PENGARUH HUKUMAN TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA Studi Kasus di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : Asep Ahmad Yani 809011000159
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
i
ii
iii
ABSTRAK
Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat. Kata Kunci : Hukuman, Proses Penerapan, Tingkah Laku Siswa Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah: (1) bagaimana proses pembelajaran yang dialami siswa dapat berjalan dan berhasil dengan baik sehingga sesuai dengan tujuan pendidikan, (2) bagaimana dampak psikologis siswa atas penerapan suatu hukuman sebagai salah satu alat pendidikan di sekolah, dan (3) bagaimana konsistensi sekolah menggunakan hukuman dalam meningkatkan disiplin siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara penerapan hukuman di sekolah terhadap tingkah laku siswa, dan seberapa besar pengaruh itu terhadap tingkah laku siswa, serta apakah hal tersebut memiliki signifikansi atau tidak. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Nopember 2011 di SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan berganda. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penhelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh hukuman dengan terhadap tingkah laku siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,450 dan termasuk dalam kategori sedang atau cukup (nilai r hitung pada rentang 0,40 – 0,70).Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup dan signifikan antara hukuman dengan pembentukan tingkah laku siswa di SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat.
ASEP AHMAD YANI (FITK.PAI)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah „Azza wa Jalla, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya, serta atas iradah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para pengukut setianya hingga akhir jaman. Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program studi dan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari sinilah, penulis mendapatkan pengalaman berharga pertama kalinya dalam penulisan karya ilmiah,yang secara jujur, penulis akui bahwa pekerjaan ini tidak akan dapat selesai sesuai aturan yang ada tanpa bantuan pihak-pihak terkait.Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan untaian kalimat syukur dan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakata, Bapak Prof. Dr. H. Syauqi Rif‟at Nawawi, M.A. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Bahrissalim, M.Ag. dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. sekaligus selaku pembimbing skripsi penulis yang dengan kewsabaran dan ketelitiannya. 3. Segenap dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ide dan pemahamannya, serta berbagai pelayanan selama melaksanakan studi. 4. Seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam merekomendasikan dan menyediakan sumber-sumber bacaan.
v
5. Kedua orang tua, yang dengan keridhoannya menghantarkan kami hingga saat ini. 6. Isteri tercinta dan buah hati tersayang Ahmad Kemal yang telah memberikan motivasi dan semangat terhadap penulis untuk terus belajar. 7. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala jenis bantuannya yang sangat berharga dan berkesan bagi penulis, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
Atas segala kontribusinya yang telah diberikan kepada penulis, semoga semua itu akan bernilai ibadah yang Allah swt. akan lipatgandakan ganjaran kebaikannya, amin.
Jakarta, Juni 2012 Penulis,
ASEP AHMAD YANI NIM: 809011000159
vi
DAFTAR ISI
Hal Halaman Judul ………………………………………………………………..
i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi…………………………………………….
ii
Lembar Pengesahan …………………………………………………………..
iii
Abstrak ……………………………………………………………………….
v
Kata Pengantar ……………………………………………………………….
vi
Daftar Isi ……………………………………………………………………..
viii
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………
1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………..
5
C. Pembatasan Masalah …………………………………….
6
D. Rumusan Masalah ……………………………………….
6
E. Tujuan Penelitian …………………………………………
6
F. Manfaat Penelitian ……………………………………….
6
: KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ………………………………………………
7
1. Hukuman ……………………………………………..
7
a. Pengertian Hukuman ………………………………
7
vii
b. Dasar Al-Qur‟an dan Al-Hadits Tentang Hukuman .
8
c. Tujuan, Teori, dan Fungsi Hukuman …………………. 10 d. Prinsip dan Syarat-syarat Hukuman ………………… 12 e. Macam-macam Hukuman dalam Pendidikan ……….
16
2. Tingkah Laku …………………………………………..
17
a. Pengertian Tingkah Laku ……………………………
17
b. Macam-macam Tingkah Laku ………………………
19
c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tingkah Laku ……………………………………….
BAB III
20
B. Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa ………
23
C. Kerangka Berfikir …………………………………………
26
D. Hipotesis Penelitian ………………………………………
27
: METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………… 28 B. Metode Penelitian …………………………………………
28
C. Populasi dan Sampel ………………………………………
28
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………..
29
E. Tehnik Analisis ……………………………………………
29
F. Hipotesis Statistik…………………………………………
31
viii
BAB IV
: HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat ……
32
1. Sejarah Berdirinya SDIT Meranti Jakarta Pusat ………
32
2. Profil SDIT Meranti …………………………………… 34 3. Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan ………………… 35 4. Sarana dan Prasarana…………………………………… 37 5. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar ………………. 38 6. Tata Tertib SDIT Meranti ……………………………… 40 7. Struktur organisasi……………………………………… 46
BAB V
B. Analisis Data………………………………………………..
47
C. Pengujian Hipotesisi Penelitian ……………………………
68
D. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………….
71
E. Keterbatasan Penelitian ……………………………………
73
: PENUTUP A. Kesimpulan . ……………………………………………….
74
B. Implikasi …………………………………………………… 74 C. Saran ……………………………………………………….
75
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
77
LAMPIRAN……………………………………………………………………
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Populasi dan sampel siswa yang mengikuti pembelajaran pada SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat ......................................................
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian .................................................
Tabel 3
Tabel Interprestasi Nilai “r” .................................................................
Tabel 4
Keadaan Guru SDIT Meranti, Senen, Jakarta Pusat ............................
Tabel 5
Keadaan Siswa .....................................................................................
Tabel 6
Sarana dan Prasana SDIT Meranti, Senen Jakarta Pusat .....................
Tabel 7
Tentang Rukun Iman Itu Ada 6 ............................................................
Tabel 8
Rukun iman yang pertama percaya kepada Allah SWT ......................
Tabel 9
Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari ........................
Tabel 10
Shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam...................................
Tabel 11
Ajaran Islam tentang anjuran bershodaqoh ..........................................
Tabel 12
Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari ........................
Tabel 13
Hormat kepada orang tua .....................................................................
Tabel 14
Sikap berbakti kepada orang tua dan guru ...........................................
Tabel 15
Hormat kepada orang tua .....................................................................
Tabel 16
Pengetahuan tentang nilai-nilai membaca Al-Qur‟an ..........................
x
Tabel 17
Sikap dan kepribadian dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru .......
Tabel 18
Sikap dan kepribadian dalam hal kebersihan dan kerapihan di rumah ....................................................................................................
Tabel 19
Sikap dan tindakan siswa ketika melihat perselisihan diantara temannya ..............................................................................................
Tabel 20
Sikap dan perasaan jika mendapat rezeki dari Allah SWT ..................
Tabel 21
Kebiasaan membaca doa setelah selesai shalat ....................................
Tabel 22
Kegiatan kerja bakti (Kebersihan missal) di sekolah ...........................
Tabel 23
Partisipasi Dalam Pengumpulan Infak Rutin Setiap Hari Jum‟at ........
Tabel 24
Menghormati tamu yang datang ke rumah ...........................................
Tabel 25
Menjaga ketertiban di kelas dalam proses belajar mengajar ................
Tabel 26
Partisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah......................
Tabel 27
Partisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah......................
Tabel 28
Perhitungan untuk Data Variabel Y dari hasil Penyebaran Angket .....
Tabel 29
Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara Variabel X (Kontribusi pendidikan akidah akhlak) dan Variabel Y (pembentukan kepribadian siswa) ....................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap individu pada umumnya membutuhkan pendidikan, karena dengan pendidikan kehidupan manusia akan dapat mengalami kemajuan. Dengan pendidikan pula seseorang bisa mulia dan diterima oleh masyarakat. Makin tinggi pendidikan seseorang makin baik masa depannya. Bahkan setiap warga negara dituntut menjalani pendidikan seumur hidup (life long education). Dalam dunia yang dinamis, setiap masyarakat selalu mengalami perubahan, bila tidak turut berubah dan tidak turut mengikuti pertukaran zaman, masyarakat tersebut dapat mengalami ketertinggalan dalam segala seginya. Suatu bangsa yang maju adalah bangsa yang mengutamakan pendidikan, maka bangsa Indonesia pun sejak kemerdekaan sangat memperhatikan pendidikan sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia seperti yang tercantum pada alinea
Keempat
diamandemen,
Pembukaan
Pemerintah
Undang-Undang
Negara
Indonesia
Dasar
1945
antara
lain,
yang
telah
berkewajiban
mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka, pada pasal 31 Ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan Pasal 31 Ayat (2) yang berbunyi bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Untuk maksud itu, UUD 1945
Pasal
31
Ayat
(3)
mewajibkan
pemerintah
mengusahakan
dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur melalui UU No.20 Th 2003, Pasal 3.Tentang Sistem Pendidikan Nasional1 Pada prinsipnya belajar bukan hanya sekedar menghafalkan fakta-fakta atau mengerjakan tugas. Belajar juga bukan sekedar mencari pengalaman, belajar adalah suatu proses dan berlangsung secara aktif dan integratif dengan 1
UUD 1945 Setelah Ammdemen Keempat Tahun 2002, (Bandung : Pustaka Setia, 2004) hal. 45
1
2
menggunakan berbagai macam bentuk aktifitas untuk mencapai tujuan. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam arti faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal dalam arti faktor yang berasal dari luar diri siswa.2 Belajar, seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Sebagian orang beranggapan belajar itu adalah sematamata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang berasumsi demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan dari sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh gurunya. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok yaitu berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung kepada proses belajar yang dialami siswa. Pendidikan di sekolah memerlukan kerja sama antar berbagai pihak, yaitu antara orang tua, guru, administrator dan konselor sekolah, lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dan pemerintah. Kerja sama itu meliputi berbagai kegiatan misalnya penentuan tujuan pengajaran, bahan pengajaran, proses pengajaran, sarana pengajaran, pengadaan alat pendidikan dan lain-lain. Hukuman merupakan salah satu dari sekian banyak alat pendidikan yang dapat menunjang kelancaran proses pelaksanaan pendidikan. Muhammad Qutb menyatakan: "Apabila teladan tidak mampu dan begitupun nasehat, maka harus diadakan tindakan tegas, tindakan tegas itu adalah hukuman".3 Secara umum tujuan hukuman adalah untuk memperbaiki tabiat dan tingkah laku siswa ke arah kebaikan dan yang bersangkutan menyesali serta menyadari perbuatan salah yang telah dilakukannya, kendatipun pada dasarnya hukuman
2 3
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-l,h.59 M. Qutb, Sistem Pendidikan Islam, Alih Bahasa, Salman Harun, (Bandung: Al-Ma'arif, 1993). Cet.ke3, h. 34
3
tersebut kurang disenangi oleh siswa, karena dampak yang ditimbulkannya pun bisa positif dan bisa pula negatif. Seorang guru apabila memberikan hukuman dengan sewenang-wenang tanpa memperhatikan kejiwaan siswa dan kesesuaian antara berat dan ringannya pelanggaran dengan hukuman yang diberikan, besar kemungkinan akibat yang ditimbulkannya pun akan negatif. Begitu juga halnya apabila guru tersebut tidak memiliki sifat sabar, adil dan pemaaf dalam memberikan hukuman. Charles Schaefer mengemukakan bahwa " Penggunaan hukuman yang terlalu sering, apabila hukuman itu keras bisa menimbulkan resiko yang berbahaya, yaitu merendahkan harga diri siswa, menyebabkan yang bersangkutan timbulnya rasa takut, kecemasan, perasaan salah, dan bermusuhan terhadap yang menimpakan hukuman.4 Hukuman akan berpengaruh positif apabila hukuman itu bermakna mendidik untuk mencapai ke arah kedewasaan dan dapat dipertanggung jawabkan, seperti pendapat Langeveld sebagai berikut "Supaya suatu hukuman dapat dipertanggung jawabkan dan penderitaan yang ditimbulkannya mempunyai nilai paedagogis, maka hukuman itu harus membantu anak menjadi dewasa dan dapat berdiri sendiri". Dampak yang ditimbulkan oleh hukuman kepada siswa yang menerima adalah sebagai ganjaran atas perbuatannya yang salah dan keliru, dan ia berusaha untuk memperbaiki dan memperkuat keinginan untuk berbuat kebaikan. Melihat anak berbuat salah, orang tua di rumah ataupun guru sering tak kuasa untuk tidak memberikan hukuman badan kepadanya. Padahal, hukuman fisik atau badan dilarang, karena sering berdampak buruk. Ada cara lain yang lebih baik dan patut dianut oleh setiap guru. Sekitar tahun 1960-an atau 1970-an, masih banyak orang tua yang menghukum anak dengan sebilah rotan atau sapu, hanya gara-gara anak memecahkan piring murahan, tidak mau disuruh ke warung atau mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Atau kalau di sekolah, ada guru yang menghukum siswa push up sampai pucat pasi lantaran terlambat datang. Mereka pikir, siswa akan 4Charles
Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih Bahasa, Turmun Sirait, (Jakarta: Mitra Utama, 1999), Cet. ke-6, h.5
4
bakal jera melakukan kesalahan yang sama. Kini hukuman badan justru sering digugat efektivitasnya oleh kalangan orang tua, para pendidik, maupun psikolog. Hukuman badan ada kalanya memang berdampak positif. Namun terbuka pula peluang untuk melahirkan dampak negatif. Secara filosofis, orang tua merasa bertanggung jawab untuk mendisiplinkan dan menghukum anaknya demi kebaikan anak yang bersangkutan sekarang dan kelak. Bahkan, secara tradisional pun hukuman badan telah diterima sebagai salah satu metode sangat efektif untuk mengendalikan dan mendisiplinkan siswa di sekolah. Hal ini didukung oleh masyarakat yang percaya bahwa hukuman badan penting untuk mencegah degradasi moral, baik dalam kalangan rumah tangga maupun masyarakat. Di sekolah, hukuman badan masih sering digunakan. Banyak guru berpendapat, ketakutan siswa pada hukuman fisik akan menambah kekuatan atau kewibawaan guru. Dengan demikian siswa akan lebih mudah dikendalikan. Namun, ini bukanlah satu-satunya cara untuk mengendalikan tingkah laku siswa. Ada banyak metode yang bisa dipilih untuk menumbuhkan kepatuhan dan kedisiplinan. Namun, jika semua metode tersebut sudah tidak mempan, hukuman badan bisa dijadikan jalan terakhir untuk menumbuhkan kepatuhan. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk siswanya, tidak terkecuali orang tua. Sama halnya dengan alat-alat pendidikan yang lain. Berhasil dengan baik atau tidaknya suatu hukuman tergantung kepada pribadi guru yang bersangkutan dan siswa tersebut, bahan dan cara yang dipakai untuk menghukum siswa. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hubungan antara guru dan siswa serta suasana atau situasi ketika hukuman itu diberikan. Oleh sebab itu, belum tentu dan bahkan tidak mungkin hukuman yang sama dilakukan oleh seorang terhadap beberapa orang lainnya menghasilkan akibat yang sama pula. Oleh karena itu, dalam upaya menegakkan disiplin sekolah yang konsisten dan berkesinambungan kepada siswanya agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan semua pihak, perlu kiranya menerapkan suatu hukuman yang adil dan bijaksana bilamana terjadi pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan
5
siswanya.
Berdasarkan penelitian awal di sekolah ini, maka penulis tertarik
untuk menelitinya melalui skripsi dengan judul: "Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa” Studi Kasus Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat”
B.
Identifikasi Masalah Tingkah laku siswa di sekolah memiliki mata rantai yang cukup dekat dengan
penerapan hukuman. Dengan demikian, penerapan hukuman benar-benar harus mempertimbangkan berbagai aspek pada diri siswa, seperti, psikologis, psikis, lingkungan/situasi, dan waktu. Penerapan hukuman hendaknya harus memiliki tujuan yang luhur, yakni memperbaiki tingkah laku dan pada saat berikutnya, menjadikan siswa seorang yang senantiasa tertib, disiplin, dan patuh meski dalam keadaan seorang diri sekalipun. Kesadaran tentang arti penting sebuah hukuman menuntut pembinaan yang cukup lama. Sebab pembentukan pembiasaanpembiasaan positif, berarti secara tidak langsung merubah sikap siswa yang justru jika salah akan berdampak merugikan siswa itu sendiri. Berdasarkan latar belakang dan kajian teoretik, tingkah laku siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: 1. Faktor guru yang kurang memahami aspek kejiwaan siswa. 2. Faktor sifat guru yang tempramental dalam memberikan hukuman. 3. Faktor guru yang kurang memahami metode pemberian hukuman. 4. Faktor sikap siswa yang acuh tak acuh terhadap aturan dan hukum. 5. Faktor perkembangan informasi penegakkan hukum yang lemah dan kompleks. 6. Faktor kesiapan sikap mental siswa dalam menerima atau menolak hukuman sekolah.
