PENGARUH KETERAMPILAN PENGASUHAN UNTUK MENURUNKAN STRES PENGASUHAN
Silmika Wijayanti Irwan Nuryana.K
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh pelatihan keterampilan pengasuhan terhadap penurunan stres pengasuhan. Ada perbedaan stres pengasuhan pada saat diberi pelatihan keterampilan dengan setelah diberikan pelatihan keterampilan pengasuhan maka pelatihan keterampilan pengasuhan itu efektif untuk menurunkan stres pengasuhan. Subjek dalam penelitian ini adalah Ibuibu majelis taklim masjid As-Sholaddin Perumahan Sedayu, Wates, Bantul. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah menggunakan skala. Skala yang digunakan adalah Skala Stres Pengasuhan Abidin (1995) Alat eksperimen yang digunakan adalah pelatihan keterampilan pengasuhan yang dimodifikasi dari (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 16,0 for windows untuk melihat penurunan antara stres pengasuhan subjek sebelum diberi pelatihan keterampilan pengasuhan dengan stres pengasuhan setelah diberikan pelatihan keterampilan pengasuhan. Uji paired sample t-test menunjukkan t = 2,905 dengan p = 0,017 (p < 0,05) yang berarti pelatihan keterampilan pengasuhan dapat menurunkan stres pengasuhan. Stres pengasuhan ibuibu menurun setelah diberikan pelatihan keterampilan pengasuhan. Jadi hipotesis penelitian diterima.
Kata Kunci : Stres Pengasuhan, Keterampilan Pengasuhan.
1
PENGANTAR Sejumlah penelitian menemukan bukti yang sangat kuat mengenai dampak buruk dari stres pengasuhan seperti dari buruknya keberfungsian pada perkembangan anak, anak memiliki kelekatan tidak aman dan menunjukkan permasalahanpermasalahan berperilaku (Low, 2002; Deater-Deckard, 1998 dalam Crnic 2005). Dampak stres pengasuhan dapat dilihat secara nyata pada pemberitaan yang marak tentang kasus – kasus kekerasan pada anak, beberapa diantaranya harus menghembuskan nafas terakhirnya. Ada juga penganiayaan seorang anak oleh ayahnya sampai meninggal. Kasus diatas secara angka belum dapat dipastikan secara pasti, tetapi diperkirakan jumlah anak yang menjadi korban sekitar 12 persen dari seluruh populasi anak. Di Pusat Krisis Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dari sekitar 450 kasus kekerasan pada anak dan perempuan per tahun, 45 persen diantaranya kasus kekerasan pada anak. Penganiayaan anak atau kekerasan anak atau child abuse merupakan perlakuan yang salah dan semena – mena terhadap anak dan biasanya dilakukan oleh orang terdekat, dalam hal ini orang tua memiliki persentase
yang
besar
dalam
melakukan
kekerasan
(http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0702/15/humaniora/3763357.htm). Menurut Chan, 1994; Webster-Stratton, 1988 (Rodriguez dan Murphy, 1997), stres pengasuhan secara terus – menerus berhubungan dengan perilaku kasar orang tua, perilaku kasar orang tua berkaitan kekerasan secara fisik maupun psikis, dan biasanya stres pengasuhan muncul berkaitan dengan faktor – faktor yang lain. Sejumlah
2
penelitian menunjukkan bahwa persepsi mengenai stres pengasuhan berkaitan dengan pasangan yang berperilaku menyimpang dan child abuse. Data menunjukkan 40% sampai 70% peristiwa terjadinya kekerasan yang disebabkan oleh ibu yang menyimpang dan anak dijadikan sasaran kekerasan (Edleson, 1999; Stark & Flitcraft, 1988; Suh & Abel, 1990 dalam Baker, Perilla & Norris, 2001), anak tidak hanya mengalami kekerasan secara fisik tetapi juga mengalami kekasaran secara psikologis dan yang harus bertanggungjawab atas semua itu adalah orangtua. Stres pengasuhan merupakan pengkhususan dari faktor peran pengasuhan yang meliputi persepsi dari hubungan dengan anak, persepsi orang tua mengenai rusaknya hubungan sosial atau hubungan pernikahan. Stres pengasuhan berkaitan dengan hubungan penyesuaian diri anak dan kemungkinan besar terhadap lingkungannya (Prinz, Bella, & Oppeheimer, 1983; Zakreski, 1983
dalam
Levendosky & Graham-Bermann, 1998), Dalam penelitian lain, menunjukkan bahwa tingginya stres pengasuhan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kemiskinan dan kepuasan perkawinan (Arena, 1989; Cowan & Cowan, 1983 dalam Levendosky & Graham-Bermann, 1998). Penelitian Rosenberg & Reppucci (dalam Kissman, 1992) menunjukkan bahwa mengajarkan keterampilan pengasuhan dan strategi penyelesaian konflik untuk ibu-ibu dapat mengurangi stres yang terjadi dalam pengasuhan. Keterampilan pengasuhan merupakan sebuah pengetahuan yang wajib untuk diketahui oleh para orangtua, sebagai tuntunan dan membantu para orangtua untuk mendidik anak dan mengasuh anak serta dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses
3
