Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS PADA LUAS UNGKAPAN DALAM LAPORAN TAHUNAN Linda Andriani Setiawan
[email protected]
Akhmad Riduwan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the impact of corporate governance, company’s size, and profitability in the wide disclosure of the annual report. In this research corporate governance is proxy with the institutional ownership, managerial ownership, the proportion of independent board of commissioners, as well as the audit committee.The population in this research is Manufacturer Companies which are listed in Indonesia Stock Exchange from 2010 to 2012. The samples are taken by using purposive sampling with the criteria which has been determined so that the samples are 33 manufacturer companies. The hypothesis test is conducted by using multiple linear regressions analysis technique. The research result shows that: (1) institutional ownership has negative influence to wide disclosure; (2) managerial ownership has negative influence to the wide disclosure; (3) the proportion of independent board of commissioners have positive influence to the wide disclosure; (4) the audit committee has negative influence to the wide disclosure; (5) the company’s size has no influence to the wide disclosure; (6) profitability has no influence to the wide disclosure. Keywords: Corporate Governance, Company’s Size, Profitability, and Wide Disclosure. ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan, dan profitabilitas pada luas ungkapan dalam laporan tahunan.Dalam penelitian ini corporate governance diproksi dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, serta komite audit.Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012.Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah tentukan sehingga diperoleh sampel sebanyak 33 perusahaan manufaktur. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada luas ungkapan; (2) Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada luas ungkapan; (3) Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif pada luas ungkapan; (4) Komite audit berpengaruh negatif pada luas ungkapan; (5) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada luas ungkapan; (6) Profitabilitas tidak berpengaruh pada luas ungkapan. Kata kunci: Corporate governance, ukuran perusahaan,profitabilitas, dan luas ungkapan.
PENDAHULUAN Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas operasional usahanya. Sementara itu terdapat pihak yang memiliki kelebihan dana (investor-kreditor) yang bermaksud menginvestasikan dananya ke perusahaan yang dapat memberi keuntungan dan keamanan atas investasinya. Untuk itu investor memerlukan informasi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
2
yang akurat dan relevan untuk mendukung pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan. Perusahaan akan menggunakan laporan tahunannya yang terdiri dari laporan wajib dan laporan sukarela untuk pemegang saham dan investor potensial maupun pemerintah. Laporan tahunan perusahaan dapat memberikan gambaran kinerja selama satu tahun, dan dapat menjelaskan masa depan perusahaan. Pasar modal menjembatani hubungan antara pemilik modal (investor), dan pihak yang membutuhkan dana. Sebelum investor berinvestasi ke pasar modal, investor memerlukan informasi yang dapat dipercaya agar kepetusan yang dibuatnya benar, dan dapat mengurangi resiko yang dihapinya.Informasi tersebut harus disediakan oleh perusahaan di pasar modal agar para investor memperoleh informasi secara merata. Keterbukaan perusahaan terhadap laporan tahunan akan meningkatkan kepercayaan investor dan meminimalkan ketidakpastian yang dihadapi investor. Laporan tahunan merupakan media bagi manajemen perusahaan untuk memberi informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai sarana pertanggungjawaban kepada publik atas sumber daya yang dikelolanya. Pengungkapan laporan tahunan ada 2 jenis yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclousure), dan pengungkapan sukarela (volountary disclousure). Pengungkapan wajib merupakan kebijaksanaan dari Bapepam yang mewajibkan bagi perusahaan go public untuk mengungkapkan laporan tahunan perusahaan. Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan kebijaksaan dari perusahaan go public itu sendiri untuk mengungkapkan laporan tahunannya kepada publik dengan sukarela. Tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan tahunan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyaikepentingan berbeda-beda.Hal yang berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi yang harus diungkap disebut tingkat pengungkapan (level disclosure). Pengungkapan informasi yang kurang memadai dapat merugikan pemegang saham, selain itu informasi yang disajikan dapat menyebabkan keputusan investasi yang salah. Apabila dilihat dari sudut pandang teori keagenan, rendahnya pengungkapan informasi pada pelaporan keuangan akan menimbulkan dampak keagenan yaitu adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemilik dan manajemen (Beneish, 2001). Menurut teori keagenan, untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan antara pemilik dan manajemen maka diterapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG).Corporate Governance (CG) merupakan suatu mekanisme yang digunakan pemegang saham dan kreditor perusahaan untuk mengendalikan tindakan manajer (Dallas, 2004). Mekanisme tersebut dapat berupa mekanisme internal yaitu struktur kepemilikan yang salah satu aspeknya adalah konsentrasi kepemilikan saham, struktur dewan komisaris yang salah satu aspeknya adalah komposisi dewan komisaris, dan mekanisme eksternal, yaitu pengendalian oleh pasar, kepemilikan institusional, serta audit oleh auditor eksternal (Babic, 2001). Penelitian ini menggunakan empat mekanisme untuk mengukur good corporate governance yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan komite audit. Selama ini, kebijakan luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan dapat berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Hardiningsih (2008:67) menyatakan bahwa perbedaan luas pengungkapan sukarela dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan seperti budaya perusahaan, bidang usaha, proses produksi, pasar, sumber daya dan lain-lain. Struktur perusahaan meliputi ukuran (size) perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban. Kinerja (performance) perusahaan meliputi likuiditas perusahaan dan laba (profitabilitas).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
3
