Linguistika Akademia Vol.2, No.2, 2013, pp. 127~138 ISSN: 2089-3884
PENGARUH INTONASI MENYIMPANGKAN SINTAKSIS DALAM NOVEL OF MICE AND MEN KARYA JOHN STEINBECK Arif Paozi e-mail:
[email protected] ABSTRACT Intonation is a tune stress highly and lowly in an utterance said by speaker. In a conversation, language said by the speaker usually will always be followed by intonation to show whether the sentence is a question, a statement, or other construction. Yet, using this intonation sometimes makes deviation in sentence structure syntactically, especially in question construction. This paper is intended to describe deviation of syntactic structure in conversation happens in John Steinbeck’s Of Mice and Men that is influenced by intonation. The method used in this research is the method of distributional deletion because this analysis concerns only one language. The result of analysis shows that using intonation influences deviation of syntactic structure in the novel. For instance, what do you want? Is written by what ya want? Where are we going? Is written by where we goin’? Besides that, John Steinbeck, the famous American author, uses American accent in conversation that the writer got in his novel. So, his background influences deviation of syntactic structure too.
ABSTRAK Intonasi adalah tinggi rendahnya tekanan nada pada suatu ujaran yang diucapkan oleh pembicara. Dalam sebuah percakapan, bahasa yang diucapkan oleh pembicara biasanya akan selalu diiringi dengan intonasi untuk menunjukkan apakah itu sebuah pertanyaan, pernyataan atau ujaran lainnya. Namun, pemakaian intonasi ini terkadang membikin suatu penyimpangan dalam susunan sintaksis bahasa, terutama dalam kalimat pertanyaan. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyimpangan struktur sintaksis pada percakapan yang terjadi dalam novelnya John Steinbeck Of Mice and Men yang dipengaruhi oleh intonasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode distribusional delisi karena analisisnya difokuskan pada satu bahasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan intonasi mempengaruhi penyimpangan struktur sintaksis dalam novel tersebut. Misalnya what do you want? di tulis what ya want?, where are we going? di tulis where we goin’?. Selain itu, John Steinbeck , penulis terkemuka Amerika ini, menggunakan aksen Amerika dalam percakapan yang terdapat pada novelnya. Sehingga hal tersebut pun mempengaruhi penyimpangan straktur sintaksisnya. Kata kunci: intonasi, struktur sintaksis, aksen Amerika, percakapan.
128
A. PENDAHULUAN Setiap bahasa, baik bahasa lisan ataupun tulisan, selalu diiringi dengan intonasi. Dalam bahasa lisan, tinggi rendahnya suatu ujaran atau intonasi akan terdengar jelas, sedangkan dalam bahasa tulisan intonasi ini akan terlihat di akhir kalimat atau di sebut dengan intonasi akhir. Intonasi ini berupa (.) dalam kalimat pernyataan, (?) dalam kalimat pertanyaan, dan (!) dalam kalimat seru. Setiap bahasa yang ditulis dan membentuk suatu teks akan terpaku terhadap aturan struktur gramatikal bahasa tersebut. namun, seorang pengarang menulis percakapan dalam buku novelnya terkadang dipengaruhi dengan intonasi bahasa lingkungannya. Seperti halnya yang terjadi dengan pengarang terkemuka Amerika ini, John Steinbeck. John menulis salah satu novelnya yang berjudul Of Mice and Mendengan gaya Amerikanya, terutama dalam percakapan yang terjadi dalam novel itu. Aksen Amerika yang dipakai John dalam novelnya ternyata menyebabkan banyak penyimpangan struktur sintaksis dalam penulisannya. Intonasi berdasarkan aksen Amerika ini cenderung menghilangkan salah satu unsur dalam kalimat. Ann Cook dalam bukunya American Accent Training (2000: 19) menyatakan bahwa intonasi Amerika selalu menggabungkan setiap unsur kalimat untuk membangun kelompok bunyi dengan tangga nada yang berbeda, sehingga ketika diucapkan kalimat itu akan bersatu dalam bunyi kesatuan. Ann Cook menambahkan bahwa setiap pembicara yang menekankan satu kata atau sebuah ide dalam ujarannya akan menciptakan tangga bunyi baru (Ann Cook, 2000:23). Contoh dalam kalimat yang menggunakan kata nomina dan kalimat yang menggunakan pronominal: Dogs eat bones Kalimat diatas merupakan informasi baru yang di sampaikan pertama kali, sehingga intonasi saat mengatakan kata nomina, Dogs dan bones akan lebih tinggi. Namun sebaliknya, ketika nomina tersebut diganti dengan pronomina, maka intonasi yang lebih tinggi akan terjadi pada kata verbanya: Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 127 – 138