pengasuhan. Bavolek (Trunzo,2006) mengatakan bahwa pendidikan pengasuhan bagi orangtua diperlukan karena dipercaya dapat menjadi strategi preventif utama untuk menurunkan kenakalan anak. Mencermati keterangan – keterangan di atas diperlukannya upaya – upaya preventif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Pada kesempatan ini peneliti mencoba membuat sebuah program pelatihan berkaitan dengan keterampilan pengasuhan. Keterampilan pengasuhan disini berkaitan dengan keterampilan dasar pengasuhan yang terdiri dari lima aspek. Keterampilan ini akan diajarkan kepada para orang tua secara terstruktur dan berkesinambungan. Aspekaspek yang ada di dalam pelatihan keterampilan pengasuhan adalah membangun kepercayaan orangtua terhadap anak (encouragement), kamu bisa (can do), membuat keputusan (choices), mengendalikan diri (self control) dan membangun empati (rescpecting feelings). Dalam aspek membangun kepercayaan orangtua terhadap anak diajarkan bagaimana orangtua dapat memandang positif perilaku anak yang suka ribut, sangat aktif dan yang lainnya. Kamu bisa memberitahukan kepada orangtua agar dapat menggunakan pesan-pesan positif dan bersahabat seperti ”Cobalah”, ”Lakukan”, ”Kamu punya” dan yang lainnya kepada anak. Selain itu, seharusnya anak diberikan kesempatan untuk dapat membuat keputusan buat dirinya sendiri, hal ini dapat diperoleh orangtua dalam aspek membuat keputusan. Perilaku mendengarkan dan memperhatikan perasaan antara orangtua dan anak merupakan sikap yang menunjukkan sikap dihargai antara satu sama lain, cara untuk dapat membangun hal
4
tersebut adalah melalui aspek membangun empati. Pelatihan keterampilan pengasuhan yang diberikan kepada orangtua diharapkan akan membantu kesulitankesulitan yang dihadapi orangtua dalam proses pengasuhan dan akan mengurangi stres pengasuhan yang banyak dialami oleh para orangtua. Melihat pentingnya pelatihan keterampilan pengasuhan untuk menurunkan stres pengasuhan pada orangtua, maka penulis ingin mengetahui pengaruh pelatihan keterampilan pengasuhan untuk menurunkan stres pengasuhan. Apakah ada perubahan stres pengasuhan ibu-ibu setelah diberikan pelatihan keterampilan pengasuhan.
STRES PENGASUHAN 1.Pengertian Stres Pengasuhan Sejauh yang sudah penulis lakukan, peninjauan referensi mengenai definisi stres pengasuhan belum penulis temukan. Atas dasar tersebut, penulis menjelaskan stres pengasuhan dari konsep stres dan pengasuhan. Lazarus dan Folkman (1984 dalam Walker 2000) mendefinisikan stress secara psikologis sebagai sebuah hubungan antara orang dan lingkungan dimana semua itu dinilai oleh orang yang menjalaninya sebagai sesuatu yang melebihi sumberdaya yang dimilikinya dan dapat mengganggu dan membahayakan kesejahteraan. Keadaan stres merupakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dirasakan dengan kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan tersebut (Sutherland & Cooper 1990 dalam Smet 1994). Orangtua yang stres berarti orangtua yang kemampuan sumberdayanya terbatas terhadap tuntutan dalam melakukan pengasuhan.
5
Menurut Baker, Perilla & Norris (2001) keadaan stres berkaitan dengan pengasuhan, dan ketidakmampuan yang dimiliki orangtua. Pengasuhan diartikan sebagai sebuah proses serangkaian tindakan dan interaksi orangtua untuk meningkatkan perkembangan anak, proses interaksi yang terjadi antara orangtua dan anak dipengaruhi oleh budaya dan sosial (Brooks, 1999). Bila keadaan stres terusmenerus terjadi dalam proses pengasuhan maka akan terjadi stres pengasuhan Stres pengasuhan dapat didefinisikan sebagai kecemasan yang berlebihan dan ketegangan spesifik yang berhubungan dengan peran orangtua dan interaksi orangtua dengan anak (Abidin dalam Ahern, 2004). Stres pengasuhan yang tinggi berhubungan dengan kurangnya kerjasama, banyaknya sikap tidak mengacuhkan dan banyak intrusif dalam gaya pengasuhan (Pianta & Egeland dalam Ahern, 2004). Stres tersebut dapat meningkat mungkin menyebabkan orangtua menjadi bersikap mencela, menghukum dan cepat marah, hal ini dapat menyebabkan anak berperilaku salah (Webster-Stratton dalam Ahern, 2004). Keadaan stres pengasuhan yang dialami oleh orangtua berpengaruh negatif terhadap interaksi orangtua dan anak. Hal tersebut dapat memicu timbulnya permasalahan pada perkembangan anak berkaitan dengan proses pengasuhan.
2. Aspek – aspek stres pengasuhan Menurut Abidin (Balzer,2003) aspek –aspek stres pengasuhan adalah ; 1. Keadaan stres orangtua, Orangtua yang mengalami depresi berkaitan dengan permasalahan pekerjaan,
6
hubungan suami istri (pernikahan), permasalahan sosial dan lain-lain 2. Permasalahan interaksi antara orangtua dan anak Permasalahan interaksi orangtua dan anak berkaitan dengan attachment antara orangtua dan anak, perhatian orangtua terhadap anak dan sebaliknya, tuntutan orangtua terhadap anak ataupun sebaliknya dan masalah yang lainnya. 3. Kesulitan anak. Kesulitan anak berkaitan dengan keadaan anak, permasalahan penyesuaian diri anak terhadap lingkungan, tingkat keaktifan anak dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa stres pengasuhan terdiri dari tiga aspek yang mencakup pada keadaan stres orangtua, permasalahan interaksi antara orangtua dan anak serta kesulitan anak. Aspek-aspek pengasuhan ini menjadi dasar pada skala stres pengasuhan.
