PENGARUH KEMAMPUAN VERBAL DAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
Endah Setyarini (10004048) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA UST
Abstrak Peningkatan kualitas pendidikan dapat diketahui dari hasil akhir pendidikan, yang dapat dilihat dari prestasi belajar. Banyak hal yang mempengaruhi prestasi belajar matematika peserta didik, diantaranya adalah kemampuan verbal dan penyesuaian diri. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui hubungan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar matematika, 2) mengetahui hubungan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar matematika, 3) mengetahui hubungan antara kemampuan verbal dan penyesuaian diri terhadap pretasi belajar matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pedekatan kuantitatif. Dalam penelitian nanti diperoleh Variabel bebasnya adalah kemampuan verbal (X1) dan penyesuaian diri (X2) Sedangkan prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat (Y). hasil analisis data menunjukkn nilai koefiien korelasi variabel X1 terhadap Y dan X2 terhadap Y apakah lebih besar dari r table, sehingga Ho dtolak. Besarnya pengaruh antara kemampuan verbal (X1) dan penyesuaian diri (X2) terhadap prestasi belajar matematika (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan teknik regresi ganda.
Kata kunci : kemampuan verbal, penyesuaian diri, prestasi belajar
A. Latar Belakang Kemajuan suatu Negara dapat dilihat melalui perkembangan IPTEK yang semakin canggih. Perkembangan tersebut tidak lepas dari sumber daya manusia yang semakin pintar menciptakan suatu gagasan baru. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk belajar sampai kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan diharapkan dapat menggerakkan setiap individu untuk menyadari keberadaannya dalam gerakan pembangunan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan tujuan mengubah perilaku yang diinginkan. Pendidikan bisa dilakukan baik formal ataupun non formal. Sekolah sebagai salah satu penidikan formal merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui sekolah, peserta didik belajar berbagai ilmu pengetahauan. Salah satu ilmu pengetahuan yang disering dan banyak digunakan adalah matematika.
Diharapkan setelah selesainya proses kegiatan belajar, peserta didik dapat mengerti materi yang dipelajarinya. Salah satu cara untuk melihat berhasil atau tidaknya peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar yaitu dilihat dari prestasinya. Prestasi belajar merupakan salah satu wujud dari hasil usaha keras belajar yang dilakukan. Hasil belajar dapat meningkat atau menurun karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Suryabrata (1994) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari dalam diri pelajar yaitu disposisi internal dan faktor diluar dari pelajar. Sejumlah faktor yang berasal dari dalam diri pelajar antara lain: iteligensi, bakat, minat, sikap, ambisi, dan kepribadian. Eggen dan Kauchak (1994) menyatakan bahwa prestasi yang diinginkan individu memerlukan beberapa dimensi demi tercapainya prestasi itu. Hal ini akan benar-benar terwujud seara maksimal apabila dilakukan aktivitass-aktivitas nyata yang didukung semangat, keuletan, kesabaran, serta teknik belajar yang sesuai kemampuannya. Menurut Winkel dan Sudjana (2001: 23) prestasi belajar dikelompokkan dalam lima kategori, yakni: 1) Intelektual (intellectual skill) yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol. 2) Strategi kognitif (cognitive strategy) yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal individu dalam belajar, mengingat dan berpikir. 3) Informasi verbal (verbal information) yaitu pengetahuan seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tulisan. 4) Keterampilan motorik (motor skill) yaitu meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi seluruh anggota badan secara terpadu. 