PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE PERUSAHAAN BERDASARKAN PERINGKAT PENGHARGAAN PROPER SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
oleh: AMY RAHMA 7250406585
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010 i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :
Hari
:
Tanggal
:
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. Subkhan
Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si
NIP. 19500327 197803 1 002
NIP. 19791206 200604 2 002
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
Amir Mahmud S.Pd, M.Si NIP. 197212151998021001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada : Hari
:
Tanggal
: Penguji Skripsi
Nanik Sri Utaminingsih, SE. M.Si. Akt NIP. 19711205 200604 2 001
Anggota I
Anggota II
Drs. Subkhan
Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si
NIP. 19500327 197803 1 002
NIP. 19791206 200604 2 002
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin M.Si NIP. 19620812 198702 1 001
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar – benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang,
Amy Rahma 7250406585
iv
2010
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Ar-Rahman). jadi mengapa harus mengeluh, syukurilah apa yang telah kita miliki dan jangan menyesal atas apa yang belum sempat kita miliki…
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah : 216)
“Sahabat adalah seseorang yang selalu berkata benar kepadamu, bukan seseorang yang selalu membenarkan perkataanmu.”
PERSEMBAHAN : Skripsi ini saya persembahkan kepada : Ayah (alm) dan Ibunda tercinta serta segenap keluarga (mas Aniq, mas Luth, mas Zaki & Maya) yang selalu memberikan doa, motivasi dan nasehat. Sahabat-sahabat
terdekat
(Bram,
Firman,
Dayat, Dria, Bagus, Ika Dani, Andi Rahman, Budi dan Fahmi) Almamater Universitas Negeri Semarang
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh
Environmental
Performance
terhadap
Financial
Performance Berdasarkan Peringkat Penghargaan Proper” dengan sebaikbaiknya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh bantuan, masukan, saran, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Soedijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dengan segala kebijakannya. 2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang dengan kebijakannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik. 3. Amir Mahmud, S.Pd. M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
vi
4. Drs. Subkhan dan Rediana Setiyani S.Pd, M.Si, dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II, yang telah membantu memberikan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Karyawan Bursa Efek Indonesia (BEI) UNDIP. 6. Teman-teman seperjuangan Akuntansi S1 2006 (Wenny, Eva, Widuri, Ika, Niswah, Fenti, Citra, dll) yang telah memberikan bantuan dan semangatnya dalam studi. 7. Segenap keluarga besar “Shafira 2008/2009” (Dimes, Suci, Nurul, Ela, dll) dan “Amaliya 2009/2010” (mbak Ir, mbak Oci, Ika, Muf, Etik, dll) untuk ukhuwahnya. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya, dan berguna bagi perkembangan studi akuntansi
Semarang,
Amy Rahma
vii
2010
SARI Rahma, Amy. 2010. “ Pengaruh Environmental Performance terhadap Financial Performance Perusahaan Berdasarkan Peringkat Penghargaan Proper”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Subkhan. II. Rediana Setiyani S.Pd, M.Si. Kata kunci : Kinerja Keuangan, PER, ROI, ROE, Kinerja Lingkungan, systematic risk (beta), Ukuran Perusahaan.
Dewasa ini, stakeholders tengah tertarik terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas yang dilakukan perusahaan yang merupakan tanggungjawab perusahaan. Melalui penerapan sistem manajemen lingkungan, perusahaan dapat memangkas biaya-biaya lingkungan sehingga diperoleh laba yang meningkat dan berbanding lurus terhadap rasio keuangan. Hasil observasi awal menunjukkan hasil yang kontradiktif, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan dua variabel kontrol yaitu beta dan firm size (FS). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar sebagai peserta PROPER tahun 2004, 2006, dan 2008. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling diperoleh 48 sampel. Variabel dependen adalah kinerja keuangan yang terdiri dari 3 indikator yaitu PER, ROI, dan ROE. Sedangkan variabel dependen adalah environmental performance (EP) dengan indikator peringkat penghargaan PROPER, dan variabel kontrol terdiri atas beta dan firm size (FS). Metode pengumpulan data adalah dokumentasi dan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa environmental performance (EP) tidak berpengaruh terhadap PER. Environmental performance (EP) berpengaruh positif signifikan terhadap ROI, sedangkan terhadap ROE pengaruhnya negatif tidak signifikan. Beta menunjukkan hasil yang tidak signifikan baik terhadap ROI, maupun ROE. Variabel firm size (FS) memberikan hasil yang positif terhadap ROI dan ROE, namun hanya signifikan pada ROI. Simpulan dari penelitian ini adalah environmental performance (EP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (untuk ROI). Saran yang dapat direkomendasikan kepada penelitian selanjutnya adalah (1) peneliti selanjutnya lebih baik menggunakan sampel yang lebih besar, (2) peneliti selanjutnya lebih baik menambahkan indikator kinerja lingkungan yang lainnya, (3) peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan adanya saham tidur agar nilai beta saham tidak disertakan dalam penelitian.
viii
ABSTRACT Rahma, Amy. 2010. “ The Influence of Environmental Performance on Corporate Financial Performance based on Proper Rate”. Final Project. Accounting Department. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor. Drs. Subkhan. Co Advisor. Rediana Setiyani S.Pd, M.Si. Kata kunci :
Financial Performance, PER, ROI, ROE, Environmental Performance, systematic risk (beta), firm size.
Currently, stakeholders are more interested in the environmental damage arising from activities undertaken company. Which it is the responsibility of the company. Through the implementation of environmental management systems, companies can cut the environmental costs. Then there was an increase of profits proportional to the financial ratios. Results of preliminary observations showed contradictory results, so this study aims to reexamine the influence of environmental performance on financial performance by using two control variables are the beta and firm size (FS). While the population used in this study are all companies registered as participants PROPER 2004, 2006, and 2008. Sampling through purposive sampling obtained 48 samples. The dependent variable is financial performance consisting of 3 indicators of PER, ROI, and ROE. While the dependent variable is the environmental performance (EP) with ratings of indicators PROPER awards, and control variables consists of the systematic risk (BETA) and firm size (FS). Methods of data collection is the documentation and analysis of data using descriptive analysis and multiple linear regression analysis. Result of the research indicate that all independent variable have’nt an effect on PER and it’s not significant. Environmental performance (EP) has positive significant effect on ROI, while a negative effect on ROE is not significant. Systematic risk (BETA) showed no significant result both to ROI and also ROE. Variable firm size (FS) give results against ROI and ROE, but significant on ROI only. The conclusions of this study is the environmental performance (EP) has positive and significant impact on financial performance (ROI). Suggestions that could be recommended to the research are (1) to the next research is better use a larger sampel, (2) to the next research better environmental performance indicators add another, (3) expected to consider the existence of sleep for value stocks beta stocks do not included in the study.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN.................................................................
iii
PERNYATAAN ........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..............................................................
v
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
SARI ........................................................................................................
viii
ABSTRACT ..............................................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang....................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ...............................................................
11
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................
12
1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................
12
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan .............................................................
14
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ....................................
14
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan .........................................
14
2.1.3 Komponen Laporan Keuangan ...................................
15
2.1.4 Pengguna Laporan Keuangan .....................................
16
2.2. Kinerja Keuangan (Financial Performance)........................
18
2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan (Financial Performance)...........................................
18
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Penilainan Kinerja Keuangan (Financial Performance)...........................................
x
18
2.2.3 Pengukuran Kinerja Keuangan (Financial Performance)...........................................
20
2.2.4 Analisis Rasio Keuangan ............................................
23
2.2.4.1 Price Earning Ratio (PER) .............................
26
2.2.4.2 Return on Assets (ROA) ..................................
27
2.2.4.3 Return on Equity (ROE) .................................
28
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan (Financial Performance) Perusahaan .................................
29
2.3.1 Risiko Sistematis (beta)..............................................
29
2.3.2 Ukuran Perusahaan (Firm Size) ..................................
30
2.4. Teori Stakeholders dan Teori Legitimacy ...........................
31
2.5. Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) ............
34
2.5.1 Pengertian Lingkungan Hidup ....................................
34
2.5.2 Pengertian Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) ....................................
36
2.5.3 Tolok Ukur Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) ....................................
39
2.6. Penelitian Terdahulu ...........................................................
44
2.7. Kerangka Berfikir ..............................................................
48
2.8. Hipotesis Penelitian ...........................................................
51
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ...................................................................
53
3.2. Populasi Penelitian..............................................................
53
3.3. Sampel Penelitian ...............................................................
54
3.4. Variabel Penelitian..............................................................
55
3.3.1 Variabel Terikat (dependent variable) .......................
55
3.3.2 Variabel Bebas (independent variable) ......................
56
3.3.3 Variabel Kontrol (predetermined variable) .................
57
3.5. Teknik Pengumpulan Data ..................................................
59
3.6. Analisis Data ......................................................................
60
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian............................................................. .......
66
4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian................................... ......
66
4.1.2. Analisis Deskriptif ....................................................
66
4.1.3. Analisis Model Regresi Price earning Ratio (PER) ...
69
4.1.3.1 Uji Asumsi Klasik .........................................
70
4.1.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .....
75
4.1.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............................................
76
4.1.3.4 Koefisien Determinasi (R2) ...........................
76
4.1.4. Analisis Model Regresi Return on Investment (ROI)
77
4.1.4.1 Uji Asumsi Klasik .........................................
79
4.1.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .....
81
4.1.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............................................
82
4.1.4.4 Koefisien Determinasi (R2) ...........................
82
4.1.5. Analisis Model Regresi Return on Equity (ROE) .....
83
4.1.4.1 Uji Asumsi Klasik .........................................
83
4.1.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .....
88
4.1.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .......................................................
89
4.1.3.4 Koefisien Determinasi (R2) ...........................
89
4.2. Pembahasan ..........................................................................
90
4.2.1. Pengaruh Environmental Performance terhadap Price Earning Ratio .....................................................................
90
4.2.2. Pengaruh Environmental Performance terhadap Return on Investment ..........................................................
93
4.2.3. Pengaruh Environmental Performance terhadap Return on equity ..................................................................
95
BAB V PENUTUP 5.1.Simpulan ........................................................................................
xii
97
5.2.Saran ..............................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
100
LAMPIRAN ..............................................................................................
103
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1.
Daftar
Peringkat
PROPER
dan
Kinerja
Keuangan
Perusahaan ...........................................................................
6
Tabel 3.1
Proses Pengambilan Sampel ................................................
54
Tabel 3.2
Daftar Sampel .....................................................................
55
Tabel 3.3
Score Kinerja Lingkungan ..................................................
56
Tabel 3.4
Rumusan Variabel dan Pengukuran Variabel .......................
60
Tabel 4.1
Proses Pengambilan Sampel ................................................
66
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Independen ..............................
67
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Dependen ................................
68
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi PER .....
70
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi cosPER
71
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinieritas Model Regresi PER ...................
72
Tabel 4.7
Hasil Uji Glejser Model Regresi PER ..................................
73
Tabel 4.8
Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) Model Regresi PER ......
74
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik t Model Regresi PER ...............................
75
Tabel 4.10
Hasil Analisis Determinasi Regresi PER ..............................
75
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi ROI ......
77
Tabel 4.12
Hasil Uji Multikolinieritas Model Regresi ROI ....................
79
Tabel 4.13
Hasil Uji Glejser Model Regresi ROI ...................................
79
Tabel 4.14
Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) Model Regresi ROI .......
81
Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik t Model Regresi ROI ...............................
81
Tabel 4.16
Hasil Analisis Determinasi Regresi ROI ..............................
83
Tabel 4.17
Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi ROE .....
85
Tabel 4.18
Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi cos ROE
85
Tabel 4.19
Hasil Uji Multikolinieritas Model Regresi ROE ...................
87
Tabel 4.20
Hasil Uji Glejser Model Regresi ROE ..................................
88
Tabel 4.21
Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) Model Regresi ROE ......
89
Tabel 4.22
Hasil Uji Statistik t Model Regresi ROE ..............................
90
Tabel 4.23
Hasil Analisis Determinasi Regresi ROE .............................
91
Tabel 4.24
Hasil Pengujian Hipotesis Keseluruhan ................................
92
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir .....................................................
50
Gambar 4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas Model Regresi PER .........
70
Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot Model Regresi PER .............
71
Gambar 4.3 Grafik Plot Uji Heteroskedastisitas Model Regresi PER .......
73
Gambar 4.4 Grafik Histogram Uji Normalitas Model Regresi ROI ...........
77
Gambar 4.5 Grafik Normal Probability Plot Model Regresi ROI .............
77
Gambar 4.6 Grafik Plot Uji Heteroskedastisitas Model Regresi ROI .......
79
Gambar 4.7 Grafik Histogram Uji Normalitas Model Regresi ROE ..........
85
Gambar 4.8 Grafik Normal Probability Plot Model Regresi ROE ............
85
Gambar 4.9 Grafik Plot Uji Heteroskedastisitas Model Regresi ROE ......
87
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel ....................................................
106
Lampiran 2 Data Pembentuk Environmental performance .......................
118
Lampiran 3 Daftar Return Saham Perusahaan Sampel per Bulan ..............
120
Lampiran 4 Data Systematic Risk (Beta) Perusahaan Sampel ..................
130
Lampiran 5 Data Pembentuk Firm Size ...................................................
131
Lampiran 6 Data Financial Performance Perusahaan Sampel .................
132
Lampiran 7 Hasil Regresi Linier Berganda untuk Model Regresi PER ....
134
Lampiran 8 Hasil Regresi Linier Berganda untuk Model Regresi ROI ......
139
Lampiran 9 Hasil Regresi Linier Berganda untuk Model Regresi ROE .....
144
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi kini sangat mempengaruhi perkembangan dunia bisnis. Seluruh kegiatan ekonomi dapat berjalan lebih cepat, baik komunikasi, transportasi maupun informasi dapat berlangsung karena keberadaan teknologi yang semakin canggih. Hal ini memicu persaingan antar perusahaan untuk menjalankan usahanya dalam rangka meraih tujuannya. Tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan adalah Profit Maximisation, dengan laba yang meningkat maka posisi keuangan perusahaan akan berkembang. Perusahaan tidak dapat terlepas dari campur tangan stakeholders dalam menjalankan operasinya untuk mencapai laba yang maksimal. Menurut Clarkson (1994), stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempengaruhi atau akan dipengaruhi oleh keputusan dan strategi perusahaan. Perkembangan posisi keuangan memiliki arti yang sangat penting, karena dapat menunjukkan tingkat kesehatan sebuah perusahaan. Diperlukan sebuah alat analisis terhadap laporan keuangan
yang
menunjukkan
kinerja
keuangan
perusahaan
(financial
performance), salah satunya yang paling banyak dan sering digunakan dalam penelitian adalah analisis rasio keuangan. Menurut Al-Tuwaijri, et al (2003), pengukuran kinerja keuangan (financial performance) perusahaan dapat dilihat dari dua macam ukuran, yaitu market-based measure dan accounting-based measure. Ada banyak sekali macam-macam rasio keuangan, namun dalam
1
2
penelitian ini digunakan tiga macam rasio keuangan, yaitu menggunakan PER (price earning ratio) menurut sudut pandang market-based measure dan dari sudut pandang accounting-based measure menggunakan rasio profitabilitas ROI (Return on Investment) dan ROE (Return on Equity). Ketiga rasio tersebut digunakan karena mengingat dalam perhitungannya dipergunakan komponen laba perusahaan, sehingga rasio-rasio ini dianggap begitu penting. Baru-baru ini pandangan stakeholders sedang terpusat pada isu-isu lingkungan, dimana proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Selama ini tanggungjawab lingkungan dianggap sebagai beban yang diabaikan karena perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya tertentu untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan seperti biaya riset terhadap bahan baku, biaya pengelolaan limbah dan sebagainya. Akibatnya konsumen tidak memperoleh kepuasan produk, pembuangan limbah yang berlebih dan konservasi lingkungan tidak diperhatikan. Setelah begitu banyak bencana yang melanda akibat kecerobohan industri dalam mengatasi dampak proses produksinya, seperti kasus PT. Newmont, PT Lapindo Brantas dan PT Freeport. Dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan mulai disadari dan dirasakan semakin besar juga sulit untuk dikendalikan, sehingga dalam jangka panjang akan merugikan perusahaan. Dengan adanya bencana alam dan kerusakan lingkungan yangb terjadi secara terus menerus, kelestarian lingkungan tidak terjaga dan perusahaan akan semakin kesulitan memperoleh bahan baku, akibanya proses produksi pun akan terganggu. Berdasarkan pandangan tersebut, para stakeholder tidak hanya menuntut kinerja keuangan perusahaan (financial performance) saja yang baik, namun
3
mereka juga memperhatikan kinerja lingkungan perusahaan (environmental performance). Karena lingkungan berperan sebagai sumber bahan mentah untuk diolah menjadi barang jadi atau untuk langsung dikonsumsi. Namun, jumlah bahan mentah yang disediakan lingkungan alami telah semakin berkurang dan menjadi langka, kemampuan alam untuk mengolah limbahpun semakin berkurang karena terlalu banyak limbah yang harus ditampung melebihi daya tampung lingkungan (Suparmoko, 2007). Menurut Gray, et al (1995) dalam Ghozali dan Chariri (2007), Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dan stakeholder. Menurut Wood (1991) dalam Hartanti (2006), salah satu aspek terpenting dalam kinerja sosial adalah kinerja lingkungan (environmental performance). Penerapan
konsep
ecoeficiency
dalam
sistem
manajemen
lingkungan
mengharuskan perusahaan memproduksi barang dan jasa yang lebih berguna dan secara simultan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, konsumsi sumber daya dan biaya. Ecoeficiency mengimplikasikan bahwa peningkatan efisiensi berasal dari perbaikan kinerja lingkungan. Dengan adanya efisiensi tersebut diharapkan pendapatan perusahaan pun akan meningkat. Tidak hanya itu, meningkatnya kinerja lingkungan sebuah perusahaan akan menghasilkan keuntungan sosial yang signifikan dan akan memberikan keuntungan secara eksternal yaitu dengan biaya modal yang lebih rendah, tingkat asuransi yang lebih
4
rendah dan akan mendorong produktifitas yang lebih besar (Hansen & Mowen, 2005). Penerapan tanggung jawab lingkungan akan memicu keunggulan kompetitif perusahaan karena pada dasarnya penerapan tanggung jawab lingkungan bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan dan limbah yang selama ini menyebabkan proses produksi menjadi tidak efisien, sebab limbah merupakan indikator inefisiensi proses yang biayanya dibebankan sebagai biaya produksi. Melalui sistem manajemen yang efektif, biaya lingkungan dapat dikurangi atau dihapuskan. Pengetahuan mengenai biaya lingkungan dan penyebabnya dapat
mengarah pada proses
produksi yang
mengurangi
pemanfaatan bahan baku secara maksimal karena terlalu banyak polutan yang dilepaskan kepada lingkungan. Sistem manajemen lingkungan menyediakan informasi biaya lingkungan yang dilaporkan secara terpisah, sehingga dapat diidentifikasi penyebab-penyebab biaya ini agar dapat dikendalikan (Susenohaji, 2003). Harian kompas (2007) menuliskan tentang bagaimana perusahaaan Philips, termasuk yang beroperasi di Indonesia terkenal secara global dengan kinerja lingkungannya yang lebih bagus. Selain itu, kinerja lingkungan bahkan membuat Philips meraih keuntungan finansial yang sangat besar. Philips kini adalah pemimpin pasar industri elektronik yang nilai penjualannya pada tahun 2006 mencapai 27 milliar euro atau sekitar 300 triliun rupiah. Ini merupakan hasil positioning produk-produk Philips sebagai produk elektronik yang ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan konsumen untuk membeli suatu produk semakin didasari oleh adanya pertimbangan yang mengarah kepada
5
teknologi yang bersih (clean technology) dan pada produk yang ramah lingkungan (green technology). Semakin kuatnya tuntutan konsumen ini memicu perusahaan untuk mencari berbagai solusi dalam pengelolaan lingkungan. Kondisi ini juga mendorong setiap perusahaan untuk meningkatkan atau bahkan merubah desain produksi dan karakteristik produk agar menjadi lebih ramah lingkungan (green technology) sehingga tidak mencemari lingkungan dan sesuai dengan keinginan konsumen. Dengan menerapkan tanggung jawab terhadap lingkungan, produk yang dihasilkan menjadi lebih hemat dan ramah lingkungan. Tingkat kepercayaan konsumen terhadap perusahaan menjadi lebih baik karena terpenuhinya keinginan konsumen tersebut. Pemerintah telah mengeluarkan UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai wujud nyata kepeduliannya terhadap lingkungan. Selain itu, sejak tahun 2002 Kementrian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Bapedal telah mengembangkan PROPER (Programme for Pollution Control, Evaluation, and Rating) atau Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan. Program ini memberikan peringkat penghargaan kepada setiap perusahaan sesuai dengan peningkatan pengelolaan lingkungan hidup yang telah dicapai. Program ini melakukan pemeringkatan perusahaan dari yang terbaik sampai yang terburuk dalam hal ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup. PROPER dikondisikan sebagai reputation award dan merupakan perwujudan transparansi dan partisipasi publik dalam pengelolaam lingkungan. Perusahaan yang dimasukkan dalam kegiatan pemeringkatan ini meliputi perusahaan BUMN, PMA dan PMDN, yang termasuk dalam sektor industri
6
manufaktur, prasarana dan jasa, sektor pertambangan, energi dan migas serta sektor pertanian dan kehutanan. Dengan adanya PROPER, informasi mengenai tingkat kinerja lingkungan perusahaan pada skala nasional dapat dengan mudah diperoleh
melalui
media
massa.
