Al-Sihah : Public Health Science Journal
363-370
Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Aktifitas Fisik Pasien Dm Tipe 2 Andi Sitti Rahmah1 1
Prodi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
ABSTRAK Angka Kejadian Diabetes Melitus terus mengalami peningkatan, baik di Indonesia maupun seluruh dunia. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti malas berolahraga, banyaknya aktifitas sedentary,dll merupakan salah satu faktor resiko terjadinya DM tipe 2. Edukasi gizi sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman terhadap pasien DM tipe 2 tentang cara hidup yang sehat. Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh edukasi gizi terhadap aktifitas fisik pasoen DM tipe 2. Penelitian dilakukan di Puskesmas Bara-Baraya dan Puskesmas Batua Makassar terhadap 19 orang pasien DM tipe 2. Dilakukan pengukuran antropometri dan aktifitas fisik sebelum dan setelah diberikan edukasi gizi. Edukasi gizi dilakukan secara kelompok 1x di awal penelitian, kemudian dilanjutkan dengan 1x per minggu secara indivual dengan mendatangi rumah responden. Diperoleh hasil terjadi peningkatan aktifitas fisik yang bermakna (p<0.05) dari 1575.7±910.40 met/minggu menjadi 1717.1±854.68 met/minggu. Disimpulkan bahwa pemberian edukasi gizi meningkatkan aktifitas fisik pasien DM tipe 2 Kata Kunci : DM tipe 2, Edukasi Gizi karena kelainan sekresi insulin, kerja insu-
Pendahuluan
P
enyakit Tidak Menular (PTM) terus
lin, atau kedua-duanya (American Diabetes
mengalami peningkatan. Data pada
Association, 2010)
tahun 2008, menyatakan sekitar 58% ke-
Angka kejadian Diabetes Melitus
matian di seluruh dunia disebabkan oleh
(DM) akan terus mengalami peningkatan.
PTM. Untuk usia 15-69 tahun PTM yang
Di seluruh dunia, prevalensi DM diperkira-
paling banyak
menyumbang kematian
kan akan meningkat dari 2,8% pada tahun
adalah penyakit kardiovaskular dan diabe-
2000 menjadi 4,4% pada tahun 2030. Jum-
tes, yang disusul oleh kanker dan penyakit
lah penduduk yang menderita DM di selu-
pernapasan kronik lainnya (Alwan, Lancet
ruh dunia diperkirakan akan meningkat dari
2010)
171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit
metabolik
pada tahun 2030 (Wild, ADA 2004)
dengan
Menurut versi International Diabetes
karakteristik hiperglikemia yang terjadi
Federation (IDF), Indonesia pada tahun
Alamat Korespondensi: Gedung FKIK Lt.1 UIN Alauddin Makassar
ISSN : 2086-2040 Vol. VI, No. 2, Juli-Desember 2014
364
AL -SIH AH
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
2011 berada pada urutan ke-10 negara di
tubuh merupakan faktor utama penyebab
dunia yang memiliki penderita DM terban-
diabetes mellitus selain disfungsi pankreas
yak sekitar 7,3 juta jiwa, dan diperkirakan
(Arora 2008 dalam Purnamasari 2013)
akan naik menempati urutan ke-9 pada ta-
Salah satu faktor gaya hidup yang ber-
hun 2030 dengan jumlah penderita DM se-
peran dalam terjadinya diabetes melitus
banyak 11,8 juta jiwa (Whiting, elsevier
adalah sedentary, yakni perilaku yang
2011)
menghabiskan energi rendah, seperti duduk Menurut American Diabetes Associa-
atau berbaring.
tion (ADA), Indonesia berada pada urutan
Penelitian oleh Wilmot menemukan
ke-4 dengan jumlah penderita DM pada ta-
bahwa tingginya tingkat perilaku sedentary
hun 2000 sebanyak 8,4 juta jiwa, dan
berhubungan dengan peningkatan resiko
diperkirakan meningkat menjadi 21,3 juta
diabetes dengan RR sebesar 112%, pening-
jiwa pada tahun 2030 (Wild, ADA 2004)
katan resiko penyakit kardiovaskular sebe-
Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi DM di
sar
147%, dan kematian akibat penyakit
kardiovaskular sebesar 90% (Wilmot 2012)
Indonesia juga mengalami peningkatan, dari
Hal ini senada dengan penelitian Coo-
1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada
per pada tahun 2011 yang menjelaskan
tahun 2013 (Riskesdas 2013)
bahwa waktu sedentary yang tinggi erat kai-
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum di
tannya dengan kejadian DM tipe 2 (Coper 2011)
hampir semua negara, dan terus mengalami
Penanganan DM memerlukan peran
peningkatan, seiring dengan pembangunan
serta dan kesadaran aktif pasien, keluarga
ekonomi dan urbanisasi yang menyebabkan
dan masyarakat. Tenaga kesehatan men-
perubahan gaya hidup yang ditandai dengan
dampingi dan berupaya memberikan moti-
menurunnya
vasi kepada mereka untuk tetap menjaga
tingkat
aktivitas fisik , dan peningkatan obesitas.
