132 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.132-149 ISSN 2338-0990
PENGARUH KEBUGARAN JASMANI, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN KECERDASAN EMOSI SECARA BERSAMA-SAMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Tri Setyo Guntoro Universitas Cenderawasih
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran Kabupaten Jayapura. Penelitian ini merupakan jenis penelitian ex post facto dengan teknik korelasional dengan menggunakan empat macam variabel yang terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Penelitian ini menggunakan sampel peserta didik perempuan kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2012 / 2013 SMA Negeri 1 Nimboran Kabupaten Jayapura yang berjumlah 35 peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk umur 16 – 19 tahun, tes kecerdasan intelektual (IQ), formulir pernyataan untuk kecerdasan emosional, dan buku raport siswa. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu analisis regresi ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kebugaran jasmani, tingkat kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar yang diketahui berdasarkan besarnya nilai F hitung (11,220) yang lebih besar dari F tabel (2,911). Adapun besarnya sumbangan ketiga variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat adalah sebesar 51,1%. Kata kunci: Kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, prestasi belajar. ABSTRACT: This study aims to determine how much influence the physical fitness,intellectual, and emotional intelligence together the learning achievement of students of class X girl odd semesters in the school year 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran Jayapura. This research is a kind of ex post facto research with correlational techniques using four different variables consisting of three independent variables, and a variable bound that achievement (Y). This study used a sample of women learners grade X semester of academic year 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran Jayapura totaling 35 students. The instrument used is the Indonesian Physical Fitness Test (TKJI) for ages 16-19 years, intelligence tests (IQ), emotional intelligence disclosure forms for and book the student report cards. The methods used to analyze data that is test correlation (product moment Correllations) and multiple regression analysis. The results of this study indicate that there was significant effect between physical fitness, level of intelligence, and emotional intelligence together known learning achievement based on the value of F count (11.220) is greater than F table (2.911). The amount of donations three independent variables to the dependent variable is equal to 51.1%. Keywords: Fitness physical, intellectual intelligence, emotional intelligence, academic achievement. Pendahuluan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas manusia di masa yang akan datang harus lebih baik dari sekarang. Kualitas
manusia dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut maka sekolah sebagai lembaga masyarakat mengemban amanat masyarakat untuk membantu menciptakan siswa yang memiliki kualitas yang
Tri Setyo Guntoro, Pengaruh Kebugaran , Intelektual dan Emosi terhadap Prestasi Belajar | 133
diharapkan. Hal ini sesuai dengan visi pendidikan nasional tahun 2020 yaitu, ”terwujudnya bangsa, masyarakat, dan manusia Indonesia yang berkalitas tinggi, maju dan mandiri, “(Depdiknas, 2000:3). Kemudian dipertegas lagi dengan rumusan visi Indonesia 2020 yaitu: ”terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manu-siawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara.” Untuk mendukung pembangunan dibidang pendidikan pemerintah menciptakan piranti yang mengatur pembangunan pendidikan, seperti diciptakannya: UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Guru dan Dosen, Standar Pendidikan Nasional, Badan Standar Pendidikan Nasional (BSNP) dan Akreditasi serta Penjamin Mutu Pendidikan. Dari segi tatanan sistem pendidikan cukup memadai, namun dalam pelaksanaan dan produktivitas SDM secara umum kurang mampu bersaing, baik secara nasional, ditingkat Asia maupun Internasional. Padahal negara menuntut agar “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung seumur hidup” (USPN 2003). SMA Negeri 1 Nimboran Kabupaten Jayapura adalah salah lembaga pendidikan formal yang ada di wilayah Kabupaten Jayapura. Sekolah ini terletak cukup jauh dari pusat kabupaten Jayapura. Jika sekolahsekolah di sekitar kota kabupaten Jayapura sudah bersaing dalam lomba-lomba yang diadakan baik oleh dinas pendidikan maupun lembaga lain untuk meraih prestasi tertinggi, lain halnya di sekolah ini yang sampai sekarang masih bergelut mencari mengapa dan bagaimana peserta didik di sekolah ini prestasi belajarnya bisa ditingkatkan. Tidak bisa dipungkiri faktor geografis yang masih perlu penanganan dari pemerintah daerah lebih serius lagi. Keberadaan tempat tinggal siswa yang jauh dari sekolah, udara yang panas, tidak adanya transportasi umum yang dapat menunjang terutama untuk anak-anak sekolah, kondisi masyarakat yang sebagian besar tergolong
miskin (menurut data dari beberapa distrik yang berada di sekitar wilayah SMA Negeri 1 Nimboran) dan lain-lain. Dari keadaan yang demikian itulah kemungkinan bisa menjadikan penyebab mengapa prestasi belajar peserta didik disana rendah. Tetapi kita tidak boleh menyalahkan keadaan yang demikian. Mungkin ada banyak penyebab yang bisa diteliti atau diungkapkan dari permasalahan tesebut diatas. Ada beberapa faktor yang menyebabkan prestasi belajar peserta didik rendah. Dari faktor-faktor itu dapat digolongkan menjadi faktor penyebab dari luar peserta didik dan dari dalam peserta didik. Yang dari luar antara lain; kondisi sekolah, kondisi lingkungan tempat tinggal, lingkunggan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor dari dalam peserta didik antara lain; kondisi jasmani, psikologi (keadaan mental), kesehatan dan lain-lain. Dari berbagai penyebab itulah baik penyebab dari dalam maupun dari luar peserta didik yang dapat dijadikan sebagai salah satu alasan mengapa prestasi belajar peserta didik di sekolah ini masih tergolong rendah. Dan dari sinilah bisa dijadikan telaah atau diteliti penyebab prestasi belajar yang masih rendah, yang nantinya bisa dijadikan sebagai bahan dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik SMA Negeri 1 Nimboran Kabupaten Jayapura pada khususnya dan secara umum bisa diterapkan di satuan-satuan pendidikan lain baik formal maupun non formal. Dari latar belakang di atas, secara ilmiah peneliti ingin membuktikan faktorfaktor intern peserta yang mempengaruhi prestasi belajarnya. Adapun penelitian yang dimaksud adalah pengaruh kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Sehingga dapat diberi batasan penelitian ini pada pengaruh kebugaran jasmani, tingkat kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik perem-
134 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.132-149 ISSN 2338-0990
