e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )
PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN VO2MAX I Wyn Dedy Hariyanta, I Gst Lanang Agung Parwata, Ni Pt Dewi Sri Wahyuni Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh circuit training terhadap kekuatan otot tungkai dan VO2max pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur dengan jumlah 20 orang. Sampel ini dibagi menjadi dua kelompok dengan teknik ordinal pairing. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian the modification randomized control group pre-test post-test design. Kekuatan otot tungkai diukur dengan back and leg dynamometer dan VO2max diukur dengan tes lari multi tahap/multistage fitness tes (MFT), selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan uji-t independent pada taraf signifikansi 5% dengan bantuan program SPSS 16,0. Hasil analisis data kekuatan otot tungkai didapatkan nilai signifikansi = 0,001 dan nilai signifikansi VO2max = 0,000. Dari data tersebut, nilai signifikansi kekuatan otot tungkai dan VO2max lebih kecil dari α = 0,05 sehingga hipotesis penelitian dapat diterima. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa circuit training berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan dengan nilai sigifikansi lebih kecil dari 0,01 dan circuit training berpengaruh terhadap peningkatan VO2max pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,01. Disarankan bagi pelaku olahraga untuk menggunakan pelatihan ini sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dan VO2max. Kata kunci : circuit training, kekuatan otot tungkai, VO2max. Abstract The aim of this study was to determine the effect of circuit training on muscle strength and leg VO2max in male students in class VII at SMP N 3 east Selemadeg . Samples from this study is students amount 20 at class VII in SMP 3 east Selemadeg. This study was divided into two groups with ordinal pairing techniques. This research is an experimental study design with the modification randomized control group pre-test post-test design. Limb muscle strength measured with a dynamometer and back and leg VO2max measured by a test run multi stage / multistage fitness test ( MFT ) , then the data were analyzed using independent t-test at a significance level of 5 % with SPSS 16.0. The results of data analysis of leg muscle strength significance obtained value = 0.001 and significance value of VO2max = 0.000. From these data, the value of the significance of leg muscle strength and VO2max less than α = 0.05 so the hypothesis research can be accepted. Based on the results of the data analysis and discussion, it can be concluded that the circuit training effect on the increase in leg muscle strength in male students in class VII in SMP N 3 east Selemadeg, the significance value less than 0.01 and circuit training effect on the increase in VO2max in male students at class VII in SMP N 3 East Selemadeg, with a significance value less than 0.01. it is recommended for people who sports to used this training as an alternative to improve leg muscle strength and VO2max . Keywords: circuit training, leg muscle strength, VO2max.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) PENDAHULUAN Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang komplek dan selalu mengalami suatu perkembangan melalui berbagai macam bentuk, cara dan tujuan yang berbeda. Ada beberapa tujuan dari kegiatan olahraga menurut kebutuhannya yaitu; a). untuk bersenang-senang (rekreasi), b). membina disiplin, kerja sama, kepribadian (pendidikan), c). mempertahankan bahkan meningkatkan kebugaran dan mencegah dari terserang penyakit (kesehatan), d). peningkatan prestasi olahraga (Nala, 1998 : 4). Olahraga prestasi merupakan olahraga yang lebih menekankan pada peningkatan prestasi seorang atlet pada kecabangan olahraga tertentu. Menurut Sajoto (1995: 11) faktor yang berpengaruh terhadap olahraga prestasi yaitu; 1) Aspek biologis yang terdiri dari; a) potensi atau kemampuan dasar tubuh seperti, kekuatan, kecepatan, kelincahan, tenaga, daya tahan, kelenturan, dan keseimbangan, b) fungsi organ-organ tubuh seperti, daya kerja jantung, daya kerja paru-paru, daya kerja persarafan, dan daya kerja panca indera, c) struktur tubuh dan postur tubuh yaitu, ukuran tinggi, berat, lebar dan panjang tubuh, d) gizi yaitu, jumlah makan yang cukup, nilai makanan yang memenuhi kebutuhan dan variasi makanan yang bermacam-macam. 