PENGARUH KESADARAN MEREK, KESAN KUALITAS TERHADAP KEYAKINAN PELANGGAN DALAM MEMBELI PASTA GIGI MEREK PEPSODENT (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Gorontalo Di Desa Bongohulawa) NURLIN TAPULU NIM. 931 409 048 PRODI SARJANA MANAJEMEN
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris; (1) apakah kesadaran merek berpengaruh terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek pepsodent. (2) apakah kesan kualitas berpengaruh terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek pepsodent. (3) apakah kesadaran merek dan kesan kualitas berpengaruh secara simultan terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek pepsodent. Populasi dalam penelitian adalah konsumen yang menggunakan pasta gigi merek pepsodent. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling dengan metode pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel jika dipandang cocok dan Convinence Sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh penelitian dan analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Berdasarkan hasil analisis secara parsial kesadaran merek berpengaruh positif secara parsial terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan/ membeli pasta gigi merek Pepsodent. (2) Berdasarkan hasil analisis secara parsial kesan kualitas berpengaruh terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan/ membeli pasta gigi merek Pepsodent. (3) Berdasarkan hasil analisis secara simultan antara kesadaran merek dan kesan kualitas berpengaruh terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli/ menggunakan pasta gigi merek Pepsodent. Kata Kunci : Kesadaran Merek, Kesan Kualitas, Keyakinan Pelanggan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang dinamis ditandai dengan berbagai perubahan yang revolusioner sehingga membuat situasi pasar saat ini semakin kompetitif. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan produk ataupun jasa pada konsumen, maka semakin banyak pula alternatif yang dimiliki konsumen terutama
dalam memilih suatu barang yang dibutuhkan. Pesatnya pangsa pasar membuat keberadaan merek menjadi sangat penting dalam dunia usaha saat ini karena dengan adanya merek, maka dapat menarik perhatian pelanggan sehingga memberikan rasa keingintahuan pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan dengan merek tertentu. Menurut Aaker (Tjiptono, 2005:40) 1
menyiratkan bahwa brand equity bisa bernilai bagi perusahaan (Company based brand equity) dan bagi konsumen (Customer based brand equity). Elemen-elemen ekuitas merek diklasifikasikan kedalam lima kategori yaitu brand awareness, perceived quality, brand associations, brand loyality, dan propietary brand aset lainya. Sehingga dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan dua variabel dari lima dimensi ekuitas merek yaitu kesadaran merek (brand awareness), dan kesan kualitas (perceived quality). Kesadaran merek merupakan kemampuan merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Persepsi kualitas (Perceived quality) merupakan asosiasi merek yang ditinjau dari sudut pandang konsumen, dimana sebuah merek dipersepsikan sebagai produk berkualitas tinggi. Keyakinan (believe) adalah gambaran pemikiran yang di anut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tertentu produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Para pemasar sangat tertarik pada keyakinan yang ada di dalam pikiran orang tentang produk atau merek mereka. Keyakinan merek ada dalam memori konsumen Kotler (2003). Demikian halnya dengan keyakinan dari para konsumen untuk melakukan pemebelian dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk pasta gigi dengan merek pepsodent, maka memberikan persepsi tersendiri terhadap konsumen. Yang menjadikan tolak ukur konsumen adalah dengan melihat kesadaran merek, kesan kualitas menjadikan konsumen yakin akan barang atau produk yang mereka beli. Adapun yang menjadi tingkat keyakinan pelanggan dalam membeli produk pasta gigi pepsodent tersebut dengan melihat merek yang mampu memberikan kesan dalam mencegah atau mengatasi apa yang menjadi kebutuhan konsumen. Seperti
halnya pada pasta gigi merek pepsodent yang bermanfaat untuk menjaga dan melindungi gigi. Pepsodent adalah pasta gigi yang paling terkenal dan tertua di Indonesia, sejak awal keberadaannya selalu memberikan lebih dari sekedar kemanjuran dasar. Pepsodent adalah pasta gigi pertama di Indonesia yang kembali meluncurkan pasta gigi berflorida pada tahun 1980-an dan satu-satunya pasta gigi di Indonesia yang secara aktif mendidik dan mempromosikan kebiasaan menyikat gigi secara benar melalui program sekolah dan layanan pemeriksaan gigi gratis. Sejak itu Pepsodent telah melengkapi jajaran produknya mulai dari pembersihan dasar hingga pasta gigi dengan manfaat lengkap. Dengan adanya pembuktian yang ada sampai sekarang ini maka tidak dapat dipungkiri bahwa mengapa pasta gigi merek pepsodent sampai saat ini masih bertahan, mengingat banyaknya persaingan dunia usaha yang mampu menciptakan produk-produk terbaru berupa pasta gigi dalam jenis merek yang berbeda. Akan tetapi pepsodent masih tetap berada pada urutan pertama dimata konsumen, karena keyakinan mereka dalam mengkonsumsi pasta gigi pepsodent dapat memberikan efek yang baik untuk kesehatan mereka. Serta kesadaran merek yang sudah melekat dalam benak konsumen dan kualitas produk yang baik menjadi tolak ukur konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan terhadap pembelian pasta gigi merek pepsodent. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “ Pengaruh Kesadaran Merek, Kesan Kualitas terhadap Keyakinan Pelanggan dalam Membeli Pasta Gigi Merek Pepsodent. 2. Tinjauan Pustaka Pengertian Merek Menurut versi American Marketing Association (AMA) dalam Tjiptono (2008:347), yang merumuskan merek 2
sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi diantaranya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang dan jasa para pesaingnya. Adapun menurut Alma (2007:147) Merek atau cap ialah suatu tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi keduanya. Asosiasi pemasaran Amerika mendefenisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing. Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama dalam Kotler & Keller (2007). Sedangkan Bill Gates (Jackie, dkk,2007:2) mengatakan bahwa merek adalah salah satu faktor terpenting bagi keberhasilan penguasaan pasar. Tidak heran jika banyak produsen dan pengusaha yang rela menghabiskan miliaran rupiah untuk berpromosi. Suatu merek adalah label yang mengandung arti dan asosiasi. Merek yang hebat dapat berfungsi lebih dalam memberi warna dan getaran pada produk atau jasa. Dengan segala bentuk opini yang disampaikan para ahli dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa merek merupakan faktor penentu yang sangat berperan penting dalam pengenalan suatu barang yang diproduksi dan akan banyak dikenali oleh konsumen dengan penentuan merek yang dapat menarik perhatian konsumen untuk melakukan pengambilan kepusuan dalam pembelian.
