PENGARUH CHEST PHYSIOTHERAPY TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI BATUK PADA BALITA DENGAN BRONKITIS AKUT DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Disusun Oleh : EVA FITRIANANDA J120 130 049
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
i
ii
iii
PENGARUH CHEST PHYSIOTHERAPY TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI BATUK PADA BALITA DENGAN BRONKITIS AKUT DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA ABSTRAK Latar Belakang: Bronkitis akut adalah salah satu infeksi sistem pernapasan yang paling umum terjadi dan bertahan selama dua hingga tiga minggu. Bronkitis akut paling sering menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Penyebab utama pada kasus bronkitis akut adalah 95% karena infeksi virus dan 5% karena infeksi bakteri. Tanda dan gejala yang terjadi pada bronkitis akut adalah batuk dan pilek. Berdasarkan permasalahan ini, fisioterapi sebagai tenaga kesehatan ikut berperan dalam menangani kasus bronkitis akut dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi paru dan mengurangi problematika yang ada. Penelitian ini penulis mengunakan modalitas chest physiotherapy yang berupa postural drainage, tappotement dan vibrasi. Chest physiotherapy adalah suatu cara fisioterapi yang sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang dilakukan adalah Quasi Eksperimental. Desain penelitian yang digunakan “pre-post test with control group design”. Dalam desain penelitian ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Responden dari penelitian ini sebanyak 20 orang, dengan 10 orang sebagai kelompok perlakuan dan 10 orang sebagai kelompok kontrol. Pengukuran frekuensi batuk dilakukan dengan kuisioner frekuensi batuk. Hasil Penelitian: Dari hasil uji statistik dengan uji Paired T Test mendapatkan nilai signifikan p < 0,05 (p = 0,012) dan data hasil uji beda pengaruh antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan menggunakan Independent T Test didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,05 (p = 0,0001). Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut, dan ada beda pengaruh antara kelompok kontrol dan perlakuan chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut. Kata kunci: Chest Physiotherapy, Frekuensi Batuk dan Bronkitis Akut
ABSTRACT Background: Acute bronchitis is one of respiratory tract infections are the most common and occur for two weeks to three weeks. Acute bronchitis is most often strikes children under 5 years old. The main cause in cases of acute bronchitis was 95% due to a virus infection and 5% due to bacterial infection. Signs and symptoms that occur in acute bronchitis is a cough and have a cold. Based on these problems, physiotherapy as health workers played a role in handling cases of acute bronchitis with the aim to restore lung function and reduce the problems that
1
exist. This study uses the author of chest physiotherapy modalities in the form of postural drainage, tappotement and vibration. Chest physiotherapy is a very effective way of physiotherapy in an attempt to remove secretions and improve ventilation in patients with impaired lung function. Objective: Knowing the effect of chest physiotherapy to decrease the frequency of cough in infants with acute bronchitis. Methods : Kind of research was Quasi Experimental. The study design used "prepost test with control group design". In the design of this research there are two groups: the treatment group and the control group. Respondents from the study of 20 people, with 10 people in treatment group and 10 as control group. Cough frequency measurements conducted by Cough frequency questionnaire. Results : From the statistical test result with Paired T Test get significant value of p <0.05 (p = 0.012) and the influence of different test data between the control group and the treatment group using Independent T Test showed significant with p <0.05 (p = 0.0001). Conclusion : There is effect of giving chest physiotherapy to decrease the frequency of cough in children with acute bronchitis, and there is the difference between the control group and the treatment of chest physiotherapy treatment to decrease the frequency of cough in infants with acute bronchitis. Keywords : Chest Physiotherapy, Cough Frequency and Acute Bronchitis. 1. PENDAHULUAN American Academic of Pediatric (2010) menyatakan bahwa bronkitis merupakan penyakit umum pada masyarakat yang ditandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial. Saluran ini berfungsi menyalurkan udara dari dan menuju paru-paru. Bronkitis terbagi menjadi dua tipe yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronis. Bronkitis akut adalah salah satu infeksi sistem pernapasan yang paling umum terjadi dan bertahan selama dua hingga tiga minggu. Bronkitis akut paling sering menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Penyebab utama pada kasus bronkitis akut adalah 95% karena infeksi virus. Virus utama yang paling sering dihubungkan dengan gangguan bronkitis akut adalah rhinovirus, coronavirus, virus influenza A, virus parainfluenza, adenovirus dan respiratory syncytial virus (RSV). Infeksi bakteri menyebabkan 5% - 20% kasus bronkitis akut. Bakteri yang paling sering menyebabkan bronkitis adalah chlamydia psittaci, chlamydia pneumoniae, mycoplasma pneumonia dan bordetella pertussis. selain itu, bakteri patogen seluruh nafas yang sering dijumpai adalah spesies staphylococcus, streptococcus pneumoniae, haemophillus influenza dan moraxella catarrhalis (Ikawati, 2011).
