Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 151 – 157, 2010
Pengaruh ekstrak rumput laut coklat terhadap fungsi sel endotelium aorta tikus diabetes melitus Effects of brown algae extract to function of aorta endothelium cell in diabetic rats Muhamad Firdaus1*), Made Astawan2), Deddy Muchtadi2), Tutik Wresdiyati3), Sarwono Waspadji4) dan Setyawati S. K.5) 1. 2. 3. 4. 5.
Lab. Biokimia Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univ. Brawijaya, Lab. Biokimia. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Lab. Anatomi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta Lab. Farmakologi. Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang
Abstrak Penyakit pembuluh darah makro dan mikro adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada penyandang diabetes. Hilangnya fungsi modulasi sel endotelium menjadi faktor kritis dan awal dari perkembangan penyakit pembuluh darah penyandang diabetes. Polifenol adalah bioaktif pelindung fungsi sel endotelium. Polifenol yang terkandung dalam adalah florotanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh ekstrak Sargassum echinocarpum terhadap fungsi sel endotelium aorta tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap menggunakan tikus putih jantan, galur Sprague Dawley, umur 2 bulan, berat badan 125-150 gram yang terdiri dari lima kelompok. Tiap kelompok terdiri dari enam ekor tikus. Kelompok I: tikus normal diberi 1 mL pelarut ekstrak, Kelompok II : tikus diabetes diberi 1 mL pelarut ekstrak, Kelompok III : tikus diabetes diberi ekstrak dosis 150 mg/kg BB, Kelompok IV : tikus diabetes diberi ekstrak dosis 300 mg/kg BB, dan Kelompok V : tikus diabetes diberi ekstrak dosis 450 mg/kg BB. Tikus diabetes dibuat dengan cara menginjeksi streptozotocin 45 mg/kg BB secara intra peritoneal. Ekstrak rumput laut diberikan pada tikus selama 90 hari. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak S. echinocarpum dapat memperbaiki fungsi sel endotel tikus diabetes yang ditandai dengan peningkatan relaksasi dan pengelepasan endothelium derived relaxing factor (EDRF) dan menurunkan malondialdehid (MDA). Hal ini terkait sifat antioksidan dari ekstrak S. echinocarpum. Kata kunci: diabetes, disfungsi endotel, EDRF, MDA, S. Echinocarpum
Abstract Macro and microvascular disease are currently the principal causes of morbidity and mortality in diabetes mellitus patients. Loss of the modulatory role of the endothelium may be a critical and initiating factor in the development of diabetic vascular disease. Polyphenol is known behave protective active compound to function endothelium cell. Polyphenol that contained in brown algae was phlorotannin. The aim of the present study was to investigate the effects of S. echinocarpum extract on endothelial dysfunction in aorta of streptozotocin diabetic rats. This experiment was conducted by complete randomized design in 2 months old of male albino Sprague Dawley strain of rats, 125-150 grams body weight. The rats divided in five groups, each group consist of 6 rats. First group: normal which is given 1 mL of extract vehicle orally; second group: diabetic rats which is given 1 mL of extract vehicle orally; third
Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 2010
151
Pengaruh ekstrak rumput laut coklat............
