"PENGARUH CITRA MEREK SEPEDA MOTOR HONDA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN" (suatu survey pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
oleh: Heri Haerudin 044010032
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2 0 10
"PENGARUH CITRA MEREK SEPEDA MOTOR HONDA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN" (suatu survey pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Bandung, Desember 2010
Menyetujui
Pembimbing
Sutisna, SE., ME.
Dekan,
Ketua Program Studi
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP.
Jaja Suteja, SE., MSi
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah ada kesulitan, itu ada kemudahan Maka apabila kamu sudah selesai dalam urusan Kerjakanlah sungguh-sungguh urusan lain Dan hanya kepada Tuhanlah hendaklah engkau berharap” (Q. S Alam Nasyroh 94 : 6-8 )
“Dengan Rahmat Allah SWT, Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda bukti yang luhur Dengan rasa cinta, kasih sayang penulis Untuk kedua orangtuaku tercinta atas pengorbanan dan Kasih sayang tiada henti, serta kakak dan adikku”.
ABSTRAK Heri Haerudin, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. Pengaruh Citra Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Minat Beli Konsumen. Menghadapi era globalisasi menuntut semua sektor bisnis harus memiliki strategi agar dapat bersaing dengan para pesaing lainnya. Merek dari suatu produk yang memiliki kualitas yang baik dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, kualitas yang dimiliki suatu merek dapat membentuk citra yang baik di mata konsumen. Dengan memiliki kualitas yang baik maka konsumen akan mempunyai tanggapan positif terhadap merek tersebut. Tanggapan konsumen tersebut dapat diwujudkan dalam suatu citra merek, dimana citra merek akan mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Citra Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Minat Beli Konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai citra merek dan seberapa besar pengaruh citra merek sepeda motor Honda terhadap minat beli konsumen. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian survey, yaitu merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Untuk menguji Pengaruh Citra Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Minat Beli Konsumendigunakan analisis Regresi Linier Sederhana dan Korelasi. Sedangkan untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis menggunakan model statistic uji t. pengumpulan data primer dilakukan melalui penyebaran kuisioner terhadap mahasiswa dari Fakultas Ekonomi Manajemen UNPAS Bandung angkatan 20072008 yang banyaknya sampel adalah 89 responden. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling, Teknik sampling ini tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample. Secara spesifik teknik-teknik yang digunakan adalah teknik sampling aksidental yaitu teknik penentuan sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan digunakan sebagai sample, bila orang yang kebetulan ditemui itu cocok maka akan digunakan sebagi sumber data. Sedangkan pengumpulan data sekunder melalui informasi-informasi, catatan perkuliahan, buku-buku teoritis, dan lain-lain yang dianggap releven dengan topic penelitian. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Citra Merek (x) dengan Minat Beli Konsumen (y). ini terbukti dari hasil perhitungan koefisien korelasi yang berada pada interval 0,60-0,799 yaitu sebesar 0,778 positif. Untuk pengujian hipotesis bahwa Citra Merek berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen, dapat dilihat dari hasil pengujian statistik adalah nilai t hitung dari X (Citra merek) sebesar 11,557 dengan nilai signifikan 0.000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Citra Merek berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Konsumen. Sedangkan dengan menggunakan Koefisien Determinasi Citra Perusahaan mempunyai pengaruh sebesar 60.6% terhadap minat beli konsumen sedangkan 39.4% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis.
Kata Pengantar ﻢﻡ ﺍ ﷲ ﺍﻠﺭﺤﻤﻦﺍﻠﺭﺣﻳﺒﺴ
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan anugrah dan karunia-Nya yang tak terhingga serta memberikan kemudahan dan kelancaran didalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini mengambil konsentrasi pada Manajemen Pemasaran dengan judul “PENGARUH CITRA MEREK SEPEDA MOTOR HONDA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi guna memperoleh gelar sarana di Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, untuk itu penulis menunggu saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan serta dorongan dari berbagai pihak sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini. Ucapan rasa terima kasih
i
yang sebesar-besarnya kepada Kedua Orang Tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dorongan, do’a serta bantuan materil kepada penulis, tanpa dukungan kalian penulis bukanlah siapa-siapa. Selain itu juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sutisna, SE., ME. Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Tidak lupa disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain : 1. Prof. Dr. H. M. Didi Turmidzi, Drs., Msi., Selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung. 2. Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 3. Jaja Suteja, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 4. Juanim, SE., Msi., Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 5. Bapak. Heru Setiawan, SE., M.M, Selaku Dosen Wali yang telah memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis selama mengikuti perkuliahaan.
ii
6. Seluruh Dosen FE Universitas Pasundan Bandung. Khususnya dosen Program Studi Manajemen yang telah mendidik penulis selama penulis menuntut ilmu di Universitas Pasundan Bandung. 7. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 8. Adikku Nur Ela Setiawati yang selalu memberikan dorongan kepada penulis agar memberikan sauri tauladan yang baik. 9. Kakaku Siti Rahmawati dan Mbak Anik yang selalu mengingatkan penulis untuk terus belajar dan tetap semangat. 10. Widaningsih (Umy) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. 11. Sahabat-sahabatku yang selama ini telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis (Bintang Elva Y, SH., Andriyanto N M, SE., Raymond G Thene, Vani Manda, SE., Dini Yulia, Ibenx, Wonk, Uthe, Dani, Away, Ivan, Geh, Riki, dan Bowo). 12. Rekan-rekan seperjuangan Jurusan Manajemen MJ. A 2004 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 13. Untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepada semua pihak penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, dorongan serta semangat yang telah diberikan kepada penulis, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, karena hanya Dia lah yang pantas membalas segala budi baik itu dan semoga dijadikan Amal Shaleh yang diridhoi-Nya. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Allah Ya Robbal’alamin. iii
Bandung, Februari 2010 Penulis
Heri Haerudin
iv
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR............................................................................................ i DAFTAR ISI........................................................................................................... iv DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian............................................................................ 1
1.2
Identifikasi dan Rumusan Masalah............................................................. 4
1.3
Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
1.4
Kegunaan Penelitian.................................................................................... 6
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka.............................................................................................. 8 2.1.1 Devinisi Pemasaran dan Manajemen Pemasaran................................ 8 2.1.2
Konsep Dasar Manajemen Pemasaran................................................. 10
2.1.3
Bauran Pemasaran................................................................................ 12 2.1.3.1 Produk (Product) ................................................................... 14 2.1.3.2 Harga (Price) ......................................................................... 15
2.1.4
2.1.3.3 Tempat (Place) ......................................................................
17
2.1.3.4 Promosi (Promotion) ............................................................
19
Merek .................................................................................................
21
2.1.4.1 Karakteristik Merek................................................................
23
2.1.4.2 Keputusan pemberian Merek................................................... 24 2.1.5 Konsep-konsep Merek…………………….......................................... 26 2.1.5.1 Ekuitas Merek (Brand equity) ................................................
iv
26
2.1.5.2 Identitas Merek (Brand identity) ............................................ 30 2.1.5.3 Citra Merek (Brand image) ..................................................... 32 2.1.6 Perilaku Konsumen............................................................................... 35 2.1.6.1 Minat Beli................................................................................ 36 2.2 Kerangka Pemikiran......................................................................................... 39 2.3 Hipotesis........................................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian..................................................................................................42 3.2 Metode Penelitian............................................................................................... 42 3.3 Operasionalisasi Variabel................................................................................... 43 3.4 Jenis dan Sumber Data....................................................................................... 44 3.4.1
Teknik Pengumpulan Data......................................................................45
3.5 Populasi dan Sampel...........................................................................................46 3.5.1
Teknik Sampling..................................................................................... 47
3.6 Metode Analisis yang digunakan........................................................................48 3.6.1
Metode Analisis Data............................................................................. 48 3.6.1.1 Uji Validitas................................................................................. 49 3.6.1.2 Uji Reliabilitas............................................................................. 49 3.6.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda................................................ 51 3.6.1.4 Analisis Korelasi Berganda........................................................ 51
3.7 Analisis Koefisien Determinasi.......................................................................... 53 3.8 Pengujian Hipotesis............................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Produsen Sepeda Motor Anggota AISI
4
3.1 Operasional Variabel
43
3.2 Skala Likert
47
3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi
52
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Konsep Inti Pemasaran
12
2.2 Paradigma Pemikiran
41
vii
BAB I PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini manajemen pemasaran merupakan suatu
disiplin ilmu yang memiliki arti sangat penting dalam dunia usaha, karena semakin majunya teknologi dalam berbagai bidang menuntut setiap orang atau lembaga (perusahaan) untuk selalu berkompetisi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu memperoleh keuntungan yang optimal dengan pengeluaran yang seminimal mungkin.
Banyaknya
prasarana
dan
sarana
penunjang
usaha
yang
ada
mengakibatkan fokus utama perusahaan lebih ditekankan kepada upaya untuk meningkatkan pemasaran yang ditujukan untuk memuaskan konsumen. Dan dengan tingginya tingkat persaingan pada periode sekarang, perusahaan dituntut juga untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari berbagai sumber dayanya yang ada agar menjadi lebih besar atau meningkat.
Iklim usaha yang semakin menantang seperti dalam dunia industri Sepeda motor sekarang membuat manajemen perusahaan baik yang baru maupun yang lama untuk dapat menjawab tantangan pasar dan memanfaatkan peluang pasar dalam struktur persaingan sempurna dimasa kini maupun dimasa yang akan datang. Kemampuan perusahaan dalam menangani masalah pemasaran, mencari dan menemukan peluang-peluang pasar akan mempengaruhi kelangsungan hidup 1
2
perusahaan dan posisi perusahaan dalam persaingan. Dalam keadaan ini pihak perusahaan ditantang untuk lebih berperan aktif dalam mendistribusikan dan memperkenalkan
produknya
agar
laku
terjual
atau
setidaknya
dapat
mempertahankan pangsa pasarnya.
Honda adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang sektor produksi otomotif yang memproduksi kendaraan roda dua (sepeda motor). Honda juga tidak terlepas akan persaingan yang semakin tajam karena banyaknya perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk yang sejenis. Oleh karena itu dalam melaksanakan aktivitas penjualannya perusahaan harus dapat merancang strategi pemasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam menciptakan dan meningkatkan pembelian konsumen terhadap produk tersebut.
Produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan pesaing Honda tidak kalah hebatnya, seperti halnya Yamaha sudah mempunyai merek yang bagus dibenak konsumen dan terkenal dengan kecepatan dan akselerasinya, Suzuki terkenal dengan kecepatan motor bebek sekelasnya, Kawasaki yang mempunyai keunggulan dari desain motornya, Honda terkenal dengan iritnya. Disamping itu kelebihan lainnya adalah pada harga, desain, merek, nilai jual.
Dalam beberapa tahun terakhir Yamaha terus membuntuti Honda sebagai sepeda motor yang paling banyak terjual. Dalam beberapa bulan di tahun 2008 Yamaha malah sudah melampaui Honda dalam angka penjualannya. Dari wawancara yang dilakukan terhadap 20 orang mahasiswa, hanya 6 orang yang memilih atau berminat untuk memiliki sepeda motor Honda sedangkan sisanya
3
lebih tertarik dan berminat pada sepeda motor merek lain. Ini dikarenakan mahasiswa yang pada umumnya berumur 18 – 24 tahun lebih tertarik terhadap sepeda motor yang lebih responsif dan desain body serta warna yang menarik dan tidak lagi mementingkan harga atau konsumsi bahan bakar.
Fenomena
persaingan
ini
menuntut
para
pemasar
untuk
selalu
menginovasi strategi bisnisnya. Salah satu asset untuk mencapai hal tersebut adalah melalui manajemen merek. Citra merek yang kuat memungkinkan preferensi dan loyalitas dari konsumen terhadap perusahaan semakin kuat. Semakin besar prefensi dan loyalitas konsumen terhadap suatu merek produk, maka kesempatan perusahaan untuk mempertahankan dan mengembangkan pasar semakin besar. Di tengah persaingan yang semakin ketat, merek bisa menjadi senjata andalan untuk menarik perhatian dan mengikat loyalitas pelanggan.
