PENGARUH KERAPATAN KEKAR TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN ANDESIT PT. JO SINOHYDRO-CIC Pepen Supendi1, Apud Djadjulie2 1
Dinas Pertambangan Energi dan Pertanahan, Jl. Mayor Abdurrahman No. 200, Kab. Sumedang 2 STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu E-mail:
[email protected]
ABSTRAK PT. Jo. Sinohydro-CIC suatu perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan batu andesit dengan tambang terbuka. Kegiatan utamanya peledakan, batu andesit yang berada di lokasi Gunung Julang adalah andesit yang dipilih dalam memenuhi pasar. Struktur geologi yang berada di lokasi peledakan batu andesit adalah kekar. Kekar yaitu suatu retakan pada batuan yang belum mengalami pergeseran pada bidang rekahnya. Kekar sangat berpengaruh dalam fragmentasi yang akan dihasilkan, saat ini hasil ledakan masih dijumpai bongkahan batuan >60 cm. Hasil analisis data dengan banyaknya kekar yang terisi oleh batuan yang lapuk dan lunak sehingga pada waktu batuan diledakkan sebagian dari ledakan akan masuk ke dalam rekahan-rekahan tersebut, sehingga terjadi kehilangan energi yang dihasilkan oleh bahan peledak dengan demikian tekanan yang dihasilkan oleh bahan peledak tidak akan optimal. Untuk menghasilkan fragmentasi batuan seragam dengan perlu diperhatikan kerapatan kekar maka banyaknya bahan peledak yang harus dimasukan ke dalam lubang ledak harus sesuai dengan perhitungan, supaya fragmentasi lebih seragam. Kata kunci: Batu andesit, Kerapatan Kekar, Fragmentasi.
ABSTRACT PT. Jo. Sinohydro-CIC is a company engaged in the business of andesite rock mining by open pit. The company’s main activity is blasting the andesite located in the Mount Julang which is selected to supply market demand. Geological structure at the site of andesite rock blasting is joint. Joint means a fracture in the rock that has not experienced a shift in its fracturing field. Joint is very influential on the rock fragmentation resulted, and currently the result of the blasting is rocks with the size of more than 60 cm. If the joints are filled by the soft and altered rocks, some parts of the blasting rocks will fill the fractures, so that there is energy loss in the explosives. Hence, the pressure produced by the explosives is not optimal. In order to produce uniform rock fragmentation, it is necessary to pay attention to the joint density. In this case, the amount of the blasting agent filled into the blasting hole must be in accordance with the calculation, so that there will be uniform fragmentation. Keywords: Andesite Rock, Joint Density, fragmentation.
1.
batuan hasil peledakan dipengaruhi oleh sifat fisik, sifat mekanik, karakteristik massa batuan, geometri peledakan, karakteristik bahan peledak, serta struktur geologi. Kekar (joint) merupakan salah satu faktor fragmentasi menjadi besar selain faktor dari geometri peledakan. Kekar adalah suatu retakan (fracture) pada batuan yang relatif tidak mengalami pergeseran pada bidang rekahannya, yang disebabkan oleh gejala
PENDAHULUAN
Kegiatan pembongkaran (loosening) yang dilakukan di PT. Jo Sinohydro-CIC salah satu tambang terbuka (open pit) batu andesit yang berlokasi di Gunung Julang, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang adalah dengan peledakan. Keberhasilan peledakan dapat diukur dari tingkat fragmentasi hasil peledakan yang dilakukan. Fragmentasi
54
Supendi, Pengaruh Kerapatan Kekar Terhadap...
tektonik maupun non tektonik. Masalah yang terjadi pada kegiatan tersebut adalah seberapa besar pengaruh kerapatan kekar terhadap fragmentasi hasil peledakan batu andesit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kerapatan kekar terhadap fragmentasi hasil peledakan. Manfaat penelitian adalah untuk menambah pengetahuan serta memberikan masukan kepada manajemen dalam rangka untuk mengevaluasi dan memperbaiki dalam kegiatan transportasi akan menimbulkan pekerjaan tambahan terkait fragmentasi hasil peledakan. Hipotesisnya adalah dengan geometri peledakan yang sama, maka kerapatan kekar semakin banyak sehingga fragmentasi semakin besar. 2.
