PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN PERLAKUAN PEMACU PERKECAMBAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) G2 ASAL KULTUR JARINGAN
Ana Septiani Ratih Dewi 1. Sri Winarsih 2. Sudiarso 3. Husni Thamrin Sebayang 3 ABSTRACT The objectives of the research were to study the effects of storage periods and supplying promoter of germination on vegetative growth G2 seedling of sugarcane (Saccharum officinarum L.) from tissue culture. The research was conducted on August 2011 until January 2012 at experimental of Indonesian Sugar Research Institute Experimental (P3GI) Pasuruan, Pahlawan street no.25 Pasuruan 67126. The research was used Randomized Block Design (RAK) non factorially with three replicates. The treatment were of : Storage period (i.e. L0=unstorage, L1= storage period with 3 days, L2= storage period with 6 days, L3= storage period with 9 days); Soaking methods (i.e. P1= unsoaking, P2= soaking with water, P3= soaking with GA 3 hormone (0,025 g/litre), P4= soaking with fungicide (2 g/litre), P5= soaking with calcium oxide (2 g/litre), and P6= soaking with ZA fertilizer (3,6 g/litre)). The result show that the effects not significantly between soaking treatment and storage period on germination component and vegetative growth. That the effect showed the percentage capacity of germination variable and the long of bud 14 dap, 28 dap, and 42 dap. Means that soaking calcium oxide treatment with storage period 6 days to give the percentage capacity of germination 95% and treatment soaking ZA fertilizer traetment with storage period 6 days to show the long of bud 61,97%. The effects on vegetative growth significantly on stalk high, number of tiller and leaf number. Key word : G2 seedling of sugarcane, storage period, promoter of germination
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh lama penyimpanan dan pemberian pemacu perkecambahan terhadap pertumbuhan vegetatif bibit G2 asal kultur jaringan.. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012 di kebun percobaan Pasuruan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Jl. Pahlawan no.25 Pasuruan 67126. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) sederhana yang diulang sebanyak 3 kali. Perlakuannya ialah : lama penyimpanan (L0= tanpa disimpan, L1= lama penyimpanan 3 hari, L2= lama penyimpanan 6 hari dan L3= lama penyimpanan 9 hari); perendaman dalam pemacu perkecambahan (P1= tanpa perendaman, P2= perendaman dengan air, P3=perendaman dengan hormon GA3 (0,025 g/liter), P4= perendaman dengan fungisida (2 g/liter), P5= perendaman dengan air kapur (2 g/liter) dan P6=perendaman dengan larutan ZA (3,6 g/liter)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode perendaman dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap komponen perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif. Pada komponen perkecambahan, pengaruh tersebut terjadi pada variabel daya perkecambahan dan panjang tunas umur 14 hst, 28 hst, dan 42 hst. Perlakuan perendaman air kapur yang disimpan 6 hari menghasilkan daya kecambah sebesar 95% dan perlakuan perendaman larutan ZA yang disimpan 6 hari menunjukkan panjang tunas sebesar 61,97%. Pada komponen pertumbuhan vegetatif pengaruh nyata terjadi pada variabel tinggi batang, jumlah anakan, jumlah daun sedangkan pada parameter diameter batang dan jumlah ruas perlakuan tersebut tidak menunjukkan pengaruh nyata. Kata kunci : bibit tebu G2, lama penyimpanan, pemacu perkecambahan 1
Alumni Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian – UB Peneliti Utama – Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) 3 Dosen Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian – UB 2
PENDAHULUAN Dalam upaya peningkatan produktivitas tebu, ketersediaan benih berkualitas mutlak diperlukan karena peran benih yang besar dalam proses produksi gula, sehingga penggunaan benih bagal mikro tebu hasil kultur jaringan (G2) merupakan alternatif penyediaan bahan tanam yang cepat sehat ,murni dan seragam. Bibit yang berasal dari kultur jaringan bobotnya hanya sekitar 60% dari bobot budset sehingga hal ini akan memudahkan pengiriman jarak jauh karena ringan. Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengiriman bibit ialah jangka waktu pengiriman dari P3GI ke site yang disimulasikan dalam penyimpanan bibit. Dalam upaya meningkatkan perkecambahan bibit setelah pengiriman maka perlu diberikan perlakuan sebelum bibit dikecambahkan. Perlakuan yang diberikan dimaksudkan untuk meningkatkan kadar air dan nutrisi mata tunas, memberikan pH lingkungan yang sesuai untuk perkecambahan, untuk membebaskan bibit dari jamur dan sebagainya. Tujuan penyimpanan benih ialah untuk mempertahankan viabilitas benih selama benih belum siap untuk ditanam atau saat benih masih dalam proses pengiriman, sehingga pada saat benih ditanam memiliki viabilitas yang cukup tinggi. Penyimpanan biasanya dilakukan pada bibit-bibit yang mengalami dormansi dan kadar air bibit rendah (Anonymous, 2011c). Dengan adanya penyimpanan bibit, bibit akan berada tetap pada kondisi yang memungkinkan tidak dapat tumbuh namun tetap mengalami metabolisme. Bibit yang disimpan mengalami penurunan kemampuan/daya berkecambahnya. Agar daya kecambah tetap tinggi, maka kadar air bibit harus serendah mungkin namun dalam batas tertentu. Kadar air dalam bibit yang rendah juga dapat mengurangi serangan hama ataupun penyakit tular bibit (Sahupala, 2007). Daya kecambah bergantung pada kadar air yang terdapat dalam mata buku ruas batang, sedangkan pada saat penyimpanan bibit mengalami penurunan kadar air. Oleh karena itu dianjurkan agar bibit tebu sebelum ditanam diberi perlakuan yang berfungsi untuk mencegah pengeringan pada mata saat bibit ditanam di lapang sehingga dapat memacu daya kecambah pada bibit (Pawirosemadi, 2011). Berdasarkan masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh lama penyimpanan dan perendaman zat pemacu perkecambahan bibit tebu G2 terhadap perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif benih tebu G2 dari kultur jaringan.