Sehingga
para
stakeholder
dapat
menggunakannya dalam membuat sebuah keputusan. Stakeholders akan memberikan apresiasi kepada perusahaan yang berperingkat baik dan akan memberikan penekanan terhadap perusahaan yang belum berperingkat baik. Semisal melalui peraturan BI No.7/2005 mewajibkan perlunya kinerja lingkungan dalam penelaahan persetujuan kredit (perusahaan tidak diperkenankan kredit jika memperoleh rating merah atau hitam). Berikut ini merupakan hasil observasi data awal dari beberapa perusahaan yang listing BEI disertai dengan peringkat PROPER tahun 2004 dan rasio keuangan tahun 2003: Tabel 1.1 Daftar Peringkat PROPER dan Kinerja Keuangan Perusahaan
No 1 2
Nama Perusahaan
PT. Unilever Indonesia, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 3 PT. Century Tekstil Industry, Tbk 4 PT. Apac Inti Corpora, Tbk 5 PT. International Nickel Indonesia (INCO), Tbk 6 PT. Suparma, Tbk 7 PT. Tjiwi Kimia, Tbk Sumber : KLH dan ICMD
Peringkat PROPER 2004 Hijau
PER
ROI (%)
13.20
37.96
61.88
Hijau
11.67
6.61
14.79
Biru
(0.75)
(1.51)
(2.72)
Biru
(0.84)
(4.27)
(33.72)
Merah
9.78
8.05
12.10
Merah Merah
17.67 (3.00)
1.09 (1.43)
5.06 (7.23)
ROE (%)
Terdapat lima kategorisasi yang tercermin dalam peringkat warna yaitu kategori EMAS, HIJAU, BIRU, MERAH dan HITAM. Dimana warna EMAS
7
mencerminkan peringkat terbaik (insentif reputasi tertinggi), sementara HITAM mencerminkan peringkat terburuk (disinsentif reputasi tertinggi). Berdasarkan tabel tersebut di atas, peringkat PROPER diasumsikan sebagai indikator kinerja lingkungan. Sedangkan kinerja keuangan ditunjukkan oleh PER (price earning ratio), ROI (return on investment), dan ROE (return on equity). Kinerja lingkungan yang tinggi akan berbanding lurus terhadap laba perusahaan sehingga berbanding terbalik dengan PER, sedangkan terhadap ROI dan ROE berbanding lurus. Pada tahun 2004, perusahaan peserta PROPER belum ada yang meraih peringkat EMAS, jadi peringkat tertinggi yang diraih adalah perigkat HIJAU. PT. Tjiwi Kimia, Tbk memperoleh peringkat merah, seharusnya memiliki PER lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memperoleh peringkat hijau atau biru, namun ternyata menunjukkan hal yang sebaliknya. Sedangkan PT Century Tekstil Industry, Tbk dan PT. Apac Inti Corpora, Tbk memperoleh peringkat biru memiliki nilai ROI dan ROE lebih rendah jika dibandingkan dengan PT. International Nickel Indonesia (INCO), Tbk dan PT Suparma, Tbk yang memperoleh peringkat merah. Data tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kinerja lingkungan tidak selalu diikuti oleh peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Sarumpaet (2005), kinerja lingkungan diukur dengan peringkat PROPER sedangkan kinerja keuangan diukur dengan ROA, membuktikan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan. Susi (2005) meneliti hubungan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan (ROA) dengan analisis regresi ditemukan hubungan yang tidak signifikan antara kinerja lingkungan dengan kinerja keuangan. Lindrianasari (2007) menguji
8
hubungan antara kinerja lingkungan ISO 14001 dan kualitas pengungkapan lingkungan dengan kinerja ekonomi perusahaan (DER, Export, ownership, margin dan age), diperoleh hubungan yang positif namun hubungan tersebut tidak memiliki keberartian yang cukup. Watson, et al (2004) menemukan bahwa Environmental Management System tidak berpengaruh negatif dengan Financial Performance. Al-Tuwaijri (2003) dan Suratno, et al (2006) menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara environmental performance dan economic performance. Hartanti (2006), menunjukkan bahwa kinerja keuangan dan kinerja lingkungan memiliki hubungan yang positif, namun tidak signifikan. Kemudian keberadaan ISO 14001 diungkapkan tidak dapat menjadi jaminan membaiknya kinerja lingkungan. Nugraha (2008) menemukan bahwa semakin baik kinerja lingkungan sebuah perusahaan maka akan semakin baik pula kinerja keuangannya karena perolehan pendapatan dan efisiensi biaya pada perusahaan yang kinerja lingkungannya baik lebih besar dari pada perolehan pendapatan dan efisiensi biaya perusahaan yang kinerja lingkungannya buruk. Wintananda (2008) menunjukkan hasil penelitian bahwa semakin baik kinerja lingkungan suatu perusahaan akan semakain baik pula profitabilitasnya (ROA dan NPM) namun tidak diikuti leverage-nya. Hidayat (2009) mengungkapkan bahwa penerapan sistem manajemen lingkungan akan membantu perusahaan untuk memangkas biaya operasionalnya sehingga secara signifikan tidak akan mengganggu profitabilitas perusahaan. Setyowati (2009) membuktikan bahwa kinerja lingkungan tidak memiliki hubungan yang negatif yang tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE, ROA, ROS dan
9
total return), hal ini menggambarkan regulasi yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup belum dapat dijalankan dengan sempurna. Penelitian-penelitian
terdahulu
tersebut
menampakkan
hasil
yang
kontradiktif pada pengujian hubungan dan pengaruh antara environmental performance dan financial performance perusahaan. Adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu tersebut dan pentingnya analisis kinerja keuangan dalam mempengaruhi keputusan para stakeholders maka diperlukan sebuah penelitian kembali yang menganalisis pengaruh environmental performance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Di Indonesia sendiri masih sangat sedikit penelitian yang mengambil tema ini, untuk itu penelitian ini berusaha mengisi kekosongan atas bukti-bukti empiris mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut, terutama penelitian Setyowati (2009) yang berjudul “Analisis Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pertambangan Peserta PROPER yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007”. Penelitian tersebut menggunakan peringkat PROPER sebagai indikator kinerja lingkungan. Sedangkan untuk kinerja keuangan, indikatornya adalah ROE, ROA, ROS dan total return. Selain itu, dalam penelitian tersebut juga menggunakan variabel kontrol, yaitu menggunakan ukuran perusahaan (firm size) yang dinyatakan dengan annual sales dan risiko perusahaan (risk) dinyatakan dalam beta. Berbeda dengan penelitian ini, sampel yang digunakan merupakan sampel yang general dengan kriteria yang lebih spesifik sehingga diharapkan memperoleh
10
hasil penelitian yang akurat dan dapat mewakili populasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh kinerja lingkungan (environmental performance) terhadap kinerja keuangan (financial performance) kaitannya untuk menilai kesehatan perusahaan dengan analisis rasio keuangan. Jadi dalam penelitian ini kinerja keuangan (financial performance) ditunjukkan dengan tiga macam rasio keuangan yaitu PER, ROI, dan ROE. Dari kesekian banyak jenis rasio keuangan, ketiga rasio tersebut dianggap cukup penting mengingat bahwa rasio-rasio tersebut menggunakan komponen laba dalam perhitungannya. Selain itu, akan digunakan variabel kontrol yaitu risiko sistematis yang ditunjukkan dengan beta saham dan variabel firm size (ukuran perusahaan) ditunjukkan dengan logaritma dari total asset seperti pada penelitian Setyowati (2009) dan Al-Tuwaijri (2003). Pengunaan variabel kontrol ini dimaksudkan untuk menghidarkan adanya unsur bias pada hasil regresi. Beta (risiko sistematis) yang tinggi biasnya dikorelasikan dengan peluang medapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return). Menurut Akers da Jacobson (1978) dalam Setyowati (2009),
analisis
yang terfokus pada profitabilitas sebaiknya
menggunakan tingkat risiko sebagai variabel kontrolnya. Dan ukuran perusahaan (firm size) merupakan salah satu kriteria yang dipertimbangkan investor dalam strategi investasi. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul
TERHADAP
“PENGARUH
ENVIRONMENTAL
FINANCIAL
PERFORMANCE
PERFORMANCE PERUSAHAAN
BERDASARKAN PERINGKAT PENGHARGAAN PROPER”
11
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka ditentukan permasalahan penelitian ini adalah: 1. Apakah
variabel
kinerja
lingkungan
(environmental
performance)
berpengaruh terhadap variabel Price earning ratio (PER)? 2. Apakah
variabel
kinerja
lingkungan
(environmental
performance)
berpengaruh terhadap variabel return on investment (ROI)? 3. Apakah
variabel
kinerja
lingkungan
(environmental
performance)
berpengaruh terhadap variabel return on equity (ROE)?
1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data secara empiris mengenai pengaruh environmental performance terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar sebagi peserta PROPER. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh variabel kinerja lingkungan (environmental performance) terhadap variabel-variabel kinerja keuangan Price earning ratio (PER) 2. Pengaruh variabel kinerja lingkungan (environmental performance) terhadap variabel-variabel kinerja keuangan return on investment (ROI) 3. Pengaruh variabel kinerja lingkungan (environmental performance) terhadap variabel-variabel kinerja keuangan return on equity (ROE)
12
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana pengaplikasian ilmu pengetahuan teoritis yang ditempuh pada masa perkuliahan. Selain itu penelitian ini ditujukan sebagai syarat dalam menyelesaikan perkuliahan akuntansi yang ditempuh. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang akuntansi, dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis Harapan penulis, penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, antara lain: 1. Bagi investor
Investor dapat menjadikan penelitian ini sebagai pengetahuan tentang pentingnya environmental performance sehingga mereka dapat lebih berhatihati dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang akan mereka ambil dan sebagai salah satu acuan pada saat pengambilan keputusan investasi. 2. Bagi Manajemen Perusahaan
Manajemen perusahaan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan praktik manjemen lingkungan dalam operasinya, sehingga secara tidak langsung dapat menjadikan alternatif strategi kompetitif bagi perusahaan.
13
3.
Bagi Pembaca Pembaca dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan atau referensi bagi pembaca dalam penulisan karya ilmiah dengan fokus kajian yang sama, yaitu tentang financial performance. Selain itu juga dapat memperkaya wawasan pembaca dalam hal pengetahuan tentang environmental performance.
14
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi keuangan dan dasar dilakukannya penilaian atas kinerja keuangan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya satu tahun sekali dengan maksud menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi para penggunanya dalam mengambil keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko dan timing aliran kas, yang semuanya akan mempengaruhi harapan-harapan dari pihak yang berkepentingan. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Harahap (2004: 125), Prinsip Akuntansi Indonesia (1984) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
14
15
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi yang penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaa, seperi informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkap sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. 2.1.3 Komponen Laporan Keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tentang penyajian laporan keuangan (SAK, 2007 : paragraf 7) menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut : 1. Neraca, yaitu laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. 2. Laporan laba rugi, yaitu laporan yang menunjukkan hasil usaha dan biayabiaya selama suatu periode akuntansi. 3. Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah ekuitas pada akhir periode.
16
4. Laporan arus kas, yaitu laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan keluar yang dibebankan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. 5. Catatan atas laporan keuangan, yaitu laporan keuangan seperti yang tertera diatas dapat dikatakan sebagai laporan-laporan tujuan umum. Sebagai tambahan dari laporan keuangan diatas, dapat dibuat laporan-laporan khusus yang menunjukkan bagian-bagian dari laporan keuangan dapat lebih rinci yang biasanya disebut laporan-laporan untuk tujuan khusus, misalnya untuk bank, kantor pajak, Bapepam dan lain-lain. Menurut Husnan (2000: 35), laporan keuangan yang digunakan untuk analisis kinerja keuangan adalah berasal dari laporan keuangan pokok yaitu neraca dan laporan rugi laba. Neraca (balance sheet) adalah laporan keuangan yang melaporkan jumlah kekayaan, kewajiban keuangan, dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Sedangkan laporan rugi laba (income statement) menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya, dan laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Jadi, laporan rugi laba menunjukkan laporan selama satu periode (misalnya selama satu tahun), sedangkan neraca menunjukkan laporan pada waktu tertentu (misalnya pada tanggal 31 Desember 1993). 2.1.4 Pengguna Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dan proses akuntansi yang dapat digunakan untuk alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan (stakeholders)
17
dengan data keuangan suatu perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut menurut (Munawir, 2000: 2) adalah : 1. Pemilik Perusahaan Pihak ini sangat berkepentingan untuk mengetahui suatu laporan keuangan perusahaannya, karena dengan melihat laporan keuangannya maka pemilik dapat menilai apakah dia benar-benar dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Kesuksesan ini biasanya dinilai dari laba yang diperoleh oleh perusahaan. 2. Manajer Perusahaan Setelah mengetahui laporan keuangan, maka manajer dapat menilai kebijakankebijakan yang telah dijalankannya, dan jika ada kekurangan bias untuk menyusun sistem kebijaksanaan yang lebih baik lagi. 3. Investor Laporan keuangan berguna dalam hal keperluan mereka untuk menanamkan modal mereka ke suatu perusahaan. 4. Kreditur dan Banker Berhubungan dengan pemberian kredit bagi suatu perusahaan. Dengan melihat laporan keuangan mereka bisa mengambil keputusan apakah akan menyetujui atau bahkan menolak pemberian kredit kepada perusahaan yang bersangkutan. 5. Pemerintah Pemerintah memerlukan laporan keuangan untuk menentukan berapa besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik perusahaan.
18
2.2 Kinerja Keuangan (Financial Performance) 2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan (Financial Performance) Kinerja keuangan perusahaan (financial
performance)
merupakan
tampilan kondisi keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan yang pada umumnya berfokus pada informasi kinerja yang berasal dari laporan keuangan selain data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai penunjang. Menurut Trisnawati (2002), pengertian pengukuran kinerja keuangan secara sederhana adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal penilaian kinerja tak lepas dari penilaian efektivitas dan efisiensi. Pengukuran kinerja bervariasi menurut tingkatan dalam organisasi. Pada tingkatan yang lebih rendah, pengukuran kinerja cenderung lebih terperinci, spesifik, kuantitatif dan perhatian ditunjukkan pada penyimpangan yang spesifik, sedangkan pada tingkatan yang lebih tinggi, standarnya cenderung lebih umum, dan perhatian lebih ditunjukkan pada investasi untuk satu unit secara keseluruhan, hasil-hasil pokok dan penyimpangan yang bersifat pengecualian. 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan (Financial Performance) Kinerja keuangan perusahaan (financial performance) merupakan media pengukuran subjektif yang menggambarkan efektifitas penggunaan aset oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis utamanya dan memperoleh
19
peningkatan pendapatan (Setyowati, 2009). Tujuan pokok penilaian kinerja adalah memotivasi karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan dan dalam mematuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya, agar mengimplementasikan tindakan dan hasil yang diinginkan. Data yang relevan dalam penilaian ini harus berada di dalam bidang pertanggungjawaban atau dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan. Manfaat informasi kinerja keuangan perusahaan antara lain adalah: a. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber data yang ada. b. Dilihat dari kegiatan non keuangan, penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil dari kinerja untuk memotivasi karyawan dlm mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar merubah baik tindakan dan hasil yang diinginkan. c. Bagi investor, informasi kinerja pertushaan dapat digunakan untuk melihat apakah akan mempertahankan investasi mereka atau harus mencari alternatif investasi lain. d. Dan bagi calon investor, informasi kinerja perusahaan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah mereka akan melakukan investasi di perusahaan tersebut atau tidak. e. Pengukuran kinerja juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada para penanam modal maupun calon penanam modal bahwa perusahaan mempunyai kredibilitas yang baik.
20
2.2.3 Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2000:415). Pengukuran kinerja menurut Hongren (1993:372) mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan goal atau sasaran perusahaan. Dengan kata lain, pengukuran kinerja merupakan alat bagi manajemen untuk mengendalikan bisnisnya. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan resiko atas penilaian tersebut (Weston dan Brigham, 1993). Dengan demikian pengukuran kinerja keuangan dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan kekayaan pemegang saham (investor). Menurut Al-Tuwaijri, et al (2003), secara umum kinerja keuangan dilihat dari dua macam ukuran yaitu market based measure dan accounting based measure. 1. Market based measure Menurut Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Setyowati (2009), keuntungan perusahaan menggunakan perhitungan berdasarkan pasar menggambarkan
21
evaluasi
investor
tentang
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
pendapatan di masa mendatang dibandingkan dengan pendapatan di masa lalu. Namun pengukuran berdasarkan pasar ini memiliki kelemahan, yaitu hanya mampu mewakili pengukuran dari sudut pandang investor. Sedangkan pada kenyataannya, stakeholders perusahaan bukan hanya investor sehingga metode ini dianggap tidak cukup menjelaskan secara keseluruhan. 2. Accounting based measure Dasar pemikiran accounting based measure adalah fokus terhadap reaksi pendapatan perusahaan terhadap perubahan kebijakan yang diambil oleh manajemen. Dengan kata lain, pengukuran ini hanya berdasarkan kondisi finansial internal perusahaantanpa memperhitungkan faktor eksternal. Wild, et al (2004: 30) memberikan lima macam alat analisis laporan keuangan, yaitu analisis laporan keuangan komparatif, analisis laporan keuangan common-size, analisis rasio, analisis arus kas, dan model penilaian. Analisis laporan keuangan komparatif (comparative financial statement analysis) dilakukan dengan cara manelaah neraca, laporan laba-rugi, atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya. Analisis ini meliputi penelaahan perubahan saldo tiap-tiap akun dari tahun ke tahun atau selama beberapa tahun. Analisis laporan keuangan common-size disusun dengan cara menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan rugi-laba dan neraca menjadi proporsi total penjualan (untuk laporan rugi-laba) atau dari total aktiva (untuk neraca). Jadi total
22
penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau total aktiva (untuk neraca) dinyatakan dengan 100%, kemudian rekening yang lainnya dinyatakan sebagai persentase terhadap total penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau total aktiva (untuk neraca). Analisis
Rasio
(ratio
analysis)
pada
dasarnya
disusun
dengan
menggabungkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. Apabila rasio keuangan tersebut diiterpretasikan secara tepat, maka akan menunjukkan suatu evaluasi. Analisi arus kas (cash flow analysis) digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dan penggunaan dana. Analisis ini menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaan memperoleh pendanaannya dan menggunakan sumber dayanya. Analisis ini bertujuan untuk menaksir kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dana (kas). Alat analisis selanjutnya adalah penilaian (valuation), analisis ini mengacu pada estimasi nilai intrinsik sebuah perusahaan atau sahamnya. Dasar penilaian menggunakan teori nilai sekarang (present value theory). Teori nilai sekarang menggunakan konsep nilai waktu dari uang (time value of money), yang secara sederhana menyatakan bahwa sebuah entitas lebih menyukai konsumsi saat ini dari pada konsumsi di masa depan. Dari kelima macam alat analisis tersebut, penelitian ini hanya menggunakan analisis rasio sebagai alat analisis laporan keuangan guna menilai kinerja keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan bersifat menyeluruh karena menggunakan hampir seuruh elemen laporan keuangan, jadi ketika rasio tersebut
23
diinterpretasikan dengan tepat akan mampu menjelaskan kondisi perusahaan baik secara finansial maupun nonfinansial. 2.2.4 Analisis Rasio Keuangan Analisis Rasio (ratio analysis) merupakan alat analisis laporan keuangan yang popular digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan. Rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. Apabila rasio keuangan tersebut diiterpretasikan secara tepat, maka akan menunjukkan suatu evaluasi. Foster dalam Amrullah (2007) menyatakan empat hal yang dapat mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan, yaitu: a. Mengendalikan pengaruh perbedaan besar antar perusahaan dan antar waktu. b. Membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan. c. Menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan. d. Mengkaji hubungan empiris antara rasio keuangan dan estimasi variable tertentu, seperti kebangkrutan. Munawir (2000: 64) menyatakan rasio keuangan pada dasarnya dapat digunakan untuk: a. Untuk keperluan pengukuran kerja keuangan secara menyeluruh (overall measures) b. Untuk keperluan pengukuran profitabilitas atau rentabilitas, kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari operasinya (profitability measures) c. Untuk keperluan pengujian investasi (test of investment utilization)
24
d. Untuk keperluan pengujian kondisi keuangan antara lain tentang tingkat likuiditas dan solvabilitas (test of finance condition) Penggunaan analisis rasio dalam penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan membandingkan angka-angka rasio keuangan yang diperoleh dengan (Munawir, 2000:101): a. Standar rasio atau rata-rata dari seluruh industri semacam dimana perusahaan yang ada data keuangannya sedang dianalisis menjadi anggotanya. b. Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang bersangkutan. c. Rasio-rasio yang semacam di waktu-waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan. d. Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya. Berdasarkan sumber datanya angka rasio digolongkan dalam 3 golongan yaitu: (Riyanto: 2001) a. Rasio-rasio neraca (Balanche sheet ratio) adalah rasio-rasio yang disususn dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid-test ratio, current assets to total asset ratio, current liabilities to total assets ratio dan lain sebagainya. b. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income statement ratio), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya. c. Rasio-rasio antar laporan (Inter statement ratio), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari income
25
statement, misalnya assets turnover, inventory turnover, receivables turnover dan lain sebagainya. Berdasarkan tujuan penganalisa angka rasio dapat digolongkan antara lain sebagai berikut: a. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas terdiri dari: Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital. b. Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset perusahaan pada tingkat aktivitas tertentu. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory. c. Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt Ratio, debt to Equity Ratio, Long Term Debt to equity Ratio, long Term Debt to Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income, dan Cash Return on Sales. d. Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Operating Ratio.