Penulis menggunakan pengujian hipotesis asosiatif yang merupakan kemungkinan adanya hubungan antar variabel dalam populasi, melalui data hubungan antar variabel dalam sampel. Untuk pembuktiannya dilakukan perhitungan koefisien korelasi dalam sampel setelah itu dilakukan uji signifikansi1). Pengolahan data menggunakan statistik parametris teknik korelasi products moment yang berguna untuk mencari hubungan dua variabel, bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio dan sumber data dari dua variabel adalah sama. Gambar 1 merupakan bagan alir penelitian. 3.
PEMBAHASAN
Batuan di lokasi penelitian berupa batuan andesit lapuk yaitu batuan yang telah mengalami perubahan mineral di dekat permukaan, tetapi masih keras dan berwarna abuabu dengan kedalaman ± 3 – 5 meter. Batuan andesit segar berwarna abu-abu sampai hitam, kompak dan keras kedalamannya ≥ 6 meter. Data yang didapat di lapangan merupakan data primer dengan pengukuran kerapatan kekar, sedangkan data sekunder didapat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh PT. Jo Sinohydro-CIC. Kuat tekan andesit 600-2400 kg/cm2, kuat tarik 17,78 Mpa, bobot insitu rata-rata 2,58 ton/m³. Gambar 2 di bawah ini menunjukan jenis kekar batuan andesit pada singkapan batuan di lokasi penelitian.
METODE
Metodologi yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu studi pustaka, membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan topik yang dibahas serta studi lapangan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap kekar, geometri peledakan serta fragmentasi yang dihasilkan. Menganalisa suatu kerapatan kekar dengan fragmentasi yang dihasilkan, serta penyebab terjadinya bongkahan.
Gambar 2. Singkapan Batuan Andesit Gunung Julang dengan Jenis Kekar2)
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
55
Jurnal ESDM, Volume 6, Nomor 1, Mei 2014, hlm. 54-62
Sesuai dengan bentuk topografi dan kondisi cadangan batu andesit, kegiatan penambangan dilakukan dengan metode tambang terbuka dan kegiatan utamanya yaitu peledakan. Alat yang digunakan untuk pengeboran adalah Mesin Atlas Copco Hydraulic Drilling Rig ROC D7Hole Diameter 64–115 mm (2,5''-4,5''), lubang ledak yang dibor yaitu 76,2 mm (3''). Arah pengeboran yang dilaksanakan dilokasi adalah pengeboran tegak pada bidang horizontal. Alat galimuat Back hoe Cobelco type SK 330 dengan kapasitas mangkok/buckets 1,8 m3 ke alat angkut dump truck, serta Back hoe Hitachi type Zaxis 870 H dengan kapasitas buckets 3,5 m3. Alat angkut yang digunakan adalah Terex TR 50, dan Dump Truck Hino Ranger SG 260 TI dengan kapasitas angkut 23 m3 ~ 25 ton. Pengeboran yang dilakukan pada saat ini adalah 12 m, pola pengeboran yang diterapkan yaitu pola zig-zag persegi panjang (rectangular staggered drill pattern), dimana letak lubang bor antar baris dibuat selangseling atau zig-zag dengan spacing lebih besar dari burden, yaitu untuk spacing 3,5 cm dan burden 3 cm. Pola peledakan yang diterapkan adalah pola runtuhan batuan box cut yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk blok-blok. Sketsa peledakan saat ini di lapangan, dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil pengamatan diperoleh data geometri peledakan : Rata-rata Burden (B) = 3 m, Spasi (S) = 3,5 m, Stemming (T) = 1,5 m,