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan menjadi ajang untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor terutama pengungkapan yang bersifat sukarela.Laporan tahunan adalah laporan yang diterbitkan setahun sekali, berisi data keuangan (laporan keuangan) dan informasi non-keuangan.Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen suatu perusahaan kepada pihak eksternal dan internal perusahaan.Sedangkan informasi non-keuangan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan pengungkapannya tergantung dari kondisi dan kebutuhan masing-masing perusahaan.Laporan tahunan menjadi media komunikasi informasi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor, dan stakeholder.Selain itu, laporan tahunan juga dijadikan media pertanggungjawaban manajer dalam pelaksanaan tugasnya menjalankan perusahaan. Pengertian Pengungkapan Hendriksen dan Breda (2002:429) mengemukakan bahwa pengungkapan diartikan sebagai penyampaian (release) informasi.Para akuntan cenderung menggunakan dalam batasan yang lebih sempit yaitu penyampaian informasi keuangan tentang perusahaan dalam laporan keuangan, umumnya laporan tahunan. Pengungkapan (disclosure) berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan, dalam hal ini stakeholder.Dalam laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberi informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Hardiningsih, 2008:69).Jadi, pengungkapan adalah penyampaian informasi atau data mengenai kegiatan perusahaan kepada para pemangku kepentingan, terutama shareholder (pemegang saham). Corporate Governance Penelitian mengenai corporate governance menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen selaras dengan kepentingan shareholders (terutama minority interest). Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok: (1) berupa internal mechanism (mekanisme internal) seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. (2) external mechanisms seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing (Barnhart dan Rosentein, 1998). Utama (2003) menyatakan bahwa prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkan memberi manfaat diantaranya yaitu: (1) meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen; (2) meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; (3) meningkatkan citra perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah, dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholders terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik. Pengertian Good Corporate Governance Sulistiyanto dan Wibisono (2003) mengemukakan bahwa good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik dapat didefinisikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi setiap stakeholders.Ada dua hal yang ditekankan dalam mekanisme ini pertama, pentingnya hak pemegang saham atau investor untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya, dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholders.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
4
Good coroprate governance secara singkat dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan (Efendi, 2009:2). Hal ini disebabkan karena good corporate governance dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen bersih, transparan, dan profesional. Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan dan struktur kepemilikan yang dimilikinya. Ukuran perusahaan berkaitan dengan pengungkapan yang akan dilakukannya dalam rangka penawaran umum (go public). Perusahaan besar yang telah go publicakan mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil karena menyangkut beberapa hal, salah satunya teori keagenan. Teori keagenan (agency theory) menjadi sorotan dalam pengungkapan informasi perusahaan go public karena menyangkut berbagai macam pihak yang berkepentingan. Perusahaan besar akan memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, agar biaya keagenan dapat diminimalisir, perusahaan besar akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas (Hardiningsih, 2008:71). Ukuran perusahaan juga mencerminkan jaringan operasional perusahaan.Perusahaan besar memiliki berbagai macam produk yang dihasilkan dan beroperasi di berbagai tempat, termasuk di luar negeri.Perusahaan besar memiliki karyawan berketrampilan tinggi dalam rangka pengungkapan informasi.Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi dalam pengungkapan informasi.Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun oleh publik.Pengungkapan informasi yang lebih banyak menjadi bagian dari upaya perusahaan guna menghindari resiko dan mewujudkan akuntabilitas publik.Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar pula.Adanya sumber daya yang besar tersebut, perusahaan besar perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal.Informasi yang diungkapkan perusahaan sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal.Hal ini membuat perusahaan besar tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan pengungkapan secara lengkap (Sudarmadji dan Sularto, 2007:3). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran (size) sebuah perusahaan (Wijayanti, 2013: 28): 1. Ukuran total asset Aset yang dimiliki oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya terdiri atas asset lancar dan asset tetap. Perusahaan yang memiliki asset tetap yang besar menunjukkan bahwa kegiatan operasi perusahaan akan dapat ditopang dengan baik yang tercermin melalui revenue yang diperoleh perusahaan. 2. Hasil penjualan bersih Analisis penjualan selama ini memberikan perhatian kepada pertumbuhan permintaan produk perusahaan sebagai hal yang penting terhadap kesuksesan investasi.Namun, pertumbuhan dalam kemampuan menghasilkan laba, bukan penjualan per unit merupakan tujuan yang ingin dicapai. 3. Kapitalisasi pasar (market capitalized) Semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar.Hal ini menyebabkan perusahaan semakin dikenal masyarakat (investor). Profitabilitas Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009) indikator kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Prospek yang bagus akan menarik minat investor
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
5
untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan sehingga diperlukan pengungkapan yang lebih luas pada laporan tahunan perusahaan. Rasio profitabilitas menjadi bentuk penilaian terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan.Hal ini berarti bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asset maupun modal perusahaan (Sjahrial dan Purba, 2011:40).Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan.Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengukur profitabilitas (Wijayanti, 2013: 30): 1. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.Rasio NPM mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam tingkat penjualan.Semakin tinggi NPM menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi pula pada tingkat penjualan tertentu. 2. Return On Assey (ROA) Return On Assey (ROA) merupakan aset yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba terhadap total asset setelah dikurangi beban bunga dan pajak. ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa lalu. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan akan semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) yang semakin besar. 