i
PENGARUH KEPRIBADIAN DAN SITUASI TERHADAP PEMILIHAN MAKANAN PADA MAHASISWA PPKU IPB
MUTIARA PURNAMAWATI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kepribadian dan Situasi terhadap Pemilihan Makanan pada Mahasiswa PPKU IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yan berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016
Mutiara Purnamawati NIM I24120079
i
ABSTRAK MUTIARA PURNAMAWATI. Pengaruh Kepribadian dan Situasi terhadap Pemilihan Makanan pada Mahasiswa PPKU IPB. Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI. Mahasiswa tingkat pertama di IPB datang dari berbagai daerah yang ada di Indonesia dan mereka harus beradaptasi dengan lingkungan/kondisi yang baru, seperti hidup jauh dari rumah dan orang tua dan memulai kehidupan di asrama. Kondisi tersebut menuntut mahasiswa untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dengan mengonsumsi makanan sehat, salah satunya sayuran. Penelitian ini ingin menginvestigasi pengaruh kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU. Tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) mengetahui kebiasaan konsumsi sayur mahasiswa PPKU sebelum dan sesudah masuk IPB, (2) menganalisis karakteristik contoh, kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan berdasarkan jenis kelamin (3) menganalisis hubungan anara karakteristik contoh, kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan, (4) menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU. Penelitian ini melibatkan 288 mahasiswa PPKU yang berasal dari 3 kelas (P09, Q03, R02) yang diperoleh melalui cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan desain/pendekatan deskriptif melalui teknik survei. Data dikumpulkan melalui metode self-administered dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil menunjukkan bahwa kepribadian (extraversion, openness to experience, agreeableness) dan situasi (ketika makan di rumah) berpengaruh positif terhadap pemilihan makanan mahasiswa PPKU. Kata kunci: pemilihan makanan, ciri kepribadian, situasi makan, mahasiswa S1. ABSTRACT MUTIARA PURNAMAWATI. The Influence of Personality and Situation toward Food Choice among PPKU Students in IPB. Supervised by LILIK NOOR YULIATI. The first year college students in IPB come from different places around Indonesia and they need to adapt with new conditions such as being away from their house and parents, also living in the dorm. Those conditions require students to keep fulfilling their nutrition needs by consuming healthy foods such as vegetables. This research wants to investigate the influence of personality and situations toward food choice among PPKU students. The aims of this study are: (1) to understand about the vegetable’s consumption habit among PPKU students before and after entering IPB, (2) to analyze sample’s characteristic, personality situation, and food choice based on sex, (3) to analyze the relationship between sample’s characteristic, personality, situation, and food choice, (4) to analyze factors influencing food choice among PPKU students. This research involved 288 PPKU students from 3 classes (P09, Q03, R02) selected using cluster random sampling. This research used
ii
descriptive’s study design/approach through survei technique. Data were collected by self-administered method using questionnaire and analyzed by using multiple linear regression analysis. The result showed that personality (extraversion, openness to experience, agreeableness) and situation (eating at home) were positively affecting food choice. Keywords: food choice, personality traits, eating situation, undergraduate student.
iii
PENGARUH KEPRIBADIAN DAN SITUASI TERHADAP PEMILIHAN MAKANAN PADA MAHASISWA PPKU IPB
MUTIARA PURNAMAWATI
Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
iv
v
vi
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepribadian dan Situasi terhadap Pemilihan Makanan pada Mahasiswa PPKU IPB”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.FSA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan usulan proposal penelitian, sebagai salah satu syarat skripsi dalam meraih gelar sarjana sains. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc dan Ibu Dr. Tin Herawati, SP., M.Si selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji dan memberikan arahan, kritik, dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. Ibu Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS selaku moderator seminar yang telah memberikan kritik serta saran untuk perbaikan skripsi yang lebih baik, dan kepada sdri. Anisa Sekar Safitri dan sdri. Anisa Nurhesti Hutami sebagai panelis seminar yang juga telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini. Terima kasih kepada seluruh dosen dan staff Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan ilmu, mendidik, mengajar, serta berbagi pengalaman berharga kepada penulis terkait dengan bidang Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3. Bapak Dr. Ir. Bonny P. W. Soekarno, MS selaku Direktur PPKU yang telah memberikan izin untuk melakukan proses pengambilan data di lingkungan gedung PPKU dan Teaching Lab IPB. 4. Teman-teman satu bimbingan Hilda, Laras, Aidha, Diana, dan Citra atas segala bantuan, dukungan dan semangatnya selama proses penyusunan proposal ini dilakukan. Para sahabat serta teman-teman IKK 49 lainnya atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi serta semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Juli 2016 Mutiara Purnamawati
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kepribadian Situasi Pemilihan Makanan Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Pemilihan Makanan Hubungan antara Uang saku dengan Pemilihan Makanan Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kepribadian Hubungan antara Usia dengan Kepribadian Hubungan antara Kepribadian dan Pemilihan Makanan Hubungan antara Situasi dan Pemilihan Makanan KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Pengambilan Conroh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Mahasiswa Kebiasaan Konsumsi Sayur Kepribadian Situasi Pemilihan Makanan Hubungan Antarvariabel Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Makanan Mahasiswa PPKU IPB Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xi xi xi 1 1 2 4 4 4 4 5 6 6 7 7 7 7 8 8 10 10 10 10 11 12 14 14 14 16 17 19 21 24 25 28 28 28 29 32 38
viii
DAFTAR TABEL 1 2
3 4 5 6 7 8
Variabel, Dimensi, Deskripsi, dan Referensi Sebaran Mahasiswa berdasarkan Jumlah, Frekuensi, dan Jenis Sayuran yang Paling Sering dikonsumsi Sebelum dan Sesudah Masuk IPB Rata-rata Indeks Kepribadian pada Mahasiswa Sebaran Mahasiswa berdasarkan Situasi dan Frekuensi Rata-rata Indeks Pemilihan Makanan (Sayur) pada Mahasiswa Koefisien Korelasi Tipe Kepribadian dan Pemilihan Makanan Koefesien Korelasi Situasi dan Pemilihan Makanan Koefisien Uji Regresi Karakteristik Contoh, Tipe Kepribadian, dan Situasi terhadap Pemilihan Makanan
13
15 16 18 20 22 23 24
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran pengaruh kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB 9 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Sebaran Mahasiswa berdasarkan Jenis Kelamin Sebaran Mahasiswa berdasarkan Usia Sebaran Mahasiswa berdasarkan Uang Saku Alasan Utama Konsumsi Sayur pada Enam Situasi Koefisien Korelasi Karakteristik Contoh dan Tipe Kepribadian Koefisien Korelasi Karakteristik Contoh dan Pemilihan Makanan Hasil Uji Asumsi Klasik
33 33 33 33 34 34 35
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang, tentunya dibutuhkan konsumsi makanan yang bergizi. Makanan merupakan kebutuhan pokok yang tidak pernah lepas dari rutinias manusia sehari-hari. Seperti yang disebutkan dalam Teori Maslow, bahwa kebutuhan pertama yang dibutuhkan oleh manusia adalah kebutuhan fisiologis, dimana pemenuhan kebutuhan untuk fisik manusia merupakan hal yang paling utama agar seseorang dapat mempertahankan hidupnya (Sumarwan 2011). Mengonsumsi makanan yang bergizi merupakan suatu keharusan bagi seorang individu agar kondisi kesehatan tetap terjaga dan tidak mudah terserang penyakit. Orang dewasa pada umumnya cenderung mengadopsi kebiasaan konsumsi makanan sehat jika kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak usia dini (Chan et al. 2009). Kebiasaan diet masyarakat hingga saat ini telah berubah dalam periode waktu yang singkat akibat perkembangan ekonomi yang begitu pesat. Hal ini ditandai dengan akses yang semakin mudah terhadap makanan yang tidak sehat dan juga harga yang lebih murah dibandingkan dengan makanan sehat (Henningsen 2011). Penelitian ini secara khusus berfokus pada pemilihan makanan dari jenis sayur. Berdasarkan Riskesdas 1 , penduduk dikategorikan ‘cukup’ mengonsumsi sayur dan/buah apabila makan sayur dan/buah minimal lima porsi perhari selama tujuh hari dalam seminggu dan dikategorikan ‘kurang’ apabila konsumsi sayur dan/buah kurang dari ketentuan tersebut. World Health Organization (WHO) 2 juga merekomendasikan konsumsi sayur dan buah sebanyak 400 gram perhari. Penelitian milik Gustiara (2012) menjelaskan bahwa frekuensi dan jumlah konsumsi sayur murid SMAN 1 Pekanbaru tergolong rendah, yakni hanya <2 kali per hari dan jumlah konsumsi sayur masih dibawah anjuran konsumsi sayur, yakni minimal lima porsi perhari. Jika dilihat dari sisi sosiodemografis, wanita berusia 50-60 tahun memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan sehat lebih sering dibandingkan dengan wanita yang usianya lebih muda, sedangkan untuk laki-laki kecenderungan untuk mengonsumsi makanan sehat adalah pada usia 60 tahun (Laaksonen et al. 2007). Hal ini menunjukkan bahwa kalangan anak muda masih kurang dalam hal asupan makanan sehat, khususnya sayuran. Dalam Eertmans (2006), pemilihan makanan ditentukan oleh 3 faktor yakni dari makanan, individu, dan juga lingkungan atau situasinya. Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa secara umum, 4 peringkat teratas dalam motivasi yang paling penting dalam pemilihan makanan antara lain kenyamanan, kesehatan, harga, dan faktor kesukaan. Ketika persepsi seseorang mengenai makanan stabil, tindakan seseorang terhadap persepsi ini bervariasi tergantung dari ketersediaan makanan pada suatu lokasi/tempat dan pengaruh sosial dari orang lain (Brown et al. 2015). Faktor kepribadian atau kodisi psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi pemilihan makanan, contohnya menurut Lunn et al. (2014), seseorang yang berkeperibadian openness to experience cendeung lebih memilih mengonsumsi sayur dan buah. Situasi merupakan faktor 1
2
Riset Kesehatan Dasar (2013) World Health Organization (WHO) http://www.who.int/dietphysicalactivity/fruit/en/ (diakses
pada 21 Juli 2015)
2
yang berasal dari luar diri individu yang juga dapat mempengaruhi pemilihan makanan, contohnya menurut Choi & Zhao (2012), ketika seseorang berada pada situasi makan di restoran dan dihadapkan pada menu yang banyak menyajikan makanan sehat, maka orang tersebut akan semakin cenderung untuk memesan makanan sehat tersebut. Kepribadian memiliki pengaruh dalam pemilihan makanan seseorang. Salah satu penelitian yang mengkaji pengaruh kepibadian terhadap pemilihan makanan menunjukkan bahwa seorang individu yang memiliki sifat conscientiousness akan lebih memperhatikan pemilihan makanan yang direkomendasikan oleh panduan diet (dietary guidelines), dengan kata lain makanan yang dipilih adalah makananmakanan yang bergizi dan baik untuk kesehatan (Keller & Siegrist 2015). Dalam suatu penelitian mengenai hubungan kepribadian dan diet, dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara faktor kepribadian, neuroticism, dan kesuksesan penurunan berat badan dengan treatment penurunan berat badan tertentu (Munro et al. 2011). Dengan mengkaji hubungan dan pengaruh kepribadian terhadap pemilihan makanan, dapat diketahui tipe-tipe kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk lebih mempertimbangkan kriteria-kriteria pemilihan makanan tertentu, serta dapat diketahui pula tipe-tipe kepribadian yang mempengaruhi pemilihan makanan mahasiswa. Situasi juga memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan. Dalam penelitian milik Kolsteren et al. (2009), seseorang yang sering berada pada situasi makan di luar rumah cenderung lebih banyak memilih mengonsumsi makanan yang rendah nutrisi, padat energi, seperti snacks,minuman berkarbonasi, dan alkohol jika dibandingkan dengan orang yang tidak sering makan di luar rumah. Dengan mengkaji hubungan dan pengaruh situasi terhadap pemilihan makanan, maka akan dapat diketahui pada situasi apa saja mahasiswa memilih untuk mengonsumsi sayur dan dapat dianalisis lebih lanjut hasil uji hubungan dan pengaruh tersebut untuk menjelaskan secara lebih konkret. Beberapa penelitian sebelumnya juga mengambil topik tentang pemilihan makanan, seperti contohnya penelitian milik Wang et al. (2015) tentang pemilihan makanan tradisional dan makanan eropa serta penelitian dari Ensaff et al. (2012) tentang pemilihan makanan anak di sekolah. Penelitian mengenai topik pemilihan makanan ini dirasa menarik untuk dikaji karena remaja Indonesia masih mengalami masalah mengenai konsumsi sayur, seperti yang dijelaskan dalam penelitian dari Achmad et al. (2014) bahwa rata-rata konsumsi sayur anak remaja di SMAN 10 dan SMAN 16 Makassar masih di bawah anjuran gizi seimbang, yakni 250 gram/hari. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengkaji mengenai pengaruh kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB. Rumusan Masalah Mengonsumsi makanan yang bergizi dan menyehatkan merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia. Makanan sehat ini dibutuhkan agar kesehatan manusia secara fisik maupun psikis dapat tetap terjaga dengan baik. Mahasiswa PPKU IPB yang merupakan mahasiswa tingkat awal dan baru memasuki tahap menjadi seorang mahasiswa, sudah pasti mengalami masa peralihan dari yang biasanya tinggal di rumah bersama keluarganya kini menjadi terbiasa tinggal di asrama. Situasi yang dihadapi mahasiswa PPKU selama memulai tinggal di asrama
3
pun menjadi berbeda. Pola maupun pemilihan makanan mahasiswa bisa jadi berubah atau mungkin sama dengan kebiasaan makan ketika tinggal di rumah karena lingkungan yang mahasiswa hadapi adalah lingkungan yang baru, serta mahasiswa tidak lagi berada dalam pengawasan orang tua terkait konsumsi makanan. Berdasarkan studi yang dijalankan oleh Khirolahei et al. (2014), mahasiswa Iran baik perempuan maupun laki-laki memiliki jumlah konsumsi buah dan sayur yang rendah dan tidak memenuhi standar gizi manusia (Human Nutrition Standards). Menurut Gustiara (2012), jumlah konsumsi sayur remaja di kota Pekanbaru masih tergolong di bawah anjuran konsumsi sayur, yakni minimal lima porsi perhari. Hasil penelitian dari Chan et al. (2009) menunjukkan bahwa remaja di Hong Kong cenderung mempraktekkan konsumsi makanan sehat ketika berada di rumah, dimana ibu merupakan pihak yang paling berpengaruh dalam mensosialisasikan konsumsi makanan sehat. Tingkat mahasiswa (mahasiswa tingkat 1, tingkat 2, dan selanjutnya) menunjukkan pengaruh yang signifikan pada pengetahuan tentang gizi dan sikap dalam mengonsumsi makanan bergizi (Huang et al. 2013). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan seseorang. Dua variabel yang menjadi variabel pengaruh untuk diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini adalah variabel kepribadian dan situasi. Penelitian dari Ching et al. (2015) menunjukkan adanya keterkaitan kepribadian dengan kebiasaan makan, yakni mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness memiliki hubungan negatif dengan frekuensi konsumsi dessert, hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang sadar akan kesehatan akan lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan manis. Selain itu, karena situasi yang dihadapi mahasiswa saat tinggal di asrama berbeda dari tempat tinggal sebelumnya, maka penelitian ini ingin menggali mengenai bagaimana pemilihan makanan mahasiswa jika dipengaruhi oleh situasisituasi tertentu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kolsteren et al. (2009), Orang yang sering makan di luar rumah (Substantially Out of Home/SOH eaters) cenderung mengonsumsi makanan yang kurang bergizi serta padat akan energi seperti snacks/cemilan, minuman berkarbonasi, dan alkohol, selain itu situasi makan di luar rumah dapat memicu laki-laki untuk mengonsumsi produk makanan yang berasal dari hewan ketimbang laki-laki yang tidak sering makan di luar rumah. Penelitian ini secara spesifik berfokus pada pemilihan makanan dari jenis sayur. Situasi konsumsi yang diteliti antara lain situasi ketika makan di rumah, di luar rumah (di restoran bersama teman-teman, pada saat pesta, saat rekreasi bersama keluarga), dan makan siang. Dengan adanya fakta-fakta keterkaitan antara kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan, maka penelitian ini ingin menginvestigasi secara lebih jauh mengenai topik tersebut dengan pertanyaanpertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kebiasaan makan sayur mahasiswa PPKU sebelum dan sesudah masuk IPB? 2. Bagaimana karakteristik contoh, kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan berdasarkan jenis kelamin? 3. Bagaimana hubungan antara karakteristik contoh, kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan? 4. Faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan mahasiswa PPKU IPB?
