PENGARUH METODE OUTBOUND TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA SEKOLAH ALAM INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: WAHYU WIJANARKO NIM : 205070000520
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
PENGARUH METODE OUTBOUND TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA SEKOLAH ALAM INDONESIA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh : WAHYU WIJANARKO NIM : 205070000520
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Ikhwan Lutfi, M.Psi NIP.19730710 200501 1 006
FAKULTAS PSIKOLOGI NON REGULER UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MUSIK PADA REMAJA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 15 Juni 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Ketua
Pembantu Dekan/ Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota :
Dra. Diana Mutiah, M.Si NIP.19671029 199603 2 001
Ikhwan Lutfi, M.Psi NIP. 19730710 200501 1 006
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wahyu Wijanarko NIM : 20507000520
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Outbound Terhadap Pembentukan Karakter Kepemimpinan Siswa Sekolah Alam Indonesia” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipankutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 15 Juni 2011
Wahyu Wijanarko 205070000520
[email protected]
iv
Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan (QS. Al-Insyirah : 5)
Kerja tulus dan nothing to loose ( Jahja Umar )
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang telah membuat aku berarti di dunia ini
v
ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) Juni 2011 C) Wahyu Wijanarko D) Pengaruh metode outbound terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia E) xiv+ 92 Halaman F) Peneliti tertarik mengambil tema leadership siswa Sekolah Alam Indonesia karena fenomena tren yang terjadi pada saat ini yakni berkurangnya sossok pemimpin ideal dalam masyarakat akibat krisis kepercayaan. Sekolah alam indonesia sebagai institusi pendidikan memiliki kurikulum leadership yang diberikan dengan metode outbound. Dalam perkembangannya, Sekolah Alam Indonesia yang kini telah memiliki 5 angkatan Penelitian ini bertujuan untuk melihat apa sajakah variabel yang dapat mempengaruhi perkembangan karakter leadership seorang anak. Selain itu juga memberi pengetahuan kepada pihak terkait yakni guru dan orang tua khususnya dari sekolah alam indonesia dan umumnya pembaca untuk mengetahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan karakter kepemimpinan. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah siswa Sekolah Alam Indonesia kampus Rawa Kopi yang keseluruhannya berjumlah 130 orang ( 81% laki-laki dan 49% perempuan) Instrument pengumpulan data dengan menggunakan skala Likert. Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik Multiple Regression Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel lama bersekolah dan kesempatan memimpin terhadap perkembangan karakter leadership pada siswa Sekolah Alam Indonesia (0,00 < 0.05). Berdasarkan koefisien regresi menunjukkan hanya ada dua variabel yang signifikan berpengaruh pada karakter kepemimpinan yaitu lama bersekolah dan kesempatan memimpin. Selanjutnya proporsi varian dari masing-masing IV menunjukkan tidak ada variabel yang berpengaruh signifikan pada karakter kepemimpinan Berdasarkan hasil penelitian ini, dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel tidak hanya pada tingkat SD dan SMP melainkan juga pada siswa SMA dan mahasiswa. Kemudian juga
vi
perlu mengkaji variabel lain diluar penelitian ini, yang mungkin menjadi faktor berpengaruh terhadap pembentukan karakter pemimpin, terutama dikalangan remaja sebagai calon pemimpin dimasa datang seperti siswa tingkat SMA ataupun mahasiswa. G) Bahan bacaan: 15buku+ 5jurnal + 4artikel + 3tesis
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Outbound Dalam Pembentukan Karakter Kepemimpinan Siswa Sekolah Alam Indonesia”. Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah sekaligus pembimbing I, Bapak Jahja Umar, Ph.D yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu, dan perhatian kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. 2. Pembimbing Akademik Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.si atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan. 3. Kepada bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi., dosen pembimbing II yang telah banyak membimbing dan mambagi ilmunya kepada penulis selama belajar dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Pembimbing seminar skripsi, Ibu Solicha, M.Si, yang tidak pernah bosan untuk menyumbangkan pendapatnya, memberikan saran yang membangun, motivasi, sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini. 5. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmu kepada penulis, dan para Staff Perpustakaan (pak Haidir dan pak Badawi) dan Tata Usaha Fakultas psikologi UIN ( bang Ayoung, Mas Dedi, bang Murtadho, dll) atas segala bantuan selama penulis menuntut ilmu. 6. Rekan Syuro Guru di Sekolah Alam Indonesia yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian. (Ust. Hudory, pak Azis, pak Abdul, bu Cache, bu Idet, bu Esti dan lainnya yang tidak penulis sebut tapi kalian benar-benar pejuang sejati), tim outbound (bapak Taufik....terima kasih telah menerima curhat penulis, mang Anjang, Pendi, Mang Acil, Siddik, ade Rahman, Sony, Saman, Madinah...terima kasih tanpa kalian penulis bukan apa-apa). 7. Kepada kedua orang tua ku Bapak. Slamet Wibowo dan Ibu Munarsih yang tidak pernah lelah memberikan doa, semangat juga motivasi kepada penulis untuk selalu berusaha dan berdoa agar selalu diberikan kemudahan kepada Allah SWT dalam menyelesaikan tugas akhir. Adik-adikku Winda, Agung, Aris, masyu harap kalian juga bisa, minimal membahagiakan hari tua ibu viii
bapak. 8. Keluarga bapak Soebijanto dan bu Herry W serta inspirasi ku Seto Radityo juga mas Bhisma semoga kebaikan keluarga ini menjadi amal shalih bekal kehidupan dunia akhirat. 9. Pendamping hidupku, Yuningsih serta buah hatiku Tazkia dan Najib, terima kasih sudah sabar menemani ayah menyusun skripsi ini dan maaf kalau sering marah...banyak cinta untuk kalian 10. Segenap guru, murabbi fii ruuhi khususon lil habib ‘Alwi Assegaf, habib ‘Umar Assegaf, Ust Nurmansyah, ust Sofyan, ust Anwar Saidi terima kasih sudah memberi banyak ilmu agama dan doakan penulis tetap istiqomah. Segenap rekan majelis ZM dan Tsaqofah Islamiah, syukron ‘ala du’a ikum . 11. Bayu, Adimas, Taufik, Fandi yang telah membantu penulis dalam membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Juga kepada The GURU’s Mr. Adiyo pembimbing III biarpun tidak resmi tapi antum sudah banyak membantu penulis. Terima kasih teman..... tetap semangat dan istiqomah! kalian akan menjadi orang besar bagi bangsa ini. 12. Kepada teman-teman seperjuangan Non Reguler angkatan 2005 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun kalian tetap menjadi bagian dalam hidupku dan persahabatan kita tetap abadi.. Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait. Untuk kesempurnaan karya ini, penulis harapkan saran dan kritiknya. Jakarta, 15 Juni 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv MOTTO ............................................................................................................. v ABSTRAK .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR.........................................................................................viii DAFTAR ISI........................................................................................................ x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1.2 Pertanyaan Penelitian ................................................................. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 1.4 Pembatasan Masalah .................................................................. 1.5 Sistematika Penulisan ................................................................
1 7 8 8 9
BAB 2
KAJIAN TEORI 2. 1 Kepemimpinan ........................................................................... 11 2.1.1 Definisi Kepemimpinan ................................................... 11 2.1.2 Karakter Kepemimpinan .................................................. 15 2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter ....................................... 20 2.1.2.2 Metode Outbound sebagai Pembentuk Karakter ............................................................. 25 2.2 Out Bound ................................................................................. 28 2.2.1. Pengertian Outbound...................................................... 28 2.2.2. Sejarah Outbound........................................................... 31 2.2.3 Metodelogi Pelatihan Outbound .................................... 33 2.2.4 Kriteria Outbound .......................................................... 36 2.3 Kerangka Teori........................................................................... 39 2.4 Hipotesis..................................................................................... 41
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel .................................................................. 43 3.1.1 Populasi ............................................................................. 43 3.1.2 Sampel dan teknik sampling ............................................. 44 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalnya ...................... 44 3.2.1 Definisi Operasional ......................................................... 45 3.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 46 3.3.1 Instrumen Penelitian.......................................................... 46 3.3.1.1 Kuisioner Mengenai Data Pribadi......................... 48 x
3.3.1.2 Kuisioner Karakter Kepemimpinan ...................... 49 3.3.2 Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 50 3.3.2.1 Tahap Persiapan .................................................... 50 3.3.2.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................... 57 3.4. Desain Penelitian........................................................................ 57 3.5. Metode Analisis Data................................................................. 58
BAB 4
HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Deskriptif ..................................................................... 61 4.2 Uji Validitas Alat Ukur .............................................................. 62 4.2.1 Uji Validitas skala karakter kepemimpinan ...................... 63 4.3 Uji Hipotesis penelitian.............................................................. 76 4.3.1 Analisis Korelasional dari Variabel Penelitian ................ 76 4.3.2 Analisis Regresi Variabel Penelitian................................. 78 4.3.3 Pengujian Proporsi Varians sumbangan masing – masing Independent Variabel ........................................................ 80
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN 5.1 Kesimpulan ............................................................................... 85 5.2 Diskusi ....................................................................................... 86 5.3 Saran .......................................................................................... 89 5.3.1 Saran Metodologis ........................................................... 89 5.3.2 Saran Praktis ..................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91 LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2. Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8
Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27
Bobot Skor Pernyataan..................................................................... 50 Kisi-kisi Alat Ukur Karakter Kepemimpinan .................................. 52 Distribusi populasi penelitian berdasarkan Jenis Kelamin............... 61 Distribusi mean leadership berdasarkan Jenis kelamin.................... 62 Muatan Faktor item kekuatan dalam karakter kepemimpinan......... 65 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item kekuatan dalam skala karakter kepemimpinan ................................ 66 Muatan Faktor stabilitas emosi dalam karakter kepemimpinan....... 67 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item stabilitas emosi dalam skala karakter kepemimpinan ...................... 67 Muatan Faktor item kemampuan tentang relasi insani dalam karakter kepemimpinan ......................................................... 68 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item kemampuan tentang relasi insani dalam skala karakter kepemimpinan.................................................................... 68 Muatan Faktor item kejujuran dalam karakter kepemimpinan ........ 68 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item kejujuran dalam skala karakter kepemimpinan................................ 69 Muatan Faktor item objektivitas dalam karakter kepemimpinan..... 69 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item objektifitas dalam skala karakter kepemimpinan.............................70 Muatan Faktor item dorongan pribadi dalam karakter kepemimpinan ..................................................................................70 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item dorongan pribadi dalam skala karakter kepemimpinan ................... 71 Muatan Faktor item ketrampilan komunikasi dalam karakter kepemimpinan.................................................................... 71 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item keterampilan komunikasi dalam skala karakter kepemimpinan ...... 72 Muatan Faktor item kemampuan mengajar dalam karakter kepemimpinan.................................................................... 72 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item kemampuan mengajar dalam skala karakter kepemimpinan ........... 73 Muatan Faktor item keterampilan sosial dalam karakter kepemimpinan.................................................................... 73 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item keterampilan sosial dalam skala karakter kepemimpinan................ 74 Muatan Faktor item managerial dalam karakter kepemimpinan...... 74 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item managerial dalam skala karakter kepemimpinan ............................. 75 Matriks Korelasi Antar Variabel...................................................... 76 Tabel Anova .................................................................................... 78 Tabel Rsquare................................................................................... 79 Koefisien Regresi ............................................................................. 79 Penghitungan Proporsi Varians karakter kepemimpinan................. 81 xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Analisis Konfirmatorik dari dimensi kekuatan dalam skala Karakter Kepemimpinan .................................................................. 64 Gambar 4.2 Residual Plot leadership................................................................... 84
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Surat keterangan penelitian Surat keterangan penelitian Kuisioner penelitian Skoring hasil penelitian
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian karakter kepemimpinan siswa, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu krisis terbesar dunia saat ini adalah krisis keteladanan. Salah satu penyebab utama adalah ketiadaan pemimpin yang visioner, kompeten, dan memiliki integritas tinggi dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang diharapkan adalah yang dapat merajut titik temu dari berbagai elemen yang berbeda baik dari sisi ideologi, budaya, dan tradisi menjadi suatu tatanan masyarakat baru yang bergerak menuju peradaban baru. Dengan kata lain seorang pemimpin hendaknya memiliki karakter yang kuat yang dapat menjadi teladan untuk kelangsungan orang yang dipimpinnya. Krisis karakter kepemimpinan juga terjadi di Indonesia dewasa ini menyebabkan kekecewaan publik yang mengurangi kepercayaan sebagian besar masyarakat. Bukan hanya pemimpin di tingkat pusat, pemimpin tingkat daerah pun disinyalir tidak memiliki kekuatan karakter. Dampak nyata dari lemahnya karakter pemimpin adalah makin maraknya korupsi, kesemerawutan sistem tata kota, buruknya pelayanan kesehatan, hilangnya rasa keadilan, pendidikan yang semakin kehilangan nurani welas asih yang berorientasi pada ahlak mulia dan lain
1
sebagainya. Hal ini menjadikan bangsa indonesia kian terpuruk dan jauh ketinggalan dari bangsa-bangsa lain di dunia (Antonio, 2009). Karakter, watak, sifat, atau trait adalah satu kualitas yang tetap terus menerus dan relatif menetap yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi, suatu objek, atau kejadian (Chaplin 2006). Dalam istilah lain, karakter dapat diartikan sebagai ciri khas dari seseorang agar kita dapat mengenali siapa sebenarnya orang tersebut. Menurut Foerster (dalam Muhibbin, 2007) karakter merupakan sesuatu yang mengkualifikasi seorang pribadi, dan karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman pribadi yang sering berubah. Karakter seseorang sangatlah penting karena dapat menunjukkan karakter bangsa pada umumnya, sehingga dengan kematangan pribadi serta karakter yang kuat dari seseorang dapat menunjukkan seberapa kuat bangsa tersebut. Individuindividu yang memiliki karakter kuat tentunya dapat membentuk bangsa yang kuat pula. Sebaliknya bila individu dari bangsa tersebut lemah, tentunya bangsa tersebut memiliki karakter yang lemah pula. Karakter dalam diri manusia tidak ada dengan sendirinya, melainkan berproses. Proses penanaman nilai karakter kepemimpinan dapat dimulai dari masa anak-anak karena karakter seorang pemimpin seyogianya harus sudah dimiliki sejak masa anak-anak, dengan tujuan agar kelak lahir calon pemimpin – pemimpin bangsa yang berwawasan dan berkemanusiaan. Sehingga penanaman nilai-nilai kepemimpinan yang baik sejak dini sangatlah penting demi terbentuknya karakter pemimpin yang baik dikemudian hari. Dan dalam proses pembentukan itulah perlu cara yang tepat. Dalam hal ini karakter kepemimpinan
2
perlu dirintis dari sekolah karena dinilai penting sebagai treatment awal pembentuk karakter kepemimpinan. Sejalan dengan hal tersebut, Hurlock (2003) mengatakan bahwa masa kanak-kanak adalah masa dimana penanaman nilai-nilai kehidupan berawal. Pembentukan karakter sejak dini dapat dilakukan melalui pendidikan. Baik yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah ataupun lembaga-lembaga non formal lainnya, yang diharapkan mampu mencetak generasi yang tangguh serta berkarakter. Kementrian pendidikan nasional telah merancang grand design pembelajaran pendidikan karakter yakni pengelompokan konfigurasi karakter yang bermuara pada olahhati, olahpikir, olahraga, dan olahkarsa.
Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual dan
emosional, olahpikir bermuara pada pengelolaan intelektual, olahraga bermuara pada pengelolaan fisik, sedangkan olahrasa bermuara pada pengelolaan kreativitas (Herawati, dalam Solo Pos 2010). Sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah salah satu tempat penanaman nilai pembentuk karakter kepemimpinan, dengan memberikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan menumbuhkan kecerdasan emosi siswa yang meliputi kemampuan mengembangkan potensi diri dan melakukan hubungan sosial dengan manusia lain ( UU Sisdiknas, 2003). Untuk mencetak calon-calon pemimpin yang baik serta kompeten dalam bidangnya, dalam dunia kependidikan perlu diadakan alternatif-alternatif penyampaian program kepada peserta didik melalui metode-metode yang baru dan menarik minat peserta didik. Alternatif penyampaian yang menarik dianggap
3
penting karena diharapkan dapat menarik minat peserta didik yang kemudian akan menumbuhkan keinginan untuk terus belajar sehingga terbentuk suatu karakter dapat menjadi ciri individu yang diharapkan mampu menjadi identitasnya kelak di masa datang. Dengan segala keterbatasan dalam dunia pendidikan nasional yang selama ini dijalankan, maka banyak pihak mencoba berbagai alternatif dalam memberikan pendidikan kepada anak didik. Diantaranya home schooling, boarding school, sekolah alam dan lain-lain. Berbagai metode diterapkan demi tercapainya tujuan pendidikan yang menghasilkan manusia atau peserta didik yang handal. Berbagai metode pendidikan tersebut intinya ingin memberikan metode pembelajaran yang menyentuh tiga ranah belajar yaitu area kognitif, afektif dan psikomotorik. Di antara metode yang menarik adalah metode outbound, yang oleh banyak pihak telah diuji coba dan terbukti efektif dalam menyelesaikan kebuntuan dalam proses belajar (Asti, 2009). Menurut Muhibbin (2007), metode pembelajaran yang efektif harus dapat menyentuh pada tiga aspek tingkatan proses belajar, yaitu area pemikiran (kognitif), perasaan (afektif), dan aksi (psikomotor). Ketiga unsur tersebut dapat dipadukan sekaligus dengan metode kegiatan belajar dari pengalaman (experiental learning). Sejalan dengan Muhibbin, Tony Stockwell (dalam Gordon 2002) berpendapat bahwa untuk mempelajari sesuatu dengan cepat dan efektif kita harus melihat, mendengar dan merasakan. Dengan karakteristik yang demikian, maka menurut penulis metode outbound adalah metode yang dapat mewakili unsur-unsur tersebut. Diantaranya dalam permainan yang digunakan sebagai media penyampaian materi biasanya melibatkan ketiga aspek diatas. Kognitif
4
digunakan dalam rangka berfikir untuk penyelesaian masalah dan perasaan biasanya dilibatkan untuk menimbang apakah keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri serta orang lain dan aksi diperlukan untuk mencoba menjalankan hal yang sudah diputuskan. Afani (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan hasil yang signifikan dalam reaksi, pemahaman pengetahuan, dan perubahan perilaku pada individu yang pernah mendapatkan treatment outbound. Sejak awal dikenalkan oleh sang penggagas bahwa outbound dapat menyebabkan perubahan perilaku terutama karakter individu. Penelitian dalam penanaman karakter kepemimpinan melalui outbound sejak lama menjadi perhatian para peneliti. Hahn (dalam Neill 2004) sebagai penggagas outbound, mendefenisikan outbound sebagai training yang melibatkan pikiran yang diteruskan ke tubuh dengan berusaha memberikan pengalaman menantang kepada para pemuda dengan format pengajaran yang merangsang inner strength, karakter dan perubahan. Inti dari Outbund program adalah “development by challenge” (perubahan berdasarkan pengalaman). Program yang diberikan meliputi kemampuan berorganisasi, rescue training, tantangan fisik, dan adventurer. Selintas medium pengajaran yang digunakan menitik beratkan pada pisik semata, tetapi dibalik itu sangat ber efek pada ranah psikologis dan sosial ( Neill 2004). Metode outbound juga dapat dijadikan salah satu jalan keluar dari tingkat kejenuhan yang tinggi para peserta didik akan metode-metode konvensional yang telah dilakukan selama puluhan tahun. Karena dalam outbound, penyampaian materi yang merupakan simulasi kehidupan yang komplek dibuat menjadi
5
sederhana, menggunakan pendekatan belajar dari pengalaman, dan yang paling menarik adalah metode ini dilakukan dengan penuh kegembiraan karena penyampaiannya melalui permainan (Ancok, 2002) Dalam hal ini sekolah alam sebagai pionir dalam dunia pendidikan di Indonesia telah menggunakan metode outbound sebagai tools dalam pendidikan kepemimpinan yang diharapkan mampu menyumbang bibit-bibit pemimpin bagi bangsa ini kelak. Sekolah Alam Indonesia dengan penerapan metode outboundnya pula serta pendidikan berbasis alam yang diajarkan kepada peserta didiknya mampu menyedot perhatian publik sehingga untuk menyekolahkan anaknya orang tua perlu antri dan menginap demi mendapatkan formulir pendaftaran (detik.com). Dalam proses belajar menjadi seorang pemimpin, selain diperlukan aspekaspek di atas, diperlukan juga sebuah kerjasama yang kompak dalam segala hal yang menyangkut proses tersebut, terutama saat belajar di luar ruangan. Dengan demikian, Sekolah Alam Indonesia, sebuah sekolah yang menjadikan alam terbuka sebagai kelas dan laboratorium, menjadikan metode outbound sebagai media pembentuk karakter kepemimpinan disamping kurikulum akhlak dan logika berpikir. Metode outbound dipilih karena
dirasa cocok dengan karakteristik
proses kegiatan belajar mengajar yang lebih banyak dilakukan di luar ruangan serta terdapat banyak pembelajaran pada tiap permainan yang dilakukan untuk dapat menumbuhkan karakter kepemimpinan (leadership) pada setiap siswanya (buku panduan Sekolah Alam Indonesia). Terkait dengan penerapan metode outbound tersebut, maka diperlukan persiapan yang matang dalam berbagai aspek. Aspek tersebut meliputi kurikulum
6
yang berisi kegiatan-kegiatan atau permainan yang terkait unsur pembentuk karakter kepemimpinan atau team building yang bisa merefleksikan proses memimpin dan dipimpin, sarana yang memadai terkait ketersedian alat terutama alat-alat yang dapat menunjang proses permainan khususnya alat-alat safety yang direkomendasikan badan safety dunia, dan tidak ketinggalan tenaga pelaksana yang handal (fasilitator, observer dan rescuer), yang memiliki penguasaan materi dan metode pelatihan yang baik sebagai garansi untuk hal yang dijunjung tinggi dalam dunia outbound, terutama faktor keselamatan (Jaelani, 2008) Dari uraian diatas, penulis ingin melihat sejauh mana pengaruh outbound program terhadap pengembangan karakter kepemimpinan siswa. Dari beberapa penelitian terdahulu yang ternyata signifikan mengubah reaksi, pengetahuan , dan perilaku, penulis berargumen bahwa outbound sebagai metode alternatif pengembangan karakter serta penanaman nilai-nilai kepemimpinan di sekolah sangat penting dilakukanuntuk mencetak pemimpin masa depan yang memiliki karakter yang kuat.
1.2 Pertanyaan penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Variable
apa
sajakah
yang
mempengaruhi
pembentukan
karakter
kepemimpinan siswa? 2. Dari variable penelitian yang dianalisis manakah yang memiliki pengaruh paling besar dan signifikan terhadap karakter kepemimpinan?
7
3. Bagaimanakah model persamaan regresi yang dapat digunakan untuk memprediksi pembentukan karakter kepemimpinan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Secara pokok dan prinsip, tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah peneliti rumuskan diatas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitiannya yaitu: 1. Menemukan faktor –faktor yang dominan memengaruhi
pembentukan
karakter siswa, sehingga dapat digunakan sebagai prediktor pembentuk karakter kepemimpinan. 2. Melihat secara statistik hasil pembentukan karakter kepemimpinan di Sekolah Alam Indonesia 3. Jika sudah didapat model regresinya, maka peneliti mampu membuat rangkuman tentang faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter kepemimpinan.
1.4 Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak mengalami perluasan serta pelebaran masalah, maka penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan berikut : 1. Karakter kepemimpinan yang dimaksud adalah ciri-ciri seorang pemimpin merujuk trait kepemimpinan dalam hal ini meliputi, Kekuatan, baik badaniah maupun rohaniah; Stabilitas emosi, tidak mudah marah tersinggung atau
8
meledak ledak secara emosional; pengetahuan tentang relasi insani; Kejujuran; Objektif; Dorongan pribadi, meliputi kesedian untuk muncul sebagai pemimpin dari diri sendiri; Keterampilan berkomunikasi; Kemampuan mengajar, membagi pengetahuan untuk tujuan bersama; Keterampilan sosial; Kecakapan teknis atau kecakapan managerial. 2. Outbound yang dimaksud adalah sekumpulan permainan di alam terbuka yang merupakan analogi dari kehidupan, berdasar pada belajar dari pengalaman, dengan refleksi pasca kegiatan yang dikemas dengan unsur-unsur pembentukan karakter. 3. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas lima sampai kelas sembilan yang bersekolah di Sekolah Alam Indonesia.
1.5 Sistematika Penulisan BAB I
: Pendahuluan Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian karakter kepemimpinan, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II
: Landasan Teori Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta
hipotesis penelitian.
9
BAB III
: Metodelogi Penelitian Bab ini meliputi, subyek penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV
: Analisis Hasil Penelitian Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.
BAB V
: Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.
10
BAB 2 KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dipaparkan tentang Pengertian kepemimpinan (leadership), definisi
kepemimpinan,
karakter
kepemimpinan,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi karakter kepemimpinan, metode outbound sebagai pembentuk karakter kepemimpinan, dan hipotesis Penelitian. 2.1 KEPEMIMPINAN 2.1.1 Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan yang menjadi bahasan dalam tulisan ini adalah kepemimpinan yang diambil dari istilah dalam bahasa Inggris leadership. Kepemimpinan adalah tema yang populer, yang bukan saja menjadi bahan diskusi dan penelitian kaum terpelajar tapi semua lapisan masyarakat pun turut membicarakan masalah kepemimpinan. Bertolak dari itu semua, telah banyak orang yang mengembangkan teori ini sehingga pengertian tentang kepemimpinan sangat banyak serta berbanding lurus dengan orang yang mengembangkannya. Dari sekian banyak teori yang ada ada beberapa pengertian atau definisi yang penulis anggap cocok dengan bahasan pada kali ini, diantaranya : Bennis dan Nanus (dalam Munandar, 2001) mendefinisikan leading are influencing, guiding in direction, course, action, opinion. Sedangkan menurut Davis (dalam Munandar, 2001) Leadership is part of management, but not all of it.
11
Pemimpin merupakan suatu peran dalam kelompok yang diemban oleh salah satu anggota kelompok dengan kriteria tertentu. Melalui perannya itu pemimpin akan melaksanakan kepemimpinannya, yaitu suatu aktivitas untuk mempengaruhi kelompoknya untuk mencapai tujuan kelompok. Hal ini dikemukakan oleh Gibson (dalam Munir, 2001) bahwa kepemimpinan merupakan usaha untuk mempengaruhi orang lain secara orang perorang (interpersonal), lewat proses komunikasi, untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan. Definisi tersebut juga mengandung arti bahwa kepemimpinan mencakup penggunaan pengaruh lewat hubungan interpersonal melalui proses komunikasi efektif untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan bersama-sama pula. Dengan kata lain, dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia. Yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuh-taatan para pengikut/ bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektifitas dan keberhasilan organisasi ( House 1999). Menurut Chaplin (1995) Leadership adalah penggunaan otoritas kontrol, bimbingan yang memerintah tingkah laku orang lain. Masih menurutnya pula, leadership adalah kualitas kepribadian dan latihan yang mengarah pada keberhasilan dalam membimbing dan mengontrol orang lain. Wahjosumidjo (1984) berpendapat bahwa butir-butir pengertian dari berbagai
definisi
kepemimpinan
pada
12
hakekatnya
memberikan
makna
kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan. Dari beberapa definisi diatas, dapat diartikan bahwa setiap pemimpin haruslah memiliki karakter yang kuat sehingga tujuan dalam kelompok dapat tercapai. Selain itu juga diperlukan rasa saling menghargai sehingga tercipta hubungan yang harmonis antar anggota kelompok. Kepemimpinan adalah berfungsinya pemimpin, bawahan, dan dalam situasi tertentu, kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran organisasi. Peranan pemimpin sangat penting dan menentukan dalam usaha pencapaian sasaran atau tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi sangatlah bergantung pada kualitas dan efektifitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah salah satu bagian dari manajemen kelompok dimana sang pemimpin memiliki peran untuk mempengaruhi kelompoknya dalam mencapai tujuan bersama melalui kecakapan komunikasi efektif yang dimilikinya. Dan dapat pula dikemukakan bahwa kepemimpinan akan terjadi apabila didalam situasi tertentu seseorang mempengaruhi perilaku orang lain baik perseorangan maupun kelompok. Dalam dunia islam, istilah kepemimpinan telah ada sebelum manusia diciptakan seperti tertuang dalam al-Quran surat al-Baqoroh (2):30 yang artinya Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
13
Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Kata Khalifah berarti pengganti atau pemegang otoritas Tuhan dimuka bumi. Antonio (2009) menyebutkan bahwa dalam islam istilah khalifah dipakai sebagai sebutan bagi pemimpin muslim setelah Rosulullah wafat, seperti kepada Khulafa ar-Rasyidin. Para khalifah diyakini memiliki otoritas duniawi dan keagamaan. Sedangkan dalam faham teokrasi, raja atau kaisar dianggap sebagai perwujudan atau titisan tuhan misalnya Kaisar Jepang dipercayai sebagai keturunan dewa matahari, raja-raja Mesir sebagai titisan Dewa Ra dan sebagainya. Nabi Muhammad Saw secara jelas menyebut soal kepemimpinan dalam salah satu sabdanya, Setiap orang diantara kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya tersebut. Seorang imam akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin ditengah keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang istri adalah pemimpin dan akan ditanya soal kepemimpinannya. Seorang pelayan/pegawai juga pemimpin dalam mengurus harta majikannya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Dalam hadist yang lain di sabdakan, dari Ibnu Umar menyatakan bahwa Rosulullah bersabda masing-masing dari kamu adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kepemimpinan tersebut. Seorang penguasa adalah pemimpin rakyatnya, seorang laki-laki dewasa adalah pemimpin keluarganya, seorang perempuan dewasa adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan kamu semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
Dari uraian definisi kepemimpinan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak, mengarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dalam organisasi, yang timbul dari situasi tertentu. Untuk mengajak dan mengarahkan diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai karakter atau sifat tertentu demi tercapainya tujuan bersama.
14
Studi tentang kepemimpinan dikelompokkan menjadi tiga pendekatan, yaitu (a) yang mendasarkan atas traits (sifat, perangai) atau kualitas yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin, (b) yang mempelajari perilaku yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif, (c) pendekatan contingency yang berdasarkan atas faktor-faktor situasional untuk menentukan gaya kepemimpinan yang efektif.
2.1.2 Karakter Kepemimpinan Untuk berhasilnya tujuan suatu organisasi, diperlukan konsep kepemimpinan yang berkarakter. Diantara karakter kepemimpinan yang baik dari seorang pemimpin adalah dapat bermain peran. Peran tersebut mewakili penggolongan perilaku domain dari seorang pimpinan yang terlihat dari kinerja pengikutnya. Menurut Mintzberg (dalam Mulyani, 2004) mendefenisikan peran sebagai seperangkat kemungkinan seorang pemimpin akan berperilaku dalam unjuk kerjanya. Mintzberg (dalam Mulyani, 2004) membagi dalam tiga katagori yang masingmasing memiliki karakteristik tersendiri yaitu, a. Peran interpersonal yang meliputi peran figurehead, leader, liaison b. Peran informational yang meliputi peran sebagai monitor, disseminator, spokesperson c. Peran decisional yang meliputi peran enterpreneur, disturbance-handler, resource-allocator, dan negotiator Dalam terminologi psikologi karakter digambarkan sebagai watak, perangai, sifat dasar yang khas, sebagai satu sifat atau kualitas yang tetap terus
15
menerus dan kekal dan dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi
seorang
pribadi. Karakter dalam diri seorang pemimpin sangat erat kaitannya dengan proses kepemimpinannya. Sesuai dengan gambaran karakter dalam ranah psikologi yakni melihat karakter seseorang dengan mengetahui sifat dasar dari orang tersebut. WarrenBennis (dalam Antonio 2009), menggambarkan sifat-sifat dasar seorang pemimpin yang dapat dilihat dari perilakunya yaitu, guiding vision (visioner), passion (berkemauan kuat), integrity (integritas), trust (amanah), curiosity (rasa ingin tahu), and courage ( berani). Serangkaian karakteristik yang disebutkan diatas selayaknya dimiliki oleh seorang pemimpin untuk dapat mempengaruhi, mengubah dan mengarahkan tingkah laku pengikutnya demi tercapainya tujuan bersama. Untuk dapat menentukan kriteria atau syarat untuk menjadi seorang pemimpin, ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan rujukan seperti yang dikemukakan William G. Scott (dalam Kartono 2008) yakni, the great man approach (pendekatan orang besar), the trait approach (pendekatan ciri atau sifat), the modified trait approach (pendekatan ciri yang sudah diubah), dan situational approach (pendekatan situasional). Dalam hal ini penulis mengambil satu pendekatan yang dinilai relevan dalam penelitian ini yaitu pendekatan trait atau sifat. Trait kepemimpinan merujuk pada keistimewaan karakteristik kepribadian, interaksi sosial, dan pisik atau bisa disebut memiliki sifat unggul
16
yang
membedakan seorang pemimpin dengan pengikut. Ide dasarnya adalah bahwa seorang pemimpin dilahirkan(born to lead) dimana proses perkembangannya melalui trait yang unik (Latemore, dalam July 2005). Teori ini tidak selalu dapat mendefinisikan trait dari kepemimpinan yang sukses bahkan para ahli kepemimpinan menemukan trait yang lain. Akan tetapi teori ini dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan seseorang dimana kelemahan dan kekuatan seseorang dapat memberikan kontribusi dalam belajar berkelanjutan dan perkembangan diri. Tomlinson (dalam July 2005) meyakini bahwa kualitas dari karakter seseorang (dapat dipercaya baik sebagai individu maupun dalam kelompok, kekuatan managerial, dan kemampuan mengorganisasi) dapat menggambarkan sifat pemimpin yang paling mendasar. Saint
(2004) mengatakan bahwa trait seorang pemimpin dapat
digambarkan dengan dapat mengambil keputusan, berpikir strategis, memiliki kecerdasan mental, jujur dalam perkataan, serta objektif. Selain gaya dan type dari pemimpin, trait seorang pemimpin juga berkaitan erat dengan karakter seorang pemimpin. Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari
trait dan tipe (type). Trait sendiri dijelaskan sebagai
konstruk teoritis yang menggambarkan unit atau dimensi dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang berbedabeda.
