Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
105
Pengaruh Growth Asset Dan Intrinsic Value Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverage Di bursa efek indonesia Indah Lia Puspita Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Malahayati, Bandar Lampung
Abstract. Asset growth is the annual change of total assets are expected to be received by an entity as a result of past transactions. High asset growth is assumed to be attractive for the investor confidence that would result in a company's stock price changes. Intrinsic value of shares is the value that is often used to assess whether a stock is undervalued or overvalued position. PBV ratio gives another indication of how investors view a company and how this ratio information can be used for investors in making investment decisions. With a high PBV ratio is expected to return the company's stock is also high. The purpose of this study was to test the asset growth variable and the intrinsic value of stock prices. The sample used in the writing of this thesis consists of 16 companies engaged in food and beverage industry. The analysis used the multiple linear regression analysis with least squares equations and hypothesis testing using the t-statistic for testing the partial regression coefficients. It also conducted a test that includes the assumption of classical test for normality, multicollinearity test, test heteroskedastisitas and test autocorrelation. Processing data is done by using the help of the statistical product and service solutions (SPSS) version 16. The results of testing the hypothesis test-T or obtained partially value of T for asset growth was 0,035 and value of T for the intrinsic value was 0,044. Based on the above T-test results can be concluded that the probability value˂0,05 then there is sufficient evidence to reject Ho and accept Ha. Keywords: Asset Growth, Intrinsic value ,Stocks, and Stock Price
1. Pendahuluan Pasar modal mempunyai peranan penting sebagai wahana penyaluran dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada perusahaan sebagai pihak yang memerlukan dana. Bagi perusahaan yang menghendaki tambahan dana akan lebih tepat apabila kebutuhan dana tersebut diperoleh dari pasar modal dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat. Masyarakat sebagai investor yang ingin membeli saham tentu saja akan melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap perusahaan yang akan menjual sahamnya. Investor sebagai pihak yang akan melakukan investasi dalam bentuk saham tentu saja selalu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut. Perubahan harga saham dipasar modal sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permintaan investor akan saham tersebut. Semakin tinggi permintaan akan saham suatu perusahaan maka semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut, demikian pula sebaliknya. Permintaan investor terhadap suatu saham dipengaruhi oleh berbagai informasi yang ia miliki dan salah satu diantaranya adalah informasi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan tersebut. Dengan menganalisis informasi akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan, investor berharap ia tidak salah dalam memilih perusahaan dalam berinvestasi. Salah satu unsur utama dari informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan yang menjadi bahan pertimbangan bagi para investor ialah sejauh mana perkembangan atau asset growth dan intrinsic value yang dimiliki perusahaan tersebut, yang diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pemilik saham perusahaan tersebut. Dalam hal ini yang dikatakan © Riset Akuntansi Manajemen 2013
106
Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
dengan asset growth ialah perubahan tahunan dari total aktiva yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transaksi dimasa lalu. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan sedangkan yang dikatakan dengan intrinsic value saham merupakan nilai yang sering digunakan untuk menilai apakah suatu saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Biasanya saham yang undervalue memiliki return saham yang lebih tinggi dibanding dengan saham yang overvalue. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh yang nyata dari asset growth dan intrinsic value terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Perusahaan makanan dan minuman yang dijadikan sebagai objek penelitian karena tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang yang dihasilkan dalam industri tersebut sudah menjadi kebutuhan pokok yang tidak terpengaruh dengan kondisi perekonomian yang sedang terjadi. Adapun batasan penelitian ini dilakukan di perusahaan makanan dan minuman di BEI periode 2007 sampai dengan 2011 dan informasi akuntansi yang dipakai untuk asset growth menggunakan persentase kenaikan atau penurunan asset dari suatu periode ke periode berikutnya sedangkan untuk intrinsic value menggunakan price to book value (PBV) pada periode yang bersangkutan dan harga saham dilihat dari closing price.
2. Kajian Pustaka Akuntansi Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accounting), akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasilhasilnya. Sedangkan APB (Accounting Principle Board) statement No. 4 dalam Harahap, Sofyan Syfari (2007), mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih diantara beberapa alternatif dan karena fungsi akuntansi adalah menyajikan data kuantitatif yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan, perlu dijaga agar data yang disajikan mempunyai kualitas tertentu. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Harahap, Sofyan Syfari (2007), kriteria utama informasi akuntansi adalah harus berguna untuk pengambilan keputusan. Agar dapat berguna, informasi itu harus mempunyai dua sifat utama, yaitu relevan dan dapat dipercaya (reliability). Agar informasi itu relevan, ada tiga sifat yang harus dipenuhi yaitu mempunyai nilai prediksi, mempunyai nilai umpan balik, dan tepat waktu. Informasi yang dapat dipercaya mempunyai tiga sifat yaitu dapat diperiksa, netral, dan menyajikan yang seharusnya. Laporan Keuangan Menurut Baridwan, Zaki (2004) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim. Di Indonesia prinsip akuntansi disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang dituangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan dalam Baridwan, Zaki (2004). Susunan laporan keuangan meliputi : 1. Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut passiva. Neraca biasanya mencakup penggolongan diantaranya aktiva lancar, Investasi jangka panjang, aktiva tetap berwujud, aktiva tidak berwujud, aktiva lainnya, utang lancar, pendapatan yang diterima dimuka, utang jangka panjang, utang lainnya, modal saham yang disetor, agio/disagio saham, cadangan-cadangan, dan laba tidak dibagi.