6
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis
membatasi
masalah yang diteliti yaitu pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu, Apakah terdapat pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa di SDIT Meranti, Senen, Jakarta Pusat? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mengkaji hubungan antara penerapan hukuman di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti terhadap perilaku siswa secara empirik berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. Secara teoritis kedua variabel di atas diduga memiliki hubungan positif. E.
Manfaat Penelitian 1.
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan bagi kepala sekolah dan guru di SDIT Meranti dalam menerapkan hukuman sebagai salah satu alat pendidikan yang lebih efektiv agar terciptanya sekolah yang tertib, disiplin, dan berwibawa.
2.
Bagi orang tua, hasil penelitian ini sebagai bahan pengetahuan dan wawasan, yang kemudian dapat dicoba aplikasikan terhadap anaknya di dalam keluarga.
3.
Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar awal latihan dalam penelitian ilmiah selanjutnya.
4.
Bagi pemerintah, hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program kebijakan terkait dengan pembinaan sekolah baik secara teknis edukasi maupun teknis administrasi.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Hukuman a. Pengertian Hukuman Kata hukuman ditinjau dari segi bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar hukum dan mendapat akhiran “an”.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa hukum adalah suatu sistem aturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui lembaga atau institusi hukum.Undang-undang, peraturan dan sebagainya dibuat untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat1.Menurut. P. Borst, hukum adalah "keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan”2. Menurut J.C.T Simorangkir hukum adalah "himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam masyarakat bersangkutan"3 Menurut istilah ahli Ushul Fiqh, Abdul al Karim Zaidan, sebagaimana dikutip Firdaus dalam bukunya “Ushul Fiqh”, hukum adalah: “Ketentuan Allah SWT yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf baik berupa tuntutan melakukan atau meninggalkan, atau pilihan, atau berupa ketentuan”4 Adapun kata hukuman bila ditinjau dari segi bahasa Arab merupakan terjemahan dari kata azab. Sedangkan dari segi istilah (terminologi), terdapat bebcrapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian hukuman, diantaranya:
1
Depdiknas,,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka2007),Ed.3.h.401 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta : Sinar Grafika, 1996) h. 27 3 J.T.C. Simorangkir, Pelajaran Hukum, (Jakarta, Aksara Baru ,1980), Cet.III.H. 13 4 Firdaus, Ushul Fiqh, Metode mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara Komprehensif, (Jakarta: Zikrul Hakim,2004) Cet. I. h.236 2
7
8
1. Menurut Charles Schaefer hukuman ialah suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada seseorang yang berbuat kesalahan.5 2. Menurut M. Ngalim Purwanto, hukuman adalah: Penderitaan yang diberikan atau yang ditimbulkan dengan sengaja (orang tua, guru dan sebagainya), sesudah terjadi pclanggaran, kejahatan atau kesalahan.6 3. Menurut Amir Daien Indrakusuma, hukuman adalah Tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sengaja dan sadar sehingga menimbulkan nestapa, dengan adanya nestapa ini anak menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.7 Dari beberapa definisi di atas terlihat adanya persamaan pandangan walaupun redaksinya berbeda-beda, namun pada prinsipnya mereka sepakat bahwa hukuman sebagai alat pendidikan. Di sini penulis menyimpulkan bahwa hukuman yang di maksud dari pendapat di atas adalah : a. Hukuman, sedikit banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan b. Selalu bertujuan ke arah perbaikan c. Dilakukan dengan sadar dan sengaja. b. Dasar Hukum dalam AI-Qur'an dan Hadist 1). Dasar Al-Qur'an:
"...wanita-wanita yang kamu khawatir nusuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkan mereka dari tempat tidur, pukullah mereka, kemudian jika mereka mentaatimu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah MahaTinggi lagi Maha Besar... " (Q.S. An-Nisa’4 :34).
5
Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih Bahasa,
R.Turmun 6
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-17, h. 186 7
Amir Daien Indrakusuna, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1973), h. 150
9
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun dia akan melihat balasannya .(Q.S. Al-Zalzalah-99 : 8)
Ayat-ayat di atas selain mengakui keberadaan hukuman dalam rangka perbaikan umat manusia, juga menunjukkan hukuman itu tidak diberlakukan kepada semua manusia, melainkan khusus kepada mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran.Pelanggaran dimaksud adalah perbuatan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tata nilai yang diberlakukan dalam lingkungan hidupnya. Kita mengetahui bahwa tiap kelompok kesatuan sosial sekecil apapun selalu mempunyai tata nilai atau peraturan-peraturan tertentu. Dan kewajiban anggota baru bagi kelompok sosial adalah menyesuaikan diri terhadap peraturan-peraturan tersebut dan setiap pelanggaran akan mengakibatkan gangguan bagi anggota kelompok bahkan kehidupan seluruh kelompok. Demikian pula dengan kehadiran anak di sekolah. Di sekolah ia menjadi anggota baru bagi masyarakat sekolah, yaitu menjadi siswa. Di sekolah terdapat peraturan dan tata tertib yang berlaku baginya, dan bila ia tidak dapat menyesuaikan diri ia akan menjadi pelanggar tata tertib, pelanggaran menyebabkan adanya hukuman dan hukuman itu akibat dari siswa yang bersangkutan. Tata tertib di sekolah selalu dilengkapi dengan sanksi-sanksi tertentu yung berpuncak kepada pemberian hukuman. Adanya hukuman itu tidak lain untuk menegakkan dan mengembangkan tata tertib sehingga tujuan pendidikan yang telah dirumuskan oleh suatu sekolah itu tercapai. 2). Dasar Al-Hadits
Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya r.a berkata
10
:Rasulullah Saw bersabda : Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika melalaikannya ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkan mereka dari tempat tidurnya. (H.R. Abu Daud)8 Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak-anak harus disuruh menegakkan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan diberi hukuman apabila anak menolak perintah tersebut jika sudah sampai berusia sepuluh tahun, agar dengan hukuman pukul anak-anak sadar akan kesalahannya. c. Tujuan, Teori dan Fungsi Hukuman 1) Tujuan Hukuman Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, setidaknya ada dua tujuan yang terkandung dalam memberikan hukuman: a. Hukuman diberikan oleh karena adanya pelanggaran b. Hukuman diberikan dengau tujuan.9 Menurut Charles Schaefer, bahwa "tujuan jangka pendek dari hukuman adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, dan tujuan jangka panjangnya ialah untuk mengajar dan mendorong anak-anak menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah, agar dapat mengarahkan dirinya yaitu mematuhi aturan yang berlaku".10 2) Teori-Teori Dalam Menghukum M. Ngalim Purwanto mengemukakan teori-teori tentang hukuman sebagai berikut: a) Teori Pembalasan Teori inilah yang tertua. Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelalaian dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam 8
Said Muhammad Allihham,Sunan Abi Daud,(Saudi Arabia: Daarul Fikri 1989), Jilid 1, Cet.1, h.119 9 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Rineka Cipta, 1991),Cet.I. h.150 10 Charles Schaefer,Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih Bahasa, R.Turmun Sirait, (Jakarta: Mitra Utama, 1996), Cet. VI, h 93
11
pendidikan di sekolah menurut kemauan guru, serta ada pertimbangan dari guru yang bersangkutan. b) Teori Perbaikan Menurut
teori
ini,
hukuman
itu
diadakan
untuk
membasmi
kejahatan.Maksudnya ialah untuk memperbaiki tingkah laku yang melanggar hukum, agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi.Teori inilah yang bersifat paedagogis karena bermaksud memperbaiki tingkah laku yang melanggar aturan, baik lahiriah maupun batiniah. c) Teori Perlindungan Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.Dengan adanya hukuman ini masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan pelanggar. Di sekolah hukuman diadakan untuk perbaikan perilaku siswa yang tidak baik dan dapat menimbulkan rasa insaf bertanggung jawab atas perbuatannya. d) Teori Ganti Kerugian Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian yang telah diderita dari kejahatan-kejahatan dari pelaku pelanggaran itu.Hukuman
ini
banyak
dilakukan
dalam
masyarakat
maupun
pemerintahan. Dalam proses pendidikan teori ini masih belum cukup, sebab dengan hukuman semacam itu siswa mungkin menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa, karena kesalahannya telah terbayar dengan hukuman. e) Teori Menakut-nakuti Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akibat perbuatannya yang melanggar itu, sehingga ia berupaya tidak melakukan perbuatan yang melanggar aturan, sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan tersebut dan mau meninggalkannya. Juga teori ini masih membutuhkan “teori perbaikan”. Sebab, dengan teori
12
ini besar kemungkinan siswa akan meninggalkan perbuatan jelek hanya karena takut, bukan karena keinsyafan bahwa perbuatannya memang terbentuk dari kata hatinya.11 Berdasarkan beberapa pendapat yang di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan atau maksud dari hukuman ialah mencegah dan mengoreksi anak sekaligus memberi kesadaran bagi anak untukmengenal dan mengetahui kesalahannya dan mau memperbaiki tabi'at dan tingkah laku kesehariannya di sekolah.
3) Fungsi Hukuman Fungsi hukuman selain alat pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan, dapat pula menjadi alat motivasi bagi siswa, sebagaimana yang diungkapkan oleh Amir Daein Indrakusuma, sebagai berikut: "Hukuman walaupun alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun dapat pula menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk mempergiat belajar. Siswa yang pernah mendapat hukuman oleh karena kelalaian, karena tidak mengerjakan tugas, maka ia akan berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar terhindar dari hukuman. Hal ini berarti ia didorong untuk selalu belajar membiasakan dan bertingkah laku baik".12
d. Prinsip dan Syarat-Syarat Hukuman 1) Prinsip-Prinsip Hukuman dalam Pendidikan a) Prinsip Psikologis (kejiwaan) Setiap guru berkewajiban mencermati tingkah laku siswanya, baik dari segi tabi'at, pembawaan, kesenangan, akhlak dan kejiwaannya. Guru yang bersangkutan bertugas mengenal semua siswanya lebih dekat agar dapat 11 M.Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007),Cet.18, h.188
12
Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979), Cet.I, h. 165
13
melayani mereka dengan layanan yang sesuai, sehingga tidak terjadi pemberian hukuman kepada mereka Suatu hukuman mungkin cocok untuk seorang siswa, namun bukan berarti cocok pula buat siswa lainnya. Sebagaimana ungkapan Al-Ghazali: "Bila dokter mengobati seluruh pasiennya dengan satu macam obat saja, tentu banyak dari mereka yang akan mati. Begitu juga bila seorang guru membawakan satu macam metode, sistem dan latihan kepada seluruh siswa tentu banyak pula dari mereka yang akan rusak dan mati jiwanya serta tumpul semangat berfikirnya, seharusnya para guru lebih dulu meneliti sifat, watak, umur, dan lingkungan siswanya, barulah ditetapkan pola asuh, latihan dan metode yang harus dibawakan kepada tiap-tiap siswa".13
b) Prinsip Kasih Sayang Salah satu syarat hukuman secara paedagogis ialah hukuman diberikan atas dasar cinta kasih sayang.14 Ini berarti siswa kadangkala dihukum bukan atas dasar benci atau ingin menyakitinya, atau karena ingin balas dendam. Guru memberikan hukurman demi kebaikan siswa, demi kepentingan dan masa depan meraka. Oleh karena itu setelah hukuman diberikan, diupayakan terciptanya suasana kasih sayang antara guru dan siswa.
c) Prinsip keadilan M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa, “dalam menghukum hendaklah kita bersikap adil".15 Hal yang sama dikemukan Charles Schaefer bahwa untuk kepentingan keadilan, tetaplah diingat untuk mempertimbangkan halhal sebagai berikut : pelanggaran pertama atau sudah beberapa kali, pelanggaran karena dorongan yang tiba-tiba, tingkah laku yang umum dan pelanggaran karena tekanan-tekanan atau situasi tertentu".16 13
Nasharuddin Thaha, Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam di Zaman Jaya, (Jakarta : Mutiara, 1997), h. 43.
14 M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h. 91 15
Ibid, H. 92
16.
Charles Schaeffer, loc.cit, h. 18
14
Pandangan di atas menjelaskan bahwa seorang guru dalam memberikan hukuman terhadap siswanya tidak membeda-bedakan status sosialnya, seperti anak orang kaya, anak saudara atau anak sendiri dan sebagainya. Hukuman yang diberikan sepadan dengan besarnya kesalahan yang diperbuat oleh siswa dan disesuaikan dengan pribadi dan watak yang bersangkutan.
