PENGARUH KETERLIBATAN MUSIK (MUSIC INVOLVEMENT) TERHADAP PEMILIHAN FORMAT MUSIK (TANGIBILITY PREFERENCE) Astrid Nadia Hartami Putri Sri Rahayu Hijrah Hati Program Studi S1 Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
ABSTRAK Di tengah meningkatnya konsumsi musik digital dan penurunan penjualan rekaman musik secara umum, produk musik dalam format fisik bertahan sebagai pilihan sarana menyimpan dan mendengarkan musik bagi banyak konsumen. Tujuan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang hubungan antara keterlibatan musik terhadap preferensi untuk format musik dalam bentuk yang nyata. Untuk mencapai hal ini, kami menguji model penelitian berdasarkan pada keterlibatan musik. Temuan menunjukkan bahwa keterlibatan musik yang tinggi berkorelasi positif dengan pengetahuan musik subyektif, preferensi tangibility, dan penggunaan pemutar musik portable (MP3 player). Ditemukan bahwa keterlibatan musik meningkatkan konsumsi musik dalam semua format, termasuk bentuk digital, namun keterlibatan tinggi muncul terhubung ke persepsi bahwa memiliki produk musik dalam bentuk nyata adalah lebih berharga. Perilaku konsumen sangat terlibat menunjukkan bahwa musik digital belum tentu memberantas format fisik tapi mungkin memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya, sampling dan melengkapi vs mengumpulkan dan menampilkan. Amid the increasing consumption of digital music and generally declining sales of recorded music, physical formats persist as the preferred means of storing and listening to music for many consumers. The purpose of this paper is to increase the understanding of the relationship between music involvement and preference for tangible music formats. To achieve this, we test a research model based on music involvement. Findings indicate that high music involvement is positively correlated with subjective music knowledge, tangibility preference, and portable player use. Quite naturally, involvement increases music consumption in all formats, including digitized forms, but high involvement appears connected to a perception of tangible records as more valuable. The behavior of highly involved consumers suggests that digital music is not necessarily eradicating physical formats but possibly fulfilling different needs; for example, sampling and complementing vs. collecting and displaying. Keywords: Consumer Behavior; Involvement; Music; Tangibility
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Pendahuluan Latar Belakang Industri musik di Indonesia telah berubah pesat dalam tiga tahun terakhir. Penjualan album fisik kaset dan CD merosot drastis. Tanpa disadari, perubahan industri musik menjadi tren digital merupakan salah satu ancaman penjualan album fisik ini. Penemuan pemutar musik format digital dan ponsel pemutar musik telah mengubah perilaku konsumen. Musik menjadi lebih mudah didapat terlebih lagi dengan adanya perkembangan internet. Ketika musik digital berformat MP3 memasuki dunia internet melalui jaringan pertukaran peer-topeer Napster.com pada tahun 1999, penggemar musik digital mulai menjamur hingga saat ini. Musik digital didefinisikan sebagai harmonisasi bunyi yang dibuat melalui perekaman konvensional maupun suara sintetis yang disimpan dalam media berbasis teknologi komputer. Musik digital menggunakan sinyal digital dalam proses reproduksi suaranya. Sebagai proses digitalisasi terhadap format rekaman musik analog, lagu atau musik digital mempunyai beraneka ragam format yang bergantung pada jenis piranti, yang biasa digunakan antara lain: MP3, WAV, WMA, dan AAC. Permasalahan Saat ini pergeseran pola konsumsi musik dari fisik ke digital format melibatkan perubahan lebih mendalam. Dari barang berwujud yang dapat disimpan dan dikategorikan berdasarkan urutan abjad, rekaman musik menjadi cair dan ada di mana-mana, dapat dikonsumsi
dikonsumsi selayaknya
air (IFPI, 2009). Bersamaan, meskipun penjualan
rekaman musik secara keseluruhan menyusut, fisik media tetap bertahan sebagai pilihan sarana menyimpan dan mendengarkan musik bagi banyak konsumen. Mengingat pembahasan di atas, dan dalam menanggapi panggilan untuk penelitian lebih lanjut di bidang intangibility dan perilaku konsumen (Featherman et al., 2006; Laroche et al., 2005), tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang hubungan antara keterlibatan musik dan preferensi untuk format musik yang nyata. Pada dasarnya penelitian ini berusaha untuk menganalisis yang pertama adalah apakah keterlibatan musik seseorang berpengaruh positif terhadap preferensi tangibility. Kedua adalah apakah keterlibatan musik berpengaruh positif terhadap pengetahuan musik subyektif. Ketiga adalah apakah pengetahuan musik subyektif berpengaruh positif terhadap preferensi tangibility. Keempat adalah untuk menganalisis apakah keterlibatan musik seseorang berpengaruh positif terhadap penggunaan alat pemutar musik MP3. Kelima atau yang terakhir adalah untuk menganalisis
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
apakah menggunakan pemutar MP3 berpengaruh negatif terhadap preferensi tangibility seseorang. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalah di atas, adapun tujuan penelitian antara lain: 1. Untuk menganalisis apakah keterlibatan musik berpengaruh positif terhadap preferensi tangibility. 2. Untuk menganalisis apakah keterlibatan musik berpengaruh positif terhadap pengetahuan musik subyekif. 3. Untuk menganalisis apakah pengetahuan musik subyektif berpengaruh positif terhadap preferensi tangibility. 4. Untuk menganalisis apakah keterlibatan musik berpengaruh positif terhadap penggunaan alat pemutar musik MP3. 5. Untuk menganalisis apakah penggunaan alat pemutar musik MP3 berpengaruh negatif terhadap preferensi tangibility.