group: diabetic rats which is treated extract 150 mg/kg BW dose orally; fourth group: diabetic rats which is treated extract 300 mg/kg BW dose orally; and fifth group: diabetic rats which is treated extract 450 mg/kg BW orally. Diabetic rats prepared by injection of 45 mg/kg streptozotocin intraperitoneally. Extract was given to diabetic rats during 90 days. The result showed that brown algae extract rearrange endothelium cell function of diabetic rats by increasing relaxation, releasing of EDRF and decreasing of MDA. Based on these observations, it was concluded that S. echinocarpum extract recovers the endothelial dysfunction associated with diabetes. This effect appears to be due to its antioxidant properties. Key words: diabetes, EDRF, endothelial dysfunction, MDA, S. Echinocarpum
Pendahuluan Sel endotelium adalah selapis sel pada intima pembuluh darah yang berperan dalam mengatur tonus otot polos pembuluh darah (Ignarro, et al., 1987). Fungsi tersebut akan hilang saat kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia) kronis (Ralevic et al., 1995). Saat hiperglikemia, glukosa terautooksidasi menjadi anion superoksida (O*), lalu menjadi hidroksil radikal (OH*) (Zhang and Guttermann. 2006, Quijano, et al. 2007). Keberadaan O* berlebih dapat menurunkan ketersediaan nitrit oksida (NO), sedang OH* dapat merusak struktur membran sel endotelium (Nedeljkovic, et al., 2003, Heistad, 2006). Pencegahan kehilangan fungsi ini dapat dilakukan dengan pemberian antioksidan, seperti polifenol (Carr and Frei, 2000, Maritim, et al., 2003, Halliwell, 2009). Polifenol adalah bioaktif yang berkemampuan menurunkan kadar radikal bebas (Rice-Evans, et al., 1997, UlrichMerzenicha, et al. 2009). Pemungutan terhadap anion superoksida dan hidroksil radikal saat hiperglikemia oleh polifenol diketahui dapat mengembalikan fungsi sel endotelium (Novakovic, et al. 2006, Leblais, et al., 2008). S. echinocarpum adalah rumput laut coklat berkandungan polifenol kelompok florotanin (Shibata, et al. 2004 dan Koivikko, et al., 2005). Bioaktif ini diketahui mampu menghambat peroksidasi lemak, mencegah pembentukan Advance Glycated End Product’s (AGE) dan spesi oksigen reaktif (Reactive Oxygen species = ROS) serta memungut radikal Diphenyl Picryl Hydracyl = DPPH (Kang, et al., 2004; Okada, et al., 2004; Iwashima, et al., 2005 dan Firdaus, et al., 2006). Namun untuk mencegah disfungsi sel endotelium akibat diabetes belum diketahui. Oleh karena itu perlu
152
diuji pengaruh ekstrak S. echinocarpum terhadap fungsi sel endotelium aorta tikus diabetes melitus. Metodologi Subjek uji
Hewan coba yang digunakan adalah tikus jantan Rattus novergicus strain Sprague-Dawley, umur 2 bulan dan berat 125-150 g dari Universitas Gajah Mada, Yogjakarta. Selama penelitian hewan coba diberi ransum normal berdasar AOAC 1995 dan air minum masak secara ad libitum. Bahan
Bahan yang digunakan adalah S. echinocarpum didapat di pantai dan perairan pulau Talango, Kabupaten Sumenep pada bulan April 2008. Epinephrin, asetilkolin dan streptozotocin dari Sigma sedang metanol dari Merck. Larutan Krebs dibuat dari NaCl 136,9 mM, KCl 5,4 mM, CaCl2 1,5 mM, MgCl2 1,0 mM, NaHCO3 23,8 mM, EDTA 0,01 mM dan glukosa 5,5 mM dan larutan karbogen. Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian adalah isolated organ bath, rekorder, amplifier yang dihubungkan dengan Power Lab System dari AD instruments, spektrofotometer merk Spectronic-20, Baush and Lomb dan glukometer ”One Touch” dari Life Scan, Johnson and Johnson. Cara kerja
Ekstrak S. echinocarpum didapatkan berdasarkan modifikasi metode Koivikko, et al., (2005) yakni rumput laut kering yang telah ditepungkan, dimaserasi metanol (1:3 b:v) selama 3 x 24 jam, suhu 4° C. Larutan dipisahkan dari residu dengan cara disentrifugasi 1000 rpm, 5 menit. Larutan yang didapat selanjutnya dipekatkan dengan vacum rotary evaporator. Pekatan selanjutnya dikeringbekukan pada freeze dryer. Ekstrak yang didapat selanjutnya diberikan pada hewan coba secara intra gastrik tiap hari selama 90 hari penelitian.
Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 2010
Muhamad Firdaus
Hewan coba sebanyak 30 ekor yang telah diadaptasikan selama satu minggu secara acak dibagi rata menjadi lima kelompok, yaitu: I. Kelompok normal yang diberi pelarut ekstrak II. Kelompok diabetes yang diberi pelarut ekstrak III. Kelompok diabetes yang diberi ekstrak dengan dosis 150 mg/kg berat badan IV. Kelompok diabetes yang diberi ekstrak dengan dosis 300 mg/kg berat badan V. Kelompok diabetes yang diberi ekstrak dengan dosis 450 mg/kg berat badan. Tikus diabetes didapat dengan cara menginjeksi streptozotocin 45 mg/kg BB yang telah dilarutkan pada bufer sitrat pH 4,5. Tikus dinyatakan diabetes apabila kadar glukosa darahnya lebih dari 200 mg/dL pada hari ke sepuluh setelah diinjeksi streptozotocin. Semua hewan percobaan setelah 90 hari perlakuan didislokasi, diambil aorta torasisnya untuk pemeriksaan relaksasi dan EDRF dan darah diambil segera dari jantung untuk pemeriksaan kadar MDA serum.
Pemeriksaan penglepasan relaksasi dan EDRF secara tidak langsung secara in vitro berdasar Ignarro, et al. (1987). Aorta yang endoteliumnya masih utuh diambil dan dicuci serta dipisahkan dari jaringan lemak. Aorta selanjutnya dipotong dalam bentuk cincin dengan panjang sekitar 3 mm dan diinkubasikan ke dalam isolated organ bath yang berisi larutan Krebs. Salah satu ujung aorta difiksasi pada kait yang terdapat pada organ bath, sedangkan ujung yang lain dihubungkan dengan transduser, amplifier dan rekorder untuk mencatat relaksasi dan kontraksi aorta yang terjadi. Setelah penstabilan selama 90 menit, untuk membuat aorta berkontraksi ditambahkan 0,1 mL 10-4 M fenilefrin dalam 10 mL organ bath, setelah mencapai kontraksi maksimal aorta direlaksasi dengan penambahan 10-7 M, 3 10-7 M, 10-6 M, 3 10-6 M, 10-5 M , 3 10-5, 10-4 M dan 3 10-4 M asetilkolin dalam 10 mL organ bath. Kontraksi dan relaksasi aorta diamati pada monitor komputer berperangkat lunak PowerLab. Besarnya persentase EDRF dihitung berdasar rumus: EDRF = relaksasi
x 100 %
kontraksi
Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 2010
Pemeriksaan MDA dilakukan berdasar Ohkawa, et al. (1979). Peroksida lipida dalam serum bereaksi dengan reagen asam tiobarbiturat dan dibaca konsentrasinya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm. Data dalam penelitian ini dinyatakan dengan rerata ± SED. Uji statistik dilakukan secara analisis keragaman satu arah dan diikuti dengan uji Beda Nyata Terkecil. Selang kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar α = 5 %.
Hasil dan Pembahasan Persentase relaksasi pada torasis aorta tikus normal, diabetes dan diabetes yang diberi ekstrak dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase relaksasi tikus normal dengan tikus diabetes dan tikus diabetes yang diberi ekstrak dosis 150 dan 300 mg/kg BB mulai dosis Ach 0,1 µM, sementara itu dengan tikus diabetes yang diberi ekstrak dosis 450 mg/kg BB mulai pada dosis 0,3 µM. Perbedaan relaksasi dan tikus diabetes yang diberi ekstrak dosis 300 dan 450 mg/kg BB, namun tidak berbeda dengan perlakuan ekstrak dosis 150 mg/kg BB. Sementara itu persentase EDRF pada torasis aorta tikus normal, diabetes dan diabetes yang diberi ekstrak dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase EDRF tikus diabetes dengan tikus normal dan tikus diabetes yang diberi ekstrak dosis 300 dan 450 mg/kg BB, namun tidak berbeda dengan perlakuan ekstrak dosis 150 mg/kg BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus diabetes yang diperlakukan selama 90 hari mengalami disfungsi sel endothelium. Hal ini ditandai dengan rendahnya persentase relaksasi dan penglepasan EDRF oleh sel endotelium, Ravelic et al. (1995) melaporkan bahwa tikus yang mengalami diabetes selama 60 hari belum menunjukkan disfungsi sel endotelium, namun bila diperlakukan hingga 90 hari akan mengalami disfungsi tersebut. Furchgott (1983) dan Ignarro et al. (1987) menyatakan bahwa otot polos berelaksasi bila cukup tersedia EDRF atau nitrit oksida (NO).
153
Pengaruh ekstrak rumput laut coklat............
Gambar 1. Kurva respon-dosis relaksasi tergantung adanya endotelium yang disebabkan oleh asetilkolin (0,03 µM; 0,1 µM; 0,3 µM; 1 µM; 3 µM; 10 µM; 30 µM; 100 µM dan 300 µM) pada torasis aorta tikus normal, diabetes dan diabetes yang diberi ekstrak. Tanda * menunjukkan perbedaan yang bermakna ( p < 0,05) terhadap normal.
Gambar 2. Persentase penglepasan EDRF oleh endotelium aorta tikus normal, diabetes dan diabetes yang diberi ekstrak. Tanda huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang bermakna ( p < 0,05) terhadap normal.
Tingginya anion superoksida yang terbentuk saat hiperglikemia dapat mengikat NO yang dilepaskan oleh sel endotelium, hingga ketersediaan NO terbatas dan berakibat sel otot polos mengalami gangguan berelaksasi (De Vriese, et al. 2000). Sementara itu tikus diabetes yang diberi ekstrak menunjukkan adanya peningkatan relaksasi dan peningkatan penglepasan EDRF. Stoclet, et al. (2004) dan Leblais, et al. (2008) menyatakan polifenol dapat berperan memelihara fungsi sel endotelium hingga otot polos dapat berelaksasi karena polifenol dapat mengaktivasi lintasan PI3kinase/AKT yang memforforilasi endothelium Nitric Oxide Synthase (eNOS) pada Ser1177
154
hingga eNOS terekspresi dan bersintesa menghasilkan NO. Kadar dan hasil analisis keragaman satu arah MDA serum tikus normal, diabetes dan disbetes yang diberi ekstrak dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar MDA serum antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus diabetes kadar MDAnya lebih tinggi dibanding tikus normal atau tikus diabetes yang diberi ekstrak. Hal ini menunjukkan bahwa peroksidasi lemak pada tikus diabetes lebih tinggi. Parthasarathy, et al. (2008) menyatakan tingginya kadar MDA menunjukkan tingginya
Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 2010
Muhamad Firdaus
Tabel 1. Rerata dan simpang baku kadar MDA serum tikus normal, diabetes dan diabetes yang diberi ekstrak Perlakuan Normal Diabetes Diabetes + 150 Diabetes + 300 Diabetes + 450
MDA (nmol/mL) 0,2843a ± 0,0186 6,7607e ± 0,1531 4,6048d ± 0,0443 2,6334c ± 0,0627 0,9839b ± 0,1310
Keterangan : Nilai menyatakan rerata ± SEM (n = 6). Tanda huruf yang berbeda pada kolom yang menunjukkan perbedaan yang bermakna ( p < 0,05) terhadap normal
lipid peroksidasi yang berarti tingginya keberadaan radikal bebas, termasuk O* dan OH*. Mehta, et al. (2006) menyatakan OH* yang terbentuk berlebih saat hiperglikemia dapat mengoksidasi membran lipida sel endotelium. Kerusakan membran ini berakibat sel akan kehilangan fungsi normalnya termasuk penglepasan NO. Sementara itu pemberian ekstrak pada tikus diabetes menunjukkan makin tinggi dosis yang diberikan makin rendah kadar MDAnya. Nakai, et al. (2006) menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena florotanin rumput laut coklat mampu memungut anion superoksida dan hidroksil radikal. Sementara itu Bagri, et al. (2009) melaporkan bahwa polifenol dapat menurunkan kadar radikal bebas diabetisi karena polifenol mampu meningkatkan ekspresi dan aktivitas antioksidan enzim. Hasil penelitian menunjukkan adanya pertautan (R2 = 0,99) antara tingginya kadar MDA dengan rendahnya persentase relaksasi dan penglepasan EDRF pada tikus diabetes. Saat hiperglikemia, glukosa akan terautooksidasi
sama
menjadi O* dan OH* secara tak terkendali. O* yang terbentuk dapat menurunkan ketersediaan NO yang dihasilkan oleh sel endotelium hingga otot polos akan mengalami hambatan relaksasi dan OH* dapat mengoksidasi lipida membran, termasuk lipida membran sel endotelium, hingga sel endotelium kehilangan fungsinya, termasuk penglepasan NO, hingga otot polos tidak dapat berelaksasi (Cai, et al. 2005). Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal berikut: Pertama, tikus diabetes menunjukkan disfungsi endothelium yang ditandai dengan rendahnya persentase relaksasi dan penglepasan EDRF dan tingginya kadar MDA. Kedua, pemberian ekstrak S. echinocarpum pada tikus diabetes dapat meningkatkan persentase relaksasi dan penglepasan EDRF dan menurunkan kadar MDA serum. Ketiga, ekstrak S. echinocarpum mampu mencegah disfungsi sel endotelium tikus diabetes mellitus karena sifat antioksidannya.