Sedangkan
tipe
adalah
pengelompokan
bermacam-macam
trait.
Dibandingkan dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar daripada trait.
17
Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi, yaitu: 1. Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari yang lain, sehingga: a. Trait relatif stabil dari waktu ke waktu b. Trait konsisten dari situasi ke situasi 2. Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena: a. ada proses adaptif b. adanya perbedaan kekuatan, dan c. kombinasi dari trait yang ada Menurut Mc Crae dan Costa (dalam Feist, 2006) mereka berpendapat bahwa tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga masa dewasa. Mereka yakin bahwa selama periode dari usia 18 sampai 30 tahun, orang sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil, konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun. Teori trait dimunculkan pertama kalinya oleh Gordon W. Allport. Selain Allport, terdapat dua orang ahli lain yang mengembangkan teori ini. Mereka adalah Raymond B. Cattell dan Hans J. Eysenck. Allport mengenalkan istilah central trait, yaitu kumpulan kata-kata yang biasanya digunakan oleh orang untuk mendeskripsikan individu. Central trait dipercaya sebagai jendela menuju kepribadian seseorang. Menurut Allport, unit
18
dasar dari kepribadian adalah trait yang keberadaannya bersumber pada sistem saraf. Allport percaya bahwa trait menyatukan dan mengintegrasikan perilaku seseorang dengan mengakibatkan seseorang melakukan pendekatan yang serupa (baik tujuan ataupun rencananya) terhadap situasi-situasi yang berbeda. Walaupun demikian, dua orang yang memiliki trait yang sama tidak selalu menampilkan tindakan yang sama. Mereka dapat mengekspresikan trait mereka dengan cara yang berbeda. Perbedaan inilah yang membuat masing-masing individu menjadi pribadi yang unik. Oleh sebab itu Allport percaya bahwa individu hanya dapat dipahami secara parsial jika menggunakan tes-tes yang menggunakan norma kelompok Untuk menilai sukses atau gagalnya seorang pemimpin antara lain dapat dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas perilakunya, yang digunakan sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya tersebut. Sifatsifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang pemimpin menurut George R. Terry (dalam Kartono 2008) mencakup sepuluh sifat unggul seorang pemimpin yakni, Kekuatan, baik badaniah maupun rohaniah; Stabilitas emosi, tidak mudah marah tersinggung atau meledak ledak secara emosional; pengetahuan tentang relasi insani; Kejujuran; Objectif; Dorongan pribadi, meliputi kesedian untuk muncul sebagai pemimpin dari diri sendiri; Keterampilan berkomunikasi; Kemampuan
mengajar,
membagi
pengetahuan
untuk
tujuan
Keterampilan sosial; Kecakapan teknis atau kecakapan managerial
19
bersama;
Dari hal-hal yang telah dikemukakan tentang kepemimpinan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa setiap pemimpin dituntut memiliki karakter serta kepribadian yang kesemuanya tidak ada dengan sendirinya melainkan berproses. Sehingga menarik untuk diteliti dan diangkat menjadi suatu wacana bagaimana kepribadian seorang pemimpin berkembang melalui proses belajar dari masa anak-anak, dalam hal ini peneliti akan melihat sejauh mana perkembangan karakter siswa yang telah mendapatkan pelatihan kepemimpinan melalui metode outbound.
2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Karakter dibentuk tidak melalui suatu proses yang singkat dan mudah. Karakter dibentuk
melalui
proses
panjang
yang
membutuhkan
konsistensi
dan
kesinambungan. Karakter, seperti juga kualitas diri yang lainnya, tidak berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Dalam hal apa yang mempengaruhi pengembangan karakter, Campbell dan Bond (1982) menyebutkan beberapa faktor utama dalam pengembangan moral dan perilaku remaja di Amerika kontemporer: 1. Heredity (keturunan) 2. Early Childhood Experience (pengalaman awal masa kanak-kanak) 3. Modeling by important adults and older youth (pemodelan oleh orang dewasa berpengaruh dan orang yang lebih tua) 4. Peer influence (pengaruh teman sebaya)
20
5. The general physical and social environment (lingkungan fisik dan sosial umum) 6. The communications media (media komunikasi) 7. What is taught in the schools and other institutions (apa yang diajarkan di sekolah-sekolah dan lembaga lainnya) 8. Specific situations and roles that elicit corresponding behavior. (spesifik situasi dan peran yang menimbulkan perilaku yang sesuai). Sejalan dengan poin pertama, Kartono (2008) menyatakan bahwa banyak orang berpendapat bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin merupakan ciri bawaan psikologis yang dibawa sejak lahir, yang ada khusus pada dirinya, dan tidak dipunyai orang lain (born leader). Karena itu, sifat-sifat kepemimpinannya tidak perlu diajarkan pada dirinya juga tidak bisa ditiru oleh orang lain. Diantara sifat yang dimiliki adalah kepribadian yang unggul dengan bakat dan kharisma yang cemerlang disamping punya bakat seni memimpin yang tidak ada duanya. Faktor lainnya yang tidak kalah berpengaruh dalam perkembangan karakter kepemimpinan adalah faktor lingkungan diluar diri individu (nurture). Diantara yang sangat mempengaruhi adalah lingkungan keluarga, peer group, dan sekolah.
Bronfenbrenner
(dalam
Santrock,
2007)
dalam
teori
ekologi
mengungkapkan bahwa perkembangan dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan. Kelima sistem lingkungan itu memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan individu diantaranya,
21
1.
Mikrosistem dimana individu tinggal meliputi keluarga, teman sebaya, sekolah dan tetangga.
2.
Mesosistem mencakup hubungan antar mikrosistem misalnya hubungan pengalaman dikeluarga dan sekolah, pengalaman teman sebaya dan tempat ibadah
3.
Ekosistem, dimana pengalaman dalam lingkungan sosial lain yang individu tidak ada peran aktif langsung mempengaruhi individu dalam konteks langsung
contohnya
pengalaman
disekolah
dengan
banyak
tugas
mempengaruhi peran aktif anak dirumah. 4.
Makrosistem, mencakup budaya dimana seseorang tinggal dalam hal ini adalah pola perilaku, keyakinan
5.
Kronosistem mencakup pembuatan pola kejadian lingkungan dan transisi sepanjang kehidupan. Merujuk pendapat Bronfenbrenner tersebut konteks yang paling sering
diteliti adalah konteks mesosistem (Santrock,2007) kebanyakan penelitian mengungkapkan bahwa program khusus yang melibatkan keluarga sering dapat membuat perbedaan dalam prestasi anak. Sejalan dengan hal tersebut, Huitt (1999) mengungkapkan bahwa selain faktor nature yang ada dalam diri individu, sekolah memainkan peran penting dalam pembentukan karakter disamping peran keluarga dan masyarakat pada umumnya. Kartono (2007) mengatakan bahwa sebagian orang berpendapat dengan semakin banyaknya tujuan besar dari berbagai pihak dengan latar belakang dan kondisi sosial yang berbeda perlu dipersiapkan seorang pemimpin
22
yang akan menangani hal tersebut. Untuk itu perlu dipersiapkan, dilatih, dan dibentuk secara berencana serta sistematis. Pada mereka diberikan latihan dan pendidikan khusus untuk membiasakan bertingkah laku menurut pola-pola tertentu, agar mampu melaksanaka tugas-tugas kepemimpinan dan sanggup membawa kelompok atau orang-orang yang dipimpinnya ke sasaran yang ingin dicapai. Sekolah adalah salah satu tempat menyiapkan pemimpin, membentuk, melatih, dan memberikan pola tertentu sesuai dengan kebutuhan pemimpin. Paradigma pendidikan di indonesia saat ini sudah mendukung pembentukan karakter di sekolah, bobot atau persentase tentang pendidikan karakter perlu mendapatkan perhatian khusus mulai dari jenjang pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sampai perguruan tinggi. Sehingga perlu penegasan, penekankan kembali, dan menginginkan pendidikan karakter menjadi kesadaran semua pihak akan pentingnya pendidikan karakter (Nuh, dalam pena pendidikan 2010). Pembentukan karakter disekolah sebagai tempat untuk mendidik, Walsh mendefinisikan pendidikan sebagai proses yang mempersiapkan kaum muda untuk warisan sosial mereka dan pendukung tiga dimensi pendidikan yakni pengembangan pengetahuan, pelatihan kemampuan mental, dan pengembangan karakter. Pengenalan tentang karakter kepemimpinan yang dilakukan dalam lingkungan sekolah dapat berupa rolling (pergantian)ketua kelas, kepanitiaan
23
dalam kelas, dan lain sebagainya. Sedangkan pembinaan yang dilakukan di luar jam pelajaran bisa berupa kurikuler dan ekstra kurikuler. Salah satu kegiatan yang mendukung serta mengarahkan perilaku untuk membiasakan diri berbuat menurut pola tertentu sebagai sarana membentuk karakter kepemimpinan diantaranya dapat dilakukan dalam pelatihan outbound. Dalam hal ini outbound digunakan sebagai media menciptakan situasi tertentu yang menimbulkan perilaku sesuai yang diharapkan sejalan dengan poin kedelapan pendapat Campbell dan Bond (1982). Asti (2009) mengungkapkan bahwa dalam outbound, program kegiatan telah dirancang sedemikian rupa serta memiliki tujuan dan manfaat
tertentu
diantaranya komunikasi efektif, pengembangan tim, pemecahan masalah, kepercayaan diri, kepemimpinan, kerja sama, permainan yang menghibur, konsentrasi, dan sportifitas. Sehingga peserta akan mampu mengembangkan potensi diri baik secara individu maupun dalam kelompok. Keterampilan yang didapat melalui outbound adalah mengambil resiko dalam batas kewajaran. Pengalaman di alam terbuka memungkinkan seseorang untuk
mengembangkan
keberaniannya
dalam
upaya
mempertahankan
kelangsungan kelompoknya sehingga ”dipaksa” untuk bertindak berani dalam mengambil resiko. Juga peserta dilatih untuk bebas dari rasa ketergantungan pada batas-batas yang telah baku, konsep intelektual yang tidak terbatas kepada norma tertentu. Merujuk pada faktor tersebut penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana outbound sebagai metode pengajaran mempengaruhi pembentukan karakter.
24
2.2.2.2 Metode Outbound sebagai Pembentuk Karakter Metode outbound diyakini memiliki kontribusi yang besar sebagi pembentuk karakter. Dalam banyak penelitian metode outbound ternyata efektif dalam membangun pemahaman akan suatu konsep dan membangun perilaku (Asti, 2009). Karakter dibentuk oleh perilaku yang berulang-ulang dalam waktu yang lama sehingga menetap dan menjadi kebiasaan. Sejalan dengan hal tersebut, perlu penanaman nilai-nilai mulai dari masa anak-anak karena pada masa inilah dasar karakter manusia terbentuk. Pengembangan karakter kepemimpinan melalui kegiatan alam terbuka dapat dikonstruksikan sebagai produk maupun sebagi proses pembelajaran. Sesuai dengan pemikiran David A. Kolb tentang experiental learning yang terdiri dari kompetisi afektif, persepsi simbolik, dan perilaku. Keterampilan lain yang diperoleh melalui outbound adalah mengambil resiko dalam batas kewajaran. Pengalaman di alam terbuka memungkinkan orang untuk mengembangkan keberaniannya dalam rangka mempertahankan kelangsungan kelompoknya sehingga dipaksa untuk bertindak berani dalam mengambil resiko (Ancok, 2002). Alasan kenapa metode outbound digunakan antara lain (Ancok, 2002), 1. Metode ini sebagai sebuah simulasi kehidupan yang kompleks menjadi sederhana 2. Metode ini menggunakan pendekataan metode belajar dari pengalaman (experiential learning). 3. Metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan.
25
Dalam dunia pendidikan, pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan kondisi, sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal. Serta sebagi salah satu hal yang mendasar dan komponen bagi berhasilnya KBM (kegiatan belajar mengajar) yang sama pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam keseluruhan proses pendidikan. Menurut Djamarah (dalam Sutikno 1995), metode memiliki kedudukan : 1. Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam KBM 2. Menyiasati perbedaan individual anak didik 3. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bila ditinjau secara teliti, sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain: tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan. (Basyirudin, Usman, 2002) Cukup banyak metode pengajaran yang diterapkan di Indonesia yang masing-masing memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Metode outbound seperti yang dibahas dalam penelitian ini merujuk pada metode proses belajar dari pengalaman (experiental learning) atau learning by doing. Saat ini, dalam dunia pendidikan institusional di Indonesia mulai muncul praktek-praktek metode pembelajaran yang berbeda-beda. Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah munculnya Sekolah Alam Indonesia, dimana sekolah ini menekankan praktek dalam pembelajaran, sehingga proses kegiatan belajar mengajar tidak terpaku pada teori semata. Siswa dituntut untuk dapat menerapkan
26
teori yang telah didapat kedalam suatu praktek, sehingga siswa lebih paham teori dan alasan teori tersebut. Sekolah Alam Indonesia lebih mengedepankan experiental learning dalam mendidik siswanya, yang paling konkret adalah outbound. Dalam hal ini siswa tidak hanya dihadapkan tantangan kemampuan intelegensi tapi juga fisik dan mental, dan diharapkan kemampuan tersebut bila terus dilatih akan menjadi sebuah pengalaman yang membekali dirinya dalam merngahadapi tantangan lebih nyata dalam persaingan di kehidupan sosial masyarakat (
[email protected]) Asti (2009) juga memandang bahwa metode outbound dilirik dalam dunia pendidikan dewasa ini di sekolah-sekolah yang sistem pendidikannya berbasis alam, dimana proses pengajaran dilakukan di alam terbuka. Bahkan di sekolah non-alam (umum) juga banyak yang menjadikan metode outbound sebagai variasi pembelajaran. Untuk mendukung hal tersebut hendaknya dalam setiap metode belajar yang diberikan kepada setiap individu dalam proses pembelajarannya haruslah mengedepankan empat pilar seperti yang dikemukakan oleh Jaques Delors (1983) dalam pidatonya di UNESCO tentang pendidikan abad ke-21, yaitu Learnig to know ; Learning to do ; Learning to be ; Learning to life together. Sehingga pendidikan diharapkan dapat menyinergikan semangat kemajuan dan juga kekokohan karakter. Dari uraian di atas, secara umum dapat digambarkan bahwa metode belajar yang menjadi tujuan adalah metode yang bukan saja menyangkut perkembangan
27
intelektual saja melainkan juga perkembangan karakter dengan memperhatikan keunikan setiap individu untuk mencapai hasil yang optimal.
2.2 Outbound Setelah dijelaskan mengenai kepemimpinan, karakter kepemimpinan, hal yang mempengaruhi pembentukan karakter dan metode outbound sebagai pembentuk karakter, maka akan diuraikan tentang Outward Bound yang biasa disebut outbound yakni penyampaian materi kepada siswa melalui kegiatan di alam terbuka untuk merangsang pengembangan diri serta karakter kepemimpinan.
2.2.1. Pengertian Outbound Inti dari Outward Bound program adalah “development by challenge” (perubahan berdasarkan pengalaman) seperti yang diungkapkan sang penggagas Kurt Hahn dari hasil filosopi, buah pikir, dan kegigihannya akan pengembangan program pendidikan yang cocok untuk generasi muda. Hahn menekankan bahwa outward bound sebagai training yang melibatkan pikiran yang diteruskan ke tubuh dengan berusaha memberikan pengalaman menantang kepada para pemuda dengan format pengajaran yang merangsang inner strength, karakter dan perubahan. Program yang diberikan meliputi kemampuan berorganisasi, rescue training, tantangan pisik, dan adventurer. Selintas medium pengajaran yang digunakan menitik beratkan pada fisik semata, tetapi dibalik itu sangat ber efek pada ranah psikologis dan sosial ( Neill 2004).
28
Berdasarkan pemikiran Hahn tersebut timbul berbagai macam penelitian yang dilakukan banyak pihak dengan maksud melihat sejauh mana hubungan pelatihan outward bound dengan perkembangan karakter. Menurut Winarso (dalam Soebagio, 2002) mendefinisikan outbound adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta untuk meningkatkan pemahaman (insight) konsep pembinaan perilaku dan kepemimpinan di alam terbuka secara sistematis, terencana, dan penuh kehati-hatian tanpa meninggalkan kemungkinan mengembangkan kemampuan mengambil resiko yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin melalui kegiatan kelompok. Simamora (2001) mendefinisikan pelatihan alam terbuka sebagai pelatihan yang menggambarkan program-program pengembangan manajemen dan eksekutif yang berlangsung di alam terbuka meliputi pendakian gunung, pelayaran, berkano, arung jeram, sepeda gunung, dan lain-lain. Tujuan pelatihan alam terbuka bukanlah pengembangan keahlian-keahlian teknis, melainkan lebih pada pengembangan dan pengasahan keahlian-keahlian antar pribadi seperti keyakinan diri, pengembangan diri, kerja sama tim, penetapan tujuan dan kepercayaan. Sedangkan Atmodiwirio (2002) yang mengutip artikel Republika 1998, mendefinisikan outbound adalah kegiatan belajar mandiri dalam arti seluasluasnya mulai dari mengatasi rasa takut, ketrgantungan pada orang lain, sampai tidak percaya diri sehingga pada akhirnya menemukan jati dirinya, juga mau mendengar orang lain.