dan meningkatkan kesehatannya. Adapun
Pola hidup juga sangat mempengaruhi
yang menjadi bahan edukasi antara lain
faktor penyebab diabetes mellitus. Jika
pengetahuan tentang pemantauan glukosa
orang malas berolah raga memiliki risiko
darah mandiri, tanda dan gejala hipoglike-
lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
mia serta cara mengatasinya harus diberikan
mellitus karena olah raga berfungsi untuk
kepada pasien, pentingnya aktifits fisik
membakar kalori yang berlebihan di dalam
dalam pengendalian kadar glukosa darah,
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam
jenis dan cara melakukan aktfitas fisik pada
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
AL -SIH AH
pasien DM tipe 2.
365
Data dianalisis menggunakan pro-
Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian edukasi gizi terhadap
gram SPSS dan diuji dengan menggunakan Uji Wilcoxon.
aktifitas fisik pasien DM tipe 2. Hasil Penelitian Tabel 1 menunjukkan karakteristik
Metode Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di
responden
berdasarkan jenis kelamin
Puskesmas Batua Raya dan Bara-Baraya
adalah perempuan yaitu 66.7%, sedangkan
Kota Makassar. Jenispenelitian ini adalah
pada lelaki terdapat 33.3%,berdasarkan
penelitian eksperimen semu dengan one
pekerjaan responden yang terbanyak adalah
group pretest dan posttest design. Pengam-
IRT/Tidak bekerja sebesar 40%, sedangkan
bilan sampel dilakukan dengan mengguna-
berdasarkan tingkat pendidikan responden
kan teknik purposive sampling sebanyak 15
menunjukkan bahwa kelompok responden
orang. Pada responden tersebut dilakukan
yang paling banyak adalah tingkat pendidi-
pengukuran aktifitas fisik sebelum dan
kan lanjutan yaitu sebesar 60% . Kelompok
setelah edukasi gizi, kemudian dibanding-
umur responden terbanyak menderita DM
kan diukur perubahan yang terjadi sebelum
Tipe II terdapat pada kelompok umur >50
dan setelah edukasi.
Tahun yaitu sebesar 66,7%. Berdasarkan
Data penelitian diperoleh dengan
status gizi responden yang banyak adalah
mengumpulkan data primer dan data se-
yang memiliki status gizi normal sebesar
kunder.
menggunakan
40%, berdasarkan aktifitas fisik sebanyak
kuisioner yag berisi identitas pasien, status
8.7% respoden berada pada akitifitas fisik
gizi dan aktifitas fisik pasien. Adapun pen-
sedang.
Data
primer
gukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan
timbangan
merk
rata umur responden 51.47±4.27 tahun,
camry, tinggi badan diukur dengan meng-
dengan IMT 24.75±3.93 kg/m2. Aktifitas
gunakan microtoice. Pengukuran aktifitas
fisik sebelum dilakukan edukasi gizi adalah
fisik
1575.7±910.40 Met/minggu.
dilakukan
dengan
digital
Tabel 2 menggambarkan bahwa rata-
menggunakan
kuisioner IPAQ (International Physical
Tabel 3 menjelaskan perubahan IMT,
Activity Quistinarre) . Data sekunder gam-
Lingkar Perut dan Aktifitas Fisik Respon-
baran umum Puskesamas Batua Raya dan
den Setelah diberikan edukasi gizi selama
Bara-baraya Kota Makassar dan diperoleh
30 hari. Terjadi perubahan IMT dan akti-
dari data profil puskesmas masing-masing.
fitas fisik yang bermakna (p<0.05), dimana
366
AL -SIH AH
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
terjadi peningkatan IMT sebesar 0.46±0.66
sar 141.4±209.36 met/minggu.
