PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA PEMASARAN TERHADAP PENJUALAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2014
Disusun Oleh: SUYANTI NIM. 12000797
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI AKUNTANSI AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016
ABSTRAK
PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA PEMASARAN TERHADAP PENJUALAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014 Oleh: Suyanti
Dosen Pembimbing: Hermaya Ompusunggu, SE, M.Ak
Pengaruh biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20112014. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 141 perusahaan dan sampel dalam penelitian ini yaitu 3 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu data sekunder. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas (biaya produksi) dan (biaya pemasaran) terhadap variabel terikat (penjualan). Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi (X1) dan biaya pemasaran (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap penjualan (Y). Koefisien determinasi atau R square adalah sebesar 1,8%. Kata Kunci: Biaya Produksi, Biaya Pemasaran, Penjualan
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Implementasi
program
penjualan
untuk
memacu
penjualan
produk/jasa suatu perusahaan merupakan persyaratan untuk memenangkan persaingan dalam kondisi perekonomian yang berkembang dengan pesat dan sangat kompetitif. Banyak pengusaha yang mempertimbangkan program penjualan sebagai alat kompetitif yang paling potensial. Tingkat penjualan yang tinggi merupakan hal yang diinginkan bagi setiap perusahan, bagi sebuah perusahaan dengan tingginya tingkat penjualan yang dihasilkan diharapkan laba yang diperoleh juga meningkat. Philip Kotler dan Kevin Lane (2009: 18) mengemukakan dalam penjualan terdapat konsep yang menyatakan bahwa konsumen, jangan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini beranggapan bahwa konsumen biasanya menampakkan keengganan membeli dan harus dipikat agar membeli lebih banyak, dan bahwa perusahaan harus menggunakan serangkaian alat penjualan dan promosi yang efektif guna merangsang pembelian dalam jumlah yang lebih banyak. Penjualan dalam kegiatan usaha menjadi pengukur tingkat hasil yang diharapkan oleh produsen melalui keterimaan nilai produk yang dihasilkan, melalui produk/jasa yang diterima baik oleh masyarakat maka
1
2
tingkat penjualan akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah permintaan.
Kotler
(2006: 457) penjualan merupakan sebuah proses
dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan. Pertukaran kepentingan ini menjadi dasar adanya saling membutuhkan dan saling melengkapi, seorang penjual/produsen akan menjadi tidak berguna apabila tidak ada konsumen yang membeli produk yang telah dihasilkannya, begitu juga sebaliknya seorang konsumen tidak akan berdaya dengan segala potensi yang dimilikinya apabila tidak ada barang yang dapat dimanfaatkan nilainya. Setiap perusahaan hidup dari adanya konsumen yang loyal atau sering disebut sebagai pelanggan, karena itulah pelanggan merupakan satusatunya alasan keberadaan sebuah perusahaan. Kepuasan pelanggan wajib menjadi prioritas setiap perusahaan, menjadikan kepuasan pelanggan sebagai fokus perusahaan merupakan salah satu bentuk pemahaman kebutuhan dalam kondisi perekonomian global sekarang ini. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya tidak luput dalam usaha mencari profitabilitas semaksimal mungkin, dan hal ini hanya akan terwujud apabila manajemen perusahaan melakukan langkah-langkah dan pilihan yang tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan dijualnya serta faktor-faktor produksi yang akan digunakannya. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual (Mulyadi, 2009: 14), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang disebut biaya produksi adalah keseluruhan
3
biaya yang dipergunakan guna mengolah bahan baku hingga menjadi produk yang siap jual. Kegiatan produksi suatu perusahaan berdasar pada arahan manajemen
yang telah melakukan
perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian sumber daya perusahaan guna tercapai optimalitas produksi yang nantinya tercermin dalam optimalitas profit yang diperoleh perusahaan. Alokasi input yang baik ini dapat dilihat dari berapa besar sumbangan seluruh input terhadap produksi. Tambahan input dapat mengakibatkan pengurangan produksi maka penambahan tersebut tidak diperlukan karena pada saat tersebut penambahan input tidak lagi efisien. Penambahan input yang mengakibatkan penambahan output yang jauh lebih besar juga kurang baik karena pada saat intput bertambah ongkos produksi per unit telah mengalami peningkatan.
Kontribusi
input
yang optimal dicapai apabila tambahan input proporsional dengan tambahan output. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, berkembang dan mendapatkan laba. Berhasil atau tidaknya dalam mencapai tujuan usaha tergantung tingkat keahlian di dalam bidang pemasaran, produksi dan keuangan maupun bidang lainnya, selain itu tergantung pula pada kemampuan untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
4
Biaya pemasaran yang sejatinya jiwa dari perusahaan pun akan ikut mendapatkan imbas dari terjadinya krisis yang belakangan terjadi, krisis yang secara struktural berdampak pada seluruh aspek kehidupan, aspek ekonomi pun tidak luput terkena imbasnya. Krisis yang menurunkan atau melemahkan kinerja keuangan telah menjatuhkan banyak perusahaan yang kurang memiliki pondasi keuangan dan manajemen yang kuat menjadi pontang panting hingga ada juga yang gulung tikar karena ketidaksiapan menghadapi krisis yang terjadi. Krisis yang membuat kacau keuangan Negara mengakibatkan naiknya biaya-biaya perusahaan yang berpengaruh terhadap harga output yang dihasilkan hal ini juga mengakibatkan kenaikan biaya pemasaran, tidak hanya itu ulah para kompetitor baru ataupun kompetitor lama membuat
peralihan
konsumen
kepada
pesaing
menyisakan biaya pemasaran yang sudah terlanjur dikeluarkan menjadi tambahan beban biaya bagi perusahaan. Begitu banyak hal yang patut menjadi pertimbangan dalam menjalankan usaha, terlebih menyangkut harga yang umumnya merupakan suatu hal yang sensitif dalam pemasaran produk/jasa. Dalam hal ini perlu adanya pertimbangan serius agar kepentingan perusahaan akan profit yang diharapkan
nerupakan
hal
memerlukan
pemikiran
khusus
dalam
menentukannya. Walaupun harga tidak semata- mata menjadi faktor utama yang berkonjungsi terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk/jasa, juga memiliki kaitan erat dengan kualitas produk/jasa yang dihasilkan. Produk/jasa dengan kualitas premium tentunya akan memiliki
5
jaminan kepusan tinggi yang dapat diterima konsumen, nantinya kepuasan yang diterima oleh konsumen dapat teraplikasi pada pembelian ualang yang dilakukan. Perasaan konsumen yang merasa puas nantinya akan menguntungkan perusahaan dengan peningkatan penjualan, karena konsumen yang merasa puas secara tidak langsung akan menjadi tempat promosi yang baik terhadap perkembangan usaha. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dan dengan melihat fenomena masalah yang terjadi peneliti tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji “Pengaruh Biaya Produksi Dan Biaya Pemasaran Terhadap Penjualan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 – 2014”.
