perempat ibu yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa hampir tiga perempat ibu bekerja di sektor domestik (Lampiran 2). Tabel 4 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu Kategori pekerjaan orang tua
Ibu n
%
PNS Pegawai swasta Wirausaha/pedagang Petani Buruh Penambang Tidak bekerja Lainnya
0 0 7 0 4 0 36 3
0.0 0.0 14.0 0.0 8.0 0.0 72.0 6.0
Total
50
100.0
Metode Sosialisasi Ibu Berns (1997) menyatakan bahwa metode sosialisasi adalah proses interaksi antara agen sosialisasi dengan anak dalam mensosialisasikan nilai-nilai kebaikan. Metode sosialisasi pada penelitian ini yaitu metode sosialisasi operant, observational, cognitive, dan apprenticeship. Metode sosialisasi operant yaitu metode untuk menghasilkan suatu pengaruh. Ketika suatu perilaku sesuai dengan hasil yang diinginkan, kemungkinan akan terjadi peningkatan perilaku yang berulang. Metode sosialisasi observational yaitu metode dengan mengamati dan menjadikan orang lain sebagai contoh (role model). Metode sosialisasi cognitive yaitu metode sosialisasi yang melibatkan proses berpikir individu. Metode
12
sosialisasi apprenticeship yaitu metode sosialisasi yang dilakukan dengan proses pendampingan. Hasil menunjukkan bahwa pada metode observational, cognitive, dan apprenticeship, lebih dari separuh ibu memperoleh skor dengan kategori tinggi, sedangkan pada metode operant berada pada skor capaian kategori sedang. Berdasarkan total keseluruhan skor capaian, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh ibu memiliki metode sosialisasi pada kategori sedang (Tabel 5). Sebaran jawaban tertinggi contoh pada metode sosialisasi operant menunjukkan bahwa ibu akan memberikan hukuman dengan memarahi dan berkata kasar jika anak bermain hingga larut malam. Metode sosialisasi observational menunjukkan bahwa anak lebih suka meniru hal yang dicontohkan ibu daripada yang dicontohkan orang lain. Artinya, anak menjadikan ibu sebagai role model untuk mempelajari nilai-nilai kebaikan. Metode sosialisasi cognitive menunjukkan bahwa keseluruhan ibu sangat memerhatikan prestasi anak, baik di rumah, lingkungan, maupun di sekolah. Selain itu, ibu juga menganggap bahwa anak perlu memperoleh penjelasan atas perilaku yang ibu harapkan darinya. Metode sosialisasi apprenticeship menunjukkan bahwa ibu melakukan pendampingan ketika anak mulai memasuki masa puber dengan cara mengajarkan anak untuk menjaga penampilan dan alat reproduksinya (Lampiran 3). Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian metode sosialisasi ibu Dimensi Metode Sosialisasi Operant Observational Cognitive Apprenticeship Total met.sosialisasi
Rendah (<60)
Sedang (60-80)
Tinggi (80) Rata-Rata ± SD
n
%
n
%
n
12 3 5 5 4
24.0 6.0 10.0 10.0 8.0
28 16 17 8 29
56.0 32.0 34.0 16.0 58.0
10 31 28 37 17
MinMaks
% 20.0 68.73 ± 1.39 40.00-93.33 62.0 79.99 ± 16.83 33.33-100.00 56.0 80.88 ± 14.76 44.44-100.00 74.0 88.00 ± 1.25 16.67-100.00 34.0 75.26 ± 6.43 50.00-96.67
Kelekatan Ibu Kelekatan berkaitan dengan hubungan kedekatan antara anak dengan pengasuh utamanya (Shmueli-Goetz et al. 2008). Pada penelitian ini, pengasuh utamanya adalah ibu. Hasil menunjukkan bahwa proporsi remaja yang merasakan kelekatan aman dengan ibunya lebih tinggi daripada remaja yang merasakan kelekatan yang tidak aman dengan ibunya. Anak yang memiliki kelekatan aman yang tinggi menunjukkan bahwa ia memiliki rasa aman dengan pengasuh utamanya (Shmueli-Goetz et al. 2008). Hal ini sesuai dengan Freeman dan Brown (2001) bahwa remaja akan merasakan kelekatan aman yg lebih tinggi dengan orang tua, terutama ibu daripada dengan teman sebaya. Lampiran 4 menunjukkan bahwa kelekatan ibu tertinggi berdasarkan sebaran jawaban yaitu keseluruhan remaja tinggal bersama ibu kandung dan hampir keseluruhan remaja sangat mencintai ibu dengan harapan setelah mereka dewasa ingin menjadi orang tua sebaik ibu.