d) Prinsip keharusan atau keterpaksaan Hukuman bukan satu-satunya alat dan bukan pula alternatif pertama yang harus dilakukan pendidik terhadap peserta didik yang melakukan pelanggaran. Hal ini berarti bahwa penggunaan hukuman sebagai alat pendidikan didasari adanya unsur keharusan, yaitu bila keadaan memaksa untuk rnenggunakan hukuman sedangkan cara yang lain sudah ditempuh, akan tetapi siswa tetap saja melakukan pelanggaran. e) Prinsip tanggungjawab M. Ngalim Purwanto mengemukakan pendapat bahwa, "hukuman yang kita berikan kepada siswa hendaknya dapat menimbulkan rasa tanggung jawab pada nya".17Ini berarti bahwa hukuman yang diberikan dapat membuat siswa lekas insaf dan menyadari kesalahannya, bukan malah tidak mengakui kesalahannya dan melemparkan kesalahan itu kepada orang lain, dalam arti tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya.Penerapan hukuman dimaksud juga tidak diartikan sewenang-wenang, hanya karena guru atau orang tua di rumah agak bebas menerapkan hukuman.Situasi semacam ini merupakan suatu kesempatan yang dipergunakan oleh guru untuk mengajari siswa senantiasa berani memikul tanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya. 2) Syarat-Syarat Hukuman dalam Pendidikan Agus
Sujanto
dalam
bukunya
yang
berjudul
Psikologi
Perkembanganmerumuskan tentang syarat-syarat hukuman yang mendidik, 17
M.Ngalim Purwanto, op.cit.,h.191
15
yaitu : a) Hukuman dapat menimbulkan rasa bersalah bagi yang bersangkutan, b) Hukuman dapat menimbulkan rasa kesadaran bagi si terhukum, c) Hukuman berakhir dengan pengampunan.18 Menurut M. Ngalim Purwanto, syarat-syarat hukuman yang paedagogis itu antara lain : 1. Tiap-tiap hukuman dapat dipertanggung jawabkan. Ini berarti hukuman tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi harus dilandasi dengan kasih sayang. 2. Hukuman itu sedapat-dapatnya rnemperbaiki yang berarti bernilai mendidik. 3. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat perorangan, karena hukuman yang demikian tidak memungkinkan adanya hubungan baik antara pendidik dengan anak didiknya. 4. Hukuman jangan diberikan sewaktu sedang marah, sebab jika demikian kemungkinan besar hukuman itu tidak adil atau terlalu berat. 5. Tiap-tiap hukuman diberikan dengan sadar dan diperhitungkan terlebih dahulu. 6. Bagi siswa, hukuman itu dirasakan sendiri sebagai kedukaan atau penderitaannya sehingga siswa merasa menyesal dan menyadari untuk tidak mengulangi lagi. 7. Hukuman jangan diterapkan pada badan, karena hukuman badan tidak meyakinkan adanya perbaikan pada siterhukum, tetapi sebaliknya hanya menimbulkan dendam atau sikap suka melawan. 8. Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara guru dengan siswanya. 9. Sehubungan dengan butir di atas, maka perlulah adanya kesanggupan memberi maaf dari guru sesudah menjatuhkan hukuman dan setelah siswa menginsafi kesalahannya.19 Berdasarkan
uraian
di
atas
dijelaskan
bahwa
pendidik
dalam
menjatuhkan hukuman kepada anak didik yang bersalah tidak dapat bertindak sesuka hati, tetapi harus diberikan dengan adil, sesuai dengan kepribadian anak didik, harus ada hubungannya dengan kesalahan dan bagi si pendidik sanggup memberi maaf setelah hukuman itu dijatuhkan. e. Macam-Macam Hukuman Dalam Pendidikan Berat ringannya hukuman yang akan diberikan kepada siswa sangat 18 19
Agus Suyanto, Psikologi Perkembangan,(Surabaya:Aksara Baru, 1986), Cet.I,h. 122 M.Ngalim Purwanto, op.cit.,h.192
16
tergantung pada besar kecilnya kesalahan yang ia perbuat, tujuan yang hendak dicapai dan keadaan siswa. Dalam hal ini guru janganlah cepat-cepat memberikan hukuman terhadap siswanya. Pada tahap pertama, siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki sendiri kesalahannya, sehingga ia mempunyai rasa kepercayaan diri dan menghormati dirinya serta merasakan akibat dari perbuatannya tersebut. Apabila pada tahap pertama ini belum berhasil, maka dilanjutkan dengan tahap yang kedua yaitu berupa teguran, peringatan dan nasehat-nasehat, sebagaimana penjelasan Al-Ghazali: "Maka dalam tindakan yang demikian kalau anak masih kembali berbuat tidak baik untuk kedua kalinya, maka sebaiknya ia ditegur".20 Pada tahap yang kedua ini apabila masih belum berhasil, maka saatnya guru mempertimbangkan memberikan hukuman.Ada beberapa macam bentuk hukuman yang dapat digunakan oleh seorang guru terhadap siswa. Secara umum ada dua jenis hukuman: 1. Hukuman badan Hukuman badan adalah hukuman yang dikenakan terhadap badan seperti pukulan, siksaan fisik, qishash (hukuman yang telah ditetapkan oleh syariat islam, atau memotong sebagian anggota badan dalam hukum kisas). 2. Hukuman non-fisik Hukuman yang menyakitkan tapi tidak menimpa badan seperti cacian, kutukan, penjara, larangan makan dan minum, disuruh berdiri, atau bertahan di tempat yang sangat panas atau sangat dingin, terror, intimidasi, denda, diasingkan dan dengan pembunuhan karakter.21 Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati ada 5 macam jenis hukuman: 1. Hukuman membalas dendam Orang yang merasa tidak senang karena anak berbuat salah anak lalu dihukum.Orang tua merasa senang/puas, karena telah berhasil menyakiti anak.Hukuman semacara ini tidak boleh diterapkan, karena dampaknya tidak baik. 20
Zainudin,et.al, op. cit.,h. 87 Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, alih bahasa Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah, (Jakarta: Al-Huda, 2006), Cet. I, hal. 339-340
21
17
2. Hukuman badan/jasmani Hukuman ini memberi akibat yang merugikan anak, karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi si anak.Misalnya : guru menangkap basah anak didik sedang merokok, maka kepada si anak dihukum dengan keharusan merokok terus menerus selama waktu sekolah, ini akan berakibat anak sakit. 3. Hukuman jeruk manis (sinaas apple) Menurut tokoh yang mengemukakan teori hukuman ini, Jan Lighrt, anak yang nakal tidak perlu dihukum, tetapi didekati dan diambil hatinya. 4. Hukuman alam Hukuman ini dikemukakan oleh JJ.Rousseau dari aliran Natularisme berpendapat, kalau ada anak yang nakal, jangan dihukum, biarlah kapok/jera dengan sendirinya.Dengan hukuman alam, anak diharapkan menyadari kesalahannya sendiri.Dengan membiarkan si anak, maka hubungan antara anak didik dengan pendidik tidak mengalami keretakan/putus. Namun dengan hukuman alam, kadang-kadang anak tidak segera menyadari akan kesalahannya/perbuatannya 5. Hukuman memperbaiki Menghukum dengan tujuan agar anak mau memperbaiki kesalahannya. Kesalahan itu akan diperbaiki oleh anak, bilamana si anak sudah mengetahui apa kesalahan yang telah dilakukannya, dan baru memungkinkan si anak memperbaikinya.22 Dari macam-macam hukuman di atas dapat kita simpulkan, bahwasanya hukuman itu dapat diterapkan dalam pendidikan terutama hukuman
yang
bersifat
paedagogis,
menghukum
bilamana
perlu
dihindari.Dalam menghukum hendaknya disesuaikan dengan kesalahan yang telah dilakukan siswa, umur dan keadaan siswa.
2. Tingkah Laku a. Pengertian Tingkah Laku Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa tingkah laku itu sama artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian ini lebih mengarah kepada aktivitas sifat seseorang.23 Menurut Caplin, tingkah laku itu merupakan sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau alasan yang dilakukan oleh
22
Abu Ahmadi, et.al, op.cit. hh. 157-158
23
Rama Yulis, Psikolog; Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002), h. 97
18
organisme. Tingkah laku juga bisa berarti suatu gerak atau kompleks gerakgerik yang secara khusus tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.24 Budiarjo berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas.Menurutnya tingkah itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan, yang dilakukan oleh sejumlah makhluk hidup.Dalam hal ini tingkah laku itu walaupun mengikutsertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada di otak, bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan dan sebagainya. Tetapi ia juga menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik. Mengenai
perilaku dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat
disamakan dengan tingkah laku. Menurut Prof, Dr, Singgih. D.Gunarsa, secara terminologis "Prilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Prilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan dari luar".25 Sigmund Freud berpendapat bahwa tingkah laku adalah "Pergolongan jiwa seorang tidak hanya melibatkan aktivitas bawah sadar; oleh Freud, jiwa manusia digambarkan seperti gunung es di tengah samudra, dan yang nampak dipermukaan laut hanyalah seperpuluhnya saja yaitu alam sadar, sembilan-sepersepuluhnya berada dalam samudra (bawah sadar).26 Tingkah laku menurut Alfred Alder ada dua rasa yang fundamental dalam diri manusia, yaitu rasa minder buatan seseorang baik benar, maupun tidak benar, juga ditentukan oleh keharmonisan / kestabilan pribadinya. Tingkah laku dan sikap merupakan mata rantai yang terjalin dengan hubungan faktor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap.Motif sebagai tenaga pendorong arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah laku nyata (Overt behavior)pada diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif yang dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi biasanya akan menjadi lebih stabil. Pada tingkat
24. 25
Ibid, h. 93
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), h. 5 26 Bambang Mulyono, Op.Cit., h. 81
19
tertentu motif akan berperan sebagai pusat skap (central attitude) yang akhirnya akan membantu kecenderungan/predisposisi. Proses ini terjadi dalam diri seseorang terutama pada tingkat usia dini.27 Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa prilaku adalah tingkah laku, suatu perbuatan atau tindakan seseorang yang nyata dapat dilihat atau bersifat kongkrit, dan tanpa melalui pembinaan dalam jiwa terlebih dahulu.
c. Macam-Macam Tingkah Laku Para Ahli Psikologi membedakan dua macam tingkah laku: 1) Tingkah laku intelektualitas, maksudnya adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu. 2) Tingkah laku mekanistik atau refleksi, maksudnya adalah respon-respon yang timbul pada manusia secara mekanistis dan tetap, seperti kedipan mata, sebab terkena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada siswa, seperti menggerakkan kedua telapak kaki secara terus-menerus tanpa aturan.28 Macam-macam perilaku yang ditampilkan seseorang, seperti: Perilaku yang over bisa dibagi lagi dalam: 1) Perilaku yang disadari, dilakukan dengan penuh, tergantung dari aksi dalam otak besar (voluntary movement) berkaitan dengan otak kecil sebelah belakang yang menguasai koordinasi otak-otak (cerebrum). 2) Perilaku reflektoris, gerakan refleks yang dalam tahap pertama berkaitan dengan sumsum tulang belakang belum disadari. Baru kemudian tingkah laku refleks disadari, bila kesan sudah sampai ke pusat syaraf. 3) Perilaku diluar pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat pada sumsum penyambung (medulla oblongata) atau gerakan otot karena pendekatan otot. Perilaku yang tidak mudah kelihatan, terselubungi: (Gunarsa, 1999:4-5) 1) Kognisi : penyadaran melalui proses penginderaan terhadap rangsangan dan interprestasinya. Perilaku meliputi segala hal berupa reaksi terhadap rangsangan, menyadari dan memberi arti atau belajar dan mengingat apayang dipelajari. 2) Emosi: affek, perasaan, suasana di dalam diri yang di munculkan oleh penyadaran terhadap isi perangsang. 27.Jalaluddin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (PT. Remaja Raja Grafindo, 2004), Cet. 8, h.209 28
Hasan Langgulung, Azas-azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998),h.274
20
3) Konasi : pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih sesuatu bentuk perilaku. 4) Penginderaan: melalui penyampaian atau mengantar (rangsangan) sampai ke susunan syaraf pusat, pusat pengertian.29 Dari uraian di atas tentang perilaku, dapat dipahami bahwa perilaku itu adalah perbuatan atau tingkah laku manusia baik secara reflek maupun secara sadar, baik jasmani ataupun rohani. Contoh, ketika mendapatkan anak yang jatuh dari pohon, maka ia akan segera berperilaku/bertindak dengan menggotong dan memberitahukan kepada orang tuanya. Perilaku mempunyai sifat kongkrit yang berkaitan dengan raga seseorang terhadap
stimulus-stimulus
yang
diterimanya.Perilaku
ini
merupakan
manifestasi dari sikap.Seseorang berperilaku secara spontanitas, juga dapat melalui pembentukan atau pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu. Karena itu tingkah laku dan sikap semakin erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya
c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tingkah laku Faktor-faktoryang mempengaruhi pembentukan tingkah laku seseorang menurut P. Sondang Siagian adalah : 1. Faktor Genetik Faktor genetik atau yang di sebut juga faktor keturunan/unsur bawaan ialah proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir yang merupakan warisan dari orang tuanya, berupa ciri-ciri atau sifat secara fisik dan mental psikologik serta kemampuan berupa bakat, tingkat kecerdasan, sosial, intelegensi, fantasi dan pengamatan, sifat pemarah atau penyabar dan sebagainya. Yang kesemuanya merupakan potensi dasar atau faktor bawaan yang akan mempengaruhi proses perkembangan anak.
2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan di sini adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam
29
Singgih D. Gunarsa, Ibid.,hh. 4-5
21
rumah dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dan masyarakat yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di mana semuanya ini sebagai tempat bernaung, sebagai tempat memecahkan segala persoalan sekaligus sebagai tampat untuk menemukan panutan yang akan dijadikan teladan dalam bertingkah laku. Adapun faktor lingkungan di bagi pada tiga bagian: a. Lingkungan Keluarga Para ahli berpendapat bahwa perilaku scseorang dewasa banyak dipengaruhi oleh kondisi dalam kehidupan rumah tangga manusia pada waktu kecil.Bahkan ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk ketika masih berada dalam kandungan seorang ibu.Arah lebih lanjut pembentukan kepribadian ditentukan dalam kehidupan keluarga. Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola tingkah laku seseorang akan bersifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egoistis dan memiliki rasa simpatik. Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia, sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif. Kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah, memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati. Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sekali.Orang tua harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan bekerjasama sesama anggota keluarga. Orang tuapun jangan pernah berhenti untuk memberikan nasihat-nasihat baik secara terus menerus sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis. b. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah juga turut mempengaruhi perkembangan perilaku
22
siswa. Corak hubungan antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami perubahan. Ajaran agama Islam tegas menyuruh manusia untuk menuntut ilmu, guna mengembangkan berbagai potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. Sebagimana telah diterangkan dalam firman Allah SWT.:
Dan Allah telahrncngeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl :78) Pendidikan dapat diperoleh diantaranya melalui pendidikan formal seperti sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya sebagai tempat untuk menambah ilmu sebagai modal hidup dikemudian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental dan tingkah laku sosial yang baik. c. Lingkungan Masyarakat Lingkungan perkembangan
masyarakat perilaku
turut
anak.
pula
Makin
mempengaruhi bertambah
umur
proses makin
memperoleh kesempatan luas untuk mengadakan sosialisasi dengan teman-teman bermain yang sebaya (bergaul), sekalipun konflik akan terjadi yang kadang disebabkan persoalan-persoalan kecil. Oleh karena itu fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akanmempengaruhi perwujudan suatu potcnsi secara baik atau tidak baik. Sebab pengaruh baik sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan yang tidak baik akan menghambat/merusak perkembangan anak. Oleh kerena itu tugas orang
23
tua/guru untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjukkan perkembangan anak. Beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang adalah: 1. Lingkungan yang tentram, dalam arti penuh kedamaian dan bebas dari kehidupan yang curiga dan mencurigai. 2. Lingkungan yang rukun di mana sesama warga tidak saling mencampuri urusan orang lain, tetapi saling toleransi. 3. Lingkungan yang bersih dalam arti fisik 4. Tersedianya fasilitas bergaul yang mamadai seperti untuk berolah raga, berbincang-bincang dengan rekan-rekan sebaya, maupun lebih tua dan sebagainya. Lingkungan masyarakat merupakan arena pergaulan yang dihadapi setiap hari, maka pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku akan sangat besar artinya. Apabila seseorang selalu melihat dan bahkan mungkin juga terlibat dalam gaya hidup tentram, damai, penuh toleransi dan menyenangkan, perilaku yang positif meskipun para orang tua dan para pendidik berusaha keras ke arah itu.
B. Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa Di sekolah kita banyak melihat siswa yang rajin, penurut, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dan bisa menjawab pertanyaanpertanyaan ketika ujian. Bahkan Kita juga senang melihat siswa yang berakhlak baik, normal dan patuh pada orang tua dan guru.Rasa senang itu sangat wajar karena semua itu merupakan bukti dari keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya.Namun tidak dapat dipungkiri masih ada siswa yang suka membantah nasehat guru, dan melawan kepada orang tua, dan lebih disayangkan lagi masih banyaknya para siswa yang mengabaikan pelajaran, malas belajar, jarang masuk kelas, dan pada akhirnya gagal dalam ujian.Ini adalah salah satu diantara fenomena yang ada didalam dunia pendidikan. Dalam menyikapi masalah ini, tidak sedikit para guru menghukum
24
siswanya yang melakukan kesalahan, dan kebanyakan hukuman itu adalah berupa hukuman fisik. Hukuman itu diberikan agar para siswa tidak lagi mengulangi perbuatannya dan hukuman itu juga sebagai pelajaran bagi siswa lainnya agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Hukuman itu cukup ampuh karena para siswa akan merasa takut dan akan lebih berhatihati dalam berbuat. Namun bila dilihat lebih jauh, sebenarnya hukuman itu bisa membawa perubahan negatif bagi perkembangan tingkah laku siswa. Tidak jarang hukuman itu menjadi pemicu kebobrokan tingkah laku para siswa, karena tidak ada ketenangan jiwa pada dirinya akibat perlakuan buruk yang ia terima dari gurunya yang hanya mengenal kekerasan dalam mendidik tanpa melalui pendekatan psikologis, mengabaikan kepentingan siswa, memukulnya hanya karena ia malas belajar atau karena kenakalannya. Perlakuan seperti ini akan menyebabkan siswa menjadi dongkol dan semakin buruk akhlaknya. Ibnu Khaldun mengemukakan pendapat, sebagai berikut: “...Siapa yang dididik dengan kekerasan diantara siswa-siswa, ia akan selalu dipengaruhi oleh kekerasan, akan selalu merasa sempit hati, akan kekurangan kegiatan bekerja dan bersifat pemalas, menyebabkan ia berdusta serta melakukan yang buruk-buruk. Hal ini selanjutnya, secara tidak langsung mengajarinya menipu dan berbohong, sehingga sifat-sifat ini menjadi kebiasaan bagi perangainya...”30 Syekh Abdul Hamid Yassin Al-Bilaly menyatakan bahwa, "Anak-anak yang biasa dididik dengan keras akan menjadi orang yang senantiasa takut, tidak percaya diri, takut menghadapi kegagalan, selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan mudah marah ".31 Charles Schaefer mengemukakan pendapat bahwa, "Penggunaan metode hukum yang terlalu sering apalagi kalau hukuman itu keras, dapat menimbulkan resiko yang berbahaya, yaitu merendahkan harga diri anak, menyebabkan timbulnya rasa takut dan rasa bermusuhan terhadap yang 30
M. Athiyah AI-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa Rustani Ardani dan Johar Bahry, (Jakarta : Bulan Bintang, 1987), Cet. V, hal. 157
25
menimpa hukuman tersebut".32 Beberapa ungkapan di atas memberikan penjelasan bahwa sikap keras yang berlebihan dalam mendidik siswa akan menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap diri dan prilakunya seperti perasaan takut, pemalas, pembohong, pendendam, tidak percaya diri dan sebagainya. Menurut M. Ngalim Purwanto, beliau menyatakan bahwa hukuman dapat menimbulkan efek/akibat negatif dan positif, sebagai berikut : 1. Menyebabkan anak menjadi lebih pandai menyembunyikan pelanggaran, dengan demikian anak telah berbohong dan menipu orang lain serta dirinya sendiri. 2. Memperbaiki tingkah laku si pelanggar. 3. Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah oleh karena kesalahannya dianggap telah dibayar. 4. Memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikan. Biasanya ini adalah akibat dari hukuman normatif.33 Berbagai uraian hukum yang telah disebutkan di atas oleh para ahli, kiranya akan semakin jelas bahwa hukum dapat mempengaruhi tingkah laku manusia atau siswa di lingkungan pendidikan. Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, Abdul Wahhab Khallaf menyatakan bahwa :” Tujuan umum diadakannya hukum itu adalah untuk merealisir kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya, memenuhi kebutuhan sekundernya, dan memenuhi kebutuhan pelengkapnya.”31 Perubahan tingkah laku (siswa) bila dikaitkan dengan pendapat Wahhab tersebut adalah masuk dalam katagori realisasi kemaslahatan dari salah satu sisi kebutuhan pokoknya, yakni sikap dan tingkah laku, yang dipandang lebih penting karena menyangkut salah satu faktor kesempurnaan manusia di hadapan Allah swt.
