Pengaruh informasi dalam laporan keuangan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang pada perusahaan property dan real estate
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Antonius Mahar Pamuji NIM. F 0399022
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2003
ABSTRAK
PENGARUH INFORMASI DALAM LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA SATU TAHUN MENDATANG PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE
Antonius Mahar Pamuji F. 0399022
Krisis moneter merupakan salah satu gejala ekonomi yang sulit untuk dikendalikan dan diprediksi, sebab banyak variabel yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah tingkat inflasi. Pengaruh kondisi ekonomi ini, secara tidak langsung juga akan mempengaruhi perubahan unsur-unsur laporan keuangan sebuah perusahaan, padahal unsur inilah yang biasanya dipakai untuk memprediksi kinerja suatu perusahaan di masa mendatang. Sejalan dengan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menguji secara empiris kemampuan informasi dalam laporan keuangan, yaitu: laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang, baik tanpa memasukkan faktor deflator dan dengan memasukkan faktor deflator. Penelitian ini akan menggunakan sampel perusahaan real estate dan property, hal ini dikarenakan sektor ini yang terkena dampak paling parah pada saat terjadi krisis moneter di Indonesia, selain itu pemberlakuan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/46/KEP/DIR yang berlaku sejak tanggal 7 Juli 1997 tentang pembatasan pemberian kredit oleh Bank Umum untuk pembiayaan pengadaan atau pengolahan tanah. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel yang dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti dengan kriteria yang ditentukan, dan diperoleh 81 sampel laporan keuangan dari 27 perusahaan yang sesuai kriteria. Waktu pengamatan ditentukan mulai tahun 1997 sampai dengan tahun 2001. Hasil pengujian penelitian ini menunjukan bahwa persamaan regresi yang dipakai terbebas dari asumsi klasik, yaitu: normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Pengujian hipotesis dengan menggunakan pengujian koefisien regresi parsial sebelum memasukkan faktor deflator diperoleh hasil, bahwa hanya variabel laba yang berpengaruh signifikan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh. Hasil pengujian dengan menggunakan pengujian koefisien regresi parsial setelah memasukkan faktor deflator diperoleh hasil bahwa variabel laba yang berpengaruh signifikan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh. Hasil pengujian koefisien regresi serentak, baik sebelum maupun setelah memasukkan faktor deflator, menunjukan kelima variabel serentak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel perubahan laba satu tahun mendatang.
Hasil nilai adjusted R2 untuk penghitungan sebelum memasukkan faktor deflator diperoleh nilai sebesar 0,710 yang berarti 71% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh kelima variabel independennya, sedangkan sisanya sebesar 29% dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi. Nilai adjusted R2 untuk penghitungan setelah memasukkan faktor deflator diperoleh nilai sebesar 0,156 yang berarti 15,6% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh kelima variabel independennya, sedangkan sisanya sebesar 84,4% dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi. Analisis di atas disimpulkan, bahwa untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang sebelum memakai faktor deflator memberikan hasil yang lebih baik daripada jika memakai faktor tersebut. Walaupun demikian, penelitian ini masih ada beberapa keterbatasan antara lain sebagai berikut: Jumlah perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini relatif kecil, Penelitian ini belum mempertimbangkan ukuran perusahaan, dan Penelitian ini hanya menguji dari sisi tingkat inflasi saja. Berdasarkan temuan tersebut maka penulis mengajukan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yaitu: Memakai jenis kelompok perusahaan non-manufaktur lainnya sehingga bisa saling diperbandingkan, Mempertimbangkan ukuran perusahaan, dan Mengupas pengaruh faktor-faktor ekonomi lainnya terhadap persamaan ini. Kata Kunci : Informasi keuangan, Prediksi perubahan laba, Faktor deflator.
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Dosen Pembimbing Skripsi, guna memenuhi prasyarat penulisan skripsi, dengan judul: PENGARUH INFORMASI DALAM LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA SATU TAHUN MENDATANG PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE
Surakarta, 9 Agustus 2003
Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
Dra. Yasmin Umar Assegaf, Ak NIP. 131 472 637
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh team penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Surakarta, 13 Oktober 2003 Team Penguji Skripsi 1. Nurmadi Harsa Sumarta, SE, MSi., Ak.
(…………………….. )
NIP. 132 257 923 Ketua 2. Dra. Yasmin Umar Assegaf, Ak.
(…………………….. )
NIP. 131 472 637 Pembimbing 3. Drs. Santoso Tri Hananto, Ak.
(…………………….. )
NIP. 132 086 156 Anggota
5
HALAMAN MOTTO Berbuatlah sesuatu, karena hanya dengan begitu kita dapat membuat kemungkinan atas sesuatu yang tidak mungkin. (Nur Aeni)
Remember, what you don’t like to do today, is almost the same as tomorrow. (Bejo)
Ilmu yang tiada diamalkan adalah kosong, pekerjaan yang tiada diselesaikan adalah sia-sia. (Iskandar)
Kadang kala bersikap realitis merupakan jalan keluar dari harapan yang belum kesampaian. Tetapi walaupun begitu, janganlah kita putus harapan, sebab Sang Mpunya Rencana selalu memberi disaat kita benar-benar butuh, bukannya merasa butuh. (Tone)
Ingatlah selalu akan Dia yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak-pihak orang berdosa, suaya kamu jangan menjadi lemah dan putus asa (Ibrani 12:3)
6
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini memang bukanlah yang terbaik, tetapi ini adalah sebuah awal bagi penulis untuk memasuki tahap selanjutnya, suatu tahap dari berakhirnya kehidupan lama untuk terlahir kembali ke dunia baru, dimana tanggungjawab pribadi menjadi bertambah. Memang manusia selalu bermetamorfosis seperti kupu-kupu, terbang menjalani kehidupan yang telah digariskan oleh-Nya, garis yang begitu misterius dan tak bisa dikuak, kecuali bila kita telah kembali kepangkuan-Nya. Karena itulah hidup begitu menarik untuk dijelajahi, bukan !
Karya yang sederhana ini kupersembahkan kepada : [ Bapa dan Bunda Maria, atas tuntunan dan cahaya yang Engkau berikan dalam hidupku yang fana. Berjalan di sampingku, dan menyentilku saat aku berjalan terlalu menyimpang. [ Papa dan Mama, atas bimbingan dan dorongan serta pengalamanpengalaman masa mudanya, agar aku tetap semangat untuk menatap dan menjalani hidup yang penuh misteri ini. [ Saudaraku, m’ Lala dan d’ Andre, atas persaudaraan, pertengkaran, dan dukungannya. Ayo makan-makan lagi, tapi siapa yang traktir ?
KATA PENGANTAR
7
Puji dan syukur kupanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, sebab tanpa rahmat dan kuasa-Nya niscaya penulis belum dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH INFORMASI DALAM LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA SATU TAHUN MENDATANG PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE”. Manusia boleh berusaha dengan keras, tetapi Sang Empunya Cahaya Suci selalu mempunyai rencana yang terbaik bagi hamba-Nya. Adapun Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada : 1. Ibu Dra Salamah Wahyuni, SU, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Eko Arief S., M.Si. Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dra. Yasmin Umar Assegaf, Ak., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan dan saran yang sangat bermanfaat, serta dukungan hingga terselesainya skripsi ini. 4. Bapak Yacob Suparno, M.Si. Ak., selaku dosen Pembimbing Akademis selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi UNS ini. 5. Bapak Nurmadi H. S., SE, Ak., Msi. dan Bapak Santoso T. Hananto, Ak., selaku penguji pada saat pendadaran atas evaluasi, Kritik, serta sarannya. 6. Semua Staff dosen yang telah membimbing dan memberi bekal ilmu bagi penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi UNS ini. 7. Para staff Jurusan Akuntansi dan Fakultas Ekonomi yang telah saya repotkan selama pengurusan administrasi ujian pendadaran dan persyaratan wisuda. 8. Almamaaterku Akuntansi atas kesempatan, pengalaman, dan pengetahuannya. 9. Keluarga di Surabaya, yang selalu mendorong penulis untuk selalu maju dan berusaha yang terbaik dalam melakukan setiap tindakan dalam hidup ini. Berusahalah lebih dahulu, jangan pernah berkata tidak sebelum mencoba, sebab manusia harus selalu berusaha dan berserah diri pada Sang Pemilik Hidup ini, selamanya.
8
10. Keluarga besar Asrama Pondok Pak John atas pengalaman hidup sebagai perantauan di kota kecil ini. Ada Bimo, Sasongko, Nova, Aris, Kitir, Kipleh, Arif, Jayus, Cholis, m’Susilo, Ryo, Bambang, Puguh, Sigit, Bokir, Yoyon, Juang, Hari, Novan, Singgih, Bejo, Antok, Acong, Yoyok, m’Erwin, m’Mantri, Dian, Yudha, Agung, Budi, m’Chandra, Yudhi, m’Irul dan m’Ery. Ayo kita pakai seragam kebesaran asrama kita ! he…he…he… 11. Temen-temen Akuntansi Angkatan ’99 semuanya, baik yang sudah lulus dan yang sedang berjuang. Yoyok (Ayo Yok main CS lagi!), Imron (Bagaimana tokonya?), Pratomo (Gimana usahanya), Meme, Danar, Hari, Darmo, Rina, Iva, Lia, Astrid (Ayo belajar mandarin!), Lina, Wiwin (Kapan ke komik lagi?), Lukman (Terima kasih fotonya!), Ira, Murti, Maryani, Papang, Ipung, Esti (Aku telah mengejar!), Kuartet Chirtian (Mia, TC, HP, KD), Nimang (Bagaiman laku tidak?), Adi Mila (Terus pertahankan), Irma (Thanks bukunya), Ayu (Sudah bintang?), Lilien (Ada salam dari Reza), Reza (idem deh), Atik (Ayo SMS lagi yuk) dan semuanya yang belum sempat disebutkan satu persatu. TERIMA KASIH. VIVA AKUNTANSI ’99. 12. Temen-temen angkatan 99. Rohim (Halo adek he…he…he…), Irin, Restu, Arif, Feri, dan semuanya. 13. Teman-teman organisasi dimana aku pernah berkolaborasi bersama dalam misi dan visi organisasi (KMK, Bapema, KSB, Kopma, PMKRI, HMJ Akuntansi). Terima kasih atas pengalaman dan dukungannya. Serta semua pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, namun masih memiliki harapan semoga karya sederhana ini bisa menambah khasanah ilmu bagi Fakultas Ekonomi UNS dan pembaca pada umumnya. Surakarta, 9 Agustus 2003 Penulis Antonius M P DAFTAR ISI
9
Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………….
i
ABSTRAK …………………………………………………………………… ii HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………….……… iv HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….……….
v
HALAMAN MOTTO ………………………………………………..……… vi HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………….……….. vii KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… x DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xiii BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang…..……………………….………………………… 1 B. Perumusan Masalah….……………………………………………..
4
C. Tujuan Penelitian…….……………………………………………..
4
D. Pembatasan Masalah…..………………...…………………………. 4 E. Manfaat Penelitian…….…………………………………………… 5 II.
LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan …....…………………..
6
B. Pemakai Laporan Keuangan………………….…………………….. 8 C. Karakteristik dan Unsur Laporan Keuangan …....…………………
9
D. Akuntansi Pengembangan Real Estate ………….…………………. 13 E. Analisis Laporan Keuangan …………………….…………………. 15
10
F. Inflasi …………………………………………….………………… 19 G. Penelitian Terdahulu…………………………….…………………. 21 H. Kerangka Teoritis………………………………..…………………. 22 I. Hipotesis …………………………………………………………… 23 III.
METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian …..…………………………………..… 25 B. Populasi dan Sampel Penelitian ……..………………………….… 25 C. Pengumpulan Data …………………..…………………………..… 27 D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………………….... 28 E. Metode Analisis Data …………………………….….………..…… 31
IV.
ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Pengumpulan Data ……………….………………………….. 40 B. Pengolahan Data ………………………..…..……………………… 40 C. Pengujian Hipotesis ……………………………………………….. 48 D. Interpretasi Hasil ……………………….………………………….. 55
V.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….………………………..……………………… 59 B. Keterbatasan ……….………………………………………………. 63 C. Saran ………………..………………………..…………………….. 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
11
Tabel
Halaman
II.1
Tingkat Inflasi………………………………………………………… 20
IV.1
Uji Normalitas ………………………………………………………... 41
IV.2
Uji Heteroskedastisitas Sebelum Faktor Deflator ……………………. 43
IV.3
Uji Heteroskedastisitas Setelah Faktor Deflator……………………… 43
IV.4
Uji Multikolinieritas Sebelum Faktor Deflator ………………………. 44
IV.5
Uji Multikolinieritas Sebelum Faktor Deflator ………………………. 45
IV.6
Uji Multikolinieritas Setelah Faktor Deflator………………………… 45
IV.7
Uji Multikolinieritas Setelah Faktor Deflator………………………… 45
IV.8
Nilai T Sebelum Memasukan Faktor Deflator ………………………. 49
IV.9
Nilai T Setelah Memasukan Faktor Deflator ………………………… 50
IV.10 Pengujian Koefisien Regresi Serentak ……………………………….. 53 IV.11 Pengujian Goodness of Fit ………….……………………………….. 55
DAFTAR GAMBAR
12
Gambar 2.1
Halaman
Kerangka Teoritis…………………………………………………….. 23
13
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis moneter merupakan salah satu gejala ekonomi yang sulit untuk dikendalikan dan diprediksi, sebab banyak variabel yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah tingkat inflasi. Pada bulan Juli 1997, inflasi sangat tinggi terjadi di Indonesia, sehingga bangsa ini memasuki krisis ekonomi yang berkepanjangan (Bank Dunia,1998: 25). Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis ekonomi yaitu : 1. Hutang luar negeri swasta yang tumbuh dengan sangat pesat, terutama dalam periode antara tahun 1992 sampai Juli 1997. 2. Sistem perbankan Indonesia yang belum siap saat memasuki masa krisis, akibat pesatnya pertumbuhan kredit macet. 3. Masalah lama pemerintah seperti: praktek birokrasi, korupsi, kolusi, dan nepotisme; yang tidak akan pernah berakhir. 4. Situasi politik yang kurang menguntungkan akibat ketidakpastian proses pemilihan presiden. Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil tersebut, pada umumnya menyebabkan beberapa industri dan perusahaan dalam negeri terkena imbasnya. Khususnya perusahaan property dan real-estate merupakan sektor yang mengalami pukulan sangat berat
14
Hal tersebut masih diperparah lagi dengan dikeluarkannya regulasi baru, tentang pembatasan pemberian kredit oleh Bank Umum untuk pembiayaan pengadaan atau pengolahan tanah, seperti yang tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/46/KEP/DIR yang berlaku sejak tanggal 7 Juli 1997. Khusus bagi pengembang untuk tujuan pembangunan rumah sederhana mendapat pengecualian (Silalahi, 1997: 78). Informasi seperti tersebut di atas, baik kuantitatif maupun kualitatif sangatlah
penting
bagi
pimpinan
perusahaan
untuk
mengendalikan
perusahaannya, sehingga dapat memprediksi sejak dini permasalahanpermasalahan yang akan dihadapinya. Salah satu instrumen yang dipakai untuk membuat suatu analisa ekonomi untuk masa depan adalah dengan memakai laporan keuangan. Hal ini dikarenakan laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban seorang manajer kepada pemilik perusahaan atas sumber daya organisasi yang dipercayakan kepadanya, selain itu laporan ini merupakan sumber utama informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan informasi dari laporan keuangan tersebut akan dapat diketahui kinerja perusahaan dan perkembangan perusahaan di masa mendatang. Penelitian mengenai instrumen laporan keuangan pernah dilakukan oleh Parawiyati dkk (2000), Sandiyani dan Titik (2001), dan Wijayanti (2002), yang menyimpulkan bahwa informasi laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba masa yang akan datang, variabel yang dipakai antara lain: laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, rasio laba kotor terhadap penjualan.
xv
Machfoedz (1994), dan Ika (2000) melakukan penelitian tentang analisa rasio keuangan. Hasilnya, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitaslah yang paling signifikan untuk memprediksi laba masa mendatang. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memilih judul Skripsi dalam penelitian ini adalah: PENGARUH INFORMASI DALAM LAPORAN KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA SATU TAHUN MENDATANG PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REALESTATE. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Wijayanti (2002), yang menguji variabel keuangan yaitu laba, persediaan, piutang, biaya administrasi dan penjualan, rasio laba kotor terhadap penjualan. Faktor yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut ini. Pertama, populasi perusahaan go-publik yang dipakai untuk penelitian adalah perusahaan property dan real-estate sedangkan sebelumnya adalah perusahaan manufaktur. Alasan peneliti memilih perusahaan property dan real-estate, karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan nonmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan belum pernah diteliti sebelumnya. Kedua, penelitian ini memasukan faktor deflator yang berupa Tingkat Inflasi sedangkan penelitian Wijayanti (2002) belum memasukan. Alasannya karena perubahan tingkat inflasi pertahun akan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan pada umumnya dan perubahan laba pada khususnya.
xvi
Walaupun begitu hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi konfirmasi terhadap penelitian sebelumnya.
Perumusan Masalah
Apakah laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang pada perusahaan property dan realestate yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama krisis moneter. Apakah laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan setelah diperhitungkan dengan tingkat inflasi dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang pada perusahaan property dan real-estate yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama krisis moneter.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan yang digunakan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang pada perusahaan property dan real-estate di Bursa Efek Jakarta selama krisis moneter.
Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis akan membatasi pada pengaruh laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap
xvii
penjualan yang digunakan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang dengan penggunaan suku bunga pinjaman tetap kepada debitor, dalam waktu penelitian antara tahun 1997-2001. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan data yang tersedia untuk mendukung penelitian penulis.
Manfaat Penelitian
Bagi perusahaan property dan real-estate Membantu para manajer untuk mengambil kebijakan berkaitan masa depan perusahaan, berdasarkan informasi laporan keuangan yang dianalisis tersebut. Bagi investor dan calon investor Memberikan bukti empiris tentang kemampuan informasi dalam laporan keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan property dan realestate, dan sebagai acuan untuk memutuskan investasi mana yang akan diambil. Bagi peneliti sendiri Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisi informasi keuangan, khususnya yang berkaitan dengan perusahaan property dan real-estate.
xviii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah seperangkat laporan yang menyediakan informasi berkaitan dengan hasil akhir proses akuntansi. Laporan keuangan juga memiliki sifat historis, menyeluruh dan merupakan suatu progress report, yang merupakan hasil kombinasi antara fakta yang tercatat, prinsip dan anggapan serta kebiasaan dalam akuntansi, dan pendapat pribadi (Munawir, 2002: 19). Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Keuangan, 2002: 1.2) laporan keuangan dibagi menjadi komponen berikut ini: 1. neraca. Merupakan laporan yang menunjukkan kondisi posisi keuangan perusahaan pada akhir suatu periode. 2. laporan laba-rugi. Merupakan laporan yang menggambarkan hasil-hasil operasi selama periode bersangkutan. 3. laporan perubahan ekuitas. Merupakan laporan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan, berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 4. laporan arus kas. Merupakan laporan tentang kas yang disediakan dan digunakan oleh aktivitas operasi, investasi dan pembelanjaan.
xix
5. catatan atas laporan keuangan. Catatan ini meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapanpengungkapan lain yang diperlukan untuk menhasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1999: 1.2) adalah Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, serta menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan dalam FASB 1978 dalam Munawir (2002: 20), menyatakan bahwa laporan keuangan harus memberikan: 1. informasi yang dapat bermanfaat bagi para pemakainya, seperti: investor, calon investor, dan kreditor; dalam mengambil suatu keputusan berkaitan dengan investasi, dan kredit yang diberikan secara rasional. 2. informasi menyeluruh mengenai kondisi keuangan suatu perusahan, kepada pihak yang berkepentingan. 3.
informasi mengenai bisnis maupun aktivitas ekonomi suatu perusahaan, bagi pihak yang menginginkan untuk melakukan pembelajaran lebih lanjut.
xx
4. informasi tentang sumberdaya ekonomi milik perusahaan, tentang asal sumberdaya tersebut, serta pengaruh transaksi atau kejadian yang merubah sumberdaya dan hak atas sumberdaya tersebut. 5. informasi tentang kinerja keuangan perusahaan dalam satu periode. 6. informasi untuk membantu pemakai laporan keuangan dalam mengakses jumlah, waktu dan ketidakpastian penerimaan kas dari deviden atau bunga dan penerimaan dari penjualan atau penarikan kembali surat berharga atau pinjaman.
Pemakai Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 1999: 1.2) mengelompokan pemakai laporan keuangan ke dalam tujuh kelompok. 1. Investor. Mereka membutuhkan informasi untuk menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut, dan menilai kemampuan perusahaan, apakah sanggup untuk membayar dividen. 2. Karyawan. Kelompok ini tertarik pada informasi laporan keuangan mengenai stabilitas, profitabilitas perusahaan, dan kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, serta kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman. Mereka tertarik dengan informasi laporan keuangan yang dapat membantu untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Kelompok ini tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah
xxi
yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Perbedaannya dengan pemberi pinjaman terletak pada tenggang waktu yang lebih pendek. 5. Pelanggan.
Mereka
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan. 6. Pemerintah. Mereka membutuhkan informasi dalam laporan keuangan perusahaan untuk menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional. 7. Masyarakat. Informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta aktivitasnya. Menurut Munawir (2002: 7), selain ketujuh kelompok di atas masih ada pihak lain yang membutuhkan informasi laporan keuangan yaitu manajemen perusahaan tersebut. Kelompok ini membutuhkan informasi laporan keuangan untuk membuat perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan keuangan, operasi, dan investasi, serta untuk penentuan bonus, penilaian kinerjanya, distribusi laba.
