Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
PENGARUH KEHADIRAN SAPI JANTAN TERHADAP PARAMETER PEDOMETER PADA SAPI FRIESIAN HOLLAND (FH) (Effect of the Presence of Bull on Pedometer Reading of Friesian Holland Cow) SUTRESNIWATI1 dan JUDITH B. ROELOFS2 2
1 Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Gunung Kidul, Indonesia Adaptation Physiology Group Wageningen University and Research Center, the Netherlands
ABSTRACTS This study has a major aim to investigate the pedometer readings with or without bull exposure. The other aim is to investigate other factors which might influence pedometer readings as well like parity, social interaction, estimated milk production and stage of lactation. There were 67 estrouses recorded from 41 lactating Friesian Holland cows housed in a free stall in the experimental dairy farm. The bull was housed separately, next to the bull area. Cows could come in and out to see the bull, though they could not interact freely because of an iron fence. The data collection was started with a control (no bull at the farm) for 5 weeks, 6 weeks with and 6 weeks without bull exposure. The parameters measured were pedometer readings including basal, total, maximum and mean steps; estrous duration and relative increase. These data were analyzed with multivariate GLM. Bull exposure, number of cows in estrous and parity did not affect all parameters. The milk production influenced the relative increase of steps significantly (P < 0.05). Lastly, the stage of lactation influenced the estrous duration and the total steps (P < 0.05). In conclusion, the bull exposure did not influence pedometer readings. Key Words: Bull Exposure, Pedometer Readings, Estrous Duration, Dairy Cow ABSTRAK Tujuan utama riset ini adalah untuk mengetahui parameter pedometer, yang meliputi: langkah total maksimal, rata-rata, normal dan kenaikan relatif antara langkah rata-rata selama estrus dibandingkan dengan langkah normal. Sapi FH diberi perlakuan dengan hadir dan tidaknya sapi jantan di dalam kandang. Tujuan lain penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi parameter pedometer seperti paritas, interaksi sosial, estimasi produksi susu dan periode laktasi. Ada 67 estrus tercatat dari 41 sapi FH laktasi di kandang percobaan di Wageningen University, Belanda. Sapi Jantan diletakkan di kandang yang terpisah berbatasan dengan area sapi betina. Area sapi betina adalah area di mana sapi-sapi betina bisa masuk dan berinteraksi secara terbatas dengan sapi jantan karena terpisahkan oleh sebuah pagar besi. Pengumpulan data dimulai dengan perlakuan kontrol (tanpa ada sapi jantan) selama 5 minggu, 6 minggu dengan kehadiran sapi pejantan dalam kandang dan 6 minggu sapi dikandangkan di luar. Data diuji statistik menggunakan multivariate General Linear Model dengan sofware SPSS 12. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat produksi susu mempengaruhi peningkatan relatif langkah sapi yang sedang estrus (P < 0,05). Periode laktasi sapi mempengaruhi durasi estrus dan langkah total sapi selama estrus (P < 0,05). Namun, kehadiran sapi jantan tidak nyata mempengaruhi parameter pedometer. Kata Kunci: Kehadiran Sapi Jantan, Parameter Pedometer, Durasi Estrus, Sapi FH
PENDAHULUAN Sub optimal fertilitas pada sapi perah dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar (MAATJE et al, 1997). DIJHUIZEN et al (1991)
