Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
© Jurusan Teknik Sipil Itenas | Vol. 2 | No. 2 Juni 2016
Pengaruh Floating Stone Column Dalam Perbaikan Tanah Pada Tanah Lempung Lunak Menggunakan Metode Elemen Hingga ANHAR, RANGGA1, HAMDHAN, INDRA NOER2 1 Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional 2 Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional Email :
[email protected] ABSTRAK
Tanah lunak umumnya memiliki daya dukung yang rendah. Apabila ada pembebanan konstruksi melampaui daya dukung kritisnya, akan terjadi penurunan yang drastis. Maka perlu dilakukan perbaikan tanah untuk meningkatkan daya dukung tanah tersebut. Pada analisis ini pemodelan dengan Stone Column dipilih sebagai metode perbaikan tanah. Pemodelan Stone Column yang dilakukan adalah mengambang (floating) di lapisan tanah lunak. Dalam analisis ini menggunakan perhitungan numerik pada program PLAXIS 2D AE yang berbasis metode elemen hingga. Analisis dengan Floating Stone Column dilakukan dengan variasi pemodelan dan variasi kedalaman. Variasi konfigurasi yang dilakukan dengan berbagai tipe yaitu tipe sejajar, tipe tangga dan tipe piramida. Variasi kedalaman yang dilakukan yaitu 90%, 80%, 70%, 60%, dan 50% dari kedalaman tanah lunak. Model floating stone column dipilih mana yang paling effiesien baik dari segi hasil maupun segi ekonomis. Kondisi S2 dipilih dengan nilai penurunan 0,158 m dengan dan waktu konsolidasi 62 hari. Kata Kunci: Floating Stone Column, Perbaikan Tanah, Tanah Lempung Lunak, Metode Elemen Hingga. ABSTRACT Soft soil generally has low bearing capacity. Therefore the soft soil is need to improve for increase the bearing capacity of soft soil. The method of soil improvement that chosen in this analysis is stone column method. The model of Stone Column is floating in soft soil layer. PLAXIS 2D AE with finite element method are used in the numerical analysis. Analysis with Floating Stone Column were done by variation of configuration and depths. The configurations of floating stone column model are parallell type, stairs type and pyramid type. The depths variation of floating stone column are 90%, 80%, 70%, 60%, and 50% in soft soil layer. The model of stone column was selected which most efficient model in term both of result and ecomically. S2 Condition is selected that the settlement is 0,158 m and the time of consolidation is 62 days. Key Words: Floating Stone Column, Soil Improvement, Soft Soil, Finite Element Method.
Reka Racana - 1
1
2
Anhar, Rangga , Hamdhan, Indra Noer ,
1. PENDAHULUAN Tanah lempung lunak memiliki daya dukung rendah terhadap intensitas beban. Jika ada pembebanan melebihi kemampuan daya dukung tersebut, maka akan terjadi settlement secara signifikan. Sebagai salah satu alternatif memenuhi kebutuhan pembangunan, berbagai pembangunan baru terpaksa harus dilakukan di atas tanah-tanah yang kurang memenuhi syarat atau harus didirikan di atas tanah lunak yang berdaya dukung rendah. Berbagai metode perbaikan tanah sudah sangat berkembang belakangan ini. Setiap metode perbaikan tersebut tentunya harus bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari tanah, mengurangi pemampatan yang mungkin terjadi dan mengurangi tingkat permeabilitas dari tanah. Pemilihan metode perbaikan tanah tersebut sangat tergantung dari kondisi geologis dari tanah, karakteristik dari tanah, biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan, pengadaan bahan perbaikan tanah serta pengalaman dalam hal pelaksanaan di lapangan. Salah satu cara perbaikan tanah ialah menggunakan stone column. Floating stone column dipilih sebagai metode analisis ini. Program PLAXIS 2D AE yang berbasis metode elemen hingga dilakukan sebagai perhitungan analisis ini. 2. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Umum Tanah lempung lunak memiliki daya dukung rendah terhadap intensitas beban. Maka perlu dilakukan perbaikan tanah untuk meningkatkan daya dukung tanah tersebut. Salah satu cara perbaikan tanah ialah penggunaan stone column. Floating stone column dipilih sebagai metode analisis ini yang bertujuan untuk pengefisiensian dari segi materi dan waktu. 