PENGARUH INSENTIF PAJAK DAN INSENTIF NON PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013) Septian Budiman, Resti Yulistia Muslim, Yunilma Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta
[email protected] Abstract This study aims to examine whether companies that earn profits or losses will make earnings management according to tax incentives and non-tax incentives. The research samples is companiesin manufacturing sector listed in Indonesia Stock Exchange, which has published its financial statements for the years 2009 – 2013. The method of analysis in this study using multiple regression analysis. This method is used to determine how well the behavior of earnings management company that makes a profit firm or loss firm which is influenced by tax incentives and non-tax incentives. The sample is determined based on purposive sampling method, to obtain a sample of 36 manufacturing companies. The data used in this research is secondary data. Data was collected with the technique documentation obtained through the official website IDX: www.idx.co.id. The result of this study proves that (1) tax incentives have no effect on earnings management, (2) earnings pressure has no effect on earnings management, (3) debt had no effect on earnings management (4) earnings bath had no effect on earnings management, and (5) size has no effect on earnings management. Key words : earnings management, tax insentive, earnings pressure, leverage, earnings bath, size.
Pendahuluan
untuk memberikan bonus kepada manajer,
1.1 Latar Belakang Masalah
digunakan sebagai dasar untuk menghitung
Perusahaan menganggap pajak sebagai sebuah tambahan beban biaya yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan diprediksi melakukan tindakan yang akan dapat mengurangi beban pajak
perusahaan,
dalam
hal
ini
pihak
manajemen atau pengelola perusahaan sebagai wajib
pajak
pembayaran
sudah pajak
pasti
penghasilan kena pajak,
mungkin.
(Wulandari dkk, 2004). Dalam praktiknya earnings atau laba biasanya sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, misalnya sebagai dasar
bisa
juga
digunakan untuk kriteria penilaian kinerja perusahaan. Dengan diberlakukannya tarif pajak penghasilan ini perusahaan tentunya akan memanfaatkannya dengan membayar pajak
sekecil
mungkin.
(Hidayati
dan
Zulaikha, 2003). Salah satu upaya yang dilakukan oleh
menginginkan
sekecil
dan
manajemen laba untuk melakukan manajemen laba
adalah
dengan
tax
shifting,
yaitu
memindahkan laba tahun sebelum perubahan pajak ke laba sesudah perubahan tarif pajak. Serta dengan sifat opportunistic management. Maka manajer memandang penurunan tarif 1
pajak badan tahun 2008 sebagai kesempatan untuk
meminimalkan
pajak,
dimana
perusahaan akan menunda pengakuan laba
1. Apakah
insentif
pajak
berpengaruh
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur?
atau mempercepat pengakuan biaya pada
2. Apakah earnings pressure berpengaruh
tahun sebelum penurunan tarif pajak (Sitorus,
terhadap manajemen laba pada perusahaan
2010).
manufaktur?
Penelitian Wijaya dan Martani (2011) menemukan
bahwa
perusahaan
yang
memperoleh laba (profit firm) dan perusahaan yang
mengalami
melakukan
kerugian
manajemen
(loss laba
firm) dalam
menanggapi penurunan tarif pajak badan di
3. Apakah
tingkat
hutang
berpengaruh
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur? 4. Apakah
earnings
bath
berpengaruh
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur?
Indonesia. Perusahaan yang memperoleh laba
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh
(profit firm) melakukan praktek manajemen
terhadap manajemen laba pada perusahaan
laba
manufaktur?
yang
lebih
besar
dibandingkan
perusahaan yang mengalami kerugian (loss firm)
dan
manajemen
juga laba
membuktikan yang
dilakukan
bahwa
1.3 TujuanPenelitian Sesuai
dengan
latar
belakang
dan
oleh
perumusan masalah di atas, maka penelitian
perusahaan yang memperoleh laba (profit
ini bertujuan untuk membuktikan secara
firm) dipengaruhi oleh insentif pajak, yaitu
empiris tentang:
perencanaan pajak
1. Pengaruh
dan kewajiban pajak
insentif
pajak
terhadap
tangguhan bersih, serta insentif non pajak,
discretionary accrual pada Perusahaan
yaitu
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
earnings
manajemen
laba
pressure. yang
Sedangkan
dilakukan
oleh
Indonesia.
perusahaan yang mengalami kerugian (loss
2. Pengaruh earnings pressure terhadap
firm) dipengaruhi oleh faktor insentif pajak,
discretionary accrual pada Peusahaan
yaitu kewajiban pajak tangguhan bersih dan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
faktor insentif non pajak, yaitu earnings
Indonesia.
pressure.
