PENGARUH METODE LATIHAN DAN TINGKAT INTELIGENSI TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR SEPAKBOLA ATLET SEKOLAH SEPAKBOLA PSTS TABING
TESIS
Oleh : APRIYANTI RAHMALIA 51636/2009
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011
v
ABSTRAK Apriyanti Rahmalia. 2011. Pengaruh Metode Latihan dan Tingkat Inteligensi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet Sekolah Sepakbola PSTS Tabing. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola, diantaranya melalui metode rangkaian latihan dan metode rangkaian bermain. Tujuan dilakukanya penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh metode latihan mana yang lebih baik dan bagaimana pengaruh tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Populasi penelitian ini adalah seluruh atlet yang terdaftar pada sekolah sebakbola Persatuan Sepakbola Tabing Sekitarnya (PSTS Tabing). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling purporsive, sehingga sampel yang diambil pada kelompok usia 12 tahun yang berjumlah 40 orang. Instrumen test standard progressive matrices digunakan untuk mengukur tingkat inteligensi. Soccer Battery test (passing, shooting, dribbling, control) digunakan untuk mengukur keterampilan teknik dasar sepakbola. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan anava dua jalur, dan dilanjutkan dengan uji tukey. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) Keterampilan teknik dasar sepakbola yang diberikan dengan metode rangkaian latihan hasilnya lebih tinggi daripada rangkaian bermain (Qh = 12.92 > Qt = 2.95), (2) Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola (Fh = 86.63 > Fh = 4.11, (3) Pada tingkat inteligensi tinggi, keterampilan teknik dasar sepakbola kelompok yang diberikan dengan metode rangkaian latihan hasilnya lebih tinggi daripada rangkaian bermain (Qh = 12.98 > Qt = 3.13), (4) Pada tingkat inteligensi rendah, keterampilan teknik dasar sepakbola kelompok yang diberikan dengan metode rangkaian latihan hasilnya lebih rendah daripada rangkaian bermain (Qh = 6.73 > Qt = 3.13).
i
ABSTRACT Apriyanti Rahmalia. 2011.The Effect of The Exercise Method and The Intelligence Level toward Capability of Basic Techniques in Football The Athlete at Football School in PSTS Tabing. Thesis. Post Graduate Program of Padang State University. There are some methods that can be used to implement capability of basic techniques in football such as through exercise method and game approach method. This research is containing purposes to see the effect of exercise method and the intelligence level towards capability of basic techniques in football. The population of this research was all athlete who registered at football school in tabing (PSTS Tabing). The sampling techniques used was purposive sampling. There are 40 students of age 12 we taken as sample. The progressive matrices used to measure the intelligence level. The soccer battery test (shooting, passing, dribbling, control) used to measure capability of basic techniques in football. The analysis of data with two way anava, and then continued with tukey test. Results of data analysis indicated that: (1) capability of basic techniques in football being trained in the method of through exercise method (Qh = 9.75 > Qt = 2.95) is higher than the game approach method, (2) There are interactions between the exercise method with the intelligence level toward the basic techniques in football (Fh = 43.19 > Ft = 4.11), (3) In the high category of the intelligence level, toward capability basic techniques in football of the group being trained in the through exercise method was higher (Qh = 9.23 > Qt = 2.95) than those trained by the game exercise method, (4) In the low category of the intelligence level, toward capability basic techniques in football of the group being trained in the through exercise method was lower (Qh = 4.29 > Qt = 2.95) than those trained by the game exercise method.
ii
i
PERSETUJUAN AKHIR TESIS
Nama
Mahasiswa : Apriyanti Rahmalia
NIM
Nama
: 51636
Tanda Tangan
Tanggal
Prof. Dr. Eddy Marheni, M.Pd Pembimbing I
_______________
____________
Dr. H. Chalid Marzuki, M.A Pembimbing II
_______________
____________
Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang
Ketua Program Studi/ Kosentrasi
Prof. Dr. Mukhaiyar NIP. 19500612 197603 1 005
Prof. Dr. Eddy Marheni, M.Pd NIP. 19561020 198003 1 005
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS MAGISTER KEPENDIDIKAN
No
Nama
Tanda Tangan
1.
Prof. Dr. Eddy Marheni, M.Pd (Ketua)
_____________________
2.
Dr. H. Chalid Marzuki, M.A (Sekretaris)
_____________________
3.
Prof. Dr. Syafruddin, M.Pd (Anggota)
_____________________
4.
Dr. Adnan Fardi, M.Pd (Anggota)
_____________________
5.
Prof. Dr. H Rusdinal, M.Pd (Anggota)
_____________________
Mahasiswa : Nama NIM Tanggal Ujian
: Apriyanti Rahmalia : 51636 : 18 Agustus 2011
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, tesis dengan judul “PENGARUH METODE LATIHAN DAN TINGKAT INTELIGENSI TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR SEPAKBOLA ATLET SEKOLAH SEPAKBOLA PSTS TABING”, adalah asli belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim pembimbing/ Tim Promotor.
3. Didalam Karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, 18 Agustus 2011 Saya yang Menyatakan
Apriyanti Rahmalia 51636/ 2009
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillaahirobbil’alamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Pengaruh Metode Latihan dan Tingkat Inteligensi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet Sekolah Sepakbola PSTS Tabing. Shalawat beriring salam disampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia di dunia ini maju dengan teknologi dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Tujuan tesis ini adalah untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Administrasi Pendidikan Manajemen Pendidikan Olahraga Program Pascasarjana (PPS) Universitas Negeri Padang. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas masukan-masukan yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna kesempurnaan tesis ini. Bersamaan dengan itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih pada pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini: 1. Prof. Dr. Mukhaiyar,M.Pd selaku Direktur Progrma Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah memberikan dukungan dan fasilitas selama perkuliahan. 2. Prof. Dr. Eddy Marheni, M.Pd selaku Ketua Konsentrasi Manajemen Pendidikan Olahraga sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah memberi kemudahan dan bantuan dalam menyusun proposal tesis ini. 3. Dr. H. Chalid Marzuki, Ma sebagai Pembimbing II yang telah memberi kemudahan dan bantuan dalam menyusun proposal tesis ini. 4. Dr. Adnan Fardi, M.Pd, Prof. Dr. Syafruddin, M,Pd, dan Prof. Dr. H. Rusdinal, M.Pd, sebagai dosen kontributor yang telah memberi saran dan bantuan dalam menyusun tesis ini.
vi
5. Kepada Dosen-dosen mata kuliah sepakbola FIK UNP yang telah memberikan bantuan, saran, doa dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini. 6. Bapak Jafri Sastra, Pak Jay, Pak OK, Refa, Yoyo, Febri selaku Pelatih Sekolah Sepakbola PSTS Tabing yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. 7. Pengurus
Sekolah
Sepakbola
PSTS
Tabing
yang
membantu
pengambilan data dan Anggota yang menjadi sampel penelitian. 8. Yang tercinta Ayahanda Ahmad Yulizar, Ibunda Masniarti, kakanda Agus, adinda Khalik dan Ichsan
yang senantiasa membantu
memberikan dorongan semangat untuk menulis. 9. Kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan moril dan motivasi dalam pelaksanaan penelitian. Akhir kata hanya kepada Allah SWT tempat berserah diri, semoga penulisan ini dapat diterima sebagai amalan yang mendapatkan ridhoNya serta berguna bagi yang membaca, amin yaa robbal’alamin.
Padang,
18 Agustus
Penulis
vii
2011
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ........................................................................................... ABSTRAK ............................................................................................. PERSETUJUAN AKHIR........................................................................ PERSETUJUAN KOMISI ...................................................................... SURAT PERNYATAAN ....................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................... DAFTAR GRAFIK ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ BAB I.
i ii iii iv v vii viii x xii xiii xiv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 10 C. Pembatasan Masalah ................................................................... 11 D. Perumusan Masalah ..................................................................... 11 E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12 F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ............................................................................. 14 1. Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola ................................ 14 a. Pengertian Teknik Dasar ................................................... 14 b. Beberapa Teknik Dasar Sepakbola ................................... 16 1). Shooting........................................................................ 16 2). Dribbling........................................................................ 18 3). Passing ......................................................................... 21 4). Ball Control ................................................................... 25 c. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola ............................................................... 28 2. Hakikat Metode Latihan ......................................................... 31 a. Pengertian Latihan ............................................................. 31
vii
b. Metode Rangkaian Latihan ................................................ 41 1) Pengertian ..................................................................... 41 2) Tahapan Pelaksanaan................................................... 44 3) Karakteristik ................................................................... 45 c. Rangkaian Bermain ............................................................ 46 1) Pengertian ..................................................................... 46 2) Tahapan Pelaksanaan................................................... 48 3) Karakteristik ................................................................... 50 3. Hakikat Inteligensi .................................................................. 51 a. Pengertian Tingkat Inteligensi............................................ 51 b. Pentingnya Tingkat Inteligensi dalam Sepakbola .............. 57 c. Tes Tingkat Inteligensi ....................................................... 59 B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 63 C. Hipotesis ....................................................................................... 71 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................ 73 B. Validitas Rancangan Penelitian .................................................... 74 C. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 76 D. Populasi dan Sampel.................................................................... 77 E. Definisi Opersional ....................................................................... 78 F. Rancangan Penelitian ................................................................. 80 G. Perlakuan Penelitian .................................................................... 82 H. Pengembangan Instrumen ........................................................... 84 I.
Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 91
J. Teknik Analisis Data ..................................................................... 91 BAB IV.
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .............................................................................. 93 B. Pengujian Persyaratan Analisis Varian ........................................ 105 C. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 108 D. Pembahasan................................................................................. 112 E. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 126
viii
BAB V.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 128 B. Implikasi ........................................................................................ 128 C. Saran ............................................................................................ 130 Daftar Rujukan ............................................................................................. 131 Lampiran ...................................................................................................... 134
ix
DAFTAR TABEL Halaman 1. Klasifikasi IQ Berdasarkan Tes Stanford Binet ...................................
54
2. Aspek Intelegence Gardner ................................................................
56
3. Kerangka Pemikiran ............................................................................
71
4. Rancangan Faktorial 2x2 ....................................................................
73
5. Distribusi Populasi ..............................................................................
77
6. Rancangan Faktorial 2x2 dengan Pembagian setiap Sel .................
82
7. Kategori tingkat Inteligensi dengan SPM ............................................
85
8. Distribusi Frekuensi Data Tingkat Inteligensi .....................................
94
9. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian latihan (Kelompok A1) .....................................................................................
95
10. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian Bermain (Kelompok A2) ......................................................................
96
11. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensii Tinggi (Kelompok B1) ..........................................................................
98
12. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensii Rendah (Kelompok B2). ......................................................................
99
13. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok Kelompok yang diberi Metode Rangkaian Latihan dengan Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok A1B1) 100 14. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian Latihan dengan Kategori Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok A1B2) .................................................................................................... 102
x
15. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian bermain dengan Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok A2B1) .................................................................................................... 103 16. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian bermain dengan Kategori Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok A2B2) .................................................................................................... 104 17. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Metode latihan dari Empat Kelompok Rancangan Penelitian ........................................................ 106 18. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Keempat Kelompok Rancangan Penelitian ......................................................................... 108 19. Rangkuman Hasil Anava Dua Jalur terhadap Data Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola ..................................................................... 109 20. Hasil ANAVA Tahap Lanjut dengan Uji Tukey ................................... 110
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pelaksanaan Shooting ........................................................................
17
2. Pelaksanaan Dribbling .......................................................................
21
3. Pelaksanaan Passing ........................................................................
24
4. Pelaksanaan Ball Control....................................................................
28
5. Model Sebuah Pyramid Training ........................................................
35
6. Bentuk Latihan ...................................................................................
44
7. Bentuk Bermain...................................................................................
50
8. Pelaksanaan tes Shooting ..................................................................
87
9. Pelaksanaan tes Dribbling ..................................................................
88
10. Pelaksanaan tes Passing....................................................................
89
11. Pengawas Yang Mengawasi Anak Ujian ............................................ 194 12. Keseriusan Anak Saat Ujian SPM ...................................................... 194 13. Memberikan Penjelasaan Kepada Siswa ........................................... 194 14. Memberikan Pengarahan Pelaksanaan Tes ...................................... 194 15. Kelompok Tingkat Inteligensi Tinggi Rangkaian Latihan A1B1 ..................................................................................................... 195 16. Kelompok Tingkat Inteligensi Tinggi Rangkaian Bermain A2B1 ..................................................................................................... 195 17. Kelompok Tingkat Inteligensi Rendah Rangkaian Latihan A1B2 ..................................................................................................... 195 18. Kelompok Tingkat Inteligensi Rendah Rangkaian Bermain A2B2 ..................................................................................................... 195 19. Pengarahan Materi Oleh Pelatih ......................................................... 196 20. Pelaksanaan Metode Rangkaian Bermain ......................................... 196 21. Pelaksanaan Metode Rangkaian Latihan ........................................... 196 22. Pelaksanaan Keterampilan Passing ................................................... 197 23. Pelaksanaan Keterampilan Passing ................................................... 197 24. Pelaksanaan Keterampilan Shooting.................................................. 197 25. Pelaksanaan Keterampilan Dribbling.................................................. 197 26. Pelaksanaan Keterampilan Ball Control ............................................. 197 xii
DAFTAR GRAFIK Halaman 1. Histogram Tingkat Inteligensi.............................................................. 2. Histogram Sepakbola
Hasil Sampel
Peningkatan yang
Diberi
Keterampilan Metode
Teknik
Dasar
Rangkaian
latihan
(Kelompok A1) ..................................................................................... 3. Histogram
Hasil
Peningkatan
Keterampilan
Teknik
94
96
Dasar
Sepakbola Sampel yang Diberi Metode Rangkaian Bermain (Kelompok A2) ..................................................................................... 4. Histogram
Hasil
Peningkatan
Keterampilan
Teknik
97
Dasar
Sepakbola Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok B1) .....................................................................................
98
5. Distribusi Frekuensi Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok B2). .................................................................................... 100 6. Histogram
Hasil
Peningkatan
Keterampilan
Teknik
Dasar
Sepakbola Kelompok yang diberi Metode Rangkaian latihandengan Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok A1B1) ......................... 101 7. Histogram
Hasil
Peningkatan
Keterampilan
Teknik
Dasar
Sepakbola Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian latihan dengan Kategori Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok A1B2) ......... 102 8. Histogram
Hasil
Peningkatan
Keterampilan
Teknik
Dasar
Sepakbola Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian bermain dengan Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok A2B1) ............ 104 9. Histogram
Hasil
Peningkatan
Keterampilan
Teknik
Dasar
Sepakbola Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian bermain dengan Kategori Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok A2B2). ........ 105 10. Interaksi Metode Latihan dengan Tingkat Inteligensi ......................... 118
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Agenda Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 134 2. Rangkaian Latihan .............................................................................. 135 3. Rangkaian Bermain ............................................................................ 151 4. Petunjuk Membaca Hasil Tes IQ ........................................................ 167 5. Matching Kelompok Tingkat IQ Tinggi ................................................ 168 6. Matching Kelompok Tingkat IQ Rendah ............................................. 169 7. Data Pretest dan posttest ................................................................... 170 8. Analisis Deskripsi Data Penelitian ...................................................... 172 9. Deskripsi Data Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola ........................................................................................... 174 10. Normalitas
Peningkatan
Keterampilan
Teknik
Dasar
Sepakbola ........................................................................................... 175 11. Uji Homogenitas Varian ...................................................................... 179 12. Uji Hipotesis ........................................................................................ 182 13. Uji Lanjut Anava .................................................................................. 186 14. Surat Izin Penelitian ............................................................................ 188 15. Hasil Tera Stopwatch .......................................................................... 189 16. Hasil Tera Meteran ............................................................................. 190 17. Surat Telah melakukan Penelitian ...................................................... 191 18. Reability SPM..................................................................................... 192 19. Validity ................................................................................................. 193 20. Dokumentasi ....................................................................................... 194
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah merupakan fakta umum bahwa kepopuleran sepakbola telah menjangkiti seluruh warga dunia (Radnedge: 10, 2010). Memang tidak bisa dipungkiri lagi sepakbola mampu mengalihkan perhatian masyarakat, apalagi di Indonesia. Putera (2010:5) mengatakan bahwa “Banjirnya informasi sepakbola yang disajikan media cetak dan elektronik dapat menciptakan antusiasme. Ini berlaku bagi semua kalangan lintas usia, gender dan strata”. Tidak tertutup kemungkinan siapa saja boleh menyukai sepakbola, sehingga fenomena ini mampu mempengaruhi seluruh insan sepakbola agar dapat meningkatkan prestasi sepakbola. Berbagai peran yang diambil beragam, mulai dari atlet, pelatih, pengurus, orang tua, fans fanatic atau sekedar simpatisan. Berkaitan dengan hal ini, mereka memiliki tujuan yang sama yaitu menang. Tujuan tersebut juga disampaikan oleh Firzani (2010: 3) “Di lapangan semua atlet punya tujuan sama merebut bola dan menciptakan gol”. Mencetak gol sebanyak mungkin di gawang lawan dan mempertahankan gawang dari kebobolan adalah hal yang perlu dilakukan agar tim tersebut dapat memenangkan pertandingan. Prestasi yang optimal dapat diraih apabila latihan dilakukan secara kontinu dan sistematis. Karena suksesnya seorang atlet dalam meraih prestasi merupakan hasil dari perencanaan, kerja keras,
1
2
komitmen,
dan
program
latihan
yang
benar
(Dinata,2005:5).
Berdasarkan hal ini maka pembinaan usia muda dalam cabang olahraga dapat memaksimalkan perolehan prestasi yang berjenjang dan berkelanjutan. Pematangan keterampilan teknik sesuai dengan usia akan membantu atlet sampai pada peak performance. Khususnya dalam sepakbola, pembinaan yang dilakukan sudah sesuai dengan jenjang usia. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sekolah sepakbola (SSB) yang membina atlet sesuai dengan kelompok umurnya. Materi latihan yang diberikan sesuai dengan materi dan tujuan yang telah dibuat oleh SSB tersebut berdasarkan kelompok usia. Salah satu wadah dalam pembinaan dan pengembangan sepakbola adalah melalui kegiatan ekstrakulikuler atau melalui sekolah sepakbola (SSB). Wadah yang seperti ini sangat dibutuhkan oleh anak-anak maupun remaja untuk mempelajari hingga meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola. Sehingga
berdirinya SSB ini
menjadi hal yang sangat penting. Ada beberapa hal yang SSB perlu sajikan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yaitu:”1). Latihan berkualitas yang atraktif, 2). Organisasi pertandingan yang fleksibel, 3). Format turnamen yang inovatif, dan 4). Kegiatan rekreasional non sepakbola” (Putera, 2010: 17). Materi latihan berkualitas yang atraktif sangat diperlukan agar dapat memacu keterampilan, serta mencegah anak dari kebosanan. Dengan demikian perlu diberikan variasi latihan dan semangat kompetitif bagi atlet agar mereka tidak jenuh dalam
3
bermain
sepakbola.
Kebutuhan
selanjutnya
berkaitan
dengan
organisasi pertandingan yang fleksibel. Sering diadakan pertandingan akan memacu anak-anak dan khususnya pelatih untuk memantau perkembangan prestasi anak didiknya. Keterampilan atlet yang berkualitas akan terlihat dari bagaimana mereka dapat menguasai teknik dan melakukan reaksi yang tepat dalam pertandingan. Kemudian, dalam hal pertandingan, format turnamen yang inovatif mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk mencurahkan kemampuanya dalam pertandingan. Melalui beberapa hal tersebut, maka kegiatan rekreasional nonsepakbola harus diberikan kepada anak-anak. Kegiatan ini dapat diberikan pada jeda latihan yang berat, sehingga anak tidak mengalami tekanan setelah latihan. Beberapa hal diatas merupakan kebutuhan dasar bagi anak-anak yang disajikan melalui SSB. Di antara beberapa SSB yang ada di kota Padang Persatuan Sepakbola Tabing Sekitarnya (PSTS Tabing), merupakan SSB dan klub yang membina atlet sepakbola dari usia dini, yang terdiri dari kelompok umur yang dibina oleh pelatih yang berpengalaman dan memiliki lisensi yang diakui oleh induk organisasi sepakbola Indonesia (PSSI). PSTS Tabing didirikan sejak tahun 1975 yang diprakasai oleh Nasrun Mansyur (Anas Mansyur) yang bekerjasama dengan M. Yasin (Pak Acin) sehingga didirikanlah klub sepakbola dengan nama PSTS Tabing. PSTS Tabing telah banyak melahirkan atlit sepakbola yang
4
berprestasi baik ditingkat daerah maupun nasional. Atlet yang dibina melalui SSB PSTS tabing melakukan latihan yang dilaksanakan setiap tiga kali seminggu tepatnya pada hari rabu, jumat dan minggu. Hal ini tentu telah membantu atlet untuk meningkatkan prestasinya. Ada empat aspek yang harus diperhatikan agar prestasi dalam olahraga dapat tercapai yaitu “kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental” (Syafruddin, 1999:23). Aspek tersebut tersusun secara sistematis yang tidak bisa dipisahkan, dimana salah satu aspek akan saling mempengaruhi, terikat dan berkaitan. Kondisi fisik merupakan keadaan fisik/ tubuh dan psikis serta kesiapan seorang atlet terhadap tuntunantuntunan khusus suatu cabang olahraga. Kondisi fisik merupakan pondasi awal yang sangat berperan untuk melakukan teknik ataupun taktik.
Selanjutnya
teknik
akan
berpengaruh
pada
keluwesan
pergerakan serta efektif dan efisienya saat melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik akan berkaitan dengan suatu keterampilan seseorang saat melakukan gerakan-gerakan tertentu. Untuk mendapatkan keterampilan teknik yang baik harus melakukan latihan yang teratur dan berkelanjutan. Selanjutnya, taktik menuntut kondisi fisik seseorang ditambah dengan keterampilan teknik dengan strategi tertentu sehingga kemenangan dapat diraih. Sedangkan mental akan berperan saat kompetisi, khususnya untuk cabang olahraga sepakbola. Dimana konsentrasi dan percaya diri atlet sangat dituntut dalam suatu pertandingan. Berdasarkan hal tersebut atlet yang
5
tidak memiliki mental yang baik dalam pertandingan yang keras, mereka
akan
mendapatkan
tekanan
yang
besar
dan
dapat
mengakibatkan kegagalan eksekusi suatu tendangan yang akan berujung pada kekalahan. Sehingga empat aspek tersebut sangat penting agar prestasi dapat diraih seoptimal mungkin. Sepakbola merupakan olahraga yang kompleks, menurut RÖthig (2004:76) bahwa cabang olahraga bermain termasuk dalam teknik majemuk situasi yang bervariasi (tidak langsung) dimana merupakan dasar-dasar prestasi motorik/ kemampuan kondisi prestasi yang kompleks: terutama kekuatan kecepatan, kecepatan gerakan dan daya tahan. Dayatahan aerobik akan terlihat dari lamanya waktu untuk menyelesaikan bermain. Kemudian salah satu karakteristik teknik dasar sepakbola dituntut untuk bergerak terus-menerus (mobilitas yang tinggi). Hal ini berdasarkan situasi dasar yang harus dilakukan oleh atlet dalam suatu pertandingan. Situasi dasar tersebut adalah: “1) Tendangan ke gawang – pertahanan gawang, 2) Mencari kesempatan menendang ke gawang – perlindungan daerah gawang, dan 3) Menyusun serangan – mengadakan gangguan” (Darwis,1999). Melalui situasi dasar dalam bermain sepakbola di atas, atlet yang bertahan harus mampu menguasai bola selama mungkin dalam rangka menyusun serangan. Saat menyusun serangan tersebut atlet harus mencari kesempatan agar lebih dekat dengan gawang lawan. Kesempatan yang telah ada harus mampu digunakan oleh atlet
6
tersebut untuk melakukan tendangan ke gawang lawan, sehingga mampu menciptakan gol. Berdasarkan hal tersebut agar dapat melakukan
semuanya
itu
tentu
atlet
dituntut
untuk
memiliki
keterampilan teknik yang baik. Keterampilan teknik yang baik ditandai dengan tepatnya keputusan yang dilakukan, baik hal tersebut passing, dribbling, shooting, dan control, sehingga mencetak gol menjadi hal yang tidak sulit. Dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola diperlukan latihan yang lebih efektif dan efisien, terutama dalam metode latihan, baik penguasaan teknik dasar maupun kondisi fisik yang prima. Metode latihan akan terlihat pada volume beban, intensitas beban serta hasil latihan dan kesuksesan akan terbaca pada hasil
pertandingan.
Sesuai
dengan
kemampuan
kondisi
yang
menentukan prestasi suatu cabang olahraga, maka kemampuan motorik yang sesuai akan dikembangkan melalui metode-metode latihan yang tepat. Karena metode latihan merupakan cara-cara yang terencana secara sistematis dan berorientasi kepada tujuan. Melalui metode latihan tersebut, dapat disusun beberapa bentuk latihan untuk meningkatkan keterampilan bermain sepakbola, di antaranya adalah melalui metode rangkaian bermain dan metode rangkaian latihan. Rangkaian bermain merupakan metode latihan yang digunakan melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks yang dapat mencerminkan terjadinya suatu permainan atau pertarungan diantara dua regu,
7
dimana ada yang menang dan kalah. Dalam pelaksanaan metode latihan ini, kemampuan atlet dituntut lebih, selain mereka mampu untuk melakukan bobot teknik yang tepat, mereka juga harus berhadapan dengan lawan. Dalam hal ini maka rangkaian bermain merupakan bentuk latihan teknik yang kompleks. Sedangkan rangkaian latihan dilakukan terhadap elemen-elemen dari bermain untuk latihan teknik baik secara terpisah maupun kombinasi, dimana dalam rangkaian latihan tidak ada lawan. Pelaksanaan metode latihan ini didasarkan pada sasaran yang diinginkan, dimana teknik yang dilakukan dapat berulang-ulang kali dengan situasi yang sama. Dengan demikian dalam rangkaian latihan ini bobot saat melakukan latihan dapat diatur sedemikian rupa berdasarkan pengorganisasian yang terstruktur. Untuk mendapatkan hasil latihan yang baik, tentu dengan metode yang benar maka kemampuan pelatih menjadi hal yang sangat penting. Pengetahuan dan keterampilan harus dimiliki, sampai kepada hal-hal
terperinci
tentang
cabang
olahraga
yang
dilatihnya
Pengetahuan tersebut termasuk teknik, taktik, peraturan pertandingan, sistem-sistem latihan, strategi latihan, psikologi dan hal mendetail lainya tentang cabang olahraga. Hal ini seperti yang dikemukakan Harsono (1988: 7) “Tinggi rendahnya prestasi atlet banyak tergantung dari tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelatihnya”. Dengan demikian agar prestasi atlet baik maka pelatih harus memiliki
8
pengetahuan dan keterampilan yang baik pula, sehingga prestasi dapat diraih optimal. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan teknik dasar sepakbola adalah jumlah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang memadai akan mempengaruhi keterampilan teknik dasar atlet. Hal yang sangat utama adalah bagaimana keadaan lapangan yang dimiliki. Lapangan yang baik adalah lapangan yang memiliki rumput hijau, tanahnya datar, dan memiliki sistem drainase yang baik. Selanjutnya adalah prasarana yang dibutuhkan, seperti jumlah bola, cones yang akan dipakai, dan gawang portable yang memadai dapat mempengaruhi kualitas latihan. Dengan minimnya sarana dan prasarana maka kualitas latihan pun tidak akan maksimal, tujuan latihan yang akan dicapai akan menjadi sulit. Dengan demikian maka sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor agar latihan teknik dasar sepakbola dapat dilakukan dengan baik. Faktor lain yang mempengaruhi keterampilan teknik dasar sepakbola adalah tingkat inteligensi. Kecerdasan intelektual (IQ) berkaitan dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Menurut Weschler dalam Fudyartanta (2004) inteligensi adalah sekumpulan atau kapasitas global individu untuk bertindak tepat tujuan, berpikir secara rasional, dan untuk menghadapi lingkungan sekitarnya. Ada empat ciri yang menonjol, yaitu “1). Kecerdasan itu berupa kapasitas atau kemampuan global, 2).
9
Perbuatan atau tindakan yang mempunyai tujuan yang jelas, 3). Berpikir secara rasional, secara logis, masuk akal, 4). Bertindak terhadap
lingkungan
atau
menyesuaikan
diri
secara
efektif”
(Fudyartanta:2004). Idealnya atlet yang memiliki tingkat inteligensi tinggi akan memiliki performa yang baik pula dalam suatu pertandingan. Atlet sepakbola yang memiliki tingkat inteligensi tinggi tentunya akan mempengaruhi penampilannya dalam setiap event-event yang dilakoninya. Tingkat inteligensi
merupakan salah satu syarat penting dalam mencapai
keputusan yang optimal, tidak saja ditandai dengan penampilan yang baik secara fisik, tetapi mental dan emosi. Selanjutnya jika tingkat inteligensi atlet itu rendah, tentu akan berpengaruh pada setiap gerakan yang akan dilakukanya. Hal ini berarti tingkat inteligensi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan teknik sepakbola seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, melalui proses latihan yang diberikan kepada atlet, pelatih telah melakukan berbagai metode dan bentuk latihan kepada atlet, hanya saja peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola adalah hal yang mendasar. Melalui proses latihan, ada dua metode latihan yang dilakukan, metode rangkaian latihan dan metode rangkaian bermain. Berdasarkan metode latihan tersebut, metode manakah yang lebih baik dan apakah tingkat inteligensi dapat mempengaruhi keterampilan teknik dasar sepakbola.
10
Dengan demikian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Metode Latihan dan Tingkat Inteligensi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet Sekolah Sepakbola PSTS Tabing”. Diharapkan dari penelitian ini bisa dilahirkan suatu kesimpulan yang dapat dijadikan langkah yang baik bagi peningkatan prestasi sepakbola. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah metode latihan latihan dapat meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola ? 2. Apakah tingkat inteligensi dapat meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola ? 3. Apakah kondisi fisik dapat meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola ? 4. Apakah sarana dan prasarana dapat meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola ? 5. Apakah pelatih telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mendetail tentang sepakbola ? 6. Manakah hasil yang akan lebih tinggi menggunakan rangkaian bermain atau rangkaian latihan terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola ?
11
7. Bagaimana pengaruh tingkat inteligensi terhadap pembelajaran teknik dasar sepakbola dengan rangkaian latihan dan rangkaian bermain? C. Pembatasan Masalah Oleh
karena
mempengaruhi
banyaknya
permasalahan
yang
dapat
keterampilan teknik dasar sepakbola dan juga
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada peneliti, maka perlu dilakukannya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus kepada suatu pencapaian penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini meliputi tiga variabel yaitu: (1) Metode latihan, (2) Tingkat inteligensi, (3) Keterampilan teknik dasar sepakbola. Dimana metode latihan sebagai variabel bebas yang terdiri dari dua jenis pendekatan yaitu: (1) metode rangkaian latihan, (2) metode rangkaian bermain. Sedangkan variabel moderatornya adalah tingkat inteligensi yang terdiri dari dua kategori: (1) Tingkat inteligensi tinggi, (2) Tingkat inteligensi rendah. Sementara variabel terikatnya adalah keterampilan teknik dasar sepakbola. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola pada atlet SSB PSTS Tabing antara kelompok yang diberikan
12
metode rangkaian latihan dengan kelompok yang diberikan metode rangkaian bermain? 2. Apakah terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola
atlet
SSB PSTS Tabing? 3. Apakah terdapat perbedaaan keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS Tabing antara kelompok yang diberikan metode rangkaian latihan dengan kelompok yang diberikan metode rangkaian bermain pada tingkat inteligensi tinggi? 4. Apakah terdapat perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS Tabing antara kelompok yang diberikan metode rangkaian latihan dengan kelompok yang diberikan metode rangkaian bermain pada tingkat inteligensi rendah? E. Tujuan penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang diangkat, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui perbedaan metode latihan dan tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola atlet sepakbola SSB PSTS
Tabing.
Secara
khusus
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendiskripsikan tentang: 1. Perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS Tabing antara kelompok yang diberikan metode rangkaian latihan dengan kelompok metode rangkaian bermain.