26
e. Rasio pasar adalah rasio yang mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio pasar terdiri dari: Dividend Yield, Dividend Per Share, Dividend Payout Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share, Book Value Per Share, dan Price to Book Value. Dari kelima macam rasio tersebut, penelitian ini hanya menggunakan 3 macam rasio yaitu Return on Investment, Return on Equity, dan Price Earning Ratio. Ketiga rasio ini dianggap begitu penting karena mengingat bahwa rasio tersebut dihitung menggunakan komponen laba perusahaan, yang mana laba merupakan tujuan umum perusahaan. 2.2.4.1 Price Earning Ratio (PER) PER (price earning ratio) merupakan salah satu indikator yang sering digunakan dalam analisis sekuritas untuk menilai harga suatu saham yang diperdagangkan di pasar modal. Rasio ini memperbandingkan antara harga pasar saham dan laba per lembar saham. Perhitungan PER dihitung dengan rumus sebagai berikut: PER =
Rasio ini dipandang oleh investor sebagai ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan laba masa depan (future earning). Investor menggunakan rasio ini untuk memilah-milah saham yang nantinya akan memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Gibson (1992) dalam Vidyajayanti (2008), pertimbangan investor, jika perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya memiliki PER yang tinggi,
27
sedangkan untuk perusahaan yang pertumbuhannya rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang rendah. PER pada perusahaan yang memiliki prospek baik mempunyai nilai yang tinggi, sedangkan perusahaan yang prospeknya rendah juga memiliki nilai PER yang rendah pula. PER menggambarkan harga saham di bursa efek pada tanggal neraca atau tanggal yang lain dibandingkan laba per lembar saham selama satu periode. Jika PER tinggi berarti harga saham terlalu mahal atau dengan harga tertentu tetapi dengan laba yang terlalu kecil. Dengan begitu, calon investor akan memperoleh keuntungan yang lebih besar jika pada saat PER rendah, karena saham akan cenderung mengalami kenaikan harga. Ketika PER tinggi, maka saat itu adalah saat yang tepat untuk menjual sahamnya sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga saham tersebut (capital gain). 2.2.4.2 Return on Investment (ROI) Return on insvesment (ROI) merupakan salah satu dari rasio profitabilitas
yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Semakin tinggi rasio ini berarti menunjukkan efisiensi manajemen asset. Return on insvesment (ROI) atau juga biasa disebut ROA (Return on Asset) merupakan rasio profitabilitas terpenting diantara rasio profitabilitas yang lainnya. Perhitungan ROI secara matematis dapat dijelaskan dengan rumus sebagai berikut : ROI =
28
Laba bersih merupakan laba setelah dikurangi oleh pajak. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar (Ang, 1997). Menurut
Munawir
(2002),
manfaat
analisis
rasio
keuangan
mengunakan ROA adalah sebagai berikut: a) Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang
menyeluruh,
yang
sensitif
terhadap
setiap
hal
yang
mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan. b) Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi. c) Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis ROA juga berguna untuk kepentingan perencanaan. 2.2.4.3 Return on Equity (ROE) Return on equity (ROE) dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham tertentu. Perhitungan ROE dihitung dengan rumus sebagai berikut: ROE = Menurut Munawir (2001), ROE adalah rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan dari investasi yang ditanamkan oleh pemegang saham. Syamsuddin (1978), ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan
29
(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atau modal yang mereka investasikan pada perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ukuran profitabilitas dan sudut pandang pemegang saham (Hanafi &Halim, 2009). Jika rasio ini meningkat maka manajemen dipandang telah mengelola perusahaan dengan efisien.
2.3 Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja
Keuangan
(Financial Performance) Perusahaan Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio keuangan menurut Wild et al (2004) antara lain dampak peristiwa ekonomi, factor industry, kebijakan manajemen, dan metode akuntansi. Pada penelitian sebelumnya di bidang kinerja lingkungan (seperti Al-Tuwaijri (2003), Hartanti (2006), dan Setiowati (2009)), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan (financial performance) adalah Risiko sistematik (beta) dan ukuran perusahaan (firm size). 2.3.1 Risiko Sistematik (beta) Risiko suatu investasi menurut Bambang Riyanto (2001: 156) diartikan sebagai probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan diharapkan, atau kemungkinan return yang diterima menyimpang dari yang diharapkan. Van Horne dan Wachowics, Jr (1992) dalam Jogiyanto (2003) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan.
30
Risiko sistematis (systematic risk) atau risiko yang tidak dapat didiversifikasikan (undiversifiable). Risiko ini biasa disebut denga risiko beta. Beta adalah varians dari return atas sebuah sekuritas yang terkait dengan pergerakan pasar secara umum atau risiko yang terkait dengan variabel makro. Semakin tinggi beta suatu sekuritas maka semakin sensitif sekuritas tersebut terhadap perubahan pasar. Beta saham dapat diinterpretasikan sebagai ukuran kepekaan return saham terhadap return pasar. Apabila beta saham >1, perubahan return pasar sebasar 10% akan mengakibatkan return saham berubah lebih dari 10%. Sebaliknya jika beta saham <1, perubahan return pasar sebesar 10% akan menyebabkan return saham berubah kurang dari 10%. ( Hanafi &Halim, 2009) 2.3.2 Ukuran Perusahaan (Firm Size) Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat digunakan sebagai alat pengukur besar kecilnya sebuah perusahaan. Brigham dan Houston (2001:119) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun, ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu perusahaan dalam hubunganya dengan struktur perusahaan. Indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran perusahaan adalah total penjualan, total asset, jumlah karyawan, value added, kapitalisasi nilai pasar dan berbagai parameter lainnya. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah bertambah dan dianggap memiliki
31
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan asset kecil.
2.4 Teori Stakeholders dan Teori Legitimacy Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. (Irawan :2009) Clarkson membagi Stakeholder perusahaan kedalam dua bentuk besar yaitu primary stakeholders dan secondary stakeholders. Primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko seperti misalnya investor, kreditor,karyawan, komunitas lokal namun disisi lain pemerintah juga termasuk kedalam golongan primary stakeholders walaupun tidak secara langsung mempunyai hubungan secara ekonomi namun hubungan diantara keduanya lebih bersifat nonkontraktual. Primary stakeholders memiliki kepentingan atas perkembangan posisi keuangan perusahaan karena akan mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh keputusan dan strategi perusahaan. Suatu perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem stakeholder primer, yang merupakan rangkaian kompleks hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung jawab yang berbeda
32
Bentuk yang kedua adalah secondary stakeholders dimana sifat hubungan keduanya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh stakeholder jenis ini karena mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Clarkson juga telah memberikan definisi yang bahkan lebih sempit lagi di mana stakeholder didefinisikan sebagai suatu kelompok atau individu yang menanggung suatu jenis risiko baik karena mereka telah melakukan investasi (material ataupun manusia) di perusahaan tersebut . Contoh secondary stakeholders adalah media dan kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (shareholders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Gray, et al (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007) mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya.
33
Iryanie (2009) menuliskan bahwa terdapat beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, yaitu: 1. Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka. 2. Dalam
era
globalisasi
telah
mendorong
produk-produk
yang
diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan. 3. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan. 4. LSM dan pencinta lingkungan makin vokal dalam mengkritik perusahaanperusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan. Deegan (2004) dalam Iryanie (2009), menyatakan bahwa teori stakeholders
sangatlah erat kaitannya dengan teori legitimacy. Teori legitimacy menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang “sah”. Lindblom (1994) dalam Haniffa et al (2005) Teori legitimacy kaitannya dengan kinerja sosial dan kinerja keuangan adalah apabila
jika terjadi
ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang melandasi teori legitimacy adalah “kontrak sosial” yang terjadi antara
34
perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi.
Dowling dan Pfeffer (1975) dalam Ghozali dan Chariri (2007) mengatakan bahwa “karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai social, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan”.
2.5 Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) 2.5.1 Pengertian Lingkungan Hidup Pengertian lingkungan hidup menurut Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam Bab I pasal 1 : “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.” ISO
14001
dalam
Harimu
(2006)
mendefinisikan
lingkungan
(environment): “…is defined as the surroundings in which the organization operates, including air water, land, natural resources, flora, fauna, humans and their inter relation. Surrounding in this context extend from within on organization to the global system.” Lingkungan adalah keadaan sekeliling tempat organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia dan keterkaitannya.
35
“Keadaan sekeliling” dalam hal ini meluas dari dalam organisasi sampai system global. Menurut Suparmoko (2007) fungsi dan peranan lingkungan yang utama adalah sebagai sumber bahan mentah untuk diolah menjadi barang jadi atau untuk langsung dikonsumsi, sebagai asimilator yaitu sebagai pengolah limbah secara alami, dan sebagai sumber kesenangan (amenity). Dengan berkembangnya waktu dan semakin meningkatnya pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan manusia, ternyata fungsi/peranan lingkungan telah menurun dari waktu ke waktu, artinya bahan mentah yang disediakan lingkungan alami telah semakin berkurang dan menjadi langka, kemampuan alam untuk mengolah limbah juga berkurang karena terlalu banyaknya limbah yang harus ditampung melebihi daya tampung lingkungan, dan kemampuan alam menyediakan kesenangan dan kegembiraaan langsung juga semakin berkurang karena banyak sumber daya alam dan lingkungan yang telah diubah fungsinya atau karena meningkatnya pencemaran. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian penting dari kegiatan pembangunan nasional, seperti ditetapkan dalam pasal 28H dan 33 UUD 1945. Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 Amandemen ke-2 menyatakan “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” serta pasal 33 ayat (4) UUD 1945 Amandemen ke-4 menyatakan “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
36
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.” 2.5.2 Pengertian Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) Menurut Lanskoski (2000) dalam Setyowati (2009), konsep kinerja lingkungan merujuk pada tingkat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Tingkat kerusakan lingkungan yang lebih rendah menunjukkan kinerja lingkungan perusahaan yang lebih baik. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi tingkat kerusakan lingkungannya, maka semakin buruk kinerja lingkungan perusahaan tersebut. Sedangkan Purwanto (2000) menjelaskan bahwa kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Sistem manajemen lingkungan adalah suatu bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang memiliki standar untuk membuat kebijakan dan tujuan serta objektif sesuai dengan persyaratan hukum dan dampak lingkungan yang signifikan, serta mengidentifikasikan, memahami dan mengendalikan dampak negative perusahaan terhadap lingkungan. Berdasarkan kerangka kerja Total Environmental Quality Model (TEQM), Hansen & Mowen (2002) menklasifikasikan biaya lingkungan menjadi 4 macam, yaitu biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention cost), biaya deteksi lingkungan (environmental detection cost), biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure cost), dan biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure cost).
37
Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention costs) adalah biaya-biaya untuk aktifitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah dan/ atau sampah yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Contohnya biaya investasi alat untuk mengontrol polusi dan mengeliminasi pencemaran, investasi teknologi yang memungkinkan dilakukannya recycle product. Biaya deteksi lingkungan (environmental detection cost) adalah biayabiaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses, dan aktivitas lainnya di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Standar lingkungan atau prosedur yang diikuti oleh perusahaan didefinisikan dalam tiga cara : (1) peraturan pemerintah, (2) standar sukarela (ISO14001) yang dikembangkan oleh Intenasional Standars Organization, dan (3) kebijakan linkungan yang dikembangkanoleh manajemen. Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (environmental internal failure cost) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Jadi, biaya kegagalan internal terjadi untuk menghilangkan dan mengolah limbah dan sampah ketika diproduksi. Aktivitas kegagalan internal memiliki salah satu dari dua tujuan berikut : (1) untuk memastikan bahwa limbah dan sampah yang diproduksi tidak dibuang ke lingkungan luar, atau (2) untuk mengurangi tingkat limbah yang dibuang sehingga jumlahnya tidak melewati standar lingkungan. Biaya Kegagalan Eksternal lingkungan (environmental external failure cost) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke dalam lingkungan. Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi
38
(realized external failure cost) adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Biaya kegagalan eksternal yang tidak direalisasikan (unrealized external failure cost) atau biaya sosial (societal cost), disebabkan oleh perusahaan tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak diluar perusahaan. Biaya sosial lebih lanjut dapat diklasifikasikan sebagai : (1) biaya yang berasal dari degradasi lingkungan dan (2) biaya yang berhubungan dengan dampak buruk terhadap properti atau kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan kerangka kerja Total Environmental Quality Model (TEQM), sumber-sumber biaya yang menyebabkan pemborosan dapat terdeteksi dan dapat ditekan sehingga pemberdayaaan sumberdaya yang ada menjadi lebih efisien. Hansen & Mowen (2002) menjelaskan bahwa dengan menginvestasikan biaya pencegahan dan deteksi lebih banyak akan mengurangi terjadinya biaya kegagalan lingkungan. Di beberapa Negara maju, pengelolaan biaya lingkungan menjadi hal yang sangat diprioritaskan karena mengingat bahwa yang pertama, peraturan pemerintah mengenai lingkungan semakin ketat dan mengancam denda yang cukup besar sehingga menjadikan intensif untuk semakin ditaati. Kedua, keberhasilan dalam menyelesaikan masalah-masalah lingkungan menjadi sebuah isu yang kompetitif bagi perusahaan. Kedua motivasi tersebut menyebabkan tranformasi fungsi biaya lingkungan sebagai sebuah investasi dan bukan merupakan beban.
39
2.5.3 Tolok Ukur Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) Tolok ukur kinerja lingkungan saat ini paling tidak ada empat macam yang bisa digunakan, yaitu AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), PROPER, ISO (yaitu ISO 14001 untuk system manajemen lingkungan dan ISO 17025 untuk sertifikasi uji lingkungan dari lembaga independen), dan GRI (Global Reporting Initiative). GRI merupakan pioneer dalam mengembangkan kerangka kerja pelaporan sustainability yang berisikan laporan ekonomi, lingkungan dan social sebagai pembanding laporan keuangan. Dalam penelitian ini, indikator kinerja lingkungan yang digunakan adalah PROPER (Programme for Pollution Control, Evaluation and Rating) atau Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan. Peringkat penghargaan PROPER ini hampir menyerupai ISO namun berbeda karena
lebih
mampu
menjelaskan
kinerja
lingkungan
(environmental
performance) perusahaan dari peringkat yang paling buruk hingga peringkat terbaik. Program ini dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup sejak tahun 2002, yang awalnya dikenal dengan sebutan PROPER PROKASIH (PROPER Program Kali Bersih). Program ini merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah, untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangundangan. Penerapan instrument ini merupakan upaya Kementerian Lingkungan Hidup untuk menerapkan sebagian dari prinsip-prinsip good governance (transparansi,
berkeadilan,
pengelolaan lingkungan.
akuntabel,
dan
pelibatan
masyarakat)
dalam
40
Tujuan penerapan instrumen PROPER adalah untuk mendorong peningkatan kinerja
perusahaan dalam
pengelolaan
lingkungan
melalui
penyebaran informasi kinerja penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Peningkatan kinerja penataan dapat terjadi melalui efek insentif dan disinsentif reputasi yang timbul akibat pengumuman peringkat kinerja PROPER kepada public. Para stakeholders akan memberikan apresiasi kepada perusahaan yang berperingkat baik dan akan memberikan tekanan dan atau dorongan kepada perusahaan yang belum berperingkat baik. Sedangkan tujuan dari pelaksanaannya adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan penataan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan. b. Meningkatkan
komitmen
para
stakeholder
dalam
upaya
pelestarian
lingkungan. c. Menigkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan d. Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha untuk menaati peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. e. Mendorong penerapan prinsip reduce, reuse, recycle, dan recovery (4R) dalam pengelolaan limbah. Pelaksanaan PROPER memiliki beberapa sasaran, yaitu sebagai berikut: a. Menciptakan lingkungan hidup yang baik. b. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan. c. Menciptakan ketahanan sumberdaya alam.
41
d. Mewujudkan iklim dunia usaha yang kondusif dan ramah lingkungan, yang mengedepankan prinsip produksi bersih dan ecoefficiency. Saat ini, penilaian kinerja penaatan difokuskan kepada penilaian penaatan perusahaan dalam aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan pengelolaan limbah B3 serta berbagai kewajiban lainnya yang terkait dengan AMDAL. Sedangan penilaian untuk aspek beyond compliance dilakukan terkait dengan penilaian terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML), Konservasi dan Pemanfaatan Sumber daya, serta kegiatan Corporate Social Responsibilty (CSR) termasuk kegiatan Community Development. Mengingat bahwa hasil peringkat PROPER akan dipublikasikan secara terbuka kepada publik dan stakeholder lainnya, maka kinerja lingkungan dikelompokkan kedalam peringkat warna. Peringkat PROPER dikelompokkan kedalam lima warna peringkat dengan 7 kategori, dimana masing-masing peringkat warna mencerminkan kinerja perusahaan. Kinerja penataaan terbaik adalah peringkat emas dan hijau, kemudian peringkat biru, biru minus, merah, merah minus, dan kinerja lingkungan terburuk adalah peringkat warna hitam. Berdasarkan Peraturan menteri Negara Lingkungan Hidup No.7 Tahun 2008, kriteria pemeringkatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Emas Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dan telah melakukan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle), menerapkan sistem
42
pengelolaan lingkungan yang berkesinambungan, serta melakukan upayaupaya yang berguna bagi kepentingan masyarakat pada jangka panjang. 2. Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, telah mempunyai sistem pengelolaan lingkungan, mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat, termasuk melakukan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle). 3. Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku. 4. Biru minus Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi beberapa upaya belum mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. 5. Merah Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi baru sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. 6. Merah minus Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi baru sebagian kecil mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
43
7. Hitam Belum melakukan upaya pengelolaan lingkungan berarti, secara sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana yang dipersyaratkan, serta berpotensi mencemari lingkungan. Manfaat penerapan instrumen PROPER antara lain adalah waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk mendorong penataan perusahaan relatif lebih singkat dan murah dibandingkan instrument penataan lainnya, misalnya penegakkan hukum lingkungan, meningkatkan intensitas dan kualitas komunikasi antara para stakeholder, dan meningkatnya nilai tambah bagi perusahaan yang melakukan pengelolaan lingkungan lebih baik dari yang disyaratkan. Selama ini program PROPER telah dilakukan sebanyak 5 kali yaitu pada periode 2002/2003, 2003/2004, 2004/2005, 2006/2007, dan 2008/2009. Secara umum pemilihan perusahaan peserta PROPER adalah dengan criteria sebagai berikut: a. Perusahaan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan. b. Perusahaan yang mempunyai dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan yang besar. c. Perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal dalam dan luar negeri. d. Perusahaan yang berorientasi ekspor. Dengan jumlah peserta yang semakin meningkat di setiap tahunnya, program ini dianggap cukup berhasil dalam melakukan upaya pengelolaan lingkungan. Bahkan PROPER menjadi salah satu bahan studi kasus di Harvard
44
Institute for International Development (HIID) dan diadopsi oleh beberapa negara di dunia, serta telah memperoleh penghargaan Zero Emission Award dari United Nations University di Tokyo.
2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu mengenai environmental performance (kinerja lingkungan) telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain sebagai berikut: 1. Al-Tuwaijri, et al (2003) Dalam penelitiannya yang berjudul ”The Relations Among Environmental Disclosure, Environmental Performance, and Economic Performance : A Simultaneous Equation Approach”, bahwa terdapat hubungan antara kinerja lingkungan yang baik dengan kinerja ekonomi yang baik pula. Kemudian pengungkapan lingkungan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang, seharusnya sesuai dengan CSR dan profitabilitas ekonomi perusahaan. Al-Tuwaijri menggunakan persamaan simultan dengan pengukuran regresi 3SLS (Three Stage Least Square) untuk mengetahui hubungan antara pengungkapan lingkungan, kinerja lingkungan dan kinerja ekonomi. 2. Watson, et al (2004) Penelitian dengan judul, “Impact of environmental management system implementation on financial performance, a comparison of two corporate strategies”. Dalam penelitian ini, digunakan beberapa indikator kinerja keuangan yaitu price earning ratio, market to book ratio, return on invested
45
capital, return on assets, profit margin operating margin, dan beta. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara perusahaan yang menerapkan sistem manajeman lingkungan dan perusahaan yang tidak menerapkan sistem manajemen lingkungan. 3. Sarumpaet (2005) “The relationship between environmental performance and financial performance of Indonesian company” menguji hubungan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kinerja lingkungan yang diteliti diukur dengan mengunakan rating kinerja lingkungan perusahaan atau PROPER yang disediakan oleh Bapedal/Kementerian Lingkungan Hidup RI, sedangkan kinerja keuangan diukur dengan ROA (return on assets). Penelitian tersebut membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan, akan tetapi ukuran perusahaan, listing di BEJ dan ISO 14001 berhubungan secara signifikan terhadap kinerja lingkungan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rating PROPER, yang disediakan oleh pemerintah Indonesia, cukup terpercaya sebagai ukuran kinerja lingkungan perusahaan, karena kesesuaiannya dengan sertifikasi internasional di bidang lingkungan, ISO 14001. 4. Susi (2005) Penelitian oleh Susi
yang
berjudul
“The
Relationship
between
Environmental Performance and financial performance amongst Indonesian
46
companies”,
mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara kinerja lingkungan dengan kinerja keuangan. Namun ditemukan hubungannya dengan ukuran perusahaan, listing BEI dan sertifikasi ISO 14000.