puan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Serta dapat dirumuskan permasalahannya menjadi Apakah ada pengaruh kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual (IQ), dan kecerdasan emosional (EQ) secara bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. kebugaran jasmani menurut WHO adalah “kemampuan untuk melakukan kegiatan fisik.” Sedangkan menurut The American College ofSports Medicine (ACSM) “kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan fisik moderat dan giat tanpa mengalami kelelahan serta mempunyai kemampuan dalam menjalani kehidupan. Selain itu kebugaran jasmani yang baik membantu menghindarkan tubuh dari penyakit akibat kurang gerak” (Leon,1997). Menurut Karpovich (1973), Pollock (1978), Tjening (1986): Kebugaran jasmani adalah kemampuan fungsional seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari yang relatif cukup berat untuk jangka waktu yang cukup lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan, serta masih mempunyai tenaga cadangan untuk melakukan hal-hal yang mendadak, setelah selesai bekerja dapat pulih kekeadaan semula dalam waktu yang relatif singkat pada waktu istirahat. Pate (1984), dalam Giam dan Kuntaraf (1992) mengatakan bahwa terdapat dua konsep kebugaran jasmani, yaitu kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran jasmani yang berhubungan dengan prestasi. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi: daya tahan jantung-paru, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas, dan komposisi tubuh. Sedangkan menurut Thomas, Larame (1994) dan Pettifon (1999), dalam Nurhasan (2004)
komponmen dasar kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan adalah: kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan, daya tahan umum (kardiovaskuler), dan komposisi tubuh. Sharkey (1984) Yang dimaksud dengan kebugaran jasmani kemampuan aerobik adalah daya tahan jantung paru. Sedangkan daya tahan jantung paru adalah bagian yang paling penting, baik untuk olahraga prestasi, khususnya pada olahraga endurance maupun untuk kesehatan. Pate (1984), Giam dan Kuntaraf (1992) mengatakan bahwa “Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan salah satunya adalah: daya tahan jantung-paru, dan kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan sangat diperlukan oleh anak sekolah yaitu untuk mempertahankan kesehatan, mengatasi stress lingkungan, dan melakukan aktivitas sehari-hari terutama kegiatan belajar dan bermain baik di sekolah maupun di rumah”. Definisi inteligensi : Socrates dan pa-
ra filosof Yunani lainnya sudah mulai membahas tentang arti dari intelegensi, misalnya Socrates yang mengatakan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang paling bijak (Gardner, 1996). Para ahli psikologi barat mulai mendefenisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah yang bersifat abstrak (Sternberg, 1990; Gardner, 1996). Wechsler mendefinisikan inteligensi sebagai: “Intelligence is the aggregate or global capacity of the individual to act purposefully, to think rationally, and to deal effectively with this environment”. Artinya : Inteligensi merupakan suatu agregat atau kapasitas global dari individu untuk dapat bertingkah laku secara terarah, berpikir secara rasional, serta berhubungan secara efektif dengan lingkungannya. Menurut panitia istilah Paedagogik (1953) yang mengangkat pendapat Stern yang dimaksud dengan inteligensi adalah “daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya”. Anita E. Woolfolk (dalam Sudrajat, 2007) menjelaskan bahwa intelegensi atau kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu 1). Kemampuan untuk belajar, 2). Keseluruhan kemampuan yang diperoleh, dan 3). Kemampuan untuk meng-
Tri Setyo Guntoro, Pengaruh Kebugaran , Intelektual dan Emosi terhadap Prestasi Belajar | 135
atasi situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Lebih lanjut Binet dan Simon (Saifuddin, 1996) mengartikan intelegensi sebagai sesuatu yang terdiri atas tiga komponen yaitu: 1). Kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan; 2). Kemampuan untuk mengubah fikiran atau mengarahkan tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan; dan 3). Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticsm. Sedangkan George D. Stoddard (1941) mengartikan Intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan: (1) mengandung kesukaran; (2). kompleks, yaitu mengandung beberapa jenis tugas yang harus dapat diatasi dengan baik dan mampu menyerap kemampuan baru dan memadukan nya dengan kemampuan yang telah dimiliki dan kemudian mampu digunakannya untuk memecahkan masalah; (3) abstrak, yaitu mengandung simbol-simbol yang memerlukan analisis dan interprestasi; (4) ekonomis. yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental yang efisien dari segi penggunaan waktu; (5) diarahkan pada suatu tujuan, yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan mengikuti suatu arah atau target yang jelas; (6) mempunyai nilai sosial, yaitu cara dan hash pemecahan masalah dapat diterima oleh nilai dan norma sosial; (7) berasal dari sumbernya, yaitu pola pikir yang membangkitkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain (dalam Saifuddin Azwar, 1996).
Tes IQ Tes-tes psikologi yang pernah digunakan untuk mengukur taraf Intelegensi (IQ) yang bersifat individu, antara lain meliputi: Tes Wechsler preschool and primary scale of intelligence-revised („WPPSIRJ untuk menguji anak-anak usia 4 sampai 6,5, Wechsler intelligence scale for childrenrevised (WISC-R) untuk anak-anak remaja usia 6 sampai 16 tahun, Wachsier adult intelligence scale-revised (W41S-R, tes Binet dad Alfred Binet, Tes RPM (Raven Progressive Matrices) untuk anak usia 4 sampai 12 tahun ke atas, RPM untuk usia 12 ke atas, CFIT (Cut we Fak Intelligence Test) untuk siswa 13 hingga 18 tahun ke atas. Sedangkan tes Intelegensi yang bersifat kelompok diantaranya: Lorge-Thomdike intelligence test. Kuhlman Anderson Intelligence Test, dan Otis-Lenon School Mental Abilities Test (dalam Santrock 2008) Marthen Pall, 1993; dan Alwisol, 1994). Di antara beberapa jenis tes yang disebutkan di atas terdapat jenis tes RPM dan CF1T Kedua tes ini sangat lazim digunakan untuk mengukur taraf Intelegensi (IQ) umum. Kedua tes ini tergolong tes Intelegensi non verbal yang bersifat bebas budaya (Santrock, 2008). Dan kajian ini, oleh para pakar telah menghasilkan mengelompokkan kecerdasan manusia yang dinyatakan dalam bentuk Intelligence Quotient (IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia (chronological age) dikalikan 100. Atau Chaplin (1995: 253) dan ABKIN (2000) memformulasikan:
Dalam membuat pertimbangan untuk menafsirkan arti IQ seseorang dapat dipergunakan tabel sebagai berikut: Tabel: 2.1 Tabel Klasifikasi Kuesien Inteligensi (IQ) Kuesien Intelegasi klasifikasi No Interval Keterangan 1 170 Genius 2 140 - 169 Sangat superior 3 120 - 139 Superior diatas rata-rata 4 110 - 119 Diatas rata-rata 5 90 – 109 Rata – rata 6 80 - 89 Di bawah rata-rata 7 70 - 79 Borderline
136 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.132-149 ISSN 2338-0990
8 9
30 - 69 < 29
Difektif secara mental Tidak terklarifikasi
