i
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RATING OBLIGASI PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA
DIAN NURDIANASARI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Rating Obligasi pada Perusahaan di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013 Dian Nurdianasari NIM H24114041
iii
ABSTRAK DIAN NURDIANASARI. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Rating Obligasi Pada Perusahaan Di Indonesia. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI Rating obligasi merupakan salah satu keputusan investor dalam memutuskan membeli suatu obligasi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan, menganalisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap rating obligasi, dan menganalisis kinerja keuangan sebagai variabel yang mempengaruhi rating obligasi periode 2008-2012.Penelitian ini menggunakan analisis regresi, uji F, uji T dan R-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio, debt rasiodan retun on asset memiliki pengaruh terhadap rating obligasi, dan 78,9% mampu mewakili rasio-rasio yang berpengaruh terhadap rating obligasi. Hasil uji F dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama kinerja keuangan berpengaruh secara simultan terhadap variabel rating obligasi. Kata Kunci: obligasi, rating obligasi, kinerja keuangan perusahaan
ABSTRACT DIAN NURDIANASARI. The Influence Of The Financial Performance Of The Company's Bond Rating In Indonesia. Supervised by FARIDA RATNA DEWI. The Bond Rating is one of the decisions of investors in deciding to buy a bond. The purpose of this research is to know the financial performance, analyzing the influence of corporate financial performance against bond rating, and analyze financial performance as variables that affect the bond rating period 2008-2012. This research use of regression analysis, test f, test t- and r-square. The result showed that current ratio, s debt ratio and retun on investment having influence against rating bonds, and 78,9 % capable of being represented ratios are that affect the rating bonds. F test results it can be concluded that the financial performance of the influential together simultaneously variable charts against bonds. Key words: bonds, bond rating, the company's financial performance
iv
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RATING OBLIGASI PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA
DIAN NURDIANASARI
Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Nama NIM
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Rating Obligasi Pada Perusahaan di Indonesia Dian Nurdianasari H24114041
Di~
Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing
MM
Tanggal Lulus:
-0 5 DEC 2013
v
Judul
:
Nama NIM
: :
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Rating Obligasi Pada Perusahaan di Indonesia Dian Nurdianasari H24114041
Disetujui oleh
Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Mukhamad Najib STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, bahwa dengan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesabaran, serta tak lupa penulis panjatkan shalawat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Rating Obligasi pada Perusahaan di Indonesia.” yang merupakan bagian dari syarat yang harus dipenuhi guna mencapai gelar Sarjana Strata-1 di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini karena tanpa bantuan serta motivasinya penulis tidak dapat membuat skripsi ini dengan baik dan lancar.Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusuan skripsi ini.Oleh karena itu kritik dan saran diperlukan dalam memperbaiki skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, November 2013 Dian Nurdianasari
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Obligasi Peringkat Obligasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Penelitian Terdahulu METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Populasi dan Sampel Teknik Pengambilan Sampel Metoda Pengolahan dan Analisis Data Hipotesis HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Pembahasan Data dan Hasil Penelitian Kinerja Keuangan Perusahaan Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Rating Obligasi Rasio yang Mempengaruhi Rating Obligasi Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
viii viii viii 1 1 3 3 3 4 4 4 5 7 10 12 12 13 14 14 15 15 18 19 19 21 21 27 28 31 31 33
viii
DAFTAR TABEL 1 Rating obligasi 2 Daftar perusahaan 3 Hasil konversi rating 4 Uji simultan 5 R-Square 6 Analisis regresi
5 14 19 27 28 28
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Current ratio 2 Total asset turnover 3 Return on asset 4 Debt to equity ratio 5 Time interest earned 6 Rating Obligasi 7 Laporan Keuangan
35 36 37 38 40 41 42
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan mempunyai beberapa pilihan alternatif sumber pembiayaan investasi, baik internal maupun eksternal. Perusahaan akan menempatkan penggunaan sumber dana internal (internal funds) sebagai prioritas pertama, diikuti pinjaman eksternal (debt) dari kredit bank dan penerbitan obligasi, serta penerbitan saham (equity). Untuk mempertahankan umur perusahaan, maka sumber danapun harus besar untuk membiayai perusahaan. Perusahaan akan mempunyai sumber dana baik dari internal maupun eksternal. Sumber dana yang diperoleh perusahaan secara internal tidak cukup untuk membiayai pengeluaran perusahaan untuk itu perusahaan perlu memperoleh tambahan dana secara eksternal. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasinya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi selain digunakan sebagai sarana melakukan ekspansi juga dapat digunakan sebagai sarana dalam memperkuat permodalan bagi perusahaan. Investasi obligasi adalah salah satu jenis dari investasi yang menarik bagi investor di Indonesia. Hal tersebut terlihat pada pertumbuhan/penerbitan obligasi yang cukup tinggi beberapa tahun terakhir ini. Penerbitan obligasi dianggap sebagai salah satu cara yang cukup mudah dalam mengumpulkan dana dari masyarakat dan juga memberikan kemudahan dari investor dalam menginvestasikan dananya. Maka dari itu para investor lebih memilih berinvestasi di pasar modal, karena pertumbuhan makro ekonomi di Indonesia mempunyai perkembangan yang signifikan. Dilihat dari kepemilikan asing pada obligasi negara (SUN) pada akhir 2009 Rp 108 Triliun, di Sertifikat Bank Indonesia pada akhir November yang mencapai US$ 5,29 miliar, dan kapitalisasi pasar saham pada desember 2009 mencapai Rp 2.019 Triliun. (PT Moody’s Indonesia), kondisi tersebut menjadi dukungan bagi pemerintah dan perusahaan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan. Berbeda dengan saham yang memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya, obligasi sebenarnya merupakan pinjaman yang investor berikan kepada suatu perusahaan. Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah dengan nilai nominal (nilai pari / par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Karena investor memberikan pinjaman uang kepada perusahaan atau pemerintah, maka peminjam (perusahaan atau pemerintah) akan mengembalikan pinjaman tersebut ditambah dengan bunganya selama jangka waktu tertentu. Obligasi merupakan jenis investasi jangka panjang.Nilai obligasi yang diperjual-belikan biasanya dalam satuan yang cukup besar.Masa berlaku obligasi tergantung kepada lembaga atau badan yang menerbitkannya, umumnya antara 5 sampai 10 tahun.Semakin pendek durasi obligasi berarti semakin kecil pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga.Semakin panjang durasinya maka semakin sensitif terhadap perubahan suku bunga. Investor dapat menjual obligasi yang dimiliki pada pihak lain di pasar sekunder sesuai dengan nilai atau harga pasar sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
2
Penerbitan obligasi dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana, baik untuk keberlangsungan bisnisnya ataupun untuk memenuhi kebutuhan keuanganperusahaan dalam jangka pendek atau jangka panjang. Sebelum suatu penerbit baik perusahaan maupun Negara mengeluarkan suatu obligasi, maka akan dilakukan proses pengujian terhadap obligasi tersebut,dimana di Indonesia dilakukan oleh Bapepam-LK selaku pengawas pasar modaldan dilakukan pengujian peringkat (rating) obligasi. Pada Biasanya proses penerbitansecara keseluruhan membutuhkan waktu sekitar 3-6 bulan sebelum obligasitersebut dinyatakan dapat diterbitkan dan bisa dibeli oleh investor (Manurung et al,2008).Obligasi akan mendapatkan rating secara berkala yang dikeluarkan oleh lembaga rating obligasi. Dalam dunia investasi selalu terdapat kemungkinan harapan investor tidak sesuai dengan kenyataan atau selalu terdapat resiko.Risiko dalam berinvestasi di obligasi diantaranya adalah perusahaan penerbit obligasi tidak mampu memenuhi janji yang telah ditentukan, yaitu perusahaan tidak mampu membayar kupon maupun tidak mampu mengembalikan pokok obligasi. Agar investor memiliki gambaran tingkat resiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar, maka di dalam obligasi dikenal suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi. Semua obligasi yang diterbitkan wajib diberi peringkat agar dengan adanya peringkat tersebut maka investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar resiko yang akan dihadapi dengan membeli obligasi tertentu. Rating obligasi merupakan salah satu acuan bagi investor dalam memutuskanmembeli suatu obligasi.Ketika perusahaan yang menjadipenerbit suatu obligasi, maka biasanya obligasi tersebut memiliki probabilitas default, tergantung dari kesehatan keuangan perusahaan tersebut.Risiko default tersebut dapat dipengaruhi oleh siklus bisnis yang berubah sehingga menurunkanperolehan laba, kondisi ekonomi makro dan situasi politik yang terjadi dan lainsebagainya (Manurung et al, 2008). Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan.Skala tersebut menunjukkan tingkat keamanan suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuan emiten (sebagai penerbit obligasi) dalam membayar bunga dan pelunasan pokok obligasi pada akhir masa jatuh temponya. Selain itu dengan adanya rating obligasi oleh agen rating maka investor dapat memperhitungkan return yang akan diperoleh dan risiko yang ditanggung. Secara umum obligasi dibagi dalam dua peringkat yaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan noninvestment grade (BB, B, CCC, dan D). Peringkat obligasi diberikan oleh agen rating yang independen, obyektif, dan dapat dipercaya.Investor dapat menilai tingkat keamanan suatu obligasi dan kredibilitas obligasi berdasar informasi yang diperoleh dari agen rating.Agen rating yang terbesar dan terkenal di dunia adalah Moody’s dan Standard & Poor’s.Sedangkan di Indonesia terdapat agen rating sekuritas hutang yaitu PT PEFINDO (Peringkat Efek Indonesia). Menurut Hanafi (2004) ada dua tahap yangbiasanya dilakukan dalam proses rating, yaitu : (1) melakukan review internal terhadap perusahaan yang mengeluarkan instrument hutang, (2) hasil review internal tersebut akan direkomendasikan kepada komite peringkat yang akan menentukan rating perusahaan tersebut. Investor dapat memanfaatkan jasa agen rating obligasi untuk
3
mengetahui informasi mengenai peringkat obligasi yang beredar.Agen rating obligasi merupakan lembaga independen yang memberikan jasa penilaian dan informasi mengenai peringkat obligasi. Faktor yang dapat mempertimbangkan agen peringkat dalam menentukan rating suatu obligasi diantaranya berbagai rasio keuangan, perlindungan terhadap aset yang ada dan kualitas manajemen.Tidak terdapat penjelasan lebih lanjut dari agen peringkat bagaimana laporan keuangan dapat digunakan dalam menentukan peringkat obligasi.Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai peringkat obligasi dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan keuangan perusahaan lebih menggambarkan kondisi perusahaan. Analisis laporan keuangan yang berupa analisis rasio keuangan dan perhitungan statistik dapat dipergunakan untuk mendeteksi under or over valued suatu sekuritas. Rumusan Masalah Rating merupakan salah satu variabel yang diperhatikan oleh investor ketika memutuskan untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan. Informasi yang terkandung dalam rating akan menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajibannya atas dana yang diinvestasikan oleh investor. Perusahaan yang memiliki rating yang tinggi lebih disukai investor dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki rating yang rendah. Oleh karena itu, agar obligasi suatu perusahaan yang memiliki rating yang cukup rendah, dapat dijual dipasar maka biasanya investor akan menuntut premi yang lebih tinggi sebagai suatu kompensasi atas resiko yang di tanggung oleh investor. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan? 2. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan secara bersama-sama dan parsial terhadap rating obligasi? Tujuan Penelitian 1. 2.
Tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui kinerja keuangan perusahaan Menganalisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan secara bersama-sama dan parsial terhadap rating obligasi Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak yang memerlukannya diantaranya adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penambahan peringkat obligasi berdasarkan analisis laporan keuangan yang berupa rasio-rasio keuangan atau masukan baru bagi bidang akuntansi keuangan dan bentuk model prediksi. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan untuk pengembangan teori dan memperkuat hasil penelitian sebelumnya atas investigasi pengetahuan dan kemampuan analisa laporan keuangan.
4
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diarahkan pada perusahaan di Indonesia yang menerbitkan obligasi dengan data tahun 2008-2012. Kinerja keuangan terhadap rating obligasi, dimana kinerja keuangan meliputi Current ratio (CR), total asset turnover, return on asset (ROA) ,debt to equity ratio, time interest earned.
TINJAUAN PUSTAKA Obligasi Obligasi menjadi salah satu instrumen yang sangat fleksibel serta sangat prospektif perkembangannya di masa mendatang, untuk investor institusional yang menginginkan investasi dengan struktur pendapatan yang begitu variatif maka kehadiran berbagai instrument obligasi akan dinantikan. Pengertian obligasi menurut YKK-BI (2003) Obligasi adalah surat berharga (efek) berpendapatan tetap yang diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada saat jatuh tempo. Menurut Tandelilin (2010) dari sudut pandang perusahaan, obligasi perusahaan atau obligasi korporasi (corporate bond) menyatakan hutang perusahaan kepada pemegangnya.Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh tempo dimasa mendatang disertai dengan pembayaran bunga secara periodik.Jumlah tetap yang dibayar pada waktu jatuh tempo (maturity) merupakan pokok pinjaman (principal) obligasi, yang juga disebut nilai nominal atau nilai par (par value atau face value).Pembayaran bunga secara periodik disebut kupon (coupon). Dari sudut pandang investor, obligasi perusahaan merupakan suatu investasi yang berbeda dengan saham biasa.Saham biasa menyatakan klaim kepemilikan pada suatu perusahaan, sedangkan obligasi menyatakan klaim kreditur pada suatu perusahaan. Manfaat Investasi pada Obligasi 1. 2.
3.
4.
Menurut Warsini (2009) manfaat investasi dalam obligasi adalah: Bunga dibayarkan secara regular sampai jatuh tempo dan ditetapkan dalam presentase dari nilai nominal. Capital Gain. Sebelum jatuh tempo biasanya diperdagangkan di pasar sekunder sehingga investor memperoleh kesempatan untuk mendapatkan capital gain. Capital gain juga dapat diperoleh apabila investor membeli obligasi dengan diskon kemudian pada saat pelunasan memperoleh sebesar nilai nominal. Hak Klaim Pertama. Jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, pemegang obligasi sebagai kreditur mempunyai hak klaim pertama atas asset perusahaan. Jika memiliki obligasi konversi, pemegang obligasi dapat mengkonversikan obligasinya menjadi saham dengan harga yang telah ditetapkan, kemudian berhak untuk memperoleh manfaat atas saham.
5
Peringkat Obligasi Peringkat efek adalah lembaga penunjang pasar modal yang identik penerbitan obligasi atau surat utang. Tujuannya adalah untuk memberikan pendapat (independen, objektif dan jujur) mengenai resiko suatu efek utang.Di Indonesia terdapat lembaga yang berperan sebagai peringkat efek yaitu PT PEFINDO, PT Kasnic Duff dan Phelps Credit Rating Indonesia (D.C.R).Menurut Hendy (2008) Manfaat peringkat efek bagi investor adalah: a. Memberikan informasi atas resiko suatu investasi yang dilakukan investor khususnya investasi atas surat berharga utang b. Sebagai referensi dalam menentukan tingkat kembalian yang wajar c. Penghematan biaya dalam mendapatkan informasi risiko suatu investasi d. Prespektif pilihan investasi yang beragam sesuai risiko yang melekat e. Meningkatkan likuiditas portofolio investasi Rating atas efek utang oleh PEFINDO didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut: a. Kemungkinan pelunasan pembayaran, yaitu penilaian atas kapasitas serta kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan b. Struktur, karakteristik serta berbagai ketentuan yang diatur di dalam perjanjian efek utang c. Perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang utang tersebut bila terjadi penutupan atau likuidasi perseroan serta hukum lainnya yang memengaruhi hak kreditur. Rating obligasi menurut PEFINDO, terdiri dari: Tabel 1Rating obligasi idAAA
idAA
idA
idBBB
idBB
Merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang superior untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, sekuritas hutang ini lebih mudah terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang dengan rating yang lebih tinggi. Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, perubahan kondisi ekonomi dianggap dapat melemahkan kapasitas obligor dalam memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya. Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang agak lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang
6
Lanjutan Rating obligasi
idB
idCCC
idD
dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian, atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya. Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Walaupun obligor kini memiliki kapasitas untukmemenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya dapat melemahkan kapasitas atau willingness pemenuhan kewajiban obligor tersebut Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang rentan untuk tidak memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi default.