3. Pengaruh
dengan
latar
belakang
dapat
dilakukan pengembangan rumusan masalah sebagai berikut.
hutang
discretionaryaccrualpada
1.2 Rumusan Masalah Sesuai
tingkat
terhadap Perusahaan
Manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Pengaruh
earnings
bath
terhadap
discretionary accrual pada Perusahaan 2
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Satwika dan Damayanti (2005) dalam Anggraeni (2011) menyatakan bahwa akrual
5. Pengaruh
(size)
merupakan jumlah penyesuaian akuntansi
pada
yang dibutuhkan untuk mengubah arus kas
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
operasi menjadi laba bersih. Akrual dibagi
Bursa Efek Indonesia.
menjadi dua, yaitu:
terhadap
ukuran
perusahaan
discretionary
accrual
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Agensi (Agency Theory) Menurut Hendrisen dan Brada (1992)
1. Nondiscretionary Accrual (Normal Accrual) Merupakan pengakuan akrual yang wajar dan tunduk pada saat standar atau peraturan
dalam Yuliani (2013) menyatakan bahwa
akuntansi yang berlaku umum.
agency theory memiliki asumsi bahwa masingmasing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan
dirinya
menimbulkan
konflik
principal
dan
termotivasi
sendiri,
sehingga
kepentingan
agent.
mengadakan
Pihak
antara
2. Discretionary Accrual (Abnormal Accrual) Merupakan pengakuan akrual yang bebas,
principal
kontrak
tidak
untuk
diatur,
dan
merupakan
pilihan
kebijakan manajemen.
mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas
Basis akrual akan menyediakan banyak
yang selalu meningkat. Agent termotivasi
keleluasaan bagi manajer dalam hal pengakuan
untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan
pendapatan
ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam
melakukan manipulasi data akuntansi dalam
hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun
laporan
kontrak kompensasi.
accrual.
2.2 Akrual
2.3 Undang-undang Pajak Penghasilan Badan Pada tahun 2008, Direktorat Jendral Pajak
Menurut akuntansi hal ini dapat diterima karena akuntansi menganut prinsip accrual basis, yang pada dasarnya digunakan untuk pengakuan pendapatan (revenue) dan beban (expense) yang dilakukan pada periode dimana seharusnya pendapatan dan beban tersebut terjadi
tanpa
memperhatikan
waktu
penerimaan maupun pengeluaran kas dari pendapatan atau beban yang bersangkutan (Wijaya dan Martani, 2011).
di
dan
beban.
keuangan
Indonesia
Manajer
dengan
merevisi
dapat
discretionary
Undang-undang
Perpajakan yang meliputi Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), Undang-undang Pajak Penghasilan (UUPPh),
serta
Undang-undang
Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN dan PPnBM). Hal ini diatur berdasarkan Aturan Pelaksanaan Ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 2007, UU No. 36 3
tahun 2008 tentang perubahan keempat atas
perusahaan yang labanya telah mencapai
Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang
target, penurunan laba yang dilakukan dapat
Pajak Penghasilan dan dipertegas dengan
dikurangi dengan earnings pressure. Jika laba
Peraturan
tahun berjalan telah melebihi target yang
Menteri
Keuangan
PMK-
238/PMK.03/2008.
ditetapkan menejer (misalnya minimal sama
2.4 Insentif Pajak
dengan laba tahun lalu) maka perusahaan
Dalam penelitian Yin dan Cheng (2004),
tertarik untuk melakukan penurunan akrual
proksi yang digunakan untuk mengukur
yang bersifat menurunkan laba sehingga pajak
insentif pajak adalah perencanaan pajak. Yin
yang akan dibayarkan menjadi kecil.
dan Cheng (2004) berpendapat bahwa upaya
Menurut Subagyo dan Oktavia (2010)
meminimalkan pembayaran pajak perusahaan
untuk
perusahaan
dibatasi oleh perencanaan pajaknya (Subagyo
mencapai
dan Oktavia, 2010).
dilakukan untuk tujuan pajak dapat dikurangi
target,
yang
labanya
penurunan
laba
tidak yang
Ardila (2012), meneliti tentang perubahan
oleh earnings pressure guna meningkatkan
tarif penghasilan badan 2008 dan pengaruh
laba akuntansi. Perusahaan yang labanya tidak
insentif pajak dan insentif non pajak terhadap
mencapai target tidak menurunkan labanya
manajemen laba pada perusahaan manufaktur
sebagai respon penurunan tarif pajak namun
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
cenderung melakukan earnings pressure untuk
2006-2010. Insentif pajak yang diproksikan
menaikkan laba akuntansi guna meningkatkan
dengan
nilai perusahaan.
perencanaan
pajak
(TAXPLAN)
memiliki peran tersendiri dalam manajemen laba. Perusahaan sampel terbukti melakukan perencanaan
pajak
sebelum
H 2 : Earnings Pressure negatif terhadap accrual
diberlakukan 2.5.2 Tingkat Hutang Perusahaan
efektif tarif pajak badan.