Peran Merek Merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen bisa individual atau organisasi untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrik atau distributor tertentu. Konsumen dapat mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung pada bagaimana pemerekan produk tersebut. Mereka belajar tentang merek melalui pengalaman masa lalu dengan produk tersebut dan program pemasarannya, menemukan merek mana yang memuaskan kebutuhan mereka dan mana yang tidak. Kotler & Keller (2008:259). Menurut Durianto (2001), merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor seperti : 1. Emosi konsumen terkadang turun naik, merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil. 2. Merek mampu menembus setiap pasar budaya dan pasar, bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan budaya. 3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek, semakin kuat pula interaksinya dengan konsumen. 4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen. 5. Merek memudahkan proses mengambil keputusan pembelian oleh konsumen, dengan adanya merek konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut. 6. Merek menjadi berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.
3
Manfaat Merek Menurut Keller, 2003 (Tjiptono,2005:20) merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen antara lain : 1. Sarana indentifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi. 2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek hidup yang unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektua. Nama merek bisa diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered tredemarks), proses pemanufakturan bisa dilindungi melaui hak paten, dan kemasan bisa diproteksi melalui hak cipta (copyright) dan desain. Hak-hak properti intelektual ini memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek yang dikembangkannya dan meraup manfaat dari aset bernilai tersebut. 3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi dilain waktu. Loyalitas merek seperti ini menghasilkan predictability dan security permintaan bagi perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain untuk memasuki pasar. 4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing. 5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen. 6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang. 2.1.1.1 Fungsi Merek Adapun yang menjadi fungsi merek antara lain :
1. Merek memberikan identifikasi terhadap suatu produk sehingga konsumen mengenali merek dagang yang berbeda dengan produk lain. 2. Merek membantu untuk menarik calon pembeli. Kebanyakan pengusaha selalu berusaha agar produknya dapat terus bertahan pada tahap kejayaan dipasar. Merek yang bersifat inovatif tidak hanya harus dilakukan oleh perusahaan saja tetapi juga oleh partner bisnis perusahaan, Jackie, dkk (2007). Pengertian Ekuitas Merek Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar dan profabilitas yang dimiliki perusahaan. Ekuitas merek merupakan aset tak terwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan Kotler & Keller (2007:334). Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, dan asosiasi dengan berbagai karakteristik merek Durianto, dkk,2004 (Danang,2011) Pengertian Kesadaran Merek Adapun pengertian kesadaran merek menurut Alma (2007:158) adalah kesanggupan konsumen untuk mengenali suatu merek, atau seberapa kuat merek tertanam dalam ingatan konsumen. Sedangkan kesadaran merek menurut Durianto (2001), adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat merek sebagai bagian dari suatu produk dengan merek yang dilibatkan. Semakin tinggi tingkat kesadaran merek (brand awareness) suatu merk dalam benak konsumen, akan makin melekat suatu merek dalam benak konsumen, sehingga makin 4
besar kemungkinan merek tersebut dipertimbangkan dalam pembelian dan makin besar pula kemungkinan ia akan dipilih oleh konsumen. Kesadaran merek (brand awareness) membutuhkan jangkauan kontinu (continum ranging) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehhingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satusatunya merek dalam suatu kelompok produk. Kontinum ini dapat terwakili dalam tingkatan brand awareness yang berbeda dapat digambarkan dalam suatu piramida berikut ini :
Brand recall merupakan tingkat dimana konsumen dapat mengingat kembalisuatu merek tanpa adanya bantuan apapun, atau disebut juga unaided recall. 3. Brand recognition (Pengenalan merek) Brand recognition adalah tingkat dimana ingatan konsumen terhadap suatu merek akan muncul jika konsumen diberi bantuan agar dapat kembali mengingat merek tersebut. Tingkat ini merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek. 4. Unware of brand (Tidak menyadari merek) Unware of brand yaitu tingkat dimana konsumen tidak menyadari suatu merek walaupun sudah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan.