4
Tujuan Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB Secara khusus, tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui kebiasaan makan sayur mahasiswa PPKU sebelum dan sesudah masuk IPB 2. Menganalisis karakteristik contoh, kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan berdasarkan jenis kelamin 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh, kepribadian, situasi dan pemilihan makanan 4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB Manfaat Penelitian Penelitian ini didasarkan pada bagaimana mahasiswa melakukan pemilihan makanan melalui pengaruh dari kepribadian dan situasinya. 1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan masukan untuk dapat mengembangkan kebijakan atau program yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat melalui konsumsi sayur. 2. Bagi NGO (Non Government Organization) atau para penggiat dan pemerhati di bidang kesehatan agar bisa mendapatkan masukan mengenai gambaran pemilihan makanan mahasiswa dan memberikan dorongan agar dapat membuat suatu kegiatan/kampanye yang berkaitan dengan pemilihan makanan yang baik dan tepat yang dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat dari kalangan remaja. 3. Bagi institusi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu konsumen dan menambah literatur mengenai topik pemilihan makanan. TINJAUAN PUSTAKA Kepribadian Kepribadian merupakan faktor pembeda yang paling mendasar dari perilaku manusia (Sitaraman 2014). Penelitian saat ini menunjukkan bahwa kepribadian terus berubah pada masa dewasa dan seringkali hingga masa tua, dan bahwa perubahan-perubahan ini bisa jadi sangat substansial dan konsekuensial (Mrozeck dan Roberts 2008). Menurut Keller dan Siegrist (2015), salah satu dari aspek kepribadian yakni keterbukaan terhadap pengalaman, secara langsung memengaruhi konsumsi makanan, kecuali makanan manis dan gurih. Berdasarkan Costa dan McCrae (1997), kepribadian dapat dideskripsikan dengan 5 dimensi yang disebut dengan Five Factor Model (FFM) atau Big 5 Personality Model. FFM ini meliputi Neuroticism, extraversion, Openness to experience, Agreeableness, dan Conscientiousness. Model kepribadian Big 5/Big 5 Personality Model merupakan model yang banyak digunakan dalam literatur psikologi dalam penelitian yang berkaitan dengan kepribadian manusia. Penjelasan lebih lanjut mengenai Big 5 Personality yang dikutip dari McCrae dan John (1992) antara lain: 1. Openness to Experience/Keterbukaan terhadap dicirikan dengan memiliki rasa
5
2.
3.
4.
5.
penasaran, selara seni, imajinatif, serta memiliki ketertarikan yang luas terhadap berbagai hal. Conscientiousness merupakan suatu tipe kepribadian yang dicirikan dengan memiliki rasa tanggung jawab, efisien, dapat diandalkan, memiliki level aspirasi yang tinggi, produktif, serta memiliki kemampuan perencanaan yang baik. Extroversion dicirikan sebagi orang yang senang berbicara, memiliki kemampuan dalam berhumor, memiliki gerak-gerik yang ekspresif, serta mudah bergaul. Agreeableness merupakan tipe kepribadian yang dicirikan dengan mudah memaafkan, merasa simpati dan peka terhadap orang lain, dapat dipercaya, ramah, serta menghargai orang lain. Neuroticism merupakan tipe kepribadian yang dicirikan dengan mudah merasa cemas, khawatir, tertekan, merasa rendah diri, serta emosinya tidak stabil.
Situasi Situasi adalah bagian dari lingkungan yang sulit untuk dilokalisir dan mengelilingi organisme secara intergral seperti suhu, suara, bau, dan sebagainya, dengan potensi untuk mempengaruhi fungsi manusia pada seluruh tingkatan seperti pada aspek fisiologi, motivasi, mood, perilaku, kognisi dan interaksi sosial. Situasi, lingkungan atau konteks makanan merupakan istilah lain dari stimulus eksternal makanan yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan (Eertmans 2006). Konsumsi makanan atau minuman dapat terjadi pada berbagai macam situasi. Berdasarkan Marriott (1995), situasi konsumsi jenis minuman tertentu dibagi menjadi beberapa situasi yang spesifik. Konsumen memilih preferensi mengonsumsi minuman berdasarkan situasi-situasi tertentu. Beberapa preferensi mengonsumsi minuman pada situasi-situasi tertentu dijabarkan sebagai berikut: 1. Ketika musim panas: konsumen air putih 2. Ketika musim dingin: minuman hangat 3. Ketika sarapan: jus 4. Makan siang: minuman hangat 5. Saat teman datang untuk makan malam: minuman hangat 6. Pada saat merasa haus: air putih 7. Ketika sedang ingin bersantai: air putih 8. Ketika sedang membutuhkan sesutau yang dapat meningkatkan mood: susu Fasilitasi sosial merupakan kehadiran orang lain selama seseorang mengonsumsi makanan dan hal ini dapat mempengaruhi tingkat konsumsi makan seseorang. Klesges et al. (2015), mendemosntrasikan bahwa laki-laki dan perempuan makan lebih banyak ketika mereka sedang bersama orang lain dibandingkan ketika makan sendiri. Hubungan antara situasi fisik dan berbagai faktor lainnya, seperti ketepatan tipe makanan tertentu, mempengaruhi pemilihan makanan dan preferensi lebih banyak diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya kesempatan makan (makan siang/makan malam) dan lokasi mempengaruhi pemilihan makanan. lokasi tampak lebih berpengaruh dalam memilih makanan untuk makan siang, dibandingkan dengan kesempatan makan lainnya seperti misalnya pada saat konsumsi makanan ringan.
