JURNAL GIGI DAN MULUT VOL.3.NO.2, SEPTEMBER 2016 PENGARUH BAHAN TUMPAT GLASS IONOMER CEMENT TERHADAP Ph SALIVA PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI PETE, SAYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA. Susilarti1) , Aryani Widayati2) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Kyai Mojo No.56 Yogyakarta ABSTRACK Glass Ionomer cement is permanent filling for teeth that usually used by dentist because it can make a chemical bond to the teeth 1. This filling is a good enough character such as it has a good adhesive power to teeth, it has a similar colour with teeth, it’s easy to aplication and it contain fluor that can detain caries 2. It’s recomendedto use in restorastion with Atraumatic restorative Treatment method. Glass Ionomer Cement releases fluor in a long period so it can decompress sensitivity and prevent secondary caries 3. Purpose : The purpose of this research is the knowing the effect of Glass Ionomer Cement restoration to saliva acidity after one day, one week and two week restoration. Method : This research is an quasi eksperiment with pre Test Post Test with control group design4. This method used to know the effect of Glass Ionomer Cement to saliva acidity after Restoration. The sample is 50 students in fourth and five grade with exclusion criteria the student has at least one caries that can be restorated with Atraumatic restorative Treatment method. This research uses ttest for knowing acidity before restoration and one day, one week, and two weeks after restoration. Result : The result so that there is no means difference between one day saliva acidity before restorationand one saliva acidity after restoration. There is a means difference in one week and two weeks saliva acidity after restoration. There is a means difference between saliva acidity before and after restoration. Key words : Glass ionomer Cement, Saliva acidity. ABSTRAK Glass Ionomer Cement merupakan bahan tumpat permanen untuk gigi yang banyak digunakan oleh dokter gigi karena dapat berikatan secara kimiawi dengan jaringan gigi 1. Bahan tumpat ini memiliki bebrapa sifat yang cukup baik antara lain memiliki daya rekat yang baik pada gigi, warna mendekati warna gigi asli, mudah cara mengaplikasikannya dan mengandung fluor yang dapat menghambat laju perjalanan karies2 . Glass ionomer Cement direkomendasikan untuk digunakan pada penumpatan gigi dengan methode ART. Karena melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga dapat menghilangkan sensitifitas dan mencegah terjadinya karies sekunder3. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh bahan tumpat Glass Ionomer Cement terhadap pH saliva setelah 1 hari, 1 minggu, 2 minggu dan paska penumpatan. Metode penelitian : Kjenis penelitian ini adalah eksperimen semudengan rancangan pre test post test with control group design4. Pemilihan metode ini untuk mengetahui pengaruh bahan tumpat Glass Ionomer Cement terhadap pH saliva paska penumpatan. Sampel penelitian adalah siswa kelas IV dan V sebanyak 50 siswa dengan kriteria inklusi terdapat minimal 1 gigi yang karies dengan indikasi tumpatan ART. Uji statistik dengan menggunakan uji t-test untuk mengetahui pH saliva sebelum dan sesudah 1 hari, 1 minggu, dan 2 minggu paska penumpatan. Hasil penelitian : menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara pH saliva sebelum dan sesudah penumpatan 1 hari, pada pemeriksaan pH saliva 1 minggu dan 2 minggu paska penumpatan terlihat ada perbedaan yang bermakna pH saliva sebelum dan sesudah penumpatan. Kata Kunci : Glass Ionomer Cement, pH saliva
PENDAHULUAN Karies merupakan penyakit gigi berlubang yang manifestasi utamanya pada pit dan fisur gigi, bagianini cenderung lebih mudah untuk mengalami perkembangan karies selama dan segera setelah gigi erupsi. Morfologi pit dan fisur dilaporkan menjadi salah satu resiko utama terjadinya karies gigi5.Penyakit ini merupakan masalah utama diantara penyakit gigi yang lain, di negara berkembang 30% - 90 % anak usia 12 tahun dan 55% - 90 % usia 35 – 44 tahun pernah menderita karies, hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya rasa y=takut pada anak – anak menghadapi perawatan gigi yang menggunakan boor, yang dirasa menyakitkan sehingga pada umumnya mencari pengobatan dalam keadaan sudah terlambat. Material yang sering digunakan sebagai bahan tumpat adalah Glass Ionomer Cement, karena dapat berikatan secara