Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 PENGARUH LATIHAN CONTINUOS RUNINNG TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS KARDIORESPIRASI Apta Mylsidayu1 & Herman Pelani2 Universitas Islam “45” Bekasi
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh latihan continuous running terhadap peningkatan kapasitas kardiorespirasi pada anggota Menwa Unisma. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Karena memperhatikan dan melihat dari tujuan penelitian yang mengungkapkan hasil perbandingan latihan sebagaimana terdapat dalam judul penulisan ini. Dalam penulisan ini ada variabel yang dicobakan dan akan di lihat hasilnya melalui tes awal dan tes akhir sebagai perbandingan hasil latihan, serta pengaruh yang ditimbulkan dari jenis latihan tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Menwa Unisma sebanyak 22 orang. Adapun teknik pengambilan sampel ini menggunakan purposive sampling, yang menjadi syarat menjadi sampel antara lain Anggota Menwa angkatan 3 yang berjumlah 5 orang, Usia 17 sampai dengan 20 tahun, dan Berjenis kelamin laki-laki. Hasil peneltian ini menunjukan bahwa latihan continuous running berdistribusi normal karena Lo < L tabel yaitu 0,337 dengan 0,05, dan bersifat homogen karena F hitung < F tabel yaitu 12,41 dengan α 0,05 selanjutnya, hasil peneltian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pre test dan post test dengan t hitung > t tabel (17,98 > 2,13). Kata Kunci: Latihan, Continuos Runinng ,Kardiorespirasi
Dengan diakuinya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai hasil keputusan KMB di Den Haag, pada tanggal 27 Desember 1949, maka perang kemerdekaan, yang telah mengorbankan jiwa, raga dan penderitaan rakyat berakhir sudah. Oleh karena itu, pemerintah memandang perlu agar para pemuda pelajar dan mahasiswa yang telah ikut berjuang dalam perang kemerdekaan, dapat menentukan masa depannya, yaitu perlu diberi kesempatan untuk melanjutkan tugas pokoknya untuk belajar, Sehingga pada tanggal 31Januari 1952 pemerintah melikuidasi dan melakukan demobilisasi Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar. Para anggotanya diberi dua pilihan, yakni mengabdi sebagai prajurit TNI atau melanjutkan studi. Kondisi sosial ekonomi dan politik di dalam negeri sebagai akibat dari pengerahan tenaga rakyat dalam perang kemerdekaan, dianggap perlu diatur dan ditetapkan dengan undang-undang. Maka, 1 2
Apta Mylsidayu: Dosen PJKR FKIP Universitas Islam “45” Bekasi Herman Pelani: Mahasiswa PJKR FKIP Universitas Islam “45” Bekasi
87
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 dikeluarkanlah Undang-Undang No. 29 tahun 1954 tentang Pertahanan Negara. Menwa merupakan singkatan dari Resimen Mahasiswa adalah salah satu kekuatan sipil yang dilatih dan dipersiapkan untuk mempertahankan NKRI sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Markas komando Menwa bertempat diperguruan tinggi di kesatuan masing-masing yang anggotanya adalah mahasiswa atau mahasiswi yang berkedudukan di kampus tersebut. Menwa merupakan komponen cadangan pertahanan negara yang diberikan pelatihan dasar militer seperti penggunaan senjata, taktik pertempuran, survival, terjun payung, bela diri militer, senam militer, penyamaran, navigasi dan sebagainya. Sebagai kegiatan ekstra kurikuler mahasiswa di bidang olah keprajuritan, kedisiplinan, dan wawasan bela negara dalam rangka mewujudkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, yang dilaksanakan melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) membantu dalam kegiatan penanggulangan akibat bencana alam dan bencana lainnya sebagai pelaksanaan perlindungan masyarakat. Sebagai wadah penyaluran potensi mahasiswa dalam rangka mewujudkan hak dan kewajiban warga negara dalam bela negara.Mempersiapkan mahasiswa yang memiliki sikap disiplin, pengetahuan, fisik, dan mental agar mampu melaksanakan tugas bela negara serta menanamkan dasar-dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Mempersiapkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari potensi rakyat dalam rangka Sishankamrata. Sumber
(Gifari,
Rasminto, 2010). Kebugaran
merupakan
Pelaksanaannya harus berdasarkan
dasar
untuk
pencapaian keterampilan gerak.