2) Aspek psikologis seperti intelektual, motivasi yang berasal dari diri atlet dan yang berasal dari luar diri atlit, kepribadian, koordinasi kerja otot dan saraf. 3) Aspek lingkungan seperti lingkungan sosial, sarana dan prasarana, cuaca dan keluarga. 4) Aspek penunjang seperti pelatih, program pelatihan, dana dan penghargaan. Melalui olahraga prestasi ini dapat dikembangkan potensi diri atau bakat dari atlet bersangkutan. Olahraga prestasi juga berperan penting dalam pengembangan aspek kepribadian atlet seperti rasa tanggung jawab, kompetisi, disiplin, dan percaya diri. Pada Era Globalisasi ini khususnya didaerah Kabupaten Tabanan, perkembangan prestasi siswa sangat kurang terutama di tingkat SMP. Salah satu yang bisa dipakai acuan adalah SMP N 3 Selemadeg Timur. Belakangan ini
prestasi dari siswa SMP N 3 Selemadeg Timur dalam bidang olahraga, mengalami penurunan ini terbukti dengan menurunnya perolehan juara pada saat pekan olahraga pelajar berlangsung. Salah satu cabang olahraga yang mengalami penurunan ialah atletik. Menurut pengamatan yang dilakukan pada saat observasi, penurunan prestasi siswa ini disebabkan oleh kurangnya pembinaan kondisi fisik. Seperti yang diketahui pencapaian prestasi yang optimal akan dapat dicapai dengan dimilikinya kondisi fisik yang prima dan kondisi fisik yang prima tersebut dapat dimiliki dengan dilakukannya pelatihan yang mengarah pada kondisi fisik. Pelatihan fisik yang diberikan masih umum dan monoton yang mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Hal tersebut secara tidak langsung berdampak pada penurunan prestasi olahraga di SMP N 3 Selemadeg Timur. Di dalam peningkatan prestasi seorang atlet maka diperlukan berbagai macam pembinaan kondisi fisik. Pembinaan kondisi fisik merupakan pembinaan awal dan sebagai dasar pokok dalam mengikuti pelatihan olahraga untuk mencapai suatu prestasi. Dengan dimilikinya kondisi fisik yang prima oleh setiap atlet akan dapat tercapai suatu prestasi yang optimal. Unsur-unsur kondisi fisik yaitu daya tahan jantung-pernafasanperedaran darah (respiratio-cardiovasculatoir endurance), daya tahan otot, kekuatan, ketepatan, kecepatan, kelincahan, reaksi, keseimbangan, koordinasi, kelentukan persendian dan daya ledak (Nala, 1998). Kekuatan otot tungkai dan daya tahan kardiorespirasi (VO2max) merupakan dua unsur kondisi fisik yang memberikan peranan sangat penting pada setiap cabang olahraga. Kekuatan merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga. Untuk dapat mencapai penampilan prestasi yang optimal, maka kekuatan harus ditingkatkan sebagai landasan yang mendasari dalam pembentukan komponen biomotor lainnya. Sasaran pada latihan kekuatan adalah untuk meningkatkan daya otot dalam mengatasi
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) beban selama aktivitas olahraga berlangsung. Oleh karena itu, latihan kekuatan merupakan salah satu unsur biomotor dasar yang penting dalam proses mencetak olahragawan (Sukadiyanto, 2005 : 80). Menurut Sajoto (1995 : 8) kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktuwaktu. Kekuatan otot adalah komponen yang paling penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena ; 1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik; 2) kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi seseorang dari kemungkinan cedera; 3) dengan kekuatan akan dapat lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih lebih keras, demikian pula dapat membantu lebih kuat stabilitas sendi-sendi (Yoda : 2006 : 25). VO2max adalah kesanggupan jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan latihan untuk mengambil oksigen dan mendistribusikan ke jaringan yang aktif untuk metabolisme tubuh. Menurut Ismaryati (2009 : 77), konsumsi oksigen maksimal disingkat VO2 max, artinya VO2 menunjukkan volume oksigen yang dikonsumsi, biasanya dinyatakan dalam liter atau mililiter, dan tanda titik di atas V merupakan tanda yang menyatakan bahwa volume oksigen tersebut dinyatakan dalam satuan waktu, biasanya per menit. Untuk mengetahui besarnya konsumsi oksigen maksimal, harus diketahui terlebih dahulu berapa banyak oksigen yang dihisap dan yang dihembuskan; perbedaan di antara keduanya itulah yang merupakan jumlah oksigen yang dikonsumsi dan digunakan oleh sistem transpot elektron pada mitochondria untuk menghasilkan energi yang diperlukan oleh jaringan-jaringan yang aktif. Kekuatan otot tungkai dan VO2max sangat dibutuhkan dalam cabang olahraga atletik. Kekuatan otot tungkai dibutuhkan pada saat melakukan lari, melompat dan meloncat. Sedangkan
