PENGARUH MEDIA AIR TERSIRKULASI DAN TERAERASI TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BANDENG DENGAN VARIASI PAKAN DAN PROBIOTIK THE INFLUENCE OF CIRCULATED AND AERATED MEDIA TO THE GROWTH OF MILKFISH WITH THE VARIATIONS OF FEED AND PROBIOTIC Wahyono Hadi*, I.D.G. Krishna Ramadia Wijaya Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Abstrak Kebutuhan akan bandeng (Chanos chanos Forsskal) sebagai ikan pangan yang terus bertambah setiap tahunnya, membuat petambak tradisional tidak sanggup memenuhi jumlah permintaan produksi. Untuk mengatasi masalah kualitas air dalam budidaya intensif, pada penelitian ini akan dianalisa pengaruh aerasi , resirkulasi, serta penambahan vitamin pada pakan dan probiotik pada media air. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan air payau dengan variabel media air tersirkulasi dan teraerasi. Pada perlakuan media air tersirkulasi digunakan slowsand filter dengan variasi penambahan vitamin pada pakan dan probiotik EM-4. Pada perlakuan media air teraerasi, ditambahkan vitamin pada pakan dan probiotik EM-4 dan diaerasi dengan menggunakan aerator. Secara keseluruhan, media air tersirkulasi dengan penambahan vitamin dan probiotik menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pada perlakuan lain terutama pada parameter pH yang stabil pada kisaran 6,6-7,1, salinitas yang stabil pada kisaran 14,5-15,3 ppt , dan pertumbuhan berat ikan bandeng pada berat rata-rata 125 gram pada hari ke 30. Sedangkan pada parameter oksigen terlarut (DO) didapatkan nilai terbaik pada media air teraerasi dengan penambahan vitamin dan probiotik EM-4 yang berfluktuasi pada kisaran 5,8-6,5 ppm. Kata kunci: Resirkulasi, Aerasi, Budidaya, Bandeng, Pertumbuhan, Slowsand Filter, Salinitas ___________________________________________________________________________ 1.
Pendahuluan
Bandeng (Chanos chanos Forsskal) merupakan ikan pangan terpopuler di Asia Tenggara. Tidak terpenuhinya permintaan bandeng dalam pasar lokal maupun ekspor menjadikan bandeng sebagai komoditas perikanan Indonesia yang mempunyai nilai jual tinggi. Budidaya bandeng telah menjadi peluang bisnis yang sangat bagus karena kebutuhan pasar terhadap ikan jenis ini mencapai 500.000 ton per tahun (Sugama, 2008). Dibalik prospek yang bagus tersebut dalam budidaya bandeng masih terdapat kendala-kendala berupa perkembangan teknologi budidaya bandeng yang dirasakan sangat lambat, produksi bandeng tradisional tidak mampu mencukupi permintaan bandeng yag terus berkembang, ketersediaan air payau yang fluktuatif, bibit penyakit timbul ketika dipaksakan menggunakan sistem intensif namun tetap menggunakan metode tradisional, serta ketidakseragaman ukuran ikan bandeng saat masa panen. Berbagai kalangan pebisnis mencoba alternatif-alternatif teknologi dan managemen budidaya untuk mengantisipasi
kendala tersebut. Usaha intensifikasi budidaya perlu dilakukan karena rendahnya produktifitas bandeng dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru. Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh aerasi dan resirkulasi media air payau dengan variasi penambahan pakan, vitamin, dan probiotik EM-4 untuk budidaya bandeng. Selain itu, penilitian ini juga bertujuan untuk menentukan sistem yang mana lebih optimal antara aerasi dan resirkulasi dalam budidaya bandeng. 2.
Metodologi
Untuk menjalankan penelitian ini dibutuhkan reaktor slowsand filter dan reaktor budidaya ikan bandeng. Filter yang digunakan terbuat dari kaca dengan bentuk balok. Adapun dimensi dari unit filter ini adalah sebagai berikut: Panjang = lebar = 25 cm Tinggi -
: 150 cm
Tinggi media total : 100 cm Tinggi air diatas media : 20 cm Ruang udara : 20 cm diatas tinggi air diatas media
Diameter media: -
Pasir Halus : 0,25 mm ( < 1 mm ) Pasir Kasar : 1 mm ( 1 mm – 6 mm ) Kerikil : 6 mm ( 6 mm – 15 mm )
reaktor yang digunakan sebagai tempat budidaya bandeng dengan ukuran: -
Panjang: 30 cm Lebar: 30 cm Tinggi: 30 cm
Untuk lebih jelasnya susunan slowsand filter dan reaktor budidaya dapat dilihat pada Gambar 2.1 untuksistem resirkulasi dan Gambar 2.2 untuk susunan sistem aerasi.