Catatan: Hasilratingan dari idA sampai dengan idB dapat diberi tanda tambah (+) atau kurang (-) untuk menunjukkan perbedaan kekuatan atau relative kemampuan obligor dalam suatu kategori peringkat.
Obligasi yang layak untuk investasi (Invesment Grade) dimasukkan dalam satu kategori dengan peringkat AAA sampai dengan BBB, sedangkan posisi yang termasuk spekulatif adalah BB dan CCC.Obligasi peringkat D (Junk Bonds) adalah kelompok obligasi yang tidak untuk investasi. Peringkat obligasi mencerminkan tingkat keamanan, apakah obligasi tersebut layak untuk investasi dengan risiko rendah atau tinggi. Dasar yang digunakan untuk menentukan peringkat adalah faktor fundamental perusahaan penerbit obligasi antara lain berdasarkan pada rasio-rasio keuangan. Metodologi yang digunakan PEFINDO dalam proses ratingan untuk sektor perusahan mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu: 1. Risiko Industri (Industry Risks) Metode dilakukan berdasarkan analisis mendalam terhadap lima faktor risiko utama, yaitu pertumbuhan industri & stabilitas (Growth &Stability), pendapatan & struktur biaya (Revenue &Cost Structure), hambatan masuk dan tingkat persaingan dalam industri (barriers to entry &competition), regulasi &deregulasi industri (regulatory framework), dan profil keuangan dari industri (financial profile). 2. Risiko Finansial (Financial Risks) Metode dilakukan berdasarkan analisis menyeluruh dan rinci pada lima bidang utama, yang mencakup kebijakan keuangan manajemen perusahaan (financial policy), dan empat indikator keuangan termasuk profitabilitas
7
(profitability), struktur modal (capital structure), perlindungan arus kas (cash flow protection) dan fleksibilitas keuangan (financial flexibility). 3. Risiko Bisnis (Business Risks) Metode dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor kunci kesuksesan (Key Success Factors) dari industri dimana perusahaan digolongkan. Selain itu juga dilakukan analisis perbandingan terhadap pesaing-pesaing sejenis dalam industri yang sama maupun industri itu sendiri dengan industri lainnya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Peringkat obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan resiko kegagalan (default risk) dari obligasi.Peringkat obligasi mencoba mengukur adanya risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten atau penghutang dalam membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan Houston (Linandarini 2010) adalah sebagai berikut: 1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut. 2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka ratingpun akan membaik. 3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya. 4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat. 5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun). 6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. 7. Stabilitas laba dan penjualan emiten. 8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggungjawab produk. 10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas. Peringkat dipublikasikan dan investor dapat memperoleh informasi ini secara bebas.Simbol ratingan obligasi yang digunakan oleh PT PEFINDO serupa dengan yang digunakan oleh S&P, peringkat tertinggi disimbolkan dengan AAA, yang menggambarkan tingkat risiko sekuritas yang paling rendah. Lembaga ratingakan mengamati obligasi-obligasi yang beredar dalam periode tertentu, perubahan rating (upgrade maupun downgrade) akan mempengaruhi kemampuan untuk meminjam modal jangka panjang. Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat
8
pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan-perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi jangka pendeknya.Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.Jenis rasio likuiditas yang sering dipakai adalah Current ratio. Menurut Swawidji Widioatmodjo (2004) current ratio digunakan untuk mengukur seberapa kuat keuangan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (membayar hutang-hutang jangka pendeknya) atau seberapa besar harta lancar yang bisa dijadikan jaminan bagi kewajiban lancarnya. Makin tinggi jumlah asset lancar (relatif terhadap utang lancar), makin tinggi rasio lancar yang berarti pula makin tinggi pula likuiditas perusahaan. Apabila rasio itu bernilai 2, perusahaan cukup melunasi seluruh utang lancar dengan hanya mencairkan setengah asset lancarnya.Sebaliknya jika rasio lancar bernilai kurang dari 1, hal itu berarti bahwa ada sebagian utang lancar yang tidak dapat dilunasi sekalipun semua asset lancar perusahaan sudah dicairkan menjadi kas. Namun makin tinggi rasio lancar (makin tinggi tingkat likuiditas) makin tinggi pula jumlah kas yang tidak terpakai, yang pada akhirnya justru akan menurunkan tingkat profitabilitas. Dengan demikian selalu ada pertukaran (tradeoff) antara likuiditas dan profitabilitas. b. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada.Rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Jenis rasio aktivitas salah satunya adalah Total asset turnover. Total asset turnover merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Menurut Syamsudin (2009) Total asset turnover merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Total assets turn over juga rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan
9
semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar. Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan. c. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas. Menurut Syafri (2008) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Menurut Syafri dan Sofyan (2008) Return on asset menyatakan seberapa banyak laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dari setiap asset yang dimilikinya.Rasio ini menjelaskan seberapa efektif suatu perusahaan memanfaatkan semua asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba.Return on asset merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Rasio laba bersih dengan asset yang berada di bawah rata-rata industri menunjukan bahwa suatu perusahaan tidak menggunakan asetnya secara efisien untuk menghasilkan laba.Aplikasi umum lainnya untuk rasio ini adalah dengan membandingkannya dengan biaya perusahaan dalam meminjam modal.Idealnya, rasio Return on asset (ROA) perusahaan harus melebihi besarnya biaya meminjam uang untuk membeli asset terkait.Perusahaan yang mengalami perubahaan signifikan dalam nilai assetnya. d. Rasio Leverage Rasio Leverage (Rasio Hutang), rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Data yang dipergunakan untuk analisis leverage adalah Neraca dan Laporan Laba Rugi. Salah satu rasio yang termasuk rasio leverage adalahdebt to equity ratio. Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.Menurut Sawir (2008) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan struktur permodalan perusahaan dengan membandingkan apa yang terutang oleh perusahaan dengan apa yang dimiliki. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup kewajibannya terhadap baik kreditor maupun pemilik apabila terjadi likuidasi. Semakin tinggi rasio ini, semakin banyak utang yang dimanfaatkan perusahaan, dan semakin rendah tingkat keamanan bagi kreditor apabila
10
perusahaan likuid. Rasio utang terhadap nilai bersih yang lebih tinggi juga berarti bahwa perusahaan ini mempunyai kemampuan meminjam yang lebih kecil. e. Rasio Solvabilitas Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi.Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable. Syafri (2008) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Salah satu yang termasuk dalam rasio solvabilitas adalah Time interest earned. Time interest earned merupakan perbandinganantara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Sawir (2008) mengatakan bahwa rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman. Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi.Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. Penelitian Terdahulu Yohanes (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Rasio Keuangan dan Karakteristik Obligasi terhadap Ratting Obligasi Korporasi Di Indonesia”, penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui variable leverage berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi, mengetahui variable profitability berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi, mengetahui variable umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi, mengetahui variable subordinasi berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi, serta mengetahui rasio keuangan dan karakteristik obligasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis regresi berganda, uji T digunakan untuk menguji hipotesis statistik pertama sampai keempat, dan Uji F digunakan untuk menguji hipotesis statistik kelima. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pada tingkat signifikansi 5%, variabel leverage berpengaruh signifikan terhadap variabel rating obligasi. Variabel leverage memiliki pengaruh negatif terhadap variabel rating obligasi. Pada tingkat signifikan 5% variabel profitability berpengaruh signifikan terhadap variabel rating obligasi.Variabel profiability memliki pengaruh positif terhadap rating obligasi.Pada tingkat signifikansi 5% variabel umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap variabel rating obligasi.Variabel umur obligasi memiliki
11
pengaruh positif terhadap variabel rating obligasi.Pada tingkat signifikansi 5%, variabel subordinasi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel rating obligasi, hal ini disebabkan karena pada sektor keuangan jarang sekali ditemui obligasi subordinat.Pada tingkat signifikansi 5% rasio keuangan dan karistik obligasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi.Hal ini karena variabel leverage, profitability, umur obligasi dan subordinasi memiliki korelasi yang kuat sehingga secara bersama-sama dapat mempengaruhi rating obligasi.Oleh karena itu, variabel leverage, profitability, umur obligasi dan subordinasi secara bersama-sama dapat digunakan untuk memprediksi variabel rating obligasi. Linandarini (2010) dalam peneitiannya yang berjudul “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan di Indonesia”.Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menemukan bukti empiris rasio keuangan yang dapat membedakan peringkat obligasi perusahaan investment grade dan non-investment grade, serta memperoleh model prediksi peringkat obligasi yang dapat menilai secara tepat. Penelitian ini meneliti tentang model prediksi peringkat obligasi yang mampu dibentuk oleh rasio keuangan dan menguji apakah terdapat perbedaan rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan produktivitas) antara perusahaan yang memiliki peringkat obligasi investment grade dan non- investment grade. Variabel penelitian yang digunakan adalah variable dependen, yaitu peringkat obligasi. Sedangkan variable independen yang digunakan adalah rasio keuangan yang meliputi rasio leverage dengan proxy LTLTA, rasio likuiditas dengan proxy CACL, rasio solvabilitas dengan proxy CFOTL, rasio profitabilitas dengan proxy OIS, dan rasio produktivitas dengan proxy STA. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis diskriminan (Multiple Discriminant Analysis) dengan program Statistical Packag for Social Sciences (SPSS) Ver. 16. Data sampel obligasi sebanyak 66 pengamatan obligasi yang dihasilkan perusahaan penerbit non-keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2008 dan dinilai oleh agen rating PEFINDO. Hasil penelitian tersebut adalah hasil pengujian beda independen (uji t-test) menunjukkan bahwa secara statistik terbukti terdapat perbedaan antara rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, produktivitas) perusahaan yang peringkat obligasinya termasuk ke dalam invesment grade dan non-invesment grade selama dua tahun pengamatan (20072008). Hasil pengujian analisis diskriminan (Multiple Discriminant Analysis) menunjukkan bahwa secara statistic rasio keuangan dapat membentuk model prediksi peringkat obligasi selama dua tahun pengamatan (2007-2008). Dari hasil uji diskriminan tersebut terdapat tiga variable rasio keuangan yangdapat membentuk model prediksi. Ketiga variable rasio keuangan tersebut berasal dari rasio keuangan likuiditas dengan proxy Current Asset/Current Liabilities; rasio keuangan profitabilitas dengan proxy Operating Income/Sales; dan rasio keuangan produktivitas dengan proxy Sales/TotalAsset. Tingkat ketepatan yang diperoleh dalam memprediksi peringkat obligasi dengan dua kategori mencapai 94,3% dengan nilai Zcu sebesar 1,282. Dengan demikian model prediksi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi khususnya bagi perusahaan non-keuangan di Indonesia.
12
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini perusahaan yang obligasinya di perdagangkan di Bursa Efek Indonesiaadalah sebagai dasar untuk mendapatkan laporan keuangan yang sudah dipublikasi.Penelitian ini menggunakan populasi semua perusahaan yang menerbitkan obligasi.Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PEFINDO yang dijadikan acuan adalah data periode tahun 2008-2012. Kondisi laporan keuangan keadaan baik, bertahan atau memburuk rating obligasinya. Laporan keuangan perusahaan akan menghasilkan rasio keuangan yang dapat mempengaruhi penerbitan obligasi suatu perusahaan. Pengukuran rasio keuangan dilakukan dengan memperhitungkan aset perusahaan dan pembayaran hutang perusahaan yang kemudian akan mempengaruhi terhadap obligasi perusahaan tersebut. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh varibel-variabel dari rasio-rasio keuangan terhadap rating suatu obligasi, dimana rating obligasi merupakan variabel yang dipengaruhi dan current ratio, total asset turnover, debt equity ratio, return on asset dan time interest earned merupakan varibel yang mempengaruhi. Peringkat obligasi itu sendiri merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh perusahaan rating mengenai efek hutang suatu perusahaan yang menerbitkan obligasi di pasar sekunder.Hubungan rasio keuangan dan rating obligasi dalam penelitian ini dipergunakan untuk melihat pengaruhnya tersebut (Gambar 1).Dimulai dari uji regresi untuk mengetahui hubungan antara rasio keuangan perusahaan dengan rating obligasi, setelah itu dilakukan uji T, uji F dan R-Square untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan dan rating obligasi. Hasil dari analisis tersebut akan menjadi dasar untuk memberikan rekomendasi kinerja obligasi kepada investor.
13
Bursa Efek Indonesia
Obligasi
Investor
Laporan Keuangan
Kinerja Keuangan - Current Ratio (CR) - Total Aset Turnover - Return On Aset (ROA) - Debt to Equity Ratio - Time Interest Earned
1. Analisa Regresi 2. Uji F 3. Uji T 4. R Square
Pengaruh Terhadap Rating Obligasi
Rekomendasi Gambar 1Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia yang bertempat di Gedung Bursa Efek Indonesia Menara I Jl. Jendral Sudirman kav 52-53 Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu dari bulan April – Juni 2013
14
Jenis dan Sumber Data Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer baik berupa kualitatif maupun kuantitatif. Berikut sumber data tersebut adalah: a) Data Primer diperoleh studi pustaka dan pemilihan narasumber dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa orang yang diwawancarai ahli dalam bidangnya. b) Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan, rating obligasi dan sebagai data penunjang diperoleh melalui studi pustaka, media massa, jurnal, artikel internet dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. Populasi dan Sampel Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari satuan-satuan yang karakteristiknya yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan yang diperinkat oleh PT. Pefindo (Rating Efek Indonesia). Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan yang terdaftar di PT BEI (Bursa Efek Indonesia) dan PT. Pefindo (Rating Efek Indonesia). Jumlah Perusahaan yang menjadi sampel sampai 45 perusahaan, yaitu: Tabel 2Daftar perusahaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama Perusahaan Adhi Karya (Persero) Tbk Adira Dinamika Multi Finance Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Mandiri Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Permata Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank OCBC NISP Tbk Bakrieland Development Tbk Bakrie Telecom Tbk Bentoel International Investama Tbk BFI Finance Indonesia Tbk Bumi Serpong Damai BW Plantation Tbk Duta Pertiwi Tbk Elnusa Tbk Federal Internasional Indofood Sukses Makmur Tbk Indomobil Finance Indonesia Indosat Tbk Japfa Comfeed Indonesia Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk Lautan Luas Malindo Feedmill Tbk Mandiri Tunas Finance Matahari Putra Prima Tbk
15
Lanjutan Daftar perusahaan No 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama Perusahaan Mayora Indah Tbk Medco Energi International Tbk Media Nusantara Citra Tbk Mitra Adiperkasa Tbk Oto Multiartha Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Pembangunan Jaya Ancol Tbk Perum Pegadaian Pupuk Kalimantan Tbk Perusahaan Listrik Negara (Persero) Ricky Putra Globalindo Tbk Salim Ivomas Pratama Selamat Sempurna Tbk Summarecon Agung Tbk Summit Oto Finance Telekomunikasi Indonesia Tbk Wahana Ottomitra Multiartha Tbk Wijaya Karya (Persero) Tbk XL Axiata Tbk Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang mewakili, yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode puposive sampling. Yaitu pengambilan sampel yang dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya dan sampel yang diambil sudah sesuai tujuan dan maksud tertentu. Kriteria yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian adalah: 1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan obligasi serta hasil ratingnya dipublikasikan oleh PT. Pefindo pada tahun 2008-2012 2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012 3. Periode penelitian yang digunakan tahun 2008-2012 Metoda Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh baik secara manual, secara komputerasi dengan menggunakan analisis rasio untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rating obligasi. Data yang diolah dalam bentuk tabel agar mudah dibaca dan dimengerti, selanjutnya data tersebut diuraikan secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk uraian secara deskriptif. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan ini digunakan untuk melihat perkembangan kinerja keuangan perusahaan agar investor bersedia membeli obligasi perusahaan dan
16
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keuangan perusahaan. Dalam menganalisis digunakan rasio sebagai berikut: 1. Current ratio Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar kewajiban jangka pendeknya. Artinya, seberapa mampu perusahaan untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo. Sedangkan current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampu laba perusahaan. ................................................................. (1) 2.
