PENGARUH EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP KINERJA GURU DI MA DARUL HUDA MAYAK PONOROGO TAHUN AKADEMI 2015/2016 TESIS
OLEH MUHAMMAD KHUSNUDDIN NIM : 212214001
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2016
1
ABSTRAK Khusnuddin, Muhammad, 2016. Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo Tahun Akademi 2015/2016. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: Dr. Umi Rohmah, M.Pd.I Kata Kunci: Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah, Lingkungan Kerja Fisik, dan Kinerja Guru. Kinerja guru merupakan proses pembelajaran sebagai upaya mengembangkan kegiatan yang ada menjadi kegiatan yang lebih baik, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan target dan tujuan. Dalam upaya mewujudkan kinerja guru yang lebih baik maka kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja merupakan faktor yang saling mempengaruhi terhadap kinerja guru. Tujuan diadakannya penelitian ini sebagai berikut: 1) untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan kerja fisik dengan kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, dan 3) untuk mengetahui apakah kepemimpinan kepala Madrasah dan lingkungan kerja fisik berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Adapun untuk menganalisis data, peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda. Dari analisis data ditemukan: 1) ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 39.959 lebih besar dari nilai Ftabel 3,96 sehingga Ha diterima. Dari nilai R2, diketahui bahwa kepemimpinan kepala madrasah berpengaruh sebesar 31.47% terhadap kinerja guru dan 68.52% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, 2) ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 45,114 lebih besar dari nilai Ftabel = 3,96, sehingga Ha diterima. Dari nilai (R2) diketahui bahwa lingkungan kerja fisik berpengaruh sebesar 34,14% terhadap kinerja guru dan 65,85% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, dan 3) ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 28,734 lebih besar dari nilai Ftabel = 3,96, sehingga Ha diterima. Dari nilai (R2) diketahui bahwa kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik berpengaruh sebesar 40,05% terhadap kinerja guru dan 59,94% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Guru diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, terutama berkaitan dengan kinerja, totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya. Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu mengarah pada sisi kelemahan, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru. Mungkin ada sistem yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh terhadap permasalahan tersebut. Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan, bagaimana kinerja guru akan berdampak pada pendidikan bermutu. Melihat sisi lemah dari pendidikan nasional, dengan gonta-ganti kurikulum pendidikan, secara langsung atau tidak akan berdampak pada guru, sehingga perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologi bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal, dan tidak demikian halnya guru profesional. Selain itu, kinerja guru juga sangat ditentukan oleh output atau keluaran dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Sebagai
1
3
institusi penghasil tenaga guru, LPTK memiliki tanggungjawab dalam menciptakan guru berkualitas, dan tentunya suatu ketika akan berdampak kepada pembentukan SDM berkualitas pula. Oleh sebab itu, LPTK juga memiliki andil besar dalam mempersiapkan guru seperti yang disebutkan di atas, yakni berkualitas, berwawasan serta mampu membentuk SDM mandiri, cerdas, bertanggungjawab, dan berkepribadian. Era reformasi dan desentralisasi pendidikan menyebabkan orang bebas melakukan kritik. Titik lemah pendidikan akan menjadi bahan dan sasaran empuk bagi para kritikus. Adakalanya kritik yang diberikan dapat menjadi si tawar dan si dingin dalam memperbaiki kinerja guru, akan tetapi tidak menutup kemungkinan pula akan dapat membuat merah telinga guru sebagai akibat dari kritik yang diberikan. Hal ini dapat memberikan dampak terhadap kinerja guru yang bersangkutan.1 Selama ini madrasah dianggap sebagai lembaga pendidikan Islam yang mutunya lebih rendah daripada mutu lembaga pendidikan lainnya, terutama sekolah umum, walaupun beberapa madrasah justeru lebih maju daripada sekolah umum. Namun, keberhasilan beberapa madrasah dalam jumlah yang terbatas itu belum mampu menghapus kesan negatif yang sudah terlanjur melekat. Ditinjau dari segi penguasaan agama, mutu siswa madrasah lebih rendah daripada mutu santri pesantren. Sementara itu, ditinjau dari penguasaan materi umum, mutu siswa madrasah lebih rendah daripada
1
Isjoni, Gurukah yang Dipermasalahkan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 108.
4
sekolah umum. Jadi, penguasaan baik pelajaran agama maupun materi umum serba mentah (tidak matang).2 Oleh karena itu, sebagai lembaga pendidikan formal, madrasah harus mempunyai potensi untuk melahirkan manusia-manusia pembelajar. Dalam menteransformasikan potensi atau sumber daya peserta didik menjadi manusia pembelajar (on becoming a learner), madrasah harus menjadi pelopor komunitas pembelajar. Dengan demikian, tugas pokok dan fungsi madrasah adalah menjadi “komunitas pembelajar” yang mampu membangun “manusia pembelajar” sebagai pondasi lahirnya masyarakat belajar (learning society) di Indonesia.3 Dengan hal ini diharapkan dapat mampu meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia. Namun, salah satu tantangan yang saat ini dihadapi di madrasah, perguruan tinggi, maupun universitas adalah bagaimana mengelola sebuah mutu. Tidak dapat dipungkiri bahwa mutu pendidikan di Indonesia jauh dari yang diharapkan, apalagi dibandingkan dengan mutu pendidikan di negara lain. Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi suatu bangsa. Bangsa yang maju salah satunya dapat dilihat dari pendidikannya. Namun, pada kenyataannya, pendidikan di Indonesia masih menunjukkan mutu yang belum menggembirakan.4
2
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Erlangga, tt), 79-80. 3 Basuki, Mengenal Profil Sekolah/Madrasah: Berdasarkan PP. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (Ponorogo: STAIN Po Press, 2012), 2. 4 Edward Sallis, Total Quality Management In Education: Manajemen Mutu Terpadu , Terjm Ahmad Ali Riyadi (Jogjakarta: IRCiSoD, 2006), 29.
5
Merosotnya mutu pendidikan di Indonesia secara umum disebabkan oleh buruknya sistem pendidikan nasional dan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM). Rendahnya sumber daya manusia di Indonesia disebabkan karena rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu salah satu kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional ialah peningkatan mutu pendidikan dan relevansi pendidikan yaitu dengan melakukan inovasi-inovasi yang pesat pada lembaga pendidikan sehingga membentuk layanan lembaga madrasah yang berkualitas. Dengan adanya layanan lembaga madrasah yang berkualitas itu akan mewujudkan keberhasilan madrasah. 5 Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa barang maupun pelayanan/jasa hendaknya memberikan yang berkualitas, jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas kepada orang lain. Seperti dijelaskan dalam surat al-baqarah ayat 267, yang artinya “Hai orangorang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya, dan ketahuilah Allah maha kaya lagi maha terpuji”. Pentingnya memberikan pelayanan yang berkualitas disebabkan
pelayanan (service) tidak hanya sebatas mengantarkan atau melayani. Service berarti mengerti, memahami, dan merasakan sehingga penyampaiannyapun
5
Abdul Hadis dan Nurhayati B, Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 1-2.
6
akan mengenai heart share konsumen dan pada akhirnya memperkokoh posisi dalam mind share konsumen. Dengan adanya heart share dan mind share yang tertanam, loyalitas seorang konsumen pada produk atau usaha jasa
pendidikan tidak akan diragukan.6 Keberhasilan madrasah merupakan ukuran yang bersifat mikro yang didasarkan pada tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat madrasah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional serta sejauh mana tujuan itu dapat dicapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di madrasah. Keberhasilan pada madrasah harus diupayakan secara maksimal. Dengan adanya perencanaan yang matang serta didukung oleh peran serta seluruh warga madrasah secara aktif, keberhasilan madrasah akan dicapai.7 Salah satu upaya untuk mewujudkan keberhasilan madrasah, dalam meningkatkan kinerja guru adalah kepemimpinan kepala madrasah. Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan pada tingkat madrasah memang memiliki peran yang cukup besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di madrasah yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas kepala madrasah adalah menjadi agen utama perubahan yang mendorong dan mengelola agar semua pihak yang terkait menjadi termotivasi dan berperan aktif dalam perubahan tersebut.
Posisi pemimpin merupakan penentu masa depan madrasah.
Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala madrasah, karena kepala madrasah merupakan pengendali dan penentu
6
Aminatul Zahroh, Total Quality Management: Teori & Praktik Manajemen untuk Mendongkrak Mutu Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 63-64. 7 Ibid.
7
arah yang hendak ditempuh sekolah menuju tujuannya. Madrasah yang efektif, bermutu, dan favorit tidak lepas dari peran kepala madrasahnya.8 Menurut Imam Suprayogo, posisi dan peran pemimpin di setiap organisasi memang sangat sentral. Maju dan mundurnya organisasi sangat tergantung pada sejauh mana pimpinan mampu berimajinasi memajukan organisasinya. Demikian pula dengan konteks madrasah sebagai organisasi, maka posisi kepala madrasah juga sangat strategis dalam memajukan lembaga yang dipimpinnya. Akan tetapi sering kali terlihat kepala madrasah kurang berdaya karena berbagai sebab dan kendala baik yang bersifat internal pribadi yang bersangkutan maupun eksternal. Yang bersifat internal misalnya: (1) kurangnya keberanian untuk mengambil prakarsa dalam melakukan inovasi yang bersifat strategis, (2) kurangnya pemahaman atas peran-peran yang seharusnya dimainkan, (3) kurangnya keberanian menanggung resiko dan seterusnya. Sedangkan yang bersifat eksternal, misalnya: (1) kekurangan informasi yang seharusnya dikuasai, (2) terlalu banyak peraturan sehingga ruang geraknya terasa terbatas, (3) suasana birokratis yang mengurangi bahkan membatasi ruang gerak dalam upaya pengembangan, dan (4) hubungan primordial yang berlebihan dan seterusnya.9 Sebagai pemimpin pendidikan yang profesional, kepala madrasah dituntut untuk selalu mengadakan perubahan. Kepala madrasah harus memiliki semangat yang berkesinambungan untuk mencari terobosanterobosan baru demi menghasilkan suatu perubahan yang bersifat 8
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam., 287. Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an: Pergulatan Membangun Tradisi da n Aksi Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang Press, 2004), 211.
9
8
pengembangan dan penyempurnaan, dari kondisi yang memprihatinkan menjadi kondisi yang lebih dinamis, baik dari segi fisik maupun akademik.10 Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Isjoni mengatakan bahwa hal penting lain untuk mewujudkan keberhasilan madrasah dalam meningkatkan kinerja guru adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja Guru. Ditegaskan bahwa jika guru merasakan suasana kerja yang kondusif di sekolahnya, maka diharapkan siswa akan mencapai prestasi akademik yang memuaskan. Kekondusifan lingkungan kerja suatu sekolah mempengaruhi sikap dan tindakan seluruh komunitas tersebut, khususnya pada pencapaian prestasi akademik siswa. Selain itu, prestasi akademik siswa dipengaruhi sangat kuat oleh suasana kejiwaan atau iklim kerja sekolah. Demikian keterkaitan dengan kinerja guru, kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja merupakan faktor yang saling mempengaruhi terhadap kinerja guru . Demikian halnya dengan kinerja Guru ditentukan oleh tingkat sejauh mana kepempinan kepala madrasah dan lingkungan kerjanya.11 Berdasar
alasan
di
atas,
peneliti
akan
meneliti
pengaruh
kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak. Madrasah Aliyah Darul Huda adalah salah satu lembaga di dalam Pondok Pesantren Darul Huda dengan sistem kepengurusan yayasan, sehingga semua lembaga yang ada di dalamnya memiliki visi dan misi serta tujuan yang sama. Sehingga yang merumuskan 10 11
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam., 289. Isjoni, Gurukah Yang Dipermasalahkan., 109.