Abdul Hamid Yassin, Seni Mnedidik Anak, (Jakarta: Al-I’tisham, 2000), h. 2 Chaeles Sheiffer, op.cit, h. 93 33 Ngalim Purwanto, op.cit, h. 93 31 Syekh
32
34Abdul
Wahhab Khallaf, Kaedah-kaedah Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Graffindo,1993), h.329
26
C. Kerangka Berfikir Berhasil dengan baik atau tidaknya suatu hukuman tergantung kepada pribadi guru, pribadi siswa, dan cara yang dipakai dalam menghukum mereka. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hubungan antara guru dan siswa serta suasana atau situasi ketika hukuman itu diberikan. Oleh sebab itu, belum tentu dan bahkan tidak mungkin hukuman yang sama di berlakukan terhadap beberapa siswa menghasilkan dampak yang sama pula. Seorang guru yang memberikan hukuman dengan sewenang-wenang tanpa memperhatikan aspek si terhukum dan kesesuaian antara berat dan ringannya pelanggaran dengan hukuman yang diberikan serta penggunaan hukuman yang terlalu sering, apalagi kalau hukuman itu terlalu keras, besar kemungkinan akibat yang ditimbulkannya pun akan negatif. Begitu juga halnya apabila guru tersebut mengabaikan sifat sabar, adil dan pemaaf dalam memberikan hukuman. Dampak negatif yang ditimbulkannya itu antara lain merasa direndahkan harga diri siswa dan memunculkan sikap bermusuhan terhadap yang memberikan hukuman. Keadaan demikian sangat memprihatinkan dan pada akhirnya akan berdampak negatif pula terhadap pergaulannya seharihari baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat mengganggu konsentrasi belajar mereka. Apabila mereka tidak konsentrasi lagi dalam belajar, maka akan berakibat pada prestasi belajar mereka yang tidak akan optimal. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan: “ terdapat hubungan positif antara hukuman guru kelas dengan pembentukan tingkah laku siswa”. Dengan kata lain, makin tepat hukuman guru kelas, makin baik tingkah laku siswa. Dan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian dengan menggunakan hipotesis alternatif (Ha) atau disebut juga dengan hipotesis kerja dan hipotesis nol (Ho) yang sering juga
27
disebut dengan hipotesis statistik, sebagai berikut :
Ha
: Terdapat pengaruh positif/negatif antara hukuman dan perilaku siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Jakarta.
Ho
: Tidak terdapat pengaruh positif/negatif antara hukuman dan perilaku siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Jakarta.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan ini dilaksanakan selama 1 bulan, yakni dari tanggal 1 s.d. 30 Nopember 2011, bertempat di SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat, dari pukul 08.00 – 11.00 wib.
B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Kuanitatif, dengan menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data dalam bentuk angket/kuesioner (pertanyaan). Kemudian penulis melakukan apa yang disebut dengan " Deskriptif Analisis", yaitu dengan rnenganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa informasi dan data yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Data dan informasi tersebut diperoleh melalui penelitian lapangan (Field Research).
C. Populasi dan Sampel Menurut Suharsimi Arikunto, "Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti".1 Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV,V, dan VI
yang
jumlah muridnya sebanyak 117 orang. Sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu 25% sebanyak 30 orang yang dipilih secara acak.
1
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,1998), Cet-11, h.117 28
29
D. Tekhnik Pengumpulan Data 1. Angket Angket yaitu mengumpulkan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan
tertulis
kepada
siswa
yang
telah
ditetapkan
menjadi
responden/sample dengan memberikan angket pertanyaan sebanyak 30 butir dari kelas IV - VI SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat tersebut dapat dilihat pada tabel kisi-kisi instrument angket sebagai berikut : Tabel Kisi-kisi Angket Instrumen Penelitian
No
Butir Pernyataan ∑ No butir Butir
Indikator Variabel
1
Pemahaman tentang Hukum
1
1
2
Sosialisasi Tata Tertib
2
2–4
3
Disiplin
2
5–6
4
Pelanggaran
2
7–8
5
Hukuman
5
9 – 13
6
Perubahan Sikap
3
14 -
30 Butir
J u m l a h
Jawaban angket di atas, setiap butir soalnya sudah disediakan jawaban alternatifnya. Setiap pilihan jawaban diberikan nilai atau skor yang telah ditentukan, sebagai berikut : A=4
B=3
C=2
D=1
Tetapi jika pertanyaannya membutuhkan jawaban berupa tes pengetahuan, maka memiliki skor 1 kalau jawabannya salah.
30
2. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara antara penanya dan penjawab berlandaskan tujuan penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dari kepala sekolah dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa di SDIT Meranti Jakarta Pusat. 3.
Observasi/Pengamatan Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini adalah dengan mengamati perilaku siswa yang sedang melakukan pelanggaran salah satu tata tertib sekolah, seperti merokok. Kegiatan pengamatan atau obervasi tersebut dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan sekitar mengapa perbuatan itu sampai ia lakukan.
E. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, penulis menggunakan tekhnik korelasional, yakni teknik kuantitatif yang merupakan salah satu tekhnik analisa statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tentang korelasi/ hubungan antara dua variabel yang sedang diteliti. yakni seperti dalam penelitian ini, hukuman disebut (variabel X/ variabel bebas), variabel yang mempengaruhi, dan tingkah laku (variabel Y/variabel terikat), sebagai variabel yang dipengaruhi dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Karl Parson sebagai berikut:
rxy
=
NXY – (X) (Y) {NX2 – (X)2} {NY2 – (Y)2}
Keterangan : rxy N XY
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y (Angka Indeks Korelasi "r" product moment) = Number of Cases (Jumlah responden yang diteliti) = Jumlah hasil perkalian antara variabel X dan variabel Y
31
(X) (Y) X2 Y2 (X)2 (Y)2
= = = = = =
Jumlah seluruh skor X Jumlah seluruh skor Y Jumlah dari kuadrat nilai X Jumlah dari kuadrat nilai Y Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan
Setelah nilai rxy diketahui, maka penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment yakni dengan cara sederhana dan dapat mempergunakan pedoman sebagaiman dijelaskan oleh Jonathan Sarwono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif dan kualitatif sebagai berikut :2 Tabel Interprestasi Nilai “r” Besarnya Nilai “r” <0,20 0,20 – 40
Interprestasi Hubungan dapat dianggap tidak ada Hubungan ada tetapi rendah
>0,40 – 0,70
Hubungan cukup
>0,70 – 0,90
Hubungan tinggi
>0,90 – 1,90
Hubungan sangat tinggi
Adapun tekhnik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku "Pedoman Teknis Penyusunan Skripsi", yang disusun oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
F. Hipotesis Statistik Berdasarkan teknik pengumpulan data yang menggunakan pendekatan statistik dengan rumus product moment, maka hipotesis statistiknya adalah :
2
Ho = ρ= O
Berarti tidak ada hubungan antara variabel X dengan Y.
Ha = ρ≠ O
Berarti ada hubungan antara variabel X dengan Y.
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. ke-1, h.150
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat 1. Sejarah Berdirinya SDIT Meranti SDIT Merantiyang terletak di Jl. Kalibaru Timur V/13-15, Kel.Bungur, Kecamatan Senen Jakarta Pusat, yang didirikan pada tanggal 24 Desember 1972. Penyelenggaraan kegiatan sebagai satuan pendidikan tingkat dasar pertama kalinya dimulai pada tanggal 11 Januari 1973 Yang dibuktikan dengan surat Dinas Dikbud RI
dalam bentuk Surat Izin Operasional No. 123/U/IV/
SD/2009.SDIT Pertamakalinya dipimpin oleh Sdri.Dra.Hasanah Ali yang selama enam tahun pertama jumlah siswa mencapai 178 orang.
Hingga kini SDIT
Meranti dipimpin oleh Sdr. Handi Sugizarto, S.Pd.,MM. dengan jumlah siswa sebanyak 307 orang. Keberadaan SDIT Meranti secara struktural ada di bawah naungan Yayasan Masjid Meranti yang dibentuk pada tahun 1957, melalui Akte Notaris Mister Suwandi. Diselenggarakannya lembaga pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti tersebut didasari alasan yang kuat, bahwa mayoritas masyarakat sekitar beragama Islam yang sangat menanti hadirnya lembaga pendidikan formal yang berbasis keagamaan (Islam), meski sebelum itu dua sekolah negeri (SDN Bungur, Senen Jakarta Pusat dan SDN Harapan Mulia, Kemayoran Jakarta Pusat) dan satu sekolah swasta umum “Yayasan Kartini” yang diketuai oleh Minarsih, SH., di mana yayasan tersebut berada di bawah pembinaan Ginanjar Kartasasmita. Hal inilah kiranya yang menjadi komitmen para dewan pendiri yayasan (Founding Fathers) sejak 54 tahun lalu, bahwa Yayasan Masjid Meranti bergerak dalam bidang da‟wah, sosial, dan pendidikan, bahkan kegiatan usaha lainnya yang dapat menunjang dan memperluas kemajuannya. Faktor positif masih bertahannya SDIT sampai saat ini antara lain: letaknya yang mudah terjangkau/strategis, biaya pendidikan yang relative terjangkau, terutama oleh masyarakat setempat dan sekitar, lingkungan bermain dan sarana
32
33
prasarana yang cukup representative, kedisiplinan yang tinggi, waktu kegiatan belajar mengajar dari pk. 06.30 – 14.20 wib., visi dan misi yang jelas, dan selalu menampilkan suasana nuansa keislaman dalam setiap interaksi sosialnya pada semua pihak. Kurikulum yang dipakai di SDIT Meranti adalah kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disempurnakan kemudian dikolaborasikan dengan kurikulum yang dikeluarkan Kementerian Agama R.I.Karena itu, untuk bidang pendidikan agama Islamporsi waktunya dari kelas satu hingga enam, mencapai rata-rata 10-12 jam perminggu, hal ini jauh berbeda dengan struktur kurikulum sekolah dasar negeri dan swasta khususnya di wilayah kecamatan Senen, Jakarta Pusat,
di mana pendidikan
agama Islam hanya 2 jam perminggu. Di sisi lain, bahwa dengan memanfaatkan kurikulum
dari
Kemenag
tersebut,
dapat
diambil
kebijakan
internal
lembaga/yayasan, para lulusan SDIT akan mendapat dua ijazah (dual degree), yakni Ijazah Diniyah Takmiliyah ( Kemenag RI) dan Ijazah Sekolah Dasar (Formal)
Kemendiknas RI. Bahkan selintas SDIT Meranti identik dengan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang diselenggarakan negeri dan swasta. Daya tarik dan kelebihan lain yang dimiliki Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat bagi masyarakat sekitar dan lainnya adalah aspek persaudaraan dan keakraban yang mentradisi sejak dahulu, dari tingkat pengurus yayasan hingga orang tua siswa, bahkan ke masyarakat sekitar sekalipun, misalnya setiap tahunnya baik hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha, dalam kegiatannya selalu melibatkan masayarakat dan juga orang tua siswa. Hal ini dapat di maklumi, karena SDIT Meranti memang berada di bawah Yayasan Masjid Meranti. Tak
kalah
pentingnya
yang
juga
dapat
diinformasikan,
bahwa
penyelenggaraan pendidikan Islam di yayasan tersebut, senantiasa memberikan keringanan bahkan subsidi terhadap siswa yang tidak mampu, bahkan membebaskan
dari
segala
biaya
yang
dikhususkan
bagi
siswa
yatim.Alhamdulillah, lantaran itu, Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti tetap eksis.
34
2. Profil SDIT Meranti Jakarta Pusat Tahun 2011-2012 a. Data Sekolah 1. Nama Sekolah
: SDIT Meranti
2. Alamat
: Jl. Kalibaru Timur V/13-15
3. Kelurahan
: Bungur
4. Kecamatan
: Senen
5. Kotamadya
: Jakarta Pusat
6. No. Telp
: (021) 42876532
7. NSS
: 104016004982
8. NIS
: 100430
9. Jenjang Akreditasi
:A
10. SK.BAS
: No.11/BAS-DIKNAS/XII/2004
10. Tahun Didirikan
: 1981
11. Status Tanah/Bangunan
: Milik Yayasan
12. Luas Tanah
: 875 M2
13. Luas Bangunan
: 728 M2
b. Visi – Misi SDIT Meranti Jakarta Pusat: Visi : Menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam Iptek dan Imtaq berwawasan rahmatan lil „alamin.
Misi : 1.
Membangun dan menciptakan kultur sekolah yang berlandasakan pada nilai Islam
2.
Melaksanakan sistem kegiatan belajar mengajar dan pendalaman materi secara efektiv dan berkelanjutan.
3.
Mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa untuk
35
mencapai kompetensi yang optimal dan berimbang. 4.
Mengondisikan siswa untuk selalu hidup sehat secara jasmani dan rohani, serta berwawasan lingkungan.
5.
Membangun karakter siswa melalui proses pembelajaran intra, ekstra, dan ko kurikuler dalam perspektif kebangsaan Indonesia.
3. Keadaan Siswa, Guru/Karyawan A. Keadaan Siswa SDIT Meranti
Kelas
Laki
Pr.
Jumlah
IA
16
16
32
IB
15
17
32
II A
16
16
32
II B
12
18
32
III A
15
17
32
III B
14
16
30
III C
12
18
30
IV A
12
13
25
IV B
13
12
25
V
17
18
35
VI
18
14
32
Jumlah
164
175
339
36
B. Keadaan Guru /Karyawan SDIT Meranti No.
Nama
Ijazah
Jabatan/ Guru
Kela min
S1
Kepsek
L
S1
Wa Ka/Gr.TIK
L
2.
Handhi Sugizarto,S.Pd.,MM Karnadi,S.Pd.
3.
Dra. Hasanah Ali
S1
Gr.Kls I A
P
4.