kg/m2 dan peningkatan aktifitas fisik sebeTabel 1 .Karakterisitik Responden Variabel Jenis Kelamin
n
%
Laki-laki
5(33.3)
33.3
Perempuan Pendidikan
10(66.7)
66.7
Pendidikan Dasar
1(6.7)
6.7
Pendidikan Lanjutan
9(60.0)
60.0
5(33.3)
33.3
IRT
6(40)
40
Guru/Dosen
4(26.7)
26.7
Wiraswasta
4(26.7)
26.7
Normal
6(40)
40
Lebih
3(20)
20
Obesitas Tahap I
3(20)
20
3(20)
20
5(33.3)
33.3
>50 tahun Kejadian Obesitas Sentral
10(67)
66.7
Tidak Obese Sentral
5(33.3)
33.3
10(66.7)
66.7
Ringan
2(13.3)
13.3
Sedang
13(86.7)
86.7
Berat
-
-
Sarjana Pekerjaan
Status Gizi
Obesitas Tahap II Kelompok Umur <50 tahun
Obese Sentral Jenis Aktifitas Fisik
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
367
AL -SIH AH
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi dan Aktifitas Fisik Sebelum Edukasi Gizi Pemeriksaan Umur (tahun) BMI (kg/m2) Lingkar Perut (cm)
mean±SD 51.47±4.27 24.75±3.93
Laki-laki
93.8±7.63
Perempuan Aktifitas Fisik (Met/Minggu)
87.15±11.52 1575.7±910.40
Tabel 2 menggambarkan bahwa ratarata umur responden 51.47±4.27 tahun,
fisik sebelum dilakukan edukasi gizi adalah 1575.7±910.40 Met/minggu.
dengan IMT 24.75±3.93 kg/m2. Aktifitas Tabel 3. Analisis Perubahan IMT, Lingkar Perut dan AKtifitas Fisik Sebelum dan Setelah Edukasi Gizi Variabel Sebelum 24.75±3.93 IMT (kg/m2) Lingkar Perut
Setelah 25.21±3.70
Δ mean ↑ 0.46±0.66
P* 0.017
(cm) Laki2
93.8±7.63
93.2±8.41
↓ 0.6±1.34
0.276
Perempuan
87.15±11.52
87.35±11.99
↑ 0.2±3.7
0.753
1717.1±854.68
↑ 141.4±209.36
0.028
Aktifitas
Fisik 1575.7±910.40
(MET/minggu) Tabel 3 menjelaskan perubahan IMT,
Pembahasan
Lingkar Perut dan Aktifitas Fisik Respon-
Hasil penelitian ini adalah bahwa ter-
den Setelah diberikan edukasi gizi selama
jadi perubahan aktifitas fisik yang ber-
30 hari. Terjadi perubahan IMT dan akti-
makna pada pasien DM tipe 2 setelah
fitas fisik yang bermakna (p<0.05), dimana
diberikan edukasi gizi selama 30 hari. Pe-
terjadi peningkatan IMT sebesar 0.46±0.66
rubahan yang terjadi adaah aktifitas fisik
2
kg/m dan peningkatan aktifitas fisik sebe-
s e b e l um
e d u ka s i
sar 141.4±209.36 met/minggu.
1575.7±910.40
gi z i
s e b e sa r
met/minggu,
meningkat
368
AL -SIH AH
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
menjadi 1717.1±854.68 met/minggu setelah dilakukan edukasi gizi (p<0.05).
betes 8. Mampu memanfaatkan fasilitas pelaya-
Edukasi gizi diberikan di awal peneli-
nan kesehatan yang ada
tian secara berkelompok dengan mengum-
Latihan Jasmani
yang dianjurkan
pulkan seluruh responden, dan memberikan
adalah latihan jasmani secara teratur (3-4
penyuluhan mengnai tanda dan gejala DM
kali seminggu selama kurang lebih 30
tipe 2, bahaya DM tipe 2, pengobattan dan
menit), kemudian tetap melakukan kegiatan
pencegahan DM tipe 2, pentingnya olahraga
sehari-hari seperti berjalan ke pasar, dan
dan cara melakukan olahraga bagi DM tipe
sebagainya. Aktifitas fisik yang teratur
2. Edukasi gizi dilanjutkan dengan men-
mampu menurunkan berat badan, mengu-
datangi rumah responden setiap minggu dan
rangi resistensi insulin yang pada akhirnya
dilakukan secara individual.
mampu mengontrol gula darah
Tujuan utama edukasi adalah agar
Perhimpunan Endokrinolog Indonesia
penyandang DM bisa berperilaku hidup se-
(Perkeni) menganjurkan penderita DM un-
hat, antara lain :
tuk
1. Mengikuti pola makan sehat.
(menonton televisi, menggunakan internet,
2. Meningkatkan kegiatan jasmani.
main game computer), mempersering ak-
3. Menggunakan obat diabetes dan obat-
tivitas seperti berolahraga, rekreasi dan ak-
obat pada keadaan khusus secara aman
tivitas fisik yang tinggi ketika liburan (jalan
dan teratur.
cepat, golf, olah otot, bersepeda, sepak
mengurangi
aktivitas
sedenter
4. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah
bola), serta menganjurkan untuk membiasa-
Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan
kan bergaya hidup sehat (berjalan kaki ke
data yang ada.
pasar tanpa menggunakan kendaraan, meng-
5. Melakukan perawatan kaki secara berkala
tempat parker, dan sebagainya) (Konsensus
6. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat 7. Mempunyai
gunakan tangga bukan lift, berjalan dari Pengendalian dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011) Prinsip latihan jasmani yang dilaku-
keterampilan
mengatasi
kan (Nurhaedar 2009):
masalah yang sederhana, dan mau ber-
1) Continous:
gabung dengan kelompok penyandang
Latihan jasmani harus berkesinam-
diabetes serta mengajak keluarga untuk
bungan dan dilakukan terus menerus tanpa
mengerti pengelolaan penyandang dia-
berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
pasien harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti.