3.2 Deskripsi Tanah Lempung Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif. a) Karakteristik Tanah Lempung Tanah lempung merupakan tanah yang bersifat multi component yang terdiri dari tiga fase yaitu padat, cair dan udara. Butiran-butiran tanah lempung lunak yang berukuran koliod (<0,002 mm) dan hanya dapat dilihat dengan miksroskop elektron. Air sangat mempengaruhi kelakuan tanah kohesif. Karena karakteristik tanah lempung ialah berbutir halus, luas permukaan spesifik menjadi lebih besar, variasi kadar air akan mempengaruhi plastisitas tanahnya. Distribusi ukuran butiran bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kelakuan tanah butiran halus. b) Tanah Lempung Lunak Tanah lempung lunak merupakan tanah kohesif yang berarti tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir butirnya. Secara umum tanah lempung lunak memilik sifat tanah yang rendah. Saat kadar air yang bertambah atau struktur tanahnya terganggu maka semakin berkurang kuat geser setelah tanah lempung tersebut. Sifat lapisan tanah lunak adalah gaya gesernya yang kecil, kemampatan yang besar, dan koefisien permeabilitas yang kecil. 3.3 Konsolidasi Tanah Tanah yang mengalami proses konsolidasi ialah pengurangan volume air di dalam rongga pori tanah sehingga permeabilitas tanah lempung yang rendah, perubahan volume tersebut berlangsung lama dan merupakan fungsi dari waktu. Tekanan akibat beban tersebut ke tanah selain menyebabkan kompresi elastis yang menyebabkan penurunan segera Reka Racana - 2
Pengaruh Floating Stone Column dalam Perbaikan Tanah Pada Tanah Lempung Lunak Menggunakan Metode Elemen Hingga
(immediately settlement), juga menyebabkan kelebihan tekanan air pori ekses (excess pore pressure). Pada proses konsolidasi ini ada dua hal yang perlu diamati, ialah laju konsolidasi dan besarnya penurunan yang terjadi. Laju konsolidasi dipengaruhi oleh permeabilitas tanah, tebal tanah kompresibel, waktu pembebanan bekerja, serta kondisi drainase di atas dan dibawah lapisan kompresibel. sedangkan besarnya penurunan yang akan terjadi ditentukan oleh kompresibilitas tanah dan besarnya tambahan beban efektif, serta dipengaruhi juga oleh tebal tanah kompresibel. Berikut faktor yang mempengaruhi kecepatan konsolidasi: a) Koefisien permeabilitas (k) b) Beban (B) c) Panjang lintasan drainase (l) 3.4 Metode Perbaikan Tanah Tanah lunak memiliki sifat mekanis yang buruk dan tidak mampu memikul beban berlebih. Sifat tanah lunak ialah gaya gesernya yang kecil dan permeabilitas yang juga kecil. Prinsip dasar perbaikan tanah pada dasarnya adalah memperbaiki karakteristik mekanis tanah. Sehingga floating stone column yang akan dipakai sebagai metode perbaikan tanah. a) Perbaikan Tanah Menggunakan Floating Stone Column Pemasangan stone column adalah salah satu metode perbaikan tanah. Fungsi utama pemasangan stone column adalah untuk meningkatkan daya dukung tanah yang rendah sehingga tanah lunak tersebut dapat menerima beban yang lebih besar dan settlement yang terjadi akan berkurang. Selain untuk meningkatkan daya dukung tanah, menurut Barksdale dan Banchus, 1982 ada beberapa keuntungan lain, seperti : Mengurangi total settlement tanah. Memperpendek waktu konsolidasi. Mengurangi bahaya liquefaction.
Stone column merupakan kolom-kolom vertikal dari batu kerikil. Batu kerikil tersebut merupakan kerikil lepas yang tidak diikat oleh bahan pengikat semen atau bahan lainnya.
b) Perencanaan Floating Stone Column Perencanaan floating stone column meliputi perencanaan diameter, jarak, dan panjang floating stone column. Floating stone column group dipilih sebagai parameter perencanaan ini. Selain itu, parameter lain dalam perencanaan ini meliputi nilai penurunan dan waktu konsolidasi yang terjadi sebelum dipasang floating stone column dan setelah dipasang
floating stone column.