Tujuan penelitian ini ialah mengetahui pengaruh lama penyimpanan dan pemberian pemacu perkecambahan terhadap perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif bibit tebu G2 dalam rangka simulasi pengiriman. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah perlakuan lama penyimpanan 6 hari dengan perendaman air kapur dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif pada bibit G2 asal kultur jaringan. BAHAN DAN METODE Penelitian pada tebu (S. officinarum L.) dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasuruan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Jawa Timur yang terletak pada ketinggian 4 meter dpl, dengan suhu 24 0C320C, curah hujan 1500 mm/tahun, intensitas matahari 331,87 cal/cm2/hari dan kecepatan angin 2,81 km/jam. Jenis tanahnya Inseptisol. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011- Januari 2012. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, hand counter, penggaris, jangka sorong. Bahan-bahan yang digunakan ialah bibit bagal mikro G2 varietas PS 862, larutan ZA, hormon GA3, air kapur, fungisida, benlox/benlate, besek berukuran 40x35 cm, tali plastik, polibag berukuran 12,5x10 cm, waring berukuran 30x25cm, campuran media tanah dan pasir (3:1). Penelitian ini menggunakan percobaan rancangan acak kelompok (RAK) sederhana yang diulang 3 kali. Percobaan terdiri atas 24 perlakuan dimana pada setiap perlakuan terdapat 20 tanaman yang diulang 3 kali sehingga didapatkan 72 petak perlakuan percobaan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan polibag dan akan dipindahkan ke lahan pada umur 1,5 bulan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif bibit G2 asal kultur jaringan, sebelum ditanam bibit terlebih dahulu disimpan menurut lama penyimpanan kemudian direndam dengan pemacu perkecambahan selama 45 menit. Pengamatan dilakukan pada saat bibit tebu telah disimpan. Pengamatan tersebut meliputi penyusutan bobot bibit, persentase bibit yang berjamur, persentase mata normal pada, persentase bibit tebu G2 yang berakar, dan perubahan warna pada bekas potongan budset. Pengamatan dilakukan pada masa perkecambahan saat tanaman berumur 14, 28, dan 42 hst. Parameter pengamatan tersebut meliputi persentase daya kecambah dan panjang tunas. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 8, 10,
12,14, dan 16 mst (minggu setelah tanam). Parameter pengamatan meliputi tinggi batang, diameter batang, jumlah daun, jumlah anakan, dan jumlah ruas. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Bila hasil pengujian diperoleh perbedaaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan dengan menggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Komponen penyimpanan bibit 1.1 Penyusutan bobot bibit selama penyimpanan Penyimpanan bibit G2 menyebabkan penurunan bobot bibit tebu. bibit tebu yang disimpan selama 3, 6 dan 9 hari berkurang beratnya sebesar 50-100 gram. Bibit tebu G2 sebelum dan sesudah ditimbang disimpan pada suhu ruang dengan kisaran 26-320C. Persentase penyusutan berat bibit tebu pada lama penyimpanan 3,6,dan 9 hari yaitu berturut-turut 5,06%, 6,2%, dan 13,63%, semakin lama penyimpanan penyusutan bibit tebu semakin tinggi karena adanya penurunan kadar air bibit pada saat disimpan. Penyusutan bibit terjadi karena dengan kemasan “waring” masih dimungkinkan terjadinya pertukaran udara sehingga kadar air menjadi berkurang yang dapat mengakibatkan berat bibit menurun. Persentase penyusutan bobot bibit tebu G2 dapat dilihat pada Gambar 1. 1.2 Persentase bibit tebu yang berjamur selama penyimpanan Dari percobaan ini, secara umum bibit tebu yang berjamur hanya bibit tebu yang disimpan 3 hingga 9 hari dengan persentase sebesar 100%. Bibit tebu yang tidak disimpan menunjukkan bibit tersebut tidak berjamur. Timbulnya jamur terjadi karena dipengaruhi kondisi lingkungan simpan selain itu juga bibit mengalami perendaman terlebih dahulu dengan fungisida yang dicampur air sehingga bibit menjadi terlalu lembab dan udara yang masuk mengandung spora, bakteri dan jamur. Persentase bibit yang berjamur setelah disimpan disajikan pada Gambar 2.
1.3 Persentase mata tunas normal bibit selama penyimpanan Rerata jumlah mata normal setelah disimpan selama 0, 3, 6 dan 9 hari yaitu berturut-turut 100%, 100%, 99,44% dan 81,11%. Bibit tebu yang tidak disimpan dan disimpan selama 3 hari memiliki persentase mata normal 100%. Sementara itu pada lama penyimpanan 6 dan 9 hari semakin lama bibit disimpan maka persentase mata normal akan menurun. Hasil pengamatan jumlah mata normal disajikan pada Gambar 3. 1.4 Persentase bibit yang berakar selama penyimpanan Persentase bibit yang berakar diperoleh hasil yaitu persentase akar yang tumbuh pada lama penyimpanan 3, 6 dan 9 hari. Bibit yang tidak disimpan semuanya belum berakar (0%) sedangkan bibit yang disimpan selama 3, 6 dan 9 hari hampir semuanya berakar dengan persentase berturut-turut 100%, 99,44% dan 100% . Persentase tumbuh akar pada ulangan 1 mencapai 100 % saat lama penyimpanan 3 hingga 9 hari. Pada ulangan 2 jumlah bibit berakar mencapai 100% pada lama penyimpanan 3 hari, sedangkan lama penyimpanan 6 hari mencapai 98.33% dan pada lama penyimpanan 9 hari persentase tumbuh akar mencapai 100%. Pada ulangan 3 persentase bibit berakar yang disimpan selama 3, 6 dan 9 hari mencapai 100%.Data persentase akar yang tumbuh pada bibit G2 dapat dilihat pada Tabel 1. 1.5 Perubahan warna pada bekas potongan budset Perlakuan penyimpanan menyebabkan perubahan warna pada bekas potongan budset. Tidak semua perlakuan menyebabkan terjadinya perubahan warna. Lama penyimpanan 0 hari (tanpa disimpan) tidak menyebabkan perubahan warna pada bekas potongan budset. Sedangkan pada lama penyimpanan 3, 6 dan 9 hari terjadi perubahan warna pada bekas potongan budset menjadi berwarna merah. Data perubahan warna permukaan potongan pada bibit G2 dapat dilihat pada Tabel 2.