369
AL -SIH AH
badan. 2.
Olah raga teratur dapat meningkatkan
2) Rhytmical:
jumlah reseptor pada dinding sel tem-
Latihan olah raga dipilih yang ber-
pat insulin bisa melekatkan diri.
irama yaitu otot-otot berkontraksi dan re-
3.
laksasi secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.
Olah raga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.
4.
Olah raga meningkatkan kadar koles-
3) Interval:
terol ―baik‖ dan mengurangi kadar
Latihan dilakukan selang-seling antar
kolesterol ―jahat‖.
gerak cepat dan lambat. Contoh: jalan cepat
5.
Olah raga teratur bisa membantu me-
diselingi jalan lambat, jogging diselangi
lepaskan
jalan.
ketegangan, sehingga memberikan 4) Progresive:
kecemasan
stress,
dan
rasa sehat dan bugar.
Latihan dilakukan secara bertahap
6.
sesuai kemampuan, dari intensitas ringan sampi sedang selama mencapai 30 – 60
Petunjuk Berolah Raga Untuk Diabetes Tidak Bergantung Insulin
7.
menit.
Gula darah rendah jarang terjadi selama berolahraga dan karena itu tidak
Sasaran HR
= 75 – 85 % dari mak-
perlu untuk memakan karbohidrat
simal HR.
ekstra
Maksimal HR = 220 – (umur).
8.
Olah raga untuk menurunkan berat
5). Endurance:
badan perlu didukung dengan pengu-
Latihan daya tahan untuk meningkat-
rangan asupan kalori
kan kemampuan kardiorespirasi, seperti
9.
Olah raga sedang perlu dilakukan
jalan jogging dan sebagainya. Latihan den-
setiap hari. Olah raga berat mungkin
gan prinsip seperti di atas minimal dilaku-
bisa dilakukan tiga kali seminggu
kan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari
10.
Sangat penting untuk melakukan lati-
yang lain dapat digunakan untuk melaku-
han ringan guna pemanasan dan
kan olah raga kesenangannya. Olah raga
pendinginan sebelum dan sesudah
yang teratur memainkan peran yang sangat
berolah raga
penting dalam menangani diabetes, man-
11.
Pilihlah olah raga yang paling sesuai
faat – manfaat utamanya sebagai berikut:
dengan kesehatan dan gaya hidup
1.
anda secara umum
Olah
raga
membantu
membakar
kalori karena dapat mengurangi berat
12.
Manfaat olah raga akan hilang jika
370
AL -SIH AH
tidak berolah raga selama tiga hari berturut-turut 13.
Olah raga bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan kalori bertambah. Karena itu sangat penting bagi anda untuk menghindari makan makanan ekstra setelah berolah raga.
14.
Dosis obat telan untuk diabetes mungkin perlu dikurangi selama olah raga teratur.
Penutup Kesimpulan Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian edukasi gizi meningkatkan aktifias fisik pasien DM tipe 2. Daftar Pustaka Alwan A, et al. Monitoring and surveillance of chronic non-communicable diseases: progress and capacity in highburden countries. Lancet 2010; 376: 1861–68. www.thlancet.com Wild S, et al., (2004). Global Prevalence of Diabetes Estimates for the year 2000 and projections for 2030. American Diabetes Association. Diabetes care Whiting, D R, et al. IDF Diabetes Atlas: Global estimates of the prevalence of diabetes for 2011 and 2030. d i a b e t esresearchandclinicalpr actice94(2011)311–321. www.elsevier.com Purnamasari, A. Desi. Upaya Penanganan Dan Perilaku Pasien Penderita Diabe-
V O L UM E V I, N O. 2, JU L I— D E SE M BE R 2014
tes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin 2013 Wilmot et al. Sedentary time in adults and the association with diabetes,cardiovascular disease and death: systematic review and meta-analysis . Diabetologia (2012) 10 May 2012 Cooper A R et al. Sedentary time, breaks in sedentary time and metabolic variables in people with newly diagnosed type 2 diabetes . Diabetologia (2012) 10 May 2011 Perkeni. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia 2011. Jafar, Nurhaedar. Penanggulangan Diabetes Melitus Tipe 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. 2009