JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI DINAMIKA PENDIDIKAN Vol. IX, No. 1, Juni 2014 Hal. 92 - 99
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN PERGAULAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA Suratno 1 Abstract: The objective of the study was to analyze the influence of family environment and social environment toward students’ achievement for Economics subject at the XI Social Studies students in SMA N 3 Jambi in the academic year of 2012/ 2013. The data were collected by questionnaire and documentation. Then, the data were analyzed by descriptive analysis and regression. The result of the study showed that simultaneously, family environment and social environment influenced significantly toward students’ achievement for Economics subject at the XI IPS students in SMK N 3 Jambi. In detail, family environment had more dominant influence than social environment to influence students’ achievement. Keywords: family environment, social environment, students’ achievement
PENDAHULUAN Mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (SMA IPS) merupakan salah satu diantara mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Ini mengindikasikan bahwa mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran penting untuk siswa SMA IPS. Jika diperhatikan prestasi belajar siswa kelas XI SMA N 3 Kota Jambi pada mata pelajaran ekonomi bervariasi. Rata-rata prestasi belajar mereka pada mata pelajaran ekonomi pada semester ganjil Tahun Akademik (TA) 2012/2013 sebesar 76,75 dengan nilai tertinggi 82,50 dan terendah 71,00 (dokumentasi guru). Banyak faktor yang menentukan prestasi belajar mereka, diantaranya yang diduga berpengaruh kuat terhadap hasil belajar yaitu lingkungan keluarga terutama perhatian orang tua dan lingkungan pergaulan mereka di luar kelas setelah mereka pulang sekolah. Prestasi belajar siswa diperoleh dari sebuah proses yang disebut belajar. Winataputra (1995) mengutip pendapat Fontana menyatakan bahwa belajar (learning) mengandung pengertian proses perubaan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagi hasil dari belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (2003) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya 1
Dosen Jurusan IPS – Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi
Suratno
93
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ahli lain menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang (Winkel, 1996). Prestasi belajar di sekolah pada umumnya diukur menggunakan seperangkat alat pengukuran yang disebut tes. Prestasi belajar diperoleh setelah dilakukan pengukuran menggunakan seperangkat tes yang kemudian dilakukan penskoran dan penilaian yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka ataupun simbol lainnya. Prestasi belajar tersebut merupakan hasil dari pengukuran terhadap pebelajar yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor setelah siswa mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Ahli lain menyatakan prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu (Tu’u 2004:75). Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi belajar merupakan penguasaan terhadap mata pelajaran yang ditentukan melalui nilai atau angka yang diberikan guru. Berdasarkan hal ini, prestasi belajar dapat dirumuskan: pertama prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai ketika mengikuti, mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah; kedua prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi; ketiga prestasi belajar dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hal-hal di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar berfokus pada nilai atau angka yang dicapai dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut dinilai dari segi kognitif karena guru sering memakainya untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai pencapaian hasil belajar siswa. Prestasi belajar siswa tidak berdiri sendiri tetapi erat kaitannya dengan lingkungan belajar mereka baik lingkungan keluarga di rumah terutama perhatian orang tua maupun lingkungan pergaulan mereka yang dalam hal ini difokuskan pada lingkungan pergaulan setelah pulang sekolah. Perumusan masalah yang diajukan yaitu: 1). Apakah lingkungan keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa? 2). Apakah lingkungan pergaulan siswa di luar