Penelitian ini juga membuktikan adanya konsistensi peringkat
penghargaan pemerintah dan sertifikasi internasional ISO 14000. 5. Suratno, et al (2006) Melalui penelitian yang berjudul “ Pengaruh Environmental Performanace terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance” Penelitian menggunakan 7 variabel kontrol yaitu un-expected earning, pre-disclosure environment, growth opportunity, profit margin, environmental explosure, environmental concern, public visibility, dan firm size dengan menggunakan analisis regresi ordinary least square mengungkapkan bahwa environmental performance berpengaruh secara positif signifikan terhadap environmental disclosure dan juga berpengaruh positif signifikan terhadap economic performance. 6. Nugraha (2007) Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan di Indonesia”, mencoba membuktikan pengaruh tanggung jawab sosial, yang didefinisi secara parsial sebagai kinerja lingkungan, terhadap kinerja keuangan perusahaan di Indonesia. Analisis dilakukan untuk memperjelas pengaruh dua faktor yang memicu perubahan kinerja keuangan, yaitu perolehan pendapatan dan efisiensi biaya, terhadap hubungan
kinerja
lingkungan-kinerja
keuangan
perusahaan.
Kinerja
47
lingkungan diukur dengan peringkat PROPER yang dikeluarkan oleh KLH sedangkan kinerja keuangan didefinisi sebagai profitabilitas dan diukur dengan tingkat pengembalian aset. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa semakin baik kinerja lingkungan perusahaan akan semakin baik pula kinerja keuangannya karena perolehan pendapatan dan efisiensi biaya pada perusahaan yang kinerja lingkungannya baik lebih besar daripada perolehan pendapatan dan efisiensi biaya perusahaan yang kinerja lingkungan buruk. 7. Lindrianasari (2007) Penelitian dengan judul “Hubungan antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia” menjelaskan bahwa kinerja lingkungan dan kualitas pengungkapan lingkungan berhubungan positif dan tidak signifikan terhadap kinerja ekonomi perusahaan (umur perusahaan, ekspor, kepemilikan legal perusahaaan, debt to equity ratio dan marjin perusahaan). Selain itu juga disebutkan bahwa untuk melakukan pengunkapan lingkungan dan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, perusahaan di Indonesia tidak termotivasi oleh kinerja keuangannya. 8. Wintananda (2008) Dengan penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja dan Nilai Perusahaan”, Wintananda melakukan analisis mann whitney rank ditemukan bahwa semakin baik kinerja lingkungan perusahaan akan semakin baik pula profitabilitasnya namun tidak diikuti oleh leverage-nya. Hal
48
ini juga berlaku pada nilai perusahaan, semakin baik kinerja lingkungan perusahaan akan semakin baik pula nilai Price Earning Ratio dan Tobin's Q. 9. Setiowati (2009) Judul penelitian Ardhya Pratiwi Setiowati adalah “Analisis hubungan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan pertambangan peserta PROPER yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 20032007”. Hasil penelitian ini adalah tidak ada korelasi yang signifikan antara variabel kinerja lingkungan dengan semua variabel kinerja keuangan perusahaan (ROA, ROE, ROS, dan total return). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kenaikan pada variabel kinerja lingkungan akan menyebabkan penurunan pada variabel kinerja keuangan perusahaan, namun pengaruhnya tidak signifikan. 10. Hidayat (2009) Penelitian
Arya
hidayat
berjudul
“Dampak
Pelaksanaan
Sistem
Manajemen Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur”. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur dalam menerapkan system manajemen lingkungan tidak secara signifikan mengganggu profitabilitas perusahaan tersebut. Penerapan sistem lingkungan hidup akan membantu perusahaan manufaktur untuk memangkas biaya operasional secara signifikan bila sistem diterapkan secara efektif dan berkesinambungan. Bagi perusahaan yang belum berpengalaman dalam menerapkan sistem ini, biaya yang akan dikeluarkan untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan akan relative
49
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang sudah lebih berpengalaman dalam menjalankan programnya.
2.7 Kerangka Berfikir Stakeholders sebagai pihak pengambil keputusan senantiasa terlibat dalam kegiatan perusahaan untuk mencapai laba yang maksimal. Akan tetapi, pertumbuhan laba tidak dapat menjamin apakah kelangsungan hidup perusahaan mampu bertahan. Stakeholders menuntut kinerja keuangan perusahaan yang sesuai sehingga dapat bertahan dalam persaingan bisnis saat ini. Pengukuran kinerja keuangan sangatlah penting, baik bagi stakeholders maupun bagi perusahaan sendiri. Bagi perusahaan, kinerja keuangan yang baik dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan kemudian dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya. Sedangkan bagi stakeholders, diperlukan analisis kinerja keuangan untuk meramalkan kemampuan perusahaan dimasa mendatang sebagai pertimbangan pengambilan keputusan investasi. Menurut Al-Tuwaijri, et al (2003) secara umum financial performance dapat dilihat dalam dua macam ukuran, yaitu market based measure dan accounting based measure. Pengukuran berdasarkan pasar atau market based measure menggambarkan evaluasi investor tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dimasa depan dibandingkan dengan masa lalu. Sedangkan dasar pemikiran accounting based measure adalah terfokus pada reaksi pendapatan perusahan terhadap perubahan suatu kebijakan manajemen yang diambil. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan
50
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan untuk mengevaluasi kesehatan perusahaan. Analisis rasio keuangan dianggap sebagai alat analisis yang paling sesuai dan sangat popular digunakan dalam analisis keuangan, karena analisis ini bersifat menyeluruh dengan menggabungkan angka-angka dalam laporan keuangan. Dalam penelitian ini, digunakan PER (price earning ratio) sebagai indikator pengukuran kinerja keuangan berdasarkan pasar seperti pada penelitian Watson, et al (2004) dan Wintananda (2008). Dalam penelitian ini, ROI (return on investment) dan ROE (return on equity) sebagai indikator pengukuran kinerja keuangan dengan accounting based measure sesuai dengan penelitian-penelitian kebanyakan. Ketiga rasio keuangan ini dianggap begitu penting mengingat bahwa dalam perhitungan rasio ini digunakan komponen laba perusahaan. Terkait dengan kinerja perusahaan, saat ini perhatian stakeholder terpusat pada tanggungjawab lingkungan. Selama ini tanggungjawab lingkungan yang dianggap sebagai beban ternyata bisa dijadikan sebuah strategi bisnis baru untuk menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Penerapan tanggungjawab lingkungan dipergunakan untuk mendeteksi biaya-biaya yang menyebabkan pemborosan sehingga dapat dikurangi atau bahkan dihapuskan. Efisiensi biaya memberikan dampak yang positif terhadap profitabilitas perusahaan, dengan berkurangnya biaya maka laba perusahaan akan meningkat. Penelitian ini berusaha
mengungkapkan
pengaruh
kinerja
lingkungan
(environmental
Performance) terhadap kinerja keuangan perusahaan (financial performance). Semakin bagus kinerja lingkungan suatu perusahaan, maka akan mendorong
51
meningkatnya laba perusahaan, artinya nilai ROI dan ROE pun akan meningkat. Sebaliknya terhadap variabel PER justru berpengaruh negative karena laba perusahaan berfungsi sebagai pembagi dalam perhitungannya. Dalam beberapa penelitian sebelumnya tentang kinerja lingkungan (AlTuwaijri (2003), Hartanti (2006) dan Setyowati (2009)) menggunakan beta (risiko sistematik) dan firm size (ukuran perusahaan) sebagai komponen dari variabel kontrol dan penelitian-penelitian tersebut masih menunjukkan hasil yang variatif. Oleh karenanya dalam penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yang serupa untuk menguji kembali pengaruhnya terhadap kinerja keuangan (financial performance).
Kemudian
indikator
kinerja
lingkungan
(environmental
Performance) yang digunakan adalah peringkat penghargaan PROPER, yang memiliki 5 kriteria. Untuk kinerja lingkungan (environmental Performance) yang paling tinggi diberi score 5 dan yang terendah diberi score 1. Berdasarkan kerangka berfikir tersebut maka dijelaskan dalam bagan adalah sebagai berikut: Systematic risk
PER Environmental performance
ROI
ROE Firm size Gambar 1.1 Kerangka berpikir penelitian
52
2.8 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari tujuan penelitian, kerangka berfikir merupakan dugaan sementara peneliti atas permasalahan yang ada. Hipotesis yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1
: environmental performance (EP) berpengaruh negatif terhadap price earning ratio (PER)
H2
: environmental performance (EP) berpengaruh positif terhadap return on investment (ROI)
H3
: environmental performance (EP) berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE)
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan bentuk hubungan kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat, bila X maka Y antara dua variable atau lebih. Melalui penelitian ini maka akan dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. (Sugiyono: 2007). Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
3.2 Populasi Penelitian Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006: 121). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar sebagai peserta PROPER periode 2004/2005, 2006/2007, dan 2008/2009. Pada periode 2004/2005 berjumlah 466 perusahaan, periode 2006/2007 berjumlah 516 perusahaan, dan pada periode 2008/2009 berjumlah 627 perusahaan. Sehingga jumlah populasi secara keseluruahan adalah 1.609 perusahaan.
53
54
3.3 Sampel Penelitian Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu populasi yang dijadikan sampel penelitian merupakan populasi yang memiliki kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti. Kriteria penentuan sampel adalah sebagai berikut: a. Perusahaan yang telah listing BEI pada tahun 2004, 2006 dan tahun 2008. b. Perusahaan tersebut memperoleh peringkat penilaian environmental performance (kinerja lingkungan) secara tunggal. c. Perusahaan yang memiliki data-data yang lengkap mengenai variabelvariabel dalam penelitian ini. Pada tahun 2004 diperoleh sampel sebanyak 13 perusahaan, tahun 2006 sebanyak 18 perusahaan, dan tahun 2008 sebanyak 19 perusahaan sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 48 sampel. Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel Kriteria Jumlah peserta secara sektoral
2004/2005 PROPER
2006/2007 2008/2009 Jumlah
466
516
627
1.609
Perusahaan yang listing BEI
27
27
30
84
Perusahaan yang memperoleh peringkat secara tunggal
13
18
21
52
Sampel yang tidak lengkap dan rusak
-
(2)
(2)
(4)
13
16
19
48
Jumlah sampel Sumber: Data diolah, 2010
Berikut ini adalah daftar perusahaan yang termasuk ke dalam sampel penelitian:
55
Tabel 3.2 Daftar Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Perusahaan Bakrie Sumatera Plantation, Tbk International Nickel Indonesia, Tbk Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk Timah (persero), Tbk Argo Pantes, Tbk Century Textile Industry (Centex), Tbk Inti Corpora, Tbk Apac Daya Sakti Unggul Corporation, Tbk Sumalindo Lestari Jaya, Tbk Fajar Surya Wisesa, Tbk Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk Suparma, Tbk Surabaya Agung Industry pulp, Tbk Toba Pulp Lestari, Tbk Unggul Indah Cahaya, Tbk Ashahimas Flat Glass, Tbk Citra Tubindo, Tbk Surya Toto Indonesia, Tbk Sat Nusapersada, Tbk Kalbe Farma, Tbk
Jenis Perusahaan Agriculture, Forestry and Fishing Mining and Mining Services Mining and Mining Services Mining and Mining Services Textile Mill Products Textile Mill Products Apparel and Other Textile Products Lumber and Wood Products Lumber and Wood Products Paper and Allied Products Paper and Allied Products Paper and Allied Products Paper and Allied Products Paper and Allied Products Chemical and Allied Products Plastics and Glass Products Metal and Allied Product Stone, Clay, Glass, and Concrete Products and Office Equipment Electronic Pharmaceuticals
Pada periode 2004/2005 hanya diperoleh 13 perusahaan sampel, krena terdapat beberapa 7 perusahaan yang belum terdaftar sebagai peserta PROPER antara lain adalah Daya Sakti Unggul Corporation, Tbk; Surabaya Agung Industry pulp, Tbk; Toba Pulp Lestari, Tbk; Ashahimas Flat Glass, Tbk; Surya Toto Indonesia, Tbk; Sat Nusapersada, Tbk; dan Kalbe Farma, Tbk. Sejak periode 2006/2007 Timah (persero), Tbk tidak lagi memperoleh peringkat penghargaan PROPER secara tunggal, sehingga pada periode tersebut hanya diperoleh 16 perusahaan sampel, karena Daya Sakti Unggul Corporation, Tbk juga belum terdaftar sebagai peserta PROPER, selain itu Toba Pulp Lestari,
56
Tbk dan Sat Nusapersada, Tbk tidak memiliki data yang lengkap mengenai harga saham akhir (close price) dan PER
3.4 Variabel Penelitian Terdapat tiga jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel terikat (dependent variabel), variabel bebas (independent variable), dan variabel control (predetermined variable). 1.
Variabel Terikat (dependent variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan (financial
performance) yang diberi simbol Y. Kinerja keuangan adalah penentuan ukuranukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Variabel financial performace ini secara umum dihitung dengan menggunakan dua ukuran, yaitu market-based measure dan accountingbased measure. Dari sudut pandang market-based measure menggunakan ROI (return on investment) dan ROE (return on equity). Sedangkan accounting-based measure menggunakan PER (price earning ratio). ROI (return on investment) mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Semakin tinggi rasio ini berarti menunjukkan efisiensi manajemen asset (Hanafi dan Halim: 2009). Perhitungan ROI dihitung dengan rumus sebagai berikut : ROI =
57
ROE (return on equity) mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim: 2009). Perhitungan ROE dihitung dengan rumus sebagai berikut: ROE = PER (price earning ratio) pada perusahaan yang memiliki prospek baik mempunyai nilai yang tinggi, sedangkan perusahaan yang prospeknya rendah juga memiliki nilai PER yang rendah pula (Hanafi dan Halim: 2009). Perhitungan PER dihitung dengan rumus sebagai berikut: PER = 2. Variabel Bebas (independent variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah environmental performance (kinerja lingkungan). Kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari Sistem Manajemen Lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya (Purwanto, 2000). Indikator variabel ini adalah peringkat penghargaan PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup. Peringkat PROPER dikelompokkan kedalam lima warna peringkat dengan 7 kategori, dimana masingmasing peringkat warna mencerminkan kinerja perusahaan. Kinerja penataaan terbaik adalah peringkat emas dan hijau, kemudian peringkat biru, biru minus, merah, merah minus, dan kinerja lingkungan terburuk adalah peringkat warna hitam. Peringkat warna tersebut berturut-turut diberi skor dengan nilai tertinggi 5 dan terendah adalah 1. Untuk kategori biru minus diberi score 2, karena peneliti menganggap bahwa peringkat biru minus belum sepenuhnya mencapai upaya
58
pengelolaan lingkungan sesuai ketentuan yang berlaku, begitu juga untuk kategori merah minus diberi score dengan nilai 1. Tabel 3.3 Score Kinerja Lingkungan Peringkat warna Emas Hijau Biru Biru minus Merah Merah minus Hitam
Score 5 4 3 2 1
3. Variabel Kontrol (predetermined variable) Predetermined variable adalah variabel kontrol yang nilainya telah diperoleh dahulu sebelum menghitung variabel endogenous (Suratno et al, 2006). Variabel kontrol merupakan variabel yang secara umum telah terbukti memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini digunakan risiko sistematis (beta) dan ukuran perusahaan (firm size) sebagai variabel kontrol. Penggunaan variabel kontrol tersebut dimaksudkan untuk menghindarkan unsur bias didalam hasil regresi. a) Risiko Sistematis (beta) Menurut Hartono (2003), risiko sistematis (beta) adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasikan (undiversifiable). Beta adalah varians dari return atas sebuah sekuritas yang terkait dengan pergerakan pasar secara umum atau risiko yang terkait dengan variabel makro. Untuk menghitung beta (systematic risk) adalah dengan rumus berikut:
59
Ri = άi + βi Rm Keterangan: Ri
: Tingkat keuntungan (return) saham i
άi
: Bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar
βi
: Beta saham (risiko sistematis)
Rm
: Tingkat keuntungan (return) index pasar Untuk memperoleh nilai beta, maka diperlukan regresi antara return
pasar (Rm) terhadap return saham tertentu (Ri). Tingkat keuntungan (return) dihitung dengan cara harga saham sekarang dikurangi dengan harga saham kemarin, kemudian dibagi dengan harga saham kemarin. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan : R
: tingkat keuntungan (return)
Pt
: harga saham pada saat t
Pt-1
: harga saham pada saat t-1
b) Ukuran Perusahaan (firm size) Variabel ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar atau bahkan kecil suatu perusahaan Penentuan ukuran perusahaan pada penelitian ini didasarkan pada total asset perusahaan. Total asset dihitung dari jumlah total dari aset lancar dan aset tetap.
60
Tabel 3.4 Rumusan Variabel dan Pengukuran Variabel No
Nama Variabel
1.
Financial
Pengukuran
Skala Pengukuran Rasio
1. ROI =
performance 2. ROE = 3. PER = 2.
Environmental
Environmental performance diukur Ordinal
Performance
menggunakan peringkat penghargaan PROPER. Peringkat tertinggi bernilai 5 dan terendah bernilai 1
3.
Beta
4.
Firm size
Ri = άi + βi Rm Firm size= log total asset
Rasio Rasio
3.5 Teknik Pengambilan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data untuk variabel terikat adalah financial performance menggunakan rasio keuangan ROI, ROE, dan PER tahunan yang dapat diperoleh pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Begitu juga data mengenai variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size). Data untuk variabel bebas adalah environmental performance menggunakan peringkat penghargaan PROPER yang diperoleh dari Laporan Tahunan Hasil Penilaian PROPER oleh Kementerian
61
Lingkungan Hidup dan dapat diakses melalui www.menlh.go.id. Sedangkan data penyusun perhitungan beta yaitu menggunakan harga saham akhir (close price) dapat
diperoleh
pada
Idx
Statistic
atau
dapat
diunduh
melalui
http://finance.yahoo.com.
3.6 Analisis Data 3.6.1 Analisis Deskriptif Analisis ini menggambarkan profil data perusahaan sampel yang meliputi mean, nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi. Program SPSS digunakan untuk melakukan analisis deskriptif. Sedangkan tujuan analisis ini adalah untuk melihat sejauh mana variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu data-data yang dianalisis dan diolah dalam bentuk angka-angka matematis. 3.6.2 Analisis Inferensial (Uji Hipotesis) Statistik inferensial dalam penelitian ini terdiri dari 3 hal, yaitu sebagai berikut: 1. Analisis Model Regresi Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Regresi ini digunakan untuk menguji apakah environmental performance, beta, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap financial performance sebagai berikut :
62
ROI = α + β1EP + β2BETA + β3FS + ε ROE= α + β1EP + β2BETA + β3FS + ε PER= α + β1EP + β2BETA + β3FS + ε Keterangan: ROI
= return on investment
ROE
= return on equity
PER
= price earning ratio
α
= Konstanta
β1, β2, β3 = koefisien regresi EP
= environmental performance
Beta
= risiko sistematis
FS
= Firm size
2. Pengujian Asumsi Klasik Model regresi linier berganda (multiple regression) dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang kemudian disebut dengan asumsi klasik. Proses pengujian asumsi klasik dilakukan bersama dengan proses uji regresi sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik menggunakan langkah kerja yang sama dengan uji regresi.Untuk menghindari adanya penyimpangan asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan uji asumsi klasik terhadap model regresi, yaitu sebagai berikut:
63
a. Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2007). Deteksi normalitas dapat dialkukan dengan melakukan uji one sampel kolmogorof-smirnov atau melihat histogram dari residualnya dan melihat persebaran data pada sumbu diagonal atu grafik normal. Bila distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Multikolonieritas Uji multikolonieritas digunakan dengan tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Cara untuk mengetahui adanya multikolonieritas pada suatu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu : 1) Jika nilai tolerance >0,10 dan VIF <10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolonieritas pada penelitian tersebut. 2) Jika nilai tolerance <0,10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa terjadi gangguan multikolonieritas pada penelitian tersebut. b. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan terjadinya perbedaan varian dari residual
satu
ke
pengamatan
yang
lain
(Ghozali,
2001:169).
Heteroskedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien regresi menjadi menjadi tidak efisien. Untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan varian
64
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain maka dilakukan uji heteroskedasitas. Salah satu cara untuk mengetahui adanya heteroskedasitas dalam satu model regresi adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Dasar analisis penggunaan grafik plot adalah sebagai berikut : 1) Jika terdapat pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas dan teratur maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Pembuktian Hipotesis a. Uji F atau uji simultan Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah variabel bebas (independent) secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan menggunakan uji distribusi F, yaitu dengan membandingkan antara nilai kritis F (F tabel) dengan nilai F hitung (F rasio) yang terdapat dalam tabel Analisys of Variance dari hasil perhitungan. 1) Jika nilai F lebih besar dari 4 pada derajat kepercayaan 5% dapat dinyatakan bahwa semua variabel independent secara bersama-sama (simultan) dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan menerima hipotests alternative (H A).
65
b. Uji t atau uji parsial Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas (independent) secara parsial (individual) dalam menerangkan variasi variabel terikat. Pengujian dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai t tabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. 1) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 dapat ditolak bila nilai t > 2 (dalam nilai absolute). 2) Membandingkan nilai statistic t dengan titik kritis menurut tabel. Jika nilai statistic t hitung > nilai t tabel, maka hipotesis nol (H 0) ditolak dan menerima hipotesis alternative (H A). c. Koefisien Deteminasi (R2) Nilai koefisiensi determinasi (R2) menunjukkan prosentase pengaruh variabel terikat (financial performance) terhadap nilai variabel bebas (environmental performance, beta, dan firm size). Nilai R2 digunakan untuk memberikan semua informasi untuk memprediksi variabel terikat atau merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat .
66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskriptif Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan peserta PROPER periode 2004/2005, 2006/2007, dan 2008/2009 yang dipilih menggunakan metode purposive sampling, dari populasi yang berjumlah 1.609 perusahaan, terdapat 48 perusahaan yang layak untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Proses pengambilan sampel dijelaskan dengan tabel berikut ini: Tabel 4.1 Proses Pengambilan Sampel Kriteria Jumlah peserta secara sektoral
2004/2005 PROPER
2006/2007 2008/2009 Jumlah
466
516
627
1.609
Perusahaan yang listing BEI
27
27
30
84
Perusahaan yang memperoleh peringkat secara tunggal
13
18
21
52
Sampel yang tidak lengkap dan rusak
-
(2)
(2)
(4)
13
16
19
48
Jumlah sampel Sumber: Data diolah, 2010
4.1.2 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan data-data variabel yang telah diolah dan analisis ini dilakukan dengan cara melihat nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Statistik deskriptif atas variabel 66
67
independen dalam penelitian ini yaitu terdiri atas environmental performance (EP), systematic risk (BETA), dan firm size (FS) dijelaskan dengan table berikut: Tabel 4.2 Statistif Deskriptif Variabel Independen N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
EP
48
1
4
2.46
.743
BETA
48
-2.4640
2.8740
.633104
.9644545
FS
48
11.3700
13.3900
1.237896E1
.4584490
Valid N (listwise)
48
Sumber: Data diolah, 2010 Pada table 4.2 menunjukkan bahwa variabel environmental performance (EP) memiliki peringkat terendah adalah 1 (kategori hitam) diraih oleh Bakrie Sumatera Plantation, Tbk pada periode 2004/2005, Surabaya Agung Industry Pulp,Tbk pada periode 2006/2007 dan 2008/2009, kemudian untuk Apac inti Corpora, Tbk dan Suparma, Tbk meraih peringkat hitam pada tahun 2008. Sedangkan peringkat tertinggi 4 (kategori hijau) diraih oleh Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dan Toba Pulp Lestari, Tbk pada periode 2008/2009. Variabel systematic risk (BETA) memiliki nilai terendah -2.464 untuk saham yang dimiliki oleh Century Textile Industry, Tbk pada tahun 2006 dan nilai tertinggi 2.874 untuk saham yang dimilki oleh Sumalindo Lestari Jaya Tbk pada tahun 2004. Nilai rata-rata beta saham sebesar 0.5633 dan standar deviasi 0.964. Variabel firm size (FS) memiliki nilai terendah log total asset 11.37 yang diraih oleh Daya Sakti Unggul Corporation,Tbk pada tahun 2008, sedangkan nilai tertinggi log total asset 13.39 yang diraih Pabrik Kertas Tjiwi Kimia,Tbk. pada
68
tahun 2008. Nilai rata-rata firm size adalah sebesar 12.379 dan standar deviasi sebesar 0.458 Statistik deskriptif variabel dependen financial performance terdiri atas 3 indikator yaitu price earning ratio (PER), return on investment (ROI), dan return on equity (ROE). Ketiga indikator tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Dependen N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PER
48
-1.1406E2
502.3900
1.450917E1
78.5505927
ROI
48
-32.8500
27.9600
2.257083E0
11.4196125
ROE
48
-6.9926E3
42.7100
-1.844952E2
1.0284678E3
Valid N (listwise)
48
Sumber: Data diolah, 2010 Variabel financial performance (FP) yang terdiri dari rasio-rasio yang melibatkan komponen laba perusahaan menunjukkan bahwa apabila nilai rasio tersebut bernilai negative maka perusahaan yang bersangkutan sedang mengalami kerugian, begitu pula sebaliknya apabila bernilai positif maka perusahaan mengalami laba. Pada table 4.3, untuk variabel price earning ratio (PER) terendah diraih oleh Sat Nusapersada, Tbk sebesar -114.06 pada tahun 2008 dan tertinggi diraih oleh Fajar Surya Wisesa, Tbk sebesar 502.39 pada tahun 2004. Dengan rata-rata PER sebesar 14.51 dan standar deviasi sebesar 78.55. Variabel return on investment (ROI), nilai terendah sebesar -32.85% yang diraih oleh Daya Sakti Unggul Corporation, Tbk pada tahun 2008 dan nilai tertinggi sebesar 27.96% oleh Tambang Batubara Bukit Asam,Tbk pada tahun
69
yang sama. Rata-rata ROI dalam penelitian ini sebesar 2.257% dengan standar deviasi sebesar 78.55%. Variabel return on equity (ROE), nilai terendah sebesar -6992.6% oleh Century Textile Industry, Tbk pada tahun 2008 dan nilai tertinggi sebesar 42.71% oleh Tambang Batubara Bukit Asam,Tbk pada tahun 2008. Rata-rata nilai ROE adalah -184.49% dengan standar deviasi sebesar 1028.47%. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk memiliki kinerja lingkungan (environmental performance) yang meningkat dari periode 2005/2006 memperoleh peringakat 3 (biru), kemudian periode 2007/2008 memperoleh peringkat 4 (hijau) sebagai peringkat tertinggi. Peningkatan ini diikuti oleh meningkatnya kinerja keuangan (financial performance) untuk indiator ROI dan ROE yang juga tertinggi pada periode tersebut namun tidak diikuti indicator PER. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk perusahaan tersebut kinerja lingkungan (environmental performance) diduga berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan untuk indicator ROI dan ROE. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan lebih jelasnya dilakukan analisis regresi berikut ini.
4.1.3 Analisis Model Regresi Price Earning Ratio (PER) Hasil analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh environmental performance (EP), systematic risk (BETA), dan firm size (FS) terhadap price earning ratio (PER) diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: PER = -197.198 + 14.970 EP - 3.346 BETA – 14.300 FS
70
4.1.3.1 Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Berikut hasil analisis uji normalitas pada model regresi PER. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi PER Unstandardized Residual N Normal Parameters
48 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 70.03132747
Absolute
.335
Positive
.335
Negative
-.295
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
2.319 .000
Sumber: Data diolah, 2010 Berdasarkan tabel 4.4 nampak bahwa nilai kolmogorov-smirnov adalah 2.319 dan signifikan pada 0.000 dan nilainya di bawah taraf signifikansi 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan regresi PER tidak terdistribusi secara normal, oleh karena itu data PER harus ditransform dengan skala yang berbeda sehingga diperoleh data baru cosPER dengan persamaan PER = - 0.565 – 0.034 EP – 0.166 BETA + 0.070 FS. Berikut hasil uji normalitas terhadap persamaan tersebut:
71
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi cosPER Unstandardized Residual N
48
Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .68006752
Absolute
.137
Positive
.121
Negative
-.137
Kolmogorov-Smirnov Z
.952
Asymp. Sig. (2-tailed)
.325
Sumber: Data diolah, 2010
Gambar 4.1 Grafik Histogran Uji normalitas Model Regresi cosPER
72
Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot Model Regresi PER Berdasarkan tabel 4.5 nampak bahwa nilai kolmogorov-smirnov adalah 0.952 dan signifikan pada 0.325, dan nilainya diatas taraf signifikansi 0.05. Hal ini juga ditunjukkan oleh grafik histogram gambar 4.1 bahwa bentuk grafik menyerupai lonceng dan simetris, selain itu juga nampak pada gambar 4.2, titik-titik menyebar diskitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan ketiga macan pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Uji Multikolinieritas Hasil pengujian asumsi multikolinieritas untuk model regersi PER ditunjukkan pada output SPSS berikut ini:
73
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Model Regresi PER
Model
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
1 (Constant)
Std. Error
-.565
3.003
EP
-.034
.139
BETA
-.166 .070
FS
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.188
.852
-.037
-.248
.805
.991
1.009
.116
-.230
-1.431
.159
.835
1.197
.246
.046
.286
.777
.829
1.206
Sumber: Data diolah, 2010 Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai tolerance yang lebih dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antara variabel independen. Sedangkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama dengan nilai VIF yang tidak lebih dari 10. Dengan demikian disimpulkan bahwa model regresi
ini
tidak
memiliki
gejala
multikolinieritas
antar
variabel
independennya. c) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, digunakan Uji Glejser dan dapaat melihat bentuk pola grafik plot. Berikut ini merupakan hasil pengujian heteroskedastisitas untuk model regresi PER.
74
Tabel 4.7 Hasil Uji Glejser Model Regresi PER
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
1.273
1.312
EP
-.013
.061
.082 -.056
BETA FS
Beta
T
Sig. .970
.338
-.032
-.215
.830
.051
.260
1.622
.112
.107
-.084
-.521
.605
Sumber: Data diolah, 2010
Gambar 4.3 Grafik Plot Uji heteroskedastisitas Berdasarkan tabel 4.7 secara ststistik tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen, denga nilai signifikansi diatas 0.05. Selain itu grafik plot menunjukkan titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat heteroskedastisitas.
75
Berdasarkan uji asumsi klasik tersebut, persamaan regresi PER = - 0.565 – 0.034 EP – 0.166 BETA + 0.070 FS dapat dijadikan sebagai alat estimasi yang layak karena telah memenuhi normalitas, tidak terjadi multikolinearitas, dan tidak ditemukan heteroskedastisitas. 4.1.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistic F digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen environmental performance (EP), systematic risk (BETA), dan firm size (FS) mempengaruhi return on equity (ROE) secara simultan/bersama-sama. Dari uji ANOVA pada tabel 4.8 berikut ini diperoleh nilai F hitung sebesar 0.744 dengan probabilitas 0.532 dan lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 artinya dapat dikatakan bahwa model regresi secara simultan tidak dipengaruhi oleh semua variabel independen. Tabel 4.8 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) Model Regresi PER Model 1
Regression
Sum of Squares
Df
Mean Square
1.102
3
.367
Residual
21.737
44
.494
Total
22.839
47
F
Sig. .744
.532a
Sumber: Data diolah, 2010 4.1.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Model regresi PER = - 0.565 – 0.034 EP – 0.166 BETA + 0.070 FS diperoleh melalui pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Koefisien masing-masing variabel dalam model regresi ini ditunjukkan oleh tabel 4.9 berikut ini:
76
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik t Model Regresi PER Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
-.565
3.003
EP
-.034
.139
BETA
-.166 .070
FS
t
Sig.
-.188
.852
-.037
-.248
.805
.116
-.230
-1.431
.159
.246
.046
.286
.777
Sumber: Data diolah, 2010 Dari ketiga variabel independen dalam model regresi, tidak ada variabel independen yang memiliki nilai signifikansi dibawah 0.05. Dengan demikian disimpulkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dan tidak signifikan. 4.1.3.4 Analisis Koefisien Determinasi (R2) Hasil analisis koefisien determinasi diperoleh melalui outpus SPSS yang ditampilkan tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.10 Hasil Analisis Determinasi Regresi PER
Model 1
R .220a
R Square .048
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
-.017
.70287
Sumber: Data diolah, 2010 Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2007) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Dari tampilan outpus SPSS tabel 4.10 diatas, besarnya adjusted R2 adalah -0.017 hal ini berarti dari ketiga variabel independen yaitu environmental performance
77
(EP), systematic risk (BETA), dan firm size (FS) tidak memiliki pengaruh terhadap price earning ratio (PER). Berdasarkan analisis terhadap model regresi PER maka diperoleh hasil sebagai berikut:
4.1.4 Analisis Model Regresi Return on Investment (ROI) Hasil analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS 16.0 untuk mengetahui pengaruh environmental performance (EP), systematic risk (BETA), dan firm size (FS) terhadap ROI diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: ROI = - 178.071 + 3.781 EP – 1.037 BETA + 13.870 FS 4.1.4.1 Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Berikut hasil analisis uji normalitas pada model regresi ROI. Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi ROI Unstandardized Residual N Normal Parameters
48 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 9.11675991
Absolute
.086
Positive
.058
Negative
-.086
Kolmogorov-Smirnov Z
.599
Asymp. Sig. (2-tailed)
.866
78
Gambar 4.4 Grafik Histogran Uji normalitas Model Regresi ROI
Gambar 4.5 Grafik Normal Probability Plot Model Regresi ROI Berdasarkan tabel 4.11 nampak bahwa nilai kolmogorov-smirnov adalah 0.599 dan signifikan pada 0.866, dan nilainya diatas taraf signifikansi 0.05. Hal ini juga ditunjukkan oleh grafik histogram gambar 4.4 bahwa bentuk grafik menyerupai lonceng dan simetris, selain itu juga nampak pada gambar 4.5, titik-titik menyebar diskitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
79
diagonal. Berdasarkan ketiga macan pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2007). Hasil pengujian asumsi multikolinieritas ditunjukkan pada output SPSS berikut ini: Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas Model Regresi ROI
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
-178.071
40.253
3.781
1.859
BETA
-1.037
FS
13.870
EP
Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
-4.424
.000
.246
2.033
.048
.991
1.009
1.559
-.088
-.665
.510
.835
1.197
3.292
.557
4.213
.000
.829
1.206
Sumber: Data diolah, 2010 Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh nilai tolerance yang lebih dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antara variabel independen. Sedangkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama dengan nilai VIF yang tidak lebih dari 10. Dengan demikian disimpulkan bahwa model regresi
ini
tidak
memiliki
gejala
multikolinieritas
antar
variabel
independennya. c) Uji Heteroskedastisitas Berikut ini merupakan hasil pengujian heteroskedastisitas untuk model regresi ROI.
80
Tabel 4.13 Hasil Uji Glejser Model Regresi ROI Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1
-8.039
22.186
EP
-.948
1.025
BETA
-.045
FS
1.444
(Constant)
Coefficients
Std. Error
Beta
t
Sig. -.362
.719
-.138
-.925
.360
.859
-.008
-.052
.959
1.814
.130
.796
.431
Sumber: Data diolah, 2010
Gambar 4.6 Grafik Plot Uji heteroskedastisitas Berdasarkan tabel 4.13 secara stastistik tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen, dengan nilai signifikansi diatas 0.05. Selain itu grafik plot menunjukkan titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat heteroskedastisitas.
81
Berdasarkan uraian tersebut, persamaan regresi ROI = –178.071 + 3.781 EP –1.037 BETA + 13.870 FS dapat dijadikan sebagai alat estimasi yang layak karena telah memenuhi normalitas, tidak terjadi multikolinearitas, dan tidak ditemukan heteroskedastisitas. 4.1.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistic F digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen environmental performance (EP), systematic risk (BETA), dan firm size (FS) mempengaruhi return on investmen (ROI) secara simultan/bersama-sama. Dari uji ANOVA pada tabel 4.14 berikut ini diperoleh nilai F hitung sebesar 8.345 dengan probabilitas 0.000 dan lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05 artinya dapat dikatakan bahwa model regresi secara simultan dipengaruhi oleh semua variabel independen. Tabel 4.14 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2222.735
3
740.912
Residual
3906.420
44
88.782
Total
6129.155
47
F 8.345
Sig. .000
a
Sumber: Data diolah, 2010
4.1.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Model regresi ROI = - 178.071 + 3.781 EP – 1.037 BETA + 13.870 FS diperoleh melalui pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Koefisien masing-masing variabel dalam model regresi ini ditunjukkan oleh tabel 4.15 berikut ini:
82
Tabel 4.15 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Beta
-178.071
40.253
3.781
1.859
BETA
-1.037
FS
13.870
EP
Coefficients T
Sig.
-4.424
.000
.246
2.033
.048
1.559
-.088
-.665
.510
3.292
.557
4.213
.000
Sumber : Data diolah, 2010 Dari ketiga variabel independen dalam model regresi, hanya variabel systematic risk (BETA) yang tidak signifikan, hal ini ditunjukkan pada nilai probabilitas sebesar 0.510 dan jauh diatas taraf signifikansi 0.05. Sedangkan untuk variabel environmental performance (EP) dan firm size (FS) memiliki nilai probabilitas dibawah 0.05 sehingga dinyatakan signifikan. 4.1.4.4 Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) adalah untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Menurut Santoso (2001) dalam Priyatno (2009) bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. Tabel 4.16 Hasil Analisis Determinasi Regresi ROI
Model 1
R .602a
R Square .363
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .319
9.4224341
Sumber: Data diolah, 2010 Pada tabel 4.16 diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0.319 atau 31.9% artinya ketiga variabel independen environmental performance (EP), systematic
83
risk (BETA), dan firm size (FS) mempengaruhi return on investmen (ROI) sebesar 31.9%, sedangkan sisanya (100% - 31.9%) = 68.1% dipengaruhi oleh sebab-sebab lain diluar model regresi.
4.1.5 Analisis Model Regresi Return on Equity (ROE) Hasil analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh environmental performance (EP), systematic risk (BETA), dan firm size (FS) terhadap return on equity (ROE) ) diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: ROE = -8031.981 + 122.987 EP – 28.198 BETA + 613.515 FS 4.1.5.1 Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Berikut hasil analisis uji normalitas pada model regresi ROE. Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi ROE Unstandardized Residual N Normal Parameters
48 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 9.88709083E2
Absolute
.307
Positive
.256
Negative
-.307
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: Data diolah, 2010
2.126 .000
84
Berdasarkan tabel 4.17 nampak bahwa nilai kolmogorov-smirnov adalah 2.126 dan signifikan pada 0.000 dan nilainya di bawah taraf signifikansi 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan regresi ROE tidak terdistribusi secara normal, oleh karena itu data ROE harus ditransform sehingga diperoleh persamaan baru yaitu cosROE = - 0.591 – 0.219 EP + 0.227 BETA + 0.077 FS Berikut hasil uji normalitas persamaan regresi cosROE: Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas 1-Sample K-S Model Regresi cosROE Unstandardized Residual N Normal Parametersa
48 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .68941798
Absolute
.138
Positive
.138
Negative
-.132
Kolmogorov-Smirnov Z
.956
Asymp. Sig. (2-tailed)
.320
Gambar 4.7 Grafik Histogran Uji normalitas Model Regresi cosROE
85
Gambar 4.8 Grafik Normal Probability Plot Model Regresi cosROE Berdasarkan tabel 4.15 nampak bahwa nilai kolmogorov-smirnov adalah 0.956 dan signifikan pada 0.320, dan nilainya diatas taraf signifikansi 0.05. Hal ini juga ditunjukkan oleh grafik histogram gambar 4.3 bahwa bentuk grafik menyerupai lonceng dan simetris, selain itu juga nampak pada gambar 4.4, titik-titik menyebar diskitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan ketiga macan pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Uji Multikolinieritas Hasil pengujian asumsi multikolinieritas untuk model regersi ROE ditunjukkan pada output SPSS berikut ini:
86
Tabel 4.19 Hasil Uji Multikolinieritas Model Regresi ROE
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.591
3.044
EP
-.219
.141
BETA
.227
FS
.077
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.194
.847
-.219
-1.557
.127
.991
1.009
.118
.294
1.924
.061
.835
1.197
.249
.047
.309
.759
.829
1.206
Sumber: Data diolah, 2010 Berdasarkan tabel 4.19 diperoleh nilai tolerance yang lebih dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antara variabel independen. Sedangkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama dengan nilai VIF yang tidak lebih dari 10. Dengan demikian disimpulkan bahwa model regresi
ini
tidak
memiliki
gejala
multikolinieritas
antar
variabel
independennya. c) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, digunakan Uji Glejser dan dapaat melihat bentuk pola grafik plot. Berikut ini merupakan hasil pengujian heteroskedastisitas untuk model regresi ROE.