Berikut hal-hal yang harus diperhitungkan, antara lain: Diameter floating stone column Panjang dan jarak floating stone column Area replacement ratio Konsentrasi tegangan Pada pemodelan perbaikan tanah menggunakan stone column dapat menemukan berbagai masalah. Kegagalan dalam desain ataupun kesalahan dalam menetapkan parameterparameter tanah merupakan masalah yang akan ditemui dalam perencanaan stone column. Reka Racana - 3
1
2
Anhar, Rangga , Hamdhan, Indra Noer ,
Untuk menghindari masalah dalam perencanaan stone column, program PLAXIS 2D AE digunakan karena berbasis metode elemen hingga. Metode plane strain dipilih sebagai alternatif pemodelan Axisymmetric (3D) menjadi Plane Strain (2D) pada program PLAXIS 2D AE. Berbagai teori mengenai konversi satuan dari axisymmetri ke plane strain, namun pada analisis yang akan dilakukan hanya menggunakan metode Indraratna dan Redana (1997). Menurut Indraratna dan Redana (1997) memerlukan ekuivalensi hubungan antara area replacement ratio dari axisymmetri terhadap plane strain. Berikut persamaan yang akan digunakan:
............................................... (1) Dimana hubungan antara R dan B diekivalensikan sebagai total area untuk pola plane strain (Barron 1948):
R = 1,13B ............................................... (2) Keterangan: rc = R = bc = B =
jari – jari column (Axisymmetric) daerah aliran (Axisymmetric) jari – jari column (Plane Strain) daerah aliran (Plane Strain)
Gambar 1. Cross sections unit-cell terhadap stone column dan ekuivalensi plane strain. (Indraratna dan Redana, 1997) 3. METODE PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Proses analisis yang akan dilakukan pada tugas akhir ini dibutuhkan beberapa data sekunder yang menunjang. Data yang akan digunakan ialah data sekunder berupa parameter tanah untuk menentukan kondisi tiap lapisan tanah. Data yang didapat untuk tugas akhir ini diperoleh dari Proyek Eastkal Supply Base, PT. Pelabuhan Penajam Banua Taka (PT. PPBT), desa Gunung Steleng, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Selain itu, data floating stone column didapatkan dari buku, papers, dan referensian yang menyangkut Reka Racana - 4
Pengaruh Floating Stone Column dalam Perbaikan Tanah Pada Tanah Lempung Lunak Menggunakan Metode Elemen Hingga
dengan floating stone column. Prosedur analisis yang dilakukan ditunjukan dengan bagan alir pada Gambar 2. Mulai
Perumusan Masalah Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Data Tanah (Lapangan dan Laboratorium)
Data Floating Stone Column sebagai Metode Perbaikan Tanah
Menentukan Parameter Tanah: Kedalaman, Tebal Lapisan dan Jenis Tanah
Menentukan Parameter Floating Stone Column
Pemodelan Pengaruh Floating Stone Column pada Tanah Lempung Lunak menggunakan PLAXIS 2D AE
Pemodelan Menggunakan Stone Column Full Penetration
Pemodelan Menggunakan Floating Stone Column
Pemodelan Tanpa Floating Stone Column
Memvariasikan Tinggi dan Model Kedalaman Floating Stone Column
Model Floating Stone Column Tipe Sejajar
Model Floating Stone Column Tipe Tangga
Model Floating Stone Column Tipe Piramida
Besar Dan Waktu Penurunan yang Terjadi Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Gambar 2. Bagan Alir Pemodelan Perbaikan Tanah dengan Floating Stone Column pada Tanah Lempung Lunak Menggunakan Program PLAXIS 2D AE.