kemampuan para anggota menwa dan beban
latihannya disesuaikan dengan kesanggupan setiap anggota sehingga para anggota menwa mampu mengembangkan dirinya, termasuk bersikap disiplin dalam mematuhi setiap peraturan yang ada di satuan Adapun tujuan umum Unit Kegiatan Mahasiswa Komando Resimen Mahasiswa, pada prinsipnya adalah membantu mahasiswa untuk perbaikan
derajat kesehatan dan kesegaran
jasmani
melalui
pengertian,
pengembangan sikap positif , dan keterampilan gerak dasar, serta berbagai aktivitas jasmani. Anggota Menwa tidak hanya belajar baris-berbaris, menunggu datangnya alatalat, atau mendengarkan
penjelasan pelatih militer yang panjang. Tetapi juga
mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota Menwa untuk menimba 88
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 pengalaman gerak. Guna meningkatkan kesegaran jasmani anggota menwa dapat melakukan berbagai kegiatan olahraga seperti bimbingan jasmani jogging, lari 2.400 km, sit up, push up, pull up, renang. senam balok, dan halang rintang. Selama ini anggota Menwa UNISMA mengalami penurunan dalam segi tingkat kebugaran jasmaninya setelah selesai melaksanakan pelatihan. Hal ini dilihat dari kondisi fisik anggota Menwa sehari-hari. Oleh sebab itu peneliti tertarik ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh
latihan continiuous running
terhadap peningkatan kapasitas
kardiorespirasi pada anggota menwa unisma. Hakekat latihan Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama latihan dalam olahraga prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya. Berkaitan dengan latihan Suharno HP. (1993: 1) dalam seri bahan penataran pelatih tingkat muda/madya dikatakan, “Berlatih atau latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet secara sadar untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat, berkesinambungan dan berulang-ulang waktunya”. Menurut Sudjarwo (1993: 14) bahwa, “Latihan adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang, secara ajeg dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999: 3.4) berpendapat, “Latihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang makin meningkat”. Pengertian latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat. Adapun batasan latihan sesuai yang dikemukakan oleh Harsono (1982:101) adalah sebagai berikut: ’Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kain menambah jumlah beban latian dan pekerjaannya. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka 89
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 meningkatkan kemampuan dan prestasi atlet adalah penerapan prinsip-prinsip latihan dalam pelaksanaan program latihan. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip latihan merupakan faktor yang mendasar dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu program latihan. Harsono (1991:83) menyatakan “Agar prestasi dapat meningkat, latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip latihan. Tanpa berpedoman pada teori dan prinsip latihan yang benar, latihan seringkali menjurus ke praktek mala-latih (malpractice) dan latihan yang tidak sistematis-metodis sehingga peningkatan prestasi sukar dicapai”. Waktu latihan dibuat untuk memudahkan para pelatih dalam menyusun program latihan. Waktu latihan dapat diartikan sebagai pentahapan, yaitu proses membagi-bagi program latihan tahunan menjadi beberapa tahap latihan (phase of training) yang lebih kecil. Tujuan pembuatan waktu latihan adalah untuk memberikan kemudahan dalam menyusun tahapan-tahapan (periode) latihan yang lebih kecil, sehingga program latihannya dapat diorganisir secara lebih cermat dan dapat dilaksanakan secara sistematis serta untuk menjamin pemuncakan prestasi yang tepat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Hakikat Latihan Continuous Running Latihan continuous Running yaitu latihan yang dilakukan dengan terus menerus biasanya berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Contoh