6
Pemilihan Makanan (Food Choice) Memahami tentang motivasi pemilihan makanan dibutuhkan untuk merencanakan kebijakan publik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan berkaitan dengan diet sehat dan kesejahteraan, serta menginformasikan inovasi produk makanan dan pemasaran makanan (Markovina et al. 2015). Pemilihan makanan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti lingkungan makanan tersebut dan hubungan interpersonal, yang berinteraksi dengan faktor-faktor internal termasuk kecenderungan biologis, conditioning, dan faktor intrapersonal seperti nilai, persepsi, dan motivasi (Lunn et al. 2013). Pada kuesioner Food choice questionnaire (FCQ), aspek-aspek yang terdapat di dalamnya antara lain kesehatan, suasana hati, kenyamanan, harga, sensory appeal, familiaritas, bahan alami, kontrol berat badan, dan masalah etika. Kesembilan aspek yang tergabung dalam Food choice questionnaire (FCQ) ini digunakan untuk menilai motivasi pemilihan makanan. Dalam Steptoe et al. (1995), kesembilan kriteria pemilihan makanan dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesehatan: kriteria yang berkaitan dengan pemilihan makanan yang dapat membantu dalam menjaga kesehatan, mencegah penyakit, kesejahteraan, serta nutrisi/gizi secara umum. 2. Suasana hati (mood): kriteria yang berkaitan dengan relaksasi serta kontrol stress. Mood dan stress memiliki peran dalam menentukan tidak hanya kuantitas makanan yang dikonsumsi, akan tetapi juga menentukan pemilihan jenis makanan. 3. Kemudahan (convenience): kriteria yang berkaitan dengan seberapa nyaman dan mudah makanan dibeli dan disiapkan. 4. Sensory appeal: kriteria yang berkaitan dengan indera penciuman, indera perasa, serta tampilan makanan. 5. Harga: harga merupakan faktor yang penting dalam memutuskan untuk membeli dan mengonsumsi makanan. 6. Bahan alami: kriteria ini menekankan pada ada atau tidaknya penggunaan zat aditif dan pemilihan makanan yang terbuat dari bahan alami. 7. Konrol berat badan: kriteria yang merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan makanan. Lebih ditekankan lagi bahwa seseorang yang menjaga berat badannya akan cenderung lebih ketat dalam hal pemilihan makanannya. 8. Familiaritas: kriteria yang berkaitan dengan pentingnya seseorang untuk mengonsumsi makanan yang familiar dibandingkan dengan yang tidak familiar. 9. Masalah etika: kriteria yang berkaitan dengan perhatian lebih pada aspek lingkungan dan politik. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Pemilihan Makanan Jenis kelamin merupakan salah satu aspek yang memiliki hubungan dengan pemilihan makanan seseorang. Menurut Irala-Estevez et al. (2000) dalam European Commission Community Research (2012), terdapat perbedaan nyata yang konsisten dalam hal jumlah takaran konsumsi buah dan sayur pada jenis kelamin berbeda. Wardle et al. (2004) menjelaskan bahwa perempuan cenderung lebih mementingkan aspek kesehatan dalam memilih makanan dengan menghindari makanan berlemak dan lebih memilih mengonsumsi makanan berserat dan buahbuahan. Selain iitu, Missagia et al. (2012) juga menjelaskan bahwa laki-laki lebih memperhatikan murah atau tidaknya harga makanan, akan tetapi laki-laki tidak
7
bersedia menghabiskan waktunya untuk membandingkan harga pada beberapa makanan. H1: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan pemilihan makanan Hubungan antara Uang Saku dengan Pemilihan Makanan Menurut Chen et al. (2012), terdapat hubungan negatif antara pendapatan dengan konsumsi makanan atau minuman yang tinggi akan kalori seperti susu dan minuman berkarbonasi. Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan, semakin rendah konsumsi minuman tinggi kalori. Selain itu, menurut Drewnowski dan Eichelsdoerfer (2010), orang yang memiliki pendapatan tinggi lebih cenderung mengonsumsi gandum, makanan laut, daging, susu rendah lemak, serta buah dan sayur yang sedang, sedangkan orang yang berpendapatan rendah cenderung mengonsumsi sereal, pasta, kentang, dan daging berlemak. H2: Terdapat hubungan signifikan antara uang saku dengan pemilihan makanan Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kepribadian Beberapa penelitian terdahulu membuktikan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan tipe kepribadian. Berdasarkan penelitian dari Chapman et al. (2007), wanita lanjut usia memiliki skor yang lebih tinggi pada sifat neuroticism dan agreeableness dibandingkan dengan laki-laki lanjut usia. Hasil penelitian lainnya dari Watson (2011) juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan terhadap kepribadian, dimana wanita cenderung lebih ekspresif dibandingkan dengan laki-laki. H3: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan kepribadian Hubungan antara Usia dengan Kepribadian Berdasarkan penelitian dari McCrae (1999), pada tahapan usia (contoh: remaja akhir, dewasa awal, dan seterusnya) yang dilalui manusia terdapat perbedaan dalam tipe kepribadian. Sedangkan menurut Donellan dan Lucas (2008), tipe kepribadian extroversion dan openness to experience berhubungan negatif dengan usia, dan tipe kepribadian agreeableness berhubungan positif dengan usia. H4: Terdapat hubungan signifikan antara usia dengan kepribadian Hubungan antara Kepribadian dan Pemilihan Makanan Berdasarkan Costa dan McCrae (1997), Five Factor Model (FFM) merupakan 5 dimensi dasar kepribadian yang menjelaskan ciri kepribadian. Terdapat 5 dimensi dalam FFM, antara lain Extraversion, Openness to experience (keterbukaan terhadap pengalaman), Agreeableness, Conscientiousness, dan Neuroticism. Dimensi-dimensi tersebut digunakan dalam kuesioner untuk menguji berbagai macam ciri kepribadian dan dikaitkan dengan motivasi pemilihan makanan. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kepribadian dan pemilihan makanan. Keller dan Siegrist (2015) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa keterbukaan terhadap pengalaman memiliki pengaruh signifikan positif dan secara langsung terhadap konsumsi buah. Hasil temuan lainnya dari Keller dan Siegrist
8
(2015) antara lain bahwa extraversion dan neuroticism memiliki hubungan tidak langsung yang signifikan positif terhadap konsumsi makanan manis, agreeableness secara langsung mempengaruhi konsumsi daging, serta conscientiousness mendorong pemilihan makanan yang direkomendasikan oleh panduan diet. Sebaliknya, neuroticism mendorong pemilihan makanan yang manis dan gurih yang mana kurang memenuhi rekomendasi panduan diet yang baik. Lunn et al. (2013) menyebutkan bahwa tingginya tingkat keterbukaan terhadap pengalaman dan conscientiousness menunjukkan asupan diet yang lebih sehat. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi kepribadian memainkan peran dalam pelaksanaan diet yang seimbang ataupun tidak seimbang H5: Terdapat hubungan signifikan antara kepribadian dengan pemilihan makanan Hubungan antara Situasi dan Pemilihan Makanan Penelitian dari Kolsteren et al (2009) menunjukkan adanya hubungan antara situasi dengan pemilihan makanan, yakni orang yang sering makan di luar rumah cenderung lebih rendah konsumsi sayurnya dibandingkan dengan orang yang tidak sering makan di luar rumah. Memiliki kontrol terhadap pekerjaan sendiri pada seseorang yang bekerja sendiri/self employed meningkatkan kesempatan untuk memilih tempat dan waktu untuk makan dan juga tipe makanan tersebut (Kjollesdal et al. 2010). Penelitian ini secara umum menjelaskan tentang keterbatasan waktu yakni jam kerja yang lama dan tidak nyaman serta jadwal pekerjaan yang tidak fleksibel sehingga dapat menghambatnya untuk mengonsumsi makanan yang tepat sehat. H6: Terdapat hubungan signifikan antara situasi dengan pemilihan makanan KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang saku total. Jenis kelamin memiliki hubungan terhadap kepribadian, dimana wanita cenderung lebih ekspresif dibandingkan dengan laki-laki (Watson 2011). Karakteristik contoh juga memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan seseorang. Berdasarkan penelitian dari Wardle et al. (2004), wanita cenderung lebih menghindari makanan berlemak, mengonsumsi buah dan sayur, dan lebih membatasi konsumsi garam dibandingkan dengan laki-laki. Pada aspek sosiodemografis, menurut Irala-Estevez et al. (2000) dalam European Commission Community Research (2012), jenis kelamin yang berbeda memiliki perbedaan yang nyata pada takaran konsumsi buah dan sayur. Variabel kepribadian memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan sehat. Hal tersebut tercermin dari hasil penelitian Keller dan Siegrist (2015) bahwa orang yang memiliki tipe kepribadian openness to experience atau keterbukaan terhadap pengalaman, memiliki pengaruh signifikan positif dan secara langsung terhadap konsumsi buah. Selain itu hasil dari Lunn et al. (2013) menyebutkan bahwa tingginya tingkat keterbukaan terhadap pengalaman dan conscientiousness menunjukkan asupan diet yang lebih sehat. Variabel situasi juga memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan sehat. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian dari Kjollesdal et al. (2010), yang menyatakan bahwa orang-orang yang self-employed memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk memilih tempat, waktu, dan jenis
9
makanan yang ingin dikonsumsi. Dalam hal ini, kontrol terhadap pekerjaan merupakan bentuk situasi yang dihadapi oleh seseorang yang dapat mempengaruhi bagaimana pemilihan makanannya, baik dari segi lokasi, waktu, dan juga jenis makanan itu sendiri. Kepribadian: -Neuroticism -Agreeableness -Openness to experience ¶-Extroversion -Conscientiousness
Karakteristik contoh: - Usia - Jenis kelamin - Uang saku
Pemilihan makanan - Harga - Suasana hati - Kesehatan - Kemudahan - Sensory appeal - Bahan alami - Kontrol berat badan - Familiaritas - Masalah etika
Situasi -Makan siang -Makan di restoran bersama teman -Makan di kantin -Berada di pesta -Rekreasi bersama keluarga -Makan di rumah
H1: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan pemilihan makanan H2: Terdapat hubungan signifikan antara uang saku dengan pemilihan makanan H3: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan kepribadian H4: Terdapat hubungan signifikan antara usia dengan kepribadian H5: Terdapat hubungan signifikan antara kepribadian dengan pemilihan makanan H6: Terdapat hubungan signifikan antara situasi dengan pemilihan makanan Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB
10
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu kali waktu secara bersamaan dan tidak berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan terdapat mahasiswa PPKU yang dijadikan sebagai contoh. Mahasiswa PPKU dipilih dengan pertimbangan mahasiswa baru yang datang dari berbagai daerah dan belum banyak terpengaruh oleh perilaku makan di lingkungan yang baru, sehingga penelitian ini ingin membandingkan bagaimana pola konsumsi sayur sebelum dan sesudah masuk IPB, serta bagaimana pengaruh kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan dalam hal ini sayur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2016 yang meliputi penyusunan proposal, pengujian kuesioner, pengambilan data, pengolahan data, dan penulisan laporan. Teknik Pengambilan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 2 Strata-1 (S1) TPB IPB tahun akademik 2015/2016. Jumlah mahasiswa Program Pendidikan Kompetensi Umum (PPKU) IPB adalah 3595 mahasiswa. Teknik penarikan contoh menggunakan teknik probability sampling, yakni cluster random sampling. Dari sejumlah 33 kelas di PPKU IPB yang terdiri dari kelas P,Q,R,S,T,U, dipilih 3 kelas secara random sampling. Dari hasil random sampling, diperoleh sebanyak 288 responden dan kelas yang dijadikan sebagai sampel yakni seluruh mahasiswa dari kelas P09, Q03 dan R02. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang akan dikumpulkan adalah data primer. Data primer meliputi data yang langsung didapatkan dari responden, antara lain karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, uang saku), variabel kepribadian, variabel situasi, variabel pemilihan makanan, serta jumlah, frekuensi, dan jenis sayuran yang dikonsumsi mahasiswa sebelum dan sesudah masuk IPB. Data sekunder hanya digunakan untuk menentukan jumlah contoh. Data sekunder diperoleh dari Direktorat PPKU mengenai data kelas serta jumlah mahasiswa PPKU. Data primer diperoleh dengan cara mengunjungi langsung responden pada 3 kelas di gedung CCR (Common Classroom) antara lain kelas P09, Q03, dan R02. Kuesioner dibagikan secara merata kepada seluruh mahasiswa dari ketiga kelas tersebut. Sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan, mahasiswa dijelaskan terlebih dahulu mengenai tata cara pengisian kuesioner agar kuesioner yang diisi meghasilkan data yang akurat. Mahasiswa harus mengisi seluruh kuesioner tanpa ada yang dikosongkan, serta menjawab secara jujur dan apa adanya tanpa melihat jawaban orang lain. Dari pilihan skala likert 1-5 (sangat tidak setuju-sangat setuju), mahasiswa hanya diperbolehkan menyontreng satu pilihan skala. Data dikumpulkan secara self-administered dengan menggunakan kuesioner, yakni mahasiswa sebagai responden mengisi secara mandiri kuesioner yang diberikan. Untuk mengukur kepribadian contoh digunakan alat ukur berupa kuesioner NEO PI-3 yang diadaptasi dari McCrae et al. (2005) dengan jumlah 37 pernyataan
11
menggunakan skala likert 5 poin (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=netral, 4=setuju, 5=sangat setuju) dengan Cronbach’s Alpha 0.780. Untuk mengukur situasi, kuesioner yang digunakan adalah hasil modifikasi dari Alamsyah (2010) dengan jumlah 6 pernyataan berisikan 6 situasi saat mengonsumsi sayur menggunakan skala likert 5 poin (1=tidak pernah, 2=jarang, 3=kadang-kadang, 4=sering, 5=selalu) dengan Cronbach’s Alpha 0.743. Sedangkan untuk mengukur pemilihan makanan, digunakan kuesioner bernama Food Choice Questionnaire (FCQ) dari Steptoe et al. (1995) sebanyak 35 pernyataan menggunakan skala likert 5 poin (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=netral, 4=setuju, 5=sangat setuju) dengan Cronbach’s Alpha 0.938. Kuesioner bernama Food Frequency Questionnaire (FFQ) digunakan untuk mengetahui jumlah, frekuensi dan jenis sayur yang dikonsumsi mahasiswa sebelum dan sesudah masuk IPB. Kuesioner FFQ diadopsi dari disertasi milik Eertmans (2006). Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang diperoleh diolah melalui proses cleaning, scoring, dan recording, serta analisis data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS) ver 16.0 for windows. Data karakteristik contoh (usia dan jenis kelamin) disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Uji korelasi spearman dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik contoh dengan variabel kepribadian, hubungan variabel kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik contoh, kepribadian dan situasi terhadap pemilihan sayuran dilakukan dengan uji regresi linear berganda. Sebelum mengolah data secara lebih lanjut, variabel kepribadian dan pemilihan makanan harus diubah menjadi indeks. Indeks merupakan tipe pengukuran yang merangking beberapa observasi yang spesifik dan menampilkan kembali dalam suatu bentuk dimensi yang lebih umum. Skor total variabel kepribadian dan pemilihan makanan ditransformasi ke dalam bentuk indeks dengan rumus sebagai berikut: Indeks = (Skor yang dicapai-Skor terendah) x 100 (Skor tertinggi-skor terendah) Karakteristik contoh meliputi uang saku, umur mahasiswa, dan jenis kelamin. Pengkategorian uang saku mahasiswa dibagi menjadi tiga, yakni: (1) ≤Rp 600 000, (2) Rp600 000 – Rp1 000 000, dan (3) Rp 1 000 000. Ketiga kategori uang saku ini merupakan uang saku perbulan mahasiswa. Umur mahasiswa diolah berdasarkan tahun, sedangkan jenis kelamin dibagi menjadi laki-laki dan perempuan. Analisis data statistik yang digunakan yaitu: 1. Untuk mengetahui kebiasaan makan, deskripsi variabel kepribadian, sitausi dan pemilihan makanan digunakan analisis statistik deskriptif. 2. Untuk menganalisis perbedaan karakteristik contoh, variabel kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan digunakan uji beda (independent sample t-test). 3. Untuk menganalisis hubungan antarvariabel, digunakan uji korelasi spearman dan pearson disesuaikan dengan jenis data yang digunakan. 4. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan,
12
digunakan uji regresi linear berganda. Y= α + β1D1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + Keterangan: Y = Pemilihan makanan β1-9 = Unstandardized coefficient α = Konstanta regresi D1 = Jenis kelamin (0=laki-laki; 1=perempuan) X2 = Usia responden (tahun) X3 = Uang saku total (Rupiah/bulan) X4 = Neuroticism (indeks) X5 = Extroversion (indeks) X6 = Openness to experience (indeks) X7 = Agreeableness (indeks) X8 = Conscientiousness (indeks) X9 = Situasi makan di rumah (skor) = error Sebelum melakukan uji regresi, terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji apakah model regresi memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi atau tidak. Terdapat 4 uji asumsi klasik, antara lain uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji autokorelasi. Model regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. Pada uji heteroskedastisitas, model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas yaitu titik-titik pada scatterplot menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar 0 serta tidak membentuk pola tertentu. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data variabel bebas dan variabel terikat terdistribusi normal atau terdistribusi tidak normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data terdistribusi normal apabila p>0.05. Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, maka harus dilakukan uji Durbin-Watson. Uji Durbin-Watson dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi adalah model yang baik/layak dipakai atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Ketentuan dari uji Durbin-Watson adalah jika DW di bawah -2 (DW<-2), maka terdapat autokorelasi positif, sedangkan jika DW berada di antara -2 dan +2, maka tidak terjadi autokorelasi. Definisi Operasional Pemilihan makanan pada penelitian ini dikhususkan pada sayur. sayur merupakan makanan berasal dari tanaman yang dapat dikonsumsi dalam bentuk mentah (lalapan segar) atau setelah diolah menjadi berbagai macam masakan seperti sayur yang ditumis maupun berkuah. Definisi operasional dan indikator pembentuk variabel dalam peneliian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
13
Variabel Kepribadian
Situasi
Pemilihan Makanan
Tabel 1 Variabel, dimensi, deskripsi dan referensi Dimensi Deskripsi Stabilitas beberapa pola perilaku, tindakan atau respon pada situasi yang seseorang hadapi, termasukpola pikiran dan perasaan. Extroversion Memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik, memiliki banyak teman,ikutserta dalam suatu organisasi/perkumpulan Neuroticism Self-esteem yang rendah, seringkali merasa pesimis Openness to Memiliki ketertarikan pada experience traveling, memiliki banyak hobi, senang berbagi pengalaman Agreeableness Mudah memaafkan orang lain, menjungjung tinggi kerjasama, tidak mengeluarkan kalimat yang menyinggung orang lain. Conscientiousness Memiliki kemampuan memimpin, rencana jangka panjang, dan keahlian yang bersifat teknis Atmosfir pada suatu lingkungan, serta merupakan pengaruh dari lingkungan di sekitarnya Cara seseorang dalam mempertimbangkan memilih makanan khususnya sayur untuk dikonsumsi yang terdiri dari sembilan yaitu kesehatan, suasana hati, kemudahan, sensorik, kandungan alami dalam pangan, harga, pengendalian berat badan, familiaritas, dan masalah etika. Kesehatan Alasan kandungan vitamin, mineral, menjaga kesehatan, bergizi, baik untuk pencernaan, dan tinggi serat. Suasana hati Alasan dapat meredakan stress, menyadarkan pola hidup sehat, rileks, bahagia, dan merasa lebih baik. Kemudahan Alasan mudah disiapkan, dimasak, dapat dibeli di warung atau kantin sekitar asrama dan kampus. Sensory Alasan aroma enak, terihat Appeal/Sensorik menarik, tekstur lembut, dan rasa yang enak Harga Alasan murah dan terjangkau.