dalam VAN VLIET dan VAN EERDENBURG (1996) menyatakan bahwa suboptimal fertilitas pada sapi perah di Belanda menyebabkan kerugian sebesar 70 dolar per ekor. Kerugian tersebut disebabkan oleh lebih sedikitnya
219
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
keturunan yang dihasilkan dan tidak tereksploitasinya potensi produksi susu (FIRK et al., 2002). Sub optimal fertilitas seringkali disebabkan oleh ketidaktepatan deteksi estrus dan waktu yang tepat untuk melaksanakan inseminasi buatan. Oleh karena itu, dua faktor tersebut menjadi sangat penting untuk peternak sapi perah intensif (REDDEN, 1993). Ekspresi tingkah laku estrus dengan standing heat (sapi betina diam ketika dinaiki sapi yang lain) di peternakan sapi perah intensif adalah rendah, sekitar 37% di Belanda (VAN VLIET dan VAN EERDENBURG, 1996), 38% di Amerika (HEERSCHE dan NEBEL, 1994) dan 55% di Inggris (GORDON, 2004). LEHRER et al. (1992) menemukan bahwa 70 – 80% sapi estrus terdeteksi oleh pedometer (alat penghitung langkah yang dipasang di kaki). Hasil yang hampir sama ditemukan oleh ROELOFS et al (2005), yaitu sekitar 51 – 87%. Hasil ini menunjukkan bahwa alat elektronik untuk deteksi estrus secara otomatis akan sangat bermanfaat untuk peternakan sapi perah intensif di seluruh dunia (NEBEL et al., 2000). Ada banyak faktor yang mempengaruhi ekspresi estrus pada sapi yang bisa dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, kondisi sapi yang meliputi genetik, umur, kondisi tubuh, dan produksi susu. Kedua, faktor lingkungan seperti pakan, manajemen kandang, temperatur lingkungan, komposisi dalam sebuah kelompok sapi, jumlah sapi yang estrus bersamaan dan kehadiran sapi jantan (SHIPKA et al., 2005). Kehadiran sapi jantan yang sudah dikenal maupun masih asing dapat merangsang siklus ovulasi setelah partus pada sapi dara lebih cepat daripada sapi betina di dalam kandang tanpa ada sapi jantan (BERARDINELLI et al., 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter pedometer dengan atau tanpa kehadiran sapi jantan dan mengetahui faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi termasuk paritas, interaksi sosial diantara sapisapi betina, tingkat produksi susu dan periode laktasi. MATERI DAN METODE Ada 67 estrus tercatat dari 41 ekor sapi FH yang sedang laktasi di kandang kelompok (free group stall) di kandang percobaan sapi perah “De Ossekampen” di Wageningen University dan Research Center (WUR), Belanda.
220
Pengumpulan data dilakukan dalam 3 periode: Pertama: periode kontrol selama 5 minggu. Tidak ada sapi jantan di kandang percobaan. Kedua: Periode kehadiran sapi jantan selama 6 minggu. Sapi jantan dikandangkan terpisah dari kandang kelompok sapi betina berdekatan dengan area sapi jantan. Area sapi jantan adalah ruangan diantara kandang sapi jantan dan kandang sapi betina. Sapi-sapi betina bisa masuk dan berinteraksi secara terbatas dengan sapi jantan karena terpisahkan oleh pagar besi. Pedometer (alat pengukur langkah kaki) di pasang di kaki depan sebelah kiri. Transmitter untuk menerima data dari pedometer diletakkan di pintu masuk area sapi jantan dan pintu masuk area pemerahan susu. Parameter yang diambil dari pedometer adalah durasi estrus, langkah total selama estrus, langkah rata-rata selama estrus, langkah maksimum selama estrus, langkah normal pada saat sapi tidak estrus dan kenaikan