Total asset turnover Rasio ini ukuran yang bersifat umum mengenai kemampuan perusahaan kecil untuk menghasilkan penjualan jika dikaitkan dengan asetnya. Rasio ini mendiskripsikan seberapa produktif perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. ........................................................... (2) 3.
Return on asset Rasio ini mengukur tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan. Return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba dengan rata-rata aktiva yang dimiliki perusahaan. ....................................................................................... (3) 4.
Debt to equity ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor (utang) dan yang didanai oleh pemilik perusahaan (ekuitas). Jika rasio ini cukup tinggi, maka hal tersebut menujukkan tingginya penggunaan utang, sehingga hal ini dapat membuat perusahaan mengalami kesulitan keuangan, dan biasanya memiliki resiko kebangkrutan yang cukup besar. .................................................................. (4)
17
5. Time interest earned Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang didapat, atau mengukur besarnya laba agar bisa menutup beban bunga. ................................................. (5) Analisis Regresi Analisis regresi digunakan untuk menganalisis pengaruh dan hubungan dari rasio keuangan terhadap rating obligasi. Definisi regresi menurut Kurniawan (2009) sebagai pengaruh antara lebih dari 2 variabel, dimana terdiri dari dua atau lebih variabel independen/bebas dan satu variabel dependen/terikat dan juga digunakan untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (predection).Penggunaan metode analisis regresi untuk membentuk model regresi didasari oleh asumsi error atau residual yang bersifat identik, independen, dan berdistribusi normal, dengan mean bernilai nol dan variansi bernilai tertentu. Metode penaksiran parameter yang sesuai adalah kuadrat terkecil terboboti (Weighted Least Square). Model Regresi yang digunakan adalah: Rat = α0 + b1 CR + b2 TAT + b3 ROA + b4 DER + b5 TIE + є Dimana : Rat = Rating obligasi α0 = Konstanta CR = Current ratio (Likuiditas) TAT = Total Aset Turnover (Aktivitas) ROA = Return On Aset (Profitabilitas) DER = Debt Ratio (Laverage) TIE = Time interest earned (Solvabilitas) є = Disturbance Eror b = Koefisien Regresi Uji T Uji ini biasanya digunakan untuk mengetahui berapa besar masing-masing variabel independen memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%, maka jika tingkat signifikansi yangdiperoleh > 0,05 maka H0 diterima. Dan sebaliknya, jika < 0,05 maka H0 ditolak, yang menunjukkan bahwa variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji F Uji ini digunakan untuk melihat berapa besar variabel-variabel independen secara bersama-sama meberikan pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika tingkat signifikansi (α) 5%, maka jika tingkat signifikansi yang diperoleh > 0,05 maka H0 diterima. Dan sebaliknya jika < 0,05 maka H0 ditolak, yang menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
18
R-Square Nilai ini menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Semakin tinggi R-Square, maka variabel-variabel independen yang digunakan dalam model semakin baik dalam menjelaskan variabel dependen. Hipotesis Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang akan diusulkan dan akan diuji adalah: H10 : α1 = 0 Current ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating. H1a : α1 # 0 Current ratio (CR) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating. H20 : α2 = 0 Total asset turnover (TAT) tidak berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating. H2a : α2 # 0 Total asset turnover (TAT) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating. H30 : α3 = 0 Return on asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating. H3a : α3 # 0 Return on asset (ROA) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating. H40 : α4 = 0 Debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating. H4a : α4 # 0 Debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating H50 : α5 = 0 Time interest earned (TIE) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating. H5a : α5 # 0 Time interest earned (TIE) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan lembaga rating Oleh karena rating yang dikeluarkan oleh PT. Pefindo merupakan huruf, sementara rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam bentuk angka, supaya dapat digunakan dalam permodelan dan diolah maka dilakukan mekanisme konversi terhadap rating yang dikeluarkan PT. Pefindo, dimana sistem konversi yang digunakan adalah mengonversi rating dalam bentuk huruf ke dalam angka dengan skala tertinggi untuk perusahaan yang memiliki rating untuk perusahaan yang memilki rating tertinggi dan skala yang terendah untuk perusahaanperusahaan dengan rating yang lebih rendah dengan asumsi jarak antar rating
19
sama. Berikut ini adalah hasil konversi rating untuk sampel yang digunakan dalam penelitian ini dari rating yang dikeluarkan pefindo Tabel 3Hasil konversi rating Simbol AAA+ AAA AAAAA+ AA AAA+ A A-
Rating Level 10.53 9.94 9.36 8.77 8.19 7.60 7.02 6.43 5.85
Simbol BBB+ BBB BBBBB+ BB BBB+ B B-
Rating Level 5.26 4.68 4.09 3.51 2.92 2.34 1.75 1.17 0.58
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Pada tahun 1977 bursa dibuka kembali dan dikembangkan menjadi bursa modern dengan menerapkan Jakarta Automoted Trading System (JATS) yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penyelesaian, serta depositri saham yang dimiliki oleh PT. Kustodian Depositori Efek Indonesia (KDEI). Perdagangan surat berharga dimulai di Pasar Modal Indonesia sejak 3 Juni 1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1077, yang dikenal sebagai kebangkitan Pasar Modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal tumbuh pesat periode 1992-1997. Krisis di Asia Tenggara tahun 1977 mebuat pasar modal jatuh. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun ke posisi yang lebih rendah. Indonesia dilanda krisis moneter, pada krisis ini yang terjadi dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia, termasuk Indonesia terhadap dollar Amerika. Tahun 2000 sistem perdagangan tanpa warkat (scrpless trading)mulai diaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Kemudian pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). A.
Indeks Obligasi Negara (Indonesia Goverment Bond Index-IGBX) Indeks Obligasi Negara pertama kali diluncurkan pada tanggal 01 Juli 2004 dengan nama Indonesia Government Bond Index disingkat IGBX, sebagai wujud pelayanan pasar modal dalam memperoleh data sehubungan dengan informasi perdagangan obligasi negara. Indeks Obligasi memberikan nilai lebih, antara lain: Sebagai barometer dalam melihat perubahan yang terjadi di pasar obligasi Sebagai alat analisa teknikal untuk pasar obligasi pemerintah
20
Benchmark dalam mengukur kinerja portofolio obligasi Analisa pengembangan instrumen Surat Berharga Negara (SBN). Indeks obligasi Negara diterbitkan secara harian dengan menggunakantahun dasar Juni 2004 yang ditetapkan 100 sebagai nilai dasar Index. dengan melakukan pengelompokan obligasi sebagai berikut : 1. Obligasi Negara dengan mata uang rupiah dan memiliki kupon berbunga tetap 2. Sisa jangka waktu jatuh tempo sekurang-kurangnya 1 tahun B.
Metodologi yang dipakai dalam IGBX
Indeks Obligasi Negara adalah nilai rata-rata tertimbang (weigthed average) terhadap nilai obligasi yang masih tercatat dan dapat diperdagangkan. Perhitungan IGBX menggunakan metode perhitungan Bond Index yang lazim digunakan dengan berdasarkan perubahan harga pasar yang terjadi di pasar secara harian (dalam hal ini adalah data harga transaksi Obligasi Negara yang dilaporkan melalui PT Bursa Efek Indonesia selaku Penerima Laporan Transaksi Efek). IGBX dikelompokkan dalam beberapa sub-grup, di mana masing-masing sub grup terdiri atas beberapa Obligasi Negara yang memiliki struktur jatuh termpo lebih dari 1 tahun. Pengelompokan dilakukan berdasarkan uji statistik berdasarkan pada tingkat kemiripan setiap Time To Maturity (TTM). Pembagian struktur jatuh tempo SUN adalah sebagai berikut: Sub-grup 1 : 1 Tahun ≤ Time to maturity < 5 Tahun Sub-grup 2 : 5 Tahun ≤ Time to maturity < 7 Tahun Sub-grup 3 : 7 Tahun ≤ Time to maturity Gambaran Umum PT. Pefindo Pefindo didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993, melalui inisiatif Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan Bank Indonesia (BI). Pada tanggal 13 Agustus 1994, Pefindo memperoleh izin operasi dari Bapepam-LK (No.39/PM- PI/1994) dan menjadi salah satu lembaga penunjang pasar modal Indonesia. Fungsi utama Pefindo adalah menyediakan suatu peringkat yang objektif, independen, serta dapat dipertanggungjawabkan atas risiko kredit (dari penerbitan surat utang) yang diterbitkan kepada publik. Pefindo juga menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar perdagangan sekuritas utang. Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit obligasi besertasektor asset acuannya. Pefindo merupakan Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya per Desember 2009 tercatat dimiliki oleh 92 perusahaan domestik, yang terdiri dari dana pensiun, perbankan, asuransi, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan perusahaan sekuritas. Guna meningkatkan metodologi dan criteria yang digunakan dalam melakukan ratingan, maka Pefindo didukung oleh mitra globalnya, yaitu Standard & Poor Rating Services (S&P's). Pefindo juga aktif berpartisipasi dalam Asian Credit Rating Agencies Association (ACRAA).
21
A.
Produk dan Layanan Pefindo Pefindo memiliki beberapa produk dan kegiatan pasar modal,diantaranya: a)
layanan yang menunjang
Ratting Service
Rating Service merupakan jasa yang ditawarkan Pefindo dalam menilai obligasi perusahaan-perusahaan tertentu untuk kemudian diperingkat. Rating Service yang ditawarkan Pefindo terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu Company Rating (menilai dan memeringkat perusahaan atas seluruh obligasinya) dan Debt Instrument Rating (menilai dan memeringkat tiap instrumen obligasi). Hasil dari Rating Service dituangkan kedalam dokumen yang bernama Rating Announcement. b)
Mutual Fund Service
Mutual Fund Service merupakan jasa yang ditawarkan Pefindo dalam menilai dan memeringkat instrument reksadana.Mutual Fund Service yang ditawarkan Pefindo terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu Pefindo’s Mutual Fund Ranking (memeringkat reksadana berdasarkan tingkat pengembalian,volatilitas, dan ukuran aset) dan Pefindo’s Credit Quality Rating (memeringkat reksadana berdasarkan level proteksi terhadap default risk). Hasil dari Mutual Fund Service dituangkan kedalam Mutual Fund Report. c)
Pefindo 25 SME Index
Pefindo25SME Index merupakan indeks saham yang dikelola oleh BEI bersama dengan Pefindo dan Investor Daily. Index ini merepresentasikans ahamsaham padaUsaha Kecil dan Menengah (UKM). d)
Equity Valuation
Equity Valuation merupakan produk yang ditawarkan Pefindo berbentuk Laporan Riset Ekuitas secara singkat dan padat yang membahas mengenai bisnis emiten beserta prospeknya dan industri dimana emiten berada serta proyeksi keuangan dan nilai wajar saham emiten. e)
Industry Report
Industy Report merupakan produk yang ditawarkan Pefindo berupa kajian holistic yang berisi informasi dan opini mengenai seluk- beluk suatu sector industri,baikdalam lingkup nasional maupun global. f)
Economic Updates
Economic Updates merupakan produk yang ditawarkan Pefindo berupa kajian holistic yang berisi informasi dan opini mengenai kondisi perekonomian nasional dan perkembangannya. Pembahasan Data dan Hasil Penelitian Kinerja Keuangan Perusahaan A.
Curret Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui
22
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Curret ratio menunjukkan seberapa besar kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan dapat digunakan jika kewajiban pada saat jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio ini semakin lancar perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Adapun hasil perhitungan CR pada masing-masing perusahaan sampel yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat lampiran 1. Dari perhitungan current ratioini, perusahaan mengalami fluktuasi naik dan turun setiap tahunnya. Dilihat dari rata-rata setiap perusahaan terlihat Summit Otto Finance mempunyai ratio tertinggi dari perusahaan yang lainnya, selain itu Media Nusantara Citra juga memilki ratio tinggi. Meskipun setiap tahun Summit Otto Finance mengalami fluktuasi turun dan naiknya ratio, terlihat pada tahun 2012 mengalami penurunan. Dikarenakan pada tahun tersebut dalam catatan laporan keuangan perusahaan terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan mengalami penurunan nilai, dan peristiwa tersebut berdampak pada arus kas perusahaan dimasa mendatang sehingga aktiva lancar pada tahun tersebut ikut menurun. Sedangkan pada kewajiban perusahaan, transaksi penerusan kredit perusahaan mengalihkan pokok piutang pembiayaan konsumen kepada investor sebesar jumlah dana yang diberikan investor. Terbukti pada tahun 2012 kewajiban perusahaan mengalami penurunan, seluruh transaksi penerusan kredit dan penjualan portofolio dilakukan dengan skema tanpa tanggung rentang. Pada Summit Otto Finance menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu memenuhi kewajiban finansialnya setiap tahunnya. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya adalah Bakrie Telecom dan XL Axiata. Dilihat dari laporan keuangannya perusahaan tersebut mengalami penurunan setiap tahunnya pada aktiva lancar (Lampiran 1). Pada tahun 2012 perusahaan menghapus piutang tak tertagih untuk mencegah kerugian di masa yang akan datang, pada tahun tersebut pula menjual seluruh investasinya, sehingga mengakibatkan penurunan pada aktiva lancar. Perusahaan juga mempunyai biaya yang masih harus dibayar, perusahaan telah mengadakan perjanjian kerjasama interkoneksi dengan beberapa operator telepon dimana perusahaan harus membayar beban interkoneksi sesuai perjanjian. Sedangkan pada perusahaan XL Axiata dilihat dari catatan laporan keuangan mengalami penurunan nilai pada piutang usaha, piutang individual yang diturunkan nilainya terutama terkat dengan pelanggan korporasi dan non-korporasi yang secara tidak terduga mengalami situasi ekonomi yang sulit. Sedangkan pada 31 desember 2012, 2011 dan 2010 perusahaan memilki fasilitas pinjaman yang belum digunakan sehingga mengakibatkan kewajiban lancar yang meningkat. Namun demikian pada perusahaan Bakrie Telecom dan XL Axiata tetap membayar kewajiban lancarnya meskipun terdapat kesulitan untuk sesuai jatuh tempo. Dengan demikian kenaikan dan penurunan yang dialami perusahaan yang menjadi sampel disebabkan oleh aktiva lancar lebih tinggi dari kewajiban lancarnya, maka dari itu perusahaan mampu memenuhi kewajiban financial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia dengan baik setiap tahunnya. Rasio ini juga tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
23
B.
Total asset turnover
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar. Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan. Adapun hasil perhitungan TAT pada masing-masing perusahaan sampel yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat lampiran 2. Dari perhitungan rasio menunjukkan bahwa masing-masing perusahaan berfluktuasi. Sebagai contoh perusahaan yang mempunyai rasio tertinggi adalah Japfa Comfeed, meskipun setiap tahun perhitungan ratio tersebut menurun. Menurut catatan laporan keuangan perusahaan, instrumen keuangan lancar/jangka pendek dengan sisa jatuh tempo 1 tahun atau kurang terdiri dari kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang usaha, piutang lain-lain. Karena instrumen keuangan tersebut jatuh tempo dalam jangka pendek, maka nilai tercatat aset dan liabilitas keuangan lancar telah mendekati estimasi nilai wajarnya. Sedangkan pada penjualan Japfa Comfeed tidak terdapat penjualan kepada satu pihak yang melebihi 10% dari jumlah penjualan bersih pada tahun 2012, 2011 dan seterusnya. penurunan rasio ini lebih rendah disebabkan karena total aktivanya lebih rendah dibandingkan dengan penjualan atau pendapatan perusahaan. Perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, sebagai sampel adalah Indomobil Finance. Terlihat dalam catatan laporan keuangan perusahaannya, pada tahun 2012 adanya penambahan aset tetap yang menambah total aktiva perusahaan. Pada penjualan tidak ada transaksi penjualan dan penghasilan jasa keuangan yang diperoleh dari satu pelanggan dimana jumlah penjualan kumulatif tahunnya melebihi 10% dari penghasilan netto konsolidasian. Maka apabila perusahaan menunjukkan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisiensinya penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat. Perusahaan yang memiliki rasio yang rendah adalah Bank Mandiri, walaupun perusahaan setiap tahunnya mengalami fluktuasi naik turunnya hitungan rasio tetapi dilihat dari catatan laporan keuangan perusahaan bahwa total aktiva bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2012 adanya penambahan aset dalam penyelesaian dalam bentuk perangkat lunak, dan juga adanya penambahan pembiayaan konsumen pada tahun 2009. Pada pendapatan bunga dari kredit yang diberikan adalah pendapatan bunga atas bagian yang tidak mengalami penurunan nilai dari kredit yang mengalami penurunan nilai untuk tahun 2012 dan 2011. Apabila perusahaan mengalami penurunan rasio total asset turnover ini maka terjadi penurunan pada tingkat penjualan atau pendapatan suatu perusahaan dibanding dengan total aktivanya. Pada rasio ini menjadi ukuran investor sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu.