2
Tanda dan gejala yang terjadi pada bronkitis akut adalah batuk dan pilek. Awalnya hidung mengeluarkan lendir yang tidak dapat dihentikan, batuk tidak berdahak, dilanjutkan 1 – 2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning, semakin banyak dan bertambah, warna menjadi kuning atau hijau. Pada umumnya, batuk dapat menyebabkan sesak dan sakit dada, sehingga akan menimbulkan masalah kesulitan untuk mengeluarkan dahak tersebut. Akibatnya saluran napas menjadi terganggu yang membuat anak menjadi rewel dan terganggu tumbuh kembangnya (Putri, 2016). Berdasarkan permasalahan di atas, fisioterapi sebagai tenaga kesehatan ikut berperan dalam menangani kasus bronkitis akut dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi paru dan mengurangi problematika yang ada. Penelitian ini penulis mengunakan modalitas chest physiotherapy yang berupa postural drainage, tappotement dan vibrasi. Chest physiotherapy adalah suatu cara fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik respirasi akut maupun kronis. Adapun teknik fisioterapi yang digunakan berupa postural drainage, tappotement dan vibrasi. Chest physiotherapy ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Maka tujuan
fisioterapi
pada
penyakit
paru
adalah
untuk
memelihara
dan
mengembalikan fungsi pernapasan dan membantu mengeluarkan sekret dari bronkus untuk mencegah penumpukan sekret dalam bronkus, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret sehingga dapat memperlancar jalan napas (Pratama, 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat topik di atas dalam bentuk penelitian dan memaparkannya dalam skripsi dengan judul “Pengaruh Chest Physiotherapy Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk Pada Balita Dengan Bronkitis Akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.”
3
2. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah Quasi Eksperimental. Desain penelitian yang digunakan “pre-post test with control group design”. Dalam desain penelitian ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Penelitian ini bertempat di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada Januari 2017. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana responden dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Variabel yang ada pada penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Independent variabel yaitu chest physiotherapy 2. Dependent variabel yaitu penurunan frekuensi batuk Analisa data hasil pengukuran frekuensi batuk menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan antara lain, uji homogenitas menggunakan uji Leuvene Test, uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk Test. Uji analisis pengaruh pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk dengan menggunakan uji Paired T Test. Uji analisis dikatakan signifikan jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak signifikan jika nilai p ≥ 0,05. Dan uji beda pengaruh pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk dengan menggunakan uji Independent T Test. Uji analisis dikatakan signifikan jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak signifikan jika nilai p ≥ 0,05. Penelitian menggunakan bantuan SPSS 20.00 for windows. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian yang telah dilakukan kepada 20 responden balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta didapatkan sebagai berikut ini : 3.1 Usia Berdasarkan data yang disajikan didapatkan mayoritas usia yang mengalami bronkitis akut berusia 4 tahun. Karena pada usia ini adalah usia yang masih rentan terhadap infeksi virus dan bakteri yang dapat berpindah dari
4
satu orang ke orang lain baik melalui kontak langsung atau dari udara yang terpolusi (Arsyad, 2001). 3.2 Jenis Kelamin Berdasarkan data yang disajikan, jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 20 subjek penelitian, responden dalam penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 45% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang dengan persentase sebesar 55%. Didapatkan hasil yang sama dengan penelitian Nasution (2009) tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan infeksi pada saluran pernapasan dan Rahajoe (2012) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri pada perempuan dan laki-laki. 3.3 Frekuensi Batuk Berdasarkan data yang disajikan sesuai dengan karakteristik jenis batuk pada 20 subjek didapatkan rata-rata jenis batuk sedang. Penyebab utama pada bronkitis dengan karakteristik batuk sedang umumnya dikarenakan infeksi saluran pernapasan, aspirasi atau inhalasi bahan kimia tertentu (Irwin et.al, 2006) 3.4 Pengaruh pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. Dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa ada pengaruh pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta, dengan hasil uji Paired T Test mendapatkan nilai signifikan p < 0,05 (p = 0,012) yang artinya ada pengaruh pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta dan nilai T hitung (3,121) > T tabel (2,30600) maka ada pengaruh yang signifikan pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat.