Kedalaman lubang ledak (H) = 12 m, Primer Charger (PC) = 10,5 m. Maka dapat dihitung jumlah produksi dan bahan peledak yang digunakan, yaitu4:17) : Realisasi produksi di lapangan. V = (B x S x H) x n
................... (1)
= (3 x 3,5 x 12) x 20 BCM/hari = 7.030,80 ton/hari. (berat jenis = 2,79 ton/m3) Produksi per bulan adalah 2520 BCM/ hari x 25 hari/bulan = 63.000 BCM/bulan. Perbandingan geometri peledakan yang dilaksanakan di lapangan dan kesesuaian terhadap teori dengan metode R.L Ash, yaitu : a. Burden Perhitungan geometri peledakan berdasarkan R.L Ash, dimana5:121) : Kb = Kbstd x AF1 x AF2 AF =
AF =
...............................(3) 160 160,4
= 0,9992
AF =
AF =
..............(2)
,
,
( (
(
(
) ,
= 0,9797
)
....................(4) )
)
Kb = 30 x 0,9992 x 0,9797 = 29,60 B
=
=
...............................(5) 29,60 x 3 12
= 2,26 meter
Ukuran burden di lapangan berkisar antara 3 m. Jadi lebih besar dari ukuran yang didapat secara teoritis yaitu 2,26 m.
Gambar 3. Geometri Peledakan3:116)
56
Supendi, Pengaruh Kerapatan Kekar Terhadap...
b.
Spacing (S) Perhitungan spasing dipergunakan persamaan sebagai berikut : S = Ks x B = 1,5 x 2,26 = 3,39 meter
Tabel 1. Hubungan Striffness Ratio Dangan Fragmentasi5:127) StriffFrag- Ledakan Batu Getaran ness Keterangan mentasi Udara Terbang Tanah Ratio
............................ (6)
Ukuran spacing yang diterapkan di lapangan antara 3,5 m, sedangkan ukuran spacing secara teoritis adalah 3,39 m. Maka dapat disimpulkan bahwa ukuran spacing yang diterapkan di lapangan dapat mempengaruhi timbulnya bongkah (boulder)5:175).
1
Buruk
Besar
Banyak
Besar
Banyak muncul back-break di bagian toe. Jangan dilakukan dan rancang ulang
2
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Bila memungkinkan rancang ulang
c.
3
Baik
Kecil
Sedikit
Kecil
Kontrol dan fragmentasi baik
Sangat kecil
Tidak akan menambah keuntungan bila striffness ratio diatas 4
Stemming (T) Perhitungan stemming persamaan sebagai berikut : T = Kt x B
dipergunakan 4
............................ (7)
Stemming = 0,7 x 2,26 = 1,58 meter
Sangat sedikit
........................ (9)
Striffnes ratio Kh = H : B = 6,13 : 2,26 = 2,71
Subdrilling (J) Perhitungan untuk Subdrilling yaitu5:125): J = Kj x B
Sangat kecil
H=K+J H = 5 + 1,13 = 6,13 meter
Ukuran stemming yang diterapakan di lapangan adalah 1,5 m, sedangkan pada ukuran stemming yang didapat dari perhitungan secara teoritis adalah 1,58 m. Sehingga dapat menghasilkan fragmentasi yang diharapkan5:122). d.
Memuaskan
Hubungan striffnes ratio dengan fragmentasi yang dihasilkan5). Ukuran striffnes ratio atau harga Kh yang didapat yaitu 2,71 menunjukan bahwa striffnes ratio (Kh) hampir sama dengan striffnes ratio 3, menandakan bahwa fragmentasi baik, ledakan udara (air blast), batu terbang (flay rock), serta getaran tanah (ground vibration) baik pula, sehingga pada lubang ledak terkontrol terhadap fragmentasi yang didapat. Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan yang berukuran ≤ 60 cm dengan hasil perhitungan didapat, yaitu6:12) :
.......................... (8)
J = 0,5 x 2,26 = 1,13 meter Ukuran subdrilling yang ditetapkan di lapangan adalah 1m, sedangkan ukuran yang didapat dari hasil perhitungan secara teoritis adalah 1,13m. e.