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
129
They eat them Begitu pula yang terjadi dalam novel Of Mice and Men yang penulis teliti, John Steibeck yang merampungkan novelnya ini pada tahun 1937 menuliskan percakapan dengan gaya sehari-harinya seolah percakapan itu benar-benar terjadi di depan mata pembaca, bahkan pembaca pun bisa merasakan intonasi dalam percakapan itu. seperti yang penulis katakan sebelumnya bahwa bahasa tulisan dengan bahasa lisan terkadang berbeda. Dan satu hal perbedaannya yaitu susunan struktur sintaksis dalam bahasa tulisan lebih terpaku dengan aturan-aturan gramatikal. Maka di sinilah akan terjadi persinggungan ketika bahasa lisan sehari-hari dengan intonasinya yang terdengar di tuliskan dalam bentuk bahasa tulis yang intonasinya terlihat. Sebagai contoh yang penulis temukan adalah ungakapan bos barunya George dan Lennie pada saat George menjelaskan tentang kekuatan Lennie untuk menutupi kebodohannya. “Well, God knows he don’t need any brains to buck barley bags.” Pada mulanya penulis tidak menemukan suatu kesalahan dalam ungkapan itu, karena penulis merasakan intonasi yang di ungkapkan oleh boss itu. namun, ketika di teliti kembali ternyata secara sintaksis susunan kalimat tersebut menyimpang yaitu kata don’t yang seharusnya ditulis dengan doesn’t karena didahuli dengan subjek orang ketiga. Sehingga, susunan tepatnya ‘well, God knows he doesn’t need any brains to buck barley bags’. Penulis membandingkan kalimat ini dengan percakapn yang ada di dalam filmnya dan ternyata kata don’t dalam kalimat tersebut mempunyai intonasi tekanan yang tinggi sebagai suatu penegasan. Hal ini terjadi karena John Steinbeck menggunakan ujaran dengan intonasi aksen Amerika untuk membuat hidup suasana novelnya. Sehingga, jika di gambarakan dalam pola intonasi, akan terlihat jelas tingginya tekanan kata don’t. Well, God knows he don’t need any brains to buck barley bags. Kalimat di atas dibentuk dari dua klausa untuk membangun sebuah kalimat. Klausa pertama yaitu God knows yang berfungsi Pengaruh Intonasi Menyimpangkan Sintaksis dalam Novel Of Mice and… (Arif Paozi)
130
sebagai subjek dan predikator. Subjek yang berupa nomina ini dalam intonasinya akan lebih tinggi karena dianggap informasi baru. Berbeda dengan subjek dalam klausa kedua, he don’t need any brains to buck barley bags, yang berupa pronomina. Klausa kedua ini berfungsi sebagai objek dari verba knows. Tekanan intonasi yang tinggi dalam klausa kedua ini adalah kata don’t yang tidak sepadan dengan subjek pronomina he sebelumnya. Kata yang sepadan dengan orang ketiga tunggal adalah doesn’t. karena pengaruh intonasi aksen Amerika, John memakai kata don’t supaya tekanan negasinya lebih terasa. Penelitian tentang penyimpangan sintaksis atas pengaruh intonasi dalam novel Of Mice and Men karya John Steinbeck, menjadi bahasan lebih lanjut dalam tulisan ini. Penelitian ini difokuskan pada dua permasalahan, yakni 1) penyimpangan sintaksis yang terdapat pada percakapan dalam novel, dan 2) gambaran pola intonasi yang menyebabkan penyimpangan sintaksis tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode distribusional delisi karena hanya terfokus pada satu bahasa yang terjadi pelesapan. Disamping metode ini, peneliti juga menggunakan metode analisis deskriftif untuk menjabarkan unsur-unsur pembangun kalimat secara sintaksis supaya lebih mudah untuk mengetahui letak penyimpangannya. Untuk mempermudah penggambaran intonasi yang digunakan sesuai dengan intonasi aksen Amerika, peneliti membandingkan antara kalimat yang menyimpang dengan intonasi yang terdapat pada film Of Mice and Men. Penelitipun akan memberikan sedikit gambaran tentang kondisi yang terjadi pada saat ungkapan kalimat di ujarkan oleh tokohtokohnya dalam novel itu.