Gambar 2.1 Sketsa Desain Slowsand Filter Dan Reaktor Untuk Perlakuan Resirkulasi
Gambar 2.2 Sketsa Desain Slowsand Filter Dan Reaktor Untuk Perlakuan Aerasi Sistem yang diperlakukan ada 2, yaitu aerasi dan resirkulasi dengan penambahan variasi vitamin pada pakan, dan probiotik EM-4 pada masing-masing sistem. Pada perlakuan resirkulasi, dari Slowsand filter effluen dialirkan melalui talang PVC ke dalam 4 reaktor dari kaca dan dilakukan penambahan pakan, vitamin dan probiotik. Effluen dari empat reaktor kaca kemudian diresirkulasi ke bak penampung kemudian dialirkan kembali kedalam slowsand filter. Pada perlakuan aerasi, dari Slowsand filter effluen dialirkan melalui talang PVC ke dalam 4 reaktor dari kaca dan dilakukan penambahan pakan, vitamin dan probiotik. Air payau dalam empat reaktor kaca kemudian diaerasi dengan aerator akuarium. Effluen dari bak penampung kemudian dibuang ke bak penampung tersendiri tanpa dilakukan resirkulasi ke slowsand filter. Untuk lebih jelasnya variasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Variasi Penambahan Pakan Dan Probotik Pada Reaktor
3.
Reaktor I
Reaktor II
Reaktor III
Reaktor IV
Sirkulasi
+Pakan
+Pakan +Vitamin
+Pakan +Probiotik
+Pakan +Vitamin +Probiotik EM4
Aerasi
+Pakan
+Pakan +Vitamin
+Pakan +Probiotik
+Pakan +Vitamin +Probiotk EM4
Pembahasan Dalam penelitian ini, pertumbuhan ikan dianalisa dari parameter berat ikan bandeng. Berat bandeng diukur dari berat rata-rata bandeng yang diamati setiap 3 hari selama 1 bulan. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2, sedangkan grafik pertumbuhannya dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Analisa Pertumbuhan Ikan Bandeng Pada Variasi Media Air Tersirkulasi R, P, hari keR, P R,P,V Pro R,P,V,Pro Berat rata-rata (kg) 0,05 0,05 0,05 0,05 3 0,05 0,05 0,05 0,05 6 0,07 0,07 0,07 0,07 9 0,07 0,07 0,07 0,07 12 0,07 0,083 0,083 0,083 15 0,072 0,09 0,09 0,09 18 0,075 0,1 0,1 0,1 21 0,08 0,1 0,11 0,11 24 0,084 0,1 0,11 0,125 27 0,09 0,1 0,12 0,125 30 Tabel 3.2 Hasil Analisa Berat Ikan Bandeng Pada Variasi Media Air Teraerasi hari ke-
A, P
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
0,05 0,05 0,07 0,07 0,07 0,072 0,075 0,08 0,084 0,09
A,P, A,P,V Pro A,P,V,Pro Berat rata-rata (kg) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,083 0,083 0,08 0,09 0,09 0,08 0,09 0,1 0,09 0,09 0,1 0,09 0,09 0,1 0,09 0,09 0,11
Berat rata-rata bandeng (kg)
0,14 0,12
R, P
0,1
R,P,V
0,08
R, P, Pro
0,06
R,P,V,Pro
0,04
A, P
0,02
A,P,V A,P, Pro
0 0
10
20
30
40
A,P,V,Pro
hari ke
Gambar 3.1 Grafik Analisa Berat Ikan Bandeng Pada Media Air Tersirkulasi Dan Teraerasi
Dari hasil analisa diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan berat bandeng lebih optimal pada perlakuan resirkulasi dengan penambahan probiotik . penambahan probiotik menunjukkan pengaruh lebih signifikan dibandingkan hanya dilakukan penambahan vitamin pada pakan. Hasil terbaik selama penelitian 1 bulan didapatkan pada reaktor 4 dengan perlakuan resirkulasi dan penambahan vitamin pada pakan dan probiotik EM-4. Hasil penimbangan berat rata-rata ikan bandeng pada reaktor 4 dengan perlakuan resirkulasi menunjukkan angka tertinggi dengan nilai sebesar 125 gr/ekor. 4.