9
visi tersebut bukan dari masing masing kepemimpinan kepala madrasahnya melainkan dari pimpinan dan pendiri pondok pesantren Darul Huda.12 Jika disesuaikan dengan teori yang disampaikan oleh pakar pendidikan Supardi bahwa seorang kepala madrasah harus memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya,13 maka tidak ada kesamaan antara teori tersebut dengan kepemimpinan kepala madrasah di MA Darul Huda. Hal inilah yang membedakan dan yang menjadi keunggulan sehingga patut untuk dikaji. Selanjutnya, berdasarkan fakta di lapangan bahwa lingkungan kerja yang berada di MA Darul Huda setiap tahunnya mengalami penambahan yang banyak, sehingga karena banyaknya penambahan kelas, maka kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar sebagian ada yang belum ideal, yaitu seperti kelas semi permanen (kelas seng)14. Namun demikian, hal ini justru menarik untuk diteliti, karena walaupun kelasnya sebagian ada yang belum ideal, akan tetapi setiap tahunnya jumlah guru, dan murid mengalami peningkatan yang cukup banyak, terhitung mulai tahun 2009/2010 sebanyak 76 guru dan 1268 murid, tahun 2010/2011 berjumlah 84 guru dan 1309 murid, tahun 2011/2012 berjumlah 94 guru dan 1537 murid, tahun 2012/2013 berjumlah 94 guru dan 1666 murid, tahun 2013/2014 berjumlah 107 guru dan
12
Hasil wawancara dengan bapak Drs. Mudafir, selaku Kepala MA Darul Huda pada tangal 19 Mei 2016 13 Supardi, Sekolah Efektif:Konsep Dasar dan Praktiknya (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), 81-82. 14 Kelas seng adalah kelas yang atap dan dindingnya terbuat dari bahan seng
10
1927 murid, tahun 2014/2015 berjumlah 111 guru dan 2112 murid15, dan pada tahun 2015/2016 berjumlah 123 guru16 dan 2316 murid.17 Selanjutnya, jika melihat dari kinerja gurunya, guru MA Darul Huda Mayak memiliki kinerja yang semakin baik. Salah satu indikator tersebut adalah output dari proses belajar mengajar yang mengalami kemajuan di setiap tahunnya. Hal ini diketahui dari jumlah murid pada setiap tahunnya dan hasil Ujian Akhir Nasional tahun 2015 yang menunjukkan hasil dan lulusan yang lebih banyak dan memuaskan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terhitung mulai tahun 2009/2010 lulusannya sebanyak 396 dengan presentase 100%, tahun 2010/2011 berjumlah 380 dengan presentase 100%, tahun 2011/2012 berjumlah 385 dengan presentase 100%,
tahun
2012/2013 berjumlah 433 dengan presentase 100%, tahun 2013/2014 berjumlah 577 dengan presentase 100%, tahun 2014/2015 berjumlah 544 dengan presentase 100%, dan pada tahun 2015/2016 berjumlah 634 dengan presentase 100% lulusan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru di MA Darul Huda Mayak mengalami peningkatan setiap tahunnya.18 Dari latar belakang masalah di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian, guna menguji adakah pengaruh antara kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru. Dengan ini
15
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/7-IV/2016 dalam lampiran 28 pada laporan penelitian ini. 16 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/7-IV/2016 dalam lampiran 29 pada laporan penelitian ini. 17 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/7-IV/2016 dalam lampiran 30 pada laporan penelitian ini. 18 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/7-IV/2016 dalam lampiran 28 pada laporan penelitian ini.
11
peneliti mengambil judul “Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan
Kepala
Madrasah Dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Guru Di Ma Darul Huda Mayak Ponorogo Tahun Akademi 2015/2016”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat
peneliti rumuskan masalahnya sebagai berikut: 1.
Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016?
2.
Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016?
3.
Apakah efektivitas kepemimpinan kepala Madrasah dan lingkungan kerja fisik berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui pengaruh yang positif dan signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala Madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016
12
2.
Untuk mengetahui pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016
3.
Untuk mengetahui efektivitas kepemimpinan kepala Madrasah dan lingkungan kerja fisik berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoretis Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian dan penunjang dalam pengembangan pengetahuan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang adanya pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Peneliti Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian dan penunjang dalam pengembangan pengetahuan peneliti yang berkaitan dengan topik tersebut.
b.
Bagi Lembaga Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam mengambil langkah, baik itu sikap maupun tindakan untuk meningkatkan kinerja guru.
13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Terdahulu Beberapa hasil penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah telah dilakukan oleh beberapa orang. Di antaranya seperti yang dilakukan oleh; Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Munir, dengan judul “Hubungan Antara Kinerja Kepala Sekolah dan Komunikasi Antarpribadi Kepala Madrasah dengan Kepuasan Kerja Guru ”. Penelitian
ini telah dibukukan dengan judul Menjadi Kepala Sekolah Yang Efektif. Penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan teknik korelasi. Teknik korelasi ini dilakukan untuk menganalisis dua variabel, variabel independen yaitu kinerja kepala madrasah sebagai variabel (X1), komunikasi antarpribadi kepala madrasah sebagai variabel (X2) dan Variabel dependen yaitu kepuasan kerja guru negeri madrasah Aliyah Negeri Manna sebagai variabel (Y). Penelitian ini berhasil mengungkapkan beberapa temuan yang intinya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kinerja kepala madrasah dengan kepuasan kerja guru. Kesimpulan ini mengandung arti bahwa semakin baik penerapan kinerja kepala madrasah dalam menjalankan kepemimpinan di sekolah akan semakin tinggi kepuasan kerja guru.
12
14
Kepuasan kinerja guru dapat terwujud dengan adanya kinerja kepala madrasah.19 Kemudian penelitian kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dukhri, dengan judul Hubungan Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Kebijakan Karier Dengan Motivasi Berprestasi Guru SMA Negeri Di Kabupaten Pemalang. Dalam penelitian ini berhasil mengungkapkan beberapa temuan yang intinya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan kebijakan karier dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri di kabupaten Pemalang.20 Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sumarno, dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes” Secara deskriptif hasil penelitian menunjukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah di SD Negeri di Kecamatan Paguyangan termasuk dalam kategori baik dengan skor rata-rata 58,8028, profesionalisme guru dalam kategori profesional 58,0915, kinerja guru masuk dalam kategori baik dengan rata-rata 61,4155. Dengan analisis regresi sederhana diketahui: terdapat pengaruh postif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri Kecamatan Paguyangan sebesar 25,8%, profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru dengan koefisien determinasi sebesar 39,4 %. Hasil analisis regresi berganda
19 20
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah yang Efektif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014). Dukhori, Hubungan Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kebijakan Karier Dengan Motivasi Berprestasi Guru SMA Negeri di Kabupaten Pemalang, Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 2008.
15
menunjukkan adanya pengaruh bersama-sama secara positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalisme guru terhadap kinerja guru SD Negeri Kecamatan Paguyangan dengan koefisien determinasi sebesar 43,8%. Berdasarkan penelitian ini disarankan kinerja guru perlu ditingkatkan dan guru harus menyadari antara hak dan kewajiban harus seimbang. Profesionalisme yang sudah baik dipertahankan dan ditingkatkan lagi mengingat mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja guru.21 Dari hasil kajian terdahulu, peneliti menemukan adanya persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini. Persamaannya adalah penelitian tentang kinerja guru, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Sumarno dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes. Namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah bahwa dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah kepemimpinan kepala madrasah, lingkungan kerja fisik dan kinerja guru dengan judul “pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016”. Pada akhirnya nanti peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di Ma Darul Huda Mayak ponorogo tahun akademi 2015/2016.
21
Sumarno, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Paguyangan Ka bupaten Brebes, Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 2009.
16
B. Landasan Teori 1.
Kepemimpinan a.
Pengertian Kepemimpian Istilah kepemimpian (leadership) berasal dari kata leader artinya pemimpin atau to lead artinya memimpin.22 Pemimpin (leader ) ialah orang yang memimpin, sedangkan pemimpin merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pemimpin ini muncullah kata kerja memimpin yang artinya membimbing dan menuntun.23 Kepemimpinan mempunyai arti yang beragam, bahkan dikatakan bahwa definisi kepemimpinan sama banyak dengan orang yang berusaha mendefinisikannya. Menurut Jemes Lipham, sebagai mana yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, kepemimpinan didefinisikan sebagai permulaan dari struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.24 Sedangkan menurut E. Mulyasa kepemimpian adalah sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian
22
Mardiyah, Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi (Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2013), 37. 23 Didin Kurniadin dan Iman Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 288. 24 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 27.
17
tujuan organisasi.25 Sedangkan menurut Didin Kurniadin dan Iman Machali,
mendefinisikan
kepemimpinan
(leadership)
adalah
kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, momotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu) dengan maksud agar manusia sebagai bagian dari organisasi secara efektif dan efisien.26 Jadi, Pemimpin diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang menjadi harapan dan tujuan pemimpin. Pemimpin juga diartikan sebagai orang yang mempunyai
wewenang dalam pengambilan
keputusan suatu
organisasi.27 Sehinga yang dikatakan seorang pemimpin itu adalah orang yang dapat mempengaruhi, menggerakkan, menasehati, membina dan membimbing orang lain untuk melaksanakan tugastugas dan mampu mengambil keputusan dan memecahkan dalam berbagai masalah dalam suatu organisasi. Pemimpin merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya sebuah organisasi. Pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, baik mempengaruhi secara konstruktif anggotanya, dan menunjukkan jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama (melakukan kerjasama), dan bahkan 25
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 107. 26 Didin Kurniadin dan Iman Machali, Manajemen Pendidikan., 291. 27 Hikmat, Manajemen Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 247.
18
kepemimpinan sangat mempengaruhi semangat kerja kelompok.28 Karena seorang pemimpin adalah orang yang memiliki kedudukan utama dalam menjalankan roda organisasi. Semua manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri, karena dalam diri manusia terdapat akal dan hati. Akal perlu dipimpin dengan baik sehingga fungsi pikirannya berkembang ke arah yang positif dan maslahat. Hati perlu dipimpin agar tidak menimbulkan gejolak nafsu yang membahayakan dirinya sendiri. Akal dan hati dipimpin ke jalan yang lurus dengan acuan sistem nilai yang berlaku dan ilmu pengetahuan.29 Selain itu, pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan tercapai secara maksimal. Kemampuan dalam menjalankan kepemimpinan ini dapat berupa kemampuan berfikir (pengetahuan), kemampuan ini yang merupakan penentu keberhasilan organisasi dalam konteks era kontemporer, sebab di era kontemporer isi manpower dikalahkan man-mid.30
Di
sini
peneliti
lebih
condong
pada
pengertian
kepemimpinan sebagai kegiatan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang menjadi harapan dan tujuan 28
Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 79. 29 Hikmat, Manajemen Pendidikan., 248. 30 Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan., 92.
19
pemimpin. Pelakunya disebut pemimpin, seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Sehingga seorang pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahannya apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahannya melaksanakan perintahnya sehingga terjalin hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dan bawahannya sehingga terjadi suatu hubungan timbal balik. Namun disisi lain, pemimpin harus sadar bahwa semua aspek yang berada dibawahnya harus diberlakuakan secara humanity untuk mempengaruhi atau mengatasi konflik dalam organisasi tersebut. b.
Kepemimpinan Kepala Madrasah Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama, termasuk lembaga pendidikan formal. Kepala madrasah selaku pemimpin dalam institusi pendidikan Islam ini diharapkan dapat menjalankan tugas dengan baik dan mampu mengembangkan diri bersama mitra kerjanya untuk mencapai kemajuan madrasah. Tanpa kemampuan-kemampuan utama seperti kinerja yang baik, komunikasi antarpribadi yang mumpuni, kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam proses kegiatan belajar dan mengajar, kepala madrasah akan kesulitan dalam mensosialisasikan ide, usulan, saran, atau pikiran-pikiran yang dimilikinya kepada para guru dan karyawan. Oleh karena itu, kepala
20
madrasah yang merupakan pemimpin harus bisa menjadi contoh serta mampu mengayomi bawahan dan mampu mengendalikan fungsi kepemimpinannya. Kepala madrasah diharapkan bisa berperan
sebagai
harmonisator
pemimpin,
disegala
lini
pengayom, yang
kondusifator, menjadi
dan
jangkauan
kepemimpinannya.31 Kepala madrasah sebagai manajer mempunyai peran yang menentukan dalam pengelolaan manajemen madrasah, berhasil tidaknya tujuan madrasah dapat dipengaruhi bagaimana kepala madrasah menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
actuating
(pergerakan),
dan
controlling
(pengontrolan). Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan pada tingkat madrasah memiliki peran yang cukup besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di madrasah yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk menunjang keberhasilan kepemimpinan, maka kepala madrasah harus memiliki beberapa keterampilan. Keterampilan tersebut dimaksudkan sebagai bekal untuk dapat melaksanakan manajemen pendidikan secara lebih baik. Keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin yang efektif adalah keterampilan teknis
31
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 13-14.
21
(technical skill), keterampilan hubungan manusia (human relation skill), dan keterampilan koseptual (conseptual skill).32
c.
Kepala Madrasah yang Efektif Kepemimpinan yang kuat oleh kepala madrasah sangat penting bagi madrasah yang sukses dan inovatif.
Fakta
menunjukkan
peran
adanya
pertentangan
antara
pemenuhan
kepemimpinan tradisional kepala madrasah dan pelimpahan sebagian otoritas kepada guru. Namun, sedikit terjadi atau tidak akan terjadi konflik dalam latar dimana kepala madrasah dan guru bekerjasama dalam rangka peningkatan madrasah. Mc Clure menyarankan agar kepemimpinan diberikan kepada siapa yang memiliki kompetensi terhadap pekerjaan tertentu. Pada saat bersamaan, kepala madrasah menyusun langkah dan memberdayakan guru yang berdedikasi tinggi untuk melaksanakan agenda kerja. Kepala madrasah mencipakan iklim, menyusun tujuan sekolah, memberi in-service training dalam keterampilan pembelajaran yang efektif, membantu
merencanakan dan mengimplementasikan program baru, dan memantau hasil agar mencapai pertumbuhan selanjutnya.33 d.
Ciri-ciri Kepala Madrasah (Sekolah) Efektif Menurut Separdi, bahwa ciri-ciri kepala madrasah yang efektif adalah sebagai berikut:
32 33
Ibid., 16. Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2009),187-188.
22
1.
Kepala sekolah efektif memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya, dan ia mendorong semua staf untuk mewujudkan visi tersebut.
2.
Kepala sekolah efektif memiliki harapan tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja staf.
3.
Kepala sekolah efektif tekun mengamati para guru di kelas dan memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran.
4.
Kepala sekolah efektif mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang langkah-langkah untuk meminimalisir kekacauan.
5.
Kepala sekolah efektif mampu memanfaatkan sumber-sumber material dan personil secara kreatif.
6.
Kepala sekolah efektif memantau prestasi siswa secara individual dan kolektif dan memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan instruksional.34
2.