Merek yang sejati adalah merek yang memiliki ekuitas merek yang kuat. Suatu produk yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat membentuk landasan merek yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan apapun dalam jangka panjang. Konsumen menjadikan merek sebagai salah satu pertimbangan penting ketika hendak membeli suatu produk atau jasa. Pertimbangan tesebut didasari oleh banyak aspek, baik aspek yang rasional mapupun emosional. Secara rasional, konsumen percaya bahwa merek tertentu bisa memberikan jaminan kualitas. Secara emosional, merek tersebut dianggap mampu menjaga atau meningkatkan citra dan gengsi penggunanya.
4
Keller (Shimp, 2003: 10) menyatakan bahwa menurut perspektif konsumen, sebuah merek yang memiliki ekuitas sebesar pengenalan konsumen atas merek tersebut dan menyimpannya dalam memori mereka beserta assosiasi merek yang mendukung, kuat, dan unik. Ekuitas merek dalam perspektif konsumen terdiri atas dua bentuk pengetahuan tentang merek, yaitu kesadaran merek (brand awareness), dan citra merek (brand image).
Kesadaran merek adalah dimensi dasar dari ekuitas merek. Kesadaran merek menunjukkan dua tingkat kesadaran; yaitu kenal akan merek (brand recognition) dan mampu mengingat merek (brand recall). Citra merek adalah jenis assosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Citra merek (brand image) merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi loyalitas konsumen. Perusahaan yang kompetitif menggunakan citra merek untuk menarik perhatian dan mengikat loyalitas konsumen.
Bertolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Citra Merek Honda Terhadap Minat Beli Konsumen (penelitian pada mahasiswa FE UNPAS)”.
1.2
Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1
Identifikasi Masalah Setelah diidentifikasi, permasalahan yang terjadi pada sepeda motor
Honda adalah pencitraan, Honda mencitrakan dirinya sebagai sepeda motor yang efisien dalam konsumsi bahan bakar dan awet, sementara Yamaha sebagai sepeda motor yang responsif dan bertenaga. Suzuki terkenal dengan kecepatan motor
5
bebek sekelasnya, Kawasaki yang mempunyai keunggulan dari desain motornya. Honda kurang berhasil mengambil keuntungan dari perubahan yang terjadi dalam industri sepeda motor dimana semakin banyak anak muda yang memiliki sepeda motor yang lebih tertarik terhadap sepeda motor yang lebih responsif dan desain body serta warna yang menarik dan tidak lagi mementingkan harga atau konsumsi bahan bakar.
1.2.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis dapat
masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi konsumen terhadap citra merek (Brand Image) sepedah motor Honda. 2. Bagaimana minat beli konsumen terhadap merek Honda. 3. Bagaimana pengaruh citra merek (Brand Image) terhadap minat beli konsumen.
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan untuk memperoleh data dan informasi untuk
kemudian diolah lebih lanjut dan dianalisis yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir program S-1 pada program studi manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. Sedangkan tujuan yang di capai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap citra merek (Brand Image) sepeda motor Honda.
6
2. Untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap merek Honda. 3. Untuk mengetahui pengaruh citra merek (Brand Image) Honda terhadap minat beli konsumen.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.
Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan penulis, khususnya ilmu pemasaran tentang citra merek (Brand Image) terhadap pengaruh minat beli konsumen melalui pengolahan data dan informasi yang digunakan dalam karya tulis ini.
2.
Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan mengenai pentingnya pengaruh citra merek (Brand Image) terhadap minat beli konsumen.
3.
Bagi pihak lain Penelitian dapat dijadikan sumber pemikiran untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu pemasaran dan sebagai sarana informasi bagi para pembaca yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama.
7
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian di FE UNPAS yang beralamat di Jalan
Tamansari 8 Bandung. Sedangkan waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis dimulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Pemasaran
2.1.1.1 Devinisi Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Disadari atau tidak pada saat sekarang ini telah mempengaruhi segenap aspek didalam kehidupan manusia sehari-hari, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Peran pemasaran sangat penting dalam membantu perusahaan untuk mencapai tujuan kerena aktivitas perusahaan diarahkan untuk menciptakan pertukaran yang memungkinkan perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup yang berkembang dan mendapatkan keuntungan. Menurut Kotler dan Amstong mengenai pemasaran yang dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro (2004, 7) pemasaran adalah “Proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain”. Definisi pemasaran menurut Masaaki Kobe dan Cristian Halsen (2001, 9) mendefinisikan pemasaran sebagai berikut “Marketing is essentially a creative corporate activity involving the planning and execution of the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, product, and service in an exchange that not only satisfies current need but also anticipates and creates their future needs at a profit”.
8
9
Artinya pemasaran adalah hal-hal yang diperlukan dalam suatu kegiatan yang kreatif yang melibatkan perencanaan dan pelaksanaan konsep, penetapan harga, promosi, dan distribusi ide, produk, dan jasa dalam suatu pertukaran yang tidak hanya memberikan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan, tetapi juga mengantisipasi dan menciptakan kebutuhannya dimasa yang akan datang sebagai suatu keuntungan. Dari definisi diatas secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pemasaran adalah suatu proses atau kegiatan bisnis yang dirancang untuk memenuhi, memuaskan kebutuhan, dan keinginan konsumen akan brang atau jasa melalui proses pertukaran. Atau kesimpulan yang lain bahwa aktivitas pemasaran merupakan suatu proses merencanakan, melaksanakan konsep harga, promosi, dan distribusi barang-barang, jasa-jasa, dan ide-ide untuk menciptakan pertukaran yang sesuai target. Manajemen pemasaran terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak dari pertukaran potensial memerlukan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang dikehendakinya. Menurut Kotler dan Amstrong (2004, 16) yang dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro, definisi manajemen pemasaran sebagai berikut “Analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi”.
10
2.1.1.2 Konsep Dasar Manajemen Pemasaran 1.
Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan Ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan, dan permintaan. Kebutuhan
manusia adalah keadaan dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar, namun sudah ada dan terukir dalam hati manusia. Keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut. Keinginan manusia dibentuk oleh kekuatan dan intitusi sosial. Sedangkan permintaan adalah keinginan akan suatu yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan membelinya. Keinginan menjadi permintaan apabila didukung dengan daya beli. Perbedaan ini bisa menjelaskan bahwa pemasar tidak menciptakan kebutuhan, kebutuhan sudah sebelumnya atau tercipta dengan sendirinya. Pemasar mempengaruhi keinginan dan permintaan dengan membuat suatu produk yang cocok, menarik, terjangkau dan mudah didapatkan oleh konsumen yang dituju. 1. Produk Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepemilikannya tetapi pada jasa atau manfaat yang diberikannya. Oleh karena itu dalam membuat produk harus memperhatikan produk fisik dan jasa yang diberikan produk tersebut. 2. Nilai, Kepuasan, dan Kualitas Nilai adalah perkiraan pelanggan tenteng kemampuan total suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap produk memiliki kemampuan berbeda-
11
beda untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi pelanggan akan memilih produk yang akan member kepuasan total yang paling tinggi. Nilai setiap produk sebenarnya tergantung dari seberapa jauh produk tersebut dapat mendekati produk ideal, dalam ini termasuk harga. Kualitas
adalah
tingkatan
dimana
anggapan
kinerja
(perceived
performance) produk akan sesuai dengan harapan pembeli. kepuasan pelanggan tergantung pada anggapan kinerja produk dalam memberikan nilai dalam hitungan relatif terhadap harapan pembeli. 3. Pertukaran, Transaksi, dan Hubungan Kebutuhan dan keinginan manusia serta nilai suatu produk bagi manusia tidak cukup untuk menjelaskan pemasaran. Pemasaran timbul saat orang memutuskan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan dengannya dengan pertukaran.pertukaran adalah salah satu cara mendapatkan suatu produk yang diinginkan dari seseorang yang menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Pertukaran merupakan proses dan bukan kejadian sesaat. Masing-masing pihak tersebut berada dalam suatu pertukaran bila mereka berunding dan mengarah pada suatu persetujuan. Jika persetujuan tercapai maka disebut transaksi. Transaksi merupakan pertukaran nilai antara dua pihak. Untuk kalancaran dari transaksi, maka hubungan yang baik dan saling percaya antara pelanggan, distributor, penyalur dan pemasok akan membangun suatu ikatan ekonomi, teknis dan finansial
yang kuat
dengan mitranya. Sehingga transaksi tidak
perlu
dinegosiasikan setiap kali, tetapi sudah menjadi hal yang rutin. Hal ini dapat
12
dicapai dengan menjanjikan seta menyerahkan mutu produk, pelayanan dan harga yang wajar serta berkesinambungan. 4. Pasar Pasar merupakan pembeli potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu seta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Istilah pasar untuk menunjukan pada sejumlah pembeli dan penjual melakukan transaksi pada suatu produk. Gambar 2.1 Konsep Inti Pemasaran Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan
Pasar
Pertukaran, Transaksi dan Hubungan 2.3
Produk
Nilai, biaya dan kepuasan
Bauran Pemasaran
(Kotler dan Amstrong, 2004 alih bahasa Alexander Sindoro)
Pemasaran memiliki arti yang menjadi perhatian setiap pemasar yaitu bauran pemasaran (Marketing Mix), dimana bauran pemasaran merupakan susunan dari variabel-variabel yang dapat di kontrol perusahaan dan digunakan untuk mempengaruhi pasar.
13
Menurut Ronald J. Elbert dan Ricky W. Griffin (2000, 250) menyatakan bahwa “Marketing Mix is the combination of product, promotion, and distribution strategi used to market product”. Artinya bauran pemasaran adalah kombinasi dari produk, harga, promosi dan strategi distribusi yang digunakan untuk memasarkan produk. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong yang dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro (2004, 78) bahwa bauran pemasaran (Marketing Mix), didefinisikan sebagai berikut “Serangkaian alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran”.
Bauran pemasaran terdiri dari empat elemen yang disebut dengan istilah 4P dalam pemasaran barang: Produk (Product), harga (Price), tempat (Place), dan promosi (Promotion). Dan ditambah lagi apabila kita melakukan bisnis jasa menjadi 7P yaitu: Orang (People), bukti fisik (Physical evidence), dan proses (process). Umumnya perusahaan dapat merubah harga, banyaknya tenaga pemasaran dan pengeluaran periklanan dalam jangka pendek akan tetapi perusahaan dalam mengembangkan produk-produk dan memodifikasi saluran distribusinya dalam jangka panjang. Dengan demikian perusahaan umumnya lebih sedikit melakukan perubahan bauran pemasaran dari periode ke periode dalam jangka pendek dibandingkan jumlah yang mungkin disarankan oleh variabelvariabel bauran pemasaran.
14
2.1.1.3 Pengertian Produk Produk merupakan bauran pemasaran yang paling mendasar dan merupakan
penawaran
perusahaan
yang berwujud kepada pasar, yang
mencangkup kualitas, rancangan, bentuk-bentuk merek dan kemasan produk. Menurut Kotler dan Amstrong yang dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro (2004, 11) produk adalah “ Segala yang bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang bisa memuaskan kebutuhan dan keinginan. Itu mencangkup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide. “
Dalam persaingan yang kompetitif sekarang ini, pemasar harus mampu merumuskan dan merancang strategi pemasaran yang tepat terutama mengenai strategi produk. Produk yang dianggap bernilai adalah produk yang memiliki kualitas yang mampu memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Pengembangan produk dan jasa memerlukan pendefinisian manfaatmanfaat
yang
akan
ditawarkan.
Manfaat-manfaat
tersebut
kemudian
dikomunikasikan dan disampaikan melalui atribut-atribut produk seperti kualitas, fitur, serta gaya dan desain. Sedangkan pengertian Atribut produk menurut fandy Tjiptono (2003, 103) adalah “ Unsur-unsur produk yang dipandang oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian “.