sekolah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa? 3). Apakah lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan siswa secara bersama sama berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa? Lingkungan Keluarga Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu yang memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Fungsi yang dijalankan keluarga menurut (Clayton, 1999) meliputi fungsi pendidikan, sosialisasi, perlindungan, perasaan diantara anggota keluarga, agama, ekonomi, rekreatif, biologis, dan kasih sayang. Keluarga dalam menjalankan fungsi pendidikan, peran ayah dan atau ibu dominan dalam membina keberhasilan pendidikan bagi anak-anak mereka. Lingkungan keluarga yang baik dan kondusif akan merangsang anak untuk belajar lebih giat dan mencapai hasil belakar yang lebih tinggi. Lingkungan pergaulan anak erat kaitannya dengan perilaku yang mereka tunjukan. Pernyataan tersebut sering dikatakan para orang tua dan juga para pendidik. Pernyataan tersebut bukan tuduhan yang tidak berdasar. Kenyataan dalam pergaulan
94
JPE DP, Juni 2014
hidup sehari-hari bahwa anak-anak yang bergaul di lingkungan yang baik-baik, maka anak akan menjadi baik-baik; dan sebaliknya anak yang bergaul di lingkungan yang tidak baik juga akan diikuti dengan perilaku mereka yang tidak baik pula. Dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa SMA, jika mereka dapat memilih lingkungan pergaulan yang baik tentu akan berpengaruh baik pula terhadap prestasi belajarnya. Demikian sebaliknya jika salah memilih milu tentu akan berakibat negatif terhadap prestasi belajar mereka. Dengan demikian jelas bahwa lingkungan pergaulan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan responden siswa kelas XI SMA N 3 IPS Kota Jambi Tahun Pelajaran 2012/2013. Data dikumpulkan menggunakan angket dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif dan regresi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Prestasi Belajar siswa Kategori Prestasi Belajar Siswa Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah Sangat Rendah
Skor Belajar
Frek. Absolut
Frek. Relatif %
≥ 80 70 – 79,99 60 – 69,99 50 – 59,99 49,99 ≤
2 53 5 0 0
3,33 % 88,33 % 8,33 % 0 0
Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas, pada umumnya prestasi belajar siswa dalam kategori tinggi dengan rentang skor belajar anatar 70 sampai dengan 79,99 yaitu sebanyak 53 orang dari total sebanyak 60 orang responden atau 88,33%, sedangkan yang berprestasi pada kategori sangat tinggi yaitu dengan dengan skor belajar 80 atau lebih dan hanya 2 orang responden atau sebanyak 3,33% dan yang pada kategori cukup tinggi dengan rentang skor antara 60 sampai dengan 69,99 sebanyak 5 orang responden atau 8,33%. Data seperti di atas tidaklah mengherankan, kalau tidak ada siswa yang memiliki skor hasil belajar kurang dari 59,99, hal itu karena SMAN 3 Kota Jambi termasuk sekolah dengan peringkat kualifikasi tinggi dan menjadi salah satu SMA favorit di Kota Jambi. Tabel 2. Kondisi Lingkungan Keluarga Siswa Kategori Kondisi Lingkungan Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif % Keluarga siswa Sangat Kondusif 30 50,00 % Kondusif 28 46,67 % Cukup Kondusif 2 3,33 % Kurang Kondusif 0 0 Tidak Kondusif 0 0 Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar (50%) responden berasal dari lingkungan keluarga siswa sangat kondusif, 46,67% responden berasal dari lingkungan keluarga yang kondusif 38%, dan hanya 3,33% responden saja yang mengaku berasal dari keluarga cukup kondusif. Data di atas cukup menarik,
Suratno
95
mengingat SMA N 3 Kota Jambi merupakan sekolah favorit tentu saja anak-anak yang berhasil masuk di sekolah ini berasal dari keluarga yang mapan secara ekonomi, sehingga diprediksi tidak ada responden yang berasal dari lingkungan keluarga dengan kategori cukup kondusif. Namun data menunjukkan, ternyata terdapat 2 orang siswa atau 3,33% dari total responden yang mengaku bahwa kondisi lingkungan keluarga mereka pada kategori cukup kondusif. Walaupun hanya dalam jumlah yang relatif kecil, tetapi perlu dipertanyakan mengapa ada siswa yang merasa lingkungan keluarga mereka tidak seperti halnya lingkungan responden pada umumnya. Tabel 3. Kondisi Lingkungan Pergaulan Siswa Kategori Kondisi Lingkungan Pergaulan Siswa
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif %
Sangat Kondusif
51
85 %
Kondusif
9
15 %