87
Tabel 4.20 Hasil Uji Glejser Model Regresi ROE Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
1.725
1.109
EP
-.172
.051
.036 -.057
BETA FS
Coefficients Beta
t
Sig. 1.555
.127
-.449
-3.355
.069
.043
.122
.838
.407
.091
-.092
-.627
.534
Sumber: Data diolah, 2010
Gambar 4.9 Grafik Plot Uji heteroskedastisitas Berdasarkan tabel 4.20 secara ststistik tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen, denga nilai signifikansi diatas 0.05. Selain itu grafik plot menunjukkan titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat heteroskedastisitas.
88
Berdasarkan uraian tersebut, persamaan regresi ROE = - 0.591 – 0.219 EP + 0.227 BETA + 0.077 FS dapat dijadikan sebagai alat estimasi yang layak karena telah memenuhi normalitas, tidak terjadi multikolinearitas, dan tidak ditemukan heteroskedastisitas. 4.1.5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistic F digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen environmental performance (EP), systematic risk (BETA), dan firm size (FS) mempengaruhi return on equity (ROE) secara simultan/bersama-sama. Dari uji ANOVA pada tabel 4.21 berikut ini diperoleh nilai F hitung sebesar 2.389 dengan probabilitas 0.81 dan lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 artinya dapat dikatakan bahwa model regresi secara simultan tidak dipengaruhi oleh semua variabel independen. Tabel 4.21 Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) Model Regresi ROE Model 1
Regression
Sum of Squares
df
Mean Square
3.653
3
1.218
Residual
22.339
44
.508
Total
25.992
47
F 2.398
Sig. .081a
Sumber: Data diolah, 2010
4.1.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Model regresi ROE = - 0.591 – 0.219 EP + 0.227 BETA + 0.077 FS diperoleh melalui pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Koefisien masing-masing variabel dalam model regresi ini ditunjukkan oleh tabel 4.22 berikut ini:
89
Tabel 4.22 Hasil Uji Statistik t Model Regresi ROE Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
(Constant)
-.591
3.044
EP
-.219
.141
BETA
.227
FS
.077
Beta
t
Sig.
-.194
.847
-.219
-1.557
.127
.118
.294
1.924
.061
.249
.047
.309
.759
Sumber: Data diolah, 2010 Dari ketiga variabel independen dalam model regresi, tidak ada variabel independen yang memiliki nilai signifikansi dibawah 0.05. Dengan demikian disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen namun tidak signifikan. 4.1.5.4 Analisis Koefisien Determinasi Hasil analisis koefisien determinasi diperoleh melalui outpus SPSS yang ditampilkan tabel 4.23 berikut ini: Tabel 4.23 Hasil Analisis Determinasi Regresi ROE b
Model Summary
Model 1
R .375a
R Square .141
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .082
.71253
Pada tabel tersebut diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0.082 atau 8.2% artinya ketiga variabel independen environmental performance (EP), systematic risk (BETA), dan firm size (FS) mempengaruhi return on equity (ROE) sebesar 8.2%, sedangkan sisanya (100% - 8.2%) = 91.8% dipengaruhi oleh sebab-sebab lain diluar model regresi.
90
4.2 Pembahasan Hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian ini dirangkum dengan ringkas pada tabel 4.24. Pada tabel tersebut ditampilkan bahwa terdapat 1 hipotesis diterima dan 2 hipotesis ditolak. Tabel 4.24 Hasil pengujian hipotesis keseluruhan Hipotesis H4
H7
H10
Pernyataan
Hasil
environmental performance (EP) berpengaruh negative
Hipotesis
terhadap price earning ratio (PER)
Ditolak
environmental performance (EP) berpengaruh positif
Hipotesis
terhadap return on investment (ROI)
Diterima
environmental performance (EP) berpengaruh positif
Hipotesis
terhadap return on equity (ROE)
Ditolak
4.2.1 Pengaruh Environmental Performance tehadap Price Earning Ratio Price earning ratio merupakan rasio yang membagi harga per lembar saham pada saat close price dengan laba per lembar saham. Rasio ini digunakan oleh para investor untuk memprediksi laba pada periode mendatang. Dengan adanya sistem manajemen lingkungan melalui kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan efisien sehingga biaya-biaya konservasi lingkungan yang dianggap sebagai beban dapat diminimalkan sehingga laba perusahaan akan mengalami peningkatan. Penggunaan teknologi bersih akan mengurangi munculnya limbah dalam proses produksi dan sekaligus dapat meningkatkan nilai kualitas produk (Susenohaji, 2003). Hasil yang dapat dinilai pada sistem manajemen lingkungan adalah kinerja lingkungan (environmental performance),
91
semakin baik kinerja lingkungan perusahaan menunjukkan semakin baik penerapan sistem manajemen lingkungan perusahaan, artinya perusahan dapat meminimalkan biaya-biaya konservasi lingkungan dengan lebih baik. Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa environmental performance berpengaruh negatif terhadap PER ditolak, karena secara statistik variabel environmental performance tidak berpengaruh terhadap PER. Temuan ini sejalan dengan penelitian Watson, et al (2004) bahwa tidak diperoleh perbedaan financial performance yang signifikan antara perusahaan yang menerapkan sistem manajemen lingkungan dan perusahaan yang tidak menerapkan sistem manajemen lingkungan. Sedangkan terhadap penelitian Wintananda (2008), hasil penelitian ini berlawanan, karena Wintananda (2008) menyebutkan bahwa semaki baik kinerja lingkungan perusahaan akan semakin baik pula PER-nya. PER merupakan rasio yang memiliki karakteristik cukup unik, karena rasio ini tergantung pada apresiasi para investor yang diwujudkan pada tinggirendahnya harga saham yang dipengaruhi oleh kondisi tertentu, salah satunya adalah peringkat penghargaan PROPER. Peringkat penghargaan PROPER dipublikasikan melalui media massa, sehingga investor dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan investasi. Investor memandang bahwa penerapan system manajemen lingkungan merupakan sebuah investasi jangka panjang untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Lingkungan berperan sebagai sumber diperolehnya bahan mentah untuk proses produksi namun, jumlah bahan mentah yang disediakan lingkungan semakin berkurang dan menjadi langka, kemampuan alam untuk mengolah limbahpun
92
semakin berkurangkarena terlalu banyak limbah yang harus ditampung melebihi daya tampung lingkungan (Suparmoko, 2007). Akibatnya perusahaan akan kesulitan memperoleh bahan mentah untuk produksi, sehingga diperlukan sistem manajemen lingkungan sebagai bentuk tanggungjawab perusahan terhadap lingkungan. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan akan menigkat cukup besar ketika perusahaan menerapkan sistem manajemen lingkungan untuk pertama kalinya. Terdapat beberapa kegiatan yang memakan biaya seperti penggantian mesin-mesin produksi yang ramah lingkungan, penggantian desain produk, pelatihan untuk para karyawan mengenai pemahaman sistem manajemen lingkungan, dan sebagainya. Biaya-biaya tersebut digolongkan kedalam biaya pencegahan lingkungan, yang apabila diorientasikan akan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan biayabiaya pasca produksi dalam jumlah yang besar. Sistem produksi yang ramah lingkungan dan bebas limbah menbuat perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya pembuangan limbah, selain itu produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi dan sesuai denagn minat konsumen yang semakin sadar lingkungan. Dangan demikian pangsa pasar meningkat dan memberikan profit bagi perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa selain mempengaruhi
profit
perusahaan,
kinerja
lingkungan
(environmental
Performance) juga mempengaruhi apresiasi investor yang dinyatakan dalam bentuh harga saham, sehingga di dalam penelitian ini kinerja lingkungan
93
(environmental Performance) tidak menunjukkan pengaruh terhadap PER. Kondisi ini terlihat pada International Nickel Indonesia, Tbk pada periode 2004/2005 memperoleh peringkat merah dan meningkat pada periode 2006/2007 menjadi peringkat biru minus dengan perolehan PER yang tidak jauh berbeda.
4.2.2 Pengaruh Environmental Performance tehadap Return on Investment Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat asset tertentu. ROI dihitung dengan membagikan laba bersih perusahaan dengan seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka menunjukkan manajemen perusahaan yang baik karena perusahaan mampu memanfaatkan asset –dalam hal ini misalnya mesin produksi– dengan efektif dan efisien, sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi. Dengan penerapan sistem manajemen lingkungan, dimana biaya-biaya konservasi lingkungan dapat diminimalkan, seluruh bahan mentah dapat diproses dengan sangat efisien sehingga residu (limbah) yang dibuang ke lingkungan berjumlah lebih sedikit, dan produk yang dihasilkan menjadi lebih banyak dengan kualitas yang tinggi serta ramah lingkungan yang sesuai dengan minat konsumen. Dengan marketing yang baik, perusahaan mampu mendistribusikan seluruh persediaan yang ada, sehingga perusahaan akan memperoleh peningkatan laba. Hipotesis 7 yang menyatakan bahwa environmental performance berpengaruh positif terhadap ROI diterima, dan secara statistik pengaruhnya signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika kinerja lingkungan
94
(environmental performance) yang ditunjukkan dengan peringkat penghargaan PROPER meningkat akan diikuti dengan meningkatnya ROI. Temuan ini membuktikan bahwa semakin baik environmental performance, biaya konservasi lingkungan
berhasil
diminimalkan
dan
biaya-biaya
yang
menyebabkan
pemborosan dalam proses produksi dapat dideteksi dan segera diatasi sehingga perusahaan dapat penghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan dan menunjukkan adanya distribusi produk yang efektif sehingga perusahaan dapat memperioleh laba yang meningkat. Temuan ini sejalan dengan penelitian Nugraha (2007) karena perolehan pendapatan dan efisiensi biaya pada perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik lebih besar daripada pendapatan dan efisiensi biaya pada perusahaan yang kinerja lingkungannya buruk. Wintananda (2008) mengungkapkan bahwa semakin baik kinerja lingkungan perusahaan akan semakin baik pula profitabilitasnya. Kondisi ini berhasil diimplementasikan oleh Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan peningkatan environmental performance pada peride 2008/2009
dari peringkat biru menjadi peringkat hijau yang diikuti oleh
peningkatan ROI yang cukup signifikan yaitu 15.63% menjadi sebesar 19.5%. Kondisi tersebut juga ditunjukkan oleh beberapa perusahaan yang lain seperti International Nickel Indonesia,Tbk dan Suparma, Tbk. Hasil ini sekaligus menolak hasil yang diberikan oleh Sarumapet (2005), Susi (2005) dan Setyowati (2009) yang menjelaskan bahwa kinerja lingkungan (environmental performance) tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap ROA.
95
4.2.3 Pengaruh Environmental Performance tehadap Return on Equity Return on equity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini dihitung dengan menbagikan laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah modal saham yang dimiliki perusahaan. ROE merupakan salah satu rasio yang penting dan digunakan oleh pemegang saham sebagai pertimbangan dalam membuat sebuah keputusan. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang saham dari investasi. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa deviden yang akan diperoleh oleh pemegang saham juga tinggi, dan sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan deviden yang rendah juga. Selain itu rasio ini juga menunjukkan efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan modal yang ada. Hipotesis 10 yang menyatakan bahwa environmental performance berpengaruh positif terhadap ROE ditolak, karena secara statistik disimpulkan bahwa pengaruhnya negative namun tidak signifikan. Sesuai dengan penelitian Sarumpaet (2005), Susi (2005), dan Setiowati (2009), hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan belum dapat dijalankan dengan sempurna, belum diketahui standar kinerja lingkungan yang dapat diapresiasi oleh masyarakat sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan masih dianggap sebagai beban yang memperkecil profitabilitas perusahaan. Hal ini sesuai pandangan tradisional (traditionalist view) yang menyatakan bahwa hubungan antara kinerja keuangan dan kinerja lingkungan adalah negative yang didasarkan bahwa biaya pengelolaan lingkungan akan menambah biaya produksi dan meningkatkan biaya marginal.
96
Di sisi lain, perusahaan yang belum berpengalaman dalam implementasi sistem manajemen lingkungan seperti Surya Toto Indonesia, Tbk akan mengeluarkan biaya yang lebih besar guna untuk menerapkan program tersebut. Peringkat PROPER yang diperoleh awal program yaitu biru minus pada periode 2006/2007 meningkat menjadi biru pada periode selanjutnya menyebabkan penurunan ROE dari 28.4% menjadi 17.42%. Sedangkan Sat Nusapersada, Tbk yang baru mengikuti PROPER pada peride 2008/2009 memperoleh peringkat biru namun harus ditebus dengan nilai ROE sebesar – 0.99% yang artinya perusahaan tersebut pada periode tersebut mengalami kerugian karena banyak biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk beradaptasi dalam program PROPER.
97
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Variabel
kinerja
lingkungan
(environmental
performance)
tidak
berpengaruh terhadap price earning ratio (PER), jadi tinggi rendahnya peringkat penghargaan PROPER tidak akan menyebabkan nilai PER turun atau naik. 2. Variabel kinerja lingkungan (environmental performance) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on investment (ROI). Jadi perusahaan yang memiliki peringkat penghargaan PROPER tinggi akan diikuti oleh tingginya nilai ROI. 3. Variabel kinerja lingkungan (environmental performance) negatif dan tidak signifikan terhadap retun on equity (ROE), jadi peringkat penghargaan PROPER akn menyebabkan penurunan nilai ROE, namun pengaruh ini tidak signifikan.
97
98
5.2 Saran 5.2.1 Saran Teoritis Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: a. Bagi penelitian selanjutnya disarankan menggunakan sampel yang lebih besar karena untuk periode kedepannya jumlah peserta PROPER akan senantiasa diperbanyak dan menggunakan perusahaan yang memiliki karakteristik serupa sehingga diperoleh hasil yang lebih relevan. b. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk lebih memperhatikan saham-saham dengan harga yang nyaris tidak fluktuatif agar tidak digunakan di dalam regresi, sehingga hanya saham-saham yang fluktuatif saja yang digunakan sehingga hasil perhitungan systematic risk (beta) bisa signifikan. c. Bagi penelitian selanjutnya disarankan menggunakan indikator kinerja keuangan dengan market based measure yang lainnya seperti harga saham, deviden yield, atau capital gain. 5.2.2 Saran Praktis Saran praktis yang dapat diberikan penelitian ini adalah kepada Pemerintah, para stakeholders, dan bagi manjemen perusahaan yaitu sebagai berikut: a. Pemerintah
diharapkan
segera
membahas
kembali
rencana
dicantumkannya komponen pajak lingkungan pada Rancangan Undang-
99
undang Perubahan Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. b. Para stakeholders diharapkan mampu untuk lebih berperan aktif dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup, memberikan apresiasi bagi perusahaan yang berprestasi baik dan memberikan semacam tekanan bagi perusahaan yang berprestasi buruk. c. Manajemen perusahaan diharapkan untuk mengelola setiap operasinya agar tidak mengganggu konservasi lingkungan hidup dan mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan.
100
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tuwaijri, Sulaeman A, et al. 2003. “The relationship among Environmental Disclosure, Environmental Performance, and Economic Performance: A Simultaneous Equation Approach”. Accounting Organization and Society. Vol 29. Page 447-471. Almilia, Luciana Spica. dan Dwi Wijayanto. 2007. “ Pengaruh Environmental Performance dan Environmental Disclosure terhadap Economic Performance”. The 1st Accounting Conference Depok. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. Yogyakarta: BPFE Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Hansen, Don R. dan Maryanne M Mowen. 2005. Management Accounting. Jakarta: Salemba Empat. Harahap, Sofyan Syafri. 2004. “Teori Akuntansi”. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Harimu, Debbie A J. 2006. Sistem Manajemen Lingkungan Industri. www.scridb.com (23 Nov. 2009) Hartanti, Dwi. 2006. “Pengaruh Kinerja Lingkungan Hidup Perusahaan serta Sistem Manajemen Lingkungan Hidup Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”. http://staff.ui.ac.id. (29 Maret 2010) Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Hidayat, Arya. 2009. “Dampak Pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur”. www.scridb.com (5 Feb. 2010) Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (keputusan Jangka Panjang). Yogyakarta: BPFE Irawan, Irwan. 2009. “Teori Stakeholder”. www.google.com (13 Maret 2010)
101
Iryanie, Emy. 2009. “Komitmen Stakeholder Perusahaan Terhadap Kinerja Sosial Dan Kinerja Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Tesis. Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP Lindrianasari. 2007. “Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan kualitas Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia”. JAAI Vol. 11 No. 2 Hal. 159-172. Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan.Yogyakarta: Liberty Purwanto, Andie T. 2000. Pengukuran Kinerja http://andietri.tripod.com/index.htm (29 Januari 2010)
Lingkungan.
,2004. Manajemen Lingkungan: Dulu, Sekarang dan Masa Depan. http://andietri.tripod.com/index.htm (2 Jan. 2010) Priyatno, Dwi. 2009. SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Yogyakarta: gava Media. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Suratno, Ignatius Bondan. Darsono dan Siti Mutmainah. 2006. “Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001- 2004)”. SNA IX Padang. Suparmoko, M dan Maria R Suparmoko. 2007. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta: BPFE. Saputra, Benny Dwi dan Azhar Maksum. 2009. “ Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Pengungakapan Informasi Lingkungan Terhadap Kinerja Ekonomi Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi 11. Departemen akuntansi Fakultas Ekonomi USU. Sarumpaet, Susi. 2005. “The Relationship between Environmental Performance and Financial Performance of Indonesian Companies”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol 7. No.2. Nopember hal 89-98. Sekaran, Uma. 2006. Reseach Methods For Business. Jakarta: Salemba empat. Setyowati, Ardhya Pratiwi. 2009. “Analisis Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pertambangan Peserta PROPER yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Susi. 2005. “The Relationship Between Environmental Performance and Financial Performance Amongst Indonenesian Companies”. SNA VIII Solo.