lari terus menerus selama 30 menit. Jenisnya intesitas rendah (low intensity tranining) berlari atau berenang lambat yang denyut nadinya berkisar antara 70% - 80% dari denyut nadi maksimal atlet. Misalkan MHR atlet ialah 200. Maka 70% - 80% dari MHR ialah 140 -160 d.n./ menit. Dengan pace ( tempo lari ) yang rendah ini, kadar asam laktatnya umumnya kurang dari 3 mol, yaitu sedikit lebih tinggi dari tingkat istirahat (resting level) yang 12 mmol. menurut Harsono (2001:8) Continuous Training atau latihan kontinyu atau sering disebut latihan terus menerus adalah latihan yang dilakukan tanpa jeda istirahat, dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti. Waktu yang digunakan untuk latihan kontinyu relative lama, antara 30- 60 menit. Latihan kontinyu menggunakan intensitas 60-80% dari HR.Max. Latihan yang baik 3-5 hari perminggunya. Ada bermacam-macam bentuk latihan kontinyu seperti: jogging, jalan kaki, lari diatas treadmill, bersepeda statis, bersepeda, atau berenang. Interval training atau latihan berselang adalah latihan yang bercirikan 90
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 adanya interval kerja diselingi interval istirahat (recovery). Bentuknya bisa interval running (lari interval) atau interval swimming (berenang interval). Latihan interval biasanya menngunakan intensitas tinggi, yaitu 80-90% dari Kemampuan makasimal. Waktu (durasi) yang digunakan antara 2-5 menit. Lama istirahat antara 2-8 menit. Perbandingan latihan dengan istirahat adadah 1:1 atau 1:2. Repetisi (ulangan) 3-12 kali. Sirkuit training dirancang selain untuk mengembangkan kapasitas paru, juga untuk mengembangkan kekuatan otot. Sirkuit training merupakan bentuk latihan yang terdiri dari beberapa pos (station) latihan yang dilakukan secara berurutan dari pos satu sampai pos terakhir. Jumlah pos antara 8-16. Istirahat dilakukan pada jeda antara antara pos satu dengan yang lainnya. Hakikat kardiorespirasi Daya Tahan Kardiorespiarasi adalah kemampuan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah berfungsi secara optimal. Dengan kata lain kardiorespirasi merupakan kemampuan jantung untuk memompa darah ke otot, kemampuan otot mengambil oksigen dalam darah atau kapasitas aerobik maksimal, menurut Sutopo (1986: 41). Sedangkan menurut Markin dan Hoffman (1984: 49), mengatakan bahwa: “kemampuan maksimal tubuh mengangkut oksigen ke otot dibatasi oleh sifat genetik anda dan sangat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya kapasitas. Menurut Cooper dalam Utama, (2005: 2), “yang menyatakan bahwa daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dalam menilai kemampuan aerobik seseorang. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 27), daya tahan paru jantung adalah kemampuan fungsional paru jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu lama. Sedangkan menurut Mochamad Sajoto (1988: 44), daya tahan kardiorespirasi adalah keadaan di mana jantung seseorang mampu bekerja dengan mengatasi beban berat selama suatu kerja tertentu. Sedangkan, menurut Iskandar Z. A dkk (1999: 5), daya tahan jantung paru adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan berarti. Sehingga daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dari kesegaran jasmani terutama yang menyangkut stamina. Kapasitas kardiorespiarasi adalah merupakan salah satu unsur kesegaran jasmani yang paling penting. Karena dengan daya tahan kardiorespirasi seseorang akan dapat 91