Kedalaman lubang ledak Ukuran kedalaman lubang ledak yang diterapkan dilapangan adalah 12m, sedangkan hasil ukuran yang didapat secara teoritis adalah 6,13 m6:11).
T = Berat muatan tiap rit = Ff x Vb x np x d .................. (10) = 0, 7913 x 1,4 x 7 x 2,2 = 17,06 ≈ 17 ton/truk
57
Jurnal ESDM, Volume 6, Nomor 1, Mei 2014, hlm. 54-62
Maka : Wp = T x 8 (dump truck) x 23 rit pengangkutan ......................(11) = 17 x 8 x 23 = 3128 ton
Data dari kerapatan kekar yang dianalisis kemudian diolah dan dikerjakan serta disajikan dengan menggunakan statistik, memakai distribusi frekuensi, baik untuk menghitung kerapatan kekar maupun fragmentasi yang dihasilkan. Untuk menentukan kolelasi dan hubungan antar variabel-variabel tersebut. Data yang didapat dan dengan menggunakan tabel penolong yang diinterpretasikan pada koefisien korelasi. Analisis akan mendekati kebenaran ketika kekar-kekar yang diteliti memiliki jurus dan kemiringan yang cukup besar. Untuk pengolahan data penulis menggunakan pengujian hipotesis asosiatif, variabel dalam populasi, melalui data hubungan variabel dalam sampel. Dalam langkah awal pembuktiannya, maka perlu dihitung terlebih dahulu koefisien korelasi antar variabel dan sampel, baru koefisien yang ditemukan itu diuji signifikansinya1:209). Penelitian ini menggunakan statistik parametris dengan teknik korelasi products moment. Korelasi product moment digunakan untuk mencari hubungan dua variabel dan data dari kedua itu berbentuk interval ratio dan sumber data dua variabel atau lebih adalah sama, seperti Gambar 5.
Berat batuan andesit keseluruhan dari hasil peledakan dihitung dengan rumus, yaitu4:17) : Wi = B m x S x(k-1) x K x d .......(12) Wi = 2,26 x 2 x 3,39 x 19 x 5 x 2,58 = 3.755,62 ton Jadi tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan yang didapat adalah4:17) : Fr =
100% ........................ (13) 3128 Fr = 100% 3755,62 = 83,29 % Boulder = 100% - Fr = 100% - 83,29% = 16,71 %
...............(14)
Gambar 4 dibawah ini adalah kekar arah lurus dan kekar arah memotong, termasuk kekar sistematik karena dijumpai berpasangan dengan arah sejajar dengan bidangbidang kekar rata atau sedikit melengkung. Kekar tersebut berada pada titik tengah perpotongan dua bidang yang mempunyai sudut sempit/sudut tumpul (Conjugate Shear).
X
r
Y
Gambar 5. Korelasi Dua Variabel1) Analisis linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel indevenden (x) dengan variabel devenden (y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan keduanya, apakah positif atau negatif serta mengetahui nilai dari dependen dan independen itu mengalami kenaikan atau penurunan. Analisi regresi linier ini berguna untuk menyusun perencanaan yang matang, memastikan kondisi yang akan datang, menemukan strategi yang tepat untuk perbaikan pada kondisi yang ada, serta mengurangi resiko biaya yang besar.
Gambar 4. Arah Kekar Berada pada Titik Perpotongan Dua Bidang2)
58
Supendi, Pengaruh Kerapatan Kekar Terhadap...