© Riset Akuntansi Manajemen 2013
Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
107
2. Laporan Laba-Rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos diantaranya pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, beban pajak, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. 3. Laporan Perubahan Modal Disamping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada akhir periode akuntansi biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal perusahaan. Perusahaan dengan bentuk perseroan, perubahan modalnya ditunjukkan didalam laporan laba tidak dibagi. Didalam laporan ini ditunjukkan laba tidak dibagi awal periode, ditambah dengan laba seperti yang tercantum didalam laporan perhitungan laba rugi dan dikurangi dengan deviden yang diumumkan selama periode yang bersangkutan. 4. Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode. Untuk mencapai tujuan tersebut, aliran kas diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang berbeda yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan, dan kegiatan usaha. Kegiatan investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Kegiatan pebelanjaan adalah kegiatan yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Kegiatan usaha adalah kegiatan penghasil utama pendapatan perusahaan dan kegiatan lain yang bukan merupakan kegiatan investasi dan pembelanjaan. Menurut SAK (2004), Tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. 3. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pasar Modal Pasar modal sering diartikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (surat berharga) jangka panjang (usia jatuh temponya lebih dari satu tahun). Selain pengertian itu, pasar modal juga sering diartikan sebagai tempat transaksi pihak yang membutuhkan dana (perusahaan) dan pihak yang kelebihan dana atau pemodal (Susilo, Bambang, 2009). Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 dalam Sutrisno (2009), tentang Pasar Modal mendefenisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar perdana adalah proses penawaran efek dari perusahaan (emiten) kepada publik oleh sindikasi penjaminan sebelum efek tersebut diperdagangkan dibursa. Transaksi saham terjadi antara emiten dan pemodal melalui penjamin emisi. Sedangkan pasar sekunder adalah semua transaksi efek setelah pasar perdana. Pasar sekunder dilaksanakan dibursa efek, harga ditentukan oleh lelang (penawaran dan permintaan) dan perdagangan dilakukan oleh pialang (perantara pedagang efek). Asset growth FASB dalam Concept No 6 (dikutip Harahap, Sofyan Syfari; 2007), menyatakan bahwa aktiva atau asset adalah manfaat ekonomis dimasa yang akan datang yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transaksi dimasa lalu. Menurut Brimigham dan Erhart (dikutip Kusumaningrum, Eka Amelia; 2010), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar perusahaan dikarenakan dana © Riset Akuntansi Manajemen 2013
108
Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
dari dalam perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya dari pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Pertumbuhan menurut Mardiyah (dikutip Kusumaningrum, Eka Amelia; 2010) didefenisikan sebagai perubahan tahunan dari total aktiva. Bagi perusahaan, kesempatan untuk bertumbuh atau melakukan investasi akan meningkatkan kebutuhan akan dana. Ini berarti, disamping dana internal yang tersedia diperlukan juga tambahan dana yang berasal dari luar perusahaan termasuk utang (Setyawan&Sutapa dalam Kusumaningrum, Eka Amelia; 2010 ). Intrinsic value Intrinsic value saham merupakan nilai yang sering digunakan untuk menilai apakah suatu saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Menurut Siamat (dikutip Alexandro; 2008), sebuah saham dikatakan undervalue apabila harga saham tersebut berada dibawah nilai buku, sedangkan suatu saham disebut overvalue bila harga saham melebihi nilai buku. Saham Menurut Sutrisno (2009), saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut Baridwan, Zaki (2004), jenis-jenis saham terdiri dari: Saham biasa (common stock, saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan yang paling akhir dalam hal perusahaan dilikuidasi, sehingga resikonya yang paling besar karena resikonya besar biasanya jika usaha perusahaan berjalan dengan baik maka deviden saham biasa akan lebih besar dari pada saham prioritas. Saham prioritas, saham prioritas merupakan saham yang mempunyai beberapa kelebihan biasanya kelebihan ini dihubungkan dengan pembagian deviden atau pembagian aktiva pada saat likuidasi. Kelebihan dalam hal pembagian deviden adalah bahwa deviden yang dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham prioritas, jika ada kelebihan, baru dibagikan kepada pemegang saham biasa. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki saham prioritas yaitu: a. Saham prioritas atas aktiva dan deviden pada saat likuidasi Saham dengan preferensi seperti ini pada saat likuidasi akan tetap menerima deviden yang belum dibayar, walaupun saldo laba yang tidak dibagi tidak mencukupi. Jika saldo laba tidak dibagi tidak mencukupi maka pelunasan deviden dan nominal saham prioritas dilakukan dari modal yang disetor dari saham biasa. b. Saham prioritas yang dapat ditukar dengan saham prioritas Pemegang saham prioritas jenis ini akan menukarkan sahamnya dengan saham biasa dalam keadaan deviden yang dibagi untuk saham biasa tiap tahunnya lebih besar dari pada deviden untuk saham prioritas. Saham Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti pemilikan suatu perusahaan (Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji, 2003). Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Indeks menggambarkan trend pergerakan pasar. Jika indeks mengalami kenaikan berarti secara umum harga-harga saham dibursa mengalami kenaikan. Sebaliknya, jika indeks mengalami penurunan berarti secara umum harga-harga saham dibursa mengalami penurunan. Indeks merupakan indikator penting bagi pelaku di pasar modal. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1 : Asset growth berpengaruh terhadap harga saham Ha2 : Intrinsic value berpengaruh terhadap harga saham
© Riset Akuntansi Manajemen 2013
Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
109
3. Metode Penelitian Profil Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang telah go public dan terdaftar dalam lima tahun terakhir di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan data laporan keuangan, dan harga saham tahun 2007 sampai dengan 2011. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan yang go public dibidang food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 19 perusahaan. Dalam penentuan sampel digunakan metode purposive judgement sampling yaitu pengambilan sampel dengan kriteria perusahaan dalam periode amatan harus mengeluarkan laporan keuangan lengkap antara lain data aset, price to book value dan data harga saham sehingga sampel penelitian yang diperoleh sebanyak 16 perusahaan. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti buku dan bacaan lain, hasil analisa pasar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan lengkap perusahaan food and beverages dengan periode amatan tahun 2007 sampai dengan 2011 Metode Pengumpulan Data Informasi dilakukan melalui proses pengumpulan data dengan cara dokumentasi. Untuk metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membuat salinan dengan cara mengumpulkan arsip dan catatan-catatan perusahaan yang ada. Data yang dibutuhkan terdiri dari data sekunder. Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan melalui situs http://www.idx.co.id untuk data laporan keuangan. Data utama yang diolah adalah total aset, price to book value dan harga saham. Metode Analisis Data Uji asumsi klasik Ada tiga penyimpangan asumsi klasik yang cepat terjadi dalam penggunaan model regresi linier berganda, yaitu multikoliniearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi tidak bersifat BLUE (Best Linier Unblased Estimation), karenanya perlu dideteksi terlebih dahulu kemungkinan terjadinya penyimpangan tersebut dengan menggunakan: Uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi Analisis regresi linier berganda Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Y= a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan Y : Variabel dependen (harga saham) a : konstanta b1,b2 : Koefisien regresi X1 : Variabel independen (asset growth) X2 : Variabel independen (price to book value) e : Error Pengujian hipotesis Uji T dimaksudkan untuk mengetahui secara individu variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat dengan asumsi variabel terikat nilainya konstan. Dasar pengambilan keputusan untuk menentukan HO diterima atau ditolak adalah dengan kriteria sebagai berikut : Ha diterima dan HO ditolak jika t-hitung > t-tabel dan sebaliknya.