Perbandingan antara hutang dan aktiva
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
maka
dalam
berpengaruh discretionary
penelitian
ini
diusulkan hipotesis sebagai berikut : H 1 : Insentif pajak berpengaruh negatif terhadap discretionary accrual 2.5 Insentif Non Pajak Insentif non pajak yang digunakan adalah sebagai berikut: 2.5.1 Earnings Pressure Yin dan Cheng (2004) dalam Thierya (2012) mengungkapkan bahwa perusahaan-
yang menunjukkan beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang atau biasa
yang
disebut
dengan
leverage.
Perusahaan yang mempunyai rasio leverage diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya.
Hal
ini
dilakukan
untuk
mendapatkan posisi bargaining yang relatif baik
dalam
melakukan
negosiasi
atau 4
penjadwalan ulang utang dari pihak kreditur (Putri, 2013).
Dengan hal ini manajemen melakukan manajemen laba dengan menghapus beberapa
Jika laba perusahaan kecil dan hutang
aktiva dan membebankan perkiraan biaya
perusahaan besar maka perusahaan cenderung
mendatang, sehingga laba yang dilaporkan
melakukan
diperiode yang akan datang meningkat.
manajemen
laba
dengan
menurunkan utang perusahaan untuk menarik
Yin dan Cheng (2004) dalam Wijaya dan
investor dalam menanamkan modalnya di
Martani
perusahaan. Namun dalam konteks penurunan
perusahaan kecil, maka manajer tidak akan
tarif
berusaha
pajak,
meningkatkan
perusahaan hutang
cenderung
yang
berakibat
(2011)
menyatakan
meningkatkan
total
jika
laba
akrualnya,
melainkan akan memperkecil total akrualnya,
meningkatnya bunga pinjaman dimana dapat
guna
mengurangi laba perusahaan sehingga pajak
mendatang, peristiwa ini dinamakan earnings
yang harus dibayar lebih kecil. Jadi jika
bath.
perusahaan ingin meningkatkan labanya maka
H 4 : Earnings Bath berpengaruh negatif terhadap discretionary accrual
manajemen
akan
menurunkan
hutangnya
untuk memperkecil biaya bunga pinjaman. Sebaliknya jika perusahaan ingin menurunkan labanya maka manajemen akan menaikkan hutang untuk
mendapatkan biaya
bunga
Maka dari penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini diusulkan hipotesis sebagai
dimasa
2.5.4 Ukuran Perusahaan (size) Scholes et al. (1992) dalam Tiearya (2012) menemukan bahwa perusahaan besar cenderung
menggeser
laba
kotornya.
bahwa
ukuran perusahaan mempengaruhi
discretionary accrual. Semakin besar ukuran perusahaan biasanya laba yang dihasilkan juga
berikut : H 3 : Tingkat Hutang berpengaruh positif terhadap discretionary accrual
Menurut Chaney et al. (1995) dalam Ardilla (2012) menyatakan bahwa jika laba oleh
akan semakin besar. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka pajak yang harus dibayarkan juga akan semakin besar. Oleh
2.5.3 Earnings Bath
diperoleh
kompensasi
Sedangkan Guenther (1994) menemukan bukti
pinjaman.
yang
mendapatkan
perusahaan
rendah
(dibawah target), maka manajer cenderung
karena itu, semakin besar ukuran perusahaan maka
perusahaan
cenderung
menggeser
labanya ke tahun setelah diefektifkannya tarif pajak 2008 supaya pembayaran pajaknya
melakukan “big bath” atau “taking a bath”.
menjadi lebih kecil.
Taking a bath biasa dilakukan manajer pada
H5 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap discretionary
saat perusahaan mengalami kondisi yang menurun atau sedang mengalami kerugian.
METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Populasi dan Sampel 5
Populasi penelitian dalam penelitian ini
dilakukan oleh manejer atau tindakan yang
meliputi perusahaan-perusahaan di sektor
mempengaruhi pendapatan untuk mencapai
manufaktur
beberapa tujuan tertentu dalam melaporkan
yang
telah
go
public
dan
sahamnya telah terdaftar di Bursa Efek
laba.
Indonesia (BEI) dari tahun 2009 sampai
Para
pakar
kurang
seragam
dalam
dengan tahun 2013. Pengambilan sampel pada
mendefinisikan manajeman laba. Mulford dan
penelitian ini dilakukan secara purposive
Comiskey (2010) mendefinisikan manajemen
sampling, yaitu pemilihan sampel tidak acak
laba sebagai manipulasi akuntansi dengan
dengan kriteria sebagai berikut:
tujuan menciptakan kinerja perusahaan agar
1. Perusahaan bergerak di sektor manufaktur
terkesan lebih baik dari yang sebenarnya.
dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Dechow (1996) dalam Widyaningdyah (2001)
(BEI) pada tahun 2009 sampai dengan
mendefinisikan
tahun 2013.