102
Trisnawati, Neta. 2002. Analisis Rasio Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT. Gema Tiga Samudra Di Malang”. ITB Central Library Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (9 jan. 2010) Watson, Kevin et al. 2004. “Impact of Environmental Management System Implementation on Financial Performance A comparison of two corporate strategies”. An International Journal Vol. 15 No. 6. Wild, John J, et al. 2005. “Financial Statement analysis”. Jakarta: Salemba Empat. www.docstoc.com www.idx.co.id www.klh.go.id/proper/ www.scridb.com
102
103
Lampiran 1 DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
I. Daftar Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008 No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AALI BASS UNSP BISI CPRO DSFI IIKP LSIP SGRO GZCO
11 12 13 14 15 16
CPDW CPIN JPFA MAIN MBAI WAPO
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
ANTM APEX ATPK BUMI CNKO CTTH ENRG INCO MEDC PGAS PTBA TINS PKPK ELSA
Nama Perusahaan 1. Agriculture, Forestry and Fishing Astra Agro Lestari Tbk Bahtera Adimina Samudra Tbk Bakrie Sumatra Plantations Tbk Bisi International Tbk Central Proteinaprima Tbk Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Inti Agri Resources (formerly Inti Kapuas Arowana) Tbk PP London Sumatera Tbk Sampoerna Agro Tbk Gozco Plantations Tbk 2. Animal Feed and Husbandry Cipendawa Agroindustri Tbk Charoen Pokphand Indonesia Tbk JAPFA Tbk (formerly JAPFA Comfeed Indonesia) Malindo Feedmil Tbk Multibreeder Adirama Indonesia Tbk Wahana Phonix Mandiri Tbk 3. Mining and Mining Services Aneka Tambang (Persero) Tbk Apexindo Pratama Duta Tbk ATPK Reources (formerly Anugerah Tambak Perkasindo) Tbk Bumi Resources Tbk (formerly Bumi Modern) Central Korporindo Internasional Tbk Citatah Industri Marmer Tbk Energi Mega Persada Tbk International Nickel Indonesia (INCO) Tbk Medco Energi International Tbk Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk Timah (Persero) Tbk Perdana Karya Perkasa Tbk Elnusa Tbk
104
31 ITMG 32 INDY 33 34 35 36 37 38 39 40 41
ADHI PTRO TOTL TRUB BUKK DEWA JKON SCBD WIKA
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
ADES AISA AQUA CEKA DAVO DLTA FAST INDF MLBI MYOR PSDN PTSP SIPD SKBM SKLT SMAR STTP TBLA ULTJ BATI RMBA GGRM HMSP ARGO CNTX ERTX PAFI
Indo Tambangraya Megah Tbk Indika Energy Tbk 4. Constructions Adhi Karya (Persero) Tbk Petrosea Tbk Total Bangun Persada Tbk Truba Manunggal Engineering Tbk Bukaka Teknik Utama Tbk Darma Henwa Tbk Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk Danayasa Arthatama Tbk Wijaya Karya (Persero) Tbk Manufacturing 1. Food and Beverages Ades Waters Indonesia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Aqua Golden Mississippi Tbk Cahaya Kalbar Tbk Davomas Abadi Tbk Delta Djakarta Tbk Fast Food Indonesia Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Mayora Indah Tbk Prasidha Aneka Niaga Tbk Pioneerindo Gourmet International Tbk Sierad Produce Tbk Sekar Bumi Tbk Sekar Laut Tbk SMART Tbk Siantar TOP Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Ultra Jaya Milk Tbk BAT Indonesia Tbk Bentoel International Investama Tbk Gudang Garam Tbk HM Sampoerna Tbk Argo Pantes Tbk Century Textile Industry (Centex) Tbk Eratex Djaja Tbk Panasia Filament Inti Tbk
105
69 70 71 72 73 74
HDTX RDTX SSTM TEJA TFCO UNTX
75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
MYTX DOID ESTI FMII MYRX SRSN INDR KARW PBRX BIMA RICY BATA SIMM
88 89 90 91
BRPT DSUC SULI TIRT
92 93 94 95 96 97
FASW INKP TKIM SPMA SAIP INRU
98 99 100 101 102 103 104
AKRA BUDI CLPI ETWA LTLS POLY SOBI
Panasia Indosyntec Tbk Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk Textile Manufacturing Company Jaya (Texmaco Jaya) Tbk TIFICO Tbk (Teijin Indonesia Fiber Corporation Tbk) Unitex Tbk 4. Apparel and Other Textile Products APAC Citra Centertex Tbk (formerly Apac Inti Corpora) Delta Dunia Petroindo Tbk (formerly Daeyu Orchid Indonesia) Ever Shine Textile Industry Tbk Fortune Mate Indonesia Tbk Hanson International Tbk (formerly Hanson Industri Utama) Indo Acidatama (formerly Sarasa Nugraha) Tbk Indorama Syntetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Pan Brothers Tex Tbk Primarindo Asia Infrastructure Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Sepatu Bata Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk 5. Lumber and Wood Products Barito Pacific Tbk Daya Sakti Unggul Corporation Tbk Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tirta Mahakam Resources Tbk 6. Paper and Allied Products Fajar Surya Wisesa Tbk Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Suparma Tbk Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Toba Pulp Lestari Tbk 7. Chemical and Allied Products AKR Corporindo Tbk Budi Acid Jaya Tbk Colorpak Indonesia Tbk Eterindo Wahanatama Tbk Lautan Luas Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (formerly Sorini Corporation)
106
105 UNIC 106 TPIA 107 DPNS 108 EKAD 109 INCI 110 KKGI 111 112 113 114 115 116
AKKU AKPI AMFG APLI BRNA DYNA
117 118 119 120 121 122 123 124
FPNI IGAR LAPD LMPI SIMA TALF TRST YPAS
125 SMCB 126 INTP 127 SMGR 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138
ALMI BTON CTBN INAI JKSW JPRS LMSH LION PICO TBMS TIRA
Unggul Indah Cahaya Tbk Tri Polyta Indonesia Tbk 8. Adhesive Duta Pertiwi Nusantara Tbk Ekadharma International Tbk (formerly Ekadharma Tape Industries) Intanwijaya Internasional Tbk (formerly Intanwijaya Chemical Industry) Resource Alam Indonesia (formerly Kurnia Kapuas Utama Glue Industries) Tbk 9. Plastics and Glass Products Aneka Kemasindo Utama Tbk Argha Karya Prima Industry Tbk Asahimas Flat Glass Tbk Asiaplast Industries Tbk Berlina Tbk Dynaplast Tbk Titan Kimia Nusantara Tbk (formerly Fatrapolindo Nusa Industri) Kageo Igar Jaya (formerly Igarjaya) Tbk Leyand International (formerly Lapindo International) Tbk Langgeng Makmur Plastik Industry Ltd Tbk Siwani Makmur Tbk Tunas Alfin Tbk Trias Sentosa Tbk PT Yanaprima Hastapersada Tbk 10. Cement Holcim Indonesia Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk 11. Metal and Allied Products Alumindo Light Metal Industry Tbk Betonjaya Manunggal Tbk Citra Tubindo Tbk Indal Aluminium Industry Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Tbk Jaya Pari Steel Tbk Lion Mesh Prima Tbk Lion Metal Works Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Tira Austenite Tbk
107
139 ITMA 140 KICI 141 KDSI 142 143 144 145 146
ARNA IKAI MLIA TOTO KIAS
147 KBLI 148 JECC 149 KBLM 150 SCCO 151 IKBI 152 VOKS 153 154 155 156 157
ASGR MTDL MLPL PTSN MYOH
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171
ASII AUTO BRAM GJTL GDYR HEXA IMAS INDS INTA LPIN MASA NIPS ADMG PRAS
172 SQMI
Itamaraya Gold Industri Tbk 12. Fabricated Metal Products Kedaung Indah Can Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk 13. Stone, Clay, Glass and Concrete Products Arwana Citramulia Tbk Intikeramik Alamasri Industry Tbk Mulia Industrindo Tbk Surya Toto Indonesia Tbk Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 14. Cables GT Kabel Indonesia Tbk (formerly Kabelmetal Indonesia) Jembo Cable Company Tbk Kabelindo Murni Tbk Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (formerly Sucaco) Sumi Indo Kabel Tbk (formerly Iki Indah Kabel Indonesia) Voksel Electric Tbk 15. Electronic and Office Equipment Astra Graphia Tbk Metrodata Electronics Tbk Multipolar Corporation Tbk Sat Nusapersada Tbk Myoh Technology Tbk 16. Automotive and Allied Products Astra International Tbk Astra Otoparts Tbk Indo Kordsa (formerly Branta Mulia) Tbk Gajah Tunggal Tbk Goodyear Indonesia Tbk Hexindo Adiperkasa Tbk Indomobil Sukses Internasional Tbk Indospring Tbk Intraco Penta Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk (formerly Lippo Enterprise) Multistrada Arah Sarana Tbk Nipress Tbk Polychem Indonesia (formerly GT Petrochem Industries) Tbk Prima Alloy Steel Tbk Allbond Makmur Usaha (formerly Sanex Qianjiang Motor International) Tbk
108
173 174 175 176
SMSM SUGI TURI UNTR
177 INTD 178 MDRN 179 KONI 180 181 182 183 184 185 186 187 188
SQBI DVLA INAF KLBF KAEF MERK PYFA SCPI TSPC
189 190 191 192
TCID MRAT UNVR PROD
193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205
APOL BLTA CMPP HITS IATA MIRA TMAS RIGS SMDR SAFE WEHA ZBRA JASS
206 BTEL 207 EXCL
Selamat Sempurna Tbk Sugi Samapersada Tbk Tunas Ridean Tbk United Tractors Tbk 17. Photographic Equipment Inter Delta Tbk Modern Internasional (formerly Modern Photo Film Company) Tbk Perdana Bangun Pusaka Tbk 18. Pharmaceuticals Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk Darya-Varia Laboratoria Tbk Indofarma (Persero) Tbk Kalbe Farma Tbk Kimia Farma (Persero) Tbk Merck Tbk Pyridam Farma Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Tempo Scan Pacific Tbk 19. Consumer Goods Mandom Indonesia Tbk Mustika Ratu Tbk Unilever Indonesia Tbk Sara Lee Body Care Indonesia Tbk 20. Transportation Services Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Centris Multi Persada Pratama Tbk Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Indonesia Air Transport Tbk Mitra Rajasa Tbk Pelayaran Tempuran Emas Tbk Rig Tenders Tbk Samudera Indonesia Tbk Steady Safe Tbk Panorama Transportasi Tbk Zebra Nusantara Tbk Jasa Angkasa Semesta Tbk 21. Telecommunication Bakrie Telecom Tbk Excelcomindo Pratama Tbk
109
208 209 210 211
ISAT IATG FREN TLKM
INDOSAT Tbk Infoasia Teknologi Global Tbk Mobile-8 Telecom Tbk Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 22. Whole Sale and Retail Trade 212 ALFA Alfa Retailindo Tbk 213 TMPI AGIS Tbk 214 AIMS Akbar Indo Makmur Stimec Tbk 215 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk 216 FISH FKS Multi Agro (formerly Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk) 217 HERO Hero Supermarket Tbk 218 MPPA Matahari Putra Prima Tbk 219 SDPC Millenium Pharmacon Internasional Tbk 220 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk 221 MICE Multi Indocitra Tbk Nusantara Infrastructure (formerly Metamedia Technologies) 222 META Tbk 223 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk 224 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk 225 TGKA Tigaraksa Satria Tbk 226 TKGA Toko Gunung Agung Tbk 227 WICO Wicaksana Overseas International Tbk 228 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 229 MACO Courts Indonesia Tbk 230 OKAS TD Resources Tbk (formerly Okansa Persada) 231 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk 232 TRIL Triwira Insanlestari Tbk 233 SING Singer Indonesia Tbk 234 KOIN Kokoh Inti Arebama Tbk Banking, Credits Agencies Other Than Bank, Securities, Insurance and Real Estate 1. Banking Bank Artha Graha Internasional Tbk (formerly Bank Inter235 INPC Pacific) 236 BBKP Bank Bukopin Tbk 237 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 238 BABP Bank Bumiputera Indonesia Tbk 239 BBCA Bank Central Asia Tbk 240 BCIC Bank Century Tbk 241 BDMN Bank Danamon Tbk 242 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk
110
243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261
SDRA BNII BKSW LPBN BMRI MAYA MEGA BBNI BNGA NISP BBNP PNBN BNLI BBRI BSWD BBIA BVIC AGRO BACA
262 MCOR 263 BAEK 264 BTPN 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280
ADMF BFIN BBLD MTFN CFIN DEFI GSMF INCF MFIN MITI LPPF SMMA TRUS WOMF DKFT VRNA
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Bank International Indonesia Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Lippo Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Mayapada Tbk Bank Mega Tbk Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bank CIMB Niaga (formerly Bank Niaga) Tbk Bank NISP Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Swadesi Tbk Bank UOB Buana (formerly Bank Buana Indonesia) Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Agroniaga Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Windu Kentjana International (formerly Bank Multicor) Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 2. Credit Agencies Other than Bank Adira Dinamika Multi Finance Tbk BFI Finance Indonesia Tbk Buana Finance Tbk Capitalinc Investment (formerly Global Financindo) Tbk Clipan Finance Indonesia Tbk Danasupra Erapacific Tbk Equity Development Investment Tbk Indo Citra Finance Tbk Mandala Multifinance Tbk Mitra Investindo (formerly Siwani Trimitra ) Tbk Pacific Utama (formerly Lippo Pacific) Tbk Sinar Mas Multiartha Tbk Trust Finance Indonesia Tbk Wahana Ottomitra Multiartha Tbk Duta Kirana Finance Tbk Verena Oto Finance Tbk 3. Securities
111
281 282 283 284 285 286 287
AKSI ARTA BCAP BHIT HADE KREN LPPS
288 APIC 289 290 291 292 293 294 295
PEGE PANS RELI TRIM UNIT YULE OCAP
296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306
ABDA ASBI ASDM AHAP ASJT AMAG ASRM LPGI MREI PNIN PNLF
307 308 309 310 311 312 313
ASRI BAPA BIPP BKDP BKSL BMSR BSDE
CKRA 314 315 COWL 316 CTRA 317 CTRP
Asia Kapitalindo Securities Tbk Arthavest Tbk Bhakti Capital Indonesia Tbk Bhakti Investama Tbk HD Capital (Hortus Danavest) Tbk Kresna Graha Securindo Tbk Lippo Securities Tbk Pan Pacific International (formerly Artha Pacific Internasional) Tbk Panca Global Securities Tbk Panin Sekuritas Tbk Reliance Securities Tbk Trimegah Securities Tbk Nusantara Inti Corpora (formerly United Capital Indonesia) Tbk Yulie Sekurindo Tbk JJ NAB Capital (formerly Okansa Capital) Tbk 4. Insurance Asuransi Bina Dana Arta Tbk Asuransi Bintang Tbk Asuransi Dayin MitraTbk Asuransi Harta Aman Pratama Tbk Asuransi Jasa Tania Tbk Asuransi Muti Artha Guna Tbk Asuransi Ramayana Tbk Lippo General Insurance Tbk Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Panin Insurance Tbk Panin Life Tbk 5. Real Estate and Property Alam Sutera Realty Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bhuwanatala Indah Permai Tbk Bukit Darmo Property Tbk Sentul City (formerly Bukit Sentul) Tbk Bintang Mitra Semestaraya Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Citra Kebun Raya Agri (formerly Ciptojaya Kontrindoreksa) Tbk Cowell Development Tbk Ciputra Development Tbk Ciputra Property Tbk
112
318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330
CTRS DART DGIK DILD DUTI ELTY GMTD GPRA INPP JAKA JIHD JRPT JSPT
331 KARK 332 KIJA 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349
KPIG LAMI LCGP LPCK LPKR MAMI MDLN MTSM OMRE PSAB PJAA PNSE PTRA PUDP PWON PWSI RBMS
350 RODA 351 352 353 354
SIIP SMDM SMRA SSIA
Ciputra Surya Tbk Duta Anggada Realty Tbk Duta Graha Indah Tbk Intiland Development (formerly Dharmala Intiland) Tbk Duta Pertiwi Tbk Bakrieland Development Tbk Gowa Makassar Tourism Development Tbk Perdana Gapuraprima Tbk Indonesia Paradise Property Tbk Jaka Inti Realtindo (formerly Jaka Artha Graha) Tbk Jakarta Int'l Hotel & Development Tbk Jaya Real Property Tbk Jakarta Setiabudi Internasional Tbk Dayaindo Resources International (formerly Karka Yasa Profilia) Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk Global Land Development (formerly Kridaperdana Indahgraha) Tbk Lamicitra Nusantara Tbk Laguna Cipta Griya Tbk Lippo Cikarang Tbk Lippo Karawaci Tbk Mas Murni Indonesia Tbk Modernland Realty Ltd Tbk Metro Supermarket Realty Tbk Indonesia Prima Property Tbk Pelita Sejahtera Abadi Tbk Pembangunan Jaya Ancol Tbk Pudjiadi & Sons Estate Tbk New Century Development (formerly Putra Surya Perkasa )Tbk Pudjiadi Prestige Limited Tbk Pakuwon Jati Tbk Panca Wiratama Sakti Tbk Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk Royal Oak Development Asia (formerly Roda Panggon Harapan) Tbk Suryainti Permata Tbk Suryamas Dutamakmur Tbk Summarecon Agung Tbk Surya Semesta Internusa Tbk 6. Hotel and Travel Services
113
355 356 357 358 359 360 361 362 363 364
ANTA BAYU SHID PANR PLIN SONA GMCW ICON PGLI PSKT
365 366 367 368 369 370
ALKA BNBR BMTR PLAS RAJA POOL
371 ABBA 372 ARTI 373 ASIA 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392
BTEK CENT CITA CMNP DNET FORU GEMA INDX IDKM ITTG JTPE LMAS LPLI MNCN RUIS SCMA TMPO JSMR SMMT
Anta Express Tour & Travel Tbk Bayu Buana Tbk Hotel Sahid Jaya International Tbk Panorama Sentrawisata Tbk Plaza Indonesia Realty Tbk Sona Topas Tourism Industry Tbk Grahamas Citrawisata Tbk Island Concepts Indonesia Tbk Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk Pusako Tarinka Tbk 7. Holding and Other Investment Companies Alakasa Industrindo Tbk Bakrie & Brothers Tbk Global Mediacom (formerly Bimantara Citra) Tbk Redland Asia Capital (formerly Palm Asia Corpora ) Tbk Rukun Raharja Tbk Pool Advista Indonesia Tbk 8. Others Abdi Bangsa Tbk Ratu Prabu Energy (formerly Arona Binasejati) Tbk Asia Natural Resources (formerly Asiana Grain International) Tbk Bumi Teknokultura Unggul Tbk Centrin Online Tbk Cita Mineral Investindo (formerly Cipta Panelutama) Tbk Citra Marga Nusaphala Persada Tbk Dyviacom Intrabumi Tbk Fortune Indonesia Tbk Gema Grahasarana Tbk Indoexchange Tbk Indosiar Karya Media Tbk Leo Investment Tbk (formerly Integrasi Teknologi) Jasuindo Tiga Perkasa Tbk Limas Centric Indonesia Tbk Lippo E-Net Tbk Media Nusantara Citra Tbk Radiant Utama Interinsco Tbk Surya Citra Media Tbk Tempo Inti Media Tbk Jasa marga Tbk Entertainment International Tbk
114
393 KBLV
First Media Tbk
II. Daftar Perusahaan Sampel Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode UNSP INCO PTBA TINS ARGO CNTX UNTX MYTX DSUC SULI FASW TKIM SPMA SAIP INRU UNIC TPIA AMFG CTBN TOTO PTSN KLBF
Nama Perusahaan Bakrie Sumatera Plantation, Tbk International Nickel Indonesia (INCO), Tbk Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk Timah (persero), Tbk Argo Pantes, Tbk Century Textile Industry (Centex), Tbk Unitex, Tbk APAC Citra Centertex Tbk (formerly Apac Inti Corpora) Daya Sakti Unggul Corporation, Tbk Sumalindo Lestari Jaya, Tbk Fajar Surya Wisesa, Tbk Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk Suparma, Tbk Surabaya Agung Industry pulp, Tbk Toba Pulp Lestari, Tbk Unggul Indah Cahaya, Tbk Tri polyta Indonesia, Tbk Ashahimas Flat Glass, Tbk Citra Tubindo, Tbk Surya Toto Indonesia, Tbk Sat Nusapersada, Tbk Kalbe Farma, Tbk
III. Daftar Perusahaan Sampel yang rusak No. 1 2
Kode UNTX TPIA
Nama Perusahaan Unitex, Tbk Tri polyta Indonesia, Tbk
115
Lampiran 2 Data Pembentuk Environmental Performance No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
UNSP INCO PTBA TINS ARGO CNTX MYTX SULI FASW TKIM SPMA UNIC CTBN
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
UNSP INCO PTBA ARGO CNTX MYTX SULI FASW TKIM SPMA SAIP UNIC AMFG CTBN TOTO KLBF
Peringkat Penghargaan PROPER Periode 2004/2005 Hitam Merah Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru Merah Biru Biru Periode 2006/2007 Biru Biru Minus Biru Biru Minus Biru Biru Merah Biru Biru Biru Merah Minus Biru Biru Minus Merah Biru Minus Biru
EP (score)
1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 3 2 2 2 3
116
No
Kode
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
UNSP INCO PTBA ARGO CNTX MYTX DSUC SULI FASW TKIM SPMA SAIP INRU UNIC AMFG CTBN TOTO PTSN KLBF
Peringkat Penghargaan PROPER Periode 2008/2009 Biru Minus Biru Minus Hijau Merah Biru Minus Biru Minus Hitam Merah Biru Minus Biru Minus Hitam Merah Minus Hijau Biru Biru Minus Biru Biru Biru Biru Minus
EP (score)
2 2 4 2 2 2 1 2 2 2 1 1 4 3 2 3 3 3 2
117
Lampiran 3 Daftar Return Saham per Bulan 1.
IHSG
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2.
2004 752.932 761.081 735.677 783.413 732.516 732.401 756.983 754.704 820.134 860.487 977.767 1000.233
Close Price 2006 1232.321 1230.664 1322.974 1464.406 1329.996 1310.263 1351.649 1431.262 1534.615 1582.626 1718.961 1805.523
2008 2627.251 2721.944 2447.299 2304.516 2444.349 2349.105 2304.508 2165.943 1832.507 1256.704 1241.541 1355.410
2004
Return 2006
2008
0.0108 -0.0334 0.0649 -0.0650 -0.0002 0.0336 -0.0030 0.0867 0.0492 0.1363 0.0230
-0.0013 0.0750 0.1069 -0.0918 -0.0148 0.0316 0.0589 0.0722 0.0313 0.0861 0.0504
0.0360 -0.1009 -0.0583 0.0607 -0.0390 -0.0190 -0.0601 -0.1539 -0.3142 -0.0121 0.0917
2004
Return 2006
2008
0.5769 0.0244 0.1190 -0.1702 -0.0769 0.2222 0.0000 0.3636 0.0833 -0.7754 -0.1507
0.4048 0.1525 0.2353 0.1429 -0.0729 0.2022 -0.1028 -0.0833 -0.0682 0.0244 0.1548
0.0099 -0.3020 -0.0955 0.2112 -0.0359 -0.2606 -0.2374 -0.3302 -0.6197 -0.0926 0.0612
UNSP
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 650 1025 1050 1175 975 900 1100 1100 1500 1625 365 310
Close Price 2006 420 590 680 840 960 890 1070 960 880 820 840 970
2008 2525 2550 1780 1610 1950 1880 1390 1060 710 270 245 260
118
3.
INCO
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
4.
2004 33000 45000 45000 34000 31500 34650 34550 8100 10150 10550 11850 11550
Close Price 2006 14550 15600 17150 20000 19750 19550 19950 22000 23000 26300 27500 31000
2004 825 800 775 825 750 675 725 775 850 925 1425 1525
Close Price 2006 1960 2050 2050 3000 3350 3150 3275 3400 3375 3450 3250 3525
2008 7950 9450 7000 6650 6100 6050 4600 3725 3075 1690 1970 1930
2004
Return 2006
2008
0.3636 0.0000 -0.2444 -0.0735 0.1000 -0.0029 -0.7656 0.2531 0.0394 0.1232 -0.0253
0.0722 0.0994 0.1662 -0.0125 -0.0101 0.0205 0.1028 0.0455 0.1435 0.0456 0.1273
0.1887 -0.2593 -0.0500 -0.0827 -0.0082 -0.2397 -0.1902 -0.1745 -0.4504 0.1657 -0.0203
2004
Return 2006
2008
-0.0303 -0.0313 0.0645 -0.0909 -0.1000 0.0741 0.0690 0.0968 0.0882 0.5405 0.0702
0.0459 0.0000 0.4634 0.1167 -0.0597 0.0397 0.0382 -0.0074 0.0222 -0.0580 0.0846
0.0044 -0.1223 0.0547 0.3774 0.1233 -0.1677 0.0623 -0.3552 -0.4144 0.2603 0.0000
PTBA
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2008 11400 11450 10050 10600 14600 16400 13650 14500 9350 5475 6900 6900
119
5.