Penyustutan bibit (%)
L0 = tanpa disimpan L1= penyimpanan 3 hari L2= penyimpanan 6 hari L3 = penyimpanan 9 hari
15 10 5
RERATA PENYUSUTAN BERAT BIBIT (%)
0 L0
LI
L2
L3
Lama penyimpanan (hari)
Bibit berjamur (%)
Gambar 1. Diagram penyusutan bobot bibit tebu G2 selama penyimpanan
L0 = tanpa disimpan L1 = penyimpanan 3 hari L2 = penyimpanan 6 hari L3 = penyimpanan 9 hari
100 50
Bibit tebu yang berjamur
0 L0
L1
L2
L3
Lama penyimpanan
Mata normal (%)
Gambar 2. Persentase bibit tebu G2 yang berjamur selama penyimpanan
100
0 L0
L1
L2
L3
L0 = tanpa disimpan L1 = penyimpanan 3 hari L2 = penyimpanan 6 hari L3 = penyimpanan 9 hari Persentase mata normal
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 3. Diagram mata yang normal bibit tebu G2 selama penyimpanan Tabel 1. persentase tumbuh akar bibit G2 selama penyimpanan Ulangan Perlakuan
I
II
III
Ratarata
L0
0
0
0
0,00
L1
100
100
100
100,00
L2
100
98,33
100
99,44
L3
100
100
100
100,00
Tabel 2. Data perubahan warna pada bekas potongan budset Lama Penyimpanan
Perubahan Warna Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Tanpa disimpan
-
-
-
3 hari
Merah
Merah
Merah
6 hari
Merah
Merah
Merah
9 hari
Merah
Merah
Merah
2. Perkecambahan 2.1 Daya kecambah (%) Persentase daya kecambah bibit G2 yang diamati selama 45 hari menunjukkan bahwa daya kecambah bibit tebu yang direndam dengan pemacu perkecambahan mengalami peningkatan hingga lama penyimpanan 6 hari, sedangkan pada lama penyimpanan 9 hari daya kecambah mulai menurun. Bibit yang direndam dalam larutan air kapur setelah disimpan selama 6 hari menunjukkan daya kecambah yang tertinggi yaitu 95%. Perendaman bibit dalam hormon GA3 yang disimpan selama 9 hari menunjukkan perkecambahan yang tidak berbeda nyata dengan beberapa perlakuan bibit yang tanpa direndam selama 9 hari, perendaman bibit dalam air yang tanpa disimpan, perendaman bibit dalam hormon GA3 yang tanpa disimpan dan perendaman bibit dalam air kapur yang tanpa disimpan. Begitu juga pada bibit yang direndam dalam air, fungisida, air kapur, larutan ZA yang disimpan selama 6 hari dan perendaman bibit dalam air kapur yang disimpan selama 9 hari menunjukkan perkecambahan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan bibit tanpa perendaman yang disimpan 3 sampai 6 hari dan perendaman fungisida yang disimpan 3 hari, serta larutan ZA yang disimpan 9 hari. Namun demikian pada perlakuan bibit yang direndam dalam air, fungisida, larutan ZA yang disimpan 6 hari dan air kapur yang disimpan 6 hingga 9 hari, persentase daya kecambah yang dihasilkan nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan hormon GA3 pada bibit yang disimpan 9 hari. Persentase diagram daya kecambah dapat dilihat pada Gambar 4. 2.2 Panjang tunas (cm) Perendaman berbagai larutan pemacu perkecambahan dan lama penyimpanan berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang
tunas. Pengamatan panjang tunas menunjukkan pola hampir mendekati linier hingga pengamatan 42 mst. Pada umur 14 hst menunjukkan hasil bahwa bibit tebu yang direndam dengan air dan hormon GA3 tanpa disimpan tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman hormon GA3 yang disimpan 3 hari dan larutan ZA yang tanpa disimpan. Sedangkan pada perlakuan perendaman bibit dalam hormon GA3 yang disimpan 9 hari tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman bibit dalam larutan ZA yang disimpan selama 6 hari. Panjang tunas dari bibit yang direndam hormon GA3 setelah disimpan 9 hari dan direndam larutan ZA setelah disimpan 6 hari menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan bibit yang direndam dalam air setelah disimpan 6 hari. Namun demikian, perendaman bibit dengan hormon GA3 setelah disimpan 9 hari dan larutan ZA setelah disimpan 6 hari memiliki persentase panjang tunas yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan perendaman bibit dalam air dan hormon GA3 tanpa disimpan. Pada pengamatan umur 28 hst panjang tunas bibit tebu yang direndam dalam hormon GA3 tanpa disimpan tidak berbeda nyata dengan perendaman bibit dalam fungisida tanpa disimpan. Panjang tunas bibit pada perlakuan tanpa perendaman tanpa disimpan dan larutan ZA setelah disimpan 6 hari menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan beberapa perlakuan tanpa perendaman setelah disimpan 9 hari, perendaman air setelah disimpan 0, 6, 9 hari, perendaman hormon GA3 setelah disimpan 9 hari, dan air kapur setelah disimpan 6 hari. Namun demikian, panjang tunas bibit tanpa perendaman yang tanpa disimpan dan perendaman bibit dalam larutan ZA setelah disimpan 6 hari memiliki persentase panjang tunas yang nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan hormon GA3 tanpa disimpan.
Bibit yang direndam dalam air, hormon GA3 dan larutan ZA tanpa disimpan menunjukkan panjang tunas yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa perendaman dan perendaman fungisida tanpa disimpan pada pengamatan umur 42 hst. Sedangkan bibit yang direndam dalam air setelah disimpan 6 sampai 9 hari, hormon GA3 setelah disimpan 9 hari, air kapur setelah disimpan 6 hari dan perendaman bibit dalam larutan ZA setelah disimpan 6 hari menunjukkan panjang tunas tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa
perendaman setelah disimpan 9 hari dan fungisida setelah disimpan 6 hingga 9 hari. Bibit yang direndam dalam air setelah disimpan 6 hingga 9 hari, hormon GA3 setelah disimpan 9 hari, air kapur dan larutan ZA setelah disimpan 6 hari menunjukkan panjang tunas nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan bibit yang direndam dalam air, hormon GA3 tanpa disimpan. Perbandingan panjang tunas pada masing-masing perlakuan perendaman disajikan pada Gambar 5.