13
2. Interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola atlet sepakbola SSB PSTS Tabing. 3. Perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS Tabing antara kelompok yang diberikan metode rangkaian latihan dengan
kelompok metode
rangkaian bermain pada
tingkat
inteligensi tinggi. 4. Perbedaan keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS Tabing antara kelompok yang diberikan metode rangkaian latihan dengan kelompok
metode rangkaian bermain pada tingkat
inteligensi rendah. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi: 1. PSTS Tabing dalam penyelenggaraan program latihan untuk keterampilan teknik dasar sepakbola . 2. Pelatih
sebagai
memberikan
pedoman
latihan
dan
bahan
peningkatan
pertimbangan
keterampilan
teknik
dalam dasar
sepakbola atlet SSB PSTS Tabing kelompok usia 12 tahun. 3. Atlet sepakbola agar mampu meningkatkan motivasi latihan khususnya latihan teknik dasar sepakbola. 4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat membahas faktor-faktor lain dalam peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola. 5. Bagi peneliti sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar
Magister
Pendidikan
pada
Konsentrasi
Manajemen
Pendidikan Olahraga Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola a. Pengertian Teknik Dasar Biasanya sepakbola
seorang
dengan
pelatih
mempelajari
memulai berbagai
proses teknik
latihan atau
keterampilan dasar yang diperlukan untuk menghadapi kondisi yang muncul di dalam pertandingan yang sebenarnya. Teknik dasar merupakan salah satu pondasi bagi seseorang untuk dapat bermain sepakbola. Menurut Thies/Schnabel/Baumann dalam RÖthig (2004:13) teknik dasar adalah “Cara khusus yang dapat di realisasikan untuk memecahkan suatu tugas gerakan olahraga dalam praktek berdasarkan kondisi manusia secara utuh”. Menurutnya teknik harus mampu memecahkan suatu gerakan dimana kondisi merupakan dasar yang utama. Selanjutnya teknik dalam olahraga menurut RÖthig (2004: 15) adalah “Model tertentu dari gerakan, karena model tersebut di dasari oleh keadaan morphologis, fisiologis dan biomekanis serta pemecahan-pemecahan tugas gerakan yang dikembangkan dan diterapkan secara rasional”. Dalam hal ini teknik adalah model dimana keadaan morphologis, fisiologis dan biomekanis dalam pelaksanaannya akan menjadi hal utama dan
14
15 saling berkaitan agar gerakan dapat dikembangkan secara rasional. Selanjutnya
Djakow
dalam
RÖthig
(2004:51)
mendefenisikan keterampilan teknik sebagai penguasaan yang penuh dari struktur gerakan latihan olahraga secara ekonomis pada suatu penerimaan terhadap hasil yang dicapai secara maksimal melalui kondisi pertandingan olahraga yang lebih keras. Dalam hal ini Djakow mengungkapkan bahwa perlunya penguasan keterampilan teknik bagi seorang atlet karena mampu mempengaruhi prestasi maksimal tentunya dalam suatu pertandingan. Sehingga proses latihan mengenai teknik dasar adalah hal yang penting agar tujuan dapat tercapai. Berdasarkan pengertian di atas teknik dasar merupakan satu komponen atau unsur gerakan yang mendasari agar kegiatan olahraga dapat dilakukan yang disesuaikan kondisi manusia, pemecahan tugas gerakan terhadap hasil yang akan dicapai dalam suatu pertandingan. Sesuai dengan ide bermain sepakbola yaitu mencetak gol sebanyak mungkin pada gawang lawan dan mencegah gawang sendiri dari kebobolan, maka penguasaan akan teknik dasar sangat dibutuhkan oleh seorang atlet sepakbola.
16 b. Beberapa Teknik Dasar Sepakbola 1) Shooting Dari pihak menyerang, tujuan dari sepakbola adalah melakukan shooting ke gawang lawan, sedangkan pihak bertahan harus mampu menjaga gawangnya agar bola tersebut tidak dapat masuk kedalam gawang. Seorang atlet harus menguasai keterampilan dasar menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan teknik shooting yang memungkinkan untuk melakukan tendangan dan mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan. Seperti yang dikatakan oleh Luxbachter (2004:105) bahwa pentingnya tendangan ke gawang adalah untuk mencetak gol. Dalam hal ini keakuratan bola ke gawang adalah hal yang utama. Keterampilan shooting harus dilatih dengan sebaik mungkin, hal ini merupakan eksekusi terakhir dari proses penyerangan. Jadi latihan shooting sebaiknya dimulai dari urutan yang paling sederhana sampai urutan yang rumit. Cara yang tepat untuk mengembangkan teknik shooting adalah melatih tendangan sebanyak mungkin dengan menggunakan
teknik
yang
benar.
Jadi
bila
ingin
mendapatkan keterampilan shooting yang baik, atlet harus diberikan
kesempatan
untuk
menendang
ke
gawang
sebanyak mungkin pada sesi latihan tendangan. Seperti
17 yang dikkutip dalam Mielke (20 003:67) atle et akan sem makin bisa menjalan nkan keterrampilan in ni di dalam m pertandin ngan dan memanfa aatkan peluang shoo oting denga an baik jika a semakin banyak berlatih b menggunakan n situasi yan ng berbeda a. Ad dapun pela aksanaan shooting menurut m Luxbachter (2004:10 06) adalah: (a a).Persiapa an melakuka an shooting g (1).Dekatii bola dari belakang b pa ada sudut tipis t (2).Letaka an kaki yan ng menaha an keseimb bangan di samping bola ki tersebut (3).Tekukkan lutut kak (4).Rentangkan tang gan ke sam mping untuk k menjaga mbangan keseim (5).Tarik kkaki yang akan a menen ndang ke be elakang (6).Luruskkan kaki terrsebut (7).Kepala a tidak berg gerak (8).Fokusskan perhatian pada bo ola (b b).Pelaksan naan (1).Luruskkan bahu dan pinggul dengan tarrget (2).Tubuh h di atas bola (3).Sentakkkan kakki yang akan me enendang sehing gga lurus (4).Jaga a agar kaki te etap kuat (5).Tenda ang bagian tengah bola a dengan instep i (cc). Follow th hrough (1).Daya g gerak ke de epan melalui poin kontak (2).Sempu urnakan gerakan g akkhir dari kaki k yang menen ndang (3).Kaki yang y mena ahan keseimbangan terangkat dari pe ermukaan lapangan.
hooting (S Sumber: Lu uxbachter, Gambar 1 Pelakssanaan Sh 2004:16)
18
Ada tiga tip hebat saat melakukan shooting, seperti yang dikutip dalam Gifford (2005: 23) yaitu: 1) Pandanglah bola ketika kamu menendangnya, dan cobalah mempertahankan tendangan mu tetap rendah 2) Jangan coba-coba menendang bola terlalu keras 3) Ikutilah temanmu yang melakukan tembakan untuk berjaga-jaga terjadi bola muntah di depan gawang Dengan tip tersebut, diharapkan atlet dapat fokus dan konsentrasi saat melakukan shooting, yang harus di pahami merupakan eksekusi agar gol dapat tercipta. Hal ini terjadi dikarenakan atlet tidak memiliki cukup keberanian untuk melakukan shooting. Statistik menunjukan bahwa para atlet akan gagal melakukan empat tendangan shooting dari lima tendangan
yang
mereka
Penembak
yang
hebat
lakukan sangat
(Mielke, percaya
2003:71). diri
akan
kemampuanya mencetak gol. Mereka memiliki pemahaman bahwa mereka bisa mencetak gol lebih anyak daripada atlet lain. Dengan kegigihan dan latihan secara kontinu, atlet akan mampu melakukan tembakan dengan tepat. 2) Dribbling Saat
memulai
suatu
pertandingan
sepakbola,
keterampilan yang pertama kali yang mampu memacu semangat
dan
kepuasan
adalah
dengan
melakukan
dribbling. Menurut Mielke (2003:1) “Dribbling merupakan
19 keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua atlet harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan”. Jadi ketika atlet telah menguasai kemampuan dribbling secara efektif, maka sumbangan mereka di dalam pertandingan akan sangat
besar.
Dribbling
dalam
bermain
sepakbola
merupakan penguasaan bola dengan kaki saat bergerak di lapangan bermain. Dengan mengusahakan bola selalu dekat dengan badan dan terkontrol setiap saat. Adapun konsep dasar yang harus diketahui atlet saat melakukan dribbling menurut Koger (2005:21) yaitu: (a).Ketika menggiring bola, usahakan agar bola terus berada di dekat kaki anda jangan menendang terlalu keras, sebab bola akan bergulir terlalu jauh (b).Giringlah bola dengan kepala tegak. Jangan memusatkan perhatian pada bola dan kaki anda (c). Jika anda bergerak ke arah musuh perhatikanlah pinggang dan arah kaki mereka (d).Gunakan beberapa gerak tipu untuk mengecoh lawan, misal tubuh anda condong ke kanan tetapi dengan mendadak berbelok kekiri (e).Variasikan kecepatan lari anda degan mengubahubah kecepatan dan berbelok secara mendadak, musuh yang mengejar atau menghadang anda akan terkecoh dan kehilangan keseimbangan (f). Giringlah bola menjauhi musuh anda, paksa mereka mengejar anda. Usahakan bergerak ke ruang terbuka di lapangan (g).Carilah teman satu tim yang bebas dari kepungan lawan agar anda dapat segera mengoper bola kepadanya. Penggunaan dribbling di dalam suatu pertandingan tergantung pada bidang bermain, kedekatan dengan lawan
20 dan teman satu tim, kondisi lapangan, dan tentu saja ketarampilan serta rasa percaya diri. Beberapa atlet sering mencoba menendang bola secara langsung pada saat panik, padahal bola masih bisa di bawa dahulu. Prinsip utama yang harus diingat adalah bahwa dribbling digunakan untuk menciptakan ruang. Ruang digunakan untuk mendapatkan posisi
operan
atau
tembakan
yang
lebih
baik
atau
memberikan waktu kepada teman satu tim untuk mencari posisi yang lebih baik. Jadi saat memutuskan untuk melakukan dribbling, atlet harus mampu mempertahankan kontrol
bola,
sehingga
atlet
dapat
mengoperkan,
menembakkan, atau terus menggiring bola dengan baik. Hal ini seperti jeda yang dilakukan untuk menentukan keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Adapun pelaksanaan dribbling menurut Luxbachter (2004:50) adalah: (a).Persiapan melakukan dribbling (1).Postur tubuh tegak (2).Bola di dekat kaki (3).Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan baik (b).Pelaksanaan (1).Fokuskan perhatian pada bola (2).Tendang bola dengan permukaan instep atau outstep sepenuhnya (3).Dorong bola ke depan beberapa kaki (c). Follow through (1).Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan baik (2).Bergerak mendekati bola
21 (3).Dorong bola kede epan
Gambar 2 Pelakssanaan Drribbling (Sumber: Lu uxbachter, 2004:50 0) Karrena teknikk-teknik yan ng digunakkan saat menggiring m bola de engan konttrol yang rapat berrbeda dengan saat menggiriing bola de engan cepa at, kesalaha an yang terj rjadi dapat berbeda. Sedikit ke esalahan dalam menilai atau tekknik dapat mengakiibatkan lep pasnya bola a dari peng guasaan. Kesalahan K dalam melindungi m bola diseb babkan oleh h posisi tubuh yang tidak te epat dalam m kaitannyya dengan n bola da an lawan. Pentingn nya mempe ertahankan ruang kossong seluass mungkin antara bola dan law wan harus diperhatikan d n oleh atlet. 3 Passing 3) Ketterampilan untuk passsing adala ah hal yang penting untuk menghubung m gkan atlet dengan atlet yang lainnya l di dalam la apangan, ya ang berfungsi lebih ba aik daripad da bagianbagianny ya. Ketepa atan, langka ah, dan wa aktu pelepa asan bola merupak kan bagian yang penting dari kombinasi pe engoperan bola yang berhassil. Menuru ut Mielke (2003: 19)) passing
22 adalah “Seni memindahkan momentum bola dari satu atlet ke atlet lain”. Atlet dapat menggerakan bola dengan lebih cepat lagi sehingga dapat menciptakan ruang terbuka yang lebih besar dan berpeluang melakukan tendangan shooting yang lebih banyak jika dapat melakukan passing dengan keterampilan dan ketepatan yang tinggi. Passing yang baik di mulai ketika tim yang sedang berada pada lokasi yang lebih mengguasai bola menciptakan ruang di antara lawan dengan bergerak dan membuka ruang di sekeliling atlet. Passing yang efektif juga memberikan peluang yang lebih baik untuk mencetak gol karena atlet yang menerima passing
berada pada lokasi yang lebih
menguntungkan jika dibandingkan dengan passing yang dilakukan dengan lemah atau tidak terarah. Passing harus diberikan kepada teman tepat berada di depan telapak kakinya sehingga dia dapat menggunakan kontrol satu langkah yang cepat dan dapat segera melakukan passing ke atlet lain. Passing yang tepat akan membantu penerima mengontrol bola dan menentukan gerak bermain berikutnya. Dalam hal ini diharapkan kepada atlet agar mampu menggunakan ruang kosong, dan memanfaatkan passing dalam rangka menyusun
serangan, sehingga adanya
kesempatan jadi eksekusi tendangan ke gawang lawan
23 adalah hal yang memungkinkan dapat terjadi dalam waktu yang cepat. Adapun konsep dasar yang harus diketahui atlet saat melakukan passing oleh Koger (2005:19) yaitu: (a).Anda harus mengoper atau menendang bola ke arah kaki atlet lain di dalam tim anda. Jika tembakan itu tidak akurat, teman anda akan kesulitan menangkap bola itu (b).Tubuh anda harus mengarah ke arah bola itu, sementara lutut anda harus ditekuk ke arah bola (c). Dekatkan ujung kaki anda ke bola tersebut, dan telapak kaki harus menghadap ke arah sasaran bola (d).Sebelum menendang, pergelangan kaki harus kaku, lalu ayunkan kaki anda untuk menyelesaikan tendangan. Menurutnya setiap atlet memiliki apa yang disebut dengan “sweet spot” atau “titik favorit” di punggung kaki mereka, yaitu titik yang memungkinkan mereka melakukan tendangan secara akurat dan konsisten arahnya. Dimana letak titik tersebut di sepanjang pertautan tali sepatu atlet, dimana letaknya akan berbeda-beda antar atlet. Dengan konsep tersebut maka akurat dan konsistensi passing dapat dilakukan. Adapun pelaksanaan passing menurut Luxbachter (2004:12) adalah: (a).Persiapan melakukan passing (1).Berdiri menghadp target (2).Letakan kaki yang menahan keseimbangan di samping bola (3).Arahkan kaki ke target
24 (4).Bahu d dan pinggu ul lurus deng gan target (5).Tekukkan sedikit lutut kaki (6).Ayunkkan kaki yang aka an menen ndang ke belaka ang (7).Tempa atkan kaki dalam d posissi menyamping (8).Tanga an diren ntangkan menjaga untuk keseim mbangan (9).Kepala a tidak berg gerak (10). Foku uskan perha atian pada bola (b b).Pelaksan naan (1).Tubuh h berada di atas bola (2).Ayunkkan kaki yan ng akan me enendang ke k depan (3).Jaga kkaki agar te etap lurus (4).Tenda ang bagian n tengah b bola denga an bagian samping dalam kaki k (cc). Follow th hrough (1).Pindah hkan berat badan ke d depan (2).Lanjuttkan dengan gerakan ssearah den ngan bola (3).Gerakkan akhir be erlangsung dengan mu ulus
Gambar 3 Pelakssanaan Passing P (Sumber: Lu uxbachter, 2004:12)
Mungkin kelih hatannya relatif r muda ah untuk mengoper m bola yan ng mengge elinding. Na amun, pelakksanaannya tidaklah semudah h itu jika la awan berussaha keras untuk men ncuri bola dari atle et. Kebanyyakan kesa alahan dalam mengoper dan menerim ma bola dikkarenakan teknik yang tidak sempurna, s
25 kurangnya konsentrasi, atau memilih teknik yang salah pada situasi tertentu. Agar dapat menjadi pengoper yang efektif atlet perlu mengembangkan keterampilan melalui latihan yang lama. Passing
juga
merupakan
keterampilan
mental.
Jadi
konsentrasi dan waspada terhadap posisi lawan dan teman satu tim, ke arah mana mereka bergerak, dan kapan passing tersebut diarahkan untuk menciptakan ruang yang cukup. Sehingga
tempo
bermain
dapat
menjadi
cepat,
dan
tendangan shooting dapat dilakukan. 4) Ball Control Salah satu teknik dasar dalam sepakbola yang tidak luput dari perhatian atlet adalah keterampilan mengontrol bola. Atlet dapat mengontrol bola dengan berbagai cara. Seperti pada keterampilan lainnya, semua bagian tubuh dapat digunakan kecuali lengan dan tangan. Cara yang paling sederhana dan paling efektif untuk mengontrol bola adalah dengan cara menggunakan kaki. Kontrol bola dilakukan saat atlet mendapatkan bola dari temanya yang lain. Dalam keadaan tertentu, keterampilan ini sangat dibutuhkan, khususnya bola yang diberikan dalam keadaan susah terkontrol dan lawan mencoba untuk merebut bola. Keadaan yang seperti ini membutuhkan penguasaan
26 kontrol bola yang baik. Dari berbagai bagian tubuh yang dapat digunakan untuk mengontrol bola, Menurut Mielke (2003, 30) “Dikebanyakan situasi, lebih baik menggunakan kaki (bagian dalam) untuk menerima dan mengontrol bola”. Hal ini dikarenakan posisi dapat memberi peluang terbaik bagi atlet untuk memainkan bola dengan cepat dengan mengoperkan atau melakukan dribbling segera setelah menerma bola. Adapun pelaksanaan ball Control menurut Mielke (2003:30-31) adalah “1). Perhatikan saat bola mendekat, 2). Sentuhlah bola menggunakan kaki bagian dalam, dan 3). Ambillah posisi untuk melakukan bermain selanjutnya”. Saat akan melakukan control seorang atlet harus memperhatikan saat
bola
itu
menggunakan
mendekat, kaki
bagian
kemudian
sentuh
dengan
dalam.
Karena
dengan
menggunakan kaki dalam lebih diutamakan agar membuat bola tetap berada di depan atlet. Jadi atlet perlu bergerak ke arah melayangnya bola, membidangkan tubuh, dan menerima bola dengan tetap mempertahankanya berada di daerah terlindung di antara kedua kaki. Control ini dapat dilakukan apabila bola yang didapat dari operan bola rendah. Dalam suatu pertandingan yang sebenarnya, bola yang akan di dapat dari teman tidak selamanya bola yang
27 datangnya datar dan pelan. Terkadang bola dapat datang tinggi (dengan kepala), mendatar (dengan dada), atau arah paha (dengang paha), atau arah lutut (dengan punggung kaki) baik dengan bola yang kuat. Control dilakuakan agar bola dapat dikuasai, dan kemudian keputusan selanjutnya dapat
dilakukan.
Jadi
kualitas
sentuhan
awal
akan
mempengaruhi keputusan selanjutnya yang akan dilakukan atlet. Dalam hal ini lah kemampuan control atlet sangat dibutuhkan. Adapun pelaksanaan control yang di terima oleh atlet dengan
bola
tinggi,
mengontrol
dengan
dada,
oleh
Luxbachter (2004:26) adalah: (a).Persiapan melakukan control (1).Menempatkan diri di antara lawan dan bola (2).Meluruskan tubuh dengan bola yang datang (3).Melengkungkan badan kebelakang (4).Lutut sedikt ditekukkan (5).Tangan direntangkan kesamping untuk menjaga keseimbangan (6).Kepala tidak bergerak dan memperhatikan bola (b).Pelaksanaan (1).Terima boal dengan pangkal dada (2).Tarik dada kebelakang untuk mengurangi benturan (3).Putar badan saat bola tiba (4).Arahkan bola menjauh dari lawan (c). Follow through (1).Lindungi bola dari lawan (2).Dorong bola ke arah gerakan selanjutnya (3).Kepala di angkat dan melihat kelapangan
28
anaan Balll Control (S Sumber: Luxbachter Gambar 4 Pelaksa (2004:26) c. Faktor F yan ng Mempe engaruhi Keterampilan Tekn nik Dasar Sepakbola S 1).Persiapa an Melakukan Teknik k (1 (a).Jarak Tubuh Den ngan Bola S Saat akan m melakukan tendangan n, atlet haru us mampu mengatur jarak b bola dengan n posisi tub buh. Jarak yang y ideal h di samping bagian n dalam di depan ka aki tumpu. adalah Jarak yang te erlalu jauh h antara kaki deng gan bola mpau jauh menarik ka aki, maka mengakibatkan atlet terlam d teknik yang dilakukan tidak optimal. Sedangkan hasil dari jarak bola yang terlalu dekkat dengan kaki meng gakibatkan uk menarikk kaki, se ehingga bola yang atlet sulit untu dang tidak jauh. Sedan ngkan saat melakukan n dribbling ditend bola
harus
b berada
de ekat
deng gan
tubuh h,
dalam
uasaan, billa tidak maka bola a akan meng ggelinding pengu terlalu u jauh dari kkaki dengan demikian n maka bola a jauh dari pengu uasaan. Se eperti yang g dikatakan n Luxbachtter (2004: 51) “JJaga bola a agar tetap berada di bawah tub buh anda,
29 serapat mungkin dengan kaki anda. Dari posisi tersebut anda mengubah arah dengan cepat, dan bola selalu berada di bawah kontrol anda”. Dengan demikian agar bola dapat dikuasai saat melakukan dribbling, bola harus berada dekan dengan kaki dalam penguasaan. (b).Pandangan pada Bola Saat melakukan teknik dasar, atlet harus fokus terhadap bola. Pandangan tertuju dimana bola berada, atau bola akan menggelinding kearah mana. Apabila tidak diperhatikan, timing saat bola datang dan melakukan teknik akan menjadi hal yang sulit bagi atlet. (2).Pelaksanaan Teknik (a).Tumpuan Kaki yang Digunakan Saat melakukan suatu tendangan, baik itu passing, control atau shooting atlet harus sadar betapa tumpuan adalah faktor yang menentukan kualitas teknik yang dilakukan. Luxbachter (2004: 12) “letakkan kaki yang menahan keseimbangan tubuh (yang tidak digunakan untuk menandang) di samping bola dan arahkan ke target”.
Berdasarkan
hal
tersebut
tumpuan
dapat
menentukan arah dari tendangan yang akan dilakukan. Jadi bila tendangan yang dilakukan sesuai dengan arah yang akan dituju, maka tumpuan harus di arahkan pada tujuan tersebut.
30 (b).Posisi Tubuh saat Melakukan Teknik Posisi tubuh saat melakukan teknik dasar harus menghadap ke target yang akan dicapai. Apabila tidak maka keseimbangan tubuh saat melakukan teknik akan terganggu, sehingga jalanya bola tidak dapat diarahkan sesuai dengan target yang akan dicapai. Seperti yang di kutip dalam Luxbachter (2004: 12) “Berdirilah menghadap target
dengan
bahu
lurus
saat
mendekati
bola”.
Berdasrkan hal tersebut, posisi tubuh sangat penting saat melakukan teknik. (c). Bagian Bola yang Ditendang Bagian bola yang dapat ditendang terbagi atas dua bagian, tengah dan bawah. Tembakan yang dihasilkan akan naik/ melambung tinggi apabila ditendang pada bagian bawah, seperti yang dikutip dalam Luxbachter (2004: 112) “Kaki yang akan menendang harus diluruskan sepenuhnya dan mengarah kebawah pada saat kontak bola. Ini akan memastikan tubuh berada diatas bola. Sentakan kaki lurus kedepan dan teruskan gerakan kedepan melalui titik kontak dengan bola. Dengan demikian tembakan akan melambung tinggi”. Sedangkan bila bola yang ditembak pada bagian tengah, akan bergerak mendatar. Ada kalanya bola harus dibarikan tinggi
dan
diberikan
mendatar,
bagian
bola
yang
ditendang akan manghasilkan jalan bola yang berbeda.
31 (3).Gerakan Lanjutan Agar hasil tendangan yang dilakukan lebih optimal, maka harus dilakukan gerakan lanjutan saat melakukan teknik tendangan. Apabila kaki ditahan, tidak dilakukanya gerakan lanjutan, jalanya bola tidak optimal. Gerakan lanjutan akan memaksimalkan jauhnya tendangan yang dilakukan. Menurut Luxbachter (2004: 16) gerakan follow through dapat dilakukan dengan mendorong bola kearah gerakan selanjutnya. Dengan demikian maka teknik yang dilakukan pun dapat optimal 2. Hakikat Metode Latihan a. Pengertian Latihan Untuk mencapai suatu prestasi dalam cabang olahraga, seorang
atlet
harus
melakukan
latihan.
Latihan
dapat
didefenisikan sebagai peran serta sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan latihan (Pate dkk, 1993:317). Menurut Bompa (1994:2)
“Latihan
merupakan
proses
pengulangan
yang
sistematis, progresif dengan tujuan akhir memperbaiki prestasi olahraga”. Dalam hal ini latihan harus dilakukan secara berulang-ulang (tidak terhenti) secara sistematis (teratur) yang berurutan serta penambahan suatu beban, dengan demikian maka prestasi dapat diperbaiki.
32 Selanjutnya
Harsono
(1988:90)
menyatakan
bahwa
“Latihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan berulang-ulang kali, yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah”. Pada hakekatnya latihan adalah suatu aktifitas yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang. Dalam hal ini pun latihan merupakan suatu proses yang dilakukan berulang-ulang kali dengan pembebanan yang bertambah dari beban awal. Berdasarkan hal tersebut efektifitas metode latihan untuk mengoptimalkan prestasi motorik olahraga yang komplek ditentukan oleh perbandingan komponen-komponen beban serta aturan-aturan dalam pelaksanaannya, sesuai dengan prinsip latihan. Dalam proses latihan keterampilan teknik dasar sepakbola, maka prisnsip latihan yang dipakai adalah prinsip latihan progresif. Prinsip beban progresif dilakukan jika ingin meraih suatu peningkatan perbaikan kemampuan secara tetap, melalui peningkatan beban luar kedalam rangkaian adaptasi bagian dalam yang konstan (RÖthig: 2004:80). Dimana ada suatu hubungan antara pembebanan, bila beban tidak sesuai dapat menimbulkan over training. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan saat peningkatan beban, tubuh harus dibebani dengan
tuntutan
yang
selalu
dikemukakan Harsono (1988: 104)
meningkat.
Seperti
yang
33 Dengan berlatih secara sistematis melalui pengulanganpengulangan yang konstan, maka organisasi-organisasi mekanisme neurophysiologis kita akan bertambah baik, gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan lamakelamaan akan merupakan gerakan-gerakan yang otomatis dan reflektif yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum melakukan latihan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka perlunya meningkatkan beban
latihan
atlet
sampai
kepada
ambang
rangsang
kepekaanya. Untuk menerapkan sistem overload adalah dengan tidak memberikan beban latihan yang terlalu berat, yang diperkirakan tidak mungkin akan dapat diatasi atlet. Bila beban latihan terlalu berat, maka sistem tubuh tidak akan mampu untuk menyesuaikan diri dengan tekanan yang terlalu ekstrim, sehingga tubuh akan sangat kelelahan dan latihan tidak dapat dilanjutkan kembali karena dapat menyebabkan cedera. Selain peningkatan beban yang telah dikemukakan, hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai variasi latihan. Variasi dilakukan dalam latihan agar tidak terjadi kebosanan oleh seorang atlet. Dengan penambahan beban, melalui suatu proses adaptasi, variasi rangkaian latihan merupakan hal yang sangat menarik yang mampu meningkatkan motivasi seorang atlet, sehingga mereka tidak begitu terbebani. Melalui prinsip latihan, maka hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai metode latihan yang dipakai. Metode latihan yang dipakai dalam latihan keterampilan teknik dasar adalah
34 metode pengulangan (repetisi). Metode pengulangan memiliki ciri di antara pengulangan isi/materi latihan dengan intensitas beban yang sangat tinggi terdapat interval-interval yang membawa ke pemulihan sempurna (penuh) (RÖthig, 2004:42). Melalui metode ini, maka pengulangan didasarkan pada suatu interval yang dapat membawa kepada pemulihan. Metode ini cocok
untuk
pengembangan
motorik,
kecepatan
reaksi,
kekuatan dan kecepatan dan kekuatan maksimal. Latihan menurut metode pengulangan dibedakan aatas dua prinsip pembebanan “1) Prinsip Peningkatan Beban (training pyramid), dan 2) Prinsip Beban tetap” (RÖthig, 2004:42). Sebagai ciri training
pyramid
terjadinya
penurunan
volume
beban
(pengulangan) pada saat penambahan intensitas beban secara bersamaan.
Dalam
pyramid
training
diberikan
istirahat
pemulihan sempurna selama 3-6 menit, sesuai dengan keadaan training yang dilatih 1-3 pyramid per isi/materi (RÖthig, 2004:43). Sedangkan metode pengulangan dengan beban tetap diberikan dalam rangkaian training seri. Berdasarkan hal tersebut jumlah seri untuk setiap latihan kira-kira 4 sampai 6 seri dengan 1 sampai 10 pengulangan dalam setiap seri. Dalam hal ini berlaku prinsip “setiap intensitas beban yang tinggi maka volume beban rendah” (RÖthig,
35 2004:43). Dengan demikian bila diberikan beban dengan intensitas tinggi, maka volume harus rendah.
Gambar 5 Model Sebuah Pyramid Training (Sumber: RÖthig, 2004:43) Melalui metode latihan tersebut, agar latihan sesuai dengan tujuanya, maka perlu diberikan pembebanan yang tepat kepada atlet. Pembebanan latihan berkaitan dengan intensitas, volume, lama latihan dan frekuensi latihan. Intensitas latihan merupakan salahsatu komponen yang penting dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan.
Sumosarjono
(1996:35)
mengatakan
bahwa
“Intensitas adalah fungsi dari rangasangan kegiatan saraf yang dilakukan dalam kegiatan latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi, interval, atau istirahat”. Menurut RÖthig (2004:24): Intensitas beban menunjukan kuatnya beban selaa pelaksanaan suatu latihan dalam satuan waktu. Dimana Intensitas beban dapat ditentukan secara prosentase (kuantitatif) untuk prestasi maksimal individu dalam setiap latihan. Intensitas beban ditentukan oleh: keceptan dalam meter/ detik, frekuensi gerakan, besar beban yang diangkat (gerakan), tinggi dan jauh lompatan, dan pada
36 cabangolahraga bermain dan pertandingan ditentukan oleh tempo bermain atau pertandingan. Berdasarkan hal di atas, untuk menentukan intensitas beban dalam cabang olahraga sepakbola adalah dengan menentukan tempo bermain. Adapun modifikasi (perubahan) bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan tempo bermain bisa dilakukan
terhadap
jumlah
atlet,
ukuran
lapangan,
dan
peraturan bermain. Dengan menambah jumlah atlet dalam suatu rangkaian baik bermain atau latihan dapat meningkatkan beban latihan. Contohnya di dalam lapangan ada tiga orang atlet tim penyerang dan tiga tim bertahan (3 VS 3), akan bertambah sulit penguasaan passing apabila jumlah atlet ditambah (3 VS 5). Begitu juga latihan dalam rangkaian latihan, semakin banyak jumlah atlet, maka pelaksanaan akan semakin sulit, misalnya dalam pelaksanaan passing yang dilakukan tiga orang, akan lebih sulit bila dilakukan oleh lima orang atlet. Begitu juga dengan ukuran lapanga, bila dirubah akan berpengaruh pada tempo bermain. Pada rangkaian bermain, semakin kecil ukuran lapangan, maka tempo pun semakin tinggi. Hal ini dapat meningkatkan tempo pada rangkaian latihan, dengan ukuran lapangan yang lebih besar maka tempo pun akan semakin meningkat. Selanjutnya peraturan bermain juga dapat meningkatkan tempo. Dalam rangkaian bermain adanya atlet netral, daerah bebas,
37 dan adanya pembatasan jumlah sentuhan juga meningkatkan tempo bermain. Dalam rangkaian latihan, adanya pengorganisasian pelaksanaan, target yang menjadi sasaran, dan aba-aba yang mengomandoi gerakan dapat meningkatkan tempo latihan. Intensitas latihan dalam olahraga sepakbola berkaitan dengan tempo bermain. Berdasarkan hal di atas maka intensitas latihan dapat ditentukan. Selanjutnya pembebanan berkaitan dengan volume latihan. Sebagai salah satu komponen penting dalam latihan, volume merupakan persyaratan kuantitatif penting untuk mencapai prestasi teknik tinggi, taktik. Menurut RÖthig (2004: 24) volume “Menunjukan jumlah isi/ materi (kuantitas). Dalam hal ini yang dikatakan isi/ materi adalah jumlah pengulangan, jumlah jarak yang di tempuh dan jumlah beban yang digerakan dan waktu latihan yang efektif. Volume latihan menurut Bompa (1994) kadangkala disamakan dengan intesitas latihan, volume ini berkaitan dengan “1) Waktu atau lamanya satu satuan latihan, 2) Jarak tonase yang harus ditanggulang atau diangkat persatuan waktu, dan 3) Jumlah pengulangan satu rangkaian tugas gerak atau elemen teknik yang dilakukan dalam latihan”. Jadi notasi volume menunjukkan kuantitas keseluruhan dari kegiatan yang dilaksanakan selama latihan. Volume latihan juga
38 diartikan sebagai jumlah kerja yang dilakukan persatuan waktu latihan atau fase latihan. Selanjutnya berkaitan dengan lama latihan yang akan dilakukan dalam satuan latihan yang dibuat. Lama latihan dapat diartikan beberapa menit atau beberapa lama latihan (15-60 menit) dalam satu kali latihan dan dapat juga diartikan beberapa minggu
atau
beberapa
bulan
suatu
program
latihan
berlangsung. Menurut Bompa (2004) berkaitan dengan struktur jam latihan terbagi menjadi empat bagian; pengenalan atau pengarahan (5 menit), persiapan atau pemanasan (30 menit), inti kerja atau latihan (75 menit) dan bagian akhir (10 menit). Menurut Putera (2010, 63) lama latihan untuk anak usia 12 tahun adalah : 25 menit untuk warming up, 45 menit untuk gerakan
inti, dan
5
menit
untuk
cooling
down. Lama
pelaksanaan pada bagian-bagian tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai. Dalam suatu satuan latihan struktur jam latihan sangat dibutuhkan. Bagian penting dalam pembebanan yang selanjutnya adalah berkaitan dengan frekuensi yang dilakukan dalam latihan. Frekuensi latihan adalah berapa kali latihan diadakan dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus memperhatikan batas kemampuan tubuh seseorang agar dapat beradaptasi lebih dari kemampuannya. Dalam latihan teknik
39 sepakbola maka frekuensi latihan yang dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu minggu. Keterampilan teknik dasar sepakbola adalah faktor utama yang dibutuhkan agar pencapaian tujuan kemenangan dapat terpenuhi. Keakurasian teknik adalah hal yang mungkin untuk dapat dilatih melalui proses latihan. Proses pembelajaran dalam bentuk pemberian pengalaman latihan perlu diperhatikan oleh pelatih yang termasuk dalam suatu bentuk gerak motorik. Belajar
motorik
menurut
Schmidt
dalam
Lutan,
adalah
“Seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku terampil”. Berdasarkan hal ini maka belajar motorik akan mampu merubah suatu gerakan dalam proses latihan yang akan mengakibatkan perubahan secara permanen. Konsep
Fleishman
dalam
Rahantoknam
(1988:120)
mengatakan bahwa “Kecakapaan individu dalam mempelajari ketrampilan motorik tertentu ditentukan secara luas oleh tingkat kecakapan persepsi dan kecakapan motorik yang dibutuhkan oleh keterampilan tersebut”. Jadi seseorang dapat memiliki salah satu kecakapan yang tinggi dan yang kecakapan yang lain rendah, namun individu tersebut memiliki sejumlah besar kecakapan yang telah dikembangkan akan lebih siap untuk memperoleh keahlian dalam berbagai keterampilan tertentu.