Cukup Kondusif
0
0
Kurang Kondusif
0
0
Tidak Kondusif
0
0
Berdasarkan data pada Tabel 3 di atas, ternyata pada umumnya lingkungan pergaulan siswa sangat kondusif dan mendukung pelajaran di sekolah. Mereka yang masuk dalam kategori ini sebanyak 51 orang responden atau 85% dari total responden. Selebihnya sebanyak 9 orang responden atau 15% dari total responden dalam kategori lingkungan pergaulan kondusif. Tidak ditemukan siswa yang lingkungan pergaulannya tidak kondusif ataupun kurang kondusif. Ini mengidikasikan bahwa siswa yang bersekolah di SMA N 3 Kota Jambi, yang merupakan sekolah dengan peringkat tinggi, dan ternyata perilaku mereka dalam memilih lingkungan pergaulan sudah sangat selektif dan bernilai positif. Tabel 4. Lingkungan Keluarga dan Prestasi Belajar Prestasi Belajar*)
Lingkungan
Jumlah
Keluarga
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Absolut
Relatif
Sangat Kondusif
1
29
-
-
-
51
50,00%
Kondusif
1
24
3
-
-
9
46,67%
Cukup Kondusif
-
-
2
-
-
2
3,33%
Kurang Kondusif
-
-
-
-
-
-
-
Tidak Kondusif
-
-
-
-
-
-
-
Absolut
2
53
5
-
-
-
-
Relatif
3,33%
88,33%
8,33%
-
-
-
-
Jumlah
Berdasarkan data pada Tabel 4 tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat 2 orang responden atau 3,33% memiliki prestasi belajar dalam kategori sangat tinggi dan mereka ini berasal dari lingkungan keluarga dalam kategori yang sangat kondusif dan lingkungan keluarga dalam kategori kondusif. Tidak ada responden dengan prestasi belajar sangat tinggi yng berasal dari lingkungan keluarga yang cukup kondusif, kurang
96
JPE DP, Juni 2014
kondusif, dan tidak kondusif. Responden dalam kategori prestasi belajar tinggi yang berjumlah 53 orang atau 88,33%, mereka berasal dari lingkungan keluarga dalam kategori sangat kondusif sebanyak 29 orang atau 48,33% dan dari lingkungan keluarga dalam kategori kondusif sebnyak 24 orang respondsen atau 40% dan tidak satu pun diantara mereka yang berasal dari lingkungan keluarga cukup kondusif ataupun yang kebih rendah lagi. Kelompok siswa berprestasi belajar dalam kategori cukup tinggi sebanyak 5 orang responden atau 8,33%. Mereka ini berasal dari lingkungan keluarga dalam kategori kondusif sebanyak 3 orang responden atau 5% dan dari lingkungan keluarga cukup kondusif sebanyak 2 orang atau 3,33%. Dari paparan data di atas terlihat ada pengaruh kondisi lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa. Untuk menguji hipotesis kerja bahwa terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa perlu dilakukan pengujian secara statistik. Hasil pengujian statistik diperoleh koefisien korelasi r = 0,378 dengan tingkat penolakan 3%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat penolakan sebesar 3% dapat dinyatakan lingkungan keluarga berkorelasi terhadap prestasi belajar siswa. Jika dilihat pengaruh variabel lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar, dalam hal ini ditunjukkan melalui koefisien determinasi diperoleh koefisien sebesar 14,29% . Hal ini dapat dikatakan bahwa pada tingkat kesalahan 3% lingkungan keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sebesar 14,29%. Tabel 5. Lingkungan Pergaulan dan Prestasi Belajar Prestasi Belajar Lingkungan Pergaulan
Jumlah
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Absolut
Relatif
Sangat Kondusif
2
49
-
-
-
51
85%
Kondusif
-
4
5
-
-
9
15%
Cukup Kondusif
-
-
-
-
-
-2
-
Kurang Kondusif
-
-
-
-
-
-
-
Tidak Kondusif
-
-
-
-
-
-
-
Absolut
2
53
5
-
-
-
-
Relatif
3,33%
88,33%
8,33%
-
-
-
-
Jumlah
Berdasarkan data Tabel 5, terdapat 2 orang responden atau 3,33% dengan skor prestasi belajar dalam kategori sangat tinggi yang semuanya berasal dari lingkungan pergaulan yang sangat kondusif. Selanjutnya 53 orang responden atau 88,33% berprestasi belajar dalam kategori tinggi, mereka ini berasal dari lingkungan pergaulan yang sangat kondusif sebanyak 49 orang responden atau 81,67% dan 4 orang responden atau 6,66% berasal dari lingkungan pergaulan dalam kategori kondusif. Responden dengan prestasi belajar pada kelompok cukup tinggi terdapat 5 orang responden atau 8,33% dari total responden, mereka dalam kelompok ini berasal dari lingkungan pergaulan dalam kategori kondusif. Memperhatikan kondisi paparan data di atas terlihat jelas bahwa ada pengaruh lingkungan pergaulan terhadap prestasi belajar siswa seperti halnya pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa.