KETERAMPILAN PENGASUHAN 1. Pengertian keterampilan pengasuhan Keterampilan pengasuhan sangat penting dimiliki orangtua untuk mengatur perilaku anak, ketika orangtua konsisten dan efektif menggunakan strategi dan keterampilan yang dimiliki terhadap anak, maka orangtua dapat menciptakan lingkungan yang produktif dan memberi pengaruh baik bagi perkembangan anak (Trunzo, 2006). Keterampilan pengasuhan berkembang menjadi sebuah pengetahuan yang wajib untuk diketahui oleh para orangtua, sehingga dibuatlah sebuah tuntunan pelatihan atau program keterampilan pengasuhan untuk membantu para orangtua
7
untuk mendidik anak. Bavolek (1989 dalam Trunzo, 2006) mengatakan bahwa pendidikan pengasuhan bagi orangtua diperlukan karena dipercaya dapat menjadi strategi preventif utama untuk menurunkan kenakalan anak. Tindakan kekerasan yang dilakukan orangtua dalam pengasuhan dapat menjadi perilaku yang baik bila mempraktekkan pendidikan pengasuhan orangtua secara efektif. Pelatihan keterampilan pengasuhan merupakan sebuah pelatihan yang dirancang untuk mengisi kesenjangan pendidikan dengan mempresentasikan keterampilanketerampilan dasar dalam sebuah format belajar yang mudah sesuai dengan level pendidikan tertentu. Pelatihan ini sangat penting dilakukan terutama kepada sekumpulan orangtua yang menelantarkan atau melakukan kekerasan terhadap anakanak mereka. Rangkaian Keterampilan Pengasuhan dirancang untuk mengajarkan lima keterampilan dasar pengasuhan yang berguna bagi anak-anak mulai berbicara sampai anak remaja (Bailey, Perkins & Wilkins,1995). Hal yang mendasari tujuan pelatihan ini adalah untuk mengajari para partisipan bahwa orangtua dan anak-anak berada dalam team yang sama dan bahwa sebuah hubungan kooperatif dan penuh perhatian merupakan dasar dari sebuah keluarga yang kokoh, dan merupakan cara terbaik bagi para orangtua untuk mengarahkan perilaku anak-anak mereka. Memperbaiki hubungan orangtua dan anak serta memberi anak rasa aman yang memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang dalam cara-cara yang sehat (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995). Ketika keterampilan pengasuhan diberikan secara efektif pada orangtua biasanya orangtua memiliki pengalaman dan kemampuan sebagai orangtua yang baik. Dalam penelitian Christophersa & Sykes
8
(Trunzo, 2006) dapat dilihat bahwa setelah ibu-ibu menerapakan strategi disiplin (dalam pengasuhan), anak-anak tidak hanya memperbaiki perilaku mereka tetapi juga menunjukkan peningkatan dalam menggunakan kalimat-kalimat yang positif dan anak menjadi penuh perhatian. Toleransi, rendahnya konflik dalam pengasuhan merupakan rangkaian meningkatnya kontrol dan kompetensi (kemampuan) sebagai orangtua, dimana itu semua didapat orangtua dalam fungsi pengasuhan (Ohom, Leung & Johnson, 2000 dalam Trunzo, 2006). Penelitian Rosenberg & Reppucci (Kissman, 1992) menunjukkan bahwa mengajarkan keterampilan pengasuhan dan strategi penyelesaian konflik untuk ibu-ibu dapat mengurangi stres yang terjadi dalam pengasuhan. Berdasarkan uraian di atas, keterampilan pengasuhan merupakan pengetahuan tentang proses pengasuhan anak, mendidik anak dan mengajarkan kepada orangtua tentang penyelesaian permasalahan dan keadaan stres yang dialami dalam pengasuhan. Pelatihan keterampilan pengasuhan merupakan pelatihan yang disusun untuk mengajarkan lima keterampilan pengasuhan kepada orangtua dan orangtua harus mempraktekkan lima keterampilan tersebut dalam keluarga. Dengan diberikannya pelatihan keterampilan pengasuhan ini dapat menciptakan interaksi yang baik antara orangtua dan anak sehingga akan hubungan keluarga yang harmonis dan dinamis akan terwujud.
9
2. Aspek – aspek yang mempengaruhi keterampilan pengasuhan Aspek - aspek yang mempengaruhi pelatihan keterampilan pengasuhan meliputi (Bailey,Perkins & Wilkins,1995): a. Membangun Kepercayaan Orangtua terhadap Anak (Encouragement) Membekali para orangtua dengan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dan menciptakan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan persepsi tentang diri mereka yang lebih positif akan membantu mereka mengambil tanggung jawab atas pilihan-pilihan yang mereka buat sebagai orangtua. b. Kamu Bisa (Can Do) Mengajarkan para orangtua untuk mengajari perilaku-perilaku yang dapat diterima. Tujuan dari can do adalah membantu anak untuk mengubah perilaku yang tidak dapat diterima menjadi sebuah perilaku yang dapat diterima.. c. Membuat Keputusan (Choices) Membangun keterampilan dengan mendorong para orangtua dan anak bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Selain itu, Anak-anak memperoleh kesempatan untuk belajar bertanggung jawab atas dirinya dan membuat keputusan untuk meningkatkan kemandirian mereka. d. Mengendalikan Diri (Self Control) Merupakan sebuah keterampilan manajemen amarah untuk orang dewasa. Keterampilan ini membantu para orangtua menghindarkan diri dari tindakan yang menyakiti anak-anak mereka.
