PENGARUH LAMA PENYINARAN TERHADAP UMUR GENOTIPA
Pendahuluan
Cahaya
merupakan
faktor
Iingkungan
yang
dapat
mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti perkecambahan, pembungaan,
pembentukan umbi, awal pembentukan tunas pada donnansi, absisi daun dan aktifitas kamhium (Jaime., et aI., 2002). Cahaya rnatahari dapat dibedakan atas intensitas dan lama penyinaran. InteJlsitas cahaya merupakan jwn1ah total cahaya
yang sampai kepermukaan bumi yang berkaitan erat dengan jumJah energi yang tersedia untuk fotosintesis.
Lama penyinaran (photoperiodisme) adalah respon
perubahan lama siang dan malam yang memungkinkan organisme beradaptasi terhadap perubahan dalam lingkungannya (Peter, 2004). Menwut Frenchman dan Germans, lama penyinaran merupakan faktor utama dalarn perkembangan tanaman dibandingkan dengan jumlah cahaya (Peter, 2004). Berdasarkan respon tanaman terhadap lama penyinaran, tanaman dapat dibagi alas 3 kategori yaitn, (I) tanaman berhari pendek, (2) berhari panjang, dan (3) berhari netral. Tanaman berhari pendek adalah tanaman yang berblUlga hila mendapatkan penyinaran pendek sesuai dengan titik kritisnya. Tanaman berhari panjang adalah tanaman yang berbunga bila mendapatkan penyinaran panjang sesuai dengan titik kritisnya, sedangkan tanaman berhari netral adalah tanaman yang tidak tcrpengaruh pembungaannya meskipun mendapatkan penyinaran pendek atau panjang (Sweeny, 1987). Lama penyinaran dapat mernpengaruhi perkembangan umbi, pengguguran daun, donnansi dan pembungaan. Menurut Wheeler dan Tibbitts (1997), hari pendek lebih mendorong inisiasi umbi dan pertwnbuhan vegetatif serta menekan pertumbuhan batang, meskipun kadangkadang responnya berbeda-beda tergantung spesies, genotipa dan kondisi lingkungan. Moreno (1985) melaporkan bahwa hari panjang akan menghambat pembentukan umbi, tetapi dibutuhkan dalam pertumbuhan vegetatif terutama
26
Indonesia ditanam di dataran tinggi. Tanaman yang mendapatkan penyinaran lebih besar dati 12 jamJhari cenderung berumur dalam karena rase vegetatifuya akan lebih panjang, sedangkan tanaman yang mendapat penyinaran .::: 12 jamlhari, benunur lebih pendek dan menghasilkan batang pendek.
Menurut
Moore (1979), tanaman yang mendapat penyinaran pendek, kandWlgan asarn absisicnya tinggi, sedangkan tanaman yang mendapat penyinaran panjang kandungan asam giberellin tinggi. Asaro absisic berperan dalam pengisian umbi, sedangkan asam giberellin mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman (Moore,
1979). Secara teoritis kultivar kentang yang respon terhadap lama penyinaran bila ditanam di Indonesia, umur panen akan Iebm pendek dari tanaman daerah yang memiliki 4 musirn.
di
SebaJiknya, kultivar yang tidak berespon
terhadap lama penyinaran, umur panen di daerah 4 musim tidak berbeda dengan di Indonesia.
Pada Tabel I dicantumkan deskripsi umur menurut sistem
Anglosaksen dati kultivar-kultivar yang banyak ditanam di daerah empat musim
dan di Indonesia
Penelitian mengenai pengaruh lama penyinaran terhadap
berhagai genotipa dengan umur berbeda belurn pemah dilakukan. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyinaran 12 dan 16 jamlhari terhadap umur 12 genotipa kentang.
