Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
PENGARUH KLASIFIKASI INDUSTRI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RISIKO BISNIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (The Effect of Industry Classification and Company’s Size Toward the Risk of Business From Indonesian Listed Manufacturing Company in Indonesia Stock Exchange) SUKMI AMELIANTY SEMBIRING Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang (
[email protected])
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh klasifikasi industri dan ukuran perusahaan terhadap risiko bisnis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini tergolong penelitian kausatif. Sampel penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling dan periode penelitian selama 2007-2009 sehingga diperoleh sampel sebanyak 64 perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t statistik dengan tingkat α sebesar 5%. Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) klasifikasi industri perusahaan yang menghasilkan produk tahan lama memiliki risiko bisnis lebih tinggi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (2) ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko bisnis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kata kunci : Klasifikasi industri, Ukuran perusahaan, Risiko bisnis. ABSTRACT The purpose of this study is to analyze the effect of industry classification and company’s size toward the risk of business from Indonesian listed manufacturing company in Indonesia stock exchange. This study is classified as a causative research. The study sample is determined bythe method of purposive sampling and research period throughout the year 2007-2009 in order to obtain 64 companies’ samples. The type of data in this study is secondary data which is obtained from www.idx.co.id. The multiple regression analysis method is used to conduct this study. The study hypothesis can be test by using t test statistic with α level of 5%. The results of this study are concluded (1) company industry classification that produce a long lasting product has a higher business risk from Indonesian listed manufacturing company in Indonesia Stock Exchange, (2) the company’s size have negative and significant relationship on business risk from Indonesian listed manufacturing company in Indonesia Stock. Keywords: Industry classification, company size, business risk. 1
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Dalam menentukan suatu keputusan seorang investor dalam melakukan investasi saham di bursa tidak hanya dipengaruhi oleh harga saham diperdagangkan dibawah nilai wajarnya tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat risiko yang akan diterima investor atas investasinya tersebut. Dalam dunia usaha hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Oleh karena itu, investor perlu memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Jika investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula, dan jika investor dihadapkan pada dua alternatif ivestasi yang akan memberikan tingkat keuntungan yang sama tetapi mempunyai tingkat risiko yang berbeda, maka investor akan memilih investasi dengan risiko terkecil. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai penyimpangan keuntungan dari yang diharapkan. Risiko dari suatu investasi dapat dibagi menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko tidak sistematis ini seringkali diabaikan karena risiko tidak sistematis dapat dihindari dengan cara melakukan diversifikasi portofolio investasi, sehingga risiko yang harus diperhatikan dalam berinvestasi adalah risiko sistematis. Menurut Wild dan Robert (2008:54) salah satu elemen dari risiko sistematis adalah risiko bisnis. Menurut Brigham dan Houston (2001:45) risiko bisnis adalah ketidakpastian mengenai proyeksi pengembalian atas aktiva di masa mendatang. Perusahaan yang mempunyai pendapatan yang stabil mampu mempertahankan tingkat laba sehingga akan mampu memenuhi kewajiannya tanpa perlu menanggung suatu risiko kegagalan. Dalam mengukur risiko bisnis, dapat 2
diukur dengan koefisien variasi laba operasi yaitu standar deviasi laba operasi dibagi dengan laba operasi rata-rata. Untuk mengetahui seberapa besar risiko bisnis yang dihadapi, maka sebaiknya investor mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi risiko bisnis tersebut. Faktor pertama adalah klasifikasi industri. Klasifikasi industri merupakan pengelompokkan perusahaan-perusahaan berdasarkan suatu kesamaan tertentu. Menurut BAPEPAM risiko yang melekat pada perusahaan dalam kelompok industri manufaktur tidak terlepas dari karakteristik utama kegiatan perusahaan yaitu kegiatan memperoleh sumberdaya, mengolah sumberdaya menjadi barang jadi serta menyimpan dan mendistribusikan barang jadi. Risiko yang melekat pada industri manufaktur adalah risiko pemasaran meliputi, antara lain tak terjualnya barang jadi, kerusakan dan kehilangan pada jalur distribusi dan pemasaran, habisnya daur hidup produk. Sejalan dengan pendapat Suad (1998:330) klasifikasi industri dianalisis lewat penelahaan data yang menyangkut tentang struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi dan sebagainya. Jenis produk yang dihasilkan perusahaan bisa dinilai dari daya tahan produk yang dihasilkan. Menurut Fandy (2008:98) daya tahan produk dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu barang tidak tahan lama dan barang tahan lama. Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Sedangan Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih). Klasifikasi industri berdasarkan daya tahan produk yang dihasilkan suatu kelompok industri
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
memiliki pengaruh terhadap risiko bisnis. Jika perusahaan menghasilkan produk tahan lama maka risiko bisnis yang dimiliki perusahaan tersebut tinggi dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang menghasilkan produk tahan lama memiliki perputaran persediaan perusahaan yang lambat, sehingga berdampak pada laba operasi perusahaan dan membutuhkan waktu yang lama dalam perkembangannya. Lamanya waktu yang dibutuhkan membuat perusahaan rentan terhadap kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian. H1 : Klasifikasi industri mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap risiko bisnis. Faktor kedua yang dapat mempengaruhi risiko bisnis adalah ukuran perusahaan. Secara umum ukuran perusahaan (organization size) dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Menurut Horne dan Wachowichz (1997:2) merupakan keseluruhan dari aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang dapat dilihat pada sisi kiri dari neraca. Jadi, secara matematis ukuran perusahaan menurut Goyal (2000) dapat diukur dengan log total aktiva. Hal ini dikarenakan besarnya total aktiva masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Ukuran perusahaan mencerminkan perusahaan tersebut agar dapat berkompetisi dengan pesaingnya karena memiliki aktiva lebih besar. Aktiva merupakan tolak ukur besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar dari perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Itu artinya perusahaan kecil memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2005) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap risiko bisnis. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mahareni (2007) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap risiko bisnis. Sejalan dengan pendapat Francis (1986) dan Elton & Gruber (1995: 149), perusahaan besar mengalami risiko yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil, dan perusahaan besar mempunyai akses yang lebih mudah ke pasar modal. Dengan kata lain, terdapat hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan risiko bisnis. H2 : Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang negarif dan signifikan terhadap risiko bisnis Metodologi Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan-perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode analisis yaitu tahun 2007-2009, yaitu dengan jumlah populasi sebanyak 150 perusahaan. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, perusahaan manufaktur yang menyajikan dan mempublikasikan laporan keuangan dari tahun 2004-2009, perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitian dan produk perusahaan harus mudah diklasifikasikan berdasarkan daya tahan produk. Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 perusahaan. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dengan melihat data perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria selama periode penelitian dan laporan keuangan perusahaan sampel. Data diperoleh 3
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Pojok BEI FE UNP, situs resmi BEI di alamat www.idx.co.id dan website terkait lainnya serta dengan cara mempelajari literatur yang berkaitan dengan permasalahan penelitian baik media cetak maupun elektronik. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah risiko bisnis yang di ukur dengan koefisien variasi laba operasi (KVEBIT). Rasio ini mengukur perbandingan antara deviasi standar laba operasi dengan laba operasi rata-rata. Klasifikasi industri sesuai dengan pengelompokkan perusahaan menurut pasar modal Indonesia, pada penelitian ini digunakan perusahaan-perusahaan manufaktur sebagai sampel. Dalam penelitian ini variabel ini merupakan variabel dummy yang digunakan yaitu 0 untuk perusahaan yang memiliki daya tahan produk <1 tahun dan 1 untuk perusahaan yang memiliki daya tahan produk >1 tahun. Ukuran perusahaan memperlihatkan besar atau kecilnya sebuah perusahaan. dapat diukur dari sisi total asset, penjualan atau ekuitasnya. dalam penelitian ini, variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma dari total asset. Hal ini dikarenakan besarnya total asset masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Hasil Penelitian dan Pembahasan Risiko bisnis adalah suatu hal yang sudah pasti dihadapi oleh semua perusahaan. Para manajer harus mempertimbangkan pilihan-pilihan yang berbeda terhadap beberapa masalah, dan memperhitungkan konsekuensinya dengan cara memfokuskan diri pada risiko bisnis yang lebih nyata. Tabel 1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Risiko Bisnis
179
.269
12.369
3.83906
2.452690
Klasifikasi Industri
179
.00
1.00
.5810
.49478
Ukuran Perusahaan
179
46469
40382953
3980925.6
7079103.89
Valid N (listwise)
179
Sumber: Hasil Olahan Statistik
4
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah data yang memenuhi kriteria penelitian adalah 64 perusahaan selama periode 2007 – 2009. Nilai minimum risiko bisnis adalah 0,27 kali, nilai maksimum 12.37 kali, nilai rata-rata 3.84 kali, dan standar deviasi sebesar 2.45 kali. Variabel klasifikasi industri merupakan variabel dummy pada perusahaan manufaktur. Tabel 1 menunjukkan klasifikasi industri mempunyai nilai minimum 0, nilai maksimum adalah 1, nilai rata-rata sebesar 0,58%, dan nilai standar deviasi sebesar 0, 50%. Ukuran perusahaan mencerminkan perusahaan tersebut agar dapat berkompetisi dengan pesaingnya karena memiliki aktiva lebih besar. Dari Tabel 1 menunjukkan ukuran perusahaan mempunyai nilai rata-rata sebesar Rp3.980.925,6,- juta. Nilai minimum adalah Rp46.469,- juta, nilai maksimum adalah Rp40.382.953,- juta dan standar deviasi sebesar Rp7.079.103,89,- juta. Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji validitas apakah data yang digunakan telah memenuhi model regresi yaitu: uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Dalam mendeteksi apakah antara variabel independen mempunyai kolinearitas yang tinggi atau tidak, digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance value. Jika nilai VIF kurang dari 10 (VIF<10) atau nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka akan disimpulkan bahwa midel tersebut tidak memiliki gejala multikolonieritas. Tabel 2 Hasil Uji Multikolonieritas Standardized Coefficients Model 1
Beta
t
(Constant) Klasifikasi Industri Ukuran Perusahaan
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF
4.665 .000 4.559 .000
1.000 1.000
-.208 -2.985 .003
.318
1.000 1.000
a. Dependent Variable: Risiko Bisnis
Berdasarkan Tabel 2, nilai tolerance untuk semua variabel independen dalam penelitian ini lebih besar dari 0,10. Dengan demikian tidak
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
terdapat multikolinearitas yang berbahaya dalam model penelitian. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk semua variabel independen di dalam penelitian ini kurang dari 10. Tabel 3 Hasil Uji Autokorelasi Model 1
R
R Square
.382a
.146
Adjusted R Std. Error of the DurbinSquare Estimate Watson .136
2.279190
2.208
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Klasifikasi Industri b. Dependent Variable: Risiko Bisnis
Selanjutnya, asumsi Autokorelasi diuji dengan Durbin-Watson, yang menunjukkan nilai sebesar 2,208, dengan nilai du sebesar 1,789 dan nilai dl sebesar 1,748, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Masalah heteroskedastisitas di uji dengan Spermen’s Rank Correlation dengan syarat nilai residualnya adalah > 0,05. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Unstandardized Residual Spearman's Klasifikasi rho Industri Ukuran Perusahaan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
-.084 .264
N
179
Correlation Coefficient
.062
Sig. (2-tailed)
.408
N Unstandardized Correlation Coefficient Residual Sig. (2-tailed) N
179 1.000 . 179
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil seperti yang ditujukkan dalam Tabel 4. Variabel klasifikasi industri dan ukuran perusahaan akan dibahas satu persatu bagaimana pengaruhnya terhadap risiko bisnis perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa klasifikasi industri berdasarkan jenis produk yang dihasilkan perusahaan akan mempengaruhi risiko bisnis perusahaan. Menurut Suad (1998:326) para pemodal perlu menganalisis industri-industri apa yang diharapkan akan memberikan hasil yang paling baik dalam menaksir seberapa besar risiko yang akan ditanggung. Taksiran tentang seberapa besar risiko dapat dianalisis berdasarkan klasifikasi industri. Perusahaan diklasifikasi lewat penelahan