Lingkungan Sekolah/Madrasah Lingkungan sekolah merupakan aspek penting dalam konsep manajemen berbasis sekolah, sebagai salah satu sumber daya yang harus dimanfaatkan dan menjadi fokus perhatian sekolah. Lingkungan sekolah memiliki keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan, strategi pengembangan, bahkan berkaitan dengan
34
Supardi, Sekolah Efektif., 81-82.
23
proses belajar mengajar, dan kurikulum yang akan dilaksanakan di sekolah.35 Selain hal di atas, pengembangan lembaga pendidikan dengan menggunakan pendekatan manajemen strategis mesti memperhatikan lingkungan strategis. Lingkungan strategis pendidikan yang harus mendapatkan perhatian secara sungguh-sungguh adalah mekanisme kerja, kultur, dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, tempat-tempat bermain dan hiburan, perkembangan iptek, kebutuhan dan karakteristik pangsa pasar, dinamika dan perkembangan lembaga sejenis, pergeseran budaya, dinamika politik, perkembangan ekonomi dan sebagainya.36 3.
Lingkungan Kerja a.
Lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas
yang dibebankan,
misalnya
adalah
kebersihan, pencahayaan, dan sebagainya. Lingkungan kerja merupakan faktor situasional
yang berpengaruh terhadap kinerja
pegawai, baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja dapat diubah sesuai dengan pendesainnya.37
35
Nanang Fatah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 95. 36 Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2012), 201. 37 Barnawi dan Muhammad Arifin, Kinerja Guru Professional (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012), 54.
24
Lingkungan
kerja
yang
kondusif
akan
meningkatkan
produktivitas kerja, dan hal ini perlu disadari dengan baik oleh setiap guru
maupun
peserta
didik,
sehingga
mereka
diwajibkan
menciptakan suasana yang nyaman dalam lingkungannya. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, sedikitnya harus memperhatikan dua hal, yakni guru itu sendiri serta hubungan baik antara guru dengan orang tua dan masyarakat di sekitarnya. Suasana kerja yang baik harus diciptakan oleh guru itu sendiri karena dengan jelas telah dituliskan dalam salah satu butir dari kode etik yang berbunyi “Guru menciptakan suasana sekolah sebaikbaiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar”. Oleh sebab itu, guru harus aktif menciptakan suasana yang baik dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan maupun dengan pendayagunaan sumber belajar yang memadai, serta manajemen kelas yang tepat sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.38 Menurut Barnawi dan Muhammad Arifin ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik,
yaitu meliputi
pencahayaan, pewarnaan, udara, kebersihan, kebisingan, dan keamanan.39
38
E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2013), 193-194. 39 Barnawi dan Arifin, Kinerja Guru Professional,. 54.
25
1) Pencahayaan Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan di tempat kerja akan sangat membantu dalam
memperlancar
proses
pekerjaan
sehingga
harus
diupayakan pencahayaan yang baik di tempat kerja. 2) Pewarnaan Warna dapat mempengaruhi jiwa seseorang yang ada di sekitarnya. Penataan warna di sekolah yang serasi dapat meningkatkan semangat kerja guru. Demikian pula sebaliknya, penataan warna yang tidak serasi akan menurunkan motivasi kerja. Hal ini disebabkan warna memiliki getaran-getaran yang berbeda satu sama yang lain. 3) Udara Kualitas udara di tempat kerja harus dijaga agar tetap sehat. Udara yang sehat akan terasa sejuk dan segar pada jasmani sehingga dapat mempercepat pemulihan tubuh akibat kelelahan. Dengan udara yang sehat guru dapat melaksanakan tugasnya dengan nyaman dan akan merasa senang. Selain itu udara yang sehat
dapat
menjaga
meningkatkan kerja.
kesehatan
guru
sehingga
dapat
26
4) Kebersihan Kebersihan akan mempengaruhi kualitas lingkungan kerja. Tempat kerja yang kotor tidak akan nyaman dijadikan tempat untuk bekerja. Biasanya lingkungan kerja tidak enak dipandang dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sebaliknya, lingkungan kerja yang bersih memberikan rasa nyaman bagi pegawai. Biasanya enak dipandang dan tidak berbau sampah atau limbah. Selanjutnya, kebersihan akan mempengaruhi kinerja pegawai. 5) Kebisingan Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu pekerjaan atau bahkan membahayakan kesehatan. Dalam perkantoran, tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA (kepmenkes RI No. 1405 tahun 2002). Di sekolah kebisingan dapat bersumber dari transportasi, industri, dan dari aktivitas bermain siswa. Tingkat kebisingan yang tinggi dapat mengganggu konsentrasi kerja sehingga menurunkan kinerja. Bahkan, suara bising yang terlalu tinggi dan terusmenerus dapat mengganggu kesehatan pegawai. Oleh karena itu kebisingan harus dihindari supaya aktivitas kerja dapat berlangsung dengan baik dan kesehatan tetap terjaga. 6) Keamanan Madrasah/sekolah yang efektif pada umumnya memiliki lingkungan belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga
27
proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman. Oleh karena itu, sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman, dan tertib melalui dengan mengupayakan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini peranan kepala sekolah sangatlah penting sekali.40 Keamanan di tempat kerja akan menimbulkan ketenangan dalam bekerja. Ketenangan sangat dibutuhkan oleh pegawai untuk mengoptimalkan hasil kerja. Apabila keamanan pegawai tidak terjamin, maka timbulah kegelisahan dan kekhawatiran. Kegelisahan dan kekhawatiran akan berdampak buruk terhadap kinerja. Oleh karena itu lingkungan keja harus didesain agar dapat melindungi pegawai dan segala aset penting milik organisasi. Lingkungan kerja harus aman dari bahaya gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan kebakaran. Berdasarkan faktor-faktor lingkungan kerja di atas, lingkungan kerja yang memberikan dampak positif kepada guru memiliki ciri-ciri sebagai berikut.41 1.
Memiliki pencahayan yang cukup sesuai dengan kebutuhan kegiatan kerja.
40
2.
Memiliki pewarnaan yang meningkatkan motivasi kerja.
3.
Memiliki kualitas udara yang menyehatkan.
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2013),120. 41 Barnawi dan Arifin, Kinerja Guru Professional, 65.
28
4.
Tempat kerja yang selalu bersih dan nyaman.
5.
Memiliki suasana yang tenang atau jauh dari kebisingan.
6.
Memberikan rasa aman bagi setiap orang dan aset-aset organisasi. Dari keenam lingkungan kerja fisik tersebut hampir sama
dengan iklim dan budaya yang kondusif, yang ada di sekolah/madrasah. Sekolah yang efektif, perhatian khusus diberikan kepada penciptaan dan pemeliharaan iklim dan budaya yang kondusif untuk belajar. Iklim dan budaya yang kondusif ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.42 b.
Lingkungan kerja non fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan antara sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan kerja non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.43
42
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah , (Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2013), 90. 43 Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja , (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), 12.
29
4.
Kinerja Guru a.
Pengertian kinerja guru Kata kinerja merupakan terjemah dari bahasa Inggris, yaitu dari kata performance. Kata performance berasal dari kata to perform
yang
berarti
menampilkan
atau
melaksanakan.
Performance berati prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian
kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja.44 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja.45 Kinerja sering diartikan dengan hasil dan perilaku dalam melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Robbins (dalam Iskandar Agung) mengemukakan, bahwa keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan sangat dipengaruhi oleh kinerja. Kerja adalah suatu tampilan utuh hasil dan perilaku kerja staf/karyawan selama periode waktu tertentu.46 Sementara itu, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa. Profesionalitas guru ditandai dengan keahlian dibidang pendidikan. Menurut undang-
44
Barnawi dan Arifin, Kinerja Guru, 11. Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 46 Iskandar Agung dan Yufridawati, Pengembangan Pola Kerja Harmonis Dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2013), 155. 45
30
undang no 14 tahun 2005 pasal 20, tugas atau kewajiban guru adalah sebagai berikut:47 1) Merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan
proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 3) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-udangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika. 5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa b.
Standar beban kinerja guru Standar beban guru mengacu pada Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam pasal 35 disebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
47
Barnawi Dan Muhammad Arifin, Kinerja Guru Professional.,11.
31
hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan48. 1) Merencanakan pembelajaran Tugas
guru
yang
pertama
adalah
merencanakan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus dibuat sebaik mungkin karena perencanaan yang baik akan membawa hasil yang baik pula. Guru wajib membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah. Kegiatan penyusunan RPP ini diperkirakan berlangsung selama dua minggu atau 12 hari kerja. Kegiatan ini dapat diperhitungkan sebagai kegiatan tatap muka. Dalam
upaya
meningkatkan
efektivitas
proses
pembelajaran untuk mencapai hasil belajar terbaik sesuai harapan, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak harus dipersiapkan oleh setiap guru, setiap akan melaksanakan proses pembelajaran, walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan dapat dilaksanakan, karena bisa jadi kondisi kelas merefleksikan sebuah permintaan yang berbeda dari rencana yang sudah dipersiapkan, khususnya setrategi yang sifatnya opsional.49
48 49
Ibid., 15 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana, 2004), 123.
32
Perencanaan
pembelajaran
merupakan
salah
satu
kompetensi pedagogik yang bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. mencakup
tiga
Perencanaan kegiatan,
yaitu
pembelajaran
sedikitnya
identifikasi
kebutuhan,
perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.50 2) Melaksanakan pembelajaran Tugas guru yang kedua adalah melaksanakan pembelajaran. Penyusunan rencana kerja dan strategi di atas sebagai acuan atau panduan bagi guru dalam pelaksanaan tugas mengajar. Dengan demikian penyusunan rencana kerja atau pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat pengendali bagi guru dan pihak lainnya yang terkait terhadap pelaksanaan tugas/kerja guru.51 Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan ketika terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya. Guru melaksanakan tatap muka atau pembelajaran dengan tahapan kegiatan awal tatap muka, kegiatan tatap muka, dan membuat resume proses tatap muka. Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, 50 51
penggunaan
media
dan
sumber
belajar,
dan
Jamil Suprihatiningrum, Guru Professional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 102. Iskandar Agung dan Yufridawati, Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas., 189-190.
33
menggunakan metode serta strategi pembelajaran. Dalam mengelola kelas guru harus mampu menciptakan suasana kondusif yang menyenangkan agar pembelajaran dapat berlangsung lancar. Guru dapat memberlakukan kegiatan piket kebersihan, melakukan presensi setiap memulai pelajaran, dan mengatur tempat duduk secara bergiliran. Selain mengelola kelas, guru juga menggunakan media dan sumber belajar. Dalam menggunakan media, guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada (by utilization) atau sengaja mendesain terlebih dahulu (by design). Media pembelajaran dipilih yang paling sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan yang paling tepat mendukung isi pelajaran. Selain itu, media sebaiknya praktis, luwes, dan bertahan lama. Sementara dalam menggunakan sumber belajar, guru dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar yang terpercaya untuk memperluas pengetahuannya. Tidak boleh hanya terpaku pada sumber saja. Berbagai sumber belajar dapat dihimpun menjadi satu dalam bentuk modul belajar. Kemampuan selanjutnya adalah menggunakan metode pembelajaran.
Guru
diharapkan
dapat
memilih
dan
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu, guru diharapkan cakap dalam
34
menggunakan berbagai variasi metode agar siswa tetap semangat untuk belajar. Penggunaan metode yang monoton cenderung membuat siswa menjadi jenuh sehingga materi pembelajaran tidak terserap dengan baik oleh siswa.52 Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara
murid
dengan
lingkungannya
sehingga
terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, mengondisikan
tugas
guru
yang
paling
utama
lingkungan
agar
menunjang
adalah
terjadinya
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan pembentukan kompetensi murid. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu pre-tes, proses, dan pos-tes.53 3) Menilai hasil pembelajaran Tugas guru yang ketiga adalah menilai hasil pembelajaran. Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi bermakna untuk menilai peserta didik maupun dalam pengambilan keputusan lainnya.54 Kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan 52
Barnawi dan Arifin, Kinerja Guru Professional.,18. Suprihatiningrum, Guru Professional., 102. 54 Barnawi dan Arifin, Kinerja Guru Professional.,18.
53
35
proses pembelajaran serta penguasaan terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru dalam penguasaan kelas, tanpa diimbangi dalam melakukan evaluasi terhadap pencapaian kompetensi murid, yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya, atau kebijakan perlakuan terhadap murid terkait dengan konsep belajar tuntas.55 4) Membimbing dan melatih peserta didik. Tugas guru yang keempat adalah membimbing dan melatih siswa. Guru yang baik adalah guru yang baik melihat tujuan mereka dan mereka bekerja dengan penuh keyakinan, serta memberikan contoh tentang kebiasaan belajar, memberikan perhatian dan usaha yang berencana tentang pengembangan dirinya secara terus menerus melalui belajar.56 Membimbing dan melatih peserta didik dibebankan menjadi tiga, yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam pembelajaran, intrakurikuler, dan ekstrakulikuler. a.
Membimbing
atau
melatih
peserta
didik
dalam
pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan secara menyatu dengan proses pembelajaran. b.
Membimbing dan melatih peserta didik dalam kegiatan intrakurikuler. Hal ini terdiri dari remedial dan pengayaan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu guru. Remedial
55 56
Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis ., 188. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), 39.