Suratno
97
Untuk menguji pengaruh lingkungan pergaulan terhadap prestasi belajar siswa yang menjadi responden pada penelitian ini akan dilihat dari koefisien determinasi yang merupakan r kuadrat dari koefsien korelasi product moment. Hasil analisis pengujian secara statistik diperoleh koefisien r sebesar 0,356 dengan tingkat penolakan 5%. Sedangkan tingkat koefisien determinasi sebesar = 12,67%. Koefisien ini mengindikasikan pada tingkat penolakan 5% dapat dinyatakan terdapat pengaruh lingkungan pergaulan terhadap prestasi belajar siswa. Hasil perhitungan statitistik diperoleh koefisoen R = 0,422; dan koefisien determinasi R2 = 17,80% ; dengan koefisien F = 6,182 pada tingkat penolakan 0,4%. Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa hipotesis kerja dapat diterima, yang artinya secara bersama-sama variabel lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan tingkat penolakan 0,4%. Jika variabel lingkungan keluarga dan variabel lingkungan pergaulan untuk memprediksi prestsi belajar siswa, maka dapat dinyatakan dengan persamaan regresi sederhana Y = 57,91 + + 2,02 X 1 + 1,54X 2 + e SMA N 3 Kota Jambi adalah salah satu sekolah favourit di Kota Jambi, sekolah unggulan dan sekolah berstandar nasional dengan peringkat tingi. Oleh karena itu siswasiswi yang diterima di sekolah ini tentu saja anak-anak unggulan yang dapat mengalahkan para pesaingnya. Dengan kondisi seperti itu dapat diduga bahwa prestasi belajar siswasiswinya tinggi, dan itu dibuktikan pada penelitian ini. Rata-rata prestasi belajar mereka 74,6 dengan median dan modus 75 yang tergolong tinggi, atau dengan meminjam istilah yang dipakai di sekolah disebut sebagai telah mencapai tingkat ketuntasan minimum. Hanya sebagian kecil saja yaitu 8,33% siswa yang berprestasi belajar pada kategori cukup tinggi (sedang). Jika ditelusur lebih jauh ternyata mereka ini berasal dari kelompok siswa yang direkrut melalui jalur bina lingkungan. Berdasarkan hasil analisis penelitian secara umum, menunjukkan lingkungan keluarga pada umumnya sangat kondusif ataupun kondusif, bahkan tidak ada responen yang menyatakan kurang ataupun tidak kondusif. Ini mengindikasikan bahwa siswa-siswi kelas XI pada Jurusan IPS SMA N 3 Kota Jambi berasal dari keluarga yang harmonis. Keluarga tersebut memberikan bimbingan, arahan, perhatian, dan dorongan kepada putraputrinya sehingga mereka merasa sangat diperhatikan oleh orang tuanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Bernandib (1999), Clayton, (2003); Slameto (2010) dan Gunarso (2009). Kondisi lingkungan keluarga yang kondusif seperti disebutkan di atas, ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa-siswinya. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien determinasi sebesar 14,29%, yang artinya lingkungan keluarga berpengaruh 14,29% terhadap perolehan prestasi belajar siswa. Pengaruh lingkungan keluarga hanya 14,29% terhadap perolehan prestasi belajar siswa, artinya 85,71% ditentukan oleh faktor lainnya. Hal ini dapat dipahami karena pelajaran yang diberikan pihak sekolah sudah komplek dan orang tua tidak mampu lagi untuk ikut campur tangan dalam perolehan prestasi belajar anak-anak mereka. Sebagai bukti dari hal itu seperti banyaknya siswa yang masuk program bimbingan belajar (bimbel) yang dilaksanakan diluar sekolah, dan program-program bimbel lainnya, termasuk di dalamnya program belajar kelompok dan tambahan jam belajar yang diselenggarakan pihak sekolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan pergaulan terhadap prestasi belajar siswa sebesar = 12,67%. Berdasarkan data yang dikumpulkan dan telah dianalisis pada penelitian ini ternyata lingkungan pergaulan mereka kondusif bagi