40 Ada tiga tataran, yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan penampilan motorik sesuai dengan tingkat spesifikasinya: a) Tataran pertama adalah sifat-sifat individu yang relatif konsisten, yang dapat mempengaruhi semua perilaku, baik verbal kognitif, mmotorik maupun kombinasinya b) Tataran kedua atau bagian tengah adalah kecakapan persepsi dan kecakapan motorik yang memberi kontribusi kepada belajar keterampilan motorik c) Tataran puncak adalah spesifikasi keterampilan seperti pola ruang waktu dari keterampilan, kebutuhan energi kekuatan (Rahantoknam, 1988:120) Berdasarkan
hal
di
atas
maka
kemahiran
dalam
keterampilan motorik baik harus dimiliki oleh seseorang. Lutan (1988: 95) mengatakan bahwa “Seseorang yang disebut terampil/ mahir ditandai oleh kemampuanya untuk menghasilkan sesuatu dalam kualitas yang tinggi (seperti cepat atau cermat) dengan tingkat ke ajegan yang cukup mantap”.
Kemahiran
dalam suatu keterampilan dapat dibedakan antara yang terampil dengan tidak. Seperti atlet sepakbola yang mampu menggiring bola melewati penjagaan lawan yang ketat dan menembakkan bola ke arah dekat tiang gawang yang terjauh dari penjagaan kiper. Gol yang tercipata bukanlah faktor kebetulan, melainkan penguasaan teknik yang tinggi.
41 b. Metode Rangkaian Latihan 1) Pengertian Metode Rangkain Latihan Metode latihan akan sesuai dengan tujuan awal bila dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Berdasarkan penjelasan mengenai prinsip latihan dapat disimpulkan bahwa
latihan
sangat
penting
untuk
meningkatkan
kemampuan/ keterampilan individual dalam prestasi. Latihan juga
dipengaruhi
oleh
beberapa
komponen
untuk
pencapaian tujuan latihan yang efektif dan maksimal. Menurut RÖthig (2004:24) “Memilih rangkaian-rangkaian latihan
merupakan
hal
yang
penting
dalam
usaha
peningkatan prestasi atlet pada setiap cabang olahraga”. Berdasarkan
hal
mengoptimalkan (kemampuan
ini
efektifitas
prestasi
kondisi)
komponen-komponen
bentuk
olahraga
ditentukan beban
latihan yang
oleh serta
untuk
komplek
perbandingan aturan-aturan
berdasarkan prinsip latihan. Oleh sebab itu, setiap pelatih dan pembina olahraga dalam memberikan latihan harus menggunakan metode latihan, yang didasarkan pada rangkaian-rangkaian latihan yang
bervariasi.
Latihan
dapat
direncanakan
dan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan kondisi yang ada. Dalam hal ini terlihat bahwa tujuan latihan memegang
42 peranan yang penting dalam menetapkan dan memilih metode latihan yang akan digunakan. Tujuan latihan yang jelas dan tepat akan membantu dalam merencanakan kegiatan
latihan,
salah
satunya
adalah
membantu
penggunaan rangkaian latihan. Dalam proses latihan, perlu diutamakan proses belajar bagaimana teknik-teknik dasar diberikan kepada atlet. Hasil dari belajar tersebut tergantung pada proses yang diberikan oleh pelatih. Jadi suasana berlatih merupakan suatu persyaratan dalam latihan teknik dasar sepakbola. Untuk mengajarkan bermain sepakbola, perlu dipertimbangkan bagaimana
mengarahkan
agar
atlet
betul-betul
dapat
memahami dan menghayati dan melakukan ide bermain sepakbola itu sendiri. Hal ini pun harus disesuaikan dengan tujuan latihan yang ingin dicapai. Rangkaian
latihan
menurut
Darwis
(1999:
43)
“Rangkaian latihan yang dilakukan tehadap elemen-elemen dari bermain seperti untuk latihan teknik baik secara terpisah maupun dikombinasi”. Dengan rangkaian latihan atlet memperoleh pengalaman dalam melaksanakan beberapa elemen teknik yang berhubungan satu sama lain. Rangkaian latihan dalam sepakbola merupakan suatu rangkaian latihan dimana langkah-langkah pelaksanaannya/ persiapannya di
43 arahkan pada elemen-elemen dari bagian teknik baik secara terpisah-pisah maupun secara kombinasi dari elemen tersebut. Dalam rangkaian latihan adanya pengalaman yang diberikan dari rangkaian latihan akan membiasakan atlet dalam
menghadapi
situasi
dalam
suatu
bermain
sesungguhnya. Rangkaian latihan ini dimaksudkan agar keterampilan teknik dapat ditingkatkan berdasarkan situasi yang telah dibuat
dan
pelaksanaan
dilakukan dan
secara
berulang-ulang
pengorganisasian
yang
dalam
sama
pula.
Sasaran dalam rangkaian latihan ini cenderung pada pengalaman-pengalaman yang diperkirakan akan terjadi di dalam suatu pertandingan, sehingga atlet saat menghadapi situasi tersebut akan cepat memberikan keputusan, dengan demikian gerakan atlet pun tidak akan kaku. Hal ini di karenakan atlet telah melakukan rangkaian tersebut di dalam latihan.
Contohnya
adalah
latihan
shooting,
dimana
dikondisikan akan ada lawan di daerah kotak pinalti, sehingga rangkaian latihan dengan menggunakan cone sebagai pembatas, dimana pelaksanaan diawali dengan dribbling sampai pada cone kemudian shooting. Bila atlet yang tidak dilatih pada situasi ini secara terus menerus, maka kecenderungan atlet untuk melakukan tendangan ke
44 gawang sangatlah h kecil, bahkan b akkurasi bola a masuk kedalam m gawang akan susah tercapai.
n (Sumberr: Putera, Gambar 6 Bentuk Rangkain Latihan 55) 2010:5 aian latihan n inilah, atle et sebelum mnya telah Dalam rangka ada situasi yang suatu u ketika mu ungkin mun ncul dalam dilatih pa bermain sesunggu uhnya dengan
dem mikian
ketterampilan
teknik pu un dapat dillatih spesifiik lebih baikk. 2 Tahapan 2) n Pelaksan naan Metod de Rangka aian Latihan Ada apun bebe erapa hal yang y perlu diperhatikkan dalam memberikan latiha an dalam rangkaian ini adalah h sebagai berikut : (a).Kom mponen Kun nci Atle et diberikan n waktu un ntuk melakssanakan tugas-tugas secara peroranga an, dan pelatih memb berikan um mpan balik kepada a
atlet
secara
perorangan.
Jadi
pelaksanaan
berdasa arkan tuga as yang te elah ditentukan dalam m satuan latihan.. Dalam ha al ini pelattih mampu mengorekksi secara
45 personal dan secara langsung apabila atlet melakukan gerakan yang salah. (b).Sasaran Latihan Rangkaian latihan berhubungan dengan penampilan pelaksanaan
tugas.
Pelaksanaan
tugas-tugas
sesuai
dengan peragaan dan penjelasan pelatih. Waktu latihan berhubungan dengan kecakapan penampilan, mempunyai pengalaman dan pengetahuan akan hasil. (c). Peranan Pelatih Membiarkan
atlet
bekerja
sendiri,
pelatih
hanya
memberikan umpan balik secara pribadi kepada setiap atlet, dengan meningkatkan interaksi individu dengan setiap atlet menyesuaikan diri dengan peranan mereka. 3) Karakteristik Metode Rangkaian Latihan (a).Kelebihan (1).Pengorganisasian
pelaksanaan
lebih
mudah
dipahami (2).Atlet hanya dihadapkan dengan target yang akan dicapai jadi lebih fokus terhadap sasaran yang dicapai (3).Pengkoreksian terhadap teknik yang benar lebih gampang, atlet akan dapat mengulang kembali gerakan yang lebih baik.
46 (4).Momen
pelaksanaan
teknik
dapat
dilakukan
berulang kali, standar pelaksanaan telah disepakati sesuai dengan urutan kerja (b).Kekurangan (1).Atlet tidak bisa mengembangkan teknik secara kompleks, hanya terfokus pada sasaran yang hendak dicapai. (2).Keterampilan yang dilatih kepada atlet lebih individual. c. Rangkaian Bermain 1) Pengertian Metode Rangkain Bermain Rangkaian
bermain
menurut
Darwis
(1999:39)
“rangkaian latihan yang digunakan dalam usaha pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks yang dapat mencerminkan terjadinya suatu bermain atau pertarungan di antara dua regu penyerang dan bertahan”. Dalam rangkaian bermain adanya kompetisi menang-kalah memiliki motivasi untuk berlatih lebih baik bagi atlet, dimana mampu menghilangkan kejenuhan saat latihan. Pelaksanaan latihan dalam rangkaian bermain berkaitan dengan lawan yang sesungguhnya. Adanya pihak bertahan dan pihak penyerang akan
mampu
memberikan
arti
dalam
bermain
yang
sesungguhnya, sehingga adanya kompetisi dan persaingan akan semakin jelas dalam rangkaian ini.
47 Rangkaian bermain merupakan rangkaian latihan yang diberikan kepada atlet yang menjadikan suasana atau situasi bermain untuk menumbuhkan persaingan yang menyenangkan dalam diri seseorang agar mereka termotivasi untuk melakukan latihan. Dengan demikian dalam menyusun materi latihan tetap berorientasi pada prinsip dasar atau konsep dari ide bermain sepakbola itu sendiri. Tingkat pemahaman ide bermain ini dimulai dari satu situasi ke situasi berikutnya yang dijumpai dalam bermain itu sendiri. Dalam bermain sepakbola situasi utama merupakan hal yang sangat penting sesuai dengan ide bermain sepakbola yaitu; memasukan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dan mempertahankan gawang dari kebobolan. Tujuan untuk pemahaman ide bermain sepakbola tersebut diaplikasikannya dalam rangkaian bermain sesuai dengan situasi-situasi serta keterampilan dalam melakukan teknik-teknik dasar yang diperlukan dalam bermain yang sebenarnya. Dengan tercapainya tujuan ini merupakan landasan utama bagi atlet dalam usaha meingkatkan keterampilan teknik membuat teknik, serta inisiatif dalam bermain untuk menuju prestasi Sementara itu rangkaian bermain menurut Grossing dalam Djezed (1995: 23) mengemukakan bahwa terdapat tiga tingkat rangkaian
48 bermain: “1). Bentuk dasar bermain mengandung ciri khas keterampilan bermain yang sederhana, 2) Bentuk bermain sederhana merupakan bermain yang berdiri sendiri dan berisikan ide bermain, dan 3) Bermain yang sebenarnya dan sesuai dengan menurut peraturan”. Berdasarkan hal tersebut, maka atlet harus memperhatikan penjelasan serta demonstrasi dari pelatih tentang tujuan
latihan,
materi
dan
rangkaian
bermain
yang
dilaksanakan. Kemudian atlet di beri kesempatan untuk menanggapi dan mencobakan hal yang di demonstrasikan kedalam kelompok kecil. Dimana ciri khas keterampilan bermain yang sederhana dalam rangkaian dasar atlet harus ditonjolkan, sehingga atlet mampu untuk merealisasikan bahkan menikmati bermain. Dalam hal ini maka ide bermain dan peraturan yang dilakukan harus jelas, sehingga bermain akan berlangsung sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2) Tahapan Pelaksanaan Metode Rangkaian Bermain Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan latihan dalam rangkaian ini adalah sebagai berikut : (a).Komponen Kunci Pada rangkaian ini atlet melakukan tugasnya dengan pasangan atau dalam kelompok kecil, dan menerima umpan balik dari pasangannya juga, serta mengikuti
49 kriteria yang telah diberikan oleh pelatih. Jadi pelatih mengoreksi atlet berdasarkan keputusannya dengan pasangannya atau timnya dalam kelompok, sehingga interaksi antara atlet dalam tim dapat di perhatikan. (b).Sasaran Latihan Sasaran latihan berhubungan dengan tugas dan peranan atlet: (1). Tugas (Pokok Bahasan) (a).Memberikan kesempatan kepada atlet untuk latihan berulang-ulang dengan di damping oleh seorang pengamat (teman/ pasangannya). (b).Si atlet menerima umpan balik. (2). Peranan Atlet (a).Memberi dan menerima umpan balik (b).Mengamati penampilan teman, membandingkan dan mempertentangkan dengan kriteria yang ada, dan menyampaikan hasilnya pada pelaku. (c). Menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap teman-teman dalam satu tim (d).Peranan Pelatih Mengatur atlet secara berpasangan/ dalam kelompok kecil, dengan peranan khusus seperti pelaku. Pelatih harus membuat keputusan sebelum pertemuan. (e).Peranan Atlet Peranan
pelaku
membuat
keputusan
selama
pertemuan, dan hanya dapat berkomunikasi dengan pengamat
saja.
Sedangkan
peranan
pengamat
50 mem mberikan umpan balikk sesudah pertemuan dengan berp pedoman pa ada lembarran kriteria yyang ada.
Gam mbar 7 Pelaksanaan Rangkaian n Bermain (Sumber: era, 2010: 63) 6 Pute
3 Karakteristik Meto 3) ode Rangka aian Bermain (a).Kele ebihan (1).Pe ermainan
dimainkan n
oleh
kkelompok,
hal
ini
m menyajikan banyak mo omen belajjar, banyakk gol dan ba anyak kege embiraan. (2).Pe engkoreksian terhada ap teknik yang benar diberikan ke epada atlet secara berkelompo b ok, bagaim mana cara m mereka dap pat bekerjja sama agar tujua an dapat te ercapai. (3).A Adanya po oin, dapat memacu m motivasi atlet untuk latihan tekn nik. (4).A Atlet bisa m mengemban ngkan tekn nik secara kompleks, k h hanya terfo okus pada sasaran s yan ng hendak dicapai.
51 (b).Kekurangan (1).Pengorganisasian pelaksanaan sulit dipahami pada kebanyakan atlet (2).Keterampilan yang dilatih kepada atlet tidak individual melainkan kelompok. (3).Momen pelaksanaan teknik tidak dapat dilakukan berulang kali, karena standar pelaksanaan telah disepakati sebelumnya.
3. Tingkat Inteligensi a. Pengertian Tingkat Inteligensi Manusia adalah mahluk yang paling cerdas, dan Tuhan melengkapi manusia dengan komponen kecerdasan yang paling kompleks. Seperti yang dikatakan oleh William W Hewwit dalam Sunar, (2010:19) “Manusia adalah mahluk yang diciptakan paling
unggul
dan
akan
menjadi
unggul
asalkan
bisa
menggunakan keunggulannya”. Dengan demikian akan ada perbedaan antara orang jenius dengan orang yang tak jenius di bidangnya. Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Tuhan kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan
manusia
dibandingkan
dengan
mahluk
lain.
Kecerdasan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia yang semakin komplek melalui proses berpikir dan belajar secara
52 terus menerus. Cerdas menurut Indrawan WS (106) adalah “Tangkas, pandai, pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam menghadapi
masalah,
cepat
mengerti
jika
mendengar
keterangan, tajam pemikiran”. Dalam hal ini tanggap dalam mengatasi masalah, mengerti dan cepat tanggap adalah kuncinya. Selanjutnya C.P Chaplin dalam Sunar menerangkan kecerdasan (2010: 20) adalah “Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan efektif”. Berdasarkan hal ini kemampuan menyesuaikan diri terhadap situasi baru adalah ciri dari kecerdasan. C. Spearman dalam Hardy (1985: 71) menjelaskan kecerdasan adalah “Kemampuan untuk berpikir dan menimbang”. Menurutnya kecerdasan adalah bagaimana seseorang untuk berpikir dan menimbang situasi tertentu. Selanjutnya David Weschler dalam Fudyartanta (2004:16) memberikan defenisi kecerdasan yang merupakan sekumpulan atau kapasitas global individu untuk bertindak tepat tujuan, berpikir secara rasional, dan untuk menghadapi lingkungan sekitarnya. Ada empat ciri yang menonjol, yaitu: “1) Kecerdasan itu berupa kapasitas atau kemampuan global, 2) Perbuatan atau tindakan yang mempunyai tujuan yang jelas, 3) Berpikir secara rasional, secara logis, masuk akal, dan 4) Bertindak terhadap lingkungan atau menyesuaikan diri secara Efektif”
53 Empat
macam
ciri
tersebut
memberikan
kualifikasi
terhadap perbuatan yang cerdas menurut pandangan Weschler. Selanjutnya Anita E Woolfolk dalam Sunar (2010: 20) mengemukakan bahwa menurut teori lama, kecerdasa meliputi tiga pengertian: “1). Kemampuan untuk belajar, 2). Keseluruhan pengetahuan
yang
diperoleh,
beradaptasi
dengan
situasi
umumnya”.
Kecerdasan
3).
baru
tersebut
Kemampuan
atau
untuk
lingkungan
pada
sebatas
pada
hanya
kemampuan individu yang berkaitan dengan aspek kognitif atau yang disebut dengan kecerdasan intelektual. Seperti yang dikembangkan oleh Weschler Spearman dalam Sunar (2010:21) “teori ‘two factor’ dan ‘primary mental abilities’ ” akan menghasilkan pengelompokan kecerdasan manusia yang dinyatakan dalam rangkaian Inteligent Quotient (IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan
mental
(mental
age)
dengan
tingkat
usia
(chronological age), merentang mulai dari kemampuan dengan kategori idiot sampai jenius. Para psikolog mengunakan IQ (Intelligence
Quotient)
sebagai
defenisi
operasional
dari
kecerdasan; nilai IQ menunjukan perbandingan seberapa baik antara seseorang dengan orang lain di dalam tes-tes yang meliputi pemikiran logis.
54 Tabel 1 Klasifikasi IQ berdasarkan hasil tes Stanford Binet I – 1916 (Sumber: Fudyartanta, 2004:181) Interval IQ Di atas 140 120 – 140 110 – 119 90 – 109 80 – 89 70 – 79 60 kebawah
Klasifikasi Kecerdasan mendekati genius atau genius Kecerdasan Amat Superior Kecerdasan Superior Kecerdasan Normal atau rendah Kecerdasan Bodoh Kecerdasan Batas Lemah Mental Kecerdasan kelompok debil,imbisil, idiot
Kecerdasan intelektual (IQ) berkaitan dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Skor tes atau IQ merupakan pengukuran khusus dari angka konsep yang kurang spesifik inteligensi. Munzert (1994:32) mengatakan bahwa IQ adalah indikator potensial sejak lahir, namun tidak baku. Kemampuan tes terbaik dapat terkontaminasi oleh faktor kemampuan tertentu tapi bisa dilakukan dengan keahlian dan informasi yang dikumpulkan lewat pelajaran dan pengalaman. Dengan demikian IQ dapat di deskriptifkan bagus, dan ukuranya dapat diperkirakan: 100 Berdasarkan hal itu, IQ rendah adalah antara 90 dan 110. Skor antara 110 dan 119 menunjukan inteligensi pintar. Skor antara 120 dan 129 mengindikasikan superior inteligensi. Skor lebih dan sama dengan 130 mengindikasikan berbakat. Tapi beberapa tes yang sedikit bervariasi, dan bakat intelektual mungkin ditunjukan dengan skor lebih dan sama dengan 130, atau lebih dan sama dengan 140. Orang yang skornya di atas
55 160 di karuniai dengan bakat super, sering diterangkan sebagai kategori “jenius”. Berdasarkan hal tersebut Munzert (1994:77) menerangkan mengenai skor dalam tes tingkat inteligensi: Skor rendah tes inteligensi mungkin tanda bahwa anak butuh metode perintah berbeda. Anak yang tak mampu belajar di sekolah, misal, tidak bisa menangkap dengan cepat, butuh instruksi yang lain ini akan sangat menyerupai pola pengurangan skor tes antar awal sekolah hingga kelas enam mungkin tingkat usia 12 atau 13. Hal tersebut berkaitan pada kemampuan seseorang dalam menerima suatu respon yang akan berbeda dalam mempelajari sesuatu baik dalam rangkaian motorik ataupun kognitif. Diharapkan anak yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi mampu merespon dan melakukan sesuatu yang diperintahkan dengan benar dan tepat. Dalam hal ini Munzert (1994:91) menerangkan seseorang mungkin cerdas dan berbakat dalam satu atau lebih dari empat hal:“1). Akademik (inteligensi intelektual), 2). Kreatif, 3). Psikomotor (fisik), 4). Sosial/ pribadi/ kepemimpinan”. Cerdas dan berbakat akan berkaitan dengan kemampuan
akademik
seseorang,
bagaimana
proses
belajarnya dalam pendidikan yang formal. Kreatifitas menentukan
adalah
hal
kecerdasan
yang
sangat
seseorang,
penting
karena
dalam
kecerdasan
berkaitan dengan penguasaan kemampuan seseorang pada situasi tertentu. Kemudian orang yang berbakat secara fisik menampilkan potensi luar biasa dan penampilan kegiatanya butuh otot besar, otot kecil, koordinasi mata tangan, dalam hal ini berkaitan dengan motorik dalam bidang olahraga. Hal yang penting
cerdas
berkaitan
bagaimana
seseorang
dalam
56 lingkunganya, menjaga keharmonisan sosialnya dan mampu memimpin.
Dengan
demikianlah
maka
seseorang
dapat
dikatakan cerdas dan berbakat. Seperti yang dikatakan Howard Gadner dalam Desmita (2007:166) setiap manusia tidak mempunyai satu inteligensi, tetapi malah memiliki banyak inteligensi (multiple intelligence), yang berbeda antara satu sama lain. Masing-masing inteligensi ini meliputi keterampilanketerampilan kognitif yang unik, dan bahwa masing-masing di tampilkan di dalam rangkaian yang berlebihan pada orangorang berbakat dan idiot. Tabel 2 Aspek Inteligence Gardner (Sumber: Desmita, 2007) Inteligensi Logical Mathmatical
Lingusitic
Musical
Spatial
Bodily Kinesthetic
Interpersonal
Intrapersonal
Kemampuan Kepekaan dan kemampuan mengamati pola-pola logis dan bilangan serta kemampuan berpikir logis Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-fungsi bahasa Kemampuan menghasilkan dan mengekspresikan ritme, nada, dan rangkaian-rangkaian ekspresi music Kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut Kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek-objek secara terampil Kemampuan mengamati dan merespon suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain Kemampuan memahami perasaan, kekuatan, dan kelemahan inteligensi sendiri
57 b. Pentingnya Tingkat Inteligensi Dalam Sepakbola Tingkat inteligensi sangat dibutuhkan dalam olahraga sepakbola. Hal itu ditandai dengan kecepatan seseorang untuk mengambil keputusan, kecepatan gerakan yang dilakukan dan efektifitas tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang diketahui sebelumnya sepakbola adalah cabang olahraga bermain yang terdiri dari dua tim (bertahan dan menyerang). Dengan demikian
maka
pergerakan
bola
dalam
tim
sangat
membutuhkan kerjasama dan strategi agar tujuan dapat dicapai, yaitu memasukan bola sebanyak mungkin ke gawang lawan dan mempertahankan gawang dari kebobolan. Alfred Binet dan Theodore Simon dalam Azwar (1996:5) mendefenisikan inteligensi atas tiga komponen yaitu: “1). Untuk mengarahkan
pikiran
atau
mengarahkan
tindakan,
2).
Kemampuan untuk merubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan, 3) Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticism”. Dengan demikian maka kemampuan atlet untuk mengambil keputusan yang sangat cepat menuntut seseorang untuk memiliki tingkat inteligensi yang tinggi. Hal ini pun akan berkaitan apabila atlet melakukan keputusan yang salah maka kecepatan gerakan untuk merubah suatu tindakan yang salah menuntut atlet untuk berfikir lebih cepat, dan hal ini pun dmiliki oleh atlet yang memiliki inteligensi yang tinggi.
58 Selanjutnya untuk melakukan intropeksi dalam hal yang positif maka kemampuan untuk mengkritik diri sendiri adalah hal yang penting, dimana hanya yang memiliki inteligensi tinggi yang dapat melakukanya. Berdasarkan hal diatas, maka seorang atlet sepakbola harus memiki tingkat inteligensi yang tinggi. Hal ini akan berkaitan dengan kecepatan pengambilan keputusan seiring dengan kecepatan melakukan gerakan, sehingga tujuan akan dapat tercapai dengan tepat. Pada metode rangkaian latihan, tingkat inteligensi yang tinggi dapat ditandai dengan kemampuan seorang atlet untuk berfikir kearah yang lebih baik berkaitan dengan bagaimana keterampilan yang mereka miliki. Saat mereka telah melakukan suatu satuan latihan, mereka akan melakukan koreksi terhadap teknik yang dilakukan, dan akan mencobakan kembali teknik dengan harapan teknik yang dilakukan selanjutnya akan lebih baik. Mereka akan berfikir bagaimana arah bola, seberapa kuatnya tendangan, dengan kaki bagian apa yang akan mereka gunakan, sehingga sasaran latihan dapat tercapai optimal. Sedangkan pada metode rangkaian bermain, tingkat inteligensi yang tinggi dapat ditandai dengan kemampuan atlet bekerja sama dalam tim untuk mencapai sasaran yang dituju. Mereka berfikir lebih kompleks, selain bagaimana arah bola, bobot tendangan, dan bagaimana sasaran mereka juga akan berfikir bola selanjutnya akan diberikan pada teman yang
59 mana. Sehingga penggunaan keputusan yang tepat dan cepat sangat
dibutuhkan
oleh
atlet.
Seperti
teori
mengenai
kecerdasan, bahwa seseorang dapat dikatakan cerdas apabila mampu mengarahkan pikiran atau tindakan, mampu merubah arah tindakan apabila telah dilaksanakan dan mampu untuk mengkritik diri sendiri. Seperti itulah idealnya atlet yang memiliki tingkat intelegensi tinggi dalam proses pembelajaran latihan teknik dasar sepakbola. c. Tes Tingkat Inteligensi Intellegence quotient (IQ) menurut Kartono (1987: 233) adalah “kusien inteligensi, taraf/tingkat kecerdasan: secara klasik merupakan hasil bagi umur mental (mental age) oleh umur kronologis (chronological age), yang kemudian dikalikan dengan angka 100”. Selanjutnya menurutnya (1987:233) intelelligence test adalah “rangkaian persoalan yang di disain untuk
mengukur
kemampuan
memecahkan
masalah,
melaksanakan fungsi-fungsi intelektual, dan memperlihatkan pengertian-pengertian atau konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya”. Maka IQ merupakan tingkat kecerdasan yang sesuai dengan usia mental dan usia kronologi yang dapat diketahui tingkatnya melalui rangkaian soal-soal yang telah terkonsep sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut, pada
60 saat ini telah banyak ditemukan cara-cara untuk menghitung tingkat IQ seseorang, salah satunya dengan SPM. The standard progressive matrices (SPM) merupakan salahsatu contoh rangkaian skala inteligensi yang dapat diberikan secara individu maupun kelompok. Skala ini di rancang oleh J.C Raven dan diterbitkan pertama kali oleh H.K Lewis & Co. Ltd London pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam rangkaian tulisan ataupun bacaan melainkan dalam rangkaian-rangkaian gambar. Karena instruksi pengerjaanya diberikan secara lisan maka skala ini dapat digunakan subjek yang buta huruf sekalipun. Raven dalam Saifuddin (1996:119) mengatakan bahwa penyusunan SPM di dasari oleh konsep inteligensi Spearman, yaitu konsepsinya mengenai eduksi hubungan dan eduksi korelasi. Raven menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum. Raven’s
Progressive
matrices
dalam
Wikipedia
menerangkan mengenai tes SPM These were the original from of the matrices, first published in 1938, the booklet comparises five sets (A to E) of 12 items each (e.g., A1 through A12), with items within a set becoming increasingly difficult, requiring ever greater cognitive capacity to encode and analyze information. All itema are presented in black ink on a white background.
61 Tes SPM di terbitkan pertama kali pada tahun 1983, tes terdiri dari perbandingan lima set (A sampai E) dimana masingmasing bagian terdiri dari dua belas soal, akan ada peningkatan kesulitan pada setiap soal, dimana membutuhkan kemampuan kognitif untuk memecahkan dan menganalisa informasi. Semua soal di gambarkan pada tinta hitam dalam latar putih. Seperti yang dijelaskan oleh Saifuddin (1996:119) bahwa tes SPM terdiri atas 60 buah soal yang berupa gambar-gambar. Setiap soal berupa sebuah gambar besar yang berlobang dan di bawah gambar besar tersebut terdapat 6 atau 8 buah gambar kecil sebagai pilihan jawaban. Subjek diminta memilih salahsatu gambar kecil yang dapat dipakai untuk menutup lobang pada gambar
besar
sehingga
terrangkaian
pola
yang
benar
berdasarkan penalaran tertentu. Setiap subjek diberi soal yang sama dan menuliskan jawaban khusus yang disediakan. Dimana kecepatan dan ketepatan dalam menjawab dapat mempengaruhi hasil. Skor total adalah banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar oleh subjek yang kemudian akan diinterpretasikan secara normatif menurut sebuah tabel norma penilaian. Hasil dalam tingkatan intelektualitas di bagi dalam beberapa kategori menurut besarnya skor dan usia subjek yang di tes yaitu: “1). Grade I = Kapasitas intelektual Superior, 2).
62 Grade II = Kapasitas intelektual Tinggi, Kapasitas intelektual Rendah,
4)
3). Grade III =
Grade IV = Kapasitas
intelektual di bawah rendah, 5) Grade V = Kapasitas intelektual terhambat”.