manipulasi laba, baik di dalam maupun di luar
2. Menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selama kurun waktu
sebagai
umum (PABU). Setiawati
melaporkan beban
laba
batas prinsip-prinsip akuntansi yang berterima
2009 sampai dengan tahun 2013. 3. Perusahaan tersebut
manajemen
menyatakan
dan
bahwa
Na’im
(2000)
manajemen
laba
pajak selama kurun waktu 2009 sampai
merupakan campur tangan dalam proses
dengan tahun 2013.
pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang akan diteliti dalam penelitian ini
laba
sendiri
dapat
mengakibatkan
adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif,
berkurangnya kredibilitas laporan keuangan,
yang
laporan
menambah bisa dalam laporan keuangan dan
keuangan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
dapat membuat pemakai laporan keuangan
Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
mempercayai
Sumber data yang digunakan dalam penelitian
tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
diperoleh
dari
publikasi
ini adalah data laporan keuangan (auditan)
angka
Manajemen
laba
laba
hasil
rekayasa
diukur
dengan
Perusahaan manufaktur di Indonesia dari tahun
menggunakan proksi Discretionary Accrual
2009 sampai dengan tahun 2013.
(DA). Discretionary accruals (DA) adalah
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen
komponen
1. Manajemen Laba (Y) Menurut Scott (2009), manajemen laba
akrual
yang
berada
dalam
kebijakan manajer, artinya manajer memberi intervensinya
dalam
proses
pelaporan
akuntansi. Perhitungan discretionary accruals menggunakan model Jones (1991) yang telah
adalah pilihan kebijakan akuntansi yang 6
dimodifikasi oleh Dechow et al. (1995) dalam Putri (2013) yaitu sebagai berikut: a. Menghitung total akrual dengan
ΔRECit = piutang perusahaan I pada tahun t dikurangi piutang tahun t-1 PPEit = Aktiva tetap perusahaan i pada
tahun t
menggunakan pendekatan aliran kas (cash a1,a2,a3
flow approach)
εit
Keterangan :
NDAit
= Nondiscretionary accrual
pada perusahaan i pada tahun t
perusahaan i pada tahun t CFOit = Kas dari operasi (cash flow operation) perusahaan i pada tahun t
b. Menghitung koefisien dari regresi akrual accrual
merupakan
perbedaan antara total akrual (TA) dengan nondiscretionary
accrual
(NDA).
Nondiscretionary
accrual
diketahui
dengan melakukan regresi sebagai berikut: TAit/TAit1=a1(1/TAit1) + a2[(ΔREVit/Ait-1] + a3(PPEit/TAit-1) + ԑit c. Menghitung nondiscretionary accrual
Regresi
yang
dari
tahun t
= Laba bersih (net income)
Discretionary
regresi
= error term perusahaan i pada
= Total akrual perusahaan i pada
tahun t NIit
Koefisien
persamaan
TAit = NIit –CFOit
TAit
=
dilakukan
di
(2)
menghasilkan koefisien α1, β1 dan β2.
d. Menghitung discretionary accrual Setelah
mendapatkan
nondiscretionary
accrual,
nilai kemudian
menghitung nilai discretionary accrual dengan cara mengurangkan total akrual (hasil
perhitungan
nondiscretionary
(1)
dengan
accrual
(hasil
perhitungan (3). DAit
= (TAit/TAit-1) – NDAit
DAit
=
Discretionary
accrual
perusahaan i pada tahun t 3.3.2 Variabel Independen 1. Insentif Pajak (X1)
tersebut
Gorda (2004) berpendapat, insentif adalah
kemudian digunakan untuk memprediksi
suatu sarana memotivasi berupa materi yang
nilai nondiscretionary accrual melalui
diberikan sebagai suatu peransang atau pun
persamaan sebagai berikut:
pendorong dengan sengaja. Sedangkan insentif
NDAit = α1 (1/TAit-1 ) + α2[(ΔREVitΔRECit)/TAit-1] + α3 (PPEit/TAit-1) Keterangan ;
pajak yaitu peransang yang ditawarkan kepada
Koefisien
α1,
β1
dan
β2
= Total akrual perusahaan i pada tahun t TAit-1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t-1 ΔREVit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1 TAit
wajib pajak dengan harapan wajib pajak termotivasi untuk patuh terhadap ketentuan pajak. Berdasarkan penelitian Yin dan Cheng (2004) dalam Subagyo dan Oktavia (2010), insentif pajak diproksikan dengan perencanaan pajak. Perencanaan pajak (tax planning) merupakan langkah yang ditempuh oleh wajib 7
pajak untuk meminimumkan beban pajak
2. Earnings Pressure (EPRESS X2)
tahun berjalan maupun tahun yang akan
Earnings pressure didefinisikan sebagai
datang, agar pajak yang dibayarkan dapat
tindakan untuk melakukan penurunan akrual
ditekan seefektif mungkin dengan berbagai
yang bersifat menurunkan laba sehingga pajak
cara yang memenuhi ketentuan perpajakan
yang akan dibayarkan menjadi kecil (Yin dan
(Wijaya dan Martani, 2011).