Karakteristik dan Unsur Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan suatu ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai (Ikatan Akuntansi Indonesia, 1999: 5). Terdapat empat karakteristik kualitatif utama yaitu: 8. dapat dipahami, maksudnya kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan mudah untuk dipahami oleh pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
xxii
ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Walaupun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. 9. relevan, maksudnya laporan keuangan supaya bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pemakainya, maka informasi yang disajikan harus relevan dan bisa dipakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dikatakan memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. 10. keandalan, maksudnya kualitas informasi dalam laporan keuangan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 11. dapat
diperbandingkan,
maksudnya
pemakai
harus
dapat
memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan
kecenderungan
xxiii
posisi
dan
kinerja
keuangan.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapatkan informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Pada prakteknya di lapangan selain menyajikan informasi periode saat ini, perusahaan perlu juga menyajikan periode sebelumnya dalam laporan keuangan, sehingga pemakai dapat membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan antar periode. Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur dari laporan keuangan. Untuk unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia (1999: 9) membaginya menjadi unsur berikut ini. 1. Aktiva adalah kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan yang diharapkan akan dapat diperoleh dengan mengelola sumber daya yang dikuasai/dimiliki oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu. 2. Kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang berasal dari hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu. 3. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Pada suatu perusahaan komersial, ekuitas adalah kepemilikan.
xxiv
Unsur-unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba-rugi terdiri atas. 1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. 2. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam saham. Penghasilan dan beban dapat disajikan dalam laporan laba-rugi dengan beberapa cara yang berbeda, demi untuk menyediakan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, dengan mempertimbangkan hakekat perusahaan dan operasinya. Pos yang timbul dari aktivitas yang biasa bagi suatu perusahaan mungkin tidak biasa bagi perusahaan lain. Penghasilan bersih dalam laporan keuangan seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi. Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Walaupun demikian unsur lain masih memiliki dampak terhadap perubahan laba, seperti piutang dagang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan. Sebagai contoh, apabila terjadi peningkatan pada piutang dagang, maka akan mempengaruhi penghasilan perusahaan tersebut, maksudnya peningkatan kredit itu akan mempengaruhi perubahan laba di masa mendatang, sebab kerugian piutang yang akan
xxv
dibebankan juga akan semakin besar pula. Efek domino inilah yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen dalam mengambil kebijakan perusahaan ke depan, dan dipakai juga oleh pihak lain dalam mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan kinerja perusahaan tersebut. B. Akuntansi Pengembangan Real-Estate
Akuntansi
pengembangan
real-estate
merupakan
suatu
kumpulan
perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang secara khusus berkaitan dengan aktivitas pengembangan perumahan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 1999: 44.1). Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang belum diatur dalam PSAK No. 44 tentang Akuntansi Pengembangan Real-estate diperlakukan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum. Perlakuan akuntansi tersebut berasal dari aktivitas pengembangan realestate, yaitu suatu kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan dan atau bangunan komersial dan atau bangunan industri. Bangunan tersebut nantinya akan dijual atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara eceran. Aktivitas pengembangan real-estate juga mencakup perolehan kapling tanah untuk dijual tanpa bangunan, sedangkan perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real-estate disebut sebagai perusahaan pengembang. Perlakuan akuntansi pada laporan keuangan perusahaan real-estate dan properti pada umumnya hampir sama dengan laporan keuangan perusahaan manufaktur. Namun pada beberapa pos-pos khusus mempunyai beberapa perbedaan tersendiri. Kekhususan tersebut terletak pada persediaan, aktiva tetap, penjualan atau pendapatan. Sebagai contoh, pada perusahaan
xxvi
manufaktur, tanah dan bangunan merupakan pos yang masuk dalam kelompok aktiva tetap, sedangkan persediaan merupakan barang hasil produksi yang umumnya barang bergerak. Pada perusahaan property dan real-estate, tanah yang dibebaskan untuk membangun perumahan, perkantoran, dan pusat bisnis merupakan persediaan, begitu juga dengan bangunan yang berupa perumahan, perkantoran, dan pusat bisnis yang telah dikembangkan untuk dijual kembali merupakan persediaan. Pada tanggal 7 Juli 1997, pemerintah membuat suatu regulasi baru yang berdampak pada perusahaan property dan real-estate secara umum. Regulasi tersebut
tertuang
dalam
Surat
Keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
No. 30/46/KEP/DIR, yang berisi tentang pembatasan pemberian kredit oleh Bank Umum untuk pembiayaan pengadaan atau pengolahan tanah (Silalahi, 1997: 78). Regulasi tersebut bermaksud untuk melarang Bank untuk memberikan kredit, baik langsung atau tidak dan atau membeli/menjamin Surat Berharga dari pengembang untuk pembiayaan pengadaan dan atau pengolahan tanah. Persetujuan kredit baru maupun kredit yang telah berjalan yang diberikan setelah tanggal 7 Juli 1997 juga terkena dampak regulasi baru tersebut. Walaupun begitu untuk pengembang yang bertujuan untuk pembangunan rumah sederhana mendapatkan pengecualian dari aturan ini. Aturan baru ini walau terlihat sangat keras dan bisa mematikan sektor property dan real-estate, karena bisa kekurangan dana segar, tetapi bisa dipahami oleh semua pihak. Salah satu pertimbangan diberlakukannya aturan ini adalah, pemerintah memandang laju pertumbuhan pinjaman perbankan
xxvii
kepada sektor ini telah berlebihan, dan dapat mempengaruhi kestabilan moneter yang pada saat itu sedang mengalami kemerosotan, akibat menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang cukup tajam. Pemerintah mengeluarkan aturan ini juga mengaca pada negara tetangga yaitu Thailand, yang pernah mengalami kondisi yang serupa. Pada saat itu Thailand juga mengalami pertumbuhan pemberian kredit ke sektor property dan real-estate yang terlalu besar, dan akibatnya negara tersebut mengalami gangguan kestabilan moneter. Bila pemerintah tidak segera bertindak maka kondisi di Thailand akan terjadi juga di Indonesia, bahkan lebih parah lagi. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah kredit macet yang pada Desember 1996 sebesar 29,124 miliar menjadi 32,29 miliar pada April 1997, sehingga mengalami peningkatan 10,87%; dan sebagian besar kredit macet tersebut berasal dari sektor property dan real-estate, suatu kondisi yang sangat membahayakan pada saat itu bila dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah. Selain itu untuk mencegah agar aturan baru tersebut tidak dilanggar oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab, pemerintah menetapkan sanksi yang sangat keras yaitu kewajiban membayar 10% dari jumlah kredit yang disetujui untuk membiayai pengadaan dan/atau pengolahan tanah (Silalahi, 1997: 79).
Analisis Laporan Keuangan
Aktivitas bisnis saat ini semakin lama semakin komplek, dan bukan lagi sebatas menerima dan mengeluarkan kas saja. Pihak-pihak yang terlibat pun juga semakin banyak, dan masing-masing membutuhkan informasi yang berbeda-beda pula. Akibatnya informasi tentang suatu perusahaan menjadi
xxviii
sangat penting dan sangat berharga bagi pihak-pihak tersebut. Informasi yang didapat tersebut nantinya akan digunakan oleh pihak terkait untuk membuat suatu keputusan berkaitan masa depan suatu perusahaan, atau dengan kata lain pihak-pihak tersebut ingin meramalkan kondisi perusahaan di masa mendatang. Akan tetapi kondisi masa depan merupakan suatu kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, dan tidak ada satu pun pihak yang berani mengatakan pihaknya mampu meramalkan kondisi dengan sempurna, sebab hal tersebut sangat mustahil dilakukan. Salah satu upaya untuk meminimalkan ketidakpastian tersebut dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Dalam situasi tertentu, analisis terhadap laporan keuangan tersebut mampu memberikan suatu kepercayaan kepada pihak-pihak terkait tentang ketidakpastian, sehingga mereka mampu membuat suatu keputusan yang lebih efisien, dan efektif, serta dapat dipertanggungjawabkan secara empiris. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, analisis adalah “suatu penyelidikan tentang peristiwa yang terjadi untuk mengetahui penyebab, permasalahan, dan alternatif penyelesaiannya”. Sehingga analisis laporan keuangan bisa diartikan sebagai suatu penyelidikan tentang peristiwa yang terjadi mengenai laporan keuangan, bagaimana posisi keuangan perusahaan, transaksi apa yang terjadi selama satu periode laporan, bagaimana suatu laporan terbentuk, permasalahan apa yang krusial bagi masa depan perusahaan, dan bagaimana alternatif-alternatif penyelesaiannya dalam menjawab permasalahan yang ada, serta bagaimana potensi perusahaan di masa mendatang.
xxix
Menurut Munawir (1997: 55), dalam melakukan analisis dan penilaian terhadap laporan keuangan, ada beberapa faktor utama yang sering kali mendapat perhatian oleh para analis sebagai berikut ini. 1. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek atau pada saat jatuh tempo (short-term liquidity). 2. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban keuangannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang (capital structure and solvency). 3. Kemampuan dan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu (operating performance and profitability). 4. Tingkat pengembalian yang dapat diperoleh dari total aktiva yang digunakan (return on invested capital). 5. Efisiensi penggunaan aktiva (asset utilization atau turnover aktiva). 6. Aliran kas dan perkiraannya di masa depan (cash flow and forecasting). Untuk melakukan analisis terhadap laporan keuangan sering kali dilakukan dengan
cara
menelaah
atau
mempelajari
hubungan,
tendensi
atau
kecenderungannya (trend). Banyak metode dan teknik analisis yang dapat digunakan dalam rangka untuk menentukan dan mengukur hubungan antara informasi yang satu dengan informasi lainnya dalam laporan keuangan atau kombinasi antara informasi laporan keuangan dan informasi non-keuangan, seperti informasi tentang produk-pasar. Teknik analis yang digunakan saat ini dibagi atas cross-sectional technique dan time-series technique (Munawir, 2002: 57-58). Cross-sectional technique merupakan analisis vertikal atau analisis terhadap laporan keuangan yang hanya meliputi satu periode (hanya dapat memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam satu laporan keuangan), yang meliputi (a) common size statement, (b) financial ratio analysis, dan (c) cash flow statement analysis. Time-series technique merupakan analisis horizontal atau analisis terhadap laporan keuangan
xxx
dengan mengadakan perbandingan dari laporan-laporan untuk beberapa saat/periode, yang meliputi (a) trend analysis, (b) financial ratio analysis, (c) common size analysis, dan (d) comparison analysis. Salah satu teknik yang umumnya dipakai dalam praktek adalah analisis rasio. Teknik analisis rasio ini terdiri atas puluhan rasio yang dapat digunakan untuk menghitung satu set laporan keuangan, namun rasio-rasio yang relevan dengan investigasi yang akan dilakukan hanya ada beberapa saja. Munawir (1997: 79) membagi rasio tersebut menjadi empat kategori: (1) untuk keperluan pengukuran kinerja keuangan secara menyeluruh, (2) untuk keperluan pengukuran profitabilitas atau rentabilitas, (3) untuk keperluan pengujian investasi, dan (4) untuk keperluan pengujian kondisi keuangan, antara lain tingkat likuiditas dan solvabilitas. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio laba kotor terhadap penjualan. Rasio ini berguna untuk mengukur laba yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan atau mengukur tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba operasi. Machfoedz (1994) meneliti tentang analisa rasio keuangan dan prediksi perubahan laba di Indonesia. Penelitiannya tersebut menghasilkan suatu kesimpulan bahwa rasio keuangan yang signifikan untuk memprediksi laba masa mendatang, adalah rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Rasio solvabilitas yang signifikan berpengaruh adalah mengenai rasio modal dan jumlah utang terhadap aktiva tetap, sedangkan untuk profitabilitas adalah rasio laba kotor terhadap penjualan, serta rasio utang terhadap modal. Dari empat
xxxi
rasio tersebut terdapat satu rasio yang signifikan pada tingkat kurang dari 0,05 yaitu rasio laba kotor terhadap penjualan.