5) Sikap (attitude) yaitu kemampuan intelektual untuk mengetahui tingkah laku seseorang, dan didasari oleh emosi kepercayaan serta faktor intelektual. Kemampuan verbal merupakan karakteristik yang harus dimiliki peserta didik karena berpengaruh terhadap proses belajar. Dilihat dari segi kemampuan verbal peserta didik dalam menanggapi pelajaran yang diberikan juga bervariasi, ada yang kurang, sedang dan tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan dalam menerima dan mentransfer informasi yang diperoleh mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Matematika merupakan bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Seperti yang dikatakan Jahnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Selain matematika sebagai bahasa simbolis, matematika merupakan bahasa yang universal yang memungkinkan manusia berfikir, mencatat, dan mengkomunikasikan idenya. Dalam matematika terdapat banyak rumus yang digunakan untuk menghitung. Suatu rumus yang jika ditulis dalam bahasa verbal memerlukan kalimat yang panjang dimana banyak katakata yang harus diucapkan sehinga peluang terjadinya salah informasi dan salah interpretasi bisa berakibat fatal pada mereka yang mempelajarinya. Adanya perbedaan masing-masing peserta didik baik secara status sosial dan kepandaian juga berpengaruh terhadap keberadaan peserta didik didalam proses belajar. Penyesuaian diri yang baik akan memberikan bantuan besar untuk mendukung kesuksesan seseorang. Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi penuh tekanan. Sesuai dengan pengertiannya, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat individu hidup. Semua makhluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, agar dapat bertahan hidup. Namun pada kenyataannya, banyak individu yang gagal dalam penyesuaian diri karena individu belum tentu tahu apa yang dinamakan dengan proses penyesuaian diri, selain itu individu tidak memiliki konsep penyesuaian diri dan tidak melakukan penyesuaian diri dengan baik. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu dalam menghadapi segala tantangan dan perubahan-perubahan yang akan terjadi nanti. Davidoff (Mujiono, 2010: 47), adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan-tuntutan, baik dari dalam diri maupun dari lingkungan, sehingga terdapat keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkungan dan tercipta keselarasan antara individu dengan realitas. Pendidikan merupakan cara manusia menyesuaikan diri. Selama periode penyesuaian diri itu, ada masa dimana individu tidak dapat begitu saja dilepaskan pada pengaruh luar, sehingga dibentuklah usaha dalam cara mengatur pengaruh luar itu dengan sebaik-baiknya, disesuaikan dengan sifat-sifat kodrat anak didik yang dikenal dengan nama sekolah. Sedangkan selama hidup manusia diharapkan dengan proses penyesuaian diri terhadap keadaan baru, perubahan suasana,
kebutuhan baru dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman pahit dan manis menjadi suatu pelajaran bagi usaha penyesuaian diri. Agar anak didik pada usia selanjutnya mampu mengadakan penyesuaian diri secara layak dan sehat, ia harus memiliki kecakapan dasar dalam penyesuaian diri. Pendidik berkewajiban melatih anak didik menyadari kemampuannya, mengadakan penyesuaian diri terhadap pengaruh dan tuntutan luar melalui cara yang benar agar dapat hidup dengan harmonis. Masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah pada peserta didik antara lain meliputi sering merasa malas untuk sekolah, sering merasa cemas bila ada ulangan, bahan pelajaran sukar dikuasai, ada beberapa pelajaran yang tidak disenangi, merasa kurang dimengerti guru, pribadi seorang guru menyebabkan pelajarannya tidak saya perhatikan, seorang kawan selalu menjengkelkan saya. Sedang untuk masalah penyesuaian diri terhadap kurikulum antara lain pelajaran sekolah terlalu berat, sukar menangkap dan mengikuti pelajaran, tidak suka belajar, sering khawatir kalau mendapat giliran maju, merasa sukar pada hitungan, enggan membaca buku perpustakaan. Untuk masalah pribadi yaitu sering menyesali diri sendiri. Berbagai masalah tersebut menunjukkan bahwa pemahaman dan penyesuaian diri pada peserta didik yang kurang. Peserta didik baru yang langsung dijuruskan pada bidang pilihan asing-masing perlu memahami arti penting penyesuaian diri. Apabila anak tidak mampu menyesuaikan diri maka pada perkembangan selanjutnya akan terganggu, misalnya tidak memiliki teman, kesulitan dalam kelompok praktik, tidak bisa mengikuti proses belajar dengan optimal, tidak bisa menerima guru dengan baik dan masih banyak akibat-akibat yang timbul apabila peserta didik tidak paham arti penting penyesuaian diri.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh kemampuan verbal dan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar matematika ?