Berdasarkan hasil tes tersebut, menurut Joan
(2000: 119) “Suatu tes hanya bisa memperoleh contoh (sampel) kemampuan seorang anak pada saat ia mengikuti tes”. Angka ini mengukur seberapa jauh ia menyerap apa yang telah dipelajari dan seberapa jauh ia bisa mereproduksi kembali untuk tes tersebut pada waktu dan kondisi tertentu. Harapan yang ingin dicapai dari tes kecerdasan adalah sebagai jaring penyelamat
unutk membantu anak, terutama
anak-anak yang cerdas agar dapat dikenali potensi mereka, sebab bila tidak mereka tidak akan terdeteksi dan tidak memperoleh
pendidikan
yang
sesuai
shingga
dapat
mengerjakan sesuatu pada tingkatanya sendiri. Khususnya saat akan melakukan sesuatu yang menuntut kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah dalam waktu yang cepat. Aspek intelek sangat dibutuhkan oleh seorang atlet dalam rangka untuk memenangkan pertandinganya, khususnya dalam cabang olahraga bermain. Seperti yang dikatakan oleh Gunarsa (1989:308) “Selama bertanding, atlet harus bisa menganalisa bermain lawan, menentukan suatu tindakan. Hal-hal seperti ini baru bisa dilakukan kalau atlet yang bersangkutan dapat
63 mengaktifkan dan memungsikan aspek inteligensi yang dimiliki”. Hal-hal
mendetail
berkaitan
dengan
penguasaan
teknik,
melaksanakan strategi sangat dibutuhkan oleh seorang atlet dalam waktu yang cepat agar mereka dapat memenagkan suatu pertandingan. Dengan demikian maka tingkat intelektual sangat diperlukan dalam suatu cabang olahraga, khususnya olahraga sepakbola. B. Kerangka Pemikiran 1. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet SSB PSTS Tabing antar Kelompok yang Diberikan Metode Rangkaian Latihan dengan Metode Rangkaian Bermain secara Keseluruhan Keterampilan teknik dasar dapat dicapai bila dilatih secara terus menerus, sistematis dan sesuai dengan tujuan latihan. Sesuai dengan tujuan latihan, berdasarkan prinsip-prinsip latihan maka keterampilan akan menjadi lebih baik. Penggunaanya akan lebih halus, efektif dan efisien dalam melakukan keputusan dalam suatu pertandingan. Dengan pemahaman penguasaan gerakan yang dilakukan secara terus menerus akan mampu mengantarkan pada keterampilan
yang
otomatisasi.
Jadi
untuk
mendapatkan
keterampilan tersebut dibutuhkan kemampuan seorang pelatih dalam menyusun satuan latihan dalam suatu program latihan. Dengan demikian melalui proses latihan maka atlet akan mampu memiliki keterampilan teknik dasar yang sangat baik.
64 Memilih bentuk latihan merupakan hal yang penting dalam usaha peningkatan prestasi atlet pada setiap cabang olahraga. Hal ini dikarenakan efektifitas rangkaian latihan dapat mengoptimalkan prestasi
motorik
olahraga
yang
komplek
ditentukan
oleh
perbandingan komponen-komponen beban serta aturan-aturannya. Dalam latihan sepakbola ada beberapa rangkaian latihan yang dapat diberikan kepada atlet, di antaranya adalah rangkaian latihan dan rangkaian bermain. Kedua rangkaian ini adalah hal yang berbeda dalam perlakuan dan aplikasi melalui suatu latihan teknik dasar. Hanya saja masing-masing dari rangkaian latihan memiliki kelemahan dan kelebihanya. Hal ini dikarenakan sepakbola merupakan cabang olahraga bermain yang kompleks dimana dimainkan oleh dua tim, bertahan dan penyerang. Dengan demikian kedua rangkaian ini pun secara langsung akan memberikan pengaruh
terhadap
peningkatan
keterampilan
teknik
dasar
sepakbola. Rangkaian latihan dilakukan tehadap elemen-elemen dari bermain seperti untuk latihan teknik baik secara terpisah maupun dikombinasi. Sasaran dalam rangkaian latihan adalah pengalaman yang di dasarkan pada situasi tertentu dan dilaksanakan dalam pengorganisasian
yang
dilakukan
secara
berulang-ulang.
Rangkaian latihan merupakan rangkaian yang diberikan oleh pelatih kepada atletnya melalui sasaran berdasarkan target yang
65 telah diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian atlet akan terbiasa, dan telah memiliki pengalaman berdasarkan situasi tersebut, sehingga bila dalam bermain dijumpai pengalaman seperti situasi dalam latihan, maka atlet pun akan mampu melakukan eksekusi sebaik mungkin. Hal ini dikarenakan adanya simpanan melalui memori terhadap aksi yang telah diberikan. Rangkaian bermain adalah metode latihan yang digunakan dalam usaha pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks yang dapat mencerminkan terjadinya suatu bermain atau pertarungan di antara dua regu penyerang dan bertahan, dimana langkah-langkah pelaksanaannya/ persiapannya di arahkan pada bermain yang sesungguhnya. Dalam rangkaian bermain adanya kompetisi mampu mengembangkan kemampuan teknik dasar sepakbola secara kompleks. Hal ini dirasakan perlu diberikan kepada atlet, karena rangkaian bermain menampilkan pertandingan yang sesungguhnya, dimana keterampilan teknik dasar perlu dimiliki oleh atlet. Berdasarkan hal di atas, perbedaan kedua metode latihan ini akan memberikan hasil yang berbeda dan diduga pemberian metode latihan dengan metode rangkaian bermain dapat membawa pengaruh yang lebih baik daripada metode rangkaian latihan dalam hal peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola.
66 2. Interaksi antara Metode Latihan dengan Tingkat Inteligensi terhadap Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet SSB PSTS Tabing. Proses dalam latihan sangat penting untuk meningkatkan keterampilan
seseorang,
sehingga
metode
latihan
dapat
meningkatkan prestasi. Seperti yang diketahui sebelumnya latihan akan dipengaruhi oleh beberapa komponen untuk pencapaian tujuan yang efektif dan maksimal. Hal ini akan berkaitan dengan efektifitas rangkaian-rangkaian
latihan
untuk
mengoptimalkan
prestasi olahraga yang kompleks yang terkait dengan keterampilan teknik dasar yang dimiliki oleh atlet. Dalam hal ini maka metode latihan akan memberikan dampak yang efektif saat dilakukanya pertandingan. Oleh sebab itu, setiap pelatih dan pembina olahraga dalam memberikan latihan harus menggunakan metode latihan yang didasarkan pada rangkaian-rangkaian latihan yang bervariasi. Latihan
dapat direncanakan dan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan dan kondisi yang ada. Dalam hal ini terlihat bahwa tujuan latihan memegang peranan yang penting dalam menetapkan dan memilih metode latihan yang akan digunakan. Tujuan latihan yang jelas dan tepat akan membantu dalam merencanakan kegiatan latihan, salah satunya adalah membantu penggunaan rangkaian latihan. Rangkaian latihan yang diberikan dapat diberikan melalui rangkaian latihan maupun rangkaian bermain. Melalui rangkaian latihan ini, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
67 teknik dasar atlet. Karena keterampilan teknik dasar akan mempengaruhi atlet saat melakukan suatu tindakan dalam pertandingan. Keterampilan yang diharapkan sesuai dengan situasi dimana dapat dilakukan secara tepat, dan khususnya dapat membuat kemenangan tim. Setelah keterampilan teknik dasar dimiliki oleh seseorang, maka faktor lain yang menunjang adalah tingkat inteligensi seseorang. Seperti yang kita tahu sebelumnya bahwa tingkat inteligensi akan berkaitan dengan keputusan yang akan diambil oleh atlet khususnya dalam pertandingan. Atlet yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi akan mampu melakukan berbagai aksi dalam melakukan sesuatu, sehingga keputusan yang dibuat cepat dan tepat. Hal ini pun akan berdampak kepada keterampilan teknik dasar yang dimiliki oleh atlet itu sendiri. Disebabkan karena tingkat inteligensi seseorang yang berada tinggi cenderung akan melakukan sesuatu sesuai dengan pengalaman, dan mereka akan selalu memperbaiki kesalahan yang telah mereka lakukan, dalam artian mereka akan berusaha menganalisa suatu keterampilan sehingga memperoleh keterampilan yang baik. Hal ini berkaitan dengan tingkat kecerdasan atlet. Dalam hal ini yang ditampilkan merupakan ketepatan seseorang untuk melakukan suatu tindakan, atau memperbaiki tindakan yang telah dilakukan serta mampu melakukan perbaikan dalam melakukan sesuatu.
68 Bertitik tolak dari penjelasan di atas dapat diduga bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Oleh karena itu pada tingkat inteligensi tinggi peningkatan keterampilan teknik dasar yang di beri rangkaian bermain lebih besar daripada kelompok yang diberi rangkaian latihan. Sedangkan pada tingkat inteligensi rendah peningkatan keterampilan teknik dasar atlet sepakbola yang diberi metode rangkaian latihan lebih besar daripada kelompok yang diberi metode rangkaian bermain. 3. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet SSB PSTS Tabing antara Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dengan Metode Rangkaian Bermain pada Tingkat Inteligensi Tinggi Di dalam usaha untuk meningkatkan prestasi suatu tim pada umumnya dilakukan melalui proses latihan yang teratur dari program yang telah di susun. Seperti yang diketahui bahwa keterampilan teknik dasar merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi suatu tim. Tindakan yang dilakukan oleh atlet akan sesuai dengan situasi dalam pertandingan yang sedang berlangsung. Dengan demikian maka atlet perlu untuk memiliki keterampilan
tersebut.
Kecerdasan
merupakan
salah
satu
anugerah besar dari Tuhan kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingakan dengan mahluk lain. Kecerdasan dapat meningkatkan kualitas hidup
69 manusia yang semakin komplek melalui proses berpikir dan belajar secara terus menerus. Setiap kegagalan yang ditemui pada saat menyerang harus sesegera mungkin di atasi melalui kerjasama yang baik antara pemain penyerang dengan pemain bertahan. Seorang atlet yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi, cenderung akan memiliki pemahaman konsep mengenai teknik dasar yang sangat baik. Hal ini dikarenakan mereka mampu untuk mengambil suatu keputusan yang cepat dan tepat, selain itu mereka pun akan mampu memperkirakan, menganalisa keputusan yang akan mereka lakukan. Memperkirakan dan menganalisa suatu teknik yang dimiliki bukan lah hal yang mudah. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh seorang atlet yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi. Dengan demikian maka keterampilan teknik dasar pun akan dapat mudah dipelajari dan dilaksanakan, tentunya melalui proses-proses latihan. Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas maka, dapat diduga bahwa keterampilan teknik dasar sepakbola pada tingkat inteligensi tinggi yang diberi metode rangkaian bermain lebih besar daripada kelompok yang memiliki tingkat inteligensi rendah pada metode rangkaian latihan.
70 4. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola atlet SSB PSTS Tabing antar Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dengan Metode Rangkaian Bermain pada Tingkat Inteligensi Rendah Kata kunci dalam pengusaan gerakan dasar dalam suatu cabang olahraga adalah keterampilan. Keterampilan memang harus dimiliki oleh atlet agar mereka mampu memberikan suatu tindakan yang tepat. Dalam hal ini maka proses latihan pun adalah hal yang sangat penting. Penguasaan terhadap prinsip latihan dan pembebanan menjadi modal utama agar tujuan akan keterampilan teknik dasar dapat dicapai. Pencapaian tujuan tersebut dapat dilakukan dalam berbagai rangkaian latihan, dimana dapat diberikan melalui metode rangkaian bermain maupun metode rangkaian latihan. Dalam hal ini pencapaian keterampilan teknik dasar merupakan tujuan utama meskipun rangkaian latihan yang berbeda-beda. Kecerdasan intelektual (IQ) berkaitan dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Orang yang berbakat secara fisik dapat menampilkan potensi luar biasa dan penampilan kegiatannya butuh otot besar, otot kecil, koordinasi mata tangan, dalam hal ini berkaitan dengan motorik dalam bidang olahraga. Seorang atlet yang memiliki tingkat inteligensi rendah, cenderung susah memiliki pemahaman konsep mengenai teknik dasar yang baik. Pengembangan teknik dasar akan berjalan lambat, hal ini dikarenakan kecenderungan atlet yang memiliki
71 tingkat inteligensi rendah hanya akan latihan seperti yang diperintahkan oleh pelatih, tanpa mereka menganalisa sebab teknik yang mereka miliki ternyata tidak baik. Dengan demikian maka cenderung atlet akan lebih menyukai rangkaian bermain, karena mereka akan lebih termotivasi latihan dengan adanya lawan, tanpa harus berfikir kenapa tendangan tadi tidak akurat, atau kenapa bola yang ditendang tadi tidak sampai. Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang dikemukakan di atas maka, dapat diduga bahwa peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola pada tingkat inteligensi rendah yang diberi metode rangkaian latihan lebih besar daripada kelompok yang memiliki tingkat inteligensi tinggi pada metode rangkaian bermain. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3 Kerangka Pemikiran Metode latihan Tingkat inteligensi
Rangkaian Latihan (A1)
Rangkaian Bermain (A2)
Tinggi (B1) Rendah (B2)
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual di atas maka dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut: 1. Keterampilan teknik dasar sepakbola yang diberikan dengan metode latihan rangkaian latihan hasilnya akan lebih rendah daripada metode rangkaian bermain.
72 2. Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola . 3. Pada tingkat inteligensi tinggi, keterampilan teknik dasar sepakbola yang diberi metode rangkaian latihan hasinya akan lebih rendah daripada kelompok dengan metode rangkaian bermain. 4. Pada
tingkat
inteligensi
rendah,
keterampilan
teknik
dasar
sepakbola yang diberi metode rangkaian latihan hasilnya akan lebih tinggi daripada kelompok yang diberi metode rangkaian bermain.
73
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment, tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat inteligensi dan perlakuan metode latihan yang diberikan terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Untuk mengetahui tingkat inteligensi atlet sepakbola SSB PSTS Tabing digunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis kuantitatif. Sedangkan keterampilan teknik dasar sepakbola dengan pendekatan analisis kuantitatif melalui soccer battery test. Setelah itu akan dilanjutkan experiment dengan rancangan faktorial 2x2. Eksperimen faktorial adalah eksperimen yang semua (hampir semua) taraf sebuah faktor tertentu dikombinasikan dengan semua (hampir semua) taraf tiap faktor lainya yang ada dalam eksperimen itu. (Sudjana,1991:109) Tabel 4 Rancangan Faktorial 2x2 Metode latihan Tingkat Inteligensi Tinggi (B1)
Rangkaian Latihan (A1)
Rangkaian Bermain (A2)
(A1B1) (1)
(A2B1) (2)
(A1B2) (3) (A2B2) (4) Rendah (B2) Keterangan : A1 = Kelompok metode latihan rangkaian latihan A2 = Kelompok metode latihan rangkaian bermain B1 = Kelompok tingkat inteligensi tinggi B2 = Kelompok tingkat inteligensi rendah A1B1 = Kelompok rangkaian latihan pada tingkat inteligensi tinggi A2B1 = Kelompok rangkaian bermain pada tingkat inteligensi tinggi A1B2 = Kelompok rangkaian latihan pada kategori tingkat inteligensi rendah A2B2 = Kelompok rangkaian bermain pada kategori tingkat inteligensi rendah 73
74 B. Validitas Rancangan Penelitian Untuk memperoleh keyakinan bahwa rancangan penelitian yang telah dipilih cukup memadai untuk menguji hipotesis penelitian, hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Dengan demikian dapat dilakukan pengontrolan terhadap validitas internal dan eksternal dari rancangan penelitian. 1. Validitas Internal Pengontrolan
kesahihan
internal
desain
penelitian
dilaksankaan agar hasil yang diperoleh benar-benar merupakan akibat perlakuan. Dalam memperoleh kesahihan internal ini, maka dilakukanlah pengontrolan terhadap beberapa variabel eksternal, mungkin mengancam kesahihan internal desain dengan beberapa teknik antara lain: a) Mencegah timbulnya kejadian-kejadian khusus yang dapt mempengaruhi subyek selama pelaksanaan perlakuan yang sengaja dilakukan dalam waktu yang tidak lama untuk menghindari pengaruh histori. b) Melaksanakan perlakuan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama untuk menghindari pengaruh kematangan. c) Tidak mengubah instrumen yang dipakai untuk menghindari pengaruh instrument pengukuran. d) Memperketat pengisian daftar hadir siswa sepakbola untuk pengaruh kehilangan peserta.
75 e) Tidak memberi tahu siswa tentang adanya penelitian, dan memakai jadwal latihan biasa untuk menghindari pengaruh kehilangan peserta. f) Memperketat administrasi tes untuk menghindari pengaruh kemunduran statistik. 2. Validitas Eksternal Pengontrolan
kesahihan
eksternal
desain
penelitian
dilaksanakan agar yang diperoleh benar-benar representative dan dapat digeneralisasikan. Pengontrolan itu meliputi kesahihan populasi dan kesahihan ekologi. a) Kesahihan Populasi Kesahihan populasi diperlukan agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan kepada populasi penelitian yang dikontrol dengan teknik: (1).Menetapkan sampel sesuai dengan karakteristik populasi (2).Memilih sampel sesuai dengan kriteria tingkat inteligensi tinggi dan rendah yang dibagi dua kelompok dengan teknik matching. (3).Memberikan hak yang sama kepada setiap sampel untuk menerima perlakuan penelitian. b) Kesahihan Ekologi Kesahihan ekologi dilakukan agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan kepada kondisi dan lingkungan lain, dalam hal ini dikontrol dengan teknik berikut:
76 (1).Tidak memberi tahu kepada siswa bahwa mereka sedang menjadi subyek penelitian dengan teknik perlakuan yang sengaja menggunakan waktu latihan. (2).Mempertahankan
suasana
latihan
seperti
suasana
biasanya, tanpa mengubah jadwal latihan. Dengan pengontrolan kesahihan internal dan eksternal benarbenar merupakan akibat perlakuan penelitian, sehingga berlaku umum terhadap populasi sampel. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lapangan sepakbola SSB PSTS Tabing, waktu pelaksanaan dimulai pada tanggal 6 Mei 2011 s/d 26 Juni 2011 (Lampiran 1 halaman 134). Pelaksanaan perlakuan dalam penelitian ini berlangsung selama enam minggu dengan tiga kali pertemuan setiap minggunya. Dengan demikian pertemuan latihan berjumlah enam minggu yaitu sebanyak 18 kali pertemuan. Latihan dilaksanakan pada hari rabu, jum’at dan minggu pada pukul 14.00 wib Satu minggu sebelum perlakuan digunakan untuk pengambilan data tingkat inteligensi sebagai variabel moderator penelitian pada tanggal 11 mei 2011. Hasil dari tes keluar pada tanggal 19 Mei 2011, sehingga perlakuan yang diberikan pertama kali pada tanggal 20 Mei 2011. Data ini dipakai untuk mengelompokan sampel menjadi kelompok inteligensi tinggi dan inteligensi rendah.
77 D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut
Sugiyono
(2008:61)
“populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet SSB PSTS Tabing yang telah terdaftar berdasarkan kelompok umurnya masing-masing, secara keseluruhan yang berjumlah 340 orang . Tabel 5. Distribusi Populasi
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Umur 7 – 8 tahun (U 8) 9 – 10 tahun (U 10) 11 – 12 tahun (U 12) 13 – 14 tahun (U 14) 15 – 16 tahun (U 16) 17 -18 tahun (U 18) 18 tahun keatas (U 21) Jumlah
Sudah Lama 10 58 30 40 45 40 223
Baru Masuk 10 5 62 20 10 5 5 117
Jumlah 10 15 120 50 50 50 45 340
2. Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan teknik sampling purposive (Sugiyono, 2008: 68). Berdasarkan beberapa pertimbangan dalam pengambilan sampel, maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah atlet yang baru masuk yang berada pada kelompok usia 11 - 12 tahun. Dengan pertimbangan bahwa, dalam silabus pengajaran, atlet baru
78 diajarkan tentang bentuk-bentuk latihan teknik dasar sepakbola (Putera, 2010:22). Jumlah siswa yang baru masuk pada kelompok tersebut sebanyak 62 orang. E. Definisi Operasional Adapun
penjelasan
dan
pembatasan
istilah
yang
perlu
dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Keterampilan teknik dasar merupakan komponen atau unsur gerakan yang mendasari agar kegiatan olahraga dapat dilakukan yang disesuaikan kondisi manusia, pemecahan tugas gerakan terhadap hasil yang akan dicapai dalam suatu pertandingan. Termasuk dalam teknik dasar sepakbola yaitu: (a).Shooting
adalah
teknik
dasar
dengan
cara
melakukan
tendangan kegawang. (b). Passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain yang lainya. (c). Dribbling adalah penguasan bola dengan kaki saat begerak di lapangan permainan. (d).Control adalah penguasaan bola pada bagian tubuh tertentu saat mendapatkan bola dari lawan. 2. Metode Rangkaian Latihan Rangkaian rangkaian
latihan
latihan
dalam
dimana
sepakbola
merupakan
langkah-langkah
suatu
pelaksanaanya/
persiapanya di arahkan pada elemen-elemen dari bagian teknik
79 baik secara terpisah-pisah maupun secara kombinasi dari elemen tersebut. Dalam rangkaian latihan adanya pengalaman yang diberikan akan membiasakan atlet dalam menghadapi situasi dalam suatu bermain sesungguhnya. 3. Metode Rangkaian Bermain Rangkaian bermain dalam sepakbola merupakan suatu rangkaian latihan yang digunakan dalam usaha pencapaian tujuan melalui
kegiatan-kegiatan
yang
kompleks
yang
dapat
mencerminkan terjadinya suatu permainan atau pertarungan di antara dua regu penyerang dan bertahan sehingga adanya kompetisi. 4. Tingkat inteligensi Tingkat inteligensi adalah tingkat kecerdasan seseorang baik dalam bertindak, memperbaiki tindakan yang telah dilakukan dan mampu melakukan kritik terhadap sesuatu yang sesuai dengan usia mental dan usia kronologi dimana dapat diketahui tingkat kemampuanya melalui rangkaian soal-soal yang telah terkonsep sebelumnya. (a).Tingkat inteligensi tinggi adalah hasil dari tes yang berada pada klasifikasi cerdas, di atas rata-rata. (b).Tingkat Inteligensi rendah adalah hasil dari tes yang berada pada klasifikasi rata-rata.
80 F. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan setelah seminar proposal selesai dan disetujui oleh dosen pembimbing. Pengambilan data dilakukan pada sampel yang berjumlah 62 orang melalui tes pengukuran tingkat inteligensi. Tes dilakukam dengan menggunakan tes IQ SPM (Standard Progressive Matrices) yang disediakan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang (FIP UNP). Dari pengolahan data tersebut akan di urutkan hasil inteligensi dari skor yang paling tinggi hingga yang paling rendah, kemudian disesuaikan dengan grade (tingkatan) yang baku. Hasil dari tes inteligensi pada kelompok usia 1112 tahun ini, awalnya berjumlah 62 menjadi 52 dikarenakan data siswa tidak dapat diolah berdasarkan norma test. Kemudian dari jumlah sampel 52 orang menjadi 40 orang dikarenakan siswa yang telah mengikuti tes inteligensi tidak pernah datang lagi dalam latihan. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. Selanjutnya berdasarkan hasil tersebut jumlah atlet yang memiliki kategori itu dibagi dua sama banyak, tingkat inteligensi tinggi dan tingkat inteligensi rendah. Selanjutnya pada masing-masing kelompok dibagi dua lagi, menjadi kelompok tingkat inteligensi tinggi rangkaian latihan dan kelompok tingkat inteligensi tinggi rangkaian bermain. Selanjutnya pada tingkat inteligensi rendah dibagi menjadi dua
81 kelompok juga, kelompok tingkat inteligensi rendah rangkaian latihan dan kelompok tingkat inteligensi rendah rangkaian bermain Dari data yang diperoleh maka dapat dilakukan pemecahan kelompok sehingga menjadi 4 sel dengan cara menggunakan teknik matching yaitu dengan cara mengurut data dari yang terbesar hingga yang terkecil baik pada kategori tingkat inteligensi tinggi maupun kategori tingkat inteligensi rendah, kemudian disusun dengan cara mengurut data, ke 1 di sebelah kiri, data ke 2 di sebelah kanan, data ke 3 dibawah data ke 2 yaitu disebelah kanan, data ke 4 di sebelah kiri di bawah data ke 1, data ke 5 di sebelah kanan di bawah data ke 4 dan begitu seterusnya. Kemudian dari hasil matching tersebut di dapatlah data pada sel rangkaian latihan dengan kategori tingkat inteligensi tinggi berjumlah 10 orang (A1B1) dan pada sel rangkaian bermain dengan kategori tingkat inteligensi tinggi berjumlah 10 orang (A2B1), data pada sel rangkaian
bermain
dengan
kategori
tingkat
inteligensi
rendah
berjumlah 10 orang (A1B2) dan pada sel metode latihan rangkaian dengan kategori tingkat inteligensi tidak tinggi berjumlah 10 orang (A2B2).
82 Tabel 6. Rancangan Faktorial 2x2 dengan Pembagian setiap Sel (Sumber : Sudjana, 1991:155) Metode latihan Tingkat inteligensi
Rangkaian Latihan (A1)
Rangkaian Bermain (A2)
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Tinggi (B1) Rendah (B2)
Sampel diberikan perlakuan sesuai dengan satuan latihan yang telah dibuat. Setelah perlakuan diberikan maka perlu dilakukan tes keterampilan teknik dasar sepakbola dari keempat kelompok tersebut yaitu, dua kelompok untuk rangkaian bermain kategori tingkat inteligensi tinggi (A1B1) dan rendah (A1B2), kemudian dua kelompok untuk rangkaian latihan kategori tingkat inteligensi tinggi (A2B1) dan rendah (A2B2). G. Perlakuan Penelitian 1. Perlakuan sampel (treatment) Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini, maka dalam hal ini sampel akan mendapatkan perlakuan berupa pendekatan proses latihan dengan menggunakan dua metode latihan yaitu rangkaian bermain dan rangkaian latihan. Agar proses pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan,
maka
perlu
disusun
atau
dirancang
perlakuan terhadap sampel. Rancangan tersebut meliputi:
beberapa
83 a. Lamanya Latihan Secara Keseluruhan Untuk lamanya perlakuan yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan pendapat Dede Kusuma dalam Ikhsan (2009:52) menyatakan bahwa “Latihan baru akan memberikan efek setelah enam minggu dan akan terlihat perubahan kemampuannya sebanyak 30% apabila dilakukan sebanyak 3 kali seminggu dengan lama latihan sekurangkurangnya 6 minggu”. Berdasarkan pendapat di atas, maka lamanya latihan secara keseluruhan dalam penelitian ini sebanyak 16 kali pertemuan. Dengan Frekuensi latihan 3 - 5 kali seminggu. b. Banyaknya Latihan Dalam Seminggu Banyaknya latihan disesuaikan dengan jadwal latihan yang ada pada SSB PSTS Tabing
sebanyak tiga kali seminggu.
Yang dilaksanakan pada hari rabu, jum’at dan minggu. c. Lama Waktu Latihan Lamanya waktu pertemuan atau tatap muka dalam pertemuan dalam setiap pertemuan adalah 45 menit untuk latihan inti (Putera, 2010). d. Satuan Latihan Untuk
menyamakan
perlakuan
pada
masing-masing
sampel, maka disusun satuan latihan yang akan dilakukan oleh sampel. Sesuai dengan maksud serta tujuan penelitian ini, yaitu untuk melihat pengaruh tingkat inteligensi terhadap metode
84 latihan (rangkaian latihan dengan bermain) pada keterampilan teknik dasar sepakbola. 2. Tes akhir (postest), Tes akhir dalam penelitian ini dilakukan setelah sampel mendapatkan perlakuan selama 16 kali pertemuan. Tujuan dilakukan tes akhir ini adalah untuk melihat pengaruh tingkat inteligensi terhadap metode latihan (rangkaian latihan dengan bermain) pada keterampilan teknik dasar sepakbola SSB PSTS Tabing (sampel) setelah mengikuti latihan. H. Pengembangan Instrumen 1. Tingkat Inteligensi Satu tes mengenai tingkat kecerdasan yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes Standard Progressive Matrices (SPM). Tes ini dirancang untuk mengetahui kemampuan seseorang dengan cara memahami gambar-gambar yang dipresentasikan, melihat hubungan di antara gambar-gambar itu, dan membayangkan sifat gambar untuk melengkapai hubungan yang diberikan. SPM terdiri dari lima bagian soal A, B, C, D, dan E setiap soal terdiri dari 12 soal. Pengikut tes diminta untuk memilih bagian-bagian yang hilang dari gambar berdasarkan pilihan yang telah disediakan di bawah soal.
85 Tabel 7 Kategori Tingkat Inteligensi Dengan SPM Kategori
Klasifikasi
Grade I A
Cerdas
Grade II B
Cerdas
Grade II A
Di atas Rata-rata
Grade III A
Rata-rata
Grade III B
Rata-rata
2. Teknik Dasar Sepakbola Salah satu alat ukur yang dapat mengukur keterampilan teknik dasar sepakbola seseorang adalah dengan menggunakan soccer battery test oleh Verducci. Validitas dalam battery test yang dikutip dari Verducci (1980:335) “correlation coefficients: wall volley accuracy test 0.88; soccer dribble test, 0.92; aerial pass for accuracy 0.94; ball control test 0.96; and test battery 0.98 (multiple correlation coefficient). Criterion: panel of expert”. Selanjutnya realibelnya “test-retest. Correlation coefficients: wall volley accuracy test 0.97; soccer dribble test, 0.99; aerial pass for accuracy 0.99; and ball control test 0.99”. Berdasarkan validitas dan realibel tersebut maka dapat dikatakan bahwa tes sudah layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Teknik Pengukuran : a. Wall volley accuracy ( Verducci, 1980: 334) 1)
Perlengkapan (a). 3 buah bola kaki
86 (b). Dinding target yang telah dibuat skema penilaian dengan poin yang telah ditentukan (c).Alat tulis 2)
Pelaksanaan (a).Atur jarak dinding target dengan garis tempat atlet akan melakukan tendangan sejauh 20 feet (6.1 Meter). Atlet harus berada di belakang garis. (b).Pada dinding target telah dibuat poin persegi, seperti pada gambar yang memilki poin 4 [6 feet (183 cm), 2 feet (61 cm)], poin 3 [12 feet (366 cm), 4 feet (122 cm) ], poin 2 [18 feet (549 cm), 6 feet (183 cm) ], poin 1 [24 feet (732 cm), 8 feet (244 cm)]. (c). Bola disediakan 3 buah. 1 buah berada di belakang garis yang akan digunakan untuk menendang, dua yang lainya berada 9 feet (2.74 meter) di belakang garis. Kedua bola ini boleh di pakai apabila atlet gagal mengontrol bola. Apabila bola cadangan dipakai, atlet boleh meletakan bola yang akan ditendang dekat dengan kaki dimana pun, asal berada di belakang garis. (d).Atlet harus menendang ke arah dinding target, saat bola kembali atlet boleh langsung menendang kembali ke dinding target. Bola harus telah kembali pada garis baru boleh ditendang kembali. Lamanya pelaksanaan tendangan selama 30 detik
87 3) 3
Penilaia an (a). Poin P dicatatt apabila bola b masukk dalam target yang tela ah dibuat d di dinding. Apabila bola menge enai garis, ma aka poin terrbesar yang dicatat di d antara ke edua poin terssebut
ar 8 Pelaksa anaan Sho ooting (Sum mber: Verdu ucci, 1980: Gamba 334) b. Dribbling D T Test ( Verdu ucci, 1980: 334) 1) 1 Perleng gkapan (a).5 buah b kerucu ut (b).1 buah b bola (c). Ala at tulis (d).Sto opwatch 2) 2 Pelaksa anaan (a).5 kerucut k disu usun di tana ah yang ratta, jarak anttara garis, jara ak antar ke erucut 9 feet fe (2.74 m meter) sep perti pada gam mbar (b).Atle et harus membawa m bola b sesuai dengan arah a yang dibuat di antarra kerucut
88 (c). Atle et
berada a
di
be elakang
g garis,
dan
harus
me emperhatika an arah membawa bola. Saat perrintah “go” atle et harus membawa m pat mungkkin sesuai bola secep ara ah, kemudia an balik lag gi setelah kerucut terrakhir dan sam mpai pada g garis awal 3) 3 Penilaia an (a).Atle et diberi ke esempatan melakukan n dribbling sebanyak dua a
kali.
Penilaian
m merupakan
total
aktu wa
dari
pelaksanaan d dribbling tersebut
Gamba ar 9 Pelaksa anaan Drib bbling (Sum mber: Verdu ucci, 1980: 334) c. Aerial A Pass s for accurracy (Verdu ucci, 1980:: 334) 1) 1
Perleng gkapan (a).10 buah bola a target di ta anah yang datar (b).Area (c). Alat tulis
2) 2
Pelaksa anaan (a).Atur jarak area a target de engan garis tempat atlet a akan mela akukan tend dangan sejauh 20 yarrd (18.3 Me eter). Atlet haru us berada di belakang garis.