10
e. Membangun Empati (Respecting Feelings) Sebuah keterampilan membangun empati. Keterampilan ini membantu orangorang untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, biasanya dalam sebuah rentangan yang luas.
Pengaruh Pelatihan Keterampilan Pengasuhan Untuk Menurunkan Stres Pengasuhan Pelatihan Keterampilan Pengasuhan dirancang untuk mengajarkan lima keterampilan dasar pengasuhan yang berguna bagi anak-anak mulai berbicara sampai anak remaja. Selain itu, tujuan pelatihan ini adalah untuk membantu para orangtua untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dapat menyebabkan stres dalam pengasuhan, karena seharusnya orangtua dan anak-anak berada dalam team yang sama dan memiliki hubungan kooperatif dan penuh perhatian. Semua itu merupakan dasar dari sebuah keluarga yang kokoh, dan merupakan cara terbaik bagi para orangtua untuk berinteraksi dan mengarahkan perilaku anak, untuk mencapai semua itu Bailey, Perkins & Wilkins (1995) mengungkapkan ada lima aspek yang harus diajarkan dan diketahui oleh para orangtua. Aspek yang pertama yaitu membangun kepercayaan orangtua terhadap anak (encouragement) merupakan sebuah keterampilan sosialisasi yang menjadi dasar dalam menghargai diri sendiri dan orang lain. Dengan menggunakan encouragement para orangtua belajar untuk mengapresiasi kemampuan-kemampuan anak mereka. Encouragement memberikan para orangtua sebuah cara untuk mengekspresikan
11
perasaan-perasaan positif mereka terhadap anak-anak. Thomas Gordon (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995) menyatakan bahwa dengan konsisten dan pemahaman mengenai encouragement dapat membantu mengatasi frustasi-frustasi yang dialami orangtua, membantu orangtua yang mengalami kesulitan untuk mendorong anak-anak mereka. Sehingga, bila orangtua memahami dan mempraktekkan encouragement dengan baik dan benar maka akan membantu orangtua dalam menghadapi stres pengasuhan Kamu bisa (Can do) mengajarkan kepada para orangtua bagaimana mengarahkan perilaku-perilaku anak mereka. Melalui pesan-pesan positif dan bersahabat. Thomas Gordon (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995) mengatakan bahwa mengubah perilaku yang tidak dapat diterima dengan mengubah lingkungan yang positif memperlihatkan bahwa mengubah lingkungan sekitar dapat menjadi cara sederhana dan effective untuk mengurangi frustasi bagi seorang anak. Bersama-sama orangtua dan anak merencanakan ke depan, memberikan gagasan-gagasan yang konsisten dengan can do dapat mengarahkan perilaku anak-anak dalam sebuah cara yang positif. Sehingga bila anak dapat berperilaku positif, permasalahan stres pengasuhan dapat diatasi. Membuat keputusan (Choices) merupakan sebuah keterampilan negosiasi yang menghormati hak-hak baik orangtua maupun anak-anak. Kadang-kadang terasa sulit mengijinkan anak-anak memberikan suaranya dalam proses pengambilan keputusan. Choices mengajarkan kerjasama antara orangtua dengan anak. Keterampilan Choices dapat mengurangi kecemasan-kecemasan orangtua terhadap berbagai situasi yang melibatkan anak. Disini anak-anak memperoleh kesempatan untuk belajar
12
bertanggung jawab atas pribadinya sendiri dan dapat membuat keputusan untuk meningkatkan kemandirian anak (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995). Kemandirian yang dimiliki anak membantu orangtua dalam mengatasi permasalahan pengasuhan. Kemandirian merupakan perilaku positif yang ditunjukkan anak sehingga dapat mengurangi stres pengasuhan yang dialami orangtua. Mengendalikan diri (self control) merupakan sebuah keterampilan yang membantu para orangtua untuk tidak berperilaku yang dapat menyakiti anak. Dengan adanya kontrol diri sebelum dapat memutuskan bagaimana bertindak kepada anak, para orangtua dapat berinteraksi dengan anak-anak dengan cara-cara yang baik, bahkan dalam kondisi yang penuh tekanan. Kemarahan yang tidak terkendali tidak dapat digunakan sebagai sebuah justifikasi untuk menyalahkan orang lain atau untuk mengatakan atau untuk melakukan sesuatu yang menyakiti orang lain. Kemarahan memiliki banyak tujuan; salah satunya untuk mempromosikan tindakan. Kemarahan yang mendorong tindakan destruktif tidak pernah dapat dibenarkan kemarahan atau frustasi yang menghasilkan sebuah sikap baru, tindakan baru, atau paradigma baru merupakan suatu pencapaian yang berharga (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995). Goldstein (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995) mengatakan bahwa perilaku-perilaku anak dapat memicu kemarahan orangtua dan sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan reduksi perilaku aversif orangtua dan peningkatan perilaku prososial orangtua serta yang paling penting kontrol diri, sehingga stres dalam pengasuhan tidak terjadi dan emosi orangtua lebih stabil.
