PENGARUH KONSENTRASI ETHYL CELLULOSE DAN TERPINEOL TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN GESEK STATIS PASTA NANOPARTIKEL TEMBAGA BERBASIS BATUAN MALACHITE TULUNGAGUNG
Nurul Lathifah, Markus Diantoro, Nandang Mufti Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang Email :
[email protected] ABSTRACT Copper paste has a lot of applications in any sector such as solid lubricants, conductive lubricants or part of connecting electronic components and electroplating. For mechanical applications, purity and particles size of copper paste is one of important parameters. In general, coefficient of friction in nanosize is smaller rather than microsize. Therefore, it is important to develop of nanometer-scale’s synthesis copper paste. The malachite’s rock from Tulungagung with content of Cu is 69,08% used as raw material for synthesis copper paste In this research, the first step is drying the malachite’s mud, milling the rocks, synthesis CuSO4, synthesis of nanoparticles copper that used electrochemical method with elektroda Zn, then synthesis of nanoparticles copper paste were prepared by dissolved between ethyl cellulose and terpineol in temperature about 600C. After that, the copper may be gradually dropped into the mixed solution while the temperature applied to the reactor was lowered to room temperature. The stirer time takes 23 hours. A terpineol may be used as the solvent, the number variation of terpineol is 0,53 ml, 0,83 ml and 1,14 ml. Whereas, ethyl cellulose may be used as the binder. The number of ethyl cellulose variation is 0,02 g, 0,043 g and 0,082 g. The nanoparticles copper paste was characterized by X-Ray Fluorences (XRF), Atomic Absorption Spectrometric (AAS), X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy (SEM), Energy Dispersive X-Ray (EDX) and friction characterization. Experimental result shown that, additional of terpineol and ethyl cellulose are not influence to crystal structure nanoparticles copper paste. SEM result indicate the morfology of nanoparticles copper paste is agglomeration. The agglomeration due to no capping molecule while synthesis nanoparticles copper. In contrast, the static friction coefficient decrease while the terpineol as a solvent is increasing. Whereas, the static friction coefficient increase while the ethyl cellulose as a binder is increasing. Keywords: Terpineol, Ethyl Cellulose, Microstruktur, Coefficient of Friction, Nanoparticles Copper Particle, Nanoparticles Copper Pastes
PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya di dunia. Namun kekayaan alam tersebut banyak yang belum diolah dan dimanfaatkan secara optimal, salah satunya adalah batuan mineral. Selama ini masih banyak peman-
faatan batuan mineral tanpa ada pengolahan sebelumnya, sehingga daya guna dan nilai ekonomis dari batuan tersebut masih rendah. Salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki potensi mineral tinggi adalah Kecamatan Campur Darat di Kabupaten 1
Tulungagung. Di daerah ini banyak terdapat batuan malachite yang memiliki kandungan tembaga tinggi yaitu sebesar 69,08%. Hal ini berdasarkan uji XRF yang dilakukan peneliti di laboratorium Universitas Negeri Malang. Beberapa tahun terakhir, material cerdas pasta memiliki peranan yang banyak dalam aplikasi manufaktur komponen mekanik. Material cerdas ini dapat digunakan sebagai smart lubrication. Pasta nanopartikel tembaga ini dapat memperbaiki kecacatan apabila terjadi keretakan atau cacat pada mesin. Pasta yang ada di pasar banyak terbuat dari Ag (perak) dan Au (emas), namun harga dari material itu masih relatif mahal sehingga menyumbang proporsi yang signifikan untuk biaya produksi (US. patent no.4789411, 1988). Harga pasta tembaga lebih ekonomis dibanding pasta perak dan emas, harga pasta perak di Alfa Aesar untuk 15 g seharga Rp. 1.204.000,00 sedangkan harga pasta tembaga di Dhgate.com untuk 15 g seharga Rp. 101.887,00. Mengingat sifat tembaga yang memiliki konduktivitas listrik dan termal nomer dua sesudah perak (Kristian, 2003), serta jauh lebih ekonomis dari pada Au (emas) dan Ag (perak), tembaga dari batuan mineral tulungagung dapat digunakan sebagai bahan alternatif pasta. Nanomaterial dewasa ini menjadi sorotan yang terus dikembangkan. Teknologi nano adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material maupun piranti dalam skala nanometer yaitu antara 1 hingga 100 nm (Bahadory, 2008). Dilihat dari sifat suatu bahan, sifat-sifat material yang meliputi sifat fisis, kimia, maupun biologi berubah dramatis ketika dimensi material masuk ke dalam skala nanometer. Dalam skala nanopartikel, Cu yang memiliki diameter 6 nm memperlihatkan kekerasan lima kali lebih besar daripada tembaga pada ukuran besar (Rina, 2012). Jika pasta tembaga dibuat dalam skala nanometer, sifat dan nilai fungsional dari pasta tersebut akan
meningkat, yang menjadi tantangan besar adalah tingkat oksidasi Cu dalam ukuran nano sangat besar. METODE EKSPERIMEN Sintesis pasta nanopartikel tembaga seperti yang dilakukan (Dong Hoon Kim, dkk) diawali dengan pengeringan lumpur malachite, penggerusan batuan dan sintesis larutan CuSO4 yang akan digunakan sebagai elektrolit saat sintesis nanopartikel partikel tembaga dengan metode elektrolisis menggunakan elektroda Zn. Elektrolisis dilakukan selama 3-6 jam dengan rapat arus sebesar 300-400 μA/cm2. Selanjutnya sintesis pasta nanopartikel tembaga dapat dilakukan dengan mencampurkan Cu logam sedikit demi sedkit ke dalam pelarut (terpineol) dan pengikat (ethyl cellulose) yang sebelumnya dilarutkan ke dalam reaktor dengan suhu pencampuran 600C selanjutnya, Cu logam dimasukkan sedikit demi sedikit dengan diturunkan suhunya sampai suhu ruang yang distirer selama 23 jam. Sintesis pasta nanopartikel tembaga dilakukan dengan variasi pelarut (terpineol) sebesar 0,53 ml, 0,83 ml dan 1,14 ml. Sedangkan varisi pengikat (ethyl cellulose) sebesar 0,02 g, 0,043 g dan 0,082 g. Sampel yang terbentuk dikarakterisasi dengan XRF, AAS, XRD, SEM EDX, dan alat ukur gesek. Ukuran partikel ditentukan dengan memakai persamaan Scherrer (Khan, 2011): ......(1) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji XRD dan XRF Batuan Malachite Tulungagung Hasil uji XRD batuan mineral Tulungagung ditunjukkan dengan analisis X’Pert High Score Plus pada Gambar 1.
2
Adapun hasil uji pola difraksi sinar-x nanopartikel Cu yang disintesis dengan metode elektrolisis ditunjukkan pada Gambar 2. Puncak yang muncul pada 2θ berturut-turut bernilai 43.560, 50.570, 74.240 dengan hkl (111), (200) dan (220). Grafik pola difraksi sinar-x ini menunjukkan pada sampel selain 2,3 dan 4 terbentuk kristalinitas nanopartikel tembaga dan tidak ditemukannya puncak fase lain sebagai impuritas menunjukkan bahwa sintesis nanopartikel tembaga dengan kemurnian tinggi telah berhasil dilakukan melalui metode elektrolisis.
Gambar 1. Hasil Analisis Fase Batuan Mineral Tulungagung dengan X’Pert High Score Plus
Dari hasil analisis menunjukkan batuan mineral Tulungagung merupakan batuan mineral malachite-Quartz. Untuk hasil XRF disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Tulungagung Compound Si P 13.5 0.2 Conc % % Unit Fe 13.9 %
Ni 0.08 %
Cu 69.08 %
Zn 1.85 %
XRF Batuan Malachite K 0.37 %
Ca 0.23 %
As 0.02 %
La 0.06 %
Cr 0.066 %
Mn 0.03 %
Pb 0.5 %
Gambar 2. Pola Difraksi Nanopartikel Cu Melalui Metode Elektrolisis dengan menggunakan elektroda Zn.
Hasil Uji XRF dan XRD Nanopartikel Tembaga Hasil uji XRF unsur Cu pada nanopartikel tembaga hasil sintesis dengan metode elektrolisis ditunjukkan pada Tabel 2.
Puncak-puncak yang terbentuk pada pola XRD menunjukkan struktur FCC sesuai dengan literatur data ICSD dengan sistem kubik, space group no. 225, Fm3m. Untuk ukuran butir kristal nanopartikel tembaga ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 2. Hasil Uji XRF unsur Cu pada nanopartikel tembaga Sampel Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV Sampel V Sampel VI Sampel VII Sampel VIII
Ukuran Butir Ukuran butir nanopartikel Cu dapat diamati dengan hasil karakterisasi XRD. Melalui pola XRD dapat diketahui ukuran partikel dengan cara menghitung nilai FWHM dari puncak bidang difraksi. Nilai FWHM diperoleh dari hasil fitting puncak difraksi sinar-X dengan mengambil fungsi Gaussian. Dari hasil fitting, FWHM
Cu % 98.18 98.83 96.77 95.27 96.64 96.95 93.47 95.25
3
dikonversi ke dalam satuan radian dengan dikalikan /180. Sudut Bragg sebagai representasi dari bidang (hkl) diperoleh dari nilai centre (xc). Tabel 3. Ukuran Butir Kristal Cu Logam Hasil Sintesis Ukuran Butir (nm) Ukuran (111) (200) (220) Butir Sampel Rata-rata (nm) Sampel 1 36,51 27,77 25,59 29,95 Sampel 2 42,51 31,17 27,18 33,62 Sampel 3 42,06 31,92 26,50 33,49 Sampel 4 38,06 28,21 27,37 31,21 Sampel 5 41,57 34,39 29,23 35,06 Sampel 6 43,51 31,23 26,01 33,58 Sampel 7 40,98 32,02 27,67 33,56 Sampel 8 43,17 32,41 27,83 34,47
Berdasarkan Tabel 4.2, ukuran partikel tembaga (Cu) dari hkl (111) sampai hkl (220) memperlihatkan semakin mengecil. Hal ini sesuai dengan penjelasan sebelumnya, melebarnya puncak difraksi menunjukkan butiran kristal yang semakin kecil. Dalam sintesis pasta ini, digunakan nanopartikel Cu sampel V yaitu dengan ukuran butir sebesar 35,06 nm.
Pola difraksi pasta pada konsentrasi terpineol 0,83 ml
Pola difraksi pasta pada konsentrasi terpineol 1,14 ml
Pola difraksi pasta nanopartikel tembaga dengan konsentrasi ethyl cellulose 0,043 g.
Pola difraksi pasta nanopartikel tembaga dengan konsentrasi ethyl cellulose 0,082 g.
Hasil Uji XRD dan SEM EDX Pasta Nanopartikel Tembaga Hasil analisis pola difraksi pasta nanopartikel tembaga ditunjukkan pada Gambar 3.
Pola difraksi Sinar X pasta Nanopartikel Tembaga dengan konsentrasi terpineol 0,53 ml.
Gambar 3. Pola difraksi pasta nanopartikel Tembaga 4
Dari hasil analisis diatas pada pasta nanopartikel tembaga terbentuk fase lain yaitu fase Cu2O. Grafik perbandingan kemurnian fraksi volume pasta nanopartikel tembaga ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5. di bawah ini :
cellulose dan terpineol yang sebelumnya sudah dilarutkan. Sintesis pasta dengan variasi konsentrasi terpineol, suhu campuran ethyl cellulose dan terpineol sebesar 600C, suhu ini masih terlalu panas sehingga Cu logam teroksidasi. Mengingat logam Cu mudah teroksidasi jika dipanaskan, seperti yang dijelaskan Lai SL, dkk., dalam Mustafa (2011) bahwa temperatur leleh sampel dalam ukuran nanopartikel menurun seiring dengan penurunan ukurannya. Perlakuan yang berbeda ditunjukkan pada sintesis pasta nanopartikel tembaga dengan variasi ethyl cellulose. Cu nanopartikel dimasukkan ke dalam campuran ethyl cellulose dengan terpineol pada saat suhu campuran tersebut tidak tepat 600C tetapi sudah turun. Hal ini mengakibatkan lebih banyak Cu nano yang tidak teroksidasi, sehingga di dapatkan fraksi volume Cu yang lebih tinggi dibanding Cu2O. Sedangkan analisis struktur kristal pasta nanopartikel tembaga menunjukkan tidak ada pengaruh zat pelarut terpineol dan pengikat ethyl cellulose pada parameter kisi pasta. Struktur kristal pasta tetap seperti semula.
Gambar 4. Grafik Fraksi Volume Cu dan Cu2O pada Pasta Nanopartikel Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Terpineol
SEM Hasil citra SEM nanopartikel Cu dengan perbesaran 50.000 kali tampak bahwa partikel yang disintesis tidak memberikan bentuk yang sepenuhnya seragam, dan terlihat adanya aglomerasi. Hal ini menunjukkan sintesis dengan metode elektrolisis menghasilkan partikel yang masih polidisperse dan ukuran partikel pun juga tampak bervariasi (tidak homogen).
Gambar 5. Grafik Fraksi Volume Cu dan Cu2O pada Pasta nanopartikel Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Ethyl Cellulose
Berdasarkan analisis, fraksi volume Cu pada sampel pasta nanopartikel tembaga dengan variasi konsentrasi ethyl cellulose lebih tinggi dibanding dengan variasi konsentrasi terpineol. Hal ini dapat dijelaskan, terbentuknya fase lain pada pola difraksi pasta nanopartikel tembaga dikarenakan perbedaan perlakuan saat pencampuran logam Cu dengan ethyl
a 5
b
(
Tabel 4. Koefisien Gesek Statis pada variasi konsentrasi terpineol. No
Sampel
Koefisien Gesek Statis
1
Tembaga dan Besi dengan pasta untuk terpinol 0,53 ml Tembaga dan Besi dengan pasta untuk terpinol 0,83 ml Tembaga dan Besi dengan pasta untuk terpinol 1,14 ml
0,089
Ralat / Standar Deviasi 0,01
0,089
0,01
0,065
0,01
2 c
d 3
e Gambar 6. Hasil Citra SEM (a) Nanopartikel Tembaga Hasil Sintesis, (b) Nano Cu (Orhan, dkk., 2012) (c) Pasta Nanopartikel tembaga dengan Terpinol 0,53 ml (d) Pasta Nanopartikel tembaga dengan terpinol 1,14 (e) Pasta Nanopartikel tembaga dengan Ethyl Cellulose 3 bagian berat Gambar 7. Grafik Hubungan Koefisien Gesek Statis dengan Variasi Terpineol dengan kadar Ethyl cellulose 0,02 g
Berdasarkan hasil SEM, partikel tembaga (Cu) pada pasta mengalami aglomerasi dan masih polidisperse.
Berdasarkan data hasil uji gesek diatas, dapat dilihat terjadi perubahan nilai koefisien gesek statis pada sampel dengan pemberian pasta dan tanpa pasta nanopartikel tembaga. Dari hasil uji gesek, menunjukkan dengan adanya pemberian nanopartikel tembaga atau pasta nanopartikel tembaga, nilai koefisien gesek statis pada benda berkurang atau semakin kecil. Seperti yang dijelaskan pada bab dua bahwa ukuran butir partikel dapat mempengaruhi nilai koefisien gesek statis suatu benda. Selain itu dari data analisis di atas menunjukkan nilai koefisien gesek statis dengan penambahan pasta pada variasi terpineol menunjukkan semakin banyak
KOEFISIEN GESEK STATIS Ukuran butir kristal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai koefisien gesek statis suatu benda. Dari hasil penelitian didapatkan nilai koefisien gesek statis sampel dengan nanopartikel tembaga sebesar 0,086 sedangkan dari penelitian sebelumnya oleh Rusmardi (2008) didapatkan nilai sebesar 1,05. Adapun nilai koefisien gesek statis dengan pasta pada variasi terpineol dan ethyl cellulose disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.
6
terpineol atau pelarut yang diberikan membuat nilai koefisien gesek statis benda semakin kecil. Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh pelarut yang diberikan semakin banyak sehingga viskositas pada pasta rendah dan membuat permukaan gesek semakin licin sehingga nilai koefisien gesek statis juga akan semakin kecil.
permukaan, sehingga membuat nilai koefisien gesek statis statis benda semakin besar. Kesimpulan Dari hasil data dan analisis yang dilakukan pada pasta nanopartikel tembaga, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Tabel 5. Variasi Ethyl Cellulose No
Sampel
1
Tembaga dan dengan pasta untuk cellulose 0,02 g Tembaga dan dengan pasta untuk cellulose 0.043 g Tembaga dan dengan pasta untuk cellulose 0.082 g
2
3
Koefisien Gesek Statis 0,089
Ralat / Standar Deviasi 0,01
Besi Ethyl
0,100
0,01
Besi Ethyl
0,107
0,018
Besi Ethyl
1. Semakin banyak kadar pelarut (terpineol) dan pengikat (ethyl cellulose) pada sintesis pasta nanopartikel tembaga tidak menyebabkan perubahan struktur kristal pasta nanopartikel tembaga melainkan hanya perubahan morfologi pasta dari hasil fotografi menggunakan SEM yang disebabkan tidak adanya capping molecul saat sintesis pasta nanopartikel tembaga sehingga terjadi aglomerasi. 2. Semakin banyak kadar pelarut (terpineol) yang digunakan membuat koefisien gesek semakin kecil. Semakin banyak kadar pengikat (ethyl cellulose) yang digunakan membuat semakin besar pula nilai koefisien gesek statis. DAFTAR RUJUKAN ____________. 2008. Geologi Pertambangan Bahan Galian . hal. 286. Adiekawati, Selly. 2012. Sintesis partikel nano Cu logam dengan metode elektrolisis pada berbagai elektroda serta karakterisasi kristalinitas dan mikrostruktur. Malang: FMIPA UM.
Gambar 8. Grafik Hubungan Koefisien Gesek Statis dengan Variasi Ethyl cellulose dengan Kadar Terpineol 0,53 ml
Nilai koefisien gesek statis pada bahan yang diberi pasta nanopartikel tembaga dengan variasi zat pengikat (Ethyl cellulose) menunjukkan semakin banyak pengikat yang diberikan membuat nilai koefisien gesek statis semakin besar. Hal ini dapat disebabkan karena kegunaan Ethyl cellulose itu sendiri sebagai daya rekat yang membuat pasta semakin lengket pada
Akhbulut, Mustafa. 2011. NanoparticleBased Lubrication Systems. Journal of Powder Metallurgy & Mining. 1:e101. ISSN : 2168-9806 Bacovia, George. 2012. Study of Factors Influencing the Solid Particles on a Flat Inclined Surfaces. Journal of 7
Engineering Studies and Research Volume 18 (2012) No. 1.
Ghorbani,Z, A. Hemmat, dkk. 2012. Physical adn Mechanical Properties og Alfalfa Grind Affected by Particle Size and Moisture Content. Journal Agr. Sci. Tech. (2012) Vol. 14: 65-76
Bahadory, Mozhgan. 2008. Synthesis of Noble Metal Nanoparticles. Drexel University. Copper. Energy and Enviromental Profile of the U.S Mining Industry.
Haris, Abdul, dkk. 2005. Pengendapan Logam Tembaga dengan Metoda Elektrolisis Internal. Jurnal JSKA. Vol. VIII. No. 2
Dadgostar, Nafiseh. 2008. Investigations on Colloidal Synthesis of Copper Nanoparticles in a Two-Phase Liquid-liquid System. Waterloo, ontario, Canada: University of Waterloo.
Hayt, William H. 2006. Elektromagnetika Edisi Tujuh. Jakarta : Erlangga. Heli, H. Dkk. 2010. Electrooxidation and Determination of Etidronate Using Copper Nanoparticles and Microparticles Modified Carbon Paste Electrode. Journal of the Brazilian Chemical Society Vol. 21. No.1 Sao paulo 2010.
Dong Hoon Kim, dkk. 2012. Copper nano paste, method for forming the copper nano paste and method for forming electrode using the copper nano paste. U.S. Patent No. 0220072 A1. Effendi, Elli Herlia. 1996. Konduktor Film Tebal pada Rangkaian Hybrid-IC. Buletin IPT. No. 5-6 Vol.1
Iswar, dkk. 2009. Nanomaterials in science and technolgy. Journal of scientific & Industrial Research. Vol. 68, pp. 657-667
Fajaroh, Fauziatul, dkk. 2012. Synthesis of magnetite nanoparticles by surfactant-free electrochemical method in aqueos system. Journal Elsevier Advanced Powder Technology 23 , 328-333.
Kazumasa Eguchi, Nara, dkk. 1988. Conductive copper paste composition. U.S. Patent No. 4789411. Kenneth, N. Han & Nam Soo Kim. 2009. Challenges and Opportunities In Direct Write Technology using Nano-Metal Particles. Journal KONA Powder and Particle No.27.
Farid, A. & Wahid, N. 2009. Proses Elektrolisis untuk Pengambilan Seng dari Limbah Padat Industri Galvanis. Semarang: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Kildeby Nikolaj L., Ole Z. Andersen, Rasmus E. Røge, Tom Larsen, Rene Petersen, Jacob F. Riis. 2005. Silver Nanoparticles. Aalborg University
Fitrianingsih, Rina. 2012. Sintesis Nanopartikel Perak (Ag) melalui letode reduksi kimia dengan variasi molar MSA dan karakterisasi struktur kristal dan morfologi. Malang: FMIPA UM. G.
Korbel, Petr & Milan Novak. 2001. The Complete Encyclopedia of Minerals. Grange Books PLC: United Kingdom.
Miomir, P. Dkk. 2005. Metal PowderProduction By Electrolysis. University of Belgrade. Serbia.
Maddu, 8
Akhirudduin, dkk. 2009. Penumbuhan Film Nanokristal
SnO2 dengan Metode Chemical Bath Deposition (CBD). Jurnal Nanosains & Nanotekhnologi. Edisi Khusus Agustus. ISSN 1979-0880.
Batu Hijua. Warta Geologi Vol. 3 No 3 September 2008 Hal. 6-13. Ba Theivasanthi T, dan M Alagar.2011. Nano Sized Copper Particles by Electrolytic Synthesis and Characterizations. International Journal of the Physical Sciences Vol.6(15),pp.3726-3735.
Noor, Djauhari. 2009. Mineral dan Batuan. Hal. 53- 56 Pengantar Geologi. Nurdin,
Achmad. 2011. Redoks.Online .
Reaksi
Theivasanthi T., M. and Alagar. 2011. XRay Diffraction Studies of Copper Nanopowder. Department of Physic, PACR Polytechnic College, Rajapalayam, India.
Palache, C., H. Berman, and C. Frondel . 1944. Data’s system of mineralogy, (7th edition), v. I, 99– 102. Pham, Long Quach, dkk., 2011.Comparative Study on the Preparation of Copper Pastes with Copper Nanoparticles Prepared by Electron Beam Irradiation and Chemical Reduction. Journal Radiation Physic and Chemistry Volume 80, Issue 5 May 2011, pages 638-642.
Troitzsch, U. 2007. X-Ray Difraction (XRD). Australia: Department of Earth and Marine Sciences Australian National University. Wang, dkk. 2005. A General Strategy for Nanocrystal Synthesis. Nature, 431,03968.This article is a revision of the Third Edition article 10.1 by V. Ashworth, volume 2, pp 10:3– 10:28, _ 2010 Elsevier B.V.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 07 Tahun 2012. Rusmardi. 2008. Analisis Percobaan Gesekan (Friction) untuk Pengembangan Teknologi Pengereman pada Kendaraan Bermotor.Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 3, Nomor 2, Maret 2008. ISSN : 1858-3709 Schaper,
Wijaya Lany. 2008. Modifikasi Elektroda Karbon dengan Nanopartikel Emas dan Aplikasinya Sebagai Sensor Arsen (III). Depok: FMIPA UI. Yeh, M.S., Yang, Y.S., Lee, Y.P., Lee, H.F. 1999. Formation and Characteristics of Cu Colloids from CuO Powder by Laser Irradiation in 2-Propanol. Journal of Physical Chemistry.
A. K., Hou, H., Greiner, A., Schneider, R., dan Philips F. 2004. Application Physic A Mater. Science. Process. 78 73.
Sugiyarto, K. H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : JICA Sukandarrumidi. 2009. Geologi Mineral Logam. Yogyakarta : Gadjahmada University Press Suprapto, Sabtanto Joko. 2008. Pertambangan Tembaga di Indonesia: Raksasa Grasberg dan
9