(ABKIN, 2000: Chaplin, 1995) Untuk menggabungkan teori Binet dan hasil tesnya dengan IQ, terdapat dua alasan : (1) Pengukuran inteligensi dipelopori oleh Binet, yang masih banyak digunakan dalam tes-tes kemampuan mental. (2). Konsep IQ merupakan titik tolak untuk membicarakan kemampuan mental. Karena itu, konsep ini dijadikan konsep dasar dalam mengadakan pembahasan inteligensi. Sebagai contoh : Jika seorang anak memiliki 6 CA dan memiliki 8 MA, IQ-nya sama dengan 133, berasal dari [(8 :6) x 100]. Menurut teori Stern, nantinya anak yang memiliki 12 CA akan memiliki 16 MA, dan IQ-nya akan tetap ketemu Sekali lagi skor tes inteligensi yang diperoleh individu sangat bergantung kepada item-item yang dimasukkan dalam tes itu. Justru dengan demikian, ketepatan pengukuran inteligensi seseorang ditentukan juga oleh pengenalan orang tersebut atas itemitem tes. Biasanya tes inteligensi disusun secara terstandar. Pengertian kecerdasan emosi Menurut Goleman (2009) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa. Sedangkan Cooper dan Sawaf (2002) mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan mengindera, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Menurut Bar-On dalam Stein dan Book (2002) kecerdasan emosi didefinisikan sebagai mata rantai keahlian, kompetensi dan kemampuan non kognitif yang mem-
pengaruhi keberhasilan seseorang dalam menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungannya. Kecerdasan emosi dapat dikelompokkan kedalam lima ranah yaitu intrapribadi, antarpribadi, pengendalian stress, penyesuaian diri dan suasana hati umum. Menurut Salovey dan Mayer dalam Shapiro (2003) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semua dan menggunakan informasi untuk membimbing tindakan dan pikiran. Menurut Howes dan Herald dalam Mu‟tadin (2002) kecerdasan emosi merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi karena dengan emosi seseorang dapat memahami diri sendiri dan orang lain. Berdasarkan paparan diatas kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan yang mencakup mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, mengendalikan dan mengatur dorongan emosi, bertahan terhadap suatu tuntutan dan tekanan lingkungan dengan menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi secara efektif. Prestasi belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 'Prestasi Belajar' adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Depdikbud, 1990:700). Menurut Djamarah (1994) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh akibat dari perubahan dalam diri individu sebagai akibat dari aktivitas dalam belajar. Prestasi Belajar merupakan hasil
Tri Setyo Guntoro, Pengaruh Kebugaran , Intelektual dan Emosi terhadap Prestasi Belajar | 137
yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajarnya (Salam dan Ada, 2003). Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004) prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Menurut Tu‟u (2004) prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dengan suatu kegiatan pembelajaran dalam hal penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dibuktikan atau ditunjukkan dengan nilai tes dari hasil evaluasi yang diberikan oleh pendidik. Dengan demikian dapat difahami, bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian (Djamarah, 1994:2324). Dari definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa 'prestasi belajar' adalah suatu hasil yang diperoleh dari penilaian pendidikan yang dilakukan oleh guru dalam rentang waktu tertentu melalui sebuah evaluasi tentang kemajuan siswa dalam bidang pendidikan formal di sekolah, yang kemudian dilaporkan secara tertulis. Dalam hal ini prestasi belajar yang dimaksud adalah laporan hasil akhir belajar yang dikemas dan ditulis dalam buku raport siswa. Hipotesis Terdapat hubungan yang signifikan pengaruh kebugaran jasmani, tingkat kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Metodologi penelitian
Jenis penelitian ini adalah ex post facto dengan teknik korelasional. Ex post facto adalah penelitian yang mengungkapkan peristiwa yang telah berjalan atau sedang berjalan, sehingga mengidentifikasi terhadap jenis-jenis perlakuan yang sedang berjalan atau terjadi dan juga mengidentifikasi akibat dari perlakuan yang menjadi obyek penelitian (Suharsini Arikunto, 1990:
28). Sedangkan menurut Sugiyono (1999:7) penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Populasi adalah keseluruhan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Sedangkan Riduan (2002:3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik perempuan kelas X tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 117 orang. Sampel merupakan hasil pemilihan subjek dari populasi untuk memperoleh karakteristik populasi (Taufiqurrahman, 2009). Menurut Arikunto (2010) apabila responden atau populasinya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sebagai sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah responden atau populasinya besar sebagai ancer-
ancer 25% - 30% populasi lebih dari 100. Sumber data penelitian ini adalah peserta didik perempuan kelas X berjumlah 177 orang. Sehingga 30% dari 117 peserta didik adalah 35 peserta didik. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kebugaran jasmani adalah Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI), yang terdiri dari lima butir tes dengan rangkaian tesnya sebagai berikut : (1). Lari cepat 60 meter, (2). Angkat tubuh (sekuatnya), (3). Baring duduk (60 detik), (4). Loncat tegak (3 kali loncatan), (5). Lari 1.000 meter. Pengumpulan data variabel kecerdasan intelektual (IQ) dengan teknik tes. Untuk keperluan hal tersebut dengan menggunakan Tes Intelegensi Baku dari Raven‟s Progressive Matrices (RPM) seperti yang disarankan Marthen Palii (1993). Prosedur pelaksanaan testing disesuaikan dengan pedoman instruksi tes RPM standar. Teknik pelaksanaannya dilakukan secara kelompok dalam ruangan yang sudah disiapkan secara khusus, baik yang menyangkut tempat, kondisi ruangan maupun waktu pelaksanaan-
138 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.132-149 ISSN 2338-0990
nya. Pelaksanaan tes ini dipandu langsung oleh ahlinya yaitu Kepala Laboratorium BK Universitas Cenderawasih Jayapura. Pengumpulan data kecerdasan intelektuan (IQ) ini, peneliti bekerja sama dengan Laboratorium BK Universitas Cenderawasih Jayapura yang ahli di bidang tersebut dan keberadaannya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala kecerdasan emosional. Untuk pengumpulan data kecerdasan emosional (EQ) dengan menggunakan teknik kuesioner. Kuesioner ini dikembangkan berdasarkan indikatorindikator dari variabel tersebut yang diperoleh dari kajian literatur dan beberapa penelitian sebelumnya. Kemudian disusun dalam pernyataan-pernyataan dengan tipe data berpedoman pada skala Likert dengan nilai rentangan 1 sampai dengan 5, atau dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Ary, Donald 1985, Husein Umar, dan Sugiyono, 2004). Suatu instrumen atau alat ukur dapat dikatakan berkualitas dan mampu menghasilkan data yang akurat bila telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Oleh karena itu sebelum diujikan instrumen kecerdasan emosional terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji validitas maka digunakan teknik korelasi product moment dari Pearson (Arikunto,2006)Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat pada hasil output SPSS versi 16.0. Penilaian kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item- Total Corelation masing-masing butir pernyataan. Suatu butir pernyataan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Corelation > r-tabel (Pratisto, 2009). Teknik alpha yang dikembangkan oleh Cronbach dipilih untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket, skala atau soal bentuk uraian. (Arikunto, 2006). Reliabilitas suatu alat dapat dilihat dari hasil out put SPSS for Windows dengan menggunakan uji statistik Alpha Cronbach. Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > r-tabel (Pratisto, 2009). Data prestasi belajar peserta didik diambil dari dokumen sekolah berupa nilai murni kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013. Semua data yang terkumpul dari penelitian ini sepenuhnya diolah dengan menggunakan komputer dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16.0. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis Regresi Ganda . Analisis Regresi Ganda ini untuk mengetahui arah hubungan antara dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3…..Xn) dengan satu variabel terikat (Y) secara bersama-sama. Dalam pengujian hipotesis penelitian ini adalah sebagai beikut : (1). Hipotesis nol (H0), (a). Tidak ada pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. (b). Tidak ada pengaruh kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. (c). Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. (d). Tidak ada pengaruh kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. (2). Hipotesis alternatif (H1 ), (a). Ada pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Ne-geri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. (b). Ada pengaruh tingkat kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. (c). Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester
Tri Setyo Guntoro, Pengaruh Kebugaran , Intelektual dan Emosi terhadap Prestasi Belajar | 139
gasal tahun pelajaran 201/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. (d). Ada pengaruh kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan tes kebugaran Jasmani dilaksanakan pada minggu ke 2 bulan Desember 2012, tepatnya hari Rabu tanggal 12 Desember 2012 bertempat di halaman lapangan SMA Negeri 1 Nimboran Kabupaten Jayapura. Pelaksanaan tes kecerdasan intelektual dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Desember 2012, dimulai pada pukul 09.00 WIT hingga selesai bertempat di ruang salah satu kelas SMA Negeri 1 Nimboran yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pelaksanaan tes dipandu langsung oleh kepala laboratorium BK Universitas Cenderawasih Jayapura, bapak Drs. Yulius Mataputun, M.Pd, Kons. Pelaksanaan Tes Kecerdasan Emosional (EQ), dari 25 eksemplar skala yang dibagikan, ada 40 pernyataan yang harus dijawab oleh peserta didik. Setelah kuesioner terkumpul semua yang berjumlah 25 eksemplar, selanjutnya dilakukan skoring yang kemudian dapat dianalisis nilai validitas dan reliabilitasnya. Setelah dilakukan uji coba skala, selanjutnya dilakukan seleksi item skala psikologi. Menurut Azwar (2008), seleksi item skala psikologi dilakukan dengan pengujian daya deskriminasi item yang menghendaki dilakukan komputasi sehingga menghasilkan koefisien korelasi item total yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda item. Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0,30. Dengan demikian semua pernyataan yang memiliki korelasi dengan skor skala kurang daripada 0,30 dapat disisihkan dan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk penelitian diperoleh dari item-item yang memiliki korelasi di atas 0,30. Responden dalam penelitian ini adalah peserta didik perempuan kelas X
SMA Negeri 1 Nimboran Kabupaten Jayapura yang berjumlah 35 peserta didik yang memenuhi kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan sampling acak (random sampling). Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 23 Januari 2013. Pelaksanaan pengambilan skala dilakukan pada jam 09.00 WIT sampai selesai dengan tempat salah satu ruang kelas SMA Negeri 1 Nimboran yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan skoring. Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan pemberian skor pada hasil pengisian skala untuk keperluan analisis data. Skala kecerdasan emosi menggunakan sistem penilaian dengan kategori sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu, Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor untuk aitem yaitu SS=5, S=4, Ragu-Ragu=3TS=2 dan STS =1. Skor total setiap item yang diperoleh dari responden penelitian dijumlahkan. Total skor setiap item dari setiap skala yang diperoleh responden ini akan digunakan dalam analisis data. Setelah data terkumpul dapat diketahui secara empirik skor tertinggi, skor terendah, mean dan standar deviasi yang menjadi responden penelitian. Pelaksanaan tes hasil belajar/prestasi belajar dilakukan sejak peserta didik dinyatakan diterima di SMA Negeri 1 Nimboran tahun pelajaran 2012/2013. Semenjak itulah peserta didik wajib mematuhi dan metaati peraturan yang berlaku di sekolah tersebut termasuk wajib mengikuti pelajaran setiap hari dengan jadwal yang sudah ditentukan sekolah. Dalam perjalanan mengikuti pelajaran itulah peserta didik sudah dinilai oleh guru mata pelajaran masing-masing, penilaian meliputi penilaian kognitif, psikomotor (jika ada) dan afektif. Penilaian kognitif antara lain penilaian melalui tugas-tugas, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan semester/ulangan akhir semester (kenaikan kelas) dan lain-lain. Dari hasil tugas-tugas yang dikumpulkan peserta didik dan hasil dari beberapa ulangan harian, ulangan tengah semester,
140 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.132-149 ISSN 2338-0990
dan ulangan semester/ulangan akhir semester (kenaikan kelas) termasuk praktek (jika ada) nilainya diolah oleh masing-masing guru mata pelajaran yang mengajar mata pelajaran tersebut. Pengolahan nilai sebelum dimasukkan di dalam raport peserta didik, di SMA Negeri 1 Nimboran memberlakukan pedoman penilaian yang merupakan kesepakatan bersama dewan guru dan kepala sekolah melalui rapat sekolah. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan sebelum diolah dengan menggunakan Analisis regresi ganda melalui program SPSS for Windows versi 16.0, maka terlebih dahulu diadakan analisis data penelitian yang tahapan analisisnya sebagai berikut : Skala kecerdasan emosional di uji cobakan berjumlah 40 item kepada 25 peserta didik kelas X SMA Yapis Nimbokrang Kabupaten Jayapura. Setelah dilakukan uji coba item dari skala kecerdasan emosi kemudian dilakukan skoring. Nilai skala kecerdasan emosi bergerak dari 1 - 5. Data skoring kemudian ditabu-lasikan untuk dilakukan analisis validitas dan reliabilitasnya. Pengujian validitas dan reliabilitas item skala kecerdasan emosi menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan komputer program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 Penilaian kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Corelation masing-masing butir pernyataan. Suatu butir pernyataan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Corelation > r-tabel (Pratisto, 2009). Berdasarkan uji validitas item skala tersebut diperoleh 14 item yang valid dengan koefisien validitas lebih dari 0,352 dan 26 item yang gugur, dengan koefisien kurang dari 0,352. Koefisien validitas skala kecerdasan emosi bergerak dari 0,352 sampai dengan 0,769 dengan p < 0,05. Reliabilitas suatu alat dapat dilihat dari hasil out put SPSS versi 16.0 dengan menggunakan uji statistik Alpha Cronbach. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > r tabel (Pratisto,2009). Berdasarkan analisis terhadap hasil uji coba skala dengan AlphaCronbach di-