3. Return On Equity (ROE) Return On Equity adalah rasio yang menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan laba yang tersedia bagi pemegang saham 4. Gross Profit Margin Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap penjualan. 5. Operating Ratio Operating ratio merupakan rasio yang mengukur biaya operasi dari setiap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Pengembangan Hipotesis Pengaruh kepemilikan institusional pada luas ungkapan dalam laporan tahunan Aryati (dalam Permanasari, 2012:197) menyatakan bahwa struktur kepemilikan yang dimiliki oleh publik dan asing tidak berpengaruh terhadap pengungkapan.Marwata (2001) menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan khususnya pada perusahaan jasa dan trading, tetapi hasil berbeda untuk perusahaan manufaktur. Sedangkan Nuryaman (2009) menyatakan konsentrasi kepemilikan oleh publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela.Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan. H1: Kepemilikan institusional berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
6
Pengaruh kepemilikan manajerial pada luas ungkapan dalam laporan tahunan Haniffa dan Cooke (2002) menunjukkan bahwa tingkat kontrol keluarga di suatu perusahaan negatif terkait dengan jumlah pengungkapan sukarela.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan keluarga yang terkontrol tidak memerlukan informasi tambahan karena pemilik dan manajer dapat mengakses informasi dengan mudah, sehungga mengarah ke biaya agen yang rendah dan asimetri informasi rendah. H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan. Pengaruh proporsi komisaris independen pada luas ungkapan dalam laporan tahunan Penelitian Nasir dan Abdullah (2004) menunjukkan hasil positif bahawa komposisi board independenceakan berpengaruh positif terhadap pengungkapan. Semakin besar komposisi dewan yang independen maka akan mendorong kontrol dan pengelolaan yang lebih baik pada pengungkapan. Nuryaman (2009) yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3:Proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan. Pengaruh komite audit pada luas ungkapan dalam laporan tahunan Menurut Susiana dan Herawaty (2007) bahwa mekanisme corporate governance yang salah satu variabelnya adalah komite audit , berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Barako(2007) menyatakan bahwa komite audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Nasir dan Abdullah (2004) menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. H4:Komite audit berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan. Pengaruh ukuran perusahaan (size) pada luas ungkapan dalam laporan tahunan Pengungkapan informasi secara sukarela dilakukan sebagai carauntuk mengurangi biaya-biaya keagenan (Hardiningsih, 2008).Nuryaman(2009) menambahkan bahwa perusahaan besar banyak disorot oleh publikdan analis pasar modal sehingga akan memberikan informasi yang lebihbanyak. Nandi dan Ghosh (2012) menemukan buktiukuran perusahaan berhubungan positif dengan tingkat pengungkapansukarela. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskanhipotesis sebagai berikut: H5: Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan. Pengaruh profitabilitas pada luas ungkapan dalam laporan tahunan Kondisi perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi akanmendorong manajer untuk mengungkapkan lebih banyak informasiakuntansi dalam laporan tahunannya karena menyangkut kompensasi bagipara manajernya (Nandi dan Ghosh, 2012). Penelitian AlMoataz dan Hussaainey (2009) menemukan bukti bahwa profitabilitas berpengaruh terhadappengungkapan sukarela. H6 : Profitabilitas berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
7
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periodeobservasi 2010-2012.Peneliti mengumpulkan data dari laporankeuangan dan laporan tahunan perusahaan.Sampel pada penelitian iniadalah perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur yangterdaftar di BEI selama periode tahun 2010-2012.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang telah listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010, 2011, dan 2012, (2)Perusahaan manufaktur yang dapat diperolehlaporan tahunan (annual report) yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode pengamatan 2010, 2011, dan 2012. Proses pengambilan dilakukan secara purposive sampling, (3) Perusahaan manufaktur yang laporan tahunan dinyatakan dalam mata uang rupiah Indonesia, (4) Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami rugi selama periode pengamatan 2010, 2011, dan 2012. Berdasarkan teknik purposive samplingdengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, diperoleh sampel sebanyak 33 sampel perusahaan manufaktur.Dari jumlah sampel tersebut diperoleh jumlah objek observasi sebanyak 99 dari periode pengamatan tahun 2010, 2011, dan 2012. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Kepemilikan Institusional Kepemilikan Institusional dapat memantau secara profesional perkembangan investasinya maka tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan. Kepemilikan Institusional merupakan sebagai investor yang canggih dan seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibandingkan dengan kepemilikan non institusional (Siregar dan Utama, 2005). Kepemilikan institusional diukur dengan skala rasio melalui jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional dibandingkan dengan total saham perusahaan. Ada pun rumus yang digunakan untuk mengukur variabel kepemilikan institusional adalah: KI =
Jumlah saham yang dimiliki investor intitusi Total modal saham perusahaan yang beredar
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan dengan principal.Kepemilkian manajemen diukur menggunakan skala rasio melalui presentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Susiana dan Herawaty, 2007). Ada pun rumus yang digunakan untuk mengukur variable kepemilikan manajerial adalah: KM =
Jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen Total modal saham perusahaan yang beredar
Komisaris Independen Komisaris independen yang memiliki sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota komisaris, berarti telah memenuhi pedoman good corporate governance guna menjaga independensi, pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
8
cepat.Komisaris independen diukur dengan menggunakan skala rasio melalui presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan (Isnanta, 2008). Ada pun rumus yang digunakan untuk mengukur variable komisaris independen adalah: KOMIN =
Jumlah anggota komisaris dari luar perusahaan Total anggota dewan komisaris perusahaan