1.2
Rumusan Masaalah Dari latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut: 1.
Apakah biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
2.
Apakah biaya pemasaran berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
3.
Apakah biaya produksi dan biaya pemasaran secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
6
1.3
Batasan Masalah Batasan masalah bertujuan untuk memberikan keterangan yang mengarah
kepada apa yang ingin penulis teliti. Pada penelitian ini fokus masalah dibatasi pada “Pengaruh Biaya Produksi Dan Biaya Pemasaran Terhadap Penjualan Pada Perusahaan Manufaktur”. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan, yakni: a. Kualitas produk b. Selera konsumen c. Kemampuan penjual d. Persaingan pasar Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka perlu adanya batasan penelitian tentang “Pengaruh Biaya Produksi Dan Biaya Pemasaran Terhadap Penjualan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 – 2014”.
1.4
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apakah biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
2.
Untuk mengetahui apakah biaya pemasaran berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
7
3.
Untuk mengetahui apakah biaya produksi dan biaya pemasaran secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan biaya produksi dan biaya pemasaran dan pengaruhnya terhadap penjualan. Sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mengoptimalkan biaya produksi untuk menciptakan peningkatan hasil penjualan.
1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Dari penelitian yang telah dilakukan, manfaat bagi penulis hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan serta pengembangan ilmu yang diterima selama perkuliahan serta mengetahui lebih dalam mengenai pengaruhnya biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap penjualan. b.
Bagi Perusahaan Sebagi bahan masukan dalam mempertimbangkan pengambilan kebijakan mengenai pengaruhnya biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap penjualan guna meningkatkan kinerja perusahaan.
8
c.
Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
d.
Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mendalami
materi
terutama yang berkaitan
dengan biaya produksi dan biaya pemasaran serta pengaruhnya terhadap penjualan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Biaya Produksi Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungk inan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Seringkali istilah biaya digunakan sebagai sinonim dari beban. Tetapi beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba. Mulyadi (2009: 14), biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Artinya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk setiap proses produksi barang, dari pengolahan bahan baku hingga menjadi barang siap pakai oleh konsumen. Proses produksi pada perusahaan tentunya akan menelan banyak biaya, dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi ataupun dalam pengemasannya. Hal ini harus selalu diperhatikan oleh perusahaan karena biaya-biaya yang dikeluarkan ini akan menjadi penentu harga produk ketika dijual di pasar. Selain itu biaya-biaya tersebut akan menjadi pembanding terhadap hasil penjualan perusahaan, untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
9
10
Menurut Halim (2012), biaya produksi adalah biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan (dimatch-kan) dengan penghasilan (revenue) diperiode mana produk itu dijual. Menurut Ismaya (2010) dalam kamus akuntansi, biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi yang terdiri dari bahan langsung, upah langsung, dan biaya tidak langsung. Mulyadi (2012: 14), mengemukakan bahwa biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut Ardiyos (2010) dalam Kamus Besar Akuntansi, production cost (biaya produksi) adalah biaya yang terjadi untuk menghasilkan suatu produk atas jasa, biaya-biaya ini dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis: bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labour), dan overhead pabrik (factory overhead). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut M.Nafarin (2009: 497). Biaya Produksi adalah semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang diperoleh, dimana didalamnya terdapat unsur biaya produk beruapa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
11
Biaya produksi menurut Mulyadi (2007: 24), adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang,yang akan terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Hansen dan Mowen (2009), menyatakan bahwa biaya produksi merupakan “biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa”. Menurut Sugiri (2009), Biaya produksi adalah biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan bakudari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selesai yang siap dijual. Jadi biaya produksi merupakan dasar dalam penentuan harga jual, sebab suatu tingkat
harga yang tidak dapat menutup biaya akan
mengakibatkan kerugian. sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya,baik biaya produksi,biaya operasi maupun biaya non operasi maka akan menghasilkan keuntungan.
2.1.1.1 Unsur-Unsur Biaya Produksi Unsur-Unsur Biaya Produksi Untuk melakukan proses produksi, setiap perusahaan membutuhkan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik menurut Rudianto (2009). 1. Biaya bahan baku Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang telah digunakan untuk menghasilkan suatu produk jadi dalam volume tertentu.
12
2. Biaya tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi. 3. Biaya Overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah berbagai macam biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang juga dibutuhkan dalam proses produksi.
2.1.1.2 Klasifikasi Biaya Produksi Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Menurut Usry (2006: 40), klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini: 1) Produk Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri dari dua elemen yaitu: a) Biaya Manufaktur Biaya manufaktur disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik yang didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut sebagai biaya utama. Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi.
13
b) Beban Komersial Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar yaitu beban pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran mulai dari titik di mana biaya manufaktur berakhir, yaitu ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual. Beban pemasaran termasuk beban promosi, beban penjualan dan pengiriman. Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. 2) Volume produksi Berdasarkan volume produksi, biaya terdiri sebagai berikut: a) Biaya Variabel Jumlah total biaya variabel berubah secara propo rsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya
tenaga
kerja
langsung.
Biaya
overhead
yang
diklasifikasikan sebagai biaya variabel adalah perlengkapan, biaya penerimaan, peralatan kecil dan lain-lain. b) Biaya Tetap Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya tetap adalah gaji eksekutif produksi, depresiasi, pajak properti dan lain-lain.
14
c) Biaya Semi Variabel Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel yang disebut dengan biaya semivariabel. Misalnya, biaya listrik biasanya adalah biaya semivariabel. Berikut ini adalah contoh-contoh lain dari biaya overhead semivariabel yaitu inspeksi, jasa departemen biaya, jasa departemen penggajian, jasa kantor pabrik, asuransi kompensasi dan pajak penghasilan. 3) Departemen, proses, pusat biaya atau subsidi lain dari manufaktur Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, prosesproses, unit kerja, pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. a) Biaya langsung departemen Biaya langsung departemen adalahbiaya yang dapat ditelusuri ke suatu departemen di mana biaya tersebut berasal. Contohnya gaji dari supervisor departemen. b) Biaya tidak langsung departemen Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang digunakan bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat
15
dari biaya tersebut. Contohnya sewa gedung dan biaya penyusutan gedung. 4) Periode akuntansi Berdasarkan hubungannya dengan periode akuntansi maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Pengeluaran Modal Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. b) Pengeluaran Pendapatan Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. 5) Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternatif-alternatif yang mungkin dilakuk an, adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya. Untuk tujuan pengambilan keputusan oleh manajemen data biaya dikelompokkan menjadi: a) Biaya Relevan Biaya relevan adalah biaya yang mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya tersebut harus diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dapat berupa pilihan pemilihan dua alternative atau pemilihan lebih dari dua alternatif.