Bahan dan Metode Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Kebun Percobaan Tanaman Pangan HutagadtUlg, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2002 sampai September 2002.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah 11 genotipa kentang yaitu Aminca, Baraka, Colombus, Desiree, Granola, Herta, Karniko, Kennebec, Prevalent, Premier, Remarka dan satu spesies yaitu Solanum stoloniforom yang berasal dari koleksi
27
Laboratoriwn Biologi Molekuler dan Selluler
Tumbuhan
PAll, Bogor
(karakteristik varietas dicantumkan pada Lampiran 1). Pupuk dasar yang digunakan adalah Urea, SP 36 dan KCI. pupuk cair Gandasil,
Media MS (Murashige dan Skoog),
insektisida dengan bahan aktif Profenofos, Deltrametrin,
Karbosulfan, Fipronil serta fungisida Mankozeb, Propineb dan Iprovalikarb. Penelitian ini menggunakan a1at-alat diantaranya, sprayer, polybag ukuran 45x45
em, wadah plastik ootuk melaksanakan stek, lampu floresen 4 buah (a', 20 watt), timer (pengatur waktu).
Tabel 1 Diskripsi VIDor dan SkoT Ketahanan Berbagai Genotipa terhadap P.intestans No
Genotipa
I. 2. 3. 4. 5 6. 7. 8.
Aminca
Urour (Skor umur)
SkOT Ketahanan I
8.5 (genjah) 2.5 (sangat fentan) Premier 8.5 (genjah) 5.0 (agak rentan) 6.5 (agak tahan) Herta 6.0 (agak genjah) 5.0 (agak rentan) Colombus 6.0 (agak genjah) Kennebec 6.0 (agak genjah) 7.0 (agak tahan) 5.0 (agak rentan) Desiree 5.5 (agakgenjah) Remarka 6.5 (agak tahan) 5.0 (agak dalam) 5.0 (agak dalam) 7.0 (agak tahan) Granola 9. Baraka 4.0 (dalarn) 5 .0 (agak rentan) 10. Prevalent 4.0 (dalarn) 7.0 (agak tahan) II. Kamiko 2.5 (dalam) 8.0 (tahan) S. stoloniforum 12. Dalam ._, ._.____~_~gat tah~ ___ Sumber : Nether/dans Catalog of Potato Van'eties (2000). Keternngan : IKetahanan pada dalUl.
Pelaksanaan Percobaan Persiapan tanam dan pemeliharaan Bibit yang digunakan merupakan hasil stek dari bibit yang telah diaklirnatisasikan di rumah kasa, berasal dari bibit kecil hasil kultur jaringan. Bibit yang berumur 2 minggu hasil stek, ditanam dalarn polibag, Media tanarn yang digunakan merupakan campuran tanah dan pupuk kandang 1: 1. Sebagai pupuk dasar diberikan Urea (5 gltan), SP-36 (5 gllan) dan KCI (5 gltan). Pupuk SP-36 dan KCI diberikan sekaligus pada saat tanam, sedangkan pupuk Urea diberikan bertahap yakni setengah bagian pada waktu tanam dan sisanya sebulan kemudian. Tiap polibag ditanam dua tanaman.
Pada umur 7 hari, tanarnan
28
dijarangkan
hiogga tinggal satu tanaman per polibag.
Penyiangan dan
pembumblUlan dilakukan secara bersamaan sebanyak dua kali, yaitu pada waktu tanaman kentang benunur satu dan dua bulan setelah tanam.
serangan hama dan
penyakit dilakukan
Untuk mencegah
penyempmtan dengan pestisida
Pencegahan hama dilakukan dengan insektisida Deltrametrin, Karbosulfan, Profenofos dengan konsentrasi 0.2 %, lUltuk pencegahan penyakit digunakan fungisida Mankozeb, Fipronil, Propineb dan lprovalikarb dengan konsentrasi 0.2 %. Penyemprotan dilakukan bila ditemukan ada gejala serangan.