13
Membangun empati (respecting feelings) merupakan sebuah keterampilan membangun empati. Keterampilan ini membantu para orangtua agar mengerti perasaan-perasaan anak, mengerti apa yang anak butuhkan sehingga orangtua dapat memenuhi apa yang dibutuhkan anak. Dengan demikian interaksi yang baik dapat terjalin diantara orangtua dan anak. Donald Dinkmeyer dan Gary McKay (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995) menyatakan pentingnya memahami kekuatan emosi anak dan diri anda sendiri (orangtua). Berkomunikasi bagaimana mendengarkan anak, berdiskusi tentang perasaan yang dirasakan anak dan orangtua, merefleksikan perasaan-perasaan yang ada dalam diri anak. Memberikan anak-anak kesempatan untuk mengatakan emosi-emosi kuat dapat memberikan udara segar sebelum membuat sebuah perencanaan untuk menangani stress. Sehingga hal tersebut dapat membantu orangtua dalam menghadapi stres dalam pengasuhan Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pelatihan keterampilan pengasuhan dapat dijadikan sebuah tuntunan atau pedoman yang jelas tentang proses pengasuhan dan dapat membantu para orangtua dalam menghadapi permasalahan dan stres pengasuhan. Keterampilan Pengasuhan
Stres Pengasuhan
Encouragement - Membangun kepercayaan orangtua terhadap anak
- Orangtua tidak mudah menyerah menjadi orangtua - Orangtua memahami tanggungjawabnya sebagai orangtua
14
Can Do - Mengubah perilaku negative menjadi perilaku positif
- Anak dapat melakukan hal-hal yang membuat orangtua merasa lebih baik - Anak dapat memenuhi permintaan orangtua dengan baik
Choices - Mendorong orangtua dan anak bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan -
- Orangtua dan anak dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan mereka dengan baik - Orangtua merasa dihargai anak saat melakukan hal tertentu -
Self Control - Manajemen amarah dan menghindari dari tindakan yang dapat menyakiti anak
- Orangtua dapat mengatasi masalah terhadap anak dan dengan pasangannya - Anak tidak berperilaku mengganggu untuk mendapat perhatian orangtua
Respecting Feelings - Mengungkapkan perasaanperasaan yang dimiliki satu sama lain
- Hubungan orangtua dan anak menjadi lebih dekat dan hangat - Anak lebih banyak tersenyum dan terbuka terhadap orangtua
Gambar 1. Dinamika Psikologis Keterampilan Pengasuhan dalam Penurunan Stres Pengasuhan.
15
Metode Penelitian Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian eksperimen ini adalah ibu-ibu Majelis Taklim As-Sholaddin di Perumahan Taman Sedayu, Bantul. Ibu-ibu pada Majlis Taklim ini rata-rata memiliki anak yang berumur 1 – 12 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 10 orang. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, data dalam penelitian ini diperoleh dari Skala stres pengasuhan yang diisi oleh subjek. Adapun penjelasan tentang skala stres pengasuhan adalah sebagai berikut: Skala stres pengasuhan mengungkap keadaan stres pengasuhan yang dialami orangtua dalam keluarga. Skala dalam penelitian ini merupakan skala stres pengasuhan yang diadaptasi dari skala Abidin. Skala stres pengasuhan Abidin ini mengacu pada tiga aspek yaitu : keadaan stres orangtua, penyimpangan interaksi antara orangtua dan anak dan kesulitan anak. Skala stres pengasuhan ini biasanya digunakan pada orangtua yang memiliki anak rata-rata berumur 1-12 tahun. Jumlah aitem dari skala stres pengasuhan ini adalah 40 aitem, yang semuanya termasuk pada aitem favorable. Respon subjek terhadap aitem-aitem dalam skala ini dikelompokkan menjadi lima, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Nilai bergerak antara 1-5, karena seluruh aitem dalam skala ini adalah favorable maka nilai 5 untuk sangat setuju, nilai 4 untuk setuju, nilai 3 untuk
16
ragu-ragu, nilai 2 untuk tidak setuju dan nilai 1 untuk sangat tidak setuju. Skor total diperoleh dari keseluruhan jumlah skor aitem pada skala stres pengasuhan. Alat Eksperimen Alat eksperimen yang dimaksud adalah Pelatihan “Keterampilan Pengasuhan”. Pelatihan keterampilan pengasuhan ini akan dilakukan oleh seorang trainer yang memang sudah biasa memberikan pelatihan keterampilan pengasuhan.. Dalam pelatihan ini terdapat modul keterampilan pengasuhan yang dimodifikasi oleh trainer dari Parenting Skill Workshop dari Bailey, Perkins & Wilkins (1995) dimana semua itu mengacu pada tema-tema yang disajikan dalam sebuah format yang memungkinkan para orangtua untuk mempraktekan lima keterampilan pengasuhan dalam sebuah lingkungan kelompok yang suportif. Lima keterampilan pengasuhan itu meliputi Encouragement, Can DO, Choices, Self Control dan Respecting Feelings (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995) Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Metode yang digunakan untuk melihat penurunan antara stres pengasuhan subjek pada saat sebelum diberikan pelatihan “Keterampilan Pengasuhan” dengan stres pengasuhan setelah diberikan pelatihan “Keterampilan Pengasuhan” dapat dilihat melalui analisis paired sample t-test. Analisis dari variabel-variabel tersebut dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for windows.