Puncak Pikiran (Top of Mind)
Pengertian Kesan Kualitas Adapun pengertian kesan kualitas yaitu bagaimana benak konsumen memandang sebuah merek. Bagaimana keunggulan merek atau kelebihan secara keseluruhan yang didasarkan pada evaluasi subjektif konsumen Ferrinadewi (2008:172) . Pengertian kesan kualitas (perceived quality) adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas dan superioritas produk relatif terhadap pesaing. Seringkali persepsi kualitas ini sulit ditentukan karena merupakan hasil persepsi dan juggement dari pelanggan. Bagi pemilik merek, persepsi kualitas mendatangkan manfaat karena menjadi daya tarik bagi retailer dan distributor dan menghasilkan harga yang premium, Jackie, dkk (2007:67).
Pengingatan kembali merek (brand recall) Pengenalan merek (Brand recognition) Tidak menyadari merek (brand unaware) Gambar 2.1 Piramida Kesadaran Merek (Brand awareness) (Sumber: Durianto,2001)
Tingkatan Kesadaran Merek Menurut Aaker (1997),(Danang, 2011:19), tingkat kesadaran merek ada 4, tingkatan tersebut adalah : 1. Top of mind (Puncak pikiran) Top of mind adalah tingkatan dimana suatu merek menjadi merek yang disebutkan pertama kali muncull dalam benak konsumen. Dalam tingkatan ini, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. 2. Brand recall (Pengingatan kembali merek)
Dimensi kesan Kualitas Menurut Tjiptono (2008:68), dalam kaitannya dengan kepuasan pelanggan, kualitas memiliki beberapa dimensi pokok, bergantung pada konteksnya. Dalam kasus pemasaran barang, ada delapan dimensi yang biasa digunakan : 1. Kinerja (Performance) 5
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Karakteristik operasi dasar dari suatu produk. Fiture (Feature) Karakteristik pelengkap khusus yang dapat menambah pengalaman pemakaian produk. Ketahanan (Reliabilitas) Probabilitas terjadinya kegagalan atau kerusakan produk dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan, semakin andal produk andalan. Konformasi (Conformance) Yaitu tingkat kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan. Daya tahan (Durability) Jumlah pemakaian produk sebelum produk bersangkutan harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian nirmal yang dimungkinkan, semakin besar pula daya tahan produk. Layanan (Serviceability) Kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta kompetensi dan keramahtamahan staf layanan. Estetika Menyangkut penampilan produk yang dapat dinilai dengan panca indera (rasa, aroma, suara, dll). Persepsi terhadap kualitas Kualitas yang dinilai berdasarkan reputasi penjual.
Pengertian Keyakinan Pelanggan Menurut Kotler (2003), keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek akan mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Sebagian konsumen cenderung memiliki kayakinan bahwa mereka akan berhadapan dengan situasi yang sama dimasa yang akan datang. Sikap menjadi wujud dari antisipasi mereka ketika mereka harus berada dalam situasi tersebut. Sikap merupakan suatu kondisi psikologis yang
mendahului tindakan dan setiap orang dapat memiliki sifat yang berbeda untuk sebuah objek yang sama. Keyakinan dan pengetahuan tentang produk ini berbeda antara satu konsumen dengan konsumen yang lain. Semakin positif keyakinan konsumen terhadap produk maka semakin positif pula sikap konsumen terhadap produk (Ferrinadewi,2008:94). Dimensi Keyakinan Pelanggan Penulis menyajikan dimensi yang dilihat dari komponen sikap yang disesuaikan dengan konsep keyakinan, Ferrinadewi (2008:96) : 1. Kognitif (Pikiran) Dalam komponen kognitif terdiri dari keyakinan dan pengetahuan konsumen tentang produk. Keyakinan dan pengetahuan tentang produk ini berbeda antara satu konsumen dengan konsumen yang lain. Semakin positif keyakinan konsumen terhadap produk maka semakin positif pula sikap konsumen terhadap produk 2. Afektif (Perasaan suka) Komponen afektif merupakan perasaan atau emosi kita terhadap objek tertentu. Biasanya diungkapkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka. Umumnya keyakinan konsumen akan suatu produk melekat erat dengan perasannya. 3. Konatif (Perilaku) Keyakinan dan rasa suka pada suatu produk akan mendorong konsumen melakukan tindakan sebagai wujud dari keyakinan dan perasaannya. Hubungan antara Kesadaran Merek dan Kesan Kualitas terhadap Keyakinan Pelanggan Menurut Irawan (2000:45) sebenarnya merek sudah cukup beruntung jika sudah cukup memiliki awareness yang kuat. Kekuatan sebuah merek akan tergantung pada seberapa besar kemampuannya untuk lebih dikenal oleh 6
konsumen, seberapa besar daya tariknya untuk dibeli, dan seberapa besar tingkat keinginan konsumen untuk membeli kembali. Aaker (1997:127) (Wiwit, 2011) menyatakan bahwa kesan kualitas dapat mempengaruhi keyakinan pelanggan atas keputusan pembeliannya melalui penonjolan superioritas kualitas produk terhadap pesaing. Produk dengan kualitas tinggi mampu menciptakan alasan pembelian (reason to buy) yang kuat bagi pelanggan dalam membentuk keyakinan pelanggan atas keputusan pembeliannya. 3. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kesadaran merek terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek pepsodent. 2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kesan kualitas terhadap kayakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek pepsodent. 3. Untuk menganalisis dan mengetahui secara simultan pengaruh kesadaran merek dan kesan kualitas terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek pepsodent.