VO2max dibutuhkan ketika atlet melakukan lari dengan waktu yang lama seperti marathon, 5 km, 10 km dan melakukan gerakan secara berulangulang. Untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan VO2max program pelatihan harus dapat dilakukan secara cermat, sistematis, teratur dan selalu meningkat, mengikuti prinsip-prinsip serta metode latihan yang akurat agar tercapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian suatu alternatif pelatihan yang bisa digunakan dan diterapkan dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dan VO2max adalah pelatihan circuit training, seperti yang telah dilakukan oleh I Ketut Iwan Swadesi (2007). Beliau meneliti tentang pengaruh pelatihan sirkuit periode istirahat 30 detik dan 60 detik terhadap kecepatan, kelincahan dan volume oksigen maksimal pada pemain bola basket. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan kecepatan lari, kelincahan dan volume oksigen maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Putu Citra Permana Dewi (2012: xi), tentang pengaruh pelatihan continuous circuit terhadap volume oksigen maksimal (VO2max) dan power otot tungkai pada siswi peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 4 Singaraja Tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan volume oksigen maksimal (VO2max) dan power otot tungkai. Dari hasil penelitian tersebut peneliti menemukan bahwa circuit training berpengaruh meningkatkan VO2max. Circuit training adalah suatu program latihan terdiri dari beberapa stasiun dan disetiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang telah ditentukan. Satu sirkut latihan dikatakan selesai, bila seorang atlet telah menyelesaikan latihan disemua stasiun sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan (M. Sajoto : 1995 : 83). Menurut Hazeldine (1985 :18), cara pelaksanaannya ada beberapa metode latihan sirkuit yaitu, a) fitness circuits terdiri atas ciruit training A, circuit training B,dan continuous circuit, b) the sport-spesific circuit terdiri dari berbagai macam sirkuit maing-masing cabang olahraga seperti association
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) football circuit, cricket circuit, gymnastics circuit dan swimming circuit. Pelatihan circuit training menjadi pilihan terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai dan VO2max karena dalam pelatihannya terpusat pada gerakan otot tungkai dan peningkatan daya tahan kardiorespirasi (VO2max). Adapun gerakan-gerakan yang terdapat pada circuit training ini adalah sebagai berikut: a) push-up, b) vertical jump, c) abdominal curl, d) back extension, e) astride jumping over bench, f) pull-up, g) bench stepping, h) burpe, i) shuttle run, j) squat thrust, k) side bend, l) skipping. Dalam pelaksanaan pelatihan ini, akan diterapkan beberapa prinsip dasar pelatihan untuk bisa mencapai tujuan dari diadakannya pelatihan secara maksimal yaitu: a). prinsip beban berlebih, b). prinsip tahanan bertambah, c). prinsip beraturan, d). prinsip kekhususan, e). prinsip individu, f). prinsip pulih asal, g). prinsip periodisasi. Untuk menghindari terjadinya cidera pada saat pelaksanaan suatu pelatihan serta mampu menghasilkan manfaat yang maksimal, maka pelatihan tersebut harus dilakukan sesuai dengan sistematika pelatihan. Adapun sistematika pelatihan tersebut yaitu : a). peregangan (stretching), b). pemanasan (warming up), c). pelaksanaan latihan inti dasar (formal activity), d). latihan inti lanjutan, e). Pendinginan (cooling down). Pemberian pelatihan circuit training dilaksanakan dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan lama latihan 4 minggu atau dilakukan selama 12 kali pertemuan dalam 1 bulan. Bertitik tolak dari uraian di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Circuit training Terhadap Kekuatan Otot Tungkai dan VO2max pada Siswa Putra Kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014” Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, maka jawaban sementara yang hendak dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Circuit training berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014, 2) Circuit