15
2.1.2
Pengertian Merek Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu
merupakan identitas untuk membedakan dari produk-produk pesaing yang dihasilkan perusahaan lain, dengan identitas khusus produk tertentu akan lebih mudah dikenali oleh konsumen dan pada gilirannya tentu akan memudahkan pada pembelian ulang produk tersebut. Merek merupakan suatu atribut yang dianggap penting terutama dalam menumbuhkan persepsi yang positif dan konsumen akan percaya setelah menilai atribut yang dimiliki oleh suatu merek. Persepsi yang positif dan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek tersebut akan menciptakan citra merek (Brand Image) dan pada akhirnya merupakan salah satu factor yang akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Ada definisi merek dari beberapa ahli pemasaran, yaitu: Menurut American Marketing Association yang dikutip oleh Freddy Rangkuti (2002, 2) mendefinisikan mere sebagai berikut: “ Merek adalah suatu nama, istilah tanda symbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang bertujuan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa yang dihasilkannya sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing “ Merek pada dasarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli.merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu akan tetapi merek lebih dari sekedar symbol. Menurut Kotler yang dialihbahasakan oleh Hendra Teguh dan Rony A. Rusly (2004, 400) merek memiliki enam tingkatan, meliputi:
16
1. Atribut, merupakan hal yang pertamakali yang menandai cirri-ciri merek. 2. Manfaat, suatu merek lebih dari sekumpulan atribut, pelanggan tidak membeli atribut tapi membeli manfaat yang ditawarkan produk tersebut. Dengan demikian atribut harus diterjemahkan menjadi manfaan fungsional dan emosional. 3. Nilai, merupakan nilai-nilai yang dianut produsen yang tercermin dalam merek. 4. Budaya, merek juga memiliki budaya tertentu. 5. Kepribadian, merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. 6. Pemakai, merek merupakan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Jika perusahaan memperlakukan merek sebagai suatu nama saja maka perusahaan telah kehilangan makna pemberian merek. Tantangan dalam pemberian merek adalah untuk mengembangkan sekupulan pengertian-pengertian yang mendalam tentang merek. Dengan kata lain, jika konsumen dapat memvisualisasikan semua dimensi merek, maka merek tersebut dapat memiliki makna yang dalam dan jika sebaliknya maka merek tersebut tidak memiliki makna yang dalam. Memperhatikan keenam dimensi di atas, maka pemasar harus memutuskan pada dimensi manakah identitas merek diletakan. Kesalahan yang sering dilakukan oleh pemasar adalah hanya mempromosikan atribut-atribut merek saja. Hal ini dapat mengakibatkan pembeli tidak tertarik pada atribut merek karena
17
sesungguhnya mereka lebih tertarik pada manfaat merek, pesaing dapat dengan mudah meniru atribut-atribut tersebut, atribut yang ada sekarang ini akan berkurang nilainya.
2.1.2.1 Karakteristik Merek Setiap perusahaan tentu menginginkan merek yang dipakai pada produknya menjadi merek pilihan konsumen yang dapat bersaing dengan merek lain yang ada di pasar, sehingga akan memberikan dukungan yang besar bai keberhasilan produk tersebut untuk menempatkan diri dalam benak konsumen. Untuk itu merek harus memiliki karakteristik-karakteristik seperti yang disebut oleh Kotler dan Amstrong yang dialihbahasakan oleh Hendra Teguh dan Rony A. Rusli (2002, 407), karakteristik merek sebagai berikut : 1. Merek harus menyatakan sesuatu tentang manfaat produk. 2. Merek harus menyatakan mutu produk. 3. Merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan diingat. 4. Merek harus berbeda. 5. Merek tidak boleh memiliki makna yang buruk di Negara atau bahasa lain. Sebuah merek yang baik harus memiliki karakteristik yang disebutkan di atas,meskipun pada kenyataannya semua karakteristik dapat dipenuhi dalam sebuah merek, tetapi bagaimanapun perusahaan dalam menentukan merek bagi produknya harus berusaha memenuhi semua criteria tersebut.
18
2.1.2.2 Keputusan-keputusan Mengenai Merek Dalam membangun sebuah strategi pemesaran untuk setiap produk, pemasar harus menyesuaikan dengan keputusan-keputusan pemberian merek. Pemberian merek merupakan hal yang utama dalam strategi produk. Artinya membangun sebuah produk yang bermerek membutuhkan investasi jangka panjang yang relative besar jumlahnya, terutama untuk periklanan, promosi dan kemasan. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi permasar. Keputusan kunci dalam pemberian merek menurut Kotler (2000, 407) dapat dilihat pada gambar 2. 2
2.1.2.3 Keputusan Pemberian Merek Dewasa ini keputusan yang paling utama yang harus dikembangkan perusahaan adalah keputusan pemberian nama merek untuk prodknya. Tentu pemberian
merek
ini
memiliki
pertimbangan-pertimbangan
yang
harus
diperhatikan. Salah satunya guna memudahkan konsumen untuk mengenali produk tersebut. Bagaimanapun pemberian nama merek akan memberikan manfaat yang baik bagi pihak-pihak di bawah ini : 1. Manfaat bagi Pembeli Pemberian merek membantu pembeli dalam banyak hal. Nama merek menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu produk. Pembeli selalu membeli merek yang sama akan tahu bahwa pada setiap kali mereka
19
membeli kembali, mereka akan memperoleh mutu yang sama pula. Nama merek membantu menarik konsumen terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. Merek bias memberikan beraneka macam nilai melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial. Kotler (2003) mengemukakan 7 manfaat pokok merek bagi konsumen, yaitu sebagai identifikasi sumber produk; penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur; pengurangan resiko; penekanan biaya pencarian (search cost) internal dan eksternal; janji atau ikatan khusus dengan produsen; alat simbolis yang memproyeksikan citra diri; dan signal kualitas. 2. Manfaat Bagi Penjual Pemberian merek juga memberikan beberapa keuntungan bagi penjual. Nama merek memudahkan penjual mengilah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul. Pemberian merek juga memungkinkan menarik sekelompok pelanggan yang setia dan menguntungkan, selain itu juga penjual dapat menjual segmentasi pasar. 3. Manfaat Bagi Masyarakat Pemberian merek akan meningkatkan efisiensi pembeli, karena hal itu dapat menyediakan informasi yang banyak tentang produk dan tempat untuk memperolehnya. Meskipun dalam beberapa kasus pemberian merek itu dapat menjadi berlebihan akan tetapi tidak dapat disangkal pemberian merek dapat menambah nilai bagi konsumen dan masyarakat.
20
Gambar 2.2 Proses Keputusan Branding Keputusan Branding
keputusan brand sponsor
Perlukan pengembangan merek untuk produk
- Bermerek - Tanpa merek
Menseponsori merek atau tidak?
-
keputusan hirarki brand Perlukah setiap produk diberi merek sendiri atau menggunakan corporate brand
Bermerek pemanufaktur Private merek Mixed brand -
Keputusan Brand extention
keputusan Multibrand
Apakah produk lain perlu di merek yang sama
Perlukah mengembangkan dua/lebih merek dalam kategori yang sama
-
-
Brand extention Tidak melakukan Brand extention
Satu merek Lebih dari satu merek
Corporate brand Family brand Individual brand modiver
keputusan brand repositioning Perlukah melakukan brand repositioning
-
Brand reposiyioning Tidak melakukan brand epositioning
Sumber: Kotler & Amstrong alih bahasa Alexander Sindoro (2004)
2.1.2.4 Keputusan Sponsor Merek Dalam melakukan keputusan pemberian merek pada suatu produk, produsen memiliki beberapa pilihan yang berkaitan dengan pensponsoran merek. Menurut Kotler (2000, 408) ada tiga klasifikasi merek berdasarkan pada keputusan ini:
21
1. Merek Produsen Merek produsen atau Manufactur’s brand adalah merek yang digunakan pada produk yang mereknya tersebut diberikan oleh pihak perusahaan. Manufactur’s brand ini kadang di sebut merek nasional. 2. Merek Distributor Merek distributor kadang disebut juga sebagai merek pengecer, toko atau pribadi retailer, store house / private. Suatu produk dipasarkan dengan menggunakan distributor brand, bila perusahaan menjual produknya pada perantara dan perantara menjual produk tersebut yang kemudian memberi merek sendiri pada produk tersebut. 3. Merek Lisensi Merek lisensi (Licenced brand) ini diberikan pada suatu produk jika perusahaan menjual beberapa produknya sendiridan beberapa dengan menggunakan nama perantara.
2.1.2.5 Keputusan Nama Merek Produsen yang memutuskan untuk member merek pada produk-produknya harus memilih nama merek mana yang akan digunakannya. Menurut Kotler yang dialihbahasakan oleh Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli (2002, 469) ada empat strategi pemberian nama merek yang dapat dipilih yaitu: 1. Nama Merek Khusus (Individual Brand Name), yaitu barang-barang yang dihasilkan perusahaan diberikan merek sendiri-sendiri. Keuntungan merek ini adalah bahwa reputasi perusahaan tidak terkait dengan penerimaan
22
produk, sehingga jika produk gagal atau Nampak bermutu rendah tidak akan merugikan perusahaan. 2. Nama kelompok gabungan bagi semua produk atau A Blanket Family Name All produk, yaitu pemberian merek yang sama untuk semua produk. 3. Nama kelompok yang terpisah (Separates family brand), yatu jika perusahaan
membeli
produk-produk
yang
berbeda,
maka
tidak
dicantumkan nama kelompok keseluruhan untuk semua produk. 4. Nama perusahaan digabung dengan nama khusus (Company Trade Name Combinated
With
Individual
Product
Name),
yaitu
nama
perusahaandicantumkan dalam nama produk yang dikeluarkan. Nama perusahaan bertujuan untuk meletakan reputasi perusahaan sedangkan nama individual bertujuan untuk membedakan produk baru tersebut.
2.1.2.6 Keputusan Strategi Merek Menurut Kotler yang dialihbahasakan oleh Hendra Teguh dan Rony A. Rusli (2002, 471), perusahaan memiliki lima pilihan dalam memilih strategi merek, pilihan-pilihan tersebut adalah: 1. Perluasan lini (Line Extention) Perluasan lini dilakukan pada saat sebuah perusahaan memperkenalkan komponen dalam kategori yang sama dibawah produk yang sama, biasanya dengan cirri-ciri baru (New Feature) seperti rasa, bentuk, warna, tambahan unsure-unsur, ukuran dan kemasan baru.
23
2. Perluasan Merek Perluasan merek yaitu sesuatu usaha untuk menggunakan brand yang sudah berjasa terhadap produk baru. Contoh: Rinso menjadi Rinso Baru, strategi ini dapat memberikan sejumlah keuntungan. 3. Multi Merek Strategi multi merek untuk produk yang sejenisdiberikan merek yang berbeda individual brand yang dimaksud agar seolah-olah antara produk tersebut
saling bersaing.
Strategi
ini
memungkinkan perusahaan
untukmengunci lebih banyak penyalur dan melindungi mereknya dengan cara menyiapkan merek-merek pengempit. Kelemahan utama dalam menggunakan multibrand ini adalah bahwa masing-masing merek mungkin hanya memperoleh pangsa pasar yang kecil, bahkan tidak ada yang benar-benar menguntungkan. Resiko lainnya adalah kanibalisasi antara sesame merek perusahaan yang sama. 4. Merek Baru (New Brand) Merek baru adalah strategi peluncuran merek baru. Perusahaan meluncurkan produk dalam kategori yang baru, hal ini memungkinkan bahwa tidak ada nama-nama merek yang cocok lagi. 5. Merek Bersama Merek bersama adalah dua atau lebih merek terkenel yang digabungkan dalam suatu penawaran. Setiap yang mendukung berharap nama merek lain akan menguatkan pilihan merek atau minat beli.
24
2.1.2.7 Keputusan Penetapan Posisi Ulang Merek (Brand Repositioning Decision) Brand Repositioning decision adalah keputusan untuk menempatkan kembali posisi merek. Sebaiknya apapun suatu merek diposisikan di pasar, perusahaan mungkin harus menentukan kembali posisinya di masa yang akan datang, karena perusahaan dan kemudian merebut pangsa pasar, atau preferensi pelanggan mungkin akan beralih, sehingga kemudian akan meninggalkan merek perusahaan permintaan kecil.