B. SEKILAS TENTANG JOHN STEINBECK DAN KARYAKARYANYA John Steinbeck yang bernama lengkap John Ernst Steinbeck adalah peraih Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1962. Setelah drop-out dari jurusan Biologi Laut di Stanford University, ia sempat melakoni berbagai pekerjaan serabutan, diantranya sebagai buruh pemetik bunga, tukang batu, tukang kayu, sopir, pembantu pelukis dan Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 127 – 138
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
131
wartawan, sebelum kemudian memutuskan untuk menulis sepenuhnya. Novel pertamanya, Cup of Gold, diterbitkan pada 1929 setelah sempat ditolak oleh tujuh penerbit. Namun, ia baru dikenal luas lewat novel ketiganya, Tortilla Flat (1935). Pengarang terkemuka Amerika ini kemudian meraih sukses dengan novel-novel selanjutnya, antara lain Dubious Battle (1936), Of Mice and Men (1937), Grapes of Wrath (1939), Moon is Down (1942), Cannery Row (1945), The Wayward Bus (1947), The Pearl (1948), The Red Pony (1949), Burning Bright (1950), The Log from the Sea of Cortez (1951), East of Eden (1952), Sweet Thursday (1954), The Winter of Our Discontent (1961) dan Travels with Charley in Search of America (1962) (Anton kurnia, 2006: 189). Dilihat dari rentetan tahun penerbitan novel-novelnya, John Steinbeck merupakan penulis yang sangat produktif bahkan ia pun pernah menulis sejumlah scenario film, termasuk sebuah film tentang pemberontakkan kaum revolusioner Zapatista di Meksiko, Viva Zapata! (1952) (Anton, 2006: 186). Tulisannya kebanyakan tentang keprihatinnya terhadap masalah-masalah sosial terutama tentang kehidupan kaum grass root di Amerika Serikat. Oleh karena itu John banyak menuliskan percakapan dalam novel-novelnya dengan intonasi aksen Amerika. C. SEKILAS TENTANG INTONASI Intonasi merupakan sebuah pola perubahan nada (pitch) dalam ujaran. Sebuah kalimat dengan satu pola intonasi/ pitch disebut dengan tone group (kelompok nada). Dalam sebuah tone group tiap silabel yang di stresskan mempunyai sebuah nada yang meningkat, tapi ada satu silabel dengan perubahan pitch yang besar disebut dengan tonic syllable (Jiah Fauziah, 2011: 56). Berdasarkan penjelasan Katamba yang diambil via buku English Phonetics and Phonology, Jiah Fauziah (2011: 56), intonasi memiliki beberapa fungsi, yaitu: fungsi Pragmatik; dan fungsi Gramatikal. Dalam fungsi pragmatik, intonasi memiliki beberapa fungsi, pertama sebagai penanda dari struktur informasi. Silabel tonic dalam kasus yang normal terjadi pada silabel akhir. Kedua, turun dan naiknya intonasi. Intonasi yang turun merupakan hal yang biasa dalam kalimat yang mempunyai arti bahwa aksen tonic akan turun dan akan tetap turun pada silabel selanjutnya dalam satu tone Pengaruh Intonasi Menyimpangkan Sintaksis dalam Novel Of Mice and… (Arif Paozi)
132
group. Dan naiknya intonasi terjadi pada tipe kalimat pertanyaan yes/no dan di tengah-tengah kalimat. Dan yang ketiga adalah untuk mengekspresikan tingkah pembicara. Dalam fungsi ini, intonasi akan dikombinasikan dengan bahasa tubuh tertentu, ekspresi muka dan kualitas bunyi suara. Fungsi gramatikal intonasi dalam bahasa adalah untuk menggabungkan kata-kata dalam gramatikal dan unit semantik seperti halnya tanda baca dalam bahasa tulis. Landasan teori yang digunakan oleh peneliti dalam paper ini adalah teori dari salah satu tokoh aliran London, Henry Sweet. Salah satu pemikiran Sweet yaitu Fonologi Prosodi yang memberikan cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Fonologi Prosodi ini terdiri dari satuan fonematis yang mengkaji tentang unsur segmental dan satuan prosodi yang berupa ciri-ciri atau sifat-sifat struktur yang lebih panjang daripada suatu segmen tunggal (Chaer: 122). Salah satu pokok dari prosodi yang peneliti ambil yaitu tentang prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui yang lebih besar pada fonem-fonem suprasegmental. Dalam studi mengenai unsur suprasegmental ini dibedakan atas: tekanan atau stress, nada atau pitch, jeda atau persendian (Chaer: 356). Kajian intonasi inilah yang kemudian peneliti jadikan landasan dalam paper ini selanjutnya.