C. Kajian Teori 1. Kemampuan verbal Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989: 552-553). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009: 57). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dalam berbicara, membaca dan menulis. Thurstone seperti yang dikutip dalam Azwar (2004) mengatakan bahwa kemampuan verbal yaitu kemampuan untuk memahami hubungan/makna kata, kosakata, dan penguasaan komunikasi lisan. Selanjutnya menurut Lewin, dkk., (2005) bahwa kemampuan verbal adalah kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca dan menulis. Individu yang memiliki kemampuan verbal berciri utama adanya kecakapan berbicara dengan jelas, teratur dan lancar serta memiliki perbendaharaan kata-kata yang baik dengan ciri-ciri khusus individu yang memiliki kemampuan verbal yang tinggi yaitu: (1) memiliki kosakata yang baik; (2) membaca dengan penuh pemahaman; (3) ingin tahu secara intelektual; dan (4) menunjukkan keingintahuan.Seseorang dengan kemampuan verbal yang tinggi tidak hanya akan memperlihatkan suatu penguasaan bahasa yang sesuai, tetapi juga dapat menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan berbagai tugas lain yang berkaitan dengan berbicara dan menulis. Keterampilan berbicara merupakan aspek utama dan tampak dari kemampuan verbal. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan verbal merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menggunakan kata-kata dengan baik dan benar yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk berbicara tetapi juga membaca dan menulis, kemampuan ini juga melibatkan pikiran. Kemampuan verbal bagi setiap orang berbeda-beda. Kemampuan verbal ini dapat berkembang dan meningkat sesuai dengan kondisi lingkungan tempat seseorang itu berada. 2. Penyesuaian diri Pengertian penyesuaian diri menurut beberapa ahli: 1. Menurut Kartono (2000) penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. 2. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.
3. Ali dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada sebelumnya. 4. Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. 5. Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah proses mengubah diri sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya. 3. Prestasi belajar Prestasi belajar adalah sebuah bentuk kemampuan yang ditunjukkan oleh anak didik dalam belajar matematika. Poerwadarminta (1974) mendefinisikan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha yang dilakukan atau dikerjakan. Defenisi di atas sejalan dengan pendapat Winkel (1986) yang menyatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang dicapai.
Istilah prestasi selalu digunakan untuk melihat keberhasilan belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu. Selanjutnya Soejanto (1979) menyatakan bahwa prestasi belajar dapat pula dipandang sebagai pencerminan dari pembelajaran yang ditunjukan oleh siswa melalui perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pemahaman, keterampilan, analisis, sintesis, evaluasi serta nilai dan sikap. Darmadi (2009: 100) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan dan proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya”. Sedangkan menurut Nurkencana (dalam Ade Sanjaya, 2011), “prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar”. Lanawati (dalam Reni Akbar Hawadi, 2004: 168) berpendapat bahwa “prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan oleh siswa”. Berdasarkan uraian di atas, maka prestasi belajar dapat dinyatakan sebagai suatu yang nyata dan dicapai oleh seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran matematika yang dapat diukur dengan menggunakan tes atau penilaian tertentu.
D. Pembahasan Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan verbal (X1) dan penyesuaian diri (X2). Sedangkan prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat (Y). Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis menggunakan tehnik yang sesuai dengan jenis hipotesis yang telah dirumuskan. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi: (1) Angket digunakan untuk mengukur penyesuaian diri; (2) Tes, digunakan untuk mengukur kemampuan verbal, yaitu tes DAT (Differential Aptitude Test) untuk mengukur sekelompok kemampuan dasar seseorang. Dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir abstrak,generalisasi, dan konstruktif dengan memahami konsep verbal; (3) Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar matematika. Mengenai hipotesis dalam penelitian ini dapat diajukan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh antara kemampuan verbal terhadap pretasi belajar matematika.
2. Ada pengaruh antara penyesuaian diri terhadap prestasi belajar matematika. 3. Secara bersama-sama ada hubungan yang positif antara kemampuan verbal dan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar matematika.
Teknik untuk menguji hipotesis disesuaikan dengan sifat hipotesisnya. Sebelum dianalisis, data perlu diuji persyaratan analisisnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui rumus statistik yang sesuai untuk digunakan. Menurut Sudjana (2001 78) statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian tergantung kepada isi rumusan hipotesis. Sedangkan Sugiyono (2008 : 153)menyatakan bahwa untuk menguji hipotesis assosiatif atau hubungan digunakan Korelasi Product Moment, Korelasi ganda dan analisis regresi untuk melakukan prediksi.
1. Pengaruh kemampuan verbal (X1) terhadap Prestasi belajar matematika (Y) Berdasarkna analisis data besarnya hubungan kemampuan verbal (X1) terhadap prestasi belajar matematika (Y) dapat dihitung dengan koefisien korelasi sederhana (r). Hal ini nanti akan menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara kemampuan verbal terhadap prestasi belajar matematika. Nilai korelasi (r) berkisar antara -1 samapi dengan 1. Sedangkan tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output diukur dari nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi maka hubungan antara kemampuan verbal (X1) terhadap Prestasi belajar matematika (Y) signifikan. Sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar. Persamaan regresi biasanya ditulis: Ŷ = a + bX1 . Dimana X1 = kemampuan verbal, Ŷ= Prestasi belajar matematika sebesar a yang menyatakan ada tidaknya kenaikan nilai variabel kemampuan verbal (X1) , maka nilai Prestasi belajar matematika (Y) adalah a. Koefisien sebesar b yang menyatakan bahwa setiap penambahan nilai kemampuan verbal akan mengalami peningkatan sebesar b. jika nilai r hitung > r table, maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan verbal terhadap pretasi belajar matematika.