Referensi John et al. (2008)
Eertmans (2006)
Steptoe (1995)
et
al.
14
Tabel 1 Variabel, dimensi, deskripsi dan referensi (Lanjutan) Variabel Dimensi Deskripsi Referensi Bahan Alami
Alasan kandungan bahan alami dan tidak mengandung bahan kimia buatan yang berbahaya. Kontrol berat Alasan rendah kalori, dapat badan membantu mengontrol berat badan, dan rendah lemak. Familiaritas Alasan tidak asing dan biasa dimakan dari sejak kecil. Masalah etika Alasan berasal dari petani (Ethical concern) Indonesia, memiliki label asal negara, dan kemasan ramah lingkungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Mahasiswa Jenis Kelamin. Responden penelitian meliputi mahasiswa bejenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa berjenis kelamin laki-laki. Terdapat sebanyak 58 persen mahasiswa perempuan dan sebanyak 42 persen mahasiswa laki-laki. Tabel dapat dilihat di Lampiran 1. Usia Mahasiswa. Berdasarkan penelitian dari McCrae (1999), pada tahapan usia (contoh: remaja akhir, dewasa awal, dan seterusnya) yang dilalui manusia terdapat perbedaan dalam tipe kepribadian. Tabel 4 menunjukkan sebaran usia mahasiswa yang berkisar dari usia 17 sampai 21 tahun. Hasil menunjukkan lebih dari separuh mahasiswa laki-laki dan perempuan berada pada usia remaja lanjut (16-18 tahun) dengan proporsi mahasiswa laki-laki sebesar 57.9 persen dan mahasiswa perempuan sebesar 56.3 persen. Tabel dapat dilihat di Lampiran 2. Uang Saku. Sebaran uang saku perbulan pada Tabel 5 berkisar antara Rp300 000 sampai dengan Rp5000 000. Sebaran uang saku ini bersumber dari orang tua, beasiswa, serta dari sumber lainnya. Persentase uang saku terbanyak yang dimiliki responden perbulannya adalah uang saku sebesar Rp600 000 - Rp1 000 000 dengan proporsi mahasiswa laki-laki sebesar 51.2 persen dan proporsi mahasiswa perempuan sebesar 47.9 persen. Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan nyata signifikan pada uang saku perbulan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan (p<0.05). Tabel dapat dilihat di Lampiran 3. Kebiasaan Konsumsi Sayur Kebiasaan konsumsi sayur yang dialami oleh mahasiswa PPKU dapat memungkinkan untuk mengalami perubahan antara sebelum dan sesudah memasuki kehidupan di kampus IPB. Tabel 2 menunjukkan hasil sekaligus pembanding berupa jumlah, frekuensi, dan jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi mahasiswa PPKU sebelum dan sesudah masuk IPB. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat persamaan maupun perbedaan jumlah, frekuensi dan jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi sebelum dan sesudah masuk IPB
15
. Tabel 2 Sebaran mahasiswa berdasarkan jumlah, frekuensi, dan jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi sebelum dan sesudah masuk IPB Sebelum masuk IPB Sesudah masuk IPB L P L P Kategori % % % % Jumlah konsumsi/hari 1/2 Mangkok 48.8 36.5 67.8 73.1 1 Mangkok 40.5 46.7 25.6 23.4 >11/2 Mangkok 10.7 16.8 6.6 3.6 Frekuensi/hari Jarang/tidak pernah 9.9 13.8 24.8 38.3 1 kali 38.0 25.7 38.0 40.7 >2 kali 52.1 60.5 37.2 21.0 Jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi Sayuran tumis 56.3 56.3 59.5 55.1 Sayuran mentah 9.1 7.2 11.6 9.0 Sayuran berkuah 34.7 36.5 28.9 35.9 Pada waktu sebelum dan sesudah masuk IPB, baik pada mahasiswa laki-laki maupun perempuan, terjadi penurunan jumlah konsumsi sayur. Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa perempuan mengalami perubahan jumlah konsumsi sayur perhari antara sebelum masuk IPB dan sesudah masuk IPB. Sebesar 46.7 persen mahasiswa perempuan mengonsumsi 1 mangkok sayur perhari sebelum masuk IPB, sedangkan sebesar 73.1 persen mahasiswa perempuan hanya mengonsumsi ½ mangkok sayur perhari sesudah masuk IPB. Penyebab dari menunurunnya jumlah konsumsi sayur dapat dikarenakan adanya kendala-kendala tertentu seperti ketersediaan sayur di kantin, ketertarikan mengonsumsi makanan lain selain sayur, kendala waktu yang membuat mahasiswa lupa atau melewatkan jam makan, dan lain sebagainya. Frekuensi konsumsi sayur perhari menjadi salah satu hal yang difokuskan dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa sebelum masuk IPB, baik mahasiswa laki-laki (52.1%) dan mahasiswa perempuan (60.5%), sama-sama memiliki frekuensi konsumsi sayur perhari sebanyak lebih dari dua kali. Sementara itu, mahasiswa laki-laki (38.0%) dan mahasiswa perempuan (40.7%) mengalami penurunan frekuensi konsumsi sayur perhari menjadi hanya satu kali dalam sehari sesudah memasuki IPB. Hal ini menunjukkan terjadi penurunaan frekuensi konsumsi sayur perhari dari sebelum hingga sesudah masuk IPB. Hal ini dapat disebabkan karena konsumsi sayur ketika mahasiswa masih tinggal di rumah menjadi sesuatu yang mudah dan umumnya makanan disiapkan oleh orang lain seperti orang tua, saudara atau pembantu, sehingga mahasiswa tidak perlu lagi mengeluarkan biaya dan tenaga untuk membeli sayur untuk dikonsumsi. Sementara itu, ketika mahasiswa memasuki kehidupan kampus, khususnya tinggal di asrama, mahasiswa harus bergerak sendiri untuk membeli makanan khususnya sayur di luar asrama. Jenis sayuran yang difokuskan dalam tabel antara lain sayuran tumis, sayuran mentah, dan sayuran berkuah. Hal ini karena ketiga jenis sayuran tersebut adalah jenis sayuran yang paling umum dijual atau dikonsumsi masyarakat. Hasil
16
menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki (56.3%) dan mahasiswa perempuan (56.3%) paling sering mengonsumsi sayuran tumis sebelum memasuki IPB. Sementara itu, hasil menunjukkan setelah masuk IPB cenderung tidak terjadi perubahan dalam pemilihan jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa laki-laki (59.5%) dan mahasiswa perempuan (55.1%), yakni masih memilih jenis sayuran tumis. Kepribadian Tabel 3 menunjukkan rata-rata indeks kepribadian pada mahasiswa. Sifat neuroticism dicirikan dengan kecenderungan mood dan emosi yang tidak stabil seperti rasa bersalah, marah, cemas, dan depresi (Sitaraman 2014). Rata-rata indeks mahasiswa laki-laki dan perempuan berturut-turut sebesar 56.5 dan 59.0. Terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan (p<0.05) yang ditunjukkan dengan rata-rata indeks mahasiswa perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Mahasiswa perempuan memiliki kecenderungan yang sedikit lebih tinggi untuk mengalami ketidakstabilan mood dan emosi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Hal ini dapat disebabkan perempuan memiliki volatility (emosi labil) yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan sifat mudah marah dibandingkan dengan laki-laki yang membuat perempuan memiliki skor neuroticism lebih tinggi, khususnya pada wanita ras asia (Weiseberg et al. 2011). Sifat extraversion dicirikan dengan memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik, memiliki banyak teman, keikutsertaan dalam suatu organisasi/perkumpulan (John et al. 2008). Tidak terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada sifat extraversion (p>0.05), dengan rata-rata indeks pada mahasiswa laki-laki sebesar 58.4 dan mahasiswa perempuan sebesar 58.8 Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kemampuan bersosialisasi yang cukup baik dan memiliki teman seperti mahasiswa normal pada umumnya.
Dimensi
Tabel 3 Rata-rata indeks kepribadian pada mahasiswa L P Total p-value (n=121) (n-=167) 56.5±8.8 59.0±9.6 57.9±9.3 0.023* 58.4±10.2 58.8±9.1 58.6±9.6 0.740 56.6±9.5 58.6±8.1 57.8±8.8 0.057*
Neuroticism Extroversion Openness to experience Agreeableness Conscientiousness
52.5±8.2 54.1±7.4
49.6±6.6 53.7±6.0
50.8±7.5 53.9±6.6
0.002* 0.594
Ket: *signifikan pada p-value<0,05/0.1 **sangat signifikan pada p-value<0,001
Sifat openness to experience dicirikan dengan seseorang yang memiliki imajinasi, kreativitas, rasa penasaran, serta rasa toleransi (Sitaraman 2014). Hasil menunjukkan rata-rata indeks mahasiswa laki-laki sebesar 56.6 dan mahasiswa perempuan sebesar 58.6. Terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada sifat openness to experience (p<0.1). Hal ini berarti mahasiswa perempuan memiliki kecenderungan yang sedikit lebih tinggi untuk memiliki sifat keterbukaan terhadap pengalaman yang ditunjukkan dengan memiliki rasa penasaran, toleransi, imajinasi, dan kreativitas yang cukup baik.