13
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian kelekatan ibu Kelekatan Ibu Secure Insecure Total kelekatan
Rendah (<60) n % 2 4.00 6 12.00 5 10.00
Sedang (60-80) n 19 20 21
Tinggi (80)
% 38.00 40.00 42.00
n 29 24 24
Rata-Rata ± SD
Min-Maks
% 58.00 81.50 ± 14.83 25.00-100.00 48.00 75.86 ± 16.89 25.00-100.00 48.00 78.68 ± 1.28 43.75-100.00
Karakter Remaja Karakter berkaitan dengan pembentukan nilai kebaikan. Karakter memiliki tiga ranah moral yang saling berhubungan, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral acting. Moral knowing adalah sisi kognitif dari karakter yang berarti kemampuan seseorang dalam mengetahui suatu hal. Moral feeling adalah sisi emosi dari karakter yang berarti kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dan perasaannya. Outcome yang dihasilkan dari moral knowing dan moral feeling yaitu moral acting (Lickona 2001). Karakter setiap orang akan berbeda. Karakter tersebut dapat didefinisikan sebagai sifat-sifat yang tercermin dalam pikiran, perasaan, dan perilaku (Park et al. 2004). Hasil menunjukkan bahwa persentase tertinggi untuk moral knowing, feeling dan acting berada pada skor capaian kategori tinggi. Berdasarkan total keseluruhan skor capaian, dapat dilihat bahwa hampir seluruh remaja memiliki karakter pada kategori tinggi (Tabel 7). Artinya, hampir seluruh remaja memiliki karakter yang sangat baik. Namun, hanya lebih dari separuh remaja memiliki moral acting yang berada pada kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa remaja telah mampu mengetahui dan melibatkan emosi mengenai nilai-nilai kebaikan, tetapi tidak melakukan nilai-nilai kebaikan yang diperolehnya. Lampiran 5 menunjukkan bahwa moral knowing terendah berdasarkan sebaran jawaban yaitu kurang dari satu perlima remaja menganggap tidak perlunya bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan. Moral feeling menunjukkan bahwa lebih dari satu perempat remaja tidak mampu mengekspresikan perasaan kecewanya pada lawan bermain ketika kalah dalam permainan. Moral acting menunjukkan bahwa hampir tiga perempat remaja pernah berkelahi dan bermusuhan dengan teman. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian karakter remaja Dimensi Karakter Remaja Moral knowing Moral feeling Moral acting Total karakter
Rendah (<60)
Sedang (60-80)
Tinggi (>80)
n
%
n
%
n
%
0 1 2 1
0.0 2.0 4.0 2.0
1 1 14 0
2.0 2.0 28.0 0.0
49 48 34 49
98.0 96.0 68.0 98.0
Rata-Rata ± SD
MinMaks
98.91 ± 4.80 96.04 ± 7.47 82.33 ± 1.25 92.43 ± 7.6
66.67-100.00 50.00-100.00 25.00-100.00 47.22-100.00
14
Hubungan Karakteristik Remaja dan Keluarga dengan Metode Sosialisasi, Kelekatan Ibu, dan Karakter Remaja Hasil uji antara karakteristik remaja dan keluarga dengan metode sosialisasi menunjukkan tidak ada satupun karakteristik remaja dan keluarga pada keluarga utuh yang berhubungan dengan metode sosialisasi ibu (Tabel 8). Hal ini sesuai dengan Pasaribu (2013) bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan remaja dengan metode sosialisasi. Riwayat pengasuhan, budaya, dan kepercayaan masyarakat sekitar diduga berhubungan dengan metode sosialisasi ibu. Berns (1997) menyatakan bahwa metode sosialisasi juga berkaitan dengan karakteristik lingkungan sosial. Besar keluarga dengan kelekatan ibu memiliki hubungan negatif, sehingga semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin rendah kelekatan ibu (Tabel 8). Banyaknya jumlah anggota keluarga akan membuat keluarga membagi sumber daya yang dimiliki kepada banyak orang, sehingga waktu untuk melakukan interaksi personal dengan anak akan semakin terbatas (Asih 2012). Hasil ini sesuai dengan Pasaribu (2013) bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik remaja dan keluarga dengan karakter remaja. Tabel 8 Koefisien korelasi antara karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja Variabel Jenis kelamin Usia remaja (tahun) Usia ibu (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan keluarga per bulan (Rp) Pendidikan ibu (tingkat)
Metode Sosialisasi
Kelekatan Ibu
Karakter Remaja
.083 -.062 -.018 -.182 .194 .024
.068 .015 -.126 -.297* .272 .137
.188 -.113 .202 .106 .179 .157
Keterangan : *=signifikan pada p<0.05, **=signifikan pada p<0.01
Hubungan Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu dengan Karakter Remaja Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa metode sosialisasi observational dan kelekatan ibu berhubungan positif dengan moral knowing, feeling, dan acting. Artinya, semakin tingginya kelekatan ibu dan semakin baik metode sosialisasi observational yang diterapkan ibu, maka semakin baik pula karakter remaja (Tabel 9). Hal ini mengindikasikan bahwa ikatan emosional yang terjalin antara ibu dan remaja dapat dibentuk dengan kelekatan. Kelekatan menjadi langkah awal untuk membangun kepercayaan dengan orang lain. Ketika kelekatan telah terjalin maka agen-agen sosialisasi dapat melakukan sosialisasi nilai-nilai kebaikan kepada anak. Sosialisasi tersebut diharapkan mampu meningkatkan karakter remaja (Berns 1997).
15
Tabel 9 Koefisien korelasi antara metode sosialisasi dan kelekatan ibu dengan karakter remaja Karakter Remaja
Variabel
Moral Knowing
Moral Feeling
Moral Acting
Total
.231 .410** .068 -.126 .218 .390**
.214 .344* .045 -.134 .185 .286*
.212 .285* .075 -.098 .194 .279*
.235 .356* .071 -.125 .214 .329*
Operant Observational Cognitive Apprenticeship Total metsos Kelekatan ibu
Keterangan : *=signifikan pada p<0.05, **=signifikan pada p<0.01
Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Metode Sosialisasi, dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja Hasil uji regresi pada Tabel 10 menunjukkan bahwa model variabel-variabel pada penelitian ini berpengaruh terhadap karakter remaja dengan nilai Adjusted RSquare yaitu 0.191. Artinya, model tersebut menjelaskan 19.1 persen variabelvariabel dalam model memengaruhi karakter remaja. Sisanya, sebesar 80.9 persen karakter remaja dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Secara parsial, model menunjukkan bahwa hanya kelekatan ibu yang berpengaruh positif signifikan sebesar 37.9 persen terhadap karakter remaja. Hal ini mengindikasikan bahwa kelekatan merupakan variabel yang paling penting untuk meningkatkan karakter remaja di dalam model. Tabel 10 Hasil analisis regresi berganda pada karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja Variabel Bebas Konstanta Jenis kelamin (0=laki-laki, 1=perempuan) Usia remaja (tahun) Usia ibu (tahun) Pendidikan ibu (0=pendidikan rendah, 1=pendidikan tinggi) Besar keluarga (orang) Pendapatan keluarga per bulan (Rp) Metode sosialisasi (indeks) Kelekatan ibu (indeks)
Karakter Remaja B
Sig.