24
C.
Return on asset
Pengukuran kinerja dengan ROA menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif (rugi). Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan aktiva belum mampu menghasilkan laba. Adapun hasil perhitungan ROA pada masing-masing perusahaan sampel yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat lampiran 3. Dari perhitungan rasio menunjukkan bahwa masing-masing perusahaan berfluktuasi. Sebagai contoh sebagai perusahaan yang memiliki peningkatan setiap tahunnya adalah Selamet Sempurna dan Bank Permata. Pada Bank Permata dilihat dari catatan laporan keuangan pada tahun 2008 dan 2009 mengalami kerugian, tetapi sampai tahun 2012 perusahaan mengalami peningkatan dalam laba bersih (Lampiran 7). Sedangkan Selamet Sempurna berdasarkan catatan laporan keuangan perusahaan pada tahun 2012 penjualan pada pihak ketiga mengalami peningkatan melebihi 10,6% dan tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 10%, penjualan tersebut dilakukan kepada pihak berelasi. Pada total aktiva terlihat peningkatan setiap tahun, terlihat pada tahun 2012 adanya penambahan piutang lain-lain dan adanya tambahan perjanjian untuk investasi saham. Perusahaan yang memiliki perhitungan rasio tertinggi adalah Adira Dinamika, walaupun mengalami penurunan rasio setiap tahunnya. Terlihat dari catatan laporan keuangan perusahaan adanya penurunan laba bersih pada tahun 2012 dan peningkatan total aktiva perusahaan (Lampiran 1). Pada tahun 2012 penjualan meningkat tetapi biaya umum dan administrasi pun meningkat dikarenakan adanya pembayaran amortisasi efek utang yang terbit tahun 2011. Dari contoh perusahaan Selamet Sempurna dan Adira dinamika artinya perusahaan tersebut menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Jadi perusahaan tersebut mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan bahkan perhitungan rasio yang menunjukkan negatif adalah Bakrie Telecom dan Bank Permata. Pada Bakrie telecom terlihat dari catatan laporan keuangan bahwa perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2011 dan 2012, sedangkan dari tahun 2008 sampai 2010 perusahaan mengalami penurunan pada laba bersih. Hal ini dikarenakan pada tahun 2009 perusahaan menjual aset dan fasilitas pendukungnya dan peningkatan pada biaya penyusutan. Pada tahun 2012 aktiva tetap perusahaan telah terdapat penurunan atas fasilitas dan peralatan telekomunikasi tertentu yang disebabkan oleh indikasi keusangan teknologi dan kemampuan untuk menghasilkan arus kas, hal ini mengakibatkan biaya amortisasipun meningkat dan mengurangi penjualan bersih perusahaan. perusahaan yang menunjukkan penurunan tersebut menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan perusahaan mengalami kerugian. Jadi total aktiva yang digunakan perusahaan tersebut tidak memberikan laba maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan perusahaan.
25
D.
Debt to equity ratio
Debt to equity ratiomerupakan rasio yang menunjukkan presentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman (investor). Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Adapun hasil perhitungan DER pada masing-masing perusahaan sampel yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat lampiran 4. Dari perhitungan rasio masing-masing perusahaan sampel rasio hutang ini berfluktuasi. Perusahaan yang memiliki nilai perhitungan rasio terbesar dari ratarata adalah Bank Tabungan Negara dan Bank Permata, walaupun mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2012 Bank Tabungan Negara menerbitkan obligasi tahap 1 dan diterbitkan 100% dari nominalnya. Perusahaan yang mengalami peningkatan perhitungan rasio adalah Adira Dinamika, terlihat dari catatan laporan keuangan perusahaan pada tahun 2012, 2011 menerbitkan obligasi berkelanjutan 1 tahap ke II dan perusahaan mampu membayar bunga obligasi sesuai dengan jatuh tempo. Semakin tinggi rasio ini maka semakin banyak kewajiban perusahaan yang dimanfaatkan perusahaan tetapi perusahaan kurang mampu membayar hutangnya dengan baik terutama hutang jangka panjang. Semakin meningkatnya rasio hutang (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para investor juga semakin berturun. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan perhitungan rasio ini diantaranya Bumi Serpong dan Duta Pertiwi. Pada tahun 2012 Bumi Serpong menerbitkan obligasi dengan 3 jenis seri obligasi, seluruh obligasi dijual dengan nilai nominal dan pada tahun 2012 juga perusahaan melunasi seluruh utang pokok obligasi DP V. selain itu juga perusahaan mengalami peningkatan pada uang muka pembayaran yang berasal dari penyewa dan pemilik kios atas penggunaan fasilitas promosi yang disediakan. Tetapi perusahaan juga membayar pokok hutang pertiga bulan sampai jatuh tempo. Semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. E.
Time interest earned
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total aktivanya. Adapun hasil perhitungan TIE pada masing-masing perusahaan sampel yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat lampiran 5. Data perhitungan rasio menunjukan fluktuasi yang dialami oleh masingmasing perusahaan. Sebagai contoh perusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang tinggi adalah Oto Multiartha. Terlihat dari catatan laporan keuangan perusahaan biaya bunga termasuk atas pinjaman yang diterima adalah amortisasi beban provisi yang dibayar dimuka sehubungan dengan pinjaman yang diterima persoraan, beban bunga atas hutang obligasi adalah amortisasi beban emisi obligasi untuk tahun yang berakhir 2012, 2011 dan 2010. Kenaikan rasio ini
26
disebabkan oleh laba sebelum pajak yang diterima oleh perusahaan berbeda-beda. Naiknya rasio TIE dari tahun sebelumnya disebabkan karena laba sebelum pajak lebih besar dibandingkan dengan beban bunga. Rasio yang tinggi menunjukkan situasi yang aman, meskipun menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan hutang perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang menurun bahkan minus (-) adalah Bakrie Telecom, terlihat dari catatan laporan keuangan bahwa perusahaan mengalami kerugian selama 2 tahun berturut-turut dari tahun 2012-2010. Tanda minus (-) pada hasil perhitungan rasio tersebut menunjukkan bahwa beban bunganya lebih besar dibandingkan dengan laba sebelum pajak yang akan berakibat perusahaan kurang mampu menutupi beban bunganya. Rasio yang rendah memerlukan perhatian dari pihak manajemen perusahaan. Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman. F.
Rating Obligasi
Rating obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Rating obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan resiko kegagalan (default risk) dari obligasi. Peringkat obligasi mencoba mengukur adanya resiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten sebagai penghutang dalam membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponya. Dari lampiran 6 dapat dilihat bahwa ada beberapa perusahaan yang ratingnya tetap, ada yang ratingnya turun dan ada pula yang ratingnya naik. Sebagai contoh pada perusahaan uang memiliki rating yang naik setiap tahun adalah Japfa Comfeed. Terlihat pada catatan laporan keuangan bahwa perusahaan menerbitkan obligasi tahun 2007 dengan jangka waktu obligasi 5 tahun, dan perusahaan juga selalu membayar biaya bunga per-triwulan. Rating yang naik berarti perusahaan tersebut mampu menjamin emiten untuk membayar kewajibannya dan menggunakan dana dari obligasi dengan baik. Perusahaan ini menggambarkan investor memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran kewajibannya. Sedangkan rating perusahaan yang tetap setiap tahun adalah Bakrieland, terlihat dari catatan laporan keuangan menyatakan bahwa perbandingan total pinjaman dengan total modal tidak lebih dari 2,25. Maka dapat dikatakan perusahaan mempertahankan posisinya dengan tetap membayar kewajibannya meskipun terdapat beberapa kesulitan untuk melunasi kewajiban tepat waktu sesuai masa jatuh tempo. Perusahaan memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi komitmen finasial jangka panjang dalam pembayaran kewajibannya terhadap investor. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan adalah Bakrie Telecom, terlihat dari laporan keuangan bahwa perusahaan mengalami kerugian yang mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan untuk membayar bunga pokok
27
obligasi. Pada tingkat ini perusahaan menggambarkan kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen financial jangka panjang dalam pembayaran kewajibannya. Kapasitas investor untuk memenuhi komitmen financial jangka panjang dalam pembayaran kewajibannya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian atau perubahan kondisi bisnis perusahaan, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Rating Obligasi A.
Uji F (Uji Simultan)
Uji F (Uji Simultan) digunakan untuk mengetahui secara bersama-sama (simultan) variabel independen yaitu Current ratio, Total Aset Turnover (TAT), Debt Ratio, Return on asset (ROA), dan Time interest earned (TIE) terhadap variabel dependen yaitu rating obligasi. Berikut ini merupakan tabel Anova pada tabel 4 : Tabel 4Uji Simultan Model
ANOVAa,b df Mean Square
Sum of Squares Regression 162.210 5 32.442 1 Residual 43.488 39 1.115 Total 205.699 44 a. Dependent Variable: RAT b. Predictors: (Constant), TIE, TAT, CR, ROA, DER
F
Sig.
29.094
.000c
Dari uji F dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel (0.000 > 2.45) atau signifikansi 0.000< 0.05 yang berarti bahwa tolak H0 secara bersama-sama variable independen (Current ratio, TAT, Debt Ratio, ROA dan TIE) berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Rating Obligasi) pada taraf nyata 5%. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel (0.000 > 2.45) dengan signifikansi 0.000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama Current ratio (CR), Total asset turnover, Return on asset, Debt Ratio, dan Time interest earned mempunyai pengaruh terhadap rating obligasi tahun 2008-2012. Keadaan ini menunjukkan bahwa semua variabel kinerja keuangan menentukan kenaikan atau penurunan rating obligasi, meskipun dalam perhitungan regresi ada beberapa variabel yang bernilai positif terhadap rating. Variabel yang berpengaruh signifikan menyangkut kemampuan perusahaan membayar hutang, yaitu mengenai kualitas perusahaan membayar bunga dan pokok hutang berdasarkan analisis keuangan. B.
R-Square
Koefisien determnasi (R-Square) digunakan untuk melihat berapa persen dari variabel dependen (rating obligasi) dijelaskan oleh variasi dari variabel independen (Current Ratiao, TAT, Debt Ratio, ROA dan TIE). Berikut merupakan data R-Square dari perhitungan pada tabel 5
28
Tabel 5R-Square Model Summaryb,c Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate 1 .888a .789 .761 1.05598 a. Predictors: (Constant), TIE, TAT, CR, ROA, DER b. Dependent Variable: RAT
Nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0.789. berarti variasi variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah sebesar 78.9% dan sisanya 21.1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Hasil uji RSquare 78.9% mampu mewakili rasio-rasio yang berpengaruh terhadap rating obligasi, karena selain rasio tersebut sering digunakan investor untuk melihat perkembangan suatu perusahaan, rasio-rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban perusahaan sesuai dengan indikator rating obligasi yang melihat pada kemampuan membayar bunga dan pokok pinjaman. Variabel lain yang tidak diteliti yang mampu mempengaruhi peringkat obligasi seperti jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan, apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi maka ratingpun akan membaik. Variabel lainnya seperti umur obligasi, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai resiko yang lebih kecil. Rasio yang Mempengaruhi Rating Obligasi A.
Analisis Regresi
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya variable independen, yaitu Current ratio, Total Assets Turnover, Return on asset, Net Profit Margin, Return On Equity, dan Debt to equity ratio terhadap variable dependend yaitu Rating Obligasi dari PT. Pefindo. Berdasarkan pembatasan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan maka hasil pengolahan data untuk tahun 2008-2012 sebagai berikut : Tabel 6Analisis Regresi Coefficientsa,b Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta (Constant) 5.828 .481 CR -.004 .001 -.617 TAT -.006 .002 -.279 1 DER .025 .005 .516 ROA .136 .012 1.235 TIE 2.388E-005 .000 .040 a. Dependent Variable: RET
T
Sig.
12.110 -5.866 -2.832 4.682 11.244 .510
.000 .000 .007 .000 .000 .613
Berdasarkan tabel diatas diperoleh model persamaan regresi, sebagai berikut : Rat = 5.828 - 0.004 CR - 0.006 TAT + 0.025 DER + 0.136 ROA –(2.388E-005) TIE
29
Dimana: Rat = Rating obligasi CR = Current ratio (Likuiditas) TAT = Total Aset Turnover (Aktivitas) ROA = Return On Aset (Profitabilitas) DER = Debt Ratio (Laverage) TIE = Time interest earned (Solvabilitas) Dari hasil regresi diatas menyatakan bahwa current ratio berpengaruh negatif terhadap rating obligasi dengan nilai -0.004maka setiap terjadi penambahan satu current ratio akan menurunkan rating obligasi sebesar 0,004. Pada penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek kepada investor tepat pada saat jatuh tempo. Hal ini dikarenakan obligasi adalah investasi jangka panjang, oleh karena itu current ratio tidak berpengaruh terhadap ratting obligasi. Tetapi semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan, karena dengan asset lancar yang lebih tinggi dari hutang perusahaan mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajibannya kepada investor tepat pada waktunya. Rasio lancar ini juga berhubungan dengan bagaimana suatu perusahaan dapat memenuhi kewajibannya. Kemudian untuk total asset turnover berpengaruh negatif terhadap rating obligasi dengan nilai -0.006maka setiap terjadi penambahan satu total asset turnover akan menurunkan rating obligasi sebesar 0.006. Pada penelitian ini dalam teori yang menyatakan bahwa apabila produktivitas tinggi, maka penjualan akan tinggi dan cenderung akan menghasilkan laba yang tinggi pula sehingga perusahaan lebih mampu untuk memenuhi segala kewajibannya kepada investor. Hal ini bisa terjadi karena selain bidang perusahaan yang berbeda-beda juga ada beberapa perusahaan yang memiliki produktifitas yang tinggi tetapi tidak dapat menghasilkan laba yang tinggi pula karena dengan penjualan yang tinggi diikuti dengan biaya-biaya yang tinggi pula selain itu juga diikuti dengan biaya pajak. Pada debt ratio berpengaruh positif terhadap rating obligasi dengan nilai 0.025maka setiap terjadi penambahan satu debt ratio akan menaikkan rating obligasi sebesar 0.025. Pada penelitian sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi rasio ini semakin banyak kewajiban yang dimanfaatkan perusahaan dan semakin rendah tingkat keamanan bagi investor apabila perusahaan likuid. Investor juga akan melihat pada ekuitas sebagai suatu batasan kemanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh investor maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi oleh investor. Pada return on asset berpengaruh positif terhadap rating obligasi dengan nilai 0.136maka setiap terjadi penambahan satu retun on asset akan menaikkan rating obligasi sebesar 0.136. bahwa profitabilitas semakin tinggi maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (Default)dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut karena pendapatan operasi yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan bekerja dengan efisien berdasarkan tingkat asset danequity tertentu. Pada time interest earned berpengaruh negatif terhadap rating obligasi dengan nilai -2.388E-005 maka setiap terjadi penambahan satu time interest earned akan menurunkan rating obligasi sebesar 2.388E-005.Dalam teori yang
30
ada bahwa rasio yang tinggi akan meningkatkan situasi yang aman terhadap investor karena perusahaan dapat mampu membayar kewajibannya. B.