Komite Audit Menurut peraturan menteri negara badan usaha milik negara nomor PER-05/MBU/2006 tentang komite audit bagi badan usaha milik negara menyebutkan bahwa komisaris dan dewan pengawas wajib membentuk komite audit, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dalam melaksanakan tugasnya, komite audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada komisaris/dewan pengawas. Komite audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala melalui prenstase anggota komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap seluruh anggota komite audit (Isnanta, 2008). Ada pun rumus yang digunakan untuk mengukur variable komite audit adalah: KA =
Jumlah anggota komite audit dari luar Jumlah seluruh anggota komite audit
Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan berkaitan dengan besarnya perusahaan yang diukur berdasarkan total asset. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus: SIZE = log (total asset) Penelitian ini menggunakan total aset dalam mengetahui ukuran perusahaan, karena berdasarkan penelitian Fitriani (2001) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) total asset lebih menunjukkan ukuran perusahaan dibandingkan dengan kapitalisasi pasar. Data ukuran perusahaan disajikan dalam skala nominal dengan lambang SIZE. Profitabilitas Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai perusahaan dalam mencari keuntungan.Rasio ini juga menunjukkan tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Analisis rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROA yang dirumuskan sebagai berikut: ROA = laba bersih setelah pajak total asset Rasio ROA menunjukkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan apabila diukur dari total nilai asset. Data profitabilitas disajikan dalam skala rasio dengan lambang ROA.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
9
Variabel Dependen Dalam penelitian ini, luas ungkapan sebagai variabel dependen.Luas ungkapan adalah pengungkapan informasi dalam laporan tahunan yang dilakukan perusahaan karenadipandang relevan dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan. Indikator luas ungkapan laporan dalam tahunan berupa indeks yang merupakan rasio antara jumlah item informasi yangdiungkapkan dengan jumlah item informasi yang seharusnyadiungkapkan.Makin besar indeks berarti semakinluas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan.Indeks pada penelitian ini menggunakanempat indikator. Indikator tersebut sebelumnya telah digunakan oleh Barako (2007) pada perusahaan go public di Kenya. Selain itu, indeks ini juga pernah diterapkan di Indonesia melalui penelitian yang dilakukan oleh Linda dan Febrianty (2010). Pengukurannya dengan menggunakan indeks artinya sebuah item diberi skor 1 jika diungkapkan dan skor 0 jika tidak diungkapkan. Perhitungan untuk mencari angka indeks luas ungkapan (LU) ditentukan dengan formulasi sebagai berikut: 𝑛
LU = 𝐾 Keterangan: LU = luas ungkapan n = jumlah item indeks voluntary disclosure yang diungkapkan K = total indeks voluntary disclosure yang seharusnya diungkapkan Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi, yaitu : LU = α0 + β1 KIit + β2 KMit + β3 KOMINit + β4 KAit + β5 SIZEit + β6 ROAit + e Keterangan: LU KI KM KOMIN KA SIZE ROA e
= Luas Ungkapan = Kepemilikan Institusional = Kepemilikan Manajemen = Komisaris Independen = Komite Audit = Ukuran Perusahaan = Profitabilitas = Error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Pada analisis statistik deskriptif akan disajikan gambaran masing-masing variabel penelitian yaitu luas ungkapan (LU) sebagai variabel dependen, good corporate governance yang diproksi dengan kepemilikan institusional (KI), kepemilikan manajerial (KM), komisaris independen (KOMIN), komite audit (KA), ukuran perusahaan (SIZE), dan profitabilitas (ROA) sebagai variabel independen. Analisis statistik deskriptif variabel disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
10 Tabel 1 Statistik Deskriptif
KI KM KOMIN KA SIZE ROA LU Valid N (listwise) Sumber: Olahan SPSS
N 99 99 99 99 99 99 99 99
Minimum .74 .00 .14 .50 11.00 .00 .53
Maximum 1.00 .26 .80 .75 13.24 .15 .72
Mean .9624 .4000 .3846 .6725 11.9708 .0608 .6343
Std. Deviation .07613 .07340 .12097 .05686 .49026 .03795 .04798
Tabel di atas dapat diketahui jumlah pengamatan yang diteliti sebanyak 99 pengamatan, berdasarkan laporan tahunan (annual report) yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode pengamatan 2010, 2011, dan 2012. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dalam tabel 3 dapat diketahui bahwa: a. Luas ungkapan memiliki nilai mean sebesar 0,6343 nilai minimum sebesar 0,53, nilai maximum sebesar 0,72, dan nilai deviasi standar sebesar 0,04798 karena nilai deviasi standar lebih kecil dari nilai mean, maka besaran masing-masing variabel pengungkapan sukarela untuk setiap objek observasi relatif sama. b. Kepemilikan institusional memiliki nilai mean sebesar 0,9624, nilai minimum sebesar 0,74, nilai maximum sebesar 1,00, dan nilai deviasi standar sebesar 0,07613 karena nilai deviasi standar lebih kecil dari nilai mean, maka besaran masing-masing variabel kepemilikan institusional untuk setiap objek observasi relatif sama. c. Kepemilikan manajerial memiliki nilai mean sebesar 0,4000, nilai minimum sebesar 0,00, nilai maximum sebesar 0,26, dan nilai deviasi standar sebesar 0,07340 karena nilai deviasi standar lebih kecil dari nilai mean, maka besaran masing-masing variabel kepemilikan manajerial untuk setiap objek observasi relatif sama. d. Komisaris independen memiliki nilai mean sebesar 0,3846, nilai minimum sebesar 0,14, nilai maximum sebesar 0,80, dan nilai deviasi standar sebesar 0,12097 karena nilai deviasi standar lebih kecil dari nilai mean, maka besaran masing-masing variabel komisaris independen untuk setiap objek observasi relatif sama. e. Komite audit memiliki nilai mean sebesar 0,6725, nilai minimum sebesar 0,50, nilai maximum sebesar 0,75, dan nilai deviasi standar sebesar 0,05686 karena nilai deviasi standar lebih kecil dari nilai mean, maka besaran masing-masing variabel komite audit untuk setiap objek observasi relatif sama. f. Ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai mean sebesar 11,9708, nilai minimum sebesar 11,00, nilai maximum sebesar 13,24, dan nilai deviasi standar sebesar 0,49026 karena nilai deviasi standar lebih kecil dari nilai mean, maka besaran masing-masing variabel ukuran perusahaan (SIZE) untuk setiap objek observasi relatif sama. g. Profitabilitas (ROA) memiliki nilai mean sebesar 0,0608, nilai minimum sebesar 0,00, nilai maximum sebesar 0,15, dan nilai deviasi standar sebesar 0,03795 karena nilai deviasi standar lebih kecil dari nilai mean, maka besaran masing-masing variabel profitabilitas untuk setiap objek observasi relatif sama.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
11
Uji Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk menguji model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.Grafik histogram dan grafik normal P-P Plot dapat digunakan untuk melihat model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.Grafik histogram disajikan pada gambar 2 dan grafik P-P Plot disajikan dalam gambar 3 di bawah ini.