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 meningkatkan kesegaran jasmani secara maksimal. Kapasitas Kardiorespirasi Latihan Kapasitas Kardiorespirasi adalah suatu bentuk latihan yang bertujuan meningkatkan kemampuan paru-paru, jantung dan pembuluh darah untuk melakukan tugasnya secara baik dan optimal saat kita melakukan suatu aktivitas atau kita sedang beristirahat saat mengambil oksigen lalu menyalurkan oksigen ke jaringan tubuh yang aktif sehingga oksigen bisa digunakan untuk melakukan proses metabolisme pada tubuh. Menurut Fox dalam Arsil (1999). menyatakan bahwa ”Secara fisiologis daya tahan berhubungan dengan kemampuan jantung dan organ pernafasan, kemampuan jantung dapat menambah volume semenit untuk transferoksigen dan zat-zat yang dipergunakan dalam sistim metabolisme dengan adanya ketahanan jantung dalam bekerja maka pompa darah akan lebih lancar sehingga sel-sel yang memerlukan aliran darah dapat dipenuhi sesuai dengan keperluan”. Kemampuan paru-paru menghisap oksigen sebanyak mungkin dan ditampung kemudian disuplai keseluruh tubuh merupakan kerja paru-paru yang cukup berat. Seperti saat melakukan aktivitas dengan intensitas dan volume yang tinggi dan dengan waktu yang lama konsumsi oksigen sangat banyak diperlukan. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya metabolisme akibat meningkatnya latihan, oleh karena itu secara fisiologis kemampuan fungsi paru-paru harus baik serta mempunyai ketahanan dalam melaksanakan kerja. Dalam pengambilan (konsumsi) oksigen maksimal per menit yang menggambarkan kapasitas aerobik seseorang yang disebut VO2Max. Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan sejumlah darah yang dikirim ke otot yang sedang aktif bergerak, dan mengambil oksigen dari darah sebagai bahan bakar pada waktu tubuh melakukan aktifitas. Sedangkan VO2Max itu sendiri menggambarkan
tingkat
efektifitas
badan
untuk
mendapatkan
oksigen,
lalu
mengirimkannya keotot-otot serta sel-sel lain dan menggunakannya dalam pengadaan energi, yang dimana pada saat bersamaan tubuh membuang sisa metabolisme yang dapat menghambat aktifitas fisik. Dengan kata lain seseorang yang VO2Max baik, memiliki jantung efesien, paruparu yang efektif, peredaran darah yang baik pula yang dapat mensuplay otot-otot, 92
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 sehingga yang bersangkutan dapat berkerja secara kontinyu tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Begitu banyak pendapat yang mengemukakan tentang VO2Max maka dapat ditarik kesimpulan bahwa VO2Max atau kapasitas aerobik adalah: Suatu kemampuan badan untuk mendapatkan oksigen, kemudian dikirim ke otot-otot atau sel-sel sebagai bahan bakar pada waktu melakukan aktifitas serta dapat dikerjakan oleh sistem energi. Kegunaan dari diantaranya menciptakan kebugaran, kesegaran, dan kepercayaan diri terhadap badan. Selain itu latihan aerobik sangat bermanfaat dalam pengobatan penderita depresi, yang juga menyebabkan orang yang melakukannya merasa selalu senang dan gembira dan memiliki energi lebih banyak. Cara meningkatkan VO2Max melalui latihan olahraga tergantung tujuan dan kegunaan olahraga itu sendiri. Dalam latihan dapat berupa latihan aerobik
dan
anaerobik. Dalam pelaksanaannya pemberian latihan yang tepat harus diselaraskan dengan beban latihan dan diberikan dalam hal ini tentunya harus dapat meningkatkan kerja VO2Max secara maksimal. Hal ini juga dikemukakan oleh Stromme dalam Bafirman (1997) menyatakan: ”Peningkatan VO2Max dalam latihan maksimal berkisar atara 5 - 20% setelah latihan selama 8 - 12 minggu, peningkatan ini disebabkan karena pengiriman oksigen ke otot yang aktif lebih cepat dan lebih banyak”. Jadi agar VO2Max dapat meningkat harus terus diusahakan berlatih dengan berkesinambungan dengan intensitas yang sama, meskipun pada frekuensi latihan dapat sedikit dikurangi misalnya 2 - 3 kali saja seminggu yang bukan berarti berkurangnya tingkat kapasitas aerobik kita. Sebenarnya VO2Max dapat ditingkatkan dengan latihan aerobik yang teratur dan terukur dibawah pengawasan para pelatih atau pembina. Beberapa intensitas latihan aerobik yang harus dilakukan dengan beberapa lama, saat tergantung pada kesegaran jasmani waktu memulai latihan intensitas latihan pada umumnya ditentukan dari kemampuannya untuk mengambil oksigen secara maksimal, yaitu volume oksigen yang terbanyak dapat digunakan oleh seseorang dalam satu satuan waktu. Intensitas ini juga dapat ditentukan dengan denyut nadi seseorang setelah melakukan suatu latihan aerobik dengan baik yang akan menunjukkan denyut nadi tersebut dengan frekuensi yang tinggi. Dengan VO2Max yang tinggi, maka seseorang akan mendapatkan daya tahan yang sangat baik. Jadi jika seorang pemain sepakbola memiliki daya tahan yang sangat 93