training berpengaruh terhadap peningkatan VO2max pada siswa putra SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis eksperimental semu (quasi experimental). Karena secara khas mengenai keadaan praktis, yang didalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variable yang relevan kecuali beberapa dari variable-variabel tersebut (Kanca, I Nyoman, 2010: 94). Alasan mengapa dalam penelitian mengendalikan hanya beberapa aspek saja karena penelitian ini merupakan penelitian pemula dilakukan dengan waktu pelatihan yang singkat sehingga tidak memungkinkan untuk mengendalikan semua variabel yang relevan dari pelatihan yang diberikan. Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: the randomized pretest – posttes control group the same subjec design (Kanca, 2010: 87). Rancangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
P
R
S
T
OP
K
X
1
1
1
K 2
X 2
Gambar 1. the randomized pretest – posttes control group the same subjec design Keterangan: P : Populasi R : Random (acak) S : Sampel T1 : Tes awal (pre-test) OP : Ordinal pairing K1 : Kelompok perlakuan 1 K2 : Kelompok kontrol X1 : Perlakuan circuit training X2 : Kontrol (tanpa perlakuan) T2 : Tes akhir (post-test)
T1
T2
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VII di SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 40 orang yang terbagi dalam 4 kelas yaitu: Kelas VII A dengan jumlah 12 orang, Kelas VII B dengan jumlah 10 orang, Kelas VII C dengan jumlah 9 orang, Kelas VII D dengan jumlah 9 orang Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang yang diambil dari jumlah populasi yaitu 40 orang. Dalam teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simpel random sampling, yaitu dengan teknik pengambilan sampel penelitian secara sembarang (acak) menggunakan undian maka, kemungkinan akan muncul 2 kelas untuk memenuhi jumlah sampel yang akan digunakan. Dalam melakukan sebuah penelitian hendaknya tidak mengambil sampel
secara pas-pasan, karena ada kemungkinan sampel tidak mengikuti pelatihan atau berhalangan. Sehingga mengakibatkan data tidak valid karena adanya data kosong. Untuk mengantisipasi sampel yang tidak datang atau tidak mengikuti pelatihan perlu melakukan penambahan sampel dari jumlah sampel minimal. Jadi dari dua kelas yang akan terpilih menjadi sampel, sisa dari 20 orang tersebut akan menjadi sampel cadangan. Berdasarkan hasil tes awal, sampel yang berjumlah 20 orang akan dibagi menjadi 2 kelompok dengan jumlah setiap kelompok sebanyak 10 orang secara ordinal pairing, hal ini bertujuan untuk menjaga homogennya atau kesamaan antara kelompok kontrol dan perlakuan. Pembagian kelompok tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian kelompok secara ordinal pairing dari hasil tes awal Pengelompokan berdasarkan tes awal Kelompok 1 Kelompok 2 1 2 4 3 5 6 8 7 Dst Dst
Kelompok 1 sebagai kelompok perlakuan diberikan circuit training selama 12 kali pelatihan sedangkan kelompok 2 bertindak selaku kelompok kontrol yang diberikan aktivitas olahraga konvensional selama kelompok perlakuan mendapat pelatihan sebanyak 12 kali pelatihan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah back and leg dynamometer untuk mengukur kekuatan otot tungkai, dan Lari Multi Tahap/Multistage Fitness Test (MFT) untuk mengukur VO2max. Sebelum melakukan analisis data, peneliti harus mengumpulkan data terlebih daahulu. Pengumpulan data merupakan tahapan yang paling menentukan dalam suatu penelitian guna mendapat hasil yang diinginkan. Data penelitian ini
diperoleh dari pengukuran variabel terikat yaitu kekuatan otot tungkai dan VO2max. Data-data tersebut berupa data tes awal (pre-test), dan tes akhir (post-test) pada masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Tes akhir dilaksanakan setelah kelompok perlakuan diberikan pelatihan circuit training selama 12 kali latihan dengan tes yang sama seperti tes awal (pre-test). Selanjutnya dianalisis berdasarkan hasil pengukuran dari masing-masing kelompok. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-t independent dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Sebelum melakukan uji hipotesis terdapat prasyarat yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Uji normalitas data mempergunakan uji lilliefors kolmogorov-smirnov. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi > 0,05 maka kelompok sampel penelitian berdistribusi normal sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05 maka kelompok sampel penelitian tidak berdistribusi normal. Uji homogenitas data menggunakan uji Levene. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi hitung > 0,05 maka data berasal dari populasi yang homogen sedangkan jika signifikansi < 0,05 maka data berasal dari populasi yang heterogen. Setelah prasyarat terpenuhi maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi hitung < 0,05 maka hipotesis diterima sedangkan apabila signifikansi hitung > 0,05 maka hipotesis ditolak.