16
b) Biaya Tidak Relevan Biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu diperhitungkan
atau
dipertimbangkan
dalam
proses
pengambilan keputusan.
2.1.1.3 Perhitungan Biaya Produksi Menurut Hansen & Mowen ( 2006: 159 ) Perhitungan Biaya Produksi adalah: ”salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan akurat, tepat dan jelas juga sangat penting dalam menentukan harga pokok penjualan untuk mencapai target laba yang diharapkan”. Tujuan perhitungan Biaya Produksi, pada umumnya perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba dengan memperoleh pendapatan dan membandingkannya dengan pengorbanan yang dilakukan atau bila memungkinan pengorbanan yang seminimal mungkin. Dalam rangka mengetahui beberapa besar jumlah laba yang diharapkan akan diperlukan suatu ukuran yang jelas baik dari pendapatan maupun dari pengorbanan. Perusahaan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi perlu mengetahui berapa besar pengorbanan yang telah dilakukan terutama dalam proses produksinya. Tujuan dari perhitungan biaya produksi adalah :
17
a. Untuk Pengendalian Biaya. Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan menetapkan beberapa cara, salah satunya ialah dengan sistem biaya standar. Sistem ini ditetapkan atas dasar pengalaman pada masa lalu dan penelitian secara alamiah. b. Untuk Perencanaan dan Pengukuran prestasi Kerja Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan dapat menetapkan kebijaksanaan
pada
masa
yang
akan
datang.
Sebelum
melaksanakan proses produksi langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Perencanaan mempunyai hubungan erat dengan pengawasan.
Jadi,
pemakai
sistem
biaya
standar
dan
pengawasannya dapat juga dipakai dalam perencanaan biaya produksi. Hal ini berguna untuk mempertimbangkan kejadiankejadian yang mungkin timbul pada masa yang akan datang. c. Untuk Penetapan Biaya Sebelum hasil produksi di jual, maka terlebih dahulu ditetapkan harga jualnya, agar perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan dalam penjualan produksinya. Dalam kenyataan bahwa harga jual tidak selalu didasarkan pada biaya produksi karena masih ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga jual Tandan Buah Segar (TBS). Misalnya permintaan dan penawaran dan peraturan pemerintah. Tetapi penetapan biaya produksi merupakan langkah pertama dalam menentukan harga
18
jual produksi sebelum mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas. Selain itu juga penentuan biaya produksi merupakan hal yang mutlak dalam penentuan tingkat laba yang diinginkan. d. Untuk Penilaian persediaan Pada umumya proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi selalu terdapat persediaan, Ini merupakan persyaratan untuk menetapkan harga pokok penjualan secara cermat, dalam pelaporan perhitungan laba rugi. Oleh karena itu pada setiap periode tertentu, persediaan harus dinilai agar dapat ditentukan laba rugi perusahaan. Disamping penentuan biaya produksi, penting bagi pimpinan untuk keperluan analisis dan pengambilan keputusan untuk memecahkan persoalan
2.1.1.4 Sistem Perhitungan Biaya Produksi Sistem perhitungan biaya bertujuan untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Perhitungan biaya membebankan sejumlah biaya ke setiap produk sedemikian rupa sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Menurut Carter dan Usry (2006: 127) sistem perhitungan biaya produksi yang paling banyak digunakan terbagi atas dua, yaitu : (1) Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan
19
Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan biasanya digunakan apabila produk yang diproduksi bersifat heterogen. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang dibebankan ke setiap pesanan. Sebagai hasilnya, perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang saling berhubungan. Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan baku, membebankan bahan baku langsung ke pesanan, dan membebankan bahan baku tidak langsung ke overhead. Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun yang berhubungan dengan beban gaji, membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan dan membebankan tenaga kerja tidak langsung ke overhead. Akuntansi overhead mengakumulasi biaya overhead,
memelihara
catatan
terinci
atas
overhead
dan
membebankan sebagian dari overhead ke pesanan. (2) Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Perhitungan biaya berdasarkan proses, biasanya digunakan apabila produki yang diproduksi bersifat homogen. Dalam perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Jika produk dari
20
suatu proses menjadi bahan baku dari proses berikutnya, maka biaya per unit dihitung untuk setiap proses.
2.1.1.5 Metode penentuan biaya produksi Menurut Mulyadi (2009: 17) Metode penetuan kos produksi adalah cara memperhitungklan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi, terdapat pendekatan: 1. Full Costing Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabri, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Kos produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur kos produksi(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap). Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik tetap
xx
Biaya overhead pabrik variable
xx
Harga pokok produksi
xx
21
a. Variabel costing Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik
xx
Harga pokok produksi
xx
Kos produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari unsur kos produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,biaya administrasi dan umum tetap).
2.1.2
Pengertian Biaya Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan perkembangan dan perluasan perusahaan. Pemasaran posisinya berada antara produsen dan konsumen, artinya pemasaran
22
merupakan alat penghubung antara produsen dan konsumen. Melihat perkembangan perekonomian seperti sekarang ini tanpa adanya kegiatan pemasaran yang efektif dalam menunjang usaha perusahaan maka mungkin tujuan yang ingin dicapai yaitu laba yang maksimal akan sangat sulit, sehingga dapat dikatakan berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian manajemen perusahaan dalam bidang pemasaran. Banyak ahli pemasaran yang mendefinisikan arti pemasaran menurut pendapat mereka masing-masing. “ Menurut
Evans
and
Berman
pemasaran
merupakan
pengantisipasian, pengelolaan dan pemuasan permintaan melalui proses pertukaran” (Fandi Tjiptono, Gregorius Chandra dan Dedi Adriana,2008: 3). Menurut Miller and Laytonpemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan operasional (Fandi Tjiptono, Gregorius Chandra dan Dedi Adriana, 2008 : 3). Menurut Mulyadi (2007: 488) Biaya pemasaran adalah meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan di simpan dalam gudang dan sampai pada saat produk tersebut diubah kembali dalam bentuk tunai.