peroleh koefisien reliabilitas sebesar 0,834. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya, yaitu semakin mendekati 1,00 berarti reliabilitas sangat tinggi skala tersebut. Dalam melakukan analisis data kuantitatif digunakan uji persyaratan analisis. Uji persyaratan untuk analisis regresi ganda yang juga sering disebut dengan istilah Uji Asumsi Klasik. Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional. Menurut Damodar Gujarati (2006), agar model regresi tidak bias atau agar model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) maka perlu dilakukan uji persyaratan / uji asumsi klasik terlebih dahulu. Uji persyaratan analisis untuk regresi berganda setidaknya ada lima uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain. Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masingmasing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai
Tri Setyo Guntoro, Pengaruh Kebugaran , Intelektual dan Emosi terhadap Prestasi Belajar | 141
residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik daripada pengujian dengan metode grafik. Rasio Skewness dan rasio Kurtosis dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Rasio Skewness adalah nilai skweness dibagi dengan standard error skewness; sedangkan rasio kurtosis adalah nilai kurtosis dibagai dengan standard error kurtosis. Sebagai pedoman, bila rasio kurtosis dan skewness berada di antara -2 hingga +2, maka distribusi data adalah normal (Santoso, 2000:53) Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Uji autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah antara variabel penggganggu masing-masing variabel bebas sailing mempengaruhi. Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson). Menurut Singggih Santoso (2001) kreteria autokorelasi ada 3, yaitu : (a). Nilai D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif. (b). Nilai D-W diantara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi. (c). Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif. Dari hasil di atas nilai D-W (Durbin Watson) adalah 2,554 ; berarti pada uji autokorelasi kali ini mengidentifikasikan ada autokorelasi negatif. Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji suatu model apakah terjadi hubungan yang sempurna atau hampir sempurna antara veriabel bebas, sehingga sulit untuk memisahkan pengaruh antara variabel-
variabel itu secara individu terhadap variabel terikat. Pengujian ini untuk mengetahui apakah antar variabel bebas dalam persamaan regresi tersebut tidak saling berkorelasi. Untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Hair et al dalam Duwi Prayitno (2009), dikatakan variabel mempunyai masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF lebih besar 10. Dapat dilihat pada output di atas, bahwa variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 atau memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara variabelvariabel bebasnya, sehingga bebas dari masalah multikolinearitas. Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Metode statistic yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu model regresi terbebas dari masalah heteroskedastisitas atau tidak antara lain uji Glejser, uji Park, uji White dan lain-lain. Pengujian heteroskedastisitas pada data kali ini menggunakan uji Glejser. Menurut Gujarati (2005) model regresi dikatakan mempunyai masalah heteroskedastisitas jika nilai t hitung signifikan 0,05 (p<0,05). Output uji heteroskedastisitas seperti di bawah ini : Dari hasil perhitungan tersebut di atas tidak ada masalah heteroskedastisitas yang terjadi. Nilai t-statistik dari seluruh variabel bebas tidak ada yang signifikan (p<0,05). Karena nilai t hitung > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya
142 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.132-149 ISSN 2338-0990
adalah linear. Menurut Siswandari (2000:28), Uji linearitas digunakan untuk mendeteksi adanya hubungan linear antara variabel X dan Y. Jika Sig Deviation from Liniarity lebih besar atau sama dengan taraf signifikansi yang dipakai (0,05) berarti berkorelasi linier. Uji linearitas antara variabel bebas (kebugaran jasmani, kecerdasan intelektuan, dan kecerdasan emosional) dengan variabel terikat (prestasi belajar), dilihat dari deviation from linearity, menurut hasil perhitungan didapat nilai deviation from linearity sebesar 0.786 antara kebugaran jasmani dan prestasi belajar, nilai deviation from linearity sebesar 0.484 antara kecerdasan intelektual dan prestasi belajar, dan nilai deviation from linearity sebesar 0.137 antara kecerdasan emosional dan presatasi belajar. Dalam penelitian ini terbukti bahwa deviation from linearity antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah lebih besar terhadap taraf signifikan 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini bersifat linear. Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian terlebih dahulu dilakukan analisis regresi linear berganda. Adapun ringkasan analisis regresi linear berganda yang dilakukan dengan alat bantu program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut : Uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian adalah ShapiroWilk. Hasil uji normalitas menggunakan SPSS menunjukkan bahwa keempat variabel yaitu tiga variabel bebas (X1, X2, X3) dan satu variabel terikat (Y) data menyebar mengikuti distribusi normal. Variabel bebas X1 nilai signifikansinya lebih besar dari α5% (0,085 > 0,05). Variabel bebas X2 nilai signifikansinya lebih besar dari α5% (0,057 > 0,05), demikian juga pada variabel bebas X3 nilainya lebih besar dari α5% (0,528 > 0,05). Variabel terikat Y nilai signifikansinya lebih besar dari α5% (0,058 > 0,05). Korelasi antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y, Uji korelasi yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil pengujian korelasi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat menunjukkan bahwa : (a) korelasi antara variabel bebas X1 dengan variabel bebas Y