Pelaksanaan penelitian ini mendapatkan hasil berupa data pre-test dan post-test yang kemudian dicari data gain score (selisih antara data post-test dan pre-test). Data gain score kemudian diolah menggunakan uji-t independent. HASIL Sebelum melakukan uji hipotesis maka dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah penyimpangan yang terjadi dalam pengukuran terhadap sampel masih berada dalam batas kewajaran (Sudjana, 2002: 292). Uji normalitas data dilakukan pada gian score data kekuatan otot tungkai dan VO2max dengan menggunakan uji Lilliefors Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi () 0,05. Hasil uji normalitas data dapat disajikan pada tabel 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Sumber data Statistic
Kolmogorov-smirnov Df Sig Keterangan
Kekuatan Otot Tungkai 1 Perlakuan 2 Kontrol
0,195 0,224
10 10
0,200 0,168
Normal Normal
VO2max 1 Perlakuan 2 Kontrol
0,182 0,168
10 10
0,200 0,200
Normal Normal
Dari rangkuman hasil uji normalitas data yang ditampilkan pada tabel 2 untuk variabel kekuatan otot tungkai diperoleh taraf signifikansi hitung sebesar 0,200 pada kelompok perlakuan dan 0,168 pada kelompok kontrol. Sedangkan pada variabel VO2max dimasing-masing kelompok diperoleh taraf signifikasi hitung masing-masing sebesar 0,200. Dengan demikian signifikansi hitung masingmasing kelompok lebih besar daripada = 0,05 (sig > 0,05). Artinya, dapat ditarik kesimpulan bahwa uji normalitas untuk semua data berdistribusi normal. Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians kelompok perlakuan dan kontrol data kekuatan otot tungkai dan VO2max. Uji homogenitas data dilakukan terhadap data gian score kekuatan otot tungkai dan VO2max dimasing-masing kelompok. Pengujian dilakukan dengan menggunakan instrument uji Levene dengan bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi () 0,05. Dari hasil uji homogenitas, diperoleh data homogenitas kekuatan otot tungkai dan VO2max yang ditampilkan pada tabel 3.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Sumber data Kekuatan Otot Tungkai VO2max
Nilai uji 1,097 4,221
Dari rangkuman hasil uji homogenitas data yang ditampilkan pada tabel 3. untuk kedua variabel diperoleh signifikansi hitung untuk kekuatan otot tungkai 0,309 dan untuk VO2max 0,055. Dengan demikian signifikansi kedua variabel lebih besar daripada = 0,05. Artinya, dapat ditarik kesimpulan bahwa uji homogenitas untuk kedua variabel adalah homogen. Dari hasil analisis uji prasyarat, data gain score yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Setelah mengetahui bahwa uji prasyarat terpenuhi maka uji lanjut yakni uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh circuit training terhadap kekuatan otot tungkai dan VO2max. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t independen (independent t-test) pada taraf signifikansi 0,05 dengan bantuan program SPSS 16,0. Pengujian hipotesis juga dilakukan dengan menggunakan
df 1 1 1
Df 2 18 18
Sig 0,309 0,055
Ket Homogen Homogen
thitung dan ttabel. Untuk menentukan nilai thitung diperloleh pada hasil analisis menggunakan program SPSS 16,0 sedangkan untuk mengetahui t tabel menggunakan bantuan microsoft office excel 2007. Menentukan ttabel pada = 0,05 dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 20-2 = 18 dilakukan dengan cara mengetik pada cell kosong lembar kerja microsooft office Excel 2007 “=tinv(0.05;18)” dilanjutkan dengan menekan “enter” sehingga diperoleh besaran nilai ttabel = 2,101. Hipotesis penelitian yang diajukan diterima apabila hasil uji t memiliki signifikansi lebih kecil dari = 0,05 (sig < 0,05) dan nilai thitung lebih besar daripada ttabel (thitung > thitung). Data yang diuji adalah data gain score kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan hasil uji t variabel kekuatan otot tungkai dapat ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji-t Independent Data Kekuatan Otot Tungkai Sumber data Kekuatan Otot Tungkai