Bibit diletakkan di dalam rumah kasa dengan pcrlakmm penyinaran 12 dan 16 jam!hari. Penambahan penyinaran selama 4 jam pada perlakuan penyinaran 16 jam/hari,
menggunakan lampu floresen dengan menggantungkannya pada
ketinggian 2 m dari atas pennukaan tanah. Setiap luasan 25 m2 ditempatkan satu buah lampu floresen dengan jumlah energi sebesar 385 lux, sehingga jumlah lampu yang digunakan sebanyak 4 buah Polibag berukuran I kg yang digunakan untuk tempat penaman bibit, disuSllll dirumah kasa sesuai dengan bagan
percobaan. Metoda Percobaan Percobaan disusun secara Rancangan Petak Terpisah, dengan 3 ulangan. Petak utama berupa lama penyinaran yang terdiri dari 2 taraf, yaitu penyinaran 12 dan 16 jamJhari. Anak petak adalah genotipa yang terdiri dari: 4 genotipa berwnur dalam, 1 agak dalam, 5 agak genjah dan 2 berumur genjah. Bagan tata letak satuan percobaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Data hasil pengamatan dianalisis ragam untuk rnelihat pengaruh perlakuan. Jika analisis nyata rnaka perbandiogan pasangan antar perlakuan dilakukan uji beda rataan dengan Uji Jarak 8erganda Duncan. Hubungan keeratan antar peubah di analisis dengan anaiisis korelasi. Peubah Amatan.
Peubah yang diamati yaitu : (I) Saat inisiasi urnbi, (2) Umur bcrblUlga, (3) Umur panen, (4) Periode pengisian umhi (5) Tinggi tanaman umur 10 minggu setelah tanam, (6) Jumlah buku per tanaman urnur 10 ininggu setelab tanam, (7) Jumlah wnbi pertanaman, (8) Bobot basab wnbi p
29
Hasil dan Pembahasan Hasil Berdasarkan basil analisis ragarn dari sernua peubah yang diamati (umUT panen, saat inisiasi umbi, Periode pengisian umbi, tinggi tanaman, jumlah buku
per tanaman. hobot basah umbi per tanaman, bobot kering umbi per tanaman. jumlah wnbi per taruunan dan umur berbunga), terlihat adanya pengaruh yang
nyata dari genotipa, lama penyinaran dan interaksi genotipa.lama penyinaran
(Lampiran 3). Hasi1 Uji Jarak Berganda Duncan Wltuk umur panen pada lampiran 4. 1. Umur panen, Saat inisiasi daD Periode pengisian umbi
Genotipa S stoloniforum berumur sangat dalam, diikuti Baraka, Kamiko, Prevalent, Granola, Remarka,Desiree, Kennebec dan CoJomhus, yang tergolong benunur agal< genjah sedangkan Aminca, Premier dan Herta berwnur genjah.
Tabel2 Pengaruh Lama Penyinaran terhadap Rataan Umor PaneD 12 Genotipa Kentang (hari)
Genotipa
12 jamJhari
16 jamJhari
Aminea
86.8 (genjah) 84.1 (genjah) 94.9 (agak genjah) 100.6 (agak genjah) 103.9 (agak genjah) 95.4 (agak genjah) 104.3 (agak genjah) 91.2 (agak genjah) 109.3 (agak genjah) 101.7 (agak genjah) 107.1 (agak genjah) 147.0 (dalam)
87.7 (genjah) 90.6 (genjah) 100.8 (agak genjah) 119.6 (agak dalam) 110.2 (agak genjah) 135.2 (dalam) 111.8 (agak genjah) 94.9 (agak genjah) 152.2 (sangat dalam) 102.6 (agak genjah) 126.4 (agak dalam) 154.0 (sangat dalam)
Premier Herta
Colombus Kennebec Desiree Remarka Granola Baraka
Prevalent Karniko
S. sl%ni/orum
Pemberian penyinaran 16 jamJhari dapat mengubah mnUf genotipa., terutama genotipa berumur dalam (kJasifikasi berdasarkan daerah dengan 4 musim) seperti
S. stoloniforom, Baraka dan Kamiko, kecuali Prevalent. Sedangkan pada genotipa benunur agak genjah dan geI\iah, 1ama penyinaran tidak mengubah umur genotipa kecuali pada Desiree (Tabel 3).