23
Dalam suatu perusahaan kegiatan pemasaran merupakan fungsi pokok utama bagi kelangsungan hidup perusahaan karena maju mundurnya perusahaan tergantung pada baik dan buruknya kegiatan pemasaran yang dilakukan. Untuk menunjang kegiatan pemasaran diperlukan suatu biaya yang disebut biaya pemasaran karena sedikit tidaknya biaya pemasaran mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan karena dengan adanya biaya pemasaran produk yang telah selesai diproduksi akan sampai ke tangan konsumen yang memerlukannya. Kegiatan pemasaran produk dimulai jauh sebelum produk selesai diproduksi. Kegiatan advertensi biasanya mengawali kegiatan pemasaran suatu produk. Setelah produk selesai diproduksi (finished goods) kegiatan pemasaran umumnya adalah: 1. Penyimpanan di gudang (sediaan produk jadi) 2. Penjualan 3. Pembungkusan dan pengiriman 4. Penagihan 5. Pencatatan transaksi (akuntansi) Dengan demikian biaya pemasaran tidak hanya meliputi biaya penjualan saja tetapi termasuk: • biaya advertensi, • biaya pergudangan, • biaya pembungkusan dan pengiriman
24
• biaya kredit dan penagihan • biaya akuntansi pemasaran
2.1.2.1 Penggolongan Biaya Pemasaran Penggolongan biaya pemasaran pada umumnya ditentukan atau disesuaikan atas dasar dari tujuan pemasaran yang akan di capai sehingga strategis perencanaan dan peranan pemasaran dapat mencapai sasaran perusahaan yaitu memperoleh laba maksimal. Adapun penggolongan biaya pemasaran menurut Mulyadi (2007: 488) adalah sebagai berikut : 1. Biaya untuk mendapatkan pesanan ( order getting cost ). Biaya untuk mendapatkan pesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha memperoleh pesanan. Contoh : Biaya wiranaga ( sales person ), komisi penjualan, advertensi dan promosi. 2. Biaya untuk memenuhi pesanan ( order filling cost ). Biaya untuk memenuhi pesanan adalah semua yang dikeluarkan untuk mengusahakan agar produk sampai ketangan pembeli dan biaya – biaya untuk mengumpulakan piutang dari pembeli. Contoh : biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman, biaya angkutan dan penagihan. Biaya pemasaran dapat juga digolongkan menurut fungsi atau kegiatan pemasaran. Untuk mendapatkan pesanan ( order
25
getting ) perusahaan melakukan kegiatan dan advertensi, sedangkan untuk memenuhi pesanan ( order filling ) perusahaan melakukan kegiatan pergudangan, pembungkusan dan pengepakan, pemberian kredit dan penagihan serta kegiatan administrasi pemasaran. Dengan penggolongan tersebut dimana biaya untuk mendapatkan pesanan (order Getting Cost) mencakup semua biaya yang dikeluarkan perusahaan yang meliputi biaya penjualan dalam hal ini merupakan suatu biaya yang terdiri dari kegiatan untuk memenuhi pesanan dan pelanggan, selain itu biaya promosi dan advertensi yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan perancangan dan pelaksanaan memenuhi peranan melalui kegiatan advertensi dan promosi. Sedangkan penggolongan biaya pemasaran untuk memenuhi pesanan (order filling cost) mencakup semua biaya yang dikeluarkan perusahaan yang meliputi, biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman, serta biaya angkutan dan pengiriman. Dengan adanya penggolongan biaya pemasaran tersebut maka akan lebih spesifik tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan sehingga semua rancangan pemasaran yang terdapat diperusahaan akan berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tugas-tugas yang telah ditentukan.
26
2.1.2.2
Karakteristik Biaya Pemasaran Menurut Mulyadi (2009: 489-490) karakteristik biaya pemasaran adalah sebagai berikut, Banyak ragam yang ditempuh oleh perusahaan dalam memasarkan produknya, sehingga perusahaan yang sejenis produknya belum tentu menempuh cara pemasaran yang sama. Hal ini sangat berlainan dengan kegiatan produksi dalam kegiatan memproduksi suatu produk, pada umumnya digunakan bahan baku, mesin dan cara produksi yang sama dari waktu ke waktu. Berbeda halnya dengan kegiatan pemasaran produk, yang sangat bervariasi meskipun dalam perusahaan yang sejenis. Sehingga seringkali tidaklah mungkin diadakan perbandingan biaya pemasaran antara perusahaan yang satu dengan lainnya. Kegiatan pemasaran seringkali mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan kondisi pasar. Disamping terdapat berbagai macam metode pemasaran seringkali terdapat perubahan metode pemasaran untuk menyesuaikan dengan perubahan kondisi pasar. Begitu juga dengan perusahaan pesaing akan mempunyai pengaruh terhadap metode pemasaran yang digunakan oleh suatu perusahaan, sehingga metode pemasaran produk sangat bersifat fleksibel. Hal ini menimbulkan masalah penggolongan dan interpretasi biaya pemasaran. Kegiatan pemasaran berhadapan dengan konsumen yang merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
27
Dalam kegiatan produksi efisiensi diukur dengan melihat jumlah biaya yang dapat di hemat untuk setiap satuan produk yang diproduksi. Sebaliknya dalam kegiatan pemasaran, kenaikan volume penjualan merupakan ukuran efisiensi, meskipun tidak setiap kenaikan volume penjualan diikuti dengan kenaikan laba. Pada biaya pemasaran terdapat biaya tidak langsung dan biaya bersama (joint cost) yang lebih sulit pemecahannya bila di bandingkan dengan yang macam produk dengan cara pemasaran yang berbeda–beda di berbagai daerah pemasaran, maka akan memenimbulkan masalah biaya bersama (joint cost) yang kompleks.
2.1.2.3
Cara Analisis Biaya Pemasaran Analisis biaya pemasaran bertujuan untuk penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya, perencanaan dan pengarahan kegiatan pemasaran. Cara analisis biaya pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga: 1. Analisis biaya pemasaran menurut jenis biaya atau obyek pengeluaran. 2. Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran. 3. Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran.