89 (b).Pada a area tarrget telah dibuat poin lingkaran, seperti pada a gambar yang y memilki poin 4 (rradius 4 fee et (121.92 cm), 3 (radiuss 8 feet (2 243,84 cm)), 2 (radiuss 12 feet 5.76 cm), 1 (radius 16 feet (487.68 cm). (365 (c). Bola a disediakan 10 buah h, bola dite endang satu u-persatu. Atlett harus b berada di belakang garis. Atlet harus menendang bo ola ke uda ara hingga mendaratt ke area et. targe 3) 3
Penilaia an (a).Setia ap tendang gan dinilai apabila lan ngsung me endarat ke area a target. Bo ola tidak akan a dinilai apabila keluar dari area a target (b).Apab bila bola m mengenai garis, g maka a nilai yang g di ambil adala ah nilai yan ng tertinggi (c). Dilakkukan dua a kali pela aksanaan. Score seluruh nya adala ah total jum mlah poin ya ang dilakukkan
ar 10 Pelakssanaan Passing (Sum mber: Verdu ucci, 1980: Gamba 334)
90 d. Ball Control Test (Verducci, 1980: 335) 1) Perlengkapan (a).5 buah bola (b).Alat tulis (c). stopwatch 2) Pelaksanaan (a).Atlet harus melemparkan bola ke udara, kemudian berusaha mengontrol bola. (b).Atlet boleh menggunakan seluruh tubuh (kaki, dada, kepala, paha kecuali tangan) agar bola tetap terkontrol 3) Penilaian (a).Atlet harus mengontrol bola selama mungkin, jangan sampai bola menyentuh tanah (b).Penilaian adalah lamanya waktu mengontrol bola yang dihitung saat bola di lempar ke udara dan mengenai bagian tubuh kecuali tangan sampai bola jatuh ke tanah (c). Tiga kesempatan yang diberikan kepada atlet. e. Menentukan besarnya Keterampilan teknik dasar bermain sepakbola Besarnya keterampilan teknik dasar bermain sepakbola dihitung secara kumulatif dari empat item pelaksanaan test dimana sebelumnya setiap item harus di T-Score kan.
91 I. Teknik Pengumpulan Data 1. Tingkat Inteligensi Teknik pengambilan data untuk mendapatkan data tingkat inteligensi, dengan cara memberikan tes SPM kepada sampel yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Jurusan Bimbingan Konseling (BK) Universitas Negeri Padang (UNP). 2. Teknik dasar sepakbola Tes akhir dari keempat kelompok tersebut yaitu, dua kelompok untuk rangkaian latihan kategori tingkat inteligensi tinggi (A1B1) dan rendah (A1B2), kemudian dua kelompok untuk metode latihan rangkaian bermain kategori tingkat inteligensi tinggi (A2B1) dan rendah (A2B2). J. Teknik Analisis Data Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis varians (anava) dua jalur dan dilanjutkan uji tukey apabila ditemukan interaksi antara variabel tingkat inteligensi dengan varibel metode latihan. Sebelum data diolah menggunakan teknik analisis varian, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan anava, yaitu uji normalitas menggunakan uji lilliefors dan uji homogenitas varians menggunakan uji Bartlet dengan taraf signifikansi α = 0,01. 1. H0 : µA1 = µA2 Ha : µA1 < µA2
92 2. H0 : A x B = 0 Ha : A x B ≠ 0 3. H0 : µA1B1 = µA1B2 Ha : µA1B1 < µA1B2 4. H0 : µA1B2 = µA2B2 Ha : µA1B2 > µA2B2 Keterangan: µA1
= Rata-rata kelompok metode latihan rangkaian latihan secara keseluruhan
µA2
= Rata-rata kelompok metode latihan rangkaian bermain secara
keseluruhan
µA1B1 = Rata-rata kelompok inteligensi tinggi dengan metode latihan rangkaian latihan µA2B1 = Rata-rata kelompok inteligensi tinggi dengan metode latihan rangkaian bermain µA1B2 = Rata-rata kelompok inteligensi rendah dengan metode latihan rangkaian latihan µA2B2 = Rata-rata kelompok inteligensi rendah dengan metode latihan rangkaian bermain A
= Metode latihan rangkaian latihan
B
= Metode latihan rangkaian bermain
93
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Pada rancangan awal jumlah anggota sampel pada penelitian ini sebanyak 62 orang. Dikarenakan saat melakukan tes inteligensi 10 orang data tidak dapat dilaporkan hasilnya, sebab data tidak bisa diolah berdasarkan norma tes. Jumlah anggota sampel sebanyak 52 orang. Saat diberikanya perlakuan metode latihan 8 orang atlet tidak hadir latihan, sedangkan 4 orang lagi sering tidak latihan. Agar tidak mengganggu jalanya penelitian, ditetapkan sampel sebanyak 40 orang (Lampiran 5-6 halaman 168-169). Pada bagian ini akan disajikan secara deskripsi data tingkat inteligensi dan data metode latihan atlet SSB PSTS Tabing yang merupakan hasil pengukuran terhadap seluruh subjek penelitian. Berdasarkan rancangan penelitian eksperimen yang dilakukan, ada 9 (sembilan) kelompok Sampel yang skor metode latihan perlu dideskripsikan secara terpisah. Berikut disajikan deskripsi data tingkat inteligensi dan data metode latihan sampel dari delapan kelompok tersebut. 1. Tingkat Inteligensi Dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap sampel atlet SSB PSTS Tabing diperoleh skor tertinggi 124, skor terendah 90, dan jarak pengukuran (range) 34. Berdasarkan kelompok data tingkat inteligensi diperoleh nilai rendah hitung (mean) 101,55 nilai
93
94 teng gah (media an) 102, nilai serin ng muncul (mode) 90, dan simp pangan bakku (standar deviasi) se ebesar 9,9. Untuk lebih h jelasnya distrribusi data tingkat inteligensi inii dapat diliihat pada tabel t 8 di bawah ini. el 8 Distrib busi Freku uensi Data Tingkat in nteligensi Tabe PSTS S Tabing Fre ekuensi N NO K Kelas Intervval Absolut 1 90 – 95 13 2 96 – 101 7 3 102 – 107 7 7 4 108 – 113 3 9 5 114 – 119 9 2 6 120 – 125 5 2 Jumlah 40
Atlet A SSB
Relatif R 32.5 17.5 17.5 22.5 5 5 100
an perhitungan yang g tertera p pada tabel 8 dapat Berdasarka diliha at bahwa terdapat t se ebanyak 13 3 orang (3 32.5%) berrada pada kelompok 90 - 95, 7 ora ang (17.5%) berada p pada kelom mpok 96 – da kelompo ok 102 – 107, 9 orang g (22.5%) 101,, 7 orang (17.5%) pad pada a kelompokk 108 – 113 3, 2 orang (5%) pada kelompok 114 - 119 dan sebanyak 2 orang lainnya (5%) berada di kelompok 120 1 - 125. uk lebih je elasnya, disstribusi frekuensi sko or tingkat inteligensi Untu juga a dapat dilih hat pada hisstogram di bawah b ini:
Frekuensi
15 10 5 0 90 – 95
96 ‐ 101 102 2 ‐ 107 108 ‐ 113 1 114 ‐ 119 120 ‐ 125 Kelass Interval
at Inteligenssi Graffik 1 Histogram Tingka
95 2. Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola yang Diberi Metode Rangkaian latihan (Kelompok A1) Data hasil pengukuran Sampel dalam kelompok ini yang terdiri dari 2 Sampel (n = 20) skor tertinggi 71, skor terendah 30, dan jarak pengukuran (range) 41. Rerata skor 53 dan simpangan baku 14.50. Distribusi frekuensi metode latihan Sampel kelompok ini dapat digambarkan dalam tabel 9 distribusi frekuensi berikut: Tabel 9
NO 1 2 3 4 5
Distribusi Frekuensi Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian latihan(Kelompok A1)
Kelas Interval 30 – 38 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 Jumlah
Frekuensi Absolut Relatif 5 25 4 20 1 5 3 15 7 35 20 100
Tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 5 orang (25%) berada pada kelompok 30 – 38, 4 orang (20%) berada pada kelompok 39 – 47, 1 orang (5%) pada kelompok 48 – 56, 3 orang (15%) pada kelompok 57 – 65, dan 7 orang (35%) pada kelompok 66 - 74. Untuk lebih jelasnya, penjabaran distribusi frekuensi metode latihan di atas dapat dilihat pada histogram berikut:
Frekuensi
96 8 7 6 5 4 3 2 1 0 30 ‐ 3 38
39 ‐ 47
48 ‐ 56
57 ‐ 65
66 6 ‐ 74
Kelas Interval
Gra afik 2 .His stogram Peningkatan n Keteramp pilan Tekn nik Dasar Sepa akbola Sa ampel yang Diberi Metode Rangkaian R latiha an(Kelompok A1) 3. Hasil Peningk katan Keterrampilan Teknik T Das sar Sepakb bola yang eri Metode Rangkaian Bermain n (Kelompo ok A2) Dibe Data hasiil pengukurran keteram mpilan tekn nik dasar sepakbola s Sam mpel dalam kelompok ini yang te erdiri dari 2 20 Sampell (n = 20) skorr tertinggi 67 6 skor terendah 34, dan jarak pengukura an (range) 32. Rerata R sko or 47 dan ssimpangan baku 9.84. Distribusi frekuensi meto ode latihan n Sampel kelompok ini dapat digambarkan dalam tabe el 10 distribu usi frekuensi berikut: Tabe el 10. Dis stribusi Frekuensi Pen ningkatan K Keterampila an Teknik Dasa ar Sepakb bola Kelo ompok yan ng Diberi Metode Rang gkaian Berm main (Kelompok A2)
NO N 1 2 3 4 5
Kelas Interva K al 34 – 40 41 – 47 48 – 54 55 – 61 62 – 68 Jumlah
Frrekuensi Absolut Relatif R 7 35 3 15 5 25 4 20 1 5 20 100
97 Tabel di atas, a menun njukkan bah hwa terdap pat sebanya ak 7 orang (35% %) berada pada p kelom mpok 34 - 40, 4 3 orang g (15%) berrada pada kelompok 41 – 47, 5 oran ng (25%) pa ada kelomp pok 48 – 54 4, 4 orang %) pada kellompok 55 – 61, dan 1 orang (5% %) pada kelompok 62 (20% – 68 8. Untuk leb bih jelasnya a, penjabaran distribu usi frekuenssi metode latiha an di atas dapat d diliha at pada histogram berikut: 8 7
Frekuensi
6 5 4 3 2 1 0 34 ‐‐ 40
41 ‐ 47 7
48 ‐ 54
55 ‐ 61
62 ‐ 68
Kelaas Interval
Grafik k
3. Hisstogram Pe eningkatan Keteramp pilan Tekn nik Dasar Sep pakbola Sampel yan ng Diberi Metode Rangkaian R Berrmain (Kelo ompok A2)
4. Hasil Pening gkatan Ke eterampilan n Teknik Dasar Sepakbola S ompok yan ng Memilik ki Tingkat Inteligensi Tinggi (K Kelompok Kelo B1 ) Data hasil pengukura an Sampel dalam kelo ompok ini ya ang terdiri dari 20 Sampel (n = 20) dengan d sko or tertinggi 7 71 skor tere endah 34, gukuran (ra ange) 36. Rerata R skorr 54 dan simpangan dan jarak peng
98 baku u 14.11. Diistribusi fre ekuensi me etode latiha an Sampel kelompok ini da apat digam mbarkan dalam tabel 11 distribusi frekuensi berikut: b Tabe el 11. Disttribusi Frekkuensi Pen ningkatan K Keterampila an Teknik Dasa ar Sepakb bola Kelom mpok yang g Memilikki Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelomp pok B1)
NO N 1 2 3 4 5
ekuensi Fre Absolut R Relatif 7 35 2 10 0 0 4 20 7 35 20 100
Kelas Intervval K 34 – 41 42 – 49 50 – 57 58 – 65 66 – 73 Jumlah
Tabel di atas, a menun njukkan bah hwa terdap pat sebanya ak 7 orang (35% %) berada pada p kelom mpok 34 - 41, 4 2 orang g (10%) berrada pada kelompok 42 – 49, 4 oran ng (20%) pada p kelom mpok 58 – 65, dan 7 oran ng (35%) be erada pada a kelompokk 66 – 73. U Untuk lebih h jelasnya, penjabaran distribusi frekuensi meto ode latihan di atas dapat dilihat
Frekuensi
pada a histogram m berikut: 8 7 6 5 4 3 2 1 0 34 ‐ 41 1
42 ‐ 49
50 ‐ 57
58 ‐ 65
66 ‐ 73
Kelas Interval
Graffik 4. Histtogram Pe eningkatan Keteramp pilan Tekn nik Dasar Sep pakbola Ke elompok ya ang Memilikki Tingkat inteligensi Tinggi (Kelom mpok B1)
99 5. Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok B2) Data hasil pengukuran Sampel dalam kelompok ini yang terdiri dari 20 Sampel (n = 20) dengan skor tertinggi 67 skor terendah 30, dan jarak pengukuran (range) 37. Rerata skor 46 dan simpangan baku 9.64. Distribusi frekuensi metode latihan Sampel kelompok ini dapat digambarkan dalam tabel 12 distribusi frekuensi berikut: Tabel 12. Distribusi Frekuensi Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Memiliki Tingkat Inteligensi Rendah (Kelompok B2) Frekuensi NO 1 2 3 4 5
Kelas Interval 30 - 37 38 - 45 46 - 53 54 - 61 62 - 69 Jumlah
Absolut 3 7 6 3 1 20
Relatif 15 35 30 15 5 100
Tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 3 orang (15%) berada pada kelompok 30 - 37, 7 orang (35%) berada pada kelompok 38 – 45, 6 orang (30%) pada kelompok 46 – 53, 3 orang (15%) pada kelompok 54 – 61, dan 1 orang (5%) berada pada kelompok 62 – 69. Untuk lebih jelasnya, penjabaran distribusi frekuensi metode latihan di atas dapat dilihat pada histogram berikut:
Frekuensi
100 8 7 6 5 4 3 2 1 0 30 ‐ 3 37
38 ‐ 45
46 ‐ 53
54 ‐ 61
6 69 62 ‐
Kelass Interval
eningkatan Keteramp pilan Tekn nik Dasar Graffik 5. Histtogram Pe Sep pakbola Ke elompok ya ang Memilikki Tingkat Inteligensi I Rendah (Kelompok B2). 6. Hasil Pening gkatan Ke eterampilan n Teknik Dasar Sepakbola S ompok ya ang diberii Metode Rangkaian n Latihan n dengan Kelo Kate egori Tingk kat intelige ensi Tinggi (Kelompo ok A1B1) Data hasiil pengukurran keteram mpilan tekn nik dasar sepakbola s mpel dalam kelompok ini terdiri dari 10 Sam mpel (n = 10 0) dengan Sam skorr tertinggi 71, 7 skor terrendah 60, dan jarak pengukura an (range) 10. Rerata R sko or 66 dan ssimpangan baku 4.08. Distribusi frekuensi meto ode latihan n Sampel kelompok ini dapat digambarkan dalam tabe el 13 distribu usi frekuensi berikut: Tabe el 13. Disttribusi Frekkuensi Pen ningkatan K Keterampila an Teknik Dasa ar Sepakb bola Kelo ompok yang diberi Metode Rang gkaian Latihan denga an Kategorri Tingkat inteligensi Tinggi (Kelompok A1B1)
NO N 1 2 3 4
Kelas Intervval K 60 – 62 63 – 65 66 – 68 69 – 71 Jumlah
Frrekuensi Absolut Relatif R 3 30 0 0 3 30 4 40 10 100
101 Tabel di atas, a menun njukkan bah hwa terdap pat sebanya ak 3 orang (30% %) berada pada kelo ompok 60 - 62, 3 orang (30 0%) pada kelompok 66 - 68, dan 4 orang (40% %) berada pada kelom mpok 69 an distribusi frekuens si metode 71. Untuk lebih jelasnya, penjabara
Frekuensi
an di atas dapat d diliha at pada histogram berikut: latiha 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 60 ‐ 62
63 ‐ 6 65
66 6 ‐ 68
69 9 ‐ 71
Kelaas Interval
eningkatan Keteramp pilan Tekn nik Dasar Graffik 6. Histtogram Pe Sepa akbola Kelompok ya ang diberi Metode Rangkaian R Latih han denga an Katego ori Tingkatt Inteligensi Tinggi (Kelo ompok A1B1) 7. Hasil Pening gkatan Ke eterampilan n Teknik Dasar Sepakbola S ompok ya ang Diberik kan Metod de Rangkaiian Latihan n dengan Kelo Kate egori Tingk kat intelige ensi Renda ah (Kelomp pok A1B2) Data hasiil pengukurran keteram mpilan tekn nik dasar sepakbola s Sam mpel dalam kelompok ini terdiri dari 10 Sam mpel (n = 10 0) dengan skorr tertinggi 48, 4 skor terrendah 30, dan jarak pengukura an (range) 19. Rerata R sko or 39 dan ssimpangan baku 5.23. Distribusi frekuensi meto ode latihan n Sampel kelompok ini dapat digambarkan dalam tabe el distribusi frekuensi b berikut:
102 Tabe el 14. Disttribusi Frekkuensi Pen ningkatan K Keterampila an Teknik Dasa ar Sepakb bola Sampel yang Diberikan n Metode Rang gkaian Latihan denga an Kategorri Tingkat inteligensi Rend dah (Kelom mpok A1B2) Fre ekuensi NO N 1 2 3 4
Kelas K Interva al 30 – 35 36 – 41 42 – 47 48 – 53 Jumlah
Absolut 2 5 2 1 10
Relatif R 20 50 20 10 100
a menun njukkan bah hwa terdap pat sebanya ak 2 orang Tabel di atas, (20% %) berada pada p kelom mpok 30 - 35, 3 5 orang g (50%) berrada pada kelompok 36 - 41, 2 oran ng (20%) pada p kelom mpok 42 - 47, 4 dan 1 ng (10%) pada kelo ompok 48 – 53. Un ntuk lebih jelasnya, oran penjabaran distribusi frekuensi meto ode latihan di atas dapat dilihat a histogram m berikut: pada 6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0 30 ‐ 35
36 ‐ 41
4 42 ‐ 47
4 53 48 ‐
Kelaas Interval
Grafik k 7. Histo ogram Pe eningkatan Keteramp pilan Tekn nik Dasar Sepa akbola Sam mpel yang Diberikan Metode Rangkaian R Latih han denga an Kategorri Tingkat Inteligensii Rendah (Kelo ompok A1B2)
103 8. Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Kelompok yang Diberikan Metode Rangkaian bermain dengan Kategori Tingkat Inteligensi Tinggi (Kelompok A2B1) Data hasil pengukuran keterampilan teknik dasar sepakbola Sampel dalam kelompok ini terdiri dari 10 Sampel (n = 10) dengan skor tertinggi 61, skor terendah 34, dan jarak pengukuran (range) 27. Rerata skor 41 dan simpangan baku 7.98. Distribusi frekuensi metode latihan Sampel kelompok ini dapat digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut: Tabel 15. Distribusi Frekuensi Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Sampel yang Diberikan Metode Rangkaian Bermain dengan Kategori Tingkat inteligensi Tinggi (Kelompok A2B1)
NO 1 2 3 4
Kelas Interval 34 – 41 42 – 49 50 – 57 58 – 65 Jumlah
Frekuensi Absolut Relatif 7 70 2 20 0 0 1 10 10 100
Tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 7 orang (70%) berada pada kelompok 34 - 41, 2 orang (20%) berada pada kelompok 42 - 49, dan 1 orang (10%) pada kelompok 58 – 65. Untuk lebih jelasnya, penjabaran distribusi frekuensi metode latihan di atas dapat dilihat pada histogram berikut:
104
Frekuensi
8 6 4 2 0 34 4 ‐ 41
42 ‐ 49
50 ‐ 57
58 ‐ 65
Kelas Interval
eningkatan Keteramp pilan Tekn nik Dasar Graffik 8. Histtogram Pe Sepa akbola Sam mpel yang Diberikan Metode Rangkaian R Berm main deng gan Katego ori Tingka at inteligen nsi Tinggi (Kelo ompok A2B1) 9. Hasil Pening gkatan Ke elompok yang Diberikan Metode ngkaian Bermain B d dengan Kategori K T Tingkat In nteligensi Ran Ren ndah (Kelom mpok A2B2) Data hasil pengukurran sampel dalam kelo ompok ini terdiri t dari S (n = 10) denga an skor tertiinggi 67, skkor terenda ah 37, dan 10 Sampel jarak k pengukurran (range) 29. Rerata a skor 53 d dan simpan ngan baku 7.91. Distribusi frekuensi m metode latihan Sampe el kelompokk ini dapat alam tabel distribusi frrekuensi be erikut: digambarkan da el Tabe
NO N 1 2 3 4
16
Distribusi F Frekuensi Keterampilan Tekniik Dasar epakbola Sampel S yan ng Diberikan n Metode Rangkaian R Se Be ermain den ngan Kateg gori Tingka at inteligenssi Rendah (K Kelompok A2B2)
Ke elas Interva al 37 – 44 45 – 52 53 – 60 61 – 68 Jumlah
Fre ekuensi Absolut R Relatif 1 10 3 30 5 50 1 10 10 100
105 Tabel di atas, a menun njukkan bah hwa terdap pat sebanya ak 1 orang (10% %) berada pada p kelom mpok 37 - 44, 4 3 orang g (30%) berrada pada kelompok 45 - 52, 5 oran ng (50%) pada p kelom mpok 53 - 60, 6 dan 1 ng (10%) pada kelo ompok 61 – 68. Un ntuk lebih jelasnya, oran penjabaran distribusi frekuensi meto ode latihan di atas dapat dilihat a histogram m berikut: pada 6 5
Frekuensi
4 3 2 1 0 3 44 37 ‐
45 ‐ 4 52
5 53 ‐ 60
61 ‐ 68
Kelas Interval
Graffik 9.
His stogram P Peningkatan n Keterampilan Tekn nik Dasar Sep pakbola Sa ampel yang g Diberikan n Metode Rangkaian R berrmain deng gan Katego ori Tingkatt inteligenssi Rendah (Ke elompok A2B2)
B Pengujian Persya B. aratan Ana alisis Varians Pen ngujian menggu unakan
hiipotesis
p pada
analisis
va arians
pene elitian (AN NAVA)
ini
dilakukan
du ua
jalur.
dengan Sebagai
persyaratan untukk itu diperlu ukan uji no ormalitas d dan uji hom mogenitas varians..
106 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors dengan taraf nyata (α) = 0,05. Kriteria pengujiannya adalah bahwa tolak hipotesis nol jika Lobservasi (Lo) yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel (Lt) dan sebaliknya terima hipotesis nol apabila Lo yang diperoleh lebih kecil dan Lt secara sederhana dapat digunakan rumus sebagai berikut: HO = ditolak jika Lo (Lobservasi) > Lt (Ltabel), sebaliknya Ha = diterima jika Lo (Lobservasi) < Lt (Ltabel) Pengujian dilakukan untuk setiap kelompok data pada setiap sel rancangan penelitian. Hasil perhitungan lengkap uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 175 -178 dan sebagai rangkumannya terlihat pada tabel berikut: Tabel 17. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Metode latihan dari Rancangan Penelitian Kelompok n Lo Lt Kesimpulan A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
10 10 10 10
0.1997 0.2319 0.2199 0.1239
0.258 0.258 0.258 0.258
Normal Normal Normal Normal
Keterangan : n : Jumlah sampel Lo : Nilai Lobservasi Lt : Nilai Ltabel A1 : Kelompok yang dilatih dengan metode latihan A2 : Kelompok yang dilatih dengan bentuk bermain Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas kelompok rancangan penelitian di atas ditemukan bahwa harga Lobservasi (Lo)
107 yang diperoleh lebih kecil dari harga Ltabel pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data pada penelitian ini diambil dari populasi yang berdistribusi normal sehingga dapat digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian. 2. Uji Homogenitas Varians Persyaratan analisis lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini adalah pengujian homogenitas varians. Pengujian homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian homogenitas data keempat sel dalam rancangan penelitian yaitu kelompok sel A1B1, A1B2, A2B1, A2B2 dengan rumus bartlet. Uji homogenitas varians dari keempat kelompok data perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika X2hitung lebih kecil dari X2tabel pada taraf signifikansi α = 0,01. Keempat kelompok perlakuan yang dimaksud adalah; (1) kelompok Sampel yang dilatih dengan metode latihan dengan tingkat inteligensi tinggi (A1B1), (2) kelompok Sampel yang dilatih dengan metode latihan dengan tingkat inteligensi rendah (A1B2), (3) kelompok Sampel yang dilatih dengan bentuk bermain dengan tingkat inteligensi tinggi (A2B1), (4) kelompok Sampel yang dilatih dengan bentuk bermain dengan tingkat inteligensi rendah (A2B2). Hasil perhitungan lengkap uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 179.
108 Rangkuman hasil uji Bartlett terhadap keempat kelompok di atas disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 18.Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Keempat Kelompok Rancangan Penelitian Kelompok
Varians Terpisah
A1B1
19.4
A1B2 A2B1 A2B2
27.15 61.28 64.68
X2t(0,95)(3
Varians Gabungan
Harga B
X2h
43.13
58.8528
4.549
)
11.341
Keterangan
Homogen
Dengan memperhatikan tabel di atas dapat dilihat bahwa Ho diterima (X2hitung < X2tabel). Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan varians antara keempat kelompok yang diuji atau dengan perkataan lain bahwa keempat kelompok data keterampilan teknik dasar sepakbola yang diuji adalah homogen. C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan teknik anava dua jalur. Kemudian dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Tukey.
Penggunaan
teknik
anava
dua
jalur
bertujuan
untuk
mengetahui konstribusi individual dari variabel bebas terhadap hasil eksperimen (main effect) dan untuk mengetahui pengaruh interaksi (interaction effect). Pengaruh utama dalam penelitian ini adalah; (1) perbedaan pengaruh rangkaian latihan dan rangkaian bermain terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola, (2) perbedaan pengaruh tingkat inteligensi tinggi dan tingkat inteligensi rendah terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Sedangkan pengaruh
109 interaksi adalah kombinasi antara metode latihan dan tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Hasil perhitungan analisis data disajikan pada tabel berikut: Tabel 19. Rangkuman Hasil Anava Dua Jalur terhadap Data Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Ft Sumber JK RJK JK dK RJK = Fh = Varians RJKD (α = 0,05) dK Antar 291.6 1 291.6 6.76* 4,11 metode latihan (A) Antar Tingkat 562.5 1 562.5 13.08* 4,11 inteligensi (B) Interaksi 3724.9 1 3724.9 86.63* 4,11 (A x B) Dalam Kelompok
1551.6
36
43.1
-
-
Total Direduksi
6130.6
39
-
-
-
Keterangan : JK : Jumlah kuadrat dk : Derajat kebebasan RJK : Rendah jumlah kuadrat RJKD : Rendah jumlah kuadrat dalam Fh : Fhitung Ft : Ftabel * : Signifikan Berdasarkan rangkuman hasil perhitungan anava dua jalur di atas dapat dikemukakan bahwa: 1. Hipotesis
alternatif
(Ha)
yang
menyatakan
bahwa
terdapat
perbedaan metode latihan antara kelompok yang dilatih dengan metode rangkaian latihan dan rangkaian bermain diterima, karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung = 6.76 > Ftabel = 4.11.
110 Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 12 pada halaman 182. 2. Hipotesis
alternatif
(Ha)
yang
menyatakan
bahwa
terdapat
perbedaan tingkat inteligensi antara kelompok yang memiliki tingkat inteligensi tinggi dan tingkat inteligensi rendah diterima, karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung = 13.08 > Ftabel = 4.11. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 12 pada halaman 182. 3. Hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dan tingkat inteligensi dalam pengaruhnya terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola diterima. Karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung = 86.63 > Ftabel = 4,11. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 12 pada halaman 182. Dengan dibuktikannya hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara metode latihan dan tingkat inteligensi terhadap metode latihan atlet SSB PSTS Tabing, maka analisis perlu dilanjutkan dengan Uji Tukey. Perhitungan lengkap Uji Tukey dapat dilihat pada lampiran pada halaman, sedangkan rangkuman hasil uji Tukey disajikan pada tabel 20 dibawah ini: Tabel 20. Hasil Anava Tahap Lanjut dengan Uji Tukey Kelompok yang Dibandingkan
DK
Qh
Qt (α = 0,05)
A1 dan A2
1.47
12.92
2,95
Signifikan
A1B1 dan A2B1
2.08
12.98
3,13
Signifikan
A1B2 dan A2B2
2.08
6.73
3,13
Signifikan
Keterangan
111 Keterangan : dk : Derajat kebebasan Qh : Qhitung Qt : Qtabel A1 : Kelompok yang dilatih dengan rangkaian latihan : Kelompok yang dilatih dengan rangkaian bermain A2 A1B1 : Kelompok rangkaian latihan pada kategori tingkat tinggi A1B2 : Kelompok rangkaian latihan pada kategori tingkat rendah A2B1 : Kelompok rangkaian bermain pada kategori tingkat tinggi A2B2 : Kelompok rangkaian bermain pada kategori tingkat rendah
inteligensi inteligensi inteligensi inteligensi
Berdasarkan hasil uji lanjut dengan menggunakan Uji Tukey di atas dapat dikemukakan bahwa: 1. Hipotesis penelitian pertama yang menyatakan bahwa metode latihan kelompok yang dilatih dengan rangkaian latihan (A1) hasilnya lebih rendah daripada yang dilatih dengan metode latihan rangkaian bermain (A2), ditolak. Rerata skor metode latihan Sampel kelompok A1 = 53 lebih tinggi secara signifikan dari rerata skor metode latihan kelompok A2 = 47 (Qh = 12.92 > Qt = 2,95). Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 184. 2. Hipotesis penelitian kedua yang menyatakan bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap metode latihan diterima. Hal ini berarti bahwa metode latihan Sampel ditentukan oleh interaksi antara metode latihan yang digunakan dan tingkat inteligensi Sampel yang mengikuti proses latihan tersebut.
112 3. Hipotesis penelitian ketiga yang menyatakan bahwa pada tingkat inteligensi tinggi, metode latihan kelompok yang dilatih dengan bentuk latihan (A1B1) hasilnya lebih rendah daripada metode rangkaian bermain (A2B1), ditolak. Rerata skor metode latihan Sampel kelompok A1B1 = 66 secara signifikan lebih tinggi daripada rendah skor metode latihan kelompok A2B1 = 41 (Qh = 12.98 > Qt = 3.13). Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 184. 4. Hipotesis penelitian keempat yang menyatakan bahwa pada tingkat inteligensi rendah, metode latihan yang dilatih dengan metode rangkaian latihan (A1B2) lebih tinggi dari pada yang dilatih dengan bentuk bermain (A2B2), ditolak. Rerata skor metode latihan Sampel kelompok A1B2 = 39 secara signifikan lebih rendah dengan skor metode rangkaian bermain Sampel kelompok A2B2 = 53 (Qh = 6.73 > Qt = 3,13). Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 184. D. Pembahasan Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan pendekatan ANAVA dua jalur dan dilanjutkan dengan Uji Tukey terhadap empat hipotesis penelitian yang diajukan, satu hipotesis diterima dan tiga hipotesis yang ditolak. Temuan-temuan penelitian sebagaimana dikemukakan pada bagian terdahulu dari bab ini merupakan hasil analisis data secara statistik yang perlu dikaji lebih lanjut untuk dapat menjelaskan mengapa ada hipotesis penelitian yang ditolak kebenarannya,
113 mengapa bisa terjadi interaksi yang signifikan antara metode latihan dari tingkat inteligensi, dan lain sebagainya. Berdasarkan data interaksi bahwa kelompok perlakuan memperoleh rendah skor metode latihan yang paling tinggi. 1. Perbedaan Metode latihan Antara yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dan yang Diberi Metode Rangkaian Bermain Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara keseluruhan, skor metode latihan kelompok yang diberi bentuk latihan lebih tinggi daripada yang diberi metode bermain. Dengan kata lain bahwa hipotesis penelitian yang diajukan ditolak. Dari hasil temuan ini dapat dikemukakan bahwa rangkaian latihan lebih efektif digunakan untuk metode latihan daripada rangkaian bermain. Sebagaimana
telah
dikemukakan
pada
kajian
teori
sebelumnya metode rangkaian latihan merupakan metode yang efektif
dalam
memeningkatkan
keterampilan
teknik
dasar
sepakbola. Karena metode rangkaian latihan berhubungan dengan latihan yang struktural terhadap keterampilan teknik dasar sepak bola. Seperti yang dikutip dalam Darwis (1999: 43) “Rangkaian latihan yang dilakukan tehadap elemen-elemen dari bermain seperti
untuk
dikombinasi”.
latihan Dengan
teknik
baik
rangkaian
secara latihan
terpisah atlet
maupun
memperoleh
pengalaman dalam melaksanakan beberapa elemen teknik yang berhubungan satu sama lain. Rangkaian latihan dalam sepakbola
114 merupakan suatu rangkaian latihan dimana langkah-langkah pelaksanaannya/ persiapannya di arahkan pada elemen-elemen dari bagian teknik baik secara terpisah-pisah maupun secara kombinasi dari elemen tersebut. Dalam rangkaian latihan adanya pengalaman
yang
diberikan
dari
rangkaian
latihan
akan
membiasakan atlet dalam menghadapi situasi dalam suatu bermain sesungguhnya. Memilih bentuk latihan merupakan hal yang penting dalam usaha peningkatan prestasi atlet pada setiap cabang olahraga. Hal ini dikarenakan efektifitas rangkaian latihan dapat mengoptimalkan prestasi
motorik
olahraga
yang
komplek
ditentukan
oleh
perbandingan komponen-komponen beban serta aturan-aturannya. Rangkaian latihan dilakukan terhadap elemen-elemen dari bermain seperti
untuk
latihan
teknik
baik
secara
terpisah
maupun
dikombinasi. Sasaran dalam rangkaian latihan adalah pengalaman yang di dasarkan pada situasi tertentu dan dilaksanakan dalam pengorganisasian yang dilakukan secara berulang-ulang. Rangkaian latihan merupakan rangkaian yang diberikan oleh pelatih kepada atletnya melalui sasaran berdasarkan target yang telah diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian atlet akan terbiasa, dan telah memiliki pengalaman berdasarkan situasi tersebut, sehingga bila dalam bermain dijumpai pengalaman seperti situasi dalam latihan, maka atlet pun akan mampu melakukan
115 eksekusi sebaik mungkin. Hal ini dikarenakan adanya simpanan melalui memori terhadap aksi yang telah diberikan. Khususnya pada usia 12 tahun ini, anak-anak belum bisa menggunakan secara keseluruhan teknik yang mereka miliki, kecenderungan mereka melakukan seperti apa yang diberikan pelatih. Dikutip dari Putera (2010, 22) : Kelompok usia pertama dalam intermediate training adalah kelompok usia 11-12 tahun yang sering disebut dengan junior D. Rentang usia ini bisa dikatakan merupakan usia emas untuk belajar (golden age of learning). Berbagai materi kepelatihan yang diberikan akan mudah sekali diingat oleh pemain. Tak salah pelatih mulai intens mengajarkan berbagai variasi teknik dasar sepakbola pada usia ini. Intermediate
training
yang
dimaksudkan
adalah
usia
menengah dimana materi latihan akan mudah sekali di ingat oleh pemain. Sehingga masa usia ini merupakan masa yang baik untuk berlatih, khususnya untuk teknik dasar sepakbola. Jadi saat mereka mengikuti latihan dalam bentuk rangkaian latihan, mereka lebih fokus terhadap sasaran, dibandingkan dengan rangkaian bermain. Karena seperti pada pelaksanaan latihan pun lebih mudah dimengerti pada umumnya oleh anak-anak. Seperti ada batasanbatasan khusus, pengorganisasian yang harus dikerjakan, target apa yang akan dicapai lebih spesifik. Sedangkan pada rangkaian bermain, anak-anak memang diberikan pengarahan tentang materi apa yang akan mereka lakukan, hanya saja hasil dari keterampilan
116 teknik dasar sepakbola tidak sebaik bila dilatih dengan rangkaian latihan. Keterbatasan mereka untuk memahami situasi yang seharusnya, dengan kondisi adanya pertahanan, penyerangan dan transisi tidak begitu dilakukan dengan baik, mereka cenderung bermain dan mencari kesenangan saja. Berdasarkan hal di atas, perbedaan kedua metode latihan ini akan memberikan hasil yang berbeda dan ternyata pada kelompok usia 11- 12 tahun pada atlet PSTS Tabing, pemberian metode latihan dengan bentuk rangkaian latihan dapat membawa pengaruh yang lebih baik dari pada rangkaian bermain
dalam
hal
keterampilan teknik dasar sepakbola. Pada usia 11- 12 tahun, atlet mulai belajar mengeksekusi teknik sepakbola secara sempurna. Ini akibat kemampuan koordinasi untuk melakukan gerakan telah meningkat. Sehingga pada usia ini adalah waktu yang paling ideal untuk belajar teknik dasar. Lebih lanjut dikatakan oleh Putera (2010:58), hal ini disebabkan oleh : 1) Pemain pada usia ini memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, sehingga inigin mencoba dan menguasai berbagai variasi teknik sepakbola, 2) Pemain telah memiliki kemampuan dasar motorik yang lelbih tertata, dengan koordinasi dan kelenturan prima, 3) Pemain selalu mencari panutan serta menuntut perhatian dari pelatih dan orang tua. Kebutuhan atlet saat melakukan latihan teknik bersifat skill individual. Atas dasar inilah mengapa hasil dari kelompok metode
117 rangkaian latihan lebih besar dari pada metode rangkaian bermain. Hal mendasari metode rangkaian latihan lebih besar dibandingakan dengan metode rangkaian bermain dikarenakan pada metode rangkaian latihan dilakukan secara berulang-ulang pada momen yang sama. Sedangkan pada metode rangkaian bermain lebih kompleks, pada momen yang berbeda-beda, sehingga perlakuan yang dilakukan sebanyak 16 (enambelas) kali dinilai kurang. 2. Interaksi Antara Metode Latihan dengan Tingkat Inteligensi Hasil yang berkaitan dengan pengujian hipotesis interaksi, membuktikan bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dengan
tingkat
inteligensi
dalam
pengaruhnya
terhadap
keterampilan teknik dasar sepakbola, atau dengan kata lain bahwa hipotesis penelitian yang diajukan teruji kebenaranya secara singifikan. Pada kelompok tingkat inteligensi tinggi yang dilatih dengan bentuk latihan memperoleh skor yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok Sampel dengan kategori tingkat inteligensi yang rendah dan dilatih dengan metode latihan. Dengan kata lain bahwa pada kategori ini rangkaian latihan dan rangkaian bermain terjadi perbedaan yang berarti. Dengan demikian berarti bahwa terjadi pengaruh interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Hal ini berarti
118 bahwa metode latihan dan tingkat inteligensi secara bersama memberikan
pengaruh
terhadap
keterampilan
teknik
dasar
sepakbola, atau dengan kata lain pengaruh metode latihan terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola tergantung dari tingkat inteligensi. Jadi tingkat inteligensi yang tinggi sangat penting sekali dimiliki oleh atlet SSB PSTS Tabing agar tercapainya program
latihan
yang
telah
dibuat
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola. Terjadinya interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi sebagaimana dijelaskan di atas dapat digambarkan melalui perbandingan rendah metode latihan antara keempat kelompok Sampel dengan tingkat inteligensi tinggi dan tingkat inteligensi rendah dengan perlakuan yang berbeda sebagai berikut: 70
66
60 53
50 40
41
39
Tinggi
30
Rendah
20 10 0 1
2
Grafik 10. Interaksi Metode Latihan dengan Tingkat Inteligensi
119 Memperhatikan grafik di atas dapat dilihat perbedaan yang cukup signifikan antara metode rangkaian latihan yang diberikan pada kelompok Sampel dengan tingkat inteligensi tinggi dan yang diberikan pada kelompok Sampel dengan tingkat inteligensi rendah. Demikian juga pada rangkaian bermain, terdapat perbedaan pengaruh metode yang diberikan pada kelompok Sampel dengan tingkat inteligensi tinggi dan kelompok Sampel dengan tingkat inteligensi rendah. Perbedaan yang mendasar pada tingkat inteligensi kategori tinggi dan kategori rendah memberikan hasil yang berbeda pula pada keterampilan teknik dasar sepakbola seperti yang dikutip Ahmadi (2009: 91) penyebab terjadinya perbedaan tingkat inteligensi tersebut adalah: Mengenai soal perbedaan tingkat inteligensi ada pandangan yang menekankan perbedaan kualitatif dan pandangan yang menekankan pada perbedaan kuantitatif. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaan tingkat inteligensi individu satu dengan yang lainya memang secara kualitatif berbeda jadi pada dasarnya memang berbeda. Sedangkan yang menitikberatkan pada pandangan yang kuantitatif berpendapat bahwa perbedaan tingkat inteligensi satu dengan yang lainya hanyalah bersifat kuantitatif, jadi sematamata karena perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan dalam proses belajarnya. Berdasarkan teori tersebut, perbedaan tingkat inteligensi memang berbeda dari segi kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan kualitatif menyatakan bahwa tingkat inteligensi kategori tinggi dan rendah memang berbeda, sedangkan pandangan kuantitatif
120 didasarkan pada adanya perbedaan proses pembelajaran. Menurut Hebb dalam Hardy (1985: 72) kecerdasan seseorang itu timbul karena adanya dua kenyataan: ”1) Manusia memiliki otak berikut sel-sel otaknya, yang struktur dan fungsinya tentunya merupakan cetak-biru (blueprint) genetik, 2) Meskipun kita memiliki potensi untuk membentuk hubungan-hubungan di dalam otak, kita mungkin tidak akan menggunakan potensi tersebut secara penuh”. Dengan demikian bila seseorang memiliki tingkat inteligensi tinggi namun tidak mampu menggali potensi yang dimiliki, maka hasil yang akan didapatkan tentunya tidaklah optimal. Pada anak usia 7-11 tahun, masih ada keterbatasanketerbatasan
kapasitas
anak
dalam
mengoordinasikan
pemikiranya, seperti yang dikutip dalam Syah (2004 :33) ”Anakanak dalam rentang 7-11 tahun baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret”. Jadi pada usia inin anak-anak belum mampu untuk berfikir secara kompleks, dengan demikian agar hasil lebih baik perlu diberikan materi secara srtrukturan dan sistematis agar anak usia 7-11 tahun dapat menyerap informasi secara efektif. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat inteligensi, menurut Mangkunegara (1993: 20) ada dua faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah faktor hereditas dan faktor lingkungan. Faktor hereditas menyatakan
121 bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu, sudah ditentukan sejak anak lahir. Faktor lingkungan berkaitan dengan
pengalaman-pengalaman
pengetahuan
yang
diperoleh
yang dari
dialami
dan
lingkungan
melalui
hidupnya.
Berdasarkan hal tersebut tingkat inteligensi merupakan salahsatu faktor yang dapat mempengaruhi dalam penyerapan informasi, khususnya dalam proses pembelajaran. Hasil dari pembelajaran untuk keterampilan teknik dasar sepakbola dipengaruhi oleh tingkat inteligensi. Agar proses yang dialakukan mencapai hasil maksimal maka perlu dilakukanya metode latihan yang tepat. Dengan demikian latihan adalah hal yang sangat penting untuk meningkatkan keterampilan seseorang untuk meningkatkan prestasi. Seperti yang diketahui sebelumnya latihan
akan
dipengaruhi
oleh
beberapa
komponen
untuk
pencapaian tujuan yang efektif dan maksimal. Hal ini akan berkaitan dengan efektifitas rangkaian-rangkaian latihan untuk mengoptimalkan prestasi olahraga yang kompleks yang terkait dengan keterampilan teknik dasar yang dimiliki oleh atlet. Dalam hal ini maka metode latihan akan memberikan dampak yang efektif saat dilakukanya pertandingan. Oleh sebab itu, setiap pelatih dan pembina olahraga dalam memberikan latihan harus menggunakan metode latihan yang didasarkan pada rangkaian-rangkaian latihan yang bervariasi.
122 Hasil menunjukan bahwa pada tingkat inteligensi tinggi metode rangkaian latihan lebih efektif dari pada rangkaian bermain terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola. Efektivitas metode rangkaian latihan pada tingkat inteligensi tinggi disebabkan beberapa hal antara lain: (1) efektif dan efisien dalam mengontrol, (2) Sebagai pendekatan sistematis hari demi hari, sehingga mudah dalam mengamati kemajuan. 3. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola Atlet SSB PSTS Tabing antara Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dengan Rangkaian Bermain pada Tingkat Inteligensi Tinggi Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa secara keseluruhan, skor metode latihan kelompok yang diberi bentuk latihan lebih tinggi daripada yang diberi metode bermain pada tingkat inteligensi tinggi. Dengan kata lain bahwa hipotesis penelitian yang diajukan ditolak. Dari hasil temuan ini dapat dikemukakan bahwa metode rangkaian latihan lebih efektif digunakan untuk metode latihan daripada metode rangkaian bermain pada tingkat inteligensi tinggi. Anita E Woolfolk dalam Sunar (2010: 20) mengemukakan bahwa menurut teori lama, kecerdasa meliputi tiga pengertian: “1). Kemampuan untuk belajar, 2). Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, 3). Kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya”. Kecerdasan tersebut hanya sebatas pada kemampuan individu yang berkaitan dengan aspek
123 kognitif atau yang disebut dengan kecerdasan intelektual. Tingkat inteligensi tinggi yang dimiliki oleh atlet, merupakan potensial yang bila diasah dapat mengoptimalkan hasil. Berdasarkan pendapat tersebut, seseorang yang memiliki inteligensi tinggi ditandai dengan memiliki
kemampuan
belajar
belajar
yang
baik.
Tingginya
konsentrasi akan mampu menyerap informasi yang didapat. Kemudian berdasarkan informasi yang diperoleh tersebut akan mampu dilanjutkan terhadap reaksi untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang dimiliki. Dengan demikian idealnya tingkat inteligensi yang tinggi akan mampu memberikan pengaruh terhadap aktifitas yang dilakukan. Pada metode rangkaian latihan, tingkat inteligensi yang tinggi dapat ditandai dengan kemampuan seorang atlet untuk berfikir kearah yang lebih baik berkaitan dengan bagaimana keterampilan yang mereka miliki. Saat mereka telah melakukan suatu satuan latihan, mereka akan melakukan koreksi terhadap teknik yang dilakukan, dan akan mencobakan kembali teknik dengan harapan teknik yang dilakukan selanjutnya akan lebih baik. Mereka akan berfikir bagaimana arah bola, seberapa kuatnya tendangan, dengan kaki bagian apa yang akan mereka gunakan, sehingga sasaran latihan dapat tercapai optimal. Seperti yang dikutip dalam Darwis (1999:43) “Rangkaian latihan yang dilakukan tehadap elemen-elemen dari bermain seperti untuk latihan teknik baik
124 secara terpisah maupun dikombinasi”. Dengan rangkaian latihan atlet memperoleh pengalaman dalam melaksanakan beberapa elemen teknik yang berhubungan satu sama lain. Berdasarkan hasil analisis data maka atlet yang memiliki tingkat inteligensi tinggi pada kelompok usia 12 tahun, yang dilatih pada metode rangkaian latihan mampu meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola yang lebih baik. 4. Perbedaan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola atlet SSB PSTS Tabing antar Kelompok yang Diberi Metode Rangkaian Latihan dengan Rangkaian Bermain pada Tingkat Inteligensi Rendah Hasil pengujian hipotesis empat menunjukkan bahwa secara keseluruhan, skor metode latihan kelompok yang diberi bentuk latihan lebih rendah daripada yang diberi metode bermain pada tingkat inteligensi tinggi. Dengan kata lain bahwa hipotesis penelitian yang diajukan ditolak. Dari hasil temuan ini dapat dikemukakan bahwa metode rangkaian bermain lebih efektif digunakan untuk metode latihan daripada metode rangkaian latihan pada tingkat inteligensi rendah. Kecerdasan intelektual (IQ) berkaitan dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Skor tes atau IQ merupakan pengukuran khusus dari angka konsep yang kurang spesifik inteligensi. Munzert (1994:32) mengatakan bahwa IQ adalah indikator potensial sejak lahir, namun tidak baku. Kemampuan
tes
terbaik
dapat
terkontaminasi
oleh
faktor
125 kemampuan tertentu tapi bisa dilakukan dengan keahlian dan informasi yang dikumpulkan lewat pelajaran dan pengalaman. Bila seseorang memiliki kategori inteligensi rendah, dapat ditandai dengan rendahnya kemampuan seseorang dalam menerima suatu respon yang akan berbeda dalam mempelajari sesuatu baik dalam rangkaian motorik ataupun kognitif. Tingkat
inteligensi
sangat
dibutuhkan
dalam
olahraga
sepakbola. Hal itu ditandai dengan kecepatan seseorang untuk mengambil keputusan, kecepatan gerakan yang dilakukan dan efektifitas tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang diketahui sebelumnya sepakbola adalah cabang olahraga bermain yang terdiri dari dua tim (bertahan dan menyerang). Dengan demikian maka pergerakan bola dalam tim sangat membutuhkan kerjasama dan strategi agar tujuan dapat dicapai, yaitu memasukan bola sebanyak mungkin ke gawang lawan dan mempertahankan gawang dari kebobolan. Pada metode rangkaian bermain, atlet bekerja sama dalam tim untuk mencapai sasaran yang dituju. Dengan demikian masingmasing anggota tim dapat memainkan bola ke arah mana saja untuk melakukan gerakan yang lebih baik. Berdasarkan data empiris pada kategori tingkat inteligensi rendah, hasil dari keterampilan teknik dasar sepakbola metode rangkaian bermain lebih efektif dibandingkan metode latihan. Anak-anak pada usia 12
126 tahun cenderung lebih menyukai permainan karena bebanya tidak begitu besar. Seperti yang dikutip dalam Munzert (1994:77) rendahnya kemampuan anak untuk menyerap informasi dapat menyulitkan seseorang untuk melakukan tugas yang diperintahkan hal ini di karenakan: Skor rendah tes inteligensi mungkin tanda bahwa anak butuh metode perintah berbeda. Anak yang tak mampu belajar di sekolah, misal, tidak bisa menangkap dengan cepat, butuh instruksi yang lain ini akan sangat menyerupai pola pengurangan skor tes antar awal sekolah hingga kelas enam mungkin tingkat usia 12 atau 13. Hal tersebut berkaitan pada kemampuan seseorang dalam menerima suatu respon yang akan berbeda dalam mempelajari sesuatu baik dalam rangkaian motorik ataupun kognitif. Dengan demikian
maka
metode
rangkaian
bermain
lebih
efektif
dibandingkan dengan metode rangkaian latihan. Hal ini disebabkan karena pada pembagian kelompok tingkat inteligensi rendah disesuaikan dengan hasil dari tes SPM yang diperingkat, sehingga tingkat inteligensi rendah yang dimaksud pada grade rendah (bodoh) tidak terdapat dalam penelitian ini. Tingkat inteligensi rendah pada penelitian ini berada pada grade rata-rata. E. Keterbatasan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini telah diusahakan dengan cermat berdasarkan metode dan prosedur yang sesuai dengan jenis penelitian ini, namun kesempurnaan hasilnya merupakan sesuatu hal yang tidak mudah untuk diwujudkan. Inilah hasil terbaik saat ini, walaupun dengan
127 keterbatasan dan kelemahan yang ditemui selama proses penelitian. Adapun sumber keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Sulit dilakukan pengontrolan secara ketat terhadap sampel penelitian untuk tidak melakukan latihan teknik di luar kegiatan penelitian. 2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel pada usia tertentu saja, oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan pada sampel usia yang lain. 3. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu tempat, yaitu atlet SSB PSTS Tabing dengan populasi terbatas.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Metode
rangkaian
latihan
lebih
efektif
digunakan
untuk
meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola dari pada metode rangkaian bermain. 2. Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat inteligensi terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola. 3. Pada tingkat inteligensi tinggi, metode rangkaian latihan lebih efektif daripada metode rangkaian bermain untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola. 4. Pada tingkat inteligensi rendah, metode rangkaian bermain lebih efektif daripada metode rangkaian latihan untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola. B. Implikasi Berdasarkan hasil perhitungan statistik terhadap data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode rangkaian bermain dan metode
rangkaian
latihan
sama-sama
dapat
meningkatkan
keterampilan teknik dasar sepakbola. Namun demikian, bila dilihat besarnya peningkatan dari masing-masing metode latihan yang diterapkan,
rangkaian latihan lebih besar peningkatannya bila 128
129 dibandingkan rangkain bermain. Hal ini tentu akan menjadi pedoman dan perhitungan bagi pelatih (instruktur), atlet SSB PSTS Tabing dan masyarakat. Bagi mereka yang ingin meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola dapat melakukan metode-metode latihan yang dikemukakan di atas untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola. Namun metode yang lebih efektif dalam keterampilan teknik dasar sepakbola adalah metode rangkaian latihan. Hal ini dikarenakan, rangkaian latihan berhubungan dengan target yang akan dicapai bila dikaitkan dengan keterampilan teknik dasar sepakbola. Sedangkan
metode
rangkaian
bermain
susah
dalam
setiap
pengontrolan dikarenakan Sampel cenderung bermain-main dan mencari kesenangan, tanpa memahami secara detail bagaimana mereka melakukan eksekusi teknik yang tepat dan sesuai dengan target. Setelah melakukan penelitian ini, setiap latihan yang dilakukan hendaknya ditunjang dengan tingkat inteligensi yang tinggi, karena latihan adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan disusun secara sistematis yang akan dilakukan secara kontiniu, untuk itu dibutuhkan tingkat inteligensi yang tinggi karena merupakan potensial seseorang untuk menetapkan tujuan, mengadakan penyesuaian, berpikir secara rasional dalam mengatasi berbagai persoalan. Dengan demikian maka bila ditunjang dengan inteligensi yang tinggi, metode latihan yang tepat
130 maka latihan dapat berjalan dengan maksimal demi mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan pada temuan tersebut, maka bagi pelatih (instruktur) serta masyarakat dituntut untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari masing-masing metode latihan (bermain dan latihan). Hal ini dikarenakan, dengan mengetahui kelemahan serta kelebihan dari masing-masing metode latihan, pelatih (instruktur) serta masyarakat dapat menganalisa kebutuhan dari masing-masing individu. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, metode rangkaian latihan lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola. Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, diharapkan kepada : 1. Pelatih (instruktur), dalam upaya peningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola secara efektif Sampel hendaknya menggunakan metode rangkaian latihan, karena metode ini dapat dengan mudah untuk mengontrol kemajuan. 2. Atlet PSTS Tabing yang ingin meningkatkan keterampilan teknik dasar sepakbola secara efektif hendaknya melakukan metode rangkaian latihan dan harus memiliki tingkat inteligensi yang tinggi, karena tingkat inteligensi yang tinggi dapat mempengaruhi jalannya latihan sehingga latihan dapat berjalan dengan maksimal. 3. Peneliti yang hendak meneliti permasalahan ini lebih lanjut, agar kiranya
dapat
mempertimbangkan
berbagai
keterbatasan-
keterbatasan dalam penelitian ini, seperti jumlah sampel, jenis kelamin sampel dan lain sebagainya. Tujuannya adalah demi kebermanfaatan hasil temuan yang diperoleh.
131
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineke Cipta Bompa, Tudor O. 1994. Power Training For Sport. Canada: Mocaic press. ………………… 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training. York University: Human Kinetics Darwis, Ratinus. 1999. Sepakbola. Padang: FIK UNP Desmita. 2007. Psikologi Rosdakarya
Perkembangan.
Bandung:
PT
Remaja
Dinata, Marta. 2005. Rahasia Latihan Sang Juara Menuju Prestasi Dunia “untuk Semua Cabang Olahraga”. Jakarta: Cerdas Jaya Djezed, Zulfar. 1995. Pengaruh Metode Pengajaran dan Kelioncahan Terhadap Hasil Belajar Sepakbola. Penelitian: IKIP Padang Joan Freeman & Utami Munandar. 2000. Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama FIFA. 2008. Laws of The Game. Jakarta: PSSI Firzani, Hendri. 2010. Segalanya Tentang Sepakbola. Jakarta: Erlangga Fudyartanta, Ki. 2004. Tes Bakat Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dan
Penskalaan
Kecerdasan.
Gifford, Clive. 2005. Keterampilan Sepakbola: Panduan Dasar Teknik, Latihan dan Taktik. Jakarta: Citra Aji Parama Gunarsa, Singgih D dkk. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoret Jenderal Pendidikan Tinggi Hardy, Malcolm & Steve Heyes. 1985. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga http://en.wikipedia.org/wiki/Raven’s_Progressive_Matrices
131
132 Ikhsan, Nurul. (2009). Pengaruh Latihan Pencak Silat Terhadap Perubahan Tingkah Laku Remaja di Lubuk Linggau. Tesis. Padang. Indrawan Ws. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media Luxbacher, Joseph A.. 2004. Sepakbola: Langkah-langkah menuju sukses. Penerjemah Agusta Wibawa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kartono, Kartini & Dali Gulo. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jawa Koger, Robert. 2005. Latihan Dasar Andal Sepakbola Remaja. USA: the united States copyright Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 1993. Perkembangan Intelegensi Anak dan Pengukuran IQ-Nya. Bandung : Angkasa Mielke, Danny.2003. Seri Dasar-dasar Olahraga : Dasar-dasar Sepakbola. Jakarta: Pakar Raya Munzert, Alfred W..1994. Tes IQ Panduan Praktis dan Latihan Mengukur IQ Minat dan Bakat. Terjemahan: Ricelheri. Soho: Kentindo Pate, Russell R, Bruce Mc Clenaghan,& Robert Rotella. 1993. Dasardasar ilmiah kepelatihan. Terjemahan Kasiyo Dwijowinoto,MS. Semarang: IKIP Semarang Press Putera, Ganesha. 2010. Panduan Sepakbola 6-14 Tahun: Kutak-katik Latihan Sepakbola Usia Muda. Villa Pamulang: PT Visi Gala 2000 Radnege, Keir. 2010. Rekor Sepakbola Dunia. Terjemahan Dwimanissa Wismurti. Jakarta: Erlangga. Rahantoknam, B. Edward. 1988. Belajar Motorik: Teori dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi RÖthig, Peter & Stefan Grossing. 2004. Pengetahuan Training Olaharaga. Terjemahan Syafruddin. Padang: UNP Saifuddin, Azwa,. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
133 Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sunar P, Dwi. 2010. Edisi Lengkap Tes IQ, EQ dan SQ. Jogjakarta: Flash Books Syafruddin. 1999. Dasar-dasar Kepelatihan Olahraga. Padang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Verducci, Frank M.. 1980. Measurement Concept in Physical Education. London: The CV Mosby Company Undang-undang RI No 3 tahun 2005. 2007. Sistem Keolahragaan Nasional. Bandung: Citra Umbara
134
LAMPIRAN 1 AGENDA PELAKSANAAN PENELITIAN No 1
Tanggal 6 Mei 2011
Hari Jum’at
Kegiatan Pre Test
2
11 Mei 2011
Rabu
3
19 Mei 2011
Kamis
4
20 Mei 2011
Jum’at
Tes Intelegensi Standard Progressive Matrices (SPM) Hasil tes intelegensi, pembagian kelompok Perlakuan 1
5
22 Mei 2011
Minggu
Perlakuan 2
6
25 Mei 2011
Rabu
Perlakuan 3
7
27 Mei 2011
Jum’at
Perlakuan 4
8
29 Mei 2011
Minggu
Perlakuan 5
9
1 Juni 2011
Rabu
Perlakuan 6
10
3 Juni 2011
Jum’at
Perlakuan 7
11
5 Juni 2011
Minggu
Perlakuan 8
12
8 Juni 2011
Rabu
Perlakuan 9
13
10 Juni 2011
Jum’at
Perlakuan 10
14
12 Juni 2011
Minggu
Perlakuan 11
15
15 Juni 2011
Rabu
Perlakuan 12
16
17 Juni 2011
Jum’at
Perlakuan 13
17
19 Juni 2011
Minggu
Perlakuan 14
18
22 Juni 2011
Rabu
Perlakuan 15
19
24 Juni 2011
Jum’at
Perlakuan 16
20
26 Juni 2011
Minggu
Post Test
Tempat Lapangan PSTS SMPN 13 Padang FIP UNP Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS Lapangan PSTS
135
135
LAMPIRAN 2 Topik
: Passing (1)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak Passing 10 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 5 kelompok Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 12 cones 5 bola, 4 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Pemain saling berhadapan dalam area yang telah di buat, masing-masing kelompok berada diantara cones • Passing bola ke teman yang berada di depan, 2 kali sentuh • Sentuhan pertama kontrol, sentuhan kedua passing • Kontrol dengan kaki kanan, passing dengan kaki kiri, setelah itu bergantian, kontrol dengan kaki kanan passing dengan kaki kiri • Bola harus mendatar
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman 2. Bobot passing yang diberikan 3. Tumpuan kaki 4. Kualitas kontrol 5. Perkenaan bola
136
Topik
: Passing (2)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak Passing 15 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 5 kelompok Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 12 cones 5 bola 4 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Pemain saling berhadapan dalam area yang telah di buat, masing-masing kelompok berada diantara cones • Passing bola ke teman yang berada di depan, 2 kali sentuh • Sentuhan pertama kontrol, sentuhan kedua passing • Kontrol dengan kaki kanan, passing dengan kaki kiri, setelah itu bergantian, kontrol dengan kaki kanan passing dengan kaki kiri • Bola harus mendatar
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman 2. Bobot passing yang diberikan 3. Tumpuan kaki 4. Kualitas kontrol 5. Perkenaan bola
137
Topik
: Passing (3)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak Passing 10 Meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 5 kelompok, Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 10 cones 5 bola, 4 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Didalam area diletakan sepasang cones yang berjarak 1 meter yang berjumlah 5 pasang diletakan menyebar di dalam area • Masing-masing kelompok passing diantara cones • Jarak antara pemain adalah 10 meter • Pemain melakukan passing 2 kali sentuh • Bola harus melewati antara cones, jalanya bola harus mendatar. • Bobot passing harus sesuai
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman 2. Bobot passing yang diberikan 3. Tumpuan kaki 4. Kualitas kontrol 5. Perkenaan bola
138
Topik
: Passing (4)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak Passing 15 Meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 5 kelompok, Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 10 cones 5 bola, 4 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Didalam area diletakan sepasang cones yang berjarak 1 meter yang berjumlah 5 pasang diletakan menyebar di dalam area • Masing-masing kelompok passing diantara cones • Jarak antara pemain adalah 15 meter • Pemain melakukan passing 2 kali sentuh • Bola harus melewati antara cones, jalanya bola harus mendatar. • Bobot passing harus sesuai
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman 2. Bobot passing yang diberikan 3. Tumpuan kaki 4. Kualitas kontrol 5. Perkenaan bola
139
Topik
: Dribbling (1)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak dribbling 10 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 5 kelompok Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 4 cones 10 bola 10 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Masing-masing pemain membawa bola sampai kepada cones, balik arah kemudian membawa bola kembali ketempat semula • Setelah sampai pada tempat semula, pemain yang selanjutnya membawa bola seperi pada pemain yang pertama
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman 2. Melakukan gerakan tipu saat akan berbalik arah 3. Tumpuan kaki 4. Kualitas sentuhan 5. Posisi tubuh melindungi bola
140
Topik
: Dribbling (2)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak dribbling 20 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 5 kelompok Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 4 cones 10 bola, 10 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Masing-masing pemain membawa bola sampai kepada cones, balik arah kemudian membawa bola kembali ketempat semula • Setelah sampai pada tempat semula, pemain yang selanjutnya membawa bola seperi pada pemain yang pertama
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman 2. Melakukan gerakan tipu saat akan berbalik arah 3. Tumpuan kaki 4. Kualitas sentuhan 5. Posisi tubuh melindungi bola
141
Topik
: Dribbling (3)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak antar cone 3 meter, 5 cone PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 2 kelompok, Setiap kelompok 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 4 cones 10 bola, 10 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Pada area lapangan telah di atur 5 cones dengan jarak masing-masing 3 meter • Pemain membawa bola ke kerucut. Setiap melewati kerucut bola di bawa mnyilang sampai ke kerucut yang terakhir. Setelah kerucut terakhir pemain membawa bola kembali ketempat semula • Saat pemain membawa bola pada kerucut ke tiga, maka pemain selanjutnya langsung membawa bola seperti pemain sebelumnya. • Pemain tidak boleh menyentuh kerucut ataupun menjatuhkankanya
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman 2. Melakukan gerakan tipu saat akan berbalik arah 3. Saat melewati kerucut, pemain harus membangun kecepatan 4. Tumpuan kaki 5. Kualitas sentuhan 6. Posisi tubuh melindungi bola
142
Topik
: Dribbling (4)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak antar cone 3 meter, 8 cone PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 2 kelompok, Setiap kelompok 5 oranG EQUIPMENT (PERALATAN) 4 cones 10 bola 10 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Pada area lapangan telah di atur 8 cones dengan jarak masing-masing 3 meter • Pemain membawa bola ke kerucut. Setiap melewati kerucut bola di bawa mnyilang sampai ke kerucut yang terakhir. Setelah kerucut terakhir pemain membawa bola kembali ketempat semula • Saat pemain membawa bola pada kerucut ke tiga, maka pemain selanjutnya langsung membawa bola seperti pemain sebelumnya. • Pemain tidak boleh menyentuh kerucut ataupun menjatuhkankanya
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah teman 2. Melakukan gerakan tipu saat akan berbalik arah 3. Saat melewati kerucut, pemain harus membangun kecepatan 4. Tumpuan kaki 5. Kualitas sentuhan 6. Posisi tubuh melindungi bola
143
Topik
: Juggling (1)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION
MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Posisi tubuh saat melakukan control 2. Mengunci sendi-sendi pada bagian tubuh yang digunakan untuk juggling 3. Feel bola dengan bagian tubuh 4. Gerakan tidak kaku
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 4 cones 10 bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap orang memiliki 1 bola • Pemain melempar bola ke atas, dan melakukan juggling 1 sentuh dan pegang bola kembali • Ulangi kembali dengan melempar bola ke atas dan control dengan bagian tubuh
144
Topik
: Juggling (2)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION
MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 5. Posisi tubuh saat melakukan control 6. Mengunci sendi-sendi pada bagian tubuh yang digunakan untuk juggling 7. Feel bola dengan bagian tubuh 8. Gerakan tidak kaku
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 4 cones 10 bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap orang memiliki 1 bola • Pemain melempar bola ke atas, dan melakukan juggling 2 sentuh dan pegang bola kembali • Ulangi kembali dengan melempar bola ke atas dan control dengan bagian tubuh
145
Topik
: Juggling (3)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION
MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Posisi tubuh saat melakukan control 2. Mengunci sendi-sendi pada bagian tubuh yang digunakan untuk juggling 3. Bobot bola yang di juggling harus pas 4. Feel bola dengan bagian tubuh 5. Gerakan yang tidak kaku PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak juggling 5 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 5 kelompok Setiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 8 cones 5 bola 4 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap kelompok memiliki 1 bola, dan berada berhdapan di antara cones dalam area • Pemain pertama yang akan melakukan juggling, maka pemain yang berhadapan melemparkan bola kepada pemain yang akan melakukan juggling, 3 kali sentuh kembalikan kepada teman • Kemudian teman yang mendapatkan bola akan mengontrol bola, 3 kali sentuh kemudian kembalikan kembali
146
Topik
: Juggling (4)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION
MAJOR COACHING POINT
PRACTICE (BENTUK LATIHAN) 1. Posisi tubuh saat melakukan control 2. Mengunci sendi-sendi pada bagian tubuh yang digunakan untuk juggling 3. Feel bola dengan bagian tubuh 4. Gerakan tidak kaku
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 4 cones 10 bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap orang memiliki 1 bola • Pemain melempar bola ke atas, dan melakukan juggling sampai pada waktu yang telah ditentukan • Ulangi kembali dengan melempar bola ke atas dan control dengan bagian tubuh
147
Topik
: Shooting (1)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak Shooting 16 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 2 kelompok Setiap kelompok 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 6 cones 10 bola 2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap kelompok berbaris berbanjar ditengah lapangan. Kelompok 1 menghadap gawang 1 dan kelompok 2 menghadap gawang 2 • Pemain menendang ke arah gawang dengan posisi bola diam. Pemain harus bergantian menendang satu persatu. • Setiap pemain memiliki satu bola, setelah menendang, pemain langsung ambil bola, dan kembali pada cones batas pemain boleh menendang • Usahakan bola dapat masuk kedalam gawang
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah gawang 2. Kaki tumpuan 3. Perkenaan bola 4. Posisi tubuh saat melakukan tendangan 5. Gerakan lanjutan saat menendang
148
Topik
: Shooting (2)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak bola diam 20 meter, jarak tendang 16 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 2 kelompok, Setiap kelompok 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 8 cones 10 bola 2 gawang OBJECTIVE
PRACTICE AND (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Setiap kelompok berbaris berbanjar ditengah lapangan. Kelompok 1 menghadap gawang 1 dan kelompok 2 menghadap gawang 2. Jarak cones yang berada di depan gawang adalah 13 meter • Pemain harus mendorong bola mendekati cones yang berada di depan gawang. Kemudian langsung mengejar dan melakukan tendangan ke gawang • Pemain menendang ke arah gawang dengan posisi bola bergerak. Pemain harus bergantian menendang satu persatu. • Setiap pemain memiliki satu bola, setelah menendang, pemain langsung ambil bola, dan kembali melakukan seperti yang tadi • Usahakan bola dapat masuk kedalam gawang
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah gawang 2. Kaki tumpuan 3. Perkenaan bola 4. Posisi tubuh saat melakukan tendangan 5. Gerakan lanjutan saat menendang
149
Topik
: Shooting (3)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) Jarak bola diam 20 meter, jarak tendang 16 meter PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 12 orang 4 kelompok Setiap kelompok 3 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 8 cones 10 bola 2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Ada 4 kelompok dalam area (A1, B1 dan A2, B2) masing-masing pada tempat yang telah ditentukan • Pemain A1 dan A2 melakukan long passing ke pemain B1 dan B2. • Selanjutnya pemain B1 dan B2 melakukan wall pass pada cones yang berada di depan gawang • Pemain A1 dan A2 langsung mengejar bola dan melakukan tendangan ke gawang • Pemain yang telah menendang bola (A1 dan A2) pindah ke posisi pemain yang melakukan wall pass (B1 dan B2) • Usahakan bola dapat masuk kedalam gawang
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah gawang 2. Kaki tumpuan 3. Perkenaan bola 4. Posisi tubuh saat melakukan tendangan 5. Gerakan lanjutan saat menendang
150
Topik
: Shooting (4)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK LATIHAN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 50 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 12 orang 4 kelompok Setiap kelompok 3 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 8 cones 10 bola 2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK LATIHAN) • Ada 4 kelompok dalam area (A1, B1 dan A2, B2) masing-masing pada tempat yang telah ditentukan • Pemain A1 dan A2 melakukan long passing ke pemain B1 dan B2. • Selanjutnya pemain B1 dan B2 melakukan control, dan mendorong bola ke depan, kemudian mengejarnya dan langsung melakukan tendangan ke gawang • Pemain yang telah menendang bola (B1 dan B2) pindah ke posisi pemain yang melakukan long passing (A1 dan A2) • Usahakan bola dapat masuk kedalam gawang
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan kearah gawang 2. Kaki tumpuan 3. Perkenaan bola 4. Posisi tubuh saat melakukan tendangan 5. Gerakan lanjutan saat menendang
151
LAMPIRAN 3 Topik
: Passing (1)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 Orang (5 VS 5) 2 Tim (A dan B), Setiap tim terdiri dari 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 8 Cones, 1 Bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. 5 orang tim A dan 5 orang tim B. Posisi pemain masingmasing 3 orang dibelakang dan 2 orang di depan. Saat permainan dimulai pemain yang berada di posisi depan atau belakang dapat berpindah tempat. • Ada wilayah poin, poin untuk wilayah A dan B • Pemain A berusaha menguasai bola dengan passing ke temanya, dan lawan berusaha untuk mengganggu • Setiap pemain dalam tim berusaha memainkan bola dengan passing selama mungkin dalam permainan • Pemain dibebaskan sentuhan • Poin tercipta apabila pemaian dapat mengontrol bola yang di passing pada wilayah poin, jadi ada pemain yang siap mengontrol di wilayah tersebut
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak
152
Topik
: Passing (2)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 Orang (5 VS 5) 2 Tim (A dan B), Setiap tim terdiri dari 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 8 Cones, 1 Bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. 5 orang tim A dan 5 orang tim B. Posisi pemain masingmasing 3 orang dibelakang dan 2 orang di depan. Saat permainan dimulai pemain yang berada di posisi depan atau belakang dapat berpindah tempat. • Ada wilayah poin, poin untuk wilayah A dan B • Pemain A berusaha menguasai bola dengan passing ke temanya, dan lawan berusaha untuk mengganggu • Setiap pemain dalam tim berusaha memainkan bola dengan passing selama mungkin dalam permainan • Pemain dibatasi sentuhan sebanyak 2 kali saja. Bila sentuhan lebih dari 2, maka bola diberikan kepada lawan • Poin tercipta apabila pemaian dapat mengontrol bola yang di passing pada wilayah poin, jadi ada pemain yang siap mengontrol di wilayah tersebut
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Kualitas sentuhan sangat menentukan, pemain harus waspada pada sentuhan
153
Topik
: Passing (3)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 Orang (4 VS 4 + 2 N), 2 orang netral 2 Tim (A dan B), Setiap tim terdiri dari 4 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 10 Cones, 1 Bola PRACTICE AND OBJECTIVE BENTUK BERMAIIN) •
• • •
• •
(PELAKSANAAN
Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. 4 orang tim A dan 4 orang tim B, dan 2 pemain Netral. Posisi pemain masing-masing 2 orang dibelakang dan 2 orang di depan. Saat permainan dimulai pemain yang berada di posisi depan atau belakang dapat berpindah tempat. Ada wilayah poin, poin untuk wilayah A dan B Pemain A berusaha menguasai bola dengan passing ke temanya, dan lawan berusaha untuk mengganggu Setiap pemain dalam tim berusaha memainkan bola dengan passing selama mungkin dalam permainan. Ada dua pemain netral yang akan membantu pemain yang menguasai bola Pemain di bebaskan sentuhan Poin tercipta apabila pemaian dapat mengontrol bola yang di passing pada wilayah poin, jadi ada pemain yang siap mengontrol di wilayah tersebut
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi
154
Topik
: Passing (4)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 Orang (4 VS 4 + 2 N), 2 orang netral 2 Tim (A dan B), Setiap tim terdiri dari 4 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 10 Cones 1 Bola OBJECTIVE
PRACTICE AND (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. 4 orang tim A dan 4 orang tim B, dan 2 pemain Netral. Posisi pemain masing-masing 2 orang dibelakang dan 2 orang di depan. Saat permainan dimulai pemain yang berada di posisi depan atau belakang dapat berpindah tempat. • Ada wilayah poin, poin untuk wilayah A dan B • Pemain A berusaha menguasai bola dengan passing ke temanya, dan lawan berusaha untuk mengganggu • Setiap pemain dalam tim berusaha memainkan bola dengan passing selama mungkin dalam permainan. Ada dua pemain netral yang akan membantu pemain yang menguasai bola • Pemain di batasi sentuhan sebanyak 2 kali, lebih dari 2 bola diberikan kepada lawan • Poin tercipta apabila pemaian dapat mengontrol bola yang di passing pada wilayah poin, jadi ada pemain yang siap mengontrol di wilayah tersebut
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan
155
Topik
: Dribbling (1)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan ke depan 2. Melakukan gerakan tipu pada lawan 3. Manfaatkan lebar lapangan 4. Posisi tubuh melindungi bola 5. Kaki tumpuan yang digunakan 6. Kualitas sentuhan
PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 10 m x 10 m PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 5 kelompok Tiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 20 cones 5 bola 4 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE BENTUK BERMAIIN) • •
•
(PELAKSANAAN
Jarak antar cones 2 meter, tiap kelompok berada diantara cones dan saling berhadapan Bola berada pada kelompok A, saat aba-aba “ya” pemain A membawa bola ke cone B yang berhadapan. Pemain B berusaha menghalangi. Pemain A harus mampu melewati pemain B Pemain A mendapat poin apabila mampu melewati pemain B. Pemain B akan mendapat poin bila dapat mengganggu dan merebut bola A.
156
Topik
: Dribbling (2)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan ke depan 2. Melakukan gerakan tipu pada lawan 3. Manfaatkan lebar lapangan 4. Posisi tubuh melindungi bola 5. Kaki tumpuan yang digunakan 6. Kualitas sentuhan
PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 10 m x 15 m PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang 5 kelompok Tiap kelompok 2 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 20 cones 5 bola 4 kerucut PRACTICE AND OBJECTIVE BENTUK BERMAIIN) • •
•
(PELAKSANAAN
Jarak antar cones 2 meter, tiap kelompok berada diantara cones dan saling berhadapan Bola berada pada kelompok A, saat aba-aba “ya” pemain A membawa bola ke cone B yang berhadapan. Pemain B berusaha menghalangi. Pemain A harus mampu melewati pemain B Pemain A mendapat poin apabila mampu melewati pemain B. Pemain B akan mendapat poin bila dapat mengganggu dan merebut bola A.
157
Topik
: Dribbling (3)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 30 M X 20 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang (5 vs 5) 2 Tim Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 11 cones 1 bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B • Saat bola berada pada pemain A, pemain A harus membawa bola dan hanya boleh passing 1 kali kepada teman A • Pemain A berusaha membawa bola ke wilayah X (area poin) dengan demikian A mendapat poin, bila bola tidak dibawa dengan dribbling di wilayah ini maka tidak dapat poin • Pemain B berusaha mengganggu dan merebut bola A • Bila pemain menggunakan passing lebih dari 1 kali bola diberikan kepada lawan
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Melakukan gerakan tipu pada lawan 8. Posisi tubuh melindungi bola 9. Kaki tumpuan 10. Kualitas sentuhan
158
Topik
: Dribbling (4)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 20 M X 20 M (area lapangan) 1 M x 20 M (area netral) 20 M X 1 M (area poin) PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang (3 vs 3, + 2 N) 2 Tim Setiap tim 3 orang 2 pemain netral EQUIPMENT (PERALATAN) 14 cones 1 bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, dan ada 2 pemain netral, masing-masing satu orang di samping • Tim A berusaha membawa bola ke wilayah X (area poin), pemain A tidak boleh pass ke teman, kecuali pada pemain netral. Pemain netral hanya boleh wall pass, dan membantu pemain yang menguasai bola • Tim B berusaha mengganggu dan merebut bola • Poin buat tim yang mampu membawa bola ke daerah lawan
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Melakukan gerakan tipu pada lawan 8. Posisi tubuh melindungi bola 9. Kaki tumpuan 10. Kualitas sentuhan 11. Gunakan pemain netral agar dapat melepaskan diri dari lawan
159
Topik
: Shooting (1)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 20 M X 15 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 8 orang (4 vs 4) 2 Tim Setiap tim 3 orang
EQUIPMENT (PERALATAN) 6 cones 1 bola 2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, wilayah lapangan dibatasi depan dan belakang. Pemain depan 1 orang, pemain belakang 3 orang. Sehingga akan terjadi 3 Vs 1 • Pemain yang berada pada posisi nya tidak dapat berubah-rubah posisi, yang dibatasi oleh garis tengah • Pemain depan harus mengganggu lawan agar tidak bisa menembak bola. Sedangkan pemain belakang bila ada kesempatan harus tendang ke gawang • Pemain tidak dibatasi sentuhan bola • Poin buat tim yang mampu menembak bola masuk ke gawang lawan
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Harus mampu melihat peluang dan lakukan tendangan
160
Topik
: Shooting (2)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 20 M X 15 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 8 orang (4 vs 4) 2 Tim, Setiap tim 3 orang
EQUIPMENT (PERALATAN) 6 cones 1 bola 2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, wilayah lapangan dibatasi depan dan belakang. Pemain depan 1 orang, pemain belakang 3 orang. Sehingga akan terjadi 3 Vs 1 • Pemain yang berada pada posisi nya tidak dapat berubah-rubah posisi, yang dibatasi oleh garis tengah • Pemain depan harus mengganggu lawan agar tidak bisa menembak bola. Sedangkan pemain belakang bila ada kesempatan harus tendang ke gawang • Pemain dibatasi sentuhan bola sebanyak 2 kali sentuh, dimana setelah sentuhan kedua harus melakukan tendangan. Lebih dari 2 sentuh bola diberikan kepada lawan • Poin buat tim yang mampu menembak bola masuk ke gawang lawan
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Harus mampu melihat peluang dan lakukan tendangan
161
Topik
: Shooting (3)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 20 M X 15 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang (5 vs 5) 2 Tim Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 6 cones 1 bola 2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, wilayah lapangan dibatasi depan dan belakang. Pemain depan 2 orang, pemain belakang 3 orang. Sehingga akan terjadi 3 Vs 2 • Pemain yang berada pada posisi nya tidak dapat berubah-rubah posisi, yang dibatasi oleh garis tengah • Pemain depan harus mengganggu lawan agar tidak bisa menembak bola. Sedangkan pemain belakang bila ada kesempatan harus tendang ke gawang • Pemain tidak dibatasi sentuhan bola • Poin buat tim yang mampu menembak bola masuk ke gawang lawan
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Harus mampu melihat peluang dan lakukan tendangan
162
Topik
: Shooting (4)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 20 M X 15 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang (5 vs 5) 2 Tim Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 6 cones 1 bola 2 gawang PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, wilayah lapangan dibatasi depan dan belakang. Pemain depan 2 orang, pemain belakang 3 orang. Sehingga akan terjadi 3 Vs 2 • Pemain yang berada pada posisi nya tidak dapat berubah-rubah posisi, yang dibatasi oleh garis tengah • Pemain depan harus mengganggu lawan agar tidak bisa menembak bola. Sedangkan pemain belakang bila ada kesempatan harus tendang ke gawang • Pemain dibatasi sentuhan bola sebanyak 2 kali sentuh, dimana setelah sentuhan kedua harus melakukan tendangan. Lebih dari 2 sentuh bola diberikan kepada lawan • Poin buat tim yang mampu menembak bola masuk ke gawang lawan
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Harus mampu melihat peluang dan lakukan tendangan
163
Topik
: Juggling (1)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 20 M X 10 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang (5 vs 5) 2 Tim Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 6 cones 1 bola 1 Net PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. • Pemain harus memainkan bola sebanyak 5 sentuh (bebas menggunakan kaki, paha, dada, kepala kecuali tangan),dengan teman 1 tim maksimal 2 sentuh setiap pemain dan kemudian wajib menendang ke area lawan • Pemain yang lebih dari 2 kali sentuh (setiap pemain), dan lebih dari 5 sentuh (dalam satu tim) harus kehilangan poin dan memberikan bola ke pada lawan. • Pemain harus mampu mengontrol bola yang dikembalikan oleh lawan • Poin buat tim apabila lawan tidak bisa mengembalikan bola
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Posisi badan saat mengontrol bola
164
Topik
: Juggling (2)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 20 M X 10 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang (5 vs 5) 2 Tim Setiap tim 5 orang EQUIPMENT (PERALATAN) 6 cones 1 bola 1 Net PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B. • Pemain harus memainkan bola sebanyak 3 sentuh (bebas menggunakan kaki, paha, dada, kepala kecuali tangan), pemain dalam satu tim wajib satu kali sentuh saja, kemudian langsung menendang ke area lawan • Pemain yang lebih dari 1 sentuh dan tim lebih dari 3 kali sentuh harus kehilangan poin dan memberikan bola ke pada lawan. • Pemain harus mampu mengontrol bola yang dikembalikan oleh lawan • Poin buat tim apabila lawan tidak bisa mengembalikan bola
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Posisi badan saat mengontrol bola
165
Topik
: Juggling (3)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 20 M X 10 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang (5 vs 5) 2 Tim Setiap tim 5 orang
EQUIPMENT (PERALATAN) 10 cones 1 bola
PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, ada wilayah poin yang telah ditentukan • Pemain A harus membawa bola dengan cara mengontrol bola maksimal 4 kali sentuh, lalu passing ke teman. Lawan berusaha memblok bola, merebut bola saat bola tidak dikontrol (saat akan dipassing) • Pemain yang mengontrol lebih dari 4 sentuh harus memberikan bola ke lawan • Poin tercipta apabila pemain dapat mengontrol bola ke area poin • Mengontrol bola boleh menggunakan seluruh tubuh kecuali lengan
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Posisi badan saat mengontrol bola
166
Topik
: Juggling (4)
Intensitas
: Sedang
PRACTICE INFORMATION PRACTICE (BENTUK BERMAIN)
PLAYING AREA (UKURAN LAPANGAN) 20 M X 10 M PLAYERS INVOLVED (JUMLAH PEMAIN) 10 orang (5 vs 5) 2 Tim Setiap tim 5 orang
EQUIPMENT (PERALATAN) 10 cones 1 bola PRACTICE AND OBJECTIVE (PELAKSANAAN BENTUK BERMAIN) • Ada dua tim dalam lapangan, A dan B, ada wilayah poin yang telah ditentukan • Pemain A harus membawa bola dengan cara mengontrol bola maksimal 2 kali sentuh, lalu passing ke teman. Lawan berusaha memblok bola, merebut bola saat bola tidak dikontrol (saat akan dipassing) • Pemain yang mengontrol lebih dari 2 sentuh harus memberikan bola ke lawan • Poin tercipta apabila pemain dapat mengontrol bola ke area poin • Mengontrol bola boleh menggunakan seluruh tubuh kecuali lengan
MAJOR COACHING POINT 1. Kepala tegak, pandangan luas kearah teman-teman 2. Memanfaatkan lebar lapangan, cari wilayah kosong 3. Komunikasi kepada teman 4. Support, bantu teman saat dalam posisi terdesak 5. Pemain harus cepat tanggap pada situasi 6. Kualitas sentuhan sangat menentukan dalam permainan 7. Posisi badan saat mengontrol bola
167
168 LAMPIRAN 5 Matching Kelompok Tingkat Inteligensi Tinggi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Subyek 124 122 115 114 112 111 111 111 109 109 109 108 108 107 107 106 106 105 105 105
Kelompok A1B1 1 4 5 8 9 12 13 16 17 20
Nilai 124 114 112 111 109 108 108 106 106 105
Kelompok A2B1 2 3 6 7 10 11 14 15 18 19
Nilai 122 115 111 111 109 109 107 107 105 105
169 LAMPIRAN 6 Matching Kelompok Tingkat Inteligensi Rendah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Subyek 99 99 99 98 97 96 96 94 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Kelompok A1B2 1 4 5 8 9 12 13 16 17 20
Nilai 99 98 97 94 90 90 90 90 90 90
Kelompok A2B2 2 3 6 7 10 11 14 15 18 19
Nilai 99 99 96 96 90 90 90 90 90 90
170 LAMPIRAN 8 Analisis Deskripsi Data Penelitian Data deskripsi yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah perhitungan ukuran tendensi sentral (mean), standar deviasi, penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi serta perhitungan modus dan median. Untuk rata-rata, standar deviasi, modus dan median dari hasil penelitian digunakan
rumus
sebagai
1. Rata-rata (mean)
berikut: :
2. Standar Deviasi
:
3. Modus
:
4. Median
:
Keterangan : Σxi
: Jumlah skor ke-i sampel ke-n
n
: Jumlah sampel (banyak data)
b
: Batas bawah kelas modus
p
: Panjang kelas interval
b1
: Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan data kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modus
b2
: Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih besar sebelum tanda kelas modus
F
: Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
F
: Frekuensi kelas median
171 Penyajian data dalam distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. 2. Menentukan banyak kelas interval (K) yang diperlukan dengan mengagunakan aturan Sturges yang menentukan banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n. 3. Menentukan panjang kelas interval (p), dengan menggunkan rumus: P
Rentang Banyak kelas
Berdasarkan analisis data terhadap delapan kelompok data melalui penggunaan “program excel dengan fungsi statistik”, diperoleh deskripsi data seperti tabel berikut: Tabel Deskripsi Delapan Kelompok Data yang Terdiri dari Rerata, Standar Deviasi, Skor Minimum, dan Maksimum Kelompok Data Kelompok A1
N
Minimum
Maksimum
Mean
SD
20
30
71
53
14.50
Kelompok A2
20
34
67
47
9.84
Kelompok B1
20
34
71
54
14.11
Kelompok B2
20
30
67
46
9.68
Kelompok A1B1
10
60
71
66
4.08
Kelompok A1B2
10
30
48
39
5.23
Kelompok A2B1
10
34
61
41
7.98
Kelompok A2B2
10
37
67
53
7.91
172 LAMPIRAN 10
Deskripsi Data Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola No
A1
A2
B1
B2
A1B1
X12
A1B2
X22
A2B1
X32
A2B2
X42
1
30
34
34
30
60
3609
30
876
34
1186
37
1386
2
35
36
36
35
61
3673
35
1236
36
1297
47
2192
3
38
36
36
37
61
3743
38
1433
36
1331
51
2608
4
38
37
37
38
67
4467
38
1456
37
1372
51
2614
5
38
37
37
38
67
4499
38
1480
37
1395
53
2795
6
39
37
40
38
67
4528
39
1513
40
1607
53
2819
7
39
40
41
39
69
4728
39
1534
41
1646
56
3151
8
44
41
44
39
69
4826
44
1904
44
1898
58
3395
9
45
44
48
44
70
4954
45
1985
48
2326
60
3595
10
48
47
60
45
71
4971
48
2351
61
3717
67
4435
11
60
48
61
47
12
61
51
61
48
13
61
51
61
51
14
67
53
67
51
15
67
53
67
53
16
67
56
67
53
17
69
58
69
56
18
69
60
69
58
19
70
61
70
60
20
71
67
71
67
Jumlah
1056
948
1077
927
662
43999
394
15768
415
17774
533
28991
Rerata
53
47
54
46
66
4400
39
1577
41
1777
53
2899
SD
14.50
9.84
14.11
9.68
4.08
531.2
5.23
412.5
7.98
761.2
7.91
824.9
Max
71
67
71
67
71
4971
48
2351
61
3717
67
4435
Min
30
34
34
30
60
3609
30
876
34
1186
37
1386
Range
41
32
36
37
10
1362
19
1475
27
2531
29
3048
Deskripsi Data Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola No 1 2 3
A1 61 60 61
A2 37 34 36
B1 61 60 61
B2 39 38 39
A1B1 61 60 61
A1B2 39 38 39
A2B1 37 34 36
A2B2 53 51 53
173
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah Rerata SD Max Min Range
67 69 67 67 70 69 71 39 38 39 38 35 38 30 44 48 45 1056 53 14.50 71 30 41
36 40 37 41 61 48 44 53 51 53 56 37 47 51 67 58 60 948 47 9.84 67 34 32
67 69 67 67 70 69 71 37 34 36 36 40 37 41 61 48 44 1077 54 14.11 71 34 36
38 35 38 30 44 48 45 53 51 53 56 37 47 51 67 58 60 927 46 9.68 67 30 37
67 69 67 67 70 69 71
38 35 38 30 44 48 45
36 40 37 41 61 48 44
56 37 47 51 67 58 60
662 66 4.08 71 60 10
394 39 5.23 48 30 19
415 41 7.98 61 34 27
533 53 7.91 67 37 29
LAMPIRAN 10
A. Uji Persyaratan ANAVA 1. Uji Normalitas Pengujian normalitas tingkat intelegensi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Lilliefors. Hasil uji normalitas dari hasil keterampilan teknik dasar sepakbola dengan empat item rangkaian test yang dapat dilihat pada tabel berikut :
174
Normalitas Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Xuf 30 34 35 36 36 37 37 37 38 38 38 39 39 40 41 44 44 45 47 48 48 51 51 53 53 56 58 60 60 61 61 61 67 67 67 67 69
fk 1 2 3 5 5 8 8 8 11 11 11 13 13 14 15 17 17 18 19 21 21 23 23 25 25 26 27 29 29 32 32 32 36 36 36 36 38
z -1.64 -1.25 -1.19 -1.12 -1.09 -1.04 -1.03 -1.02 -0.98 -0.95 -0.93 -0.89 -0.87 -0.80 -0.76 -0.52 -0.52 -0.44 -0.26 -0.15 -0.13 0.08 0.08 0.22 0.24 0.48 0.65 0.79 0.80 0.84 0.87 0.88 1.32 1.34 1.35 1.37 1.49
Luas z 0.4495 0.3944 0.3930 0.3686 0.3621 0.3508 0.3485 0.3461 0.3365 0.3289 0.3238 0.3133 0.3078 0.2881 0.2764 0.1985 0.1985 0.1700 0.1026 0.0596 0.0517 0.0319 0.0319 0.0871 0.0948 0.1844 0.2422 0.2852 0.2881 0.2995 0.3078 0.3106 0.4066 0.4099 0.4115 0.4147 0.4319
F(z) 0.0505 0.1056 0.1070 0.1314 0.1379 0.1492 0.1515 0.1539 0.1635 0.1711 0.1762 0.1867 0.1922 0.2119 0.2236 0.3015 0.3015 0.3300 0.3974 0.4404 0.4483 0.5319 0.5319 0.5871 0.5948 0.6844 0.7422 0.7852 0.7881 0.7995 0.8078 0.8106 0.9066 0.9099 0.9115 0.9147 0.9319
S(z) 0.0250 0.0500 0.0750 0.1250 0.1250 0.2000 0.2000 0.2000 0.2750 0.2750 0.2750 0.3250 0.3250 0.3500 0.3750 0.4250 0.4250 0.4500 0.4750 0.5250 0.5250 0.5750 0.5750 0.6250 0.6250 0.6500 0.6750 0.7250 0.7250 0.8000 0.8000 0.8000 0.9000 0.9000 0.9000 0.9000 0.9500
[F(z)-S(z)] 0.0255 0.0556 0.0320 0.0064 0.0129 0.0508 0.0485 0.0461 0.1115 0.1039 0.0988 0.1383 0.1328 0.1381 0.1514 0.1235 0.1235 0.1200 0.0776 0.0846 0.0767 0.0431 0.0431 0.0379 0.0302 0.0344 0.0672 0.0602 0.0631 0.0005 0.0078 0.0106 0.0066 0.0099 0.0115 0.0147 0.0181
175
38 39 40 Jumlah Rata-rata SD
69 38 70 39 71 40 2004 50.10 12.5
1.55 1.62 1.63
0.4394 0.4474 0.4484
0.9394 0.9474 0.9484
0.9500 0.9750 1.0000
0.0106 0.0276 0.0516
L Ob L Tb
0.1514 0.163
Keterangan : N
= 40
Rerata ( X ) = 50.10 S = 12.5 Dari tabel di atas, diperoleh nilai L0 = 0.1514 dengan n = 40 dan taraf signifikansi α = 0.01 dari daftar nilai L untuk Uji Lilliefors didapat Ltabel = 0,1630 dengan demikian berarti H0 diterima, karena L0 lebih kecil dari Ltabel (0.1514 < 0.1630) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
LAMPIRAN 11 Uji Homogenitas Varians Penelitian ini melakukan uji homogenitas varians dengan uji homogenitas empat kelompok sel rancangan eksperimen (A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2). Pengujian homogenitas varians antara empat kelompok data penelitian dilakukan dengan uji Bartlet yang langkahnya sebagai berikut: 1)
Merumuskan hipotesis yang diuji yaitu:
176 Ho: σ2 A1B1 = σ2 A1B2 = σ2 A2B1 = σ2 A2B2 H1 : paling sedikit suatu tanda samadengan (=) tidak berlaku 2)
Kriteria pengujiannya adalah : Terima Ho jika X2 hitung < X2 Tabel Tolak Ho jika X2 hitung > X2 Tabel
3) Menyusun satuan-satuan yang diperlukan dalam pengujuan Bartlet seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel Harga-harga yang Perlu Untuk Uji Homogenitas no
A1B1(x1)
X11
A1B2 (x2)
X2 2
A2B1(x3)
X32
A2B2 (x4)
X42
1
61
3743
39
1534
37
1372
53
2819
2
60
3609
38
1456
34
1186
51
2608
3
61
3673
39
1513
36
1331
53
2795
4
67
4528
38
1433
36
1297
56
3151
5
69
4826
35
1236
40
1607
37
1386
6
67
4467
38
1480
37
1395
47
2192
7
67
4499
30
876
41
1646
51
2614
8
70
4954
44
1904
61
3717
67
4435
9
69
4728
48
2351
48
2326
58
3395
10
71
4971
45
1985
44
1898
60
3595
jumlah
662
43999
394
15768
415
17774
533
28991
rerata
66
4400
39
1577
41
1777
53
2899
stdev
4.08
5.23
7.98
X1= S12 =
10 (43999 ) - (662) 10 (10 − 1)
X2= S 22 =
10 (15768) - (394) 10 (10 − 1)
X3= S 33 =
10 (17774 ) - (415) 10 (10 − 1)
X4= S 24 =
10 (28991) - (533) 10 (10 − 1)
2
7.91
=
439990 - 438244 1746 = = 19.4 90 90
=
157680 2444 = = 27.15 90 90
=
177740 - 172225 5515 = = 61.28 90 90
=
289910 - 5821 = = 64.68 90 90
2
2
2
Tabel Harga-Harga yang Perlu untuk Uji Bartlet
177
Kelompok
Dk
1/dk
Si²
Log Si²
dk (Log Si²)
dk ( Si²)
A1B1
9
0,11
19.4
1.2878
11.5902
174.6
A1B2
9
0,11
27.15
1.4338
12.9042
244.35
A2B1
9
0,11
61.28
1.7873
16.0857
551.52
A2B2 Jumlah
9 36
0,11
64.68
1.8108
16.2972 56.8773
582.12 1552.59
4) Menghitung varians gabungan S2gab
=
∑ (ni - 1) Si ∑ (ni - 1)
=
174.6 + 244.5 + 551.52 + 582.12 1552.59 = = 43.13 36 36
2
=
9 (19.4 ) + 9 (27.15) + 9 (61.28) + 9 (64.68) 9+9+9+9
log S2 = log 43.13 = 1.6348 5) menghitung harga satuan Bartlet dengan rumus : = (logS2) ∑ (ni – 1)
B
= 1.6348x 36 = 58.8528 6) menghitung nilai chi kuadrat (X2) Xhitung = (In 10) {B - ∑ (ni – 1) log S2} = (2,3026) {58.8528– 56.8773} = 4.549 Dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi α = 0,01 diperoleh X2tabel = 11.341 X2hitung
= 4.549
X2tabel
= 11.341
X2h < X2t Homogen Keputusan : Ho diterima (X2hitung < X2tabel atau 4.549 < 11.341) Kesimpulan : data dari empat kelompok yang diuji adalah homogen.