Saat inisiasi tercepat didapat pada Gnmola dan
30
terlama pada S. stolonifornm.
Penyinaran 16 jamlhari memperlama saat inisiasi
pada Desiree dan S. st%ni/omm, dan pada genotipa lain tidak mengubah saat inisiasi umbi. Tabel3 Pengaruh Lama Penyinaran 12 dan 16 jamlhari terhadap Rataan Saat Inisiasi dan Periode Pengisian Umbi 12 Genotipa Kentang Genotipa
Aminca
Premier Herta Colombus Kennebec
Saat inisiasi umbi (hari) 121am ____16 J'am
9.3 DEF 10.0 DE 9.2 UEF 8.7 EF 10.2 DE
9.0
DEF
8.1
EF
9.4 DFF 8.5 EF 11.1 D 13.7 C 8.8 DEI' 9.2 Dill'
Periode pengisian umbi (hari) 12jam 77.4 74.1 85.7
GHI
91.9
FGH
U J
16jam 78.7 u 82.4 f-ITJ 91.3 FOH 111.1 DE 99.1 EF
93.7 FGH 0EF 86.4 GHI 121.6 BCD Desiree 9.0 9.4 DEF 94.9 FOH 103.0 EF Remarka 83.6 HlJ 7.7 F Granola 85.7 0RI Oct' 8.7 EF 100.7 EF 142.8 A Baraka 9.4 FOR DEl' 93.3 FGH 9.9 DE Prevalent 9.2 91.8 0EF FO 10.0 DE 111.4 cv Kamiko 9.0 98.1 19.4 B 130.8 AB 23.2 A .\~ stolomfornm 127.6 IlC Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sa.ma, tidak berbeda oyata pada tarafO.Ot dengan Uji Jarak 8erganda Duncan pada kolom dan baris pada peubah yang sarna. Keeratan hubungan antara saat inisiasi dan umur tanaman., berkorelasi positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.74**, berarti semakin lama saat inisiasi umbi,
maka umur tanaman semakin panjang.
Lama periode pengisian umbi sangat
ditentukan oleh saat inisiasi urnbi dan umur panen, karena merupakan selislb urnur panen dengan saat inisiasi umbi. Bila saat inisiasi umbi cepat, diikuti umur tanaman genjah maka periode pengisian umbi akan pendek, sebaliknya bila saat inisiasi umbi lama dan umur tanaman dalam, maka periode pengisian umbi akan diperlama. Korelasi antara periode pengisian umbi dengan saat inisiasi umbi dan periode pengisian umbi dengan umur panen bersifat positif sebesar 0.71** dan 0.97*. Periode pengisian umbi yang terlama didapat pada genotipa S. st%ni/orum
dan yang tercep_t pad_ Aminca. Penyinaran 16 jamlhari nyata mengubab periode pengisian umbi menjadi lebih panjang pada S. sloloni/orum, Desiree, Karniko dan Barak..
Periode pengisian umbi pada penyinaran 12 jamlhari didapat pad_ S.
stolon!forum, Desiree, Kamiko dan Baraka berturut-turut sebesar 127.6; 86.4;
31
98.1 dan 100.7 hari, sedangkan dengan penyinaran 16 jamlhari berubah menjadi 144.0; 121.6; 116.4; dan 142.8 hari(TabeI3).