Tinjauan Teoritis Preferensi Tangibility (Tangibility Preference) Umumnya, tangibility mengacu pada sifat fisik dari produk dan sejauh mana seseorang dapat mengalami ini melalui indera peraba (Freiden et al., 1998). Semakin kurang nyata produk, semakin berpengaruh pada kemasan – dan apa yang bisa disimpulkan dari itu – dalam membentuk penilaian tentang produk tersebut (Levitt, 1981). Dengan distribusi musik secara digital, persepsi produk berdasarkan visual dan taktil tayangan tidak tersedia (Featherman et al., 2006; McCourt, 2005). Peningkatan abstraksi produk digital dapat menyebabkan perasaan non-keasliannya (Featherman et al., 2006), yang dapat berkontribusi terhadap pandangan file digital memiliki nilai yang lebih rendah secara emosional dan moneter daripada rekan-rekan fisik mereka (Fox, 2004; McCourt, 2005). Tentu saja, musik digital yang lebih baik dapat memenuhi beberapa kebutuhan dan keinginan, termasuk kenyamanan, akses langsung dan kemampuan kustomisasi (McCourt, 2005). Namun interaksi fisik dengan musik rekaman, dan mungkin ikatan emosional, sulit untuk menggantikan.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Plasketes (1992) menjelaskan pentingnya indera peraba dalam pengalaman mengkonsumsi musik dalam deskripsi yang jelas mengenai perasaan memegang dan memperlakukan sebuah rekaman format panjang atau Long Play. Bahkan, statistik menunjukkan bahwa penjualan Long Play telah tinggal relatif datar di AS sejak tahun 1993 (RIAA, 2008) atau bahkan meningkat baru-baru (Resnikoff, 2008), menunjukkan bahwa vinyl memiliki kehidupan terus sebagai produk niche. Orang bisa melihat format CD sebagai salah satu transisi yang akan segera mati dan digantikan sepenuhnya oleh format digital lainnya. Namun, masih ada seniman dan perusahaan rekaman yang tetap percaya secara mendalam, meskipun tidak akan bertahan selamanya, adanya sebuah harapan untuk format disk. Mereka menunjuk pada nilai dari memiliki produk yang nyata untuk menampilkan, menyentuh, dan memiliki, ini sangat penting bagi mereka yang dibesarkan dengan konsumsi musik yang didasarkan terutama pada album (Hedlund, 2006). Sementara hard copy aktual dan aspek kemasan adalah alasan utama bagi konsumen muda di sebuah penelitian di Inggris masih membeli CD, diikuti dengan "link ke artis favorit atau band" dan kemungkinan untuk menampilkan dan mengagumi koleksi seseorang (BMR, 2008), suara kualitas merupakan masalah penting bagi beberapa konsumen. Meskipun kebanyakan orang tidak dapat mendengar perbedaannya antara rekaman asli dan versi terkompresi, perbedaan dapat menjadi terdengar saat diputar melalui speaker stereo (Mock, 2004). Menurut Kunze dan Mai (2007), kualitas rendah digital didistribusikan (terkompresi) file audio dapat menjadi faktor risiko dalam adopsi konsumen musik online. Audiophiles berbagi "lossless" file secara online (McGuiness, 2008), dan penggemar vinil menganggap suara yang lebih kaya dari format LP yang terawat lebih unggul bahkan untuk CD (Weaver, 1998). Dengan demikian, beberapa alasan mungkin menjelaskan mengapa beberapa konsumen lebih memilih format musik yang nyata dengan bentuk digital yang lebih berwujud. Sementara preferensi individu untuk CD atau piringan hitam tidak mengecualikan penggunaan musik digital untuk pengambilan sampel, kenyamanan, atau keperluan pelengkap (Kleinschmit, 2007; Sandulli, 2007), format yang nyata tetap lebih sangat dihargai. Keterlibatan (Involvement) Keterlibatan dalam produk sering didefinisikan sebagai relevansi pribadi dari produk kepada konsumen (Hightower et al, 2002.), tetapi juga telah dipertimbangkan untuk memasukkan kesenangan atau kenikmatan, self-expression atau sign, dan perasaan bahagia (Evrard dan Aurier, 1996, Huang, 2006; Michaelidou dan Dibb, 2006). Bertentangan dengan
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
keterlibatan situasional, yang bersifat sementara dan terjadi dalam situasi tertentu, keterlibatan terdiri dari keprihatinan yang berkelanjutan dengan produk atau aktivitas (Huang, 2006). Oleh karena itu, fokus dalam makalah ini adalah pada keterlibatan yang terus-menerus daripada keterlibatan yang hanya bersifat situasional. Menurut Hightower et al. (2002) keterlibatan, bisa menjadi konstruk yang jelas dan penting, tapi tampaknya tidak banyak yang meneliti ini – jika diteliti dalam literatur konsumsi hedonik. Beberapa studi telah membahas tingkat tinggi keterlibatan dalam produk tertentu dalam hal antusiasme produk (Bloch, 1986) atau keterlibatan yang mendalam (Holbrook, 1987). Melalui Holbrook (1987) dijelaskan, keterlibatan yang mendalam berfokus pada pengalaman konsumsi sebagai tujuan itu sendiri, yang mungkin memainkan peran sentral dalam membentuk pengertian identitas seseorang. Ide ini sejalan dengan teori Belk (1988) bahwa orang-orang melihat harta atau kepemilikan mereka sebagai bagian dari diri mereka sendiri. Bagi kolektor, koleksi itu sendiri dan pengaturannya dapat mengungkapkan banyak tentang identitas individu dan apa yang paling penting kepadanya sebagai konsumen (Belk, 1988; Holbrook, 1987). Khususnya, Walsh et al. (2003) telah menyarankan bahwa tingkat keterlibatan musik individu berpotensi dapat mempengaruhi pilihan format, seperti CD melalui download digital. Dalam nada yang sama, sebuah studi baru-baru ini mengenai keputusan pembelian CD ditemukan bahwa kebutuhan untuk mengontrol dan terlibat dengan musik, yang dikaitkan dengan keterlibatan, juga berkorelasi positif dengan jumlah CD yang dimiliki (Utara dan Oishi, 2006). Para penulis mengusulkan bahwa sementara mereka yang memiliki kebutuhan tinggi untuk mengontrol dan terlibat dengan musik mungkin rentan terhadap pembajakan, para konsumen mungkin juga menyesal tidak memiliki kemasan berkualitas tinggi dari CD dibeli secara legal (Utara dan Oishi, 2006). Pengetahuan Subyektif (Subjective Knowledge) Individu yang sangat terlibat cenderung untuk mencari informasi lebih lanjut tentang kategori produk, yang kemungkinan akan membuat mereka semakin berpengetahuan tentang hal itu dari waktu ke waktu (Bloch, 1986). Oleh karena itu, penelitian telah menunjukkan bahwa keterlibatan berkorelasi kuat dengan pengetahuan subyektif (Flynn dan Goldsmith, 1999; Park and Moon, 2003). Ketika pengetahuan obyektif dimengerti dengan apa yang orang benar-benar tahu tentang sesuatu, pengetahuan subyektif mengacu pada apa atau berapa banyak orang mengira dia / dia tahu (Park et al., 1994). Menurut Flynn et al. (1993) dan Flynn dan Goldsmith (1999), pengetahuan subyektif lebih terhubung dari pengetahuan obyektif dengan perilaku sekitarnya pembelian produk dan
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