Daftar Pustaka Bagri, P., Ali, M., Aeri, V., Bhowmik, M., and Sultana, S., 2009. Antidiabetic effect of Punica granatum flowers: Effect on hyperlipidemia, pancreatic cells lipid peroxidation and antioxidant enzymes in experimental diabetes. Food and Chemical Toxicology. 47, 50–54. Cai, H., 2005. Hydrogen peroxide regulation of endothelial function: Origins, mechanisms, and consequences. Cardiovascular Research. 68, 26 – 36. Carr, A. and Frei, B., 2000. The role of natural antioxidants in preserving the biological activity of endothelium-derived nitric oxide. Free Radical Biology & Medicine. 28, 1806–1814. De Vriese, A. S, Verbeuren T. J, de Voorde J. V, Lameire N. H., and Vanhoutte, P. M., 2000. Endothelial dysfunction in diabetes. British Journal of Pharmacology. 130, 963-974.
Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 2010
155
Pengaruh ekstrak rumput laut coklat............
Firdaus, M. Astawan, M., Muchtadi, D., Wresdiyati, T., Waspadji, S., and Karyono, S. S. 2006. Efisiensi antiradikal florotanin Sargassum polycystum dan Sargassum echinocarpum yang terlarut dalam berbagai pelarut polar. Jurnal Penelitian Perikanan. 9, 157-161. Furchgott, R. F. 1983. Role of endothelium in responses of vascular smooth muscle. Circ Research. 53, 557. Halliwell, B. 2009. The wanderings of a free radical. Free Radical Biology & Medicine. 46, 531–542. Heistad, D. D.. 2006. Oxidative Stress and Vascular Disease: 2005 Duff Lecture. Arterioscler. Thromb. Vasc. Biol. 26, 689-695. Ignarro, L. J., Buga, G. M., Wood, K. S., Byrns, R. E and Chaudhurit, G. 1987. Endotheliumderived relaxing factor produced and released from artery and vein is nitric oxide. Proceeding National Academic Sciences. 84, 9265-69. Iwashima, M., J. Mori, X. Ting, T. Matsunaga, K. Hayasih, D. Shinoda, H. Saito, U. Sankawa, and T. Hayashi. 2005. Antioxidant and antiviral activites of plastoquinones from the brown alga Sargassum microcantum, and a new chromene derivative converted from the plastoquinones. Biological and Pharmacological Bulletin. 28, 374-377. Kang, H. E, Chung, H. Y, Kim, J. Y, Son, B. W., Jung, H. A., and Choi, J. S, 2004. Inhibitory phlorotannins from the edible brown alga Ecklonia stolonifera on total reactive species (ROS) generation. Archives of Pharmacal Research. 27, 194-198. Koivikko, R., Poponen J., Honkanen T., and Jormalainen, V., 2005. Contents of soluble cell-wallbound and exuded phlorotannins in the brown alga Fucus vesiculosus, with implications on their ecological functions. Journal of Chemical Ecology. 31, 195-212. Leblais, V., Krisa, S., Valls, J., Courtois, A., Abdelouhab, S., Vila, A. M., Me’rillon, J., and Muller. 2008. Relaxation induced by red wine polyphenol compounds in rat pulmonary arteries: lack of inhibition by NO-synthase inhibitor. Fundamental & Clinical Pharmacology: 22, 25-35. Maritim, A. C, Sanders, R. A. and Watkins, J. B. 2003. Diabetes, oxidative stress and antioxidants: A review. J. Biochem. Mol. Toxicol. 