2. Tioggi tanamao (em) dan jumlah buku per tanaman (bub) Tanaman yang tertinggi didapat pada Kamiko diikuti Baraka dan
yang
terendab Aminca, demikian juga dengan jumlab buku pertanaman. Penyinaran
16 jamlhari nyata mengubah tinggi tanaman dan jumlah buku untuk sernua genotipa pada umur 10 minggu sesudah tanam (mst), kecuali lllltuk Kennebec dan Granola illltuk peubab tinggi tanaman, Kermebec dan Herta illltuk peubab jwnlab buku (TabeI4.) Tabel 4 Pengarub Lama Penyinaran 12 dan 16 jamlhari terhadap Rataan Tinggi Tanaman dan Jumlab Buku 10 Minggu Sesudab Tanam 12 Genotipa Kentang
Genotipa
Tinggi tanaman (em) . 16 jam
12 jam Aminca
Premier Herta
19.2 29.7
L K
41.3
9.7 10.1
L L
11.9 15.4
K GH
18.7 CDEF 20.0 CD 11.1 J 15.1 III 80.1 EF 18.1 CDEF 19.9 CD 50.0 I 66.3 G 15.1 ill 20.2 CD 50.1 r 90.9 DHF 15.1 ill 20.8 c 79.9 EF 80.7 DEF 15.7 OlI 17.8 EF 82.6 DEF 127.2 B 16.8 FGIf 24.5 B PrevaJent 52.1 HI 102.1 c 17.3 FG 24.1 B Kamiko 91.1 D 150.1 A 22.8 B 29.1 A S. st%ni/orum 59.1 GH 87.1 DE 16.8 FGII 19.1 CDE Keterangall : Angka yang diikuti oleh huruf yang sarna, tidak berbeda nyata pada tarafO.Ol dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada kolom dan bans pada peubah yang sarna. Colomhus Kennebec Desiree Remarka Granola Baraka
32.3 K 29.1 K 75.6 F
26.7 K 51.1 r
Jumlab buku (buab) 12jam 16jam
J
42.11
3. Vmur Berbunga Dari 12 genotipa yang dicobakan, hanya 4 genot1pa yang berbunga pada penyinaran 16 jamlhari, yaitu Baraka, S sl%ni/arum, Remarka dan Kennebec, sedangkan pada penyinaran 12 jamlhari S. sl%ni/orum dan Kennebec.
32
Tabel5 Pengaruh lama Penyinaran 12 dan 16 jam!hari terbadap Rataan Umur
BerblUlga 12 Genotipa Kentang Genotipa
Umur 8erbunga (bari) 12jam
Aminca Premier Herta Colombus Kennebec Desiree
40.0
AD
16 jam
63.5
A
17.0 c
Remarka Granola
36.9
Baraka Prevalent
AD
Karniko S. st%n~forum 36.7 B 32.1 1:3 Keterangan : Angka yang diikuti oleh hUTUf yang sarna, tidak berbeda nyata pada !arafO.OI dengan Uji Jarak 8erganda Duncan pada kolom
dan baris pOOa peubah yang sarna. 4. Bobot Basah, Bubot Keriog dan Jumlah Umbi Bobot umbi yang terberat didapat pada Baraka disusul Karniko, Granola dan Kennebec, sedangkan yang teringan didapat pada S. stoloniforum, Aminca dan Colombus.
Pernberian penyinaran 16 jam!hari nyata menambah hobot basah
wnbi terutama pada Kamiko, Baraka, Kennebec, Desiree dan Prevalent. Hal yang sarna juga didapat pada peubah hobot kering umhi.
Bobot kering umbi yang
terberat didapat pada Baraka, disusul Kamiko, Granola dan Kennebec. Sedangkan yang teringan pada S. stoloniforum dan Colombus. Lama penyinaran
nyata mempengaruhi hobot kering umbi pada Kamiko, Baraka, Kennebec, Desiree dan Prevalent (Tabel6.) Korelasi hobot basah dan hobot kering umbi nyata sebesar 0.96**, berarti semakin besar bobot basah umbi maka bobot kering umbi akan semakin meningkat.
Jumlah umbi yang terbanyak didapat pada S. stolon(fornm dan yang
sedikit pada Colombus.
Lama penyinaran nyata rnempengaruhi jumlah umbi
pertanaman terutama pada Kamiko, Baraka dan Granola. Penyinaran 16 jam/hari rata-rata jwn1ah umbi meningkat dari 5.7 rnenjadi 9.6 buah untuk genotipa Karniko dan antara 5.8-6.4 menjadi 10.1 buab unttik 8araka dan Granola.