29
Pembinaan manajerial dan kepemimpinan di alam terbuka dapat dikonstruksikan sebagai produk maupun proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pemikiran teoritis. Gardner (dalam Soebagio, 2002) mengemukakan adanya delapan unsur kecerdasan yang dapat diperoleh melalui belajar di alam terbuka (outbound), yaitu kecerdasan
analitis,
kecerdasan
pola
kecerdasan
musik,
kecerdasan
spatial,
(pattern),
kecerdasan
kecerdasan
praktis,
matematika, kecerdasan
interpersonal, dan kecerdasan fisik. Dalam
penelitian
yang
dilakukan,
Neill
(1997)
menemukan
pengembangan diri yang dapat didapat melalui outbound yang dirangkumnya dalam life effectiveness yang meliputi domain pengembangan diri, sosial, dan lingkungan. Keterampilan yang didapat melalui out bound adalah mengambil resiko dalam batas kewajaran. Pengalaman di alam terbuka memungkinkan seseorang untuk
mengembangkan
keberaniannya
dalam
upaya
mempertahankan
kelangsungan kelompoknya sehingga ”dipaksa” untuk bertindak berani dalam mengambil resiko. Juga peserta dilatih untuk bebas dari rasa ketergantungan pada batas-batas yang telah baku, konsep intelektual yang tidak terbatas kepada norma tertentu. Berdasarkan substansinya dan berdasarkan teori Kolb serta Gardner tersebut, outbound yang dilakukan sebagai training mencakup pengembangan berbagai informasi kepada individu atau kelompok sehingga mereka mendapatkan berbagai informasi baru. Dengan demikian outbound training bisa didefinisikan
30
sebagai sekumpulan kegiatan yang bertujuan memperbaiki pengetahuan dan skill seseorang dalam waktu singkat dengan berdasar pada pertimbangan bahwa kegiatan tersebut bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ancok (2002) merujuk hasil penelitian De Potter tentang quantum learning yang memasukkan unsur pelatihan alam terbuka dalam pendekatannya yang diyakini memberikan kontribusi positif bagi kesuksesan belajar peserta didik. Sehingga metode outbound tidak hanya digunakan dalam dunia pelatihan tetapi dalam dunia pendidikan, termasuk Sekolah Alam Indonesia yang telah menggunakan metode outbound sebagai media penanaman nilai-nilai kepemimpinan dalam diri siswa semenjak awal berdirinya sekitar tahun 1998.
2.2.2. Sejarah Outbound Proses mencari pengalaman melalui kegiatan alam terbuka sudah ada sejak jaman Yunani kuno (Asti 2009). Kemudian pada tahun 1821 pendidikan melalui kegiatan alam terbuka mulai dilakukan dengan berdirinya Round Hill School. Secara sistematik, pendidikan melalui kegiatan outbound dimulai pada tahun 1941 di Inggris. Lembaga pendidikan outbound yang pertama ini dibangun oleh seorang pendidik berkebangsaan Jerman bernama Kurt Hahn bekerja sama dengan seorang pedagang Inggris bernama Lawrence holt. Lembaga pendidikan yang terletak di Aberdovey, Wales diberi nama Outward Bound. Pada saat itu, tujuan utama pendidikan ditujukan kepada pelaut muda untuk melatih fisik dan terutama mental, guna menghadapi ganasnya pelayaran di lautan Atlantik pada saat berkecamuknya Perang Dunia II. Dalam kegiatan
31
pendidikan tersebut, digunakan kegiatan mountaineering (mendaki gunung) dan petualangan laut sebagai medianya. Dalam masing-masing kegiatan disertakan tim penyelamat sebagai pendamping. Hahn beanggapan bahwa kegiatan bertualang semata-mata bertujuan menjadikan seseorang terampil berpetualang, melainkan sebagai wahana berlatih anak-anak muda menuju kedewasaan (Asti 2009). selain itu, pendidikan outbound juga bertujuan menumbuhkan kesadaran dikalangan kaum muda bahwa tindakan mereka membawa konsekuensi dan menumbuhkan rasa kebersamaan serta kasih sayang pada orang lain. Selanjutnya model ini banyak digunakan oleh angkatan bersenjata untuk kepentingan mempersiapkan prajurit yang tangguh untuk mengatasi kesulitan hidup baik dalam situasi aman maupun dalam situasi perang. Mengingat media, metode, dan pendekatan yang digunakan dalam Outward Bound, banyak ahli pendidikan yang mengklasifikasikan bentuk pelatihan ini sebgai adventure education atau experiential learning. Sukses Outward Bound dalam menerapkan sistem pendidikannya membuat banyak lembaga serupa berkembang dan ditiru dibanyak tempat bahkan sampai dikenalkan di luar Inggris. Setelah era Perang dunia II, lembaga outward bound banyak didirikan tidak hanya di Inggris melainkan dinegara lain seperti Eropa, Afrika, Asia, dan Australia. Model pelatihan ini masuk ke Amerika sekitar tahun 1961, dengan nama Collorado Outward Bound School (COBS) yang berbentuk yayasan nirlaba atau foundation, para instrukturnya mendapatkan gaji dari para orang kaya yang dermawan. Outward bound masuk ke Indonesia sekitar tahun 1990, dengan nama
32
Outward bound Indonesia yang berlokasi di Jatiluhur, Jawa Barat. (jaelani, 2003). Dalam perkembangannya di Indonesia, lembaga pendidikan seperti ini banyak didirikan dengan berbagai level profesionalisme dan kelengkapan program serta peralatan.
2.2.3 Metodelogi Pelatihan Outbound Berdasarkan hasil penelitian dari John Dewey dan Kurt Lewin, David A Kolb seorang teoritikus pendidikan Amerika pada tahun 1984, percaya bahwa belajar adalah sebuah proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Teori ini menyajikan sebuah siklus model belajar sebagai berikut :
DO
OBSERVE
PLAN
THINK
Keterangan : 1. Melakukan pengalaman konkret (DO) 2. Refleksi dari pengamatan (Observe) 3. Konseptualisasi abstrak (Think) 4. Percobaan aktif (Plan)
33
Empat tahapan siklus belajar Kolb menunjukkan bagaimana pengalaman diterjemahkan melalui refleksi kedalam konsep, yang pada gilirannya digunakan sebagai pedoman untuk percobaan aktif dalam pilihan pengalaman-pengalaman baru. Pada tahap pertama, pelajar melaksanakan sebuah aktivitas yang langsung dirasakan dengan terjun kelapangan. Pada tahap kedua, pelajar secara sadar merefleksikan kembali pengalamannya (perenungan Pengalaman). Pada tahap ketiga, pelajar mencoba mengkonseptualisasikan sebuah teori atau model dari apa yang diamati. Pada tahap keempat, pelajar berusaha untuk merencanakan bagaimana menguji sebuah teori atau model dan merencanakan pengalaman selanjutnya (experential-learning.com) Hal senada juga dikemukakan oleh banyak pakar pendidikan dan pelatihan, salah satunya adalah menurut Boyett dan Boyett ( dalam Ancok, 2002) bahwa proses belajar yang efektif memerlukan tahapan berikut ini : 1. Pembentukan Pengalaman (Experience) Pada tahapan ini peserta dilibatkan dalam suatu kegiatan atau permainan bersama orang lain. Kegiatan atau permainan tersebut adalah salah satu bentuk pemberian pengalaman langsung kepada peserta pelatihan. Pengalaman langsung tersebut adalah sebuah wahana untuk menimbulkan pengalaman intelektual, pengalaman emosional, dan pengalaman yang bersifat fisikal. 2. Perenungan Pengalaman (Reflect) Kegiatan refleksi bertujuan memproses pengalaman yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan. Setiap peserta pada tahapan ini melakukan refleksi tentang pengalaman pribadi yang dirasakan pada saat kegiatan berlangsung.
34
Apa yang dirasakan secara intelektual, emosional, dan fisikal. Dalam tahapan ini fasilitator merangsang para peserta untuk menyampaikan pengalaman pribadi masing-masing setelah terlibat didalam kegiatan tahapan pertama. 3. Pembentukan Konsep (Form Concept) Pada tahapan ini peserta mencari makna dari pengalaman intelektual, emosional, dan fisikal yang diperoleh dari keterlibatan dalam kegiatan. 4. Pengujian konsep (Test Concept) Pada tahapan ini peserta diajak untuk merenungkan dan mendiskusikan sejauh mana konsep yang telah terbentuk dalam tahapan tiga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, maupun bekerja dikantor atau dimana saja. Sekolah alam dalam hal ini mengimplementasikan alur skema Kolb dengan memberikan pengalaman nyata kepada para siswa misalnya dengan melakukan kegiatan yang biasa disebut outing yaitu melakukan perjalanan yang sesuai dengan tema pembelajaran (buku panduan masuk Sekolah Alam Indonesia). Outing dilaksanakan dengan terlebih dahulu siswa aktif mencari tahu hal seputar tema. Melalui kegiatan tersebut, siswa diharapkan mempunyai pemahaman yang kemudian dikuatkan dengan keadaan langsung yang ditemuinya. Setelah mengalami secara langsung siswa dirangsang untuk dapat menginternalisasi pengalaman yang didapat dengan refleksi kegiatan yang diberikan oleh guru. Pada refleksi ini setiap siswa mengungkapkan apa yang dirasa dan didapatnya selama kegiatan dan guru memberikan umpan balik untuk menambah pemahaman siswa. Dalam kegiatan pembelajaran lainnya juga
35
diterapkan hal yang sama sehingga dapat diketahui sejauh mana keefektifan suatu proses pembelajaran.
2.2.4 Kriteria Outbound Menilik dari sejarahnya, outbound sebenarnya adalah kegiatan pelatihan alam terbuka yang memerlukan ketahanan pisik yang besar. Didalamnya peserta menjalani petualangan (adventure), tidak hanya sekedar permainan (games) yang berat dan penuh resiko. Didalam outbound, peserta benar-benar dididik untuk menjadi manusia tangguh didalam menghadapi kesulitan hidup. Karena itulah pada awal pengembangannya, kegiatan outbound banyak dipakai oleh lembaga angkatan bersenjata untuk kepentingan mempersiapkan para prajurit yang tangguh dalam menghadapi tantangan hidup baik dalam keadaan aman maupun situasi perang. Pada perkembangannya, outbound memiliki perluasan makna tidak hanya menunjuk pada suatu pelatihan dialam terbuka dengan tantangan dan beresiko tinggi, tapi juga menunjuk pada suatu aktifitas permainan yang ringan dan beresiko kecil (soft games) yang diadakan di luar ruangan atau alam terbuka (outdoor) (Asti 2009). Dengan alasan tersebut, banyak praktisi outbound yang mengklasifikasi atau membagi kegiatan outbound dalam dua katagori, yaitu real outbound dan fun outbound Real outbound menunjuk pada kegiatan menantang yang membutuhkan ketahanan pisik yang besar. Para peserta menjalani petualangan (adventure) yang mendebarkan dan kegiatan yang penuh tantangan seperti, jungle survival, mendaki
36
gunung, arung jeram, panjat tebing atau dinding, kegiatan high rope, dan sebagainya dalam waktu yang sesungguhnya sekitar 28 hari. Fun outbound menunjuk pada kegiatan di alam terbuka yang tidak menekankan unsur pisik terlalu besar. Peserta terlibat dalam permainan (games) ringan, menyenangkan, beresiko kecil, tapi banyak mengandung manfaat untuk membangun diri, diantaranya sebagai sarana meningkatkan keterampilan sosial seperti membangun karakter, sifat-sifat kepemimpinan, dan kemampuan kerja sama dalam kelompok. Permainan dalam fun outbound didesain sedemikian rupa sehingga memiliki makna yang direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya kegiatan tersebut terkait dengan membuat perencanaan, mengatur strategi, efisiensi waktu, pendelegasian atau pembagian tugas, serta kejujuran dan tanggung jawab sosial. Baik real outbund ataupun fun outbound sama-sama memiliki manfaat yang besar terhadap pengembangan diri selama kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Dalam penelitian ini jenis outbound yang diggunakan adalah fun outbound. Yakni permaian yang didesain untuk melatih karakter kepemimpinan. Dalam permainan tersebut, siswa diharapkan mampu mengambil pelajaran yang diberikan melalui permainan
yang merupakan
sesungguhnya.
37
analogi
dari
kehidupan
Sebagai salah satu contoh permainan yang akan diberikan adalah BLIND LEAD Tujuan permainan : Kerja sama tim, kekompakan, melatih kedisiplinan, mengatur strategi, kepemimpinan. Alat yang digunakan : Kain penutup mata, tali rafia untuk membuat jalur lintasan yang akan dilalui peserta, beberapa rintangan atau penghalang untuk menambah tingkat kesulitan. Instruksi : Peserta diminta berpindah dari titik awal ke titik akhir melalui jalur, dan waktu yang sudah ditentukan. Anggota kelompok menggunakan penutup mata kecuali satu orang yang ditunjuk sebagai pemimpin. Anggota kelompok yang ditutup matanya berjalan dengan berpegangan, pemimpin kelompok berjalan dibelakang mengarahkan anggota kelompoknya.
Inti dari permainan ini mengandung banyak interpretasi tergantung fasilitator yang akan mengangkat apa yang akan dijadikan topik utama, dalam hal ini kepemimpinan. Tugas fasilitator adalah menjelaskan instruksi dari permainan yang akan dilaksanakan. Selama proses permainan berlangsung, fasilitator tetap menjaga keselamatan peserta dengan berjaga disekitar barisan. Setelah permainan berakhir fasilitator mengajak peserta untuk membuat lingkaran dan melakukan refleksi kegiatan. Dalam kegiatan refleksi, fasilitator memancing peserta untuk mengungkapkan pendapat tentang permainan, bagaimana perasaan, suka duka,
38
dan sebagainya. Fasilitator merangkum pendapat masing-masing peserta dan membuat batasan topik yakni tentang kepemimpinan. Dari contoh permainan di atas, secara tidak langsung peserta diajak untuk berpikir, membuat strategi dan sebagainya yang membutuhkan kemampuan kognisinya. Dari area afektifnya, peserta secara tidak sadar akan belajar bagaimana menghormati orang lain, tidak menang sendiri dan menghargai perasaan orang lain diluar dirinya. Sedangkan saat melakukan permainan dengan berpindah sambil mata ditutup, peserta melakukan gerakan-gerakan psikomotor. Dari permainan tersebut dapat diamati bahwa tiga area psikologis yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat beraktivitas sekaligus dalam satu kegiatan.
2.3 Kerangka Teori Dalam kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karakter kepemimpinan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
39
Karakter kepemimpinan merupakan variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Berdasarkan kerangka teori diatas, terdapat 10 faktor baik internal maupun
eksternal
yang
dapat
mempengaruhi
terbentuknya
karakter
kepemimpinan. Dalam hal ini peneliti memfokuskan kajian pada salah satu faktor yaitu situasi khusus dan peran yang menimbulkan perilaku yang sesuai dalam hal ini melalui kegiatan outbound. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, faktor-faktor
lain
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan
karakter
kepemimpinan tidak dapat diabaikan begitu saja. Oleh karena itu, peneliti akan mengikut sertakan faktor-faktor tersebut untuk diukur kemudian dinetralkan.
40
Dikarenakan waktu penelitian yang singkat dan dan media yang terbatas, maka tidak semua faktor yang mempengaruhi karakter kepemimpinan dapat diteliti. Oleh karena itu peneliti membatasi faktor-faktor tersebut kedalam kerangka teori yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan kerangka teori penelitian diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk : 1. Mengetahui pengaruh metode outbound terhadap pembentukan karakter kepemimpinan 2. Membuktikan
apakah
variabel-variabel
lain
tersebut
benar-benar
mempengaruhi karakter kepemimpinan
2.4
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Hipotesis mayor : H1 : Ada pengaruh yang signifikan metode outbound terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel lain terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia Hipotesis minor : H3
:
Ada pengaruh yang signifikan hereditas terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia
H4 : Ada pengaruh yang signifikan pengaruh teman sebaya terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia
41
H5 : Ada pengaruh yang signifikan lingkungan fisik dan sosial terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia H6 : Ada pengaruh yang signifikan media komunikasi terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia H7 : Ada pengaruh yang signifikan usia terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia H8 : Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia H9 : Ada pengaruh yang signifikan kelas terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia H10 : Ada pengaruh yang signifikan suku terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia. H11 : Ada pengaruh yang signifikan lama di sekolah alam terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia.
42
BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan mengenai metode dimulai dengan deskripsi mengenai populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, serta metode analisis data. Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah pengaruh metode outbound dalam pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif, dimana temuan penelitian merupakan hasil kesimpulan statistik beserta analisisnya.