178
LAMPIRAN 12 B. Pengujian Hipotesis Analisis dilakukan untuk mengetahui pengaruh utama (main effects) dan pengaruh interaksi (interaction effects). Pengaruh interaksi yaitu pengaruh metode latihan dan tingkat intelegensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS Tabing. 1. Rumusan Hipotesis yang Diuji a. H0 : μ N A1 = μ A2 H1 : μ A1 < μ A2
179 b. H0 : A x B = 0 H1 : A x B ≠ 0 2. Kriteria Pengujian Terima H0 jika Fhitung ≤ Ftabel Tolak
H0 jika Fhitung ≥ Ftabel
3. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan sebagai berikut : a. Menghitung Skor Deskripsi Data Met. Latihan Tingkat intelegensi Tinggi (B1)
Rangkaian Latihan (A1) = 10 n1 ∑X1 = 662 ∑ X 12 = 43999
X2
= 10 n3 ∑X3 = 394 ∑ X 32 = 15768
X4
= 20 nk1 ∑Xk1 = 1056 ∑ Xk 12 = 59766 = 53
Xk 1
= 41
N4 = 10 ∑X4 = 533 ∑ X 24 = 28991
= 39
X3 ∑K
= 10 n2 ∑X2 = 415 ∑ X 22 = 17774
= 66
X1 Rendah (B2)
Rangkaian Bermain (A2)
= 53
nk2 ∑Xk2 ∑ Xk 22
= 20 = 948 = 46765
Xk 2
= 47
∑b = 20 nb1 ∑Xb1 = 1077 ∑ Xb 22 = 61772 Xb1
= 20 nb2 ∑Xb2 = 927 ∑ Xb 22 = 44759 Xb 2
= 46
nt ∑Xt ∑ Xt 2 Xt
= 40 = 2004 = 106531 = 50
b. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK) 1) Total Reduksi/Dikoreksi
(∑ Xt )
2
2
JKTR = ∑Xt -
= 106531 -
2) Antar Kelompok
nt
(2004 )2 40
= 54
= 106531 - 100400.4 = 6130.6
180
=
(∑ X ) + (∑ X ) + (∑ X ) + (∑ X ) − (∑ Xt )
=
(662 )2 + (415)2
2
JKA
2
1
2
2
n1
n2
10
10
+
2
3
n3
n4
+
(533)2 − (2004 )2
(394)2 10
2
4
10
nt
40
= 43824.4 + 17222.5+ 15523.6+ 28408.9 –100400.4 = 4579 a. Jumlah kuadrat antar baris
(∑ Xb ) (∑ Xb ) (∑ Xt ) + − 2
2
JKA(b) = =
2
2
1
nb1
nb 2
nt
(1077 )2 + (927 )2 − (2004 )2 20
20
40
= 57996.45+42966.45– 100400.4 = 562.5 b. Jumlah kuadrat antar kolom
(∑ Xk ) (∑ Xk ) (∑ Xt ) + − 2
2
JKA(K) = =
2
2
1
nk 1
nk 2
nt
(1056 )2 + (948)2 − (2004 )2 20
20
40
= 55756.8 +44935.2– 100400.4 = 291.6
c. Jumlah kuadrat interaksi (kolom x baris) JKA(i)
= JKA – JKA(b) – JKA(K) = 4579– 562.5– 291.6 = 3724.9
3) Dalam Kelompok JKTR = JKA – JKD JKD
= JKTR – JKA = 6130.6 – 4579
181 = 1551.6 4. Menghitung dk untuk: a) Dk kolom = k-1 = (2-1) = 1 b) Dk baris = b-1 = (2-1) = 1 c) Dk interaksi = dk baris x dk kolom = 1 x 1 = 1 d) Dk dalam = (N-k.b) = (40 – 2.2) = 36 e) Dk total = (N-1) = 40 – 1 = 39 5. Mengitung Mean Kuadrat (MK); masing-masing JK dibagi dengan dk- nya a) MKkol
= 291.6:1 = 291.6
b) MKbar
= 562.5:1 =562.5
c) MKint
= 3724.9:1 = 3724.9
d) MKdal
= 1551.6: 36 = 43.1
6. Menghitung harga Fhkol, Fhbar, Fhint dengan cara membagi dengan MKdal = 43.1 a) Fhkol
= 291.6: 43.1= 6.76
b) Fhbar
= 562.5: 43.1= 13.08
c) Fhint
= 3724.9: 43.1= 86.63
7. Menyusun Tabel ANAVA Dua Jalur Sumber Varians Antar metode latihan (A) Antar Tingkat intelegensi (B)
JK dK
RJK RJKD
Ft (α = 0,05)
JK
dK
291.6
1
291.6
6.76*
4,11
562.5
1
562.5
13.08*
4,11
RJK =
Fh =
182 Interaksi (A x B)
3724.9
1
3724.9
86.63*
4,11
Dalam Kelompok
1551.6
36
43.1
-
-
-
-
Total 6130.6 39 Direduksi Keterangan : JK : Jumlah kuadrat dk : Derajat kebebasan RJK : Rata-rata jumlah kuadrat RJKD : Rata-rata jumlah kuadrat dalam Fh : Fhitung Ft : Ftabel * : Signifikan 8. Keputusan a. Terima Hipotesis alternatif (Ha) karena Fh > Ft b. Terima Hipotesis nol (H0) karena Fh < Ft 9. Kesimpulan
a. Terdapat perbedaan yang signifikan, keterampilan teknik dasar sepakbola sampel antara yang dilatih dengan rangkaian latihan dengan yang dilatih dengan rangkaian bermain. (Fh >Ft 6.76 > 4.11). b. Terdapat perbedaan yang signifikan, keterampilan teknik dasar sepakbola sampel yang dilatih dengan tingkat intelegensi tinggi dan intelegensi rendah. (Fh > Ft 13.08> 4.11). c. Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat intelegensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola (Fh > Ft 86.63 > 4.11). LAMPIRAN 13 C. Perhitungan Uji Lanjut Anava Pengujian tahap lanjut Anava digunakan Uji Tukey untuk menguji signifikansi perbedaan antara dua rerata yang dipasangkan. Langkahlangkah yang dilakukan adalah : 1. Merumuskan hipotesis yang diuji a. H0 : μ A1 = μ A2
183 H1 : μ A1 < μ A2 b. H0 : μ A1B1 = μ A2B1 H1 : μ A1B1 < μ A2B1 c. H0 : μ A1B2 = μ A2B2 H1 : μ A1B2 > μ A2B2 2. Menghitung perbedaan rerata absolut antar kelompok sampel yang dipasangkan, yaitu: a. Antara kelompok A1 dengan A2, selanjutnya disebut Q1 b. Antara kelompok A1B1 dengan A2B1, selanjutnya disebut Q2 c. Antara kelompok A1B2 dengan A2B2, selanjutnya Q3 3. Rumus yang digunakan
Q=
Xi - Xj RKD
n
n Keterangan ; Q
: Angka Tukey
Xi
: Rata-rata kelompok ke-i
Xj
: Rata-rata kelompok ke-j
n
: Banyak data tiap kelompok
RKD : Rata-rata kuadrat dalam Perhitungan adalah sebagai berikut :
RKD 43.1 = = 2.08 untuk kelompok dengan n = 10 n 10 RKD 43.1 = = 1.47 untuk kelompok dengan n = 20 n 20 Q1 =
66 − 47 = 12.92 1.47
Q2 =
66 − 39 = 12.98 2.08
Q3 =
53 − 39 = 6.73 2.08
184 4. Menetapkan kriteria pengujian, yaitu : a. Terima H0 jika Qh ≤ Qt b. Tolak H0 jika Qh ≥ Qt Berdasarkan tabel nilai rentang student pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh harga Qt untuk derajat kebebasan (db) = 2;20 adalah 2,950 dan untuk derajat kebebasan (db) = 4;36 diperoleh Qt = 3,131 5. Keputusan a. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1 < μ A2 b. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1B1 < μ A2B1 c. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1B2 > μ A2B2 6. Kesimpulan a. μ A1 > μ A2 (Qh = 12.92 > Qt = 2,950) b. μ A1B1 > μ A2B1 (Qh = 12.98 > Qt = 2,950) c. μ A1B2 < μ A2B2 (Qh = 6.73 > Qt = 3,131)
172 LAMPIRAN 8 Analisis Deskripsi Data Penelitian Data deskripsi yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah perhitungan ukuran tendensi sentral (mean), standar deviasi, penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi serta perhitungan modus dan median. Untuk rata-rata, standar deviasi, modus dan median dari hasil penelitian digunakan
rumus
sebagai
1. Rata-rata (mean)
berikut: :
2. Standar Deviasi
:
3. Modus
:
4. Median
:
Keterangan : Σxi
: Jumlah skor ke-i sampel ke-n
n
: Jumlah sampel (banyak data)
b
: Batas bawah kelas modus
p
: Panjang kelas interval
b1
: Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan data kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modus
b2
: Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih besar sebelum tanda kelas modus
F
: Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
F
: Frekuensi kelas median
173 Penyajian data dalam distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. 2. Menentukan banyak kelas interval (K) yang diperlukan dengan mengagunakan aturan Sturges yang menentukan banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n. 3. Menentukan panjang kelas interval (p), dengan menggunkan rumus: P
Rentang Banyak kelas
Berdasarkan analisis data terhadap delapan kelompok data melalui penggunaan “program excel dengan fungsi statistik”, diperoleh deskripsi data seperti tabel berikut: Tabel Deskripsi Delapan Kelompok Data yang Terdiri dari Rerata, Standar Deviasi, Skor Minimum, dan Maksimum Kelompok Data Kelompok A1
N
Minimum
Maksimum
Mean
SD
20
30
71
53
14.50
Kelompok A2
20
34
67
47
9.84
Kelompok B1
20
34
71
54
14.11
Kelompok B2
20
30
67
46
9.68
Kelompok A1B1
10
60
71
66
4.08
Kelompok A1B2
10
30
48
39
5.23
Kelompok A2B1
10
34
61
41
7.98
Kelompok A2B2
10
37
67
53
7.91
174 LAMPIRAN 9
Deskripsi Data Hasil Peningkatan Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola 2
X1
A1B2
2
X2
A2B1
2
X3
A2B2
2
No
A1
A2
B1
B2
A1B1
X4
1
30
34
34
30
60
3609
30
876
34
1186
37
1386
2
35
36
36
35
61
3673
35
1236
36
1297
47
2192
3
38
36
36
37
61
3743
38
1433
36
1331
51
2608
4
38
37
37
38
67
4467
38
1456
37
1372
51
2614
5
38
37
37
38
67
4499
38
1480
37
1395
53
2795
6
39
37
40
38
67
4528
39
1513
40
1607
53
2819
7
39
40
41
39
69
4728
39
1534
41
1646
56
3151
8
44
41
44
39
69
4826
44
1904
44
1898
58
3395
9
45
44
48
44
70
4954
45
1985
48
2326
60
3595
10
48
47
60
45
71
4971
48
2351
61
3717
67
4435
11
60
48
61
47
12
61
51
61
48
13
61
51
61
51
14
67
53
67
51
15
67
53
67
53
16
67
56
67
53
17
69
58
69
56
18
69
60
69
58
19
70
61
70
60
20
71
67
71
67
Jumlah
1056
948
1077
927
662
43999
394
15768
415
17774
533
28991
Rerata
53
47
54
46
66
4400
39
1577
41
1777
53
2899
SD
14.50
9.84
14.11
9.68
4.08
531.2
5.23
412.5
7.98
761.2
7.91
824.9
Max
71
67
71
67
71
4971
48
2351
61
3717
67
4435
Min
30
34
34
30
60
3609
30
876
34
1186
37
1386
Range
41
32
36
37
10
1362
19
1475
27
2531
29
3048
175 LAMPIRAN 10
A. Uji Persyaratan ANAVA 1. Uji Normalitas Pengujian normalitas tingkat intelegensi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Lilliefors. Hasil uji normalitas dari hasil keterampilan teknik dasar sepakbola dengan empat item rangkaian test yang dapat dilihat pada tabel berikut : Normalitas Keterampilan Teknik Dasar Sepakbola No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Xuf 30 34 35 36 36 37 37 37 38 38 38 39 39 40 41 44 44 45 47 48 48 51 51 53 53 56
fk 1 2 3 5 5 8 8 8 11 11 11 13 13 14 15 17 17 18 19 21 21 23 23 25 25 26
z -1.64 -1.25 -1.19 -1.12 -1.09 -1.04 -1.03 -1.02 -0.98 -0.95 -0.93 -0.89 -0.87 -0.80 -0.76 -0.52 -0.52 -0.44 -0.26 -0.15 -0.13 0.08 0.08 0.22 0.24 0.48
Luas z 0.4495 0.3944 0.3930 0.3686 0.3621 0.3508 0.3485 0.3461 0.3365 0.3289 0.3238 0.3133 0.3078 0.2881 0.2764 0.1985 0.1985 0.1700 0.1026 0.0596 0.0517 0.0319 0.0319 0.0871 0.0948 0.1844
F(z) 0.0505 0.1056 0.1070 0.1314 0.1379 0.1492 0.1515 0.1539 0.1635 0.1711 0.1762 0.1867 0.1922 0.2119 0.2236 0.3015 0.3015 0.3300 0.3974 0.4404 0.4483 0.5319 0.5319 0.5871 0.5948 0.6844
S(z) 0.0250 0.0500 0.0750 0.1250 0.1250 0.2000 0.2000 0.2000 0.2750 0.2750 0.2750 0.3250 0.3250 0.3500 0.3750 0.4250 0.4250 0.4500 0.4750 0.5250 0.5250 0.5750 0.5750 0.6250 0.6250 0.6500
[F(z)-S(z)] 0.0255 0.0556 0.0320 0.0064 0.0129 0.0508 0.0485 0.0461 0.1115 0.1039 0.0988 0.1383 0.1328 0.1381 0.1514 0.1235 0.1235 0.1200 0.0776 0.0846 0.0767 0.0431 0.0431 0.0379 0.0302 0.0344
176
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah Rata-rata SD
58 60 60 61 61 61 67 67 67 67 69 69 70 71 2004 50.10 12.5
27 29 29 32 32 32 36 36 36 36 38 38 39 40
0.65 0.79 0.80 0.84 0.87 0.88 1.32 1.34 1.35 1.37 1.49 1.55 1.62 1.63
0.2422 0.2852 0.2881 0.2995 0.3078 0.3106 0.4066 0.4099 0.4115 0.4147 0.4319 0.4394 0.4474 0.4484
0.7422 0.7852 0.7881 0.7995 0.8078 0.8106 0.9066 0.9099 0.9115 0.9147 0.9319 0.9394 0.9474 0.9484
0.6750 0.7250 0.7250 0.8000 0.8000 0.8000 0.9000 0.9000 0.9000 0.9000 0.9500 0.9500 0.9750 1.0000
0.0672 0.0602 0.0631 0.0005 0.0078 0.0106 0.0066 0.0099 0.0115 0.0147 0.0181 0.0106 0.0276 0.0516
L Ob L Tb
0.1514 0.163
Keterangan : N
= 40
Rerata ( X ) = 50.10 S = 12.5 Dari tabel di atas, diperoleh nilai L0 = 0.1514 dengan n = 40 dan taraf signifikansi α = 0.01 dari daftar nilai L untuk Uji Lilliefors didapat Ltabel = 0,1630 dengan demikian berarti H0 diterima, karena L0 lebih kecil dari Ltabel (0.1514 < 0.1630) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
177
Normalitas Kelompok A1B1 No Xuf 1 60 2 61 3 61 4 67 5 67 6 67 7 69 8 69 9 70 10 71 662 Jumlah Rata-rata 66.20 4.05 SD
fk 1 3 3 6 6 6 8 8 9 10
z -1.53 -1.28 -1.28 0.20 0.20 0.20 0.69 0.69 0.94 1.19
Luas z 0.4370 0.3997 0.3997 0.0793 0.0793 0.0793 0.2549 0.2549 0.3264 0.3830
F(z) 0.0630 0.1003 0.1003 0.5793 0.5793 0.5793 0.7549 0.7549 0.8264 0.8830
S(z) 0.1000 0.3000 0.3000 0.6000 0.6000 0.6000 0.8000 0.8000 0.9000 1.0000 L Ob L Tb
[F(z)-S(z)] 0.0370 0.1997 0.1997 0.0207 0.0207 0.0207 0.0451 0.0451 0.0736 0.1170 0.1997 0.258
Kesimpulan: Lo (0.1997) < lt (0.258) Dengan demikian data berasal dari populasi distribusi normal Normalitas Kelompok A1B2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Ratarata SD
Xuf 30 35 38 38 38 39 39 44 45 48 394 39.40 5.17
fk 1 2 5 5 5 7 7 8 9 10
z -1.82 -0.85 -0.27 -0.27 -0.27 -0.08 -0.08 0.89 1.08 1.66
Luas z 0.4656 0.3023 0.1064 0.1064 0.1064 0.0319 0.0319 0.3133 0.3599 0.4515
F(z) 0.0344 0.1977 0.3936 0.3936 0.3936 0.4681 0.4681 0.8133 0.8599 0.9515
S(z) 0.1000 0.2000 0.5000 0.5000 0.5000 0.7000 0.7000 0.8000 0.9000 1.0000
L Ob L Tb
[F(z)-S(z)] 0.0656 0.0023 0.1064 0.1064 0.1064 0.2319 0.2319 0.0133 0.0401 0.0485
0.2319 0.258
Kesimpulan: Lo (0.2319) < lt (0.258) Dengan demikian data berasal dari populasi distribusi normal
178
Normalitas Kelompok A2B1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata SD
Xuf 34 36 36 37 37 40 41 44 48 61 414 41.40 8.09
fk 1 3 3 5 5 6 7 8 9 10
z -0.92 -0.67 -0.67 -0.54 -0.54 -0.17 -0.05 0.32 0.82 2.42
Luas z 0.3212 0.2486 0.2486 0.2054 0.2054 0.0675 0.0199 0.1255 0.2939 0.4922
F(z) 0.1788 0.2514 0.2514 0.2946 0.2946 0.4325 0.4801 0.6255 0.7939 0.9922
S(z) 0.1000 0.3000 0.3000 0.5000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 1.0000 L Ob L Tb
[F(z)-S(z)] 0.0788 0.0486 0.0486 0.2054 0.2054 0.1675 0.2199 0.1745 0.1061 0.0078 0.2199 0.258
Kesimpulan: Lo (0.2199) < lt (0.258) Dengan demikian data berasal dari populasi distribusi normal Normalitas Kelompok A2B2 No Xuf 1 37 2 47 3 51 4 51 5 53 6 53 7 56 8 58 9 60 10 67 533 Jumlah Rata-rata 53.32 7.91 SD
fk 1 2 4 4 6 6 7 8 9 10
z -2.03 -0.82 -0.28 -0.28 -0.06 -0.03 0.36 0.62 0.84 1.68
Luas z 0.4788 0.2939 0.1103 0.1103 0.0239 0.0120 0.1406 0.2324 0.2995 0.4535
F(z) 0.0212 0.2061 0.3897 0.3897 0.4761 0.4880 0.6406 0.7324 0.7995 0.9535
S(z) 0.1000 0.2000 0.4000 0.4000 0.6000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 1.0000 L Ob L Tb
[F(z)-S(z)] 0.0788 0.0061 0.0103 0.0103 0.1239 0.1120 0.0594 0.0676 0.1005 0.0465 0.1239 0.258
Kesimpulan: Lo (0.1239) < lt (0.258) Dengan demikian data berasal dari populasi distribusi normal
179 LAMPIRAN 11 Uji Homogenitas Varians Penelitian ini melakukan uji homogenitas varians dengan uji homogenitas empat kelompok sel rancangan eksperimen (A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2). Pengujian homogenitas varians antara empat kelompok data penelitian dilakukan dengan uji Bartlet yang langkahnya sebagai berikut: 1)
Merumuskan hipotesis yang diuji yaitu: Ho: σ2 A1B1 = σ2 A1B2 = σ2 A2B1 = σ2 A2B2 H1 : paling sedikit suatu tanda samadengan (=) tidak
berlaku 2)
Kriteria pengujiannya adalah : Terima Ho jika X2 hitung < X2 Tabel Tolak Ho jika X2 hitung > X2 Tabel
3) Menyusun satuan-satuan yang diperlukan dalam pengujuan Bartlet seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel Harga-harga yang Perlu Untuk Uji Homogenitas no
A1B1(x1)
X11
A1B2 (x2)
X2 2
A2B1(x3)
X32
A2B2 (x4)
X42
1
61
3743
39
1534
37
1372
53
2819
2
60
3609
38
1456
34
1186
51
2608
3
61
3673
39
1513
36
1331
53
2795
4
67
4528
38
1433
36
1297
56
3151
5
69
4826
35
1236
40
1607
37
1386
6
67
4467
38
1480
37
1395
47
2192
7
67
4499
30
876
41
1646
51
2614
8
70
4954
44
1904
61
3717
67
4435
9
69
4728
48
2351
48
2326
58
3395
10
71
4971
45
1985
44
1898
60
3595
jumlah
662
43999
394
15768
415
17774
533
28991
rerata
66
4400
39
1577
41
1777
53
2899
stdev
4.08
5.23
7.98
7.91
180
X1= S12 =
10 (43999) - (662) 10 (10 − 1)
10 (15768) - (394) X2= S = 10 (10 − 1)
2
10 (28991) - (533) 10 (10 − 1)
=
157680 - 155236 2444 = = 27.15 90 90
=
177740 - 172225 5515 = = 61.28 90 90
=
289910 - 284089 5821 = = 64.68 90 90
2
3 3
X4= S 24 =
439990 - 438244 1746 = = 19.4 90 90
2
2 2
10 (17774) - (415) X3= S = 10 (10 − 1)
=
2
Tabel Harga-Harga yang Perlu untuk Uji Bartlet Kelompok
Dk
1/dk
Si²
Log Si²
dk (Log Si²)
dk ( Si²)
A1B1
9
0,11
19.4
1.2878
11.5902
174.6
A1B2
9
0,11
27.15
1.4338
12.9042
244.35
A2B1
9
0,11
61.28
1.7873
16.0857
551.52
A2B2 Jumlah
9 36
0,11
64.68
1.8108
16.2972 56.8773
582.12 1552.59
4) Menghitung varians gabungan S2gab
=
∑ (ni - 1) Si ∑ (ni - 1)
=
174.6 + 244.5 + 551.52 + 582.12 1552.59 = = 43.13 36 36
2
=
9 (19.4 ) + 9 (27.15) + 9 (61.28) + 9 (64.68) 9+9+9+9
log S2 = log 43.13 = 1.6348 5) menghitung harga satuan Bartlet dengan rumus : B
= (logS2) ∑ (ni – 1) = 1.6348x 36 = 58.8528 6) menghitung nilai chi kuadrat (X2)
Xhitung = (In 10) {B - ∑ (ni – 1) log S2} = (2,3026) {58.8528– 56.8773} = 4.549
181 Dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi α = 0,01 diperoleh X2tabel = 11.341 X2hitung
= 4.549
X2tabel
= 11.341
X2h < X2t Homogen Keputusan : Ho diterima (X2hitung < X2tabel atau 4.549 < 11.341) Kesimpulan : data dari empat kelompok yang diuji adalah homogen.
182 LAMPIRAN 12 B. Pengujian Hipotesis Analisis dilakukan untuk mengetahui pengaruh utama (main effects) dan pengaruh interaksi (interaction effects). Pengaruh interaksi yaitu pengaruh metode latihan dan tingkat intelegensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola atlet SSB PSTS Tabing. 1. Rumusan Hipotesis yang Diuji a. H0 : μ N A1 = μ A2 H1 : μ A1 < μ A2 b. H0 : A x B = 0 H1 : A x B ≠ 0 2. Kriteria Pengujian Terima H0 jika Fhitung ≤ Ftabel Tolak
H0 jika Fhitung ≥ Ftabel
3. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan sebagai berikut : a. Menghitung Skor Deskripsi Data Met. Latihan Tingkat intelegensi Tinggi (B1)
Rangkaian Latihan (A1) = 10 n1 ∑X1 = 662 ∑ X 12 = 43999 X1
Rendah (B2)
= 10 n3 ∑X3 = 394 ∑ X 32 = 15768 X3
∑K
= 66
= 39
= 20 nk1 ∑Xk1 = 1056 ∑ Xk 12 = 59766 Xk 1
= 53
Rangkaian Bermain (A2) n2 = 10 ∑X2 = 415 ∑ X 22 = 17774 X2
= 41
N4 = 10 ∑X4 = 533 ∑ X 24 = 28991 X4
= 53
nk2 ∑Xk2 ∑ Xk 22
= 20 = 948 = 46765
Xk 2
= 47
∑b nb1 = 20 ∑Xb1 = 1077 ∑ Xb 22 = 61772 Xb 1
= 54
nb2 = 20 ∑Xb2 = 927 ∑ Xb 22 = 44759 Xb 2
= 46
nt ∑Xt ∑ Xt 2 Xt
= 40 = 2004 = 106531 = 50
183 b. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK) 1) Total Reduksi/Dikoreksi
(∑ Xt )
2
2
JKTR = ∑Xt -
nt
= 106531 -
(2004)2 40
= 106531 - 100400.4 = 6130.6
2) Antar Kelompok =
(∑ X ) + (∑ X ) + (∑ X ) + (∑ X ) − (∑ Xt )
=
(662)2 + (415)2
2
JKA
2
1
2
2
n1
n2
10
10
+
2
3
n3
n4
+
(533)2 − (2004)2
(394)2 10
2
4
10
nt
40
= 43824.4 + 17222.5+ 15523.6+ 28408.9 –100400.4 = 4579 a. Jumlah kuadrat antar baris
(∑ Xb ) (∑ Xb ) (∑ Xt ) + − 2
2
JKA(b) = =
2
2
1
nb1
nb 2
nt
(1077 )2 + (927 )2 − (2004 )2 20
20
40
= 57996.45+42966.45– 100400.4 = 562.5 b. Jumlah kuadrat antar kolom
(∑ Xk ) (∑ Xk ) (∑ Xt ) + − 2
JKA(K) = =
2
1
2
2
nk 1
nk 2
nt
(1056 )2 + (948)2 − (2004 )2 20
20
40
= 55756.8 +44935.2– 100400.4 = 291.6
184 c. Jumlah kuadrat interaksi (kolom x baris) JKA(i)
= JKA – JKA(b) – JKA(K) = 4579– 562.5– 291.6 = 3724.9
3) Dalam Kelompok JKTR = JKA – JKD JKD
= JKTR – JKA = 6130.6 – 4579 = 1551.6
4. Menghitung dk untuk: a) Dk kolom = k-1 = (2-1) = 1 b) Dk baris = b-1 = (2-1) = 1 c) Dk interaksi = dk baris x dk kolom = 1 x 1 = 1 d) Dk dalam = (N-k.b) = (40 – 2.2) = 36 e) Dk total = (N-1) = 40 – 1 = 39 5. Mengitung Mean Kuadrat (MK); masing-masing JK dibagi dengan dk- nya a) MKkol
= 291.6:1 = 291.6
b) MKbar
= 562.5:1 =562.5
c) MKint
= 3724.9:1 = 3724.9
d) MKdal
= 1551.6: 36 = 43.1
6. Menghitung harga Fhkol, Fhbar, Fhint dengan cara membagi dengan MKdal = 43.1 a) Fhkol
= 291.6: 43.1= 6.76
b) Fhbar
= 562.5: 43.1= 13.08
c) Fhint
= 3724.9: 43.1= 86.63
185 7. Menyusun Tabel ANAVA Dua Jalur Sumber Varians Antar metode latihan (A) Antar Tingkat intelegensi (B) Interaksi (A x B) Dalam Kelompok
JK dK
RJK RJKD
Ft (α = 0,05)
JK
dK
291.6
1
291.6
6.76*
4,11
562.5
1
562.5
13.08*
4,11
3724.9
1
3724.9
86.63*
4,11
1551.6
36
43.1
-
-
-
-
RJK =
Fh =
Total 6130.6 39 Direduksi Keterangan : JK : Jumlah kuadrat dk : Derajat kebebasan RJK : Rata-rata jumlah kuadrat RJKD : Rata-rata jumlah kuadrat dalam Fh : Fhitung Ft : Ftabel * : Signifikan 8. Keputusan a. Terima Hipotesis alternatif (Ha) karena Fh > Ft b. Terima Hipotesis nol (H0) karena Fh < Ft 9. Kesimpulan
a. Terdapat perbedaan yang signifikan, keterampilan teknik dasar sepakbola sampel antara yang dilatih dengan rangkaian latihan dengan yang dilatih dengan rangkaian bermain. (Fh >Ft 6.76 > 4.11). b. Terdapat perbedaan yang signifikan, keterampilan teknik dasar sepakbola sampel yang dilatih dengan tingkat intelegensi tinggi dan intelegensi rendah. (Fh > Ft 13.08> 4.11). c. Terdapat interaksi antara metode latihan dengan tingkat intelegensi terhadap keterampilan teknik dasar sepakbola (Fh > Ft 86.63 > 4.11).
186 LAMPIRAN 13 C. Perhitungan Uji Lanjut Anava Pengujian tahap lanjut Anava digunakan Uji Tukey untuk menguji signifikansi perbedaan antara dua rerata yang dipasangkan. Langkahlangkah yang dilakukan adalah : 1. Merumuskan hipotesis yang diuji a. H0 : μ A1 = μ A2 H1 : μ A 1 < μ A 2 b. H0 : μ A1B1 = μ A2B1 H1 : μ A1B1 < μ A2B1 c. H0 : μ A1B2 = μ A2B2 H1 : μ A1B2 > μ A2B2 2. Menghitung perbedaan rerata absolut antar kelompok sampel yang dipasangkan, yaitu: a. Antara kelompok A1 dengan A2, selanjutnya disebut Q1 b. Antara kelompok A1B1 dengan A2B1, selanjutnya disebut Q2 c. Antara kelompok A1B2 dengan A2B2, selanjutnya Q3 3. Rumus yang digunakan Q=
Xi - Xj RKD
n
n
Keterangan ; Q
: Angka Tukey
Xi
: Rata-rata kelompok ke-i
Xj
: Rata-rata kelompok ke-j
n
: Banyak data tiap kelompok
RKD : Rata-rata kuadrat dalam Perhitungan adalah sebagai berikut :
187
RKD = n
43.1 = 2.08 untuk kelompok dengan n = 10 10
RKD = n
43.1 = 1.47 untuk kelompok dengan n = 20 20
Q1 =
66 − 47 = 12.92 1.47
Q2 =
66 − 39 = 12.98 2.08
Q3 =
53 − 39 = 6.73 2.08
4. Menetapkan kriteria pengujian, yaitu : a. Terima H0 jika Qh ≤ Qt b. Tolak H0 jika Qh ≥ Qt Berdasarkan tabel nilai rentang student pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh harga Qt untuk derajat kebebasan (db) = 2;20 adalah 2,950 dan untuk derajat kebebasan (db) = 4;36 diperoleh Qt = 3,131 5. Keputusan a. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1 < μ A2 b. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1B1 < μ A2B1 c. Tolak Ha yang menyatakan : μ A1B2 > μ A2B2 6. Kesimpulan a. μ A1 > μ A2 (Qh = 12.92 > Qt = 2,950) b. μ A1B1 > μ A2B1 (Qh = 12.98 > Qt = 2,950) c. μ A1B2 < μ A2B2 (Qh = 6.73 > Qt = 3,131)