2.976 -1.414 .330 -.021
.021 .157 .310 .229 .991
.690 -4.213E-7 .072 .225
.117 .762 .473 .015*
R2 Adj R2 F Sig. Keterangan : *=signifikan pada p<0.05, **=signifikan pada p<0.01
.340 .191 2.285 .036a
16
PEMBAHASAN Menurut teori psikososial Erik Erikson, remaja berada pada tahapan identity vs role diffusion. Remaja akan mengalami krisis identitas untuk pencarian jati diri. Pada masa-masa seperti ini, remaja membutuhkan arahan dan bimbingan. Remaja yang tidak memiliki kemampuan untuk memilih identitas diri yang baik untuk dirinya akan menimbulkan dampak negatif terhadap nilai moralnya (Pasaribu 2013). Tingkat eksplorasi dengan lingkungan yang mulai meningkat pada masa ini membuat remaja membutuhkan pendampingan dari orang terdekat, terutama keluarga. Keluarga merupakan lingkungan utama yang berperan sangat penting untuk menciptakan individu berkualitas. Pendampingan yang dilakukan keluarga sangat baik untuk optimalisasi dalam tumbuh kembang remaja (Srikandi 2013). Hasil penelitian ditemukan bahwa kelekatan antara ibu dengan remaja sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan skor capaian tertinggi kelekatan ibu berada pada kategori tinggi. Anak yang memiliki kelekatan tinggi menunjukkan bahwa ia memiliki rasa aman dengan pengasuh utamanya (Shmueli-Goetz et al. 2008). Kelekatan aman diartikan bahwa anak merasa percaya dengan pengasuh utamanya (Bretherton 1992). Remaja yang memiliki kelekatan aman dengan orang tuanya akan memiliki keterikatan aman dengan teman sebayanya (Armsden dan Greenberg 1987). Selain itu, ditemukan bahwa kelekatan ibu berhubungan negatif signifikan dengan besar keluarga. Semakin banyak besar keluarga, maka semakin rendah kelekatan ibu. Hal ini sesuai dengan penelitian Asih (2012) bahwa semakin banyak besar keluarga akan membuat keluarga membagi sumberdaya yang dimiliki kepada banyak orang, sehingga waktu untuk melakukan interaksi personal dengan anak akan semakin terbatas. Namun, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan penelitian. Hal ini berbeda dengan temuan Nuraliah (2013) yang menyatakan bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga dengan kelekatan ibu. Hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ibu telah menerapkan metode sosialisasi yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya ibu yang memiliki kategori rendah dalam menyosialisasikan nilai-nilai kebaikan kepada remaja. Hasil tersebut menggambarkan bahwa pada keluarga utuh yang tinggal di daerah sub urban, ibu menerapkan metode sosialisasi kepada remaja dengan cukup baik. Hasil korelasi antara karakteristik remaja dan keluarga dengan metode sosialisasi menunjukkan tidak ada satupun karakteristik remaja dan keluarga pada keluarga utuh yang berhubungan dengan metode sosialisasi ibu. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pasaribu (2013) bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik remaja dan keluarga dengan metode sosialisasi. Karakter remaja pun menunjukkan bahwa hampir keseluruhan remaja memiliki moral knowing dan feeling yang berada pada kategori tinggi. Namun, hanya lebih dari separuh remaja yang memiliki moral acting yang berada pada kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak semua remaja memiliki moral acting yang baik. Artinya, remaja telah mampu memahami dan melibatkan perasaan atau emosinya mengenai hal baik dan buruk. Namun, belum semua remaja mampu melakukan tindakan moral yang baik.
17
Hasil uji hubungan ditemukan bahwa metode sosialisasi observational dan kelekatan ibu berhubungan positif signifikan dengan karakter remaja. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin baik metode sosialisasi observational yang diberikan ibu dan tingginya kelekatan ibu dengan remaja, maka semakin baik pula karakter remaja. Dewi (2009) menyatakan bahwa kelekatan orang tua berhubungan positif dengan identitas diri remaja. Lestari (2012) menyatakan bahwa peneladanan orang tua sebagai figur dalam mensosialisasikan nila-nilai kebaikan perlu disertai dengan kelekatan agar perilaku yang dicontohkan orang tua ditiru oleh anaknya. Metode sosialisasi observational dengan pemberian contoh secara terus-menerus yang diikuti dengan pemantauan pada perilaku anak dapat membentuk kebiasaan pada anak. Hal ini hampir sesuai dengan pernyataan Srikandi (2013) bahwa metode sosialisasi memiliki hubungan positif signifikan dengan karakter disiplin dan hormat santun. Selain itu, pernyataan tersebut juga hampir sesuai dengan Pasaribu (2013) bahwa metode sosialisasi ayah dan ibu berhubungan nyata dan positif dengan karakter remaja. Berns (1997) menyatakan bahwa observational adalah metode sosialisasi yang signifikan. Anak yang menjalani proses menuju kedewasaan akan mempelajari berbagai perilaku melalui peniruan/hal-hal yang dicontohkan oleh orang lain, seperti orang tua, saudara, guru, dan teman-teman yang akan menjadikan hal tersebut sebagai bagian dari dalam diri mereka. Hasil uji regresi tidak ditemukan adanya pengaruh metode sosialisasi terhadap karakter remaja. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Pasaribu (2013) yang menemukan bahwa metode sosialisasi ibu berpengaruh positif signifikan terhadap karakter remaja. Keberpengaruhan metode sosialisasi ibu terhadap pembentukan karakter remaja dikarenakan sosialisasi nilai dan norma karakter dilakukan secara terus-menerus dalam berbagai metode sosialisasi. Oleh karena itu, perbedaan ini diduga bahwa pada penelitian ini ibu menyosialisasikan nilai kebaikan secara tidak terus-menerus. Kelekatan ibu merupakan variabel yang berpengaruh positif signifikan terhadap pembentukan karakter remaja, sedangkan variabel lain tidak berpengaruh terhadap pembentukan karakter positif remaja. Ibu lebih meningkatkan ikatan emosi atau kelekatan dengan remajanya dalam meningkatkan karakter positif remaja. Hasil ini sesuai dengan Nurhidayah (2011) bahwa kelekatan yang baik antara ibu dan anak menyebabkan anak mampu mengeksplorasi lingkungan secara optimal, sehingga perkembangan perilaku, emosi, sosial, kognitif, dan kepribadian anak akan optimal pula. Hal ini mengindikasikan bahwa anak memiliki karakter positif yang kuat. Keiley (2002) menyatakan bahwa kelekatan menjadi salah satu strategi yang dapat dilakukan orang tua dalam mengarahkan perilaku remaja, terutama dalam mengatasi perilaku yang menyimpang. Namun, hasil menunjukkan bahwa kelekatan ibu ternyata memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap pembentukan karakter remaja, sedangkan variabel lain yang tidak diteliti memiliki pengaruh yang lebih besar. Eijck et al. (2012) menyatakan bahwa kualitas kelekatan pada remaja dan ayah lebih dapat memprediksi perilaku remaja dikemudian hari dibandingkan dengan kelekatan antara remaja dan ibu saja. Keterlibatan ayah dalam menyosialisasikan nilai kebaikan juga sangat penting untuk mengatasi gejala perilaku menyimpang pada remaja. Perilaku orang tua dianggap memegang peranan penting dalam perkembangan anak karena memegang peranan penting di awal kehidupan seorang anak. Selain itu, faktor lingkungan eksternal yaitu teman
18
sebaya juga memiliki pengaruh dan peranan yang lebih besar terhadap pembentukan perilaku remaja dibandingkan lingkungan keluarga. Selama masa pubertas, remaja akan memiliki kelekatan yang lebih tinggi dengan teman sebaya dibandingkan dengan pengasuh utamanya. Hal ini dikarenakan remaja memiliki keingintahuan yang lebih besar terhadap dunia luar. Tingginya kelekatan antara remaja dengan teman sebaya membuat remaja cenderung lebih banyak menghabiskan banyak waktu dengan teman sebaya dibandingkan keluarga (Hurlock 1998; Nurhidayah 2011; Uytun et al. 2013; Karina, Hastuti, dan Alfiasari 2013). Keterbatasan penelitian ini yaitu usia remaja hanya difokuskan pada remaja awal dengan rentang usia 13 hingga 15 tahun, sehingga tidak dapat merepresentasikan usia remaja secara keseluruhan. Jumlah contoh hanya melibatkan 50 orang, sehingga hasilnya tidak dapat merepresentasikan di daerah sub urban. Penelitian ini hanya melibatkan remaja dan ibu sebagai responden, sehingga tidak mampu melihat pengaruh karakteristik lingkungan sosial di sekitar remaja yang memungkinkan memiliki pengaruh dan peranan yang besar terhadap karakter remaja.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Metode sosialisasi apprenticeship (pendampingan) merupakan metode sosialisasi yang paling banyak dilakukan oleh ibu di daerah sub urban, sedangkan metode sosialisasi operant (penguatan untuk meningkatkan perilaku yang berulang) paling jarang dilakukan. Kelekatan ibu berada pada kategori sedang, yang mengindikasikan bahwa ikatan emosi antara ibu dengan remaja sudah cukup lekat. Hampir keseluruhan remaja memiliki moral knowing dan feeling yang berada pada kategori tinggi, tetapi hanya lebih dari separuh remaja memiliki moral acting yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir keseluruhan remaja telah mampu mengetahui dan melibatkan emosi mengenai nilai-nilai kebaikan, tetapi hanya lebih dari separuh remaja yang mampu melakukan nilai-nilai kebaikan tersebut. Karakteristik remaja dan keluarga tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan metode sosialisasi ibu, sedangkan besar keluarga memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kelekatan ibu. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka ikatan emosional antara ibu dengan remaja semakin rendah. Ditemukan pula bahwa semakin baik metode observational yang disosialisasikan ibu dan semakin tingginya kelekatan ibu maka semakin baik pula karakter remaja. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap karakter remaja yaitu hanya kelekatan ibu. Saran Metode sosialisasi operant perlu lebih dioptimalkan agar keseluruhan metode sosialisasi diterapkan dengan sangat baik, sehingga keberagaman metode sosialisasi dapat meningkatkan karakter remaja. Selain itu, ibu perlu membangun
19
kelekatan yang aman dengan remaja, sehingga karakter remaja yang baik akan terus terjaga hingga ke tahap usia selanjutnya. Jumlah anggota keluarga yang sedikit dapat meningkatkan kelekatan antara ibu dan remaja, sehingga diharapkan untuk ke depannya keluarga melaksanakan program BKKBN dalam menekan angka kelahiran. Selain itu, metode sosialisasi yang baik dan tingginya kelekatan ibu akan menghasilkan karakter remaja yang baik, sehingga saran untuk orang tua, khususnya ibu sebaiknya membangun kelekatan yang aman dengan remajanya dan menerapkan nilai-nilai karakter kepada remaja dengan lebih optimal. Mensosialisasikan nilai-nilai baik dan buruk tersebut tidak bisa hanya sekedar ucapan yang terkesan seperti perintah. Nilai-nilai kebaikan akan lebih mudah dipahami dan diikuti jika ibu juga memberikan contoh dan menjadi teladan/figur agar anak meniru perilaku kebaikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Armsden G, Greenberg MT. 1987. The inventory of parent and peer attachment: individual differences and their relationship to psychological well-being in adolescence. Journal of Youth and Adoxc lescence. 16(5) :427-454. Asih, DSC. 2012. Pengaruh interaksi orang tua dan anak terhadap kesejahteraan anak pada keluarga nelayan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Berns RM. 1997. Child, Family, School, Community Socialization and Support. USA: Harcourt Brace College Publisher. Bretherton I. 1992. The origins of attachment theory: John Bowlby and Mary Ainsworth. Journal of Developmental Psychology. 28:758-775. Crossan M, Mazutis D, Seijts G. 2013. In search of virtue: The role of virtues, values and character strengths in ethical decision making. Journal of Buiness Ethics. 113:567-581.doi:10.1007/s10551-013-1680-8. Dewi PY. 2009. Hubungan antara kelekatan terhadap orang tua dengan identitas diri pada remaja pria delinquent di lembaga permasyarakatan anak Kutoarjo [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. DiClemente RJ et al. 2001. Parental monitoring: Association with adolescents’ risk behaviors. Pediatrics. 107.1363-1368. Dimyati V. 2012. Sudibyo: Remaja Indonesia Kian Tak Memiliki Karakter. Jurnal Nasional [Internet]. [diunduh 2013 Mei 15]. Freeman H, Brown BB. 2001. Primary attachment to parents and peers during adolescence: Differences by attachment style. Journal of Youth and Adolescence. 30(6): 653-674. Gunarsa SD, Gunarsa YSD. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta (ID): PT BPK Gunung Mulia. Hastuti D, Alfiasari, Sarwoprasodjo S. 2012. Model harmonisasi peran keluarga dan sekolah dalam pembentukan karakter mulia remaja bagi tercapainya visi “Insan cerdas komprehensif tahun 2014” [laporan]. Hurlock EB. 1998. Psikologi Perkembangan. Jakarta (ID): Erlangga. Hyoscyamina DE. 2011. Peran keluarga dalam membangun karakter anak. Jurnal Psikologi Undip. 10(2): 144-152.