Dari hasil análisis yang disajikan dalam tabel 4 dapat diketahui thitung = 3,981 sehingga thitung > ttabel (3,981 > 2,101) dan signifikansi hitung lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) maka Ho ditolak dan hipótesis diterima, artinya bahwa ada perbedaan rata-rata kekuatan otot tungkai kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
thitung
Df
Sig
3.981
18
0.001
Hipotesis penelitian yang diajukan diterima apabila hasil uji t memiliki signifikansi lebih kecil dari = 0,05 (sig < 0,05) dan nilai thitung lebih besar daripada ttabel (thitung > ttabel). Data yang diuji adalah data gain score kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan hasil uji t variabel VO2max dapat ditampilkan pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji-t Independent Data VO2max Sumber data
thitung
df
Sig
VO2max
7.647
18
0.000
Dari hasil analisis yang disajikan dalam tabel 5 dapat diketahui untuk
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) thitung = 7,647 sihengga thitung > ttabel (7,647 > 2,101) dan signifikansi hitung
lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan hipotesis diterima, artinya ada perbedaan rata-rata VO2max kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. PEMBAHASAN Dari deskripsi diatas, terlihat adanya peningkatan nilai kekuatan otot tungkai dan VO2max pada kelompok perlakuan maupun kontrol. Dengan peningkatan rata-rata kelompok perlakuan yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari pelatihan yang diberikan terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai dan VO2max pada sampel penelitian. Seperti yang telah dilakukan oleh I Ketut Iwan Swadesi (2007). Beliau meneliti tentang pengaruh pelatihan sirkuit periode istirahat 30 detik dan 60 detik terhadap kecepatan, kelincahan dan volume oksigen maksimal pada pemain bola basket. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan kecepatan lari, kelincahan dan volume oksigen maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Putu Citra Permana Dewi (2012: xi), tentang pengaruh pelatihan continuous circuit terhadap volume oksigen maksimal (VO2max) dan power otot tungkai pada siswi peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 4 Singaraja Tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan volume oksigen maksimal (VO2max) dan power otot tungkai. Dari hasil penelitian tersebut peneliti menemukan bahwa circuit training berpengaruh meningkatkan VO2max. Peningkatan pada kelompok perlakuan diakibatkan oleh pemberian 12 kali circuit training selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu, sedangkan peningkatan pada kelompok kontrol diakibatkan oleh adanya aktivitas olahraga yang dilakukan oleh kelompok kontrol selama kegiatan berlangsung. Secara teoritik hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Kekuatan merupakan salah satu
komponen dasar biomotor yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga. Untuk dapat mencapai penampilan prestasi yang optimal, maka kekuatan harus ditingkatkan sebagai landasan yang mendasari dalam pembentukan komponen biomotor lainnya. Sasaran pada latihan kekuatan adalah untuk meningkatkan daya otot dalam mengatasi beban selama aktivitas olahraga berlangsung. Oleh karena itu, latihan kekuatan merupakan salah satu unsur biomotor dasar yang penting dalam proses mencetak olahragawan (Sukadiyanto, 2005 : 80). Selain komponen kekuatan otot tungkai, VO2max juga sangat dibutuhkan pada setiap cabang olahraga. VO2max adalah kegiatan fisik yang membutuhkan oksigen dibatasi oleh kapasitas sistem sirkulasi (jantung, pembuluh darah dan darah) dan sistem respirasi (paru) untuk menyampaikan oksigen ke otot yang sedang bekerja dan mengangkut limbah dari otot-otot tersebut (Ismaryati, 2009 : 76). Selama melakukan olahraga sistem ini berfungsi mendukung metabolisme aerobik. Dengan meningkatnya aktivitas olahraga, semakin banyak pula oksigen yang dialirkan ke otot yang aktif. Untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan VO2max dapat ditempuh dengan dua cara yaitu metode progresif dan metode maksimum. Metode progresif pelatihannya diawali dengan intensitas, volume dan frekuensi yang rendah kemudian bertahap ditingkatkan sedangkan pelatihan maksimum ini untuk atlet yang telah berpengalaman atau terlatih (Nala, 1998: 66). Dan dalam pelaksanaan pelatihan ini menerapkan metode progresif dengan intensitas 70% -80% dari Denyut Nadi Optimal (DNO). Melihat hal tersebut, pelatihan yang diberikan telah sesuai dengan teori yang ada guna meningkatkan kekuatan otot tungkai dan VO2max dengan menggunakan sistem progresif. Circuit training adalah suatu bentuk latihan yang terdiri atas rangkaian latihan yang berurutan, dirancang untuk mengembangkan kebugaran fisik dan keterampilan yang berhubungan dengan