2.1.3
Konsep-konsep Merek Ada beberapa konsep merek yang harus diperhatikan dan dipahami agar
kita dapat mengenal unsure-unsur apa saja yang terkandung dan berkaitan denganmerek. Terutama mengenai penilaian dan pemahaman konsumen terhadap suatu merek, strategi agar merek dapat dinilai dan dipahami, juga apa yang dilakukan untuk mengkomunikasikan merek agar dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
2.1.3.1 Ekuitas Merek (Brand Equity) Merek memiliki kekuatan bervariasi di pasaran. Ada merek yang tidak diketahui oleh sebagian pembeli di pasar, namun ada pula merek yang terhadap merek tersebut konsumen memiliki tingkat Brand Awarnes (kesadaran merek) yang tinggi, tingkat Brand Acceptability (penerimaan merek) yang tinggi, tingkat Brand Preference (preferensi merek) yang tinggi dan bahkan merek memiliki tingkat Brand Royalty (kesetiaan merek) yang tinggi. Menurut Aaker (Kotler 2000, 205) membedakan lima tingkat sikap konsumen terhadap merek mereka, dari yang terrendah sampai yang tertinggi.
25
1. Pelanggan akan mengganti merek, terutama untuk alasan harga. Tidak ada kesetiaan merek. 2. Pelanggan puas. Tidak alasan untuk mengganti merek. 3. Pelanggan puas dan mereasa rugi bila berganti merek. 4. Pelanggan menghargai merek dan mengganggap merek sebagai teman. 5. Pelanggan terikat pada merek itu. Ekuitas merek sangat berkaitan dengan seberapa pelanggan suatu merek berada dalam kelas no 3, 4, dan 5. Menurut Aaker, ekuitas merek juga berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, serta aktiva lain seperti paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi. Ekuitas merek adalah seperangkat asset dan kewajiban (liabilities) merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama, dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelangan perusahaan. Asset yang terdapat dalam merek lebih bersifat intanggables sedangkan Kewajiban (Liabilities) merek merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi oleh suatu merek, seperti Brand laber. Terdapat lima kelompok Brand equity dari suatu produk menurut Aaker dikutip oleh Fandy Tjipono ( 2005, 40 ) yaitu: 1. Brand Royalty (Loyalitas merek) Kesetiaan merek merupakan suatu hal yang sangat sentral dalam pemasaran, karena secara langsung berkaitan dengan fungsi keuntungan, baik ditinjau dari sisi pembentukan nilai penjualan (melalui harga premi
26
dan pelipat gandaan kualitas penjualan), maupun dari sisi penekanan biaya-biaya terutama biaya pemasaran. Tingkat loyalitas merek bergera dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi, terdiri dari: a. Indifferent or no Brand Royalti adalah pembeli yang suka berpindahpindah merek, keputusan pembelian lebih sensitive terhadap factor harga. b. NO reason to change, pembeli yang terpusatkan oleh suatu merek dalam melakukan (mengulangi) pembelian berdasarkan kebiasaan. c. Pelanggan yang terpuaskan dan memiliki biaya peralihan, yaitu pelanggan yang lebih royal dan memiliki keberatan untuk berpindah merek, misalnya pertimbangan waktu, dana atau resiko kinerja. d. Pelanggan yang menyukai merek dan menempatkannya sebagai sahabat. e. Pelanggan yang berkomitmen, yaitu pelanggan yang bengga atas pemakaian atau asosiasi dengan merek. 2. Brand Awarenes (kesadaran merek) Kesadaran merek berkaitan dengan kemampuan dari pelanggan potensial untuk memahami atau menguingat suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Peran dari kesadaran merek atas equitas meerek bergantung pada konteks dan pada tingkat mana kesadaran itu dicapai, tingkat kesadaran tersebut adalah: a. Tidak menyadari merek. b. Pengenalan merek.
27
c. Pengingatan kembali merek. d. Puncak pikiran. 3. Perceived Quality (Kesan Kualitas) Dapat dirumuskan sebagai keseluruhan perasaan konsumen mengenai suatu merek. Yang merupakan persepsi pelanggan mengenai kualitas atau keunggulan suatu produk secara menyeluruh sesuai dengan Intented Purpose
dari merek, dalam perbandingan dengan alternative yang
tersedia, persepsi konsumen yang kuat mengenai suatu merek perlu didukung dengan pengembangan kualitas merek dan membuktikannya dalam kenyataan. Pada umumnya konsumen mempersepsikan kualitas produk manufaktur dari segi kinerja, cirri-ciri, compormance, reliability atau daya tahan dan service ability. Sedangkan untuk jasa ada lima dimeni yang lazim adalah Tangibles, reability, compentensi, tanggapan dan empaty. 4. Brand Associations (Asosiasi-asosiasi Merek) Asosiasi merek dan citra merek yang tinggi pada umumnya dimiliki oleh merek yang diposisikan dengan baik di hati konsumen secara kompetitif. Perusahaan dapat menggunakan berbagai atribut untuk membangun asosiasi merek. Menurut Aaker ( 1997, 169 ) terdapat sebelas (11) jenis asosiasi, yaitu (1) Atribut produk, (2) Intangibles, (3) Manfaat, (4) Harga relative, (5) Aplikasi, (6) Pelanggan, (7) Celebrity, (8) Gaya hidup, (9) Kelas produk, (10) Pesaing, (11) Negara. 5. Other Proprietary Brand Asset (Aset-aset merek lainnya)
28
Paten, merek dagang dan hubungan saluran, ekuitas merek memberikan nilai bagi konsumen dan bagi perusahaan. Bagi konsumen merek memudahkan dalam memproses atau mengingat kembali berbagai informasi
yang
diperlukan
dalam
proses
keputusan
konsumen,
menciptakan sikap positif dalam diri konsumen, memudahkan konsumen dalam membedakan produk atau mengenali posisi produk dan dapat menjadi landasan bagi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Bagi perusahaan asosiasi merek dapat menjadi dasar perluasan merek. Sedangkan bagi produsen, ekuitas merek yang tinggi dapat memberikan keuntungan kompetitif, seperti yang di sebutkan oleh Kotler (2000, 406) a. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang kecil Karena kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi. b. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negoisasi dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan mereka mempunyai merek tersebut. c. Perusahaan dapat harga yang lebih tinggi dari pesaingnya karena merek tersebut memiliki kualitas yang diyakini lebih tinggi. d. Perusahaan dapat dengan medah meluncurkan perluasan merek karena merek tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi. e. Merek itu memberikan pertahaan terhadap persaingan harga yang ganas. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa suatu merek perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak mengalami penyusutan. Oleh karena itu
29
sangat penting bagi perusahaan sebagai produsen untuk selalu melihat dan memperhatikan semua dimensi-dimensi ekuitas merek, sehingga manfaat ang diperoleh produsen dapat dipertahankan.
2.1.3.2 Identitas Merek (Brand Identity) Identitas merek merupakan suatu strategi merek yagng mencakup arah, maksud, dan arti dari suatu merek, yang pada intinya untuk membangun merek yang kuat sehingga dapat bersaing dan memenuhi kebutuhan pasar, dan pada akhirnya kehadirannya dapat diterima oleh konsumen. Identitas merek (brand identity) itu sendiri menurut Aaker (2000,72) adalah : “ Suatu penggabungan yang unik dari merek yang member aspirasi kepada pembuat strategi merek untuk menciptakan dan memelihara. Penggabungan ini mewakili apa yang merek dapat unggulkan dan merupakan sebuah janji anggota organisasi kepada pelanggan. “
Aaker juga menyebutkan bahwa identity merek dapat membantu hubungan antar merek dengan konsumen ini terdiri dari 12 dimensi yang terorganisir kedalam 4 pandangan, yaitu merek sebagai produk, merek sebagai organisasi, merek sebagai perorangan dan merek sebagai symbol. Sedangkan struktur identitas inti yang merupakan identitas pusat, inti dari merek yang tidak terbatas waktu dan cenderung konstan, seiring dengan berkembangnya merek menjadi pasar-pasar dan produk-produk baru, identitas yang diperluas yang terdiri dari elemen-elemen identitas merek yang diorganisir kedalam kelompok-kelompok yang tersusun.
30
Aaker (2001,75) juga menyebutkan bahwa bila brand image bersifat pasif dan melihat kemasa lalu atau belakang,maka brand identity sebaliknya, dia harus aktif dan melihat ke masa yang akan datang. Bila brand image taktis maka brand identity harus bersifat strategic dan mencerminkan strategi bisnis yang akan membawa perusahaan kepada keuuntungan. Brand imaga
juga harus bias
mencerminkan kualitas maupun brand identity itu tidak menonjol pada brand imagae. Dan seperti identitas lainnya, brand identity memperhatikan karakteristik dasar yang akan bertahan sepanjang waktu.
2.1.3.3 Citra Merek ( Brand Image) Citra merek merupakan hasil pandangan atau penilaian konsumen terhadap suatu merek yang baik atau buruk. Hal ini berdasarkan pertimbangan atau penyeleksian dengan membandingkan perbedaan yang terdapat pada beberapa merek, sehingga yang penawaranya sesuai dengan kebutuhan konsumen akan terpilih. Maka konsumen akan memiliki penilaian yang lebih pada merek tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari beberapa konsep mengenai citra merek dibawah ini : Menurut Kotler dan Fox yang dikutip oleh Sutisana (2002,83), mendefinisikan citra adalah “Sejumlah
gambaran-gambaran,
kesan-kesan
dan
keyakinan-
keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. “ Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson yang dialih bahasakan oleh Husain Umar (2000,44) mendefinisikan citra merek sebagai berikut :
31
“Citra merek terdiri dari pengetahuan dan kepercayaan tarhadap ciri merek, konsekwensi pengguna merek, dan pemanfaatanyan tepat, disamping evaluasi, perasaan dan emosi sehubungan dengan suatu merek.”
Berdasarkan konsep-konsep diatas dapat dirumuskan bahwa citra merek merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap merek tertentu dan bagaimana konsumen memandang atau mempunyai persepsi tertentu pada suatu merek. Citra adalah gambaran atau konsep tentang sesuatu. Dengan demikian citra itu ada, tapi tidak nyata atau tidak bisa digambarkan secara fisik, karena citra hanya ada dalam pikiran. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengolahan masa lalu terhadap merek itu. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek memungkinkan untuk melakukan suatu pembelian, oleh karena itu penggunaan utama dari iklan diantaranya adalah membangun citra yang positif terhadap merek. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard yang dialihbahasakn oleh Budianto (2001,380) brand image (citra merek) memiliki tiga komponen yaitu : 1. Karakteristik suatu merek yang dikenali oleh konsumen. 2. Manfaat yang diterima oleh konsumen dan suatu merek. 3. Keyakinan konsumen mengenai kualitas produk dan suatu merek. Baik dan efektivitasnya pemahaman, keyakinan dan persepsi konsumen akan citra merek yang telah melekat dalam benak konsumen yang dapat mendorong konsomen melakukan pembelian yang tepat, sehingga diharapkan dapat
32
menciptakan minta beli konsumen untuk melakukan keputusan pembelian dana kan mengakibatkan meningkatnya omzet penjualan perusahaan. Dari konsep-konsep diatas dapat disimpukan bahwa citra merek merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap suatu merek tertentu, dan bagaimana konsumen memandang suatu merek. Brand image yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari, sedangkan bagi produsen brand image yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran pesaing. Ahli-ahli juga menyatakan citra merek adalah bagaimana masyarakat mengartikan tanda-tanda yang disampaikan oleh merek melalui produk-produk dan pelaksanaan komunikasinya, atau dengan kata lain citra adalah reputasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Aaker (1996,vii) yang menyatakan bahwa citra merek adalah bagaimana citra merek diterima atau dipahami sedangkan identitas merek adalah aspirasional, bagaimana merek tersebut akan diterima dalam benak konsumen, yang akan dilakukan melalui produk-produknya dan pelaksanaan komunikasinya tadi. Ini juga berarti seperti yang diungkapkan oleh Kapfere (1992,37) bahwa brand image ada pada kosnumen sebagai penerimanya terhadap suatu merek disebabkan oleh produk-produk atau proses komunikasi yaitu identitas merek yang dilakukan perusahaan sebagai pihak pengirim pesan. Agar brand image dapat terbentuk sesuai dengan mendekati brand identity yang diharapkan perusahaan, maka perusahaan sebagai produsen harus mampu memahami dan mengeksploitasi unsur-unsur yang membentuk suatu merek menjadi merek yang memiliki citra yang baik.