3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Yang menjadi target populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Alam Indonesia di Ciganjur, Jakarta Selatan yang berjumlah 415 orang ( dokumen SAI 2010) yang terdiri dari tiga tingkatan yakni Kelompok Bermain, Sekolah Dasar , dan Sekolah Lanjutan. Sekolah Alam Indonesia dipilih sebagai tempat penelitian karena mempunyai sistem pendidikan yang unik dan terintegrasi, yaitu sistem pendidikan yang menggunakan metode belajar yang dilakukan dengan permainan sehingga siswa tidak merasa sedang belajar dengan alam sebagai kelas sehingga belajar tidak merasa bosan, capek, atau takut karena pendekatan yang
43
digunakan. Karena keterbatasan waktu penelitian, maka sampelnya saja yang akan menjadi objek penelitian.
3.1.2 Sampel dan teknik sampling Adapun besar sampel ditetapkan sebanyak
130 orang. Teknik pengambilan
sampelnya adalah probability sampling. Karakteristik sampel yang hendak diteliti adalah siswa yang sudah mengikuti outbound minimal lima tahun.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalnya Dalam penelitian ini variabel yang menjadi fokus pertanyaan adalah karakter kepemimpinan, yang selanjutnya disebut sebagai variabel terikat (dependent variabel / DV). Sedangkan variabel yang diasumsikan dapat mempengaruhinya dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter kepemimpinan yaitu : 1. Heredity (keturunan) 2. Early Childhood Experience (pengalaman awal masa kanak-kanak) 3. Modeling by important adults and older youth (pemodelan oleh orang dewasa berpengaruh dan orang yang lebih tua) 4. Peer influence (pengaruh teman sebaya) 5. The general physical and social environment (lingkungan fisik dan sosial umum) 6. The communications media (media komunikasi)
44
7. What is taught in the schools and other institutions (apa yang diajarkan di sekolah-sekolah dan lembaga lainnya) 8. Outbound Specific situations and roles that elicit corresponding behavior. (situasi spesifik dan peran yang menimbulkan perilaku yang sesuai).
yang selanjutnya disebut sebagai variabel bebas (independent variabel / IV). Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai variabel-variabel tersebut. Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut,
3.2.1. Definisi Operasional 1. Karakter Kepemimpinan adalah skor yang didapat dari responden melalui instrumen mengenai perilaku yang tampak dari seseorang yang berhubungan dengan ciri-ciri seorang pemimpin yakni memiliki kekuatan, stabilitas emosi, kemampuan tentang relasi insani, kejujuran, objektif, dorongan pribadi, keterampilan berkomunikasi, kemampuan mengajar, keterampilan sosial, dan kecakapan teknis atau kecakapan manajerial 2. Heredity (keturunan) adalah skor yang didapat dari pertanyaan tentang jabatan orang tua responden 3. Early Childhood Experience (pengalaman awal masa kanak-kanak) adalah skor yang didapat dari kesempatan memimpin yang diberikan dirumah. 4. Modeling by important adults and older youth (pemodelan oleh orang dewasa berpengaruh dan orang yang lebih tua)
45
5. Peer influence (pengaruh teman sebaya) adalah skor yang didapat dari kecenderungan responden memilih teman bicara 6. The general physical and social environment (lingkungan fisik dan sosial umum) skor yang didapat dari klingkungan tempat tinggal responden. 7. The communications media (media komunikasi) skor yang didapat dari kecenderungan responden mendapatkan informasi dan
komunikasi dalam
kesehariannya 8. What is taught in the schools and other institutions (apa yang diajarkan di sekolah-sekolah dan lembaga lainnya) Outbound Specific situations and roles that elicit corresponding behavior. (situasi spesifik dan peran yang menimbulkan perilaku yang sesuai). Adalah hasil pengamatan yang dilakukan terhadap metode yang diberikan sekolah kepada para siswa termasuk metode outbound yaitu sekumpulan kegiatan yang bertujuan untuk mengaktualisasikan suatu potensi
seseorang yang melibatkan ranah afeksi, kognisi, dan
psikomotorik seseorang terutama dalam pembentukan karakter dengan metode belajar melalui pengalaman yang memadukan antara bermain dan belajar yang diberikan peneliti dengan bantuan tim.
3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan 2 macam kuisioner yang dapat membantu menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Kuisioner dipilih karena sifatnya yang efisien, dimana kuisioner dapat diberikan pada banyak
46
responden dalam waktu singkat. Kuisioner yang pertama adalah kuisioner mengenai data pribadi yang di dalamnya terdiri dari biodata responden serta beberapa pertanyaan pendukung penelitian. Kedua adalah kuisioner karakter kepemimpinan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh George R. Terry yakni kuat jasmani dan rohani, stabilitas emosi, kemampuan tentang relasi insani, kejujuran, objektif, dorongan pribadi, keterampilan berkomunikasi, kemampuan mengajar, keterampilan sosial, dan kecakapan teknis atau kecakapan manajerial. Pada instrument karakter leadership, peneliti melakukan uji validitas konstruk instrument dengan CFA (Confirmatory factor Analysis) untuk pengujian validitas instrument. Adapun logika dari CFA (Umar, 2010) : 1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut factor, sedangkan pengukuran terhadap factor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya. 2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu factor saja, begitupun juga tiap subtes hanya mengukur satu factor juga. Artinya baik item maupun subtes bersifat unidimensional. 3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
47
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu factor saja. 5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya. 6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negative, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable). Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan sotware LISREL 8.30 (Joreskog dan Sorbom, 1999).
3.3.1.1. Kuisioner Mengenai Data Pribadi Dalam penelitian diperlukan data mengenai identitas pribadi agar tidak tertukar antara sampel responden yang satu dengan yang lain. Selain itu, diperlukan juga data serta pertanyaan-pertanyaan pendukung yang diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai variabel-variabel lain yang akan dikontrol. Adapun data-data yang diperlukan adalah nama (inisial), kelas, jenis kelamin, usia, agama, suku bangsa, lama bersekolah di sekolah alam serta media
48
komunikasi dan informasi yang biasa digunakan. Selain data-data tersebut juga terdapat pertanyaan-pertanyaan singkat mengenai teman sebaya, lingkungan tempat tinggal serta posisi orang tua dalam organisasi atau pekerjaan.
3.3.1.2 Kuisioner Karakter Kepemimpinan Alat ukur karakter kepemimpinan dibuat berdasarkan karakteristik pemimpin ideal dari teori George R. Terry (1964). Berikut adalah karakteristik pemimpin menurut George R. Terry berikut indikatornya, a. Kekuatan, memiliki daya tahan dan pantang menyerah dari permasalahan yang ada b. Stabilitas emosi, tidak mudah marah dan meledak-ledak secara emosional, menghormati martabat orang lain, bisa memaafkan kesalahan orang lain c. Kemampuan tentang relasi insani, mengetahui kelebihan dan kekurangan orang lain, memiliki pengetahuan tentang psikologis anggota d. Kejujuran, jujur pada diri sendiri dan orang lain e. Objektif, memiliki pertimbangan berdasarkan hati nurani yang bersih f. Dorongan pribadi, memberikan pelayanan kepada bawahan atas dorongan pribadi g. Keterampilan berkomunikasi, mahir menulis dan berbicara didepan orang banyak. h. Kemampuan mengajar, dapat menjadi guru yang baik sehingga pengikut menjadi mandiri dan loyal. i. Keterampilan sosial, ramah;terbuka; bersahabat; menghargai pendapat orang
49
lain. j. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial, dapat membuat rencana, mengelola kegiatan serta membuat keputusan. Tabel 3.1 Bobot Skor Pernyataan Skala 1
Favorable
Sangat Sesuai (SS)
4
Sesuai (S)
3
Tidak Sesuai (TS)
2
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Selanjutnya skor subjek pada setiap pernyataan dijumlahkan dan nilai totalnya menjadi skor untuk setiap subjek.
3.3.2. Prosedur Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, karena data tersebut belum tersedia dan harus dicari terlebih dahulu. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data tersebut maka dilakukan penelitian lapangan dengan instrumen penelitian berupa kuisioner. Adapun tahapan pengumpulan datanya adalah sebagai berikut : 3.3.2.1. Tahap Persiapan Pada tahap ini, peneliti mulai mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam proses mempersiapkan alat ukur ini, peneliti sambil mengkaji kembali teori-teori yang akan digunakan. Selanjutnya peneliti
50
melakukan konstruksi alat ukur dengan cara mengadaptasi alat ukur dari teori yang ada. Setelah itu, peneliti membuat penyesuaian-penyesuaian yang perlu pada kalimat-kalimat aitem agar mudah dipahami responden. Berikut ini adalah kisikisi alat ukur karakter kepemimpinan sebelum diuji coba. Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Karakter Kepemimpinan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa alat ukur ini memiliki rentang jawaban sangat tidak sesuai hingga sangat sesuai dalam rentang 1-4. Setelah alat ukur selesai dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan uji coba alat ukur tersebut atau dilakukannya tes keterbacaan dengan membagi kepada beberapa guru yang peneliti anggap berkompeten dalam bidang bahasa anak-anak. Setelah mendapatkan feed back, peneliti menyesuaikan masing-masing masukan yang diberikan terhadap aitem yang dikoreksi.
51
Tabel 3.2. Kisi-kisi Alat Ukur Karakter Kepemimpinan No
Domain
Sub Domain
Indikator
sanggup bekerja dalam waktu lama dan berat serta tidak teratur 1
kekuatan
memiliki daya tahan dan pantang menyerah dari permasalahan yang ada memiliki daya tahan untuk dapat mengatasi pelbagai rintangan dalam pekerjaaan
2
stabilitas emosi
Tidak mudah marah dan meledak-ledak secara emosional
dapat mengendalikan diri dalam segala kondisi
menghormati martabat orang lain
menghargai pendapat orang lain
Item no saya dapat melakukan pekerjaan yang berat dalam waktu yang lama dan tidak teratur saya hanya akan mengerjakan pekerjaan yang ringan dan singkat saja meskipun pekerjaan yang saya lakukan membutuhkan waktu yang lama serta tidak teratur waktunya, saya tetap dapat melakukannya dengan tenang saat mendapatkan yugas yang saya anggap sulit, lebih baik saya menyerah saja saat menemui kesulitan, saya tetap yakin bahwa segala sesuatu dapat diatasi dengan usaha dan doa saya tetap berusaha mengerjakan tugas saya walau sulit meskipun tim saya kalah, saya tidak lantas menyalahkan orang lain dalam kondisi terdesak, saya tidak akan cepat marah dan menyalahkan orang lain saat ada yang berbicara walaupun saya ingin menyela tapi tidak saya lakukan
1 13
2
35 3 4 5 6 7
52
52
3
4
pengetahuan tentang relasi insani
kejujuran
pendapat teman saya tidak pernah saya sela meskipun tidak sesuai dengan jalan pikiran saya ketika seorang angota dalam tim kami ada yang berbuat salah, saya dapat memaafkan dengan konsekuensi orang tersebut mau meperbaiki memberikan kesempatan diri bisa memaafkan kesalahan orang untuk memperbaiki orang lain salah seorang teman membuat tim kami kalah diri dalam pertandingan hal itu tidak bisa diamaafkan saya dapat memaafkan kesalahan orang lain saya dapat memilih orang yang pantas untuk melakukan tugas kelompok sesuai dengan kemampuan yang dimiliki orang tersebut memberikan tugas sesuai anggota tim saya harus bisa menerima tugas Mengetahui kelebihan dan dengan kemampuan masingyang saya berikan walau tidak sesuai dengan kekurangan orang lain masing individu dalam kemampuan mereka kelompok saat membagi tugas dalam tim saya selalu memilih orang yang tepat sesuai dengan kemampuannya dalam keadaan apapun saya berusaha untuk Jujur pada diri sendiri dan menepati janji yag sudah disepakati orang lain kesepakatan yang sudah dibuat boleh saja selalu menepati janji dilanggar saya berusaha bertindak sesuai dengan apa yang saya ucapkan
10
8
11 9 12
40
36 14 45 15
53
53
dapat berlaku adil
dapat dipercaya
dapat mencari bukti atas sebab musabab suatu kejadian 5
6
objektif
dorongan pribadi
pertimbangan harus didasarkan hati nurani yang bersih
Memberikan pelayanan kepada bawahan atas dorongan pribadi
dapat memberikan alasan yang rasional dalam setiap keputusan
kesediaan menjadi pemimpin muncul dari dalam hati sanubari sendiri kritik dan masukan dari luar menjadikan semangat untuk berbuat lebih baik bagi
saya yakin setiap orang memiliki hak yang berbda-beda sehingga perlakuannya berbeda pula saya memandang setiap anggota kelompok punya tangung jawab yang sama amanah yang diberikan kepada saya adalah sebuah tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam segala kondisi saya adalah orang yang dapat diandalkan dalam setiap permasalahan yang ada saya selalu mencari sebab kenapa hal tersebut dapat terjadi saya yakin setiap kejadian pasti ada sebabnya setiap keputusan yang saya buat selalu berdasarkan alasan yang dapat diterima anggota kelompok saya berusaha membuat keputusan berdasarkan alasan yang jelas dikarenakan menjadi pemipin kelompok didasarkan oleh keinginan pribadi maka saya berusaha memberikan yang terbaik untuk kelompok saya saya sangat ingin menjadi seorang pemimpin saya menjadikan kritik sebagai sarana perbaikan diri saya tidak suka dikritik
16
41 17 39 18 37 38 44
19 51 20 25
54
54
kelompok
mahir menulis
7
keterampilan berkomunikasi mahir berbicara
8
kemampuan mengajar
dapat menjadi guru yang baik sehingga pengikut menjadi mandiri dan loyal
setiap masukan yang ada saya olah dan jadikan sebagai perbaikan dalam memimpin kelompok saya selalu menuliskan ide yang saya punya mampu mengungkapkan isi saya pernah mengirimkan tulisan saya ke pikiran dalam bentuk tulisan majalah sekolah dengan menyimak sesaat, saya dapat mengerti maksud pembicaraan orang lain cepat menangkap esensi saya cepat menangkap maksud dari pembicaraan orang lain pembicaraan orang yang sedang berbicara didepan saya saya dapat menyampaikan pendapat dengan dapat menyampaikan pesan bahasa yang mudah dimengerti orang lain dengan bahasa yang mudah setiap orang mengerti dengan apa yang sedang dimengerti saya bicarakan setiap perkataan saya selalu diikuti oleh anggota kelompok anggota dapat mengambil setelah memperoleh pengarahan dan berhasil, manfaat dari perkataan atau anggota kelompok saya semakin mendukung saya sebagai pemimpin perbuatan pemimpin
dapat mentransfer ilmu untuk pengembangan pengetahuan anggota
saya mengamati setiap anggota kelompok selalu menjalankan arahan saya saya berusaha memberikan ilmu yang saya miliki untuk kepentingan anggota kelompok ilmu yang saya miliki tidak boleh diketahui orang lain
21 26 46 22 27 23 50 24 28 29 47 49
55
55
9
keterampilan sosial
Ramah, terbuka, bersahabat, menghargai pendapat orang lain
selalu tampak ceria dihadapan orang lain
dapat menerima saran dan kritik dari anggota lain mampu membuat rencana apa yang akan dikerjakan
10
kecakapan teknis atau kecakapan manajerial
membuat rencana, mengelola kegiatan, membuat keputusan,
dapat mengontrol kegiatan sesuai dengan rencana
mampu membuat keputusan sesuai kondisi
setiap anggota kelompok boleh mengetahui ilmu yang saya miliki untuk kepentingan kelompok saya selalu memberi salam orang yang bertemu dengan saya menurut orang lain saya orang yang tidak pernah susah saya selalu terbuka dari setiap kritik yang ditujukan kepada saya setiap kritik yang ada saya hadapi dengan kepala dingin saya mempunyai schedule harian setiap yang akan saya kerjakan sudah ada panduannya kegiatan yang berlangsung saya kontrol sesuai dengan rencana yang telah dibuat kegiatan yang saya jalankan mengalir begitu saja diluar rencana yang sudah dibuat saya mampu menguasai kegiatan sehingga sesuai dengan rencana sebagai pemimpin kelompok, saya mampu membuat keputusan setiap kegiatan dalam kelompok, dijalankan berdasar keputusan yang saya buat
30
31 32 54 55 33 34 53 42 48 52 43
56
56
3.3.2.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Alam Indonesia. peneliti mengambil responden seluruh siswa Sekolah Alam Indonesia kelas lima sampai kelas sembilan yang berada di kampus Rawa Kopi. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan dibantu oleh masing-masing guru kelas. Pada tahap ini akan disebarkan kuisioner yang telah diperbaharui. Maksud dari diperbaharui disini adalah, item-item yang digunakan pada kuesioner ini adalah hasil pembaruan dari masukan guru yang berkompeten dari segi bahasa yang dimengerti anak.
3.4. Desain Penelitian Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain ex post facto field studies, dimana variabel bebas tidak dapat secara langsung dikontrol karena merupakan sesuatu yang sudah terjadi. Hal ini dikarenakan penelitian ingin mengetahui efektifitas metode outbound yang telah dijalani di masa lalu. Namun dikarenakan banyak variabel bebas lain yang akan mempengaruhi karakter kepemimpinan, maka diperlukan pula pengukuran terhadap variabelvariabel tersebut, yang nantinya akan didapat hasil penelitian yang lebih banyak dan beragam. Selain itu, pengukuran ini juga dimaksudkan untuk mengontrol variabel-variabel bebas tersebut, agar nantinya mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang akurat dan signifikan. Adapun variabel-variabel bebas lain yang akan diukur adalah jenis kelamin, usia, kelas, lingkungan tempat tinggal, teman sebaya dan keterlibatan dalam organisasi.