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 baik berarti dia memiliki kapasitas aerobik (VO2Max) yang tinggi. Orang yang kapasitas aerobiknya baik karena berlatih olahraga aerobik secara teratur. Dengan teraturnya latihan tersebut, keuntungan yang mereka dapat cukup banyak. Adapun keuntungannya menurut (Sumosardjono ,1996) antara lain: (1) Berkurangnya resiko gangguan pada jantung dan peredaran darah, (2) Tekanan darah sebelumnya tinggi akan menurun secara teratur, dan (3) Terjadinya penurunan kadar lemak yang membahayakan dalam darah dan mengakibatkan terjadinya kenaikan kadar lemak yang baik dan bermanfaat di dalam badan.
METODE Dalam suatu penulisan diperlukan langkah yang terencana, sistematis guna mendapatkan pemecahan atau jawaban tertentu terhadap masalah penulisan yang di teliti. Hal tersebut didasari oleh pendapat dari Arikunto (2002: 272) mengemukakan “Penulisan eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat,caranya dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang di beri perlakukan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakukan”. Metode penelitian adalah cara
yang digunakan oleh peneliti
dalam
mengumpulkan data penelitian, Arikunto (2002 : 136 ). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Karena memperhatikan dan melihat dari tujuan penelitian yang mengungkapkan hasil perbandingan latihan sebagaimana terdapat dalam judul penulisan ini. Dalam penulisan ini ada variabel yang dicobakan dan akan di lihat hasilnya melalui tes awal dan tes akhir sebagai perbandingan hasil latihan, serta pengaruh yang ditimbulkan dari jenis latihan tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robbi Darmawan, (2012: 1) “Secara fakta latihan continuous running berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan VO2MAX pada pemain sepakbola SMAN Ajibarang Tahun 2011, secara perhitungan statistik juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Secara perhitungan statistik latihan interval lebih baik daripada latihan continuous running terhadap peningkatan VO2MAX pada pemain tim sepakbola SMA Negeri Ajibarang tahun 2011”.
94
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah semua data hasil tes dan pengukuran terkumpul, langkah selanjutnya dilakukan pengolahan terhadap data tersebut. Sehingga langkah awal pengolahan data tersebut adalah dilakukan penghitungan terhadap sekor rata-rata dan simpangan baku dari tiap-tiap kelompok data. Adapun dari penghitungan tersebut terdapat hasil sebagaimana dalam table 1 berikut ini. Table 1 Hasil Penghitungan Tes Awal, Tes Akhir, Peningkatan dan Simpangan Baku Rata –rata
Simpangan Baku
Tes Awal
35,42
2,29
Tes Akhir
48,6
0,65
Peningkatan
13,18
2,64
Tes /pengukuran
Berdasarkan tabel di atas diperoleh rata-rata tes awal sebesar 35,42. Rata-rata tes akhir 48,6. Dan rata-rata peningkatan sebesar 13,8. Selanjutnya, perolehan simpangan baku pada tes awal sebesar 2,29. Simpangan baku tes akhir sebesar 0,65. Dan simpangan baku peningkatan sebesar 2,64. Setelah diketahui simpangan baku masing-masing butiran tes selanjutnya penulis hitung Normalitas Datanya. Pengujinya menggunakan uji normalitas lilliefors. Hasil penghitungan normalitas dengan pengujian lilliefors ini dapat di lihat pada table 2 berikut: Table 2 Hasil Uji Normalitas Dengan Menggunakan Uji Liliefors lari multi tahap
Lo Terbesar
L table
Kesimpulan
Tes awal
0.1429
0,337
Normal
Tes akhir
0,2212
0,337
Normal
Peningkatan
0.2090
0,337
Normal