sebesar -0,414. Hubungan antar kedua variabel ini negatif sedang artinya bila siswa mempunyai kebugaran tinggi maka hasil belajarnya rendah atau sebaliknya; (b) harga korelasi antara variabel bebas X2 dengan variabel terikat Y 0,666. Hubungan antar kedua variabel ini positif sedang, artinya bila siswa mempunyai IQ tinggi maka hasil belajarnya tinggi; (c) harga korelasi antara variabel bebas X3 dengan variabel terikat Y -0,199. Hubungan antar kedua variabel ini negatif lemah, artinya bila siswa mempunyai EQ tinggi maka hasil belajarnya rendah; (d) korelasi antara variabel bebas X2, X1 secara bersama-sama dengan variabel terikat Y sebesar 0,714. Hubungan antara kedua variabel bebas ini positip tinggi artinya bila siswa mempunyai IQ dan kebugaran tinggi maka hasil beljarnya tinggi; (e) korelasi antara variabel bebas X3, X2, X1 secara bersamasama dengan variabel terikat Y sebesar 0,722. Hubungan antara ketiga variabel ini positif tinggi artinya bila siswa mempunyai kebugaran, IQ dan EQ tinggi maka hasil belajarnya tinggi. Koefisien determinasi untuk hubungan antara variabel bebas X2 dengan variabel terikat Y sebesar 0,444. Hasil ini menunjukkan bahwa hanya 44,4% variansi hasil belajar dapat dijelaskan oleh IQ, sedangkan 45,6% disebabkan oleh faktor-faktor lain. Koefisien determinasi untuk variabel bebas X2 dan variabel bebas X1 dengan variabel terikat Y sebesar 0,510. Hasil ini menunjukkan bahwa 51% variansi hasil belajar dapat dijelaskan oleh IQ dan kebugaran, sedangkan 49% disebabkan oleh faktor-faktor lain. Koefisien determinasi untuk variabel bebas X3, X1, X2 dengan variabel terikat Y sebesar 0,521. Hasil ini menunjukkan bahwa 52,1% variansi hasil belajar dapat dijelaskan oleh variabel bebas EQ, kebugaran dan IQ, sedangkan 47,9% disebabkan oleh faktorfaktor lain. Variabel-variabel bebas yang dimasukkan kedalam model persamaan regresi adalah : (a) variabel bebas X2; (b) variabel bebas X2 dan X1; (c) variabel bebas X3, X1, X2. Sedangkan variabel-variabel yang dikeluarkan dari model persamaan regresi adalah
Tri Setyo Guntoro, Pengaruh Kebugaran , Intelektual dan Emosi terhadap Prestasi Belajar | 143
: (a) variabel bebas X3; (b) variabel bebas X3 dan X1. Variabelvariabel bebas yang masuk kedalam model persamaan regresi berarti variabelvariabel tersebut berpengaruh atau terdapat hubungan dengan variabel terikat Y, sedangkan variabel-variabel bebas yang dikeluarkan dari model persamaan regresi berarti variabel-variabel tersebut tidak ada hubungan dengan variabel terikat Y. a) Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas X2 dengan variabel terikat Y signifikan atau terdapat hubungan antara IQ dengan hasil belajar. Nilai signifikansinya lebih kecil dari α5% (0,000 < 0,05). Karena nilai signifikansinya lebih kecil dari α5% maka H0 ditolak, ditolaknya H0 berarti terdapat hubungan antara IQ dengan hasil belajar. b) Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas X2 dan variabel bebas X1 dengan variabel terikat Y adalah signifikan atau terdapat hubungan antara IQ dan kebugaran dengan hasil belajar. Nilai signifikansinya lebih kecil dari α5% (0,000 < 0,05). Karena nilai signifikansinya lebih kecil dari α5% maka H0 ditolak, ditolaknya H0 berarti terdapat hubungan antara IQ dan kebugaran dengan hasil belajar. c) Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas X3, X2, X1, dengan variabel terikat Y adalah signifikan atau terdapat hubungan antara EQ, kebugaran dan IQ dengan hasil belajar. Nilai signifikansinya lebih kecil dari α5% (0,000 < 0,05). Karena nilai signifikansinya lebih kecil dari α5% maka H0 ditolak, ditolaknya H0 berarti terdapat hubungan antara EQ, kebugaran dan IQ dengan hasil belajar. Berdasarkan data yang diperoleh pada perhitungan analisis regresi berganda, maka hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut : (1). Tidak terdapat hubungan yang signifikan pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. (2). Terdapat hubungan yang signifikan pengaruh tingkat kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran
2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. (3). Tidak terdapat hubungan yang signifikan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura.(4). Terdapat hubungan yang signifikan pengaruh kebugaran jasmani, tingkat kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Pembahasan Hasil Penelitian Dalam sub bab pembahasan hasil penelitian ini akan dibahas satu persatu hasil dari pengujian hipotesis diatas, terutama hipotesis yang ditolak yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini. Berpijak pada landasan teori, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : Terdapat hubungan yang signifikan pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Dari hasil analisis data yang diperoleh melalui uji korelasi yang menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson adalah hasil pengujian korelasi variabel bebas (X1) terhadap variabel terikat (Y) menunjukkan bahwa : korelasi antara variabel bebas X1 dengan variabel bebas Y sebesar -0,414 , Hubungan antar kedua variabel ini negatif sedang artinya bila peserta didik mempunyai kebugaran tinggi maka hasil belajarnya rendah atau sebaliknya sehingga hipotesis pertama ini ditolak karena kebugaran jasmani tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Ditolaknya hipotesis ini ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan oleh peneliti, yaitu : Menurut Prof. Dr. H.R. Partino, M.Pd dalam Metodologi Penelitian: Pendekatan Kuantitatif (2010), ada beberapa alasan suatu hipotesis ditolak, antara lain :(i). Landasan teori, Ditolaknya hipotesis peneli-
144 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.132-149 ISSN 2338-0990
tian itu karena landasan teori yang digunakan mungkin sudah usang atau kedaluwarsa (out of date), kurang valid (kurang tepat). (ii). Sampel Hipotesis yang tidak terbukti dapat dilacak dari sampel penelitian. Apakah sampel penelitian representatif atau tidak, jangan-jangan sampel terlalu kecil, atau sampel diambil tidak secara random. Jika sampel terlalu kecil kemungkinan tidak mampu mewakili sifat populasi. (iii). Alat pengambil data Hipotesis penelitian yang tidak terbukti dapat diperiksa dari alat pengambil data yang digunakan. Jika alat pengambil data itu tidak reliabel dan tidak valid, maka akan terjadi bias. Boleh jadi data yang benar menjadi salah, sebaliknya data yang salah menjadi benar. Dengan demikian, hipotesis yang seharusnya diterima menjadi ditolak, karena alat pengambil data yang salah. (iv). Rancangan penelitian Tidak terbuktinya hipotesis penelitian dapat disebabkan oleh rancangan penelitian yang digunakan kurang tepat. Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk membuktikan hipotesis. Jika rancangan penelitian bukan yang seharusnya digunakan, maka kemungkinan besar hipotesis tidak terbukti kebenarannya. (v). Analisis statistik, Analisis statistik yang salah dapat mengakibatkan hipotesis ditolak dan juga kesimpulan yang salah. Analisis data memerlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan statistik, meskipun telah memakai kalkulator atau bahkan program statistik yang canggih (SPSS, LISREL, AMOS, dll.). Di samping kesalahan perhitungan, kesalahan dapat juga terjadi dalam ketidaktepatan menggunakan analisis. Jenis data mengisyaratkan pada jenis analisis yang digunakan. Kesalahan memilih analisis data mengakibatkan hipotesis ditolak dan ini dapat berakibat fatal dalam penelitian. (vi). Variabel-variabel luar. Pengaruh variabelvariabel luar (extraneous variabele) yang terlalu besar terhadap data penelitian (sehingga data penelitian tidak seperti yang dimaksudkan) dapat berakibat hipotesis ditolak. Oleh karena itu, peneliti harus benar-benar mampu mengontrol variabel luar yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti berkesimpulan bahwa ditolaknya hipotesis ini dikarenakan : (1). Sampel; walaupun sampel dalam penelitian ini bersifat homogen (sampel perempuan) keadaan