D. PEMBAHASAN Dari data yang peneliti kumpulkan, ada dua kategori yang mengalami penyimpangan sintaksis 1) terjadi pada kata kerja bantu (auxiliary verb). Penyimpangan yang terjadi pada kata kerja bantu ini diantaranya, pelesapan yang terjadi dalam kalimat pertanyaan dan ketidak sesuaian dengan subjeknya atau tidak sesuai dengan subject-verb agreement (Betty, 1999: 83). 2) terjadi pada kata kerja asli (ordinary verb). Penyimpangan ini di antaranya, tidak sesuai dengan subject-verb agreement dan kesalahan bentuk kata kerja dalam frase verba. Untuk memudahkan penelitian, peneliti akan membahas lebih lanjut sesuai dengan kategori di atas:
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 127 – 138
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
133
1. Penyimpangan sintaksis pada kata kerja bantu (auxiliary verb) a. “what ya want?” (hal.4) Kalimat pertanyaan yang di ungkapkan oleh George ini terjadi ketika dia sedang kesal karena dia harus berjalan sejauh empat mil. Kemudian Lennie memanggilnya dengan pandangan agak ketakutan karena dia mengerti bahwa George lagi kesal. Kalimat pertanyaan ini mengalami penyimpangan sintaksis yaitu melesapnya kata kerja bantu do yang di gunakan untuk membentuk kalimat pertanyaan dan di simpan di depan subjek you karena inversi dalam bentuk kalimat tanya. Sehingga kalimat yang benar adalah “what do you want?”. penyimpangan ini terjadi karena pengaruh intonasi yang lebih ditekankan pada kata want sebagai silabel tonic yang mempunyai pitch yang lebih tinggi. Penulisannyapun mengikuti bunyi ujaran aksen Amerika, seperti kata you /juː/ yang mengikuti bunyi what /wɒt/ sehingga menjadi /jɒ/ kemudian diikuti kata want /wɒnt/. Gambaran intonasi dari kalimat tanya ini adalah “what ya want?”
/wɒt jɒ wɒnt/?
b. “where we goin’, George?” (hal.4) Kalimat ini diungkapkan oleh Lennie atas jawaban dari pertanyaan George di atas. Apa yang diinginkan Lennie adalah mengetahui kemana mereka akan pergi. Kalimat ini mengalami penyimpangan sintaksis yaitu melesapnya kata kerja bantu are sebagai pembantu membentuk kalimat continuous yang seharusnya di simpan sebelum subjek we karena menjadi kalimat tanya. Sehingga kalimat yang benar adalah where are we going, George? / weə ɑː wi gəʊ.ɪŋ, dʒɔːdʒ/?. Karena pengaruh aksen Amerika, maka kata kerja bantu are dilesapkan agar bunyi fonem /w/ pada kata we mengikuti fonem /w/ pada kata where dan yang menjadi silabel tonic terjadi pada kata going, sehingga gambaran intonasinya adalah Where we goin’, George? / weə’ wi gəʊ.ɪŋ, dʒɔːdʒ /?