© Riset Akuntansi Manajemen 2013
110
Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
4. Hasil Analisis dan Pembahasan Penelitian ini menggunakan laporan keuangan perusahaan food and beverage dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Dalam penulisan ini variabel independennya adalah Asset growth dan Intrinsic value kemudian variabel dependennya adalah Harga Saham. Variabel asset growth akan digunakan sebagai variabel X1. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus : Total assett – Total assett-1 Asset growth = Total assett-1 Variabel Intrinsic value akan digunakan sebagai variabel X2. Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus : Harga saham Intrinsic value = Book value per share Total Equity Book Value Per Share = Paid up Capital Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui analisis antara variabel dependent dengan variabel independent mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Jika di lihat dari kurva yang di hasilkan menunjukkan bahwa titik-titik data berada disekitar garis diagonal dan menyebar searah mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel yang digunakan adalah data yang menyebar normal. Hasil uji asumsi klasik Autokorelasi Menurut Algifari (dikutip dalam Ismu Basuki, 2006) untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi, angka ini kemudian diklasifikasikan menurut kriteria yang ditentukan sesuai dengan tabel berikut ini:
Durbin Watson Kurang dari 1,10 1,10 sampai dengan 1,54 1,55 sampai dengan 2,46 2,47 sampai dengan 2,90 Lebih dari 2,91
Pengukuran Autokorelasi Kesimpulan Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi
Untuk menilai ada atau tidaknya autokorelasi, nilai Durbin-Watson statistik menunjukkan nilai sebesar 2,008, diklasifikasikan menurut kriteria pengukuran autokorelasi maka disimpulkan bahwa DW-test terletak di daerah tidak ada autokolerasi Heteroskedastisitas Gejala heteroskedastisitas dapat dihitung dengan mengalikan nilai Rsquare dengan N, jika nilai lebih besar dari 9,2 maka terjadi heteroskedastisitas (Nugroho, 2005). Berdasarkan data maka diperoleh hasil perkalian dari nilai R square dengan n (0,062 X 5) = 0,31 yang berarti 0,31 < 9,2 hal ini menandakan tidak terjadi Heteroskedastisitas pada data.
© Riset Akuntansi Manajemen 2013
Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
111
Multikolinearitas Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Pengujian terhadap Multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 dengan demikian semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance (Nugroho, 2005). Nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance dalam perhitungan menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini tidak mengalami multikolinearitas. Hal ini terlihat dari nilai statistik VIF asset growth sebesar 1.011 dan intrinsic value yaitu sebesar 1,080, nilai-nilai tersebut ˂ 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas Analisis Regresi Linier Berganda Dari hasil perhitungan pada tabel diatas, dapat dibuat persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y
= a + b1X1 + b2X2 + e = 111,523 + 4,003 + 3,159 + e
Dari uji regresi berganda diatas maka dapat diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut : bahwa asset growth mempunyai koefesien regresi sebesar 4,003 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 % asset growth (dengan asumsi variabel nilai koefisien lain tetap atau tidak berubah) maka Harga Saham diprediksi akan meningkat 4,003%. Intrinsic value mempunyai koefesien regresi sebesar 3,159 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 % intrinsic value (dengan asumsi variabel nilai koefisien lain tetap atau tidak berubah) maka Harga Saham diprediksi akan meningkat 3,159%. Pengujian goodness of fit (R²) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependennya. Nilai R² yang mendekati satu berarti variable-variabel independennya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Nilai koefisien determinasi (R²) diperoleh nilai Adjusted R Square 0,335 artinya 33,5 % Harga Saham dipengaruhi oleh variabel asset growth dan intrinsic value dan sisanya sebesar 66,5% dapat dipengaruhi oleh variabel yang lain di luar model. Hasil Uji t Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui signifikansi dari variabel X terhadap variabel Y, dimana tingkat signifikansinya adalah α = 0,05 (5%), jika α> 0,05 (5%) maka variabel X tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y dan sebaliknya. Dengan menggunakan uji T, nilai t-hitung yang diperoleh untuk asset growth dan intrinsic value adalah 0,035 dan 0,044 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha1 dan Ha2 diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa secara parsial asset growth dan intrinsic value mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
5. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa asset growth dan Intrinsic value, secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan yang sejenis dengan penelitian ini dengan tidak hanya menggunakan dua variabel bebas yaitu Asset growth dan Intrinsic value karena variabel yang mempengaruhi harga saham tidak hanya dua variabel tersebut, seperti fluktuasi nilai tukar mata uang dan kebijakan pemerintah bisa dijadikan pertimbangan sebagai variabel independen bagi penellitian selanjutnya.
© Riset Akuntansi Manajemen 2013
112
Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
Daftar Pustaka Agung Nugroho, Bhuono (2005): Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: Andi. Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji (2003): Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta. Baridwan, Zaki (2004): Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE. Basuki, Ismu (2006): Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Fahmi, Irham (2011): Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syfari (2007): Teori Akuntansi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Raja grafindo Persada. Ikatan Akuntan Indonesia (2004): Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Jogiyanto (2003): Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE. Kuncoro, Mudrajad (2005): Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kusumaningrum, Eka Amelia (2010): Analisis Pengaruh Profitabilitas, Asset growth, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Realestate and Property di BEI. Skripsi Universitas Diponegoro. Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Lampung. Indonesian Capital Market Directory. 2007-2010 Sugiyono (2007): Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Cv Alfabeta. Susilo, Bambang (2009): Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Sutrisno (2009): Manajemen Keuangan. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE Utomo, Denny Suryo (2006): Pengaruh Asset Growth, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, dan Earning Per Share Terhadap Beta Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Skripsi Universitas Islam Indonesia.
© Riset Akuntansi Manajemen 2013