Sumber: Olahan SPSS Gambar 1 Histogram Penelitian
Sumber: Olahan SPSS Gambar 2 Grafik P-Plots
Pada diagram normal P-P Plot regression standardized, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi yang normal, maka model regresi memenuhi asumsi klasik. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas.Selain menggunakan uji grafik
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
12
dilengkapi dengan uji statistik, salah satunya dengan menggunakan uji statistik nonparametrik kolmogrov-smirnov. Seperti disajikan pada tabel 4: Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
99 0E-7 .04336419 .092 .057 -.092 .918 .368
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Olahan SPSS
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa hasil pengujian memberi nilai Z hitung sebesar 0,918 dengan taraf signifikansi sebesar 0,368. Nilai taraf signifikansi di atas 0,05 menunjukkan bahwa nilai residual tidak mempunyai perbedaan dengan nilai standar baku. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa data terdistribusi secara normal atau asumsi normalitas sudah terpenuhi. b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.Konsekuensi adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varian (keseragaman data) sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya.Pendektesian adanya autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai DurbinWatson.Nilai Durbin-Watson (DW) dari hasil perhitungan regresi seperti disajikan dalam tabel 5 berikut ini. Tabel 3 Hasil Perhitungan Autokorelasi Model
Durbin-Watson 1.919a
a. Predictors: (Constant), ROA, KM, SIZE, KOMIN, KA, KI b. Dependent Variable: LU Sumber: OlahanSPSS
Dalam analisis diperoleh nilai DW sebesar 1,919. Jika dicocokkan dengan tabel DW dapat disimpulkan bahwa nilai test Durbin-Watson berada pada daerah yang tidak terjadi autokorelasi dalam menentukan keputusan. Selain itu model regresi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen pada nilai variabel independen. Untuk menghindari nilai estimasi yang bias dalam model penelitian dan menghindari penafsiran yang keliru terhadap hasil penelitian, maka asumsi yang terlanggar harus dilakukan penanggulanggan. Salah satu caranya yaitu dengan mengubah variabel yang diteliti ke dalam bentuk natural (log natural). Seperti yang disajikan dalam tabel 6 berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
13
Tabel 4 Hasil Perhitungan Autokorelasi Model
Variables Entered ROA, KM, SIZE, KOMIN, KA, KIb a. Dependent Variable: LU b. All requested variables entered. Sumber: Olahan SPSS
Variables Removed .
Method Enter
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), atau dengan kata lain keenam variabel independen tersebut dimasukkan dalam perhitungan regresi, sehingga model regresi yang disajikan mempunyai autokorelasi yang positif. c. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas dilakukan untuk memastikan bahwa di antara variabel independen atau variabel bebas yang ada pada model regresi tidak terjadi hubungan yang sangat erat, agar hasil analisis yang diperoleh dapat dipercaya tingkat kehandalannya atau tingkat validitasnya tinggi.Gejala ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Varian Inflation Factor (VIF). Cara menguji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF dan tolerance yang dihasilkan. Ghozali (2009:96) menyatakan bahwa nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10. Model regresi yang terbebas dari multikolinearitas yaitu apabila nilai VIF yang dihasilkan harus lebih kecil dari 10 atau nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinearitas disajikan pada tabel 7 berikut: Tabel 5 Hasil Perhitungan Multikolinearitas Model KI KM KOMIN KA SIZE ROA Dependent Variable: LU Sumber: Olahan SPSS
Collinearity Statistics Tolerance .484 .540 .737 .847 .959 .968
VIF 2.068 1.851 1.358 1.180 1.043 1.034
Hasil pengujian gejala multikolinearitas membuktikan bahwa semua variabel bebas memiliki nilai VIF tidak ada yang lebih besar dari 10 atau VIF < 10, dan memiliki nilai tolerance sudah lebih besar 0,10 atau nilai tolerance> 0,1. Hasil pengujian menunjukkan gejala multikolinearitas tidak serius artinya hubungan yang sangat erat antara variabel bebas yang digunakan dalam model regresi tidak terjadi atau tidak mengindikasikan adanya multikolinearitas. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui terjadinya ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya salah satu variabel bebas.Prosedur uji dilakukan dengan analisis grafik menggunakan scatterplot.Analisis grafik dilakukan dengan membuat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residual
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
14
SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yang disajikan dalam gambar 4 berikut:
Sumber: Olahan SPSS Gambar 3 Grafik Scatterplot
Berdasarkan grafik scatterplot di atas tampak bahwa data menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 dan tidak membentuk suatu pola.Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Uji Hipotesis Hasil perhitungan melalui komputer dengan aplikasi program SPSS 20 (Statistical Program for Social Science) disajikan dalam tabel 8 sebagai berikut: Tabel 6 Hasil Uji Persamaan Regresi Model
Unstandardized Coefficients
B (Constant) KI KM KOMIN KA SIZE ROA
1.443 -.825 -.803 .802 -.204 .011 -.112
Std. Error .302 .298 .307 .040 .086 .009 .121
Standardized Coefficients
T
Sig.