Cheng,
2004).
Earnings
pressure
pada
Perencanaan pajak pada penelitian ini
penelitian ini mengikuti pendekatan yang
mengikuti penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan oleh Yin dan Cheng (2004),
Wijaya dan Martani (2011) dengan rumus
dihitung dengan menggunakan rumus:
berikut:
EPRESS=
a. Untuk tahun 2009 dengan rumus sebagai berikut: 3.
TAXPLAN = ∑ (28%. PTI-CTE) TAt
Tingkat Hutang (LEV X3) Tingkat
b. Untuk tahum 2010-2013 dengan rumus
hutang
merupakan
proporsi
sumber dana yang dimiliki oleh perusahaan
sebagai berikut:
yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari
TAXPLAN = ∑ (25%. PTI-CTE) TAt CTE = TI × STR
luar (hutang). Debt memberikan gambaran mengenai
tingkat
hutang
Keterangan :
perusahaan.
TAXPLAN = Perencanaan Pajak
menggunakan rasio leverage.
Pengukuran
yang
dimiliki
variabel
ini
PTI
= Pre-tax income
CTE
= Current portion of total tax
kewajiban dengan total asset. Semakin besar
expense (beban pajak kini)
rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai
Leverage merupakan rasio antara total
TA
= Total aset
utang perusahaan. Leverage digunakan untuk
TI
= Taxable income
menangkap
STR
= Tax Rate
manajemen laba ketika terjadi pelanggaran
Perhitungan taxplan dalam penelitian ini
berbeda
dengan
perhitungan
yang
dilakukan pada penelitian sebelumnya. Dalam penelitian
ini,
peneliti
menghitung
perencanaan pajak setiap tahun, yaitu pada tahun 2009 saat UU PPh dikeluarkan tarif
perjanjian
insentif
hutang
dalam
(Klein,
tindakan
2002).
Rasio
leverage dirumuskan sebagai berikut : Leverage = Total Hutang Total Aset
4.
Earnings Bath (ERANK X4) Earnings bath merupakan salah satu dari
dan tahun 2010 hingga
empat pola earnings management yang biasa
tahun 2013 tarif pajak diefektifkan sebesar
dilakukan menurut Scott (2009), manajemen
25%.
mencoba mengalihkan expeted future cost ke
pajak sebesar 28%
8
masa kini agar memiliki peluang yang lebih
Untuk menormalkan data dari insentif
besar mendapatkan laba dimasa yang akan
pajak dan tingkat hutang maka untuk data
datang dari yang seharusnya.
berskala
rasio
dinormalkan dengan cara
Diproksikan dengan peringkat ROE
mengeluarkan data ekstrim atau outlier dan
perusahaan (ERANK). ROE dihitung dengan
menggantinya dengan nilai rata-rata deskriptif
cara:
statistik. Bagi data variabel manajemen laba ROE
dan earnings pressure
x 100%
berskala nominal
dinormalkan dengan melakukan transformasi ERANK Diproksikan dengan peringkat ROE perusahaan. ERank diukur dengan menggunakan
variabel
dummy,
ERANK
diberi angka 1 jika berada di quantile terbawah (dibawah 20%), dan ERANK diberi angka 0 untuk yang lainnya.
ukuran
mengindikasikan perusahaan.
besar
Variabel
kecilnya
size
mentransformasi kembali dengan logaritma, sedangkan data yang bersifat kategori atau dikotumus tidak dinormalkan. Dengan cara menormalkan data tersebut maka nilai asymp sig (2-tailed) untuk size menjadi meningkat dari
5. Ukuran Perusahaan atau Size (X5) Size
data dengan menggunakan absolute dan
pada
penelitian ini diukur dari logaritma natural aset. Ukuran perusahaan pada penelitian ini
nilai
0,218
Maka
diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Penelitian
aset dimana sesuai penelitian Subagio dan
Manajemen Laba Insentif Pajak Earnings Pressure Tingkat Hutang Earnings Bath Size
SIZE = log (nilai buku total aset)
0,241.