28
1. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Jenis Biaya Dalam cara ini, biaya pemasaran dipecah sesuai dengan jenis-jenis biaya pemasaran. Dalam cara analisis ini, manajemen dapat mengetahui rincian jenis biaya pemasaran, namun tidak dapat memperoleh informasi mengenai biaya yang telah dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pemasaran tertentu. Oleh karena itu, cara analisis ini hanya baik dilakukan jika manajemen tidak menghadapi masalah pengukuran efisiensi kegiatan pemasaran tertentu, kemampuan tiap-tiap produk yang dijual dalam menghasilkan laba, cara penjualan yang dijalankan dan kemampuan menghasilkan laba tiap-tiap daerah
pemasaran.Analisis Biaya
Pemasaran
2. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Fungsi Pemasaran Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran bertujuan untuk pengendalian biaya, dan untuk analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran. Langkah analisis
biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran
adalah sebagai berikut: 1. Menentukan dengan jelas fungsi-fungsi pemasaran sehingga dapat ditentukan secara tepat manajer yang bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi tersebut. 2. Menggolongkan tiap-tiap jenis biaya pemasaran sesuai dengan
29
fungsinya. 3. Menentukan satuan ukuran jasa yang dihasilkan oleh tiap-tiap fungsi. 4. Menentukan biaya per satuan kegiatan pemasaran dengan cara membagi total biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk fungsi tertentu dengan jumlah satuan jasa yang dihasilkan oleh fungsi yang bersangkutan.
3. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Usaha Pemasaran Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran dapat dibagi sebagai berikut: 1. Menurut jenis produk. 2. Menurut daerah pemasaran. 3. Menurut besar pesanan. 4. Menurut saluran distribusi.
Langkah-langkah yang harus ditempuh di dalam melakukan analisis biaya pemasaran: 1. Menggolongkan jenis biaya pemasaran menurut fungsinya. 2. Menentukan jenis analisis yang akan dijalankan. 3. Menggolongkan jenis biaya pemasaran ke dalam: biaya langsung, biaya setengah langsung, dan biaya tidak langsung. 4. Menentukan dasar alokasi biaya pemasaran.
30
5. Menentukan hubungan antara biaya dengan pendapatan (revenues) yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut, untuk setiap jenis produk, daerah pemasaran, besar order, atau saluran distribusi.
2.1.3
Pengertian Penjualan Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan menentukan bagi perusahan dalam mencapai sebuah tujuan perusahan yaitu memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Beberapa para ahli mengemukakan tentang deinisi penjualan antara lain: Menurut M. Narafin (2006: 60), bahwa “Penjualan adalah proses menjual, padahal yang dimaksud penjualan dalam laporan laba-rugi adalah hasil menjual atau hasil penualan (sales) atau jualan”. Adapun menurut Warren Reeve Fees yang diterjemahkan oleh Aria Faramita dan kawan-kawan, (2006: 300), bahwa “Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagang yang dijual, baik secara tunai maupun kredit”. Sedangkan menurut Kusnadi (2009: 19), menjelaskan bahwa “Penjualan (sales) adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli atas barang atau jasa yang dijual”. Menurut Mulyadi (2008: 202), penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksitransaksi tersebut dan
31
penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli. Hasil penjualan yang tinggi tentu akan menggerakan perusahaan lebih baik ke depannya karena bagi perusahaan tingkat penjualan yang tinggi akan meningkatkan laba yang dicapai. Philip Kotler dan Kevin Lane (2009: 18) mengemukakan dalam penjualan terdapat konsep yang menyatakan bahwa konsumen, jangan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini beranggapan bahwa konsumen biasanya menampakkan keengganan membeli dan harus dipikat agar membeli lebih banyak, dan bahwa perusahaan harus menggunakan serangkaian alat penjualan dan promosi yang efektif guna merangsang pembelian dalam jumlah yang lebih banyak. Menurut pandangan Kotler (2006: 457) penjualan merupakan sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi, melalui
antar
pertukaran
informasi
dan
kepentingan.
Pertukaran
kepentingan ini menjadi dasar adanya saling membutuhkan dan saling melengkapi, seorang penjual/produsen akan menjadi tidak berguna apabila tidak ada konsumen yang membeli produk yang telah dihasilkannya, begitu juga sebaliknya seorang konsumen tidak akan berdaya dengan segala potensi yang dimilikinya apabila tidak ada barang yang dapat dimanfaatkan nilainya. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut Penjualan adalah Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban suatu
32
badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dagang/jasa atau aktivitas lainnya didalam suatu periode. Menurut Leny Sulistiyowati (2010: 270) penjualan adalah “Pendapatan yang berasal dari penjualan produk perusahaan, disajikan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.”
2.1.3.1 Jenis Dan Bentuk Penjualan Terdapat beberapa jenis penjualan yang biasa dikenal dalam masyarakat diantaranya adalah: 1. Trade Selling 2. Missionary Selling 3. Technical Selling 4. New Businies Selling 5. Responsive Selling
Adapun penjelasan dari klasifikasi di atas yang dikemukakan oleh Basu Swatha, yaitu:
Trade Selling, penjualan yang terjadi bilamana produsen dan pedagang
besar
mempersilahkan
pengecer
untuk
berusaha
memperbaiki distribusi produk mereka,. Hal ini melibatkan para penyalur dengan kegiatan promosi, peragaan, persediaan dan produk baru, jadi titik beratnya adalah para penjualan melalui penyalur bukan pada penjualan ke pembeli akhir.
33
Missionary Selling, penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli untuk membeli barang dari penyalur perusahaan.
Technical Selling, berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian saran dan nasihat kepada pembeli akhir dari barang dan jasa.
New Business Selling, berusaha membuka transaksi baru dengan membuat calon pembeli menjadi pembeli seperti halnya yang dilakukan perusahaan asuransi.
Responsive Selling, setiap tenaga penjual dihapkan dapat memberikan reaksi terhadap permintaan pembeli melalui route driving and retaining. Jenis penjualan ini tidak akan menciptakan penjualan yang besar, namun terjalin hubungan pelanggan yang baik yang menjurus pada pembelian ulang.
2.1.3.2 Klasifikasi Penjualan Secara umum terdapat dua jenis penjualan yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit. Tetapi sebenarnya, penjualan memiliki empat jenis penjualan yaitu penjualan tunai, penjualan kredit, penjualan cicilan, dan penjualan konsinyasi. Biasanya masyarakat umum mendefinisikan arti dari penjualan kredit dan cicilan sama tetapi sebenarnya hal tersebut berbeda. Berikut ini adalah klasifikasi dari penjualan menurut Mulyadi (2010: 455)
34
a. Penjualan secara tunai Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan
dengan
cara
mewajibkan
pembeli
melakukan
pembayaran harga barang lebih dulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. b. Penjualan secara kredit Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu, perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. c. Penjualan cicilan Penjualan angsuran adalah penyerahan produk milik penjual kepada pembeli dengan menerima uang muka (down payment), dan sisanya dalam bentuk pembayaran cicilan selama beberapa tahun. d. Penjualan Konsinyasi Penjualan konsinyasi adalah situasi yang pihak pemegang barang persediaan bertindak sebagai agen bagi pemilik sebenarnya.