Komariah
S1
Gr. Kls I B
P
5.
Nurasiah, S.Pd
S1
Gr.Kls II A
P
6.
Sujiati,S.Pd.
S1
Gr.Kls II B
P
7.
Eka Whyuni, S.Pd.
S1
Gr.Kls III A
P
8.
Nurul Qotrunada,S.Pd.I
S1
Gr.Kls III B
P
9.
M.Rani Rachfani, S.Pd
S1
Gr.Kls III C
L
10.
Asep A. Yani, A.Ma
D III
Gr.Kls IV A
L
11.
Ardiansyah, A.Ma
D III
Gr.Kls IV B
L
12.
Nirzayenti,S.Pd.
S1
Gr.Kls V
P
13.
Dessy Husniarsih,S.Pd
S1
Gr.Kls VI
P
14.
H. Wagimin, BA
D III
SBK
L
15.
Drs. Raswad
S1
Gr. Orkes
L
16.
Drs. Suherman
S1
Gr. B.Inggeris
L
17.
Aceng Subrata, S.Pd.I
S1
Gr.Agama
L
18.
Achmadi, S.Pd.I
S1
Gr.Agama
L
19.
A. Abdullah, S.Pd.I
S1
Gr.Agama
L
20.
Hj.Maryam,S.Ag
S1
Gr.Agama
P
21.
Dra. Hanifah
S1
Gr.Agama
P
22.
Sripatimah,S.Pd.I
S1
Gr.Agama
P
23.
Muhammad Ridho
D II
Pramuka
L
24.
Subhan Holil
D II
Ekskul
L
25.
Asep Muktafi
D III
T.U
L
26.
M. Arif
SMA
Penjaga Sekolah
L
1.
37
Sumber data dari SDIT Meranti Stat Guru Tetap (Bantu) Yayasan
us Gur
15+4= 19
Guru Tidak Tetap 0
Guru PNS 3
Tata Usaha
Pembantu Pelaksana
1
Jumlah
3
26
u dan Karyawan SDIT Meranti
4. Sarana dan Prasarana Sarana yang di maksud di sini adalah segenap perlengkapan yang digunakan sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan seperti: gedung sekolah, ruang Kepala sekolah, ruang guru, ruang belajar, ruang tata usaha dan lain-lain. Sedangkan
prasarana
yang
dimaksud
disini
adalah
segenap
perlengkapan yang dimiliki sekolah sebagai penunjang terselenggaranya suatu proses seperti : perpustakaan, dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud dengan sarana dan prasarana di sini adalah segenap sesuatu yang dapat digunakan dalam mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan primer yang keberadaannya tidak kalah penting dengan unsurunsur lainnya bagi siswa dalam melangsungkan proses belajar mengajar.
No.
Sarana dan Prasana
Jumlah
Kondisi
38
1.
Ruang Belajar
11
Baik
2.
Ruang perpustakaan
1
Baik
3.
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
4.
Ruang Guru
1
Baik
5.
Ruang Tata Usaha
1
Baik
6.
Masjid Jami‟
1
Baik
7.
Ruang UKS
1
Baik
8.
Ruang PMR
1
Baik
9.
Kantin
1
Baik
10.
Ruang Komputer
1
Baik
11.
Ruang Audio Visual
1
Baik
12.
Koperasi Sekolah
1
Baik
13.
WC Siswa/i
2
Baik
14.
WC Guru
2
Baik
1
Baik
15.
Halaman Sekolah/Lapangan Olah Raga
4. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar A. Kegiatan Kurikuler Perseksekolahan dilaksanakan 5 (lima) hari belajar, Senen hingga Jum‟at. Dimulai pukul 06.30 hingga 14.10 wib.Kecuali hari Jum‟at, hingga pk. 11.15 wib.Para siswa telah mendapatkan hak pelayanannya secara baik.Para
guru
melakukan
tugasnya
dengan
penuh
tanggung
jawab.Pelaksanaan ulangan/evaluasi, serta pelaksanaan remedial (khusus bagi siswa yang kurang memenuhi standar ketuntasan minimal) dilaksanakan berdasar program yang terrencana dan terkoordinasi dengan
39
baik.Para guru juga melakukan latihan, bimbingan dan sebagainya kepada siswa, terutama mengupayakan peningkatan prestasi belajar siswa melalui pemberian fasilitas perpustakaan. Khusus kelas VI diberikan Pendalam Materi ( PM) tiga kali ( Senin, Rabu, dan Kamis) perminggu. Pelaksanaan pelajaran Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK)/ Komputerjuga menjadi hal yang sangat penting bagi siswa, terutama dalam menghadapi kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pegerjaan administrasi kelas dan murid yang dibuat guru dilakukan tiap hari, termasuk pembuatan Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP), serta silabusnya persiapan
masing-masing bidang studi selalu di-file-kan terutama pelaksanaan
akreditasi
yang semuanya
mengacu
pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disempurnakan ditambah dengan materi pendidikan karakter dan pengembangan diri. Dalam rangka peningkatan kualitas Kepala Sekolah dan para guru, Yayasan telah mengalokasikan dana untuk kegiatan pelatihan, penataran, studi banding dan sebgainya, termasuk kegiatan rutin di Gugus Sekolah Kelompok Kerja Guru (GS-KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S). B. Kegiatan Ekstra Kurikuler Disamping kegiatan kurikuler di atas, kegiatan ekstra kurikuler pun mendapat porsi waktu yang cukup. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa kegiatan belajar seminggu adalah enam hari, lima harinya diambil untuk kegiatan belajar efektif, sedangkan satu harinya yaitu pada hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekskul dan pengembangan diri, seperti misalnya; Marawis, Silat, Musik (Band), Kaligrafi Arab, dan Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR) dan kegiatan kegiatan lainnya baik yang dilaksanakan melalui sanggar, maupun dari sekolah sendiri. Termasuk di dalamnya kegiatan ekskul, para siswa giat dalam melaksanakan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, guna mengapresiasi kemahiran dan ketekunan serta kepahlawanan para
40
pendahulu. Kegiatan-kegiatan dimaksud telah turut mengisi daftar kejuaraan baik di tingkat kecamatan maupun kota.
6. Tata tertib / Peraturan di SDIT Meranti Di SDIT Meanti aktifitas siswa di atur dengan peraturan-peraturan selama berada dalam lingkungan sekolah baik menyangkut ibadah, pergaulan, pakaian, cara bicara dan lain sebagainya. Peraturan atau disiplin ini diterapkan bukan untuk mengekang kehidupan siswa atau membatasi kebebasannya, akan tetapi agar siswa terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas atau yang masih asing bagi mereka serta untuk perkembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control and self direction). Adapun tata tertib / peraturan yang diterapkan di SDIT Meranti berikut sanksinya adalah sebagai berikut : I.
Waktu Belajar 1. Pelajaran dimulai pada pukul 06.30 dan berakhir pada pukul 14.10, kecuali pada hari Jum'at dimulai pada pukul 11.15wib. a. Para siswa/i diwajibkan berada di sekolah selambat-lambatnya 10 menit sebelum bel pelajaran dimulai b. Bagi siswa/i yang datang terlambat diwajibkan lapor kepada Guru piket pada hari itu, sebelum diizinkan untuk mengikuti pelajaran selanjutnya c. Bagi siswa/i yang mendapat giliran piket kerja diwajibkan datang 15 menit lebih awal sebelum pelajaran dimulai. 2. Dilarang keras ribut/gaduh dan atau berkeliaran di dalam maupun di luar kelas pada saat pergantian jam pelajaran. 3. Selama waktu belajar, tidak diperkenankan keluar pekarangan atau halaman sekolah.
41
a. Siswa/i yang sakit dan terpaksa pulang, harus meminta izin terlebih dahulu kepada Guru piket pada hari itu. b. Siswa/i yang ditugaskan oleh Guru, terlebih dahulu harus meminta surat tugas dari Guru yang bersangkutan. c. Siswa/i yang diperlukan oleh orang tuanya harus pulang sebelum jam sekolah usai, harus membawa surat dari orang tua. II. Absensi 1. Semua pelajar wajib mengikuti setiap pelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah. 2. Bagi pelajar yang sakit diatur sebagai beikut: a. Jika sakit tidak lebih dari 1 hari (satu) hari cukup dengan pemberitahuan dari orang tua/wali dengan surat atau buku penghubung. b. Dan jika lebih dari 3 (tiga) hari, maka wajib dilengkapi dengan Surat Keterangan dari Dokter / Rumah Sakit / Poliklinik. 3. Jika absen disebabkan oleh hal-hal lain (bepergian, melawat, dan lainIain) orang tua harus mengirimkan surat ke sekolah sebelum/ sesudahnya. 4. Bagi pelajar yang tidak mengikuti pelajaran olahraga, agar dari orang tua yang bersangkutan mengirimkan surat kepada Guru yang berkepentingan. 5. Absen lebih dari 20 hari berturut-turut tanpa ada pemberitahuan dapat dikenakan sanksi, yakni dikembalikan ke orang tua siswa/dikeluarkan dari sekolah. III. PakaianSeragam dan Peraturan Lain Sopan Santun dan Larangan Selama Menjadi Siswa /iSDIT Meranti 1. Diharuskan berpakaian seragam sekolah dengan ketentuan/ petunjuk berpakaian islami, sebagai berikut:
HARI
ATASAN
BAWAHAN
Senin
Putih
Putih
Selasa
Batik(Kembang Hijau)
Hijau
42
Rabu
Putih
Merah
Kamis
Batik(Kembang Hijau)
Putih
Jum‟at
Putih
Hitam
Catatan: Pakaian Atas (Lk) : lengan pendek, baju dimasukkan (Pr) : Lengan Panjang, Baju dimasukkan Pakaian Bawah (lk) : celana sampai lutut, kaus kaki, 5 cm di bawah lutut. (Pr) : Rok 15 cm di bawah lutut, kaus kaki tertutup rok.
2. Bagi siswa putri diharuskan membawa perangkat shalat dan wajib mengikuti shalat Zhuhur berjama'ah. 3. Dilarang memakai perhiasan dan membawa barang-barang berharga / mahal ke sekolah/selain peralatan sekolah. 4. Bagi yang membawa Handphone (HP) agar dititipkan kepada petugas piket, dan dapat dipergunakan ketika ada signal komunikasi/panggilan dari keluarga/orang tua. 5. Dilarang keras membawa dan merokok. 6. Dilarang berada di dalam kelas, saat waktu istirahat, kecuali ada ijin dari guru piket. 7. Dilarang menggunakan perhiasan berharga, dan atau assesoris tubuh. 8. Dilarang merias muka berlebihan dan mewarnai atau mengecat rambut. 9. Dilarang berambut gondrong melebihi krah baju (bagi laki-laki), dan berkuku panjang, jika perlu akan dipotong atau digunting di sekolah. 10.Dilarang jajan di luar sekolah, (dan disediakan kantin sehat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan). 11.Dilarang mencorat-coret bangku, dinding kelas, dinding WC dan lain-lain tempat/ruang yang berada di lingkungan sekolah. 12.Dilarang membuang kertas/sampah di sembarang tempat. 13.Setiap siswa/i harus sopan terhadap Orang Tua, Guru, karyawan dan sesama teman.
43
14.Dilarang membawa / mengendarai sepeda motor ke sekolah. IV. Kebersihan dan Keindahan Kelas / Sekolah 1. Kebersihan dan keindahan kelas menjadi tanggung jawab anggota kelas masing-masing, begitu pula taman dan halaman sekolah. 2. Ketua kelas mengatur pembagian Regu kerja setiap hari dan disyahkan oleh wali kelasnya. 3. Wali kelas berhak mengawasi pelaksanaan regu kerja. 4. Guru keterampilan/praktek setiap saat harus dapat mengatur ataupun menugaskan siswa untuk kebersihan dan keindahan ruangan kelas. 5. Dalam waktu tertentu Kepala Sekolah dan Guru-guru mengerahkan tenaga siswa untuk keperluan kebersihan dan keindahan sekolah, serta lingkungan sekolah. 6. Hal-hal lain yang belum termaktub, akan dibuat oleh kepala sekolah sesuai situasi dan kondisi.
V. Sanksi atas pelanggaran Tata Tertib Sekolah, sebagai berikut: 1. Peringatan secara lisan. 2. Peringatan secara tertulis disampaikan kepada Orang Tua/Wali siswa (Panggilan kepada Orang Tua/Walinya). 3. Pemberian tugas khusus / skorsing. 4. Dikeluarkan dari SD Islam Terpadu Meranti
Ket. :
Setiap pelanggaran yang dilakukan siswa/siswi dicatat didalam Buku Kasus dan Kartu Status Siswa.
Bagi siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dan sulit diatur dengan peraturan-peraturan tersebut diatas,akan menjadi pelanggar tata tertib/peraturan, dan setiap pelanggaran akan mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri dan gangguan bagi anggota kelompok lainnya. Sebagai konsekwensinya maka dirumuskanlah berbagai macam bentuk hukuman, artinya dimana ada pelanggaran tata lertib/disiplin maka hukuman pun akan dijalankan. Akan tetapi
44
hukuman bukanlah sebagai alternatif pertama yang diberikan kepada pelanggar disiplin, karena sebelumnya sudah diinformasikan/dijelaskan kepada siswa konsekwensi-konsekwensi yang akan diterima siswa jika melanggar disiplin yang diberlakukan di sekolah. Adanya hukuman ini tidak lain untuk menegakkan dan mengembangkan disiplin dan tata tertib / peraturan sekolah sehingga tujuan yang dirumuskan oleh lembaga pendidikan ini dapat tercapai. Hukuman yang diberikan kepada pelanggar disesuaikan dengan jenis/tingkatan dan frekwensi pelanggaran, artinya tidak setiap pelanggar mendapatkan hukuman yang sama karena tidak setiap pelanggar melakukan kesalahan yang sama. Secara garis besarnya hukuman ini dapat dikategorikan pada tiga bagian, yaitu: 1. Hukuman Ringan 2. Hukuman Sedang 3. Hukuman Berat Dalam pemberian hukuman dimulai dari yang ringan, apabila yang ringan itu tetap dilanggar maka diberikan hukuman tingkat menengah, dan apabila setelah mendapatkan hukuman tingkat menengah ini masih melakukan pelanggaran juga maka akan diberikan hukuman yang berat. Namun ada juga beberapa pelanggaran yang langsung diberlakukan hukuman berat, maksudnya ketika pelanggaran terjadi pelanggar tidak dihukum dengan tahapan-tahapan di atas.Ini terutama apabila melakukan pelanggeran berat. Selain itu juga ada hukuman yang diberikan tanpa melihat frekwensi pelanggaran, yaitu berapa kali pun siswa melanggar ia akan mendapatkan hukuman yang sama pula.1 Batasan-batasan Pemberian Hukuman: 1.
Pelanggaran Ringan a. Terlambat masuk kelas Bagi siswa yang terlambat masuk kelas hukumannya adalah sepatu dilepas sebelah dan diletakken di ruang guru.Akan tetapi jika siswa tersebut terlalu sering terlambat maka dipanggil menghadap kepala sekolah. b. Tidak berpakaian seragam sekolah 1
Wawancara Pribadi dengan Bapak Karnadi,S.Pd. (Wakasek.Bidang Kesiswaan) SDIT Meranti
Jakarta.
45
Bagi siswa yang tidak berpakaian seragam sekolah hukumannya adalah berupa “menulis kalimat penyesalan” sebanyak empat halaman buku tulis, dan menulis salah satu surat-surat pendek al-Qur-an. c. Makan dan minum sambil berdiri, dan menggunakan tangan kiri, hukumannya berupa peringatan. d. Berkata tidak wajar atau tidak sopan, hukumannya adalah peringatan keras, sebagaimana poin (b).
2. Pelanggaran Sedang a. Berambut gondrong melebihi krah baju (bagi laki-laki), dan dipangkas model seperti pelangi, serta berkuku panjang Bagi siswa yang berambut gondrong dan berkuku panjang.Hukumannya langsung digunting atau dipotong di tempat. b. Membuat gaduh atau keributan di sekolah Bagi siswa yang membuat gaduh atau keributan di sekolah, hukumannya adalah membersihkan ruangan kelas. c. Mencorat-coret bangku, dinding kelas, dinding WC dan lain-lain, hukumannya adalah disuruh membersihkannya lagi. 3.