17
Sifat agreeableness dicirikan dengan memiliki sifat mudah memaafkan orang lain serta menjunjung tinggi kerjasama (John et al. 2008). Hasil menunjukkan ratarata indeks mahasiswa laki-laki sebesar 52.5 dan mahasiswa perempuan sebesar 49.6. Terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan pada sifat agreeableness (p<0.05) yang ditunjukkan dengan rata-rata indeks mahasiswa laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki memiliki kecenderungan yang lebih tinggi pada sifat empati, baik hati, serta rela berkorban (Weiseberg et al. 2011). Sifat conscientiousness dicirikan dengan memiliki kemampuan memimpin, rencana jangka panjang, dan keahlian yang bersifat teknis (John et al. 2008). Hasil menunjukkan bahwa capaian rata-rata indeks mahasiswa laki-laki sebesar 54.1 dan mahasiswa perempuan sebesar 53.7. Tidak terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada sifat conscientiousness (p>0.05). Hal ini berarti mahasiswa memiliki kemampuan memimpin, rencana jangka panjang, dan keahlian bersifat teknis yang cukup baik. Situasi Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa lebih sering mengonsumsi sayuran ketika sedang berada di rumah dimana proporsi laki-laki (62.8%) dan perempuan sebesar (44.9%). Situasi lainnya (makan di kantin, makan di restoran bersama teman-teman, ketika sedang berada di pesta, rekreasi bersama keluarga dan makan siang) hanya berada pada frekuensi kadang-kadang. Melihat hasil ini, maka situasi yang dipilih untuk diteliti lebih lanjut adalah situasi ketika makan di rumah. Hal ini karena sebagian besar responden memiliki frekuensi yang paling sering dalam mengonsumsi sayuran ketika makan di rumah, sehingga ingin diketahui lebih lanjut apakah situasi ketika makan di rumah mempengaruhi pemilihan makanan responden dalam hal ini konsumsi sayur, atau tidak. Hasil yang menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki maupun perempuan sering mengonsumsi sayur ketika berada di rumah menunjukkan bahwa situasi konsumsi ketika makan di rumah merupakan situasi yang paling dipilih dan paling nyaman bagi mahasiswa untuk mengonsumsi sayur. Alasan utama mahasiswa lakilaki dan perempuan dalam mengonsumsi sayur ketika berada di rumah berbeda. Mahasiswa laki-laki (36.5%) memiliki alasan utama mengonsumsi sayur ketika berada di rumah karena kenyamanan dan kemudahan, sedangkan alasan utama yang dipilih oleh mahasiwa perempuan (29.4%) adalah anjuran dari orang tua. Tabel alasan utama mahasiswa mengonsumsi sayur dapat dilihat pada Lampiran 4. Situasi ketika makan di kantin merupakan situasi yang terjadi di lingkungan kampus. Hasil menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa perempuan (49.1%) dan laki-laki (54.5%) mengonsumsi sayur di kantin pada frekuensi yang kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa faktor yang membuat mahasiswa tidak memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi sayur ketika makan di kantin. Faktor tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya ketersediaan sayur yang ada di kantin, kemudian terdapat harga makanan di kantin yang lebih terjangkau selain sayur sehingga mahasiswa cenderung memilih makanan lain yang harganya lebih murah dibandingkan dengan sayur. Harga sayur yang dijual di kantin kampus berkisar antara Mahasiswa laki-laki (46.3%) dan perempuan (47.3) memiliki alasan utama yang sama dalam mengonsumsi sayur ketika berada di kantin, yakni
18
kenyamanan dan kemudahan. Hal ini disebabkan karena kantin memiliki jarak yang cukup dekat dengan asrama maupun gedung perkuliahan sehingga mudah dijangkau dan mahasiswa tidak perlu keluar kampus untuk mengonsumsi sayur. Tabel 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan situasi dan frekuensi Pernyataan 1 Konsumsi sayur ketika: Berada di rumah Makan di kantin Makan di restoran bersama teman-teman Berada di pesta Rekreasi bersama keluarga Makan siang
Frekuensi 3
2
4
5
L (%)
P (%)
L (%)
P (%)
L (%)
P (%)
L (%)
P (%)
L (%)
P (%)
1.7 3.3
2.4 5.4
2.5 9.1
4.8 11.4
18.2 54.5
15.6 49.1
62.8 29.8
44.9 28.1
14.9 3.3
32.3 6.0
9.1
9.0
25.6
20.4
43.8
50.9
19.0
13.8
2.5
6.0
0.8
8.4
16.5
22.8
52.1
41.9
24.8
19.8
5.8
7.2
3.3
6.6
13.2
16.8
52.1
32.3
25.6
30.5
5.8
13.8
0.8
3.0
14.9
9.0
38.0
47.9
34.7
26.9
11.6
13.2
*) Ket: 1=Tidak pernah; 2=Jarang; 3=Kadang-kadang; 4=Sering; 5=Selalu
Makan di restoran bersama teman-teman merupakan situasi dimana mahasiswa mengonsumsi sayur bersama dengan orang lain. Sebagian besar mahasiswa laki-laki (43.8%) dan mahasiswa perempuan (50.9%) mengonsumsi sayur ketika makan di restoran bersama teman-teman pada frekuensi kadangkadang. Hal ini dapat disebabkan karena ketika berada di restoran, terdapat menu makanan yang lebih banyak disukai oleh masyarakat umum khususnya kalangan anak muda dibandingkan dengan sayuran. Umumnya makanan yang lebih banyak disukai anak muda ini cenderung kurang menyehatkan dan bersifat “enak” rasanya, seperti makanan dari jenis fastfood, daging, gorengan, makanan yang memiliki kandungan MSG tinggi, dan lain sebagainya. Alasan utama mahasiswa laki-laki (28.0%) dan perempuan (27.2%) mengonsumsi sayur ketika makan di restoran sama, yakni kenyamanan dan kemudahan. Hal ini karena ketika berada di restoran mahasiswa hanya perlu memesan menu sayuran yang dipilih tanpa harus menyiapkannya sendiri dan umumnya disediakan tempat yang nyaman untuk makan dan berkumpul bersama orang lain, khususnya teman-teman. Situasi konsumsi sayur ketika berada di pesta menunjukkan hasil bahwa sebagian besar mahasiswa laki-laki (52.1%) dan mahasiswa perempuan (41.9%) memiliki frekuensi kadang-kadang. Hal ini dapat disebabkan karena menu makanan yang dihidangkan ketika berada di pesta umumnya lebih banyak yang nonsayuran ketimbang makanan dari jenis sayuran. Alasan utama mahasiswa perempuan (34.8%) dan mahasiswa laki-laki (33.9%) mengonsumsi sayur ketika berada di pesta adalah kenyamanan dan kemudahan. Ketika berada di pesta, mahasiswa hanya perlu memilih makanan-makanan yang dihidangkan di meja makanan, sehingga mahasiswa memiliki kebebasan dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Selain itu, mahasiswa juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengonsumsi makanan yang dihidangkan sehingga hal tersebut juga menjadi salah
19
satu factor kenyamanan dan kemudahan dalam mengonsumsi sayur pada situasi pesta. Pada saat rekreasi bersama keluarga, umumnya banyak kegiatan yang dilakukan sehingga makan bersama keluarga menjadi salah satu hal yang sudah pasti dilakukan. Sebagian mahasiswa laki-laki (52.1%) dan mahasiswa perempuan (32.3%) memiliki frekuensi kadang-kadang dalam mengonsumsi sayur ketika sedang rekreasi bersama keluarga. Alasan utama yang dipilih oleh mahasiswa lakilaki dan perempuan berbeda dalam mengonsumsi sayur ketika sedang rekreasi bersama keluarga. Mahasiswa laki-laki (33.0%) memilih alasan pemenuhan kebutuhan energi, sedangkan mahasiswa perempuan (26.3%) memilih alasan anjuran dari orang tua. Ketika sedang rekreasi bersama keluarga, situasi makan dapat dilakukan dalam bentuk piknik atau makan bersama keluarga di suatu rumah makan. Konsumsi sayur pada situasi makan siang umumnya dilakukan ditengahtengah aktivitas mahasiswa yang padat. Sebagian besar mahasiwa laki-laki (38.0%) dan mahasiswa perempuan (47.9%) mengonsumsi sayur ketika makan siang pada frekuensi kadang-kadang. Alasan utama mahasiswa laki-laki (31.7%) dan mahasiswa perempuan (38.7%) sama dalam hal mengonsumsi sayur ketika makan siang, yakni pemenuhan kebutuhan energi. Hal ini disebabkan karena mahasiswa memiliki kegiatan yang cukup banyak khususnya di siang hari yang meliputi kegiatan perkuliahan dan praktikum, mengerjakan tugas kelompok, kemudian pada sore harinya dilanjutkan dengan kegiatan organisasi maupun asrama sehingga konsumsi sayur ketika makan siang menjadi suatu hal yang penting bagi mahasiswa sebagai sarana pemenuhan kebutuhan energi. Pemilihan Makanan (Sayur) Pemilihan makanan terdiri dari sembilan kriteria, antara lain kesehatan, suasana hati (mood), sensory appeal, kemudahan, konten alami, harga, kontrol berat badan, familiaritas, dan masalah etika (Steptoe et al. 1995). Kriteria-kriteria pemilihan makanan seperti kesehatan, suasana hati, dan kontrol berat badan merupakan kriteria yang paling banyak dijadikan sebagai pertimbangan dalam pemilihan makanan, baik oleh mahasiswa laki-laki maupun perempuan. Tabel 5 menunjukkan rata-rata indeks pemilihan makanan (sayur) pada mahasiswa. Kriteria pemilihan makanan berupa kesehatan memiliki capaian ratarata indeks yang paling tinggi dibandingkan dengan kriteria lainnya baik pada mahasiswa laki-laki (74.5) maupun mahasiswa perempuan (75.5). Kriteria kesehatan berkaitan dengan apakah makanan yang dikonsumsi dapat membantu dalam mencegah penyakit, menjaga kesehatan, kesejahteraan, serta nutrisi/gizi secara umum. Tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria ini. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan mementingkan kriteria kesehatan, yakni kandungan gizi dan manfaat makanan tersebut sebelum memilih makanan. Mahasiswa sebagai insan-insan yang telah mencapai pendidikan yang cukup tinggi sudah pasti pernah mendapatkan materi ataupun edukasi mengenai manfaat dan pentingnya konsumsi sayur. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga kesehatan tubuh, mahasiswa cenderung memilih sayur untuk dikonsumsi. Suasana hati merupakan kriteria pemilihan makanan kedua dengan skor tertinggi baik dari mahasiswa laki-laki (66.7) maupun mahasiswa perempuan (66.3).