2.1.3.3 Dokumen – Dokumen Penjualan Dokumen-dokumen penjualan menurut La Midjan dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi I (2010: 183), antara lain sebagai berikut a. Order Penjualan Barang (Sales Order) Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.
35
b. Nota Penjualan Barang Merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen bagi pelanggan. c. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order) Merupakan suatu bukti dalam pemgiriman barang untuk diserahkan kepada pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip. d. Faktur Penjualan (Invoice) Adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah tagihannya. e. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip). f. Jurnal Penjualan (Sales Journal).
2.1.3.4 Bagian-Bagian Penjualan Krismiaji menguraikan dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi (2011: 275), menyatakan bahwa bagian-bagian penjualan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : 1. Bagian Penjualan Adalah bagian penjualan menerima surat pesanan dari pihak pembeli dan membuat surat order penjualan . 2. Bagian Kredit Adalah atas dasar surat pesanan dari pembeli yang diterimA penjualan 3. Bagian Gudang adalah bagian gudang yang bertugas untuk menyimpan persediaan barang dagangan serta mempersiapkan barang dagangan yang akan di kirm .
36
4. Bagian Pengiriman Adalah bagian ini mengeluarkan surat order penjualan dan kemudian membuat nota pengiriman atas barang yang dipesan. 5. Bagian Penagihan Adalah bagian ini bertugas untuk membuat faktur penjualan dan kemudian didistribusikan .
2.1.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penjualan Dalam praktek, kegiatan penjualan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Kondisi dan Kemampuan Pasar Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu, penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan yaitu : a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan b. Harga Produk c. Syarat penjualan seperti pembayaran, pengantaran, garansi, dan sebagainya.
2. Kondisi Pasar Hal yang harus diperhatikan pada kondisi pasar antara lain: a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar pemerintah atau pasar Internasional
37
b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya c. Daya beli d. Frekuensi pembeliannya e. Keinginan dan kebutuhan
3. Modal Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan yang dianggarkan seperti untuk : a. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan b. Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan c. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target penjualan.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain.
5. Faktor Lain Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Ada pengusaha yang berpegang pada satu prinsip bahwa paling penting membuat barang yang baik.
38
Bilamana prinsip tersebut dilaksanakan maka diharapkan pembeli akan membeli lagi barang yang sama. Oleh karena itu perusahaan melakukan upaya agar para pembeli tertarik pada produknya.
2.1.3.6 Proses Penjualan Salah satu aspek yang ada dalam penjualan adalah penjualan dengan bertemu muka (face-to-face selling) di mana seorang penjual langsung berhadapan muka dengan calon pembelinya. Masalah tersebut menjadi titik-berat dalam pembahasan tentang proses penjualan berikut: Adapun tahap-tahapnya adalah : 1. Persiapan Sebelum Penjualan Disini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjualan dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan. Selain itu, mereka juga lebih dulu harus mengetahui kemungkinan tentang motivasi dan perilaku dalam segmen pasar yang dituju. 2.
Penentuan Lokasi Pembeli Potensial Dengan menggunakan data pembeli yang lalu maupun sekarang, penjual dapat menentukan karakteristiknya, misalnya lokasi. Oleh karena itu, pada tahap kedua ini ditentukan lokasi dari segmen pasar yang menjadi sasarannya. Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara
39
logis merupakan pembeli potesial dari produk yang ditawarkan. Dari konsumen yang ada dapat pula ditentukan konsumen manakah yang sudah menggunakan produk-produk saingan. 3.
Pendekatan Pendahuluan Sebelum melakukan penjualan, penjual harus mernpelajari semua rnasalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai pembelinya. Selain itu, perlu juga mengetahui tentang produk atau merk apa yang sedang mereka gunakan dan bagaimana reaksinya. Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan membeli, kesukaan dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.
4.
Melakukan Penjualan Penjualan yang dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian
calon
konsumen,
kemudian
diusahakan
untuk
mengetahui daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada pembeli. 5.
Pelayanan Sesudah Penjualan Sebenarnya kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan dari pembeli telah dipenuhi, tetapi masih perlu dilanjutkan dengan memberikan pelayanan atau servis kepada mereka. Biasanya kegiatan ini dilakukan untuk penjualan barang-barang industri
40
seperti instalasi, atau barang konsumsi tahan lama seperti almari es, televisi, dan sebagainya. Beberapa pelayanan yang diberikan oleh penjual sesudah penjualan dilakukan antara lain berupa : • Pemberian garansi • Pemberian jasa reparasi • Latihan tenaga-tenaga operasi dan cara penggunaannya • Penghantaran barang ke rumah. Dalam tahap terakhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan lain yang juga perlu diberikan sesudah penjualan adalah memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusanyang diambilnya tepat, barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat, dan hasil kerja produk tersebut memuaskan.
2.1.3.7 Fungsi dan Tujuan Penjualan Fungsi penjualan meliputi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh penjual untuk merealisasikan penjualan seperti : a. Menciptakan permintaan b. Mencari pembeli c. Memberikan saran-saran d. Membicarakan syarat-syarat penjualan e. Memindahkan hak milik
41
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan yaitu mendapatkan laba tertentu (semaksimal mungkin), dan mempertahankan atau bahkan berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu yang lama. Tujuan tersebut dapat direalisasi apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang telah direncanakan. Basu Swastha dalam bukunya Manajemen Penjualan (2011: 404), bahwa tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu :
2.2
a.
Mendapat laba tertentu
b.
Mencapai volume penjualan tertentu
c.
Menunjang pertumbuhan perusahaan.
Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama
1
Judul
Variabel
Peneliti
Penelitian
Paulus
Pengaruh
X:
Sutawa
Biaya
Produksi
(2009)
Produksi
Y:
Terhadap
Penjualan
Kesimpulan
Biaya a. Bahwa pengaruh biaya produksi
terthadap
hasil
Hasil penjualan perusahaan Kecap Cap Bawang
ada hubungan
Hasil
yang positif, hal ini dapat
Penjualan
dilihat dari hasil analisa data.
Pada
b. Strategis yang diterapkan
42
Perusahaan
oleh
Kecap
usahanya
Cap
Bawang
Di
perusahaan
untuk
meningkatkan
Ngawi
penjualan upaya
dalam
yaitu
mencari
hasil dengan terobosan
baru dengan pengembangan area penjualan
2
Yakub
Pengaruh
X1:
a.