Pelanggaran Berat (di lingkungan sekolah) a. Merokok Bagi siswa yang kedapatan merokok, maka hukumannya adalah berdiri di lapangan, di panggil orang tua dan membersihkan WC. b. Main kartu Bagi siswa yang kedapatan bermain kartu (domino atau remi) dengan uang ataupun sekedar mainan, maka hukumannya adalah di panggil orang tua dan diskorsing antara 2 hari sampai dengan 1 minggu. c. Mengambil milik orang lain tanpa izin (mencuri) Bagi siswa yang kedapatan mengambil hak orang lain (mencuri) maka hukumannya adalah mengembalikan barang yang dicurinya atau menggantikannya sesuai harga barang tersebut, dan membersihkan WC. Apabila pelanggaran tersebut dilakukan lagi maka tindakan selanjutnya
46
yaitu membuat surat perjanjian, dan kemungkinan dikeluarkan dari sekolah.2
7. Bagan Organisasi Sekolah SDIT Meranti Jakarta Pusat
Yayasan/ Bidang Pendidikan
Dinas Dikbud
…… KEPAKA Komite Sekolah
SEKOLAH
WAKIL KEPSEK
GURU
SISWA
2
Buku Tata Tertib SDIT Meranti
TATA USAHA
47
Keterangan : ________ : Garis Komando : Garis Koordinasi
C. Analisis Data Hukuman merupakan salah satu bentuk pendekatan yang digunakan dalam usaha mendisiplinkan dan merubah tingkah laku siswa dari yang negatif ke yang positif.Hukuman ini diberikan secara bertahap mulai dari yang ringan sampai yang berat dan juga disesuaikan dengan bentuk, kriteria dan frekwensi pelanggaran. Konfigurasi hukuman yang diberlakukan bagi siswa dan siswi di SD Islam Terpadu Meranti adalah dengan cara mencatat setiap pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, kemudian diberikan point/skor terhadap pelanggaran tersebut sesuai dengan jenis dan kriteria pelanggaran yang telah ditetapkan oleh Kepala Sekolah dan Guru. Untuk memperoleh data pengaruh hukuman dan tingkah laku siswa adalah dengan menyebarkan angket yang berisi 30 pertanyaan dengan jawaban A diberi bobot nilai 4, jawaban B diberi bobot nilai 3, jawaban C diberi bobot nilai 2, dan jawaban D diberi bobot nitai 1. Sebelum angket ini diolah dan dicari korelasinya antara hukuman dengan tingkah laku, terlebih dahulu angket ini akan dianalisis dengan cara diuraikan dalam bentuk table persentase, untuk mengetahui sejauh mana tingkat korelasinya antara hukuman dan tingkah laku siswa dengan menggunakan rumus : F P = x 100% N Keterangan : P
= Persentase
Frekwensi jawaban responden N
= Number of cases
100% = Bilangan tetap
=
48
Hasil angket kemudian dimasukkan kedalam tabulasi, yang merupakan proses data-data, instrument pengumpulan data berupa angket menjadi tabel-tabel angka dalam persentase yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :
1. Disiplin Siswa SDIT Meranti
Tabel 1 Penegakan Disiplin Sekolah No
Alternatif jawaban
Frekwensi
Persentase
1
Sangat baik
16
54 %
2
Baik
10
33 %
3
Kurang Baik
4
13 %
4
Tidak Baik
-
-
30
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa penilaian siswa terhadap penegakan disiplin sekolah menunjukkan banyaknya siswa yang menjawab alternatif jawaban yaitu 54 % siswa menjawab sangat baik, 33 % siswa menjawab baik, 13 % siswa menjawab kurang baik, dan tidak seorang pun siswa menjawab bahwa hukuman yang diterapkan di sekolah tidak baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa setuju dengan disiplin yang diterapkan di sekolah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran siswa sangat tinggi akan pentingnya disiplin dalam kehidupan seharihari.
Tabel 2 Siswa keluar sekolah tanpa izin No 1
Alternatif Jawaban Selalu
Frekwensi
Persentase
-
-
49
2
Kadang-kadang
1
3%
3
Jarang
2
7%
4
Tidak pernah
27
90%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswa tidak pernah keluar komplek sekolah tanpa izin yaitu 90%, 7% siswa menjawab jarang keluar komplek tanpa izin, sedangkan 3 % siswa menjawab kadang-kadang keluar komplek tanpa izin, dan tidak seorang siswa pun menjawab selalu keluar komplek tanpa izin. Dari data di atas dapal diketahui bahwa kepatuhan siswa terhadap disiplin tersebut di atas sangat tinggi, hal ini dapat menghindari siswa agar tidak terkontaminasi dari pengaruh-pengaruh buruk dari luar.
Tabel 3 Pelaksanaan Shalat ZhuhurBerjama'ah
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
20 6
67% 20%
3
Jarang
3
10%
4
Tidak pernah
1
3%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas menunjukkan banyaknya siswa yang menjawab alternatif jawaban selalu melaksanakan shalat ashar berjama'ah yaitu 67 %, siswa yang menjawab kadang-kadang sebanyak 20 %, dan siswa yang menjawab jarang sebanyak 10 %, sedangkan siswa yang menjawab tidak pernah hanya 3 %. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa ketaatan siswa terhadap ibadah
50
sangat tinggi, ini juga menandakan kcsadaran siswa sebagai seorang muslim juga tinggi aKan fadhilah shaht jama'ah, selain karena di SDIT Meranti shalat zhuhur berjama'ah adalah ibadah wajib bagi siswa.
Tabel 4 Frekwensi siswa merokok
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Sering Kadang-kadang
1
3%
3
Jarang
3
10%
4
Tidak pernah
26
87%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui tidak seorang siswa pun menjawab sering merokok, 3 % siswa menjawab kadang-kadang merokok, 10 % siswa menjawab jarang dan 87 % siswa menjawab tidak pernah. Dari data di atas menunjukkan ketaatan siswa untuk tidak merokok sangat tinggi, hai ini juga menandakan bahwa kepedulian siswa terhadap kesehatan dirinyadan lingkungan sangat tinggi juga.
Tabel 5 Frekwensi pemberian hukuman kepada pelanggar disiplin
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
22 3
73% 10%
3
Jarang
3
10%
51
4
Tidak pernah
2
7%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas menunjukkan hukuman selalu diberlakukan kepada siswa yang melanggar disiplin yaitu sebanyak 73 % siswa menjawab selalu, 10 % siswa menjawab kadang-kadang diberlakukan, sedangkan 10 % siswa menjawab jarang, dan 7 % siswa menjawab tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan hukuman selalu dilaksanakan kepada siswa yang melakukan pelanggaran, hal ini dimaksudkan agar siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama dan sadar terhadap kesalahan yang dilakukannya.
Tabel 6 Frekwensi siswa melanggar disiplin
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Pernah Selalu
26 -
87% -
3
Jarang
3
10%
4
Tidak pernah
1
3%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui 87 % siswa pernah melanggar disiplin, tidak seorang siswa pun menjawab selalu melanggar, dan 10 % siswa menjawab jarang sedangkan 3 % menjawab tidak pernah melanggar. Data di atas menunjukkan mayoritas siswa pernah melanggar disiplin sengaja atau tidak sengaja, walaupun bentuk pelanggaran yang mereka lakukan berbedabeda.
52
2. Bentuk-bentuk hukuman
Tabel 7
HukumJemur bagi siswa yang mencuri
No
4
Alternatif Jawaban
Frekwensi Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
14 12
46% 40%
3
Jarang lalapangalapangan
3
10%
Tidak Pernah
1
4%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab selalu bagi siswa yang mencuri dihukum dijemur, 46%, siswa yang menjawab kadangkadang40 %, siswa yang menjawab jarang 3%, dan 40 % siswa menjawab tidak pernah hanya 4% saja. Dari data di atas dapat diketahui bahwa setiap siswa yang mencuri selalu dihukum jemur.Hal ini berarti siswa telah menyadari bahwa mencuri adalah perbuatan yang buruk yang merugikan semua pihak.Oleh karena, bila ada kasus pencurian baik milik siswa maupun guru, atau siapa saja, mereka tiak menyukainya.Jenis hukuman yang diterapkan pada kasus di atas kiranya sebuah hukuman yang sangat banyak dilakukan sekolah. Dalam kaitan inilah, nampak bahwa pelajaran agama tentang keburukan mencuri yang disampaikan guru sangat diamalkan siswa.
53
54
Tabel 8 Hukuman Jemur dan dipermalukan bagi siswa yang merokok
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
16 10
54% 33%
3
Jarang
3
10%
4
Tidak dddan Pernah siswa
1
3%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas diketahui informasi bahwa siswa memberikan pendapat yang berbeda-beda tentang hukuman yang akan diberikan kepada siswa yang kedapatan merokok, sebanyak 54 % siswa menjawab selaludihukum jemur dan dipermalukan di depan siswa lainnya. Sedangkan 33 % siswa menjawab hukuman tersebut kadang-kadang.Siswa yang menjawab jarang sebanyak 10%, dan lainnya tidak pernah sebanyak 3%. Kondisi ini dapat difahami, bahwa dengan adanya jenis hukuman yang diberikan tersebut agar pelaku jera, bahkan kejeraan itu akan membawa hal positif selamanya.
Tabel 9 Hukuman Nasihat bagi pelanggar untuk pertama kali
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Pcrsentase
1 2.
Selalu Kadang-kadang
25 4
84% 13%
3
Jarang
1
3%
4
Tidak Pernah
-
0%
30
100%
Jumlah
55
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hukuman yang diberikan terhadap pelanggar pertama kali, 84 %, atau 25 siswa menjawab selalu diberikan nasehat/pengarahan dan tidak dihukum,13 % siswa menjawab hukuman yang diberikan adalah kadang-kadang, dan 1% siswa menjawab jarang, kemudian 0% siswa tidak ada yang menjawab, artinya hukuman tersebut tidak pernah dilaksanakan. Adanya perbedaan persepsi siswa di atas karena berbeda-bedanya bentuk pelanggaran disiplin yang dilakukan siswa.
Tabel 10 Kerajinan siswa mengerjakan tugas (PR)
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
18 8
60% 27%
3
Jarang
4
13%
4
Tidak Pernah
-
-
30
100%
Jumlah
Dari tabel
di atas diketahui mayoritas siswa yaitu 60 % siswa
selalumengerjakan tugas di rumah, 27 % siswa yang menjawab kadang-kadang, 13 % siswa menjawab jarang, dan tidak seorang siswa pun menjawab tidak pernah. Dari data di atas diperoleh informasi bahwa mayoritas siswa selalu mengerjakan tugas dalam bidang studi yang berbeda-beda, hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti, kesadaran akan pentingnya ilmu. Bagi siswa seperti ini menunjukkan bahwa meeka punya tanggung jawab.
56
Tabel 11 Hukuman Berdiri di depan kelas bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas Pekerjaan Rumah (PR) No
Alfernatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
15 9
50% 30%
3
Jarang
4
13%
4
Tidak Pernah
2
7%
30
100%
Jumlah
Dari tabeldi atas dapat diketahui mayoritas guru selalu memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas, walaupun hukuman yang mereka berikan berbeda-beda.Yaitu 50 % siswa menjawab selalu hukuman yang diberikan adalah guru menyuruh berdiri di depan kelas sementara teman yang lain belajar, 30 % siswa menjawab kadang-kadang hukuman tersebut diterapkan, dan 13% siswa menjawab jarang, sementara 7% siswa menjawab tidak pernah dihukum sebagaimana judul tabel tersebut.
3.
Hukuman
Tabel 12 Apresiasi siswa terhadap hukuman
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
23 5
77% 16%
1 2
Selalu Kadang-kadang
3
Jarang
-
-
4
Tidak Pernah
2
7%
Jumlah
30
100%
57
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa menjawab selalu mengapresiasi terhadap hukuman diterapkan di sekolah yaitu sebanyak 77 %, sebanyak 16 % siswa menjawab kadang-kadang, sedangkan 7 % siswa menjawab jarang, dan tidak seorang siswa pun menjawab tidak pernah.Jawaban siswa sebesar itu, tentang apresiasi terhadap pelaksanaan hukuman di sekolah lantaran bahwa hukum itu dapat menjadi salah satu alat pendidikan yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap yang baik bagi siswa.
Tabel 13 Prekwensi pelaksanaan hukuman di depan umum
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
6 14
20% 47%
3
Tidak pernah
10
33%
4
Sering
-
-
30
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 % siswa menjawab bahwa hukuman selalu dilaksanakan di depan umum, 47 % siswa menjawab kadang-kadang dilaksanakan di depan umum, sedangkan 33 % siswa menjawab tidak pernah dilaksanakan di depan umum, dan tidak seorang siswa pun menjawab sering dilaksarakan di depan umum. Tindakan ini dilakukan agar siswa merasa jera dan tidak mengulangi kesalahan lagi, terutama kesalahan yang sama.
58
Tabel 14 Sikap guru ketika menghukum
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Kejam Tegas
9 4
30% 13%
3
Bijaksana
17
57%
4
Lemah Lembut
-
-
30
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas di ketahui 30% guru menghukum dengan kejam, marah, dan memaki, 13% guru menghukum dengan tegas, sedangkan 57% guru menghukum dengan biajaksana, dan tidak seorang siswa pun yang menjawab guru menghukum dengan lemah lembut. Dari data di atas dapat disimpulkan sebagian besar guru sudah dapat mengembangkan suatu hubungan kasih sayang, dan tegas ketika memberikan hukuman dan tidak lupa menasihati siswa yang membuat pelanggaran.
Tabel 15 Frekwensi guru mengucapkan kata-kata kasar ketika menghukum
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Sering
6
0% 20%
3
Pernah
21
70%
4
Tidak Pernah
3
10%
Jumlah
30
100%
59
Dari tabel di atas di peroleh informasi sebanyak 70 % siswa pernah melihat/mendengar guru mengucapkan kata-kata kasar ketika menghukum, 10% siswa menjawab tidak pernah, 20 % siswa menjawab sering melihat/mendengar gum mengucapkan kata-kata kasar ketika menghukum, dan tidak seorang siswa pun menjawab “selalu”.
Tabel 16 Frekwensi siswa mendapat hukuman karena pelanggaran
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Pernah Tidak pernah
24 4
80% 13%
3
Kadang-kadang
2
7%
4
Sering
-
-
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa 80% siswa menjawab pernah di hukum karena pelanggaran yarg dilakukan, 13% siswa menjawab tidak pernah, sedangkan 7% siswa menjawab kadang-kadang dihukum karena pelanggaran yang dilakukan, dan tidak seorang siswa pun menjawab sering.
60
Tabel 17 Kesesuaian antara hukuman dengan pelanggaran
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Sangat sesuai Tidak sesuai
5 6
16% 20%
3
Sesuai
17
57%
4
Sangat tidak sesuai
7
7%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 16% siswa menjawab sangat sesuai hukuman yang dilaksanakan di sekolah dengan pelanggaran yang dilakukan, 20% siswa menjawab tidak sesuai, 57% siswa menjawab sesuai, dan 7% siswa menjawab sangat tidak sesuai hukuman yang dilaksanakan di sekolah dengan pelanggaran yang dilakukan. Dari data di atas menunjukkan bahwa hukuman di sekolah sudah di sesuaikan dengan bentuk pelanggaran siswa, sehingga siswa merasakan diperlakukan sama di depan hukum, dan guru menganggap penerapan hukum pada siswa telah dilakukan sesuai dengan tingkat kesalahan siswa.
Tabel 18 Frekwensi siswa menerima pukulan ringan
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Pernah Selalu
1 -
3% -
3
Jarang
17
57%
4
Tidak pernah
12
40%
61
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 3% siswa pernah mandapat hukuman pukulan, 57% siswa menjawab jarang, sedangkan 40% siswa menjawab tidak pernah, dan tidak seorang siswa pun menjawab selalu mendapat hukuman pukulan. Dari data di atas dapat disimpulkan seluruh siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini pernah dipukul sebagai hukuman atas pelanggaran yang mereka lakukan.Hal ini menunjukkan hukuman fisik ringan masih dilaksanakan di sekolah meski persentasinya sedikit.