sampel yang sejak awal tidak diperhitungkan keberadaannya. Misalnya kondisi badan atau kesehatannya pada waktu melakukan tes , keadaan mental/psikologis pada saat tes, ketidak siapan dari dalam diri sampel, cuaca dan lain-lain. Sehingga berakibat ditolaknya hipotesis ini. (2). Alat pengambil data; alat pengambil data yang digunakan dalam penelitian ini adalah TKJI, yang sudah disahkan oleh lembaga yang berwenang yaitu Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional. Dari segi valid dan reliabel tentunya tidak diragukan lagi karena alat ukur ini telah dipakai untuk mengambil data secara nasional pada tahun 2010 yang baru lalu. Pokok persolannya adalah alat pengambil data ini mungkin tidak sesuai untuk mengambil data dalam penelitian ini yang menggunakan pendekatan korelasinal dan atau tidak sesuai/tidak cocok digunakan untuk populasi dimana peneliti mengambil subyek penelitian saat ini. 3). Variabel-variabel luar; Pengaruh variabel-variabel luar (extraneous variabele) yang terlalu besar terhadap data penelitian (sehingga data penelitian tidak seperti yang dimaksudkan), misalnya : motivasi baik dari dalam maupun dari luar, merasa tidak mampu sebelum melakukan tes, perasaan takut kalah bersaing dengan sesama temannya dan lain-lain. Disamping itu dalam belajar lebih menyukai mata pelajaran IPS dari pada IPA sehingga nilai mata pelajaran IPA selalu rendah atau sebaliknya, datang sekolah hanya untuk memenuhi syarat sekolah saja tanpa ada motivasi untuk berprestasi dan lain sebagainya. Berdasarkan teori-teori yang ada dan temuan-temuan penelitian yang relevan, ternyata bahwa kecerdasan intelektual berhubungan dengan prestasi belajar. Berpijak pada landasan teori tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut. Terdapat hubungan yang signifikan pengaruh kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X
Tri Setyo Guntoro, Pengaruh Kebugaran , Intelektual dan Emosi terhadap Prestasi Belajar | 145
semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Dari hasil analisis data yang diperoleh melalui uji korelasi yang menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson adalah hasil pengujian korelasi variabel bebas (X2) terhadap variabel terikat (Y) menunjukkan bahwa : korelasi antara variabel bebas X2 dengan variabel bebas Y sebesar 0,666 . Hubungan antar kedua variabel ini potitif sedang artinya bila peserta didik mempunyai tingkat keceerdasan intelektual tinggi maka prestasi belajarnya tinggi sehingga hipotesis ini diterima karena kecerdasan intelektual berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Hasil tes intelegensi individual, dalam penelitian berguna untuk melihat apakah variasi intelegensi secara individual berpengaruh terhadap variasi pada variabel lain secara individual, misalnya melihat pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya, antara lain : (a). Temuan Marthen Pali (1993) dan Olatoye & Oyundoyin (2006) menyimpulkan bahwa IQ merupakan prediktor yang baik untuk memprediksi prestasi belajar. (b). Temuan yang sama dikemukakan oleh Brody (dalam Stenberg, 2008) menemukan bahwa IQ dapat diaplikasikan untuk memprediksi kesuksesan akademik dan pekerjaan. (c). Getzels dan Jacson & Thorence (1980), juga Suparman dan Nuzlan (dalam Saifuddin Azwar, 1996), yang mengkaji tentang korelasi antara kecerdasan intelektual (IQ) dengan kinerja belajar siswa dan mahasiswa di sekolah. Uji hipotesis ketiga :Terdapat hubungan yang signifikan pengaruh kecerdasan emosional jasmani terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Dari hasil analisis data yang diperoleh melalui uji korelasi yang menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson adalah hasil pengujian korelasi variabel bebas (X3) terhadap varia-
bel terikat (Y) menunjukkan bahwa : korelasi antara variabel bebas X3 dengan variabel bebas Y sebesar -0,199 , Hubungan antar kedua variabel ini negatif lemah artinya bila peserta didik mempunyai kecerdasan emosional tinggi maka prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya sehingga hipotesis ketiga ini ditolak karena kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Ditolaknya hipotesis ini ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan oleh peneliti, yaitu : (a). Belum adanya penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional berhubungan positif dengan prestasi belajar. Beberapa penelitian terdahulu banyak meneliti hubungan kecerdasan emosional dengan meraih kesuksesan seseorang dalam bekerja. Dan juga beberapa penelitian kecerdasan emosional yang diadakan kebanyakan diadakan di perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik untuk meningkatkan kinerja para pegawai atau buruh dari perusahaan tersebut. (b). Selain alasan tersebut diatas, juga pendapat dari Partino dalam Metodologi Penelitian: Pendekatan Kuantitatif (2010), yang mengemukakan bahwa suatu hipotesis ditolak dikarenakan beberapa hal, antara lain (1). Landasan teori; landasan teori yang peneliti gunakan kemungkinan sudah terlalu tua/usang sehingga ada penelitian-penelitian tentang perkembangan kecerdasan emosional yang sudah mutakhir tidak sempat peneliti ikuti. (2). Sampel; sampel yang digunakan kemungkinan tidak representatif, karena keterbatasan pengetahuan, waktu , dan biaya dari peneliti sendiri. (3). Alat pengambil data; walaupun alat pengambil data oleh peneliti sudah di-uji validitas dan reliabilitasnya dan sudah layak dipakai untuk penelitian ini, namun ada beberapa faktor lain yang menyebabkan hipotesis ini ditolak. Faktor-faktor tersebut antara lain : ketidak sesuaian antara alat pengambil data yang digunakan dengan sampel, misalnya terlalu sulit, tidak/belum mengerti maksud dari pernyataan-pernyataan yang harus di jawab, sebaran yang dipakai tidak mencerminkan keseluruhan indikator yang di-
146 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.132-149 ISSN 2338-0990
harapkan dan lain-lain. Selain itu mungkin juga sifat dari sampel yang masih kekanakkanakan sehingga begitu melihat pernyataan-pernyataan yang merasa asing untuk menjawab, juga mungkin karena kematangan mental sampel yang masih muda. Ditolaknya hipotesis ini bisa juga dari rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang seharusnya untuk orang karyawan atau pegawai digunakan oleh peserta didik yang masih duduk dibangku sekolah. Dalam setiap penelitian banyak variabel luar mempengaruhi variabel yang digunakan untuk penelitian itu sendiri. Seperti halnya dalam penelitian ini, yang sejak awal peneliti tidak memperhitungkan variabel lain yang akan mempengaruhi varibel yang digunakan. Sehingga banyak variabel luar yang mempengaruhi misalnya ketidak siapan peserta didik, ada permasalahan dari peserta didik, ada ketidak stabilan emosi pada saat mengerjakan tes ini, dan lain-lain. Alhasil hipotesis ini ditolak. Uji hipotesis keempat : Berdasarkan kajian teoritis dan temuan-temuan penelitian yang relevan, ternyata bahwa kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional berpengaruh terhadap prestasi belajar. Berpijak pada landasan teori tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran kabupaten Jayapura. Berdasarkan output diperoleh angka R sebesar 0,722. Karena nilai korelasi ganda berada antara rentang 0,60 – 0,799 (pedoman interpretasi koefisien korelasi : Sugiyono, 2007), maka dapat disimpulkan terjadi hubungan yang kuat antara variabel X1, X2, dan X3 terhadap variabel Y. Hasil uji F (uji koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel terikat). Jika tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (α = 5%), maka output diperoleh F hitung sebesar 11,220. Dengan menggunakan keyakinan 95%, α = 5%), , df 1 (jumlah variabel-1) atau 4 – 1 = 3, dan df 2 (n-k-1) atau 35 – 3 – 1 = 31 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel bebas),