Abdul
Pengendalian
Pengedalian Produksi, Biaya Pemasaran
Muhaemin
Biaya
Biaya
(2014)
Produksi Dan Produksi X2:
Pemasaran
Pemasaran
Operasional
Biaya
dan Laba Operasional pada
Biaya
Terhadap Laba Y:
Pengendalian
Perusahaan Kencana Bordir
Biaya Tasikmalaya periode 20072013 memiliki jumlah yang
Laba bervariatif
Operasional
perkembangan
dan yang
Pada
fluktuatif.
Adapun
Perusahaan
pengendalian biaya produksi,
Kencana
biaya pemasaran dan laba
Bordir
operasional dengan jumlah
Tasikmalay
tertinggi terdapat pada tahun 2013. b.
Pengendalian
Biaya
43
Produksi Pemasaran
dan
Biaya
berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Laba Operasional pada Perusahaan Kencana Bordir Tasikmalaya periode 2007-2013. c.
Pengendalian
Produksi signifikan
Biaya
berpengaruh secara
parsial
terhadap Laba Operasional pada Perusahaan Kencana Bordir Tasikmalaya periode 2007-2013. d.
Biaya
Pemasaran
berpengaruh
signifikan
secara parsial terhadap Laba Operasional pada Perusahaan Kencana Bordir Tasikmalaya periode 2007-2013. 3
I Gede Eka Pengaruh
X1:
Sanjaya
Produksi
Biaya
Putra, Gede Produksi,
X2:
Biaya Berdasarkan simpulan yang telah
Biaya dapat
dikemukakan, diajukan
maka
beberapa
44
Putu
Agus Biaya
Promosi
Jana Susila, Promosi, Dan X3:
saran yaitu sebagai berikut.
Biaya Bagi
Perusahaan
Jajan
Ni Nyoman Biaya
Distribusi
Kacang Sari Desa Tamblang,
Yulianthini
Distribusi
Y:
diharapkan
(2013)
Terhadap
Penjualan
mempertimbangkan
untuk dan
Penjualan
memperhatikan
pada
biaya-biaya yang dikeluarkan
Perusahaan
dalam setiap proses, seperti
Jajan Kacang
biaya
Sari
promosi,
Desa
Tamblan
produksi,
distribusi. biaya
tingkat
biaya
dan
biaya
Besar
kecilnya
yang
dikeluarkan
perusahaan akan berdampak dan berpengaruh langsung terhadap tingkat penjualan perusahaan. Semakin tinggi penjualan yang dihasilkan makan semakin tinggi pula keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan. 4
Angga
Pengaruh
X:
Biaya Berdasarkan penelitian dan
Cakra
Biaya
Pemasaran
Noviya R.
Pemasaran
Y:
didukung
oleh
teori-teori
Laba yang melandasi serta hasil
45
(2011)
Terhadap
Operasional
pembahasan
yang
telah
Laba
dikemukakan, maka penulis
Operasional
dapat
Pada
sebagai berikut :
Perusahaan
1. Biaya pemasaran yang ada
Makanan
di Perusahaan Makanan Kue
Lintang
Lintang Tasikmalaya
Tasikmalaya
umumnya
menarik
simpulan
pada
menunjukkan
peningkatan.
Hal
ini
disebabkan
karena
perusahaan
ingin
meningkatkan
terus
penjualan
dengan
cara
memperkenalkan produk ke seluruh Nusantara. 2. Laba operasional yang diperoleh Makanan
Perusahaan Kue
Lintang
Tasikmalaya pada umumnya mengalami
kenaikan
dari
tahun ke tahun. Hal ini berkaitan
erat
meningkatkan
dengan terus
46
pemasarannya sehingga laba operasional yang diperoleh menjadi semakin meningkat. 3.
Berdasarkan
hasil
pengujian SPSS Ver. 17.0 bahwa besarnya pengaruh biaya pemasaran terhadap laba operasional atas hipotesis
uji
dengan
menggunakan
α
=
0,05
dengan tingkat keyakinan 95 %
teruji
Perusahaan
bahwa
pada
makanan
Kue
Lintang Tasikmalaya, biaya pemasaran signifikan
berpengaruh terhadap
laba
operasional yang berarti jika biaya pemasaran naik maka laba operasional pun akan mengalami kenaikan pula. 5
Novita
Pengaruh
X:
Biaya Berdasarkan hasil penelitian
Djamalu
Biaya
Produksi
(2013)
Produksi
Y:
yang
dilakukan
Laba pengaruh
biaya
mengenai produksi
47
Terhadap Laba Bersih
terhadap laba bersih, maka
Bersih
diperoleh
Pada
hasil
pengujian
Perusahaan
yang
Manufaktur
biaya produksi mempunyai
Yang
pengaruh
Terdaftar Bursa
Di Efek
menujukkan
yang
bahwa
signifikan
terhadap laba bersih pada perusahaan
manufaktur.
Indonesia
Berdasarkan hasil analisis
Periode 2010-
yang
2012
diketahui
telah
dilakukan,
bahwa
nilai
koefisien determinasi untuk model regresi antara biaya produksi terhadap laba bersih perusahaan
manufaktur
adalah sebesar 0,9847. Nilai ini berarti bahwa sebesar 98,47%
laba
bersih
dari
perusahaan-perusahaan manufaktur dipengaruhi oleh biaya
produksi
yang
dikeluarkan oleh perusahaan, sedangkan sisanya sebesar 1,53%
dipengaruhi
oleh
48
variabel lain. Saran
2.3
Kerangka Pemikiran Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti menarik kesimpulan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :
X1 Biaya Produksi
H1 H3
Y Penjualan
X2
H2
Biaya Pemasaran
2.4
Hubungan Antar Variable
2.4.1
Hubungan antara biaya produksi terhadap penjualan Persaingan usaha di dunia industri sekarang ini semakin pesat. Pihak-pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan harus bekerja keras untuk dapat menghadapi persaingan tersebut dan untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Biaya produksi juga merupakan salah satu hal yang menentukan dalam persaingan sekaligus memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup perusahaan. Biaya produksi merupakan sumber biaya
49
yang paling besar sehingga penekanan biaya dan efisiensi produksi sangat penting agar dapat meningkatkan volume penjualan.
2.4.2 Hubungan antara biaya pemasaran terhadap penjualan Tujuan analisis volume penjualan adalah agar perusahaan dapat mengetahui keefektifan penggunaan biaya pemasaran tersebut sehingga perusahaan
dapat
terus
meningkatkan
kegiatan
pemasaran
dan
mengendalikan biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran tersebut. Jadi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan pemasaran berguna untuk menjual dan memperkenalkan produknya kepada para konsumen. Karena ada kaitannya dengan jumlah hasil penjualan yang akan
diperoleh
perusahaan
dari
aktivitas
pemasaran tersebut.