20
Tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria ini. Hal ini menunjukkan bahwa baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan mementingkan kriteria suasana hati, yakni apakah dengan memilih mengonsumsi sayur dapat membantu kondisi mental dan suasana menjadi lebih baik atau tidak. Seperti yang dijelaskan oleh Steptoe et al. (1995), bahwa suasana hati berkaitan dengan relaksasi serta kontrol stress. Oleh karena itu, mahasiswa cenderung memilih sayur sebagai sarana untuk relaksasi dan sebagai koping untuk mengendalikan stres. Kemudahan merupakan salah satu kriteria pemilihan makanan yang dipertimbangkan oleh mahasiswa. Hasil menunjukkan rata-rata indeks mahasiswa laki-laki sebesar 56.6 dan mahasiswa perempuan sebesar 55.1. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan cukup mementingkan kriteria kemudahan dalam memilih makanan yang dalam hal ini sayur. Mahasiswa PPKU yang menjalani kehidupan di asrama tentu mengalami perubahan kondisi dimana umumnya pada saat mereka masih tinggal di rumah bersama orang tua, ada orang lain di rumah yang menyediakan makanan dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengonsumsinya, sedangkan setelah mahasiswa mulai menjalani kehidupan di asrama, mahasiswa harus membeli makanan di luar dan tidak dapat menyiapkannya sendiri. Hal ini dapat menjadi penyebab mengapa kepentingan mengenai kriteria kemudahan dalam memilih makanan setelah mereka menjalani kehidupan di asrama/kampus hanya berada pada tingkatan yang cukup. Kriteria pemilihan makanan sensory appeal juga menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan makanan mahasiswa. Hasil menunjukkan bahwa baik mahasiswa laki-laki (59.8) maupun perempuan (58.4) cukup mementingkan sensory appeal dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Sensory appeal berkaitan dengan indera penciuman, indera perasa, serta tampilan makanan (Steptoe et al., 1995). Hal ini dapat disebabkan karena makanan-makanan yang dijual di sekitar kampus/asrama adalah makanan yang jenisnya kurang lebih sama seperti yang biasa dikonsumsi di rumah dan bukan makanan yang sama kelasnya dengan makanan yang dijual di restoran-restoran. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketertarikan terhadap rasa, bau, tekstur maupun tampilan makanan tidak terlalu dijadikan sebagai pertimbangan bagi mahasiswa dalam pemilihan makanan. Tabel 5 Rata-rata indeks pemilihan makanan (sayur) pada mahasiswa Kriteria Pemilihan L P p-value Makanan (n=121) (n=167) Total Kesehatan 74.5±17.4 75.5±17.8 75.1±17.6 0.651 Suasana hati 66.7±18.0 66.3±17.8 66.5±17.9 0.871 Kenyamanan 56.6±14.0 55.1±15.3 55.7±14.7 0.412 Sensory appeal 59.8±18.3 58.4±19.6 59.0±19.0 0.546 Bahan alami 57.6±22.4 56.0±23.5 56.7±23.0 0.573 Harga 62.0±20.1 56.7±20.7 58.9±20.6 0.029* Kontrol berat badan 64.5±18.5 67.1±19.1 66.0±18.8 0.252 Familiaritas 64.2±19.6 64.6±20.4 64.4±20.1 0.896 Masalah etika 61.6±17.3 59.0±16.9 60.1±17.1 0.203 Ket: *signifikan pada p-value<0,05 **sangat signifikan pada p-value<0,001
21
Pada kriteria pemilihan makanan bahan alami, rata-rata indeks yang diperoleh berada pada tingkatan yang cukup. Mahasiswa laki-laki memiliki rata-rata sebesar 57.6 dan mahasiswa perempuan sebesar 56.0. Tidak terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria ini (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan cukup mementingkan bahan alami dalam memilih makanan. Mahasiswa pada umumnya memiliki banyak kegiatan maupun aktivitas di kampus, sehingga umumnya mahasiswa tidak terlalu berfikir panjang mengenai kandungan atau bahan dari makanan yang dipilihnya, khususnya sayur. Harga menjadi salah satu kriteria pemilihan makanan yang dipertimbangkan oleh mahasiswa. Capaian rata-rata indeks yang diperoleh mahasiswa laki-laki sbesar 62.0 dan mahasiswa perempuan sebesar 56.7. Terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria harga (p<0.05). Mahasiswa laki-laki memiliki rata-rata skor lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa perempuan yang menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki cenderung lebih mementingkan kriteria harga dalam memilih makanan yakni sayur, sedangkan mahasiswa perempuan cukup mementingkan harga dalam memilih makanan. Kriteria pemilihan makanan berupa kontrol berat badan merupakan salah satu kriteria yang paling banyak dipertimbangkan mahasiswa dalam pemilihan makanan. Mahasiswa laki-laki memiliki rata-rata indeks sebesar 64.5 dan mahasiswa perempuan sebesar 67.1. Tidak terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa lakilaki dan perempuan pada kriteria ini (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa cenderung mementingkan kontrol berat badan serta apakah makanan tersebut rendah lemak dan kalori atau tidak. Umumnya mahasiswa sudah pasti memahami bahwa sayur memiliki manfaat penting khususnya yang berkaitan dengan diet, karena sayur memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh dan tidak menyebabkan gemuk. Oleh karena itu, kriteria kontrol berat badan menjadi salah satu kriteria yang paling penting bagi mahasiswa dalam melakukan pemilihan makanan. Familiaritas menjadi salah satu kriteria yang dianggap penting dalam memilih makanan. Perolehan rata-rata skor mahasiswa laki-laki sebesar 64.2 dan mahasiswa perempuan sebesar 64.6. Tidak terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa lakilaki dan perempuan pada kriteria ini (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa cenderung memilih jenis makanan yang sudah familiar dan tidak asing lagi di telinga ketika melakukan pemilihan makanan. Mahasiswa pada umumnya akan memilih jenis makanan yang sudah biasa dikonsumsi sejak lama. Masalah etika berkaitan dengan perhatian lebih pada aspek lingkungan dan politik (Steptoe et al. 1995). Mahasiswa laki-laki memiliki rata-rata indeks pada kriteria masalah etika sebesar 61.6 dan mahasiswa perempuan sebesar 59.0. Tidak terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria ini. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa cukup mempertimbangkan darimana sayuran tersebut berasal (produsen dan negaranya) serta proses pengemasannya yang ramah lingkungan atau tidak. Hubungan Antarvariabel Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh (uang saku, jenis kelamin) dengan pemilihan makanan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan uang saku dengan pemilihan makanan (Lampiran 5). Hipotesis yang
22
pertama (H1) menyebutkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan pemilihan makanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan pemilihan makanan pada kriteria bahan alami (r=0.125; p=0.009), maka hasil penelitian ini menerima H1. Selain itu, uang saku juga memiliki hubungan dengan pemilihan makanan, yakni pada kriteria bahan alami (r=0.154; p=0.009). Hipotesis kedua (H2) menyebutkan terdapat hubungan signifikan antara uang saku dengan pemilihan makanan, maka hasil penelitian ini menerima H2. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan nyata positif antara jenis kelamin dengan sifat neuroticism (r=0.134;p=0.023). Artinya, mahasiswa perempuan lebih cenderung memiliki Self-esteem yang rendah dan seringkali merasa pesimis. Hasil uji korelasi juga menunjukkan adanya hubungan negatif antara jenis kelamin dengan sifat agreeableness (r=-0.187;p=0.001). Hal ini berarti mahasiswa laki-laki lebih cenderung memiliki sifat yang mudah memaafkan orang lain, menjunjung tinggi kerjasama, serta tidak mengeluarkan kalimat yang menyinggung orang lain. Hasil tersebut berarti menerima H3, yakni teradapat hubungan antara jenis kelamin dengan kepribadian. Dari hasil uji korelasi antara usia responden dengan kepribadian, tidak terdapat satupun hubungan antara usia responden dengan kelima dimensi kepibadian. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini menolak H4 yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara usia dengan kepribadian. Hasil uji korelasi antara kepribadian dengan karakteristik contoh dapat dilihat di Lampiran 6. Tabel 6 Koefisien korelasi antara tipe kepribadian dan pemilihan makanan
Neuroticism Extroversion Openness to experience Agreeableness
-0.002 -0.016 -0.130*
0.011 0.000 -0.091
0.086 -0.040 -0.072
Pemilihan Makanan SA Baha Harga n alami 0.043 0.022 0.096 0.011 0.057 0.012 -0.086 0.090 -0.061
-0.131*
-0.053
0.010
-0.005
Conscientiousness
0.034
0.051
0.006
0.077
Kesehatan
Mood
Kemudahan
Kepribadian
0.095 0.010
Kontrol BB
Familiaritas
Masalah etika
-0.020 0.044 -0.094
-0.005 0.017 -0.148*
0.020 -0.050 -0.073
0.053
0.002
-0.053
-0.083
0.097
0.157**
0.123*
0.586
Ket: *signifikan pada p-value<0,05; **sangat signifikan pada p-value<0,001; SA=Sensory appeal; Kontrol BB=Kontrol berat badan.
Berdasarkan hasil uji korelasi antara kelima dimensi kepribadian (neuroticism, extroversion, openness to experience, agreeableness, conscientiousness) dengan kesembilan kriteria pemilihan makanan pada Tabel 6, tipe kepribadian openness to experience berhubungan negatif dengan kriteria pemilihan makanan kesehatan (r=0.130; p=0.027) dan familiaritas (r=-0.148; p=0.012). Artinya, mahasiswa memiliki sifat yang kreatif, imajinatif dan berani, maka akan semakin tinggi kecenderungan mahasiswa untuk memilih sayur tanpa mempertimbangkan aspek kesehatan dan familiaritas. Sementara itu, agreeablenes berhubungan negatif dengan kesehatan (r=-0.131; p=0.026). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecenderungan mahasiswa memiliki sifat yang ramah dan peka terhadap lingkungan, maka akan semakin tinggi kecenderungan mahasiswa untuk memilih sayur tanpa mempertimbangkan kriteria pemilihan makanan kesehatan. Hasil penelitian ini
23
menerima H5, yakni terdapat hubungan signifikan antara kepribadian dengan pemilihan makanan. Tabel 7 menunjukkan hasil uji korelasi antara situasi dengan pemilihan makanan. Berdasarkan hasil uji korelasi, terdapat hubungan positif antara situasi ketika makan di kantin dengan kriteria familiaritas (r=0.118; p=0.046), yang berarti pada situasi ketika makan di kantin, semakin tinggi kecenderungan mahasiswa untuk memilih mengonsumsi sayur. Situasi ketika makan di restoran bersama teman-teman memiliki hubungan positif dengan kriteria kesehatan (r=0.122; p=0.038), mood atau suasana hati (r=0.130; p=0.027), kemudahan (r=0.143; p=0.015), dan familiaritas (r=0.127; p=0.031). Hal ini berarti pada situasi ketika makan di restoran bersama teman-teman, semakin tinggi kecenderungan mahasiswa dalam mempertimbagkan kriteria kesehatan, suasana hati, kemudahan dan familiaritas dalam memilih untuk mengonsumsi sayur. Pada situasi ketika sedang berada di pesta, hasil menunjukkan terdapat hubungan negatif dengan kriteria dengan sensory appeal (r=-0.125; p=0.034). Hal ini menjelaskan bahwa pada situasi ketika sedang berada di pesta, mahasiswa memiliki kecenderungan yang semakin rendah dalam mempertimbangkan kriteria sensory appeal, seperti rasa, bau, dan tekstur makanan dalam memilih sayur yang akan dikonsumsinya. Tabel 7 Koefisien korelasi antara situasi dan pemilihan makanan Situasi Makan di rumah Makan di kantin Makan di restoran bersama temanteman Makan di pesta Ketika reskreasi bersama keluarga Makan siang
Kesehatan
Mood
Kemudahan
-0.063
-0.070
-0.066
0.000
0.025
0.021
0.122*
0.130*
0.143*
Pemilihan Makanan SA Bahan Harga alami 0.003 0.111 0.033 -0.016 0.070 0.011 0.095 0.085 0.045
0.022
-0.022
-0.011
-0.125*
0.017
0.051
0.042
0.022
0.038
0.237**
0.242**
0.198**
0.200**
Kontrol BB -0.087
Familiaritas 0.029
Masalah etika -0.065
-0.016
0.118*
-0.031
0.020
0.127*
0.067
-0.037
0.021
-0.023
0.001
0.079 0.010
-0.023
0.049
0.060
0.037
0.087
0.132*
0.265**
0.130*
Ket: *signifikan pada p-value<0,05; **sangat signifikan pada p-value<0,001; SA=Sensory appeal; Kontrol BB=Kontrol berat badan.
Pada situasi ketika makan siang, hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif sangat signifikan antara situasi makan siang dengan kriteria pemilihan makanan/alasan kesehatan (r=0.237; p=0.000), suasana hati (r=0.242; p=0.000), kemudahan (r=0.198; p=0.001), sensory appeal (r=0.200; p=0.001), dan familiaritas (r=0.265; p=0.000), serta berhubungan positif signifikan dengan kontrol berat badan (r=0.132; p=0.026), dan masalah etika (r=0.130; p=0.028). Hal ini menjelaskan bahwa pada situasi ketika makan siang, mahasiswa memiliki kecenderungan yang semakin tinggi dalam mempertimbangkan kriteria atau alasan kesehatan, suasana hati, kemudahan, sensory appeal, familiaritas, kontrol berat badan, dan masalah etika. Dengan demikian, hasil uji korelasi antara situasi dengan pemilihan makanan menerima hipotesis keenam (H6).
24
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Makanan Mahasiswa PPKU IPB Dalam rangka mengetahui apakah model regresi telah memenuhi persyaratan yang sah untuk dilakukan uji regresi linear berganda, maka dilakukanlah uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini meliputi uji multikolinearitas, uji normalitas, uji heteroskedastisitas,dan uji autokorelasi. Model regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. Melihat output pada kotak coefficients, semua nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 sehingga disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas. Dari hasil uji heteroskedisitas, terlihat bahwa titik-titik menyebar antara di bawah dan di atas sumby Y, dan tidak mempunyai pola yang teratur. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel bebas atau bersitas homoskedastisitas. Untuk uji normalitas, maka harus dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0.655. Hal ini berarti data yang diuji terdistribusi normal karena p>0.05. Hasil uji autokorelasi menunjukkan DW = 1.849 karena DW berada di antara -2 dan +2. Hal ini berarti data tidak mengalami autokorelasi. Tabel dan grafik hasil uji asumsi klasik ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 8 Koefisien uji regresi karakteristik contoh, tipe kepribadian, dan situasi terhadap pemilihan makanan Variabel Bebas Konstanta Jenis kelamin (0=laki-laki; 1=perempuan) Umur responden (tahun) Uang saku (/000 rupiah) Kepribadian (indeks) Neuroticism Extroversion Openness to experience Agreeableness Conscientiousness Situasi makan di rumah F R Adjusted R2 Sig.