Berikut Tabel 2 di bawah ini adalah data hasil penelitian yang diolah dengan analisa statistik pada Blok I, peledakan ke 1 (pertama) : Tabel 2. Faktor Korelasi Peledakan 1 (Pertama)1:247) No
Xᵢ (cm)
Yᵢ (cm)
Xᵢ.Yᵢ (cm)
X² (cm)
Y² (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jml Mean
42 55 30 20 135 67 130 84 40 60 65 45 41 25 25 28 35 100 110 16 55 65 48 48 50 47 135 40 35 28 1704 56,80
50 65 35 25 145 70 135 90 45 100 70 80 45 35 30 30 40 120 125 65 60 70 50 55 55 50 145 45 40 60 2030 67,67
2100 3575 1050 500 19575 4690 17550 7560 1800 6000 4550 3600 1845 875 750 840 1400 12000 13750 1040 3300 4550 2400 2640 2750 2350 19575 1800 1400 1680
1764 3025 900 400 18225 4489 16900 7056 1600 3600 4225 2025 1681 625 625 784 1225 10000 12100 256 3025 4225 2304 2304 2500 2209 18225 1600 1225 784
2500 4225 1225 625 21025 4900 18225 8100 2025 10000 4900 6400 2025 1225 900 900 1600 14400 15625 4225 3600 4900 2500 3025 3025 2500 21025 2025 1600 3600
147.495
129.906
172.850
Menghitung harga a dan b menggunakan rumus di bawah ini1:245) :
=
=
(Σ ᵢ) Σ ᵢ
(Σ ᵢ)(Σ ᵢ ᵢ)
Σ ᵢ² (Σ ᵢ)²
Setelah harga a dan b didapat, maka regresi linier sederhana dapat disusun. Jadi hubungan fragmentasi dengan kerapatan kekar : Y = 14,2341 + 0,9720 X. Maka persamaan regresi linier ditentukan dengan rumus di bawah ini1:244) :
....... (15)
(2.030)(129.906) − (1.704)(147.495) 30 (129.906) − (1.740)² = , cm
=
(Σ ᵢ ᵢ) (Σ ᵢ)(Σ ᵢ) Σ ᵢ² (Σ ᵢ)²
Y = a + bX
.........................(17)
= 14,2341 + (0,9720 x 60) Y = 72,5533 cm
...............(16)
Gambar 6. berikut menunjukan garis regresi linier hasil perhitungan.
30 (147.495) − (1.704)(2.030) 30 (129.906) − (1.704)² = , cm
=
59
Jurnal ESDM, Volume 6, Nomor 1, Mei 2014, hlm. 54-62 80 Y
demikian r hitung lebih besar dari r tabel (0,9843 > 0,463), berarti terdapat hubungan positif yang menunjukan interpretasi yang kuat antara variabel X (kerapatan kekar) dengan variabel Y (fragmentasi), Selanjutnya menggunakan perhitungan uji t, sebagai berikut1:215) :
72,55
60 40 20
14,23
0 0
20
40
X
60
Gambar 6. Persamaan Regresi 11:249)
t=
Rumus koefisien korelasi di bawah ini untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis, hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval dan ratio dan sumber data dua variabel atau lebih adalah sama, di mana rᵪᵧ adalah korelasi antara variabel x dengan y 1:214) : ᵪᵧ =
ᵪᵧ = ᵪᵧ =
Σ (
²)
t=
(129.906 x 172.850) ,
ᵪᵧ sebesar 0,9843 mendekati nilai 1 (lihat Tabel 3). Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi Peledakan 1 (Pertama)1:216)
0,00 - 0,199 0,20 - 0,399 0,40 - 0,599 0,60 - 0,799 0,80 - 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
.................... (19)
0,9843√30 − 2