4. Metode Penelitian Populasi Ferdinand, (2006:223), populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti, karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan pasta gigi merek pepsodent. Yang diasumsikan tidak diketahui karena jumlah pengguna pasta gigi merek
pepsodent sudah tersebar luas di berbagai daerah dan setiap harinya tidak diketahui konsumen yang membelinya. Sampel Menurut Sugiyono (2008:49) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Maka untuk menentukan besarnya jumlah sampel konsumen digunakan rumus sebagai berikut, Louis M dan Richard A. Parker (Eriyanto 2007:292).
Ket : n = Jumlah sampel Z2 = Nilai Z yang tergantung pada tingkat kepercayaan E = Kesalahan sampling yang dikehendaki P(1-p) = Variasi Populasi (Jika tidak diketahui maka nilai p diasumsikan sebesar 0.5, Jika tingkat kepercayaan 90% dan sampling error yang dikehendaki sebesar 10% adalah sebesar :
Berdasarkan rumus diatas dapat diperoleh sampel dari populasi sebanyak 67 orang. Dalam pengambilan sampel teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling, yaitu semua elemen dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Ferdinand, 2006:231). Hal ini dilakukan karena mengingat keterbatasan waktu yang ada, maka metode pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling dan Convenience Sampling. Metode Accidental Sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa yang kebetulan bertemu dengan 7
peneliti dapat dijadikan dipandang cocok.
sampel
jika
Semakin baik kesadaran akan merek yang dipersepsikan oleh pelanggan maka keyakinan pelanggan juga akan semakin meningkat. Setiap peningkatan kesadaran merk sebesar satu satuan akan meningkatkan keayakinan pelanggan sebesar 0,518 satuan. 3. Terdapat pengaruh positif dari kesan kualitas terhadap keyakinan pelanggan. Semakin baik kesan akan kualitas dari konsumen maka keyakinan pelanggan juga akan semakin meningkat. Setiap peningkatan kesan kualitas sebesar satu satuan akan meningkatkan keyakinan pelanggan sebesar 0,051 satuan.
5. Hasil Tabel 1. Hasil Pengujian Reliabilitas No. Variabel
1
Alpha
Keterangan
1
Kesadaran Merek
0,881
Reliabel
2
Kesan Kualitas
0,918
Reliabel
3
Keyakinan Pelanggan
0,806
Reliabel
Sumber : Data primer diolah dalam Satistik SPSS 18, 2013
Menunjukan bahwa semua variabel mempunyai Koefesien Alpha yang cukup besar yaitu diantara 0,8 sampai dengan 0,1 sehingga dapat disimpulkan semua item pertanyaan variabel pada kuesioner penelitian adalah sangat reliabel artinya kuesioner yang digunakan dalam penelitian merupakan kuesioner yang baik. Selanjutnya penyebaran indikator variabel pada kuesioner bisa diteruskan sampai pada 67 responden dan diuji dalam model regresi linear berganda. Analsis Regresi Linear Berganda Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model
Unstandardized Coefficients B
1
Std. Error
Standardized Coefficients
Pengujian t test Tabel 3. Hasil Pengujian t test Model
Unstandardized Coefficients B
(Constant)
1
Std. Error
-.833
1.366
Kesadaran Merk
.518
.041
Kesan Kualitas
.051
.025
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-.610
.544
.832
12.667
.000
.135
2.060
.043
Sumber : Data primer (data ordinal–data interval, MSI) dan diolah dalam Satistik SPSS 18, 2013
Variabel Kesadaran Merek Ho : β1 ≤ 0, yaitu X1 tidak berpengaruh positif terhadap Y. H1 : β1 ˃ 0, yaitu X1 berpengaruh positif terhadap Y.
Beta
(Constant)
-.833
1.366
Kesadaran Merek
.518
.041
.832
Kesan Kualitas
.051
.025
.135
Sumber : Data primer (data ordinal–data interval, MSI) dan diolah dalam Satistik SPSS 18, 2013
Diatas menunjukan hasil persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = a + β1X1 + β2X2 = - 0,833 + 0,518X1 + 0,051X2 Model regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar - 0,833 menyatakan bahwa jika tidak ada kesadaran merek dan kesan kualitas maka keyakinan pelanggan sebesar - 0,833 2. Terdapat pengaruh positif dari kesadaran merk terhadap keyakinan pelanggan.
Hasil pengujian t untuk variabel X1 “Kesadaran Merek” diperoleh nilai thitung = 12,667 dengan tingkat Pvalue = 0,000, dengan menggunakan batas signifikan α = 0,05 didapat ttabel (95% ; 67-2) sebesar 1,668. Dari hasil tersebut maka kriteria pengujian yaitu thitung > ttabel atau Pvalue < α yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian hipotesis uji t variabel Kesadaran Merek berpengaruh secara positif signifikan dan dapat diterima, arah koefesien regresi positif artinya kesadaran merek memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent.
8
Variabel Kesan Kualitas Ho : β2 ≤ 0, yaitu X2 tidak berpengaruh positif terhadap Y. H1 : β2 ˃ 0, yaitu X2 berpengaruh positif terhadap Y. Hasil pengujian t untuk variabel X2 “Kesan Kualitas” diperoleh nilai thitung = 2,060 dengan tingkat Pvalue = 0,043, dengan menggunakan batas signifikan α = 0,05 didapat ttabel (95% ; 67-2) sebesar 1,668. Dari hasil tersebut maka kriteria pengujian yaitu thitung > ttabel atau Pvalue < α yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian hipotesis uji t variabel Kesan Kualitas berpengaruh secara positif signifikan dan dapat diterima, arah koefesien regresi positif artinya kesan kualitas memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent. Pengujian F Pengujian F digunakan untuk mengetahui secara bersama-sama “Simultan” pengaruh variabel independen (Kesadaran Merek dan Kesan Kualitas) terhadap variabel dependen (Keyakinan Pelanggan). Signifikan pengaruh positif dapat diestimasi dengan membandingkan Pvalue dan α = 0,05 atau nilai Ftabel dan Fhitung. Berikut ini perhitungan statistik anova uji F dapat dilihat pada table berikut. Tabel 4. Hasil Pengujian F Model
Df
Mean Square
1 Regression
969.027
2
Residual
135.024
64
1104.051
66
Total 1
Sum of Squares
F
484.513 229.654
Sig.
.000a
2.110
pengujian yaitu Fhitung > Ftabel atau Pvalue < α yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian hipotesis uji F secara bersama-sama variabel independen berpengaruh secara positif dan dapat diterima, arah anova uji F positif artinya variabel bebas memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap keyakinan Pelanggan. Dapat disimpulkan secara bersama-sama bahwa indikator Kesadaran Merek dan Kesan Kualitas yang semakin baik akan menumbuhkan keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent Uji Anova atau F test, didapat Fhitung sebesar 229.65 dengan tingkat probalitas 0,000 (signifikan). Karena probalitas jauh lebih kecil daripada 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kesadaran merk dan kesan kualitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap keyakinan pelanggan. Pengujian Normalitas Pengujian normalitas dilakukan terhadap residual regresi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan grafik P-P Plot, data yang normal adalah data yang membentuk titik-titik yang menyebar tidak jauh dari garis diagonal. Hasil analisis regresi linear dengan grafik normal P-P Plot terhadap residual error model regresi diperoleh sudah menunjukan adanya pola grafik yang normal yaitu adanya sebaran titik yang berada tidak jauh dari garis diagonal. Seperti terlihat pada gambar 1 Gambar 1. Hasil Pengujian Normalitas
Sumber : Data primer (data ordinal–data interval, MSI) dan diolah dalam Satistik SPSS 18, 2013
Hasil pengujian F untuk variabel bebas diperoleh nilai Fhitung = 229.65 dengan tingkat Pvalue = 0,000, dengan menggunakan batas signifikan α = 0,05 didapat Ftabel sebesar 3,13 dari df dan dilihat di buku statistik. Dari hasil tersebut maka kriteria
Sumber : Gambar (data ordinal-data interval, MSI) dan diolah dalam Satistik SPSS 18, 2013
9
Pada Gambar 1. Menunjukan hasil pengujian tersebut bahwa titik-titik berada tidak jauh dari garis diagonal, hal ini berarti bahwa model regresi tersebut sudah berdistribusi normal. Pengujian Multikolinieritas Suatu variabel menunjukan gejala multikolineritas bisa dilihat dari Collinearity Statistics pada nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) pada variabelvariabel bebas suatu model regresi. Jika nilai Tolerance diatas dari 0,1 dan nilai VIF dibawah 10 menunjukan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas pada variabel independen (Ghozali, 2001). Beriktu ini Hasil pengujian multikoliniearitas dengan nilai Tolerance dan VIF dari Coeffecients dapat dilihat pada table 5. Tabel 5. Hasil Pengujian Multikolinearitas No. Variabel
1
Tolerance
VIF
Keterangan
1
Kesadaran Merk
.443
2.256
Tidak ada Multikolinieritas
2
Kesan Kualitas
.443
2.256
Tidak ada Multikolinieritas
Sumber : Gambar (data ordinal-data interval, MSI) dan diolah dalam Satistik SPSS 18, 2013
Pada Gambar 2. Menunjukan hasil pengujian heteroskedastisitas tidak terdapat pola yang jelas dari titik–titik dan menyebar diatas dan dibawah 0 sumbu Y, hal ini menunjukan model regresi tidak memiliki gejala heteroskedastisitas artinya tidak ada gangguan yang berarti dalam model regresi ini. Pengujian Koefesien Korelasi dan Determinasi Untuk mengetahui arah dan kekuatan hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) digunakan koefesien korelasi (R), besarnya koefesien korelasi adalah: 0 sampai dengan 1. Koefesien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui tingkat yang paling baik antara dua variabel atau digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi (share) dari variabel X terhadap variasi naik turunya variabel Y yang biasanya dinyatakan dalam presentase dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya (Ghozali, 2001), berikut ini akan dijelaskan hasil pengujian Determinasi R2 pada Model Summary table 6. Tabel 6. Hasil Koefesien Korelasi dan Determinasi
Sumber : Data primer (data ordinal–data interval, MSI) dan diolah dalam Satistik SPSS 18, 2013
Pada table 5. Menunjukan variabel independen yang digunakan sebagai prediktor model regresi nilai VIF yang cukup kecil dimana semuanya berada di bawah dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1, hal ini berarti bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian tidak ada gejala mulitikoliniearitas. Pengujian Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Apabila titik–titik yang ada menyebar diatas dan dibawah angka 0 sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001), Seperti terlihat pada gambar.2 Gambar 2. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Model R 1 1
.937a
R Square
Adjusted R Square
.878
.874
Std. Error of the Estimate 1.45250
DurbinWatson 1.889
Sumber : Data primer (data ordinal–data interval, MSI) dan diolah dalam Satistik SPSS 18, 2013
Menunjukan Hasil Regresi linier Berganda Model Summary nilai koefisien korelasi R yang menunjukan tingkat hubungan antara variabel independen 10
terhadap variabel dependen yaitu 0,937 atau mendekati 1 artinya terdapat hubungan yang kuat, dan R square atau koefisien determinasi R2 menunjukan besarnya kontribusi 0,878 atau 87,8% dari Kesadaran Merk dan Kesan Kualitas terhadap Keyakinan Pelanggan sementara sisanya 0,122 atau 12,2% berupa kontribusi dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti seperti asosiasi merk ataupun promosi. 6. Pembahasan Dalam proses penyampaian produk kepada konsumen dan untuk mencapai tujuan perusahaan yang berupa penjualan produk yang optimal maka kegiatan pemasaran dijadikan tolak ukur oleh setiap perusahaan. Sebelum meluncurkan produknya perusahaan harus mampu melihat atau mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Jika seorang pemasar mampu mengidentifikasi kebutuhan konsumen dengan baik, mengembangkan produk berkualitas, menetapkan harga yang bersaing, promosi produk secara efektif, serta saluran distribusi lebih cepat maka volume penjualan perusahaan mampu bertahan dan meningkat. Begitu pula dengan produk pasta gigi merek Pepsodent, dimana produk pasta gigi merek Pepsodent merupakan pasta gigi yang usianya sudah lebih dari setengah abad. Ketika diluncurkan juga merupakan merek pasta gigi pertama yang mengandung fluride, ini merefleksikan agresivitas mereka dalam merespon kebutuhan konsumen. Wajar jika kemudian merek ini merajai pasar selama bertahun-tahun. Menurut data Top Brand Index (TBI) 2009 yang dikeluarkan Frontier Consulting Research, merek Pepsodent tahun ini masih tetap terlalu tangguh dikategori pasta gigi. Ini menunjukan Pepsodent sebagai Brand yang selalu melekat di benak konsumen, dan hingga kini masih sulit ditandingi oleh
merek lainnya, bahkan pasta gigi langsung diidentikkan dengan Merek Pepsodent. Schifdman dan Kanuk dalam sumarwan (2002: 25) mendefiniskan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan dan mengevaluasi serta menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Keyakinan pelanggan atas keputusan pembelian disebabkan karena kedekatan pelanggan dengan merek, kredibilitas merek dimata pelanggan, serta pengalaman pelanggan atas merek tersebut. Sebuah merek yang sudah terkenal dan memiliki kredibilitas yang tinggi akan memberikan keyakinan bagi pelanggan bagi pelanggan untuk memilih merek tersebut dalam keputusan pembeliannya, Aaker dalam Rohmawaty (2008) Hasil temuan dari penelitian ini mengenai deskripsi variabel kesadaran merek, kesan kualitas dan keyakinan pelanggan dimana konsumen menilai bahwa semua indikator setuju dan sangat setuju. Hasil pengujian instrumen validitas dan reliabilitas tentang ketiga variabel berada diatas rtabel yaitu 0,3 artinya sah atau valid dan untuk pengujian relibilitas berada di atas 0,8 artinya reliabel, kesimpulannya dari kuesioner tersebut bisa mengungkapkan hasil instrumen yang baik, dari hasil tersebut selanjutnya diperoleh dua variabel independen yaitu kesadaran merek dan kesan kualitas yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent. Penjelasan masing-masing dijelaskan sebagai berikut : Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Keyakinan Pelanggan Dalam Membeli Pasta Gigi Merek Pepsodent di Desa Bongohulawa Data deskripsi penelitian menunjukan bahwa produk pasta gigi merek Pepsodent 11
dinilai oleh konsumen memiliki kemampuan untuk mempertahankan posisinya pada Mindset konsumen. Hasil dari regresi kesadaran merek memiliki nilai 0,518 maka keyakinan pelanggan akan meningkat sebesar 0,518. Hal ini dipertegas oleh pengujian parsial dengan nilai thitung 12,667 dan ttabel (95% ; 67-3) sebesar 1,668, dari hasil tersebut maka kriteria pengujiannya yaitu thitung > ttabel artinya Ho ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya bahwa kesadaran merek berpengaruh positif secara parsial terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek pepsodent di desa Bongohulawa. Berdasarkan hasil pengujian regresi dan hipotesis menunjukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara variabel kesadaran merek terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek pepsodent di desa Bongohulawa. Hasil ini menunjukan bahwa penilaian yang baik mengenai indikator kesadaran merek yang sesuai dengan tingkat pemahaman konsumen akan mendorong keyakinan pelanggan akan membeli/ penggunaan merek pasta gigi Pepsodent. Pendapat di atas didukung oleh Wiwit Dewi Kurnia dan Widyastuti (2011) dalam penelitian yang dilakukan di desa Sumberagung Bojonegoro. Dimana hasil penelitiannya terbukti bahwa kesan kualitas berpengaruh secara parsial terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent. Disisi lain hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Danang Insani Ilmiyati (2011) yang melakukan penelitian pada masyarakat di Kota Semarang yang berjudul Pengaruh kepercayaan merek dan kesadaran merek terhadap loyalitas merek pada produk pond’s. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas merek pada produk Pond’s.