C. Inflasi
Inflasi adalah “kenaikan harga secara umum” (Siegel dan Shim, 1999), atau “kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus” (Boediono, 1985). Kenaikan harga disini bukan hanya kenaikan satu atau dua barang saja melainkan kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kecuali, jika kenaikan barang tersebut berhubungan dengan musiman, menjelang hari-hari besar, atau terjadi satu kali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak bisa disebut sebagai inflasi. Menurut Boediono (1985: 156-159) ada banyak cara untuk menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama didasarkan atas parah atau tidaknya inflasi tersebut. 1. Inflasi ringan (di bawah 10% setahun) 2. Inflasi sedang (antara 10-30% setahun) 3. Inflasi berat (antara 30-100% setahun) 4. Hiperinflasi (di atas 100% setahun) Penggologan yang kedua adalah atas dasar sebab musabab awal dari inflasi. 1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang begitu besar, biasanya inflasi ini disebut dengan demand inflation.
xxxii
2. Inflasi yang timbul dari kenaikan ongkos suatu produksi, biasanya disebut dengan cost inflation. Penggolongan ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi tersebut. 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi ini timbul misal karena adanya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau hasil panen yang gagal. 2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi ini timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri, atau perbedaan nilai tukar mata uang. Tingkat inflasi yang dipakai tercantum dalam tabel berikut ini. TABEL II.1 TINGKAT INFLASI TAHUN TINGKAT INFLASI 1996 6,47 1997 11,05 1998 77,63 1999 2,01 2000 9,35 2001 12,55 Sumber: Laporan Tahunan BI Pengaruh inflasi ini sangat mempengaruhi kinerja perusahaan, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ika (2000). Penelitian ini menguji mengenai perbedaan kinerja perusahaan publik untuk periode sebelum dan selama krisis moneter. Instrumen penelitian ini memakai rasio keuangan untuk mengukur kinerja perusahaan, yang terdiri atas: rasio likuiditas dan operasi, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Hasilnya menunjukan bahwa kinerja perusahaan berbeda secara signifikan antara
xxxiii
periode sebelum dengan selama krisis moneter, sedangkan rasio yang berbeda secara signifikan adalah solvabilitas dan profitabilitas.
D. Penelitian Terdahulu
Parawiyati, Hastuti, dan Subiyantoro (2000); menguji tentang laba, piutang dagang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, rasio laba kotor terhadap penjualan, arus kas; dalam memprediksi keuntungan investasi laba dan arus kas masa depan; dengan memasukkan faktor deflator yakni indeks harga konsumen (IHK). Pada perusahaan manufaktur dalam periode pengamatan antara tahun 1989-1994. Hasilnya secara keseluruhan informasi keuangan signifikan sebagai prediktor perubahan laba dan arus kas beberapa tahun mendatang, baik dengan atau tanpa deflator. Kecuali pada prediksi laba dua tahun ke depan terdapat perbedaan antara tanpa dan dengan adanya deflator. Tanpa deflator yang signifikan secara individu adalah laba, piutang dagang, dan rasio laba kotor terhadap penjualan. Sedangkan dengan deflator yang signifikan secara individu adalah laba dan piutang dagang. Sandiyani dan Aryati (2001), menguji tentang laba, piutang dagang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, rasio laba kotor terhadap penjualan, arus kas; dalam memprediksi keuntungan investasi laba dan arus kas masa depan; tanpa memasukkan faktor deflator. Pada perusahaan manufaktur dalam periode pengamatan antara tahun 1992-1997. Hasil pengujian regresi berganda menunjukan bahwa variabel informasi keuangan signifikan sebagai prediktor laba dan arus kas untuk satu tahun ke depan,
xxxiv
sedangkan pada pengujian nilai-t untuk masing-masing variabel, yang signifikan mempengaruhi perubahan laba satu tahun ke depan adalah laba, piutang, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan. Dan yang mempengaruhi perubahan kas satu tahun ke depan adalah arus kas, piutang, dan biaya administrasi dan penjualan. Wijayanti (2002), menguji tentang laba, piutang dagang, persediaan, operating expenses, rasio laba kotor terhadap penjualan; dalam memprediksi keuntungan investasi laba masa yang akan datang; tanpa memasukkan faktor deflator. Pada perusahaan manufaktur dalam periode pengamatan antara tahun 1993-2000. Hasil nilai-F menunjukan bahwa variabel informasi keuangan berpengaruh serentak secara signifikan baik sebelum dan selama krisis moneter untuk memprediksi laba masa yang akan datang. Tetapi nilai-t sebelum krisis menunjukan yang berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi laba masa yang akan datang adalah laba dan piutang, sedangkan untuk yang selama krisis adalah laba, piutang, persediaan, dan operating expenses.
Kerangka Teoritis
Informasi dalam laporan keuangan yang dipakai sebagai variabel independen, akan terdiri atas laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan; sedangkan untuk variabel dependennya akan menggunakan perubahan laba satu tahun mendatang. Penelitian ini akan menggunakan dua model hipotesis, dimana untuk model pertama tidak akan memasukan faktor deflator, sedangkan model kedua akan
xxxv
memasukan faktor deflator. Faktor deflator yang dimasukan adalah tingkat inflasi nasional pertahun, penggunaan faktor ini untuk menguji secara empiris pengaruh kondisi ekonomi dalam prediksi laba satu tahun mendatang, dengan memasukan tingkat inflasi nasional pertahun ini diharapkan bisa menjawab permasalahan yang ada. Untuk memperjelas hal tersebut dibuatlah model penelitian sebagai berikut :
Informasi laporan keuangan : 1. Laba 2. Piutang 3. Persediaan 4. Biaya administrasi dan penjualan 5. Rasio laba kotor terhadap penjualan
Laba satu tahun mendatang
Variabel independen
Variabel dependen
GAMBAR 2.1 KERANGKA TEORITIS
Hipotesis
Pengujian empiris terhadap hipotesis yang diajukan ini, akan dilakukan dengan menggunakan dua model hipotesis; model pertama memasukan variabel tanpa faktor deflator, model kedua memasukan variabel dengan faktor deflator tingkat inflasi di Indonesia. Adapun persamaan yang digunakan. H01: Laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan tidak berpengaruh signifikan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang pada perusahaan
xxxvi
property dan real-estate yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama krisis moneter.
H02: Laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan setelah diperhitungkan dengan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang pada perusahaan property dan real-estate yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama krisis moneter.
xxxvii
BAB III
METODE PENELITIAN F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2002), yang menguji variabel keuangan yaitu laba, persediaan, piutang, biaya administrasi dan penjualan, rasio laba kotor terhadap penjualan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya terletak pada sampelnya, yaitu perusahaan property dan real-estate yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, serta penggunaan faktor deflator, yaitu tingkat inflasi. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan property dan real-estate serta informasi yang terkait dengan sampel tersebut, dengan mengambil tahun penelitian selama krisis moneter mulai tahun 1997-2001. Data tersebut diperoleh dari Pojok BEJ FE-UNS, Pusat Referensi Pasar Modal Surabaya, dan Badan Pusat Statistik Cabang Surakarta, dengan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling.
G. Populasi dan Sampel Penelitian
xxxviii
Populasi adalah keseluruhan kelompok yang hendak diteliti atau dipelajari (Sekaran, 2000: 206). Untuk penelitian ini menggunakan populasi perusahaan property dan real-estate yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Alasan memilih perusahaan ini, karena pada saat terjadi krisis moneter perusahaan property dan real-estate merupakan sektor yang mengalami pukulan terberat (Bank Dunia, 1998: 23). Selain itu pada tanggal 7 Juli 1997, pemerintah mengeluarkan regulasi baru tentang pembatasan pemberian kredit oleh Bank Umum untuk pembiayaan pengadaan atau pengolahan tanah, seperti yang tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/46/KEP/DIR (Silalahi, 1997: 78). Regulasi baru ini berlaku bagi persetujuan kredit baru maupun kredit yang telah berjalan yang diberikan setelah tanggal tersebut. Pemilihan satu jenis sampel saja ini dikarenakan pertimbangan pada homogenitas dalam aktivitas penghasilan pendapatan untuk meminimalkan faktor yang tidak dapat dikendalikan. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti (Sekaran, 2000: 207), dimana sampel yang dipakai adalah laporan keuangannya. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel yang dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut ini. 1. Perusahaan property dan real-estate yang sudah go-public sebelum tanggal 31 Desember 1997. Sebab laporan keuangan yang diamati dalam penelitian ini harus telah dipublikasikan antara tanggal 31 Desember 1997 sampai dengan 31 Desember 2001.
xxxix
2. Laporan keuangan perusahaan property dan real-estate yang diterbitkan setiap tanggal 31 Desember mulai tahun 1997 sampai dengan tahun 2001. 3. Perusahaan yang tetap dalam kategori perusahaan property dan realestate, selama tahun 1997 sampai dengan tahun 2001. Selain itu peneliti juga mengeluarkan perusahaan property dan real-estate yang selama tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 mengalami delisted.
H. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Menurut Sekaran (2000: 55), data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari pihak lain. Data sekunder tersebut diperoleh dari Pojok BEJ FE-UNS, Pusat Referensi Pasar Modal Surabaya, dan Badan Pusat Statistik Cabang Surakarta. Jenis data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut ini. 1. Data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data tentang perusahaan property dan real-estate yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory tahun 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, dan 2002. Penggunaan data ini untuk menentukan perusahaan property dan real-estate yang sudah terdaftar sebelum tanggal 31 Desember 1997. 2. Laporan keuangan per 31 Desember 1997 sampai dengan tahun 2001. Laporan keuangan tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 tersebut digunakan untuk menghitung perubahan laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan sebagai variabel independen; sedangkan laporan keuangan tahun 1998
xl
sampai dengan tahun 2001 untuk menghitung perubahan laba satu tahun mendatang sebagai variabel dependen. 3. Tingkat inflasi nasional pertahun. Data tentang tingkat inflasi pertahun, dimulai tahun 1996 sampai dengan tahun 2001, dengan tahun dasar 1996 digunakan untuk menghitung faktor deflator baik sebagai variabel independen maupun dependen.
I. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan laba satu tahun mendatang, sebab laba dalam laporan keuangan seringkali digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan bersangkutan atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi. Pada dasarnya laba merupakan pengembalian (return) yang melebihi investasi. Laba yang dipakai adalah laba sebelum pajak, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penggunaan tarif pajak yang berbeda pada periode pengamatan. Rumus yang digunakan konsisten dengan penelitian Parawiyati (2000), Sandiyani dan Titik (2001), serta Wijayanti (2002). Perubahan laba satu tahun mendatang = (Lit - Lit-1) 2. Variabel Independen
xli
a. Laba. Menurut definisi Ikatan Akuntansi Indonesia (1999: 44.2) tentang sektor property dan real-estate, laba adalah pendapatan dari penjualan unit bangunan dan atau penjualan kapling tanah bangunan dikurangi dengan beban pokok penjualan real-estate (cost of sales) tersebut. Laba terdiri
dari
beberapa
komponen,
yaitu
pendapatan
(revenues), beban (expenses), keuntungan (gains), dan kerugian (losses). Data laba yang digunakan adalah laba sebelum pajak konsisten dengan penelitian Parawiyati dkk (2000), Sandiyani dan Titik (2001), serta Wijayanti (2002). Perubahan laba = (Lit - Lit-1) b. Piutang. Merupakan klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas, dengan asumsi tingkat suku bunga tetap. Biasanya sumber
utama
piutang
adalah
aktivitas
normal
perusahaan
bersangkutan. Dalam penelitian ini piutang yang digunakan sebagai data adalah piutang dagang (trade receivables). Rumus yang digunakan konsisten dengan penelitian Parawiyati dkk (2000), Sandiyani dan Titik (2001), serta Wijayanti (2002). Perubahan (piutang - penjualan) =
Pit - Pit -1 S it - S it -1 Pit -1 S it -1 c. Persediaan. Merupakan tanah yang dibebaskan untuk membangun perumahan, perkantoran, dan pusat bisnis; atau bangunan yang berupa perumahan, perkantoran, dan pusat bisnis yang telah dikembangkan
xlii
untuk dijual kembali. Rumus yang digunakan konsisten dengan penelitian Parawiyati dkk (2000), Sandiyani dan Titik (2001), serta Wijayanti (2002). Perubahan (persediaan – penjualan) =
I it - I it -1 S it - S it -1 I it -1 S it -1 d. Biaya administrasi dan penjualan, disebut juga sebagai biaya operasional atau operating expenses. Biaya administrasi dan penjualan selalu ada di dalam laporan keuangan suatu perusahaan, karena sifatnya terus menerus dan dapat diperkirakan secara relatif jumlahnya tetap. Rumus yang digunakan konsisten dengan penelitian Parawiyati dkk (2000), Sandiyani dan Titik (2001), serta Wijayanti (2002). Perubahan (adiministrasi dan penjualan - penjualan) =
APit - APit -1 S it - S it -1 APit -1 S it -1
e. Rasio laba kotor terhadap penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya laba kotor yang diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan bersih yang dilakukan selama periode bersangkutan. Angka yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pembagian dari laba kotor terhadap
penjualan
bersih.
konsisten
dengan
penelitian
Rumus
yang
Parawiyati
digunakan
dkk
(2000),
Sandiyani dan Titik (2001), serta Wijayanti (2002). Perubahan rasio laba kotor terhadap penjualan = (Rit - Rit-1)
xliii
3. Faktor Deflator Faktor deflator ini digunakan untuk mendeflasi perubahan informasi laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian, sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada, yaitu tentang pengaruh tingkat inflasi terhadap prediksi laba satu tahun mendatang. Rumus yang digunakan konsisten dengan penelitian Parawiyati dkk (2000). Caranya dengan memasukkan persamaan ini ke dalam variabel dependen maupun variabel independen. Informasi laporan keuangan setelah memasukkan faktor deflator = Informasi laporan keuangan per tahun amatan ´
tingkat inflasi akhir tahun tingkat inflasi awal tahun
J. Metode Analisis Data
1. Persamaan Regresi Berganda Analisis data yang dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik statistik regresi berganda dengan rumus sebagai berikut: Y=b+b1x1+b2x2+b3x3+b4x4+b5x5+e Notasi: Y = perubahan laba, b
= konstanta,
bi = koefisien regresi, x1 = laba, x2 = piutang, x3 = persediaan, x4 = biaya administrasi dan penjualan,
xliv
x5 = rasio laba kotor terhadap penjualan, e
= error term. Model regresi berganda adalah suatu teknik analisis regresi yang
menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan maksud menaksir dan atau meramalkan variabel dependen dipandang dari segi nilai yang diketahui dalam pengambilan sampel berulang variabel independen sebelumnya (Gujarati, 1991: 12). Penggunaan model regresi berganda ini harus memenuhi beberapa asumsi-asumsi dasar terlebih dahulu, Gujarati (1996: 153) mensyaratkan empat asumsi pokok dalam setiap penelitian yang menggunakan model ini yaitu tentang normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Penelitian ini juga mengasumsikan, bahwa hubungan antara data akuntansi dan perubahan metode akuntansi atau keadaan ekonomi selain yang diteliti adalah konstan. Setelah diketahui persamaan regresi berganda beserta asumsi-asumsi yang mendasarinya, maka langkah analisis selanjutnya adalah pengujian model regresi berganda yang memenuhi asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh apakah terdistribusi secara normal atau tidak. Apabila sebaran data yang diperoleh terdistribusi secara normal maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan metode parametrik, begitu
xlv
pula jika sebaran data tidak normal maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan metode non-parametrik. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan pengujian Kolmogorof-Smirnov. Kriteria yang digunakan dalam pengujian adalah dengan membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan, karena taraf signifikansi ( a ) yang dipakai adalah 0,05, maka jika nilai p lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal, begitu pula jika sebaliknya. Penelitian ini karena menggunakan model regresi berganda, maka harus berdistribusi secara normal, sesuai salah satu asumsi dari Gujarati (1991: 153).
b. Uji Heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penafsiran koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil taksiran dapat menjadi kurang dari semestinya, melebihi dari semestinya, atau menyesatkan. Model regresi yang baik, jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau homoskedastisitas. Kebanyakan untuk data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas, sebab data ini mewakili berbagai bentuk ukuran
(kecil,
sedang,
dan
besar).
Metode
untuk
menguji
heteroskedastisitas dengan menggunakan metode Glejser, yang dilakukan dengan meregres kembali nilai absolut residual yang
xlvi
diperoleh yaitu [ei], atas variabel dependen (Gujarati, 1991: 187). Alasan memakai metode Glejser dikarenakan sifatnya yang praktis untuk menguji sebuah sampel, baik yang termasuk sampel besar maupun sampel kecil. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut ini. i). Menentukan tingkat signifikansi ( a = 5%) dan derajat kebebasan (df=n-k-1). ii). Membandingkan hasil pengujian dengan kriteria sebagai berikut ini. Apabila - t tabel £ t hitung £ t tabel , maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Apabila -t hitung<-t tabel atau t hitung>t tabel, maka terjadi gejala heteroskedastisitas. Hasil dari pegujian ini, jika tidak terjadi heteroskedastisitas maka model regresi yang dipakai dalam penelitian telah terbebas dari salah satu asumsi klasik, sehingga pengujian regresi bisa dilaksanakan, tetapi bila terjadi heteroskedastisitas maka model regresi perlu dirubah. c. Uji Multikolinieritas. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi diantara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1991: 157-172). Dampak adanya multikolinieritas adalah sebagai berikut: apabila ada kolinearitas sempurna di antara variabel independen, maka penaksiran koefisien regresinya tak tertentu sehingga kesalahan standarnya tak terhingga. Jika kolinearitasnya tinggi tetapi tidak sempurna, maka penaksiran koefisien regresinya
xlvii
adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya cenderung untuk besar. Uji yang dilakukan untuk penelitian ini menggunakan metode coolinerity diagnostics. Variabel yang menyebabkan multikolinieritas memiliki nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,0001 atau nilai variance inflation factor (VIF) yang lebih besar dari 5 atau nilai dari eigenvalue semakin mendekati 0 atau condition index melebihi 15 (Santoso, 2001: 356-358). Hasil dari pegujian ini, jika tidak terjadi multikolinieritas maka model regresi yang dipakai dalam penelitian telah terbebas dari salah satu asumsi klasik, sehingga pengujian regresi bisa dilaksanakan, tetapi bila terjadi multikolinieritas maka model regresi perlu dirubah. d. Uji Autokorelasi. Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang diurutkan menurut waktu. Akibat adanya autokorelasi terhadap penaksiran regresi, maka error term yang diperoleh akan lebih rendah daripada semestinya, sehingga R2 menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya, selain itu hasil pengujian nilai-t dan nilai-F akan menyesatkan penaksiran. Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji autokorelasi adalah dengan menggunakan pengujian Drubin-Watson (Gujarati, 1991: 215-218). Penggunaan uji Drubin-Watson ini dalam praktek sangat lazim, karena keuntungan yang dimilikinya, yaitu statistik ini didasarkan pada residual yang ditaksir, yang secara rutin dihitung dalam analisis regresi, sehingga bisa dijadikan dasar dalam
xlviii
mengambil suatu keputusan tentang adanya korelasi positif atau negatif. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini. i). Menentukan hipotesis H0 : tidak ada autokorelasi, H1 : ada autokorelasi. ii). Menentukan koefisien autokorelasi
r=
åe e åe
t t -1 2 t
iii). Menentukan nilai statistik Durbin-Watson (d) d = 2(1 - r )
iv). Membandingkan hasil pengujian dengan kriteria sebagai berikut: d
maka H0 ditolak, terjadi autokorelasi positif,
d>4-dL,
maka H0 ditolak, terjadi autokorelasi negatif,
dU
maka H0 diterima, tidak terjadi autokorelasi,
dL £ d £ dU
maka pengujian tidak menyakinkan,
4-dU £ d £ 4-dL
maka pengujian tidak menyakinkan.
Notasi: dL = batas bawah, dU = batas atas. Hasil dari pegujian ini, jika tidak terjadi autokorelasi maka model regresi yang dipakai dalam penelitian telah terbebas dari salah satu asumsi klasik, sehingga pengujian regresi bisa dilaksanakan, tetapi bila terjadi autokorelasi maka model regresi perlu dirubah.
xlix
3.
Pengujian Hipotesis a. Pengujian Koefisien Regresi Parsial Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah masingmasing variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini. i). Menentukan hipotesis H0 : bi = 0, variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, H1 : bi ¹ 0, variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. ii). Menentukan tingkat signifikansi ( a = 5%) dan derajat kebebasan (df=n-k-1). iii). Rumus menghitungnya.
t=
bi Se(bi )
Notasi: bi
=
koefisien regresi,
Se(bi)
=
standar error koefisien regresi.
iv). Kriteria pengujian H0 diterima bila - t tabel £ t hitung £ t tabel, H0 ditolak bila t hitung<- t tabel atau t hitung>t tabel. b. Pengujian Koefisien Regresi Serentak
l
Pengujian ini merupakan suatu pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini. i). Menentukan hipotesis H0 : b1=b2=b3=b4=b5=0, variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, H1 : b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹ b4 ¹ b5 ¹ 0, variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen ii). Menentukan tingkat signifikansi ( a = 5%) dan derajat kebebasan (df1 = k-1 dan df2 = n-k).
iii). Rumus menghitungnya. R2
F=
(k - 1) (1 - R ) (n - k ) 2
Notasi: R2 = koefisien determinasi, n
= jumlah observasi,
k
= jumlah parameter termasuk konstanta regresi.
iv). Kriteria pengujian H0 diterima bila F hitung £ F tabel, H0 ditolak bila F hitung>F tabel. c. Pengujian Goodness of Fit Pengujian ini intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Hasilnya
li
adalah koefisien determinasi majemuk (R2), yaitu suatu koefisien determinasi yang menunjukan besaran variasi dari variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi majemuk (R2) besarnya berkisar antara 0 £ R2 £ 1, jika semakin mendekati 1 maka model semakin baik, begitu juga bila sebaliknya. R2 jika sama dengan 1 berarti variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen, tetapi jika R2 sama dengan 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut ini. R 2 = 1 - (1 - R 2 )
N -1 N -k
Notasi: N = jumlah observasi, k
= jumlah variabel. Kelemahan mendasar dari penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap penambahan dari setiap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Maksudnya, setiap ada penambahan satu variabel independen maka R2 juga akan meningkat, walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh sebab itu, menurut Arief (1993: 8) hendaknya R2 diganti dengan adjusted R2, sebab nilai ini dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model regresi.
lii
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
E. Hasil Pengumpulan Data
Pada tahun 2001 tercatat ada 38 perusahaan yang termasuk kelompok perusahaan property dan real-estate yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (ICMD, 2002: xiii). Data yang dipakai dalam penelitian setelah dipilah dengan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 81 laporan keuangan dari 27 perusahaan saja. Perusahaan tersebut ditunjukan dalam Lampiran. Sampel tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam model regresi yang telah ditentukan dengan tingkat signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (n-k-1), dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah prediktor.
