Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
PENGARUH KINERJA KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN RISIKO BISNIS TERHADAP STRUKTUR MODAL Amiriyah
[email protected]
Andayani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to examine the influence of financial performance (which is proxy with sales growth and profitability), company size and business risks to the capital structure. The result of the research shows that this research regressions model has fulfilled the BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) requirements that there is no heteroscedasticiy, multicolinearity, and autocorrelation symptoms and the data is normally distributed. The result of multiple regression analysis shows that profitability has significant influence to the capital structure; sales growth has significant influence to the capital structure; company size has no significant influence to the capital structure and business risks have no significant influence to the capital structure. Keywords: Profitability, Sales Growth, Company Size, Business Risks, Capital Structure. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan (yang diproksikan dengan Profitabilitas dan Pertumbuhan Penjualan), Ukuran Perusahaan dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi penelitian ini telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni tidak terdapat gejala heteroskedastistas, multikolinearitas, dan autokorelasi serta data yang digunakan berdistribusi normal. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa profitabilias berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dan risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Kata kunci: Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Modal.
PENDAHULUAN Semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis menyebabkan setiap perusahaan berupaya untuk memiliki keunggulan daya saing agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Namun, seiring dengan keunggulan yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan memerlukan investasi besar untuk mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula. Bagian terpenting bagi dunia usaha adalah pendanaan, yang mana bagian ini berkaitan dengan berbagai pihak, seperti kreditur, pemegang saham, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Dalam konteks manajemen, khususnya manajemen keuangan, terdapat tiga fungsi utama manajemen keuangan, yang salah satunya yaitu fungsi mendapatkan dana yang menyangkut keputusan pembelanjaan atau pendanaan (Sugiarto, 2009). Permasalahan yang muncul dalam pendanaan adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana dalam kegiatan operasi perusahaan dan mengembangkan usahanya. Perusahaan akan mempertimbangkan mengenai keputusan pendanaan yang akan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
2
digunakan baik dari sumber internal maupun sumber eksternal. Perusahaan yang mengutamakan pemenuhan dananya dari dalam perusahaan akan mengurangi ketergantungannya pada pihak luar dan hanya menggunakan modal asing apabila dana yang diperlukan kurang mencukupi. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan penggunaan sumber dananya, karena setiap sumber dana memiliki biaya modal yang berbeda dan tingkat risiko yang berbeda pula. Keputusan pendanaan merupakan keputusan mengenai seberapa besar tingkat penggunaan pinjaman jangka panjang dibanding dengan modal sendiri dalam membiayai investasi perusahaan. Keputusan pendanaan ini bertujuan untuk menentukan tingkat struktur modal yang optimal, yaitu tingkat bauran pinjaman jangka panjang dan modal sendiri yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan dalam pemenuhan kebutuhan dana akan mempengaruhi struktur modal perusahaan yang menunjukkan komposisi perbandingan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan untuk membiayai investasi. Husnan (2000:275) menyatakan bahwa struktur modal adalah perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri. Perusahaan harus bijak dalam menentukan tingkat hutang yang digunakan, karena dari struktur modal tersebut investor dapat mengetahui keseimbangan antara risk dan return. Semakin besar tingkat hutang suatu perusahaan maka akan menimbulkan risiko yang semakin tinggi pula, hal ini akan mempengaruhi turunnya harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan meningkatkan harga saham suatu perusahaan. Besar kecilnya angka rasio struktur modal menunjukkan banyak sedikitnya jumlah pinjaman jangka panjang daripada modal sendiri yang diinvestasikan pada aktiva tetap yang digunakan untuk memperoleh laba operasi. Semakin besar rasio struktur modal menandakan semakin banyak jumlah pinjaman jangka panjang yang menyebabkan semakin banyak pula bagian dari laba operasi yang digunakan untuk membayar beban bunga tetap, dan semakin banyak aliran kas yang digunakan untuk membayar angsuran pinjaman. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya jumlah laba bersih sesudah pajak yang akan diperoleh perusahaan. Struktur modal merupakan hal yang penting dalam meningkatkan nilai perusahaan karena struktur modal yang baik dapat meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan yang mencerminkan harga saham perusahaan serta kesejahteraan pemegang saham. Sebaliknya, jika struktur modal tidak baik maka akan menimbulkan biaya bagi perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak efisien. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, diantaranya yaitu dengan menggunakan kinerja keuangan. Karena kinerja yang baik mampu memberikan tingkat pengembalian sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan profitabilitas dan pertumbuhan penjualan. Besar kecilnya profitabilitas akan mempengaruhi tingkat penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan. Karena perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung lebih memilih menggunakan pendanaan internal dan memilih menggunakan pendanaan eksternal apabila sumber internal mereka tidak mencukupi. Selain itu, pendanaan internal juga tidak menimbulkan biaya modal. Hal ini akan meringankan beban perusahaan. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang baik (mengalami peningkatan) dapat menciptakan kepercayaan bagi masyarakat khususnya para investor, yang akan membantu perusahaan untuk memperoleh tambahan hutang. Walaupun risiko yang ditumbulkan dari penambahan hutang akan meningkat, akan tetapi investor percaya bahwa perusahaan dapat mengelolah hutangnya dengan baik.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
3
Ukuran perusahaan juga dapat menggambarkan besar kecilnya risiko yang akan digunakan investor sebagai acuan untuk menempatkan investasinya pada suatu perusahaan. Perusahaan yang besar cenderung lebih menggunakan jumlah pinjaman yang besar pula. Semakin besar pinjaman yang diperoleh suatu perusahaan maka semakin besar pula risiko bisnis yang dimilki perusahaan. Perusahaan dituntut untuk menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi kewajibannya serta beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan. Stabilitas pendapatan dan struktur biaya operasional perusahaan dapat menentukan tingkat risiko bisnis suatu perusahaan, karena semakin tinggi risiko bisnis, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya financial distress. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kinerja keuangan, ukuran perusahaan, dan risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal jangka waktu pengambilan sampel yaitu antara 2010-2012 dan jenis perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Perbedaan periode pengamatan dan jenis perusahaan dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang mempunyai daya komparabilitas yang lebih baik.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Struktur Modal Husnan (2000:275) mendefinisikan struktur modal sebagai perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri. Struktur modal berkaitan dengan keputusan pendanaan yang berasal dari sumber internal maupun sumber eksternal. Dana yang bersumber dari internal perusahaan yaitu berupa laba ditahan dari kegiatan perusahaan sedangkan yang bersumber dari eksternal perusahaan yaitu berupa modal pinjaman atau hutang. Dalam suatu perusahaan, struktur modal merupakan perbandingan antara kewajiban jangka panjang perusahaan dengan modal sendiri (saham) yang digunakan perusahaan. Adanya penambahan atau pengurangan hutang jangka panjang yang menyebabkan perubahan perbandingan kewajiban jangka panjang dengan modal sendiri akan mengakibatkan perubahan struktur modal pada suatu perusahaan. Struktur modal yang efisien dapat mengurangi biaya modal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan umumnya memilih penggunaan dana yang berasal dari hutang karena biaya bunga yang akan ditanggung perusahaan lebih kecil dari laba yang dihasilkan dari manfaat hutang tersebut. Pengertian struktur modal berbeda dengan struktur keuangan, struktur modal hanya meliputi pembelanjaan permanen saja yang meliputi hutang jangka panjang dan modal sendiri. Sedangkan struktur keuangan terdiri dari modal kerja dan hutang jangka pendek. Struktur modal memiliki beberapa komponen yaitu modal sendiri, laba ditahan, dan sumber modal asing/hutang jangka panjang. Perusahaan akan cenderung lebih memilih menggunakan sumber dana yang berasal dari modal asing/hutang jangka panjang karena memiliki jangka waktu yang lama dan ringannya syarat-syarat pembayaran atas pengembalian hutang tersebut. Akan tetapi, perusahaan wajib membayar hutang tersebut pada jatuh tempo yang sudah ditetapkan dengan bunga yang sudah ditetapkan pula tanpa melihat kondisi keuangan perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat membayar kembali hutang beserta bunganya, maka kreditur akan memaksa perusahaan untuk menjual aset yang dimilikinya sebagai jaminan atas hutang yang tidak mampu dibayarnya. Struktur modal yang kurang sehat ditandai oleh terlalu besarnya jumlah pinjaman dari pihak ketiga untuk menandai kegiatan bisnis (Sutojo, at.all, 2004: 323). Dengan demikian, perusahaan harus menjaga besaran jumlah pinjaman jangka panjangnya yang dapat mempengaruhi baik buruknya struktur modal. Perusahaan yang memiliki debt to equty ratio
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
4