4. ANALISIS DATA 4.1 Analisis Menggunakan Program PLAXIS 2D AE Analisis Perbaikan Tanah dengan Floating Stone Column pada Tanah Lempung Lunak Menggunakan Program PLAXIS 2D AE. yang berbasis metode elemen hingga. Berikut parameter-parameter yang digunakan dalam pemodelan floating stone column : Reka Racana - 5
1
2
Anhar, Rangga , Hamdhan, Indra Noer ,
Tabel 1. Parameter Tanah Asli Jenis Tanah
(kN/m3) 17
Lempung lunak
ʋ
(kN/m3) 16
0,3
E’
(kN/m2) 1500
Tabel 2. Parameter Tanah Timbunan Jenis Tanah
(kN/m3) 17 20
Selimut Pasir Tumbunan
ʋ
(kN/m3) 16 19
0,3 0,3
c
φ (°) 1
kh=kv (m/day) 4,37184E-3
c
φ (°) 39,5 25
kh=kv (m/day) 7,128 0,6
(kN/m2) 12,5
E’
(kN/m2) 20000 40000
(kN/m2) 5 20
Tabel 3. Parameter Stone Column Jenis Tanah
D (m)
Stone Column
1
Jarak
SC
(m) 2
(kN/m3)
(kN/m3)
21
20
ʋ 0,2
(kN/m2)
E’
(kN/m2)
c
φ (°)
kh=kv (m/day)
45000
5
42
7,128
4.2 Analisis Pemodelan Floating Stone Column Analisis floating stone column dilakukan dengan menggunakan Program Plaxis 2D AE yang berbasis Elemen Hingga atau Finite Element Method (FEM). Output yang dihasilkan dari analisis floating stone column ini, yaitu nilai penurunan dan waktu penurunan yang terjadi. Pada analisis ini dilakukan dengan berbagai pemodelan instalasi floating stone column, yaitu tipe sejajar ialah ketika kondisi kedalaman floating stone column adalah sama, tipe tangga ialah ketika kondisi kedalaman floating stone column berjajar menyerupai tangga dengan selisih kedalaman 1 m, tipe piramida adalah ketika kondisi kedalaman floating stone column berjajar menyerupai piramida dengan selisih kedalaman 1 m dan 2 m. a) Analisis Pemodelan Floating Stone Column Tipe Sejajar Pada pemodelan floating stone column yang pertama, akan dilakukan menggunakan tipe sejajar. Analisis tipe sejajar dengan variasi kedalaman floating stone column menggunakan berbagai kondisi, berikut yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Pemodelan Floating Stone Column Tipe Sejajar Tipe Sejajar
Kondisi
Tanpa Stone Column Kedalaman 50% S5 Kedalaman 60% S4 Kedalaman 70% S3 Kedalaman 80% S2 Kedalaman 90% S1
Full Penetration
Penurunan (m)
Waktu (hari)
0,277 0,227 0,207 0,182 0,158 0,135 0,094
2194 97 92 75 62 52 49
Nilai penurunan dan waktu konsolidasi pun dibuat dalam bentuk grafik yang disajikan pada Gambar 3.
Reka Racana - 6
Pengaruh Floating Stone Column dalam Perbaikan Tanah Pada Tanah Lempung Lunak Menggunakan Metode Elemen Hingga
Gambar 3. Grafik nilai penurunan dan waktu penurunan tipe sejajar.
Selain nilai penurunan dan waktu konsolidasi, adapaun nilai tegangan air pori ekses yang disajikan ke dalam grafik pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik tekanan air pori ekses tipe sejajar dengan tanpa stone column. Reka Racana - 7
1
2
Anhar, Rangga , Hamdhan, Indra Noer ,
Pada gambar diatas menunjukan bahwa kondisi tekanan air pori naik saat diberi pembebanan dan turun kembali saat terjadi konsolidasi. b) Analisis Pemodelan Floating Stone Column Tipe Tangga Pada pemodelan floating stone column berikutnya, akan dilakukan pemodelan tipe tangga. Analisis tipe sejajar dengan variasi kedalaman floating stone column menggunakan berbagai kondisi, berikut yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Pemodelan Floating Stone Column Tipe Tangga Tipe Sejajar
Kondisi
Penurunan (m)
Tanpa Stone Column 0,277 Tiga Kombinasi kedalaman Kedalaman 70%, 60%, 50% T3.4 0,211 Kedalaman 80%, 70%, 60% T3.3 0,187 Kedalaman 90%, 80%, 70% T3.2 0,163 Kedalaman 100%, 90%, 80% T3.1 0,124 Empat kombinasi kedalaman Kedalaman 80%, 70%, 60%, 50% T4.3 0,200 Kedalaman 90%, 80%, 70%, 60% T4.2 0,178 Kedalaman 100%, 90%, 80%, 70% T4.1 0,143 Full Penetration 0,094