Daya kecambah (%)
100 80 60 40
0
3
6
9
Tanpa perendaman
61.67
78.33
83.33
55.00
Air
56.67
75.00
88.33
61.67
Hormon GA3
50.00
60.00
61.67
48.33
Fungisida
65.00
78.33
86.67
61.67
Air Kapur
53.33
63.33
95.00
86.67
larutan ZA
68.33
78.33
91.67
76.67
50 35 20 5
Panjang tunas (cm)
Panjang tunas (cm)
Gambar 4. Diagram persentase daya kecambah bibit G2
60 40 20 0
14 mst
28 mst
42 mst
14 mst
28 mst
42 mst
P1L0
7.5
38.14
34.76
P2L0
2.81
31.05
31.85
P1L1
7.63
20.67
40.34
P2L1
6.69
21.17
43.64
14.6
29.97
55.75
12.42
29.39
57.43
P1L2
10.75
23.34
45.72
P2L2
P1L3
9.34
27.11
50.72
P2L3
a
b
40 20 0 P3L0
Panjang tunas (cm)
Panjang tunas (cm)
60
60 40 20 0
14 mst
28 mst
42 mst
3.14
11.93
30.47
P4L0
14 mst
28 mst
42 mst
6.95
14.75
35.4
P3L1
5.85
19.68
39.93
P4L1
6.52
19.99
44.96
P3L2
12.98
26.79
47.75
P4L2
12.15
25.69
51.27
57.52
P4L3
9.42
25.63
53.39
P3L3
18.56
30.68
d
60 40 20 0
14 mst
28 mst
P5L0
7.73
20.93
P5L1
8.99
23.07
42 mst
Panjang tunas (cm)
Panjang tunas (cm)
c 65 50 35 20 5
14 mst
28 mst
42 mst
40.55
P6L0
5.83
18.75
31.87
39.38
P6L1
6.68
19.17
42.36
16.71
33.38
61.97
11.47
24.78
46.19
P5L2
13.47
29.99
57.59
P6L2
P5L3
9.97
22.39
42.19
P6L3
e
f
Gambar 5. Diagram panjang tunas bibit tebu G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA 3, (d) Fungisida, (e) Air Kapur, (f) Larutan ZA 3. Pertumbuhan Vegetatif 3.1 Tinggi batang (cm) Tinggi batang bibit tebu G2 yang direndam dalam zat pemacu perkecambahan selama 0 sampai 9 hari menunjukkan pola tinggi batang yang terus mengalami peningkatan hingga pengamatan 16 hst. Tinggi tanaman tidak berbeda nyata atau tetap tumbuh normal dengan peningkatan tinggi batang yang hampir seragam pada umur pengamatan 16 dan 18 mst. Pengamatan umur 14 mst bibit yang tanpa direndam setelah disimpan 6 hari menunjukkan tinggi batang yang tidak berbeda nyata dengan beberapa perlakuan bibit tanpa perendaman setelah disimpan 0 sampai 3 hari, perendaman bibit dalam air setelah disimpan 6 hari, perendaman bibit dalam hormon GA3 setelah disimpan 9 hari, perendaman bibit dalam fungisida setelah disimpan 3 sampai 6 hari, perendaman bibit dalam air kapur yang disimpan 0-9 hari, dan perendaman bibit dalam larutan ZA setelah disimpan 3-9 hari. Sedangkan perlakuan bibit tanpa perendaman
setelah disimpan 6 hari memiliki hasil yang beda nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan bibit tanpa perendaman setelah disimpan 9 hari, perendaman dalam air setelah disimpan 0, 3 dan 9 hari, perendaman dalam hormon GA3 setelah disimpan 0-6 hari, perendaman dalam fungisida tanpa disimpan dan setelah disimpan 9 hari, perendaman dalam air kapur setelah disimpan 3-6 hari dan perendaman bibit dalam larutan ZA tanpa disimpan. Tinggi batang tebu menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dan terus mengalami peningkatan pada pengamatan 16 dan 18 mst. Pada parameter pengamatan tinggi batang yang tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman air setelah disimpan 3 hari yaitu 195,67 cm. Grafik peningkatan tinggi batang dapat dilihat pada Gambar 6. 3.2 Jumlah anakan Berbagai perlakuan perendaman dan lama penyimpanan berpengaruh kepada jumlah anakan bibit tebu G2. Pada pengamatan umur 8
hingga 12 mst jumlah anakan secara umum bertambah, namun saat bibit berumur 14 mst jumlah anakan menurun hingga umur 16 mst. Jumlah anakan pada umur 8 mst berkisar antara 2 hingga 6 batang dalam satu rumpun. Bibit tebu yang direndam dalam hormon GA3 tanpa disimpan dan larutan ZA setelah disimpan 9 hari menunjukkan jumlah anakan tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan perendaman bibit dalam air setelah disimpan 6 hari. Pada perlakuan bibit tanpa perendaman setelah disimpan 3 hari, perendaman dalam air setelah disimpan 0-3 hari, hormon GA3 setelah disimpan 6 hari, fungisida setelah disimpan 9 hari, dan air kapur setelah disimpan 6 hari memiliki hasil tidak berbeda nyata dengan perendaman bibit dalam air setelah disimpan 9 hari, hormon GA3 setelah disimpan 3 dan 9 hari, fungisida setelah disimpan 0-6 hari, air kapur setelah disimpan 9 hari, dan larutan ZA setelah disimpan 0-3 hari, namun memiliki hasil yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perendaman bibit dalam hormon GA3 tanpa disimpan dan larutan ZA setelah disimpan 9 hari. Jumlah anakan pada pengamatan umur 10 mst mencapai 6 hingga 10 batang dalam satu rumpun. Bibit yang direndam dalam air setelah disimpan 6 hari menunjukkan jumlah anakan tidak berbeda nyata dengan perlakuan bibit tanpa perendaman setelah disimpan 6 hari, perendaman bibit dalam air setelah disimpan 3 hari, perendaman dalam hormon GA3 tanpa disimpan dan perendaman dalam air kapur tanpa disimpan. Perlakuan bibit tanpa perendaman setelah disimpan 3 hari menunjukkan jumlah anakan tidak berbeda nyata dengan perendaman bibit dalam fungisida setelah disimpan 3 hari dan perendaman dalam larutan ZA tanpa disimpan. Namun demikian, perlakuan bibit tanpa perendaman setelah disimpan 3 hari menunjukkan hasil nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan perendaman dalam air setelah disimpan 6 hari. Pada pengamatan umur 12 mst jumlah anakan bertambah antara 8 hingga 11 batang dalam satu rumpun. Berdasarkan pengaruh perendaman dan lama penyimpanan maka diperoleh hasil bahwa bibit tanpa perendaman setelah disimpan 6 hari menunjukkan jumlah anakan tidak berbeda nyata dengan bibit yang direndam dalam air setelah disimpan 0-9 hari, tanpa perendaman dengan tanpa disimpan, hormon GA3 tanpa disimpan, fungisida setelah disimpan 6 hari dan air kapur setelah disimpan 0, 6 dan 9 hari. Sedangkan perlakuan bibit tanpa perendaman setelah disimpan 3 hari, hormon GA3 setelah disimpan 9 hari, dan