berdasarkan hasil pengujian normalitas kedua
diukur dengan menggunakan logaritma natural
Oktavia (2010) dengan rumus sebagai berikut;
menjadi
Asym Sig (2-Tailed) 0,332 0,056 0,119 0,683 0,000 0,241
Alpha
Kesimpulan
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Normal Normal Normal Normal Belum Normal Normal
4.1 Teknik Analisis Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Sebelum dilakukan pembentukan modal regresi berganda terlebih dahulu dilakukan
tahapan
asumsi pengujian
klasik. asumsi
digunakan meliputi: 1. Pengujian Normalitas
penelitian,
kecuali
earnings
bath
telah
berdistribusi normal, hal tersebut ditandai
4.1.1 Uji Asumsi Klasik
pengujian
Pada tabel 4.1 terlihat seluruh variabel
Secara klasik
umum yang
dengan nilai asymp sig (2-tailed) yang dimiliki masing-masing variabel peneliti telah berada di atas 0.05, sedangkan variabel earnings bath tidak dinormalkan karena bersifat kategori atau dikotumus. Oleh sebab itu tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilaksanakan. 9
2. Pengujian Multikolinearitas Pengujian
multikolinearitas
Hasil Pengujian Autokorelasi Durbin Model Watson 1 2,055
dilakukan
dengan menggunakan tolerance dan variance influence factor (VIF). Berdasarkan hasil pengujian
multikolinearitas
yang
telah
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa nilai Durbin
dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat
Watson (DW) sebesar 2,055 nilai tersebut
pada tabel 4.2 di bawah ini:
menunjukan bahwa nilai DW yang dihasilkan
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel Independen Insentif Pajak
0,751
Cut Off >1
1,332
Cut Off < 10
LN Earnings Pressure Tingkat Hutang Earnings Bath
0,998
>1
1,002
< 10
0,752
>1
1,330
< 10
0,997
>1
1,003
< 10
Size
0,994
>1
1,006
< 10
Tolerance
VIF
berada di antara dua kuadran yaitu 1,8744 <
Kesimpulan Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi
2,055 < 2,1256. Nilai 1,8744 (du) diketahui melalui nilai Durbin Watson serta nilai 2,1256 didapat dengan cara 4 – du atau 4 – 1,8744. sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian yang digunakan tidak terjadi gejala autokorelasi,
oleh
sebab
itu
tahapan
pengolahan data lebih lanjut dapat segera Pada tabel 4.2 terlihat bahwa seluruh variabel independen yang digunakan meliputi insentif pajak, earnings pressure, tingkat
dilaksanakan. 4. Pengujian Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan
hutang, earnings bath dan ukuran perusahaan
dengan
(size) telah memiliki nilai tolerance mendekati
Berdasarkan
1 sedangkan nilai VIF di bawah 10 sehingga
dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat
dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel
pada tabel 4.4 di bawah ini:
independen yang digunakan dalam penelitian ini telah terbebas dari gejala multikolinearitas sehingga tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilanjutkan. 3. Pengujian Autokorelasi
menggunakan hasil
model
pengujian
Glejser.
yang
telah
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Heteroskedastisitias Variabel Independen Insentif Pajak LN Earnings Pressure Tingkat Hutang Earnings Bath Size
Sig 0,183 0,527 0,061 0.430 0,510
Alpha 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Kesimpulan Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW).
Pada tabel 4.4 terlihat bahwa seluruh
Kriteria pengujian yang digunakan adalah du <
variabel independen yang telah diregresikan
d <.4 – du. Berdasarkan hasil pengujian
dengan
autokorelasi yang telah dilakukan diperoleh
ditranformasikan ke dalam model absolute
ringkasan hasil terlihat pada tabel 4.3 di bawah
telah menghasilkan nilai signifikan di atas 0,05
ini:
sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh Tabel 4.3
variabel
independen
yang
variabel independen yang akan dibentuk ke 10
dalam sebuah model regresi telah terbebas dari
0,014
0,871
0,05
gejala heteroskedastisitas, sehingga tahapan
LN Earnings Pressure Tingkat Hutang
0,253
0,486
0,05
pengolahan data lebih lanjut dapat segera
Earnings Bath
0,008
0,957
0,05
dilaksanakan.
Size
0,007
0,931
0,05
4.2 Analisis Regresi Linear Berganda
R2 F-sig
Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
0,005 0,972
Untuk menguji hipotesis adanya pengaruh perubahan tarif pajak penghasilan badan dan
Sesuai dengan hasil pengujan statistik yang
insentif pajak non pajak terhadap manajemen
telah dilakukan dapat dibuat sebuah model
laba, maka digunakan alat uji statistik yaitu
persamaan regresi berganda seperti terlihat di
regresi
bawah ini:
linear
berganda.
Ghozali
(2011)
menyatakan regresi linear berganda dapat
Y = -1,889 – 0,261x1 + 0,014x2 + 0,253x3 +
dirumuskan sebagai berikut: Y
0,008x4 + 0,007x5
= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + e
Sesuai dengan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien determinasi
Keterangan :
sebesar
0,005.
Hasil
yang
diperoleh tersebut menunjukan bahwa variabel a
= Konstanta
y
= manajemen laba
b1, b2, b3, b4, b5
= Koefisien Regresi masing-
insentif pajak, earnings pressure, tingkat hutang, earnings bath dan size mampu
masing variabel
memberikan kontribusi dalam mempengaruhi manajemen laba sebesar 0,5% sedangkan
X1
= insentif pajak
X2
= earnings pressure
X3
= tingkat hutang
X4
= earnings bath
X5
= size
e
= Term Error
sisanya sebesar 99,5% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan di dalam penelitian ini. Pada tahapan pengujian statistik yang telah digunakan diperoleh nilai F-sig sebesar 0,972.