maka hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 2,911 (lihat tabel F taraf sig.= 0,05). Karena F hitung ≥ F tabel (11,220 > 2,911) artinya terdapat pengaruh secara signifikan kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap prestasi belajar. Sedangkan hasil analisis determinasi (R2) untuk variabel bebas X1, X2, X3 dengan variabel terikat Y sebesar 0,521, ini berarti 52,1% variabel bebas ini memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar sedangkan siasanya yaitu 47,9% dihasilkan faktor lain yang tidak terdapat didalam penelitian ini. Beberapa penelitian yang relevan denga hipotesis ini adalah : (a). Dwyer at al, 2001, dalam studi nasional di Australia menemukan bahwa skor kebugaran jasmani berhubung secara bermakna dengan prestasi akademik. Studi ini melibatkan sekolah dasar sampai Sekolah Menengah Atas. (b). Penelitian Carison et al (2008) menunjukkan bahwa pendidikan jasmani tidak berdampak negatif terhadap prestasi akademik siswa, bahkan pada siswa perempuan peningkatan nilai matematika dan membaca pada siswa yang mendapat pendidikan jasmani yang lebih banyak. (c). Temuan Marthen Pali (1993) dan Olatoye & Oyundoyin (2006) menyimpulkan bahwa IQ merupakan prediktor yang baik untuk memprediksi prestasi belajar.(d). Temuan yang sama dikemukakan oleh Brody (dalam Stenberg, 2008) menemukan bahwa IQ dapat diaplikasikan untuk memprediksi kesuksesan akademik dan pekerjaan. (e). Goleman ((1995) menemukan bahwa kecerdasan emosional (EQ) memiki dominasi peranan yang mencapai 80 persen sebagai penentu kesuksesan seseorang dalam karier. f), Riset yang dilakukan Jordan P.J., Ashkansy, Hartel & Hoper (2002) menemukan bahwa EQ berhubungan dengan kinerja mahasiswa (IPK dan kerjasama tim). Kesimpulan Terdapat hubungan secara signifikan kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional secara bersamasama terhadap prestasi belajar peserta didik perempuan kelas X semester gasal tahun
Tri Setyo Guntoro, Pengaruh Kebugaran , Intelektual dan Emosi terhadap Prestasi Belajar | 147
pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Nimboran Kabupaten Jayapura. Dengan menggunakan 0,05 (α = 5%), maka output diperoleh F hitung sebesar 11,220, nilai F hitung ini lebih besar daripada hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 2,911. (F hit ≥ F tab (α-0.05) ) Saran Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik di sekolah khususnya sekolah dimana penelitian ini dilaksanakan. Perlu adanya perubahan pelaksanaan pembelajaran yang secara umum masih menggunakan cara-cara klasikal menuju pelaksanaan pembelajaran yang berbasis terpusat pada peserta didik dan berbasis ICT. Perlu adanya kesadaran dari pendidik untuk berupaya meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran baik dari segi materi belajar, metode pembelajaran maupun teknologi pembelajarannya agar dapat bersaing di era Daftar rujukan Afriwardi. 2011. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Agustin, Ginanjar, Ary. 2001. ESQ Emotional Spiritual Quotient. Jakarta. Penerbit Arga Arikunto, Suharsini. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2011. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yoyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar. B, Hanzah, Uno. 2005. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Bimi Aksara. Bidang Pengembangan Pendidikan dan Kesegaran Jasmani. 2010. Pemetaan Tingkat Kebugaran
globalisasi seperti sekarang ini. Penanganan peserta didik di sekolah tidak hanya berfokus pada guru kelas, guru mata pelajaran, wali kelas, BK atau yang lainya yang pekerjaan dilaksanan secara sendiri-sendiri , akan tetapi harus ditangani secara bersamasama termasuk unsur dari luar sekolah diantaranya orang tua/wali murid, komite sekolah, masyarakat dimana sekolah tersebut berada, tokoh agama dan tokoh masyarakat, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, pihak keamana dan lain-lain sehingga pendidikan di sekolah tersebut bukan untuk orang/golongan tertentu saja tetapi sekolah itu sudah menjadi milik bersama antara pemerintah dan masyarakat. Kepada Pemerintah Kabupaten Jayapura, agar lebih berperan aktif dalam peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Jayapura khususnya dan secara umum di provinsi Papua baik dari segi pembinaannya maupun dukungan sarana dan prasarana sekolah. Jasmani Peserta Didik Tahun 2010. Goleman, D. 2009. Emotional Intelligence. Hermaya, T. (Alih Bahasa). Keceerdasan Emosional. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Hadi, Sutrisno. 1987. Analisis Regresi. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Harisenjaya. 1993. Penuntun Tes Kesegaran Jasmani. Bandung: Penerbit Refika Aditama. Haryati, Mimin. 2010. Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Penerbit Gaung Persada Press. Khairuddin NM. 2012. Peranan Kecerdasan Intelektual, Emosional, Spiritual dan Motivasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Profesional. Jayapura: Penerbit CV. Sanggar Putro Adji Art. Kuntarataraf, Jonathan & Kuntaraf, Liwijaya, Kathleen. 1992. Olahraga Sumber Kesehatan. Bandungg: Penerbit Percetakan Advent Indonesia.
148 | Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan,Jilid 2,Nomor 1 Januari 2014 hlm.132-149 ISSN 2338-0990
Mudjiono & Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Nurhasan. 2001. Tes Dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani : PrinsipPrinsip dan Penerapannya. Jakarta: Pnerbit Direktorat Jenderal Olahraga. Partino. 2010. Metodologi Penelitian: Pendekatan Kuantitatif. Yogyayakarta : Penerbit Pustaka Mahasiswa. Partino & Sutoro. 2008. Statistika Inferensial. Yogyayakarta : Penerbit Pustaka Mahasiswa. Pasiak,Taufik. 2008. Revolusi IQ/EQ/SQ: Menyingkap Rahasia Kecerasan Berdasarkan Al-Qur’an dan Neurosains Mutakhir. Bandung: Penerbit PT. Mizan Pustaka. Patton, Patricia.2011. EQ Karier Sukses. Jakarta: Penerbit Delapratasa Publisher. Prayitno, Duwi. 2011. Paham Analisa Statitik Data Dengan SPSS. Yogyakarta : Penerbit MediaKom Prayitno, Duwi. 2011. Buku Pintar Statistik Komputer. Yogyakarta : Penerbit MediaKom Purwanto, Ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Riduan. 2010. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabet. Riduan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Penerbit Alfabet. S, Suryasbrata. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit CV. Alfabeta Suharjo, Bambang. 2008. Analisis Regresi terrapin dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Tri Setyo Guntoro, Pengaruh Kebugaran , Intelektual dan Emosi terhadap Prestasi Belajar | 149
Syah,
Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.