Jika dibandingkan dengan t tabel, dengan angka keamanan (n-2) = 28, pada α = 0,1 diperoleh t tabel 1,701, maka t hitung lebih besar dari t tabel (29,495 > 1,701) jadi, Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukan bahwa ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat yang signifikan atau berarti. Analisis data secara keseluruhan dari mulai peledakan pertama sampai ke peledakan keenam, yaitu data yang didapat kemudian dilakukan uji dengan dua sisi yang mempunyai signifikansi α = 10 %, artinya tingkat signifikansi resiko kesalahan dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesa yang benar sebanyak 10%, adapun kriteria pengujian, yaitu : a) Ho diterima jika signifikansi > 0,10, dimana Ho tidak ada hubungan secara signifikan antara kerapatan kekar dengan fragmentasi. b) Ha ditolak jika signifikansi < 0,10, dimana Ha ada hubungan secara signifikan antara kerapatan kekar dengan fragmentasi. Hasil dari perhitungan di atas merupakan kondisi ril saat ini di lapangan, sehingga penelitian ini meneruskan dari peneliti-peneliti sebelumnya yang mungkin bisa berbeda juga kemungkinan sama. Kerapatan kekar yang ada pada Blok I selain kekar dalam pembentukan sewaktu kejadiannya, juga karena pengaruh peledakan jenjang awal diprediksi akan mempengaruhi kekar bertambah lebar serta menyebabkan detonating effect peledakan antara peledakan pertama sampai
147.495
Tingkat Hubungan
√
1 − (0,9843) t = 29,495
.......................... (18)
Interval
√
Hasil yang didapat yaitu r = 0,9843 maka, tabel interval 0,80 – 1,000, terdapat hubungan sangat kuat antara kerapatan kekar dengan fragmentasi. Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut koefisien determinasi, yaitu kuadrat dari koefisien korelasi (r2), jadi r2 = 0,98432 = 0,9688, berarti dengan hasil 96%, maka kerapatan kekar dengan fragmentasi semakin besar, sisanya 4% adalah faktor lain. Data hasil perhitungan nilai r = 0,9843 jika dikonsultasikan dengan tabel nilai product moment pada α = 0,1 dan N = 30 diperoleh tabel sebesar 0,463. Dengan
60
Supendi, Pengaruh Kerapatan Kekar Terhadap...
ke peledakan enam, seperti terlihat pada Gambar 7. Gambar ini menerangkan bahwa garis Ho yaitu ada hubungan antara kekar yang semakin rapat dengan fragmentasi hasil peledakan semakin besar dan hipotesis teruji. Sedangkan dalam range grafik di atas menunjukan garis Ha yaitu tidak ada hubungan antara kerapatan kekar dengan fragmentasi yang dihasilkan. Peledakan pertama berpengaruh pada peledakan berikutnya yaitu peledakan kedua yang menjadikan kerapatan kekar menjadi semakin besar sehingga fragmentasi peledakan pertama sampai ke peledakan keempat menjadi besar (boulders). Peledakan yang kelima dan keenam pengaruh detonating effect dalam kondisi yang ideal akan menjadikan persamaan regresi dan koefisien korelasi sama pada siklus ini kembali mengecil/ideal atau tidak ada pengaruh dari peledakan sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan dari perusahaan serta aplikasi yang diterapkan di lokasi penambangan, telah sesuai dengan geometri peledakan yang dilaksanakan. Sedangkan untuk faktor lain yang mempengaruhi batuan hasil peledakan, di antaranya sifat fisik, sifat mekanik batuan, karakteristik massa batuan, geometri peledakan, karakteristik bahan peledak serta struktur geologi daerah setempat. 4.
