Barizah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 8-16, September 2014
PENGARUH KOMBINASI Azolla microphylla DENGAN Lemna polyrrhiza DAN LEVEL PROTEIN TERHADAP KONSUMSI PAKAN SERTA PERTUMBUHAN ITIK PEKING THE INFLUENCE OF COMBINATION OF Azolla microphylla WITH Lemna polyrrhiza AND PROTEIN LEVEL TOWARD THE FEED COMSUMPTION AND THE PEKING DUCKS GROWTH Barizah*, Sri Suhermiyati, dan Sigit Mugiyono Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto *
[email protected] ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengkaji interaksi kombinasi Azolla microphylla denganLemna polyrrhiza pada level protein yang berbeda terhadap konsumsi pakan dan pertumbuhan itik Peking. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret sampai 13 April 2013 di Experimental Farm, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Rancangan penelitian menggunakan Pola Faktorial 4x3, dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebagai faktor pertama adalah kombinasi Azolla microphylla (a) denganLemna polyrrhiza (l) dan faktor kedua level protein (p). Faktor pertama terdiri dari al0: tanpa kombinasi Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza, al1: kombinasi 15% Azolla microphylla dan 5% Lemna polyrrhiza, al2: kombinasi 10% Azolla microphylla dan 10% Lemna polyrrhiza, al3: kombinasi 5% Azolla microphylla dan 15% Lemna polyrrhiza. Faktor kedua terdiri dari p1: pakan dengan protein 16%, p2: pakan dengan protein 18%, p3: pakan dengan protein 20%. Perlakuan terdapat 12 kombinasi, setiap satu unit perlakuan diulang tiga kali dandiisi tiga ekor, sehingga jumlah itik Peking unsexing sebanyak 108 ekor. Data hasil penelitian dianalisis variansi untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein pakan yang berbeda dalam pakan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05), penggunaan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza maupun level protein dalam pakan perlakuan masing-masing menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan dan pertumbuhan itik Peking umur 4 sampai 8 minggu. Hasil penelitian rataan konsumsi pakan berkisar antara 3.399,63 ± 161,11 sampai dengan 3.699,19 ± 115,41 g/ekor dan rataan pertumbuhan berkisar antara 866,45 ± 253,85 sampai dengan 1.112,02 ± 184,31 g pada itik Peking. Kesimpulan pemberian kombinasi Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza dalam pakan dengan protein 16, 18, dan 20% relatif sama pada konsumsi pakan dan pertumbuhan itik Peking umur empat sampai delapan minggu. Kata
Kunci
:Azolla microphylla, Lemna polyrrhiza, Pakan,Pertumbuhan, dan itik Peking
Level
Protein,
Konsumsi
ABSTRACT The research aimed to examinethe interaction of the combination of Azolla microphylla with Lemna polyrrhiza at different level of protein on feed comsumption and the Peking ducks growth. The research was carried out from 16th of March until 13th of April 2013 at the Experimental Farm, Animal Science Faculty, Jenderal Soedirman University Purwokerto. This research used 4x3 Factorial Design, with a Completly Randomized Design (CRD). The first factor was the combination of Azolla microphylla (a) withLemna polyrrhiza (l) and the second factor was protein level (p). The first factor consisted of al0: no combination 8
Barizah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 8-16, September 2014
Azolla microphylla and Lemna polyrrhiza, al1: combination 15% Azolla microphylla and 5% Lemna polyrrhiza, al2: combination 10% Azolla microphylla and 10% Lemna polyrrhiza, al3: combination 5% Azolla microphylla and 15% Lemna polyrrhiza. The second factor consisted of p1: feed protein16%, p2: feed protein 18%, p3: feed protein 20%. So there were 12 combinations of the treatments. Each treatment was replayed three times, every research unit was filled with 3 heads,thereforethere were108 unsexed Peking ducks. The results data of this reserach were analyzed by using variance analysis. The results of variance analysis show that the interaction of the combination of Azolla microphylla and Lemna polyrrhiza at the different protein levels did not influence the feed consumption and the Peking ducks growth (P>0.05). Based on the results of the research, the feed consumptions ranged from 3,399.63 ± 161.11 up to 3,699.19 ± 115.41 g/head and justifies the growth ranged from 866.45 ± 253.85 up to 1,112.02 ± 184.31 g for Peking ducks aged four to eight weeks. The conclusion of this research is, the privision of combination of Azzolla Microphylla and Lemna Polyrrhiza does not influence the duck peking growth at age four to eight weeks that got the feed protein levels 16%, 18% and 20%. Keywords : Azolla microphylla, Lemna polyrrhiza, Level Protein, feed comsumption, growth,and Peking duck PENDAHULUAN Ternak itik merupakan ternak unggas penghasil daging yang cukup potensial disamping ayam. Kelebihan ternak itik adalah lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan ayam ras sehingga pemeliharaannya tidak banyak menanggung resiko. Daging itik merupakan sumber protein yang bermutu tinggi, karena itu pengembangannya diarahkan kepada produksi daging yang banyak dan cepat, sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen. Daging itik saat ini mulai banyak peminatnya, hal ini bisa dilihat dengan banyaknya rumah makan yang menyediakan menu daging itik. Daging itik dapat berasal dari itik betina afkir atau itik jantan yang sengaja dibesarkan untuk pedaging. Itik Peking merupakan jenis itik import, yang mempunyai bobot badan paling tinggi diantara jenis itik lokal yang berkembang di Indonesia. Itik Peking mempunyai bulu berwarna putih dengan kondisi paruh dan kaki berwarna kuning, bentuk tubuh yang sangat besar sehingga mudah dibedakan dengan jenis lokal yang berwarna putih. Seekor itik Peking dapat mencapai bobot 4,5 kg sampai dengan 5 kg pada umur 12 minggu, hal ini wajar karena itik Peking memang dikenal rakus, sehingga biaya pakan seekor itik Peking selama pemeliharaan tergolong sangat tinggi. Biaya pakan merupakan biaya tertinggi dari total biaya produksi. Perbaikan kualiatas pakan dan efisiensi penggunaan pakan harus ditingkatkan, sehingga ternak mampu menampilkan produksi yang maksimum serta keuntungan secara ekonomis. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengefisiensikan biaya pakan yaitu dengan memanfaatkan bahan pakan yang murah serta dapat mencukupi kebutuhan pakan sepanjang tahun. Selain murah dan kontinyu, syarat bahan pakan yang baik untuk diberikan pada ternak adalah memenuhi nutrien meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral, serta energi yang tinggi, tidak beracun, dan bukan sebagai bahan pokok pangan. Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza merupakan gulma air yang ketersediaannya sangat banyak dan tidak dimanfaatkan, tetapi memiliki nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ternak.Hasil analisis proksimat Azolla microphylla dalam bahan kering di 9
Barizah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 8-16, September 2014
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fak. Peternakan Unsoed (2011) menunjukkan bahwa kandungan protein kasar sebanyak 23,28%, serat kasar 15,25%, lemak kasar 3,3%.Gross energi sebanyak 2000 kkal/kg (Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak Fak. Peternakan Unsoed, 2011). Analisis mineral Ca 0,45% dan P 0,16% (Lab. Hortikultura Fak. Pertanian Unsoed, 2011).Hasil analisis proksimat Lemna polyrrhiza dalam bahan kering di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fak. Peternakan Unsoed (2012) menunjukkan bahwa kandungan protein kasar sebanyak 13,2%, serat kasar 11,49%, lemak kasar 5,38%.Berdasarkan Leng (1999) Lemnapolyrrhiza memiliki phospor dan mineral makro, Vitamin A, dan Vitamin B. Itik Peking akan tumbuh dengan optimalapabila didukung pemenuhan nutrien yang cukup guna pemenuhan laju pertumbuhan. Itik Peking memiliki kebutuhan protein 22% dan EM 2900 kkal/kg pada starter, serta protein 16% dan EM 3000 kkal/kg pada grower (Ketaren, 2002). Hasil penelitian Sukirno (2009) menunjukkan pengaruh sangat nyata pada pemberian level protein 18% dan 20% didalam ramsum Tiktok. Berdasarkan kandungan nutrien dari Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza, maka dipergunakan kombinasi tersebut dengan level protein yang berbeda dalam ransum dapat dijadikan bahan penelitian yang bertujuan sebagai salah satu alternatif pemanfaatan bahan pakan untuk menurunkan konversi pakan dan meningkatkan pertumbuhan pada usaha pemeliharaan itik Peking, sehingga dapat menekan biaya pakan dari total produksi. METODE Materi penelitian yang digunakan adalah itik Peking unsexed umur tiga minggu sebanyak 108 ekor. Bahan dan peralatan yang digunakan meliputi : a) kandang ukuran 75 x 75 x 60 cm (p = 75 cm, l = 75 cm, t = 60 cm), b) kandang petak 36 buah, c) Tempat pakan dan minum masing-masing 36 buah lengkap dengan peralatannya, d) pakan perlakuan terdiri dari komsentrat, jagung giling, bekatul, ampas tahu, minyak sayur, mineral B12, kapur/limestone, Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza. Metode penelitian adalah eksperimental menggunakanRancangan pola Faktorial 4x3 dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah kombinasi Azolla microphylla (a) dengn Lemna polyrrhiza (l)dan faktor kedua level protein (p). Setiap unit perlakuan diulang 3 kali, masing-masing unit penelitian diisi tiga ekor, sehingga terdapat 12 Kombinasi perlakuan meliputi : 1. al0p1 = Kombinasi Azolla microphylla 0% denganLemna polyrrhiza 0% + Ransum kadar protein 16% 2. al1p1 = Kombinasi Azolla microphylla 15% denganLemna polyrrhiza 5% + Ransum kadar protein 16% 3. al2p1 = Kombinasi Azolla microphylla 10% denganLemna polyrrhiza 10% + Ransum kadar protein 16% 4. al3p1 = Kombinasi Azolla microphylla 5% denganLemna polyrrhiza 15% + Ransum kadar protein 16% 5. al0p2 = Kombinasi Azolla microphylla 0% denganLemna polyrrhiza 0% + Ransum kadar protein 18% 10
Barizah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 8-16, September 2014
al1p2 = Kombinasi Azolla microphylla 15% denganLemna polyrrhiza 5% + Ransum kadar protein 18% 7. al2p2 = Kombinasi Azolla microphylla 10% denganLemna polyrrhiza 10% + Ransum kadar protein 18% 8. al1p2 = Kombinasi Azolla microphylla 5% denganLemna polyrrhiza 15% + Ransum kadar protein 18% 9. al0p3 = Kombinasi Azolla microphylla 0% denganLemna polyrrhiza 0% + Ransum kadar protein 20% 10. al1p3 = Kombinasi Azolla microphylla 15% denganLemna polyrrhiza 5% + Ransum kadar protein 20% 11. al2p3 = Kombinasi Azolla microphylla 10% denganLemna polyrrhiza 10% + Ransum kadar protein 20% 12. al3p3 = Kombinasi Azolla microphylla 5% denganLemna polyrrhiza 15% + Ransum kadar protein 20% Ransum pada penelitian mengandung Energi Metabolis 2900 samapi 3000 kkal/kg dengan protein pakan 16%, 18%, dan 20%. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan dan pertumbuhan. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis variansi dan diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). 6.
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Hasil penelitian itik Peking umur 4 sampai 8 minggu dari masing-masing perlakuan yang diberi pakan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein yang berbeda tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Konsumsi Pakan Itik Peking Umur 4 sampai 8 Minggu (g/ekor) Perlakuan al0 al1 al2 al3 Rataan SD
p1
p2
p3
3.669,05 3.522,01 3.689,20 3.652,46 3.633,18 75,62
3.627,75 3.661,25 3.399,63 3.477,37 3.541,50 123,85
3.580,99 3.699,19 2.651,53 3.480,34 3.353,01 476,13
Rataan 3.625,93 3.627,48 3.246,79 3.536,72
SD 44,06 93,29 535,45 100,24
Keterangan : al0 : pakan kontrol tanpa kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza, al1 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 15%dan Lemna polyrrhiza 5%, al2 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 10%dan Lemna polyrrhiza 10%, al3 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 5%dan Lemna polyrrhiza 15%. p1 : pakan dengan protein 16%, p2 : pakan dengan protein 18%, p3 : pakan dengan protein 20%.
Rataan konsumsi pakan itik Peking Umur 4 sampai 8 minggu berkisar antara 3.399,63 ± 161,11 sampai dengan 3.699,19 ± 115,41 g/ekor.Hasil penelitian lebih tinggi dari penelitian Saleh et al., (2006) yang menggunakan itik Peking umur delapan minggu yaitu dengan rataan
11
Barizah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 8-16, September 2014
2.796,20 g/ekor sampai 3.141,68 g/ekor tetapi lebih rendah dari hasil penelitiannya Roeswandy (2006) dengan rataan5.053,09 g/ekor sampai 5.155,33 g/ekor pada itik Peking. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein pakan yang berbeda dalam pakan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05), penggunaan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza maupun level protein dalam pakan perlakuan masing-masing menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan itik Peking umur 4 sampai 8 minggu. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa konsumsi pakan itik sebagian besar tergantung pada strain, suhu kandang, fase produksi dan kandungan energi pada ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi energi metabolis (Tabel 2) berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada itik Peking umur empat sampai delapan minggu. Hasil yang diperoleh relatif sama yaitu berkisar antara 9.756,93 sampai 10.846,81 kkal/kg/ekor. Konsumsi pakan pada itik sangat dipengaruhi kandungan energinya. Konsumsi pakan akan meningkat apabila ternak diberi ransum dengan kandungan energi yang rendah dan sebaliknya akan menurun apabila diberi ransum dengan kandungan energi yang tinggi, karena unggas mengkonsumsi ransum terutama untuk memenuhi kebutuhan energinya (Anggorodi, 1985). Sesuai dengan hasil penelitiannya Iskandaret al., (2001), jumlah konsumsi pakan pada perlakuan yang diberi ransum dengan kandungan energi metabolis 2.936 kkal/kg/ekor sebanyak 4.375 g. Jumlah konsumsi pakan yang mengandung energi metabolis 2.625 kkal/kg/ekor didalam ransum sebanyak 7.500 g. North (1984) dalam Tanwiriah (2007) menyatakan bahwa konsumsi pakan diantaranya dipengaruhi oleh palatabilitas pakan dan tingkat energi didalam ransum. Tabel 2. Rataan Konsumsi Energi Metabolisdan Serat KasarItik Peking Umur 4 sampai 8 Minggu (kkal/kg/ekor) Kombinasi Perlakuan
Energi Metabolis
Serat Kasar
al0p1
10.846,81 ± 171,645
217,94±3,446
al1p1
10.376,55 ± 1.039,285
272,95±27,340
al2p1
10.842,93 ± 558,738
278,17±14,338
al3p1
10.613,33 ± 333,144
269,19±8,453
al0p2
10.606,83 ± 694,751
225,28±14,752
al1p2
10.662,28 ± 478,274
286,31±12,846
al2p2
9.756,93 ± 462,380
259,73±12,307
al3p2
9.921,97 ± 426,082
259,06±11,123
al0p3
10.466,89 ± 582,355
225,24±12,534
al1p3
10.817,17 ± 337,477
274,85±8,576
al2p3
10.547,09 ± 658,593
264,37±16,509
al3p3
9.929,77 ± 1.036,178
245,37±25,603
12
Barizah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 8-16, September 2014
Rataan
10.449,04 ±631,633
256,54±25,639
Keterangan : al0 : pakan kontrol tanpa kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza, al1 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 15%dan Lemna polyrrhiza 5%, al2 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 10%dan Lemna polyrrhiza 10%, al3 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 5%dan Lemna polyrrhiza 15%. p1 : pakan dengan protein 16%, p2 : pakan dengan protein 18%, p3 : pakan dengan protein 20%.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan salah satunya adalah kandungan serat kasar didalam ransum. Semakain tinggi serat kasar maka konsumsi pakan cenderung menurun karena ransum yang berserat tinggi bersifat amba, sehingga mempercepat penuhnya tembolok (NRC, 1994). Pada penelitian ransum yang digunakan mengandung serat kasar 5,94 sampai 7,82%. Hastuti (2005), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kandungan serat kasar 15% didalam ransummasih dapat ditolelir untuk pakan itik. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein pakan yang berbeda dalam pakan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05), penggunaan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza memberikan pengaruh nyata (P<0,05) dan level protein dalam pakan perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi serat kasar itik Peking umur 4 sampai 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi serat kasar (Tabel 2) pada itik Peking umur empat sampai delapan minggu diperoleh hasil yang berbeda yaitu berkisar antara 217,94 sampai 278,17 g/ekor. Tingkat konsumsi pakan akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak. Nutrien yang dikonsumsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein pada tingkat tertentu (Zain 2011). Pertumbuhan Pengukuran pertumbuhan dilakukan berdasarkan bobot badan pada akhir penelitian dikurangi bobot badan awal penelitian.Hasil penelitian berdasarkan data pertumbuhan absolut itik Peking umur 4 sampai 8 minggu yang diberi pakan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein yang berbeda tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Pertumbuhan Itik Peking Umur 4 sampai 8 Minggu (g) Perlakuan al0 al1 al2 al3 Rataan SD
p1
p2
p3
1.033,49 866,45 1.038,57 987,71 981,56 80,07
1.112,02 1.034,75 958,15 926,67 973,19 55,59
1.059,30 1.044,63 993,79 889,99 996,93 76,62
13
Rataan 1.068,27 981,94 996,84 934,79
SD 40,03 100,14 40,30 49,36
Barizah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 8-16, September 2014
Keterangan : al0 : pakan kontrol tanpa kombinasi Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza, al1 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 15%dan Lemna polyrrhiza 5%, al2 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 10%dan Lemna polyrrhiza 10%, al3 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 5%dan Lemna polyrrhiza 15%. p1 : pakan dengan protein 16%, p2 : pakan dengan protein 18%, p3 : pakan dengan protein 20%.
Rataan pertumbuhan itik Peking Umur 4 sampai 8 minggu berkisar antara 866,45 ± 253,85 sampai dengan 1.112,02 ± 184,31 g. Hasil penelitian lebih tinggi dari penelitian Saleh et al., (2006) yang menggunakan itik Peking umur delapan minggu yaitu dengan rataan 971,52 g sampai 1.071,24 g tetapi lebih rendah dari hasil penelitiannya Roeswandy (2006) dengan rataan 1.394 g sampai 1.488 g pada itik Peking. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada level protein pakan yang berbeda dalam pakan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada pertumbuhan itik peking. Penggunaan kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza maupun level protein dalam pakan perlakuan masing-masing menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan itik Peking umur 4 sampai 8 minggu. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan salah satunya adalah konsumsi pakan. Zain (2011) menyatakan bahwa tingkat konsumsi pakan akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak. Nutrien yang dikonsumsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein pada tingkat tertentu. Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan selain konsumsi pakan adalah jenis dan bangsa ternak, jenis kelamin, tipe ternak, dan manajemen pemeliharaan (Kardaya, 2005).Konsumsi pakan yang tidak berbeda antar perlakuan, maka pertumbuhan pun menjadi tidak perbeda (Tabel 3). Sesuai dengan pernyataan Soeharsono (1976) bahwa konsumsi pakan erat kaitannya dengan pertumbuhan. Salah satu yang mempengaruhi besar kecilnya pertumbuhan adalah terpenuhinya kebutuhan protein. Hasil analisis variansi konsumsi protein berbeda nyata (P<0,05) pada level protein.Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein (Tabel 4) itik Peking umur empat sampai delapan minggu berbeda yaitu berkisar antara 579,37 sampai 746,87 g/ekor. Tabel 4. Rataan Konsumsi Protein Itik Peking Umur 4 sampai 8 Minggu (g/ekor) Perlakuan al0 al1 al2 al3 Rataan SD
p1 594,75 579,72 595,81 585,85 589,03 7,65
p2
p3
670,41 661,22 615,33 624,19 633,58 24,34
731,24 746,87 730,31 682,84 722,82 27,71
Rataan 665,47 662,60 647,15 630,96
SD 68,38 83,58 72,68 48,85
Keterangan : al0 : pakan kontrol tanpa kombinasi Azolla microphylla dan Lemna polyrrhiza, al1 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 15%dan Lemna polyrrhiza 5%, al2 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla
14
Barizah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 8-16, September 2014
10%dan Lemna polyrrhiza 10%, al3 : pakan dengan kombinasi Azolla microphylla 5%dan Lemna polyrrhiza 15%. p1 : pakan dengan protein 16%, p2 : pakan dengan protein 18%, p3 : pakan dengan protein 20%.
Namun demikian, dengan konsumsi protein yang berbeda, tidak menghasilkan pertumbuhan yang berbeda karena konsumsi serat kasar (Tabel 2) yang tinggi. Ditambahkan oleh Tanwiriah et. al., (2007) ransum yang berprotein dan berenergi cukup mempunyai daya cerna yang baik apabila didalam ransum tidak ada faktor pembatas seperti serat kasar, racun, dan lain-lain sehingga akan menunjang pertumbuhan. SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsumsi pakan dan pertumbuhan itik Peking umur empat sampai delapan minggu yang diberi kombinasi Azolla microphylla dengan Lemna polyrrhiza pada taraf yang berbeda dan level protein yang bebeda relatif sama.
UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih disampaikan kepada Ir. Roesdiyanto, MP selaku ketua proyek, dan temanteman satu tim penelitian serta rekan-rekan angkatan 2009 Unsoed. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hastuti, D. 2005. Retensi Nitrogen dan Masa Protein Daging Itik Tegal Jantan yang Diberi Ransum dengan Aras Serat Kasar Berbeda. PS. Nutrisi dan Makanan Ternak. Iskandar, S., V. S. Nugraha., D. M. Suci., dan A. R. Setiyoko. 2001. Adaptasi Biologis Itik Jantan Muda Lokal terhadap Ransum Berkadar Dedak Padi Tinggi. Lokarya Nasional Unggas Air. Makalah Penunjang (Poster). Kardaya. 2005. Pengaruh penaburan Zeolitt pada Lantai Litter terhadap Persentase dan Komponen Non Karkas Ayam pedaging pada Kepadatan Kandang yang Berbeda. Jurnal Peternakan. Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Riau. Ketaren. P. P. 2002. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik Pedaging. Wartozoa Vol. 12, No. 2. Leng, R. A. 1999. Duckweed: A Tiny Aquatic Plant With Enormous Potential For Agriculture And Environtment. Animal Production and Health Div; University of Tropical Agriculture Foundation. Pnom Pehn (Cambodia). National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. The 9thEd. Natioonal Academic Press. Washington D.C., USA. Roeswandy. 2006. Pemanfaatan Lumpur Sawit Fermentasi Aspergillus niger dalam Ransum terhadap Karkas Itik Peking Umur 8 Minggu. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.2, No.2, Agustus 2006. Saleh, E., T. Hestiwahyuni., dan G. P. Suragih. 2006. Pemberian Tepung Bawang Putih (Allium sativum L.) dalam Ransum terhadap Performan Itik Peking Umur 1-8 Minggu.
15
Barizah dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 8-16, September 2014
Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. 3. Soeharsono. 1976. Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi. Universitas Padjajaran. Bandung. Sukirno. 2009. Pengaruh Pemberian Level Protein yang Berbeda terhadap Efisiensi Protein Hasil Persilangan Itik dan Entok (Tiktok Umur 2-7 Minggu. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Tanwiriah, W., D. Garnida., dan I. Y. Asmara. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum Terhadap Performan Entok (Muscovy duck) pada Periode Pertumbuhan. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Bandung. Zain, B. 2011. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Daun Katuk, Minyak Ikan Lemuru, dan Vitamin E terhadap Performans dan Kualitas Daging Ayam Broiler. Jurnal Sains Peternakan. Vol. 6, No.2: 89-96.
16