57
3.5. Metode Analisis Data Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah metode outbound efektif dalam pembentukan karakter kepemimpinan siswa sekolah alam indonesia, penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diukur peneliti menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis regresi berganda. Adapun persamaan umum analisis regresi berganda ini adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bpXp + e dimana : Y
: Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah karakter kepemimpinan
X1, X2, ......, Xp
: Independent variable (IV) yang jumlahnya p
p
: Jumlah independent variable (IV)
a
: Intercept / konstan
b1, b2, ......, bp
: Koefisien regresi untuk masing-masing IV
e
: Residu / sisa (IV yang tidak termasuk dalam persamaan) Sebelum melakukan analisis regresi berganda, peneliti melakukan korelasi
product moment seluruh variable penelitan. Sebab, dalam regresi idealnya IV tidak berkorelasi dengan IV lainnya, namun justru IV sebaiknya berkorelasi dengan DV. Dengan demikian dengan jumlah variabel sebanyak 10 variabel penelitian, maka terdapat 45 korelasi variabel.
58
Selanjutnya analisis regresi, dimulai secara simultan, kemudian dari satu per satu IV. Sehingga nilai R2 yang dihasilkan dapat dilihat secara murni. Fungsi R2 ini adalah untuk melihat proporsi varians dari karakter leadership yang dipengaruhi IV yang ada. Melihat jumlah R2 X (dikalikan) 100%. Maka dihasilkanlah proporsi varians atau determinant. R2 sendiri didapatkan dengan rumus :
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikan pada F test biasa. Selain itu juga uji signifikan bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu sendiri dengan df nya (dilambangkan k), yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi dengan df nya N – k – 1 dimana N adalah total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut sebagai denumerator. Jika digambarkan maka :
Atau dengan cara yang berbeda namun hasil yang sama, pembagi adalah Ssreg dbagi dengan df nya (k) didapat mean square regresi , kemudian penyebutnya Ssres dibagi dengan df nya (N – k – 1) didapat mean square residu. Sehingga hasil bagi Msreg dengan Msres didapatkan hasil F. Numerator dan denumerator juga dari df pembagi dan df penyebut. Kemudian selanjutnya peneliti melakukan uji koefisien regresi dari tiaptiap IV yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi adalah melihat apakah
59
signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV, oleh karenanya sebelum didapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standard error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar Msres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Jika ditulis dengan rumus maka :
Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu : 1. R2 yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dari dependent variable (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV). 2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari independent variable (IV) yang bersangkutan. 3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.
60
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu, analisis deskriptif, uji validitas alat ukur, dan terakhir pengujian hipotesis penelitian. 4.1 Analisis Deskriptif Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi siswa Sekolah Alam Indonesia kampus Rawa Kopi dijadikan sampel secara keseluruhan. Hal in dilakukan dengan pertimbangan jumlah anggota populasi yang tidak terlalu banyak, yaitu sebanyak 130 siswa. Tabel 4.1 Distribusi populasi penelitian berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin
N
Persentase
Laki – laki
81
62%
Perempuan
49
38 %
TOTAL
130
100 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perempuan jauh lebih banyak daripada laki – laki. Jumlah perempuan 48, sedangkan laki – laki hanya berjumlah 82. Fenomena populasi seperti ini lazim ditemui pada siswa Sekolah Alam Indonesia. Sebab, kebanyakan siswa Sekolah Alam Indonesia adalah laki-laki. Karena dari awal berdiri sampai sekarang kebanyakan yang mendaftar dan diterima adalah siswa laki-laki (data bank SAI).
61
Selanjutnya peneliti mepaparkan distribusi frekuensi dan uji beda t-test mean leadership berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4.2 Distribusi mean leadership berdasarkan Jenis kelamin Std. Error of jenis kelamin
N
Mean
Std. Deviation
Mean
Perempuan
49
49.6629
9.66031
1.38004
laki-laki
81
50.2039
10.25404
1.13934
130
50.0000
10.00000
.87706
Total
Untuk perolehan leadership mean perempuan jauh lebih kecil daripada mean laki – laki, Lebih lanjut lagi peneliti menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara mean laki-laki dan permpuan untuk mengetahui apakah mean kedua kelompok berbeda secara statistik. Dari hasil yang didapat, pada karakter kepemimpinan tidak ada perbedaan yang signifikan antara mean laki – laki dan perempuan (P < 0.05).
4.2 Uji Validitas Alat Ukur Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.3 (Joreskog dan Sorbom, 1994). Adapun criteria item yang baik pada CFA adalah (Umar, 2011) : 1. Diuji apakah model unidimensional (semua aitem hanya mengukur satu faktor saja) fit dengan data. Dalam hal ini uji signifikan menggunakan chi square
62
untuk melihat apakah matrik korelasi yang diperoleh dari data tidak berbeda secara signifikan dengan matrik korelasi yang diperoleh dari model. 2. Melihat signifikan tidaknya masing-masing item dalam mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t > 1.96 maka item tersebut signifikan dan sebaliknya. Apabila item tersebut signifikan maka item tidak akan di drop, dan sebaliknya. 3. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah di scoring dengan favorable (pada skala likert 1 – 4), maka nilai koefisien muatan faktor pada item harus bermuatan positif, dan sebaliknya. Apabila item tersebut favorable, namun koefisien muatan faktor item bernilai negative maka item tersebut akan di drop dan sebaliknya. Untuk aitem yang unfavorable harus direverse sehingga menjadi favorable. 4. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka item tersebut akan di drop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain (multidimensional item). Uji validitas tiap dimensi alat ukur leadership akan dipaparkan pada sub bab berikut.
4.2.1 Uji Validitas Skala Karakter Kepemimpinan Peneliti menguji apakah 55 item yang ada bersifat unidimensional mengukur karakter kepemimpinan. Peneliti awalnya melakukan analisis item secara keseluruhan, namun banyak yang tidak fit. Atas saran seorang mentor, kemudian peneliti melakukan pemisahan item sesuai dengan dimensinya yakni sepuluh
63
dimensi dari skala karakter kepemimpinan yaitu kekuatan, stabilitas emosi, kemampuan tentang relasi insani, kejujuran, objektif, dorongan pribadi, keterampilan komunikasi, kemampuan mengajar, keterampilan sosial, dan kecakapan managerial. Dari sepuluh dimensi leadership yang di uji anlisis CFA model satu faktor, dua dimensi yakni kekuatan dan managerial tidak fit dengan chi-square=42,06, df = 14, P-value = 0.00012, RSMEA =0.125 untuk dimensi kekuatan dan chi-square=.46,9, df =9, P-value = 0,00000., RSMEA =0,181 untuk dimensi managerial. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1 Analisis Konfirmatorik dari dimensi kekuatan dalam skala karakter kepemimpinan
0.71
IT EM 2
0.80
IT EM 3
0.53 0.44
-0.30 -0.40
-0.33
KEKUA TAN 0.67
0.58
IT EM 4
0.52
0.71
IT EM 5
0.47
IT EM 6
0.73
Ch i-S qu are =2. 68 , d f=2 , P -v alu e=0 .2 617 9, RM SEA =0. 051
Sedangkan untuk managerial didapatkan model fit dengan perolehan Chisquare = 10,24 , df= 8 ,p-value = 0.24879 , RMSEA= 0.047 , 64
1.00
Dari gambar 4.1, nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kekuatan dalam karakter kepemimpinan. Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut. Tabel 4.3 Muatan Faktor item kekuatan dalam skala karakter kepemimpinan No 2 3 4 5 6
Koefisien 0.53 0.44 0.58 0.52 0.73
Standar error 0.13 0.10 0.09 0.10 0.10
Nilai t 3.94 4.59 6.31 4.96 7.24
Signifikan √ √ √ √ √
Pada tabel diatas, hanya nilai t bagi koefisien muatan faktor dari item 1 yang tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor item lainnya signifikan. Dengan demikian item no 1 akan di drop. Artinya bobot nilai pada item 1 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negative. Dari tabel 4.3, pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negative. Dengan demikian tidak ada item yang di drop, kecuali item no 1. Hal tersebut juga dilakukan pada dimensi managerial sehingga item no 3 (43) tidak signifikan sehingga harus di drop.
65
Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa item – item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing – masing. Korelasi kesalahan pengukuran item ditampilkan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item kekuatan dalam skala karakter kepemimpinan 1
2
2
3
4
5
6
1
3 1 4 √ √ 1 5 √ 1 6 1 tanda √ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat korelasi antar kesalahan pengukuran pada item. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Namun pada model ini tidak ada kesalahan pengukuran yang tidak berkorelasi yakni item 2, 3, dan 6. Sedangkan item yang tidak bagus yaitu 1, karena terdapat banyak tanda √, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Dengan demikian item 1 akan di drop, artinya bobot nilai item tidak akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
66
Tabel 4.5 Muatan Faktor stabilitas emosi dalam skala karakter kepemimpinan No 1 2 3 4 5 6
Koefisien 0.38 0.44 0.47 0.52 0.64 0.22
Standar error 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Nilai t 3.52 4.10 4.44 4.82 5.88 2.01
Signifikan √ √ √ √ √ √
Dari tabel di atas, semua nilai t > 1.96 berarti muatan faktor pada dimensi stabilitas emosi signifikan dan nilai koefisien tidak ada yang negatif. Dengan demikian, faktor-faktor pada dimensi stabilitas emosi dapat diterima dan bobot nilai masing-masing faktor dapat digunakan sebagai penghitung faktor skor. Tabel 4.6 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item stabilitas emosi dalam skala karakter kepemimpinan 1 1 2 3
2
3
5
6
1 1 1 1
4
1
5 6
4
√
1
tanda √ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Tabel di atas menunjukkan tidak adanya kesalahan korelasi antar aitem faktor dalam mengukur faktor lainnya, atau dapat dikatakan aitem dimensi satbilitas emosi dapat digunakan dan tidak ada aitem yang di drop, serta bobot nilainya dapat diikutkan dalam penghitungan faktor skor.
67
Tabel 4.7 Muatan Faktor item kemampuan tentang relasi insani dalam skala karakter kepemimpinan No 1 2 3
Koefisien 0.85 0.47 -0.12
Standar error 0.61 0.34 0.12
Nilai t 1.40 1.97 -0.99
Signifikan √ √ x
Hanya terdapat tiga item dalam dimensi relasi insani dengan satu aitem yang tidak signifikan serta nilai koefisiennya negatif. Seharusnya aitem tersebut di drop namun menurut mentor peneliti karena jumlah aitem yang sedikit dalam dimensi tersebut dan tidak adanya korelasi kesalahan antar aitem, maka aitemaitem tersebut dapat diterima dan diikutkan dalam penghitungan faktor skor. Berikut tabel korelasi kesalahan antar aitem pada dimensi relasi insani. Tabel 4.8 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item kemampuan tentang relasi insani dalam skala karakter kepemimpinan 1
1
2
3
1
2 1 3 1 tanda √ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item Pada tabel diatas terlihat tidak adanya korelasi kesalahan antar aitem, sehingga aitem dapat digunakan bobot nilainya pada penghitungan faktor skor. Tabel 4.9 Muatan Faktor item kejujuran dalam skala karakter kepemimpinan No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 1 0.75 0.09 8.40 √ 2 0.80 0.09 8.76 √ 3 0.28 0.09 8.76 √ 4 0.36 0.10 3.70 √ 5 0.38 0.09 4.05 √ 6 0.23 0.11 2.10 √ 7 0.43 0.09 4.57 √
68
Pada tabel di atas, setiap aitem memiliki nilai t > 1,96 yang artinya muatan faktor pada dimensi kejujuran signifikan dan tidak ada nilai koefisien yang bernilai negatif. Dengan demikian faktor-faktor pada dimensi kejujuran dapat diterima dan bobot nilai masing-masing faktor dapat digunakan sebagi penghitung faktor skor. Tabel 4.10 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item kejujuran dalam skala karakter kepemimpinan 1
1
2
3
4
5
6
7
1
2 1 3 1 4 1 5 1 6 √ 1 7 1 tanda √ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item Pada tabel diatas, hanya terdapat satu kesalahan korelasi namun bobot nilai dari aitem masih dapat digunakan sebagai penghitung faktor skor Tabel 4.11 Muatan Faktor item objektivitas dalam skala karakter kepemimpinan No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 1 0.63 0.26 2.47 √ 2 0.37 0.15 2.55 √ 3 0.98 0.33 2.99 √ 4 0.32 0.13 2.41 √
Nilai koefisien dari tabel diatas arahnya positif dan bertaraf signifikan dengan nilai t >1.96 berarti faktor-faktor pada dimensi objektifitas dapat diterima dan bobot nilai dari masing-masing faktor dapat digunakan sebagai penghitung faktor skor.
69
Tabel 4.12 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item objektifitas dalam skala karakter kepemimpinan 1
1
2
3
4
1
2 1 3 √ 1 4 1 tanda √ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item Dari tabel di atas dapt dilihat bahwa terdapat satu faktor yang berkorelasi dengan faktor lainnya namun masih dalam taraf signifikan sehingga faktor-faktor dalam dimensi objektifitas masih dapat diterima dan digunakan bobot nilainya sebagai penghitung faktor skor. Tabel 4.13 Muatan Faktor item dorongan pribadi dalam skala karakter kepemimpinan No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 1 0.56 0.09 5.96 √ 2 0.68 0.09 7.16 √ 3 0.82 0.10 8.43 √ 4 0.26 0.10 2.57 √ 5 0.33 0.10 3.40 √
Dalam tabel muatan faktor dari dimensi dorongan pribadi dalam leadership memiliki nilai t > 1,96 atau bertaraf signifikan dan nilai koefisiennya positif. Dengan demikian faktor-faktor pada dimensi dorongan pribadi dapat diterima dan boobot nilainya dapat digunakan dalam penghitungan faktor skor.
70
Tabel 4.14 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item dorongan pribadi dalam skala karakter kepemimpinan 1
1 2 3 4 6
2
3
4
5
1 1 1 1 1
Dari tabel matriks korelasi diatas dilihat tidak adanya korelasi antar faktor, artinya faktor tersebut hanya mengukur apa yang hendak diukur sehingga faktorfaktor yang terdapat dalm dimensi dorongan pribadi dapat diterima dan bobot nilainya Tabel 4.15 Muatan Faktor item ketrampilan komunikasi dalam skala karakter kepemimpinan No 1 2 3 4 5 6
Koefisien 0.57 0.50 0.50 0.57 0.45 0.37
Standar error 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
Nilai t 5.54 4.84 4.88 5.56 4.37 3.25
Signifikan √ √ √ √ √ √
Nilai t sebagai acuan taraf signifikansi faktor berada diatas 1,96 dan nilai koefisiennya positif. Artinya faktor-faktor dalam dimensi komunikasi dalam leadership dapat diterima dan bobot nilainya dapat digunakan dalm penghitungan faktor skor.
71
Tabel 4.16 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item keterampilan komunikasi dalam skala karakter kepemimpinan 1
1 2 3 4 5
2
3
4
5
6
1 1 1 1 √
1 1
6
tanda √ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item Dalam tabel 4.16 terdapat satu faktor yang berkorelasi dengan faktor lainnya namun taraf masih dalam taraf signifikan dalam koefisiennya sehingga aitem faktor tersebuut masih dapat digunakan bobot nilainya dalam penghitungan faktor skor.
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 4.17 Muatan Faktor item kemampuan mengajar dalam skala karakter kepemimpinan Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 0.59 0.09 6.28 √ 0.66 0.09 7.16 √ 0.77 0.09 7.16 √ 0.47 0.10 4.83 √ 0.31 0.10 3.12 √ -0.08 0.10 1.98 √
Dalam tabel 4.17, terlihat satu aitem yakni aitem 6
memiliki nilai
koefisien negatif namun memiliki nilai t > 1,96 . seperti faktor lainnya, faktor aitem tersebut dapat digunakan dan bobot nilainya dapat digunakan dalam penghitungan faktor skor.
72
Tabel 4.18 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item kemampuan mengajar dalam skala karakter kepemimpinan 1
1
2
3
4
5
6
1
2 1 3 1 4 √ 1 5 1 6 1 tanda √ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item Terdapat satu korelasi kesalahan pengukuran aitem pada tabel 4.18 yang artinya aitem faktor tersebut juga mengukur faktor lain dalam taraf signifikan sehingga tidak perlu di drop dan masih dapat digunakan bobot nilainya dalam penghitungan faktor skor Tabel 4.19 Muatan Faktor item keterampilan sosial dalam skala karakter kepemimpinan No 1 2 3 4
Koefisien 0.39 -0.07 1.09 0.51
Standar error 0.11 0.08 0.19 0.12
Nilai t 3.66 -0.89 5.83 4.33
Signifikan √ x √ √
Dalam tabel 4.19 terdapat satu faktor yang tidak signifikan dengan nilai t < 1,96. Dan nilai koefisiennya negatif sehingga harus di drop. Sedang faktor lainnya memiliki nilai t > 1.96 serta berarah positif dapat digunakanbobot nilainya dalam penghitungan faktor skor.