fungisida setelah disimpan 3 hari menunjukkan jumlah anakan tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman bibit dalam hormon GA3 setelah disimpan 3-6 hari, fungisida setelah disimpan 0 dan 9 hari, air kapur setelah disimpan 3 hari dan larutan ZA setelah disimpan 0, 6 dan 9 hari. Namun, perlakuan bibit tanpa perendaman setelah disimpan 3 hari, hormon GA3 setelah disimpan 9 hari dan fungisida setelah disimpan 3 hari menunjukkan hasil nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa perendaman setelah disimpan 6 hari. Jumlah anakan terus mengalami penurunan pada pengamatan 14 dan 16 hst dimana di akhir pengamatan jumlah anakan sebanyak 5 hingga 8 batang dalam satu rumpun, namun jumlah anakan pada pengamatan umur 14 dan 16 mst tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah anakan bibit tebu dengan berbagai perlakuan perendaman dan lama penyimpanan dapat dilihat pada histogram Gambar 7. 3.3 Jumlah daun Daun tebu tumbuh dari buku-buku batang, fungsi pelepah daun tebu disini yaitu sebagai pelindung bagi titik tumbuh tebu. Selama pertumbuhan, daun berpengaruh baik pada mata karena melindungi terhadap kekeringan. Jumlah daun bibit G2 yang direndam dalam pemacu perkecambahan selama 0-9 hari hingga pengamatan 12 mst yaitu terus mengalami penambahan jumlah daun. Jumlah daun bibit tebu G2 yang tertinggi pada perlakuan perendaman bibit dalam hormon GA3 setelah disimpan 3 hari mencapai 24 helai daun pada pengamatan 8 mst. Umur pengamatan 10 sampai 12 mst jumlah daun paling tinggi terdapat pada perendaman hormon GA3 yang disimpan 9 hari Pada pengamatan umur 8 mst perendaman bibit G2 menunjukkan jumlah daun tidak berbeda nyata pada beberapa perlakuan tanpa perendaman setelah disimpan 6 hari, hormon GA3 tanpa disimpan, fungisida setelah disimpan 3 hari, air kapur setelah disimpan 3 hari dan larutan ZA setelah disimpan 3-9 hari. Bibit yang direndam air kapur setelah disimpan 9 hari memiliki jumlah daun paling banyak yaitu 28 helai daun. Bibit yang direndam dalam perlakuan tanpa perendaman setelah disimpan 0 dan 9 hari, air setelah disimpan 0, 6 dan 9 hari serta fungisida setelah disimpan 9 hari menunjukkan hasil jumlah daun tidak berbeda nyata dengan bibit tanpa direndam setelah disimpan 3 hari, bibit direndam dalam air setelah disimpan 6 hari, hormon setelah
disimpan 3 hari, air kapur setelah disimpan 0 dan 6 hari, dan larutan ZA tanpa disimpan. Pengamatan jumlah daun pada umur 10 dan 12 mst tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Perendaman bibit dalam hormon GA3 tanpa disimpan tidak berbeda nyata dengan berbagai perlakuan perendaman yaitu perlakuan tanpa perendaman yang tanpa disimpan, perendaman dalam air setelah disimpan 0, 6 dan 9 hari, perendaman dalam hormon GA3 setelah disimpan 3 hari, perendaman dalam fungisida setelah disimpan 6 hari, perendaman dalam air kapur setelah disimpan 6 hingga 9 hari, dan perendaman dalam larutan ZA yang disimpan 0 dan 9 hari. Sedangkan perendaman bibit dalam hormon GA3 tanpa disimpan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan berbagai perlakuan perendaman yaitu perlakuan tanpa perendaman setelah disimpan selama 3-9 hari, perendaman dalam air setelah disimpan 3 hari, perendaman dalam hormon GA3 setelah disimpan 6 dan 9 hari, perendaman fungisida setelah disimpan 0, 6 dan 9 hari, perendaman dalam air kapur setelah disimpan 0-3 hari, serta perendaman dalam larutan ZA setelah disimpan selama 3 dan 6 hari. Jumlah daun bibit tebu dengan berbagai perlakuan perendaman dan lama penyimpanan dapat dilihat pada histogram Gambar 8. 3.4 Diamater batang (cm) Hasil yang diperoleh ialah pada umur pengamatan 10 mst diameter batang bibit tebu
berkisar antara 1,13 hingga 1,45 cm, sementara itu pada umur 12 mst diameter batang mencapai 1,63 hingga 2,45 cm. Diameter batang berkisar antara 2,71 sampai 3,03 cm pada umur pengamatan 14 hst. Pada umur 16 mst diameter batang yang tertinggi terdapat pada bibit G2 tanpa disimpan dan direndam dalam larutan ZA yaitu 3,35 cm. Pengamatan diameter batang pada perlakuan pemacu perkecambahan dan lama penyimpanan tidak menunjukkan beda yang nyata pada seluruh umur pengamatan. Histogram diameter batang tebu G2 dapat dilihat pada Gambar 9. 3.5 Jumlah ruas Jumlah ruas bibit tebu G2 secara keseluruhan mengalami peningkatan hingga pengamatan 18 mst. Jumlah ruas yang tertinggi terdapat pada perlakuan bibit yang direndam dalam fungisida setelah disimpan 6 hari dan perendaman dalam air kapur setelah disimpan 9 hari yaitu mencapai 16 ruas. Pada umur 14 mst jumlah ruas tebu rata-rata berjumlah 7 hingga 9, sedangkan pada umur 16 mst jumlah ruas tebu mencapai 11 hingga 12. Sementara itu jumlah ruas bibit tebu pada umur 18 berkisar antara 14 hingga 16. Pada pengamatan jumlah ruas perlakuan perendaman dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata namun tanaman tetap tumbuh normal dengan peningkatan jumlah ruas yang hampir seragam pada setiap umur pengamatan. Histogram jumlah ruas dapat dilihat pada Gambar 10.