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) olahraga tertentu. Circuit training dalam penelitian ini mempunyai 12 beban kerja seperti push-up, vertical jump, abdominal curl, back axtension, astride jumping over bench, pull-up, bench stepping, burpe, shuttle run, squat thrust, side bend dan skipping (Hazeldine, 1985 : 18). Circuit training ini dilaksanakan dengan waktu 30 detik pada setiap pos dan 3 repetisi serta set yang bertambah pada setiap sesi latihan. Gerakan tersebut dilakukan dengan cepat sehingga napas harus tetap seimbang agar tetap bisa bergerak. Dengan menerapkan gerakan-gerakan yang sangat kompleks yang hanya terfokus pada sistem kerja tungkai dimulai dari melompat, berlari, dan jongkok bangun bahkan melakukan lompat tali sehingga komponen biomotorik lainnya ikut terlatih. Dengan penerapkan prinsipprinsip dasar pelatihan secara sistematis, berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama maka pelatihan circuit training dapat meningkatkan aktivitas dan kerja mitokondria dalam sel otot. Sehingga tidak hanya kekuatan otot tungkai yang meningkat melainkan VO2max ikut mengalami peningkatan. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa circuit training berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan dengan nilai signifikansi hitung lebih kecil dari 0,01 dan circuit training berpengaruh terhadap peningkatan VO2max pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan dengan nilai signifikansi hitung lebih kecil dari 0,01. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan Bagi para guru penjaskes, pelatih, pembina serta atlet disarankan dapat menggunakan pelatihan circuit training sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan VO2max. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk menggunakan variabel dan sampel ataupun sampel penelitian yang berbeda atau lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA Dewi, Putu Citra Permana. 2012. Pengaruh Pelatihan Continuous Circuit terhadap Volume Oksigen Maksimal (VO2 Maks) dan Power Otot Tungkai pada Siswi Peserta Ekstrakurikuler Bola Basket SMP Negeri 4 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Ilmu Keolahragaan, Universitas Pendidikan Ganesha. Furqon. 1995. Teori Umum Latihan. Surakarta : Sebelas Maret University Press. Hazeldine, Rex. 1985. Fitness for Sport. Portsmounth: The Crowood Press. Ismaryati. 2009. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta LPP UNS dan UNS. Kanca, I Nyoman. 2004. Pengeruh Pelatihan Fisik Aerobik dan Anaerobik terhadap Absorpsi Karbohidrat dan Protein di Usus Halus Rattus Norvegicus Strain Wistar. Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Airlangga. ----------, I Nyoman, 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Singaraja: Undiksha. Nala, Ngurah. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: UNUD. Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Dahara Prize. Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 ) Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Swadesi, I Ketut Iwan. 2007. “Pengaruh Pelatihan Sirkuit Periode Istirahat 30 Detik dan 60 Detik terhadap Kecepatan, Kelincahan dan Volume Oksigen Maksimal pada Pemain Bola Basket”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, Volume 1, Edisi 1 (hlm.37-52). Tersedia pada http://ebookbrowse.com/i-ketutiwan-swadesi-pdf-d100259475 Yoda, I Ketut. 2006. Buku Ajar Peningkatan Kondisi Fisik. (Tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )