PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
UKHTUL IZZAH 20141050063
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI
Telah disetujui pada tanggal : 25 Juli 2016
Oleh : Ukhtul Izzah Nim 20141050063
Pembimbing
Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M. Kes
(……………………………………)
Mengetahui Ketua Program Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fitri Arofiati. S. Kep., Ners, MAN., PH.D
ABSTRAK PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF DAN GAMBARAN AFEKTIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI Ukhtul Izzah¹, Wiwik Kusumawati² ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah mengadakan perbaikan kurikulum dari Teacher Centered Learning ke Student Centered Learning, salah satunya adalah dengan menggunakan metode tutorial. Keberhasilan dari diskusi tutorial sangat dipengaruhi oleh tahapan struktur yang terdapat dalam tutorial seven jump. Proses ini akan mempengaruhi perilaku peserta didik itu sendiri baik pengetahuan (kognitif), afektif (sikap) dan psikomotor. Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh metode pembelajaran PBL tutorial seven jump terhadap kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa. Metode Penelitian : jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini telah menggunakan metode Quasi Eksperiment dengan pendekatan pre and post test withaout control dengan treatment Problem Based Learning. Sampel dalam penelitian ini menggunakan soal MCQ ( kognitif) dan observasi (afektif). Kemudian di analisa menggunakan uji paired samples t test. Hasil Penelitian : Hasil penelitian setelah dilakukan 3x intervensi Problem Based Learning menunjukkan nilai kemampuan kognitif ρ-value = 0.001 ( ρ-value < 0.05), sedangkan untuk nilai afektif ρ-value = 0.000 ( ρ-value < 0.05). Penilaian kemampuan kognitif yang tertinggi adalah pada tutorial pertama, sedangkan untuk nilai afektif yang tertinggi adalah tutorial ketiga. Kesimpulan : Ada pengaruh kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa prodi SI Kjeperawatan STIKes Banyuwangi setelah dilakukan 3x metode PBL tutorial seven jump. Kata Kunci : Problem Based Learning, tutorial seven jump, kognitif, afektif 1 Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
THE EFFECTS OF PROBLEM BASED LEARNING METHOD TO THE COGNITIVE SKILLS OF BACHELOR DEGREE (S1) STUDENTS IN NURSING, AT STIKES BANYUWANGI Ukhtul Izzah1, Wiwik Kusumawati2 Abstract Background: One of the ways taken by the Indonesian government to improve the quality of education in Indonesia is by revising the applied curriculum from Teacher Centered Learning to Students Centered Learning. Tutorial methods is one of the examples of applied method in this case. This tutorial method’s success is influenced by the stages of structures in tutorial seven jump which also influences the behavior of students specifically their cognitive, affective and psychomotor behavior. Objectives: The research was aimed at analyzing the effects of Problem Based Learning (PBL) tutorial seven jump method to the students’ cognitive and affective skills. Research Method: The research is a qualitative research which applies quasi experiment approach. Pre and post-test without control by Problem Based Learning treatment was performed. The sample on this research was MCQ questions (cognitive) and observation (affective). Then, the data was analyzed by using paired sample t test. Results: The research showed that after 3(three) times performing PBL intervention to the students, their cognitive skill was shown as follow: p value = 0.001 (p-value <0.05). Meanwhile, affective score was shown in p-value= 0.000 (p-value <0.05). The highest cognitive score was resulted at the first tutorial whereas the highest affective score was at the third tutorial. Conclusion: After 3 (three) times treatment, BPL seven up jump affected the cognitive and affective skills of the bachelor degree students majoring in nursing at STIKES BANYUWANGI. Keywords: problem based learning, tutorial seven jump, cognitive, affective 1
Nursing student of University Muhammadiyah of Yogyakarta of Nursing Program at University of Muhammadiyah Yogyakarta
2Lecturer
PENDAHULUAN Perguruan tinggi dibidang kesehatan
termotivasi mengiukuti kegiatan pembelajaran,
berperan penting dalam menghasilkan tenaga
dan ini berdampak pada prestasi yang akan
kesehatan yang kompeten dan berkualitas
mahasiswa capai yang meliputi ranah kognitif,
dengan cara membekali teori dan praktek
afektif dan psikomotor (Mody et al., 2012).
meliputi kognitif, afektif dan psikomotor melalui
Salah satu upaya pemerintah dalam
materi perkuliahan dengan harapan mahasiswa
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
mampu berpikir tingkat tinggi seperti berpikir
adalah
kritis, berpikir analisis dan lain sebagainya
(Mahanal, 2007). Sejalan dengan kurikulum yang
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
diimplementasikan saat ini yang mana terjadinya
2010). Hal ini juga dibenarkan oleh Suprijono
perubahan paradigma pembelajaran dari Teacher
(2009) bahwa Keberhasilan peningkatan kualitas
Centered Learning (TCL) ke Student Centered
sumber daya manusia melalui pendidikan dapat
Learning (SCL) sehingga pembelajaran yang
diwujudkan salah satunya melalui ketepatan
diberikan merupakan adult learning yang memacu
proses pembelajaran dalam mencapai tujuan
mahasiswa
pembelajaran tersebut. Dimana proses akan
meningkatkan potensi dalam mengembangkan
mempengaruhi perilaku peserta didik itu sendiri
kepribadian (Nursalam, 2012) Student Center
baik pengetahuan (kognitif), afektif (sikap) dan
Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran
psikomotor melalui kegiatan membaca dan
yang memberdayakan peserta didik menjadi
mengamati,
pusat perhatian selama proses pembelajaran
mendengar,
meniru,
dan
lain
sebagainya (Suprijono, 2009).
mengadakan
/
peserta
perbaikan
didik
kurikulum
untuk
lebih
berlangsung. Salah satu model pembelajaran
Pembelajaran konvensional yang saat ini masih umum digunakan oleh perguruan tinggi
yang dikembangkan dalam pembelajaran SCL yaitu Problem Based Learning (PBL) (Aipni, 2013).
maupun sekolah tinggi keperawatan di Indonesia
Saat ini , system pembelajaran profesi
dinilai tidak sejalan lagi dengan kemajuan dunia
ners
pendidikan di era globalisasi ini. Pembelajaran
ketidakstabilan. Hal ini salah satunya dibuktikan
konvensional
yang
dengan adanya uji kompetensi keperawatan 50%
menyebabkan
mahasiswa
bersifat
tradisional
menajdi
tidak
di
Indonesia
mengalami
tren
dengan batas nilai kelulusan 44,38 dan pada
tahun 2015 sebanyak 64 % denagn batas nilai
Problem Based Learning (PBL) Adalah
45,61 (www.aipdiki.org). ketidakstabilan angka
salah satu metode pembelajaran yang sangat
kelulusan mahasiswa pada saat mengikuti ujian
popular pada masa kini. Dimana didalam
kompetensi
strategi
implementasi pembelajaran ini menggunakan
yang
masalah yang nyata dalam kehidupan dan
menyebabkan penurunan kemampuan kognitif,
dituangkan dalam bentuk skenario. Masalah
afektif dan psikomotor. Pendidikan yang hanya
diajukan sedemikian rupa sehingga para pelajar
mengembangkan
menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan
bisa
pembelajaran
disebabkan
yang
kurang
dari efektif,
pembelajaran
konvensional
juga dapat menyebabkan kemampuan kognitif
agar
tidak terasah sehingga peserta didik tidak terbiasa
tersebut. (Nursalam 2012).
mengasah
kemampuannya
baik
mereka
pada
Sebuah
dapat
hasil
memecahkan
penelitian
masalah
tentang
kemampuan afektif maupun psikomotoriknya,
penerapan metode PBL di National Central
oleh karena itu sangatlah dibutuhkan srategi
University Chungli, Taiwan (Chang, 2006)
pembelajaran
meningkatkan
menyatakan bahwa performansi para mahasiswa
kemampuan kognitif, afektif maupun kognitif
meningkat secara signifikan setelah menerapkan
mahasiswa. Adapun strategi pembelajaran yang
metode PBL, terutama pada aspek pengetahuan
bisa diterapkan antara lain problem based learning.
(kognitif), afektif dan psikomotor. Kebutuhan
yang
Hasil
mampu
penelitian
Amyana
(2007)
metode
PBL
khususnya
pada
kurikulum
menunjukkan bahwa Problem Based Learning
perguruan tinggi timbul karena desakan dari
(PBL)
keefektifan
masyarakat, perusahaan-perusahaan, pemerintah
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
maupun badan usaha lain yang tidak puas akan
kemampuan berpikir kritis mahassiwa, selain itu
kompetensi lulusan sarjana yang kurang memiliki
juga membuat suasanan pembelajaran lebih
keterampilan pengetahuan (kognitif) maupun
kondusif. Dengan menggunakan pendekatan
sikap yang dibutuhkan dalam dunia perkuliahan
ilmiyah
maupun dunia kerja (Salleh, 2007).
mampu
proses
meningkatkan
pembelajaran
kana
terjadi
keseimbangan dan peningkatan kemampuan
Berdasarkan fenomena yang diamati
kognitif, afektif dan psikomotorik (Hidayati,
oleh peneliti bahwa salama ini pembelajaran yang
2014).
diimplementasikan masih menggunakan metode
pembelajaran konvensional. Hal itu tercermin
rata IP angkatan 2011 (3, 40). Sedangkan pada
dari kegiatan dan proses pembelajaran yang
tahun 2012 (3,82). Dan apabila dilihat dari IP per
masih menitik beratkan kepada dosen atau
mahasiswa yang mendapat IP dibawah 3 pada
pengajar, sehingga mahasiswa menjadi pasif.
angkatan 2010 ada 8 orang, pada angkatan 2011
Berdasarkan
10
yang mendapat IP dibawah 3 sekita 10 orang,
mahasiswa prodi SI Keperawatan angakatan
sedangkan pada angkatan 2012 sebanyak 20
2011 dan 2012 didapatkan informasi bahwa
orang. Kesimpulannya dalam hal perolehan IP
proses pembelajaran yang diberikan tenaga
mengalami penurunan dari angkatan 2010 ke
pendidik selama ini cenderung monoton hanya
angkatan
berikutnya.
sebatas ceramah dan penugasan. Enam dari 10
terhadap
kognitif
mahasiswa mengatakan jenuh dan merasa bosan
pembelajaran yang diberikan juga turut berperan
dengan metode pembelajaran yang selama ini
serta
dilakukan.
Berdasarkan data yang diterima bahwa pada
hasil
wawancara
kepada
Hasil wawancara ini juga didukung
Selain
berpengaruh
mahasiswa
mempengaruhi
afektif
metode
mahasiswa.
tahun 2011 sebanyak 56% mahasiswa terlambat
dengan adanya data yang diperoleh dari BAAK
saat
(Biro Administrasi Akademis Kemahasiswaan)
peningkatan prasentase pada tahun berikutnya.
STIKes Banyuwangi bahwa terdapat penurunan
Selain sikap kedisiplinan terkait hal tersebut
nilai kognitif yang dilihat dari hasil ujian
diatas, terdapat 45% kehadiran mahasiswa
beberapa mata kuliah, salah satunya pada mata
dinyatakan kurang (kurang dari 80%). Selain
kuliah IDK II yang
mengalami penurunan
melihat data terkait sikap/afektif mahasiswa,
setiap tahunnya, terhitung sejak tahun 2012
peneliti juga mewawancarai beberapa dosen wali
sampai
masuk
dan
kuliah
tentang
mempengaruhi
nilai
indeks
wawancara dosen ada 5 orang dosen dari 8
prestasi mahasiswa. Berdasarkan IP yang peneliti
dosen mengatakan bahwa attitude mahasiswa
dapatkan dari bagian evaluasi akademik prodi SI
STIKes Banyuwangi kurang baik, terutama pada
Keperawatan STIKes Banyuwangi, didapatkan
mahasiswa tingkat 1 semester II.
bahwa rata-rata IP yang peneliti dapatkan untuk angkatan 2010 (3,64) lebih besar disbanding rata-
Sejumlah
mahasiswa.
mengalami
mata
turut
attitude
kuliah
Penurunan
tersebut
sekarang.
akan
permasalahan
Dari
hasil
sebagaimana
diungkapkan di atas, menjadi inspirasi bagi
penulis untuk mencari jalan pemecahannya
dibutuhkan; 5) menformulasi tujuan belajar; 6)
dengan
mengumpulkan
mengadopsi
menggunakan
model
cara
pembelajaran
pembelajaran
yang
informasi
melalui
belajar
mandiri; 7) mensintesis informasi baru dan
berpusat pada peserta didik dan berorientasi
menguji
kompetensi, yaitu model Problem Based Learning
permasalahan yang sedang dikemukakan dan
(PBL) yang dikembangkan oleh McMaster
melakukan refleksi penguatan hasil belajar.
University in Hamilton, Ontario, Canada in the
serta
mengevaluasinya
untuk
Pada Pada tahun akademik 2014/2015,
late 1960s by Howard Barrows and His
Sekolah Tinggi
Colleagues. Menurut Suci (2008:23), model
Banyuwangi
pembelajaran berpusat pada masalah mampu
kompetensi. Hal tersebut sangat berpengaruh
meningkatkan
belajar
terhadap proses pembelajaran mahasiswa. Proses
mahasiswa. Harsono dan Dwiyanto (2005:5)
pembelajaran yang dahulu berpusat pada dosen
menyatakan bahwa PBL berpusat pada aktivitas
(Teacher Centered Learning) berubah menjadi
siswa
kehidupannya
berpusat kepada mahasiswa (Student Centered
bertumpu pada proses tutorial. Prinsip pokok
Learning). Oleh karena itu, dengan melalui proses
tutorial menurut Widuroyekti (2006:13) adalah
pembelajaran ini, maka mahasiswa dituntut
kemandirian mahasiswa. Salah satu teknik
untuk belajar mandiri dan dosen akan berperan
pembelajaran
sebagai fasilitator
(student
keaktifan
centered)
dari
dan
dan
metode
hasil
tutorial
yang
Ilmu
Kesehatan (STIKes)
menerapkan kurikulum berbasis
dalam mencapai tujuan
dikembangkan oleh Schmidt dan Bouhuijs
pembelajaran. Dalam mencapai kompetensi yang
(2007) yaitu menggunakan tujuh langkah (seven
diinginkan harus dirumuskan terlebih dahulu
jumps) yang pada hakikatnya menempatkan peran
learning objective dari pembelajaran. Strategi yang
dan tanggung jawab pembelajar (mahasiswa)
digunakan untuk mencapai kompetensi adalah
lebih besar dan sangat penting. Langkah-langkah
dengan menggunakan Problem Based Learning,
tersebut adalah: (1) klarifikasi terminologi dan
baik menggunakan video tutorial maupun
konsep yang belum dipahami; 2) mendefinisikan
skenario kasus.
permasalahan; 3) menganalisis permasalahan dan menawarkan
penjelasan
sementara;
Dengan
adanya
fenomena
diatas
4)
menarik peneliti untuk melakukan metode
menginventarisir berbagai penjelasanan yang
pembelajaran mandiri yang berpusat kepada
mahasiswa guna untuk meningkatkan motivasi
pada
belajar mahasiswa yang mana nantinya juga akan
Sebelum penelitian dilakukan peneliti melakukan
menghasilkan kemampuan kognitif dan afektif
breaving kepada 10 tutor agar pelaksanaa proses
yang lebih baik dari sebelumnya Dengan
penelitian
demikian, peneliti menganggap perlu adanya
pengumpulan
perubahan pada strategi model pembelajaran di
dengan metode Problem Based Learning (Seven
STIKes Banyuwangi untuk mengaplikasikan
jump), dimana metode pembelajaran tersebut
model pembelajaran Problem Based Learning
dilakukan 3x pertemuan.
dengan metode tutorial seven jump sebagai upaya
pembelajaran PBL Tutorial dikelas peneliti
meningkatkan kemampuan kognitif dan sikap
melakukan observasi dengan mengisi cheklist
mahasiswa prodi SI Keperawatan STIKes
observasi untuk melihat gambaran afektif[
Banyuwangi tahun 2016.
mahasiswa
Sedangkan
METODE PENELITIAN
kemampuan
Kognitif
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
berjalan data
2015/2016.
lancar.
Kemudian
dilakukan
pembelajaran
Dalam proses
untuk mahasiswa
menilai peneliti
menggunakan penilaian dengan metode evaluasi
menggunakan pendekatan dengan desain Pre and
diberikan kepada 100 responden yaitu 50
post test without control (control diri sendiri), Pada
responden untuk kelas I.a dan 50 responden
desain ini peneliti hanya melakukan intervensi
untuk kelas I.b dimana soal tersebut diberikan
pada
pada pre dan post pembelajaran tutorial dengan
kelompok perlakuan
tanpa dinilai
ini
Keperawatan
hasil belajar MCQ (Mutiple-choice qustion) yang
efektifitas
eksperiment
S-1
peneliti
satu
Quasi
prodi
pembanding. dengan
cara
3x intervensi, yaitu pada pertemuan tutorial 1, 2
membandingkan nilai post test dengan pre test.
& ke 3. Tahapan analisis yang digunakan oleh
Desain penelitian Quasi eksperiment tersebut
peneliti adalah pertama dilakukan uji normalitas
digunakan pada penilaian kemampuan kognitif.
kemudian dilanjutkan uji analissi data univariat
Sedangkan untuk melihat gambaran afektif
dan bivariat.
mahasiswa menggunakan metode penelitian
Lokasi penelitian dilakukan diruang
survey deskriptif. Data diperoleh melalui melalui
prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi.
proses perijinan studi pendahuluan dan STIKES
Peneliti melakukan penelitian pada Bulan April-
Banyuwangi guna memperoleh jumlah populasi
Juni 2016.
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur (n = 100) Variabel Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan
Umur
17 tahun 18 tahun 19 tahun
N 27 73 29 49 22
% 27.0 73.0 29.0 49.0 22.0
Sumber Data Primer 2016
responden sebagian besar adalah perempuan sebanyak 73 orang (73.0%). Umur responden sebagian besar adalah 18 tahun sebanyak 49 orang (49.0%). 2. Uji perbedaan skor kemampuan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan metode
Problem Based Learning (tutorial seven jump). distribusi
78-90
84.56
69-79
78.77
0.000
Berbeda
*p < 0,05 based on paired t-test Tabel 1.2 menunjukkan hasil uji paired ttest perbedaan skor kognitif pretest dan posttest diperoleh p-value (0.001) < 0.05, artinya ada perbedaan yang signifikan skor kognitif pada pretest dan posttest
Table 1.1 menunjukkan jenis kelamin
Penilaian
Kognitif 2 Post test Kognitif 2 Pre test Kognitif 3
hasil
uji
coba
Perbedaan skor kognitif sebelum dan setelah
3.
pengaruh metode pembelajaran PBL
Problem Based Learning (tutorial seven jump) terhadap kemampuan kognitif Tabel 1.3 Distribusi hasil uji pengaruh skor tutorial terhadap kemampuan kognitif setelah proses pembelajaran tutotial seven jump Keterangan tutorial_1 & post_kog_1 tutorial_2 & post_kog_2 tutorial_3 & post_kog_3
Nilai Mean 74.58 89.32 78.13 84.56 81.85 86.37
P*
Makna
.001
Berbeda
.023
Berbeda
.003
Berbeda
*p < 0,05 based on paired t-test
aplikasi pembelajaran tutorial seven jump dengan menggunakan paired t test dapat digambarkan
test perbedaan skor kognitif pretest dan posttest
pada tabel dibawah ini : Tabel 1.2 Distribusi hasil uji pengaruh skor tutorial terhadap kemampuan kognitif setelah proses pembelajaran tutotial seven jump Keterangan Pre test Kognitif 1 Post test Kognitif 1 Pre test
Tabel 1.3 menunjukkan hasil uji paired t-
Min – max 40-75
Nilai mean 68.84
68-89
78.32
56-79
78.82
p*
Makna
0.001
Berbeda
0.003
Berbeda
diperoleh p-value (0.001) < 0.05, yang berarti ada pengaruh metode Problem Based Learning terhadap kemampuan kognitif mahasiswa prodi SI Keperawatan di STIKes Banyuwangi
4. Penilaian distribusi frekuensi gambaran
Adapun hasil rekapitulasi data jenis
afektif pada proses metode pembelajaran
kelamin pada responden penelitian ini
Problem Based learning (tutorial tutorial
sebagian besar adalah perempuan yaitu
seven jump)
sebanyak
Adapun
hasil
penilaian
Penilaian
73
sedangkan
responden
(73
%),
dengan
jenis
Perbedaan
jenis
responden
distribusi frekuensi gambaran afektif pada proses
kelamin
metode pembelajaran Problem Based learning
kelamin sebenarnya bukanlah sebuah
(tutorial tutorial seven jump) dijelaskan pada
faktor pembeda yang mempengaruhi
tabel dibawah ini :
prestasi belajar (Trisniawati, 2013). Hasil
Tabel 1.4 Frekuensi penilaian afektif mahasiswa pada kegiatan tutorial seven jump
laki-laki.
penelitian
ini
juga
sesuai
dengan
penelitian (Robbin, 2003) bahwa jenis Kompon en Afektif tutorial 1 Afektif tutorial 2 Afektif tutorial 3
Nilai (prosentase %) Sangat Baik Cukup Kurang baik 10 28 60 2 21
64
15
0
60
27
13
0
kelami
pada tabel diatas pada tutorial 1 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 65% dengan kategori cukup. Sedangkan pada penilaian afektif tutorial 2 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 64% dengan kategori baik. Sedangkan pada penilaian afektif tutorial 3 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 60% dengan kategori sangat baik. PEMBAHASAN 1.
Karakteristik Responden a. Jenis kelamin
mempengaruhi
kemampuan belajar. Jenis kelamin dalam penelitian ini bukan menjadi faktor yang mempengaruhi maupun
Pada tabel distribusi penilaian afektif
tidak
kemampuan
afektif
kognitif
mahasiswa.
Sesuai
dengan apa yang dijelaskan diatas kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan
kognitif
dan afektif mahasiswa. seperti yang dikemukakan (Mulyasa, 2004) bahwa faktor-faktor
lain
mempengaruhi diantaranya
yang proses
adalah
dapat belajar
waktu
dan
kesempatan, siswa dengan jenis kelamin perempuan mungkin
dikaruniai saja
dapat
hal-hal
yang
mengganggu
intensitas dalam belajarnya, misalnya
dalam siklus haid. Hasil penelitian ini
Mulyasa (2004) bahwa Kedewasaan
mendapatkan
responden
seseorang bukanlah terletak pada ukuran
dalam bentuk beragam, diantara mereka
usianya, melainkan justru sejauh mana
yang berjenis kelamin laki-laki ada yang
tingkat kematangan emosional yang
hasil kemampuan kognitifnya baik dan
dimilikinya.
ada
antara pengambilan keputusan rasional
yang
hasil
cukup
dari
maupun
kurang.
Mampu
Begitupun juga pada responden yang
dengan
berjenis kelamin perempuan. Karena
Kedewasaan
mahasiswa dengan jenis kelamin laki-laki
sendirinya melainkan dengan adanya
dan perempuan mempunyai hak dan
pertumbuhan.
kesempatan
pertumbuhan tidak selalu sama. Ada
yang
sama
dalam
melaksanakan proses pembelajaran
dorongan
membedakan
tidak
emosionalnya. datang
dengan
Masing-masing
yang mengalami masa pertumbuhan
b. Usia
dengan cepat dan ada juga yang lambat. Hasil rekapitulasi data pada
karakteristik
usia
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi
responden
pada semua orang tanpa mengenal batas
menunjukkan sebagian besar responden berusia 18 tahun yaitu sebanyak 49
usia dan berlangsung seumur hidup. 2.
Perbedaan kemampuan kognitif mahasiswa
responden (49,0%). Psikolog Sarlito
sebelum dan sesudah dilakukan metode
Wirawan, faktor usia tidak menjadi
Problem Based Learning (Tutorial Seven
patokan
Jump).
kedewasaan
seseorang.
Terkadang wanita berusia 20 tahun lebih
Hasil
penilaian
kognitif
pada
dewasa daripada pria yang sudah usia 25
tutorial 1 menunjukkan nilai sebelum
tahun.
menyebutkan
dilakukan intervensi nilai minimal pre test
semakin lan jut usia seseorang maka
sebagian besar 40 dalam kategori kurang.
semakin
meningkatkan
kedewasaan
Dan nilai maximal 79 dengan kategori
seseorang
dalam
menyelesaikan
cukup, dengan nilai mean 68,84 Penilaian
masalahnya. Pernyataan ini berbeda
kognitif setelah dilakukan intervensi nilai
dengan apa yang dikemukakan oleh
minimal 68 dan nilai maksimal 96, dengan
Sigian
(2002)
nilai mean 78,82. Hasil uji statistic paired t test
intervensi menunjukkan bahwa metode
menunjukkan 0,001, karena nilai p = < 0,05
pembelajaran tutorial seven jump mampu
yang artinya terdapat perbedaan yang
meningkatkan
bermakna
mahasiswa,
tingkat
kognitif
sebelum
kemampuan seperti
apa
kognitif
yang
telah
dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan
dikemukakan oleh O’Kelly (2006) bahwa
intervensi.
pembelajaran
Nilai
perbedaan
ini
juga
ini
mampu
mengasah
didapatkan pada penilaian kognitif tutorial 2
kemampuan kognitif mahasiswa dan bisa
dan tutorial 3 sebagaimana yang telah
mampu untuk lebih bertanggung jawab
dijelaskan pada tabel 1.2
terhadap apa yang mereka butuhkan dalam
Domain aspek kognitif antara lain : tingkatan
hafalan
yang
mencakup
mengikuti perkuliahan. Hal ini juga bisa dibuktikan
dengan
adanya
perubahan
menghafal verbal dan menghafal paraphrase
peningkatan kemampuan kognitif
materi pelajaran; tingkatan pemahaman
tabel 1.3 bahwa penilaian kognitif pada
yang
pertemuan 1 lebih besar nilainya pada
mencakup
kemampuan
mengidentifikasi,
membandingkan,
serta
pada
pertemuan 2 dan pertemuan 3 juga lebih
menyimpulkan; tingkatan aplikasi yang
besar
mencakup kemampuan menerapkan rumus,
dibandingkan pada pertemuan ke 2, hasil
prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi
penelitian ini bisa didukung dengan adanya
dilapangan;
mencakup
pendapat dari Dutch et al (2011) yang
menggolongkan,
menjelaskan bahwa Problem Based Learning
tingkat
analisis
kemampuan mengklasifikasi; mencakup unsure,
tingkatan
kemampuan
menyusun;
sintesis memadukan
tingkatan
evaluasi
mampu
hasil
kemampuan
mengubah
kognitifnya
pembelajaran
yang
sifatnya pasif menjadi pembelajaran yang sifatnya aktif. Dengan adanya pendapat juga
mencakup kemampuan menilai terhadap
merupakan
objek studi dengan menggunakan criteria
mempengaruhi
tertentu (Arifin, 2013).
pembelajaran PBL yang antara lain adalah
Adanya perbedaan hasil penilaian kognitif sebelum dan sesudah dilakukan
salah
satu
factor
keberhasilan
yang proses
pengalaman dan minat belajar siswa baik
3.
juga dapat mempengaruhi kemampuan
mempengaruhi kognitif mahasiswa antara
kognitif siswa.
lain : kemampuan mahasiswa dalam hal
Pengaruh metode Problem Based Learning
mengidentifikasi permasalahan, keinginan
(Tutorial
mahasiswa
Seven
Jump)
terhadap
kemampuan kognitif mahasiswa.
menemukan
solusi
dari
permasalahan tersebut, dengan demikian
Pada tabel 1.2 menunjukkan hasil
kemampuan memecahkan masalah akan
uji paired t-test hasil uji beda skor tutorial
mendorong
terhadap kognitif sebelum dan setelah
mahasiswa
proses pembelajaran tutotial diperoleh p-
Nurmaliah, 2015). Hal ini berkaitan dengan
value 0.027 < 0.05, artinya ada perbedaan
hasil penilaian pada tabel diatas bahwa
yang nyata skor tutorial terhadap kognitif
terjadi peningkatan antara tutorial 1, 2 dan 3
sebelun dan setelah proses pembelajaran
dimana dengan adanya peningkatan nilai
tutotial. Hasil data ini juga dapat dijelaskan
kognitif tersebut dipengaruhi oleh beberapa
pada tabel 1.3 bahwa terdapat perbedaan
faktor
dan terjadi peningkatan nilai dalam setiap
diantaranya
pertemuan berikutnya.
memecahkan masalah akan mendorong
Terdapatnya
perbedaan
semangat untuk
yang
dan
belajar
telah
keinginan
(Amisyah
disebutkan
adalah
&
diatas
kemampuan
tingkat
semangat dan keinginan untuk belajar,
kognitif sebelum dilakukan dan sesudah
semakin tingginya keinginan untuk belajar
dilakukan intervensi menunjukkan bahwa
maka semakin meningkat pula kemampuan
metode tutorial seven jump ini dapat
kognitif yang dimiliki. Selain beberapa faktor
mendorong pola pikir kreativitas mahasiswa
yang telah disebutkan diatas ada faktor lain
dalam pemecahan masalah. Meningkatkan
yang dapat mempengaruhi mahasiswa dalam
keaktifan mahasiswa dalam menanggapi
proses tutorial pada metode pembelajaran
hasil diskusi kelompok, hal ini menimbulkan
Problem Based Learning, diantaranya adalah
dampak positif bagi mahasiswa yang dapat
karakteristik mahasiswa, peran tutor sebagai
dilihat dari skor setelah dilakukan intervensi
fasilitator
dimana hasil skor menjadi semakin baik dan
digunakan.
meningkat (Wigar, A.F, 2012). Faktor yang
dan
kualitas
skenario
yang
PBL
merupakan
model
pembelajaran yang memiliki karakteristik penyelidikan
terhadap
intervensi.
yang
Metode pembelajaran PBL tutorial
disajikan. Menurut Bruner (1996 dalam
seven jump merupakan elemen belajar aktif,
Dahar, 2006) pengetahuan yang didapat
dimana mahasiswa terbagi dalam kelompok
melalui penemuan dapat bertahan lama,
kecil dengan aktivitas diskusi kelompok
lebih mudah untuk diingat, meningkatkan
dapat
penalaran mahasiswa dan kemampuan untuk
menyimpulkan point penting, mengakses
berpikir secara bebas, memberikan latihan
pengetahuan dan menyelesaikan masalah.
keterampilan
untuk
Penelitian yang dilakukan Ernawati (2014)
menemukan dan memecahkan masalah
menyebutkan bahwa metode tutorial seven
tanpa
jump mampu meningkatkan pengetahuan
kognitif
pertolongan
masalah
mahasiswa sebelum dan sesudah dilakukan
mahasiswa
orang
lain
dan
berupa
diperkuat
pada
belajar (Dahar, 2006). Dalam hal ini PBL
dilakukan
didesain
dengan
mengkonfrontasikan
menyebutkan bahwa metode tutorial seven
pebelajar
dengan
masalah
masalah
jump
yang
berhubungan
dengan
kedalam pemahaman yang lebih dalam suatu
Dent
mampu
&
penelitian
ide,
memberikan motivasi mahasiswa untuk
kontekstual
siswa,
membangkitkan
Harden
mendorong
(2013)
mahasiswa
materi pembelajaran sehingga pebelajar
materi,
mengetahui
belajar
keterampilan pemecahan masalah. Dalam
kemudian mengidentifikasikan masalah dan
tahapan proses tutorial seven jump yang
mengumpulkan inormasi sumber belajar,
telah dilakukan mempunyai pengaruh yang
lalu mendiskusikannya bersama rekan-rekan
sangat besar terhadap peningkatan nilai
untuk mendapatkan solusi masalah sekaligus
kognitif mahasiswa karena dalam ranah
mencapai tujuan pembelajaran (Sudarman,
kognitif mencakup kegiatan mental (otak).
2007) yang salah satunya adalah untuk
Menurut
meningkatkan kemampuan kognitif. Hal ini
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
bisa dibuktikan dengan adanya perubahan
dalam
yang signifikan dalam peningkatan kognitif
berhubungan dengan kemampuan berfikir,
mengapa
mereka
mendorong
yang
Bloom,
ranah
mahasiswa
segala
kognitif.
dalam
upaya
Ranah
yang
kognitif
termasuk
didalamnya
kemampuan
kemampuan kognitif mahasiswa mengalami
menghafal,
memahami,
mengaplikasi,
peningkatan dengan hasil skor 90 yaitu
menganalisis, mensintesis dan kemampuan
kategori baik, dimana sebelumnya skor
mengevalusi. Dalam ranah kognitif yang
minimal kognitif mahasiswa adalah 40
telah dijelaskan diatas sebagian besar juga
dengan kategori kurang. Dengan adanya
terdapat pada tahapan proses tutorial seven
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
jump, sehingga proses pembelajaran tersebut
metode pembelajaran PBL tutorial seven jump
sangat efektif dilakukan untuk meningkatkan
dapat
nilai kognitif mahasiswa.
kemampuan kognitif seseorang.
Problem Based Learning dengan tutorial
4.
Hasil penilaian Afektif pada tabel
tertentu,
1.4 diatas menunjukkan penilaian afektif
membangun kecakapan sepanjang hayat
setelah dilakukan intervensi nilai minimal 35
untuk memecahkan masalah, kerjasama tim,
dengan kategori cukup dan nilai maksimal
dan komunikasi, mengatur diri sendiri,
47 dengan kategori sangat baik, dengan nilai
menggali informasi. Model pembelajaran ini
mean 35,56. Hasil uji statistic paired t test
meningkatkan kemampuan berpikir positif
menunjukkan 0,001, karena nilai p = < 0,05
yang
yang
sangat
pengetahuan
peningkatan
Gambaran afektif mahasiswsa
seven jump merupakan model efektif untuk mempelajari
mempengaruhi
diperlukan
dalam
proses
artinya terdapat perbedaan yang
pemecahan masalah, sehingga mahasiswa
bermakna pada penilaian Afektif pada
yang memiliki kemampuan berpikir kritis
tutorial 1, 2 dan tutorial ke 3.
baik akan menjadi pemecah masalah yang
Tingkatan domain afektif antara lain
baik dan mendapatkan prestasi belajar yang
: memberikan respon atau reaksi; menerima
baik pula, contohnya dalam menjawab soal
nilai norma serta mempunyai etika; menilai
test ujian, mahasiswa akan mudah menjawab
dari segi baik buruk terhadap suatu objek
soal yang diberikan. Hal ini juga bisa
studi; menerapkan atau mempraktikkan nilai,
dibuktikan dengan adanya nilai peningkatan
etika dan estetika dalam perilaku. Penilain
kemampuan
diberikan
afektif dinilai dari ranah tingkat pemberian
pembelajaran tutorial seven jump nilai
respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi
kognitif
setelah
dan yang kedua dinilai dari ranah sikap dan
dilakukan antara lain : mengucapkan salam,
minat mahasiswa terhadap mata pelajaran
datang tepat waktu, tidak mengoperasikan
serta proses pembelajaran (Arifin, 2013).
HP saat diskusi berlangsung, tidak keluar
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan
masuk kelas saat pembelajaran berlangsung,
tampak pada peserta didik dalam berbagai
mendengarkan saran atau masukan dari
tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap
teman saat diskusi, menghormati
dan
mata pelajaran, kedisiplinan dalam mengikuti
menghargai
pendapat
lain,
pelajaran disekolah, motivasinya yang tinggi
bertanggung
jawab
untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran
pernyataan yang diberikan yang dianggap
yang
benar,
diterima
disekolahnya
(Animous,
mampu
2009). Ranah afektif adalah ranah yang
kelompok diskusi.
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
Penilaian
orang
atas
jawaban
/
bekerja
sama
dalam
afektif
yang
telah
afektif mencakup watak perilaku seperti
disebutkan
perasaan, minat, sikap, dan nilai. Beberapa
penilaian
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
Sebagian besar mahasiswa yang memiliki
dapat
kemampuan kognitif yang baik sebagian
diramalkan
perubahannya
bila
diatas afektif
menjadi dalam
penelitian
besar
tingkat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan
bertanggung jawab atas pertanyaan yang
dengan adanya data penelitian diatas bahwa
diberikan, mampu bekerja sama dalam
sebagian besar mahassiwa yang memiliki
diskusi kelompok, dapat menghormati dan
tingkat kemampuan kognitif yang baik juga
menghargai pendapat orang lain, tidak gaduh
memiliki tingkat afektif yang baik. Afektif
saat diskusi, mau mendengarkan saran dan
atau
pendapat orang lain.
pada
hakekatnya
adalah
tersebut
ini.
seseorang telah memiliki kekuasan kognitif
sikap
mahasiswa
indikator
mampu
Hal ini berkaitan
kecendrugan berperilaku pada seseorang.
dengan beberapa pakar mengatakan bahwa
Hal ini bisa kita gambarkan dalam proses
sikap
pembelajaran tutorial seven jump yang telah
perubahannya bila seseorang telah memiliki
dilakukan dalam penelitian ini. Penilaian
kekuasan kognitif tingkat tinggi.
afektif dalam pembelajaran dikelas yang
seseorang
dapat
diramalkan
Hasil yang didapatkan pada data
intervensi
dapat
menimbulkan
dampak
efektif diatas bahwa perubahan peningkatan
positif bagi mahasiswa yang dapat dilihat
penilaian afektif dalam setiap tahapan bisa
dari hasil skor setelah dilakukan intervensi
terjadi
karena dapat dipengaruhi oleh
dimana hasil skor menjadi semakin baik dan
adanya
perubahan
meningkat.
sikap
dan
adanya
rangsangan atau tekanan yang diberikan oleh
Komponen masalah
sudah didapatkan mahasiswa pada tahap
terhadap suatu objek sikap, secara umum
tutorial
tahap
disamakan dengan perasaan terhadap suatu
selanjutnya mahasiswa sudah peka dan
objek sikap, secara umum disamakan dengan
mengerti apa yang akan dilakukan. Hal ini
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Ada
bisa dibuktikan dengan adanya literartur
hubungan antara komponen afektif dengan
yang termasuk dalam komponen afektif.
kognitif
Pada
sehingga
tabel
pada
distribusi
penilaian
dalam
menyatakan
subjektif
menyangkut
mahasiswa, dimana rangsangan dan tekanan
awal,
emosional
afektif
suatu
bahwa
seseorang
organisasi
apabila
sikap
komponen
afektif pada tabel diatas pada tutorial 1
afektif dan kognitif saling konsisten maka
didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai
sikap berada dalam keadaan stabil, untuk
65% dengan kategori cukup. Sedangkan
menimbulkan perubahan sikap manusia
pada penilaian afektif tutorial 2 didapatkan
perlu diberikan rangsangan atau tekanan
prasentase tertinggi
64%
untuk menggiring perubahan sikap kearah
dengan kategori baik. Sedangkan pada
yang dikehendaki secara kuat dan terus
penilaian afektif tutorial 3 didapatkan
menerus sedemikian rupa sehingga terjadi
prasentase tertinggi
inkonsistensi yang kuat antara komponen
dengan
kategori
dengan nilai
dengan nilai
sangat
baik.
60%
Dengan
afektif
dan
kognitif
(Azwar,
2015).
demikian terdapat perbedaan hasil pada
Pernyataan ini ada hubungannya dengan
setiap tutorial, yaitu terjadi peningkatan
hasil penelitian yang dijelaskan pada tabel
setelah dilakukan intervensi. Hal ini bisa
4.5 bahwa ada pengaruh aplikasi model
didukung
yang
pembelajaran tutorial seven jump terhadap
disampaikan oleh (Wigar, 2012) bahwa suatu
peningkatan afektif mahasiswa yang dapat
dengan
pernyataan
kita lihat perubahan peningkatan dalam setiap tahapannya.
Dent 2006, A Practical Guide For Medical Teacher. Elseivier Health Sciences.
KESIMPULAN Ada
pengaruh
penerapan
model
pembelajaran PBL tutorial seven jump sebagai upaya
peningkatan
Dahar, R.W 2010, Teori – teori belajar. Jakarta : Erlangga
kemampuan
kognitif.
Sedangkan pada gambaran afektif mahasiswa terdapat peningkatan hasil antara nilai frekuensi pada tutorial 1dengan nilai sebagian besar dalam kategori cukup , tutorial ke 2 dengan nilai sebagian besardalam kategori baik dan tutorial 3 dengan kategori sangat baik. DAFTAR PUSTAKA Aipni 2012, Pembinaan Internal Anggota AIPNI dalam Implementasi KBK Pendidikan Ners. Amisyah, S., & Nurmaliah, C (2015), Upaya Peningkatan Hasil Belajar Kognitif melalui Model Problem Based Learning. Biotik, 1(2), 87-92 Arnyana, ida bagus putu. 2005. Pengaruh Penerpaan Model PBL dipandu Strategi Kooperatif terhadap Kecakapan Berpikir Kritis . Jurnal Pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja. Anonymous 2009. Pengukuran ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. (Online) http://akhmadsudrajad.blogspot.com/2 009/08/pengukuran-ranah-kognitifafektif-dan.html. Diakses tanggal 10 Oktober 2009 Arifin, 2013, Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya Bandung Chang, R. 2006, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi Ke tiga jilid 2 Jakarta : Erlangga.
Dutch, B.J., Groh, SE & Allen, DE, 2011, The power of PBL (problem based learning), Stylus : Virginia Ernawati, 2014, Buku Saku Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu Harsono, 2006, Kearifan dalam transformasi pembelajaran dari teacher-centered learning. Jurnal pendidikan kedokteran. Hidayati, N 2014, Pengaruh pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas XII di SMK Negeri & Surabaya. Jurnal pendidikan teknic elektro vol 3. No 02 : 25-29. Kementrian Kesehatan RI., 2010, Kurikulum inti pendidikan kesehatan profesi ners, berbasis kompetens. Jakarta : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Mahanal, 2009, Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning Pada Materi Ekosistem Terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang. Journal Sains. 1-10 Mulyasa, E, 2004. Implementasi Kurikulum 2004 ( Panduan Pembelajaran KBK), Bandung : PT Remaja Rosdakarya O’Kelly, J, 2006, Designing a hybrid problem based learning (PBL) course : A case study of first year computer science in NUI, Mynooth in T Barret, I.M. Labhrainn & H Fallon (Eds), Handbooks of inquiry and problem based learning : Irish case studies and international perspectives (pp 45-53). Galway : CELT Robbin, 2003, Perilaku Organisasi, jilid 2, PT Salemba Empat, Jakarta
Salleh, Mohd. 2007, Adopting problem Based Learning in The Teaching of Engineering Undergraduates; A Malaysian Experience, makalah dipresentasikan pada the International Conference on Engineering Eduvation-ICEE 2007, September 3-7, Coimbra, Portugal Schmidt, M., & Cagran B, 2007, Self Concept Of Students In Inclusive Settings. International Journal Of Special Education. Vol 23 no 1. Sigian, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Bumi Aksara, Jakarta Suci, N. M. 2008, “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi UNDIKSHA”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Undiksha Sudarman. 2007, Problem Based Learning: Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah . jurnal pendidikan inovatif , 2 (2) : 68-73
Suprijono, 2009, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PALKEM. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. 2013, Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II dipuskesmas kecamatan Cebgkareng Jakarta Barat. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6-11 Widuroyekti, Barokah, 2006, Pendekatan Belajar Aktif Dan Peningkatan Partisipasi Mahasiswa Dalam Proses Tutorial tatap Muka. Jurnal Pendidikan, Volume. 7, Nomor 1. Wigar, A. F, 2012, Efektiitas Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SD semester II Desa Depok Tahun Ajaran 2011/2012 (Doctoral dissertation Universitas Pendidikan Indonesia)