Beta -1.310 -1.228 .207 -.241 .111 -.089
4.777 -2.771 -2.612 2.071 -2.373 1.155 -.927
Dependent Variable: LU Sumber: Olahan SPSS
Berdasarkan tabel 8 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: LU = 1,443-0,825KI-0,803KM+0,082KOMIN-0,204KA+ 0,011SIZE-0,112ROA Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa:
.000 .007 .011 .041 .020 .251 .357
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
15
H1: Kepemilikan institusional berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis didapat bahwa kepemilikan institusioanal menghasilkan koefisien regresi sebesara -0,825 dan nilai t hitung sebesar -2,771 dengan signifikansi sebesar 0,007 (lebih kecil dari 0,05) maka H1 ditolak. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan, sehingga dapat diartikan apabila semakin meningkat tingkat kepemilikan institusional, maka pengaruh luas ungkapan dalam laporan tahunan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil tingkat kepemilikan institusional, maka pengaruh luas ungkapan dalam laporan tahunan semakin besar.Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap luas ungkapan dalam laporan tahunan.Artinya semakin besar presentase saham yang dimiliki oleh institusi membuat pengungkapan lebih sedikit. Hal tersebut mungkin terjadi karena perusahaan yang memiliki saham lebih besar memiliki kecenderungan melakukan eksplorasi kepada pemilik saham minoritas dengan cara memanfaatkan informasi lebih untuk kepentingan pribadi. Hal ini juga diduga sebagai strategi dalam persaingan bisnis, beberapa informasi penting sengaja ditahan oleh manajemen dan pemegang saham pengendali untuk menghindari dimanfaatkannya informasi tersebut oleh para pesaing perusahaan.Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Nuryaman (2009) yang menyatakan konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela. H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan.
Berdasarkan hasil pengujian didapat bahwa kepemilikan manajerial menghasilkankoefisien regresi sebesar -0,803 dan nilai t hitung sebesar -2,612 dengan signifikansi sebesar 0,011 (lebih kecil dari 0,05)maka H2 diterima. Hasil pengujian ini dapat menunjukan bahwa kepemilikan manajerialberpengaruh negatif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan, sehingga dapat diartikan apabila semakin meningkat tingkat kepemilikan manajerial, maka pengaruh luas ungkapan dalam laporan tahunan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil tingkat kepemilikan manajerial, maka pengaruh luas ungkapan dalam laporan tahunan semakin besar. Secara teori, seharusnya perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang lebih besar akan berusaha bekerja dengan baik. Namun hasil penelitian ini menunjukan hasil yang berbeda, bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial semakin sedikit informasi yang diungkapkan.Hal ini menunjukkan bahwa tingginya konsentrasi kepemilikan atau pemegang saham pengendali dapat mengambil alih hak pemegang saham minoritas dan melakukan eksplorasi untuk manfaat pribadi, oleh karena itu mereka menyimpan informasi yang dianggap penting.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Haniffa dan Cooke (2002) menunjukkan bahwa tingkat kontrol keluarga di suatu perusahaan negatif terkait dengan jumlah pengungkapan sukarela.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan keluarga yang terkontrol tidak memerlukan informasi tambahan karena pemilik dan manajer dapat mengakses informasi dengan mudah, sehingga mengarah ke biaya agen yang lebih rendah dan asimetri informasi rendah. H3: Proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan. Berdasarkan hasil pengujian didapat bahwa proporsi komisaris independen menghasilkan koefisien regresi sebesar 0,082 dan nilai t hitung sebesar 2,071 dengan signifikansi sebesar 0,041 (lebih kecil dari 0,05) maka H3 diterima. Hasil pengujian ini dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
16
menunjukan bahwa komisaris independen berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan, sehingga dapat diartikan apabila semakin banyak komisaris independen dari luar perusahaan, maka pengaruh luas ungkapan dalam laporan tahunan semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit komisaris independen dari luar perusahaan, maka pengaruh luas ungkapan dalam laporan tahunan semakin kecil.Hal ini terjadi karena tugas komisaris independen adalah mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan sarta memberikan nasihat kepada direksi.Sehingga komposisi komisaris independen sebagai pihak yang tidak terafiliasi dalam perusahaan, dapat memberikan dampak positif dalam memberikan saran-saran kepada direksi terhadap kebijakan yang diambil perusahaan termasuk dalam pengungkapan pada laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nasir dan Abdullah (2004) yang menunjukkan hasil positif bahwa komposisi board independenceakan berpengaruh positif terhadap pengungkapan. Semakin besar komposisi dewan yang independen akan mendorong kontrol dan pengelolaan yang lebih baik pada pengungkapan. H4: Komite audit berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan. Berdasarkan hasil pengujian didapat bahwa komite audit menghasilkan koefisien regresi -0,204 dan nilai t hitung sebesar -2,373 dengan signifikansi sebesar 0,020 (lebih kecil dari 0,05)maka H4 ditolak. Hasil pengujian ini dapat menunjukan bahwa komite audit berpengaruh negatif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan, sehingga dapat diartikan apabila semakin banyak komite audit dari luar perusahaan, maka pengaruh luas ungkapan dalam laporan tahunan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit komite audit dari luar