33
Brand image ini diharapkan dapat menghasilkan suatu kualitas yang penting menurut persepsi konsumen. Inilah yang disebut dengan recived quality. Hal ini harus di dukung oleh pernyataan yang bukan sekedar hal yang dikomunikasikan tanpa adanya bukti. Bila pada mulanya pada sebuah merek hanyalah sebuah nama, logo, atau symbol,
tetapi
dengan
persaingan
yang
tajam,
sebuah
merek
harus
memperjuangkan awarenesnya yang memiliki empat tingkatan, yaitu Top of mind, brand recall, brand recognition dan unrecognation brand. Selanjutnya merek harus diusahakan agar memiliki citra yang positif dan dipersepsikan sebagai merek yang memiliki kualitas keseluruhan menurut criteria konsumen. Pada akhirnya sebuah merek baru dikatakan mempunyai akuitas yang kuat bila dapat merebut loyalitas dari pelanggannya. Tingkat merek menutut Gay Hamel dan Ck Prahalad (kertajaya, 2000,480) yaitu : 1. Recognition : yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal, maka produk dengan merek terebut harus dijual dengan mengandalkan harga yang murah. 2. Reputation : yaitu suatu tingkat atau status yan cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih terbukti memiliki track record yang baik. 3. Affinity : yaitu suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya, sebuah produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk dengan
34
persepsi memiliki kualitas yang tinggi akan mempunyai reputasi yang baik. 4. Domain : yaitu menyangkut sebetapa lebar scope dari suatu produk yang mau menggunakan merek yang bersangkutan.
2.1.4
Perilaku Konsumen Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi
yang harus dijalankan perusahaan, khususnya dibidang pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmmesta dan Handoko, 2000 : 10). Hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa (under what condition) barangbarang dan jasa-jasa dibeli. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran perlu didukung pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen, karena dengan
35
memahami perilaku konsumen perusahaan dapat merancang apa saja yang diinginkan konsumen. Memahami perilaku pembelian dari pasar sasaran adalah tugas dari para manager pemasaran yang menggunakan konsep pemasaran. Pasar konsumen terdiri dari selurih individu dan rumah tangga yang membeli barang atau jasa untuk keperluan pribadi. Para konsumen ini sangat bervariasi dalam usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola mobilitas dan selera, sebagai mana yang telah diketahui bahwa pemasaran perusahaan mempengaruhi konsumen melalui berbagia variable pemasaran yang kita kenal dengan variable bauran pemasaran. Menurut Wells, Burnett, dan Mariaty (2000,91) definisi perilaku konsumen adalah
“Consumer behavior is defined as the process in voldved when individuals or group select, purchase, user or dispose of service, ideas of experience to satisfy needs and desires “ Artinya, perilaku konsumen adalah suatu proses keterlibatan katika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan atau mengatur barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuasakan kebutuhan dan keinginannya. Berdasarkan definisi diatas perilaku konsumen itu merupakan tindakantindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau oraganisasi yang berhubungan
dengan
pengambilan
keputusan
dalam
mendapatkan
menggunakan barang atau jasa yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
dan
36
2.1.4.1 Minat Beli Konsumen Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Pengertian minat beli menurut Howard (1994) ( Durianto dan Liana, 2004: 44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para pemesar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Sedangkan definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995) (Thamrin, 2003: 142) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Rossiter dan Percy (1998: 126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil
37
tindakan-tindakan
yang
relevan
seperti
mengusulkan
(pemrakarsa)
merekomendasikan (influencer), memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak. Minat beli timbul setelah menerima stimulasi dari sesuatu yang ia lihat. Menurut kamus pemasaran, Ismail Solihin (2004: 92), minat (interest) didefinisikan sebagai berikut: “Interest adalah ketertarikan seseoreng terhadap suatu produk”. Menurut Rogers yang dikutip oleh Kotler (2002: 405), konsumen melalui lima tahap dalam mengadopsi produk baru: 1. Kesadaran (awareness): konsumen menyadari adanya inovasi tersebut tetapi masih kekurangan informasi mengenai hal tersebut. 2. Minat (interest): konsuen terdorong untuk mencari informasi mengenai inovasi tersebut. 3. Evaluasi (evaluation): konsumen mempertimbangkan untuk mencoba inovasi tersebut.
38
4. Percobaan (trial): konsumen mencoba inovasi tersebut untuk memperbaiki pikirannya atas nilai inovasi tersebut. 5. Penerimaan (adoption): konsuen memutuskan untuk menggunakan inovasi tersebut sepenuhnya dan secara teratur. Pada minat, konsumen dirangsang untuk mencari informasi mengenai inovasi seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak akan mencari informasi yang lebih banyak. Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Titik tolak untuk memahami citra produk dapat mempengruhi perilaku pembelian konsumen adalah melalui stimuli AIDA yang berusaha untuk mengambarkan tahap-tahap rangsangan tertentu yang diberikan oleh pemasar, yaitu: 1. Perhatian ( Attention ) Timbulnya perhatian konsumen terhadap suatu produk. 2. Minat ( Interest ) Munculnya rasa tertarik, maka mulailah timbul hasrat.
39
3. Keinginan ( desire ) Setelah munculnya rasa tertarik, maka mulailah timbul hasrat atau keinginan untuk memilih objek tersebut. 4. Tindakan ( Action ) Merupakan tindakan yang muncul setelah tindakan ketiga tahap diatas yang mengarah pada keputusan pembelian. Minat beli konsumen merupakan masalah yang kompleks, namun harus tetap jadi perhatian pemasar. Minat konsumen untuk membeli dapat muncul akibat dari adanya stimulus ( rangsangan ) yang ditawarkan oleh perusahaan. Adapun ciri-ciri minat adalah: 1.
Minat tidak dibawa orang sejak lahir, melainkan di bentuk dan dipelajari selama perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objeknya.
2. Minat itu dapat berubah-ubah sejalan dengan kedekatan hubungan orang itu dengan objeknya. 3. Minat itu tidak berdiri sendiri melainkan mengandung hubungan terhadap suatu objek. 4. Objek minat bukan hanya merupakan satu hal saja, tetapi dapat merupakan kumpulan hal-hal tertentu. 5. Minat merupakan segi motivasi dan perasaan. Minat konsumen untuk membeli akibat dari adanya stimulus ( rangsangan ) yang ditawarkan oleh perusahaan. Masing-masing stimulus tersebut dirancang untuk menghasilkan tindakan membeli dari konsumen. Keputusan untuk membeli
40
timbul karena adanya penilaian yang objektif atau karena dorongan emosi. Keputusan untuk bertindak adalah hasil dari rangkaian aktifitas dan rangsangan mental dan emosional. Proses untuk menganalisa, merasakan dan memutuskan ini, pada dasarnya adalah sama seperti seorang individu dalam memecahkan masalahmasalah lainnya.
2.2
Kerangka Pemikiran Konsep citra dalam dunia bisnis telah berkembang dan menjadi perhatian
para pemasar. Citra yang baik dari suatu perusahaan akan mempunyai dampak yang menguntungkan, sedangkan citra yang jelek akan merugikan perusahaan. Citra yang baik berarti masyarakat (khususnya konsumen) mempunyai kesan yang positif terhadap perusahaan, sedangkan citra yang kurang baik berarti konsumen mempunyai kesan negatif terhadap perusahaan. Citra adalah gambaran atau konsep tentang suatu hal yang bersifat abstrak, dengan demikian bahwa citra itu ada, tapi tidak nyata atau tidak dapat digambarkan secara fisik, karena citra hanya ada pada pikiran. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan bentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek tersebut. Citra merek pada dasarnya adalah hasil pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek tertentu, yang didasarkan atas petimbangan dan perbandingan
dengan
merek-merek
lainnya,
dan
memperlihatkan persepsi yang akurat dari suatu merek.
citra
merek
dapat
41
Zeithaml (1988) setuju bahwa intrinsik (produk pengetahuan) dan ekstrinsik (citra merek) adalah faktor yang paling penting bagi konsumen dipertimbangkan ketika mengevaluasi sebuah produk sebelum membeli. Melalui citra merek, konsumen dapat mengenali suatu produk, mengevaluasi kualitas, lebih rendah risiko, dan memperoleh pengalaman dan kepuasan tertentu dari diferensiasi produk. Menurut Grewal, Krishnan, Baker, dan borin (1998), semakin baik citra
merek,
konsumen
semakin
mengakui
akan
kualitas
produk.
Konsumen biasanya kurang mengetahui pengetahuan tentang produk. Sehingga mereka bingung ketika akan membuat keputusan pembelian jika menghadapi produk serupa untuk dipilih. Akibatnya, citra merek sering digunakan sebagai isyarat ekstrinsik untuk membuat keputusan pembelian (Richardson, Dick dan Jain, 1994). Akaah dan Korgaonkar (1988) menyimpulkan bahwa konsumen lebih cenderung membeli merek terkenal, produk dengan citra merek yang positif sebagai cara untuk menurunkan risiko pembelian. Argumen ini juga didukung oleh Rao dan Monroe (1988) bahwa sebuah merek dengan citra yang lebih positif memang memiliki dampak menurunkan risiko dan meningkatkan umpan balik positif dari konsumen. Oleh karena itu, konsumen umumnya percaya bahwa mereka dapat melakukan pembelian yang memuaskan dengan memilih merekmerek terkenal dan juga risiko pembelian lebih rendah. ini menunjukkan bahwa minat beli konsumen dipengaruhi oleh citra merek. Semakin tinggi status citra merek, semakin besar minat membeli. Thakor dan Katsanis (1997) percaya
42
bahwa citra merek adalah salah satu syarat dalam evaluasi kualitas produk. Konsumen cenderung ingin memiliki nilai yang dirasakan lebih tinggi, sehingga akan lebih besar minat beli ketika menghadapi pilihan merek. Penelitian ini akan menetapkan pada citra merek dan minat beli konsumen, dimana konsumennya ialah konsumen pengguna produk sepeda motor Honda. Berikut adalah gambar paradigma pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen :
CITRA MEREK
MINAT BELI KONSUMEN
Gambar 2.3. Paradigma Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli Konsumen
2.3
Hipotesis Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran di atas, maka diajukan suatu
hipotesis penelitian : “ Citra Merek berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen”.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah citra merek
dan minat beli konsumen. Sedangkan unit observasinya yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi Manajemen UNPAS angkatan 2007-2008 yang beralamat di Jl. Taman Sari No.6-8 Bandung Jawa Barat.
3.2
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan metode untuk menentukan kebenaran yang
merupakan sebuah pemikiran yang kritis. Penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan diadakannya penelitian yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian adalah data yang betul-betul sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti untuk memperdalam dan memprluas pengetahuan yang sudah ada.
3.2.1
Metode yang digunakan Metode penelitian yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
metode Survey dimana penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan
41
42
hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis, sedangkan sifat dari
penelitian
adalah
deskriptif,
dimana
penelitian
bertujuan
untuk
menggambarkan suatu keadaan berdasarkan data dan fakta yang dikumpulkan kemudian disususn secara sistematis yang selanjutnya di analisis untuk mendapatkan kesimpulan dan Verifikatif, yang merupakan penelitian untuk menguji teori. Penelitian akan mencoba menghasilkan informasi ilmiah baru yakni status hipotesis yang berupa kesimpulan diterima atau tidak, yang bertujuan untuk memeriksa atau membuktikan kebenaran teori atau hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya (penelitian yang memerlukan pengujian hipotesis).
3.3 Opersionalisasi Variabel 3.3.1
Variabel Variabel yang diteliti dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (X) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Adapun variabel bebas yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Brand Image (X). 2. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Minat Beli Konsumen (Y).
43
Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel Pokok Citra merek (X)
Konsep Variabel
Sub Variabel
Indikator
Seperengkat keyakinan
Karakteristik produk Nama merek
konsuen mengenai merek tertentu . (Kotler
suatu merek yang Bentuk/Desain dikenali oleh
dan Amstrong
konsumen.
Manfaat
Ukuran yang Mudah di cari
diterima
oleh Mudah dikenali konsumen dari suatu
Ordinal
Mudah diingat
merek.
Keyakinan konsumen Kualitas produk mengenai
Ordinal
Warna
alihbahasa oleh Damos Sihombing 2001, 225)
Skala
kualitas
Ordinal
produk dari suatu merek.