14 mst
16 mst
18 mst
P1L0
82.33
134.00
184.34
P1L1
82.22
131.78
P1L2
72.83
P1L3
86.89
Tinggi batang (cm)
Tinggi batang (cm)
200 150 100 50 0
200 150 100 50 0
14 mst
16 mst
18 mst
P2L0
94.78
123.05
177.11
180.78
P2L1
89.89
134.78
195.67
133.11
182.45
P2L2
85.89
135.33
182.11
136.67
191.33
P2L3
87.00
136.89
181.56
14 mst
16 mst
18 mst
200 150 100 50 0
b Tinggi batang (cm)
Tinggi batang (cm)
a 200 150 100 50 0
14 mst
16 mst
18 mst
P3L0
90.67
137.22
176.94
P4L0
86.00
132.89
170.56
P3L1
85.69
135.67
179.67
P4L1
84.67
132.22
194.00
P3L2
93.58
126.78
185.89
P4L2
80.11
133.22
175.11
P3L3
77.78
129.11
185.78
P4L3
87.45
134.22
184.22
14 mst
16 mst
18 mst
200 150 100 50 0
d Tinggi batang (cm)
Tinggi batang (cm)
c 200 150 100 50 0
14 mst
16 mst
18 mst
P5L0
84.00
131.17
186.50
P6L0
86.56
138.00
185.44
P5L1
91.89
135.11
192.00
P6L1
83.00
137.11
182.11
P5L2
95.22
140.56
193.00
P6L2
85.89
139.22
179.66
P5L3
85.22
139.56
189.67
P6L3
81.67
136.89
182.06
e
f
Gambar 6. Histogram tinggi batang bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA 3, (d) Fungisida, (e) Air Kapur, (f) Larutan ZA
Jumlah anakan
Jumlah anakan
12 10 8 6 4
8 mst
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
9 8 6 5 3
8 mst
14 mst
16 mst
P2L0 6.67 8.00 7.56 5.44 5.33
P1L1 7.33 10.6 11.4 8.00 7.33
P2L1 7.33 7.11 8.56 6.44 5.67
P1L2 5.00 6.67 7.11 6.00 5.44
P2L2 3.67 6.22 8.22 7.11 6.78
P1L3 4.67 8.00 9.00 7.00 7.00
P2L3 5.33 8.56 8.56 7.00 5.89
b
12
Jumlah anakan
Jumlah anakan
12 mst
P1L0 5.00 8.00 8.00 5.89 5.33
a
9 6 3
8 mst
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
12 10 8 6 4
8 mst
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
P3L0 2.67 7.00 8.00 7.00 5.33
P4L0 5.67 8.00 10.2 7.89 7.22
P3L1 5.67 7.56 9.78 6.11 5.89
P4L1 5.67 9.67 11.1 7.56 6.78
P3L2 6.33 9.33 10.6 6.33 5.67
P4L2 5.67 7.78 8.33 7.45 6.78
P3L3 5.33 8.67 11.0 7.78 7.11
P4L3 6.67 8.67 10.4 7.89 7.22
d Jumlah anakan
c Jumlah anakan
10 mst
10 8 6 4
8 mst
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
12 9 6 3
8 mst
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
P5L0 4.67 6.50 8.17 6.33 5.67
P6L0 5.33 9.67 10.3 7.22 6.45
P5L1 7.33 8.67 9.33 7.78 6.22
P6L1 5.33 8.67 9.00 7.44 6.11
P5L2 5.00 8.11 8.11 7.22 6.00
P6L2 4.67 9.00 9.33 7.44 6.67
P5L3 6.33 8.44 8.56 6.89 7.00
P6L3 3.33 8.00 9.33 6.44 5.22
e
f
Gambar 7. Histogram jumlah anakan bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA 3, (d) Fungisida, (e) Air Kapur, (f) Larutan ZA
8 mst
10 mst
12 mst
P1L0
19
37.67
74
P1L1
20.33
63.67
P1L2
17.67
P1L3
19.67
Jumlah daun
Jumlah daun
100 80 60 40 20 0
100 80 60 40 20 0 8 mst
10 mst
12 mst
P2L0
19.67
47.91
84.24
100
P2L1
19.67
55.74
92.08
50.27
86.6
P2L2
21
43.69
80.02
53.9
90.23
P2L3
19.33
40.33
76.78
8 mst
10 mst
12 mst
100 80 60 40 20 0
b Jumlah daun
Jumlah daun
a 100 80 60 40 20 0
8 mst
10 mst
12 mst
P3L0
18
31.3
67.52
P4L0
23.33
50.33
86.78
P3L1
24
41.56
78
P4L1
18.67
57.82
94.07
P3L2
20.67
52.19
88.77
P4L2
22.33
38.44
74.67
P3L3
23
65.52
101.89
P4L3
19.67
49.41
85.78
8 mst
10 mst
12 mst
100 80 60 40 20 0
d Jumlah daun
Jumlah daun
c 100 80 60 40 20 0
8 mst
10 mst
12 mst
P5L0
20.33
50.07
86.3
P6L0
21.33
45.63
82.01
P5L1
16.67
53.64
90.01
P6L1
18.33
53.98
90.44
P5L2
20
44.35
80.58
P6L2
16.33
50.66
86.9
P5L3
28.33
45.62
82.07
P6L3
18.33
41.46
77.9
e
f
Gambar 8. Histogram jumlah daun bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA 3, (d) Fungisida, (e) Air Kapur, (f) Larutan ZA
3 2 1
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
P1L0
1.33
2.03
2.83
3.23
P1L1
1.36
1.86
2.81
P1L2
1.13
1.63
P1L3
1.42
2.08
Diameter batang (cm)
Diameter batang (cm)
4
4 3 2 1
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
P2L0
1.30
1.80
2.90
3.20
3.26
P2L1
1.38
1.88
2.93
3.28
2.77
3.03
P2L2
1.39
2.08
2.87
3.29
3.03
3.32
P2L3
1.38
1.88
2.83
3.28
b
4 3 2 1
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
P3L0
1.25
1.77
2.81
3.17
P3L1
1.19
1.69
2.74
P3L2
1.35
1.83
P3L3
1.29
1.79
Diameter batang (cm)
Diameter batang (cm)
a 4 3 2 1
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
P4L0
1.20
1.70
2.71
3.10
3.09
P4L1
1.29
1.79
2.73
3.19
2.78
3.25
P4L2
1.36
2.02
2.96
3.26
2.69
3.19
P4L3
1.32
1.99
2.78
3.22
d
4 3 2 1
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
P5L0
1.18
1.68
2.73
3.08
P5L1
1.37
1.87
2.83
P5L2
1.42
1.92
P5L3
1.43
1.93
e
Diameter batang (cm)
Diameter batang (cm)
c 4 3 2 1
10 mst
12 mst
14 mst
16 mst
P6L0
1.45
2.45
2.92
3.35
3.27
P6L1
1.34
1.84
2.91
3.24
2.90
3.32
P6L2
1.40
1.90
3.00
3.30
2.90
3.33
P6L3
1.25
2.05
2.79
3.15
f
Gambar 9. Histogram diameter batang bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA3, (d) Fungisida, (e) Air Kapur, (f) Larutan ZA
16 Jumlah ruas
Jumlah ruas
16 12 8 4 0
14 mst
16 mst
18 mst
P1L0
8.33
11.33
15.67
P1L1
7.33
11.67
P1L2
7.67
P1L3
7.67
12 8 4 0
14 mst
16 mst
18 mst
P2L0
8.67
12.33
15.00
15.00
P2L1
8.33
11.67
15.67
12.00
15.00
P2L2
9.33
12.33
14.00
12.33
14.67
P2L3
7.67
11.00
14.67
14 mst
16 mst
18 mst
a
b 16 Jumlah ruas
Jumlah ruas
16 12 8 4 0
12 8 4 0
14 mst
16 mst
18 mst
P3L0
7.00
11.33
15.33
P4L0
8.33
12.00
14.67
P3L1
9.00
13.00
15.00
P4L1
8.33
12.00
16.00
P3L2
8.00
11.67
15.33
P4L2
7.00
11.33
14.33
P3L3
7.33
11.33
14.67
P4L3
8.00
12.00
14.67
14 mst
16 mst
18 mst
c