liii
F. Pengolahan Data
Penelitian ini untuk pengolahan data menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 9 dan versi 10. Data sekunder tersebut dihitung berdasarkan kriteria yang telah ditentukan pada bab sebelumnya, yaitu menguji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian hipotesis. 1. Uji Normalitas Uji normalitas, dilakukan untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh apakah terdistribusi secara normal atau tidak. Apabila sebaran data yang diperoleh terdistribusi secara normal maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan metode parametrik, begitu pula jika sebaran
data
tidak
normal
maka
pengujian dilanjutkan
dengan
menggunakan metode non-parametrik. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan pengujian Kolmogorof-Smirnov. Kriteria yang digunakan dalam pengujian adalah dengan membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf signifikansi, karena taraf signifikansi (a) yang dipakai adalah 0,05, maka jika nilai p lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal, begitu pula jika sebaliknya. Penelitian ini karena menggunakan model regresi berganda, maka harus berdistribusi secara normal, sesuai salah satu asumsi dari Gujarati (1991: 153). Sampel yang telah diolah dengan bantuan SPSS tersebut, setelah diuji memperoleh hasil bahwa sampel tidak terdistribusi secara normal. Hal ini dikarenakan banyak sampel yang masuk dalam kategori ekstrim, atau titiktitik sampel berada jauh dari garis normal. Sehingga ukuran sampel dikurangi dengan menghilangkan sampel-sampel ekstrim tersebut dengan
liv
cara menggunakan metode Trimming. Hasilnya sampel yang diteliti tinggal 67 sampel saja. TABEL IV.1 UJI NORMALITAS Variabel Laba satu tahun mendatang Laba Piutang Persediaan Biaya administrasi dan penjualan Rasio laba kotor terhadap penjualan Sumber: hasil pengolahan data.
Nilai p 0,104 0,066 0,175 0,608 0,146 0,481
Interpretasi Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel penelitian, baik variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal, sehingga pengujian dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode parametrik. Sebaran data tersebut berdistribusi normal dapat dibuktikan dengan nilai p yang lebih besar dari 0,05. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penafsiran koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil taksiran dapat menjadi kurang dari semestinya, melebihi dari semestinya, atau menyesatkan. Model regresi yang baik, jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau homoskedastisitas. Kebanyakan untuk data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas, sebab data ini mewakili berbagai bentuk ukuran (kecil, sedang, dan besar). Metode untuk menguji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode
lv
Glejser, yang dilakukan dengan meregres kembali nilai absolut residual yang diperoleh yaitu [ei], atas variabel dependen (Gujarati, 1991: 187). Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut ini. i). Menentukan tingkat signifikansi (5%), derajat kebebasan (df=n-k-1). ii). Membandingkan hasil pengujian dengan kriteria sebagai berikut ini. Apabila
- t tabel £ t hitung £ t tabel ,
maka
tidak
terjadi
gejala
heteroskedastisitas. Apabila - t hitung<- t tabel atau t hitung>t tabel, maka terjadi gejala heteroskedastisitas.
TABEL IV.2 UJI HETEROSKEDASTISITAS SEBELUM FAKTOR DEFLATOR Variabel
t tabel
t hitung 0,060
Nilai p Interpretasi 0,952 Tidak Heteroskedastisitas
-0,085
0,933
Tidak Heteroskedastisitas
0,017
0,987
Tidak Heteroskedastisitas
Biaya administrasi ±2,00 0,632 dan penjualan Rasio laba kotor ±2,00 0,223 terhadap penjualan Sumber: hasil pengolahan data.
0,530
Tidak Heteroskedastisitas
0,824
Tidak Heteroskedastisitas
Laba
±2,00
Piutang
±2,00 ±2,00
Persediaan
Tabel diatas menunjukan, bahwa sebelum memasukkan faktor deflator
semua
variabel
t tabel £ t hitung £ t tabel ,
untuk sehingga
t
hitungnya, tidak
terletak
terjadi
gejala
heteroskedastisitas. TABEL IV.3 UJI HETEROSKEDASTISITAS SETELAH FAKTOR DEFLATOR Variabel
t tabel
t hitung Nilai p
lvi
Interpretasi
di
Laba
±2,00
-1,441
0,155 Tidak Heteroskedastisitas
Piutang
±2,00
-0,384
0,702 Tidak Heteroskedastisitas
0,283
0,778 Tidak Heteroskedastisitas
Biaya administrasi ±2,00 0,778 dan penjualan Rasio laba kotor ±2,00 0,536 terhadap penjualan Sumber: hasil pengolahan data.
0,440 Tidak Heteroskedastisitas
±2,00
Persediaan
0,594 Tidak Heteroskedastisitas
Tabel diatas menunjukan, bahwa setelah memasukkan faktor deflator
semua
variabel
t tabel £ t hitung £ t tabel ,
untuk sehingga
t
hitungnya, tidak
terletak
terjadi
di
gejala
heteroskedastisitas. Hasil dari pengujian ini menunjukan bahwa model regresi yang dipakai terbebas dari gejala heteroskedastisitas, sehingga pengujian dapat dilanjutkan dengan pengujian regresi.
3. Uji Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi diantara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1991: 157-172). Dampak adanya multikolinieritas adalah sebagai berikut: apabila ada kolinearitas sempurna di antara variabel independen, maka penaksiran koefisien regresinya tak tertentu sehingga kesalahan standarnya tak terhingga. Jika kolinearitasnya tinggi tetapi tidak sempurna, maka penaksiran koefisien regresinya adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya cenderung untuk besar. Uji yang dilakukan untuk penelitian ini menggunakan
metode
coolinerity
diagnostics.
Variabel
yang
menyebabkan multikolinieritas memiliki nilai tolerance yang lebih kecil
lvii
dari 0,0001 atau nilai variance inflation factor (VIF) yang lebih besar dari 5 atau nilai dari eigenvalue semakin mendekati 0 atau condition index melebihi 15 (Santoso, 2001: 356-358). TABEL IV.4 UJI MULTIKOLINIERITAS SEBELUM FAKTOR DEFLATOR Variabel Tolerance Laba 0,886 Piutang 0,877 Persediaan 0,671 Biaya administrasi 0,664 dan penjualan Rasio laba kotor 0,966 terhadap penjualan Sumber: hasil pengolahan data.
VIF 1,129 1,140 1,490 1,506
Tidak Tidak Tidak Tidak
Interpretasi multikolinieritas multikolinieritas multikolinieritas multikolinieritas
1,035
Tidak multikolinieritas
Tabel di atas menunjukan bahwa semua variabel tidak ada yang mempunyai nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,0001 atau nilai variance inflation factor (VIF) yang lebih besar dari 5, sehingga dapat disimpulkan penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas. TABEL IV.5 UJI MULTIKOLINIERITAS SEBELUM FAKTOR DEFLATOR Variabel
Eigenvalue
Laba 1,418 Piutang 0,944 Persediaan 0,818 Biaya administrasi 0,714 dan penjualan Rasio laba kotor 0,395 terhadap penjualan Sumber: hasil pengolahan data.
Condition Index 1,096 1,346 1,445 1,547 2,080
Interpretasi Tidak Tidak Tidak Tidak
multikolinieritas multikolinieritas multikolinieritas multikolinieritas
Tidak multikolinieritas
Tabel di atas menunjukan bahwa semua variabel tidak ada yang mempunyai nilai dari eigenvalue yang semakin mendekati 0 atau condition index melebihi 15, sehingga dapat disimpulkan penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.
lviii
TABEL IV.6 UJI MULTIKOLINIERITAS SETELAH FAKTOR DEFLATOR Variabel
Tolerance Laba 0,968 Piutang 0,811 Persediaan 0,782 Biaya administrasi 0,860 dan penjualan Rasio laba kotor 0,884 terhadap penjualan Sumber: hasil pengolahan data.
VIF 1,033 1,233 1,279 1,162
Interpretasi multikolinieritas multikolinieritas multikolinieritas multikolinieritas
Tidak Tidak Tidak Tidak
1,132
Tidak multikolinieritas
TABEL IV.7 UJI MULTIKOLINIERITAS SETELAH FAKTOR DEFLATOR Variabel
Eigenvalue
Laba 1,382 Piutang 0,886 Persediaan 0,765 Biaya administrasi 0,716 dan penjualan Rasio laba kotor 0,494 terhadap penjualan Sumber: hasil pengolahan data.
Condition Index 1,128 1,409 1,516 1,567 1,886
Interpretasi Tidak Tidak Tidak Tidak
multikolinieritas multikolinieritas multikolinieritas multikolinieritas
Tidak multikolinieritas
Tabel di atas menunjukan bahwa semua variabel tidak ada yang mempunyai nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,0001 atau nilai variance inflation factor (VIF) yang lebih besar dari 5 atau nilai dari eigenvalue yang semakin mendekati 0 atau condition index melebihi 15, sehingga dapat disimpulkan penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas. Hasil dari pengujian ini menunjukan bahwa model regresi yang dipakai terbebas dari gejala multikolinieritas, sehingga pengujian dapat dilanjutkan dengan pengujian regresi. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang diurutkan menurut
lix
waktu. Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Drubin-Watson (Gujarati, 1991: 215218). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini. i). Menentukan hipotesis H0 : tidak ada autokorelasi, H1 : ada autokorelasi. ii). Menentukan koefisien autokorelasi
r=
åe e åe
t t -1 2 t
iii). Menentukan nilai statistik Durbin-Watson (d) d = 2(1 - r )
iv). Membandingkan hasil pengujian dengan kriteria sebagai berikut: d
maka H0 ditolak, terjadi autokorelasi positif,
d>4-dL,
maka H0 ditolak, terjadi autokorelasi negatif,
dU
maka H0 diterima, tidak terjadi autokorelasi,
dL £ d £ dU
maka pengujian tidak menyakinkan,
4-dU £ d £ 4-dL maka pengujian tidak menyakinkan. Notasi: dL
= batas bawah,
dU
= batas atas.
Hasil dari pengujian diperoleh hasil, bahwa sebelum memasukkan faktor deflator nilai d yang diperoleh sebesar 2,139. Nilai dL diperoleh 1,44 dan nilai dU diperoleh 1,77 pada k sama dengan lima atau semua variabel independen berjumlah lima variabel, dengan n sebesar 67 sampel.
lx
Nilai d tersebut berada diantara 1,77<2,139<2,23, sehingga bebas dari autokorelasi. Hasil dari pengujian juga diperoleh hasil, bahwa setelah memasukkan faktor deflator nilai d yang diperoleh sebesar 2,138. Nilai dL diperoleh 1,44 dan nilai dU diperoleh 1,77 pada k sama dengan lima atau semua variabel independen berjumlah lima variabel, dengan n sebesar 67 sampel. Nilai d tersebut berada diantara 1,77<2,138<2,23, sehingga bebas dari autokorelasi. Kedua hasil pengujian di atas, baik sebelum memasukkan faktor deflator maupun setelah memasukkan faktor deflator, menunjukan bahwa model regresi yang dipakai terbebas dari gejala autokorelasi, sehingga pengujian dapat dilanjutkan dengan pengujian regresi.
G. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui kemampuan informasi dalam laporan keuangan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang. Pengujian hipotesis ini dilakukan dua kali yaitu sebelum memasukkan faktor deflator dan setelah memasukkan faktor deflator, dengan tingkat signifikansi yang masih ditoleransi ditetapkan sebesar 0,05 (a= 5%). Tingkat signifikansi 0,05 digunakan dengan pertimbangan bahwa tingkat ini lazim digunakan dalam penelitian sejenis, misalnya Parawiyati dkk (2000), Sandiyani dan Titik (2001), serta Wijayanti (2002). 1. Pengujian Koefisien Regresi Parsial
lxi
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini. i). Menentukan hipotesis H0 : bi = 0, variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, H1 : bi≠0, variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. ii). Menentukan tingkat signifikansi (a= 5%) dan derajat kebebasan (df=n-k-1). iii). Rumus menghitungnya.
t=
bi Se(bi )
Notasi: bi
= koefisien regresi,
Se(bi)
= standar error koefisien regresi.
iv). Kriteria pengujian. H0 diterima bila - t tabel≤t hitung≤t tabel, H0 ditolak bila t hitung<- t tabel atau t hitung>t tabel. TABEL IV.8 NILAI T SEBELUM MEMASUKAN FAKTOR DEFLATOR Variabel Laba Piutang
t hitung -11,841 0,188
t tabel ±2,00 ±2,00
lxii
Nilai p 0,000
Interpretasi H0 ditolak
0,851
H0 diterima
Persediaan
-1,554
Biaya administrasi 0,600 dan penjualan Rasio laba kotor 1,709 terhadap penjualan Sumber: hasil pengolahan data.
±2,00
0,125
H0 diterima
±2,00
0,551
H0 diterima
±2,00
0,093
H0 diterima
Berdasarkan tabel di atas akan dijelaskan pengaruh dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependennya, dimana dalam tabel ini faktor deflator belum dimasukkan dalam perhitungan. Kriteria yang dipakai sesuai dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya. Pada variabel laba di atas terlihat bahwa H0 ditolak, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya lebih kecil dari –t tabel atau –11,841<-2. Sehingga variabel laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. Pada variabel piutang di atas terlihat bahwa H0 diterima, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya terletak diantara ±t tabel atau -2≤0,188≤2. Sehingga variabel piutang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. Pada variabel persediaan di atas terlihat bahwa H0 diterima, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya terletak diantara ±t tabel atau -2≤-1,554≤2. Sehingga variabel persediaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. Pada variabel biaya administrasi dan penjualan di atas terlihat bahwa H0 diterima, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya terletak diantara ±t tabel atau -2≤0,600≤2. Sehingga variabel biaya administrasi dan
lxiii
penjualan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. Pada variabel rasio laba kotor terhadap penjualan di atas terlihat bahwa H0 diterima, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya terletak diantara ±t tabel atau -2≤1,709≤2. Sehingga variabel rasio laba kotor terhadap penjualan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. TABEL IV.9 NILAI T SETELAH MEMASUKAN FAKTOR DEFLATOR Variabel Laba
t hitung -3,670
t tabel ±2,00
Nilai p 0,001
Interpretasi H0 ditolak
Piutang
-0,468
±2,00
0,642
H0 diterima
Persediaan
-0,208
±2,00
0,836
H0 diterima
±2,00
0,186
H0 diterima
±2,00
0,670
H0 diterima
Biaya administrasi 1,337 dan penjualan Rasio laba kotor 0,428 terhadap penjualan Sumber: hasil pengolahan data.
Berdasarkan tabel di atas akan dijelaskan pengaruh dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependennya, dimana dalam tabel ini faktor deflator sudah dimasukkan dalam perhitungan. Kriteria yang dipakai sesuai dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya. Pada variabel laba di atas terlihat bahwa H0 ditolak, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya lebih kecil dari –t tabel atau –3,670<-2. Sehingga variabel laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. Pada variabel piutang di atas terlihat bahwa H0 diterima, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya terletak diantara ±t tabel atau -2≤-0,468≤2.
lxiv
Sehingga variabel piutang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. Pada variabel persediaan di atas terlihat bahwa H0 diterima, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya terletak diantara ±t tabel atau -2≤-0,208≤2. Sehingga variabel persediaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. Pada variabel biaya administrasi dan penjualan di atas terlihat bahwa H0 diterima, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya terletak diantara ±t tabel atau -2≤1,337≤2. Sehingga variabel biaya administrasi dan penjualan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. Pada variabel rasio laba kotor terhadap penjualan di atas terlihat bahwa H0 diterima, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya terletak diantara ±t tabel atau -2≤0,428≤2. Sehingga variabel rasio laba kotor terhadap penjualan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi laba mendatang. 2. Pengujian Koefisien Regresi Serentak Pengujian ini merupakan suatu pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini. i). Menentukan hipotesis H0 : b1=b2=b3=b4=b5=0, variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen,
lxv
H1 : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0, variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen ii). Menentukan tingkat signifikansi (a= 5%) dan derajat kebebasan (df1 = k-1 dan df2 = n-k). iii). Rumus menghitungnya. R2
F=
(k - 1) (1 - R ) (n - k ) 2
Notasi: R2 =
koefisien determinasi,
n
=
jumlah observasi,
k
=
jumlah parameter termasuk konstanta regresi.
iv). Kriteria pengujian.
H0 diterima bila F hitung≤F tabel, H0 ditolak bila F hitung>F tabel. Hasil pengolahan data untuk uji F diperoleh nilai sebagai berikut ini. TABEL IV.10 PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI SERENTAK F tabel F hitung Sebelum deflator 2,53 33,339 Setelah deflator 2,53 3,433 Sumber: hasil pengolahan data.
Nilai p 0,000 0,008
Interpretasi H0 ditolak H0 ditolak
Tabel di atas menunjukan bahwa untuk model yang tidak memasukkan faktor deflator, F hitung sebesar 33,339 ternyata lebih besar dari F tabel sebesar 2,53 sehingga H0 ditolak. Nilai p sebesar 0,000 juga berada di
lxvi
bawah nilai a (0,05), sehingga kelima variabel independen tersebut yaitu laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan berpengaruh secara serentak terhadap variabel dependennya. Begitu juga untuk model yang telah memasukkan faktor deflator dalam penghitungannya, didapatkan hasil untuk F hitung sebesar 3,433 lebih besar daripada F tabel, sehingga H0 ditolak. Nilai p dihasilkan 0,008, jauh lebih rendah dari nilai a (0,05), sehingga kelima variabel independen tersebut yaitu laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan berpengaruh secara serentak terhadap variabel dependennya. 3. Pengujian Goodness of Fit Pengujian ini intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Hasilnya adalah koefisien determinasi majemuk (R2), yaitu suatu koefisien determinasi yang menunjukan besaran variasi dari variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi majemuk (R2) besarnya berkisar antara 0 £ R2 £ 1, jika semakin mendekati 1 maka model semakin baik, begitu juga bila sebaliknya. R2 jika sama dengan 1 berarti variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen, tetapi jika R2 sama dengan 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut ini. R 2 = 1 - (1 - R 2 )
lxvii
N -1 N -k
Notasi: N
= jumlah observasi,
k
= jumlah variabel. Kelemahan mendasar dari penggunaan koefisien determinasi adalah
bias terhadap penambahan dari setiap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Maksudnya, setiap ada penambahan satu variabel independen maka R2 juga akan meningkat, walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh sebab itu, menurut Arief (1993: 8) hendaknya R2 diganti dengan adjusted R2, sebab nilai ini dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model regresi.
TABEL IV.11 PENGUJIAN GOODNESS OF FIT R
R Square
Sebelum deflator 0,856 0,732 Setelah deflator 0,469 0,220 Sumber: hasil pengolahan data.
Adj. R2 0,710 0,156
Std. Err. of the Estimate 1,312E+11 1,018E+12
Hasil dari pengolahan data diperoleh adjusted R2 untuk sebelum memasukkan faktor deflator diperoleh nilai 0,710 yang berarti 71% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh kelima variabel independennya, yaitu: laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan, sedangkan sisanya sebesar 29% dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi.
lxviii
Untuk hasil dari pengolahan data setelah memasukkan faktor deflator diperoleh adjusted R2 dengan nilai 0,156 yang berarti 15,6% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh kelima variabel independennya, yaitu: laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan sedangkan sisanya sebesar 84,4% dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi.
H. Interpretasi Hasil
Pengujian hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa untuk pengujian koefisien regresi serentak penelitian ini tetap konsisten dengan penelitian sebelumnya, yaitu Parawiyati dkk (2000), Sandiyani dan Titik (2001), Wijayanti (2002). Hasil pengolahan data menunjukan bahwa laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan signifikan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 33,339 yang lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,53 atau juga nilai p sebesar 0,00 juga berada jauh di bawah nilai a (0,05). Untuk hipotesis kedua dapat disimpulkan bahwa untuk pengujian koefisien regresi serentak penelitian ini juga tetap konsisten dengan penelitian sebelumnya, yaitu Parawiyati dkk (2000), Sandiyani dan Titik (2001), Wijayanti (2002). Hasil pengolahan data menunjukan bahwa laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan signifikan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 3,433 yang lebih
lxix
besar dari nilai F tabel sebesar 2,53 atau juga nilai p sebesar 0,008 juga berada jauh di bawah nilai a (0,05). Kedua hipotesis tersebut menyimpulkan bahwa secara serentak variabel laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan signifikan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang. Walaupun begitu, dari hasil pengolahan data terlihat bahwa hasil penelitian sebelum memasukkan faktor deflator lebih signifikan bila dibandingkan dengan setelah memasukkan faktor deflator. Hal ini ditunjukan oleh nilai F hitung sebelum deflator sebesar 33,339 lebih besar dari pada nilai F hitung setelah deflator yang hanya sebesar 3,433. Hal ini dikarenakan selama masa krisis moneter perubahan tingkat inflasi nasional pertahun mengalami perubahan yang sangat tajam tiap tahunnya, sehingga mempersulit prediksi perubahan laba satu tahun mendatangnya. Pengujian koefisien regresi parsial untuk hipotesis pertama menunjukan bahwa variabel laba secara signifikan berpengaruh terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya lebih kecil dari –t tabel atau –11,841<-2. Sedangkan variabel piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, hal ini dikarenakan t hitungnya terletak diantara ±t tabel. Pengujian koefisien regresi parsial untuk hipotesis kedua menunjukan bahwa variabel laba secara signifikan berpengaruh terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya
lxx
lebih kecil dari –t tabel atau –3,670<-2. Sedangkan variabel piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, hal ini dikarenakan t hitungnya terletak diantara ±t tabel. Kedua hipotesis tersebut tidak sepenuhnya konsisten dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan sampel perusahaan yang diambil berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, selain itu kondisi yang mempengaruhi perusahaan property dan real-estate juga belum tentu sama dengan yang dialami jenis perusahaan lain. Pada hipotesis pertama untuk pengujian goodness of fit, diperoleh nilai adjusted R2 untuk sebelum memasukkan faktor deflator sebesar 0,710 yang berarti 71% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh kelima variabel independennya, yaitu: laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan, sedangkan sisanya sebesar 29% dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi.. Nilai standart error of estimate sebesar 131.200 juta lebih rendah daripada nilai standart deviation perubahan laba satu tahun mendatang yang sebesar 243.600 juta, model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor perubahan laba satu tahun mendatang daripada rata-rata perubahan laba satu tahun mendatang itu sendiri. Pada hipotesis kedua untuk pengujian goodness of fit, setelah memasukkan faktor deflator diperoleh adjusted R2 dengan nilai 0,156 yang berarti 15,6% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh kelima variabel independennya,
lxxi
yaitu: laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan sedangkan sisanya sebesar 84,4% dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi.. Nilai standart error of estimate sebesar 1.018.000 juta lebih rendah daripada nilai standart deviation perubahan laba satu tahun mendatang yang sebesar 1.108.000 juta, model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor perubahan laba satu tahun mendatang daripada rata-rata perubahan laba satu tahun mendatang itu sendiri. Hasil pengujian goodness of fit tersebut menyimpulkan bahwa variabel dependen dapat dijelaskan oleh kelima variabel independennya. Perbedaanya hanya terletak pada besar koefisien determinasi yang telah disesuaikan, dimana hasil sebelum memasukkan faktor deflator
lebih baik dari pada
setelah memasukkan faktor deflator.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengujian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diambil adalah sebagai berikut ini. 1. Laporan keuangan yang merupakan sebuah perangkat laporan yang menyediakan informasi hasil akhir dari proses akuntansi, memiliki sifat historis, menyeluruh dan merupakan suatu progress report. Berdasarkan laporan keuangan tersebut kinerja suatu perusahaan bisa didapat, dan dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh beberapa pihak berkaitan
lxxii
dengan kelangsungan hidup perusahaan. Ukuran kinerja tersebut berasal dari perubahan penghasilan bersih (laba), dimana perubahan penghasilan bersih ini dipengaruhi oleh unsur laporan keuangan lain seperti: aktiva, kewajiban, ekuitas, penghasilan dan beban. Unsur-unsur laporan keuangan itu berasal dari operasi perusahaan itu sendiri, dimana secara makro masih dipengaruhi oleh keadaan ekonomi negara, tempat perusahaan itu berdiri. Salah
satu
keadaan
ekonomi
yang
turut
berpengaruh
terhadap
penghitungan kinerja adalah tingkat inflasi nasional. Penggabungan dua informasi tersebut akan sangat membantu seorang manajer atau pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan, untuk membuat suatu keputusan yang lebih bisa dipertanggungjawabkan untuk kelangsungan hidup perusahaan ke depannya, sebab keadaan perusahaan ke depan yang bisanya sulit untuk diprediksi perubahannya, bisa diprediksi dengan mengacu pada kedua informasi tersebut. Khususnya pada kondisi ekonomi yang tidak normal, seperti pengaruh inflasi yang menyebabkan Indonesia memasuki krisis ekonomi yang berkepanjangan ini. 2. Hasil pengujian regresi yang dilakukan dengan mempertimbangkan asumsi klasiknya diperoleh hasil sebagai berikut ini: 1. uji normalitas menunjukkan nilai p yang lebih besar dari 0,05 atau berarti variabel penelitian tersebut memiliki distribusi yang normal. 2. uji heteroskedastisitas sebelum dan setelah memasukkan faktor deflator menunjukan bahwa nilai t hitung semua variabel independen terletak
diantara
±t
tabel
heteroskedastisitas.