Tabel 19 Hukuman Pukul Telapak Tangan (dengan penggaris kayu)
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
23 3
77% 10%
1 2
Selalu Kadang-kadang
3
Jarang
-
0%
4
Tidak Pernah
4
13%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 77% siswa menjawab selalu guru memukul telapak tangan ketika menghukum, 10% siswa menjawab kadangkadang, dan tidak ada siswa yang menjawab wajah yang dipukul guru ketika menghukum, dan 0% jarang guru menghukum pukul telapak tangan, sedangkan 14% menjawab tidak pernah.Hal ini membuktikan bahwa guru dalam menghukum siswa memilih bagian anggota badan yang tidak membahayakan
62
siswa.
4. Pengaruh Hukuman
Tabel 20 Pengaruh hukuman terhadap perasaan jiwa
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
16 9
53% 30%
3
Jarang
5
17%
4
Tidak Pernah
-
0%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa 53% siswa menjawab selalu berpengaruhterhadap perasaan jiwa ketika dihukum, 30% siswa menjawab kadang-kadang, 17% siswa menjawab jarang, dan 13% siswa menjawab biasabiasa saja. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hukuman sangat mempengaruhi perasaanjiwa siswa,. Hal ini dapat dimaklumi bahwa dengan dikenakan hukuman terhadap siswa, siswa akan merasa tidak tenang, malu dan sebagainya. jikahukuman itu berlangsung lama akan sangat mengganggu aktifitas siswa di sekolah, karena perasaan sebagai unsur mental sangat menentukan corak dan tingkah laku seseorang.
63
Tabel 21 Apresiasi siswa terhadap guru yang menghukum
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
13 4
44% 13%
3
Jarang
7
23%
4
Tidak Pernah
6
20%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui siswa menjawab selalu karena telah mengingatkan kesalahan yaitu sebanyak 44 %, sebanyak 13 % siswa menjawab kadang-kadang, 23 % siswa menjawab jarang, dan 20 % siswa menjawab tidak pernah. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa reaksi-reaksi siswa SDIT Merantiatau mengapresiasi terhadap guru yang menghukum sangat berbeda-beda, tergantung pada keadaan individu masing-masing dan sikap guru ketika menghukum. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi siswa terhadap hukuman, aa yang menganggapnya sebagai siksaan, adapula yang menilai sebagai upaya pencegahan dan rasa jera terhadap pelaku pelanggaran.
Tabel 22 Ketaatan siswa terhadap disiplin setelah dihukum
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
19 7
63% 24%
1 2
Selalu Kadang-kadang
3
Jarang
-
-
4
Tidak Pernah
4
13%
Jumlah
30
100%
64
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa selalu mentaati disiplin sekolah setelah mendapat hukuman, yaitu 63%, 24% siswa menjawab kadang-kadang mentaati, sedangkan 13% siswa menjawab jarang, dan tidak seorang siswa pun menjawab tidak pernah mentaati disiplin sekolah setelah mendapat hukuman.
Tabel 23 Rasa takut penyebab siswa mentaati disiplin
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentas
1 2
Selalu Kadang-kadang
20 8
66% e 27%
3
Jarang
2
7%
4
Tidak Pernah
-
0%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui mayoritas siswa yaitu sebanyak 66% mentaati disiplin sekolah setelah mendapat hukuman karena takut dihukum lagi, 27% siswa menjawab mentaati karena kadang-kadang timbul rasa takut, 7% siswa menjawab jarang akan rasa takut sebagai penyebab mentaati disiplin setelah mendapat hukuman, dan tidak seorang siswa pun menjawab tidak pernah rasa takut itu sebagai penyebab taat terhadap disiplin sekolah.
65
Tabel 24 Pengaruh hukuman terhadap merendahkan harga diri
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
18 6
60% 20%
3
Jarang
4
13%
4
Tidak Pernah
2
7%
30
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukan bahwa hukuman yang diterapkan di depan umum sebanyak 60% siswa menjawab selalu merendahkan harga diri dan memalukan, 20% siswa menjawab kadang-kadang pengaruh hukuman merendahkan dan memalukan, 13% siswa menjawab jarang bahwa hukuman merendahkan terhadapap harga diri siswa. Sedangkan untuk jawaban tidak pernah tak satu pun dijawab responden Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa mengaku hukuman dapat mempengaruhi perasaan harga diri mereka, sebab harga diri bukan sekedar hal yang tampak lahir, melainkan menyangkut kepribadian yang perlu dipertahankan.
Tabel 25 Pengaruh hukuman terhadap perasaan sosial
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
16 8
53% 27%
3
Jarang
4
13%
4
Tidak Pernah
2
7%
Jumlah
30
100%
66
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 53% siswa menjawab selaluberpengaruh terhadap perasaan sosial, 27% siswa menjawab kadangkadang, 13% siswa menjawab jarang, dan 7% siswa menjawab tidak pernah. Banyaknya siswa yang menjawab selalu, hal ini disebabkan karena perasaan sosial siswa sangat terkait dengan rasa kesetiakawanan diantara mereka.
Tabel 26 Pengaruh hukuman terhadap ketentraman jiwa
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Sangat mengganggu Mengganggu
11 14
37% 47%
3
Jarang Menggangu
3
9%
4
Tidak Mengganggu
2
7%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui,
sebanyak 37% siswa menjawab bahwa
hukuman sangat mengganggu ketentraman jiwa, 47 % siswa menjawab mengganggu, 9% siswa menjawab jarang mengganggu ketentraman jiwa, dan 7 siswa menjawab tidak berpengaruh.Hal ini menunjukkan pengaruh hukuman sangat mengganggu ketentraman jiwa, sehingga bagi siswa semestinya berusaha untuk menghindari jenis-jenis pelanggaran.
67
Tabel 27 Pengaruh hukuman mengganggu konsentrasi belajar
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
14 12
46% 40%
3
Jarang
2
7%
4
Tidak Pernah
2
7%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui sebanyak 46% siswa menjawab bahwa hukuman selalu mengganggu konsentrasi belajar, 40% siswa menjawab kadangkadang mengganggu konsentrasi belajar, sedangkan 7% siswa menjawab jarang mengganggu, dan 7% siswa menjawab tidak pernah mengganggu konsentrasai belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh hukuman dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa, sehingga yang dikhawatirkan siswa dari sebuah akibat hukuman adalah akan menurunnya prestasi belajar.
Tabel 28 Pengaruh hukuman dapat memotivasi kegiatan belajar
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1 2
Selalu Kadang-kadang
16 11
53% 37%
3
Jarang
2
7%
4
Tidak Pernah
1
3%
30
100%
Jumlah
68
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 53 % siswa menjawab hukuman dapat memotivasi untuk lebih giat lagi belajar, sebanyak 37% siswa menjawab hukuman sangat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar, sedangkan 7% siswa menjawab tidak memotivasi, dan 3% siswa menjawab tidak berpengaruh. Dari dua tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hukuman dapat mengganggu konsentrasi belajar tetapi dapat juga menjadi motivator bagi siswa untuk lebih giat lagi untuk belajar dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Tabel 29 Pengaruh hukuman terhadap belajar
No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase
1
Ingin tapi tidak melakukan
5
17%
2
Sangat ingin melakukan
-
-
3
Kadang-kadang ingin
7
23%
4
Tidak ada keinginan sedikitpun melakukan
18
60%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas diperoleh informasi tentang pertanyaan ada atau tidak ada keinginan siswa untuk melanggar disiplin/peraturan, jika peraturan itu tidak diikuti dengan hukuman-hukuman, dari 30 responden yang dijadikan sampel sebanyak 17% siswamenjawab ingin tapi tidak melakukannya, tidak seorang siswa pun menjawab tidak ingin melakukan, sedangkan 23% siswa menjawab kadang-kadang ingin melakukan, dan 60 % siswa menjawab tidak ada keinginan sedikitpun,
69
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yang di dalamnya terdapat dua variabel yang diteliti. Variabel tersebut adalah pengaruh hukuman (Variabel X) sebagai variabel bebas, dan tingkah laku (Variabel Y) sebagai variabel terikat.Untuk
mengetahui
hubungan
kedua
variabel
tersebut,
penulis
menggunakan rumus korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson.Seperti :
Rumus : NXY – (X) (Y) Rxy
= {NX2 – (X)2} {NY2 – (Y)2}
Guna mengetahui tingkat korelasi antara pengaruh hukuman dan tingkah laku siswa, maka dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara signifikan terdapat korelasi positif antara pengaruh hukuman dengan tingkah laku siswa, khususnya pada bagian pembahasan hasil penelitian. Ditetapkan 30 orang siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu MerantiSenen Jakarta Pusat sebagai sampel penelitian ini, dan telah dihimpun data sebagaimana tertera pada tabel berikut:
70
Tabel Himpunan Data:
N
X
Y
X2
Y2
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
50 49 54 46 51 51 49 52 51 49 51 50 50 50 50 49 50 49 51 46 46 50 50 45 50 50 44 42 46 49
54 53 54 54 50 55 52 53 47 54 50 47 51 53 47 52 52 53 50 46 46 48 50 48 49 53 45 48 50 52
2500 2401 2916 2116 2601 2601 2401 2704 2601 2401 2601 2500 2500 2500 2500 2401 2500 2401 2601 2116 2116 2500 2500 2025 2500 2500 1936 1764 2116 2401
2916 2809 2916 2916 2500 3025 2704 2809 2209 2916 2500 2209 2601 2809 2209 2704 2704 2809 2500 2116 2116 2304 2500 2304 2401 2809 2025 2304 2500 2704
2700 2597 2916 2484 2550 2805 2548 2756 2397 2646 2550 2350 2550 2650 2350 2548 2600 2597 2550 2116 2116 2400 2500 2160 2450 2650 1980 2016 2300 2548
N
X= 1470
Y= 1516
X2= 72220
Y2= 76848
XY= 74380
71
Proses Perhitungan:
NXY – (X) (Y) rxy = {NX2 – (X)2} {NY2 – (Y)2} 30.74380 – (1470) (1516) rxy = {30.72220 – (1470)2} – (30.76848 – (1516)2} 2231400 - 2228520 rxy = {2166600 - 2160900} – {2305440 - 2298256} 2880 rxy = 5700 X 7184 2880 rxy = 40948800 rxy = 0,450061536 =
(0,450)
72
Dari hasil koefisien korelasi diatas dapat dilihat bahwa antara hukuman dengan tingkah laku siswa terjadi hubungan atau korelasi sedang atau cukup. Anas Sudijono dalam bukunya Pengantar Statistik Pendidikan, membagi kriteria korelasi koefisien sebagai berikut :3
Besarnya “r” Product
Interpretasi
Moment Antara Variabel X dan Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat rendah 0,00 – 0,20
(dianggap tidak ada korelasi variabel X dan Y) Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
0,21 – 0,40
korelasi yang lemah atau rendah Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
0,40 – 0,70
korelasi yang sedang atau cukup Antara Variebel X dan Variabel Y terdapat
0,70 – 0,90
korelasi yang kuat atai tinggi Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
0,90 – 1,00
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
D. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasii analisa tentang pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa terdapat korelasi positif (sedang atau cukup) dengan nilai 0,450, berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan diatas nilai ini terletak antara 0,40-0,70, maka dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan variabel Y adalah korelasi cukup. Dengan demikian hipotesisalternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho)
3
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006)
73
ditolak. Untuk melihat apakah hubungan itu signifikan atau tidak, maka “r” hasil perhitungan dibandingkan dengan
rtabel.
Sebelum membandingkannya, terlebih
dahulu dicari df atau db nya, dengan rumus df - N - nr, yaitu 30 - 2 = 28. Dengan df sebesar 28, dikonsultasikan dengan table nilai "r" baik pada taraf signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1 %. Dengan df sebesar 28 itu, diperoleh harga "r" pada tabel rtabel sebagai berikut: -
Pada taraf signifikansi 5% r table atau n = 0,361
-
Pada taraf signifikansi 1% r table atau n = 0,463
Ternyata rxy atau ro pada taraf signifikansi 5% lebih besar dari rtable (0,450>0,361), maka pada taraf signifikansi 5% hipotesa nol ditolak sedangkan hipotesa alternatif diterima.Ini berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% itu memang terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variable Y. Di sini dapat disimpulkan bahwa hukuman mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku siswa, untuk mengetahui seberapa besar konstribusi (sumbangan) variabel Y, maka harus dihitung terlebih dahulu suatu coefficient yang disebut coefficient of determination/CD (koefisiei penentuan). Dengan rumus sebagai berikut: CD = r2 x 100% = (0,450)2 x 100% = (0,2025) x 100% = 20,25% Dari hasil penelitian di atas yaitu 20,25% dapat diketahui bahwa hukuman dapat mempengaruhi tingkah laku siswa sebesar 20,25%, Dan dapat dikatakan bahwa hukuman berpengaruh positif bagi tingkah laku siswa SD Islam Terpadu Meranti dikarenakan ada beberapa faktor yang mendukung, diantaranya: 1.
Lingkungan SD Islam Terpadu Meranti berada di tengah-tengah masyarakat menengah ke bawah, sehingga siswa sangat berhati-hati dalam bertindak dan bersikap.
74
2.
Peraturan yang diterapkan di sekolah cukup dapat membuat anak-anak lebih disiplin dan takut untuk melanggar peraturan yang ada di sekolah.
3.
Segala kegiatan dan aktivitas siswa di sekolah selalu dikontrol oleh guru.
4.
Materi atau kurikulum yang ada di sekolah seimbang antara pendidikan agama dan umum.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan brdasar metode dan prosedur penelitian yang telah baku. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan adanya keterbatasan yang menyertai penelitian ini. Keterbatsan tersebut, antara lain: Pertama, pemilihan variabel penelitian dilakukan atas pilihan subtektif penulis sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya masalah lain yang jauh lebih penting untuk diteliti. Kedua, karaktristik populasi yang hanya dibatasi pada 30 responden saja, hal ini membuat kesimpulan penelitian ini mungkin tidak dapat digeneralisir untuk keseluruhan obyek untuk wilayah lain yang memiliki karakteristik yang berbeda dari yang dikaji ini; Ketiga, jumlah variabel bebas yang dipilih hanya satu variabel saja sehingga pengaruh faktor lain belum terungkap secara lebih jelas; Keempat, data penelitian ini didapat dari angket yang
bersifat
melaporkan
diri
(self
report)
sehingga
tidak
mungkin
mengintervensi jawaban responden. Hal ini tidak menutuo kemungkinan timbulnya jawaban responden yang tidak didasarkan atas kenyataan yang sebenarnya.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, diketahui bahwa hukuman dapat mempengaruhi tingkah laku siswa dengan konversi angka sebesar 20,25%. Dan dapat dikatakan bahwa hukuman berpengaruh positif bagi tingkah laku siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut, antara lain: Hukuman dapat menjadi motivasi yang baik bagi siswa untuk lebih giat lagi belajar dan meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik, dan siswa selalu berhati-hati dalam bersikap dan bertindak. Ternyata siswa lebih disiplin dan lebih mentaati atau patuh terhadap peraturan-peraturan sekolah, karena setiap pelanggaran langsung dikenai sanksi dan dilihat oleh beberapa temannya yang lain. Memang, beberapa dari siswa mentaati sebuah aturan karena merasa takut dan terpaksa. Bagi siswa yang tidak dihukum, mereka turut juga mengalami apa yang dirasakan temannya yang dihukum. Inilah akibat sebuah hukum yang senantiasa ditegakkan. Dari penegakkan hukum di sekolah ini, mungkin akan berpengaruh pada pembentukan kesadaran hukum atau peraturan-peraturan lainnya bagi siswa nantinya setelah terjun di masyarakat luas.