17
Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Analisa data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik analisis one-sample Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS 16.0 for windows. Diperoleh sebaran skor data variabel stres pengasuhan mengikuti kurve normal (K-S Z = 0.465; p = 0.982 atau p > 0.05 untuk data pretest dan K-S Z = 0.709; p = 0.697 atau p > 0.05 untuk data posttest) karena data ini memiliki signifikan lebih dari 0.05 maka data ini normal. 2. Uji Hipotesis Setelah diketahui bahwa data skor stres pengasuhan subjek penelitian terdistribusi normal, dilakukan uji paired sample t-test untuk menguji hipotesis. Setelah dianalisis terlihat bahwa terdapat perbedaan stres pengasuhan sebesar 6 poin dilihat dari rerata stres pengasuhan pretest sebesar 71,1 menjadi 65,1 (rerata posttest). Hasil analisis paired sample t-test menghasilkan t=2,905 dengan p = 0,017 (p < 0,05) sehingga terlihat bahwapelatihan keterampilan pengasuhan dapat menurunkan stress pengasuhan. Stres pengasuhan ibu-ibu menurun setelah diberikan pelatihan keterampilan pengasuhan. Dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima
18
Pembahasan Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan pengasuhan dapat menurunkan stres pengasuhan. Stres pengasuhan ibu-ibu menurun setelah diberikan pelatihan keterampilan pengasuhan. Hal ini dapat dilihat pada ibu-ibu yang sebelum mendapat pelatihan keterampilan bingung dan merasa kesulitan menghadapi perilaku-perilaku anak, tetapi setelah ibu-ibu mendapat pelatihan keterampilan pengasuhan ibu-ibu mengetahui cara menyelesaikan konflik yang terjadi antara orangtua dan anak serta dapat mengurangi stres yang selama ini sering dialami ibuibu dalam proses pengasuhan (Rosenberg & Reppucci, 1985 dalam Kissman, Kris, 1992). Selain itu, bila keterampilan pengasuhan yang diberikan kepada orangtua dipraktekkan secara berkesinambungan maka dapat membantu orangtua menurunkan perilaku kenakalan anak serta dapat mengatasi permasalahan tindakan kekerasan yang sering dilakukan oleh orangtua terhadap anak (Bavolek dalam Trunzo, 2006). Hal ini dapat dilihat pada ibu-ibu yang awalnya kesulitan untuk mengatur perilaku anak, setelah mempraktekkan keterampilan pengasuhan di rumah terhadap anak hasilnya ibu-ibu dapat mengatasi perilaku anak. Hubungan yang terjalin antara orangtua dan anak menjadi harmonis dan dinamis sehingga munculnya stres pada orangtua sangat rendah. Pelatihan keterampilan pengasuhan yang diberikan kepada ibu-ibu mengajarkan bagaimana orangtua dan anak agar dapat menciptakan interaksi yang baik dalam sebuah keluarga dan membentuk hubungan yang kooperatif antara orangtua dan anak. Selain itu, keterampilan pengasuhan mengajarkan kepada orangtua
19
bagaimana
mengarahkan perilaku anak, memperbaiki hubungan orangtua dan anak serta memberi rasa aman orangtua terhadap anak (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995). Setelah subjek menerima pelatihan keterampilan pengasuhan dan mempraktekkannya di rumah, anak merasa aman untuk bercerita kepada ibunya ketika ada permasalahan yang mengganggu di sekolah. Hubungan orangtua dengan anak menjadi lebih baik lagi, hal ini ditunjukkan oleh sikap orangtua dan anak yang saling memberi semangat ketika mereka mengalami permasalahan. Anak memberi semangat kepada ibunya ketika ibunya terlihat sedih dengan kata-kata positif. Orangtua juga selalu memberi semangat kepada anak ketika anak mendapat ejekan dari teman-temannya di sekolah. Keterampilan pengasuhan yang dipraktekkan ibu-ibu pada anak dapat menciptakan lingkungan yang produktif dalam keluarga dan memberi pengaruh baik bagi perkembangan anak dalam proses pengasuhan (Trunzo, 2006). Dalam keterampilan pengasuhan terdapat aspek-aspek yang mempengaruhi diantaranya aspek membangun kepercayaan orangtua terhadap anak (encouragement) yang memberikan keterampilan sosialisasi yang menjadi dasar dalam menghargai diri sendiri dan orang lain. Encouragement memberikan para orangtua sebuah cara untuk mengekspresikan perasaan-perasaan positif mereka terhadap anak-anak. Orangtua memberitahu kepada anak bahwa mereka yakin bahwa anak dapat bertanggungjawab atas dirinya sendiri dan terhadap apa yang dilakukan. Setelah ibuibu mempraktekkan keterampilan encouragement di rumah, anak memiliki inisiatif sendiri untuk membuat jadwal kegiatannya setelah pulang sekolah. Anak mulai menjalankan jadwalnya dibuatnya sendiri, mulai dari waktu bermain sampai belajar.