lxxiii
sehingga
tidak
terjadi
gejala
3. uji multikolinieritas sebelum dan setelah memasukkan faktor deflator menunjukan bahwa nilai tolerancenya lebih besar dari 0,0001 atau nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih besar dari 5 atau nilai dari eigenvalue tidak mendekati 0 atau condition index tidak melebihi nilai 15, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas. 4. uji autokorelasi dalam penelitian ini menunjukan nilai d hitung berada diantara nilai dU dan 4-dU, atau dengan kata lain untuk nilai d sebelum memasukkan faktor deflator adalah 1,77<2,139<2,23, sehingga bebas dari autokorelasi, sedangkan untuk nilai d setelah memasukkan faktor deflator adalah 1,77<2,138<2,23, sehingga bebas dari autokorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ini bebas dari gejala autokorelasi. 3. Pengujian koefisien regresi parsial untuk hipotesis pertama menunjukan bahwa variabel laba secara signifikan berpengaruh terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya lebih kecil dari –t tabel atau –11,841<-2. Sedangkan variabel piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, hal ini dikarenakan t hitungnya terletak diantara ±t tabel. 4. Pengujian koefisien regresi parsial untuk hipotesis kedua menunjukan bahwa variabel laba secara signifikan berpengaruh terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, hal ini dikarenakan nilai t hitungnya
lxxiv
lebih kecil dari –t tabel atau –3,670<-2. Sedangkan variabel piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi perubahan laba satu tahun mendatang, hal ini dikarenakan t hitungnya terletak diantara ±t tabel. 5. Pengujian koefisien regresi serentak untuk kedua hipotesis, disimpulkan bahwa secara serentak variabel laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan signifikan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun mendatang. Walaupun begitu, dari hasil pengolahan data terlihat bahwa hasil penelitian sebelum memasukkan faktor deflator lebih signifikan bila dibandingkan dengan setelah memasukkan faktor deflator. Hal ini ditunjukan oleh nilai F hitung sebelum deflator sebesar 33,339 lebih besar dari pada nilai F hitung setelah deflator yang hanya sebesar 3,433. Hal ini dikarenakan selama masa krisis moneter perubahan tingkat inflasi nasional pertahun mengalami perubahan yang sangat tajam, sehingga mempersulit prediksi perubahan laba satu tahun mendatangnya. 6. Pada pengujian goodness of fit untuk hipotesis pertama, diperoleh nilai adjusted R2 untuk sebelum memasukkan faktor deflator sebesar 0,710 yang berarti 71% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh kelima variabel
independennya,
yaitu:
laba,
piutang,
persediaan,
biaya
administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan, sedangkan sisanya sebesar 29% dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi.. Nilai standart error of estimate sebesar 131.200 juta lebih rendah
lxxv
daripada nilai standart deviation perubahan laba satu tahun mendatang yang sebesar 243.600 juta, model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor perubahan laba satu tahun mendatang daripada rata-rata perubahan laba satu tahun mendatang itu sendiri. Pada hipotesis kedua untuk pengujian goodness of fit, setelah memasukkan faktor deflator diperoleh adjusted R2 dengan nilai 0,156 yang berarti 15,6% dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh kelima variabel independennya, yaitu: laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan sedangkan sisanya sebesar 84,4% dijelaskan oleh faktor lain di luar model regresi.. Nilai standart error of estimate sebesar 1.018.000 juta lebih rendah daripada nilai standart deviation perubahan laba satu tahun mendatang yang sebesar 1.108.000 juta, model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor perubahan laba satu tahun mendatang daripada rata-rata perubahan laba satu tahun mendatang itu sendiri.
B. Keterbatasan
Penelitian yang dilakukan penulis memiliki beberapa keterbatasan antara lain sebagai berikut ini. 1. Jumlah perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini relatif kecil, bila dibandingkan dengan perusahaan yang termasuk dalam kelompok manufaktur, sehingga penelitian ini sulit untuk dikembangkan lagi. Hal ini memang ciri dari perusahaan non-manufaktur, yang memiliki jenis
lxxvi
kelompok yang beraneka-ragam, dengan jumlah anggota tiap kelompok yang relatif sedikit. 2. Penelitian ini belum mempertimbangkan ukuran perusahaan, apakah termasuk perusahaan besar atau kecil, sebab dengan adanya perbedaan ukuran perusahaan kemungkinan hasil yang diperoleh bisa berbeda. 3. Penelitian ini hanya menguji dari sisi tingkat inflasi saja, padahal masih ada faktor ekonomi lain antara lain tingkat suku bunga kredit.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut ini. 1. Penelitian selanjutnya bisa memakai jenis kelompok perusahaan nonmanufaktur lainnya, sehingga hasilnya bisa saling diperbandingkan. 2. Ukuran
perusahaan
hendaknya
dipertimbangkan
dalam
penelitian
selanjutnya. 3. Perlu mengupas pengaruh faktor-faktor ekonomi lainnya terhadap persamaan ini untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Sritua. 1993. Metode Penelitian Ekonomi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bank Dunia. 1998. Krisis Indonesia dalam Penilaian Bank Dunia. Jurnal Pasar Modal Indonesia. No.07, Juli, 19-26.
lxxvii
Boediono. 1985. Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Djarwanto. 1993. Statistik Induktif. Edisi keempat.Yogyakarta: BPFE.
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 1999. Buku Pedoman Penyusunan Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zain. Jakarta: Penerbit Airlangga.
Harahap, Sofyan Syafri. 1996. Teori Akuntansi : Laporan Keuangan. Cetakan kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
Ika, Siti R. 2000. Evaluasi Kinerja Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta Sebelum dan Selama Krisis Moneter. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Machfoedz, Mas’ud. 1994. Financial Ratio Analysis And The Prediction Of Earnings Changes In Indonesia. Kelola: Journal of Gadjah Mada University Business Review. Vol.3, No.7.
Munawir. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Parawiyati dan Zaki Baridwan. 1998. Kemampuan Laba Dan Arus Kas Dalam Memprediksi Laba Dan Arus Kas Perusahaan Go Publik Di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.1, No.1.
Parawiyati, Ambar Woro Hastuti, dan Edi Subiyantoro. 2000. Penggunaan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keuntungan Investasi Di Pasar Modal. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.3, No.2.
lxxviii
Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Sandiyani, Yustina dan Titik Aryati. 2001. Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Laba Dan Arus Kas Di Masa Yang Akan Datang. Media Riset Akuntansi Dan Informasi. Vol.1, No.2.
Santoso, Singgih. 2001. SPSS Versi 10. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo.
Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business : A Skill Building Approach. Third edition. New York : John Wiley & Sons.
Sevilla, Consuelo G., Jesus A. Ochave, Twila G. Punsalan, Bella P. Regala dan Gabriel G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan Alimuddin Tuwu. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Siegel, Joel G. dan Jae K. Shim. 1999. Kamus Istilah Akuntansi. Terjemahan M. Kurdi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Silalahi, Pande Radja. 1997. Impor Kapal Bekas Dibolehkan, Kredit Tanah Dilarang. Jurnal Pasar Modal Indonesia. No.07, Juli, 77-79.
Umar, Husein. 1998. Riset Akuntansi : Panduan Lengkap Untuk Membuat Skripsi Bidang Akuntansi. Cetakan kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Wijayanti, Indriati. 2002. Kemampuan Informasi Dalam Laporan Keuangan Untuk Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
lxxix
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
NAMA PERUSAHAAN Bakrieland Development Tbk. Bhuwanatala Indah Permai Tbk. Bukit Sentul Tbk Ciputra Development Tbk. Dharmala Intiland Tbk. Duta Anggada Realty Tbk. Duta Pertiwi Tbk. Indonesia Prima Property Tbk. Jakarta International Hotel & Development Tbk. Jaya Real Property Tbk. Kawasan Industri Jababeka Tbk. Lippo Cikarang Tbk. Lippo Karawaci Tbk. Lippo Land Development Tbk. Mas Murni Indonesia Tbk. Metro Supermarket Realty Tbk. Modernland Realty Ltd. Tbk.
lxxx
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Mulialand Tbk. Pakuwon Jati Tbk. Panca Wiratama Sakti Tbk. Pudjiadi & Sons Estate Tbk. Pudjiadi Prestige Limited Tbk. Putra Surya Perkasa Tbk. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. Summarecon Agung Tbk. Surya Semesta Internusa Tbk. Suryamas Dutamakmur
lxxxi