dari berbagai data yang menyangkut struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi dan sebagainya. Jenis produk yang dihasilkan perusahaan dinilai dari daya tahan produk yang dihasilkan. Perusahaan yang menghasilkan produk yang tahan lama akan memiliki risiko bisnis yang tinggi. Hal ini disebabkan, karena perusahaan yang meghasilkan produk tahan lama memiliki perputaran persediaan perusahaan yang lambat, sehingga berdampak pada laba operasi yang dihasilkan perusahaan. Jika dihubungkan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang menghasilkan produk yang tahan lama akan memiliki risiko bisnis lebih besar dari perusahaan yang menghasilkan produk tidak tahan lama. Sehingga teori tentang risiko bisnis sesuai dengan penelitian dan signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko bisnis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20072009. Nilai koefisien yang negatif menunjukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan atau kemampuan perusahaan meningkarkan total asset perusahaan maka risiko bisnis perusahaan akan mengalami penurunan.. Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa perusahaan besar mengalami risiko yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil, dan perusahaan besar mempunyai akses yang lebih mudah ke pasar modal (Elton & Grober, 1995:149). Artinya ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap risiko bisnis. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Asri (2004) dan Mahareni (2007) yaitu ukuran perusahaan memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap risiko bisnis perusahaan. Artinya perusahaan yang memiliki skala kecil memiliki risiko bisnis yang tinggi dan sebaliknya. 5
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Kesimpulan Berdasarkan pendahuluan, pengolahan data serta pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa klasifikasi industri perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk tahan lama memiliki risiko bisnis lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menghasilkan produk tidak tahan lama. Selanjutnya ukuran perusahaan berpengaruh negative dan signifikan terhadap risiko bisnis perusahaan manufaktur. Saran Sebaiknya investor memilih perusahaan yang berskala besar atau perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar sebelum memulai investasi. Bagi Perusahaan, lebih memperhatikan kinerja perusahaan seperti dalam hal meningkatkan investasi pada total asset dan laba operasi perusahaan, karena akan berpengaruh terhadap meningkatnya risiko bisnis perusahaan kedepan. Sehingga kesejahteraan pemegang saham dan stakeholder tercapai dan juga menarik investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. DAFTAR KEPUSTAKAAN Asri Apsari. 2004. Analisis pengaruh Firm Size, Degree Of Total Leverage dan Cyclicality terhadap Risiko Bisnis perusahaan dalam kategori aneka industry di BEJ (19982002). Tesis. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Brigham, Eugene F. & Houston, Joel F. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
6
Cahyo Buntoro Adrianto. 2005. Pengaruh Leverage Operasi, Siklikalitas, Size Perusahaan, Pembayaran Dividen, Pertumbuhan Asset Dan Profitabilitas Terhadap Risiko Bisnis Perusahaan Manufaktur di BEJ (20002003). Tesis. Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada. Elton, E.J. and M.J. Gruber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investment Analysis. 5th editon New York, N.Y : John Wiley &Son, Inc. Fandy Tjiptono. 2008. Strategi Pemasaran, edisi ke III. Yogyakarta: Andi. Francis, J.C. 1986. Investment: Analysis And Management, 4th Edition, New York: Mc Graw Hill, Inc. Horne, James C. dan John M. Wachowice, Jr. 1998. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Mahareni Susanti. 2007. Pengaruh Operating Leverage, Cyclicality Dan Ukuran Perusahaan terhadap Risiko Bisnis Pada Perusahaan Real Estate Dan Property di BEI (2002-2004). Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Padang. Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasardasar Manajemen Keuangan. Edisi kedua. Yogyakarta: UPP YKPN. Wild, John J, K.R Sumbramanyam dan Robert F.Halsey. 2008. Analisis Laporan Keuangan, edisi ke delapan. Jakarta: Salemba Empat. Www.idx.co.id