20
Kadarmanta A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta (ID): PT Forum Media Utama. Karina, Hastuti D, Alfiasari. 2013. Perilaku bullying dan karakter remaja serta kaitannya dengan karakteristik keluarga dan peer group. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 6(1): 20-29. Keiley MK. 2002. Attachment and affect regulation: A framework for family treatment of conduct disorder. Journal of Family Process. 41(3):477-493. Lestari S. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta(ID): Kencana Perdana Media Group. Lickona T. 2001. What is good character?. Reclaiming Children and Youth. 9(4): 239-251. Megawangi R. 2009. Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bogor (ID): Indonesia Heritage Foundation. Nuraliah. 2013. Pengaruh kelekatan remaja dengan ibu dan teman sebaya terhadap kecerdasan sosial (social intelligence) remaja pada keluarga bercerai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Nurhidayah S. 2011. Kelekatan (attachment) dan pembentukan karakter. Turats. 7(2): 78-83. Park N, Peterson C, Seligman MEP. 2004. Strengths of character and well-being. Journal of Social and Clinical Psychology. 23(5):603-619. Pasaribu RM. 2013. Pengaruh gaya pengasuhan dan metode sosialisasi orang tua terhadap karakter jujur dan tanggung jawab siswa SMA di Kota Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Peterson C, Seligman MEP. 2004. Character Strength and Virtues: A Handbook of Classification. New York (US): Oxford University Press. Rahmah L. 2011. Pembentukan karakter remaja melalui pembinaan moral. Semarang (ID): Fakultas Psikologi, Universitas Islam Sultan Agung. Rueter MA, Conger RD. 1995. Antescendents of parent-adolescent disagreement. Journal of Marriage and the Family. 57:435-448. Shmueli-Goetz Y, Target M, Fonagy P, Datta A. 2008. The child attachment interview: a psychometric study of reliability and discriminant validity. Journal of Developmental Psychology. 44(4): 939-956. Srikandi. 2013. Hubungan stimulasi psikososial dan metode sosialisasi dengan karakter disiplin dan hormat santun remaja pada keluarga bercerai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [UNDP] United Nation Development Programme. 2013. Laporan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Uytun MC, Oztop DB, Esel E. 2013. Evaluating the attachment behaviour in during puberty and adulthood. Düşünen Adam The Journal of Psychiatry and Neurological Sciences. 26(2):177-189.doi: 10.5350/dajpn2013260208. Van Eijk FEAM, Branje SJT, Hale WW III, Meeus WHJ. 2012. Longitudinal associations between perceived parent-adolescent attachment relationship quality and generalized anxiety disorder symptoms in adolescence. Journal of Abnormal Child Psychology. 40:871-883. doi:10.1007/s.10802-0129613-z.