Pengaruh Intonasi Menyimpangkan Sintaksis dalam Novel Of Mice and… (Arif Paozi)
134
c. “Thing I’d let you carry your own work card?” (hal.5) Ungkapan ini diucapkan oleh George ketika Leninie merasa kehilangan kartu kerjanya dalam sakunya. Padahal kartu kerjanya dari awal disimpan oleh George karena kalau disimpan Lennie kartu kerjanya pasti akan hilang karena Lennie sering lupa dan ceroboh. Penyimpangan sintaksis yang terjadi ada kalimat ini adalah melesapnya atau hilanganya kata kerja bantu do dan subjek you sebelum kata think. Kalimat yang benar adalah do you think I’d let you carry your own work card? /duːju: θɪŋk aɪd let ju: kær.i jɔːəʊn wɜːk kɑːd/. Kalimat ini terdiri dari dua klausa yaitu; klausa utama (main clause) yang hanya tinggal kata think dan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai objek dari think; I’d let you carry your own work card. Kata think yang hanya tinggal sendiri ini meiliki pitch yang lebih tinggi sehingga apabila di gambarkan intonasinya menjadi; Think I’d let you carry your own work card? /θɪŋk aɪd let ju: kær.i jɔː əʊn wɜːk kɑːd/ d. “where you boys been working?” (hal. 21) Penyimpanga sintaksis selanjutnya adalah pada kalimat yang diucapkan oleh bos baru George dan Lennie saat mereka baru datang ke tempat kerja mereka. Penyimpangan yang terjadi yaitu melesapnya kata kerja bantu had yang berfungsi membentuk kalimat past perfect continuous dan di tempatkan antara kata tanya where dan subjek you karena bentuk inversi dalam kalimat pertanyaan. Kalimat yang benar adalah “where had you boys been working?” / weə: hæd ju: boy bi:n wɜː.kɪŋ /. Penyimpangan ini terjadi karena pengaruh intonasi yang menekankan pada kata been, sehingga kata ini memiliki pitch yang tinggi dan tanpa adanya kata had, penanya lebih tertuju kepada si subjek you. “Where you boys been working?” / weə: hæd ju: boy bi:n wɜː.kɪŋ / e. He don’t have to take after Lennie. (hal.26) Kalimat ini diucapkan George ketika Candy mengatakan bahwa Curley yang menjdi anak bos barunya itu gampang pukul Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 127 – 138
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
135
orang dan tidak suka sama orang yang badannya besar. George tidak suka dengan gaya Curley yang petantang petenteng sambil memandang Lennie karena tubuh Lennie yang besar. George membela Lennie supaya tidak terjadi masalah dengan Curley dan mengatakan pada Candy he don’t have to take after Lennie. /hiːdəʊnt hæv tʊ teɪk ɑːf.tə: lenni:/. Penyimpangan sintaksis pada kalimat ini adalah ketidak sesuaian kata kerja don’t dengan subjek he. Karena he merupakan subjek orang ketiga tunggal, maka kata kerja yang tepat adalah doesn’t. sehingga kalimat yang benar adalah he doesn’t have to take after Lennie /hiːdʌz.nt hæv tʊ teɪk ɑːf.tə: lenni:/. Pengucapan bunyi dari kedua kata kerja ini, don’t sama doesn’t, memiliki perbedaan yang mengakibatkan adanya penyimpangan sintkasis dalam kalimatnya. Kata don’t hanya memiliki satu silabel /dəʊnt/ sedangkan doesn’t memiliki dua silabel bunyi / dʌz.nt /. Sehingga tekanan yang lebih terasa terdapat pada kata don’t yang memiliki satu silabel. He don’t have to take after Lennie. /hiːdəʊnt hæv tʊ teɪk ɑːf.tə lenni:/ 2. Penyimpangan sintaksis pada kata kerja asli (ordinary verb) a. Then they was dead because they was so little (hal.10) Penyimpangan yang terjadi dalam kalimat yang di ungkapkan George ketika menceritakan tentang perbuatan Lennie yang selalu membunuh tikis-tikus yang diberikan bibinya ini adalah ketidak sesuaian subject verb agreement. Kata they yang merujuk kepada tikus-tikus (mice) tidak sesuai dengan kata kerja yang mengikutinya was karena they yang besifat jamak bersanding dengan kata kerja was yang bersifat tunggal. Seharusnya kata kerja was ini di ganti dengan were supaya sesuai dengan they yang jamak. Jadi, kalimat yang benar dari kalimat ‘then they was dead because they was so little’ /ðen ðeɪ wɒz ded bɪ`kəz ðeɪ wɒz səʊ lɪt.l/ adalah “then they were dead because they were so little” / ðen ðeɪ wɚ ded bɪ:kəz ðeɪ wɚ səʊ lɪt.l/.