2. Pengaruh penyesuaian diri (X2) terhadap prestasi belajar matematika (Y)
Besarnya hubungan penyesuaian diri (X2) terhadap prestasi belajar matematika (Y) dapat dihitung dengan koefisien korelasi. Hal ini nanti akan menunjukkan hubungan antara penyesuaian diri terhadap prestasi belajar matematika. Sedangkan tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output diukur dari nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi maka hubungan antara penyesuaian diri (X2) terhadap Prestasi belajar matematika (Y) signifikan. Sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar. Persamaan regresi biasanya ditulis: Ŷ = a + bX2 . Dimana X2 = penyesuaian diri, Ŷ= Prestasi belajar matematika sebesar a yang menyatakan ada tidaknya kenaikan nilai variabel penyesuain diri (X2)
, maka nilai Prestasi belajar matematika (Y) adalah a. Koefisien sebesar b yang
menyatakan bahwa setiap penambahan nilai penyesuaian diri akan mengalami peningkatan sebesar b. jika nilai r hitung > r table, maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapaat hubungan yang signifikan antara penyesuaian diri terhadap pretasi belajar matematika.
3. Pengaruh antara kemampuan verbal (X1) dan penyesuaian diri (X2) terhadap prestasi belajar matematika (Y). Berdasarkan hipotesis yang ketiga yaitu “Secara bersama-sama ada hubungan yang positif antara kemampuan verbal dan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar matematika”. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear ganda.. Hasil analisis nanti akan menunjukkan bahwa ada atau tidaknya korelasi yang positif antara kemampuan verbal dan penyesuaian diri terhadap pretasi belajar matematika. Jika korelasinya positif
artinya
semakin tinggi kemampuan verbal dan penyesuaian diri, maka akan diikuti makin tinggi pula prestasi belajar matematikanya. Secara khusus dapat dilihat dari masing-masing variabel kemampuan verbal dan penyesuaian diri, dimana hubungan kemampuan verbal terhadap pretasi belajar matematika sebesar rx1y dan hubungan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar matematika sebesar rx2y signifikan. E. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Besarnya pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar matematika adalah sebesar koefisien korelasi. Jika kontribusi X1 terhadap Y kecil, maka penelitian ini menginformassikan bahwa kemampuan verbal pesera didik masih rendah. 2. Besarnya pengaruh variabel penyesuaian diri terhadap prestasi belajar matematika adalah sebesar koefisien korelasi. Jika kontribusi X2 terhadap Y besar, maka penelitian ini menginformasikan bahwa penyesuaian diri memberikan pengaruh kuat terhadap prestasi belajar matematika. 3. Besarnya pengaruh antara kemampuan verbal (X1) dan penyesuaian diri (X2) terhadap prestasi belajar matematika (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan teknik regresi ganda.
Daftar Pustaka
Efendi,K. (2004). “Hubungan antara konsep diri dan Kemampuan verbal dengan Prestasi belajar pada siswa kelas lima sekolah dasar Muhammadiyah Sukonandi Yogyakarta”. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, Humanitas: Indonesia Psycologi Journal Vol.1 No.1, Januari 2004: 2-31.
Jainuri, M. (2009). ”Pengaruh sikap dan tingkat intelegensi terhadap Prestasi Belajar Matematika siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangko Tahun 2009/2010”. Ulfah. “Program bimbingan dan konseling Pribadi Sosial untuk meningkatkan kemampuan Penyesuaian diri siswa terhadap keragaman budaya. Program studi Bimbingan dan Konseling. Karjono. “Pengertian prestasi belajar menurut para ahli”. http://rppsilabusterbaru.com. Wijiriyanto. “Pengertian pretasi belajar”. http://wijriyanto.wordpress.com. Ubaydillah. “Hakikat hasil belajar matematika”. http://rujukanskripsi.blogspot.com. Dewi. “Pengertian hasil belajar”. www.dewinurhayati.com.