relatif langkah ratarata sapi pada saat estrus dibandingkan dengan langkah-langkah normal saat observasi visual dilaksanakan selama 24 jam yang terbagi setiap 2 jam selama 30 menit untuk cross check sapisapi yang sedang estrus. Sapi-sapi tersebut di beri pakan silage campuran daun jagung, rumput dan premix, sedangkan konsentrat diberikan berdasarkan tingkat produksi susu secara otomatis. Analisis statistik yang digunakan adalah General Linear Model multivariate (OTT dan LONGNECKER, 2001). Analysis dikerjakan dengan program SPSS 12. Percobaan ini mengikuti rumus sebagai berikut: Υ = µ + ai + bj + ck + dl + em + εijklm, dimana: µ = nilai ratarata (mean) populasi, a = Perlakuan dengan kehadiran sapi jantan yang terbagi 3 perlakuan: Kontrol (n = 20), sapi jantan dikandangkan diluar (n = 22), dan sapi jantan dikandangkan di dekat area sapi jantan (n = 25), b = Jumlah sapi yang estrus pada saat yang sama, terbagi menjadi dua kelompok: hanya satu (n = 20) dan lebih dari satu sapi yang estrus pada saat yang sama (n = 47), c = paritas, terbagi 2 kelompok, yaitu: primipar (n = 22) dan multipar (n = 45), d = estimasi tingkat produksi susu, terbagi menjadi dua kelompok: estimasi produksi susu kurang dari 8500 kg (n = 37), dan lebih atau sama dengan 8500 kg (n = 30), e=periode laktasi, terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu: Awal (0 – 100 hari) (n = 25), Tengah (101 – 200 hari) (n = 30), dan akhir
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Tabel 1. Parameter pedometer pada sapi FH dengan atau tanpa kehadiran sapi jantan Parameter
Perlakuan Kehadiran sapi jantan
Durasi estrus
Total langkah
Rata-rata langkah
Maksimal langkah
Langkah normal
Kontrol (n = 20)
11,6 ± 4,1
5985,2 ± 2980,3
1434,4 ± 482,9
9843,4 ± 272,5
218,3 ± 63,5
Kenaikan relatif 4,6 ± 1,0
Absen (n = 22)
13,3 ± 5,8
7381,1 ± 3763,5
1628,7 ± 545,1
1094,9 ± 336,9
210,9 ± 75,8
5,5 ± 1,8
218,9 ± 47,9
Hadir (n = 25)
13,5 ± 4,5
7993,8 ± 3113,5
1768,6 ± 546,4
1155,3 ± 297,6
Jumlah sapi yang estrus bersamaan
1 (n = 20)
11,0 ± 5,1
6366,0 ± 3222,5
1543,6 ± 517,7
1041,4 ± 320,7
>1 (n = 47)
13,3 ± 4,8
7491,7 ± 3381,3
1656,7 ± 547,9
1102,8 ± 303,7
Paritas
Primipar (n = 22)
11,6 ± 4,4
7143,3 ± 3569,8
1682,3 ± 513,2
1181,0 ± 301,2
223,1 ± 53,9
5,4 ± 1,3
Multipar (n = 45)
13,5 ± 4,9
7161,8 ± 3280,1
1593,4 ± 552,4
1037,2 ± 302,9
212,7 ± 65,8
5,1 ± 1,5
Estimasi produksi susu (kg) ≤ 8500 (n = 37)
12,7 ± 4,7
7381,7 ± 3452,8
1669,8 ± 561,7
1142,8 ± 322,1
211,6 ± 65,7
5,6 ± 1,5a
≥ 8500 (n = 30)
13,1 ± 5,1
6876,9 ± 3256,8
1565,1 ± 509,8
1012,5 ± 277,5
221,7 ± 57,6
4,7 ± 1,2b
Awal (n = 25)
13,0 ± 4,8a
7408,0 ± 3246,9a
1622,1 ± 552,4
1117,9 ± 288,6
225,6 ± 68,2
5,2 ± 1,3
Tengah (n = 30)
b
11,5 ± 4,6
6176,5 ± 3176,4b
1574,1 ± 530,4
1054,6 ± 342,9
220,6 ± 63,7
4,9 ± 1,6
Akhir (n = 12)
16,0 ± 4,3c
9078,0 ± 3312,2c
1746,7 ± 551,1
1089,5 ± 267,1
185,0 ± 63,7
5,9 ± 1,2
Periode laktasi
5,4 ± 1,3 5,4 ± 1,4 5,1 ± 1,5
221
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