Uji T (Uji Parsial)
Uji T (Uji Parsial) digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel independen yaitu Current ratio, Total Aset Turnover (TAT), Debt Ratio, Return on asset (ROA), dan Time interest earned (TIE) terhadap variabel dependen yaitu rating obligasi. Uji T yang dilakukan adalah uji T dua arah dengan ttabel yaitu 2,0225 dan tingkat kepercayaan (α) sebesar 5%. Untuk melihat niai t dapat dilihat pada tabel uji regresi pada tabel 5 Berdasarkan tabel 4.9 diatas, ttabel (2,0225>-5.866) hal ini menunjukkan bahwa thitung lebih kecil dari ttabel dan p-value current ratio adalah 0,000menunjukkan tolak H0 maka cukup bukti untuk menyatakan variabel CR berpengaruh nyata terhadap variabel rating pada taraf nyata 5%. Sedangkan pada total aset turnover menyatakan bahwa ttabel (2,0225>-2.832) hal ini menunjukkan bahwa thitung lebih kecil dari ttabel dan p-valuenya adalah 0,007menujukkan tidak tolak H0 maka belum cukup bukti untuk menyatakan variabel TAT berpengaruh nyata terhadap variabel rating pada taraf nyata 5%. Pada debt ratio menyatakan bahwa ttabel (2,0225<4.682) hal ini menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel dan p-value = 0,000 tolak H0 maka cukup bukti untuk menyatakan variabel DER berpengaruh nyata terhadap variabel rating secara linier pada tarif nyata 5%. Pada return on asset menyatakan bahwa ttabel (2,0225<11.244) hal ini menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel dan p-value = 0,000 tolak H0 maka cukup bukti untuk menyatakan variabel ROA berpengaruh nyata terhadap variabel rating pada tarif nyata 5%. Dan pada time interest menyatakan bahwa ttabel (2,0225>0,510) hal ini menunjukkan pada time interest earned menyatakan bahwa thitung lebih kecil dari ttabel dan p-value = 0,613 tidak tolak H0 maka kesimpulannya belum cukup bukti untuk menyatakan variabel TIE berpengaruh terhadap variabel rating pada taraf nyata 5%. Berdasarkan hasil tersebut berarti kenaikancurrent ratio,return on asset dan debt ratio dapat meningkatkan rating obligasi dimana rasio-rasio tersebut dapat digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya terdapat investor dan kreditor. Current ratio merupakan indikator sejauh mana klaim kreditor ditutupi oleh aset yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cepat sehingga dapat dengan segera memenuhi kewajibannya kepada investor. Return on asset dapat berpengaruh karena penggunaan hutang dibawah rata-rata yang menyebabkan laba bersihnya menjadi relatif tinggi sehingga rating obligasi naik yang juga meningkatkan kepercayaan investor bahwa perusahaan tersebut dapat menunjukkan efisiensi manajemen asset yang berarti efisiensi manajemen mampu memenuhi keajibannya dengan baik. Debt ratio dapat digunakan untuk melihat struktur modal suatu perusahaan karena debt ratio yang tinggi menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Namun penggunaan hutang tidak selalu berdampak negatif bagi perusahaan karena pada kondisi tertentu penggunaan hutang. Perusahaan dengan hutang yang kecil sekilas terlihat menguntungkan tetapi hal ini tidak selalu benar, karena perlu mempertimbangkan jumlah uang yang diinvestasikan oleh investor.
31
Kenaikan rasio-rasio tersebutberpotensial mendorong investor untuk mau menginvestasikan dananya terutama dalam bentuk obligasi pada perusahaan tersebut karena diikuti kenaikan rating yang tinggi pula. Sedangkan sebaliknya jika debt rasio turun, maka kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya akan menurun sehingga dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada obligasi perusahaan tersebut. Rasio tersebut mampu menjamin pemilik obligasi mendapatkan keuntungan dan membayar kewajibannya. Selain industri yang berbeda-beda, variabel lain yang menentukan rating obligasi naik dan turunnya suatu perusahaan diantaranya adalah jaminan asset untuk obligasi yang diterbitkan, apabila obligasi dijaminkan dengan aset yang bernilai tinggi maka ratingpun membaik. Selain itu kedudukan obligasi dengan jenis utang lain dapat menentukan naik dan turunnya rating obligasi perusahaan tersebut, karena apabila kedudukan obligasi lebih rendah daripada hutang yang lain maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari seharusnya. Selain itu keadaan ekonomi suatu negara dan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas. Implikasi Manajerial Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan menggambarkan presentasi pertumbahan pos-pos akun perusahaan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan bisnis yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade dari rating berikutnya diberikan untuk perusahaan karena pertumbuhan mengindikasikan prospek kinerja cashflow masa dating dan meningkatkan nilai ekonomi. Kemudian rasio likuisitas juga mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya. Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Implikasi terhadap investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan juga informasi bagi calon investor yang akan menanamkan modalnya dalam bentuk obligasi dengan tetap mempertimbangkan asumsi dan keterbatasan-keterbatasan penelitian.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
Dari perhitungan current ratiorata-rata setiap perusahaan terlihat Summit Otto Finance mempunyai rasio tertinggi dari perusahaan yang lainnya sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan adalah Bakrie Telecom dan XL Axiata, kenaikan dan penurunan yang dialami perusahaan disebabkan oleh aktiva lancar lebih tinggi dari kewajiban lancarnya, maka dari itu perusahaan mampu memenuhi kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia dengan baik setiap tahunnya.Pada total asset turnoversecara rata-rata perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya adalah Indomobil
32
2.
Finance sedangkan perusahaan yang memiliki rasio yang rendah adalah Bank Mandiri, perusahaan yang mengalami peningkatan artinya perusahaan memberikan gambaran bahwa semakin efisiensinya penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat. Perusahaan yang memiliki rasio yang rendah, maka terjadi penurunan pada tingkat penjualan atau pendapatan suatu perusahaan dibanding dengan total aktivanya.Dari perhitungan rasio return on assetrata-rata perusahaan yang memiliki peningkatan setiap tahunnya adalah Selamet Sempurna dan Bank Permata sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan bahkan perhitungan rasio yang menunjukkan negatif adalah Bakrie Telecom. Perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki peningkatan setiap tahunnya menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Perusahaan yang mengalami penurunan, artinya bahwa total aktiva yang digunakan perusahaan tersebut tidak memberikan laba maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan perusahaan.Dari perhitungan rasio debt ratio, Perusahaan yang memiliki nilai perhitungan rasio terbesar dari rata-rata adalah Bank Tabungan Negara dan Bank Permata sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan perhitungan rasio ini diantaranya Bumi Serpong dan Duta Pertiwi.perusahaan yang memiliki nilai perhitungan rasio terbesar artinya bahwa semakin tinggi rasio ini maka semakin banyak kewajiban perusahaan yang dimanfaatkan perusahaan tetapi perusahaan kurang mampu membayar hutangnya dengan baik. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan artinya semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.Data perhitungan rasio time interest earnedperusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang tinggi adalah Oto Multiartha, sedangkan perusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang menurun adalah Bakrie Telecom. Perusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang tinggi menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan hutang perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang menurun artinya rasio yang rendah memerlukan perhatian dari pihak manajemen perusahaan. Dari uji F tolak H0 secara bersama-sama variable independen (CR, TAT, DR, ROA dan TIE) berpengaruh secara simultan terhadap variable dependen (Rating Obligasi).Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama kinerja keuangan mempunyai pengaruh terhadap rating obligasi tahun 20082012.Nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 78,9% dan sisanya 21,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Hasil uji R-Square 78,9% mampu mewakili rasio-rasio yang berpengaruh terhadap rating obligasi.Dari hasil regresi dan uji T menyatakan bahwa current ratio,return on asset dan debt ratio dapat meningkatkan rating obligasi dimana rasiorasio tersebut dapat digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya terdapat investor dan kreditor. Saran
1.
Peneliti selanjutnya sebaiknya lebih fokus terhadap satu industri saja, karena dengan berbedanya industri akan berbeda pula kinerja keuangan perusahaan,
33
2.
dan sebaiknya mempertimbangkan variable non-keuangan yang mungkin menjadi model prediksi peringkat obligasi untuk meningkatkan rating obligasi Investor harus melihat current ratio, return on asset dan debt ratio yang mempengaruhi kenaikan rating obligasi juga mempertimbangkan kinerja keuangan yang menurun.
DAFTAR PUSTAKA Apa Itu Obligasi (Bond), Apa Saja Jenis-jenisnya. 2006. J Akun Keu. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 16]. http//www,jurnalakuntansikeuangan.com/Apa Itu Obligasi (Bond), Apa Saja Jenis-jenisnya _ Jurnal Akuntansi Keuangan.html Abdurrahman F. 2008. Prospek Penerbitan Obligasi Korporasi. [Internet]. [diunduh 2013 April 17]. Tersedia pada www.kompas.com Bursa Efek Indonesia. 2013. Laporan Tahunan. [Internet]. [diunduh 2013 April 15 ]. Tersedia pada http//www.idx.go.id. Fakhruddin M. 2008. GO PUBLIC: Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai Perusahaan. Jakarta (ID): PT Alex Media Komputindo. Hanafi M. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi 2004/2005. Yogyakarta (ID): BEFE. Ikhsan A, Yahya, dkk. 2012. Peringkat Obligasi dan Faktor yang Mempengaruhinya. J Invest Manaj. Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. 24(1) Kurniawan A. 2009. Belajar Mudah SPSS Dengan Mudah. Yogyakarta (ID): Mediakom. Linandarini E. 2010. Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi di Perusahaan Indonesia. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Manurung, Silitonga D, Tobing W. 2008. Hubungan Rasio-Rasio Keuangan dengan Peringkat Obligasi. J Inves Manaj.2(1) PEFINDO. 2010. Indonesian Rating Highlight. Pefindo Credit Rating. [Internet]. [diunduh 2013 April 15]. Tersedia pada www.pefindo.com/index.php Sawir A. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan Perusahaan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama Scarborough M dan Zimmerer W. 2009.Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Edisi 5 Buku 2. Jakarta (ID): Salemba Empat. Sunaryo T. 2007. ManajemenRisikoFinansial. Jakarta (ID): SalembaEmpat. Syafri H dan Sofyan. 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada Syamsuddin L. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada Tandelilin E. 2010. Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta (ID): Kanisius. Warsini S. 2009. Manajemen Investasi. Jakarta (ID): Semesta Media.
34
Widoatmadjo S. 2004. Cara Cepat Memulai Investasi Saham Panduan Bagi Pemula. Jakarta (ID): PT Alex Media Komputindo Yohanes A. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan dan Karakteristik Obligasi terhadap Rating Obligasi Korporasi Di Indonesia. J Invest Manaj. 10(1)
35
Lampiran 1Current ratio No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Nama Perusahaan Adhi Karya Adira Dinamika Bank Danamon BFI Finance Bank Mandiri Bank Permata Bumi Serpong Bakrie Telecom BW Plantation Duta Pertiwi Bakrieland XL Axiata Federal International Indomobil Finance Indofood Indosat Jasa Marga Japfa Comfeed Lautan Luas Malindo Feedmil Mitra Adiperkasa Medco Energi Matahari Mayora Indah Bank OCBC NISP Oto Multiartha Jaya Ancol Bank Pan Indonesia Perum Pegadaian Pupuk Kaltim PLN Salim Ivomas Summarecon Agung Selamet Sempurna Summit Oto Finance Tjiwi Kimia Telkom Mandiri Tunas Wahana Ottomitra
2008 90.78 233.58 110.91 142.40 108.12 104.73 127.05 216.24 41.14 118.87 310.23 56.37 96.35 112.77 88.08 54.63 315.77 175.04 112.36 116.64 140.29 222.50 97.81 218.87 118.86 142.99 316.76 128.83 156.79 142.65 76.44 109.89 182.68 181.79 406.50 258.49 54.16 234.77 285.86
2009 101.54 282.80 115.04 293.06 138.38 110.53 135.08 85.84 118.57 149.82 194.82 33.41 96.66 126.73 116.09 90.79 115.64 220.61 112.13 132.19 144.83 155.40 161.09 229.04 112.09 166.71 197.06 126.75 155.23 162.98 98.12 129.65 111.06 158.70 353.18 236.70 60.58 285.14 275.16
Tahun 2010 126.59 209.31 118.92 215.28 111.09 109.50 135.54 81.62 127.45 160.74 291.17 48.83 97.32 151.19 203.65 45.37 165.04 262.95 109.97 57.48 126.98 204.24 176.08 258.08 115.28 110.61 200.00 132.10 141.72 186.69 80.82 113.91 116.53 217.41 360.13 237.13 91.48 209.31 183.86
2011 112.50 445.45 140.43 206.51 127.17 103.32 213.57 32.08 85.33 227.01 134.34 38.81 96.84 136.40 190.95 48.19 98.21 159.11 103.60 139.88 104.00 160.51 122.00 221.87 116.61 137.03 135.75 131.39 144.36 228.18 91.66 169.33 137.10 240.28 472.10 192.38 95.80 175.92 208.95
2012 124.44 276.35 147.29 242.21 126.96 110.11 171.77 26.75 65.13 248.47 85.60 41.86 95.86 123.23 200.32 75.43 68.16 182.45 84.13 104.86 121.61 264.86 187.22 276.11 118.28 138.42 156.52 130.55 152.50 253.95 92.01 148.31 116.96 194.42 570.67 240.74 116.04 139.71 192.11