73
Tabel 4.20 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item keterampilan sosial dalam skala karakter kepemimpinan 1
1
2
3
4
1
2 √ 1 3 1 4 1 tanda √ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item Sesuai dengan nilai dari muatan faktor, faktor no 2 dalam tabel 4.20 berkorelasi dengan faktor lainnya sehingga faktor no 2 di drop dan bobot nilainya tidak diikutkan dalam penghitungan faktor skor. Tabel 4.21 Muatan Faktor item managerial dalam skala karakter kepemimpinan No 1 2 4 5 6 7
Koefisien 0.45 0.57 0.55 0.59 0.74 0.80
Standar error 0.09 0.09 0.09 0.09 0.08 0.08
Nilai t 4.80 6.35 6.09 6.72 8.81 9.74
Signifikan √ √ √ √ √ √
Tabel 4.20 adalah tabel faktor dimensi managerial setelah dilakukan modifikasi model. Faktor item no 3 sudah tidak ada. Faktor lainnya memiliki nilai t >1.96 dan nilai koefisiennya positif. Artinya faktor dimensi managerial setelah modifikasi model dapat digunakan nilai bobot skornya sebagai penghitung faktor skor.
74
Tabel 4.22 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item managerial dalam skala karakter kepemimpinan 1 2 4 5 6 7
1 1
2
4
5
6
7
1 1 1 1 1
Pada tabel 4.22 di atas setelah modifikasi model (fit). Tidak terdapat kesalahan korelasi antar faktor yang artinya faktor tersebut hanya mengukur faktor yang hendak diukur. Sehingga faktor dalam dimensi managerial dalam leaderhip dapat diterima dan diikutkan bobot nlainya dalam penghitungan faktor skor. Langkah terakhir yaitu item – item dari tiap dimensi dalam skala leadership yang tidak di drop dihitung faktor skornya. Faktor skor ini dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi penghitungan faktor skor ini tidak menjumlahkan item – item variabel pada umumnya, tetapi justru dihitung true score pada tiap item. Setelah didapatkan faktor skor, peneliti mentransformasikan faktor skor menjadi T skor. T skor ini berfungsi yaitu pertama untuk menyamakan skala pengukuran yang berbeda – beda, hal ini hampir sama ketika menghitung Z skor. Perbedaannya pada Zscore memiliki rentangan mean = 0 dan standar deviasi = 1, sedangkan T skor memiliki rentangan mean = 50 dan standar deviasi = 15.
75
Kemudian yang kedua, untuk menghindari nilai minus pada faktor skor agar pembaca mudah memahami interpretasi hasil penelitian. Adapun rumus T skor yaitu (Umar, 2011) : Tskor = (15 x faktor skor) + 50. Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi.
4.3 Uji Hipotesis penelitian 4.3.1 Analisis Korelasional dari Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat 9 variabel independen, dan terakhir 1 variabel dependen yaitu leadership. Dengan total 10 variabel maka akan terdapat 55 korelasi. Adapun matriks korelasi akan dipaparkan sebagai berikut. Tabel 4.23 Matriks Korelasi Antar Variabel UDK
KLS
LTT
SKU
LbS
UDK KLS LTT SKU LbS
1 -.445** .078 .252** -.058
1 .098 -.226** .267**
1 -,160 .039
1 -.091
1
MK
-.102
.173*
.050
-.258**
.106
1
PTS
.205*
-.173*
-.091
.173*
-.093
-.073
1
KM
-020
-.036
.127
.032
-.004
-.079
.057
1
JOT
-.144
.032
-.008
-.036
.056
-.186**
-.087
.061
1
KK
.002
.066
-.041
.040
.203*
.025
.060
-.152
.04 7
**korelasi signifikan dalam level 0.01 (2-tailed) * korelasi signifikan dalam level 0.05 (2-tailed) UDK= urutan dalam keluarga kLS= kelas LTT= lingkungan tempat tinggal
76
MK
PTS
KM
JO T
KK
1
SKU= suku LbS= lama bersekolah MK = media komunikasi PTS= pengaruh teman sebaya KM = kesempatan memimpin JOT= jabatan orang tua KK = karakter kepemimpinan (leadership)
Tabel 4.23 di atas dapat dilihat korelasi antara media komunikasi dengan kelas berkorelasi secara signifikan (p<0,05) dan arahnya positif artinya semakin tinggi kelas kebutuhan akan media komunikasi juga semakin bertambah, bisa dari tuntutan pelajaran yang semakin kompleks dalam pencarian bahan materi pelajarannya atau sekedar gaya hidup. Selanjutnya korelasi antara pengaruh teman sebaya dengan urutan dalam keluarga dan suku berkorelasi secara signifikan (p<0.05) dan korelasinya positif. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh teman sebaya dapat terjadi karena kesamaan dalam urutan dalam keluarga atau kelas misalnya sesama anak pertama, kedua, dan seterusnya atau sesama suku jawa, sunda,, dan seterusnya biasanya terlihat kompak di sekolah meskipun nilai korelasinya kecil yakni .205 untuk urutan dalam keluarga dan .173 untuk suku. Korelasi antara penagruh teman sebaya dengan kelas signifikan dengan arah negatif. Hal ini dapat di interpretasikan bahwa ada kemungkinan semangat kesamaan dalm kelas dapat berpengaruh buruk dalam memnciptakan iklim yang tidak sehat di sekolah semisal senioritas dan sebagainya. Hubungan antara karakter leadership dengan lama bersekolah berkorelasi signifikan (p<0.05) dengan arah positif. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa lama bersekolah atau interaksi di sekolah dapat membentuk karakter yang kuat pada diri seorang anak. Penanaman karakter kepemimpinan di sekolah alam
77
indonesia melalui metode outbound
dapat di katakan berhasil meskipun
sumbangan nilainya tidak terlalu besar.
4.3.2 Analisis Regresi Variabel Penelitian Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 17. Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu, melihat apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV, kedua melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing – masing IV. Langkah pertama peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variabel terhadap leadership. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.24 Tabel Anova b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1013.617
9
112.624
Residual
11886.383
120
99.053
Total
12900.000
129
F 1.137
Sig. .342
a
a. Predictors: (Constant), jabatan ortu, lingkungan tempat tinggal, lama bersekolah, kesempatan memimpin, pengaruh teman sebaya, suku, urutan dlm keluarga, media komunikasi, kelas b. Dependent Variable: leadership all
Tabel di atas, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen variabel terhadap statistika 1 tidak ditolak. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari, lingkungan tempat tinggal, urutan dalam keluarga, kesempatan memimpin, media komunikasi, jabatan orang tua, lama bersekolah, pengaruh teman sebaya, suku dan penyampaian dalam mengajar.. Untuk tabel R square, dapat dilihat sebagai berikut
78
Tabel 4.25 Tabel Rsquare Model Summary
Model
R
1
.280
R Square a
Adjusted R Square
.079
Std. Error of the Estimate
.009
9.95255
a. Predictors: (Constant), jabatan ortu, lingkungan tempat tinggal, lama bersekolah, kesempatan memimpin, pengaruh teman sebaya, suku, urutan dlm keluarga, media komunikasi, kelas
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0.079 atau 7.9%. Artinya proporsi varians dari leadership yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 7.9 %, sedangkan 92.1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel. Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap leadership. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel berikut : Tabel 4.26 Koefisien Regresi Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
44.358
7.121
urutan dlm keluarga
.027
.781
kelas
.178
lingkungan tempat tinggal
Standardized Coefficients t
Beta
Sig.
6.229
.000
.004
.034
.973
.562
.033
.317
.752
-.260
1.837
-.013
-.142
.888
suku
.257
.412
.060
.623
.535
lama bersekolah
.733
.332
.203
2.207
.029
media komunikasi
.155
.812
.018
.191
.849
pengaruh teman sebaya
1.508
1.573
.088
.959
.340
kesempatan memimpin
-3.868
2.190
-.157
-1.766
.030
1.226
1.953
.057
.628
.532
jabatan ortu a. Dependent Variable: leadership all
79
Dari fungsi persamaan di atas, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan (kolom ke-6), jika sig < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap leadership dan sebaliknya. Dari hasil diatas hanya koefisien regresi lama bersekolah dan kesempatan memimpin yang signifikan, sedangkan sisa lainnya tidak. Dengan demikian dapat disusun persamaan regresi pada karakter leadership, yaitu : Persamaan 4.1 Regresi karakter leadership Karakter leadership = 44.358 +0.027*urutan +0.178*kelas 0.260*lingkungan temting +0.257*suku +0.733*lama +0.155*mediakom +1.508*pengaruh teman 3.868*kesempatan memimpin +1.226*jabatan ortu Kemudian langkah selanjutnya peneliti menguji penambahan proporsi varians dari tiap independen variabel jika iv tersebut dimasukkan satu per satu ke dalam analisis regresi. Tujuannya adalah melihat penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap iv apakah signifikan atau tidak. Untuk analisis lengkapnya dibahas pada sub bab berikut.
4.3.3 Pengujian Proporsi Varians sumbangan masing – masing Independent Variabel Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap IV, yang mana IV tersebut dianalisis secara satu per satu. Pada tabel 4.27 kolom pertama adalah IV yang
80
dianalisis secara satu per satu, kolom kedua merupakan total penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah harga f hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom df adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom f tabel adalah kolom mengenai nilai/harga IV pada tabel f dengan df dan taraf level of significance 5 % yang telah ditentukan sebelumnya, harga pada kolom inilah yang akan dibandingkan dengan harga pada kolom f hitung. Apabila harga f hitung lebih besar daripada f tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikan akan dituliskan signifikan dan sebaliknya. Yang artinya bahwa penambahan (incremented) proporsi varians dari iv yang bersangkutan, dampaknya signifikan. Besarnya proporsi varians pada Karakter leadership dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.27 Penghitungan Proporsi Varians Karakter Kepemimpinan IV
R2
R2 CHANGE
F HITUNG
DF
F TABEL
SIGNIFIKAN
X1
0.000
0.000
0.001
1,128
3.92
Tidak signifikan
X12
0.006
0.006
0.361
1,127
3.92
Tidak signifikan
X123
0.008
0.002
0.357
1,126
3.92
Tidak signifikan
X1234
0.010
0.002
0.325
1,125
3.92
Tidak signifikan
X12345
0.047
0.037
1,231
1,124
3.92
Tidak signifikan
X123456
0.047
0
0
1,123
3.92
Tidak signifikan
X1234567
0.052
0.005
0.964
1,122
3.92
Tidak signifikan
X12345678
0.076
0.024
1.236
1,121
3.92
Tidak signifikan
X123456789
0.079
0.003
1.137
1,120
3.92
Tidak signifikan
TOTAL
0.079
81
Keterangan : X1 = Urutan dalam keluarga X2 = Kelas X3 = Lingkungan tempat tinggal X4 =Suku X5 =Lama bersekolah X6 = Media komunikasi X7 = Penagruh teman sebaya X8 = Kesempatan memimpin X9 =Jabatan orang tua Dari tabel diatas dapat ringkas sebagai berikut : •
Variabel urutan dalam keluarga tidak memberikan sumbangan dalam varians karakter kepemimpinan. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 0.001 dan df = 1,128
•
Variabel kelas memberikan sumbangan varians, sebesar 0.6 %. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F hitung = 0.361 dan df 1,127.
•
Variabel lingkungan tempat tinggal memberikan sumbangan varians sebesar 0.2 % pada karakter kepemimpinan. Sumbangan tersebut
tidaksignifikan
dengan F hitung = 0.357 dan df 1, 126. •
Variabel suku memberikan sumbangan sebesar 0.2 % pada karakter kepemimpinan . Sumbangan ini tidak signifkan dengan nilai F hitung = 0.325 dan df = 1,125.
•
Variabel lama bersekolah disekolah alam memberikan sumbangan sebesar 3.7 % pada karakter kepemimpinan. Dan sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan nilai F hitung = 1.123 dan df = 1,124
82
•
Variabel media komunikasi memberikan sumbangan yang dibulatkan menjadi 0 (nol) pada karakter kepemimpinan. Dan sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan nilai F hitung = 0 dan df = 1,123
•
Variabel pengaruh teman sebaya memberikan sumbangan sebesar 0.5 % pada karakter kepemimpinan. Dan sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan nilai F hitung = 0.964 dan df = 1,122
•
Variabel kesempatan memimpin memberikan sumbangan sebesar 2.4 % pada karakter kepemimpinan. Dan sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan nilai F hitung = 1.236 dan df = 1,121
•
Terakhir, variabel jabatan orang tua memberikan sumbangan hanya sebesar 0.3 % terhadap bervariasinya karakter kepemimpinan. Sumbangan ini tentunya tidak signifikan dengan F hitung = 1.137 dan df 1,120. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada IV yang
signifikan sumbangannya terhadap karakter kepemimpinan. Salah satu asumsi dalam regresi yang harus dipenuhi agar hasil analisis regresi dengan metode least square dapat dipercaya adalah bahwa distribusi frekuensi dari residual mengikuti distribusi normal. Apabila residual berada disekitar garis harapan untuk kurva normal, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ini memiliki error atau residual yang distribusinya mengikuti kurva normal. Artinya, hasil persamaan regresi beserta interpretasinya dapat dipercaya. Berikut adalah gambar “residual plot” yang dihasilkan yaitu gambar 4.5 untuk dependent variabel karakter kepemimpinan.
83
Gambar 4.2 Residual Plot Karakter Kepemimpinan
Dari gambar tersebut dapat kita lihat bahwa distribusi dari residual yang dihasilkan adalah normal. Dengan demikian, uji hipotesis dan penelitian dengan analisis regresi pada leadership dapat dipercaya.
84
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran. 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Tidak ada Pengaruh IV dari Faktor urutan dalam keluarga, kelas, lingkungan tempat tinggal, suku, lama bersekolah, media komunikasi, pengaruh teman sebaya, kesempatan memimpin, jabatan orang tua mempengaruhi DV perkembangan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia. Hal ini berarti bahwa hipotesis mayor yang menyatakan bahwa ada pengaruh dari urutan dalam keluarga, Kelas, lingkungan tempat tinggal, suku, lama bersekolah, media komunikasi, pengaruh teman sebaya, kesempatan memimpin,
jabatan
orang
tua
mempengaruhi
pembentukan
karakter
kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia, ditolak. Dari hasil tersebut, terdapat dua variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap karakter kepemimpinan yaitu lama bersekolah dan kesempatan memimpin. Dengan demikian ada 2 hipotesis minor yang diterima yaitu ada pengaruh yang signifikan dari lama bersekolah terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia; dan ada pengaruh yang signifikan dari kesempatan memimpin terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Aekolah Alam Indonesia. Bila dilihat dari sumbangan varians tiap variabel meskipun variabel lama bersekolah dan kesempatan memimpin dalam koefesien regresi menunjukkan 85
derajat signifikan, namun keduanya hanya memberikan sumbangan sebasar 3.7% dan 0.3%, dan tidak signifikan dalam sumbangan variansnya.
5.2 Diskusi Selanjutnya, dari 9 variabel yang diuji hanya dua variabel yang dinyatakan signifikan mempengaruhi karakter kepemimpinan. Oleh sebab itu, hanya dua hipotesis minor yang diterima yaitu yang menyatakan bahwa ada pengaruh variabel lama bersekolah terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia; ada pengaruh variabel kesempatan memimpin terhadap pembentukan karakter kepemimpinan siswa Sekolah Alam Indonesia. Dari dua variabel yang signifikan di atas, variabel lama bersekolah memberikan sumbangan terbesar yang mempengaruhi perkembangan karakter leadership yang variansnya sebesar 2.9% dan bermuatan positif. Artinya bahwa semakin lama seorang anak bersekolah di Sekolah Alam Indonesia semakin tinggi pembentukan karakter kepemimpinannya. Kegiatan, metode, pengalaman yang diberikan di sekolah memberikan kontribusi positif dalam perkembangan seorang anak, dimana hal tersebut sejalan dengan pemikiran Sergiovany (1996) yang berpendapat bahwa salah satu tujuan dasar dari sekolah adalah membentuk karakter, disamping tujuan lainnya yaitu menanamkan kebaikan, membangun budaya, dan mengajarkan anak untuk berpikir. Berdasarkan pendapat tersebut, jelaslah bahwa sekolah dapat dijadikan sarana sebagai penanaman dasar karakter seseorang.
86
Selain variabel lama bersekolah, variabel lainnya yang berpengaruh secara signifikan adalah kesempatan memimpin yang variansnya sebesar.0.3%. dengan koefisien regresinya negatif. Artinya bahwa semakin orang tua memeberikan kesempatan memimpin terhadap anak memberikan dampak yang kurang baik. Hal ini bertentangan dengan
Hurlock (1993) yang mengatakan bahwa metode
pelatihan anak yang digunakan dirumah mempengaruhi peran anak. Lebih jauh Hurlock
menambahkan
pelatihan
anak
yang
demokratis
mendorong
berkembangnya kemampuan memimpin. Hal ini menarikuntuk dijadikan diskusi karena ada suatu ketidakwajaran dari perkembangan karakter anak. Sehingga perlu dilihat faktor lain yang dapat mempengaruhi semisal tingkat IQ, kematangan (pubertas), tingkat stress dan lain sebagainya. Selain dua variabel diatas, variabel lainnya berkorelasi tidak signifikan terhadap karakter leadership. Untuk lebih jelasnya akan peneliti kupas satu persatu. Variabel urutan dalam keluarga variansnya tidak memberikan sumbangan terhadap karakter kepemimpinan walaupun koefisien regresinya positif. Ini berarti urutan dalam keluarga tidak memengaruhi pembentukan karakter kepemimpinan seseorang. Variabel kelas tidak
signifikan terhadap
perkembangan karakter
leadership. Variansnya hanya memberikan sumbangan sebesar 0.6%, meskipun arah koefisien regresinya positif. Ini berarti kelas seorang anak tidak memengaruhi perkembangan karakter leadershipnya.