perusahaan, maka pengaruh luas ungkapan dalam laporan tahunan semakin besar. Hal ini diduga karena jumlah anggota komite audit yang besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya karena sulit dalam berkomunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan dan jumlah yang lebih kecil dianggap lebih efektif, aktif dan dinamis. Jika jumlah komite audit terlalu besar maka komunikasi dan koordinasi dalam komite audit menjadi sulit dilakukan sehingga tugas pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan komite audit untuk membantu dewan komisaris menjadi kurang efektif sehingga tidak dapat mendorong manajemen untuk melakukan pengungkapan sukarela yang lebih tinggi. Sehingga jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. H5: Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan Berdasarkan hasil pengujian didapat bahwa ukuran perusahaan menghasilkan koefisien regresi sebesar 0,011 dan nilai t hitung sebesar 1,155 dengan signifikansi sebesar 0,251 (lebih besar dari 0,05)maka H5 ditolak.Hasil pengujian ini dapat menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada luas ungkapan dalam laporan tahunan. Umumnya perusahaan besar akan akan cenderung mempunyai biaya keagenan yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga pengungkapan informasi yang lebih luas diharapkan akan mampu mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tetapi tidak berpengaruhnya ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan suksrela bisa jadi disebabkan tingginya variance dan kesediaan perusahaan untuk menanggung biaya keagenan sehingga perusahaan tidak memerlukan pengungkapan informasi yang lebih banyak untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hardiningsih (2008) yang menyatakan bahwa pengungkapan informasi secara sukarela akan dilakukan sebagai cara untuk mengurangi biaya-biaya keagenan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
17
H6: Profitabilitas berpengaruh positif pada luas ungkapan dalam laporan tahunan.
Berdasarkan hasil pengujian didapat bahwa profitabilitas menghasilkan koefisien regresi sebesar -0,112 dan nilai t hitung sebesar -0,927 dengan signifikansi sebesar 0,357 (lebih besar dari 0,05)maka H 6 ditolak. Hasil pengujian ini dapat menunjukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada luas ungkapan dalam laporan tahunan. Hal ini diduga karena profitabilitas yang tinggi sudah menjadi sumber informasi bagi investor sehingga perusahaan tidak memerlukan pengungkapan sukarela yang lebih luas lagi guna menarik perhatian investor.Hal ini menyiratkan bahwa informasi laba nampaknya sudah menjadi suatu informasi yang informatif bagi investor.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih (2008), serta Septiani (2011). SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan, dan profitabilitas pada luas ungkapan dalam laporan tahunan, maka dapat diambil kesimpulan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Adapun kesimpulannya: 1. Hasil penelitian variabel kepemilikan institusional dengan luas ungkapan dalam laporan tahunan menunjukkan pengaruh signifikan negatif terhadap luas ungkapan dalam laporan tahunan. Koefisien negatif menunjukkan bahwa semakin besar saham yang dimiliki institusi membuat pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan semakin kecil. 2. Hasil penelitian variabel kepemilikan manajerial dengan luas ungkapan dalam laporan tahunan menunjukkan pengaruh signifikan negatif terhadap luas ungkapan dalam laporan tahunan. Koefisien negatif menunjukkan bahwa semakin besar saham yang dimiliki manajemen membuat pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan semakin kecil. 3. Hasil penelitian variabel komisaris independen dengan luas ungkapan dalam laporan tahunan menunjukkan pengaruh signifikan positif terhadap luas ungkapan dalam laporan tahunan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi komisaris independen sebagai pihak yang tidak terafiliasi dalam perusahaan dapat memberikan dampak positif dalam memberikan saran-saran kepada direksi terhadap kebijakan yang diambil perusahaan termasuk dalam pengungkapan pada laporan tahunan perusahaan. 4. Hasil penelitian variabel komite audit dengan luas ungkapan dalam laporan tahunan menunjukkan pengaruh signifikan negatif terhadap luas ungkapan dalam laporan tahunan. Koefisien negatif menunjukkan bahwa semakin besar jumlah komite audit membuat pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan semakin kecil. Hal ini dikarenakan jumlah komite audit yang besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya, sehingga tidak dapat mendorong manajemen untuk melakukan pengungkapan sukarela yang lebih tinggi. 5. Hasil penelitian variabel ukuran perusahaan (SIZE) dengan luas ungkapan dalam laporan tahunan menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan terhadap luas ungkapan dalam laporan tahunan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak memerlukan pengungkapan informasi secara sukarela untuk mengurangi biaya keagenan, karena perusahaan bersedia menanggung biaya keagenan tersebut. Hasil penelitian variabel profitabilitas (ROA) dengan luas ungkapan dalam laporan tahunan menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan terhadap luas ungkapan dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
18