98
JPE DP, Juni 2014
tercapainya prestasi belajar yang mereka harapkan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nining (2012) di Yogyakarta dan Khajar (2012) di Magelang yang menyimpulkan bahwa lingkungan pergaulan berpengaruh terhadap prestasi hasil belajar, dan juga pendapat Djamarah (2008) serta Slameto (2010). Hasil analisis juga menunjukan bahwa prestasi belajar siswa diperoleh koefisien determinasi R2= 17,80% pada tingkat penolakan 0,40%. Hal ini mengindikasikan terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat penolakan yang sangat kecil 0,40% antara variabel lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan terhadap prestasi belajar siswa Kelas XI IPS SMA N 3 Kota Jambi. Kedua variabel tersebut di atas ternyata hanya berpengaruh 17,80% terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan selebihnya yang 82,20% dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel lain yang diduga ikut menyumbang terdapat prestasi belajar seperti antara lain bimbingan belajar, usaha belajar, fasilitas belajar, intelegency quotien, dan ketekunan belajar. Dengan demikian, besarnya tingkat pengaruh kedua variabel terhadap variabel bebas dapat dipahami. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang diperoleh yaitu: 1) Lingkungan keluarga terbukti berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA N 3 Kota Jambi. Hal itu ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 14,29% dengan tingkat kesalahan 3%. 2) Lingkungan pergaulan terbukti berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA N 3 Kota Jambi dengan koefisien determinasi sebesar 12,67% dengan tingkat penolakan 5%. 3). Lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA N 3 Kota Jambi dengan koefisen R2 = 17,80% dengan tingkat penolakan 0,40%. Saran yang diajukan yaitu: 1) Kepada keluarga, terutama bapak dan ibu untuk terus memberikan suasana keluarga yang kondusif bagi anak, tetap mempertahankan bahkan untuk meningkatkan suasana keluarga yang hangat, perhatian, membimbing dan memperhatikan bahkan mengawasi kegiatan anak agar putra-putrinya dapat memperoleh prestasi belajar yang membanggakan. 2). Lingkungan pergaulan anak di luar rumah dan sekolah ternyata terbukti berpengaruh signifikan terhadp prestasi belajar siswa. Untuk itu orang tua hendaknya memperhatikan dengan siapa mereka bergaul agar tidak melenceng ke pergaulan bebas yang tidak diinginkan.
DAFTAR REFERENSI Clayton, Richard, R. 1999. The family, Marriage and Social Change, Lexington MassTorronto, De hath and Company Slameto .2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tu’u, Tulus. 2004, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi Siswa, Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Suratno
99
Winataputra, Udin S. 2006.”Makna dan Tahap-tahap Proses Belajar” Psikologi Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Winkel. 1996. Psikhologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.