Hasil ini menjelaskan bahwa pengalaman konsumen dalam memakai produk pasta gigi merek Pepsodent akan menghasilkan penilaian konsumen terhadap produk tersebut, apabila produk tersebut dapat memuaskan keinginan konsumen maka konsumen akan memberikan penilaian positif terhadap produk dan dengan penilaiannya konsumen akan tetap berkeinginan untuk membeli ulang produk tersebut. Pada umumnya konsumen dalam membelanjakan uangnya akan memperhitungkan kualitas ataupun merk yang benar-benar dapat diperoleh dari uang yang akan dikeluarkannya. Pengaruh Kesan Kualitas Terhadap Keyakinan Pelanggan dalam Membeli Pasta Gigi Merek Pepsodent di Desa Bongohulawa Berdasarkan hasil pengujian regresi Kesan kualitas memiliki nilai 0,051 maka keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi Pepsodent akan meningkat sebesar 0,051. Hal ini dipertegas oleh pengujian parsial dengan nilai thitung 2,060 dan ttabel (95% ; 67-2) sebesar 1,668, dari hasil tersebut maka kriteria pengujiannya yaitu thitung > ttabel artinya Ho ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya kesan kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent. Dari hasil tersebut selanjutnya diperoleh adanya keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent yang semakin besar yang dapat dilakukan konsumen. Kesan kualitas terhadap produk yang digunakan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent dapat berarti bahwa konsumen akan membeli produk tersebut dan merasa yakin dengan merasakan manfaat dari kualitas akan produk tersebut.
12
Dari pengujian regresi dan hipotesis dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara variabel kesan kualitas terhadap keyakinan pelanggan, hal ini didukung oleh Wiwit Dewi Kurnia dan Widyastuti (2011) dalam penelitian yang dilakukan di desa Sumberagung Bojonegoro. Dimana hasil penelitiannya terbukti bahwa kesan kualitas berpengaruh secara parsial terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi Pepsodent. Hal yang sama dikemukakan oleh Aaker (1997:127) menyatakan bahwa kesan kualitas dapat mempengaruhi keyakinan pelanggan atas keputusan pembeliannya melalui penonjolan superioritas kualitas produk terhadap pesaing. Produk dengan kualitas tinggi mampu menciptakan alasan pembelian (reason to buy) yang kuat bagi pelanggan dalam membentuk keyakinan pelanggan atas keputusan pembeliannya.
Pendapat di atas didukung oleh Aaker (1997:23) yang menyatakan bahwa ekuitas merk mampu mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan yang merupakan keyakinan pelanggan terhadap suatu merk untuk mengambil keputusan pembelian, dengan demikian kesadaran merk dan kesan kualitas yang merupakan dimensi dari ekuitas merk yang berkaitan dengan persepsi konsumen mampu mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan sehingga menimbulkan perasaan yakin atas keputusan dalam membeli.
Pengaruh Kesadaran Merek Dan Kesan Kualitas Terhadap Keyakinan Pelanggan Dalam Membeli Pasta Gigi Merek Pepsodent di Desa Bongohulawa Hasil pengujian Simultan dengan nilai Fhitung sebesar 229.654 dan Ftabel sebesar 3,13. Dari hasil tersebut maka kriteria pengujian yaitu Fhitung > Ftabel artinya Ho ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kesadaran merk dan kesan kualitas secara simultan terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli pasta gigi merek Pepsodent.
Hal ini menunjukan bahwa perubahan yang terjadi pada kesadaran merk dan kesan kualitas akan mempengaruhi keyakinan pelanggan dalam membeli, yang artinya semakin baik kesadaran merek dan kesan kualitas maka akan menciptakan suatu pengalaman yang positif didalam benak konsumen/ pelanggan karena pelanggan akan merasa puas akan merk tersebut dan akhirnya keyakinan pelanggan dalam membeli juga akan semakin membaik.
Solomon (2002:201) dalam Ferrinadewi (2008:98) menyatakan bahwa konsumen akan membentuk keyakinan akan produk dengan mengakumulasi pengetahuan mereka tentang atribut yang relevan. Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi keyakinannya dan mengahasilkan perasaan suka atau tidak suka dan pada akhirnya konsumen akan melakukan pilihan untuk membeli atau tidak membeli.