laporan tahunan.Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas yang besar sudah menjadi sumber informasi bagi investor sehingga perusahaan tidak memerlukan pengungkapan sukarela yang lebih luas lagi guna menarik perhatian investor. Keterbatasan Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah peneliti hanya menggunakan indeks pengungkapan pada penelitan terdahulu.Untuk penelitian selanjutnya perlu penelaahan lebih lanjut untuk mengetahui item pengungkapan yang sesuai dengan kondisi perekonomian dan perusahaan Indonesia pada umumnya dan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti juga menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menambahkan variabel yang sesuai dan lebih berpengaruh terhadap pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan di Indonesia, terutama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Almilia, L.S. dan I. Retrinasari.2007.Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan TahunanPerusahaan manufaktur yang Terdaftar di BEJ.Proceeding Seminar Nasional.FE Universitas Trisakti. Jakarta. Al-Moataz, E. dan K. Hussainey. 2009. Determinants of Corporate Governance Disclosure in Saudi Companies. Journal of Economic and Management. Alvarez, I., M.G. Sanchez, dan L.R. Dominguez. 2008. Voluntary and compulsory information disclosed online: The effect of industry concentration and other explanatory factors. OnlineInformation Review.Emerald Group publishing Limited 32(5). Aryanti, T. 2006. Pengaruh Laverage, Saham Publik,dan Reputasi Auditor Terhadap Disclosures. Jurnal Akuntansi. Babic, V. 2001.Corporate Governance Problem in Transition Economies.Ekonomist 33(2): 133143. Barako, D.G. 2007.Determinants of Voluntary Disclosures in Kenyan Companies Annual Reports.African Journal of Business Management.1(5): 113-128. Barnhart, S. dan R. Stuart. 1998. Board Composition, Managerial Ownership and Firm Performance: An Empirical Analysis. The Financial Review; November 1998, 33-34. Beneish, M.D. 2001. Earnings Management: A Perspective. Management Finance 27(12). Choi, F. dan G. Meek. 2010. Akuntansi Internasional. Buku 1 Edisi Enam. Salemba Empat. Jakarta. Dallas, G. 2004. Governance and Risk: Analitical Handbooks for Investors, Manager, Directors and Stakeholders. McGraw-Hill. New York. Darmawati, D. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar. 2-3 Desember: 391-407. Effendi, M. 2009.The power of Good Corporate Governance Teori dan Implementasi.Salemba Empat. Jakarta. Ghozali.2006. Aplikasi Analisis Multivarrate dengan Program SPSS. Edisi Kesebelas. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang. Gujarati, D.N. 2010.Dasar-dasar Ekonometrika.Erlangga. Jakarta. Haniffa, R.M., and T.E. Cooke. 2002. Culture, Corporate Governance and Disclosure in Malaysian Corporation. Abacus 38(3): 317-349. Hardiningsih, P. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi VoluntaryDisclosure Laporan Tahunan Perusahaan, Jurnal Bisnis dan Ekonomi 15(1): 67-79. Hendriksen, E. dan M.V. Breda. 2002. Teori Akunting. Edisi Kelima. Interaksara. Jakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
19
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Indriantoro, N. dan B. Supomo.2002.Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE.Yogyakarta. Isnanta , R. 2008. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.Skripsi.Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta. Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviuor, Agency Cost and Ownership Structure.Journal of Financial Economics 3: 305-360. Linda dan M. Febrianty.2010. Kinerja Perusahaan dalam Perspektif Agency Theoridan Signaling Theori.Jurnal Ekonomi dan Bisnis 9(2). Marwata. 2001. Hubungan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV.Ikatan Akuntan Indonesia. Nandi, S. dan S.K. Ghosh. 2012.Corporate Governance Attributes, FirmCharacteristics and The Level of Corporate Disclosure: Evidence from TheIndian Listed Firms, Decision Science Letters 2. Nasir, M.N., dan Abdullah. S.N. 2004.Voluntari Disclosure and Corporate Governance Among Financial Distressed Firms in Malaysia. Financial Reporting, Regulation and Governance 3(1). Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 6(1): 89-116. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 2011. Jakarta. . 2006.PER-05/MBU/2006 tentang Komite Audit bagi Badan Usaha Milik Negara.Jakarta. Permanasari, M. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Informasi.Jurnal Bisnis Dan Akuntansi 14(3): 193-212. Rouf, A. 2010.Corporate Characteristics, Governance Attributes and The Extentof voluntary Disclosure in Bangladesh.Asian Journal of ManagementResearch. Septiani, A. 2011.Analisis Dewan Komisaris, Komite Audit dalam Kaitannyadengan Pelaksanaan Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure).Laporan Akhir Kegiatan Penelitian. Universitas Diponegoro. Semarang. Siregar, S.V.P., dan S. Utama. 2005. Pengeruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. 15-16 September: 475-490. Sjahrial, D. dan D. Purba. 2011. Analisa Laporan Keuangan : CaraMudah dan Praktis Memahami Laporan Keuangan. Mitra Wacana Media.Jakarta. Sudarmadji, A. Murdoko, dan L. Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan,Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap LuasVoluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT 2.Gunadarma. Sulistyanto, H.S., dan H. Wibisono. 2003. Good Corporate Governance: Berhasilkan Diterapkan di Indonesia?.http//re-searchengines.com/hsulistyanto.html. 27 Januari 2014 (9:49) Susiana dan Herawaty. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
20
Utama, S. 2003. Corporate Governance, Disclosure and its Evidence in Indonesia.Studi Empiris di BEJ.Usahawan no.04 th XXXII. hlm. 28-32. Wijayanti, W. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Karaktetistik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela ( Voluntary Disclosure) dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011). Skripsi.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. ●●●