20
Perubahan yang ditunjukkan anak membuat frustasi-frustasi yang dialami orangtua menurun. Apabila hal tersebut secara konsisten dilakukan anak secara terus-menerus maka dapat membantu orangtua untuk menurunkan stres yang dialami dalam pengasuhan (Thomas Gordon dalam Bailey, Perkins & Wilkins, 1995) Kamu bisa (can do) mengajarkan kepada para orangtua bagaimana mengarahkan perilaku-perilaku anak agar menjadi baik dengan cara menyampaikan pesan-pesan positif dan bersahabat. Setelah diberikan keterampilan ini, ibu-ibu menanamkan sikap positif dalam diri anak. Dimana anak harus berfikir positif terhadap apa yang terjadi di lingkungannya. Pada awalnya anak merasa teman-teman di sekolahnya sering mengejek dirinya karena sering berbisik di depannya. Melihat hal itu si anak suka marah-marah sendiri di rumah. Setelah anak diberikan pesan-pesan positif, ibu menjelaskan bahwa teman-teman yang berbisik belum tentu mereka mengejek kita, teruslah berfikir positif. Beberapa hari setelah itu anak mengatakan bahwa benar apa yang dikatakan oleh ibu bahwa kita harus berfikir positif dan teman yang berbisik belum tentu sedang mengejek kita. Perubahan perilaku anak yang tidak dapat diterima dapat diubah dengan lingkungan yang positif. Hal ini dapat menjadi cara sederhana dan effective untuk mengurangi frustasi yang dialami anak. Rendahnya frustasi-frustasi yang dialami anak juga dapat menurunkan stres pengasuhan yang dialami oleh orangtua (Thomas Gordon dalam Bailey, Perkins & Wilkins, 1995). Membuat keputusan (choices) memberikan pengetahuan tentang bagaimana bernegosiasi yang menghormati hak-hak baik orangtua maupun anak-anak. Choices mengajarkan kerjasama antara orangtua dengan anak. Orangtua dapat membantu anak
21
dalam mengambil keputusan terhadap situasi yang sedang dihadapi anak. Setelah diberikan keterampilan pengasuhan pada ibu-ibu dan ibu-ibu mempraktekkan choices pada anak maka terlihat ada perubahan pada perilaku anak. Anak dapat memutuskan kapan waktunya bermain bersama teman-teman dan kapan waktu harus berhenti bermain bersama teman-teman dan pulang ke rumah. Biasa orangtua harus berteriak dulu kepada anak agar si anak berhenti bermain dan pulang ke rumah. Bila perilaku tersebut terus-menerus ditunjukkan anak maka kecemasan-kecemasan orangtua terhadap berbagai situasi yang berkaitan dengan anak akan berkurang dan kemandirian anak terhadap dirinya semakin meningkat. Kemandirian yang lebih positif dapat membantu orangtua dalam mengatasi stres pengasuhan (Bailey, Perkins & Wilkins, 1995). Mengendalikan diri (Self control) merupakan keterampilan yang membantu para orangtua untuk tidak berperilaku yang dapat menyakiti anak. Kontrol diri sangat dibutuhkan orangtua sebelum dapat memutuskan bagaimana bertindak kepada anak sehingga orangtua dapat berinteraksi dengan anak-anak dengan cara-cara yang baik, bahkan dalam kondisi yang penuh tekanan. Setelah mempraktekkan aspek ini, ketika orangtua (ibu-ibu) sedang marah kepada anak maka orangtua mengendalikan dirinya dengan bermacam cara, misalnya dengan menghindar dari anak beberapa waktu sampai kemarahan orangtua sudah reda, banyak-banyak beristigfar, mengambil wudhu, mengambil posisi duduk dan yang lainnya. Orangtua harus dapat mengatasi hal-hal yang dapat memicu kemarahan dengan belajar mengendalikan diri, mengurangi perilaku-perilaku aversif dan meningkatkan perilaku prososial. Sehingga
22
stres pengasuhan tidak terjadi dan orangtua dapat mengendalikan emosi menjadi lebih baik (Goldstein dalam Bailey, Perkins & Wilkins, 1995). Membangun empati (respecting feelings) merupakan keterampilan yang membantu para orangtua agar mengerti perasaan-perasaan anak, mengerti apa yang anak butuhkan sehingga orangtua dapat memenuhi apa yang dibutuhkan anak. Dengan demikian interaksi yang baik dapat terjalin diantara orangtua dan anak. Hasil penelitian yang ditunjukkan ibu-ibu adalah ada perubahan sikap dan perilaku anak ketika ibu-ibu menunjukkan perasaan sayang melalui ungkapan kata-kata terhadap anak, misalnya “ibu sayang sama adik dan ibu lebih sayang lagi sama adik kalau adik tidak nakal”. Ketika pulang sekolah anak mengatakan bahwa, “ibu hari ini adik tidak nakal di sekolah jadi ibu lebih sayang lagi sama adik”. Orangtua yang selalu mengungkapkan perasaan terhadap anak akan membantu anak memahami emosiemosi yang ada dalam diri anak. Bila anak diberi kesempatan untuk mengatakan emosi yang ada dalam dirinya maka anak akan belajar memahami dirinya. Bila hal ini terus-menerus ada dalam diri anak maka anak akan dapat membuat penyelesaian terhadap stres yang dialaminya (Donald Dinkmeyer, Gary McKay dalam Bailey, Perkins & Wilkins, 1995). Bila anak dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam dirinya maka akan membantu orangtua dalam mengatasi stres yang dialami dalam proses pengasuhan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kurniawan dan Utami (2007) yaitu mengenai pelatihan keterampilan pengasuhan.