87
Variabel lingkungan tempat tinggal tidak signifikan secara koefisien regresinya terhadap karakter leadership dengan hanya memberikan sumbangan varians sebesar 0.2% dan arah nya negatif. Maksudnya adalah lingkungan tempat tinggal
seseorang
tidak
akan
mempengaruhi
perkembangan
karakter
kepemimpinan. Variabel suku hanya memberikan sumbangan varians sebesar 0.2% terhadap pembentukan karakter kepemimpinan dan tidak signifikan secara koefisien regresinya meskipun arahnya positif. Artinya suku tidak memengaruhi pembentukan karakter kepemimpinan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mangunsong (2009) dalam tesisnya yang meneliti tentang faktor interpersonal, intrapersonal, dan kultural pendukung efektivitas kepemimpinan perempuan pengusaha dari empat kelompok etnis di Indonesia yang mengatakan bahwa suku tidak berpengaruh signifikan terhadap kepemimpinan dari masingmasing etnis yang diteliti. Variabel media komunikasi tidak memberikan sumbangan varians terhadap pembentukan karakter kepemimpinan dengan arah koefisien positif. Ada kemungkinan media komunikasi hanya menambah pengetahuan saja tapi tidak mempengaruhi pembentukan karakter. Variabel pengaruh teman sebaya secara varians memberikan sumbangan sebesar 0.5% dengan arah koefisien regresi positif. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari pengaruh teman sebaya terhadap pembentukan karakter kepemimpinan. Dalam tataran penelitian ini hasil yang diperoleh adalah tidak signifikan kemungkinan dikarenakan sampel yang diteliti masih anak-anak karena proses penanaman karakter baru sebatas pengenalan dan identifikasi . 88
Variabel jabatan orang tua memberikan sumbangan varians sebesar 0.3%, meskipun arah koefisien regresinya positif namun berada dalam taraf tidak signifikan. Ini berarti jabatan yang orang tua miliki tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan karakter kepemimpinan seorang anak.
5.3 Saran Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang ada dalam penelitian yang telah dilakukan. Namun hal tersebut merupakan pembelajaran yang berharga baik bagi peneliti sendiri maupun peneliti dibidang yang sama pada masa yang akan datang. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat, sebagai berikut: 5.3.1 Saran metodologis 1. Variasi dari 9 independen variabel yang ada hanya menyumbang pengaruh sebesar 7.9%. Sisanya sebanyak 92.1% kemungkinan dipengaruhi oleh variabel lainnya. Oleh sebab itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar
meneliti/menganalisa
variabel-variabel
lain
yang
mempengaruhi
pembentukan karakter kepemimpinan. 2. Karakter kepemimpinan yang diteliti hanya pada anak-anak yang tentunya masih memiliki rentang hidup yang panjang dan baru sebatas penanaman saja, ada baiknya penelitian selanjutnya meneliti remaja setingkat SMA atau mahasiswa. 3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan lebih banyak menggunakan item – item yang lebih valid dalam mengukur konstruk – konstruk psikologisnya.
89
5.3.2. Saran Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan positif bagi para guru dan orang tua dalam melakukan pendekatan terhadap anak.
Misalnya
menggunakan faktor kesempatan dalam memimpin yang dilakukan dirumah, sebagai salah satu pendekatan dalam menanamkan karakter kepemimpinan pada anak, hanya saja jangan terlalu di tekan mengingat mereka masih anakanak ada kekhawatiran bosan dan menjadikan arahnya negatif. 2. Bagi guru dan pengelola pendidikan untuk meningkatkan mutu dan penganekaragaman materi pengajaran. Berdasarkan penelitian ini, pengaruh sekolah yang hanya 2,9% ada kemungkinan bisa lebih ditingkatkan seperti yang diteliti oleh Sergiovanny (1996) yang mengatakan bahwa sekolah adalah tempat penanaman nilai dan pembentukan karakter. 3. Selain materi pelajaran, guru sebagi contoh harus memberikan keteladanan yang baik karena dilihat dari hasil kesempatan memimpin yang arahnya negatif. Guru dapat memberi contoh dengan datang tepat waktu, bicara yang baik, berpakaian sopan dan sebagainya. 4. Berdasarkan penelitian ini pula, perlu di lihat kembali faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan karakter kepemimpinan seperti IQ, kematangan (pubertas), dan juga data awal siswa yang masuk ke sekolah sehingga terpantau perkembangan karakternya.
90
DAFTAR PUSTAKA Afani, Ifan (2009). Evaluasi efektivitas outbound, tesis Depok: Universitas Indonesia Ancok, Jamaludin (2002) Outbound management training . Jogjakarta, UII press Antonio, Muhammad Syafii (2009) Muhammad saw the super leader super manager. Jakarta, ProLMCenter & Tazkia Publishing Asti, Badiatul Muchlisin (2009) Fun outbound merancang kegiatan outbound yang kreatif. Jogjakarta, Diva press Bisri, Muhammad (2009). Hubungan partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan Pencapaian Keterampikan Kepemimpinan Santri. Tesis UI Chaplin, James.P. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Dellors, Jaques (1983), education on 21 th Century. http://unesdoc.unesco.org/images/0010/001018/101826e.pdf dokumen Sekolah Alam Indonesia, tidak dipublikasikan Dryden, Gordon & Jeannette Vos (2002) Revolusi cara belajar. Bandung, Kaifa Haryono, Hendro (2003), Pengaruh pelatihan alam terbuka terhadap budaya kerja karyawan pt telkom kandatel jakarta pusat. Skripsi Jakarta : Universitas 17 Agustus 1945 Hattie, J. A., Marsh, H. W., Neill, J. T., & Richards, G. E. (1997). Adventure education and Outward Bound: Out-of-class experiences that make a lasting difference. Review of Educational Research, 67, 43-87 Hurlock, Elizabeth B.(1993) Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang usia. Jakarta, Erlangga J. Neill, H. Marsh and G. Richards (1997), The life effectiveness questionnaire: development and psychometrics, Unpublished article from James Neill, Outward Bound, Australia. Jaelani, Cahya (2003), Outbound leadership for school panduan outbound. Jakarta :Sekolah Alam Indonesia tidak dipublikasikan Joreskog, K.G dan Sorbom, D.(1999). Lisrel 8.30. USA : Scientific Software International.inc.
91
Kartono, Kartini (2008) Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta, Rajawali Press Mangunsong, Frieda (2009) Faktor intrapersonal, interpersonal, dan kultural pendukung efektivitas kepemimpinan permpuan pengusaha dari empat kelompok etnis. Jurnal Makara Sosial Humaniora, Vol. 13, no.1, juli 2009: i9-28 Depok: UI press Mulyani, Sri (2004). Studi tentang analisis hubungan kepemimpinan, kemampuan, dan motivasi dengan kinerja pejabat pada sekretariat wakil presiden. Jakarta : tesis FISIP Munandar, A.S (2001) Psikologi industri organisasi. Jakarta, UI Press. Munir, Baderel (2001), Dinamika Kelompok Penerapannya Dalam Ilmu Perilaku. Palembang: penerbit Universitas Sriwijaya Nuh, Muhammad (2010) pena pendidikan.com PPSB (2009) Buku Panduan . Jakarta, Sekolah Alam Santrock, John W Life Span development edisi kelima. Jakarta: Erlangga Sergiovanni, Thomas J., Jossey-Bass (1996). Leadership for The Schoolhouse Why is it Different? How is it Important? GLOBAL LEARNING COMMUNITIES 2000. pdf Syaamil Quran (2004) al-Quranul kaariim. Bandung: PT Syaamil Cipta Media Syah, Muhibbin (2007) Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Umar, Jahja. (2010-2011) Personal Communication UU SISDIKNAS 20/2003 www.detik.com diakses tanggal 20 juli 2010 www.experiental learning.com
[email protected]
92
93
94
95
Assalamu’alaykum wr wb, Salam sejahtera untuk kita semua, Sebelumnya perkenalkan saya Wahyu Wijanarko mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas Psikologi. Dalam rangka menyelesaikan studi S1, saya diharuskan untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan teman-teman untuk dapat bekerja sama mengisi data dan pernyataan di bawah ini. Ini bukan sebuah test, tidak ada jawaban benar dan salah setiap orang bisa saja berbeda dalam menjawabnya. Hal ini penting sehingga saya berharap anda menjawab dengan sejujurnya dan tidak memberikan atau memberi tahu jawaban anda kepada orang lain. Semua keterangan dan jawaban yang temanteman berikan akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan sebaik-baiknya hanya untuk kepentingan penelitian. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama yang baik ini. Terima kasih ya…… Salam Kenal,
Wahyu Wijanarko --------------------------------------------------------------------------------------------------Data Pribadi Nama
:
Usia
:
Lingkari salah satu jawaban yang menggambarkan diri kamu! Jenis kelamin
: 1.) Perempuan
Kelas
:5
6
7
8
2.) Laki-laki 9
Suku : 1.) Jawa 2.) Sunda 3.) Minang
96
4.) Batak 5.) Bugis 6.) Betawi 7.) Melayu 8.) Suku lain, sebutkan...................... Sejak kelas berapa kamu bersekolah di Sekolah Alam Indonesia KB Tka T Kb 1
2 3 4 5 6 7
Media komunikasi dan informasi yang biasa digunakan di rumah (jawaban boleh lebih dari satu) 1.) Surat kabar /tabloid 2.) Majalah 3.) Televisi 4.) Radio 5.) Internet 6.) HP
Lingkari salah satu dari beberapa pernyataan berikut yang menurut kamu paling sesuai dengan diri kamu Saya lebih senang : 1.) Bermain dan berdiskusi dengan teman yang seusia dengan saya 2.) Bermain dan berdiskusi dengan orang yang lebih senior dari saya 3.) Bermain sendiri daripada bermain bersama teman-teman saya
Lingkungan kamu tinggal sekarang : 1.) Komplek perumahan
2.) Bukan komplek perumahan
Lingkungan sekitar rumah saya : 1.) Damai, tentram, tidak pernah ada perilaku kriminal & kerusuhan 2.) Pernah ada kerusuhan & tindak kriminal
Keadaan alam disekitar tempat tinggal saya 1)
Tidak pernah ada bencana alam yang parah
97
2)
Pernah terjadi bencana alam yang parah
Apakah orang tua kamu menduduki jabatan penting atau pemimpin dalam organisasi atau pekerjaan? 1.) Ya
2.) Tidak
Menurut kamu penyampaian guru dalam mengajar disekolah 1) interaktif
2) pasif
Guru di sekolah saya terbuka dan enak diajak bicara 1.) Setuju
2.) tidak setuju
Selain masalah sekolah, guru di sekolah saya dapat diajak bicara masalah pribadi 1.) setuju
2.) tidak setuju
Guru-guru disekolah saya dapat diajak bercanda 1.) Setuju
2.) Tidak setuju
98
PETUNJUK PENGISIAN Dibawah ini terdapat 55 pernyataan. Baca dan pahami setiap pernyataan tersebut, kemudian beri tanda centang () di masing-masing kolom pernyataan yang sesuai dengan diri kamu. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut anda sendiri karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali, agar tidak ada pernyataan yang terlewat. Contoh : No 1.
PERNYATAAN
SS
S
TS
STS
√
Saya sealu berusaha menjadi yang terbaik
- Selamat Mengerjakan - ----------------------------------------------------------------------------------------------------------Keterangan : SS : Sangat Sesuai S : Sesuai TS No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
: Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
PERNYATAAN
SS
kegagalan yang terjadi adalah awal dari keberhasilan saya akan berusaha memperbaiki kesalahan dari kegagalan yang saya hadapi kesehatan saya cukup stabil untuk dapat mengerjakan banyak tugas yang harus saya selesaikan saya akan tetap tenang dan berusaha mengatasi masalah yang tidak kunjung selesai meskipun tim saya kalah, saya tidak lantas menyalahkan orang lain dalam kondisi terdesak, saya tidak akan cepat marah dan menyalahkan orang lain
99
S
TS
STS
7.
saat ada yang berbicara walaupun saya ingin menyela tapi tidak saya lakukan
No
PERNYATAAN
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
saya dapat memaafkan kesalahan orang lain pendapat teman saya tidak pernah saya sela meskipun tidak sesuai dengan jalan pikiran saya salah seorang teman membuat tim kami kalah dalam pertandingan hal itu tidak bisa diamaafkan saya dapat memilih orang yang pantas untuk melakukan tugas kelompok sesuai dengan kemampuan yang dimiliki orang tersebut saya hanya akan mengerjakan pekerjaan yang ringan dan singkat saja dalam keadaan apapun saya berusaha untuk menepati janji yag sudah disepakati saya berusaha bertindak sesuai dengan apa yang saya ucapkan saya yakin setiap orang memiliki hak yang berbda-beda sehingga perlakuannya berbeda pula amanah yang diberikan kepada saya adalah sebuah tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam setiap permasalahan yang ada saya selalu mencari sebab kenapa hal tersebut dapat terjadi dikarenakan menjadi pemipin kelompok didasarkan oleh keinginan pribadi maka saya berusaha memberikan yang terbaik untuk kelompok saya saya menjadikan kritik sebagai sarana perbaikan diri setiap masukan yang ada saya olah dan jadikan sebagai perbaikan dalam memimpin kelompok dengan menyimak sesaat, saya dapat mengerti maksud pembicaraan orang lain saya dapat menyampaikan pendapat dengan bahasa yang mudah dimengerti orang lain setiap perkataan saya selalu diikuti oleh anggota kelompok saya tidak suka dikritik saya selalu menuliskan ide yang saya punya
100
SS
S
TS
STS
No 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.
PERNYATAAN saya cepat menangkap maksud dari pembicaraan orang yang sedang berbicara didepan saya setelah memperoleh pengarahan dan berhasil, anggota kelompok saya semakin mendukung saya sebagai pemimpin saya mengamati setiap anggota kelompok selalu menjalankan arahan saya setiap anggota kelompok boleh mengetahui ilmu yang saya miliki untuk kepentingan kelompok saya selalu memberi salam orang yang bertemu dengan saya menurut orang lain saya orang yang tidak pernah susah saya dapat membuat rencana kerja dari tugas yang saya jalankan sebelum mengerjakan tugas, saya merencanakan apa yg akan saya lakukan saat mendapatkan yugas yang saya anggap sulit, lebih baik saya menyerah saja saat membagi tugas dalam tim saya selalu memilih orang yang tepat sesuai dengan kemampuannya saya yakin setiap kejadian pasti ada sebabnya setiap keputusan yang saya buat selalu berdasarkan alasan yang dapat diterima anggota kelompok dalam segala kondisi saya adalah orang yang dapat diandalkan anggota tim saya harus bisa menerima tugas yang saya berikan walau tidak sesuai dengan kemampuan mereka saya memandang setiap anggota kelompok punya tangung jawab yang sama dalam kegiatan sekolah yang membutuhkan banyak panitia, saya dapat memilih orang sesuai dengan kemampuannya saya berani memutuskan kegiatan harus tetap berjalan dengan rencana pengganti karena rencana awal tidak dapat dilaksanakan saya berusaha membuat keputusan berdasarkan alasan yang jelas
101
SS
S
TS
STS
No
PERNYATAAN
45.
kesepakatan yang sudah dibuat boleh saja dilanggar
46.
saya pernah mengirimkan tulisan saya ke majalah sekolah
47. 48.
ilmu yang saya miliki tidak boleh diketahui orang lain
50.
setiap orang mengerti dengan apa yang sedang saya bicarakan
51.
saya sangat ingin menjadi seorang pemimpin
53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62.
S
saya berusaha memberikan ilmu yang saya miliki untuk kepentingan anggota kelompok saya mampu menguasai kegiatan sehingga sesuai dengan rencana
49.
52.
SS
saya memiliki rencana pengganti bila kegiatan yang telah disepakati tidak dapat berjalan karena keadaan tidak memungkinkan saya dapat menjalankan kegiatan sesuai rencana yang sudah dibuat saya selalu terbuka dari setiap kritik yang ditujukan kepada saya setiap kritik yang ada saya hadapi dengan kepala dingin saya dapat menyelesaikan pekerjaan saya meski sedang bermasalah dengan teman saya akan mencari penyebab kegagalan yang terjadi untuk perbaikan saya akan terus berusaha mengerjakan tugas yang diberikan pada saya meski banyak kendala (rintangan) meskipun banyak permasalahan yang saya hadapi, tidak mempengaruhi kesehatan saya saya dapat menggunakan waktu seefesien mungkin untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepada saya saya dapat menggunakan sumber daya yang ada untuk kelancaran kegiatan yang saya rencanakan kegagalan bukan akhir dari segalanya
- Selesai dech... Terima Kasih yaa...Jangan lupa periksa kembali.....jangan ada peryataan yang terlewat
102
TS
STS
103
104
105