2.4.3 Hubungan antara biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap penjualan Pengoptimalan biaya produksi yang baik dapat membuat beban biaya menjadi minimum dan berpengaruh terhadap nilai Output yang dihasilkan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Imran dalam Susanti (2009: 92) jika biaya-biaya yang digunakan perusahaan bisa dikelola dengan cara ekonomis maka hasil produksi akan dapat ditingkatkan , biaya produksi dapat menurun dan hal tersebut dapat mempengaruhi peningkatan hasil penjualan yang diperoleh.
50
Semakin tinggi biaya pemasaran semakin meningkatkan hasil penjualan . Hal ini dapat dijelaskan bahwa biaya pemasaran meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai produk tersebut diubah kembali dalam bentuk tunai.
2.5
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1: Adanya pengaruh yang signifikan antara biaya produksi terhadap penjualan. H2: Adanya pengaruh yang signifikan antara biaya pemasaran terhadap penjualan. H3: Adanya pengaruh yang signifikan antara biaya produksi dan biaya pemasaran secara bersama – sama terhadap penjualan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Populasi Dan Sample
3.1.1
Populasi Menurut Sugiyono (2006: 55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya”. Menurut Andi Supangat (2007: 3)
populasi adalah “Populasi adalah
sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama”. Dalam penelitian ini populasinya adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014. Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 141 perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014.
3.1.2
Sampel Menurut Sugiyono (2006: 56) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Margono (2010: 121) mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Adapun kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:
51
52
1.
Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan – perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 – 2014
2.
Data yang diambil terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 – 2014 berupa laporan keuangan tahunan yang sudah di audit selama 4 tahun berturut – turut. Dari kriteria yang diajukan diatas didapat jumlah sample 48 laporan keuangan tahunan dari 3 perusahaan sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun yakni 2011-2014. Adapun sample pada penelitian ini adalah
No.
Nama Perusahaan
Kode
1
PT Akasha Wira International Tbk
ADES
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF
3
PT. Ultrajaya Milk Company Tbk
ULTJ
3.2
Data Penelitian
3.2.1
Jenis Dan Sumber Data
Industry & Trading
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana data diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain. Menurut Sugiyono (2009: 139) definisi data sekunder merupakan: “Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,
53
mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-buku serta dokumen perusahaan.” Data
sekunder
biasanya
didapat
dari
penelitian
sekunder
yang
menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang kita teliti. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalu media lain yang bersumber pada literatur dan buku-buku perpustakaan atau data-data dari perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, data tersebut adalah laporan keuangan perusahaan sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011- 2015. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui website www.idx.co.id.
3.2.2
Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2013: 224) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Menurut Sutopo (2006: 9), metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi berperanserta, sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi
54
takberperanserta, tehnik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan.
3.3
Variable Penelitian Menurut Sugiyono (2006: 31) Variabel penelitian pada dasarnya adalah
sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh
informasi
tentang
hal
tersebut
kemudian
ditarik
kesimpulannya, Menurut Sugiyono (2012: 61) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Pada penelitian ini telah ditentukan 2 variabel, yaitu variabel bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau dependen. Variabel bebas atau variabel independen. Menurut Sugiyono (2011: 61) variabel bebas adalah “Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variable bebas pada penelitian ini yaitu Metode PQRST. Menurut Sugiyono (2011: 61) Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kemampuan membaca.
55
3.4
Metode Analisa Data
3.4.1
Uji Asumsi Klasik
3.4.1.1 Uji Normalitas Menurut Ghozali (2006: 110) “Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variable dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Histogram atau pola distribusi data normal dapat digunakan untuk melihat normalitas data. Uji Kolmogrov Smirnov, dalam uji pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu : a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal, b. Jika nilai signifikansi >0,05 maka distribusi data normal. Menurut Ghozali (2006: 112), pada prinsipnya normalitas data dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan : 1.
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk melihat apakah data yang dianalisis memiliki residual di sekitar nol (data normal) dengan menggunakan SPSS 20 for windows.
56
3.4.1.2 Uji Asumsi Auto Korelasi Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1. Jika terjadi autokorelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Menurut Ghozali (2009: 99) autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu: 1. Nilai D-W lebih kecil dari -2 berarti ada korelasi positif, 2. Nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3. Nilai D-W lebih besar dari +2 berarti ada autokorelasi negative.
3.4.1.3 Uji Asumsi Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Menurut Ghozali (2009: 125) Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika: 1) Titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol.
57
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah. 3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3.4.1.4 Uji Asumsi Multikolinieritas Menurut Ghozali (2009: 91), “uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. ” Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel - variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah: 1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, 2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Ada tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai VIF tidak lebih dari sepuluh dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.
58
3.4.2
Pengujian Hipotesis Menurut Rochaety (2007: 107) “dengan uji hipotesis kita memusatkan
perhatian pada peluang kita membuat keputusan yang salah. Hipotesis diterima atau ditolak berdasarkan informasi yang terkandung dalam sampel tetapi menggambarkan keadaan populasi”. Maka, untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji t (t-test) dan uji F (F-test). 3.4.2.1 Uji Analisis Regresi Berganda Menurut Rochaety (2007: 142) “regresi berganda bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas”. Model persamaannya adalah sebagai berikut : Y= a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan : Y = variabel dependen yaitu penjualan a
=
intercept / koefisien yang menyatakan perubahan rata-rata variabel
dependen untuk setiap variabel independen sebesar satu atau yang disebut konstanta. b1,b2 = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka terjadi kenaikan pada variabel dependen, dan bila b (-) maka akan terjadi penurunan pada variabel dependen dalam hal ini likuiditas. X1 =
Pengaruh Biaya Produksi
59
X2 =
Biaya Pemasaran
e=
error
3.4.2.2 Uji Parsial (t-test) Menurut Ghazali (2006: 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas / independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji t merupakan suatu cara untuk mengukur apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini dilakukan dengan menghitung serta membandingkan t hitung dengan t tabel yaitu dengan ketentuan sebagai berikut: Jika t- hitung > t- tabel untuk α = 5 % H0 diterima Jika t- hitung < t- tabel untuk α = 5 % H0 ditolak
3.4.2.3 Uji Simultan (F-test) Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan dengan uji f. Menurut Ghazali (2006: 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat”. Uji F merupakan suatu cara untuk mengetahui apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung serta membandingkan F hitung dengan F tabel yaitu dengan ketentuan sebagai berikut :
60
Jika F- hitung > F- tabel untuk α = 5 % H0 diterima Jika F- hitung < F- tabel untuk α = 5 % H0 ditolak