Pada
tahapan
pengolahan
data
digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05.
4.2.1 Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan
yang telah dilakukan dengan menggunakan
bahwa nilai signifikan sebesar 0,174 > alpha
bantuan program SPSS diperoleh ringkasan
0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima
hasil terlihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Independen (Constanta) Insentif Pajak
Koefisien Regresi -1,889 -0,261
meliputi insentif pajak, earnings pressure,
Sig
Alpha
Kesimpulan
0,868
0,05
Tidak
tingkat bukanlah
hutang, earnings bath dan size variabel
yang
tepat
untuk 11
mempengaruhi aktifitas manajemen laba pada
untuk
memberikan
tanggungjawab
dan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin
Efek Indonesia dari tahun 2009 - 2013.
bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya
Untuk membuktikan pengaruh variabel
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan
independen terhadap variabel dependen secara
tujuan utama pemberian insentif adalah untuk
individual
meningkatkan produktivitas kerja individu
maka
statistik. statistik
dilakukan
Berdasarkan yang
telah
pengujian
t-
tahapan
pengujian
dilakukan
diperoleh
ringkasan analisis dan pembahasan seperti terlihat pada sub bab di bawah ini:
maupun kelompok. 1. Earnings Pressure Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan variabel earnings
A. Insentif Pajak Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pressure diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,014, dengan nilai
dengan menggunakan t-statistik yang telah
signifikan
dilakukan diperoleh nilai koefisien regresi
pengolahan data digunakan tingkat kesalahan
untuk variabel insentif pajak bertanda negatif
sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut
sebesar 0,261 dengan nilai signifikan sebesar
menunjukan bahwa nilai signifikan 0,871 >
0,868. Tahapan pengujian statistik dilakukan
alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho
dengan
kesalahan
diterima dan H2 ditolak sehingga dapat
sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut
disimpulkan bahwa earnings pressure tidak
menunjukan bahwa nilai signifikan yang
berpengaruh signifikan terhadap manajemen
dihasilkan
Maka
laba pada perusahaan manufaktur di Bursa
keputusannya adalah Ho diterima dan Ha
Efek Indonesia. Hasil yang diperoleh pada
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
tahapan
insentif pajak tidak berpengaruh signifikan
menunjukan bahwa variabel earnings pressure
terhadap manajemen laba pada perusahaan
tidak mempengaruhi kegiatan manajemen pada
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
perusahaan
menggunakan
0,868
>
tingkat
alpha
0,05.
Menurut Pangabean (2002) Insentif adalah yang
mengaitkan
denganproduktifitas
Insentif
penghargaan
bentuk
dalam
gaji
merupakan uang
yang
diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui
0,871.
pengujian
manufaktur
Pada
tahapan
hipotesis
di
Bursa
kedua
Efek
Indonesia.
B. Insentif Non Pajak
kompensasi
sebesar
standar
yang
telah
ditentukan.Fungsi utama dari insentif adalah
2. Tingkat Hutang Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan variabel tingkat hutang
diperoleh
nilai
koefisien
regresi
bertanda positif sebesar 0,253 dengan tingkat signifikan sebesar 0,486. Proses pengolahan data secara statistik dilakukan menggunakan 12
tngkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikan
4. Size Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis
yang diperoleh jauh di atas tingkat kesalahan
kelima dengan menggunakan variabel ukuran
yang ditetapkan, maka keputusannya adalah
perusahaan atau size, diperoleh nilai koefisien
Ho diterima dan H3 ditolak sehingga dapat
regresi bertanda positif sebesar 0,007, dengan
disimpulkan bahwa tingkat hutang tidak
nilai signifikan hasil pengujian t-statistik
berpengaruh signiifikan terhadap manajemen
sebesar 0,931 Pada tahapan pengujian statistik
laba pada perusahaan manufaktur di Bursa
digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05,
Efek Indonesia. Temuan yang diperoleh pada
dengan demikian nilai signifikan sebesar 0,931
tahapan
ketiga
> alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho
menunjukan bahwa tingkat hutang yang diukur
diterima dan H5 ditolak sehingga dapat
dengan debt to total assets ratio bukanlah
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (size)
variabel
tidak berpengaruh signifikan terhadap praktek
pengujian
yang
hipotesis
mempengaruhi
kegiatan
manajemen laba.
manajemen laba pada perusahaan manufaktur
3. Earnings Bath Terhadap Manajemen Laba Sesuai dengan hasil pengujian hipotesis keempat
dengan
menggunakan
variabel
earnings bath diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,008. Hasil yang diperoleh tersebut diperkuat dengan nilai signifikan
sebesar
0,957.