lebih dari satu menandakan perusahaan tersebut memiliki risiko. Semakin besar debt to equty ratio, maka semakin besar pula risiko yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini menyebabkan para investor tidak berminat untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki risiko. Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga saham perusahaan. Warsono (2003:238) menyatakan bahwa penentuan struktur modal bagi perusahaan merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang penting, karena keputusan ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan manajemen keuangan perusahaan. Sebaliknya, tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian terhadap paduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan. Paduan sumber dana ini akan menciptakan struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal rata-rata sehingga akan memaksimumkan nilai perusahaan. Riyanto (2011:293) menyatakan bahwa berdasarkan aturan finansial konservatif dalam mencari struktur modal yang optimal. Dalam aturan struktur finansial konservatif yang vertikal menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan bagaimanapun juga jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain “debt ratio” jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya. Teori Struktur Modal Sjahrial (2007) membagi struktur modal menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu teori struktur modal tradisional dan teori struktur modal modern. Teori struktur modal tradisional terdiri atas: (a) pendekatan laba bersih (Net Income Approach); (b) pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income Approach = NOI Approach); (c) pendekatan tradisional (Traditional Approach). Ketiga pendekatan struktur modal tradisional pada mulanya dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952. Sedangkan, teori struktur modal modern terdiri atas: (a) model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak; (b) model Modigliani-Miller (MM) dengan pajak; (c) model Miller; (d) financial distress dan agency cost; (e) model trade off (model gabungan antara model Modigliani-Miller, Model Miller, dan financial distress & agency costs); (f) teori informasi tidak simetris (Asymetric Information Theory). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan keputusan mengenai struktur modal menurut Houston dan Brigham (2006:42-45) adalah (a) stabilitas penjualan, perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang relatif stabil akan membuat perusahaan berani untuk mengambil lebih banyak hutang dan siap untuk menanggung beban tetap yang lebih tinggi; (b) struktur aktiva, besaran aktiva yang dimilki perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan untuk mendapatkan hutang yang banyak, aktiva ini dapat dijadikan jaminan atas hutang yang diperolehnya; (c) leverage operasi, perusahaan yang memiliki leverage operasi yang lebih rendah dapat meningkatkan tingkat leverage keuangannya karena perusahaan tersebut memiliki risiko bisnis yang lebih kecil; (d) tingkat pertumbuhan, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang pesat akan mengandalkan modal ekstrenal karena membutuhkan banyak dana daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat; (e) profitabilitas, perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang cenderung untuk menggunakan hutang yang relatif kecil, karena perusahaan dapat membiayai sebagian besar pendanaannya melalui dana internal yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
5
berupa laba ditahan yang tinggi; (f) pajak, adanya biaya bunga yang timbul akibat penggunaan hutang dapat mengurangi pajak perusahaan. Sehingga dengan adanya pajak memberikan keuntungan atas penggunaan pajak dan semakin besar pula tingkat penggunaan hutang; (g) pengendalian, pengaruh yang ditimbulkan dari penerbitan suratsurat hutang versus saham terhadap pengendalian manajeman dapat mempengaruhi struktur modal. Karena jenis modal yang akan digunakan perusahaan dapat bervariasi sesuai dengan kondisi situasi yang terjadi; (h) sikap manajemen, sikap manajemen yang lebih konservatif daripada lainnya menyebabkan lebih kecil dalam penggunaan hutang daripada rata-rata perusahaan dalam industri mereka; (i) sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas, tanpa melihat analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka sendiri; (j) kondisi pasar, kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberi arti yang penting pada struktur modal perusahaan yang optimal; (k) kondisi internal perusahaan, kondisi internal perusahaan juga dapat memiliki pengaruh pada sasaran struktur modal; (l) fleksibilitas keuangan, tujuan menjaga fleksibilitas keuangan yang dilihat dari sudut pandang operasional artinya adalah menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan gambaran yang mencerminkan kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis menggunakan alat-alat analisis keuangan. Kinerja keuangan dapat membantu investor mengetahui prestasi kerja suatu perusahaan pada periode tertentu yang juga berdampak pada baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan profitabilitas dan pertumbuhan penjualan. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang berkaitan dengan penjualan, aktiva, dan modal perusahaan. Perusahaan dengan kemampuan profitabilitas yang baik cenderung untuk tidak menambah jumlah hutang yang dimiliki perusahaan karena perusahaan merasa cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya dari besaran keuntungan yang diperoleh perusahaan yang juga berdampak pada meningkatnya laba ditahan yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa alat ukur, teragantung pada laba dan aset atau modal mana yang akan dibandingkan antara satu dengan yang lainnya. Riyanto (2008:36) menyatakan rasio yang umum digunakan oleh para pemakai laporan keuangan adalah profitabilitas ekonomi dan profitabilitas modal sendiri. Apabila rentabilitas modal sendiri dapat digunakan sebagai ukuran bagi efisiensi penggunaan modal sendiri maka yang jadi ukuran efisiensi penggunaan modal secara keseluruhan adalah rentabilitas ekonomi. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang relatif stabil cenderung untuk mendorong manajemen untuk menambah jumlah penggunaan hutang, karena manajemen memandang bahwa dengan meningkatnya jumlah penambahan hutang juga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat, khususnya para investor. Akan tetapi, beban yang akan ditanggung perusahaan juga akan meningkat dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat penjualannya tidak stabil. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat menggambaran kondisi keuangan perusahaan dalam suatu periode. Perusahaan dengan skala yang besar diyakini mampu untuk memenuhi segala kewajibannya serta mampu memberikan tingkat pengembalian atas investasi para investor. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat diukur melalui total penjualan. Penjualan yang lebih
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
6
besar dari biaya variabel dan biaya tetap dapat menunjukkan jumlah pendapatan sebelum pajak. Akan tetapi, perusahaan yang memiliki penjualan yang kecil dari biaya variabel dan biaya tetap akan menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Ukuran perusahaan juga akan mempengaruhi kepercayaan kreditur untuk memberikan kredit kepada perusahaan dan juga memberi kemudahan pada perusahaan untuk mendapatkan pinjaman. Perusahaan yang besar akan membutuhkan banyak dana untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Sebaliknya, perusahaan dengan skala rendah tidak membutuhkan banyak dana untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Penggunaan dana yang digunakan dalam kegiatan operasinya bisa diperoleh dari sumber internal perusahaan, namun apabila sumber internal perusahaan sudah tidak mencukupi maka perusahaan mencari dana dari sumber eksternal perusahaan yakni berupa pinjaman (utang) maupun menerbitkan saham baru. Besar kecilnya perusahaan bisa memberi keuntungan bagi perusahaan ketika melakukan penawaran dalam kontrak keuangan. Perusahaan dengan skala yang besar memungkinkan untuk memperoleh penawaran yang spesial dalam pembuatan kontrak. Besaran hutang yang digunakan dapat membuat persetujuan kontrak lebih baik dari penggunaan surat kontrak yang standar. Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan risiko yang timbul akibat ketidakpastian perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dimasa yang akan datang. Perusahaan harus memenuhi segala kewajiban yang timbul akibat pinjaman yang diperoleh perusahaan. Risiko bisnis dalam suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan struktur biaya operasionalnya. Perusahaan dengan jumlah hutang yang tinggi dapat memicu timbulnya risiko bisnis karena perusahaan harus mampu memenuhi kewajibannya serta beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan yang labanya berfluktuasi dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut sedang mengahadapi risiko bisnis.
Pengembangan Hipotesis Pengaruh Profitabilitas terhadap struktur modal. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang berkaitan dengan penjualan, aktiva, dan modal perusahaan. Dalam jangka panjang, investor akan lebih menganalisa profitabilitas karena menggambarkan keuntungan yang akan diperolehnya dalam bentuk deviden. Menurut hasil pengujian Santika dan Sudiyatno (2011) dan Indrajaya (2011) menyatakan bahwa variabel profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan hasil pengujian Prabansari (2005) menyatakan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan untuk menghasilkan besaran jumlah pendanaan internal perusahaan dan cenderung tidak memilih untuk melakukan penambahan pinjaman. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1a : Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Pengaruh Pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal. Pertumbuhan penjualan yang stabil mampu memberikan jaminan pada investor bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibannya, karena pertumbuhan yang stabil menggambarkan perusahaan memiliki aliran kas yang stabil pula. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
7