Ratarata 111.17 289.50 126.52 219.89 122.34 107.64 156.60 88.51 87.52 180.98 203.23 43.86 96.60 130.06 159.82 62.88 152.56 200.03 104.44 110.21 127.54 201.50 148.84 240.79 116.22 139.15 201.22 129.92 150.12 194.89 87.81 134.22 132.87 198.52 432.52 233.09 83.61 208.97 229.19
36
LanjutanCurrent ratio No
Nama Perusahaan
40 41 42 43 44 45
Bank Tabungan Negara Bentoel International Elnusa Media Nusantara Citra Ricky Putra Globalindo Wijaya Karya
2008 136.58 247.83 139.38 337.76 162.79 144.45
2009 139.98 207.77 153.46 354.00 178.88 144.45
Tahun 2010 138.48 249.99 160.43 199.68 181.80 140.65
2011 139.13 111.96 124.59 490.37 178.07 113.88
2012 134.54 164.27 137.00 541.25 225.30 110.09
Ratarata 137.74 196.37 142.97 384.61 185.37 130.71
Sumber : Data Olah Lampiran 2Total asset turnover No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Perusahaan Adhi Karya Adira Dinamika Bank Danamon BFI Finance Bank Mandiri Bank Permata Bumi Serpong Bakrie Telecom BW Plantation Duta Pertiwi Bakrieland XL Axita Federal International Indomobil Finance Indofood Indosat Jasa Marga Japfa Comfeed Lautan Luas Malindo Feedmil Mitra Adiperkasa Medco Energi Matahari Mayora Indah Bank OCBC NISP Oto Multiartha Jaya Ancol Bank Pan Indonesia
Tahun 2008 129.55 94.06 15.03 36.91 4.13 4.73 31.64 32.83 44.63 23.54 12.64 42.81 48.74 26.99 98.00 33.42 22.90 219.16 129.60 201.14 92.21 64.83 122.95 133.69 8.13 9.46 64.18 9.34
2009 137.04 91.03 17.92 38.01 4.25 5.29 27.66 30.07 35.99 22.63 9.14 50.69 47.11 31.77 91.97 36.10 22.83 236.24 121.61 211.06 121.68 64.18 97.35 147.15 4.66 10.82 58.74 9.47
2010 62.50 51.28 12.20 23.82 3.60 2.42 18.65 27.91 26.83 15.14 8.01 62.59 39.25 12.50 81.23 27.84 23.10 199.95 108.65 210.75 128.39 40.82 74.82 164.22 7.25 19.54 58.75 7.51
2011 109.52 31.40 7.90 23.53 6.84 7.61 21.95 26.16 24.75 21.54 10.89 58.58 28.61 123.15 84.60 38.56 31.01 189.48 136.85 198.41 133.39 31.48 86.42 143.24 7.00 19.10 53.71 7.99
2012 96.90 26.52 8.59 23.60 6.69 6.97 22.25 32.85 19.22 23.80 19.36 59.14 28.63 112.53 84.38 40.60 36.64 162.69 153.24 186.10 126.62 34.23 132.13 126.60 6.22 16.35 44.12 7.73
Ratarata 107.10 58.86 12.33 29.18 5.10 5.40 24.43 29.96 30.28 21.33 12.01 54.76 38.47 61.39 88.04 35.30 27.30 201.50 129.99 201.49 120.46 47.11 102.74 142.98 6.65 15.05 55.90 8.41
37
LanjutanTotal asset turnover No
Nama Perusahaan
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Perum Pegadaian Pupuk Kaltim PLN Salim Ivomas Summarecon Agung Selamet Sempurna Summit Oto Finance Tjiwi Kimia Telkom Mandiri Tunas Wahana Ottomitra Bank Tabungan Negara Bentoel International Elnusa Media Nusantara Citra Ricky Putra Globalindo Wijaya Karya
2008 27.21 137.28 56.48 72.47 34.91 145.59 26.55 60.03 66.50 22.65 46.07 10.26 133.34 76.67 48.93 76.00 113.65
2009 25.33 97.63 43.52 49.37 26.85 145.98 29.87 49.80 66.21 24.91 53.94 9.80 148.24 87.04 51.35 84.70 115.62
Tahun 2010 26.52 63.11 12.08 45.03 27.61 146.36 25.56 42.09 68.83 19.07 41.46 9.50 181.63 114.47 59.24 94.62 95.81
2009 2.94 28.00 1.55 12.59 1.81 -4.10 6.72 0.86 10.32 4.79 1.14 6.24 8.89 2.40 5.14 3.63 5.45
Tahun 2010 1.54 19.32 2.52 9.36 1.56 1.17 5.01 0.08 9.18 5.91 1.05 10.61 9.73 1.36 8.32 1.00 6.25
2011 25.18 97.53 44.47 49.41 29.13 156.08 27.56 53.67 69.14 19.28 42.32 8.48 158.99 107.44 61.27 96.00 93.02
2012 19.90 110.56 43.03 52.10 33.50 150.14 28.71 49.28 69.27 19.17 48.05 7.89 142.02 111.24 69.92 89.02 89.68
Ratarata 24.83 101.22 39.92 53.68 30.40 148.83 27.65 50.97 67.99 21.02 46.37 9.19 152.84 99.37 58.14 88.07 101.56
Sumber : Data Olah Lampiran 3Return on asset No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Perusahaan Adhi Karya Adira Dinamika Bank Danamon BFI Finance Bank Mandiri Bank Permata Bumi Serpong Bakrie Telecom BW Plantation Duta Pertiwi Bakrieland XL Axita Federal International Indomobil Finance Indofood Indosat Jasa Marga
2008 1.59 28.40 1.43 9.61 1.48 -5.14 5.10 1.60 15.90 0.89 3.26 -0.05 6.68 2.94 2.61 2.72 4.83
2011 2.99 9.36 2.39 8.02 2.30 1.14 7.91 -6.76 8.93 8.14 1.58 9.08 6.20 7.52 9.13 2.00 5.64
2012 2.71 5.52 2.64 7.46 2.52 1.04 8.83 -36.32 5.34 9.30 -5.85 7.80 5.88 5.11 8.06 0.88 6.20
Ratarata 2.35 18.12 2.11 9.41 1.94 -1.18 6.71 -8.11 9.93 5.80 0.24 6.74 7.48 3.87 6.65 2.05 5.68
38
LanjutanReturn on asset No
Nama Perusahaan
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Japfa Comfeed Lautan Luas Malindo Feedmil Mitra Adiperkasa Medco Energi Matahari Mayora Indah Bank OCBC NISP Oto Multiartha Jaya Ancol Bank Pan Indonesia Perum Pegadaian Pupuk Kaltim PLN Salim Ivomas Summarecon Agung Selamet Sempurna Summit Oto Finance Tjiwi Kimia Telkom Mandiri Tunas Wahana Ottomitra Bank Tabungan Negara Bentoel International Elnusa Media Nusantara Citra Ricky Putra Globalindo Wijaya Karya
2008 5.21 4.24 0.89 -1.86 14.15 -0.69 6.71 0.93 1.76 9.93 1.09 5.83 8.86 -4.23 6.14 2.59 9.84 1.18 2.28 11.64 4.98 0.60 0.96 5.37 4.03 2.08 -1.45 2.70
2009 13.42 2.79 8.52 4.85 1.85 2.84 11.78 1.18 2.58 8.98 1.18 5.03 9.89 3.10 5.51 3.75 14.11 4.93 1.34 11.62 3.35 2.36 0.84 -3.02 11.08 5.05 0.60 3.32
Tahun 2010 13.74 3.04 18.62 5.48 3.65 50.79 11.36 0.83 4.79 9.03 1.15 5.82 5.66 1.51 6.62 3.80 14.10 3.85 3.10 15.79 3.12 3.83 1.34 4.46 1.74 8.91 1.76 4.53
2011 8.12 2.25 15.44 8.16 3.70 1.17 7.33 1.26 1.74 9.32 1.65 5.63 13.63 1.16 8.83 4.80 18.19 0.19 2.74 15.02 1.87 0.14 1.15 4.83 -0.69 13.11 1.90 4.83
2012 9.80 2.69 16.80 7.22 0.71 2.90 8.97 1.16 3.56 7.45 1.53 4.93 16.31 0.59 5.71 7.28 18.63 1.89 1.30 16.51 2.66 0.23 1.22 -4.66 3.16 19.88 2.02 4.65
Ratarata 10.06 3.00 12.05 4.77 4.81 11.40 9.23 1.07 2.89 8.94 1.32 5.45 10.87 0.43 6.56 4.45 14.97 2.41 2.15 14.12 3.19 1.43 1.10 1.39 3.86 9.81 0.96 4.01
Sumber : Data Olah Lampiran 4Debt to equity ratio No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Perusahaan Adhi Karya Adira Dinamika Bank Danamon BFI Finance Bank Mandiri Bank Permata Bumi Serpong
2008 88.30 45.71 89.64 90.14 91.35 92.05 52.63
2009 86.84 38.74 83.87 35.89 73.45 91.35 49.05
Tahun 2010 69.31 50.07 84.26 49.85 90.36 88.52 48.19
2011 83.80 73.82 81.93 55.39 81.79 90.98 35.43
2012 85.00 80.22 81.56 56.44 81.61 90.52 37.15
Ratarata 82.65 57.71 84.25 57.54 83.71 90.69 44.49
39
LanjutanDebt to equity ratio No
Nama Perusahaan
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Bakrie Telecom BW Plantation Duta Pertiwi Bakrieland XL Axita Federal International Indomobil Finance Indofood Indosat Jasa Marga Japfa Comfeed Lautan Luas Malindo Feedmil Mitra Adiperkasa Medco Energi Matahari Mayora Indah Bank OCBC NISP Oto Multiartha Jaya Ancol Bank Pan Indonesia Perum Pegadaian Pupuk Kaltim PLN Salim Ivomas Summarecon Agung Selamet Sempurna Summit Oto Finance Tjiwi Kimia Telkom Mandiri Tunas Wahana Ottomitra Bank Tabungan Negara Bentoel International Elnusa Media Nusantara Citra Ricky Putra Globalindo Wijaya Karya
Sumber : Data Olah
2008 40.53 67.60 40.72 37.60 84.83 74.33 83.75 66.76 66.77 52.99 74.40 72.26 94.82 70.02 62.36 68.10 56.32 89.40 82.11 33.58 86.45 81.95 47.04 56.32 55.05 56.59 36.71 70.86 72.59 51.79 84.25 91.97 93.16 61.17 50.81 38.39 49.73 74.57
2009 55.92 44.21 34.47 49.98 67.85 68.17 77.07 61.63 65.76 52.11 60.96 68.98 86.60 61.88 126.17 67.17 50.01 88.83 77.87 36.70 85.04 83.99 47.49 57.69 52.47 61.33 42.20 71.61 72.44 48.83 81.77 86.93 90.77 60.96 54.27 36.05 45.42 71.31
Tahun 2010 57.95 57.48 33.24 38.58 57.01 70.31 81.16 47.43 65.77 55.89 50.04 71.58 73.52 59.97 64.23 37.47 53.62 88.37 77.00 31.30 87.78 83.75 44.84 65.01 53.76 64.86 46.73 76.10 69.61 43.87 83.70 87.24 90.57 56.56 46.99 33.68 44.89 69.51
2011 64.23 60.27 31.31 38.43 56.07 80.04 60.68 41.01 64.37 60.03 54.21 76.39 68.23 59.37 66.60 44.86 63.26 88.99 73.16 32.11 87.26 84.45 41.93 68.79 40.53 69.42 41.04 75.23 71.11 40.83 88.27 88.82 91.78 64.52 56.61 22.32 14.30 73.33
2012 81.91 66.09 21.79 39.85 56.65 79.30 67.52 42.45 64.88 60.46 56.54 72.04 62.12 63.73 68.25 53.24 63.05 88.69 71.55 45.15 88.14 81.67 19.48 72.15 39.45 64.92 43.08 68.56 71.13 39.86 87.95 86.73 90.80 72.26 52.45 18.57 56.44 74.29
Ratarata 60.11 59.13 32.30 40.89 64.48 74.43 74.04 51.86 65.51 56.30 59.23 72.25 77.06 63.00 77.52 54.17 57.25 88.86 76.34 35.77 86.93 83.16 40.16 63.99 48.25 63.42 41.95 72.47 71.38 45.03 85.19 88.34 91.42 63.09 52.22 29.80 42.16 72.60
40
Lampiran 5Time interest earned No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Nama Perusahaan Adhi Karya Adira Dinamika Bank Danamon BFI Finance Bank Mandiri Bank Permata Bumi Serpong Bakrie Telecom BW Plantation Duta Pertiwi Bakrieland XL Axita Federal International Indomobil Finance Indofood Indosat Jasa Marga Japfa Comfeed Lautan Luas Malindo Feedmil Mitra Adiperkasa Medco Energi Matahari Mayora Indah Bank OCBC NISP Oto Multiartha Jaya Ancol Bank Pan Indonesia Perum Pegadaian Pupuk Kaltim PLN Salim Ivomas Summarecon Agung Selamet Sempurna Summit Oto Finance Tjiwi Kimia Telkom Mandiri Tunas Wahana Ottomitra
2008 115.29 995.68 40.63 148.97 66.95 33.28 172.45 135.14 1487.63 100.88 15675.08 -6.70 91.36 141.35 224.59 119.17 131.35 174.12 182.03 34.96 -120.02 1077.13 6.06 484.45 74.90 1675.76 138.19 134.66 105.58 1134.74 -180.92 508.14 224.69 242.70 35.07 129.25 1284.76 63.02 8.39
2009 307.64 846.98 43.05 217.65 54.73 24.65 304.75 45.08 594.98 331.23 848.72 184.47 149.83 117.86 263.67 125.12 147.42 542.60 101.84 231.02 246.75 100.81 141.71 513.26 38.72 1909.00 131.27 145.41 82.81 1157.59 205.38 436.57 177.51 2018.85 105.23 168.47 1117.45 44.11 23.79
Tahun 2010 2011 2012 176.84 146.45 183.99 1431.00 396.00 158.91 124.34 147.78 161.95 319.84 187.32 170.43 79.51 248.55 237.77 44.42 114.02 119.11 350.02 762.97 1876.84 19.47 -128.65 -450.22 610.06 627.64 499.49 455.48 620.07 1610.19 420.59 71.23 -100.83 314.83 512.02 479.52 196.96 132.37 121.66 121.61 564.99 327.91 463.63 678.63 583.00 0.06 242.27 73.80 193.28 214.77 224.34 679.92 263.22 311.95 119.26 91.19 100.08 515.73 455.67 569.91 222.62 392.63 362.05 278.81 1988.22 1577.29 353.41 67.00 120.71 749.99 505.78 429.72 86.20 143.60 171.45 19340.09 4903.04 7268.34 122.30 121.11 146.23 137.36 131.62 191.96 102.75 108.65 126.78 602.36 1753.85 2776.14 199.32 125.19 19.81 502.47 706.17 351.73 344.31 551.86 910.93 859.29 983.98 1164.70 79.63 5.44 36.33 467.85 262.35 69.00 844.15 710.63 798.02 52.64 30.40 49.71 42.97 3.63 6.93
Ratarata 186.04 765.71 103.55 208.84 137.50 67.10 693.41 -75.84 763.96 623.57 3382.96 296.83 138.43 254.74 442.70 112.08 182.23 394.36 118.88 361.46 220.81 1004.45 137.78 536.64 102.97 7019.25 131.82 148.20 105.31 1484.94 73.76 501.02 441.86 1053.91 52.34 219.38 951.00 47.98 17.14
41
LanjutanTime interest earned No 40 41 42 43 44 45
Nama Perusahaan Bank Tabungan Negara Bentoel International Elnusa Media Nusantara Citra Ricky Putra Globalindo Wijaya Karya
2008 2009 27.26 21.76 138.13 -2308.99 294.18 719.45 103.89 213.24 -48.39 17.50 582.44 672.49
Tahun 2010 2011 2012 39.77 40.38 45.54 2388.20 302.93 -188.01 118.32 -28.12 239.39 471.61 983.62 5315.19 69.67 100.77 103.09 4924.62 4011.19 2230.08
Sumber : Data Olah Lampiran 6Rating Obligasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Perusahaan Adhi Karya Adira Dinamika Bank Danamon BFI Finance Bank Mandiri Bank Permata Bumi Serpong Bakrie Telecom BW Plantation Duta Pertiwi Bakrieland XL Axiata Federal International Indomobil Finance Indofood Indosat Jasa Marga Japfa Comfeed Lautan Luas Malindo Feedmil Mitra Adiperkasa Medco Energi Matahari Mayora Indah Bank OCBC NISP Oto Multiartha Jaya Ancol Bank Pan Indonesia
2008 AAAAA+ AAA+ A+ BBB AA BBB BBB+ AAAAAAA+ AA+ AABBB+ AA+ A+ AAA+ A+ AAA+ A+ A+
2009 AAAAA+ AAA+ A+ BBB+ AA BBB BBB+ A+ AAAAA AA+ AABBB+ AAAA+ AAA+ A+ AAAAA+ AA-
Tahun 2010 AAA AA+ AAAA A+ BBB+ AA BBB BBB+ AAAAAAA AA+ AA AAAA+ A+ AAA+ AAAAAA+ A+ AA
2011 AAA+ AA+ AAAA AAA BBB+ A BBB+ BBB+ AA+ AA+ A AA+ AA+ AA A AAA+ AAA+ AAAA+ AAA+ AA
2012 A AA+ AA+ AAAA AAA+ BB ABBB+ BBB+ AA+ AA+ A AA+ AA+ AA A AAAAAAA+ AAAA+ AAAAAA
Ratarata 34.94 66.45 268.64 1417.51 48.53 2484.16
42
Lanjutan Rating obligasi No 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama Perusahaan Perum Pegadaian Pupuk Kaltim PLN Salim Ivomas Summarecon Agung Selamet Sempurna Summit Oto Finance Tjiwi Kimia Telkom Mandiri Tunas Wahana Ottomitra Bank Tabungan Negara Bentoel International Elnusa Media Nusantara Citra Ricky Putra Globalindo Wijaya Karya
2008 AA+ AA AAAAAAAA BBB AAA AAAAA AABBBA
2009 AA+ AA AAAAAAAA+ BBB AAA AAAAAAA AA BBBA
Tahun 2010 AA+ AA AA+ AAA AAAABBB AAA A+ AAAAAA A A BBBA
2011 AA+ AA AA+ AA+ A AAAABBBAAA A+ A AA+ AAA A A BBBA
2012 AA+ AA AA+ AA A+ AAAABBB AAA A+ A AA+ AAA A A BBBA
Sumber : PT. Pefindo tahun 2012 Lampiran 7Laporan Keuangan Adhi Karya Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Adira Dinamika Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Bank Danamon Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak
2012 7,283,097,472,884 5,852,574,120,387 7,627,702,794,424 7,872,073,635,468 6,691,154,665,776 213,651,124,618 423,315,053,973 230,072,162,575 2012 25,099,560 9,082,405 6,752,924 25,460,457 20,424,690 1,405,898 1,895,918 1,193,106 2012 143,268,495 97,268,065 13,386,570 155,791,308 127,057,997 4,117,148 5,486,679
2011 5,484,987,461,350 4,875,487,799,722 6,695,112,327,923 6,112,953,591,126 5,122,585,800,538 182,727,228,625 326,379,673,475 222,858,655,338 2011 6,560,342 3,717,645 5,303,513 16,889,452 12,468,083 1,580,750 2,111,539 533,215 2011 130,346,083 92,817,846 11,241,585 142,292,206 116,582,650 3,402,209 4,551,581
2010 4,506,350,035 3,559,798,428 3,071,003,292 4,913,246,733 3,405,284,027 75,683,051 130,253,693 73,655,809 2010 7,330,149 3,502,054 3,897,185 7,599,615 3,804,856 1,467,906 1,931,723 134,991 2010 98,433,600 82,775,336 14,417,745 118,206,573 99,597,545 2,983,761 4,001,531
2009 5,204,366,361,603 5,125,368,541,520 7,714,613,580,798 5,629,454,335,393 4,888,581,325,142 165,529,733,252 331,773,348,809 107,845,979,596 2009 4,123,705 1,458,162 3,941,162 4,329,549 1,677,146 1,212,400 1,658,347 195,796 2009 91,305,675 79,368,999 17,666,110 98,597,953 82,695,967 1,532,533 2,677,837
2008 4,652,976,411,278 5,125,368,541,520 6,639,941,610,900 5,125,368,541,520 4,525,468,985,337 81,482,495,008 122,539,138,264 106,289,369,109 2008 1,349,443 1,433,954 3,378,703 3,592,024 1,642,021 1,020,233 1,419,322 142,548 2008 99,477,403 89,691,552 16,118,989 107,268,363 96,159,098 1,530,022 2,370,560
43
Lanjutan laporan keuangan Bank Danamon Beban Bunga BFI Finance Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Bank Mandiri Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Bank Permata Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Bumi Serpong Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Bakrie Telecom Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Bakrie Telecom Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih
2012
2011
2010
2009
2008
3,387,887 2012 6,109,081 2,522,200 1,550,818 6,570,496 3,708,642 490,272 613,875 360,186 2012 614,984,807 484,396,083 42,550,442 635,618,708 518,705,769 16,043,618 19,625,447 8,253,902 2012 122,830,812 111,547,906 9,185,865 131,798,595 119,303,061 1,368,132 1,888,081 1,585,118 2012 9,130,624,135,244 5,315,586,614,791 3,727,811,859,978 16,756,718,027,575 6,225,013,628,292 1,478,858,784,945 1,696,563,824,942 90,394,800,818 2012 769,050,497,930 2,874,428,104,739 2,973,613,659,026 9,052,428,014,700 7,414,442,541,805 (3,287,537,377,084) (3,533,547,122,456) 784,850,765,308 2012 335,119,792 514,558,556 944,274,538 4,912,982,787 3,246,802,118 262,183,809
3,079,996 2011 4,981,265 2,412,097 1,248,346 5,304,777 2,938,545 425,382 529,475 282,661 2011 534,251,797 420,112,889 37,730,019 551,891,704 451,379,750 12,695,885 16,348,933 6,577,643 2011 89,960,527 87,072,979 7,707,960 101,324,002 92,187,794 1,156,878 1,558,818 1,367,180 2011 7,798,757,618,159 3,651,646,650,304 2,806,339,356,563 12,787,376,914,156 4,530,152,109,517 1,012,033,822,150 1,170,230,504,942 153,378,138,143 2011 948,354,199,023 2,955,755,907,090 3,195,451,186,033 12,213,109,168,767 7,844,354,929,243 (826,040,976,125) (987,903,889,127) 767,916,866,753 2011 441,193,241 517,058,240 888,298,308 3,589,031,806 2,163,128,698 320,388,173
3,218,173 2010 3,652,624 1,696,666 921,931 3,870,091 1,929,241 362,077 462,909 144,730 2010 388,815,114 350,012,506 14,734,818 409,365,529 369,888,278 6,385,628 8,665,289 10,898,696 2010 63,412,159 57,913,010 1,622,878 66,994,265 59,304,713 780,634 1,063,990 2,395,280 2010 3,122,265,892 2,303,526,536 905,708,960 4,855,585,318 2,339,838,287 243,140,146 291,471,005 83,273,079 2010 1,436,140,216,095 1,759,605,829,930 3,447,118,348,212 12,352,891,387,578 7,158,061,068,779 9,975,729,110 92,532,912,600 475,262,403,376 2010 779,354,276 611,500,203 712,173,946 2,654,678,284 1,525,905,463 243,587,564
6,220,816 2009 2,249,185 767,480 909,590 2,392,980 858,810 301,368 392,066 180,132 2009 379,826,948 274,485,858 16,777,115 394,616,604 289,835,512 7,155,464 6,333,383 11,573,106 2009 52,882,133 47,845,893 2,956,395 55,900,751 51,065,239 (2,292,026) 766,622 3,110,046 2009 2,977,441,735 2,204,144,408 1,270,592,451 4,592,836,482 2,252,711,053 308,738,334 376,168,717 123,434,028 2009 1,760,886,590,849 2,051,303,325,136 3,435,555,524,064 11,425,606,502,371 6,388,675,640,467 98,442,112,191 145,714,424,917 323,219,289,933 2009 402,770,984 339,677,916 584,109,004 1,622,885,201 717,425,461 167,467,085
5,834,855 2008 2,734,315 1,920,141 889,940 2,410,824 2,173,175 231,761 330,240 221,675 2008 342,317,065 316,598,791 14,799,620 358,438,678 327,434,809 5,312,821 8,068,560 12,051,637 2008 50,051,999 47,793,452 2,553,034 53,959,827 49,671,165 (2,772,181) 754,737 2,267,782 2008 2,882,985,810 2,269,195,435 1,386,110,523 4,381,085,317 2,305,955,731 223,461,797 304,127,174 176,358,251 2008 2,308,318,245,852 1,067,478,036,818 2,805,309,095,223 8,545,972,606,092 3,463,920,842,893 136,812,627,065 178,056,251,672 131,760,182,179 2008 112,742,997 274,064,148 414,812,254 929,361,267 628,202,596 147,812,300
44
Lanjutan laporan keuangan Bakrie Telecom Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Duta Pertiwi Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Bakrieland Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Indofood Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Jasa Marga Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Lautan Luas Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Mitra Adiperkasa Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih
2012
2011
2010
2009
351,413,724 70,355,188 2012 3,212,619,467 1,292,983,694 1,569,176,913 6,592,254,980 1,436,539,162 613,327,842 704,688,528 43,764,280 2012 3,826,637,618,331 4,470,431,893,894 2,949,585,801,725 15,235,632,983,194 6,071,418,710,164 (890,749,592,992) (731,602,234,226) 725,607,731,608 2012 26,202,972 13,080,544 50,059,427 59,324,207 25,181,533 4,779,446 6,309,756 1,082,297 2012 4,531,117,154 6,648,164,394 9,070,219,074 24,753,551,441 14,965,765,873 1,535,812,200 2,055,256,702 916,145,910 2012 2,162,841 2,570,964 6,213,600 4,054,774 2,921,227 108,958 142,285 142,170 2012 3,262,620,710 2,682,781,943 7,585,085,252 5,990,586,903 3,817,911,733 432,750,980
429,924,860 68,498,485 2011 1,646,374,726 725,253,544 1,117,683,055 5,188,186,444 1,624,203,044 422,405,402 489,362,394 78,920,162 2011 5,628,083,620,180 4,189,484,452,154 1,927,530,209,575 17,707,949,598,417 6,805,878,160,103 279,467,060,284 382,802,193,626 537,430,980,094 2011 24,501,734 12,831,304 45,332,256 53,585,933 21,975,708 4,891,673 6,352,389 936,060 2011 3,996,740,522 4,069,500,992 6,485,771,905 20,915,890,567 12,555,380,912 1,179,281,837 1,590,175,158 740,400,368 2011 2,494,418 2,407,806 5,529,075 4,040,298 3,086,447 90,831 120,185 131,793 2011 2,368,840,468 2,277,734,939 5,889,808,895 4,415,342,528 2,621,209,018 360,424,992
332,579,170 54,515,884 2010 2,475,822 1,540,299 704,728 4,653,701 1,546,979 274,817 274,817 60,336 2010 5,299,088,372 1,819,944,251 1,367,555,681,767 17,064,195,774,257 6,582,727,429,196 178,704,601,860 225,655,068,716 53,652,019,959 2010 20,077,994 9,859,118 38,403,360 47,275,955 22,423,117 3,934,808 5,432,375 1,171,698 2010 4,090,109,189 2,478,279,260 4,378,584,303 18,952,129,334 10,592,662,907 1,184,495,808 1,476,349,354 763,845,131 2010 1,833,358 1,667,187 3,901,733 3,591,139 2,570,690 109,206 145,767 122,231 2010 1,865,272,071 1,468,999,174 4,712,499,692 3,670,503,683 2,201,360,931 201,071,471
247,810,324 41,650,260 2009 2,275,202 1,518,665 1,002,554 4,429,503 1,526,828 211,986 325,072 98,141 2009 4,518,711,455 2,319,487,451 1,059,003,993,596 11,592,631,487,233 5,794,138,576,947 132,255,912,805 203,169,353,619 23,938,387,639 2009 12,954,813 11,158,962 37,140,830 40,382,953 24,886,781 2,075,861 4,063,813 1,541,264 2009 3,430,338,210 2,966,355,283 3,692,000,322 16,174,263,947 8,428,822,898 882,211,713 1,093,893,631 742,024,439 2009 1,479,211 1,319,201 3,746,865 3,081,130 2,125,280 85,925 134,374 131,949 2009 1,839,970,087 1,270,439,759 4,112,215,038 3,379,394,233 2,091,335,579 163,986,260
2008 214,475,795 14,417,324 2008 2,170,106 1,825,630 1,062,379 4,513,527 1,837,737 40,087 142,214 140,973 2008 4,788,353,232 1,543,480,729 1,053,801,218 8,334,991,485 3,133,653,335 272,099,571 358,322,348 2,285,936 2008 14,323,261 16,262,161 38,799,279 39,591,309 26,432,369 1,034,389 2,599,823 1,157,562 2008 3,906,983,110 1,237,275,532 3,353,632,332 14,642,760,013 7,758,936,681 707,797,979 945,822,260 720,096,500 2008 2,112,208 1,879,789 4,458,094 3,440,010 2,485,725 145,846 248,593 136,570 2008 1,936,628 1,380,405 3,468,036 3,760,969 2,633,391 (69,791)
45
Lanjutan laporan keuangan Mitra Adiperkasa Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Matahari Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga OCBC NISP Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Jaya Ancol Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Pegadaian Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga PLN Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Summarecon Agung Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih
2012
2011
2010
2009
2008
597,637,801 165,069,599 2012 5,084,740 2,715,926 10,868,164 8,225,206 4,379,452 238,448 268,449 222,383 2012 76,600,186 64,762,014 4,924,182 79,141,737 70,190,261 915,456 1,222,241 712,881 2012 720,587,963,966 460,380,547,365 1,053,738,348,352 2,388,263,279,045 1,078,186,887,376 177,849,241,628 239,146,181,009 163,541,544,899 2012 28,548,901,879,167 18,720,492,208,323 5,833,074,679,677 29,311,898,012,567 23,940,013,524,042 1,444,704,906,438 1,963,819,460,431 1,548,962,238,763 2012 68,639,956 74,602,903 232,656,456 540,705,764 390,106,094 3,205,524 1,031,728 5,208,776 2012 6,079,041,437 5,197,489,997 3,643,163,272 10,876,386,685 7,060,986,827 792,085,965
484,571,847 123,418,316 2011 3,611,763 2,960,433 8,908,611 10,308,169 4,624,721 120,301 164,372 245,322 2011 56,852,397 48,754,032 4,187,166 59,834,397 53,244,018 752,654 1,005,875 700,448 2011 578,657,177,189 426,262,590,838 932,949,889,202 1,737,031,906,784 557,806,657,048 161,939,225,933 208,624,474,325 172,265,458,473 2011 25,537,221,194,712 17,689,388,246,994 6,600,927,966,486 26,219,352,956,584 22,142,989,865,962 1,476,235,286,928 2,002,251,590,714 1,842,906,719,748 2011 8,252,342 3,550,433 08,017,823 67,782,603 21,769,767 5,426,115 5,514,995 4,405,234 2011 4,897,816,510 3,572,428,037 2,359,330,713 8,099,174,681 5,622,074,731 388,706,644
275,790,308 123,883,433 2010 5,394,910 3,063,982 8,544,778 11,420,600 4,279,142 5,800,640 56,638 16,026 2010 46,781,569 40,581,179 3,634,389 50,141,559 44,310,816 418,662 566,616 657,317 2010 611,063,077,328 305,531,455,272 921,926,345,518 1,569,188,387,540 491,212,479,130 141,757,611,224 186,769,352,223 152,713,823,711 2010 19,621,785,026,807 13,845,159,783,249 5,378,292,906,586 20,283,042,842,726 16,986,839,894,901 1,179,788,385,692 1,616,726,799,654 1,573,453,742,911 2010 44,773,286 55,396,551 49,070,489 406,100,429 263,986,654 6,146,746 6,726,456 3,374,715 2010 3,259,766,991 2,797,380,569 1,695,443,952 6,139,640,438 3,982,107,010 233,477,896
281,838,559 114,219,792 2009 5,066,239 3,144,994 10,280,457 10,560,144 7,093,046 300,035 373,934 263,868 2009 36,225,326 32,318,202 1,726,403 37,052,596 32,915,296 435,865 612,155 1,581,058 2009 671,660,296,390 340,836,749,289 898,321,610,420 1,529,437,482,328 561,293,603,049 137,389,481,212 190,935,042,488 145,457,433,305 2009 15,277,484,116,358 9,842,086,469,647 4,017,103,152,528 15,859,464,128,255 13,320,005,941,122 798,195,518,921 1,116,247,071,559 1,347,960,331,708 2009 36,999,493 37,707,827 145,222,144 333,713,076 192,516,991 10,355,679 12,203,347 5,941,882 2009 1,713,803,060 1,543,164,298 1,197,692,629 4,460,277,206 2,735,479,178 167,342,743
(87,379) 72,805 2008 4,426,517 4,525,766 11,977,370 9,741,369 6,633,768 (66,871) 10,497 173,200 2008 32,530,173 27,369,622 2,785,731 34,245,838 30,615,168 316,922 454,228 606,462 2008 601,177,018,693 189,786,823,535 854,372,253,824 1,331,291,536,669 447,069,657,685 132,233,084,587 191,838,722,665 138,824,196,078 2008 10,293,773,700,119 6,565,284,963,192 2,930,594,295,381 10,772,086,469,098 8,828,086,800,885 628,373,778,120 901,241,378,911 853,649,486,555 2008 31,075,630 40,653,690 164,208,510 290,718,943 163,732,376 (12,303,716) (12,191,168) 6,738,465 2008 1,365,995,616 747,761,768 1,267,062,897 3,629,969,131 2,054,374,823 94,141,182
46
Lanjutan laporan keuangan Summarecon Agung Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Summit Otto Finance Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Telkom Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Wahana Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Bank Tabungan Negara Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Bentoel International Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Elnusa Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva
2012
2011
2010
2009
2008
530,915,731 96,204,425
343,911,127 99,885,532
242,996,196 136,890,626
170,819,171 76,024,660
2012
2011
2010
2009
2008
9,166,171 1,606,205 2,708,882 9,436,685 6,469,900 178,750 259,645 714,655 2012 27,973 24,107 77,143 111,369 44,391 18,388 24,228 3,036 2012 3,016,309 1,570,130 1,608,881 3,348,221 2,903,939 7,628 28,118 405,642
11,058,155 2,342,333 3,134,514 11,375,231 8,557,736 22,035 49,871 916,622 2011 21,258 22,189 71,253 103,054 42,073 15,481 20,857 2,935 2011 3,489,798 1,670,198 1,653,076 3,906,526 3,469,872 5,394 15,774 434,867
11,227,268 3,117,535 2,944,363 11,517,272 8,764,803 443,183 606,471 761,653 2010 18,729 20,473 69,177 100,501 44,086 15,870 21,416 2,537 2010 3,330,825 1,811,654 1,492,012 3,598,701 3,139,441 137,861 193,914 451,329
8,049,714 2,279,189 2,453,157 8,212,604 5,881,155 405,101 630,204 598,892 2009 16,186 26,717 64,596 97,559 47,636 11,332 22,349 2,000 2009 2,446,870 889,242 1,387,770 2,572,820 2,236,433 60,671 92,602 389,203
6,708,567 1,650,309 1,824,009 6,871,001 4,869,123 81,080 143,111 408,130 2008 14,622 26,998 60,689 91,256 47,258 10,619 20,312 1,581 2008 3,266,519 1,142,687 1,581,465 3,432,967 3,157,251 20,711 38,080 453,982
2012
2011
2010
2009
2008
86,219,986 61,970,015 7,556,104 89,121,459 81,799,816 1,026,201 1,522,260 3,770,231
65,841,396 47,546,047 6,498,752 68,385,539 61,938,261 915,938 1,250,222 3,143,934
2012
2011
2010
2009
2008
4,472,195 2,722,398 9,850,010 6,935,601 5,011,668 (323,351) (428,369) 227,848 2012
4,287,268 3,829,144 10,070,175 6,333,957 4,086,673 305,997 485,237 160,183 2011
3,053,134 1,221,291 8,904,568 4,902,597 2,773,070 218,621 367,448 15,386 2010
3,078,784 1,481,838 7,255,325 4,894,434 2,983,528 (147,943) (42,139) 1,825 2009
3,053,065 1,231,918 5,940,801 4,455,531 2,725,331 239,137 244,177 176,770 2008
2,310,356 1,686,450 4,777,083 4,294,557
2,476,571 1,987,777 4,716,771 4,389,950
2,040,659 1,271,960 4,210,786 3,678,566
2,548,026 1,660,411 3,662,331 4,207,629
1,621,565 1,163,382 2,543,913 3,317,816
986,394,703 108,283,955
108,533,840 80,667,983 8,818,579 111,748,593 101,469,722 1,357,839 1,863,202 4,091,760
56,293,541 40,214,954 ,729,941 58,447,667 53,054,542 490,453 745,817 3,427,732
43,658,799 31,965,941 4,614,106 44,992,171 41,913,701 430,474 722,409 2,650,356
47
Lanjutan laporan keuangan Elnusa
2012
Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Media Nusantara Citra Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Ricky Putra Globalindo Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Unilever
2,252,312 135,597 211,071 88,171
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Wijaya Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga XL Axita Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Federal Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan
2012 6,766,799 1,250,225 6,265,260 8,960,942 1,663,780 1,781,284 2,260,708 42,533 2012 601,056,426,925 266,783,974,109 749,972,702,550 842,498,674,322 475,541,284,698 16,978,453,067 23,519,387,411 22,813,577,392 2012 5,035,962 10,482,312 27,303,248 11,984,979 8,016,614 4,839,145 6,466,765 68,887 2012 7,186,554,643 6,527,627,883 9,816,085,895 10,945,209,418 8,131,203,824 508,763,662 807,915,794 36,228,187 2012 3,658,985 8,739,996 20,969,806 35,455,705 20,085,669 2,764,647 3,751,421 782,334 2012 18,337,473,811 7,298,201,997 5,476,150,823
2011 2,485,125 (30,115) (26,083) 92,748 2011 6,018,612 1,227,364 5,390,474 8,798,230 1,963,727 1,153,383 1,510,524 153,568 2011 467,024,514,266 262,265,342,175 616,394,673,133 642,094,672,040 91,842,821,653 12,209,645,239 15,688,366,227 15,568,622,805 2011 4,446,219 6,501,681 23,469,218 10,482,312 6,801,375 4,164,304 5,574,799 26,500 2011 5,838,851,683 5,127,208,872 7,741,827,272 8,322,979,571 6,103,603,696 401,827,929 629,606,985 15,696,279 2011 3,387,237 8,728,212 18,260,144 31,170,654 17,478,142 2,830,101 3,864,643 754,786 2011 16,840,076,729 8,265,511,025 4,975,433,707
2010 1,728,408 63,906 94,176 79,597 2010 5,201,103 2,604,665 4,855,907 8,196,543 2,760,427 730,218 1,025,069 217,357 2010 446,104,466,806 245,387,045,805 580,322,384,348 613,323,196,638 275,342,301,390 10,817,923,214 14,241,393,416 20,442,581,638 2010 3,748,130 4,402,940 19,690,239 8,701,262 4,652,409 3,386,970 4,538,643 29,927 2010 5,122,672,881 3,642,026,776 6,022,921,894 6,286,304,902 4,369,536,958 284,922,192 473,326,034 9,611,427 2010 2,228,017 4,563,033 17,057,760 27,251,281 15,536,207 2,891,261 3,867,981 1,228,604 2010 11,744,242,565 4,848,648,356 4,736,471,050
2009 2,283,376 466,233 668,782 92,958 2009 4,785,995 1,351,966 3,923,845 7,641,364 2,754,897 385,617 560,692 262,937 2009 424,189,675,013 237,134,795,930 507,954,594,194 599,719,424,656 272,408,318,387 3,572,481,645 4,871,187,776 27,840,288,205 2009 36,101,711 3,589,188 18,246,872 7,484,990 3,776,415 3,044,107 4,248,590 9,658 2009 4,962,530,398 3,435,524,547 6,590,857,284 5,700,613,602 4,064,898,812 189,222,076 348,108,993 51,764,196 2009 2,007,289 6,008,894 13,879,513 27,380,095 18,576,982 1,709,468 2,350,266 1,274,077 2009 8,823,668,643 3,031,223,276 4,300,785,097
2008 1,685,724 133,772 173,530 58,987 2008 5,026,184 1,488,105 3,921,940 8,015,122 3,077,246 166,955 236,100 227,260 2008 456,987,341,899 280,729,951,347 490,782,656,479 645,756,810,073 321,123,375,964 (9,374,805,387) (10,770,404,351) 22,255,735,715 2008 3,103,295 3,091,111 15,577,811 6,504,736 3,397,915 2,407,231 3,448,405 6,776 2008 5,229,930,307 3,620,586,590 6,559,077,280 5,771,423,810 4,304,026,399 156,034,395 256,414,877 44,024,039 2008 3,200,815 5,677,831 12,155,991 28,392,965 24,085,068 (15,109) (75,209) 1,122,294 2008 8,832,493,200 4,646,154,334 4,468,089,987
48
Lanjutan laporan keuangan Federal Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Indomobil Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Indosat Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga JPFA Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Malindo Feedmil Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Medco Energi Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Mayora Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan
2012
2011
2010
2009
2008
19,129,026,360 15,168,794,642 1,125,115,563 1,496,758,641 1,230,317,362 2012 9,813,158 7,963,486 19,780,838 17,577,664 11,869,218 899,090 1,073,071 327,250 2012
17,390,356,136 13,919,570,281 1,078,775,648 1,414,705,012 1,068,788,943 2011 7,386,526 5,415,177 15,892,404 12,905,429 7,830,586 970,891 1,188,361 210,332 2011
12,068,061,625 8,484,796,572 1,173,825,969 1,557,700,590 790,880,243 2010 2,165,322 1,432,199 278,797 2,230,388 1,810,209 30,317 39,785 32,716 2010
9,128,353,968 6,223,189,741 811,839,501 1,142,467,432 762,523,258 2009 1,660,920 1,310,585 542,901 1,708,993 1,317,136 41,000 70,279 59,628 2009
9,167,492,267 6,814,584,241 612,383,250 890,206,354 974,403,977 2008 2,147,298 1,904,184 613,679 2,273,748 1,904,184 66,822 95,020 67,225 2008
8,308,810 11,015,751 22,418,812 55,225,061 35,829,677 487,416 461,618 625,540 2012
5,767,565 11,968,067 20,529,292 53,233,012 34,263,912 1,066,744 1,331,357 549,530 2011
5,455,940 12,024,949 14,843,079 53,325,128 35,069,754 530,914 873,542 1,359,189 2010
9,691,773 10,675,245 18,659,133 51,693,323 33,994,764 1,878,522 2,325,115 1,858,294 2009
7,139,627 13,068,122 18,393,016 55,041,487 36,753,204 1,498,245 2,231,993 1,872,967 2008
6,429,500 3,523,891 17,832,702 10,961,464 6,198,137 1,074,577 1,364,891 437,531 2012 894,203,546 852,741,232 3,349,566,738 1,799,881,575 1,118,011,031 302,421,030 383,075,893 67,217,327 2012 1,144,662,180 432,172,379 909,049,493 2,655,840,704 1,812,616,519 18,854,057 180,525,546 11,445,281 2012 5,313,599,558,516 1,924,434,119,144 10,510,625,669,832
4,932,300 3,099,991 15,663,068 8,266,417 4,481,070 671,474 872,309 331,404 2011 720,453,998 515,044,183 2,634,460,563 1,327,801,184 905,976,670 204,966,319 264,611,050 58,071,073 2011 1,302,648,797 811,563,837 817,716,937 2,597,795,610 1,730,128,171 96,087,526 213,695,286 10,748,084 2011 4,095,298,705,091 1,845,791,716,500 9,453,865,992,878
4,435,214 1,686,714 13,955,792 6,979,762 3,492,895 959,161 1,436,855 211,327 2010 204,966,319 356,573,189 2,036,518,864 966,318,649 710,475,454 179,906,030 224,904,945 43,608,737 2010 1,021,839,787 500,318,424 929,853,450 2,278,068,237 1,463,237,809 83,059,576 215,828,615 77,411,274 2010 2,684,853,761,819 1,040,333,647,369 7,224,164,991,859
3,968,640 1,798,979 14,340,277 6,070,137 3,700,159 814,451 1,249,918 230,356 2009 549,324,078 415,554,719 1,868,615,769 885,347,531 766,696,366 75,456,491 112,362,077 48,637,314 2009 791,222,447 509,163,054 667,801,378 1,040,509,378 1,312,826,289 19,231,994 50,550,356 50,143,505 2009 1,750,424,018,336 764,230,447,224 4,777,175,386,540
3,668,649 2,095,942 12,665,681 5,779,106 4,299,499 301,011 369,705 212,324 2008 538,229,850 461,457,443 1,729,647,254 859,934,901 815,384,227 7,627,245 14,929,705 42,705,197 2008 862,800,570 387,778,301 1,283,818,230 1,980,223,646 1,234,839,833 280,204,095 497,231,627 46,162,729 2008 1,684,852 769,800 3,907,674
49
Lanjutan laporan keuangan Mayora Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Oto Multiartha Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga PANIN Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Pupuk Kaltim Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Salim Ivomas Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Selamat Sempurna Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Tjiwi Kimia Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan
2010
2009
8,302,506,241,903 5,234,655,914,665 744,428,404,309 959,815,066,914 223,360,619,855 2012 12,436,699 8,984,438 2,069,980 12,657,934 9,056,885 450,458 609,087 8,380 2012 143,326,175 109,790,280 11,498,857 148,792,615 131,144,850 2,278,335 3,042,464 1,584,945 2012 6,415,775 2,526,386 13,452,117 12,166,994 2,370,393 1,984,057 2,625,337 94,568 2012 6,797,552 4,583,214 13,844,891 26,574,461 10,482,468 1,516,101 2,012,037 572,042 2012
2012
6,599,845,533,328 4,175,176,240,894 483,486,152,677 626,440,817,709 123,856,315,729 2011 11,670,954 8,516,847 2,272,607 11,896,885 8,703,726 207,530 289,132 5,897 2011 120,059,115 91,374,723 9,973,149 124,755,428 108,857,192 2,053,115 2,736,366 2,078,973 2011 5,316,847 2,330,135 10,371,290 10,633,741 4,458,360 1,449,094 1,959,968 111,752 2011 8,094,207 4,780,071 12,605,311 25,510,399 10,339,209 2,251,296 2,911,994 412,364 2011
4,399,191,135,535 2,359,027,500,267 499,655,171,512 658,358,847,453 87,782,627,557 2010 10,566,805 9,552,923 2,498,744 12,789,868 9,847,711 612,668 822,921 4,255 2010 104,155,659 78,847,046 8,183,967 108,947,955 95,635,577 1,257,925 1,897,611 1,381,499 2010 3,842,529 2,058,230 5,303,866 8,404,299 3,768,297 475,566 661,174 109,764 2010 4,671,323 4,100,944 9,484,281 21,063,714 11,324,638 1,395,191 2,012,116 400,442 2010
3,246,498,515,952 1,623,443,299,810 382,503,008,746 503,933,575,805 98,183,758,504 2009 8,833,666 5,298,887 984,990 9,100,684 7,087,040 234,704 328,901 17,229 2009 74,142,573 58,494,287 7,375,667 77,857,418 66,210,409 915,298 1,406,145 967,017 2009 4,008,499 2,459,557 8,215,315 8,414,882 3,996,352 832,371 1,145,931 98,993 2009 3,762,645 2,902,047 9,040,325 18,311,605 9,607,858 1,008,662 1,935,276 443,292 2009
2,922,998 1,646,322 196,230 209,828 43,313 2008 7,040,277 4,923,738 682,213 7,213,838 5,923,558 127,001 187,920 11,214 2008 61,408,391 47,664,488 6,011,625 64,391,915 55,664,960 701,361 1,153,368 856,527 2008 3,066,734 2,149,782 9,731,820 7,089,017 3,334,952 627,825 969,179 85,410 2008 4,190,563 3,813,440 11,840,499 16,337,417 8,993,137 1,002,435 2,153,042 423,707 2008
899,279,276,888 462,534,538,242 2,163,842,229,019 1,441,204,473,590 620,875,870,082 268,543,331,492 344,721,361,760 29,597,455,959 2012
816,080,633,630 339,633,977,787 2,072,441,125,522 1,327,799,716,171 544,907,492,355 241,576,270,793 309,643,929,471 31,468,531,406 2011
661,698,307,933 304,354,095,506 1,561,786,956,669 1,067,103,249,531 498,627,884,127 150,420,111,988 204,764,888,090 23,829,567,079 2010 946,262 399,040 999,839
574,889,835,576 362,255,240,112 1,374,651,605,661 941,651,276,002 397,397,235,616 132,850,275,038 185,861,376,752 9,206,276,862 2009 920,801 389,011 1,174,106
555,214,717,486 305,410,849,490 1,353,586,085,743 929,753,183,773 341,289,214,734 91,471,918,506 143,623,514,982 59,176,626,398 2008 775,443 299,991 1,358,794
1,262,551 524,443 1,321,641
2011
1,150,989 598,290 1,378,740
2008
50
Lanjutan laporan keuangan Tjiwi Kimia
2012
2011
2010
2009
2008
Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga Mandiri Tunas Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Pendapatan/penjualan Total Aktiva Total Kewajiban Laba Bersih Laba Sebelum Pajak Beban Bunga
2,682,042 1,907,754 34,817 41,627 60,331 2012
2,568,897 1,826,770 70,412 90,491 34,493 2011
4,334,870 3,102,807 841,069 4,388,126 3,859,161 116,548 155,549 312,904
3,478,423 1,977,313 677,978 3,516,365 3,103,948 65,773 90,832 298,780
2,375,759 1,653,737 73,649 79,520 16,997 2010 2,222,627 1,061,879 430,394 2,256,407 1,888,669 70,315 93,458 177,544
2,357,777 1,707,984 31,653 72,408 42,979 2009 1,754,874 615,436 446,574 1,792,489 1,465,739 60,016 81,321 184,367
2,263,367 1,643,026 51,686 43,613 33,744 2008 2,179,953 928,553 531,631 2,347,436 1,977,731 116,914 164,453 260,936
Sumber: Laporan tahunan Bursa Efek Indonesia
51
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada 25 Juli 1991. Merupakan puteri satusatunya dari bapak Didin Rohidin dengan ibu Aroh. Awal jenjang pendidikan dimulai pada tahun 1996 sampai 2002 penulis bersekolah di SD Negeri 1 Cisarua Sukabumi. Jenjang pendidikan selanjutnya di tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMPN 5Sukabumidan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama juga penulis melanjutkan sekolah ke SMAN 3 Sukabumi dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Akuntansi Program Diploma Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan perkuliahan, penulis telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan tahun 2011 pada KAP Weddie dan Rekan lulus tahun 2011. Di tahun yang samapenulis diterima di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen (Ekstensi), Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.