36
merupakan kegiatan bimbingan dan latihan yang ditujukan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi yang harus dicapai. Sementara pengayaan adalah kegiatan bimbingan dan latihan yang ditujukan kepada siswa yang telah mencapai kompetensi. Pelaksanaan ini dilakukan di dalam kelas dengan jadwal khusus, disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak harus dengan jadwal tetap. Beban kerja dalam kegiatan ini termasuk ke dalam beban kerja tatap muka. c.
Membimbing dan melatih peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini merupakan kegiatan pilihan dan bersifat wajib bagi siswa. Ada banyak macam kegiatan ekstrakurikuler, di antaranya pramuka, olahraga, kesenian, olimpiade, paskibraka, pecinta alam, PMR, jurnalistik, UKS, dan keruhanian. Bimbingan dan latihan dalam hal ini merupakan kegiatan yang tergolong dalam tatap muka.57
5) Melaksanakan tugas tambahan Kemudian, tugas yang kelima guru adalah melaksanakan tugas tambahan yang diberikan kepadanya. Tugas-tugas tambahan guru dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu tugas struktural dan tugas khusus. Tugas struktural
57
Barnawi dan Arifin, Kinerja Guru Professional.,21-22.
37
adalah tugas tambahan berdasarkan jabatan dalam struktur organisasi sekolah. Sementara tugas khusus adalah tugas tambahan yang dilakukan untuk menangani masalah khusus yang belum diatur dalam peraturan yang mengatur organisasi sekolah.58 5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Kinerja guru tidak terwujud dengan begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.59 Uraian rincian faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a.
Faktor
personal/individu,
meliputi
unsur
pengetahuan,
keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru. b.
Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan tem leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan
dukungan kerja pada guru. c.
Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim.
d.
Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi sekolah dan kultur kerja dalam organisasi sekolah.
58
Ibid,.22. Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru , (Jakarta: Gaung Persada, 2010), 129130.
59
38
e.
Faktor kontektual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori dan telah pustaka di atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah: 1. Jika efektivitas kepemimpinan kepala madrasah baik, maka kinerja guru di MA Darul Huda Mayak akan baik. 2. Jika efektivitas kepemimpinan kepala Madrasah tidak baik, maka kinerja guru di MA Darul Huda Mayak akan tidak baik. 3. Jika lingkungan kerja fisik baik, maka kinerja guru di MA Darul Huda Mayak akan baik. 4. Jika lingkungan kerja fisik tidak baik, maka kinerja guru di di MA Darul Huda Mayak akan tidak baik. 5. Jika efektivitas kepemimpinan kepala Madrasah dan lingkungan kerja fisik baik, maka kinerja guru di MA Darul Huda Mayak akan baik 6. Jika efektivitas kepemimpinan kepala Madrasah dan lingkungan kerja fisik tidak baik, maka kinerja guru di MA Darul Huda Mayak akan tidak baik. D. Hipotesis Penelitian Untuk mengetahui gambaran jawaban yang bersifat sementara dari
penelitian ini diperoleh hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara
39
terhadap rumusan masalah penelitian.60 Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka selanjutnya dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala Madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun Akademi 2015/2016.
60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2006), 64.
40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Metode
penelitian
diartikan
sebagai
cara
individual
untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.61 Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang datanya berupa angka-angka. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional, karena hubungan antara dua variabel. Adapun paradigma analisis datanya sebagaimana gambar 3.1 sebagai berikut:
X1
Y
X2
X1
: Kepemimpinan kepala madrasah
X2
: Lingkungan kerja fisik
Y
: Kinerja guru
B. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja, baik orang atau obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
61
Ibid., 3.
39
41
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel itu sendiri ada dua macam, yaitu: 1.
Variabel independen atau variabel bebas,
yaitu variabel
yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat.
Adapun variabel independen atau
variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik. 2.
Variabel dependen atau variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. 62 Adapun variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja guru. Penelitian ini diklasifikasikan dalam penelitian kuantitatif korelatif
dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara ketiga variabel yang diamati di madrasah. 1.
Variabel X1 adalah efektivitas kepemimpinan kepala Madrasah di MA Darul Huda Mayak Ponorogo.
2.
Variabel X2 adalah lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo.
3.
62
Variabel Y adalah kinerja guru di MA Daul Huda Mayak Ponorogo.
Ibid., 38-39.
42
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
1.
efektivitas kepemimpinan kepala madrasah sebagai variabel bebas satu (X1) merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya sebuah madrasah. Dalam penelitian ini, yang di maksud dengan kepemimpinan kepala madrasah adalah kepemimpinan kepala madrasah
yang efektif.
Selanjutnya untuk mengukur efektivitas kepemimpinan kepala madrasah adalah dengan menggunakan indikator yang diberikan oleh Supardi yaitu sebagai berikut:63 a) kepala sekolah efektif memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya, dan ia mendorong semua staf untuk mewujudkan visi tersebut. b) kepala sekolah efektif memiliki harapan tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja staf. c) kepala sekolah efektif tekun mengamati para guru di kelas dan memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran. d) kepala sekolah efektif mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang langkah-langkah untuk meminimalisir kekacauan. e) kepala sekolah efektif mampu memanfaatkan sumber-sumber material dan personil secara kreatif.
63
Supardi, Sekolah Efektif., 81-82.
43
f)
kepala sekolah efektif memantau prestasi siswa secara individual dan kolektif
dan
memanfaatkan
informasi
untuk
mengarahkan
perencanaan intruksional. 2.
Lingkungan kerja fisik sebagai variabel bebas dua (X2) ini memberi pengaruh pada kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah dan menggambarkan keadaan warga sekolah tersebut dalam keadaan harmonis. Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya adalah kebersihan, pencahayaan, dan sebagainya. Pentingnya lingkungan kerja fisik mendorong pada situasi kondusif bagi kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk melaksanakan tugas produktif. Dalam
penelitian ini,
untuk
mengukur
lingkungan kerja
fisik
menggunakan indikator yang diberikan oleh Barnawi dan Muhammad Arifin, yaitu sebagai berikut:64 a) Memiliki pencahayaan yang cukup sesuai dengan kebutuhan kegiatan kerja. b) Memiliki pewarnaan yang meningkatkan motivasi kerja. c) Memiliki kualitas udara yang menyehatkan. d) Tempat kerja yang selalu bersih dan nyaman. e) Memiliki suasana yang tenang atau jauh dari kebisingan. f) 64
Memberikan rasa aman bagi setiap orang dan aset-aset organisasi.
Barnawi dan Arifin, Kinerja Guru Professional,54.
44
3.
Kinerja guru sebagai variabel terikat (Y). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kinerja
adalah
sesuatu
yang
dicapai,
prestasi
yang
diperlihatkan, atau kemampuan kerja. Standar beban guru mengacu pada Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam pasal 35 disebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok, yaitu:65 a) guru merencanakan pembelajaran b) guru melaksanakan pembelajaran c) guru menilai hasil pembelajaran d) guru membimbing dan melatih peserta didik, serta e) guru melaksanakan tugas tambahan C. Instrumen Pengumpulan Data Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Data tentang efektivitas kepemimpinan kepala MA Darul Huda mayak Ponorogo.
2.
Data tentang lingkungan kerja fisik MA Darul Huda mayak Ponorogo
3.
Data tentang kinerja guru MA Darul Huda mayak Ponorogo. Untuk pengumpulan data tentang efektivitas kepemimpinan kepala
madrasah dan lingkungan kerja fisik (Variabel X) dan kinerja guru (Variabel Y) digunakan angket. Untuk angket dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 102-104. Adapun kisi-kisi instrumen pengumpul data dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
65
Barnawi dan Arifin, Kinerja Guru Professional.,15.
45
Tabel 3.1: Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data Judul
Variabel
Pengaruh
Variabel (X)
Efektivitas
Efektivitas
Kepemimpina Kepemimpin n kepala an Kepala madrasah dan Madrasah Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016
Indikator 1) Memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya, dan ia mendorong semua staf untuk mewujudkan visi tersebut. 2) Memiliki harapan tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja staf. 3) Tekun mengamati para guru di kelas dan memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran. 4) Mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang langkahlangkah untuk meminimalisir kekacauan. 5) Mampu memanfaatkan sumbersumber material dan personil
No.
Jumlah
pernyataan
pernyataan
1, 7
2
2,8
2
3,9
2
4,10
2
5,11
2
46
Lanjutan Tabel 3.1 Judul
Variabel
Variabel (X) Lingkungan Kerja Fisik
Variabel (Y) Kinerja guru
Indikator secara kreatif. 6) Memantau prestasi siswa secara individual dan kolektif dan memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan intruksional. 1. Memiliki pencahayaan yang cukup sesuai dengan kebutuhan kegiatan kerja. 2. Memiliki pewarnaan yang meningkatkan motivasi kerja. 3. Memiliki kualitas udara yang menyehatkan. 4. Tempat kerja yang selalu bersih dan nyaman. 5. Memiliki suasana yang tenang atau jauh dari kebisingan. 6. Memberikan rasa aman bagi setiap orang dan aset-aset organisasi. 1. Guru merencanakan pembelajaran 2. Guru melaksanakan pembelajaran
No.
Jumlah
pernyataan
pernyataan
6,12
2
1,7
2
2,8
2
3,9
2
\ 4,10
2
5,11
2
6,12
2
1,6
2
2,7
2
47 Lanjutan Tabel 3.1
Judul
Variabel
Indikator 3. Guru menilai hasil pembelajaran 4. Guru membimbing dan melatih peserta didik, serta 5. Guru melaksanakan tugas tambahan
No.
Jumlah
pernyataan
pernyataan
3,8
2
4,9
2
5,10
2
D. Pengembangan Instrumen Penelitian Seperti diketahui bahwa suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan ketetapan atau keajegan atau realibilitasnya.66 1.
Uji kelayakan Untuk menguji kelayakan pada instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini, instrumen penelitian ditimbang oleh dua orang penimbang untuk dikaji kesesuaian setiap butir pertanyaan dengan aspekaspek dan indikator yang akan diungkap. Penimbang terhadap instrumen penelitian dilakukan oleh dua orang pakar di dalam bidang pendidikan. Beliau adalah AB. Musyafa’ Fathoni. sebagaimana lampiran 1 pada halaman 103-105.
66
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 12.
48
2.
Uji keterbacaan Uji keterbacaan instrumen dilakukan kepada tiga guru Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak Ponorogo dalam rangka mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen. Melalui uji keterbacaan ini dapat diketahui kata-kata yang kurang difahami serta kalimat yang rancu dan kurang jelas sehingga butir pernyataan dalam instrumen dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut.
3.
Uji Validitas Instrumen dalam suatu penelitian perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti istrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.67 Jadi validitas instrumen mengarah pada ketepatan instrumen dalam fungsi sebagai alat ukur. Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis validitas konstruk sebab variabel dalam penelitian ini berkaitan dengan fenomena dan obyek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Adapun cara menghitungnya yaitu dengan menggunakan korelasi product moment dengan rumus: � =
Keterangan rxy 67
2−
−
2
2−
2
= Angka indeks Korelasi Product Moment.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan., 121.
49
Ʃx
= Jumlah Seluruh Nilai X.
Ʃy
= Jumlah Seluruh Nilai Y.
Ʃxy
= Jumlah Hasil Perkalian Antara Nilai X dan Y.
N
= Number of Cases
Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0.3 keatas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Bila harga korelasi di bawah 0.30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid sehingga harus diperbaiki atau dibuang.68 Jadi, butir instrumen dikatakan valid apabila harga korelasi (r hitung) besarnya lebih dari 0.30. Untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 30 responden dengan menggunakan 34 item pernyataan, yang terdiri dari 12 butir soal untuk variabel efektivitas kepemimpinan kepala madrasah, 12 butir soal untuk variabel lingkungan kerja fisik, dan 10 butir soal untuk variabel kinerja guru. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian ditabulasikan dan hasilnya dianalisis. Setelah dilakukan uji validitas sesuai dengan prosedur sebagaimana uraian tersebut di atas didapatkan hasil analisis butir masing-masing instrumen penelitian sebagai berikut:
68
Ibid., 126.
50
a.
Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah Dari hasil perhitungan validitas item instrument terhadap 12 butir soal untuk variabel efektivitas kepemimpinan kepala madrasah, dengan menggunakan aplikasi SPSS 16, ternyata semua butir soal dinyatakan valid. Adapun untuk mengetahui skor jawaban angket untuk uji validitas variabel
efektivitas kepemimpinan kepala
madrasah dapat dilihat pada lampiran 2 pada halaman 106. Hasil penghitungan validitas butir soal instrument penelitian variabel efektivitas
kepemimpinan kepala madrasah dalam
penelitian ini secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 3 pada halaman 107-109. Dan dari hasil dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini. Tabel 3.2 Rekapitulasi Uji Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Tentang Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah No. Soal
“r” hitung
“r” kritis
Keterangan
1.
0.384
0.3
Valid
2.
0.434
0.3
Valid
3.
0.603
0.3
Valid
4.
0.576
0.3
Valid
5.
0.535
0.3
Valid
6.
0.642
0.3
Valid
7.
0.633
0.3
Valid
8.
0.672
0.3
Valid
51 Lanjutan Tabel 3.2
b.
No. Soal
“r” hitung
“r” kritis
Keterangan
9.
0.493
0.3
Valid
10.
0.708
0.3
Valid
11.
0.727
0.3
Valid
12.