Dari pengujian diatas didapat Lo yang lebih kecil dari Ltabel yaitu 0,337 (α) 0,05 dengan N = 5 dapat disimpulkan bahwa, hipotesis di terima data dari kedua varibel tersebut berdistribusi nomal. 95
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014
Table 3 Hasil Uji Homogenitas Varibel
Fo hitung
Ftabel
Keterangan
Lari multi tahap
12,41
15,98
Homogen
Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh Fhitung
<
Ftabel yaitu 12,41 (α) 0,05 dengan N
= 5 dapat disimpulkan bahwa, hipotesis di terima data dari kedua varibel tersebut berdistribusi homogen. Melihat dari hasil pengolahan dan analisis data, dapat diketahui bahwa . hasil pengaruh latihan continuous running terhadap peningkatan kapasitas kardiorespirasi pada Anggota Menwa UNISMA mempunyai kontrubusi yang signifikan. Hal ini terbukti dengan diperolehnya hasil t hitung dari latihan yang nilanya lebih besar dari t tabel. Terjadi peningkatan karena latihan yang rutin dan terprogram sehingga terjadi peningkatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan antara lain kondisi fisik yang bugar, latihan yang rutin dan terprogram serta sarana dan prasarana. Kelemahan yang terjadi pada saat latihan kondisi fisik menurun apabila terlalu banyak istirahat saat jadwal latihan dan kurang istirahat saat di malam hari. Sedangkan kelebihan pada saat latihan dapat meningkatkan daya tahan kondisi fisik serta lebih sehat.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penghitungan dan analisis data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran dalam pelaksanaan penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Terdapat Pengaruh latihan continuos running terhadap peningkatan kardiorespirasi pada Anggota Menwa Unisma, berdasarkan penguji signifikan korelasi dengan menggunakan uji t, diperoleh t
hitung
17,98 dan ttabel 2,13 sehingga korelasi
tersebut signifikan, artinya bahwa latihan continuos running berpengaruh yang berarti terhadap peningkatan kapasitas kardiorespirasi pada Anggota Menwa Unisma, (2) Berdasarkan penguji uji homogenitas dengan menggunakan uji F, daperoleh Fhitung 12,41 dan Ftabel 15,98 sehingga terdapat hubungan yang sangat signifikan dengan 96
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 latihaan continuos running terhadap peningkatan kapasitas Anggota Menwa Unisma dengan latihan yang terprogram dan terencana dapat tercapai peningkatan dalam daya tahan pada Anggota Menwa Unisma sehingga dapat tercapai hasil latihan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Utama. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, Efendi, Hasyim. 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peranan Tes Kerja (Exercise Test) untuk Diagnostik.Bandung : Penerbit Alumni. Gifari, Rasminto. 2010. Komando Resimen Mahasiswa INDONESIA, Jakarta: SEKONAS. Harsono. 1988. Coaching dan Jakarta: Tambak Kusuma .
Aspek-Aspek
Psikologi
Dalam
Coaching.
………….. 2001. Latihan Kondisi Fisik. Bandung: FPOK – UPI Bandung. Nazir, Moh. 2005. Metode penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Nurhasan, 2011. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani-Prinsip-Prinsip dan Penerapannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga Diktat, Tasikmalaya, FKIP-PJKR. Pradono, Julianty. 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesegaran Jasmani Warga Kebon Manggis Jakarta Timur Umur 20-39 Tahun, 1998, Buletin Penelitian Kesehatan. Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. Suhendro, Andi. 1999. Dasar-dasar Kepelatihan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Universitas Terbuka. Departemen P&K. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 97
Motion, Volume V, No. 1, Maret 2014 Sujana, Nana. 2001. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Widiastuti. 2007. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Winarto, Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metodik dan Teknik. Bandung: Tarsito. Yudiana, Yuyun, 2008, “Belajar Gerak” Diktat, Bandung, FPOK-UPI.
98