Waktu (hari) 2194 92 75 66 55 84 69 64 49
Gambar 5. Grafik nilai penurunan dan waktu penurunan tipe tangga dengan tiga kombinasi kedalaman Reka Racana - 8
Pengaruh Floating Stone Column dalam Perbaikan Tanah Pada Tanah Lempung Lunak Menggunakan Metode Elemen Hingga
Selain nilai penurunan dan waktu konsolidasi, adapaun nilai tegangan air pori ekses yang disajikan ke dalam grafik pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik nilai penurunan dan waktu penurunan tipe tangga dengan empat kombinasi kedalaman
Gambar 7. Grafik tekanan air pori ekses tipe tangga dengan tanpa stone column. Reka Racana - 9
1
2
Anhar, Rangga , Hamdhan, Indra Noer ,
Pada gambar diatas menunjukan bahwa kondisi tekanan air pori naik saat diberi pembebanan dan turun kembali saat terjadi konsolidasi. c) Analisis Pemodelan Floating Stone Column Tipe Piramida Pemodelan terakhir dilakukan dengan menggunakan floating stone column tipe piramida. Analisis tipe tangga dengan variasi kedalaman floating stone column menggunakan berbagai kondisi, berikut yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Pemodelan Floating Stone Column Tipe Piramida Tipe Sejajar
Kondisi
Penurunan (m)
Waktu (hari)
Tanpa Stone Column Kedalaman 70%, 60%, 50% Kedalaman 80%, 70%, 60% Kedalaman 90%, 80%, 70% Kedalaman 100%, 90%, 80%
P4 P3 P2 P1
0,277 0,218 0,191 0,163 0,127 0,094
2194 88 74 62 57 49
Full Penetration
Gambar 8. Grafik nilai penurunan dan waktu penurunan tipe piramida. Selain nilai penurunan dan waktu konsolidasi, adapaun nilai tegangan air pori ekses yang disajikan ke dalam grafik pada Gambar 8. Sedangkan pada Gambar.9 menunjukan bahwa kondisi tekanan air pori naik saat diberi pembebanan dan turun kembali saat terjadi konsolidasi. Reka Racana - 10
Pengaruh Floating Stone Column dalam Perbaikan Tanah Pada Tanah Lempung Lunak Menggunakan Metode Elemen Hingga
Gambar 9. Grafik tekanan air pori ekses tipe piramida dengan tanpa stone column.
5. KESIMPULAN Setelah dilakukan pemodelan dan analisis menggunakan program PLAXIS 2D AE, maka dihasilkan nilai penurunan dan waktu penurunan. Model floating stone column dipilih mana yang paling effiesien baik dari segi hasil maupun segi ekonomis. Dari tiga tipe pemodalan yang dilakukan yang pertama adalah tipe sejajar dipilih kondisi S2 dipilih sebagai yang paling effisien karena mendekati hasil dari kondisi S1. Kedua, tipe tangga dipilih kondisi T4.1 dinilai sebagai yang effisien karena hasil kondisi T4.1 berada diantara kondisi T3.1 dan T3.2 dimana kondisi-kondisi tersebut memiliki hasil tiga terbaik. Ketiga pada tipe piramida, kondisi P2 dipilih sebagai yang effisien karena hasilnya diantara kondisi terbaik dan kondisi terburuk. Diantara ketiga kondisi terbaik antar berbagai tipe, kondisi S2 dipilih karena memiliki nilai penurunan terendah 0,158 m dengan persentase 43% dan waktu konsolidasi tercepat 62 hari dengan persentase 2,8%. DAFTAR PUSTAKA Das, Braja M., 1985 Principle of Geotechnical Engineering FHWA-NHI 132034 Ground Improvement Techniques FHWA/RD-83/026 Design and Construction of Stone Column Vol. I (1983) FHWA/RD-83/027 Design and Construction of Stone Column Vol. II (1983) Indraratna, B., and Redana, I. W. 1997 “Plane-strain modeling of smear effects associated with vertical drains.” J. Geotech. Geoenviron. Eng., 123_5_, 474–478. Indra Nurtjahjaningtyas, Akh. Maliki 2009 Efektifitas Penggunaan Stone Column Untuk Mengurangi Besar Pemampatan Pada Tanah Dengan Daya Dukung Rendah S., Tan A., 2008 Simplified Plane-Strain Modeling of Stone-Column Reinforced Ground Weber, T.M. and Springman, S.M. :Numerical modelling of stone columns in soft clay under an embankment Reka Racana - 11