PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI LATIHAN TERHADAP KEPUASAN ATAS PRESTASI ATLET TC PORDA KONI KOTA DEPOK S u j a r w o1 Abstract, This causal research aims to assess the direct and indirect effect of Quality service, organizational culture and training motivation on atlet satisfaction in KONI Depok city. The data were collected from 80 samples of atlet who were randomly selected from 125 athlets. The data were collected through survey and analyzed by using path analyze technique. The data analyze and interpretation indicate that (1) there is a direct effect of quality service, organizational culture on training motivation; (2) there is one direct effect of quality service, organizational culture, and training motivation on athlet satisfaction.The findings lead to the conclusion that athlet satisfaction is affected by Quality service, organizational culture and training motivation. Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi, Motivasi Latihan, Kepuasan Atlet
PENDAHULUAN Prestasi olahraga menjadi sebuah kebanggaan bagi setiap daerah, induk organisasi olahraga, pengurus cabang olahraga dan atlet. Kewajiban untuk memberikan kontribusi terhadap prestasi olahraga nasional selayaknya menjadi tanggung jawab kita bersama. Olahraga adalah sebagai bagian dari alat pembentuk karakter bangsa yang harus diperjuangkan. Upaya untuk memaksimalkan segenap potensi bangsa ini melalui peningkatan sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber daya alam harus terus di tingkatkan. Mengkaji dan mengevaluasi proses pencapaian prestasi dalam sebuah implementasi program melalui analisa yang komprehensif sangat di perlukan.
1
Sujarwo adalah Dosen pada Program Studi Pendidikan Jasmani, Jurusan Sosiokinetika, Fakalutas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta.
519
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
520
Pembinaan dan pengembangan olahraga dilaksanakan melalui proses pembinaan yang dilakukan oleh lembaga olahraga dan induk-induk organisasi yang berkualifikasi dan memiliki kompetensi serta didukung prasarana dan sarana olahraga yang memadai. Berdasarkan undang-undang no.3 sistem keolahragaan nasional tahun 2005 pasal 21 ayat 1 di jelaskan bahwa: pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. Pembinaan
dan
pengembangan
yang
di
maksud
adalah
meliputi
pengolahraga, ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan sarana, serta penghargaan keolahragaan. Pengembangan keolahragaa di laksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat dan pengembangan prestasi. KONI kota Depok berdiri pada tahun 1999 seiring peningkatan status pemerintahan dari Kota Administratif menjadi Kota Depok, berdasarkan undangundang nomor 15 tahun 1999. Perkembangan dan pertumbuhan cabang olahragapun masih terbatas. Hal ini karena pemerintahan sebelumnya menjadi satu dengan pemerintah Kabupaten Bogor. Seiring perjalanan waktu
cabang olahraga mulai
tumbuh dan berkembang. Dengan perkembangan dan pertumbuhan cabang olahraga dari sekitar 8 cabang olahraga menjadi lebih dari 15 cabang olahraga. KONI Kota Depok juga selalu berperan aktif dalam mengikuti event olahraga yang di laksanakan oleh KONI Jawa barat. Partisipasi KONI Kota Depok khususnya pada event Porda. Kegiatan KONI yang rutin diikuti adalah PORDA JABAR (Pekan Olahraga Daerah Jawa Barat). Sebagai salah satu KONI yang berdedikasi dan ingin menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa KONI Depok merupakan lembaga olahraga yang tidak tidur, maka KONI selalu mengikuti event PORDA yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Untuk partisipasi pada event PORDA Jabar, KONI Kota Depok telah mengikuti 2 kali. Even yang pertama yaitu porda pada tahun 2002 yang di laksanakan di Indramayu. KONI Kota Depok mengirimkan sebanyak 18 cabang olahraga. Kota
GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012
521