TINS
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
6.
2004 2325 2325 2350 2325 1925 1700 2050 2125 2025 2075 2175 2075
Close Price 2006 1920 2050 2025 2425 1930 1740 1740 1740 1770 2400 2300 4425
2004 1300 1300 1275 1325 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1325
Close Price 2006 1200 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100 1100
2008 28800 27500 28950 25500 33950 37450 31950 2575 1660 1160 1050 1080
2004
Return 2006
2008
0.0000 0.0108 -0.0106 -0.1720 -0.1169 0.2059 0.0366 -0.0471 0.0247 0.0482 -0.0460
0.0677 -0.0122 0.1975 -0.2041 -0.0984 0.0000 0.0000 0.0172 0.3559 -0.0417 0.9239
-0.0451 0.0527 -0.1192 0.3314 0.1031 -0.1469 -0.9194 -0.3553 -0.3012 -0.0948 0.0286
2004
Return 2006
2008
0.0000 -0.0192 0.0392 -0.0189 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0192
-0.0833 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
-0.1071 -0.1200 0.1818 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0769 0.0833 0.0000
ARGO
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2008 1400 1250 1100 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1200 1300 1300
120
7.
CNTX
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
8.
2004 4500 4000 4000 3750 4500 4500 4500 3750 3750 3750 4000 4700
Close Price 2006 3700 3700 6000 3700 5400 6000 6000 4000 5500 4500 3000 3000
2004 175 160 170 150 175 155 145 140 145 150 165 130
Close Price 2006 75 70 75 75 70 70 65 65 80 70 85 80
2008 3300 4000 4000 3300 2700 2000 5000 2600 2650 2650 2650 2800
2004
Return 2006
2008
-0.1111 0.0000 -0.0625 0.2000 0.0000 0.0000 -0.1667 0.0000 0.0000 0.0667 0.1750
0.0000 0.6216 -0.3833 0.4595 0.1111 0.0000 -0.3333 0.3750 -0.1818 -0.3333 0.0000
0.2121 0.0000 -0.1750 -0.1818 -0.2593 1.5000 -0.4800 0.0192 0.0000 0.0000 0.0566
2004
Return 2006
2008
-0.0857 0.0625 -0.1176 0.1667 -0.1143 -0.0645 -0.0345 0.0357 0.0345 0.1000 -0.2121
-0.0667 0.0714 0.0000 -0.0667 0.0000 -0.0714 0.0000 0.2308 -0.1250 0.2143 -0.0588
-0.0708 0.0762 0.0442 -0.2373 -0.1111 0.3125 -0.3714 -0.2424 0.0000 0.0000 0.0000
MYTX
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2008 113 105 113 118 90 80 105 66 50 50 50 50
121
9.
DSUC
Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 75 85 130 170 175 170 175 170 230 300 335 335
Close Price 2006 125 200 170 170 170 170 145 140 125 120 120 120
2004 110 125 110 100 100 100 100 110 140 310 450 415
Close Price 2006 820 800 780 970 970 1010 1110 1430 1920 1950 2200 2725
2008 155 159 158 149 139 187 187 251 251 251 251 290
2004
Return 2006
2008
0.1333 0.5294 0.3077 0.0294 -0.0286 0.0294 -0.0286 0.3529 0.3043 0.1167 0.0000
0.6000 -0.1500 0.0000 0.0000 0.0000 -0.1471 -0.0345 -0.1071 -0.0400 0.0000 0.0000
0.0258 -0.0063 -0.0570 -0.0671 0.3453 0.0000 0.3422 0.0000 0.0000 0.0000 0.1554
2004
Return 2006
2008
0.1364 -0.1200 -0.0909 0.0000 0.0000 0.0000 0.1000 0.2727 1.2143 0.4516 -0.0778
-0.0244 -0.0250 0.2436 0.0000 0.0412 0.0990 0.2883 0.3427 0.0156 0.1282 0.2386
-0.0870 -0.3067 -0.0110 -0.0556 -0.1882 -0.2174 -0.2407 -0.3049 -0.5789 -0.5875 0.8687
10. SULI Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2008 2875 2625 1820 1800 1700 1380 1080 820 570 240 99 185
122
11. FASW Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 725 750 725 725 725 600 600 600 750 800 825 950
Close Price 2006 1040 1000 1040 1040 1090 1060 1050 1030 1010 990 970 1150
2004 700 825 775 800 575 625 725 750 1050 1375 1400 2275
Close Price 2006 2925 2700 2850 2975 2700 2325 2200 1970 1870 2050 1850 1780
2008 1730 1810 1740 1780 1830 1740 1900 1830 1610 1490 1500 1520
2004
Return 2006
2008
0.0345 -0.0333 0.0000 0.0000 -0.1724 0.0000 0.0000 0.2500 0.0667 0.0313 0.1515
-0.0385 0.0400 0.0000 0.0481 -0.0275 -0.0094 -0.0190 -0.0194 -0.0198 -0.0202 0.1856
0.0462 -0.0387 0.0230 0.0281 -0.0492 0.0920 -0.0368 -0.1202 -0.0745 0.0067 0.0133
2004
Return 2006
2008
0.1786 -0.0606 0.0323 -0.2813 0.0870 0.1600 0.0345 0.4000 0.3095 0.0182 0.6250
-0.0769 0.0556 0.0439 -0.0924 -0.1389 -0.0538 -0.1045 -0.0508 0.0963 -0.0976 -0.0378
-0.0345 0.0536 0.4322 0.4793 -0.1400 0.4302 -0.2602 -0.4242 -0.4733 0.0580 -0.0411
12. TKIM Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2008 1160 1120 1180 1690 2500 2150 3075 2275 1310 690 730 700
123
13. SPMA Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 205 195 190 195 195 180 170 160 170 175 185 180
Close Price 2006 185 170 170 245 200 180 190 185 210 230 210 210
2004 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
Close Price 2006 400 400 400 400 380 365 325 250 250 350 400 400
2008 260 230 210 225 365 335 325 235 205 85 93 87
2004
Return 2006
2008
-0.0488 -0.0256 0.0263 0.0000 -0.0769 -0.0556 -0.0588 0.0625 0.0294 0.0571 -0.0270
-0.0811 0.0000 0.4412 -0.1837 -0.1000 0.0556 -0.0263 0.1351 0.0952 -0.0870 0.0000
-0.0870 0.0714 0.6222 -0.0822 -0.0299 -0.2769 -0.1277 -0.5854 0.0941 -0.0645
2004
Return 2006
2008
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 -0.0500 -0.0395 -0.1096 -0.2308 0.0000 0.4000 0.1429 0.0000
0.0000 -0.3103 -0.0050 0.1307 -0.1111 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0500 0.0000
14. SAIP Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2008 290 290 200 199 225 200 200 200 200 200 190 190
124
15. INRU Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 -
Close Price 2006 -
2004 2600 2475 2175 2275 2400 2400 2825 2125 2375 2400 2100 2525
Close Price 2006 3000 3250 3800 3850 3375 2750 2900 2950 2700 2850 2950 2725
2008 820 790 670 800 730 610 660 420 300 185 195 195
2004 -
Return 2006 -
-0.0366 -0.1519 0.1940 -0.0875 -0.1644 0.0820 -0.3636 -0.2857 -0.3833 0.0541 0.0000
2004
Return 2006
2008
-0.0481 -0.1212 0.0460 0.0549 0.0000 0.1771 -0.2478 0.1176 0.0105 -0.1250 0.2024
0.0833 0.1692 0.0132 -0.1234 -0.1852 0.0545 0.0172 -0.0847 0.0556 0.0351 -0.0763
0.0278 -0.0090 -0.0182 0.0370 -0.0089 -0.1351 -0.0208 0.1809 0.0000 0.0000 0.0000
2008
16. UNIC Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2008 2700 2775 2750 2700 2800 2775 2400 2350 2775 2775 2775 2775
125
17. CTBN Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 7000 8050 8050 8000 8000 8000 8000 8000 8000 8000 7900 7900
Close Price 2006 9500 10000 10000 9000 10500 11000 11000 11000 15000 16000 17000 20000
2004 4500 4500 4450 5000 3500 5000 5000 5000 5000 5000 5500 6000
Close Price 2006 6000 6000 6000 7000 7000 7000 7000 6700 6700 6600 6600 6600
2008 31000 29500 30000 30000 30000 30000 31000 33000 25600 33000 37200 37200
2004
Return 2006
2008
0.1500 0.0000 -0.0062 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0125 0.0000
0.0526 0.0000 -0.1000 0.1667 0.0476 0.0000 0.0000 0.3636 0.0667 0.0625 0.1765
-0.0484 0.0169 0.0000 0.0000 0.0000 0.0333 0.0645 -0.2242 0.2891 0.1273 0.0000
2004
Return 2006
2008
0.0000 -0.0111 0.1236 -0.3000 0.4286 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.1000 0.0909
0.0000 0.0000 0.1667 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0429 0.0000 -0.0149 0.0000 0.0000
0.1429 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0625 0.0667 0.0000 0.0000 0.1000 -0.0909 0.0000
18. TOTO Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2008 7000 8000 8000 8000 8000 7500 8000 8000 8000 8800 8000 8000
126
19. PTSN Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 -
Close Price 2006 -
2004 475 480 470 460 370 350 395 395 415 465 625 550
Close Price 2006 1300 1360 1360 1520 1310 1250 1200 1120 1320 1360 1180 1190
2008 490 500 650 540 580 630 550 530 480 395 340 330
2004 -
Return 2006 -
0.0204 0.3000 -0.1692 0.0741 0.0862 -0.1270 -0.0364 -0.0943 -0.1771 -0.1392 -0.0294
2004
Return 2006
2008
0.0105 -0.0208 -0.0213 -0.1957 -0.0541 0.1286 0.0000 0.0506 0.1205 0.3441 -0.1200
0.0462 0.0000 0.1176 -0.1382 -0.0458 -0.0400 -0.0667 0.1786 0.0303 -0.1324 0.0085
-0.1250 -0.0667 -0.0714 -0.0330 -0.0341 -0.0588 -0.0625 -0.1333 -0.4385 0.1233 -0.0244
2008
20. KLBF Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2008 1200 1050 980 910 880 850 800 750 650 365 410 400
127
Lampiran 4 Data Sistematic Risk (Beta) Perusahaan Sampel No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
UNSP INCO PTBA TINS ARGO CNTX MYTX DSUC SULI FASW TKIM SPMA SAIP INRU UNIC AMFG CTBN TOTO PTSN KLBF
Systematic Risk (beta) 2004 2006 2008 -1.517 -0.327 1.868 1.317 0.694 1.224 2.553 0.553 1.588 0.680 1.632 1.206 0.136 0.101 0.150 -0.236 -2.464 0.440 -0.116 1.045 -0.002 0.517 -1.023 0.153 2.874 1.350 2.215 0.799 -0.038 0.364 1.744 0.556 1.782 0.559 1.969 1.793 0.279 0.212 1.025 0.195 0.863 -0.125 1.135 1.149 0.951 -0.130 -0.474 -0.481 1.004 0.254 -0.127 0.319 2.039 0.798 0.934
128
Lampiran 5 Data Pembentuk Firm Size No sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 10 20
UNSP INCO PTBA TINS ARGO CNTX MYTX DSUC SULI FASW TKIM SPMA SAIP INRU UNIC AMFG CTBN TOTO PTSN KLBF
2004 1.12475E+12 1.51543E+13 2.38514E+12 2.41595E+12 1.75915E+12 3.14851E+11 2.58165E+12 4.15115E+11 1.16335E+12 2.62842E+12 1.97824E+13 1.31296E+12 2.22546E+12 2.89088E+12 1.56403E+12 6.50562E+11 7.08561E+11 4.23105E+12
total asset 2006 1.783E+12 1.91577E+13 3.10773E+12 3.46222E+12 1.96025E+12 3.90777E+11 2.23451E+12 3.22076E+11 1.5206E+12 3.42189E+12 1.91023E+13 1.38143E+12 2.20231E+12 2.8705E+12 2.74704E+12 1.62967E+12 1.58062E+12 9.08168E+11 6.19167E+11 4.62462E+12
2008 4.70032E+12 2.01763E+13 6.10683E+12 5.785E+12 1.72424E+12 4.23804E+11 2.17606E+12 2.36984E+11 2.16995E+12 3.71855E+12 2.47839E+13 1.5649E+12 2.52343E+12 3.41555E+12 3.10728E+12 1.99303E+12 2.08886E+12 1.03113E+12 9.64585E+11 5.70383E+12
log total asset 2004 2006 2008 12.05 12.25 12.67 13.18 13.28 13.30 12.38 12.49 12.79 12.38 12.54 12.76 12.25 12.29 12.24 11.50 11.59 11.63 12.41 12.35 12.34 11.62 11.51 11.37 12.07 12.18 12.34 12.42 12.53 12.57 13.30 13.28 13.39 12.12 12.14 12.19 12.35 12.34 12.40 12.46 12.53 12.46 12.44 12.49 12.19 12.21 12.30 11.81 12.20 12.32 11.85 11.96 12.01 11.79 11.98 12.63 12.67 12.76
129
Lampiran 6 Data Financial Performance Perusahaan Sampel
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
UNSP INCO PTBA TINS ARGO CNTX MYTX SULI FASW TKIM SPMA UNIC CTBN
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
UNSP INCO PTBA ARGO CNTX MYTX SULI FASW TKIM SPMA SAIP UNIC AMFG CTBN TOTO KLBF
Financial Performance PER ROI ROE Tahun 2004 7.53 8.53 24.66 5.28 17.56 24.86 7.75 17.6 24.85 5.87 7.36 11.79 -1.5 -13.26 -104.21 -13.47 -1.11 -2.54 -1.75 -3.63 -40.86 -2.93 -9.54 -252.25 502.39 0.18 0.44 1.94 8.75 30.65 -2.81 -4.84 -16 5.91 5.66 14.94 46.41 2.12 2.53 Tahun 2006 13.77 9.7 26.91 6.64 24.18 30.51 16.72 15.63 21.16 -19.31 -0.91 -12.62 -1.34 -5.06 -15.13 29.72 0.18 2.01 -55.93 -3.49 -12.83 28.01 2.97 8.66 -4.16 -2.99 -11.33 8.94 1.69 5.19 6.44 0.83 0.84 92.61 0.41 1.02 -73.72 -1.06 -1.5 6.44 13.36 28.52 4.1 8.78 28.4 17.86 14.63 22.59
130
No
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Kode
FP
PER ROI ROE Tahun 2008 UNSP 5.67 3.69 7.03 INCO 4.88 19.5 23.63 PTBA 9.31 27.96 42.71 ARGO -2.31 -10.93 -167.61 CNTX -0.29 -21.63 -6992.6 MYTX -0.83 -6.71 -1524.6 DSUC -1.86 -32.85 -56 SULI -0.91 -11.64 -77.72 FASW 103.04 0.98 2.79 TKIM 2.71 2.28 8.33 SPMA -9.08 -0.91 -2.16 SAIP -1.51 -17.23 -37.92 INRU 12.09 0.56 1.54 UNIC 26.33 1.3 3.01 AMFG 2.3 11.45 15.25 CTBN 11.54 10.29 21.3 TOTO 6.26 6.14 17.42 PTSN -114.06 -0.53 -0.99 KLBF 5.75 12.39 19.51
131
Lampiran 7 Hasil Regresi Linier Berganda untuk Model Regresi PER
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Variables
Entered
Removed
b
Method
a
1
FS, EP, BETA
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: cosPER b
Model Summary
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.220a
1
Adjusted R
.048
-.017
.70287
a. Predictors: (Constant), FS, EP, BETA b. Dependent Variable: cosPER b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1.102
3
.367
Residual
21.737
44
.494
Total
22.839
47
F
Sig. .744
a. Predictors: (Constant), FS, EP, BETA b. Dependent Variable: cosPER Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.565
3.003
EP
-.034
.139
BETA
-.166 .070
FS
a. Dependent Variable: cosPER
Beta
t
Sig.
-.188
.852
-.037
-.248
.805
.116
-.230
-1.431
.159
.246
.046
.286
.777
.532a
132
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
48 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .68006752
Absolute
.137
Positive
.121
Negative
-.137
Kolmogorov-Smirnov Z
.952
Asymp. Sig. (2-tailed)
.325
a. Test distribution is Normal.
133
Coefficient Correlations Model 1
FS Correlations
Covariances
a
EP
BETA
FS
1.000
-.085
-.404
EP
-.085
1.000
-.004
BETA
-.404
-.004
1.000
FS
.060
-.003
-.012
EP
-.003
.019
-6.217E-5
BETA
-.012
-6.217E-5
.014
a. Dependent Variable: cosPER
134
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-.565
3.003
EP
-.034
.139
BETA
-.166 .070
FS
a. Dependent Variable: cosPER
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.188
.852
-.037
-.248
.805
.991
1.009
.116
-.230
-1.431
.159
.835
1.197
.246
.046
.286
.777
.829
1.206
135
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
1.273
1.312
EP
-.013
.061
.082 -.056
BETA FS a. Dependent Variable: abresid
Coefficients Beta
t
Sig. .970
.338
-.032
-.215
.830
.051
.260
1.622
.112
.107
-.084
-.521
.605
136
Lampiran 8 Hasil Regresi Linier Berganda untuk Model Regresi ROI
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed a
FS, EP, BETA
b
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ROI Model Summary
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.602a
1
Adjusted R
.363
.319
9.4224341
a. Predictors: (Constant), FS, EP, BETA ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2222.735
3
740.912
Residual
3906.420
44
88.782
Total
6129.155
47
F
Sig.
8.345
.000a
a. Predictors: (Constant), FS, EP, BETA b. Dependent Variable: ROI Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-178.071
40.253
3.781
1.859
BETA
-1.037
FS
13.870
EP
a. Dependent Variable: ROI
Coefficients Beta
t
Sig.
-4.424
.000
.246
2.033
.048
1.559
-.088
-.665
.510
3.292
.557
4.213
.000
137
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
48 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 9.11675991
Absolute
.086
Positive
.058
Negative
-.086
Kolmogorov-Smirnov Z
.599
Asymp. Sig. (2-tailed)
.866
a. Test distribution is Normal.
138
Coefficient Correlationsa Model 1
FS Correlations
Covariances
EP
BETA
FS
1.000
-.085
-.404
EP
-.085
1.000
-.004
BETA
-.404
-.004
1.000
FS
10.838
-.520
-2.074
EP
-.520
3.457
-.011
-2.074
-.011
2.431
BETA a. Dependent Variable: ROI
139
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error
-178.071
40.253
3.781
1.859
BETA
-1.037
FS
13.870
EP
a. Dependent Variable: ROI
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-4.424
.000
.246
2.033
.048
.991
1.009
1.559
-.088
-.665
.510
.835
1.197
3.292
.557
4.213
.000
.829
1.206
140
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error -8.039
22.186
EP
-.948
1.025
BETA
-.045
FS
1.444
a. Dependent Variable: abresdiROI
Coefficients Beta
t
Sig. -.362
.719
-.138
-.925
.360
.859
-.008
-.052
.959
1.814
.130
.796
.431
141
Lampiran 9 Hasil Regresi Linier Berganda untuk Model Regresi ROE
Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed a
FS, EP, BETA
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: cosROE Model Summaryb
Model
R .375a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .141
.082
.71253
a. Predictors: (Constant), FS, EP, BETA b. Dependent Variable: cosROE ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
3.653
3
1.218
Residual
22.339
44
.508
Total
25.992
47
F
Sig.
2.398
.081a
a. Predictors: (Constant), FS, EP, BETA b. Dependent Variable: cosROE a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-.591
3.044
EP
-.219
.141
BETA
.227
FS
.077
a. Dependent Variable: cosROE
Coefficients Beta
t
Sig. -.194
.847
-.219
-1.557
.127
.118
.294
1.924
.061
.249
.047
.309
.759
142
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
48 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .68941798
Absolute
.138
Positive
.138
Negative
-.132
Kolmogorov-Smirnov Z
.956
Asymp. Sig. (2-tailed)
.320
a. Test distribution is Normal.
143
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-.591
3.044
EP
-.219
.141
BETA
.227
FS
.077
a. Dependent Variable: cosROE
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.194
.847
-.219
-1.557
.127
.991
1.009
.118
.294
1.924
.061
.835
1.197
.249
.047
.309
.759
.829
1.206
144
Coefficient Correlations Model 1
FS Correlations
Covariances
a
EP
BETA
FS
1.000
-.085
-.404
EP
-.085
1.000
-.004
BETA
-.404
-.004
1.000
FS
.062
-.003
-.012
EP
-.003
.020
-6.389E-5
BETA
-.012
-6.389E-5
.014
a. Dependent Variable: cosROE
145
a
Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
1.725
1.109
EP
-.172
.051
.036 -.057
BETA FS
a. Dependent Variable: absresid_1
Coefficients Beta
t
Sig.
1.555
.127
-.449
-3.355
.069
.043
.122
.838
.407
.091
-.092
-.627
.534