d 16 Jumlah ruas
Jumlah ruas
16 12 8 4 0
12 8 4 0
14 mst
16 mst
18 mst
P5L0
8.00
12.33
15.67
P6L0
8.33
12.33
15.67
P5L1
8.33
12.00
14.67
P6L1
8.67
12.00
15.00
P5L2
8.33
12.00
15.67
P6L2
7.67
11.33
14.33
P5L3
8.67
12.33
16.00
P6L3
8.33
11.67
15.67
e
f
Gambar 10. Diagram jumlah ruas bibit G2 yang disimpan selama 0-9 hari dengan metode perendaman : (a) Tanpa perendaman, (b) Air, (c) Hormon GA3, (d) Fungisida, (e) Air Kapur, (f) Larutan ZA
PEMBAHASAN Perkecambahan merupakan masa kritis di dalam kehidupan tanaman tebu, perkecambahan yang baik berarti suatu permulaan yang baik dan memberikan landasan bagi suatu tanaman yang sehat. Faktor utama yang mempengaruhi perkecambahan adalah kelembaban dan temperatur. Jika kelembaban terlalu tinggi dapat mengakibatkan adanya jamur dan dapat memicu proses fermentasi sehingga berakibat pada kerusakan bibit. Perkecambahan disini terutama ditekankan pada terjadinya perkembangan tubuh atau organ yang terdapat di bagal atau batang tebu yaitu mata yang merupakan suatu miniatur batang dengan titik tumbuhnya dan primordia daun dan akar. Pertumbuhan tanaman pada dasarnya merupakan proses yang terjadi dalam kehidupan tanaman dengan habitatnya yang dapat didekati dengan semua pengamatan pertumbuhan tanaman seperti tinggi batang, diameter, jumlah ruas, jumlah anakan dan jumlah daun. Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, maka disamping keadaan lingkungan yang baik tanaman secara genetik juga harus baik. Sifat-sifat fisiologis tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, sehingga sifat fisiologis dapat menggambarkan pertumbuhan suatu tanaman. Pengaruh lama penyimpanan dapat dilihat sebelum bibit ditanam di polybag. Pengaruh lama penyimpanan dapat dilihat pada berat bibit tebu G2 sesudah disimpan akan mengalami penyusutan berat bibit, persentase bibit yang berjamur selama disimpan, persentase mata normal, persentase mata yang tumbuh, persentase bibit berakar dan perubahan warna yang terjadi pada potongan permukaan bibit G2. Dalam komponen penyimpanan terjadi penyusutan berat bibit yang disebabkan karena adanya penurunan kadar air bibit pada saat disimpan. Penyusutan bibit dapat terjadi karena pada kemasan yang dipakai adalah “waring”. Pada kemasan “waring” udara masih bisa masuk melalui lubang sehingga kadar air menjadi berkurang yang dapat mengakibatkan berat bibit menurun. Menurut Harnowo dan Utomo (1990) bahan kemasan sangat menentukan terhadap ketahanan simpan. Bahan kemasan yang terlalu banyak berlubang dapat menyebabkan pertukaran udara dari luar ke dalam atau sebaliknya sangat besar, akibatnya kadar air bibit pada bahan tersebut akan menurun lebih cepat. Permukaan bibit mengalami perubahan warna merah atau kecoklatan dan terdapat
jamur yang menempel pada bibit tebu, hal ini terjadi karena kondisi lingkungan simpan selain itu perlakuan perendaman dengan larutan pemacu perkecambahan yang mengakibatkan bibit menjadi terlalu lembab. Hal ini sesuai dengan pernyataan Benyamin (1993) yang menyatakan bahwa proses fermentasi ini umum dijumpai pada keadaan yang mengalami penggenangan. Selain itu juga, perubahan warna dapat terjadi karena tebu memiliki kandungan senyawa fenolik apabila teroksidasi dengan O2 membentuk senyawa kuinon, seperti yang dijelaskan oleh Bariyus (2008). Perubahan warna potongan benih menjadi merah kecoklatan dipengaruhi oleh adanya enzim polypenol oxidase dan oksigen yang masuk pada kemasan “waring“ dimana aktifitas enzim polypenol oxidase, yang dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus monophenol menjadi O-hidroksi phenol, yang selanjutnya diubah lagi menjadi O-kuinon. Gugus O-kuinon inilah yang membentuk warna coklat pada potongan tebu. Pencoklatan enzimatis dapat terjadi karena adanya jaringan tanaman yang terluka, misalnya pemotongan dan perlakuan lain yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan tanaman. Hasil penelitian pada persentase mata normal dominan pada lama penyimpanan 0, 3 dan 6 hari hampir tidak ada mata yang rusak sedangkan pada lama penyimpanan 9 hari mata mengalami kerusakan . Persentase mata dan akar yang tumbuh pada kemasan “waring” karena masuknya O2 melalui lubang pada kemasan. Oksigen berfungsi untuk respirasi. Pada proses respirasi terjadi perombakan sukrosa menjadi glukosa. Glukosa diubah dalam proses respirasi menjadi energi (ATP) dan senyawa-senyawa asam amino yang berfungsi membentuk sel-sel baru sehingga akar pada benih tebu tumbuh. Selain itu juga munculnya akar yang lebih dahulu daripada mata tunas menyebabkan cadangan makanan yang ada dalam bibit tebu digunakan untuk pertumbuhan akar. Oleh karena itu sebelum bibit ditanam diberi berbagai perlakuan perendaman yang berfungsi untuk memberi nutrisi dan cadangan makanan pada bibit tebu untuk meningkatkan perkecambahan. Pada variabel daya perkecambahan didapatkan hasil bahwa bibit tebu G2 yang direndam air kapur selama 45 menit pada lama penyimpanan 6 hari memiliki daya kecambah paling tinggi yaitu 95 %. Menurut Tjokrodirjo (1985) perendaman larutan kapur akan meningkatkan kandungan kalsium (Ca2+) yang berfungsi sebagai kation anorganik yang membantu dalam pembelahan sel dari jaringan meristem yang dapat mempercepat daya