5
Data hasil uji beda pengaruh antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan menggunakan Independent T Test didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,05 (p = 0,0001). Dapat disimpulkan bahwa ada beda pengaruh antara kelompok kontrol dan perlakuan chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta dan didapatkan hasil nilai T hitung (-5,155) < T tabel (2,10092) maka ada pengaruh yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. T hitung negatif memiliki arti bahwa hasil pada kelompok kontrol lebih rendah dari kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika chest physiotherapy meningkat sebesar 1 satuan maka frekuensi batuk akan menurun sebesar 5,155 satuan. Penelitian
yang dilakukan oleh
Lasserson
dan Garrod (2007)
mendapatkan hasil yang sama bahwa peran fisioterapi terhadap penanganan kasus respirasi salah satunya adalah dengan menggunakan chest physiotherapy yang bertujuan membersihkan jalan napas dari mucus untuk melancarkan jalan napas dan didukung dari penelitian lain oleh Adone et al (2015) menyatakan bahwa chest physiotherapy dapat digunakan untuk mengurangi gejala bronkitis akut salah satunya adalah batuk. Batuk adalah suatu mekanisme perlindungan berupa reflek fisiologis yang bertujuan untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari benda asing yang merangsang terjadinya reflek tersebut. Batuk terjadi karena rangsangan tertentu di reseptor batuk (hidung, saluran pernafasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk. Selain itu mucus di saluran pernapasan akan merangsang paru dan menimbulkan mekanisme pertahanan. Hal ini akan nampak sebagai batuk dan berujung pengeluaran lendir atau dahak (Marsaid et al, 2010).
6
Penelitian yang dilakukan oleh Claire et al (2009) mengenai chest physiotherapy menunjukkan hasil bahwa teknik berupa postural drainage, tappotement dan vibrasi mampu membantu menghilangkan sekresi mucus di saluran pernapasan dan meningkatkan fungsi pernapasan serta terdapat penurunan frekuensi batuk yang merupakan gejala utama pada bronkitis akut. Dengan bantuan gaya gravitasi mucus mengalir dari segmen kecil ke segmen besar dan menstimulasi aktivitas cilia dengan mengirim impuls dari saraf valgus ke medula untuk melepas perlengketan mucus di dinding saluran napas sehingga timbul lah refleks batuk. Batuk merupakan hal penting dalam mekanisme kebersihan saluran pernapasan untuk mengeluarkan mucus sehingga frekuensi batuk menurun dan dengan rangsangan yang diberikan dapat mengaktifkan fungsi mucocilliary clearence guna meluruhkan mucus sehingga dapat membersihkan dan melancarkan jalan napas serta berujung pada penurunan frekuensi batuk. 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Ada pengaruh chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. Ada beda pengaruh antara kelompok kontrol dan perlakuan chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. 4.2 Saran Memberikan informasi kesehatan mengenai penanganan dan pencegahan tentang permasalahan yang berkaitan dengan bronkitis akut pada orang tua balita serta meningkatkan pelayanan kesehatan bagi para balita agar senantiasa sehat dengan menganjurkan untuk melakukan chest phisiotherapy 3x seminggu. Melakukan tindakan preventif, rehabilitatif dan promotif pada balita dengan bronkitis akut mengenai permasalahan yang berkaitan dengan
7
bronkitis akut dan lebih mengenalkan peran fisioterapi dalam penanganan yang berhubungan dengan balita yang sehat maupun yang sakit. Dapat
digunakan
sebagai
tambahan
referensi
mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan bronkitis akut pada balita dari segi fisioterapi. Peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah sampel dalam penelitian ini agar hasil yang didapatkan lebih baik dari penelitian sebelumnya. Peneliti selanjutnya dapat melakukan kombinasi terapi lainnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan bermanfaat untuk jangka yang lama. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang terfokus kepada analisa pengaruh chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk.