Pengaruh Intonasi Menyimpangkan Sintaksis dalam Novel Of Mice and… (Arif Paozi)
136
Kalimat ini terdiri dari dua klausa yaitu klausa utama they was so little dan klausa subordintif yang didahului dengan kata hubung because they was so little. Masing-masing klausa mempunyai subjek yang sama berupa pronominal sebagai pengganti mice sehingga silabel yang mempunyai pitch tinggi terjadi pada kata kerja was. Karena penyimpangan terjadi pada klausa petama maka klausa keduapun ikut menyimpang. Intonasi dari kalimat ini adalah; Then they was dead because they was so little. / ðen ðeɪ wɒz ded bɪkəz ðeɪ wɒz səʊ lɪt.l / b. “He was sore as hell when you wasn’t here this morning”. (hal.18) Penyimpangan yang terjadi dalam kalimat ini serupa dengan kalimat sebelumnya yaitu ketidak sesuaian subject verb agreement. Kalimat ini diucapkan oleh Candy pada saat George dan Lennie baru sampai ke tempat kerja mereka. Candy mengatakan bahwa bos marah karena mereka belum datang tepat waktu. Kalimat ini terdiri dari dua klausa yaitu klausa utama he was sore as hell dan klausa kedua yang berfungsi sebagai keterangan waktu when you wasn’t here this morning. Penyimpangan sintaksis pada klausa kedua ini terjadi pada kata kerja wasn’t yang didahului subjek orang kedua you. kata kerja was di gunakan untuk subjek orang ketiga seperti pada klausa pertama he was sore. Subjek orang kedua seperti you seharusnya diikuti kata kerja berupa were. Jadi kalimat yang benar adalah ‘he was sore as hell when you weren’t here this morning’ / hiː wɒz sɔːr əz hel wen juː wɜːnt hɪə ðɪs mɔː.nɪŋ /. Kesalahan ini dikarenakan mengikuti klausa pertama yang memakai kata kerja was supaya nada bunyinya sama seperti sebelumnya. “he was sore as hell when you wasn’t here this morning”. /hiː wɒz sɔːr əz hel wen juː wɒz.ənt hɪə ðɪs mɔː.nɪŋ/ c. I’ve knew him for a long time. Ketika George bercerita tentang kebersamaan dia dengan Lennie kepada Slim, kalimat ini terucap olehnya untuk menyatakan bahwa dia sudah lama mengenal Lennie. Namun, kalimat ini Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 127 – 138
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
137
ternyata mengalami penyimpangan sintaksis pada kata knew. Bentuk kata kerja ini adalah bentuk past (masa lampau, kata kerja bentuk kedua), namun bentuk ini menyalahi aturan gramatikal karena kata kerja bantu pembentuk tensesnya berupa have yang seharusnya diikuti dengan bentuk past participle (kata kerja bentuk ketiga) known. Jadi, kalimat yang benar adalah I’ve known him for a long time /aɪv nəʊn hɪm fɔːr ə lɒŋ taɪm /. I’ve knew him for a long time. /aɪv njuː hɪm fɔːr ə lɒŋ taɪm / E. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, peneliti bisa mengambil kesimpulan bahwa pengaruh intonasi ujaran dapat mempengaruhi penyimpangan sintaksis dalam tataran teks kalimat. Penyimpangan ini terjadi pada kata kerja baik kata kerja bantu (auxiliary verb) seperti do, be, have ataupun kata kerja asli (ordinary verb). Kata kerja bantu do sering mengalami pelesapan pada kalimat pertanyaan dan pada kalimat lain kata kerja bantu ini mengalami ketidaksesuaian dengan subjeknya (subject verb agreement). Kata kerja bantu be dan have sering mengalami pelesapan pada kalimat pertanyaan. Adapun kata kerja asli dari data yang dianalisis, peneliti menemukan kata kerja asli yang tidak sesuai dengan subjeknya (subject verb agreement) di antaranya be yang berfungsi sebagai kata kerja asli. Penyimpangan yang terjadi pada kata kerja asli lainnya yaitu kesalahan bentuk kata kerja sesuai aturan gramatikal, seperti kata know.
F. DAFTAR PUSTAKA Azar, Betty. 1999. Understanding and Using English Grammar. United States of America: Longman. Fauziah, Jiah. 2011. English Phonetics and Phonology; a module. Yogyakarta: UIN SUKA. Gillett, Amy. 2004. Speak English Like an American. United States of America: Language Success Press. Kurnia, Anton. 2006. Ensiklopedia Sastra Dunia. Jakarta: i:boekoe. Pengaruh Intonasi Menyimpangkan Sintaksis dalam Novel Of Mice and… (Arif Paozi)
138
Steinbeck, John. 1993. Of Mice and Men. USA: Penguin Book. Print Suhardi. 2008. Sintaksis; Sebuah sudut komprehensif. Yogyakarta: UNY Press.
pandang
yang
Versporr, Marjolijn. 2000. English Sentence Analysis. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. Print.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 127 – 138