Minat beli
Ketertarikan seorang
konsumen
konsumen terhadap
(Y)
suatu produk. (Ismail Solihin 2004, 92)
Ketertarikan terhadap produk/merek
Informasi mengenai produk/merek
Ordinal
44
3.4
Jenis dan Sumber Data Adapun jenis data yang digunakan oleh penulis adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian pada konsumen yang bersangkutan yang menjadi objek penelitian dengan cara menyebarkan kuisioner, observasi dan wawancara. sedangkan data Skunder adalah data objek penelitian seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, serta aktivitas perusahaan yang diperoleh dari data literatur.
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti adalah melalui metode survey yang merupakan suatu cara memperoleh data primer pada objek penelitian dengan meninjau secara langsung objek penelitian. Data primer dapat diperoleh dengan cara: 1) Studi kepustakaan (Library research), yaitu dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literatur yang terdapat di perpustakaan, dengan maksud untuk menempatkan landasan teoritis mengenai masalah pokok yang sedang dibahas. 2) Studi Lapangan (field research), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mendatangi perusahaan yang bersangkutan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan perusahaan serta memperoleh data dan informasi mengenai masalah yang diteliti. Untuk memperoleh data tersebut, penulis menggunakan cara sebagai berikut:
45
1. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dan keterangan melalui tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang terkait 2. Observasi, yaitu cara pengambilan data dengan pengamatan tanpa alat standar lain untuk keperluan tersebut 3. Kuesioner, yaitu merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden unuk dijawabnya (Sugiyono, 2005:135). Bentuk kuisioner yang dianjurkan adalah kuisioner berstruktur, dimana pertanyaannya dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dengan diberi jawaban terhadap beberapa alternative.
3.4.2
Populasi dan Sampel Responden (sampel) yang dipilih dari populasi, dipilih berdasarkan rumus
Slovin, sampel yang akan ditentukan oleh penulis dengan presentase kelonggaran ketidaktelitian 10%. Populasi yang teridentifikasi pada penelitian ini adalah mahasiswa dari Fakultas Ekonomi Manajemen UNPAS Bandung angkatan 20072008 yang berjumlah 789 mahasiswa, dikarenakan jumlah populasi yang besar maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada di populasi, dikarenakan keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. n
N 1 N e
2
46
Dimana : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolerir (tingkat kesalahan yang diambil dalam sampling ini adalah sebesar 10%) Berdasarkan penjelasan diatas maka, dengan menggunakan rumus Slovin, maka ukuran sampel dapat dihitung sebagai berikut :
n
789
1 7890,1
2
= 88.75 ≈ 89 Jadi diketahui dari perhitungan untuk ukuran sampel dengan tingkat kesalahan 10% adalah sebanyak 89 responden. 3.4.3 Teknik Sampling Penelitian ini merupakan penelitian sampel, karena penulis hanya akan meneliti sebagian dari populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimilki oleh populasi tersebut atau wakil dari populasi yang diteliti, dinamakan penelitian sampel jika kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitan sampel, yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling. Teknik sampling ini tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau
47
anggota populasi untuk dipilih menjadi sample. Secara spesifik teknik-teknik yang digunakan adalah teknik sampling aksidental yaitu teknik penentuan sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan digunakan sebagai sample, bila orang yang kebetulan ditemui itu cocok maka akan digunakan sebagi sumber data. (Sugiyono 2007:76).
3.5
Metode Analisis Yang Digunakan
3.5.1 Metode Analisis Data Untuk menganalisa data yang akan diperoleh dari penelitian, menjawab pertanyaan-pertanyaan riset yang diajukan, digunakan metode analisis data, perlu dilakukan uji validitas dan uji reabilitas terhadap pengumpulan data, dalam hal ini adalah kuesioner yang disebarkan. Untuk pengolahan data dari hasil kuesioner, penulis menggunakan metode skala likert dimana. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item–item instrument dimana alternatifnya berupa pernyataan. Jawaban setiap item instrument dengan menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Dimana alternatif jawaban diberikan nilai sampai dengan 5, selanjutnya nilai dari alternatif tersebut dijumlahkan untuk setiap responden dengan menggunakan langkah – langkah sebagai berikut : Bobot Penilaian :
48
Tabel 3.2 Skala Likert Alternatif Jawaban 1. 2. 3. 4. 5.
Bobot Nilai
SS (Sangat setuju) S (Setuju) RR (Ragu-ragu) TS (Tidak setuju) STS (Sangat tidak setuju)
Bila Positif 5 4 3 2 1
Bila Negatif 1 2 3 4 5
Sumber : Sugiyono (2003)
3.5.1.1 Uji Validitas Menurut Masrum, sebagai mana dikutip oleh Sugiyono (2005:124) menyatakan item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi pula menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Untuk mencari nilai validitas dari sebuah item kita akan mengkorelasikan skor item tersebut dengan total skor item-item dari variable tersebut. Apabila nilai korelasi diatas 0,3 maka dikatakan item tersebut memberikan tingkat kevalidan yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi dibawah 0,3 maka dikatakan item tersebut kurang valid. Metode korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment.
r=
(n
XY) - ( X
Y)
n ( X 2 ) - ( X) 2 n ( Y 2 ) - (
Sumber: Sugiyono (2007:183)
Keterangan: r = Koefisien Korelasi n = Jumlah Responden
Y)2
49
3.5.1.2 Uji Reliabilitas Menurut Sugiyono (2003:110), bahwa reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk uji reliabilitasnya digunakan metode (split half) item tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok item ganjil dan kelompok item genap, kemudian masing-masing kelompok skor tiap itemnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total Koefisien korelasinya dimasukan ke dalam rumus Spearman Brown, yaitu:
r=
2 x rb 1 + rb
Dimana: r = nilai reliabilitas rb = Korelasi product momen antara belahan pertama dan belahan kedua Setelah didapat nilai reliabilitas instrumen (rhitung), maka nilai tersebut dibandingkan dengan rtabel yang sesuai dengan jumlah responden dan taraf nyata. Bila rhitung > rtabel, maka instrumen tersebut dikatakan reliabel, sebaliknya jika rhitung < rtabel, maka instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel. Sebelum data dianalisis dengan menggunakan metode-metode tersebut, untuk data yang berskala ordinal perlu diubah menjadi interval dengan teknik “Method Of Successive Internal“. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menghitung frekuensi setiap pilihan jawaban responden pada setiap item. 2. Menghitung proporsi setiap pilihan jawaban responden berdasarkan frekuensi yang diperoleh.
50
3. Menghitung proporsi kumulatif berdasarkan proporsi yang diperoleh. 4. Menentukan batas-batas nilai untuk setiap jawaban. 5. Menghitung Scale Value ( nilai skala ) interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban dengan rumus :
6
ܸܵ =
ݐ݅ ݉݅ܮݎ݁ݓܮ ݂ ݕݐ݅ݏ݊݁ܦ− ݐ݅ ݉݅ܮݎܷ݁ ݕݐ݅ݏ݊݁ܦ ݐ݅ ݉݅ܮݎܷ݁ݎܷ݁݀݊ ܽ݁ݎܣ− ݐ݅ ݉݅ܮݎ݁ݓܮݎܷ݁݀݊ ܽ݁ݎܣ
Menghitung skor hasil transformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan menggunakan rumus : Y = SV + K Dimana K = 1 + SV min
3.5.1.3 Analisis Regresi Linier Sederhana Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X1 (Citra Merek), dan Y (Minat Beli) Rumus yang digunakan: Y = a + bX (Sugiyono, 2004;211)
Keterangan: Y
= variabel terikat / tak bebas (Minat Beli)
a
= bilangan konstanta
b1
= koefisien arah garis
X1
= variabel bebas (Brand Image)
51
3.5.1.4 Analisis Korelasi Sederhana Analisis ini digunakan untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas (X) secara keseluruhan dengan variabel tidak bebas (Y). Rumus korelasi ganda adalah sebagai berikut :
R yx
JK regresi JK
total
Dimana: R
= koefisien korelasi ganda
Jk (reg) = jumlah kuadrat Jk total = jumlah kuadrat total dikorelasikan Untuk mencari JK(reg) dihitung dengan menggunakan rumus: JK(reg) = b ∑XY dimana: X1Y =
( X1) ( Y) n
X2Y =
( X2) ( Y) n
Untuk mencari ∑Y2 menggunakan rumus sebagai berikut:
( Y) 2 Y = Y n 2
Berdasarkan nilai R yang diperoleh, maka dapat di interpretasikan -1 < R < 1, yaitu: 1. Apabila R = 1, artinya terdapat hubungan antara variabel X dan Y semua positif sempurna. 2. Apabila R = -1, artinya terdapat hubungan antara variabel X dan Y negatif sempurna.
52
3. Apabila R = 0, artinya tidak terdapat hubungan korelasi 4. Apabila nilai R berada diantara -1 dan 1, maka tanda negatif (-) menyatakan adanya korelasi tak langsung atau korelasi negatif dan tanda positif (+) menyatakan adanya korelasi langsung atau korelasi positif. Interpretasi terhadap kuatnya hubungan korelasi berpedoman pada pendapat Sugiyono (2004 : 183) sebagai berikut : Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
3.6
Analisis Koefisien Determinasi Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi, maka dapat dihitung koefisien
determinasi yaitu untuk dilihat persentase pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y, adapun koefisien determinasi yang digunakan (Riduwan dan Akdon ; 2007 ; 146): Kd = r2 x 100 % Keterangan: Kd = Koefisien determinasi (seberapa jauh perubahan variabel terkait) R = Kuadrat koefisien korelasi Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah: -
Jika Kd mendekati nol (0), berarti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen lemah.
53
-
Jika Kd mendekati satu (1), berari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen kuat.
3.7
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis diperlukan untuk mengetahui sejauhmana hubungan
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, apakah hubungan tersebut saling mempengaruhi atau tidak. Hipotesis parsial dijelaskan ke dalam bentuk statistik sebagai berikut : 1.
H0
: β 1 = 0, Tidak ada pengaruh citra merek terhadap minat beli.
2.
Ha
: β 1 ≠ 0, Ada Pengaruh Pengaruh citra merek terhadap minat beli Kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan rumus uji t
dengan taraf signifikan 5% atau dengan tingkat keyakinan 95%, dengan rumus sebagai berikut : ࢚=
࢈ ࡿ࢈
Keterangan: b = nilai koefisien regresi Sb = simpangan baku dari regresi Selanjutnya hasil hipotesis thitung dibandingkan dengan ttabel dengan
ketentuan sebagai berikut : 1. Untuk thitung positif a. Jika t hitung t tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima b. Jika t hitung ≤ t tabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak 2. Untuk thitung negatif
54
a. Jika t hitung ≤ t tabel , maka H0 ditolak. b. Jika t hitung ≥ t tabel , maka H0 diterima
3.8
Rancangan Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka. Rancangan kuesioner yang dibuat penulis sifatnya kuesioner tertutup dimana jawaban dibatasi atau sudah ditentukan. Kuesioner ditentukan berdasarkan indikator dari setiap variabel penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian Pada bagian ini, peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang
peneliti lakukan. Dimana hasil penelitian ini peneliti dapatkan baik bersumber dari data sekunder maupun data primer yang peneliti dapatkan. Adapun yang akan menjadi bahasan pada bagian ini berkaitan dengan pengaruh dan hubungan dan pengaruh antara variabel X (Citra Merek) terhadap Y (Minat Beli Konsumen).
4.1.1
Gambaran Umum Perusahaan Pada bagian ini akan digambarkan tentang gambaran umum Astra Honda
Motor selaku perusahaan yang memegang jaringan pemasaran sepeda motor Honda di Indonesia.
4.1.1.1 Sekilas Astra Honda Motor Pertumbuhan konsumen sepeda motor meningkat luar biasa. Di tengah-tengah persaingan yang begitu tajam akibat banyaknya merek pendatang baru, sepeda motor Honda yang sudah lama berada di Indonesia, dengan segala keunggulannya, tetap mendominasi pasar dan sekaligus memenuhi kebutuhan angkutan yang tangguh, irit dan ekonomis.