B. Implikasi Suatu hukuman dapat efektif dan dapat berpengaruh positif terhadap tingkah laku siswa, bila penerapannya senantiasa memperhatikan aspek
74
75
situasional dan kondisional, serta aspek kejiwaan siswa. Implikasi dari hal tersebut dapat dirumuskan, Pertama: Hukuman yang akan diterapkan kepada siswa hendaknya tidak pandang bulu, bahwa siswa sama kedudukannya di depan hukum, dan kesalahan sekecil papun punya konsekuensi terhadap hukuman. Kedua: dalam menerapkan suatu hukuman di sekolah hendaknya dihindari
hukuman
badan
atau
fisik,
karena
hanya
menimbulkan
kemungkinan-kemungkinan negatif, seperti dendam siswa kepada guru yang memberikan hukuman itu. Oleh karena, mengedepankan pendekatan kasih sayang dalam menghukum, akan melahirkan kesadaran diri siswa untuk tidak mengulangi perbuatan salahnya sekecil apapun. C. Saran-saran
1.
Bagi seorang pendidik dalam menjatuhkan hukuman terhadap siswa yang melanggar disiplin dan tata tertib atau peraturan sekolah, senantiasa mengedapankan sifat tidak mudah marah, harus sabar, adil, dan pemaaf, sehingga dalam melaksanakan hukuman betul-betul profesional.
2.
Dalam memberikan hukuman seyogyanya guru yang berwenang melihat aturan atau prinsip yang dilanggar oleh perbuatan salah satu itu, apakah hukuman atau konsekwensi- konsekwensai yang akan diberikan sudah sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakuakannaya, dan sesuai dengan situasi dan kondisi, serta aspek psikologisnya, serta hendaknya kesan yang akan disampaikan dengan hukuman itu, - dalam mencela tindakantindakan siswa tertentu, - seorang guru tetap menerima bahwa siswanya itu tetap sebagai anak didiknya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah tanggung jawab, baik secara moral maupun sosial.
3. Hendaknya seorang guru memperhatikan reaksi-reaksi siswa terhadap perbuatan mereka yang salah, karena dari reaksi yang ditimbulkannya dapat memberikan pengertian-pengertian yang berharga bagi seorang guru terhadap keefektivannya dalam menegakkan disiplin. Jika mereka bereaksi dengan rasa besalah serta berusaha untuk tidak lagi mengulangi
76
lagi kesalahannya, berarti hal itu upaya guru dalam menerapan hukuman satau sanksi sangat beralasan dan dapat difahami siswa. Dengan demikian bahwa cara yang ditempuh seorang guru dalam memberikan hukuman sudah tepat dan benar, akan tetapi jika mereka bereaksi dengan tetap berada dalam perbuatan-perbuatannya yang salah, mungkin siswa tersebut memerlukan perhatian dan penanganan khusus.
77
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur, llmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, Cet. I Al-Abrasy, M. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Alih bahasa Rustani Ardani dan Johar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 1987 Amini, Ibrahim, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Alih bahasa Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah, Jakarta: Al-Huda, 2006, cet. I Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, cet. Ke-12 Gunarsa.D. Singgih, Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga, Jakarta; Gunung Mulia, 1999 Hamid Yassin, Syekh Abdul, Seni Mendidik Anak, Jakarta: Al-I'tisham, 2000 Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar llmu Pendidikan, Surabaya: Nasional, 1973
Usaha
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004, cet. VIII Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997 Khallaf, Abdul Wahab, Kaedah-kaedah Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993 Langgulung, Hasan, Azas-azas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998 Nasih Ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Alih Bahasa, Jamaludin Miri, Pustaka Amani 2007, cet. Ill Poerwandarninta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985 Purwanto, M. Ngalim, llmu Pendidikan Toeritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosciakarya, 2006, cei. Ke-17 Qutb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, Alih bahasa, Salman Harun, Bandung: Al-Ma'anf, 1993, cet. III R. Soeroso, Pengantar llmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 1996, cet. II
78
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002 Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman llmu Jaya, 1995, cet. I Schaefer, Charles, Cara Efektiv Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih bahasa, R. Turmun Sirait, Jakarta: Mitra Utama, 1996, cet. V Simorangkir,J.T.C, Pelajaran Hukum, Jakarta: Aksara Baru, 1980, cet. Ill Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 Suyanto, Agus, Psikologi Perkembangan, Surabaya: Aksara Baru, 1986 Thaha, Nasharuddin, Tokoh-tokoh Pendidikan Islam di Zaman Jaya, Jakarta: Mutiara, 1997 Tim Depag, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet. I UUD 1945, Setelah Amandemen Keempat Tahun 2002, Bandung: Pustaka Setia, 2004 Yasin, Abdul Hamid,Syekh, Seni Mendidik Anak, Jakarta: Al-I’tishom, 2000 Zainudin et.,al, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet. I
Lampiran 1
Variabel X (Pengaruh Hukuman) Nomor Item
N R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4
4 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2
5 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 2 3 3
6 3 3 4 3 A 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 8 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 A 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4
9 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4
10 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4
12 2 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2
13 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3
14 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3
15 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4
Jml. 50 49 54 46 51 51 49 52 51 49 51 50 50 50 50 49 50 49 51 46 46 50 50 45 50 50 44 42 46 49
Lampiran 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 2 4 3 2 3 4 4 2 1 2 3 3 2 2 4 2 4 4 2 4 2 2 2 3 2
2 3 4 3 4 3 2 4 4 2 4 2 2 2 4 2 3 4 2 4 2 3 4 2 4 4
3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 2 2 2 4 4 2 3 1 4 1 2 2 4 2 2
4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3
Variabel Y (Tingkah laku siswa) Nomor Item 5 6 7 8 9 10 11 12 13 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 4 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 1 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4
26 27 28 29 30
2 3 1 4 2
3 2 3 2 4
4 2 4 2 4
4 3 3 3 4
4 1 3 3 4
NR
2 2 2 2 3
3 3 3 3 3
3 3 3 4 4
4 3 4 4 4
4 4 4 4 4
4 3 3 4 2
4 4 4 3 3
4 4 3 4 4
14 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 1 4 4 4 2 3 4 4 3 4 3
15 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 3 4 4 3 1 3 4 4 3
JUMLAH 54 53 54 54 50 55 52 53 47 54 50 47 51 53 47 52 52 53 50 46 46 48 50 48 49
4 4 4 4 4
4 4 4 4 3
53 45 48 50 52
Lampiran 3 Nukilan Tabel' Nilai Koefisien Korelasi "r" Product Moment dari Pearson untuk Berbagai df. df.
Banyak variabel yang dikorelasikan;
(degrees of freedom)
2
atau: db.
Harga "r" pada taraf signifikansi;
(derajat bebas) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 35 40 45 50 60 70 80 90 100 125 150 200 300 400 500 1000
5% 0,997 0,95 0,878 0,811 0,754 0-707 0,666 0,632 0,602 0,566 0,553 0,532 0,514 0,497 C.432 0,468 0,456 0,444 0,433 0,423 0,413 0,004 0,336 0,388 0,381 0,374 0,367 0,361 0,355 0,349 0,325 0,304 0,288 0,273 0,256 0,232 0,217 0,205 0,195 0,174 0,159 0,138 0,113 0,098 0,038 0,062
1% 1 0,99 0,959 0,917 0,874 0,834 0,798 0,765 0,735 0,708 0,684 0,661 0,641 0,623 0,606 0,59 0,575 0,561 0,549 0,537 0,526 0,515 0,505 0,496 0,487 0,478 0,47 0,463 0,456 0,449 0,418 0,393 0,372 0,354 0,325 0,302 0,283 0,267 0,254 0,228 0,208 0,181 0,148 0,128 0.115 0,081
Lampiran 4 ANGKET PENELITIAN Nama : Kelas : Petunjuk Pengisian 1. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban A, B, C dan D yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya 2. Apapun jawaban anda tidak mempengaruhi nilai raport dan tidak ada kaitannya dengan kegiatan sekolah ini 3. Jawaban anda terjamin kerahasiaannya 4. Bacalah Bismillah sebelum mengisi. Pertanyaan-pertanyaan 1. Bagaimana penilaian anda tentang disiplin atau peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah ini? a.
Sangat baik
b.
Baik
c.
Kurang baik
d.
Tidak baik
2. Di dalam peraturan atau tata tertib, siswa dilarang keluar komplek sekolah tanpa seizin bagian keamanan atau guru. Apakah anda keluar komplek sekolah tanpa izin? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah 3. Ketika waktu shalat zhuhur masuk siswa diwajibkan shalat di masjid. Apakah anda shalat zhuhur? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah
4. Di dalam tata tertib, siswa putra dilarang keras merokok. Apakah anda merokok? a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah 5. Apakah setiap siswa yang melanggar disiplin atau peraturan sekolah selalu mendapat hukuman? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah 6. Apakah anda pernah melanggar disiplin atau peraturan sekolah? a. Pernah b. Selalu c. Jarang d. Tidak pernah 7. Mengambil milik orang lain merupakan jenis pelanggaran berat, hukuman apa yang diberikar kepada siswa yang melanggar? a. Siswa dijemur di lapangau b. Siswa disuruh lari-lari di lapangan c. Diguyur dengan air di tengah-tengah lapangan d. Lain-lain 8. Merokok juga merupakan salah satu pelanggaran berat, hukuman apa yang diberikan kepada siswa yang melanggar? a. Siswa disuruh merokok lagi di depan guru dan siswa lainnya (dipermalukan) b. Siswa dijemur di lapangau c. Siswa disuruh lari-lari di lapangan d. Lain-lain
9. Pernahkah Anda tidak melaksanakan shalat zhuhur? a.
Pernah
b.
Tidak pernah
c.
Kadang-kadang
d.
Selalu
10. Jika anda atau teman Anda tidak melaksanakan shalat zhuhur berjamaah, hukuman apa yang diberikan? a. Diberikan peringatan dan tidak dihukum b. Tidak boleh mengikuti pelajaran selanjutnya c. Disuruh push up d. Lain-lain 11. Pernahkah Anda tidak mengerjakan tugas (PR) yang diberikan guru anda? a. Tidak pernah b. Pernah c. Kadang-kadang d. Selalu 12. Jika jawaban anda b, c atau d, hukuman apa yang Anda terima? a. Guru menyuruh saya mengerjakan di kelas sementara teman lain belajar b. Di suruh lari-lari di lapangan c. Berdiri di depan kelas d. Saya tidak di hukum 13. Bagaimana penilaian Anda dengan hukuman-hukuman yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu? a. Sangat setuju b. Terlalu berat c. Terlalu ringan d. Kurang setuju
14. Apakah hukuman dilaksanakan di depan siswa lainnya? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak d. Sering 15. Bagaiman sikap guru ketika menghukum? a. Menghukum dengan marah dan memaki b. Menghukum dengan lemah lembut c. Menghukum dengan memberikan nasehat-nasehat d. Menghukum dengan menampakkan wajah cemberut dan mengancam 16. Pernahkah anda melihat atau mendengar guru mengucapkan kata-kata kasar seperti (bodoh, goblok, dan lain-lain) ketika menghukum? a. Pernah b. Tidak pernah c. Sering d. Selalu 17. Pernahkah Anda dihukum karena pelangaran yang Anda lakukan? a. Pernah b. Tidak pernah c. Kadang-kadang d. Sering 18. Jika jawaban anda a, c atau d, apakah menurut Anda hukuman yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan? a. Sangat sesuai b. Tidak sesuai c. Sesuai d. Sangat tidak sesuai 19. Pernahkah Anda dipukul? a. Pernah b. Selalu c. Jarang
d. Tidak pernah 20. Jika jawaban Anda a, b atau c, di bagian anggota tubuh mana yang dipukul? a. Telapak tangan b. Kaki c. Wajah d. Lain-lain 21. Bagaimana perasaan Anda ketika dihukum dengan cara dipukul? a. Saya merasa sakit b. Saya merasa takut dan c. Saya merasa tertekan d. Biasa-biasa saja 22. Bagaimana perasaan Anda kepada yang menghukum? a. Berterima kasih karena telah mengingatkan kesalahan saya b. Merasa dendam dan marah c. Merasa benci d. Biasa-biasa saja 23. Apakah setelah di hukum Anda mentaati peraturan/disiplin? a. Sangat mentaati b. Jarang mentaati c. Tidak mentaati d. Tidak berpengaruh 24. Jika jawaban Anda “a”, apakah Anda nentaati karena takut dihukum lagi? a. Ya, saya takut dihukum lagi b. Tidak, bukan takut diSShukum c. Saya merasa kapok d. Ya, karena saya sadar kesalahan saya 25. Apakah menurut Anda hukunan yung dilaksanakan di depan teman-teman dapat merendahkan harga diri dan membuat malu orang yang dihukum? a. Sangat merendahkan dan memalukan b. Tidak c. Kadang-kadang merendahkan dan memalukan
d. Tidak berpengaruh
26. Apakah Anda merasa kasihan ketilca melihat teman di hukum? a. Merasa kasihan b. Sangat merasa kasihan c. Tidak merasa kasihan d. Biasa-biasa saja 27. Apakah hukuman dapat mengganggu ketentraman jiwa Anda? a. Sangat mengganggu b. Mengganggu c. Tidak mengganggu d. Tidak berpengaruh 28. Apakah menurut Anda hukuman dapat mengganggu konsentrasi belajar? a. Sangat mengganggu b. Mengganggu c. Tidak mengganggu d. Tidak berpengaruh 29. Menurut Anda apakah hukuman dapat memotivasi untuk lebih giat belajar? a. Dapat memotivasi b. Sangat memotivasi c. Tidak memotivasi d. Tidak berpengaruh 30. Adakah keinginan Anda untuk melanggar disiplin atau peraturan, jika peraturan itu tidak diikuti dengan hukuman-hukuman? a. Ingin tapi tidak melakukan b. Sangat ingin c. Kadang-kadang ingin d. Tidak ada keinginan sedikitpun
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Islam Terpadu Meranti Jakarta Pusat
Pertanyaan-pertanyaan: 1. Bagaimana sejarah berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti? 2. Kapan berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti? 3. Siapakah pendirinya? 4. Apa indikator disebabkannya di dirikannya Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti? 5. Apa visi dan misi di dirikannya SD Islam Terpadu Meranti? 6. Bagaimana keadaan SD Islam Terpadu Meranti dari segi geograflsnya? 7. Bagaimana stuktur organisasinya? 8. Bagaimana sarana dan prasarananya? 9. Berapa jumlah guru dan tenaga administrasi yang ada sekarang? 10. Apa latar belakang pcndidikan para guru di SD Islam Terpadu Meranti? 11. Berapa jumlah siswa yang ada sekarang? 12. Bagaimana sistem pendidikan di SD Islam Terpadu Meranti?
Jakarta, 02 Desember 2011 Interviee
Asep Ahmad Yani
Intervier
Handhi Sugizarto, S.Pd.,MM
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA Wawancara Dengan Wakil Kepala Sekolah (Bidang Kesiswaan) SD Islam Terpadu, Meranti Jakarta Pusat
Pertanyaan-pertanyaan:
1. 2. 3. 4. 5.
Peraturan/disiplin apa saja yang'diterapkan di SDIT Meranti? Apa yang dilakukan oleh pihak pengelola SDIT Meranti agar peraturan/tata tertib tersebut dapat terlaksana dengan baik? Apakah di SDIT Meranti hukuman di jadikan alternatif pertama untuk menindak para siswa yang melakukan pelanggaran? Apakah setiap siswa yang melakukan pelanggaran disiplin/tata tertib selalu mendapat hukuman? Apakah ketika siswa melakukan pelanggaran untuk pertama kalinya siswa langsung di hukum?
6.
Apakah sebelum hukuman dijatuhkan kepada siswa sudah diusahakan dengan cara lain? 7. Apakah siswa yang melanggar peraturan/tata tertib tersebut di beri kesempatan untuk menjelaskan sebab kesalahan yang dilakukannya? 8. Apakah siswa yang melakukan kesalahan yang sama mendapatkan hukuman yang sama pula? 9. Apakah ada perbedaan antara hukuman yang berlakukan bagi siswa dengan siswi? 10. Hukuman-hukuman seperti apa yang dilaksanakan di SDIT Meranti?
Interviee
Jakarta, 02 Desember 2011 Intervier
Asep Ahmad Yani
Karnadi, S.Pd.