0.525
0.3
Valid
Lingkungan Kerja Fisik Untuk variabel lingkungan kerja fisik, terhadap 12 butir soal berdasarkan perhitungan dengan menggunakan aplikasi SPSS 16, semua butir soal dinyatakan valid. Adapun untuk mengetahui skor jawaban angket untuk uji validitas variabel lingkungan kerja fisik ini dapat dilihat pada lampiran 4 pada halaman 110. Hasil penghitungan validitas butir soal instrumen penelitian variabel lingkungan kerja fisik dalam penelitian ini secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 5 pada halaman 111-113. Dan dari hasil dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini. Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Tentang Lingkungan Kerja Fisik No. Soal
“r” hitung
“r” kritis
Keterangan
13.
0.326
0.3
Valid
14
0.352
0.3
Valid
15
0.326
0.3
Valid
52 Lanjutan tabel 3.3
c.
No. Soal
“r” hitung
“r” kritis
Keterangan
16
0.344
0.3
Valid
17
0.592
0.3
Valid
18
0.445
0.3
Valid
19
0.507
0.3
Valid
20
0.348
0.3
Valid
21
0.538
0.3
Valid
22
0.321
0.3
Valid
23
0.390
0.3
Valid
24
0.383
0.3
Valid
Kinerja Guru Sedangkan untuk variabel kinerja guru, dari 10 butir soal, dengan perhitungan menggunakan aplikasi SPSS 16, semua butir soal dinyatakan valid. Adapun untuk mengetahui skor jawaban angket untuk uji validitas variabel kinerja guru ini dapat dilihat pada lampiran 6 pada halaman 114. Hasil penghitungan validitas butir soal instrument penelitian variabel kinerja guru dalam penelitian ini secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 7 pada halaman 115-117 . Dan dari hasil dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini.
53
Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Tentang Kinerja Guru
4.
No. Soal
“r” hitung
“r” kritis
Keterangan
25.
0.565
0.3
Valid
26
0.638
0.3
Valid
27
0.777
0.3
Valid
28
0.416
0.3
Valid
29
0.673
0.3
Valid
30
0.721
0.3
Valid
31
0.795
0.3
Valid
32
0.705
0.3
Valid
33
0.787
0.3
Valid
34
0.796
0.3
Valid
Uji Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.69 Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.70 Jadi reliabilitas insturumen adalah konsistensi instrumen dalam fungsinya sebagai alat ukur.
69 70
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar ., 16. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D) ., 121.
54
Untuk menguji reliabilitas instrumen, dalam penelitian ini dilakukan secara internal consistency, dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.71 Karena
dipergunakan
untuk
menguji
reliabilitas
instrumen
pertanyaan yang jawabannya berskala, maka pengujian reliabilitas instrumen dianalisis dengan rumus Alpha Cronbach. Adapun rumus dari Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:
r11= Keterangan
�
�−1
1−
�i²
� ²
r11
= reliabilitas instrumen
k
= Jumlah butir pertanyaan
∑�� 2
= Total Varian butir pertanyaan
σt²
= Total varians
Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan terhadap guru yang bukan subyek penelitian sebenarnya, namun memiliki karakteristik yang relatif sama dengan subyek penelitian sebenarnya. Untuk keperluan uji coba instrumen penelitian, diambil responden sebanyak 30 guru untuk memenuhi rule of thumb kenormalan data.72
71
Ibid., 131. Zainal Mustofa EQ, Mengurai Variabel Hingga Instrumensasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 164. 72
55
Adapun untuk mengetahui skor jawaban angket untuk uji reliabilitas variabel kepemimpinan kepala madrasah, lingkungan kerja fisik, dan kinerja guru ini dapat dilihat pada lampiran 8, 9, dan 10 pada halaman 118-120. Secara terperinci hasil perhitungan reliabilitas variabel kepemimpinan kepala madrasah, lingkungan kerja fisik, dan kinerja guru dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan aplikasi SPSS 16 dalam lampiran 11, 12, dan 13 pada halaman 121-126. Tabel 3.5 Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Dari Nilai r (Reliabilitas Instrument)73 Besarnya Nilai 0.800-1.00 0.600-0.800 0.400-0.600 0.200-0.400 0.000-0.200 Tabel 3.6 Penelitian
Interprestasi Hubungan tinggi Hubungan cukup Hubungan agak rendah Hubungan rendah Hubungan sangat rendah (tidak berkorelasi)
Rekapitulasi Uji Reliabilitas Butir Soal Instrumen
Variabel X1
Alpaha Cronbach 0.745
Keterangan Hubungan cukup
X2
0.676
Hubungan cukup
Y
0.766
Hubungan cukup
Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa variabel (X1, X2 dan Y) masing-masing memiliki Cronbach Alpha = (0.745; 0.676; dan 0.766) Jadi kesimpulannya untuk
73
instrumen penelitian variabel efektivitas
S. Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2006), 276.
56
kepemimpinan kepala madrasah (X1), lingkungan kerja fisik (X2), dan kinerja guru (Y) adalah reliabel (Hubungan cukup). E. Lokasi, Populasi Dan Sampel 1.
Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasikan di MA Darul Huda Mayak Ponorogo. MA Darul Huda Mayak Ponorogo ini terlekat di jalan Ir. H. Juanda 38/VI Mayak Tonatan Ponorogo Jawa Timur. Madrasah ini lokasinya tidak jauh dari alun-alun kota Ponorogo, sekitar 3 kilo meter arah timur alun-alun kota Ponorogo. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di MA Darul Huda Mayak ponorogo karena madrasah ini adalah salah satu madrasah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo tahun akademi 2015/2016. Pondok Pesantren “Darul Huda” adalah salah satu dari sekian banyak pondok pesantren yang ada di kabupaten Ponorogo .Berdiri sejak tahun 1968 dengan menggunakan metode Salafiyatil Haditsah dengan maksud bahwa Pondok Pesantren “Darul Huda” melestarikan hal-hal lama yang baik dan mengembangkan hal-hal baru yang lebih baik dan bermanfaat. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan peneliti melakukan penelitian di MA Darul Huda Mayak Ponorogo. Selain hal tersebut bahwa Madrasah Aliyah Darul Huda adalah salah satu lembaga di dalam Pondok Pesantren Darul Huda dengan sistem kepengurusan yayasan, sehingga semua lembaga yang ada di dalamnya memiliki visi dan misi serta tujuan yang sama. Sehingga yang merumuskan visi tersebut bukan
57
dari masing masing kepemimpinan kepala madrasahnya melainkan dari pimpinan dan pendiri pondok pesantren “Darul Huda”. Dan jika disesuaikan dengan teori yang disampaikan oleh pakar pendidikan Supardi yang mengatakan bahwa seorang kepala madrasah harus memiliki visi yang kuat tentang masadepan sekolahnya, maka tidak sama. Hal inilah yang membedakan dan yang menjadi keunggulan sehingga patut untuk dikaji. Selanjutnya, berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang berada di MA Darul Huda setiap tahunnya mengalami penambahan yang banyak, sehingga karena banyaknya penambahan kelas, maka kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar sebagian ada yang belum ideal, yaitu seperti kelas semi permanen (kelas seng)74. Namun demikian, hal ini justru membuat tertarik untuk diteliti, karena walaupun kelasnya sebagian ada yang belum ideal, akan tetapi setiap tahunnya jumlah guru, dan murid mengalami peningkatan yang cukup banyak. Selanjutnya, jika melihat dari kinerja gurunya, maka guru MA Darul Huda Mayak memiliki kinerja yang baik. Salah satu indikator tersebut adalah output dari proses belajar mengajar yang mengalami kemajuan di setiap tahunnya. Hal ini diketahui dari jumlah murid pada setiap tahunnya dan hasil Ujian Akhir Nasional tahun 2015 yang menunjukkan hasil dan lulusan yang lebih banyak dan memuaskan,
74
Kelas seng adalah kelas yang atap dan dindingnya terbuat dari bahan seng
58
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa kinerja guru di MA Darul Huda Mayak baik. 2.
Populasi Penelitian Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.75 Pengertian lain, menyebutkan populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.76 Populasi dalam penelitian ini adalah Guru MA Darul Huda Mayak Ponorogo dengan jumlah 123 Populasi sebagaimana lampiran 14 pada halaman 127-129.
3.
Sampel Penelitian Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena populasi terlalu besar sehingga tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi maka diperlukan sampel. Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.77 Untuk mengambil sampel yang akan dilakukan dalam penelitian ini, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam pengambilan sampel ini, peneliti menggunakan teknik probability sampling disproportionate stratified random sampling . Teknik ini
75
Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 118. Ibid., 118. 77 Ibid., 121. 76
59
digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional,78 dengan perincian guru lulusan SMA berjumlah 16, lulusan S1 berjumlah 98, dan lulusan S2 berjumalah 9. Dengan melihat tabel penentuan jumlah sampel dan populasi tertentu di bawah ini, yang dikembangkan Isaac dan Michael maka sampel yang digunakan untuk jumlah populasi 124 adalah 89 dengan tingkat kesalahan 5 %.79 Adapun tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5%, dan 10% dapat dilihat pada lampiran 15 pada halaman 130. F. Tahap – tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian kuantitatif dilakukan melalui alat ukur penelitian dengan teknik yang obyektif dan baku yang memenuhi standar validitas yang tinggi. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis statistika sehingga hasil penelitian dapat memberi makna. Hasil penelitian ini merupakan generalisasi dan interpretasi berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan statistika. Kebenaran hasil penelitian didukung oleh hasil penelitian yang relevan dan validitas
serta reliabilitas alat ukur
penelitian yang digunakan. Penelitian kuantitatif diawali dengan menemukan masalah penelitian. Masalah penelitian dirumuskan secara konseptual atau operasional. Masalah penelitian harus dijawab secara teoretik sebagai dasar pembuatan hipotesis penelitian (jawaban sementara) yang akan dibuktikan kebenarannya melalui 78
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2006), 121. 79 Ibid., 126.
60
penelitian. Setelah pemilihan masalah dan untuk dapat menjawab kebenaran hipotesis, langkah berikutnya peneliti menentukan metode yang sesuai digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Seterusnya peneliti menentukan populasi kemudian merancang alat ukur penelitian dan dilanjutkan dengan pengumpulan data. Setelah terkumpul, peneliti menganalisis data dan mendapat temuan hasil penelitian. Langkah terakhir adalah menulis laporan hasil penelitian dengan menginterpretasi hasil analisis data, apakah tolak Ho atau gagal tolak Ho. Berikut adalah gambaran proses penelitian kuantitatif.80 Memilih Masalah Teoritis-empiris
Rumusan Masalah
Laporan/Kesimpulan Penelitian
Tinjauan Literatur Konsep Dan Teori Serta Penelitian Yang Relevan
Penelitian Hipotesis
Temuan Penelitian
Analisis Data
Penentuan Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Populasi dan Sampel
Pemilihan Instrumen Penelitian
Gambar 3.7 : Proses Penelitian Kuantitatif
80
Andhita Dessy Wulansari, Penelitian Pendidikan: Suatu Pendidikan Pendidikan Praktis Dengan Menggunakan SPSS (Ponorogo: STAIN Press, 2012), 28-29.
61
G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data seluruh responden atau sumber data lain terkumpul yang akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.81 Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melakukan dua langkah teknik analisa data, yakni analisa data pra penelitian dan analisa data setelah penelitian. Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.
Uji Sampel a.
Uji Normalitas Adapun
uji
normalitas
dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 b.
Uji Homogenitas Uji homogenitas ini dilakukan sebelum membandingkan beberapa kelompok data. Uji ini sangat perlu terlebih untuk menguji homogenitas variansi dalam membandingkan dua kelompok atau lebih. Adapun rumus yang digunakan untuk uji homogenitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi SPSS 16.
81
Sugyono, Metode Penelitian Pendidikan.,207.
62
c.
Uji Multikolinieritas Asumsi ini dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan linier yang
sempurna
di
antara
variabel
bebas.
Sehingga
uji
multikolinieritas hanya perlu pada regresi linier ganda. Hubungan linier variabel bebas dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang sempurna
dan
linier
yang
kurang
sempurna.82
Istilah
multikolinieritas ini diperkenalkan oleh Ragnar Frisch tahun 1934. Adapun rumus yang digunakan peneliti untuk uji Multikolinieritas dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. 2.
Teknik analisis data untuk rumusan masalah satu dan dua. Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab pengajuan hipotesis atau rumusan masalah pertama dan kedua adalah dengan analisis regresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mencari pola hubungan antara satu variabel dependen dengan satu variabel independen. Hubungan antara satu variabel terkait dengan dua variabel bebas dapat dikatakan linier jika dapat dinyatakan dalam : y = �0 +�1 1 +� (model untuk populasi), ŷ = �0 +�1
1
(model untuk sampel). Nilai b0, b1.
Adapun yang digunakan peneliti dalam Analisis linier sederhana adalah dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.
82
Edi Irawan, Pengantar Statistika Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014), 324.
63
3.