Pada
tahapan
pengujian data secara statistic digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,957 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan H4 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa
earnings
bath
berpengaruh
signifikan terhadap
tidak
kegiatan
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil yang
diperoleh
hipotesis earnings
pada
keempat bath
tahapan
pengujian
menunjukan
bukanlah
bahwa
variabel
mempengaruhi kegiatan manajemen laba.
yang
di Bursa Efek Indonesia. Hasil yang diperoleh pada tahapan pengujian hipotesis kelima menunjukan bahwa ukuran perusahaan yang dinilai dari total asets bukanlah variabel yang mendorong praktek
melemah
manajemen
atau laba
meningkatnya dalam
sebuah
perusahaan. PENUTUP DAN KESIMPULAN Berdasarkan
kepada
analisis
dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka diajukan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang diajukan dalam peneliitian ini yaitu: 1. Insentif
pajak
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Earnings pressure
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba pada 13
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Tingkat
hutang
3. Peneliti dimasa mendatang disarankan untuk mencoba memperpajang periode
berpengaruh
observasi data, serta mencari sejumlah
signifikan terhadap manajemen laba pada
variabel yang juga mempengaruhi praktek
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
manajemen laba yang tidak digunakan di
Bursa Efek Indonesia.
dalam penelitian ini, seperti asimetris
4. Earnings
tidak
bath
tidak
berpengaruh
informasi,
penerapan
corporate
signifikan terhadap manajemen laba pada
governance hingga keberadaan variabel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
kinerja perusahaan lainnya, saran tersebut
Bursa Efek Indonesia.
penting untuk dicoba untuk meningkatkan
5. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saran Berdasarkan keterbatasan beberapa
kepada
kesimpulan
penelitian
saran
yang
maka
dan
diajukan
tentunya
dapat
memberikan manfaat positif bagi: 1. Perusahaan diharapkan mencoba untuk mengurangi dengan
praktek
cara
manajemen
memperketat
laba fungsi
monitoring di dalam perusahaan, semakin kecil kemungkinan praktek manajemen
ketepatan dan akurasi hasil penelitian yang diperoleh. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, Wenty. 2011. Analisis Tingkat Discretionary Accrual Sebelum dan Sesudah Perubahan Tarif Pajak Badan. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Ardila, Tyani Linda. 2012. Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan 2008 dan Pengaruh Insentif Pajak-Non Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Dipenegoro. Semarang.
laba tentu akan mendorong peningkatan kinerja perusahaan yang lebih riil, serta dapat mendorong terjaganya eksistensi perusahaan dalam jangka panjang. 2. Perusahaan disarankan untuk lebih patuh untuk memenuhi kewajiban pajak, serta berusaha
untuk
menghindari
keterlambatan dalam membayar pajak, saran tersebut
sangat
penting untuk
menjaga reputasi dan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Direktorat Jendral Pajak 2008. UndangUndang nomor 36 tahun 2008,http://www.pajak.go.id/dmdocum ents/UU-36-2008. diakses pada 23 desember 2012 Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Dipenegoro. Semarang. Gorda, IGN. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit STIE Satya Dharma Singaraja. 14
Hendricksen, E. S. and M. F. V. Breda. 1992. Accounting Theory, 5th Ed. Richard D. Irwin, Boston. Hidayati, Siti Munfiah dan Zulaikha. 2003. Analisis Perilaku Earnings Management, Motivasi Minimalisasi Income Tax. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Mulford, Charless W, dan Eugene E. Comiskey. Penerjemah Aurolla S. Harahap, dan Yudith D. Anggraeni. 2010. Deteksi Kecurangan Akuntansi, The Financial Numbers Game. Penerbit PPM. Jakarta. Panggabean, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan I, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Putri, Dian Anggraini. 2013. Pengaruh Insentif Pajak-Non Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manaufaktur Tahun 2006-2011. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta. Padang. Satwika, Anisa dan Theresia Woro Damayanti. 2005. Deteksi Manajemen Laba Melalui Beban Pajak Tangguhan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. XI, No. 1, hal 119 – 134. Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory, 5th Ed. Canada: Prantice Hall. Setiawati, lilis dan Ainun Naim. 2000. Manajemen Laba, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, No. 4.
Tiearya, Ivan Risky. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Sebagai Respon Atas Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan 2008 di Indonesia. Skipsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenegoro. Semarang. UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Widyaningdyah. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 3 No. 2, Nopember 2001: 89 – 101. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Wijaya, Maxson dan Martani, Dwi. 2011. Praktik Manajemen Laba Perusahaan Dalam Menanggapi Penurunan Tarif Pajak Sesuai UU No. 36 Tahun 2008. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. Yuliani. 2013. Pengaruh Penurunan Tarif Pajak Penghasila Badan Menurut UU No. 36 Tahun 2008, Insentif Pajak dan Non Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Skripsi Fakutas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenegoro. Semarang.
Sitorus, Rumenta P. 2010. Indikasi Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan Tahun 2008. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Ekonomi, Universitas Diponegoro. Subagyo dan Octavia. 2010. Manajemen Laba sebagai Respon atas Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 13. Purwokerto. 15