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin remaja Kategori
Persentase (%)
Laki-laki Perempuan
50.0 50.0
Total
100.0
Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan status bekerja ibu Kategori
Persentase (%)
Bekerja Tidak bekerja
28.0 72.0
Total
100.0
Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan jawaban metode sosialisasi ibu No
Pernyataan
Operant 1. Memarahi dan berkata kasar jika anak bermain hingga larut malam.* Modelling 2. Anak lebih suka meniru hal yang dicontohkan orang lain daripada yang saya contohkan.* Cognitive 3. Tidak peduli akan prestasi anak, baik di rumah, lingkungan, maupun di sekolah.* Apprenticeship 4. Ketika anak mulai puber, maka saya mulai mengajarkannya cara menjaga penampilan. Lalu, ketika anak mulai memiliki pengetahuan yang telah saya ajarkan, maka saya hanya terkadang mengingatkan atau membantu anak melakukan hal tersebut. Kemudian, setelah anak mampu menjaga dirinya, maka saya akan membiarkannya secara mandiri untuk melakukan hal tersebut.. Keterangan: 1 = tidak menggambarkan diri responden 2 = kurang menggambarkan diri responden 3 = sangat menggambarkan diri responden * = pernyataan negatif dan nilai dibalik
1 n
2 %
3
n
%
n
%
47 94.0
2
4.0
1
2.0
48 96.0
1
2.0
1
2.0
50 100.0 0
0.0
0
0.0
3
4.0
45 90.0
6.0
2
22
Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan jawaban kelekatan ibu No
Pernyataan
1. Tinggal bersama ibu kandung. 2. Sangat mencintai ibu, maka jika telah dewasa ingin menjadi orang tua sebaik ibu.
1
2
3
n
%
n
%
0 1
0.0 2.0
0 1
0.0 2.0
n
%
50 100.0 48 96.0
Keterangan: 1 = tidak menggambarkan diri responden 2 = kurang menggambarkan diri responden 3 = sangat menggambarkan diri responden
Lampiran 5 Sebaran contoh berdasarkan jawaban karakter remaja No
Pernyataan
Moral Knowing 1. Harus bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan. Moral Feeling 2. Kecewa pada lawan bermain jika saya kalah dalam permainan.* Moral Acting 3. Pernah berkelahi dan bermusuhan dengan teman.* Keterangan: 1 = tidak menggambarkan diri responden 2 = kurang menggambarkan diri responden 3 = sangat menggambarkan diri responden * = pernyataan negatif dan nilai dibalik
1
2
3
n
%
n
%
n
%
1
2.0
2
4.0
47 94.0
35 70.0
3
6.0
12 24.0
11 22.0
3
6.0
36 72.0
21 23
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Maret 1993 di Karawang, yang merupakan putri keempat dari empat bersaudara. Orang tua penulis bernama H. Endang Sukarya dan Hj. Trinny Yuliarthika. Pada tahun 2010, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Karawang dan melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor S1 Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Gentra Kaheman dan beberapa kegiatan kampus. Kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti penulis yaitu Canvasing Sosialisasi IPB 2010 (Purwakarta, Subang, Karawang) sebagai anggota divisi konsumsi, Departemen Profesi dan Keahlian Gentra Kaheman IPB periode 2011-2012 sebagai penanggung jawab divisi tari, Mimitran Gentra Kaheman IPB 2012 sebagai anggota divisi acara, Latihan Rutin Gentra Kaheman IPB 2012 sebagai ketua pelaksana, Masa Perkenalan Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB 2012 sebagai anggota divisi hubungan masyarakat dan publikasi, Beasiswa Tari Gentra Kaheman IPB 2012 sebagai ketua pelaksana. Penulis juga aktif di luar kampus yaitu sebagai penari di Sanggar Tari Obor Sakti. Prestasi penulis selama kuliah yaitu Juara 2 Tari Tradisional “SPARE 7 FKM UI”, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekologi Manusia 2011 di Bidang Seni, Juara 2 Seni Tari “Pekan Seni Mahasiswa Daerah Se-Jabodetabek”, Juara 1 Tari Tradisional “SPARE 8 FKM UI”, Finalis Contemporary Dance Competition “The 11th Indonesian Dance Festival” Tingkat Nasional, 5 Penyaji Unggulan Terbaik “Karnaval Keprajuritan” Tingkat Nasional, Juara 1 Seni Tari Kontemporer “The 6th Ecology Sport and Art Event Fakultas Ekologi Manusia”, Penyaji Terbaik “Gebyar Festival Tari Universitas Brawijaya Malang” Se-Jawa dan Bali, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekologi Manusia 2012 di Bidang Seni.