33
Tabel6 Pengaruh Lama Penyinaran 12 dan 16 jam/hari terbadap Rataan Bobot Basah, Bobot Kering dan Jumlab Umbi 12 Pada Genotipa Kentang Genotipa
Aminca
Bobot basalt umbi (g) ___ l2jam ___ ---.!6jam 34.0 HIJK
Premier
38.7
Herta
SLOG
Colombus Kennebec Desiree Remarka Granola
367
HIJ
66.8 EF 54. I PG
K
24,9 121.5 Be
31.7 11K
153.0 A
43.2 GHI 0
80.5 126.4 B
111.7 BCD
HIJ
97.5 CD
115.3BCD 127.8 B 164.1 A 71.0 E
Bobot kering umbi (g) 12 j!llp. 16jllll!.-_
Jwnlah umbi (buah) 12 'am~ 16 jam _ ~L
11.0 FGH
11.4 Fa
8.1 HI 13.2 EF 4.8 J
12.2 EF 13.9 EF 7.3 u 24.8 AS 16.4 ED
3.3 GH
\9.1 CD
6.9 CIJliF
21A BC 27.7 A
6.4 DEF
19.7 CD 8.71'GH EF 12.9
20.6 BCD 27.2 A 7.6 u 20.4 BCD
5.7 FG
5.8
!'U
3.4 GH
5.2 FGH
6.1
6,9
EFG
5.4 FGII
5,8
FG
5.8 Fa 6.1 EFG 5.7 FG 29.5 A
CIlEF H
3.0 5.1 PG 7.2 CIlEF KO CffOF 10.1 ('" 10.0 CD 7. I COOl'
Baraka 45.8 GH 12.4 EF Prevalent 104.9 CD 150.4 A 29.2 A 9.6 coo Karniko ll 7.3 U 19,9 B 30.6 JK 32.9 11K 6.4 S. stolonifornm Keterangan : Angka yang diikuti oleh hurufyang sarna, tidal< berbeda nyata pada tarafO.OI dengan Uji Jarak 8erganda Duncan pada kolom dan baris pada peubah yang sarna
PembabasaD Hasil evaluasi wnur
dan
12 genotipa kentang yang diberi penyinaran 16
jam/hari, menunjukkan babwa 4 genotipa berumur dalam dan 8 berumur agak genjah sampai genjah. Tiga dari 4 genotipa yang berumur dalam yaitu Baraka, Karniko, S. stolonifotum memiliki umur sesuai dengan klasifikasi umur dhiaerah 4 musim (Anonim, 1991). Kenyataan ini membuktikan bahwa genoripa Baraka., Kamiko, S. stolonifornm yang berumur da1am lebib respon terhadap perubahan photoperiodisitas, tetapi genotipa Prevalent yang juga berumur dalam tidak
memberikao respon yang sarna dengao berubahnya lama penyinaran yang diberikan. Menurut MOOlby (1978), tanaman berumur dalam cendernng lebib
reaponsif terhadap perubahan photoperiodisitas dihanding varietas yang berumur genjah meskiplUl tidak berlaku Wltuk semua spesies dan kultivar kentang. Pemberian penyinaran 16 jamlhari memperlama saat inisiasi umbi sekitar 4 hari dibanding penyinaran 12 jamlhari pada genotipa Desiree dan S. stolonifornm, sedangkan lUltuk genotipa yang lain tidak nyata mempengaruh saat inisiasi umbi.