(> 200 hari) (n = 12) dan ε = error. Semua nilai ditampilkan dengan nilai rata-rata ± Standar Deviasi. Nilai P < 0,05 berarti ada perbedaan yang nyata secara statistik. HASIL DAN PEMBAHASAN Kehadiran sapi jantan tidak nyata mempengaruhi parameter pedometer, walaupun ada kenaikan jumlah langkahlangkah total, rata-rata, dan maksimal (lihat Tabel 1). Hal ini mungkin disebabkan oleh variasi individu sapi seperti yang dinyatakan oleh ORIHUELA (2000), bahwa terdapat variasi yang tinggi pada durasi estrus dan intensitas tingkah laku estrus. Jumlah sapi betina yang sedang estrus pada saat yang sama juga tidak mempengaruhi parameter pedometer. Hasilhasil penelitian terdahulu tentang pengaruh jumlah sapi betina yang estrus pada waktu yang sama menunjukkan hasil yang berbedabeda. ROELOFS et al (2005) juga tidak menemukan pengaruh yang nyata dari jumlah sapi betina yang estrus bersamaan terhadap durasi estrus dan parameter pedometer, sedangkan VAN VLIET dan VAN EERDENBURG (1996) menemukan pegaruh nyata dari jumlah sapi yang estrus bersamaan pada durasi estrus (11,6 ± 4,9 dan 16,1 ± 8,2 jam untuk sapi yang estrus sendirian dan untuk lebih dari satu sapi yang estrus). Periode laktasi atau hari keberapa setelah partus secara nyata mempengaruhi durasi estrus dan langkah total sapi estrus (P < 0,05). Terdapat perbedaan yang nyata antara durasi estrus sapi yang sedang dalam periode pertengahan laktasi dengan durasi estrus pada sapi yang sudah dalam periode akhir laktasi (11,5 ± 4,6 versus 16,0 ± 4,3 hours). Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat produksi susu yang lebih sedikit pada periode akhir laktasi. LOPEZ et al (2004) durasi estrus lebih pendek pada sapi yang mempunyai tingkat produksi susu lebih tinggi daripada durasi estrus pada sapi yang mempunyai tingkat produksi susu lebih rendah. Paritas juga tidak mempengaruhi parameter pedometer. Hasil-hasil penelitian terdahulu juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten. LYIMO et al (2000) menemukan hasil yang sama bahwa tidak ada pengaruh nyata paritas terhadap durasi estrus, namun WALKER et al. (1996) menemukan bahwa durasi estrus pada
222
sapi primiparous lebih pendek daripada sapi multiparous (7,4 ± 1,4 vs 13,6 ± 2,0 jam). Tingkat produksi susu juga tidak mempengaruhi durasi estrus, langkah total, langkah rata-rata dan langkah maksimal. Hasil ini berlawanan dengan Lopez et al (2004) yang menemukan bahwa sapi yang mempunyai level produksi susu lebih dari 39,5 kg/hari menunjukkan durasi estrus hanya 6,2 ± 0,5 jam, sedangkan sapi dengan level produksi susu lebih kecil dari 39,5 kg/hari menunjukkan durasi estrus selama 10,9 ± 0,7 jam. Namun, level produksi susu secara nyata mempengaruhi kenaikan relatif (P < 0,05). Kenaikan relatif lebih rendah pada sapi yang memiliki estimasi produksi susu lebih dari 8500 kg dibandingkan dengan kenaikan relatif pada sapi yang memiliki estimasi produksi susu lebih rendah atau sama dengan 8500 kg (4,7 ± 1,2 vs 5,6 ± 1,5 kali). Hasil ini didukung oleh LOPEZ-GATIUS et al. (2005) yang menyatakan bahwa aktivitas berjalan pada sapi yang sedang estrus secara nyata dipengaruhi oleh produksi susu. Setiap kenaikan 1 kg produksi susu dibarengi dengan penurunan aktivitas berjalan pada saat estrus sebesar 1,6%. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kehadiran sapi jantan, paritas dan jumlah sapi yang estrus bersamaan tidak secara nyata mempengaruhi parameter pedometer. Periode laktasi secara signifikan mempengaruhi durasi estrus dan langkah total, sedangkan tingkat produksi susu secara nyata mempengaruhi kenaikan relatif. Berdasarkan hasil ini, bisa direkomendasikan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kehadiran sapi jantan pada parameter pedometer, karena walaupun tidak menghasilkan pengaruh yang nyata, namun ada kehadiran sapi jantan cenderung meningkatkan intensitas estrus pada sapi FH. Untuk penelitian lebih lanjut, penulis sarankan menggunakan paired sample model dimana estrus pada 3 perlakuan yang berbeda dicatat dari satu ekor sapi sehingga meniadakan bias yang disebabkan oleh variasi individu sapi dan sebagai tambahan lebih baik menggunakan sapi dengan paritas dan tingkat produksi susu yang hampir sama.