β
B 0.411 -1.102
-0.040
Sig. 0.987 0.470
-0.251
-0.012
0.831
-7.959E-5
-0.004
0.942
0.057 0.163 0.208
0.040 0.119 0.139
0.471 0.035* 0.013*
0.265 0.205
0.151 0.103
0.009* 0.076
4.838
0.320 7.652 0.199 0.173 0.000
0.000**
Ket: *signifikan pada p-value<0,05 **sangat signifikan pada p-value<0,001
25
Y= 0.411 – 1.102D1 – 0.251X2 – 7.959E-5X3 + 0.057X4 + 0.163X5 + 0.208X6 + 0.265X7 + 0.205X8 + 4.838X9 + Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa tipe kepribadian (extroversion, openness to experience, dan agreeableness), situasi ketika makan di rumah berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan makanan dilihat dari F hitung sebesar 7.652 (Tabel 8). Nilai Adjusted R Square yang diperoleh sebesar 0.173 menunjukkan sebesar 17.3 persen variabel pemilihan makanan dijelaskan oleh variabel yang diteliti, sisanya dijelaskan oleh variabel yang tidak diteliti. Hasil uji regresi linear berganda menjelaskan bahwa tipe kepribadian extroversion berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan makanan (β=0.163; p=0.035). Hal ini berarti mahasiswa yang memiliki sifat terbuka dan senang bersosialisasi akan semakin memilih sayur dengan berbagai alasan. Selain itu, tipe kepribadian openness to experience juga berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan makanan mahasiswa (β=0.208; p=0.013). Hal ini berarti mahasiswa yang memiliki sifat kreatif, imajinatif dan berani cenderung semakin memilih sayur dengan berbagai alasan. Hasil tersebut terbukti dari hasil analisis hubungan yang menunjukkan bahwa sifat openness to experience berhubungan dengan alasan/kriteria kesehatan dan familiaritas. Tipe kepribadian agreeableness juga berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan makanan (β=0.265; p=0.009). Hal ini berarti mahasiswa yang memiliki memiliki sifat ramah dan peka terhadap lingkungan akan semakin memilih sayur dengan berbagai alasan. Sejalan pula dengan hasil uji hubungan, tipe kepribadian agreeableness berhubungan dengan alasan/kriteria kesehatan dalam memilih sayur. Situasi ketika berada dirumah memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pemilihan makanan (β=4.838; p=0.000). Hal ini berarti situasi ketika makan di rumah memicu mahasiswa untuk lebih sering mengonsumsi sayur. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ini, mahasiswa laki-laki tercatat memiliki ratarata indeks yang lebih tinggi pada tipe kepribadian agreeableness dan conscientiousness. Hal ini berarti mahasiswa laki-laki cenderung lebih bersifat mudah memaafkan, rela berkorban, dan berempati (agreeableness) serta memiliki kemampuan memimpin, rencana jangka panjang, dan keahlian bersifat teknis yang cukup baik (conscientiousness). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian milik Vianello et al. (2013) yang menjelaskan bahwa laki-laki memiliki skor yang lebih rendah pada tipe kepribadian agreeableness dan conscientiousness dibandingkan perempuan, akan tetapi laki-laki memiliki skor yang lebih tinggi pada openness to experience. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan memiliki rata-rata indeks yang lebih tinggi pada tipe kepribadian neuroticism, extroversion, dan openness to experience. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan lebih cenderung memiliki sifat yang mudah merasa marah dan stres (neuroticism), terbuka dan mudah bergaul (extroversion), serta memiliki imajinasi dan kreativitas yang lebih baik (openness to experience). Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Schmitt et al. (2008) yang menjelaskan bahwa perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada neuroticism dan extraversion, akan tetapi skor openness to experience pada laki-laki dan perempuan bervariasi tergantung dari budaya atau negaranya.
26
Berdasarkan hasil uji beda, terdapat tiga tipe kepribadian yang memiliki perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan, yakni neuroticism (p<0.05), openness to experience (p<0.1), dan agreeableness (p<0.05). Menurut Schmitt et al. (2008), adanya perbedaan kepribadian antara laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh semakin tingginya tingkat perkembangan manusia (Human Development Index) serta kesempatan yang lebih besar pada persamaan gender. Situasi memiliki peran dalam menentukan pemilihan makanan sehat yang dalam hal ini konsumsi sayuran. Situasi yang difokuskan dalam penelitian ini adalah situasi ketika makan di rumah. Pada situasi ketika makan di rumah, hasil menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan mengonsumsi sayuran dengan frekuensi yang sering. Hal ini menjelaskan bahwa konsumsi sayur responden cenderung lebih sering ketika masih tinggal bersama orang tuanya, yakni sebelum mulai tinggal di asrama. Menurut Chan et al. (2009), remaja di Hong Kong cenderung mempraktekkan konsumsi makanan sehat ketika berada di rumah, dimana ibu merupakan pihak yang paling berpengaruh dalam mensosialisasikan konsumsi makanan sehat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa orang tua berperan penting bagi pemilihan makanan yang dilakukan oleh anak. Hasil pada rata-rata indeks pemilihan makanan menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan menunjukkan indeks yang lebih tinggi pada kriteria kesehatan dan kontrol berat badan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wardle et al. (2004) yang menjelaskan bahwa perempuan cenderung lebih mementingkan aspek kesehatan dalam memilih makanan dengan menghindari makanan berlemak dan lebih memilih mengonsumsi makanan berserat dan buah-buahan. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal pertimbangan harga dalam memilih makanan sehat, dimana responden laki-laki lebih mempertimbangkan aspek harga dalam memilih makanan dibandingkan dengan responden perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian milik Missagia et al. (2012) yang menjelaskan bahwa laki-laki lebih memperhatikan murah atau tidaknya harga makanan, akan tetapi laki-laki tidak bersedia menghabiskan waktunya untuk membandingkan harga pada beberapa makanan. Hasil uji hubungan menunjukkan tipe kepribadian openness to experience berhubungan negatif dengan kriteria pemilihan makanan kesehatan dan familiaritas. Menurut Knezevic dan Kardum (2009), tipe kepribadian openness to experience berhubungan dengan risiko terkena penyakit karena kurang memperhatikan aspek kesehatan. Steptoe et al. (1995) dalam penelitiannya juga menyebtukan bahwa tipe kepribadian openness to experience berhubungan negatif dengan familiaritas dan hasil ini terbukti sama baik pada laki-laki maupun perempuan. Sementara itu, agreeablenes berhubungan negatif dengan kesehatan. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari de Brujin et al. (2007) yang menjelaskan bahwa semakin seorang remaja bersifat agreeable atau berkaitan dengan mudahnya terpengaruh teman/orang lain, semakin tidak sehat pula perilaku konsumsi makanannya. Adanya hubungan antara kepribadian dengan pemilihan makanan didukung oleh Lindeman dan Stark (1999) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kepribadian dengan pemilihan makanan pada aspek kontrol berat badan dan ideologi yang dianut konsumen. Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa tipe kepribadian memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan. Hasil analisis regresi linear berganda
27
menunjukkan bahwa tipe kepribadian extraversion berpengaruh positif terhadap pemilihan makanan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian milik Cauchi dan DeGiovanni (2015) yang menyatakan bahwa sifat extraversion erat kaitannya dengan bertambahnya konsumsi buah dan sayur. Hal ini berarti mahasiswa yang senang bersosialisasi dan terbuka cenderung semakin meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh positif dari tipe kepribadian openness to experience terhadap pemilihan makanan. Lunn et al. (2014) menjelaskan bahwa orang yang memiliki skor openness to experience yang tinggi memiliki kecenderungan untuk memilih mengonsumsi makanan yang sehat dan lebih merasa terdorong untuk mengikuti pola hidup sehat. Oleh karena itu, mahasiswa yang memiliki imajinasi, kreativitas serta rasa penasaran cenderung menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi sayur. Menurut Goldberg dan Strycker (2002), tipe kepribadian openness to experience memiliki pengaruh positif pada konsumsi makanan berserat, penghindaran konsumsi daging dan makanan berlemak. Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh agreeableness terhadap pemilihan makanan sejalan dengan penelitian Kye dan Park (2012) yang menjelaskan bahwa orang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi cenderung mengikuti pola makan yang sehat. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang bersifat ramah, kooperatif, dan hangat cenderung mengonsumsi makanan berserat, menghindari konsumsi daging dan makanan berlemak, serta mengikuti pola makan sehat yang tidak terlepas dari konsumsi sayur. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa situasi ketika makan di rumah berpengaruh positif terhadap pemilihan makanan. Kenyamanan dan kemudahan menjadi salah satu alasan bagi mahasiswa mengapa mahasiswa memilih mengonsumsi sayur di rumah. Di rumah itu sendiri umumnya sudah memiliki persediaan bahan makanan untuk diolah dan tersedia fasilitas untuk mengolah bahan makanan tersebut. Seringkali ketika di rumah juga terdapat orang lain yang mengolah bahan makanan tersebut seperti ibu, nenek atau asisten rumah tangga sehingga mahasiswa tidak perlu mengolahnya sendiri. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kolsteren et al. (2009), yang mengatakan bahwa orang yang sering makan di rumah lebih tinggi konsumsi buah dan sayurnya dibandingkan dengan orang yang sering makan di luar rumah. Berdasarkan hasil pada sebaran mahasiswa berdasarkan situasi dan frekuensi (Lihat Tabel 5), mahasiswa paling sering makan sayur ketika sedang berada di rumah. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kolsteren et al. (2009), dimana orang yang makan di rumah memiliki frekuensi konsumsi sayur dan buah yang paling tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak makan di rumah, sebaliknya bagi individu yang makan di luar rumah, lebih cenderung mengonsumsi makanan yang rendah nutrisi dan kurang mengonsumsi buah dan sayur. Alasan utama (lampiran I) mengonsumsi sayuran ketika berada di rumah yang dipilih oleh responden laki-laki berbeda dengan responden perempuan. Mahasiswa laki-laki (36.5%) memilih alasan kenyamanan atau kemudahan yang meliputi kemudahan untuk mendapatkan sayur, tidak perlu mengeluarkan biaya, serta mudah untuk disajikan. Sebagian besar responden perempuan sebanyak (29.4%) memiliki alasan mengonsumsi sayuran ketika berada di rumah karena anjuran dari orang tua.
28
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dapat membedakan pemilihan makanan berdasarkan waktu (makan pagi, makan siang, dan makan malam) karena penelitian ini hanya mencantumkan situasi makan pada waktu makan siang. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya dapat didesain alat ukur situasi yang dapat mempertimbangkan dimensi waktu, keberadaan orang lain (orang tua, teman), acara tertentu (saat pesta, rekreasi), dan lain-lain. Selain itu, dalam proses pengambilan data tidak dilakukan wawancara terhadap responden sehingga data hanya murni dari hasil olahan kuesioner dan kurang mereview pandangan dari responden.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Mahasiswa PPKU IPB secara umum mengalami penurunan konsumsi sayur dari segi jumlah dan frekuensi, sedangkan dari jenis sayuran yang dikonsumsi, mahasiswa PPKU lebih memilih sayuran tumis setelah masuk IPB. Tipe kepribadian neuroticism (p<0.05), openness to experience (p<0.1), dan agreeableness (p<0.05) memiliki perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Mahasiswa laki-laki lebih cenderung bersifat agreeableness, sedangkan mahasiswa perempuan lebih cenderung bersifat neuroticism dan openness to experience. Mahasiswa laki-laki dan perempuan paling sering mengonsumsi sayur ketika berada di rumah. Pada pemilihan makanan, terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria harga. Mahasiswa laki-laki cenderung lebih mempertimbangkan harga dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Hasil uji hubungan antara karakteristik contoh dengan kepribadian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara jenis kelamin dengan neuroticism dan hubungan negatif antara jenis kelamin dengan agreeableness. Berdasarkan hasil uji hubungan antara karakteristik contoh dengan pemilihan makanan, tidak terdapat hubungan antara karakteristik contoh dengan pemilihan makanan. Hasil uji hubungan menunjukkan adanya hubungan nyata positif antara extroversion, openness to experience, agreeableness, conscientiousness, dan situasi ketika makan di rumah terhadap pemilihan makanan. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan adanya pengaruh dari extraversion, openness to experience, agreeableness, dan situasi ketika makan di rumah terhadap pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB. Saran Mahasiswa PPKU IPB merupakan mahasiswa yang sedang menghadapi kondisi baru yang berbeda dari kondisi sebelumnya. Mereka harus mulai hidup mandiri dan belajar untuk membuat keputusannya sendiri karena mereka tidak lagi tinggal di rumah bersama orang tua. Konsumsi sayur merupakan suatu hal yang penting untuk tetap menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan segar. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa mengalami pengurangan asupan sayuran ketika mereka mulai memasuki kehidupan asrama di IPB dibandingkan dengan sebelumnya ketika mereka masih tinggal bersama orang tua. Bagi pemerintah, disarankan untuk membuat suatu program yang berkaitan dengan peningkatan
29
konsumsi sayur, terutama bagi kalangan remaja. Bagi NGO atau LSM yang berkaitan dengan bidang kesehatan atau konsumen, disarankan untuk membuat suatu kampanye atau sosialisasi mengenai pentingnya konsumsi sayur terutama pada kalangan anak-anak muda atau remaja agar remaja semakin terpapar mengenai informasi pentingnya konsumsi sayur. Selain itu, dari pihak kampus agar menyeleksi secara ketat makanan yang dijual di kantin agar dan tidak terpapar oleh makanan-makanan yang membahayakan tubuh dan ketersediaan sayur di kantin tetap terjaga. DAFTAR PUSTAKA Achmad N, Hadju V, Salam A. 2014. Gambaran pengetahuan, sikap, ketersediaan dan pola konsumsi sayur dan buah remaja di makassar. Universitas Hasanuddin. Alamsyah Z. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan jenis minuman pada berbagai situasi konsumsi dan dampaknya pada strategi pemasaran. [disertasi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Brown C, Shaibu S, Maruapula S, Malete L, Compher C. 2015. Perceptions and attitudes towards food choice in adolescents in gaborone, botswana. Appetite. 95: 29-35. Chan K., Prendergast G., Gronhoj A. Bech-Larsen T. 2009. Adolescents’perceptions of healthy eating and communication about healthy eating. Health Education, 109(6): 474-490. Chapman BP, Duberstein PR, Sorensen S, Lyness JM. 2007. Gender differences in five factor model personality traits in an elderly cohort: extension of robust and surprising findings to an older generation. Per Individ Dif. 43(06): 1594-1603. Chen SE, Liu J, Binkley JK. 2012. An exploration od the relationship between income and eating behavior. Agricultural and Resource Economics Review. 41(1): 82-91. Ching GS., Tchong WL., Wen TH. 2015. A study on the relationship between college students' personality and their eating habits. Int'l Journal of Information and Education Technology. 5(2). De Brujin, GJ. Kremers, SPJ. De Vries H. Van Mechelen W. Brug J. 2007. Association od social-evironmental and individual-level factors with adolescent soft drink consumption. Health Education Research. 22(2): 227237. Donellan MB, Lucas RE. 2008. Age differences in the big five across the life span: evidence from two national samples. Psychol Aging. 23(3): 558-566. Drewnowski A, Eichelsdoerfer P. 2010. Can low-income americans afford a healthy diet?. Nutr Today. 44(6): 246-249. Eertmans A. 2006. Sensory-Affective and Other Determinants of Food Choice: Their Relative Importance and Variability across Individuals and Situations. [disertasi]. Leuven (BE): Chatolic University of Leuven. Ensaff H, Russel J, Barker ME. 2012. Meeting school food standards – students’ food choice and free school meals. Public Health Nutrition. 16(12): 2162-2168. European Commission Community Research. 2012. Report on the Socio-economic Determinants of Food Choices and Preferences of the Elderly. Gustiara, I. 2013. Konsumsi sayur dan buah pada siswa SMA negeri 1 Pekanbaru. Jurnal Precure. 1(1).