Teknik analisis data untuk rumusan masalah tiga. Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab pengajuan hipotesis atau rumusan masalah ketiga adalah dengan analisis regresi linier berganda dengan dua variabel bebas. Hubungan antara satu variabel terkait dengan dua variabel bebas dapat dikatakan linier jika dapat dinyatakan dalam:y = �0 +�1 1 +�2 = �0 +�1
1 +�2 2
2 +�
( model untuk populasi ), ŷ
(model untuk sampel ). Nilai b0, b1, b2. Adapun yang
digunakan peneliti dalam Analisis linier berganda adalah dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. Daerah penolakan: ℎ� ��
=
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka tolak H0, artinya variabel indepnden (X1 dan X2) berpangaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Untuk menyatakan besar kecilnya sumbang variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinasi sebagai berikut: R2 = r2 x 100% Keterangan R2
= nilai koefisien determinasi
r
= nilai koefisien korelasi product moment
64
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasikan di Madrasah Aliyah
Darul Huda Mayak
Ponorogo. Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak Ponorogo ini terlekat di jalan Ir. H. Juanda 38/VI Mayak Tonatan Ponorogo Jawa Timur. Madrasah ini lokasinya tidak jauh dari alun-alun kota Ponorogo, sekitar 3 kilo meter arah timur alun-alun kota Ponorogo. Madrasah Aliyah Darul Huda yang berdiri pada tanggal 29 September 1989 dengan nomor izin operasional W.n. 06.04/00.0352/58.14/1989, bernaung dibawah Yayasan Pondok Pesantren Darul Huda, merupakan salah satu dari sekian Madrasah Aliyah yang ada di kabupaten Ponorogo. Madrasah Aliyah Darul Huda sebagaimana Yayasan Pondok Pesantren Darul Huda tempat bernaung, menggunakan metode " "على نهج السلفية الحديثةdengan pengertian
"
" المحافظة على القديم الصالح واأخذ بالجديد اأصلح
yang artinya tetap
melestarikan metode lama yang baik dan mengambil baru yang lebih baik. Metode ini diharapkan sesuai arah kebijakan pemerintah mengenai kurikulum tahun 2006 ( KBK ) dengan pendekatan berbasis kompetensi yang mulai diberlakukan tahun 2004, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
63
65
B.
Status Madrasah
Madrasah Aliyah Darul Huda sejak awal berdirinya sesuai dengan izin Pendirian Madrasah dari Kantor wilayah Departemen Agama RI, No.
W.n.
06.04/00.0352/58.14/1989 tanggal 29 September 1989. dengan Nomor Statatistik Madrasah ( NSM ) 312 350 216 280 Status TERDAFTAR Sesuai dengan jenjang akreditasi dari Departeman Agama Republik Indonesia nomor : E.IV/29/1994 tanggal 24 Maret 1994 Madrasah Aliyah Darul Huda memiliki Status DIAKUI. Sesuai sertifikat Nomor Identitas Sekolah ( NIS ) Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ponorogo nomor : 421 / 1228 / 405.17 / 2003 Madrasah Aliyah Darul Huda tercatat dengan Nomor Identitas Sekolah
( NIS ) 31 00 50 , dan terakhir
sesuai dengan jenjang akreditasi yang dilakukan oleh Dewan Akreditasi Madrasah Provinsi Jawa Timur Nomor : B/Kw.13.4/MA/182/2005. sebagai Madrasah TERAKREDITASI dengan predikat B ( Baik ) dengan nilai 446,85. 1.
Visi Berilmu, Beramal dan Bertaqwa, dengan indikator sebagai berikut : Berilmu : Memiliki Ilmu yang berkualitas tinggi dalam penguasaan IPTEK dan IMTAQ sebagai Kholifah Fi al-ardl, Beramal : Terampil dalam melaksanakan ibadah (Hablun Minallah), dan Terampil dalam bermasyarakat (Hablun Minannas), Bertaqwa : Selalu menjujung tinggi kebenaran dan menjauhi segala keburukan , baik norma agama maupun norma masyarakat.
2.
Misi a. Me bekali Peserta Didik, Il u ya g ‘A aliyah.
66
b. Membiasakan Peserta Didik, beramal yang Ilmiyah. c. Menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah SWT. d. Menumbuhkan sikap dan amaliah keagamaan Islam e. Mengoptimalkan pengayaan terhadap nilai keagamaan f. Mengantar kader yang siap diri, cerdas,mandiri berilmu dan profesional serta berwawasan kebangsaan g. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, terampil, kreatif, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensin yang dimiliki, baik rohani, iptek dan akhlakul karimah h. Membina dan bekerjasama dengan lingkungan masyarakat i. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya dan potensinya, sehingga tumbuh dan berkembang secara utuh dan optimal j. Meningkatkan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan
3.
Tujuan a. Meningkatkan kualitas keilmuan yang amaliah bagi warga madrasah b. Meningkatkan kualitas amal yang ilmiah bagi warga madrasah c. Meningkatkan kualitas sikap dan amaliah keagamaan islam warga madrasah d. Meningkatkan kepedulian warga madrasah terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan madrasah e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dan fasilitas yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik.
67
4.
Target a. Terciptanya kegiatan di madrasah yang terencana dan terarah dengan acuan manajemen yang baik. b. Meningkatnya kualitas para guru dan jajaran pengelola madrasah lainnya, sehingga memungkinkan terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif dan menciptakan output yang handal. c. Berfungsinya unit – unit pendidikan baik yang berkaitan dengan kegiatan murid, guru dan kepala sekolah serta seluruh jajaran pengelola dan masyarakat, baik unit organisasional maupun fungsional , sehingga memungkinkan terjadinya kerjasama yang baik dan terbangunnya rasa tanggung jawab bersama antara kita.
5.
Sasaran Sasaran kegiatan peningkatan manajemen mutu pendidikan ini adalah manajemen pendidikan yang dijalankan oleh madrasah. Oleh karena itu seluruh komponen yang terlibat didalamnya, mulai dari kepala sekolah , guru, murid serta seluruh jajaran pengelola komite madrasah dan masyarakat dilingkungan madrasah sekitar. Seluru kegunaan yang dikembangkan dan komponen apa saja yang terlibat akan dijelaskan lebih jauh dalam bab selanjutnya. Dengan demikian kegiatan peningkatan manajemen mutu pendidikan bersifat menyeluruh, tidak hanya meningkatkan kualitas belajar mengajar sebagai sarana tunggal tetapi juga seluruh faktor yang mendukung baik internal maupun external. Oleh karena itu, maka untuk menjalin kerjasama
68
dengan berbagai pihak juga merupakan bagian tak terlupakan dalam kegiatan ini.83 C.
Struktur Organisasi MA Darul Huda Mayak Ponorogo Struktur organisasi dalam suatu lembaga sangat penting keberadaannya karena dengan melihat dan membaca struktur organisasi, memudahkan kita untuk mengetahui sejumlah personel yang menduduki jabatan tertentu di dalam lembaga tersebut. Melalui struktur organisasi tersebut pihak lembaga lebih mudah melaksanakan program yang telah direncanakan, mekanisme kerja, serta tugas dan tanggung jawab dapat berjalan dengan baik. Disamping itu juga untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas antara personil sekolah, sehingga tugas yang dibebankan kepada masingmasing personil dapat berjalan dengan lancar serta mekanisme kerja dapat diketahui dengan mudah. Adapun Struktur Organisasi MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun 2015/2016 adalah sebagai berikut:
83
A.
Kepala Madrasah
: Drs. Mudafir.
B.
Kepala Tata Usaha
: Ahmad Sujari, Az.
C.
Wakil Kurikulum
: Umar Salim, M.Pd.I
D.
Wakil Kesiswaan
: Qoribun Sidiq. S,Ag.
E.
Wakil Sarana Dan Prasarana
:Mudir Sunani
F.
Wakil Hubungan Kemasyarakatan
: Masyhuri, S,Pd,I.
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/7-IV/2016 dalam lampiran 31 pada laporan penelitian ini.
69
Sedangkan untuk struktur organisasi di MA Darul Huda Mayak Ponorogo secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran.84 D.
Keadaan Guru dan Siswa MA Darul Huda Mayak Ponorogo Secara keseluruhan guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo pada tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 123 orang85. Sedangkan siswa MA Darul Huda Mayak Ponorogo pada tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 875 siswa terdiri dari kelas X sebanyak 375 siswa, kelas XI sebanyak 269 siswa dan kelas XII sebanyak 231 siswa, dan 1451 siswi terdiri dari kelas X sabanyak 572 siswi, kelas XI sebanyak 476 siswi, dan kelas XII sebanyak 403 siswi. Selanjutnya terkait dengan data siswa di MA Darul Huda Mayak Ponorogo dapat dilihat pada lampiran.86
E.
Deskripsi Data Khusus Untuk memperoleh data mengenai efektivitas kepemimpinan kepala madrasah , lingkungan kerja fisik dan kinerja guru dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode angket langsung, yaitu angket yang dijawab oleh responden yang telah ditentukan oleh peneliti dengan ketentuan penskoran sebagai berikut; nilai 4 untuk jawaban sangat setuju, nilai 3 untuk jawaban Setuju, nilai 2 untuk jawaban tidak setuju, dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju untuk butir positif dan sebaliknya untuk butir negatif. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo yang berjumlah 89 responden dari 123 populasi yang diambil. Dari data yang terkumpul, selanjutnya peneliti mendeskripsikan data sebagai berikut :
84
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/7-IV/2016 dalam lampiran 32 pada laporan penelitian ini 85 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/7-IV/2016 dalam lampiran 29 pada laporan penelitian ini 86 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/7–IV/2016 dalam lampiran 30 pada laporan penelitian ini.
70
1.
Deskripsi Data Tentang Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah Deskripsi data yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang sejumlah data hasil penskoran angket yang disebarkan kepada guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo sesuai dengan kisi-kisi instrumen yang telah ditetapkan. Setelah diteliti maka penulis memperoleh data tentang efektivitas kepemimpinan kepala madrasah seperti di bawah ini. Tabel 4.1 Prosentase Skor Jawaban Angket Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah
X1
Valid
Valid
Cumulative
Frequency
Percent
Percent
Percent
3
3.4%
3.4
3.4
10
11.2%
11.2
14.6
42
20
22.5%
22.5
37.1
43
16
18.0%
18.0
55.1
44
12
13.5%
13.5
68.5
45
9
10.1%
10.1
78.7
46
7
7.9%
7.9
86.5
47
7
7.9%
7.9
94.4
48
5
5.6%
5.6
100.0
Total
89
100.0%
100.0
40
Lanjutan tabel 41 4.1
Adapun skor jawaban angket dan penghitungan penskoran jawaban angket dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 tentang efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dapat halaman 131-134.
dilihat pada lampiran 16 pada
71
Setelah dilakukan pensekoran terhadap angket dan diperoleh data seperti di atas, kemudian dicari Mx dan SDx untuk menentukan kategori efektivitas kepemimpinan kepala madrasah
di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo diterapkan dengan baik, sedang, dan kurang. Berikut perhitungan deviasi standarnya: Tabel 4.2 Perhitungan Standar Deviasi Variabel Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah
X1
F
Fx
x2
fx2
40
3
120
1600
4800
41
10
410
1681
16810
42
20
840
1764
35280
43
16
688
1849
29584
44
12
528
1936
23232
45
9
405
2025
18225
46
7
322
2116
14812
47
7
329
2209
15463
48
5
240
2304
11520
89
3882
17484
169726
Dari hasil perhitungan data di atas, kemudian dicari standar deviasinya dengan langkah sebagai berikut: a.
Mencari Rata-Rata (Mean) dari variabel X
72
Mx =
=
fx N
3882 89
= 43.61798 b.
Mencari Standar Deviasi dari variabel x1
SD x =
=
fx' N
2
fx' N
169726 3882 89 89
2
2
= 1907,034 43,61798
2
=
1907,034 1902,528
=
4,506
= 2,122734086 Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui Mx = 43.61798 dan SDx = 2,122734086. Untuk menentukan kategori efektivitas kepemimpinan kepala madrasah sangat baik, baik, dan kurang baik, dibuat pengelompokan skor dengan menggunakan patokan sebagai berikut:87
87
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) 176.
73
1).
Skor lebih dari Mx + 1.SD adalah kategori efektivitas kepemimpinan kepala madrasah itu sangat baik.
2).
Skor
kurang
dari
Mx
–
1.SD
adalah
kategor
efektivitas
kepemimpinan kepala madrasah itu kurang baik. 3).
Skor antara Mx – 1.SD sampai dengan Mx + 1.SD adalah kategori efektivitas kepemimpinan kepala madrasah baik.
Adapun perhitungannya adalah: Mx + 1.SD
= 43.61798 + 1x 2,122734086 = 43.61798 + 2,122734086 = 45,740714086 = 46 (dibulatkan)
Mx - 1.SD
= 43.61798 - 1x 2,122734086 = 43.61798 - 2,122734086 = 41,495245914 = 41 (dibulatkan)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa skor lebih dari 46 diketegorikan efektivitas kepemimpinan kepala madrasah itu sangat baik, sedangkan skor kurang dari 41 diketegorikan efektivitas kepemimpinan kepala madrasah
itu kurang baik, dan skor 41-46 dikategorikan efektivitas
kepemimpinan kepala madrasah
itu baik. Untuk mengetahui lebih jelas
74
tentang kategorisasi kepemimpinan kepala madrasah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Ketegorisasi Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah Di MA Darul Huda Mayak Ponorogo
No.
Skor
Frekuensi
Persentase
Kategorisasi
1.
Lebih dari 46
12
13,48%
Sangat Baik
2.
41 – 46
74
83,14%
Baik
3.
Kurang dari 41
3
3,38%
Kurang Baik
56
100%
Jumlah
Dari pengkategorian tersebut dapat diketahui bahwa yang menyatakan efektivitas kepemimpinan kepala madrasah
di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo dalam kategori sangat baik dengan frekuensi sebanyak 12 responden (13,48%) dalam kategori baik dengan frekuensi sebanyak 74 responden (83,14%), dan dalam kategori kurang baik dengan frekuensi sebanyak 3 responden (3,38%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa efektivitas kepemimpinan kepala madrasah
di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo tahun akademi 2015/2016 adalah baik. Selanjutnya hasil dari pengkategorian ini secara terperinci dapat dilihat dalam lampiran 17 pada halaman 135-137.