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
DAFTAR PUSTAKA BERARDINELLI, J.G., P.S. JOSHI and S.A. TAUCK. 2005. Postpartum resumption of ovarian cycling activity in first calf suckled beef cows exposed to familiar or unfamiliar bulls. Anim. Reprod. Sci. 90: 201 – 209. FIRK, R., E. STAMMER, W. JUNGE and J. KRIETER. 2002. Automation of estrus detection in dairy cows: a review. Livestock Prod. Sci. 75: 219 – 232. GORDON, I. 2004. Reproductive technologies in farm animals. CABI Publishing. Wallingford oxfordshire OX10 8DE United Kingdom HEERSCHE, G. and R.L. NEBEL. 1994. Measuring activity and accuracy of detection estrus. J. Dairy Sci. 77: 2754 – 2761. LEHRER, AR.., G.S. LEWIS, and E AIZENBUD. 1992. Estrus detection in cattle: recent development. Anim. Reprod. Sci. 288: 355 – 362. LOPEZ, H., L.D. SATTER and M.C. WILTBANK. 2004. Relationship between level of milk production and estrous behaviour of lactating dairy cows. Anim. Reprod. Sci. 81: 209 – 223. LOPEZ-GATIUS,F., P. SANTOLARIA, I. MUNDET and J.L. YANIZ. 2005. Walking activity at estrus and subsequent fertility in dairy cows. Theriogenology. 63: 1419 – 1429. LYIMO, Z.C., M. NIELEN, W. OUWELTJES, T.A.M. KRUIP and F.J.C.M. VAN EERDENBURG. 2000. Relationship among estradiol, cortisol, and intensity of estrous behavior in dairy cattle. Theriogenology. 53: 1783 – 1795. MAATJE, K., S.H. LOEFFLER and B. ENGEL. 1997. Predicting optimal time of insemination in cows that show visual signs of estrus by estimating onset of estrus with pedometers. J. Dairy Sci. 80: 1098 – 1105.
NEBEL, R.L., M.G. DRANSFIELD, S.M. JOBTS and J.H. BANE. 2000. Automated electronic systems for the detection of estrous and timing of AI in cattle. Anim. Reprod. Sci. 60 – 61: 713 – 723. ORIHUELA, A. 2000. Some factors affecting the behavioural manifestation of oestrus in cattle: a review. Applied Anim. Behavioural Sci. 70: 1 – 16. OTT, R.L., and M. LONGNECKER. 2001. An Introduction to Statistical methods and Data Analysis. 5th Edition. Texas A&M University. Wadsworth Group USA REDDEN, K.D., A.D. KENNEDY, J.R. INGALLS and T.L. GILSON. 1993. Detection of estrus by Radioelemetric Monitoring of vaginal and ear skin temperature and pedometer measurements of activity. J. Dairy Sci. 76: 713 – 721. ROELOFS, J.B., F.J.C.M. VAN EERDENBURG, N.M. SOEDE and B. KAMP. 2005. Pedometers readings for estrous detection and as a predictor time of ovulation in dairy cattle. Theriogenology. 64: 1690 – 1703. SHIPKA, M.P., J.E. ROWELL and S.P. FORD. 2005. Reindeer bull introduction affects the onset of breeding season. Anim. Reprod. Sci. 72: 27 – 35. VAN VLIET, J.H. and F.J.C.M. VAN EERDENBURG. 1996. Sexual activities and estrus detection in lactating Holstein cows. Applied Anim. Behaviour Sci. 50: 57 – 69. WALKER, W.L., R.L. NEBEL and M.L. MCGILLIARD. 1996. Time of ovulation relative to mounting activity in dairy cattle. J. Dairy Sci. 79: 1556 – 1561.
223