55
56
Menjawab tantangan tersebut, organisasi yang berada di balik kesuksesan sepeda motor Honda di Indonesia terus memperkuat diri. PT Astra Honda Motor merupakan sinergi keunggulan teknologi dan jaringan pemasaran di Indonesia, sebuah pengembangan kerja sama antara Honda Motor Company Limited, Jepang, dan PT Astra International Tbk, Indonesia. Keunggulan teknologi Honda Motor diakui di seluruh dunia dan telah dibuktikan dalam berbagai kesempatan, baik di jalan raya maupun di lintasan balap. Honda pun mengembangkan teknologi yang mampu menjawab kebutuhan pelanggan yaitu mesin "bandel" dan irit bahan bakar, sehingga menjadikannya sebagai pelopor kendaraan roda dua yang ekonomis. Tidak heran, jika harga jual kembali sepeda motor Honda tetap tinggi. Astra International memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang kebutuhan para pemakai sepeda motor di Indonesia, berkat jaringan pemasaran dan pengalamannya yang luas. Astra juga mampu memfasilitasi pembelian dan memberikan pelayanan purna jual sedemikian rupa sehingga brand Honda semakin unggul.
4.1.1.2 Daftar Harga Sepeda Motor Honda Honda Vario merupakan sepeda motor yang diproduksi oleh Honda. Berikut ini adalah harga sepeda motor Vario dan merek lain yang diproduksi oleh Honda.
57
Tabel 4.1 Daftar Harga Sepeda Motor Honda Fit X
Motor
CC 100
Tahun 2008
Harga OTR 10,600,000
Revo Spoke
100
2008
12,050,000
Revo CW
100
2008
13,050,000
Supra X 125 R (SW)
125
2008
13,950,000
Supra X 125 R (CW)
125
2008
14,950,000
Supra X 125 PGM-Fi
125
2008
16,100,000
Beat
110
2008
12,000,000
Vario
110
2008
13,150,000
Vario CW
110
2008
14,350,000
City Sport 1
125
2008
16,900,000
Mega Pro
160
2008
17,600,000
Tiger
200
2008
20,900,000
Mega Pro CW
160
2008
19,100,000
Tiger CW
200
2008
23,500,000
Sumber : http://www.astrahondamotor.com
4.1.1.3 Penghargaan Yang Diraih AHM Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Astra Honda Motor telah meraih beberapa penghargaan. Berikut ini adalah penghargaan-penghargaan yang berhasil diraih oleh Astra Honda Motor. 1. ICSA 2001, merupakan penghargaan yang diberikan kepada perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen pada tahun 2001 untuk kategori sepeda motor. 2. ICSA 2004, merupakan penghargaan yang diberikan kepada perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen pada tahun 2004, untuk kategori motor bebek.
58
3. ICSA 2005, merupakan penghargaan yang diberikan kepada perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen pada tahun 2005, untuk kategori motor bebek. 4. Penghargaan Indonesia Customer Loyalty Award pada tahun 2005. 5. Penghargaan IMAC pada tahun 2007, penghargaan yang diberikan kepada perusahaan yang memiliki citra perusahaan yang baik. 6. ICSA 2007 merupakan penghargaan yang diberikan kepada perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen pada tahun 2007, untuk kategori motor bebek. Dengan
berbagai
macam
penghargaan
yang
diraih
oleh
Honda,
menunjunjukan bahwa sepeda motor Honda memiliki citra merek yang baik di mata konsumen.
4.1.2
Karakteristik Responden Sesuai batasan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka untuk
memperoleh data guna menganalisis pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen, maka peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 89 buah kuesioner. Sebelum peneliti menguraikan pembahasan mengenai pengaruh antara variabel yang diuji dengan pengujian statistik, berikut ini disajikan tabel-tabel yang yang merupakan pengelompokan hasil jawaban dari 89 orang responden mengenai karakteristik citra merek (X) dan Minat Beli Konsumen (Y).
59
4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Frekuensi Persentase 36 40% 53 60% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.2 Mayoritas responden merupakan responden laki-laki yaitu sebanyak 53 orang. Sedangkan sisanya sebanyak 36 orang merupakan responden perempuan. Sehingga dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang mengisi kuisioner merupakan responden dengan jenis kelamin laki-laki.
4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia 18-20 21-22 >22 tahun Total
Frekuensi Persentase 29 33% 38 43% 22 25% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan Usia. Mayoritas responden yang mengisi kuisioner penelitian adalah mereka dengan usia 21-22 tahun yaitu sebanyak 38 orang atau 43 % dari responden yang mengisi
60
kuisioner. Sehingga dapat diketahui bahwa dilihat dari segi usia, mayoritas responden yang mengisi kuisioner merupakan mahasiswa tingkat akhir.
4.1.3
Tanggapan Responden Mengenai Citra Merek Pada tabel-tabel berikut ini, penulis akan menjabarkan hasil penyebaran
kuisioner berkaitan dengan citra merek yang dimiliki oleh sepeda motor Honda. Berikut ini merupakan uraian lengkapnya :
Tabel 4.4 Tanggapan Responden Mengenai Nama Merek Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 31 35% 40 45% 15 17% 3 3% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.4 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan merek sepeda motor Honda, maka diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan Merek Sepeda Motor Honda mudah di ingat yaitu sebanyak 40 orang atau sebesar 45 % dari
total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum, responden menyetujui bahwa merek sepeda motor Honda mudah untuk diingat.
61
Tabel 4.5 Tanggapan Responden Mengenai Bentuk atau Desain Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 30 34% 42 47% 17 19% 0 0% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.5 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan bentuk atau desain sepeda motor Honda, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan Desain Sepeda Motor Honda sangat menarik perhatian yaitu sebanyak 42 orang atau sebesar 47 % dari total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini
menunjukkan bahwa bentuk dan desain sepeda motor Honda dapat menarik perhatian konsumen.
Tabel 4.6 Tanggapan Responden Mengenai Warna Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 32 36% 37 42% 18 20% 2 2% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
62
Berdasarkan tabel 4.6 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan warna sepeda motor Honda, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan warna sepeda motor Honda sesuai dengan selera yaitu sebanyak 37 orang atau sebesar 42%
dari total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa warna dari sepeda motor yang diproduksi Honda sesuai dengan selera konsumen.
Tabel 4.7 Tanggapan Responden Mengenai Ukuran Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 37 42% 38 43% 13 15% 1 1% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.7 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan ukuran sepeda motor Honda, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan Ukuran Sepeda Motor Honda sesuai dengan keinginan yaitu sebanyak 38 orang atau sebesar
43% dari total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dari sepeda motor yang diproduksi Honda sesuai dengan keinginan konsumen.
63
Tabel 4.8 Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan Untuk Dicari Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 27 30% 43 48% 18 20% 1 1% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.8 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan kemudahan untuk dicari, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan Sepeda Motor Honda sangat mudah di cari yaitu sebanyak 43 orang atau sebesar 48% dari
total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa sepeda motor Honda mudah untuk dicari atau didapatkan.
Tabel 4.9 Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan Untuk Kenali Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 29 33% 40 45% 19 21% 1 1% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.9 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan kemudahan untuk dikenali, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan
64
Sepeda Motor Honda sangat mudah dikenali yaitu sebanyak 40 orang atau sebesar 45% dari
total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari segi fisik, Sepeda Motor Honda cukup mudah dikenali. Tabel 4.10 Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan Untuk Diingat Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 28 31% 40 45% 20 22% 1 1% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.10 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan kemudahan mengingat sepeda motor Honda, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan Sepeda Motor Honda sangat mudah untuk diingat yaitu sebanyak 40 orang atau sebesar 45% dari total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal
ini menunjukkan bahwa Merek Sepeda Motor Honda mudah diingat. Tabel 4.11 Tanggapan Responden Mengenai Kualitas Produk Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 30 34% 38 43% 19 21% 2 2% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
65
Berdasarkan tabel 4.11 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan kualitas sepeda motor Honda, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan Sepeda Motor Honda cukup berkualitas yaitu sebanyak 38 orang atau sebesar 43% dari total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa Merek Sepeda Motor Honda merupakan sepeda motor yang memiliki kualitas. Dari seluruh pertanyaan yang digunakan mengenai citra merek, lebih dari 70% responden mengatakan bahwa citra merek sepeda motor honda sudah baik.
4.1.4
Tanggapan Responden Mengenai Minat Beli Pada tabel-tabel berikut ini, penulis akan menjabarkan hasil penyebaran
kuisioner berkaitan dengan minat beli responden terhadap sepeda motor Honda. Berikut ini merupakan uraian lengkapnya : Tabel 4.12 Tanggapan Responden Mengenai Ketertarikan terhadap Produk Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 24 27% 40 45% 23 26% 2 2% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.12 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan ketertarikan terhadap produk sepeda motor Honda, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan tertarik terhadap sepeda motor Honda yaitu sebanyak 40
66
orang atau sebesar 45% dari total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki ketertarikan terhadap sepeda motor Honda.
Tabel 4.13 Tanggapan Responden Mengenai Ketertarikan terhadap Merek Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 25 28% 44 49% 18 20% 2 2% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.13 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan ketertarikan terhadap merek sepeda motor Honda, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan tertarik terhadap merek sepeda motor Honda yaitu sebanyak 44 orang atau sebesar 49% dari total responden yang mengisi kuisioner
penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki ketertarikan terhadap merek sepeda motor Honda.
Tabel 4.14 Tanggapan Responden Mengenai Kemenarikan Iklan Sepeda Motor Honda Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 19 21% 50 56% 18 20% 2 2% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
67
Berdasarkan tabel 4.14 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan kemenarikan iklan sepeda motor Honda, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 50 orang atau sebesar 56% dari total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa iklan sepeda motor Honda menarik perhatian.
Tabel 4.15 Tanggapan Responden Mengenai Daya Tarik Iklan Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Frekuensi Persentase 22 25% 46 52% 18 20% 3 3% 0 0% 89 100%
Sumber : Data Primer (Penyebaran Kuisioner 2009)
Berdasarkan tabel 4.15 yang merupakan tanggapan responden berkaitan dengan daqya tarik iklan sepeda motor Honda, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 46 orang atau sebesar 52 % dari total responden yang mengisi kuisioner penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa iklan sepeda motor Honda memiliki daya tarik yang dapat menimbulkan minat untuk membeli.
Dari seluruh pertanyaan yang digunakan mengenai minat beli, lebih dari 70% responden mengatakan bahwa konsumen berminat untuk membeli sepeda motor honda.
68
4.1.5
Uji Validitas Dan Reliabilitas
4.1.5.1 Uji Validitas Menurut Masrum, sebagai mana dikutip oleh Sugiyono (2005:124) menyatakan item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi pula menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Untuk mencari nilai validitas dari sebuah item kita akan mengkorelasikan skor item tersebut dengan total skor item-item dari variable tersebut. Apabila nilai korelasi diatas 0,3 maka dikatakan item tersebut memberikan tingkat kevalidan yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi dibawah 0,3 maka dikatakan item tersebut kurang valid. Untuk mencari nilai korelasinya penulis menggunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut: r
n XY X Y n X X nY Y
=
2
2
2
2
Untuk menghitung validitas : 2
89
X
X =
366
Y =
2931
n
=
=
1562
Y
=
98459
XY
=
12316
2
69
r
=
n XY X Y n X X nY Y 2
2
r
=
r
=
r
=
2
2
89 * 12316 366 * 2931 891562 366 2 8998459 29312 1096124 1072746
139018 133956 8762851 8590761 23378 (5062)(172090)
r
=
0,792
Dengan menggunakan rumus yang sama, dihitung nilai validitas untuk item pertanyaan 2 dan seterusnya. Sehingga didapat tabel berikut ini : Tabel 4.16 Validitas Instrumen Penelitian pertanyaan r hitung r kritis keterangan X (Citra Merek) 1 0.792 0.3 Valid 2 0.799 0.3 Valid 3 0.726 0.3 Valid 4 0.749 0.3 Valid 5 0.720 0.3 Valid 6 0.812 0.3 Valid 7 0.739 0.3 Valid 8 0.773 0.3 Valid Y (Minat Beli Konsumen) 1 0.792 0.3 Valid 2 0.715 0.3 Valid 3 0.744 0.3 Valid 4 0.690 0.3 Valid Sumber :Hasil Pengolahan Data Primer (2009)
70
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diketahui bahwa seluruh instrument penelitian memiliki nilai yang valid. Hal ini menunjukan bahwa data tersebut memiliki derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
4.1.5.2 Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas kuisioner dilakukan Internal Consistency dengan teknik belah dua (Split half). Untuk keperluan itu maka butir-butir kuisioner dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kuisioner ganjil dan kelompok kuisioner genap. Untuk mencari nilai Reliabilitas di sebuah item kita mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika koefisien korelasinya sama atau diatas 0,7 maka item tersebut dinyatakan Reliabel, tetapi apabila nilai korelasinya dibawah 0,7 maka item tersebut dinyatakan tidak Reliabel. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan metode belah dua (split half) dimana instrumen-instrrumen dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap, kemudian masing-masing kelompok skor tiap butirnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total, kemudian skor total antar kelompok ganjil dan kelompok genap dicari korelasinya dengan rumus pearson, yaitu sebagai berikut:
r
n AB AB
n A A n B B 2
2
2
2
71
Setelah diketahui kolerasinya, kemudian dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown sebagai berikut :
ri
2rb 1 rb
Dimana : ri = reliabilitas internal seluruh instrumen Rb = kolerasi Product Moment antara belahan pertama dan belahan kedua. Untuk menghitung reliabilitas : n
=
89
A
2
=
24371
A =
1457
B
=
24950
B =
1474
AB
=
24569
2
R
=
89 * 24569 1457 * 1474 8924371 1457 2 8924950 1474 2
R
=
2186641 2147618 2169019 2122849 2220550 2172676
R
=
R
=
ri
ri
2 rb 1 rb
2(0,830) 1 0,830
39023
46170 47874 0,830
72
ri
1,660 1,830
ri = 0,907 Dengan menggunakan rumus yang sama, maka dapat dilihat nilai reliabilitas untuk variabel Y pada table berikut ini. Tabel 4.17 Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel X (Citra Merek) Y (Minat Beli)
R Rkritis Keterangan 0.907 0.7 Reliabel 0.721 0.7 Reliabel
Sumber :Hasil Pengolahan Data Primer (2009)
Hasil perhitungan tabel diatas menunjukkan bahwa instrumen penelitian (kuesioner) memiliki hasil yang konsisten sehingga instrumen ini dapat digunakan dengan aman karena dapat bekerja dengan baik pada waktu dan kondisi yang berbeda.