DAFTAR PUSTAKA Adone, Roberto. 2015. Chest Physical Therapy in Patients With Acute Exacerbation of Chronic Bronchitis. Arch Phys Med Rehabil Vol 81. May 2000. American Academy of Pediatrics. 2010. Bronchitis and Your Young Child. Anggraini, N. 2011. Penatalaksanaan Infra Merah dan Chest Fisioterapi Pada Bronkitis Akut di PKU Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Arsyad Z. 2001. Manifestasi Klinis Penyakit Paru. Dalam: Buku Ajar Penyakit Dalam. Editor Suyono S, Waspadji S, dkk. Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Beck ER, Souhami RL, Hanna MG dan Holdright DR. 2011. Tutorial Diagnosis Banding. Edisi keempat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Chung KF, Pavord ID, “Prevalence, Pathogenesis, and Causes of Chronic Cough”, Lancet 371, Hal 64–74, 2008. Claire V. Murphy, PharmD; Garrett E. Schramm, PharmD; Joshua A. Doherty, BS; et al. 2009. The Importance of Fluid Management in Acute Lung Injury Secondary to Septic Shock Chest. Volume 136(1):102-109. Chest Journal. 8
Colby LA. Kisner C. 2007. Therapeutic Exercise Foundations and Techniques. Philadelphia (PA): F.A. Davis Company: 664 – 679. Dennis, M. 2006. Global Physiology Ana Pathophysiology of Cough. Chest Journal. Vol 129. Dhaenkpedro. 2010. An Introduction to Postural Drainage and Percussion. Maryland: Cystic Fibrosis Foundation. Dhananjaya dan Arya, J. 2012. Pernapasan (Bronchitis), diakses tanggal 8 Oktober 2016 ayoncrayon4.blogspot.co.id/2012/11/bronchitis.html. Febrianto, A. 2013. Penatalaksaan Fisioterapi Pada Pneumonia di RSUD Pandanarang Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Goldsobel. 2010. Cough In The Pediatric Population. The Journai of Pediatric. Helmi M. Lubis, 2005, Fisioterapi Pada Penyakit Paru Anak, e-USU Respository, Universitas Sumatera Utara. Ikawati, Z. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya. Yogyakarta: Bursa Ilmu. Irwin RS, Baumann MH, Boulet LP, Braman SS, Brown KK, Chang AB. (2006). Diagnosis and management of cough executive summary: ACCP evidencebased clinical practice guidelines. Chest;129:1S-23S. Iskandar, Junaidi. 2010. Penyakit Paru Dan Saluran, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Kemenkes. 2012. Gambaran Penyakit Tidak Menular di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2009 dan 2010. Buletin Jendela. Lasserson dan Garrod. (2007). Role of physiotherapy in the management of chronic lung diseases: an overview of systematic reviews. US National Library of Medicine. Volume 101, Issue 12, Pages 2429–2436. National Institutes of Health. Marsaid., Ain, H. & Hidayah, N., 2010. Hubungan Antara KebiasaanMenggunakan Masker dengan Terjadinya Batuk Pada Pekerja Industri Mebel Di Desa Karangsoni Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan. Jurnal Keperawatan, ISSN: 2086-3071. McCool, D. 2006. Global Physiology and Pathophysiology of Cough. vol, 129 , Hal 48-53.
9
Miftha. 2013. Klasifikasi Sesak. Diakses tanggal 8 Oktober 2016, dari https://www.scribd.com/document/172927712/klasifikasi-sesak. Nasution, K., Sjahrullah, M.A.R., Brohet, K.E., Wibisana, K.A., Yassien, M.R., Ishak, L.M., Pratiwi, L., Wawolumaja, C., Endyarni, B., 2009. Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban. Jakarta.Sari Pediatri. 11: 4 Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Parker, S. 2011. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Dialihbahasakan oleh Winardini. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pino. 2013. Pengaruh Lama Waktu Kematian Terhadap Kemampuan Pergerakan Silia Bronkus Hewan Coba Post Mortem Yang Diperiksa Pada Suhu Kamar Dan Suhu Dingin. Thesis. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Diponegoro. Pratama, K. 2012. Fisioterapi Dada. Harisma. Media Informasi. Putri, AP. 2016. Pengaruh Chest Therapi Terhadap Penurunan Respiratory Rate Pada Balita dengan Bronkitis di RS Triharsi Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Surakarta. Putri, H. Dan Soemarno, S. 2013. Perbedaan Postural Drainage dan Latihan Batuk Efektif pada Intervensi Nabulizer terhadap Penurunan Frekuensi Batuk Pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi. Vol. 13. Rahajoe,N., Supriyatno, B., Setyanto, B.D., 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Ed. 3. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia, pp. 269-364. Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuhasa Medika. Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Sumarno S. 2012. Proceeding Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi Indonesia XXVII. Medan : Ikatan Fisioterapi Indonesia. Suwartono. 2014. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
10
Togap, R., Rasmaliah dan Jemadi. 2014. Karakteristik Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan Berdasarkan Kelompok Umur ≥ 15 Tahun Di Rsu Dr.Ferdinan Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010-2012. Universitas Sumatra Utara. Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak. Jakarta : Erlangga.
11