H1b : Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal. Pengaruh Ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan dapat menjadi indikator seberapa kuat kondisi finansial suatu perusahaan. Perusahaan besar memungkinkan memiliki tingkat pinjaman yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan besar mampu berikan jaminan dalam memenuhi kewajibannya. Sehingga perusahaan besar lebih memilih menggunakan sumber pendanaan eksternal karena lebih memilik peluang untuk memiliki akses ke pasar modal.Peneltian yang dilakukan oleh Indrajaya (2011) mengahasilkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh parsial yang positif dan signifikan terhadap leverage yang juga akan berdampak pada struktur modal perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Pengaruh Risiko bisinis terhadap struktur modal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indrajaya (2011) variabel risiko bisnis berpengaruh parsial yang positif terhadap leverage meskipun pengaruh tersebut tidak signifikan. Sedangkan menurut penelitian Prabansari (2005) variabel risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan dengan nilai siginfikan p = 0.002 < 0.05. Perusahaan yang berisiko tinggi disebabkan oleh penggunaan utang yang meningkat sehingga memungkinkan terjadinya kebangkrutan, hal ini membuat perusahaan cenderung untuk mengurangi besaran pinjamannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 : Risiko bisinis berpengaruh terhadap struktur modal.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan secara konsisten dan lengkap mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, (2) Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam mata uang asing, (3) Perusahaan manufaktur yang tidak menderita kerugian, (4) Perusahaan manufaktur yang mengalami kenaikan penjualan berturut-turut dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Kinerja keuangan Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu dengan menggunakan rasio keuangan yang dapat memberikan gambaran tentang pertimbangan perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diproksikan dengan profitabilitas dan pertumbuhan penjualan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
8
1) Profitabilitas Profitabilitas merupakan rasio earning before interest and tax (EBIT) dengan total aset. Rasio ini menggambarkan kemampuan modal asing maupun modal sendiri dalam menghasilkan laba melalui keseluruhan modal yang digunakan untuk membeli aset. EBIT Profitabilitas = ---------------Total Aset
(Sartono, 2001:124)
2) Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan merupakan prosentase perubahan pertumbuhan penjualan pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya. Sales t – Sales t-1 Pertumbuhan Penjualan = --------------------------------Sales t-1
(Warsono, 2003:236)
b. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Karena nilai aktiva perusahaan yang besar, maka dalam perhitungan, total aktiva dihitung dalam jutaan rupiah dan ditransformasikan ke logaritma. Ukuran Perusahaan = Log (Total Aktiva)
(Hidayati, 2009:46)
c. Risiko bisnis Menurut Weston dan Thomas E. Copeland (1989) dalam Hidayati (2009) proksi risiko bisnis diukur dengan hasil pengembalian yang diharapkan sebelum pajak (EBIT) terhadap aset perusahaan. EBIT Risiko Bisnis = ------------------Total Aset
(Hidayati, 2009:23)
Variabel Dependen Struktur Modal Struktur modal adalah perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Dalam hal ini, seberapa besar tingkat penggunaan liabilitas jangka panjang dibanding ekuitas dalam memenuhi kebutuhan dana. Total Liabilitas Jangka Panjang Struktur Modal = ----------------------------------------------------Total Ekuitas
(Warsono, 2009:239)
Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh kinerja keuangan, ukuran perusahaan, dan risiko bisnis terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
9
Rumus metode regresi linier berganda : SM = α + β1 PROF + β2 PJ + β3 UP + β4 RISK + е Keterangan : SM α PROF PJ UP RISK β1 β2 β3 β4 е
= Struktur Modal (Y) = konstanta = Profitabilitas = Pertumbuhan Penjualan = Ukuran Perusahaan = Risiko Bisnis = koefisien regresi linier profitabilitas = koefisien regresi linier pertumbuhan penjualan = koefisien regresi linier ukuran perusahaan = koefisien regresi linier risiko bisnis = kesalahan pengganggu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan informasi mengenai deskripsi dari variabel yang digunakan dalam penelitian. Informasi tersebut disajikan dari nilai rata-rata (mean), deviasi standar, maximum, dan minumum. Tabel 1 Statistik Deskriptif Setelah Transformasi N
Descriptive Statistics Minimum Maximum -4,952885 ,318656 -5,502394 -1,424017 -3,357650 -,574273 ,002811 ,627129 4,893207 8,260725
LnSM 72 LnRISK 72 LnPROF 72 PJ 72 UP 72 Valid N 72 (listwise) Sumber: Hasil output SPSS versi 20.0
Mean Std. Deviation -2,00847987 1,071846531 -3,33652575 ,821224093 -1,88054640 ,580979937 ,17272625 ,116834341 6,31147731 ,827879315
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah pengamatan (N) yang diteliti yaitu sebanyak 72 pengamatan yang terdiri dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai tahun 2012. Struktur modal setelah ditransformasikan (Ln SM) memiliki nilai minimum sebesar 4,952885 dan nilai maksimum sebesar 0,318656. Secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar -2,00847987 dengan deviasi standar sebesar 1,071846531. Risiko bisnis setelah ditransformasikan (Ln RISK) memiliki nilai minimum sebesar 5,502394 dan nilai maksimum sebesar -1,424017. Secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar -3,33652575 dengan deviasi standar sebesar 0,821224093. Profitabilitas setelah ditransformasikan (Ln PROF) memiliki nilai minimum sebesar 3,357650 dan nilai maksimum sebesar -,574273. Secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar -1,88054640 dengan deviasi standar sebesar 0,580979937.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
10
Pertumbuhan Penjualan memiliki nilai minimum sebesar 0,002811 dan nilai maksimum sebesar 0,627129. Secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar 0,17272625 dengan deviasi standar sebesar 0,116834341. Ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 4,893207 dan nilai maksimum sebesar 8,260725. Secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar 6,31147731 dengan deviasi standar sebesar 0,827879315. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas. Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Varian Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10, maka model regresi berganda tidak terjadi multikolinieritas. Hasil perhitungan nilai VIF menunjukkan hal yang sama bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Sehingga dapat dinyatakan bahwa model regresi linier berganda tidak mengindikasi adanya multikolinieritas antar variabel independen. b. Uji Autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Model regresi yang baik tidak menunjukkan adanya autokorelasi. Pendeteksian ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai DurbinWatson. Menurut Santoso (2001:218) jika nilai Durbin-Watson yang dihasilkan berada diantara -2 hingga +2 berarti tidak terjadi gejala autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi sebesar 0,900 terletak di antara -2 dan +2, maka regresi bebas dari autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterekodastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat pada gambar scatterplot. Pendeteksian adanya heterokedastisitas menurut Santoso (2001:210), jika sebaran titik-titik berada di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan penyebaran titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka nol pada sumbu x, serta di sebelah kanan atau kiri angka nol pada sumbu y. Penyebaran titik-titik data juga tidak membentuk pola yang sistematis, maka hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi. d. Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji T dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2006:110). Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dilakukan menggunakan uji KolmogorovSmirnov (K-S). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa variabel struktur modal, risiko bisnis, dan profitabilitas tidak berdistribusi normal karena memiliki tingkat probabilitas signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) lebih kecil dari 0,05. Menurut Ghozali (2006:32) menyatakan bahwa data yang tidak terdistribusi secara normal dapat ditransformasikan agar menjadi normal. Pada penelitian ini, variabel-variabel yang tidak berdistribusi normal ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural (Ln) agar data menjadi normal. Setelah dilakukan transformasi, hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa variabel-variabel yang semula tidak berdistribusi normal (struktur
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
11
modal, risiko bisnis, dan profitabiltas) berubah menjadi normal. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat probabilitas signifikansi (Asmp.Sig. (2-tailed)) dari masing-masing variabel lebih besar dari 0,05. Untuk memastikan apakah data yang digunakan terdistribusi secara normal atau tidak, maka dalam penelitian digunakan grafik normal P-P Plot. Hasil grafik normal P-P Plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Uji Hipotesis Uji Koefisien Determinan (R2) Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen mejelaskan variabel dependen. Tabel 2 Uji Koefisien Determinan (R2) Model Summaryb Model
R
1
R Square
,408a
Adjusted R Square
,166
Std. Error of the Estimate
,116
1,007528537
a. Predictors: (Constant), UP, PJ, LnRISK, LnPROF b. Dependent Variable: LnSM
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dapat nilai Adjusted R Square sebesar 0,116. Dapat disimpulkan bahwa 11,6% variabel struktur modal dijelaskan oleh variabel risiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan ukuran perusahaan, sedangkan 88,4% sisanya, dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel dalam penelitian ini. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2006:84). Tabel 3 Uji F ANOVAa Sum of Squares Df
Model
1
Mean Square
Regression
13,556
4
3,389
Residual
68,013
67
1,015
Total
81,569
71
F 3,339
Sig. ,015b
a. Dependent Variable: LnSM b. Predictors: (Constant), UP, PJ, LnRISK, LnPROF
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,339 dengan tingkat probabilitas signifikan sebesar 0,015. Karena tingkat probabilitas lebih kecil dari batas nilai signifikan (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan risiko bisnis secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
12
Uji Signifikansi Parsial (Uji T) Uji T digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4 Hasil Uji Statistik T Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant)
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-3,617
1,212
-2,985
,004
LnRISK
,183
,179
,140
1,020
,311
LnPROF
-,656
,257
-,355
-2,550
,013
PJ 2,714 UP ,082 a. Dependent Variable: LnSM
1,067 ,165
,296 ,063
2,544 ,496
,013 ,622
1
Berdasarkan tabel 4, pada variabel profitabilitas mempunyai nilai t sebesar -2,550 dengan probabilitas signifikan sebesar 0,013. Dengan tingkat probabilitas signifikansi yang kurang dari batas nilai signifikansi (α = 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan nilai profitabilitas akan mengakibatkan penurunan nilai struktur modal. Hal ini berarti bahwa hasil analisis regresi ini menerima hipotesis pertama (H1a) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Brigham dan Houston (2006:43) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan liabilitas yang relatif kecil. Profitabilitas yang tinggi dapat menjamin perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan investasinya karena perusahaan memiliki banyak dana internal yang tersedia. Sehingga dengan adanya profitabilitas yang tinggi perusahaan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap pihak luar. Profitabilitas juga dapat dijadikan gambaran terhadap prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Profitabilitas yang tinggi menjamin kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Indrajaya (2011) bahwa variabel profitabilitas memiliki pengaruh parsial yang negatif dan signifikan terhadap penggunaan utang (leverage). Variabel pertumbuhan penjualan mempunyai nilai t sebesar 2,544 dengan probabilitas signifikan sebesar 0,013. Dengan tingkat probabilitas signifikansi yang kurang dari batas nilai signifikansi (α = 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan nilai pertumbuhan penjualan akan mengakibatkan kenaikan struktur modal. Hal ini berarti bahwa hasil analisis regresi ini menerima hipotesis pertama (H1b) yang menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Hal ini karena pertumbuhan penjualan yang stabil akan memberikan perusahaan citra yang baik dari masyarakat dan juga investor. Pertumbuhan penjualan juga memberikan kesempatan perusahaan untuk menambah hutangnya. Dengan peningkatan penjualan tersebut perusahaan dapat meyakinkan investor bahwa perusahaan mampu mengelolah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
13
hutang tersebut dengan baik dan mampu menangani risiko atas hutang tersebut. Ketika perusahaan menggunakan pendanaan eksternal (hutang), struktur modal akan meningkat sesuai dengan peningkatan hutang, akan tetapi struktur modal akan menurun apabila perusahaan mampu menjaga kestabilan penjualannya karena perusahaan mampu mengembalikan hutang tersebut. Sehingga, pertumbuhan penjualan secara tidak langsung akan mempengaruhi besaran struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Santika dan Sudiyatno (2011) bahwa pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal adalah positif dan signifikan terhadap struktur modal. Variabel ukuran perusahaan mempunyai nilai t sebesar 0,496 dengan probabilitas signifikan sebesar 0,622. Dengan tingkat probabilitas signifikansi yang lebih dari batas nilai signifikansi (α = 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hal ini berarti bahwa hasil analisis regresi ini menolak hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Pada penelitian ini, besarnya ukuran perusahaan tidak menjadi ukuran besaran struktur modal pada perusahaan. Perusahaan yang besar dianggap mampu menjaga kestabilan penjualannya, maka perusahaan lebih memilih menggunakan pendanaan internalnya untuk memenuhi kebutuhan operasinya. Setiap dana yang digunakan oleh perusahaan baik yang berasal dari pendanaan internal maupun pendanaan eksternal memiliki biaya modal yang berbeda-beda dan tingkat risiko yang berbeda pula. Oleh karena itu, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil akan menggunakan sumber dana yang lebih aman terlebih dahulu (pendanaan internal) dari pada menggunakan pendanaan eksternal. Selain itu, investor atau kreditur tidak hanya mempertimbangkan ukuran perusahaan saja apabila hendak memberikan pinjaman. Investor atau kreditur memiliki faktor-faktor lainnya yang juga dianggap penting apabila hendak memberikan pinjaman, seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan atau penjualannya dan lainnya. Oleh karena itu, ukuran perusahaan dipandang tidak berpengaruh terhadap besaran struktur modal. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indrajaya (2011) bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh parsial yang positif dan signifikan terhadap penggunaan hutang (leverage). Variabel risiko bisnis mempunyai nilai t sebesar 1,020 dengan probabilitas signifikan sebesar 0,311. Dengan tingkat probabilitas signifikansi yang lebih dari batas nilai signifikansi (α = 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti bahwa hasil analisis regresi ini menolak hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Pada penelitian ini, tingginya kadar risiko bisnis tidak menjadi ukuran besaran struktur modal pada peusahaan. Harjanti dan Tandelilin (2007) menyatakan bahwa hal ini dimungkinkan karena indikator dari risiko bisnis yang digunakan dalam penelitian adalah variabilitas dari laba operasional sedangkan risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan merupakan suatu keadaan yang sulit untuk diukur atau ditentukan secara pasti. Perusahaan yang labanya berfluktuasi dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut sedang menghadapi risiko bisnis. Risiko bisnis juga disebabkan oleh penggunaan hutang yang meningkat sehingga memungkinkan terjadinya kebangkrutan. Hal ini lebih cenderung membuat perusahaan untuk mengurangi ketergantungannya terhadap pihak luar (menjaga porsi hutang perusahaan). Akan tetapi, pada umumnya perusahaan telah membuat pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelolah ketidakpastian atas risiko yang ditanggung, yaitu manajemen risiko. Tujuan keseluruhan dari manajemen risiko adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa risikorisiko yang dihadapi perusahaan, menetapkan batasan risiko, dan pengendalian yang sesuai. Selain itu, peningkatan penjualan membuat perusahaan mampu menjaga kestabilan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
14
pendapatannya. Artinya, kestabilan perusahaan dapat digunakan untuk menutupi kewajiban yang timbul akibat pinjaman yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan cenderung tidak mempertimbangkan risiko bisnis dalam menentukan besarnya struktur modal. Oleh karena itu, manajemen perusahaan cenderung tidak mempertimbangkan risiko bisnis dalam menentukan besarnya struktur modal. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indrajaya (2011) bahwa variabel risiko bisnis memiliki pengaruh parsial yang positif terhadap leverage. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh kinerja keuangan (diproksikan dengan profitabilitas dan pertumbuhan penjualan), ukuran perusahaan, dan risiko bisnis terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal; (2) Pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal; (3) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal; (4) Risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Keterbatasan Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah menggunakan perusahaanperusahaan manufaktur di BEI yang tidak menderita kerugian dan yang mengalami kenaikan penjualan berturut-turut, sehingga mungkin untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki kerugian dan penjualan yang berfluktuatif belum bisa diketahui pengaruhnya terhadap struktur modal. Untuk penelitian selanjutnya, variabel independen yang digunakan sebaiknya dikembangkan menggunakan variabel independen yang berasal dari faktor-faktor yang menentukan keputusan mengenai struktur modal seperti suku bunga, inflasi, dan lain sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Brigham, E. F. dan J. F. Houston. 1998. Fundamental of Financial Management. 8th Edition. Thomson. South-Western. Terjemahan D. Suharto dan H. Wibowo. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Buku I. Erlangga. Jakarta. _______, dan _______. 2004. Fundamental of Financial Management, 10th ed. Chengage Learning Asia Pte Ltd. Singapore. Terjemahan A. A. Yulianto. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Edisi 4. Universitas Diponegoro. Semarang. Harjanti, T. T. dan E. Tandelilin. 2007. Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth, Profitability, & Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di BEJ. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. 1 No. 1, hal 1-10. Hidayati, N. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, dan Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Studi Pada Perusahaan yang Masuk Kelompok Jakarta Islamic Index Tahun 2005 – 2007. Skripsi. Program Studi Keuangan Islam Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. Husnan, S. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Pembelajaran Perusahaan). Liberty. Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
15
Indrajaya, G. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 20042007. Akurat Jurnal Imliah Akutansi 2 (6). Prabansari, Y. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Sinergi, Kajian Bisnis dan Manajemen. Edisi Khusus on Finance. hal.1-15. Riyanto, B. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta. Riyanto, B. 2011. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan kesebelas. BPFE. Yogyakarta. Santika, R.B. dan B. Sudiyatno. 2011. Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Keuangan dan Perbankan 3 (2):172-182. Sartono, A. 2001. Manajemen keuangan dan Aplikasi. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta. Santoso, S. 2001. Statistik Non Parametrik. PT Elex Media Komoutindo. Jakarta. Sjahrial, D. 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan. Mitra Wacana Media. Jakarta. Sugiarto, 2009. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan Keagenan dan Informasi Asimetri. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sutojo, Siswanto, dan Kleinsteuber Fritz. 2004. Manajemen Keuangan Bagi Eksekutif NonEksekutif Keuangan. PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta. Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga. Bayu Media Publishing. Malang. ●●●