Hal ini yang menyebabkan umur Desiree berubah dari agak
genjah menjadi
dalam, hal sebaliknya terjadi pada genotipa Prevalent, sebingga potensi mour
34
dalam pada genotipa ini tidak muncul. Saat inisiasi umbi sangat ditentukan oleh lama penyinaran. Penyinaran pendek lebih cepa! mendorong pembentukan umbi, sedangkan penyinaran panjang pertumbuhan vegetatifuya lebih aktif, sehingga pembentukan wnbi akan terlamba! (Cutter, 1978). Dari basil penelitian ini juga membuktikan babwa, penyinaran panjang lebih mendorong kearah pertumbuhan vegetatif. Penyinaran 16 jamJhari menambab tinggi dan jwnlab bulru per tanaman pada semua genotipa yang diuji (Tabel 5). DemikilIn juga yang dikernukakan oleb Moorby (1978) babwa penyinaran 16 jamlhari dapa! mernperpanjang batang, dan bila penyinaran diperpendek antara 10 sampai 14 jamlhari dapa! menurunkan panjang batang, dan tingkat penurunannya tergantung varietas. Menurut Moorby (1978), penyinaran pendek menghasilkan batang pendek, sebaliknya penyinaran panjang mengbasilkan batang yang panjang, tetapi panjang batang dapa! ditingkatkan dengan pemberian asam giberellin. Moore (1979), mengemukakan
bahwa penyinaran hari panjang mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman, sedangkan hari pendek mengbambat pertumbnhan vegetatif tanaman. Aktifuya pertumbuhan vegetatif pada penyinaran 16 jamlhari dikarenakan kandungan asam gtberellin pada tanaman tinggi, sedangkan pada penyinaran 12 jamJhari lebih
mendorong pembentukan umbi dikarenakan kandungan asam absisic tinggi. Menurut Moore (1979),
penyinaran pendek meningkatkan kandungan asam
absisic didalam tanaman, sedangkan penyinaran panjang
kandungan asam
giberellin tinggi. Hal ini juga dapa! dibuktikan dengtm melakukan percobaan SecaI'a
kultur jaringan.
Peroobaan pengwnbian secara kultur jaringan
menunjukkan bahwa asam absisic dan inhibitor seperti coumarin mendorong inisiasi
dan pernbentukan umbi, sebaliknya pemberian asam gibereUin
mengbarnba! pembentukan umbi (Nurbasanah, etal., 2001). Berdasarkan katalog dari Be1anda genotipa Baraka dan Remarka termasuk kategori kentang berumur dalam, sehingga dengtm diberi penyinaran 12 jamlhari kedua genotipa ini tidak berbuoga, karena titik kritis lama penyinaran untuk dapa! berbunga tidak tercukupi. menurut Menurut Gopal (1994), tingkab laku pembungaan dan pembuaban kentang dipengaruhi hari panjang dan pendek, sedangkan menurut Khan, et al. (1994), tanaman kentang berbuoga pada
penyinaran yang panjang.
35
Pertumbuhan
vegetatif yang
panjang
dengan
penyinaran
panjang
mempengaruhi produksi tanaman, hal ini berkaitan dengan semakin efektifnya proses fotosintesa di dano. Genotipa bennnur dalam pada penyinaran 16 jamlhari rata-rata bobot basah umbinya lebib tinggi dibaodiog dengan bobot basah pada penyinarao 12 jamlhari, demikiao juga dengan bobot kering dan jumlab umbi per
tanaman meskiplDl tidak semua genotipa yang berumur dalam memperlihatkan kecendrungan akan hal ini.
Kesimpulan
I. Lama penyinaran berpengaruh terhadap umur genotipa, saat inisiasi wnbi, periode pengisian wnbi, tinggi tanaman, jumlah buku, jumlah umbi, bobot basah dan kering umbi, dan penambabannya tergantung genotipa.
2. Penyinaran 16 jamlhari memperpanjang umur tanaman, terutama tanaman
berumur dalam (Baraka, Karniko, S. sl%ni/orum), memperlama saat inisiasi (S. st%ni/arum, Desiree) dan periode pengisian umbi (Desiree,
Baraka, Kamiko), serta menambah tinggi mnaman, jumlah buku, jumlah umbi, bobot basah dan kering umbi. 3. Penyinaran 12 jamlhari memperpendek umur tanaman, mempersingkat
saat inisiasi umbi dan periode pengisian umbi, memendekkan batang dan jumlab buku serta menurunkan bobot basah dan kering umbi.