23
Kelemahan penelitian ini adalah ada beberapa aitem dalam Skala Stres Pengasuhan yang disusun oleh Abidin (1995) kurang mengungkap stres yang dialami orangtua tetapi lebih mengungkap permasalahan anak. Kurangnya wawancara dan observasi pada subjek setelah pelaksanaan pelatihan keterampilan pengasuhan menjadi kelemahan dalam penelitian ini. Kelemahan yang lain dalam penelitian ini belum adanya kelompok kontrol. Akan lebih tampak perubahan ini, jika penelitian yang akan datang diikutsertakan kelompok kontrol.
Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian adalah pelatihan keterampilan pengasuhan dapat menurunkan stress pengasuhan. Stres pengasuhan ibu-ibu menurun setelah diberikan pelatihan keterampilan pengasuhan.
Saran Ada beberapa saran yang harus diperhatikan berkaitan dengan hasil penelitian, antara lain: 1. Saran Bagi Subjek Pengetahuan tentang keterampilan pengasuhan harus tetap dipertahankan dan harus terus dipraktekkan, sehingga stres pengasuhan dapat diatasi. 2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini masih memiliki kekurangan, untuk itu bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut sebaiknya lebih memperhatikan alat ukur stress
24
pengasuhan. Kalau ingin menggunakan skala stress pengasuhan dari Abidin (1995) maka peneliti selanjutnya sebaiknya mengkaitkan kondisi stres dengan aspek-aspek stress pengasuhan yang disusun Abidin. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan observasi dan wawancara kepada subjek setelah pemberian pelatihan keterampilan pengasuhan. Beri pertanyaan kepada subjek apa yang diperoleh dari subjek setelah mendapat pelatihan keterampilan pengasuhan. Observasi perubahan-perubahan apa yang diperoleh subjek setelah mendapat pelatihan keterampilan pengasuhan. Peneliti selanjutnya sebaiknya memperhatikan desain penelitian dengan menambah kelompok kontrol pada penelitian. Sehingga perubahan stress pengasuhan akan lebih tampak perubahannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ahern, Lisa Senatore. 2004. Psychometric Properties of The Parenting Stress Index Short Form. Thesis. Faculty of North Carolina State University. Departement of Psychology College of Humanities and Social Science. Azwar, Saifuddin,Drs,MA. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Baker, Perilla & Norris, 2001. Parenting Stress and Parenting Competence Among Latino Men Who Batter. Journal of Interpersonal Violence, Vol.16 No 11. Balzer, Tatjana.B, 2003. Parent Expectancies of Speech and Language Therapy. Thesis.University of Cincinnati. Besly, Katherine.D, B.S.2002. Stable Attributions of Child Behavior and Parenting Stress in Parents of ADHD Children. Thesis. University Of North Texas. Bailey,Perkins & Wilkins. 1995. Parenting Skills Workshop Series. A Manual for Parent Educators. A Cornell Cooperative Extension Publication.
Boenisch, Ed & Haney, C.Michele. 2004. The Stress Owners’s Manual Mengapai Keseimbangan Hidup. Jakarta: Grasindo. Brooks, Jane. B. 1999. The Process Of Parenting. New York: The McGraw-Hill Companies. Chaplin. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Casmini, 2007. Emotional Parenting. Yogyakarta: Pilar Media Ello & Donovan. 2005. Assessment of the Relationship Between Parenting Stress and a Child Ability to Functionally Communicate. Research on Social Work of Practice. Fabella, Armand.T. 1993. Anda Sanggup Mengatasi Stres. Indonesia: Indonesia Publishing House Ofset
26
Farmer, Deidrick, dkk 2006. Parenting Stress and Its Relationship to the Bahavior of Children with Jouberth Syndrome. Journal of Child Neurology Kartono. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kissman, Kris. 1992. Parent Skills Training : Expanding Scholl-Based Services For Adolescent Mothers. Research on Social Work Practice. 2:161 Kurniawan. I.N dan Utami. D. 2007. Pelatihan Keterampilan Pengasuhan Sebagai Upaya Mengatasi Kekerasan Pada Anak Dalam Keluarga. Jakarta : Laporan Penelitian Dosen Muda Dikti. Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen.Malang: UMM Press Lavee, Sharlin & Katz.1996. The Effect of Parenting Stress on Marital Quality An Integrated Mother-Father Model. Journal of Family Issues Vol.17 No1
Levendosky & Graham-Bermann. 1998. The Moderating Effects of Parenting Stress onChildren’s Adjustment in Woman-Abusing Families. Journal of Interpersonal Violence Vol.13 No 3
M Jenkins, Roxanne. "What Are Good Parenting Skills?." EzineArticles 07 November 2007. 05 January 2008
.
Rodriguez & Murphy.1997. Parenting Stress and Abuse Potential in Mothers of Children With Developmental Disabilities. Child Maltreatment Santoso,Singgih. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Seniati, Yulianto & Setiadi. 2005. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA
27
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Trunzo,Annette.C. 2006. Engagement, Parenting Skills, And Parent-Child Relations As Mediators od the Relationship Between Parental Self-Efficacy and Treatment Out Comes For Children with Conduct Problems. Dissertation. University Of Pittsburgh
http://puterakembara.org/rm/peran ortu.htm. http://artikel.sabda.org/pentingnya_pembelajaran_ulang_bagi_orang_tua (http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0702/15/humaniora/3763357.htm).
28