2.
Deskripsi Data Lingkungan Kerja Fisik
75
Deskripsi data yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang sejumlah data hasil penskoran angket yang disebarkan kepada guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo sesuai dengan kisi-kisi instrumen yang telah ditetapkan. Setelah diteliti maka penulis memperoleh data tentang lingkungan kerja fisik seperti di bawah ini. Tabel 4.4 Prosentase Skor Jawaban Angket Untuk Lingkungan Kerja Fisik
X2
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
38
4
4.5%
4.5
4.5
39
8
9.0%
9.0
13.5
40
4
4.5%
4.5
18.0
41
11
12.4%
12.4
30.3
42
15
16.9%
16.9
47.2
43
11
12.4%
12.4
59.6
44
14
15.7%
15.7
75.3
45
14
15.7%
15.7
91.0
46
4
4.5%
4.5
95.5
47
3
3.4%
3.4
98.9
48
1
1.1%
1.1
100.0
Total
89
100.0%
100.0
76
Adapun skor jawaban angket dan penghitungan penskoran jawaban angket dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 tentang lingkungan kerja fisik dapat dilihat pada lampiran 18 pada halaman 138-141. Setelah dilakukan pensekoran terhadap angket dan diperoleh data seperti di atas, kemudian dicari Mx dan SDx untuk menentukan kategori lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo diterapkan dengan baik, sedang, dan kurang. Berikut perhitungan deviasi standarnya: Tabel 4.5 Perhitungan Standar Deviasi Variabel Lingkungan Kerja Fisik
X1
F
Fx
x2
fx2
38
4
152
1444
5776
39
8
312
1521
12168
40
4
160
1600
6400
41
11
451
1681
18491
42
15
630
1764
26460
43
11
473
1849
20339
44
14
616
1936
27104
45
14
630
2025
28350
46
4
184
2116
8464
47
3
141
2209
6627
48
1
48
2304
2304
89
3797
20449
162483
77
Dari hasil perhitungan data di atas, kemudian dicari standar deviasinya dengan langkah sebagai berikut: a.
Mencari Rata-Rata (Mean) dari variabel X
Mx
fx
=
N
=
3797 89
= 42,6629213483 b.
Mencari Standar Deviasi dari variabel x
fx'
SD x =
2
N
=
fx' N
2
162483 3797 89 89
2
=
1825,6516853933 42,6629213483
=
1825,652 1820,125
=
5,527
2
= 2,3509572518 Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui Mx = 42,6629213483 dan SDx = 2,3509572518. Untuk menentukan kategori lingkungan kerja fisik di MA
78
Darul Huda Mayak
Ponorogo sangat baik, baik, dan kurang baik, dibuat
pengelompokan skor dengan menggunakan patokan sebagai berikut:88
1)
Skor lebih dari Mx + 1.SD adalah kategori lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo itu sangat baik.
2)
Skor kurang dari Mx – 1.SD adalah kategori lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo itu kurang baik. Skor antara Mx – 1.SD sampai dengan Mx + 1.SD adalah lingkungan kerja
fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo baik. Adapun perhitungannya adalah: Mx + 1.SD
= 42,6629213483 + 1x 2,3509572518 = 42,6629213483 + 2,3509572518 = 45.0138786001 = 45 (dibulatkan)
Mx - 1.SD
= 42,6629213483 - 1x 2,3509572518 = 42,6629213483 - 2,3509572518 = 40,31196409665 = 40 (dibulatkan)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa skor lebih dari 45 diketegorikan lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo itu 88
Ibid.
79
sangat baik, sedangkan skor kurang dari 40 diketegorikan lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo itu kurang baik, dan skor 40 - 45 dikategorikan lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo itu baik. Untuk mengetahui lebih jelas tentang kategorisasi lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Ketegorisasi Lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo
No.
Skor
Frekuensi
Persentase
Kategorisasi
1.
Lebih dari 45
7
7,9%
Sangat Baik
2.
40 – 45
71
79,76%
Baik
3.
Kurang dari 40
11
12,34%
Kurang Baik
Jumlah
89
100%
Dari pengkategorian tersebut dapat diketahui bahwa yang menyatakan lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak Ponorogo dalam kategori sangat baik dengan frekuensi sebanyak 7 responden (7,9%), dalam kategori baik dengan frekuensi sebanyak 71 responden (79,76%), dan dalam kategori kurang baik dengan frekuensi sebanyak 11 responden (12,34%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja fisik di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo tahun akademi 2015/2016 adalah baik.
Selanjutnya hasil dari pengkategorian ini secara terperinci dapat dilihat dalam lampiran 19 pada halaman 142-144.
80
3.
Deskripsi Data Tentang Kinerja Guru Deskripsi data yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang sejumlah data hasil penskoran angket yang disebarkan kepada guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo sesuai dengan kisi-kisi instrumen yang telah ditetapkan. Setelah diteliti maka penulis memperoleh data tentang kinerja guru seperti di bawah ini. Tabel 4.7 Prosentase Skor Jawaban Angket Untuk Kinerja Guru
Y
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
30
2
2.2%
2.2
2.2
31
3
3.4%
3.4
5.6
32
3
3.4%
3.4
9.0
33
1
1.1%
1.1
10.1
34
9
10.1%
10.1
20.2
35
14
15.7%
15.7
36.0
36
25
28.1%
28.1
64.0
37
19
21.3%
21.3
85.4
38
9
10.1%
10.1
95.5
39
3
3.4%
3.4
98.9
40
1
1.1%
1.1
100.0
81
Y
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
30
2
2.2%
2.2
2.2
31
3
3.4%
3.4
5.6
32
3
3.4%
3.4
9.0
33
1
1.1%
1.1
10.1
34
9
10.1%
10.1
20.2
35
14
15.7%
15.7
36.0
36
25
28.1%
28.1
64.0
37
19
21.3%
21.3
85.4
38
9
10.1%
10.1
95.5
39
3
3.4%
3.4
98.9
40
1
1.1%
1.1
100.0
Total
89
100.0%
100.0
Adapun skor jawaban angket dan penghitungan penskoran jawaban angket dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 tentang kinerja guru dapat dilihat pada lampiran 20 pada halaman 145-148. Setelah dilakukan pensekoran terhadap angket dan diperoleh data seperti di atas, kemudian dicari Mx dan SDx untuk menentukan kategori
82
kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo diterapkan dengan sangat baik, baik, dan kurang baik. Berikut perhitungan deviasi standarnya: Tabel 4.8 Perhitungan Standar Deviasi Variabel Kinerja Guru
Y
f
fy
y2
fy2
30
2
60
900
1800
31
3
93
961
2883
32
3
96
1024
3072
33
1
33
1089
1089
34
9
306
1156
10404
35
14
490
1225
17150
36
25
900
1296
32400
37
19
703
1369
26011
38
9
342
1444
12996
39
3
117
1521
4563
40
1
40
1600
1600
Jumlah
89
3180
13585
113968
Dari hasil perhitungan data di atas, kemudian dicari standar deviasinya dengan langkah sebagai berikut: a.
Mencari Rata-Rata (Mean) dari variabel X
Mx
=
fx N
83
=
3180 89
= 35.73034 b.
Mencari Standar Deviasi dari variabel x
SDy =
=
=
fy' N
2
fy' N
113968 3180 89 89
2
2
12380,539 35,73034
2
= 1280,539 1276,657
=
3,882338
= 1,9703649408 Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui Mx = 35.73034 dan SDy = 1,9703649408. Untuk menentukan kategori kinerja guru di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo sangat baik, baik, dan kurang baik, dibuat
pengelompokan skor dengan menggunakan patokan sebagai berikut:89
1)
Skor lebih dari Mx + 1.SD adalah kategori kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo itu sangat baik.
2)
Skor kurang dari Mx – 1.SD adalah kategori kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo itu kurang baik.
89
Ibid.
84
3)
Skor antara Mx – 1.SD sampai dengan Mx + 1.SD adalah kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo baik.
Adapun perhitungannya adalah: Mx + 1.SD
= 35.73034 + 1 x 1,9703649408 = 35.73034 + 1,9703649408 = 37,7007049408 = 38 (dibulatkan)
Mx - 1.SD
= 35.73034 - 1 x 1,9703649408 = 35.73034 - 1,9703649408 = 33,7599750592 = 34 (dibulatkan) Dengan demikian dapat diketahui bahwa skor lebih dari 38
diketegorikan kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo itu sangat baik, sedangkan skor kurang dari 34 diketegorikan kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo kurang baik, dan skor 34 – 38 dikategorikan kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun itu baik. Untuk mengetahui lebih jelas tentang kategorisasi kinerja guru
di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Ketegorisasi Kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo
85
No.
Skor
1. Lebih dari 38 Lanjutan tabel 4.9 2. 34 – 38 3.
Kurang dari 34 Jumlah
Dari pengkategorian
Frekuensi
Persentase
Kategorisasi
4
4,49%
Sangat Baik
77
86,52%
Baik
8
8,99%
Kurang Baik
89
100%
tersebut dapat diketahui bahwa yang
menyatakan kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo dalam kategori sangat baik dengan frekuensi sebanyak 4 responden (4,49%), dalam kategori baik dengan frekuensi sebanyak 77 responden (86,52%), dan dalam kategori kurang baik dengan frekuensi sebanyak 8
responden (8,99%). Dengan
demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016 adalah baik. Selanjutnya hasil dari pengkategorian ini secara terperinci dapat dilihat dalam lampiran 21 pada halaman 149-151.
86
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Data (Pengujian Hipotesis) Setelah peneliti melakukan penelitian dan memperoleh data yang dibutuhkan sesuai dengan pembahasan pada tesis ini, maka data tersebut belum dapat dipahami sebelum dilakukan analisis data. Namun sebelum dilakukan analisis data dalam penelitian ini, data yang sudah di dapat harus diuji normalitas dan homogenitasnya. 1) Uji Normalitas dan Uji Homogenitas. a.
Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji prasyarat untuk mengetahui apakah data yang diperoleh tersebut normal atau tidak. Jika normal maka data tersebut layak digunakan untuk penelitian. Uji normalitas yang paling sederhana adalah dengan membuat grafik distribusi frekuensi data. Mengingat kesederhanaan tersebut, maka pengujian normalitas data sangat tergantung pada kemampuan data dalam mencapai plotting data. Jika jumlah data cukup banyak dan penyebarannya tidak 100% normal (tidak normal sempurna), maka kesimpulan yang ditarik kemungkinan salah. Untuk menghindari kesalahan tersebut lebih baik memakai beberapa rumus yang telah teruji keterandalannya, yaitu uji Kolmogorov-Smirnov, Lillifors, dan uji Chi Square.
87
Untuk
uji
normalitas
dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. Untuk hasil hitung uji normalitas secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Aplikasi SPSS 16, dengan Rumus Kolmogorov-Smirnov Variabel Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah, Lingkungan Kerja Fisik, Dan Kinerja Guru. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
89
Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
0.0000000 1.53416653
Absolute
0.106
Positive
0.067
Negative
-0.106
Kolmogorov-Smirnov Z
0.996
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
0.274
Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0.274 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel X1, X2, dan Y berdistribusi normal. Adapun hasil penghitungan uji normalitas dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov dari variabel efektivitas kepemimpinan madrasah, lingkungan kerja fisik, dan kinerja guru dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 dapat dilihat pada lampiran 22 pada halaman 151. b.
Uji Homogenitas
88
Uji
homogenitas
ini
juga
diperlukan
sebelum
kita
membandingkan beberapa kelompok data. Uji ini sangat diperlukan terlebih untuk menguji homogenitas variasi dalam membadingkan dua kelompok atau lebih. Adapun untuk uji homogenitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi SPSS 16 dengan Test of Homogeneity of Variances. Untuk hasil hitung uji homogenitas
secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 5.2 Hasil Uji Homogenitas Menggunakan aplikasi SPSS 16 dengan Test of Homogeneity of Variances Variabel Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah, Lingkungan Kerja Fisik, Dan Kinerja Guru. Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
X1
1.698
8
78
0.112
X2
1.336
8
78
0.239
Berdasarkan output SPSS 16 di atas diketahui bahwa nilai signifikansi variabel kinerja guru (Y) berdasarkan variabel efektivitas kepemimpinan kepala madrasah (X1) = 0.112 lebih besar dari (>) 0.05, dan variabel kinerja guru (Y) berdasarkan variabel lingkungan kerja fisik (X2) = 0.239 lebih besar dari (>) 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel kinerja guru (Y) berdasarkan variabel efektivitas kepemimpinan kepala madrasah (X1) dan lingkungan kerja fisik (X2) mempunyai varian yang sama ( homogen)
89
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel X1 dengan Y, dan X2 dengan Y tersebut homogen. Adapun hasil penghitungan uji homogenitas menggunakan aplikasi SPSS 16 dengan Test of Homogeneity of Variances dari variabel efektivitas kepemimpinan kepala madrasah, lingkungan kerja fisik, dan kinerja guru secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 23 pada halaman 152. c.
Uji Multikolinieritas Asumsi ini dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan linier yang
sempurna
di
antara
variabel
bebas.