Hasil penelitian di atas juga didukung oleh hasil penelitian diantaranya Wiwit Dewi Kurnia dan Widyastuti (2011) dalam penelitian yang dilakukan di desa Sumberagung Bojonegoro. Dimana hasil penelitiannya terbukti bahwa kesadaran merk dan kesan kualitas berpengaruh secara simultanl terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi Pepsodent
Variabel yang tidak diteliti seperti Asosiasi Merek, diperkirakan bisa memiliki nilai pengaruh terhadap keyakinan pelanggan karena dalam indikator Asosiasi Merk oleh Keller (Pravitasari, 2009) yaitu meliputi atribut (attributes), manfaat (Benefit) serta perilaku (attitudes). Dari indikator tersebut bisa diramalkan dapat memberikan kontribusi asosiasi merk terhadap keyakinan pelanggan dari sisanya 12,2%.
13
7. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel kesadaran merek dan kesan kualitas terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent dan untuk mengetahui besaran dari kedua variabel independen dalam mempengaruhi dependent tersebut. Dari rumusan masalah penelitian yang diajukan, maka analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
Berdasarkan hasil analisis secara parsial kesadaran merek terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan pasta gigi merek Pepsodent yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya, dimana kesadaran merek berpengaruh positif secara parsial terhadap keyakinan pelanggan. Berdasarkan hasil analisis secara parsial kesan kualitas berpengaruh terhadap keyakinan pelanggan dalam menggunakan/ membeli pasta gigi merek Pepsodent. Berdasarkan hasil analisis secara simultan antara kesadaran merek dan kesan kualitas berpengaruh terhadap keyakinan pelanggan dalam membeli/ menggunakan pasta gigi merek Pepsodent.
8. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian yang dapat diberikan sebagai berikut : 1.
Mengingat variabel diluar penelitian ini cukup kecil maka penelitian selajutnya disarankan meneliti variabel yang ada diluar penelitian akan tetapi memiliki
2.
proporsi yang cukup besar peranannya seperti asosiasi merk. Mengingat bahwa kesadaran merk merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi keyakinan pelanggan dalam membeli/ menggunakan pasta gigi merek Pepsodent, maka disarankan pemasar tetap menjaga Top Of Mind dari produk pasta gigi merek Pepsodent dengan cara pengiklanan sehingga lebih mudah diingat oleh konsumen. DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buhari. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Adhi
Putra, Danang. 2011. Analisis Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas, Asosiasi Merek, dan Loyalitas Merek yang Mempengaruhi Ekuitas Merek Produk Sepatu Olahraga Merek Adidas. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang. Skripsi tidak dipublikasikan, (eprints.undip.ac.id/34961/1/Skripsi_ 13.pdf , diakses 10 februari 2013).
Budi, Triton P. 2006. SPSS 13.0 Terapan; Riset Statistik Parametik. Yogyakarta: Andi Offest Durianto, D., Sugiarto, & Tony Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Konsumen. Jakarta. Gramedia Eriyanto. 2007. Tehnik Sampling Analisis Opini Publik. LKIS . Yogyakarta Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
14
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertai Ilmu Manajemen. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, iman (2001). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Supramono dan Haryanto J.O. 2005. Desain Proposal Penelitian, Studi Pemasaran. Yogyakarta: Andy Offset. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Indriantoro, N., Supomo, B. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi I. Yogyakarta:BPFE.
Tandjung, Jenu Widjaja. 2004. Marketing Management. Jatim: Bayumedia Publishing.
Jackie, dkk. 2007. Mengelola Merek. Jakata: Yayasan Bina Karsa Mandiri.
Tjiptono, Fandy. 2008. Pemasaran Strategi. Yogyakarta : PT Andi.
Kotler
Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management dan Strategy. Yogyakarta : PT Andi.
dan Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Kotler
dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta. PT. Indeks
Kotler,
Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks
Kotler, P., Amstrong G. 2001. Prinsipprinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Rohmawati, Ervin Nur. 2008. Pengaruh Kesadaran Merek, Kesan Kualitas dan Asosiasi Merek terhadap Keyakinan Pelanggan atas Pembelian Ulang Air Minum dalam Kemasan Merekss Aqua di Gunung Anyar Jaya Surabaya. Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: FE Unesa.
Tjiptono, Fandy. 2000. Prinsip dan Dinamika Pemasaran. Yogyakarta: J & J Learning. Umar, Husein. 2003. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widyastuti, Wiwit Dewi Kurnia. 2011. Jurnal Bisnis dan Manajemen (Pengaruh Kesadaran Merek. Kesan Kualitas, dan Asosiasi Merek Terhadap Keyakinan Pelanggan dalam Membeli Pasta Gigi Merek Pepsodent). Fakultas Ekonomi Unesa, Universitas Negeri Surabaya. Vol.3, No. 2, Februari 2011. www.unilever.co.id/id/brandss/.../pepsodent /index.aspx, diakses 8 Februari 2013.
Sulaiman, Wahid. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Yogyakarta: Andi Offest.
15