Kesimpulan
Resirkulasi dan aerasi berpengaruh pada pengkondisian lingkungan untuk mendukung pertumbuhan bandeng secara optimal terutama dari parameter salinitas, pH, dan oksigen terlarut (DO). Nilai DO tidak memberikan pengaruh langsung pada pertambahan berat, namun mempengaruhi kelangsungan hidup bandeng. -
-
-
-
Baik pada perlakuan resirkulasi dan aerasi, nilai salinitas mengalami peningkatan secara perlahan, namun masih berada pada batas yang mendukung pertumbuhan bandeng yaitu 10-35 ppt. Hasil terbaik didapatkan pada perlakuan penambahan Probiotik EM-4 tanpa penambahan vitamin dengan kisaran 14-15 ppt dan menyentuh angka 15 ppt pada hari ke-30. Untuk parameter pH, baik pada perlakuan resirkulasi maupun aerasi, perlakuan penambahan probiotik mampu menghasilkan nilai yang stabil pada kisaran 7. Perlakuan tanpa penambahan probiotik menyebabkan pH naik hingga 10 dimana nilai tersebut tidak mendukung pertumbuhan bandeng. Hasil terbaik pada sistem resirkulasi dan aerasi didapatkan pada perlakuan penambahan vitamin dan probiotik dengan nilai pH antara 6,5-7,5. Pada perlakuan resirkulasi, nilai DO terus menurun hingga 5,4 ppm pada hari ke-30 pada perlakuan penambahan vitamin dan probiotik, meski masih pada batas yang mendukung pertumbuhan bandeng yaitu > 3ppm. Nilai terbaik pada parameter oksigen terlarut (DO) didapatkan pada perlakuan aerasi dengan penambahan probiotik dan vitamin yaitu berfluktuasi pada kisaran 5,8-6,4. Fluktuasi yang terjadi disebabkan oleh pertumbuhan alga dalam reaktor. Pada parameter berat rata-rata ikan bandeng, pada masing-masing sistem baik aerasi dan resirkulasi memberikan nilai terbaik pada perlakuan penambahan vitamin dan probiotik. Pada sistem resirkulasi berat rata-rata pada hari ke-30 mencapai 125 gram, sedangkan pada sistem aerasi berat rata-rata pada hari ke-30 mencapai 110 gram. Penambahan vitamin pada pakan dan probiotik dapat menunjukkan peningkatan pertambahan berat yang lebih signifikan dibandingan perlakuan hanya diberi pakan. Dari nilai diatas, penambahan probiotik menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya ditambahkan vitamin.
Penentuan sistem yang lebih optimal dilihat dari berat rata-rata akhir pada hasil terbaik masing-masing sistem, baik aerasi maupun resirkulasi. Pada sistem resirkulasi dengan penambahan vitamin dan probiotik berat rata-rata 125 gram, sedangkan pada sistem aerasi hasil terbaik didapat dari perlakuan penambahan vitamin dan probiotik dengan berat rata-rata 110 gram, maka sistem yang lebih optimal adalah sistem resirkulasi dengan penambahan vitamin dan probiotik EM-4. __________________________________________________________________________ DAFTAR PUSTAKA Al – Layla, M.A., S. Ahmad, S.J. Middlebrooks, (1977) Water Supply Engineering Desaign 2nd edition. Ann Arbor Science. Michigan – USA. A National Drinking Water Clearinghouse. 1996. Tech Brief. Environmental Protection Agency Anonim, 1993. Pedoman Teknis Pembenhan Ikan Bandeng.Deptan.BPPT.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.Jakarta. Bardach, J.R., J.A. Ryther and W.O McLarney. 1972. Aquaculture, TheFarming and Husbandry of Freshwater and Marine Organism.WileyInterscience, London Barus, A. 2001. Pengantar Limunologi. DIKTI. Droste, Ronald L. 1997. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. USA: John Willey and Sons, Inc. Dwidjoseputro, (1989), Dasar-dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan, Jakarta. Haarhoff, Johannes., John L. Cleasby. 1991. Biological and Physical Mechanism in Slow Sand Filtration. New York : Gary Lodsgon, ed. American Society of Civil Engineers. Heitmann, H. G. 1990. Saline Water Processing. VCH Publisher. New York. Huisman, L., dan W. E. Wood, (1974). Slow Sand Filtration, WHO, Genewa. Karundeng, Hengki, H., 1994. Analisis Kelayakan Usaha/Proyek, Materiuntuk Pelatihan Agribisnis Perikanan Tahun 1994/1995 Montgomery, A. 2005. Water Treatment Principles and Design. A Wiley Interscience Publishing. Singapore. Murtidjo, B.A..2002.Bandeng . Kanisius Jakarta Reynolds, T. D., (1982). Unit Operations and Processes in Environmental Engineering, 2nd edition, PWS, USA. Sugama, 2008. (http://artikelterbaru.com/pertanian/perikanan/usaha-budi-daya-ikan-airtawar-dan-air-payau-tambak-201157.html) diakses 6 Desember 2011