17, 24-38. Mehta, J. L, Rasouli, N., Sinha, A. K, and Molavi, B. 2006. Oxidative stress in diabetes: A mechanistic overview of its effects on atherogenesis and myocardial dysfunction. The International Journal of Biochemistry & Cell Biology. 38, 794–803. Nakai, M., Kageyama, N., Nakahara, K., and Miki, W. 2006. Phlorotannins as Radical Scavengers from the Extract of Sargassum ringgoldianum. Marine Biotechnology. 8, 409–414 Nedeljkovic, Z. S, Gokce, N., and Loscalzo J. 2003. Mechanism of oxidative stress and vascular dysfunction. Postgradmed J. 79, 195-200. Novakovic, A., Bukarica L. G., Kanjuh, V., and Heinle, H. 2006. Potassium channels-mediated vasorelaxation of rat aorta induced by resveratrol. Basic Clin. Pharmacol. Toxicol. 99, 360–364. Ohkawa, H., Ohishi, N., Yagi, K. 1979. Assay for lipid peroxides in animal tissues by thiobarbituric acid reaction. Analytical Biochemistry. 95, 351-358. Okada, Y., Ishimaru, A., Suzuki, R., and Okuyama, T. 2004. A new phloroglucinol derivative from the browm alga Eisenia bicyclis potential for the effective treatment of diabetic complications. J. Natural Product. 67, 103-105. Parthasarathy, S., Litvinov, D., Selvarajan, K., and Garelnabi, M. 2008. Lipid peroxidation and decomposition – Conflicting roles in plaque vulnerability and stability. Biochimica et Biophysica Acta. 1781, 221-231. Quijano, C., Castro, L., Peluffo, G., Valez, V., and Radi, R. 2007. Enhanced mitochondrial superoxide in hyperglycemic endothelial cells: direct measurements and formation of hydrogen peroxide and peroxynitrite. Am J Physiol Heart Circ Physiol. 293, H3404–3414. Ralevic, V., Belai, A., and Burnstock, G. 1995. Effects of streptozotocin-diabetes on symphatetic nerve, endothelial and smooth muscle function in the rat mesenteric arterial bed. European Journal of Pharmacology. 286, 193-199.
156
Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 2010
Muhamad Firdaus
Rice-Evans, C. A, Miller, N. J, and Paganga,G. 1997. Antioxidant properties of phenolic compounds. Trends in Plant Science Reviews. 2, 152-159. Shibata, T., Kawaguchi, S., Hama, Y., Inagaki, M., Yamaguchi, K., and Nakamura, T. 2004. Local and chemical distribution of phlorotannins in brown algae. Journal of Applied Phycology. 16, 291-296. Stoclet, J. C, Chataigneau, T, Ndiaye, M, Oak, M. N, El Bedoui, J., Chatagneau, M., and SchiniKerth, V. B. 2004. Vascular protection by dietary polyphenols. European Journal of Pharmacology. 500, 299-313. Ulrich-Merzenicha, G., Zeitlera, H., Vettera, H., and Kraft, K. 2009. Synergy research: Vitamins and secondary plant components in the maintenance of the redox-homeostasis and in cell signaling. Phytomedicine. 16, 2–16. Zhang, D. X and Gutterman, D. D. 2006. Mitochondrial reactive oxygen species-mediated signaling in endothelial cells. Am J Physiol Heart Circ Physiol 292, H2023–2031. *) Koresponden : Muhamad Firdaus Lab. Biokimia Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univ. Brawijaya, Jl. Veteran Malang – 65145, E-mail:
[email protected]
Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 2010
157