30
Goldberg LR., Strycker LA. 2002. Personality traits and eating habits: the assessment of food preferences in a large community sample. Personality and Individual Differences. 32: 49-65. Henningsen M. 2011. Dietary habits in adolescence related to sociodemographic factors, physical activity, and self-esteem [tesis]. Trondheim (NO): Norwegian University of Science and Technology. Huang CY., Liu YL., Tsou HF. 2013. The study in change of nutrition knowledge, attitude, and behaviour of college students as affected by different method of nutrition education. The Journal of Human Resource and Adult Learning. 9(2) John Oliver P, Robins RW, Pervin LA. 2008. Handbook of Personality: Theory and Research. New York: The Guilford Press. Keller C., Siegrist M. 2015. Does personality influence eating styles and food choices? Direct and indirect effects. Appetite. 84: 128-138. Khirolahei A., Mohamad N., Rhosanale Gh., Shobeiri F. 2014. Nutritional patterns in iranian uniersity students: comparison between dormitory and nondormitory states. Journal of Medical Research. 3: 1-5. Kjollesdal MR., Ottesen GH., Wandel M. 2010. Associations between food patterns, socioeconomic position and working situation among adult, working wien and men in oslo. European Journal of Clinical/Nutrition. 64: 1150-1157. Knezevic JH, Kardum I. 2009. Five factor personality dimensions and 3 healthrelated personality constructs as predictors of health. Croat Med J. 50: 394-402. Koelsteren P., Lachat C., Oyen HV., Vandevjivere S. 2009. Eating out of home in Belgium: current situation and policy implications. British Journal of Nutrition. 102: 921-928. Kye SY, Park K. Psychosocial factors and health behavior among Korean adults: a cross sectional study. Asian Pacific J Cancer Prev. 13: 49-56. Laaksonen M, Lalluka T, Rahkonen O, Roos E, Lahelma E. 2007 Multiple socioeconomic circumstances and healthy food habits. European Journal of Clinical Nutrition. 61: 701-710. Lindeman M., Stark K. 1999. Pleasure, Pursuit of Health or negotiation of identity? Personality correlates of food choice motives among young and middle aged women. Appetite. 33: 141-161. Lunn TE, Nowson CA, Worsley A, Torres SJ. 2014. Does personality affect dietary intake?. Nutrition. 30: 403-409. Markovina J., Stewart-Knox BJ, Rankin A, Gibney M, de Almeida MDV, Fischer A, Kuzsenof SA, Poinhos R, Panzone L, Frewer LJ. 2015. Food4me study: Validity and reliability of food choice questionnaire in 9 european countries. Food Quality and Preference. 45: 26-32. McCrae RR, Costa PT. 1997. Personality trait strucure as a human universal. American Psychologist. 52(5): 509-516. McCrae RR, Costa PT, Ostendorf F, Angleitner A, Caprara GV, Barbanelli C, de Lima MP, Simoes A, Marusic I, Bratko D, Chae JH. 1999. Age differnences in personality across the adult life span: paralles in five cultures. Developmental Psychology. 35(2): 466-477. McCrae RR, John OP. 1992. An introduction to the five-factor model and its applicants. Journal of Personality. 60(2): 175-215.
31
Marquis M., Shatenstein B. 2005. Food choice motives and the importance of family meals among immigrant mothers. Canadian Journals of Dietetic Practice Practice and Research. 66(2): 77. Marriott BM. 1995. Not Eating Enough: Overcoming Underconsumption of Military Operational Rations. Washington D.C: National Academy Press. Missagia SV, de Oliveira SR, de Rezende DC. 2012. Food choice motives and healthy eating: assessing gender differences. EnANPAD. 36: 22-26. Mrozeck D., Roberts BW. 2008. Personality trait change in adulthood. Curr Dir Psychol Sci. 17: 31-35. Munro IA, Bore MR, Munro D, Garg ML. 2011. Using personality as a predictor of diet induced weight loss and weight management. International ournal of Behavioural Nutrition and Physical Activity. 8: 129. Myrdal M, Gold A., Deal J, Larson M, Strang M. 2016. Relationship between personality type and fruit and vegetable preference in third and fourth grade students. IMedPub Journals. 1(1): 2. Steptoe A, Pollard TM, Wardle J. 1995. Development of A Measure of the Motives Underlying the Selection of Food: the Food Choice Questionnaire. Appetite. 25: 267-284. Robert R. McCrae , Paul T. Costa, Jr. & Thomas A. Martin (2005) The NEO–PI– 3: A More Readable Revised NEO Personality Inventory. Journal of Personality Assessment. 84:3, 261-270. DOI: 10.1207/s15327752jpa8403_05 Schmitt D, Realo A, Allik J. 2008. Why can’t a man be more like a woman? Sex differences in big five personality traits across 55 cultures. Journal of Personality and Social Psychology. 94: 168 Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia. Vianello M, Schnabel K, Sriram N, Nosek B. Gender differences in implicit and explicit personality traits. Personality and Individual Differences. 55: 994-999. Wang O, De Steur H, Gellynck X, Verbeke W. Motives for consumer choice of traditional food and european food in manland china. Appetite. 87: 143-151. Wardle J, Haase AM, Steptoe A, Nillapun M, Jonwutiwes K, Bellisle F. 2004. Gender differences in food choice: the contribution of health beliefs and dieting. Annals of Behavioral Medicine. 27 (2). Watson HS. 2011. Measuring gender personality traits: a situation based approach [disertasi]. Pennsylvania (US): Widener University. Weisberg YJ, DeYoung CG., Hirsh JB. 2011. Gender differences in personality across the ten aspects of the big five. Frontiers in Psychology. 2: 178. Zielinska EB. 2006. Role of psychological factors in food choice: a review. Polish Journal of Food and Nutrtion Sciences. 15 (4): 379-384.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin n Laki-laki 121 Perempuan 167 Total 288
% 42.0 58.0 100.0
Lampiran 2 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia Usia Remaja lanjut (16-18 Tahun) Dewasa awal (19-24 Tahun) Total
L
P
Total
n 70
% 57.9
n 94
% 56.3
n 164
% 57.0
51
42.1
73
43.7
124
43.0
121
100.0
167
100.0
288
100.0
Lampiran 3 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku Uang saku (per L P bulan) n % n % ≤600 000 19 15.7 12 7.2 600 001 – 1 000 62 51.2 80 47.9 000 >1000 000 40 33.1 75 44.9 Total 121 100 167 100 Min-max 450000-2000000 450000-2000000 Rata-rata±SD 1 054 958.68 ± 1 175 748.50 ± 390 534.087 394 993.377 P value 0.011** Lampiran 4 Alasan utama konsumsi sayur pada 6 situasi No. Situasi Alasan utama 1.
Makan dirumah
2.
Makan di kantin
3
Makan di restoran bersama teman-teman
Kenyamanan dan kemudahan Kesehatan Mood/suasana hati Anjuran orang tua Pemenuhan kebutuhan energi Kenyamanan dan kemudahan Kesehatan Mood/suasana hati Anjuran orang tua Pemenuhan kebutuhan energi Kenyamanan dan kemudahan Kesehatan Mood/suasana hati Anjuran orangtua Pemenuhan kebutuhan energi
Total n 31 142
% 10.8 49.3
115 40.0 288 100.0 450000-2000000 1 125 000±396 961.456
L % 36.5 18.3 11.1 23.8 10.3 46.3 13.2 12.4 1.65 20.7 28.0 22.0 23.0 2.5 24.6
P % 26.3 13.8 7.5 29.4 23.1 37.3 19.0 14.0 3.8 26.0 27.2 17.0 26.6 2.5 26.6
34
Lampiran 4 Alasan utama konsumsi sayur pada 6 situasi (Lanjutan) No. Situasi Alasan utama L % 4. Makan di pesta Kenyamanan dan kemudahan 33.9 Kesehatan 18.6 Mood/suasana hati 14.4 Anjuran orang tua 6.8 Pemenuhan kebutuhan energi 26.3 5. Ketika sedang Kenyamanan dan kemudahan 20.7 rekreasi bersama keluarga Kesehatan 14.7 Mood/suasana hati 15.5 Anjuran orang tua 16.4 Pemenuhan kebutuhan energi 33.0 6. Makan siang Kenyamanan dan kemudahan 26.7 Kesehatan 19.1 Mood/suasana hati 15.8 Anjuran orang tua 6.7 Pemenuhan kebutuhan energi 31.7
P % 34.8 15.2 17.7 9.5 22.8 19.4
13.8 15.0 26.3 25.6 24.0 17.1 16.0 4.3 38.7
Lampiran 5 Koefisien korelasi karakteristik contoh dan pemilihan makanan Kepribadian Uang saku Jenis kelamin Umur responden
Kesehatan
Mood
Kemudahan
-0.022 -0.003 -0.078
0.014 0.036 0.009
-0.079 0.030 0.055
Pemilihan Makanan SA Bahan Harga alami 0.154** 0.042 0.072 0.125* 0.071 0.096 -0.033 0.089 0.110
Kontrol BB 0.115 0.012 -0.027
Familiaritas -0.027 -0.030 0.036s
Lampiran 6 Koefisien korelasi karakteristik contoh dan tipe kepribadian Variabel Tipe Kepribadian Neuroticism Extroversion Openness Agreeable to ness Experience Jenis 0.134* 0.020 0.112 -0.187* kelamin Uang saku -0.062 0.015 0.002 0.018 Umur 0.041 0.019 -0.051 -0.062 responden
Masalah etika 0.004 0.079 0.058
Conscien tiousness -0.033 0.010 -0.015
35
Lampiran 7 Hasil uji asumsi klasik
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
UMRES
.970
1.031
JK
.899
1.113
USK_TOT
.948
1.055
INDEXPRS1
.918
1.089
INDEXPRS2
.922
1.085
INDEXPRS3
.933
1.072
INDEXPRS4
.887
1.127
INDEXPRS5
.869
1.151
SIT_RUMAH
.953
1.049
a. Dependent Variable: INDEX_FCQ
36
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N Normal Parametersa
288 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 11.77704544
Absolute
.043
Positive
.038
Negative
-.043
Kolmogorov-Smirnov Z
.734
Asymp. Sig. (2-tailed)
.655
a. Test distribution is Normal.
37
Model Summaryb
Model
1
R .446a
R Square
.199
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.173
Durbin-Watson
11.966
a. Predictors: (Constant), SIT_RUMAH, INDEXPRS5, JK, UMRES, INDEXPRS3, USK_TOT, INDEXPRS2, INDEXPRS1, INDEXPRS4 b. Dependent Variable: INDEX_FCQ
1.849
38
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 25 Februari 1994 dari pasangan (Alm) Slamet Widjaja dan Fatmawati Hasan. Penulis merupakan anak keempat dari 4 bersaudara yang memiliki kakak laki-laki bernama Muhamad Danang Agung, Muhammad Aryo, dan kakak perempuan bernama Nadhia Afiati. Penulis dibesarkan di Kota Jakarta. Mulai pada tahun 1998 sampai 2000 penulis bersekolah di TK Ananda dan TK Islam Sudirman Jakarta, pada tahun 2000-2006 penulis bersekolah di SDI PB Sudieman Jakarta, kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 9 Jakarta pada tahun 2006-2009 dan melanjutkan sekolah di SMAN 48 Jakarta pada tahun 2009-2012. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia pada bulan Juli 2012 melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Tulis. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis tergabung menjadi anggota dari HIMAIKO (Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen). Prestasi yang pernah diraih adalah pernah mendapatkan juara 3 lomba basket putri pada kejuaran ESPENT (2013).