kecambah didalam bibit tebu. sedangkan pada hormon GA3 memiliki daya kecambah terendah bila dibanding dengan perendaman yang lain, hal ini terjadi karena pengaruh zat tumbuh memiliki sifat ganda sekaligus yaitu mempercepat perkembangan akar dan pada saat yang bersamaan GA3 dapat menghambat perkembangan mata. Karena ada suatu kelompok senyawa tak jenuh yang diketahui menurunkan kandungan zat tumbuh di dalam tumbuhan dan oleh karena itu mematahkan masa dormansi pada mata (Dillewijn, 1952). Pada tinggi batang didapatkan hasil untuk perlakuan perendaman yang paling baik yaitu dengan air karena tanaman yang menggunakan perendaman tersebut memiliki rerata tinggi batang paling tinggi. Adanya lama penyimpanan yang lebih panjang pada batas tertentu maka kadar air akan berkurang, dengan berkurangnya kadar air maka pemecahan sukrosa ke dalam gula sederhana (glukosa dan fruktosa) menjadi lebih cepat sehingga perkecambahan lebih sempurna dan akan berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman, hal ini sesuai dengan pendapat Tjokrodirdjo (1985). Pada tinggi batang bertambah panjang disertai dengan bertambahnya ruas-ruas pada batang. Pada masa bertunas, tebu membutuhkan cukup air, CO2 dan sinar matahari agar proses beranak tidak mengalami gangguan. Proses fisiologi tebu pada masa beranak hampir sama dengan proses pada perkecambahan, perbedaannya adalah pada masa beranak perakaran tebu telah didominasi oleh akar-akar yang tumbuh dari akar tunas, serta tunas primer telah aktif berfotisintesa dan telah menghasilkan monosakarida (glukosa dan fruktosa) hal ini seperti dijelaskan oleh (Kuntohartono, 1999). Hasil penelitian menunjukkan jumlah anakan pada minggu ke-8 sampai minggu ke-10 mengalami peningkatan, namun pada minggu ke-12 sampai pengamatan terakhir pada minggu ke-16 jumlah anakan terus menurun. Hal ini terjadi sehubungan dengan berlangsungnya persaingan antara tunas-tunas tebu. Daun merupakan bagian penting tanaman untuk fotosintesis. Daun tebu tumbuh dari buku-buku batang, fungsi pelepah daun tebu disini yaitu sebagai pelindung bagi titik tumbuh tebu (Kuntohartono, 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah daun pada akhir pengamatan bibit tebu yang direndam dengan menggunakan hormon GA3 yang disimpan selama 9 hari memiliki rerata jumlah daun yang paling tinggi yaitu 101,89 dalam satu rumpun.
Hasil penelitian variabel diameter batang dan jumlah ruas menunjukkan bahwa pada bibit tebu yang direndam dalam air setelah disimpan 3 hari memiliki rerata diameter paling tinggi yaitu 2,48 cm dan pengamatan diameter batang tebu tidak menunjukkan perbedaan nyata. Pada variabel jumlah ruas, rata-rata jumlah ruas pada tanaman tebu pada umur 14 minggu memiliki jumlah ruas 11-12 ruas, sedangkan pada umur 4 bulan (minggu ke-16) sekitar 14-16 ruas. Pada pengamatan terakhir didapatkan data bahwa tanaman tebu G2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan unsur hara sudah dapat tercukupi dalam pertumbuhan tanaman termasuk pembesaran diameter batang. Pertumbuhan tanaman mengkibatkan peningkatan ukuran tanaman yang tidak akan kembali sebagai akibat pembelahan dan pembesaran sel. Batang tebu terdiri dari ruasruas yang dibatasi oleh bukubuku, dimana pada setiap buku terdapat mata tunas dan bakal akar. Pada bagian ini hampir 80 % karbohidrat dalam bentuk cairan nira hasil dari asimilasi fotosintesis ditimbun. KESIMPULAN 1. Bibit tebu G2 yang disimpan selama 6 hari dan diberi perlakuan pemacu perkecambahan memiliki daya kecambah yang terbaik. Daya kecambah meningkat dengan semakin lamanya penyimpanan hingga penyimpanan 6 hari, namun pada penyimpanan 9 hari daya kecambah bibit menurun. 2. Bibit tebu G2 yang direndam dalam air kapur, larutan ZA, air dan fungisida setelah disimpan 6 hari memiliki daya kecambah tinggi yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan perendaman dengan hormon GA3 yang daya kecambahnya rendah. 3. Pada pengamatan pertumbuhan vegetatif bibit G2 mengalami keseragaman pada parameter tinggi batang, jumlah anakan, diameter batang dan jumlah ruas. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, untuk mendapatkan daya kecambah dan pertumbuhan tanaman tebu yang baik disarankan menggunakan perlakuan perendaman air kapur, air atau larutan ZA dengan lama penyimpanan 6 hari. Selain itu juga, disarankan penelitian selanjutnya mengamati pertumbuhan vegetatif hingga panen untuk melengkapi data yang ada, agar pertumbuhan tebu G2 yang diberi perlakuan lama penyimpanan dan perlakuan
pemacu perkecambahan diketahui hasil tebu yang baik. DAFTAR PUSTAKA Bariyus. 2008. Pencoklatan pada tebu dan cara mengatasinya. Available at h t t p : / / pencoklatan pada tebu dan cara mengatasinya /html Benyamin, L. 1993. Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Dillewjin,1952. Botany of Sugar Cane . Stechert Hafner, New York. 371 p.
Harnowo dan Utomo. 1990. Penyimpaan Benih Pada Tingkat Kadarair Awal dan Jenis Bahan Pengemas yang Berbeda. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan Malang Hal. 90 – 74. Kuntohartono, T. 1999. Perkecambahan Tebu.Gula Indonesia 24 (1): 187 – 200. Tjokrodirjo, HS. 1985. Teknis Bercocok Tanam Tebu. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta, 128 p.