Sehingga
uji
multikolinieritas hanya perlu pada regresi linier ganda. Hubungan linier variabel bebas dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang sempurna dan linier yang kurang sempurna.90 Untuk hasil hitung uji homogenitas secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut;
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan aplikasi SPSS 16 dengan Variabel Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah, dan Lingkungan Kerja Fisik. Coefficientsa Model 90
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
Edi Irawan, Pengantar Statistika Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014), 324.
90
B 1
(Constant)
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF
9.270
3.549
2.612
.011
.294
.101
.317 2.912
.005
.590 1.696
.091
.382 3.509
.001
.590 1.696
X1
X2 .320 a. Dependent Variable: Y
Dari output penghitungan spss 16 di atas dapat diketahui bahwa nilai VIF X1 adalah 1,696, dan VIF X2 adalah 1,696. Semua lebih kecil dari 10.00 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antara variabel efektivitas kepemimpinan kepala madrasah, (X1) dan lingkungan kerja fisik (X2). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel X1 dan X2
tidak
multikolinieritas.
Adapun
hasil
penghitungan
uji
multikolinieritas menggunakan SPSS 16 dari variabel efektivitas kepemimpinan kepala madrasah, dan lingkungan kerja fisik secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 24 pada halaman 153-154. 2) Pengujian Hipotesis. Setelah data terkumpul dan diuji normalitas, homogenitas dan multikolinieritasnya, maka data tersebut dapat digunakan dalam penelitian untuk dilakukan analisisa data. Adapun analisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut; a.
Analisis Data Tentang Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016.
91
Untuk
menganalisis
data
tentang
pengaruh
efektivitas
kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo, peneliti menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan menggunakan aplikasi spss 16 sebagai berikut: Tabel 5.4 Penghitungan Regresi Untuk Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo Dengan Menggunakan Aplikasi SPSS 16. ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Mean Square
df
Regression
108.752
1
Residual
236.777
87
Total 345.528 a. Predictors: (Constant), X1 b. Dependent Variable: Y
88
Adapun
hasil
Penghitungan
F
Sig.
108.752 39.959 .000a 2.722
Regresi
untuk
pengaruh
efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 25 pada halaman 155-158. Selanjutnya dari tabel di atas dilakukan pengujian parameter secara overall. 1)
Hipotesis
92
Ha = β1 ≠ 0 ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016. Ho = β1 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016. 2)
Daerah penolakan, (dengan α = 5%) Fhitung =
MSR 108.752 39.959 MSE 2.722
Ftabel = F (p ; n-2) = F. 0,05 (1;87) = 3,96 Dengan melihat hasil dari Fhitung adalah 39.959 dan Ftabel 3,96, nilai F hitung tersebut lebih besar dari F tabel sehingga terima Ha, artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016.
3)
Menghitung nilai R2
R2
SSR 108.752 0,3147414971 31.4741497071% SST 345.528
93
Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R2) di atas didapatkan nilai yaitu 31.4741497071%. Artinya efektivitas kepemimpinan kepala madrasah 31.4741497071%
terhadap
(X1) berpengaruh sebesar kinerja
guru
(Y)
dan
68.5258502929% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. b.
Analisis Data Tentang Pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap Kinerja Guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016. Untuk menganalisis data tentang Pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo, peneliti menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 sebagai berikut: Tabel 5.5 Penghitungan Regresi Untuk Pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap Kinerja Guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Mean Square
df
Regression
117.990
1
Residual
227.538
87
F
117.990 45.114
Sig. .000a
2.615
Total 345.528 88 a. Predictors: (Constant), X2 b. Dependent Variable: Y Adapun hasil Penghitungan regresi untuk pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo Dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 26 pada halaman 159-162.
94
Selanjutnya dilakukan pengujian parameter secara overall 1) Hipotesis Ha = β1 ≠ 0 ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo Ho = β1 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo 2) Daerah penolakan, (dengan α = 5%) Fhitung =
MSR 117.990 45,114 MSE 2,6165
Ftabel = F (p ; n-2) = F. 0,05 (1;54) = 3,96 Dengan melihat hasil dari F hitung adalah 45,114 dan F tabel 3,96, nilai F hitung tersebut lebih besar dari F tabel sehingga terima Ha, artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo.
3) Menghitung nilai R2
R2
SSR 117,990 0,3414773911 34,1477391123% SST 345,528
95
Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R2) di atas didapatkan nilai yaitu 34,1477391123% artinya Lingkungan Kerja Fisik (X2) berpengaruh sebesar 34,1477391123% terhadap Kinerja Guru (Y) dan 65,852268877% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. c.
Analisis Data Tentang Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Guru di MA Darul huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016. Untuk
menganalisis
data
tentang
pengaruh
efektivitas
kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo, peneliti menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 sebagai berikut: Tabel 5.6 Penghitungan Regresi Untuk Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah Dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Guru Di Ma Darul Huda Mayak Ponorogo ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
138.405
2
Residual
207.123
86
Total 345.528 a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
88
Adapun
hasil
Penghitungan
F
69.203 28.734
Sig. .000a
2.408
Regresi
Untuk
Pengaruh
efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo,
96
dengan Menggunakan Aplikasi SPSS 16 secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 27 pada halaman 163-166. Selanjutnya dilakukan pengujian parameter secara overall 1) Hipotesis Ha = β1 ≠ 0 ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016. Ho = β1 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016.
2) Daerah penolakan, (dengan α = 5%) Fhitung =
69,203 MSR 28,734 2,408 MSE
Ftabel = F (p ; n-2) = F. 0,05 (1;54) = 3,96 Dengan melihat hasil dari F hitung adalah 28,734 dan F tabel 3,96, nilai F hitung tersebut lebih besar dari F tabel sehingga terima Ha, artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan
97
kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016.. 3) Menghitung nilai R2
R2
SSR 138,405 0,4005608807 40,0560880739% SST 345,528
Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R2) di atas didapatkan
nilai
yaitu
40,0560880739%
artinya
antara
efektivitas kepemimpinan kepala madrasah (x) dan lingkungan kerja fisik (x) berpengaruh sebesar 40,0560880739% terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo (y) dan 59,9439119261% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
B. Pembahasan dan Interprestasi Dalam penelitian ini, peneliti mengamati tiga hal yang menjadi pokok bahasan yaitu pengaruh efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo, pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo, dan pengaruh efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo . Dalam pembahasan tentang pengaruh efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo, peneliti menggunakan angket dalam mengumpulkan data, yang diisi oleh seluruh guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo. Dari angket tersebut kemudian diperoleh data untuk diuji menggunakan rumus regresi linier
98
sederhana dan untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan rumus Ftabel = Fα (1;n-2). Dimana responden yang diteliti berjumlah 89 responden, sehingga 89-2 = 87. Dengan demikian taraf signifikasi sebesar 5% maka diperoleh Ftabel = F0,05 (1;87). Dengan melihat tabel F dapat diketahui nilai Ftabel. Karena dalam tabel tidak dijumpai F sebesar 87, dipergunakan F yang mendekati angka 87, sehingga diperoleh Ftabel = 3,96 dan analisis hipotesis diperoleh Fhitung sebesar 39.959. Karena Fhitung tersebut lebih besar dari Ftabel maka Ha diterima. Dengan demikian maka ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R2) di atas didapatkan nilai yaitu 31.4741497071% artinya efektivitas kepemimpinan kepala madrasah (x) berpengaruh sebesar 31.4741497071% terhadap kinerja guru (y) dan 68.5258502929% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yaitu 1) faktor personal/individu, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru, 2) faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim, 3) faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi sekolah dan kultur kerja dalam organisasi sekolah, dan 4) faktor kontektual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
99
Dalam pembahasan tentang pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo, peneliti menggunakan angket dalam mengumpulkan data, yang diisi oleh seluruh guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo. Dari angket tersebut kemudian diperoleh data untuk diuji menggunakan rumus regresi linier sederhana dan untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan rumus Ftabel = Fα (1;n-2). Dimana responden yang diteliti berjumlah 89 responden, sehingga 89-2 = 87. Dengan demikian taraf signifikasi sebesar 5% maka diperoleh Ftabel = F0,05 (1;87). Dengan melihat tabel F dapat diketahui nilai Ftabel. Karena dalam tabel tidak dijumpai F sebesar 87, dipergunakan F yang mendekati angka 87, sehingga diperoleh Ftabel = 3,96 dan analisis hipotesis diperoleh Fhitung sebesar 45,114. Karena Fhitung tersebut lebih besar dari Ftabel maka Ha diterima. Dengan demikian maka ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R2) di atas didapatkan nilai yaitu 34,1477391123% artinya
kepemimpinan
kepala
madrasah(x)
berpengaruh
sebesar
34,1477391123% terhadap kinerja guru (y) dan 65,852268877% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yaitu 1) faktor personal/individu, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru, 2) faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan tem leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja pada guru 3) faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim,
100
kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim, dan 4) faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi sekolah dan kultur kerja dalam organisasi sekolah. Dalam pembahasan tentang pengaruh efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo, peneliti menggunakan angket dalam mengumpulkan data, yang diisi oleh seluruh guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo. Dari angket tersebut kemudian diperoleh data untuk diuji menggunakan rumus regresi linier berganda dan untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan rumus Ftabel = Fα (1;n-2). Dimana responden yang diteliti berjumlah 89 responden, sehingga 89-2 = 87. Dengan demikian taraf signifikasi sebesar 5% maka diperoleh Ftabel = F0,05 (1;87). Dengan melihat tabel F dapat diketahui nilai Ftabel. Karena dalam tabel tidak dijumpai F sebesar 87, dipergunakan F yang mendekati angka 87, sehingga diperoleh Ftabel = 3,96 dan analisis hipotesis diperoleh Fhitung sebesar 28,734. Karena Fhitung tersebut lebih besar dari Ftabel maka Ha diterima. Dengan demikian maka ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R2) didapatkan nilai yaitu 40,0560880739% artinya efektivitas kepemimpinan kepala madrasah (x1) dan lingkungan kerja fisik (x2) berpengaruh sebesar 40,0560880739% terhadap kinerja guru (y) dan 59,9439119261% sisanya
101
dipengaruhi oleh faktor lain yaitu 1) faktor personal/individu, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru, 2) faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim, dan 3) faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi sekolah dan kultur kerja dalam organisasi sekolah.
102
BAB VI PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan uraian deskripsi data serta analisis data dalam penelitian tesis dengan judul “Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Kepala Madrasah Dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Guru di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo Tahun Akademi 2015/2016”, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: 1.
Ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 39.959 lebih besar dari nilai Ftabel 3,96 sehingga Ha diterima. Dari nilai R2, diketahui
bahwa
efektivitas
kepemimpinan
kepala
madrasah
berpengaruh sebesar 31.4741497071% terhadap kinerja guru
dan
68.5258502929% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. 2.
Ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 45,114 lebih besar dari nilai Ftabel = 3,96, sehingga Ha diterima. Dari nilai (R2) diketahui bahwa lingkungan kerja fisik berpengaruh sebesar 34,1477391123% terhadap kinerja guru dan 65,852268877% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
103
3.
Ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas
kepemimpinan
kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 28,734 lebih besar dari nilai Ftabel = 3,96, sehingga Ha diterima. Dari nilai (R2) diketahui bahwa efektivitas kepemimpinan
kepala
madrasah
dan
lingkungan
kerja
fisik
berpengaruh sebesar 40,0560880739% terhadap kinerja guru
dan
59,9439119261% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yakni Ha, yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016 diterima. B.
Saran Berdasarkan uraian sebagaimana simpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran sebagai rekomendasi hasil penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagi kepala Ma Darul Huda Mayak Ponorogo Dengan bukti ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, diharapkan bagi kepala
Ma
meningkatkan
Darul
Huda
Mayak
kepemimpinannya
Ponorogo
agar
lebih
harus efektif
senantiasa dari
yang
104
sebelumnya, karena kepemimpinan kepala madrasah yang efektif akan mampu meningkatkan kinerja guru . 2.
Bagi semua warga MA Darul Huda Mayak Ponorogo Dengan bukti ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak Ponorogo tahun akademi 2015/2016, di harapkan bagi semua warga MA Darul Huda Mayak Ponorogo senantiasa menjaga dan memelihara lingkungan kerja agar lebih kondusif, dengan adanya lingkungan kerja fisik madrasah yang kondusif, peserta didik akan merasakan kenyamanan dan semangat dalam belajar di madrasah.
3.
Bagi lembaga pendidikan MA Darul Huda Ponorogo Dengan bukti ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo tahun akademi
2015/2016, di harapkan bagi lembaga pendidikan MA Darul Huda Mayak Ponorogo harus senantiasa meningkatkan kepemimpinan kepala madrasah yang lebih efektif dan lingkungan kerja fisik yang kondusif dari yang sebelumnya agar mampu meningkatkan efektivitas madrasah, dengan adanya kepala madrasah yang efektif, lingkungan kerja fisik yang kondusif dan madrasah yang efektif pula akan mampu bersaing dengan lembaga unggul lainnya dan bisa menghasilkan lulusan yang unggul dan berkualitas. 4.
Bagi Peneliti Berikutnya
105
Dengan
bukti
ada
pengaruh
yang
signifikan
antara
kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja guru di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo tahun akademi
2015/2016, di harapkan bagi peneliti berikutnya untuk meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja guru yaitu 1) faktor personal/individu, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru, 2) faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim, dan 3) faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi sekolah dan kultur kerja dalam organisasi sekolah.