an diledakkan, bahan peledak yang digunakan sebagian akan masuk ke dalam rekahanrekahan tersebut, sehingga terjadi kehilangan energi (energy losses) yang dihasilkan oleh bahan peledak dengan demikian tekanan yang dihasilkan oleh bahan peledak tidak akan optimal. Hubungan kerapatan kekar dengan hasil perhitungan yang didapat tidak seratus persen besar pengaruhnya, karena masih banyak faktor lain yang saling pengaruh di antaranya geometri peledakan, yaitu: burden, spacing, stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak serta panjang kolom isian bahan peledak yang tidak sesuai dengan perhitungan teori. Tingkat fragmentasi batuan yang dicapai hasil peledakan saat ini 83,29% batuan berukuran < 60 cm dan 16,71% berukuran > 60 cm. Pada peledakan pertama sampai ke peledakan keempat menunjukan detonating effect besar, sehingga fragmentasi besar, kemudian pada peledakan kelima dan keenam detonating effect kembali mengecil, karena hasil dari peledakan pertama sampai keempat sudah tidak ada pengaruh detonating effect dan kembali stabil, ditunjukan dengan range yang tadinya meningkat kembali turun dan pada titik tertentu stabil kembali. Hasil Ho dengan range relatif meningkat berarti kekar yang semakin rapat maka fragmentasi yang dihasilkan semakin besar. Sementara hasil Ha dengan range relatif stabil, sehingga hubungan kerapatan kekar terhadap fragmentasi dihasilkan kecil. Dari hasil pengolahan data tersebut penulis dapat memberikan saran, antara lain untuk menghasilkan fragmentasi batuan seragam dengan memperhatikan kerapatan ke-
SIMPULAN
Dari hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan kekar semakin banyak, maka akan menghasilkan fragmentasi hasil peledakan semakin besar, ini disebabkan karena rekahan-rekahan yang terdapat pada batu andesit terisi oleh batuan yang lunak dan lapuk, sehingga pada waktu batu120 Y 100 80 60 40 20 0 0
Ho
Fragmentasi (cm)
Ha
50 Peldkn 1
Peldkn 2
100 Peldkn 3
Peldkn 4
150 Peldkn 5
X
200
Peldkn 6
Gambar 7. Detonating Effect pada peledakan 1 sampai 61:249)
61
Jurnal ESDM, Volume 6, Nomor 1, Mei 2014, hlm. 54-62 X Y r
kar dan rekahan yang ada, maka banyaknya bahan peledak yang harus dimasukan kedalam lubang ledak harus sesuai dengan perhitungan yang didapat, supaya fragmentasi lebih seragam. Dari hasil pengamatan dilokasi penelitian mengenai geometri peledakan, masih harus dilakukan perbaikan-perbaikan, kesesuaian hasil perhitungan diharapkan menghasilkan fragmentasi batuan yang diinginkan. 5.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sugiono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit CV Alfabeta; 2006. Dokumentasi di PT. Jo Sinohydro-CIC, Desa Cisitu Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. 2013. George, D.H., Reynolds, S.J. Structural Geology of Rock and Region. 2nd ed. New York: Arizona State University; p.675. Djadjulie, A. Diktat Kuliah Peledakan. Tingkat III Semester I. Cepu: 2012. Konya, C.J., Walter, E.J. Surface Blast Design. New Jersey: Prentice-Hall, Engle-wood Cliffs; 1990. David, P.D., Fletcher, C. Fundamentals of Structural Geologi. New York: Cambridge University Press; 2005. p. 500.
2.
3.
4. 5.
6.
Daftar Simbol De 1 ft Ks Kt Kj Ff Vb np d B S K m k Fr d
= = = = = = = = = = = = = = = =
Wp Wi
=
Diameter mata bor = 3 inchi 0,3048 m/ft Spacing ratio 1,0 – 2,0 Stemming ratio 0,7 – 1,0 subdrilling ratio = 0,3 – 0,5 Faktor pengisian Backhoe = 79,13% Kapasitas bucket = 1,4 m3 Jumlah pengisian backhoe = 7 kali Bobot isi batuan andesit= 2,2 ton/m3 Burden (2,26 m) Spacing (3,39 m) Ketinggian jenjang (5,0 m) Jumlah baris (2 lubang) Jumlah kolom (20) Tingkat fragmentasi ≤ 60 cm (%) Bobot isi insitub batuan andesit lepas yaitu (2,58 ton/m3) Berat batuan andesit hasil peledakan yang berukuran ≤ 60 cm Berat keseluruhan batuan yang diledakkan (BCM)
62
= = =
Kerapatan Kekar Fragmentasi Korelasi Product Moment