4.1.6
Analisis Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli
4.1.6.1 Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi linear sederhana adalah analisis yang didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal variabel independen dengan satu variabel dependen.
alat analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
variabel independent (Citra Merek) dengan Konsumen).
variabel dependent (Minat Beli
73
Tabel 4.18
Berdasarkan persamaan regresi pada hasil output tabel SPSS di atas diketahui bila persamaan regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut: Y=3,171 + 0,379 X. Nilai tersebut menunjukkan bahwa X memiliki hubungan yang positif, hal tersebut menunjukan perbaikan kualitas daripada X akan menimbulkan peningkatan minat beli konsumen sebesar 0. 379.
4.1.6.2 Analisis Korelasi Sederhana Analisis korelasi sederhana adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar derajat kekuatan hubungan antara variabel independent (Citra Merek) dengan variabel dependent (minat beli konsumen). Berdasarkan hasil perhitungan dengan program aplikasi SPSS 12, maka didapat tabel berikut ini : Tabel 4.19
74
Penafsiran penilaian koefisien korelasi menurut Sugiono (2002:183) lebih jelas lagi akan dinyatakan sebagai berikut : Tabel 4.20 Koefisien Korelasi dan Taksirannya Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat Rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugiono ( Metode Penelitian Bisnis, 2005 : 183 ).
Berdasarkan tabel di atas, maka didapat nilai korelasi ganda (R) sebesar 0,778 yang termasuk kedalam hubungan yang kuat. Korelasi yang terjadi adalah korelasi positif, yaitu antara 0,60-0,799. ini menunjukan bahwa, terdapat hubungan yang kuat antara variabel citra merek (X) terhadap variabel Minat Beli Konsumen (Y).
4.1.6.3 Pengujian Hipotesis Dengan Menggunakan Uji t Pengujian hipotesis diperlukan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, apakah hubungan tersebut saling mempengaruhi atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus uji t dengan taraf signifikan 5% atau dengan tingkat keyakinan 95%. H0
: β 1 = 0, Tidak ada pengaruh citra merek terhadap minat beli.
Ha
: β 1 ≠ 0, Ada Pengaruh Pengaruh citra merek terhadap minat beli
75
Berdasarkan data Tabel 4.18 nilai t hitung dari X (Citra merek) sebesar 11,557 dengan nilai signifikan 0.000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Citra Merek berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Konsumen.
4.1.6.4 Analisis Koefisien Determinasi Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen, maka digunakan analisis koefisien determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kd = ryx2 x 100% Kd = 0,7782 x 100% = 0,606 = 60,6 % Dari analisis di atas dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen adalah sebesar 60,6 %, sedangkan sisanya sebesar 39,4 % dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
4.2
Pembahasan Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada responden menunjukan,
bahwa mayoritas responden memberikan tanggapan yang positif terhadap pernyataan yang penulis ajukan berkaitan dengan citra merek. Hal ini menandakan bahwa citra merek yang dimiliki oleh sepeda motor Honda dinilai baik oleh responden. Citra merek yang dimiliki oleh Honda, mengakibatkan minat beli dari responden terhadap sepeda motor Honda menjadi meningkat. Hal ini ditunjukan oleh pernyataan
76
responden terhadap pertanyaan berkaitan dengan minat beli yang ditanggapi secara positif oleh mayoritas responden. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan pengujian statistic menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang ditimbulkan dari citra merek terhadap minat beli konsumen. Dimana peningkatan yang ditimbulkan dari citra merek positif yang dimiliki oleh sepeda motor Honda mengakibatkan peningkatan minat beli konsumen. Hal ini sejalan dengan pendapat Zeithaml (1988) yang setuju bahwa intrinsik (produk pengetahuan) dan ekstrinsik (citra merek) adalah faktor yang paling penting bagi konsumen dipertimbangkan ketika mengevaluasi sebuah produk sebelum membeli. Melalui citra merek, konsumen dapat mengenali suatu produk, mengevaluasi kualitas, lebih rendah risiko, dan memperoleh pengalaman dan kepuasan tertentu dari diferensiasi produk. Menurut Grewal, Krishnan, Baker, dan borin (1998), semakin baik citra merek, konsumen semakin mengakui akan kualitas produk. Berdasarkan hasil perhitungan metode penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diketahui bahwa persamaan regresi pada hasil output tabel SPSS di atas diketahui bila persamaan regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut: Y=3,171 + 0,379 X. Nilai tersebut menunjukkan bahwa X memiliki hubungan yang positif, hal tersebut menunjukan perbaikan kualitas daripada X akan menimbulkan peningkatan minat beli konsumen sebesar 0,379. Nilai korelasi sederhana yang didapatkan adalah sebesar 0.778, nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel independent (citra merek) dengan variabel dependent
77
(minat beli konsumen) memiliki derajat kekuatan hubungan yang kuat (berada pada kisaran 0.6 s-d 0.7999). Nilai t hitung dari X (citra merek) sebesar 11,557 dengan nilai signifikan 0.000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Citra Merek berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Konsumen. Nilai koefisien determinasi yang didapatkan sebesar 0.606, nilai tersebut menunjukkan bahwa cirtra merek memiliki pengaruh sebesar 60.6% terhadap minat beli konsumen sedangkan 39.4% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat penulis uraikan mengenai Pengaruh Citra Merek
Honda Terhadap Minat Beli Konsumen adalah sebagai berikut:
1.
Tanggapan responden mengenai citra merek sepeda motor Honda sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden yang mayoritas memberikan tanggapan positif terhadap setiap pertanyaan yang penulis ajukan berkaitan dengan citra merek. Dari seluruh pertanyaan yang disebarkan, lebih dari 70% responden menyatakan bahwa citra merek sepeda motor Honda sudah baik. Namun dari seluruh hasil penyebaran kuisioner masih ada kekurangan berkaitan dengan citra merek sepeda motor Honda, terutama berkaitan dengan warna atau polet (striping) yang ditawarkan.
2.
Minat beli konsumen berdasarkan tanggapan responden atas kuisioner yang diberikan dapat dikatakan bahwa responden memiliki minat beli yang tinggi terhadap sepeda motor Honda. Lebih dari 72% responden menyatakan bahwa berminat membeli sepeda motor Honda, ini dikarenakan dari segi merek dan dari segi produk itu sendiri yang menimbulkan minat beli. Namun masih terdapat kekurangan terutama berkaitan dengan daya tarik iklan yang ditayangkan.
78
79
3.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa citra merek dari sepeda motor Honda memiliki pengaruh yang kuat terhadap minat beli konsumen. Besarnya pengaruh yang ditimbulkan adalah sebesar 60.6% sedangkan sisanya 39.4% dipengaruhi variable lain yang tidak diteliti oleh penulis.
5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, saran penulis terkait dengan Pengaruh Citra
Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Minat Beli Konsumen adalah sebagai berikut:
1.
Guna meningkatkan minat beli konsumen yang didasarkan citra merek yang dimiliki sepeda motor Honda, sebaiknya perusahaan senantiasa menjaga dan terus meningkatkan citra merek yang ada saat ini terutama berkaitan dengan warna atau polet (striping) dari sepeda motor yang ditawarkan. Dengan demikian minat beli konsumen terhadap sepeda motor Honda semakin meningkat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara terus mendisain polet (striping) yang lebih bagus sehingga dapat diminati oleh konsumen dari semua kalangan.
2.
Adanya minat beli konsumen terutama berkaitan dengan produk dan merek yang dimiliki, sebaiknya pihak perusahaan dapat memanfaatkan peluang yang ada saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan iklan-iklan ataupun promo yang dapat meningkatkan minat beli konsumen.
3.
Besarnya pengaruh dari citra merek hendaknya diperhatikan perusahaan dalam upaya untuk menjaga dan meningkatkan minat beli konsumen terutama di kalangan mahasiswa. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu dasar bagi
80
perusahaan untuk selalu menjaga dan meningkatkan citra merek di mata konsumen.
Rancangan Kuesioner Bandung, 2009 Kepada : Yth. Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung Di tempat
Dengan hormat, Bersama ini saya sampaikan bahwa saya adalah mahasiswa program Sarjana (S1) Universitas Pasundan Bandung yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Untuk itu pula saya diwajibkan untuk melakukan penelitian, adapun penelitian ini berjudul "Pengaruh Citra Merek Sepeda Motor Honda terhadap Minat Beli Konsumen". Saya sangat mengharapkan bantuan dan kesediaan mahasiswa/mahasiswi untuk dapat menyediakan waktu dan pendapatnya dalam pengisian kuesioner atau angket penelitian ini. Kesuksesan penelitian yang saya lakukan ini sangat tergantung pada partisipasi dan kesediaan dari mahasiswa/mahasiswi untuk mengisinya. Atas segala bantuan yang diberikan, saya haturkan terima kasih dan semoga dapat menjadikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Hormat Saya,
Heri Haerudin
KUESIONER
Petunjuk Pengisian Berilah penilaian sejujurnya dalam pengisian kuesioner ini dengan mengisi jawaban dan memberikan tanda ( √ ) pada salah satu
jawaban yang tersedia.
a. Data Responden
1. Umur: 18 – 20
21 – 22
2. Jenis Kelamin: Laki – laki
Perempuan
≥ 22
b. Pertanyaan Isilah tabel di bawah ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dengan memberikan tanda ( √ ) pada salah satu jawaban. Keterangan: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
RR
= Ragu-Ragu
TS
= Tidak Setuju
STS
= Sangat Tidak Setuju
No
Pertanyaan
1.
Merek Sepeda Motor Honda mudah di ingat
2
Desain Sepeda Motor Honda sangat menarik perhatian anda
3.
Warna Sepeda Motor Honda sesuai dengan selera anda
4.
Ukuran Sepeda Motor Honda sesuai dengan keinginan anda
5.
Sepeda Motor Honda sangat mudah di cari
SS
S
RR
TS
STS
6.
Sepeda Motor Honda cukup mudah dikenali
7.
Merek Sepeda Motor Honda mudah diingat
8.
Sepeda Motor Honda cukup berkualitas
9.
Daya tarik produk Sepeda Motor Honda menimbulkan minat anda untuk membeli
10. Daya tarik merek Sepeda Motor Honda menimbulkan minat anda untuk membeli
11. Iklan Sepeda Motor Honda menarik menimbulkan minat anda untuk membeli
dan
12. Daya tarik iklan Sepeda Motor Honda menimbulkan minat anda untuk membeli.