penggunaan. Selain itu, Park and Moon (2003) menunjukkan bahwa korelasi antara keterlibatan dan pengetahuan subyektif secara signifikan lebih tinggi untuk hedonis daripada produk utilitarian. Oleh karena itu pengetahuan subyektif dianggap lebih relevan dengan penelitian ini. Investigasi ke dalam hubungan antara keterlibatan dan pengetahuan subyektif dalam konteks musik mengungkapkan bahwa konsumen yang sangat terlibat dengan musik rock menganggap diri mereka sendiri lebih berpengetahuan mengenai hal itu daripada mereka yang kurang terlibat (Flynn et al., 1993). Selain itu, kita bisa mengharapkan konsumen yang ahli musik (dalam arti subyektif) menjadi lebih rentan untuk menjadi seorang kolektor. Karena pengetahuan musik dan preferensi dapat berfungsi sebagai sarana identifikasi kelompok (Belk, 1988), adalah mungkin bahwa konsumen lebih memilih format berpengetahuan nyata yang lebih mudah ditampilkan. Flynn et al. (1993) menemukan bahwa pengetahuan subyektif tinggi tentang musik rock yang terhubung ke frekuensi yang lebih tinggi untuk membeli format musik yang nyata, dan Walsh et al. (2003) menunjukkan bahwa apa yang dialami oleh konsumen atau penikmat musik secara aktif akan lebih mungkin untuk menghargai manfaat dari memiliki musik dengan kualitas suara yang tinggi, seperti contohnya pada CD. Penggunaan Teknologi Baru (Use of New Technology) Karena pencarian informasi yang sedang berlangsung dan penggunaan yang aktif, orang dengan keterlibatan yang kuat dalam kategori produk cenderung belajar dari inovasi setelah diperkenalkan (Bloch, 1986; Pallister et al., 2007). Karena konsumen yang sangat terlibat adalah pemimpin opini, mereka menjadi penting dalam difusi inovasi dan teknologi baru (Bloch, 1986). Sebagai contoh, dalam sebuah studi di adopsi dari CD player, konsumen dengan keterlibatan musik tinggi dan mereka dengan koleksi LP yang banyak lebih cenderung menjadi pengadopsi awal (Hansman et al., 1999). Demikian pula, Walsh et al. (2003) menunjukkan bahwa konsumen musik yang inovatif lebih cenderung untuk menggunakan teknologi baru, seperti pemutar MP3. Artinya, individu sangat terlibat diharapkan untuk mengkonsumsi lebih banyak musik pada umumnya dan menjadi lebih inovatif, menunjukkan bahwa mereka menggunakan teknologi yang lebih baru, seperti pemutar MP3, lebih daripada mereka yang kurang terlibat. Pada saat yang sama, keinginan yang tinggi untuk menyesuaikan terhadap musik compact, yang mudah dilakukan dengan MP3 player (McCourt, 2005), dapat mengurangi preferensi untuk format nyata sebagai musik digital yang bernilai lebih tinggi. Untuk konsumen ini, akses dan kenyamanan yang ditawarkan oleh pemain portabel mungkin lebih
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
penting daripada artefak dan suara kualitas yang berhubungan dengan format fisik (McCourt, 2005). Remaja, misalnya, yang memiliki dan menggunakan MP3 player lebih daripada kelompok usia yang lebih tua, juga menghabiskan uang jauh lebih sedikit dibandingkan CD konsumen lainnya (BMR, 2008). Bockstedt et al. (2006) menunjukkan meningkatnya penggunaan pemain portabel sebagai pendorong permintaan untuk format musik digital, yang mereka sarankan adalah "menjadi pilihan produk yang lebih banyak disukai bagi konsumen musik" (p.9). Metode Penelitian Model yang diterapkan dalam penelitian ini diambil dari jurnal hasil olahan peneliti Maria Ek Styvén (2010) yang berjudul “The need to touch: Exploring the link between music involvement and tangibility preference”.
Gambar 3.1: Model Penelitian Sumber : Maria Ek Styvén (2010), “The need to touch: Exploring the link between music involvement and tangibility preference”, Journal of Business Research (2010).
Menurut Walsh et al. (2003) bahwa tingkat keterlibatan musik individu berpotensi dapat mempengaruhi pilihan format, seperti CD atau melalui download dengan format digital. Sehingga hipotesis pertama dari penelitian ini adalah H1. Music involvement relates positively to tangibility preference. Keterlibatan musik berhubungan positif dengan preferensi tangibility H2. Music involvement relates positively to subjective music knowledge. Keterlibatan musik berhubungan positif terhadap pengetahuan musik subyektif
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
H3. Subjective music knowledge relates positively to tangibility preference. Pengetahuan musik subyektif berhubungan positif dengan preferensi tangibility
H4. Music involvement relates positively to MP3 player use. Keterlibatan musik berhubungan positif dengan penggunaan pemutar MP3 H5. MP3 player use relates negatively to tangibility preference. Penggunaan alat pemutar musik MP3 berkaitan negatif dengan preferensi tangibility Penelitian ini memiliki 20 item pernyataan dari empat dimensi yang ada,sehingga jumlah sampel minimum yang diperlukan adalah sebanyak 20 x 5 = 100 sampel. Namun, jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 230 orang yang artinya, jumlah sampel minimum telah terpenuhi. Responden diberi pilihan untuk menjawab pertanyaan yang ada di kuisioner dengan menggunakan skala Likert 1 sampai dengan 7, di mana 1 merupakan pernyataan sangat tidak setuju dan 6 untuk pernyataan sangat setuju. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner kepada 230 orang responden sebelumnya telah dilakukan pre-test kepada 30 orang responden untuk menguji reliabilitas kuesioner. Kuisioner akan diisi sendiri oleh responden (self-administered questionnaire). Peneliti menggunakan teknik sampling yang digunakan adalah metode snowball sampling merupakan teknik sampling dengan memilih secara random responden awal dan setelah itu responden awal tersebut diminta untuk mengidentifikasi responden baru yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian (Malhotra 2007).Penyebaran kuesioner dilakukan via internet dan melalui penyebaran secara fisik atau menggunakan hard copy. Penelitian ini menggunakan SEM (Structural Equation Modeling).Wijanto (2008) dalam bukunya “Structural Equation Modeling (SEM) dengan LISREL 8.8: Konsep & Tutorial” mengatakan bahwa SEM mempunyai duajenis variabel dan dua jenis model. Dua jenis variabel tersebut adalah variabel laten (latent variabel) dan variabel teramati (observed variable). Variabel laten merupakan konstruk abstrak, sebagai contoh: perilaku orang, sikap, perasaan, dan motivasi. Variabel laten ini hanya dapat diamati secara tidak langsung dan tidak sempurna melalui efeknya pada variabel teramati. Variabel teramati adalah variabel yang dapat diamati atau dapat diukur secara empiris dan sering disebut sebagai indikator. Pada metode survei dengan menggunakan kuesioner, setiap pertanyaan pada kuesioner mewakili sebuah variabel teramati. Kemudian dua jenis model dalam SEM adalah model struktural (structural model) dan model pengukuran (measurement model). Model struktural menggambarkan hubungan-hubungan yang ada di antara variabel-variabel laten. Sedangkan
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
model pengukuran menggambarkan indikator-indikator sebagai efek atau refleksi dari variabel latennya. Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Hasil Pretesting Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi dan reliabilitas pertanyaan pada kuesioner penelitian di dalam mengukur variabel yang dimaksud. Menurut Malhotra (2010), Jika nilai Cronbach’s Alpha melebihi atau sama dengan 0,6 maka pertanyaan-pertanyaan tersebut konsisten, relevan serta reliabel atau dapat diandalkan jika diterapkan pada sampel, tempat, dan waktu pengambilan data yang berbeda. No. 1 2 3 4
Tabel 4.1 Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha Variabel Nilai Cronbach’s Jumlah Item Alpha Pertanyaan Music Involvement .937 3 Subjective Music Knowledge .702 4 Tangibility Preference .621 2 MP3 Player Use .905 11 Sumber: Hasil Uji SPSS Oleh Peneliti
Dari data hasil kuesioner pendahuluan tersebut diolah dengan menggunakaan software SPSS 15 for Windows. Empat variabel yang diuji pada saat pre-test adalah Music Involvement, Subjective Music Knowledge, Tangibility Preference, dan MP3 Player Use. Dari tabel di atas kita dapat melihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha dari seluruh variabel berada di atas 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pertanyaan dalam kuesioner penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang baik dan dapat digunakan lebih lanjut dalam penelitian. 4.2.1 Uji Validitas Pre-test Setelah dilakukan uji reliabilitas, kemudian peneliti melakukan uji validitas untuk mengetahui kehandalan pertanyaan pada kuesioner penelitian dalam mengukur variabel yang dimaksud. Uji validitas adalah pengujian dengan melakukan analisis faktor berdasarkan variabel yang ada di dalam penelitian dengan syarat nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) lebih besar dari 0,5. 4.2.2.1 Keterlibatan Musik (Music Involvement) Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA) untuk variabel Music Involvement adalah 0,752 dan berada di antara 0,5 – 1 sehingga variabel tersebut bisa diproses lebih lanjut.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Tabel 4.2 KMO and Bartlett's Test Music Involvement Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .752 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 75.218 Df 3 Sig. .000 Sumber: Hasil Uji SPSS Oleh Peneliti
4.2.2.2 Pengetahuan di Bidang Musik (Music Knowledge) Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA) untuk variabel Pengetahuan Musik Subyektif (Subjective Music Knowledge) adalah 0,591 dan berada di antara 0,5 – 1 sehingga variabel tersebut bisa diproses lebih lanjut.
Tabel 4.3 KMO and Bartlett's Test Music Knowledge Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square Df Sig.
.591 31.388 6 .000
Sumber: Hasil Uji SPSS Oleh Peneliti
4.2.2.3 Tangibility Preference Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA) untuk variabel Tangibility Preference sebesar 0,646, dan berada diantara 0,5 – 1 sehingga variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut. Tabel 4.4 KMO and Bartlett's Test Tangibility Preference Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square Df Sig.
.646 9.604 3 .022
Sumber: Hasil Uji SPSS Oleh Peneliti
4.2.2.4 Penggunaan Perangkat untuk Mendengarkan Musik (MP3 Player Use) Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA) untuk variabel Penggunaan Perangkat untuk Mendengarkan Musik (MP3 Player Use) sebesar 0,744, dan berada di antara 0,5 – 1 sehingga variabel tersebut bisa diproses lebih lanjut.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Tabel 4.5 KMO and Bartlett's Test MP3 Player Use Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.772 223.738
Df Sig.
55 .000
Sumber: Hasil Uji SPSS Oleh Peneliti
b. Profil Responden Dari 230 responden, di mana sebanyak 152 orang responden (66%) berjenis kelamin perempuan, kemudian 78 orang responden (34%) berjenis kelamin laki-laki. Kemudian ratarata usia responden adalah 16-24 tahun. Selanjutnya Peneliti membagi responden ke dalam 7 kelompok menurut tingkat pendidikan yang terakhir telah ditamatkan, SMP, SMA, Diploma, S1, S2, S3, dan lainnya. Dapat dilihat bahwa dari 230 orang responden yang berpartisipasi, mayoritas memiliki tingkat pendidikian terakhir yakni S1 sebanyak 129 orang (56%). Selanjutnya untuk tingkat Diploma ada 70 orang (30%), SMA 22 orang (10%), S2 6 orang (3%), dan yang terkecil adalah tingkat pendidikan SMP yakni 1 orang (1%). responden yang Peneliti membagi responden ke dalam 10 kelompok, yaitu yang pekerjaanya sebagai pelajar/mahasiswa, pegawai swasta, pegawai negeri, wiraswasta/pengusaha, musisi/seniman, profesional, pekerja magang, pekerja paruh waktu, tidak satupun di atas/tidak bekerja, dan lainnya. Peneliti membuat klasifikasi pekerjaan dalam lainnya untuk mengakomodir pekerjaan responden yang tidak tercantum pada pekerjaan yang mayoritas sering dimiliki oleh banyak responden. Dari 230 responden sebanyak 47 orang responden (20%) masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa, pegawai swasta 123 orang responden (54%), pegawai negeri 14 orang responden (6%), musisi/seniman sebanyak 4 orang (2%), bekerja sebagai wiraswasta/pengusaha adalah sebanyak 13 orang responden (6%),
sebanyak 8 orang
responden (4%) merupakan profesional, pekerja magang 2 orang (1%), pekerja paruh waktu sebanyak 3 orang (1%), tidak satupun di atas/tidak bekerja sebanyak 9 orang (4%), dan lainnya sebanyak 8 orang responden (4%). Sebanyak 124 orang responden (54%) berdomisili di Jakarta, sebanyak 45 orang responden (20%) bertempat tinggal di Tangerang, sebanyak 28 orang responden (12%) berdomisilis di Bekasi, 22 orang responden (10%) domisili di Bogor, 8 orang responden (4%) di Depok, dan lainnya sebanyak 3 orang responden (1%). Berdasar data yang diperoleh dari
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
230 orang responden yang berpartisipasi, mayoritas responden mengeluarkan biaya sebesar Rp500.001-Rp1.000.000,- untuk rata-rata pengeluaran umum responden per bulan, di luar cicilan rumah/kendaraan/barang elektronik, tabungan, asuransi, dsb. Disusul terbesar kedua dan ketiga yakni masing-masing sebanyak 41 orang responden (18%) memiliki rata-rata pengeluaran umum per bulan sebesar Rp1.500.001-Rp2.000.000,- dan Rp2.000.001Rp3.000.000,-. c. CFA Hasil CFA diperoleh melalui tahapan analisis validitas model pengukuran, uji reliabilitas dan uji kecocokan model (goodness of fit), yang mana nilai dari SLF ≥ 0.3 atau ≥0.5 (Sitinjak dan Sugiarto, 2006; Wijanto, 2008) dan t-value ≥1.96. Berdasarkan Hair (2006) dan Wijanto (2008), syarat reliabilitas yang baik adalah jika nilai Construct Reliability ≥ 0.70 dan Variance Extracted ≥ 0.50. Pada penelitian ini, nilai CR dan VE telah memenuhi kriteria diatas. d. Uji Kecocokan Model Pengukuran (Goodness of Fit) Dari hasil output setelah melakukan perhitungan denagn menggunakan Lisrel, maka nilainilai yang dihasilkan paling banyak poor fit (PF), dan hanya terdapat satu nilai good fit (GF). Hal tersebut membuat peneliti harus melakukan respesifikasi atau modifikasi terhadap nilainilai yang dihasilkan pada output lisrel yang telah diperoleh. Respesifikasi yang akan dilakukan adalah dengan mengecilkan nilai RMSEA. Dengan menghapus set error variance dari nilai yang terbesar pada variabel yang sama. Setelah dilakukan modifikasi, statistic chi-square dari keseluruhan variabel laten adalah sebesar 575.38 dengan p-value sebesar 0.000. Nilai tersebut cukup kecil karena belum memenuhi persyaratan model yang baik (goodness of fit) karena p-value ≤ 5%. Selain nilai statistic chi-square dan p-value yang termasuk dalam kategori poor fit, terdapat 2indeks lain yang poor fit, antara lain yaitu Standard RMR dan CN. Meskipun begitu terdapat 5 indeks yang nilainya masuk dalam kategori marginal fit, yaitu RMSEA, NFI, AGFI, GFI dan RFI. Untuk kategori good fit, yaitu ECVI, CFI, IFI dan NNFI. e. Analisis Model Struktural Jika dilihat dari uji hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa dari lima hipotesis, ada empat hipotesis yang memperlihatkan hubungan signifikan dengan tingkat keyakinan 95% dan nilai t-value ≥ 1.64. Tabel di bawah ini memperlihatkan hubungan variabel dependen dengan variabel independen. Selain itu, tabel juga menunjukkan semua hipotesis diterima.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Tabel 4.12 Kesimpulan Uji Hipotesis Path t-value Estimasi Hasil A→C 3.09 0.38 Signifikan (H1 diterima) A→B 8.01 0.64 Signifikan (H2 diterima) B→C 1.67 0.19 Signifikan (H3 diterima) A→D 3.78 0.34 Signifikan (H4 diterima) D→C -1.88 -0.18 Signifikan (H5 diterima)
Hipotesis H1 H2 H3 H4 H5
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
f. Analisis Hipotesis Analisis Hipotesis H1 H1: Keterlibatan
musik (Music Involvement) berpengaruh positif terhadap Tangibility
Preference Hipotesis diterima Berdasarkan tabel 4.12, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa hasil hipotesis signifikan atau H1 diterima karena nilai t-value sebesar 3.09 ≥ 1.64 dengan tingkat keyakinan 95%. H1 diterima berarti hal tersebut menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Music Involvement dengan Tangibility Preference dengan nilai koefisien terantisipasi positif yaitu 0.38, yang menandakan adanya hubungan signifikan namun tidak begitu kuat di antara kedua variabel tersebut. Pernyataan tersebut serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria Ek Styven (2010). Ia menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara music involvement dengan tangibility preference. Analisis Hipotesis H2 H2: Keterlibatan musik (Music Involvement) berpengaruh positif terhadap Pengetahuan Musik Subyektif (Subjective Music Knowledge) Hipotesis diterima Jika dilihat dari tabel 4.12 di atas, maka kesimpulannya yaitu hasil hipotesis signifikan atau H2 diterima sebab nilai t-value adalah sebesar 8.01 dan ≥ 1.64 dengan tingkat keyakinan 95%. Hal ini berarti H2 diterima dan menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara music involvement dengan subjective music knowledge. Nilai koefisien di antara kedua variabel terantisipasi positif dengan nilai signifikansi sebesar 0.64. Jadi, ada hubungan yang signifikan dan kuat di antara kedua variabel di atas.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini ternyata serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria Ek Styven (2010). Berdasarkan penelitiannya, ada hubungan yang signifikan yang terjadi di antara kedua variabel tersebut. Analisis Hipotesis H3 H3: Pengetahuan musik subyektif (Subjective Music Knowledge) berpengaruh positif terhadap Tangibility Preference Hipotesis diterima Kesimpulan berdasarkan tabel di atas yaitu hasil hipotesis signifikan atau H3 diterima karena nilai t-value yaitu 1.67, lebih besar dari 1.64 dengan tingkat keyakinan 95%. Ini berarti H3 diterima dan memperlihatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara subjective music knowledge dengan tangibility preference walaupun lemah. Jika dilihat dari nilai koefisien sebesar 0.19 maka subjective music knowledge memiliki hubungan positif yang tidak signifikan dan tidak kuat terhadap tangibility preference. Jika dilihat dari penelitian sebelumnya, maka hasil yang didapat tidak sesuai dengan Maria Ek Styven (2010) yang menyatakan bahwa subjective music knowledge memiliki hubungan yang signifikan dengan tangibility preference. Analisis Hipotesis H4 H4: Keterlibatan musik (Music Involvement) berpengaruh positif terhadap penggunaan pemutar alat musik MP3 (MP3Player Use) Hipotesis diterima Jika mengarah dari tabel 4.12, maka bisa dilihat bahwa hasil hipotesis signifikan atau H4 diterima sebab bilai t-value sebesar 3.78, lebih besar dari 1.64 dengan tingkat keyakinan 95%. Hal tersebut memperlihatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara music involvement dengan MP3 player use. Hubungan yang terjadi di antara kedua variabel lemah apabila melihat nilai koefisien sebesar 0.34. Jika mengacu dari hasil tersebut, maka ada kesesuaian antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria Ek Styven (2010). Ia menyatakan di dalam hasil penelitiannya bahwa music involvement memiliki hubungan yang signifikan dengan MP3 player use.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Analisis Hipotesis H5 H5: Penggunaan pemutar alat musik (MP3 player use) berpengaruh negatif terhadap Tangibility Preference Hipotesis diterima Dari tabel 4.12 di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa H5 diterima atau hasil hipotesis signifikan karena nilai t-value sebesar -1.88 dan lebih besar dari 1.64 dengan tingkat keyakinan 95%. Hal ini menyatakan bahwa hubungan di antara variabel MP3 player use dengan tangibility preference adalah negatif. Nilai koefisien sebesar -0.18 memperlihatkan bahwa hubungan keduanya lemah. Berdasarkan pernyataan di atas maka hasil penelitian ini diterima dan sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria Ek Styven (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan alat pemutar musik MP3 memiliki hubungan negatif dengan tangibility preference.
Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian kepada 230 responden, penelitian sangat menarik melihat dari fenomena industri musik yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini. Dapat dikatakan bahwa keterlibatan musik yang cenderung tinggi pada seseorang akan memberikan dampak terhadap kecenderungan atau preferensi yang tinggi terhadap kebutuhan untuk memiliki produk musik dalam bentuk fisik. Maka peneliti menemukan kesimpulan bahwa: 1. Hasil yang diperoleh dari tes hipotesis menunjukkan bahwa keterlibatan musik secara positif terkait dengan sejauh mana konsumen mendukung pembelian format musik yang nyata. Hubungan ini penting di kalangan konsumen muda, terlepas dari preferensi bahwa umumnya konsumen muda lebih menonjol untuk memiliki musik dalam format digital di antara kelompok usia muda di lingkungan pergaulannya (Horrigan, 2008). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar keterlibatan seseorang dalam hal musik akan menjadi faktor penentu seseorang terhadap preferensinya untuk memiliki produk musik dalam format fisik. 2. Keterlibatan seorang individu yang tinggi akan cenderung untuk mencari informasi lebih tentang kategori sebuah produk, di mana akan meningkatkan pengetahuan mereka mengenai hal tersebut berulang kali. Dalam penelitian ini pengetahuan
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
didasarkan atas pengetahuan subyektif responden terhadap musik. Adalah tingkat pengetahuan yang dirasakan sendiri oleh responden. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa keterlibatan musik memiliki hubungan yang positif dengan pengetahuan subyektif musik. 3. Ketika seseorang merasa ahli di bidang musik, dari segi subyektif dirinya sendiri maka dapat diasumsikan ia akan cenderung menjadi kolektor album-album musik. Karena pengetahuan musik dan preferensi terhadap format musik yang nyata dapat berfungsi sebagai sarana identifikasi kelompok (Belk, 1988). Sehingga adalah mungkin bahwa konsumen lebih memilih format fisik yang nyata yang lebih mudah ditampilkan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pengetahuan musik subyektif memiliki hubungan positif terhadap preferensi tangibility produk musik secara nyata. Ini mengindikasikan kesesuaian dengan model penelitian. 4. Berdasarkan hasil penelitian 230 responden yang mayoritas adalah usia produktif menyatakan bahwa keterlibatan musik seseorang memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan alat pemutar musik MP3 mereka. Mereka adalah golongan yang mengikuti perkembangan jaman dan teknologi terkini. Tidak dapat dipungkiri bahwa era portable player yang diusung oleh MP3 player memiliki kemudahan untuk mendengarkan musik di mana dan kapan saja. Walaupun keterlibatan musik yang lebih tinggi pada hipotesis 1 dikaitkan dengan preferensi untuk memiliki format musik yang nyata namun musik digital akan digunakan juga dan bertujuan untuk saling melengkapi. Artinya demand terhadap konsumsi musik yang tinggi pada individu yang keterlibatan musiknya sangat tinggi setiap harinya akan memilih media yang juga bisa memfasilitasi demand mereka yakni dengan alat pemutar musik MP3. 5. Dari hasil penelitian ini ternyata didapatkan hasil yang sama dengan hipotesis awal bahwa hubungan di antara penggunaan pemutar alat musik MP3 berpengaruh negatif terhadap preferensi tangibility. Sehingga penggunaan pemutar alat MP3 tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap pemilihan format musik dalam bentuk nyata atau secara fisik. Indikasi ini memperlihatkan bahwa memang para peminat musik di Indonesia khususnya mereka yang secara aktif menggunakan alat pemutar musik MP3 sebagai media untuk mendengarkan musik sehari-hari memberikan value terhadap musik digital lebih tinggi dibandingkan dengan format fisik seperti kaset, CD maupun piringan hitam.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Saran Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijabarkan di atas, maka ada beberapa saran terkait hal tersebut diantaranya yaitu: 1. Industri musik Indonesia perlu membangun sebuah portal seperti iTunes bagi para penikmat musik Indonesia. Karena disadari mayoritas penikmat musik yang aktif menggunakan alat pemutar musik MP3 cenderung lebih menyukai format musik digital dibanding format fisik. Dengan adanya portal musik resmi dan berbayar seperti iTunes maka pembelian musik secara digital bisa terus berjalan dan tidak menghentikan begitu saja produksi musik, walaupun bukan dalam format fisik. 2. Adanya akses untuk memperoleh musik digital yang tidak hanya single operator. Adanya
website
musik
digital
berbayar
seperti
langitmusik.com
hanya
mengkhususkan konsumennya bagi para pemakai layanan operator Telkomsel saja sedangkan bagi operator lain tidak bisa. Untuk itulah diperlukan layanan musik berbayar digital multi operator yang dapat memperluas cakupan pemasaran lagu-lagu milik artis Indonesia dan tentunya akan memperluas pasar. 3. Pengetahuan musik subyektif seorang konsumen musik yang terbatas terhadap sebuah lagu atau grup musik dapat diakibatkan oleh kurangnya program promosi single atau suatu musik. Diperlukan promosi yang gencar dan terus-menerus agar nantinya ketika seseorang sudah memiliki pengetahuan terhadap suatu album atau produk musik tertentu maka preferensi pemilihan format musik nya pun bisa membesar signifikansinya untuk membeli format album fisik. 4. Bagi pihak manajemen artis. Beberapa penyebab kegagalan band Indonesia dalam mempertahankan karir musik mereka hingga panjang umur di industri musik adalah karena kegagalan mereka dalam membangun basis massa penggemar (fan base) dan tidak mengonsep band mereka sebagai brand sedari awal. Band-band mainstream di Indonesia sebagian besar memang dibesarkan oleh peran label rekaman mereka, bukan besar karena dukungan fans. Beberapa bahkan sengaja direkayasa eksistensinya oleh label rekaman dengan diberikan marketing budget yang sangat besar. Single mereka diputar oleh ratusan stasiun radio di seluruh Indonesia, tampil playback/ lip sync di berbagai acara musik pagi di TV hingga manggung di berbagai konser gratisan dalam rangka promosi sebuah produk. Akhirnya mereka memang menjadi artis bernama besar, namun sayangnya tidak mengakar. Sedikit sekali artis atau band di Indonesia yang serius untuk mengembangkan fan base. Padahal mereka yang berniat untuk mengembangkannya sejak awal akan
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
menikmati hasilnya kemudian. Jika diperhatikan jarang sekali kita memiliki penggemar musik (fans) yang loyal dan berdedikasi di Indonesia. Di luar Slankers dan OI (fans Iwan Fals), sekarang ini kita hanya mengenal fans sebuah band adalah juga fans dari band lainnya. Jadi jika seseorang adalah penggemar Samsons, maka bisa jadi ia juga penggemar Nidji, Kerispatih, bahkan ST12. Fans musik di Indonesia cenderung ngefan dengan lagu. Bahkan mereka hanya loyal kepada single yang hits. Jika sebuah lagu enak dan hits maka mereka akan ngefan, jika ada lagu baru yang hits mereka akan segera pula berpindah. Idealnya seorang fan adalah aset berharga bagi artis atau bandnya. Tak ada band yang besar dan kemudian legendaris di dunia hanya karena dukungan label rekaman, melainkan fans. Karena fans ini sejatinya akan selalu membeli CD, kaset, DVD, piringan hitam, merchandise, tiket konser sebagai bentuk dukungan nyata dan timbal balik mereka kepada artis idola yang telah ikut menghibur dan membahagiakan kehidupan sehari-hari mereka dengan musik dan lagu yang mereka ciptakan. Manajemen artis seharusnya bisa lebih mengeksplorasi ide agar tercipta fan base yang loyal terhadap artis mereka. Tidak perlu mahal dan repot pula mengelolanya. Hal-hal sederhana dan di zaman sekarang yang sudah menjadi standar adalah membuka akun di berbagai media sosial dan jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, ReverbNation, BandCamp, MySpace hingga blog. 5. Dengan tren menurunnya angka penjualan album rekaman fisik berupa CD, kaset, maupun DVD seperti yang terjadi sejak tujuh tahun terakhir ini serta menurunnya angka pengunduh RBT, sudah seharusnya band dan manajemen mulai menerapakan strategi pemasaran baru dengan mengubah band mereka menjadi sebuah brand yang memiliki nilai jual, tak hanya di musik namun juga sebuah gaya hidup yang kemudian menginspirasi fan base Kepustakaan Braun, K. A. (1997). Reconstructive memory in consumer decision-making. MA: University of Iowa Coulter, R.A., Price, L.L. &Feick, L. (2003). Rethinking the origins of involvement and brand commitment: insights from post-socialist Europe. Journal of Consumer Research. Celsi, R. L., & Olson, J. C. (1988). The role of involvement in attention and comprehension processes. Journal of Consumer Research Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P. W. (1990). Consumer behavior. Orlando, FL: Dryden Press Hair, J.F. Jr., Anderson, R.E., Tatham, R.L., & Black, W.C. (2006). MultivariatData Analysis, USA: Prentice Hall Inc.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Hawkins, Mothersbaugh, &Best. (2007). Consumer Behavior : Building MarketingStrategy. McGraw-Hill, New York Huang, C.Y., Chou, C.J.,&Lin, P.C. (2009). Involvement theory in constructing bloggers’ intention to purchase travel products. Journal of Tourism Management. James, W. L., & Kover, A. J. (1992). Observations: do overall attitudes toward advertising affect involvement with specific ads?. Journal of Advertising Research Ko, H. (2002). Internet uses and gratifications: A structural equation model of global interactive advertising. Unpublished doctoral dissertation.University of Florida.Gainesville. Florida Krugman, H. E. (1965). The impact of television advertising: learning without involvement. Public Opinion Quarterly Lwoin, M. O., & Williams, J. D. (2006). Promises, promises: how consumers respond to warranties in Internet retailing. Journal of Consumer Affairs, 40(2), 236–260. Malhotra, N. K.Marketing Research: An Applied Orientation Fourth Edition.2004. New Jersey: Prentice-Hall. Michaelidou, Nina and Dibb, Sally (2008). Consumer involvement: a new perspective. Marketing Re-view. Nardi, B. A., Schiano, D. J., Gumbrecht, M., &Swartz, L. (2004). Why we blog? Communications of the ACM. Park, D. H., & Lee, J. (2008). EWOM overload and its effect on consumer behavioral intention depending on consumer involvement. Electronic Commerce Research and Applications, 7, 386–398. Petty, R. E., Cacioppo, J. T., & Schumann, D. (1983). Central and peripheral routes to advertising effectiveness: the moderating role of involvement. Journal of Consumer Research. Schumann, D.W., Petty, R. E., & Clemons, D. C. (1990). Predicting the effectiveness of different strategies of advertising variation: a test of the repetition–variation hypotheses. Journal of Consumer Research Tavassoli, N. T., Shultz, C. J., & Fitzsimons, G. J. (1995). Program involvement: are moderate levels best for ad memory and attitude toward the ad? Journal of Advertising Research Torkzadeh, G., & Dhillon, G. (2002). Measuring factors that influence the success of Internet commerce. Information Systems Research, 13(2), 187–204 Wijanto, S.H. (2008). Structural Equation Modeling. Graha Ilmu Zaichkowsky, J.L. (1986). Conceptualizing Involvement. Journal of Advertising, Vol. 15
Academy of Marketing Science. 2007. Transcendent customer experience and brand community. 23 Juni 2012. (www.elsevier.com). Belk RW. Possessions and the extended self. J Consum Res 1988;15:139–68 (September). Bentler, P.M. & C. Chou (1997), Structural Equation Models, Annual Review of Sociology, 3, 137-161. Bloch PH. Product enthusiasm: many questions, a few answers. Adv Consum Res 1986;13:539–43.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
BMR (2008), Music experience and behaviour in young people: main findings and conclusions. London: British Music Rights and University of Hertfordshire. Bockstedt JC, Kauffman RJ, Riggins FJ (2006), The move to artist-led on-line music distribution: a theory-based assessment and prospects for structural changes in the digital music market. Int J Electron Commer;10(3):7-38. Digitalmusicnews.com. Sony's stringer: the vanishing album is an issue. Digital Music News; 2008. May 28. (www.digitalmusicnews.com/stories/052808stringer). Electronic Commerce Research and Applications. 2008. The intention to download music files in a P2P environment: Consumption value, fashion and ethical decision perspectives.15 Juli 2012. (www.sciencedirect.com). European Management Journal Vol. 22, No. 6, pp. 704–713, 2004. Building a Good Reputation. 23 Juni 2012. (www.elsevier.com). Evrard Y, Aurier P. Identification and validation of the components of the person–object relationship. J Bus Res 1996;37(2):127–34. Featherman MS, Valacich JS, Wells JD. Is that authentic or artificial? Understanding consumer perceptions of risk in e-service encounters. Inf Syst J 2006;16(2):107–34. Flynn LR, Goldsmith RE. A short, reliable measure of subjective knowledge. J Bus Res 1999;31(1):57–66. Flynn LR, Eastman JK, Newell SJ. Predicting rock music consumption behaviors of undergraduates: demographic versus psychological variables. Pop Music Soc 1993;17(4):13–28. Fornell C, Larcker DF. Evaluating structural equation models with unobservable variables and measurement error. J Mark Res 1981;18(1):39–50. Fox M. E-commerce business models for the music industry. Pop Music Soc 2004;27(2): 201–20. Freiden J, Goldsmith R, Takacs S, Hofacker C. Information as a product: not goods, not services. Mark Intell Plann Gerbing DW, Anderson JC. An updated paradigm for scale development Incorporating unidimensionality and its assessment. J Mark Res 1988;25:186–92 May. Hair JF, Black WC, Babin BJ, Anderson RE, Tatham RL. Multivariate data analysis. 6th edition. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prentice Hall; 2006. Hansman H, Mulder CH, Verhoeff R. The adoption of the compact disk player: an Event history analysis for the Netherlands. J Cult Econ 1999;23:223–35. Hedlund A. The CD record is on its last legs. Dagens Nyheter; 2006. May 27. www.dn.se.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Hendroyono, Handoko. (2012). Semua Orang Adalah Brand Gardener. Saat Personal Brand dan Advertising Agency Harus Mengajar Perubahan Marketing yang Sangat Cepat. Jakarta: Literati. Hightower R, Brady MK, Baker TL. Investigating the role of the physical environment in hedonic service consumption: an exploratory study of sporting events. J Bus Res 2002;55(9):697–707. Hirschman EC, Holbrook MB. Hedonic consumption: emerging concepts, methods and propositions. J Mark 1982;46:92-101 Summer. Holbrook MB. An audiovisual inventory of some fanatic consumer behavior: the 25-cent tour of a jazz collector's home. Adv Consum Res 1987;14:144–9. Horrigan JB. The Internet and consumer choice. Washington, D.C.: Pew Internet &American Life Project; 2008. Huang M-H. Flow, enduring, and situational involvement in the web environment: a tripartite second-order examination. Psychol Mark 2006;23(5):383–411 IFPI. Digital music report 2009. London: International Federation of the Phonographic Industry; 2009. International Journal of Research in Marketing. 2007. Do loyalty programs really enhance behavioral loyalty? 23 Juni 2012. (www.elsevier.com). Kleinschmit M. Proportion of Americans who have purchased a CD in the past 6 months falls 15% since 2002. Ipsos Insight; 2007. (May 1) www.ipsosna.com/news/pressrelease.cfm?id=3471#. Kunze O,Mai L-W. Consumer adoption of onlinemusic services: the influence of perceived risks and risk-relief strategies. Int J Retail Distrib Manage 2007;35(11):862–77. Laroche M, Yang Z, McDougall GHG, Bergeron J. Internet versus bricks-and-mortar retailers: an investigation into intangibility and its consequences. J Retail 2005;81(4): 251–67. Levitt T. Marketing intangible products and product intangibles. Harvard Bus Rev 1981;59:94-102 (May/June). Lockshin LS, Spawton AL, Macintosh G. Using product, brand and purchasing involvement for retail segmentation. J Retail Consum Serv 1997;4(3):171–83. Malhotra, Naresh K. (2010), Marketing Research An Applied Orientation. 6th ed. New York: Prentice Hall. McCourt T. Collecting music in the digital realm. Pop Music Soc 2005;28(2):249–52.
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
McGuinness P. The Online Bonanza: who is making all the money and why aren't they sharing it? (Speech at MIDEM's first International Manager Summit). IFPI; 2008. January 28. www.ifpi.org/content/library/paul-mcguinness-Jan2008.pdf. Michaelidou N, Dibb S. Product involvement: an application in clothing. J Consum Beh 2006;5(5):442–53. Mock T. Music everywhere. IEEE Spectrum 2004 September. Molteni L, Ordanini A. Consumption patterns, digital technology and music downloading. Long Range Plann 2003;36:389–406. Moorthy S, Ratchford BT, Talukdar D. Consumer information search revisited: Theory and empirical analysis. J Consum Res 1997;23(4):263–77. North AC, Oishi A. Music CD purchase decisions. J Appl Soc Psychol 2006;36(12):3043–84. Olson, Peter. (1993). Consumer Behavior and Marketing Strategy (Third Edition). Boston: Richard D. Irwan Inc. Pallister JG, Wang H-C, Foxall GR. An application of the style/involvement model to financial services. Technovation 2007;27(1–2):78–88. Park C-W, Moon B-J. The relationship between product involvement and product knowledge: moderating roles of product type and product knowledge type. Psychol Mark 2003;20(11):977–97. Park CW, Mothersbaugh DL, Feick L. Consumer knowledge assessment. J Consum Res 1994;21:71–82 June Peitz, Martin and Patrick Waelbroeck. An Economist’s Guide to Digital Music. November 2004. Peter, J. Paul and Jerry C. Olson. (2005). Consumer Behavior & Marketing Strategy. 7th ed. New York: McGraw-Hill. Plasketes G. Romancing the record: the vinyl de-evolution and subcultural evolution. J Pop Cult 1992;26(1):109–22. Resnikoff P. And vinyl sales keep increasing. Digital Music News; 2008. August 24. www.digitalmusicnews.com/stories/082408vinyl. RIAA. Manufacturers' unit shipments and dollar value charts. Recording Industry Association of America; 2008. www.riaa.org/keystatistics.php. Richins ML. Consumption emotions. In: Schifferstein HNJ, Hekkert P, editors. Product Experience. Oxford: Elsevier; 2008. p. 399–422. RollingStone Indonesia. 2008
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013
Sandulli FD. CD music purchase behaviour of P2P users. Technovation 2007;27:325–34. SCB. Use of computers and the Internet by private persons in 2007. Stockholm: Statistics Sweden; 2007. Schiffman, Leon G. and Leslie Lazar Kanuk. (2010). Consumer Behavior. 10th ed. United States of America: Pearson - Prentice Hall Sin LYM, Tse ACB, Yau OHM, Chow RPM, Lee JSY, Lau LBY. Relationship marketing orientation: scale development and cross-cultural validation. J Bus Res 2005;58(2): 185–94. Solomon, Michael R. (2006). Consumer Behavioral. Prentice Hal, Inc. Ssc.utexas.edu/software/faqs/lisrel. 17 Juni 2013. Styvén, Maria Ek (2010), The need to touch: Exploring the link between music involvement and tangibility preference”, Journal of Business Research. Luleå University of Technology, 971 87 Luleå, Sweden. Tian, Kelly T., William O. Bearden, and Gary L. Hunter (2001), “Consumers' Need for Uniqueness: Scale Development and Validation,” Journal of Consumer Research, 28, 1, 50–66. Universitas Indonesia (2008). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Karya Mahasiswa Universitas Indonesia. Walsh G, Mitchell V-W, Frenzel T, Wiedmann K-P. Internet-induced changes in consumer music procurement behavior: a German perspective. Mark Intell Plann 2003;21(5):305–17. Weaver G. The virtues of vinyl. www.soundstage.com/vinyl/vinyl041998.htm.
SoundStage!;
1998.
April.
WII. Internet and broadband in Swedish households. Hudiksvall: World Internet Institute; 2007. Ward, Scott (1974), “Consumer Socialization,” Journal of Consumer Research, 1, 2, 1–14. Wijanto, Setyo H. (2008), Structural Equation Modelling dengan Lisrel 8.8. Yogyakarta: Graha Ilmu. http://academyofwinebusiness.com/wpconcontent/uploads/2010/04/KolyesnikovaWilcoxLaverieDoddDuhan-Development-ofan-objective-knowledge-scale.pdf http://jakartabeat.net/musik/kanal-musik/ulasan/item/500-surat-terbuka-untuk-musisi-labeldan-pelaku-industri-musik-lainnya.html#.Ub_D0uffBhg
Pengaruh Keterlibatan..., Astrid Nadia Hartami Putri, FE UI, 2013