Depok menduduki peringkat ke- 15 dengan perolehan medali 10 emas, 12 perak dan 26 perunggu. Event yang kedua yaitu PORDA pada tahun 2006 yang dilaksanakan di Karawang. KONI Kota Depok mengirimkan sebanyak 22 cabang olahraga, Kota Depok menduduki peringkat ke- 15 dengan perolehan medali 9 emas, 24 perak 19 perunggu. Pada tahun 2010 merupakan event PORDA ketiga yang akan diikuti oleh KONI Kota Depok dengan menurunkan sebanyak 25 cabang olahraga yang harapannya bisa meraih prestasi gemilang. Prestasi seorang atlet ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor external dalam usaha membina peningkatan Prestasi seorang atlet adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan tidak dapat dipisahkan dari usaha seorang atlet atau sebuah tim dalam usahanya meraih prestasi. Faktor lingkungan ini dapat berbentuk berbagai macam hal, seperti perhatian pemerintah, dukungan masyarakat, sarana dan prasarana latihan, serta manajemen olahraga yang baik. Untuk faktor internal, faktor yang paling penting dan sering dilupakan adalah faktor psikologis dan rutinitas latihan. Faktor psikologis sangat berperan karena dalam menghadapi suatu pertandingan atau bahkan ketika sedang berlatih, seorang atlet membutuhkan rasa aman, percaya diri, disiplin, serta motivasi, sementara faktor latihan rutin sangat penting, mengingat latihan yang rutin merupakan menunjang persiapan menghadapi pertandingan atau juga dapat berfungsi sebagai media mengasah kekompakan dan strategi untuk sebuah tim. Faktor internal berikutnya ialah pelatih. Faktor pelatih merupakan tokoh sentral dalam kesuksesan seorang atlet. Pelatih mempunyai peran pula dalam mengembangkan faktor internal prestasi olahraga berikutnya, yaitu keterampilan teknik dan skill serta fisik atlet. Pengurus KONI Kota Depok yang menjalankan program pembinaan atlet melalui Pengcab harus memperhatikan hal-hal yang dianggap penting untuk para atlet, agar mereka puas. Pengurus KONI Kota Depok juga perlu menilai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepuasan atlet. Misalnya tingkat profesionalisme
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
522
pengurus KONI, keramahan para karyawan dalam melayani atlet, ataupun dalam memberikan keyakinan akan pelayanannya, serta budaya organisasi para pengurus. Kualitas pelayanan dari pengurus KONI terhadap atlet akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepusan atlet itu sendiri. Dengan pelayanan yang baik tentunya hak-hak yang harus di terima oleh atlet tidak akan sampai terlambat dan terhambat. Pelayanan menurut W. J. S. Poerwardaminta, (1987: 726) dalam Kamus Bahasa Indonesia, arti dari pelayan itu sendiri ialah orang yang kerjanya melayani. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diartikan bahwa pelayanan adalah suatu profesi atau tugas pekerjaan yang diemban oleh seseorang maupun oleh sekelompok orang yang bertujuan untuk memberikan jasa dalam hal pemuasan dan pemenuhan kebutuhan yang diperlukan. Perkembangan dan peningkatan pelayanan KONI Kota Depok dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat. Hal ini dapat dilihat meningkatnya kualitas pelayanan terhadap Pengcab, biaya pembinaan, serta promosi untuk atlet yang berprestasi. Karena tidak bisa di pungkiri bahwa jual beli atlet masih terjadi sampai saat ini, sedangkan komitmen KONI Kota Depok adalah meningkatkan kualitas pembinaan atlet melalui pengcab. Dalam kondisi persaingan yang ketat tersebut, hal utama yang harus diprioritaskan oleh pengelola KONI Kota Depok adalah kepuasan atlet sebagai aset. Dengan memberikan kepuasan kepada atlet sebagai aset KONI, maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon atlet sehingga tingkat persaingan untuk memperebutkan menjadi atlet di KONI Kota Depok semakin ketat, selanjutnya KONI Kota Depok makin leluasa untuk memilih calon atlet yang berkualitas sehingga peningkatan prestasipun makin membaik. Hal lain yang diharapkan dengan makin meningkatnya kepuasan atlet adalah motivasi latihan atlet semakin meningkat, dengan adanya semangat latihan yang tinggi di harapkan akan menghasilkan prestasi yang maksimal sehingga atlet akan merasa puas. Dengan adanya kepuasan, atlet akan semakin total dalam membela kontingen Kota Depok dalam ajang olahraga. Karena kepuasan atlet sejalan dengan raihan prestasi yang di dapat.
GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012
523
Sedangkan untuk peningkatan kualitas pelatih diadakan workshop dan penataran pelatih. Tujuan yang ingin dicapai adalah bahwa kualitas pelatih di Kota Depok mampu dari segi praktek dan teori. Karena tantangan kedepan sangat berat maka perlu adanya kerja sama antara KONI, Pengcab dan pelatih untuk bisa mewujudkan semboyan KONI Kota Depok yaitu Depok bersatu meraih prestasi gemilang. Berkaitan dengan pembinaan atlet, KONI Kota Depok rutin mengadakan tes kebugaran kepada atlet. Tujuan yang ingin dicapai adalah bahwa atlet sadar akan pentingnya kondisi fisik untuk bisa merih prestasi yang optimal. Di samping itu harapan yang ingin dicapai adalah adanya ikatan batin dan rasa memiliki antara KONI Kota Depok dan para atlet. Kegiatan lain yang dilakukan oleh KONI untuk para atlet adalah dengan mengadakan AMT (Achiefment Motivation Training). Tujuan yang di harapkan adalah dengan memberikan pembinaan mental, para atlet akan selalu siap dalam menghadapi berbagai event yang akan dihadapi. Hal lain yang ingin dibangun adalah karakter atlet sehingga atlet mempunyai jiwa sportivitas dan jiwa memiliki Kota Depok yang tinggi. Kagiatan-kegiatan tersebut di lakukan karena seluruh pengurus pencab dan KONI sama-sama berkomitmen untuk melakukan pembinaan dalam rangka menghasilkan para atlet yang handal. Karena sama-sama di ketahui bahwa tidak semua induk organisasi olahraga
melakukan pembinaan, tetapi yang dilakukan
adalah dengan cara membeli atlet yang sudah jadi tanpa mau repot. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa tolok ukur sekarang ini yang dilihat orang adalah kepengurusan berhasil apabila bisa menghasilkan prestasi yang bagus. Dengan adanya pelayanan yang baik ditunjang dengan budaya organisasi yang baik maka akan berdampak secara langsung kepada atlet. Dengan pelayanan yang baik maka atlet akan merasakan hak-haknya terpenuhi tepat waktu dengan tidak mengalami kendala. Pemberian hak-hak atlet yang tepat waktu maka akan meningkatkan motivasi latihan. Adanya motivasi latihan yang tinggi, tentunya berdampak dalam prestasi.
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
524
KERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Kepuasan Atas Prestasi Atlet Dalam melakukan pekerjaan, individu selalu melibatkan aspek yang ada pada dirinya, yaitu fisik dan psikis. Hal tersebut berlaku pula pada cara menanggapi dari hasil pekerjaan yang dilakukan. Salah satu bentuk tanggapan yang berkaitan dengan pekerjaan, ditinjau dari aspek psikis adalah perasaan puas atau tidak puas. Perasaan puas akan menimbulkan dorongan untuk melakukan lagi pekerjaan yang sama, sedangkan yang menimbulkan ketidakpuasan cenderung dihindari. Dalam suatu situasi, bila kebutuhan sudah terpenuhi, maka penilaian individu bergeser ke arah perasaan puas. Situasi ketidakpuasan dalam latihan akan berpengaruh pada diri atlet baik fisik maupun psikis, sehingga dapat berdampak pada menurunnya produktivitas. Ketidakpuasan dapat
berakibat pada perasaan frustasi
pada atlet yang kemudian dapat memunculkan perilaku yang kurang baik, atau sebaliknya mereka menarik diri dari interaksi dengan lingkungannya. Bentuk penarikan diri itu misalnya : ingin berhenti, sering mangkir latihan dan bentuk perilaku lain yang cenderung menghindar dari aktivitas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Robbins bahwa atlet yang tak dipuaskan lebih besar kemungkinan meleset tidak latihan. Artinya atlet yang merasa tidak puas bisa saja akan menurun motivasi latihannya. Atlet yang tidak hadir mengakibatkan tertundanya program, sehingga perlu diadakan penambahan program tersendiri. Jika seorang atlet berhenti, akan membuat pengcab harus mencari orang yang lain untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan. Hal ini berarti pengcab harus mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga untuk melakukan proses rekrutmen, seleksi dan pelatihan yang diperlukan agar atlet yang baru sesuai yang diinginkan. Bentuk perilaku agresif misalnya melakukan sabotase, sengaja membuat kesalahan atau memperlambat latihan, menentang pelatih, sampai pada tindakan mogok. Dengan adanya prestasi atlet akan merasa puas. Kepuasan tersebut akan membuat atlet mau melakukan latihan kembali dengan sungguh-sungguh. Dengan
GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012
525
kesunguhan dalam melakukan latihan akan bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Kepuasan akan membangkitkan motivasi juang yang tinggi, dengan semangat yang tinggi tentunya akan bisa membawa prestasi yang maksimal. Dengan adanya prestasi maksimal maka atlet akan merasa puas. Berdasarkan beberapa teori tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya prestasi yang maksimal atlet akan mendapatkan kepuasan. Dan kepuasan dalam penelitian ini adalah suatu perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap apa yang telah dilakukan, baik itu datang dari dalam diri maupun dari faktor luar, yang merupakan hasil dari latihan. Kualitas Pelayanan Menurut Gunarto (Tahun 2004), berdasarkan SK Men-Pan Nomor 81 / 1993 yang dimaksudkan dengan pengertian pelayanan secara umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanankan oleh instansi pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dalam bentuk barang atau jasa baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun pelaksanaan ketentua peraturan perundang-undangan. Pelayanan berasal dari kata layan. Menurut W. J. S. Poerwardaminta (1987: 726) dalam Kamus Bahasa Indonesia, arti dari pelayan itu sendiri ialah orang yang kerjanya melayani. Berbagai definisi diberikan untuk menjelaskan tentang pelayanan atau jasa. Namun, Kottler (1997:428) mendefinisikan pengertian pelayanan atau jasa, yaitu suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok atau orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud, dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk. Dari definisi Kottler diatas, maka pengertian pelayanan atau jasa dapat diartikan bahwa sesuatu yang diberikan dan ditawarkan kepada konsumen, dan konsumen hanya bisa merasakan dan menilai secara pribadi didalam batin, itulah pelayanan atau jasa yang dimaksud.
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
526
Selain itu, Stanton mengungkapkan definisi dari jasa itu sendiri yaitu sebagai berikut, jasa adalah sesuatu yang dapat didefinisikan secara terpisah, tidak berwujud, dan ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dimana jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak. Untuk memperkuat pernyataan tersebut, Kottler (1997: 465) mengatakan bahwa jasa yang diberikan kepada konsumen mengandung karakteristik, yaitu sebagai berikut : 1. Intangibility (tidak berwujud), artinya adalah bahwa suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan tidak dapat dilihat, didengar atau dicium sebelum membelinya, misalnya pasien dalam kantor psikiater tidak dapat diramalkan hasil yang akan terjadi dari terapi pasien sebelumnya. 2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), artinya adalah bahwa pada umumnya jasa dikonsumsikan (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya, dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut, dan hal ini tidak berlaku bagi barang fisik yang diproduksi, ditempatkan pada persediaan dan didistribusikan ke berbagai pengecer dan akhirnya dikonsumsi. 3. Variability (bervariasi), artinya bahwa barang jasa yang sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah, karena jasa tergantung pada siapa yang menyajikan dan dimana disajikan. Pembeli akan berhati-hati terhadap keragaman ini dan seringkali membicarakannya dengan yang lain sebelum memilih seseorang penyedia jasa. Dari uraian mengenai karakteristik jasa menurut Kottler diatas, maka dapat diartikan; pertama, sifat dari suatu jasa atau pelayanan , tidak dapat didengar, dilihat, dijamah, ditebak atau dicium sebelum ia menerimanya, misalnya seseorang yang sedang berkonsultasi dengan konselor, ia tidak dapat menebak apa yang terjadi dengan keluhannya setelah ia berkonsultasi, dapat teratasi atau tidak. Kedua, jasa dihasilkan dan dirasakan pada waktu bersamaan apabila terjadi interaksi atau hubungan diantara kedua belah pihak yang saling membutuhkan, misalnya sopir taksi membutuhkan penumpang untuk setoran, dan demikian dengan penumpang
GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012
527
membutuhkan taksi untuk mengantar ketempat tujuannya, keduanya secara tidak langsung sama-sama saling membutuhkan jasa kedua belah pihak. Ketiga, setiap jasa yang dihasilkan dan yang diberikan memiliki keberagaman dan perbedaan, tidak semuanya sama. Untuk itu konsumen para pengguna jasa tersebut harus cerdik didalam memilih jasa yang bermutu dan memuaskan. Budaya Organisasi Organisasi
terbentuk
dari
sekumpulan
manusia
yang
diawali
dari
perkembangan individu untuk membentuk sebuah perkumpulan organisasi. Organisasi merupakan suatu wadah lembaga kemasyarakatan dan merupakan wadah kerjasama untuk mengadakan pembagian kerja. Dan didalamnya dipenuhi dengan berbagai macam aktivitas ataupun kegiatan,
kesenangan, penderitaan dan
permasalahan yang harus dihadapi. Suatu organisasi perusahaan atau non perusahaan lahir dan tumbuh dalam suatu lingkungan masyarakat yang senantiasa berkembang dan berubah. Sedangkan Winardi mendefinisikan sebagai berikut, “sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, yang diantara subsistem-subsistem tersebut manusia merupakan yang terpenting, dan dimana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan organisasi yang bersangkutan. Salah satu faktor yang berperan dalam kemajuan suatu organisasi ataupun perusahaan dilihat dari budaya organisasi. Budaya juga dipergunakan dalam konteks organisasi. Dalam konteks organisasi budaya adalah keadaan atau suasana yang terdapat dalam suatu organisasi. Budaya organisasi adalah suatu interaksi ataupun hubungan langsung antara pemimpin dan tiap-tiap orang dalam kelompok organisasi, hubungan antara pemimpin dan kelompok-kelompok yang terjadi di antara orangorang atau organisasi itu, hubungan di antara anggota-anggota itu sendiri baik secara perorangan, tunggal, maupun dalam kelompok-kelompok (2001: 137).
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
528
Budaya organisasi secara obyektif terjadi di setiap organisasi dan berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, terutama yang memunculkan motivasi, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku anggota organisasi. Kemudian menurut Hill Reiger dan Slocum yang dikutip Arni Muhammad (1995: 83) menyatakan budaya organisasi adalah suatu set atribut organisasi dan subsistemnya dapat dirasakan oleh anggota organisasi atau subsistem terhadap anggota dan lingkungan. Iklim organisasi yang penuh persaudaraan mendorong anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota yang lain. Budaya organisasi adalah kegiatan sehari-hari, interaksi dan sikap yang tercermin di dunia nyata dalam suasana kerja. Hal-hal tersebut tercermin dalam bentuk rasa percaya mempercayai, kompetensi atau kolaborasi, dukungan atau keinginan saling jegal, komunikasi yang terbuka atau tertutup. Budaya organisasi ini dipengaruhi oleh budaya, nilai, dan norma yang hidup dalam organisasi tersebut. Dari uraian diatas akan diambil beberapa dimensi budaya organisasi yang akan menjadi landasan dalam penelitian ini. Beberapa dimensi budaya organisasi sebagai berikut : 1. Kepercayaan (dimana setiap karyawan harus berusaha keras dalam mengembangkan hubungan yang didalamnya terdapat keyakinan dan kreadibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan) 2. Pembuatan keputusan bersama/dukungan (para karyawan di semua tingkat dalam organisasi harus di ajak komunikasi dan konsultasi mengenai masalah 3. dalam semua kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukan mereka serta berperan dalam pembuatan keputusan dan penetapan tujuan) 4. kejujuran (suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan dalam organisasi, dan karyawan mampu mengatakan yang ada di pikiran mereka).
GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012
529
5. Komunikasi (karyawan organisasi relatif tahu akan informasi yang berhubungan dengan tugas mereka) 6. Fleksibilitas/otonomi (karyawan di setiap tingkat dalam organisasi mempunyai kekuatan pada diri sendiri yang mana dapat menerima saran ataupun menolak dengan pikiran terbuka) 7. Resiko pekerjaan (adanya komitmen dalam organisasi tentang pekerjaan resiko tinggi, kualitas tinggi dan produktifitas tinggi dengan menunjukan perhatian besar pada anggota lainnya). Jadi yang dimaksud dengan budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai suasana atau keadaan kerja sekelompok orang atau interaksi antar orang dalam mewujudkan tujuan bersama. Jika dalam suatu organisasi tersebut dapat tercipta hubungan-hubungan kerja yang baik antara pengurus maupun anggotanya, maka tujuan dari suatu organisasi tersebut dapat tercapai. Motivasi Latihan Manusia dalam melakukan perbuatan atau tindakan selain ditentukan oleh faktor pendorong yang datang dari luar juga ditentukan oleh faktor pendorong yang datangnya dari dalam diri sendiri. Faktor-faktor pendorong tersebut akan memberikan energi, bimbingan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan atau diharapkan. Faktorfaktor pendorong tersebut yang ada dalam untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu disebut dengan motivasi. Motivasi menurut Sardiman berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu(1988: 73). Sedangkan Winkel (1987: 20) menerangkan bahwa motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Motif adalah sesuatu penggerak yang terjadi pada seseorang guna untuk melakukan sesuatu. Motivasi menurut Duncan (1998: 72) berarti setiap usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuan secara maksimal
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
530
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Bareson dan Steiner (1989: 92), motivasi adalah kekuatan dari dalam yang menggerakan dan mengarahkan atau membawa tingkah laku ke tujuan. Motivasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hal ini dikemukakan oleh Sumardi Suryabrata (1989: 72) sebagai berikut: 1. Motivasi instrinsik: yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar, memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang gemar membaca yang tidak usah ada yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku yang dibaca. 2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena ada pengaruh dari luar, misalnya orang yang belajar giat karena diberitahu sebulan lagi ada ujian. Definisi yang dikemukakan di atas tentang motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, bahwa motivasi intrinsik pada dasarnya adanya dorongan atau keinginan dalam diri individu atau pribadi untuk mencapai tujuan, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang mendasarkan pada faktor yang berasal dari luar diri. Latihan adalah
suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja
berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan. Latihan ini merupakan suatu kerja secara sadar yang mempunyai tujuan meningkatkan prestasi. Proses peningkatan beban latihan tidak semestinya dilakukan setiap satuan latihan. Untuk itu perlu adanya program yang spesifik pada setiap latihan, yang ditujukan pada peningkatan salah satu kemampuan tubuh, sehingga tujuan dari latihan yang khusus dapat tercapai. Untuk dapat membuat program latihan yang spesifik Woeryanto (1998: 1-2) mengatakan bahwa Atlet yang melakukan latihan spesifik harus mendapat perhatian dari pelatihnya secara individu, meliputi: (1) Individual training, (2) Individual load, (3) Individual strength, (4) Individual indurance.
GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012
531
Dalam pengaturan pelaksanaan latihan agar lebih teratur dan dapat memberikan hasil yang memuaskan maka perlu dipertimbangkan adanya waktu istirahat pada latihan setiap minggunya. Hal ini diperkuat oleh pendapat M. Sajoto (1988:48) dalam bukunya sebagai berikut mengenai masalah frekwensi latihan tiap minggunya dari para pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk menjalankan program latihan 3 kali seminggu , agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lamanya latihan yang diperlukan selama 6 minggu atau lebih. Uraian diatas memberikan kesimpulan bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis, teratur, dilakukan dengan berulang-ulang dalam kurun waktu yang lama dengan memperhatikan prinsip-prinsip berlatih untuk meningkatkan prestasi khususnya prestasi kualitas jasmani. Dari kedua uraian di atas dapat di simpulkan bahwa motivasi latihan adalah dorongan atau keinginan dari dalam dan luar individu untuk mencapai tujuan melalui proses yang sistematis, teratur, dilakukan dengan berulang-ulang dalam kurun waktu yang lama dengan memperhatikan prinsip-prinsip berlatih untuk meningkatkan prestasi khususnya prestasi olahraga. KERANGKA BERPIKIR Seorang atlet apabila mendapatkan pelayanan yang baik maka akan mempunyai dorongan untuk berbuat lebih dari apa yang dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat oleh pelatih. tandanya atlet tersebut mempunyai motivasi
untuk berprestasi dalam latihan. Atlet yang berusaha untuk unggul,
menyelesaikan tugas latihan dengan baik, menyukai tantangan, menyukai situasi latihan dan bertanggung jawab terhadap latihan akan cenderung mendapatkan prestasi yang optimal. Penjabaran dari uraian tersebut adalah, atlet yang mendapatkan pelayanan yang baik, ia akan latihan sungguh-sungguh dan akan menekuninya sampai ia merasa cukup dan berhasil dalam berprestai. Diduga kualitas pelayanan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan atas prestasi atlet TC Porda KONI Kota Depok.
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
532
Prestasi akan menurun jika disebabkan oleh faktor dari budaya organisasi yang tidak mendukung dan itu akan menghambat tercapainya tujuan dari organisasi tersebut. Budaya organisasi akan memberikan semangat memberikan pelayanan kepada setiap orang yang terlibat dalam dunia organisasi tersebut sehingga kinerja pengurus pun dapat meningkat. Melihat kajian dan bahasan di atas maka diduga bahwa budaya organisasi dan kepuasan atlet mempunyai hubungan satu sama lain, artinya terdapat pengaruh yang positif antara budaya organisasi terhadap kepuasan atlet TC Porda KONI Kota Depok. Prestasi akan menurun jika disebabkan oleh faktor dari motivasi latihan yang tidak maksimal dan itu akan menghambat tercapinya tujuan prestasi yang maksimal. Motivasi latihan akan memberikan semangat pantang menyerah kepada setiap atlet yang terlibat dalam pertandingan sehingga prestasipun dapat meningkat. Melihat kajian dan bahasan di atas maka diduga bahwa motivasi latihan dengan kepuasan atlet mempunyai hubungan satu sama lain, dalam artinya terdapat pengaruh yang positif antara motivasi latihan dengan kepuasan atlet TC Porda KONI Kota Depok. Seorang atlet apabila mendapatkan pelayanan yang baik maka akan mempunyai dorongan untuk berbuat lebih dari apa yang dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat oleh pelatih. tandanya atlet tersebut mempunyai motivasi
untuk berprestasi dalam latihan. Atlet yang berusaha untuk unggul,
menyelesaikan tugas latihan dengan baik, menyukai tantangan, menyukai situasi latihan dan bertanggung jawab terhadap latihan akan cenderung mendapatkan prestasi yang optimal. Penjabaran dari uraian tersebut adalah, atlet yang mendapatkan pelayanan yang baik, ia akan latihan sungguh-sungguh dan akan menekuninya sampai ia merasa cukup dan berhasil dalam berprestasi. Maka diduga ada pengaruh positif kuaitas pelayanan terhadap motivasi latihan atlet TC Porda KONI Kota Depok. Dengan adanya budaya organisasi yang baik di dalam organisasi KONI maka atlet akan merasa nyaman dan terlindungi sehingga akan berpengaruh terhadap motivasi latihan untuk berprestasi tinggi demi organisasi KONI Kota Depok.
GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012
533
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kausal. Sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur ini memerlukan persyaratan adanya hubungan regresional linear yang signifikan antara setiap dua variable. Namun untuk menghitung koefesien tiap jalur diperlukan koefesien korelasi tiap dua variable. Oleh karena itu untuk menyelesaikan perhitungan koefesien jalur, terlebih dahulu harus dilakukan analisis korelasi dan regresi tiap dua variabel. Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu variabel endogen dan variabel eksogen. variabel eksogen adalah kepuasan atlet (Y) sedangkan variabel endogen terdapat dua variabel yaitu kualitas pelayanan (X1) dan budaya organisasi (X2), serta satu buah variabel moderator yaitu motivasi latihan (X3),. Adapun konstelasi penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini X1 Kualitas Pelayanan
ε1 ρ31
ρY1
Y ρKepuasan Y3
Motivasi Latihan
r12 X2
ε2
ρ32
Budaya Organisasi
ρY2
Atas Prestasi Atlet
Gambar 3.1 Konstelasi Penelitian Keterangan : X1 = kualitas pelayanan X2 = budaya organisasi X3 = motivasi latihan Y = Kepuasan atas prestasi atlet
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
534
HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Deskripsi data yang disajikan dalam bagian ini meliputi variable kepuasan atas prestasi atlet (Y), variabel kualitas pelayanan (X1), budaya organisasi (X2) dan motivasi latihan (X3). Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara statistik ke dalam daftar distribusi frekwensi, rentangan data, jangkauan data, jumlah kelas interval dan panjang interval. Dari hasil analisis data diperoleh ukuran pemusatan data: rerata, modus, dan median serta ukuran penyebaran data simpangan baku, seperti terangkum pada tabel berikut: Data Skor Kepuasan Atas Prestasi Atlet Data penelitian tentang Kepuasan Atas Prestasi Atlet sebagaimana tabel diatas, diperoleh rentang teoretik 28 – 140. Sedangkan skor empirik terendah 81 dan tertinggi 121, dengan demikian diperoleh rentang skor 40. Perhitungan statistik deskriptif diperoleh skor rata-rata (M) sebesar 101.78, simpangan baku (SD) sebesar 8.74, modus (Mo) = 93, dan median (Me) = 101,5. Pada tabel 4.1 terlihat bahwa skor simpangan baku sebesar 8,74 yang menunjukkan tingkat penyimpangan skor kepuasan atlet dari nilai rata-rata. Data Skor Kualitas Pelayanan Dari skor yang dikumpulkan tentang kualitas pelayanan diperoleh rentang teoretik 31 – 165. Sedangkan skor empirik dengan skor terendah 70 dan tertinggi 119, dengan demikian diperoleh rentang skor 49. Distribusi skor tersebut diperoleh skor rata-rata (M) sebesar 96,14, simpangan baku (SD) = 9,37, modus (Mo) = 94, dan median (Me) = 95. Skor simpangan baku (SD) sebesar 9,37 menunjukkan tingkat penyimpangan skor kualitas pelayanan dari nilai rata-ratanya. Data Skor Budaya Organisasi Dari distribusi frekuensi skor budaya organisasi diperoleh rentang teoretik 29 – 145. Sedangkan skor terendah 83 dan tertinggi 117. Dengan demikian diperoleh
GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012
535
rentang skor 34. Dari skor tersebut diperoleh skor rata-rata (M) sebesar 100,55, simpangan baku (SD) = 6,46, modus (Mo) = 97, dan median (Me) = 100,5. Pada tabel terlihat
bahwa
skor
simpangan
baku
sebesar
6,46
menunjukkan
tingkat
penyimpangan skor budaya organisasi dari nilai rata-ratanya. Data Skor Motivasi Latihan Dari distribusi frekuensi skor motivasi latihan diperoleh rentang teoretik 39 – 165. Sedangkan skor terendah 112 dan tertinggi 152. Dengan demikian diperoleh rentang skor 40. Dari skor tersebut diperoleh skor rata-rata (M) sebesar 132,48, simpangan baku (SD) = 8,98, modus (Mo) = 125, dan median (Me) = 132,5. Pada tabel terlihat bahwa skor simpangan baku sebesar 8,98 menunjukkan tingkat penyimpangan skor motivasi latihan dari nilai rata-ratanya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan atas prestasi atlet dalam membela kota Depok di ajang Porda Jabar 2010, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : Kualitas pelayanan berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan atas prestasi atlet Porda Kota Depok. Artinya, jika kualitas pelayanan yang diberikan KONI Kota Depok meningkat maka akan dapat meningkatkan kepuasan atas prestasi atlet dalam membela kota Depok. Budaya Organisasi berpengaruh langsung positif terhadap tingkat kepuasan atas prestasi atlet dalam membela kota Depok. Artinya, apabia budaya organisasi meningkat menyebabkan peningkatan kualitas kepuasan atas prestasi atlet. Motivasi latihan berpengaruh langsung positif
terhadap kepuasan atas
prestasi atlet dalam membela kota Depok.Artinya, apabila motivasi latihan meningkat menyebabkan peningkatan kualitas kepuasan atas prestasi atlet dalammembela kota Depok.
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
536
Kualitas pelayanan berpengaruh langsung positif terhadap motivasi latihan atlet Porda Kota Depok. Artinya, jika kualitas pelayanan yang diberikan KONI Kota Depok meningkat menyebabkan peningkatan motivasi atlet dalam membela kota Depok. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap motivasi latihan atlet Porda Kota Depok. Artinya, jika budaya organisasi yang diberikan KONI Kota Depok meningkat menyebabkan peningkatan motivasi atlet dalam membela kota Depok. Selain itu, hasil analisis data juga menghasilkan temuan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung positif sebagai berikut: (1) pengaruh tidak langsung positif kualitas pelayanan terhadap kepuasan atas prestasi atlet melalui motivasi latihan dan (2) pengaruh tidak langsung positif budaya organisasi terhadap kepuasan atas prestasi atlet melalui motivasi latihan. Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa: kepuasan atlet Porda kota Depok dipengaruhi langsung atau tidak langsung positif oleh kualitas pelayanan, budaya organisasi dan motivasi latihan. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, dapat dikemukakan beberapa saran dalam peningkatan kepuasan atas prestasi atlet Porda Kota Depok sebagai berikut: Dengan adanya peingkatan motivasi latihan yang tinggi akan bisa menghasilkan prestasi yang maksimal. Dengan prestasi yang maksimal maka atlet akan bisa mendapatkan kepuasan atas prestasi yang di raih. Pengurus KONI Kota depok uarusmeningkatkan kualitas pelayanan terhadap para atlet guna meningkatkan semangat berprestasi dalam membela kota Depok. Dengan berprestasi maka kepuasan atas prestasi atlet akan bisa tercapai. Dalam pembinaan atlet, KONI harus mempunyai budaya organisasi baik sehingga bisa meningkatkan motivasi latihan dari atlet yang dibina. Dengan adanya
GLADI JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN, Vol 6, No. 1 April 2012
537
motivasi latihan yang tinggi akan melahirkan prestasi yang maksimal sehingga kepuasan atas prestasi atlet bisa terwujud.
DAFTAR PUSTAKA A.M.Kadarman, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993) Arni Muhammad. Komunikasi organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Gunarto, SK Men-Pan, Nomor 81. ( Jakarta:Th 1993) H. Makmur, Patologi serta Terapinya dalam Ilmu administrasi dan organisasi (Bandung: 2007) H.J.M. Hermans, Metodologi Pendidikan, (Jakarta:STKIP,2003) Harsono, Coaching dan aspek-aspek Psikologi dalam Coaching, (Jakarta: CV.Tambak Kusuma,1988) J. Winardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003) James L .Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnely Jr, Organizations 9th Edition (Boston: Richard D. Irwin, a Times Mirror Higher Education Group, Inc Company, 1997) Kottler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: 1997) Kemenegpora, Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, (Jakarta: Kemenegpora, 2005) M. Sajoto, Peningkatan dan Pembinaan,Kekuatan dan Kondisi Fisik Dalam Olahraga (Semarang: Dahara prize, 1988) Malayu. S.P Hasibuan, Manajemen ; Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: CV. Haji Massagung, 1992) Nurhasan, Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani: Prinsip dan Penerapannya (Jakarta: Depdiknas, 2001)
Sujarwo, Pengaruh Kualitas Pelayanan, Budaya Organisasi dan Motivasi................
538
Richard l.Arends. Learning to Teach : Belajar untuk Mengajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) Saparinah S, Psikologi Olahraga,(Jakarta: Pusat Penjas dan Olahraga,1982) Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta:Rajawali Pers,1988) Sudjana, Metode Statistika (Bandung: Transito, 1996) Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998) Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,1989) Suryadi, Studi Korelasional Antara Budaya Organisasi Dan Motivasi Berprestasi Dengan Kinerja Kepala Sekolah Dasar Se Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi, (Jakarta: TP-PPs UNJ, 2006) T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia Edisi 2, cetakan kesepuluh (Yogyakarta: BPFE, 1996) W. J. S. Poerwardaminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Tahun 1987) William B. Wether, Jr dan Keith Davis, Human Reources and Personnel Management. Fifth Edition (New York: McGraw-Hill Book Company, 1996) WS Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta:PT Gramedia,1987).