kimiawi dengan jaringan gigi1. Bahan tumpat ini memiliki sifat yang cukup baik antara lain memiliki daya rekat yang baik pada gigi, warna cukup estetis, sederhana cara mengaplikasikan dan mengandung fluor yang dapat menghambat laju perjalanan karies2. Bahan ini juga melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga dapat menghilangkan sensitifitas dan mencegah terjadinya karies sekunder3. Pendekatan untuk melakukan penumpatan dengan bahan Glass Ionomer Cement adalah metode ART ( Atraumatic Restorative Treatment), yaitu prosedur pembuangan jaringan karies hanya dengan alat manual saja tanpa menggunakan alat boor dan dental unit, selanjutnya membersihkan dan menumpatnya dengan bahan Glass Ionomer Cement. Metode ini sangat mudah dalam pelaksanaannya, mengurangitrauma dan mengurang rasa takut pada anak- anak dan metode ini sangat menunjang konsep pengendalian karies melalui tindakan preventif sekaligus kuratif sehingga kehilangan gigi prematur dapat dicegah6. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar atau SDN- Pete, seyegan,Sleman, pada study pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa 60% anak sekolah di SD ini masih mempunyai masalah pada kesehatan gigi dan mulutnya terutama masalah gigi berlubang dengan angka karies rata – rata sebesar 4,6 oleh sebab itu perlunya penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengatasi tingginya angka karies pada siswa di SDN – Pete, Seyegan, Sleman. Upaya pencegahan karies dilakukan dengan melakukan penumpatan gigi berlubang menggunakan bahan tumpat glass ionomer cement yang mempunyai sifat melepaskan ion fluor secara terus menerus sehingga berfungsi sebagai bahan pencegah karies pada anak – anak dan bagaimana pengaruhnya terhadap pH saliva. METODE Lokasi penelitian dilakukan di SDN – Pete, Seyegan, Sleman, waktu penelitian bulan januari – Desember 2016. Jenis penelitian yang digunakan eksperimen semu dengan pendekatan cross sectional yaitu mengamati suatu peristiwa yang dilakukan secara bersamaan pada suatu waktu yang telah ditentukan dengan rancangan penelitian pre test post test design without control group. Sampel penelitian siswa kelas IV dan V sebanyak 50 siswa. Pemilihan sampel dengan teknik pengambilan sampel jenuh pada siswa yang memenuhi kriteria inklusi. Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan seleksi kasus, pengecekan pH 1 hari sebelum ditumpat, pengecekan pH saliva 1 hari setelah ditumpat, 1 minggu setelah ditumpat, 2 minggu setelah ditumpat. Teknik analisis data menggunakan analisi uji t. HASIL PENELITIAN Tabel1. Distribusi frekwensi responden berdasarkan jenis kelamin NO 1 2
JENIS KELAMIN Laki - laki Perempuan Total
JUMLAH 32 18 50
PROSENTASE 64 % 36 % 100 %
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah responden laki – laki lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan pada siswa SDN – Pete Seyegan, Sleman kelas IV dan V. Tabel 2. Distribusi frekwensi Responden berdasarkan umur UMUR 10 tahun 11 tahun 12 tahun 13 tahun Total
JUMLAH 11 14 15 10 50
PROSENTASE 22 % 28 % 30 % 20 % 100 %
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak ada pada responden yang berumur 12 tahun, responden yang paling sedikit berumur 13 tahun. Tabel 3. Distribusi frekwensi Skor pH saliva pada responden sebelum ditumpat dengan bahan Glass Ionomer Cement. pH Asam Basa Total
Jumlah 24 26 50
Prosentase 48 % 52 % 100 %
Dari tabel 3 dapat dilihatbahwa pH saliva pada responden dengan kriteria basa lebih banyak jika dibandingkan dengan saliva kriteria asam sebelum ditumpat dengan bahan Glass Ionomer Cement, tetapi perbedaann jumlah hanya 2 responden Tabel 4. Distribusi frekwensi Skor pH pada responden 1 hari sesudah ditumpat dengan bahan Glass Ionomer Cement pH Asam Basa Total
Jumlah 5 45 50
Prosentase 10 % 90 % 100 %
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa skor pH saliva 1 hari setelah dilakukan penumpatan menunjukkan hasil pH saliva responden dengan kriteria basa lebih banyak dibanding pH saliva responden dengan kriteria asam Tabel 5. Distribusi frekwensi skor pH pada responden 7 hari glass Ionomer Cement pH Jumlah Asam 4 Basa 46 Total 50
setelah ditumpat dengan bahan Prosentase 8% 92 % 100 %
Dari tabel 5 diatas dapat terlihat bahwa skor pH saliva pada responden setelah 7 hari penumpatan menunjukkan pH saliva dengan kriteria basa lebih banyak dibandingkan dengan pH saliva dengan kriteria asam
Tabel 6. Distribusi frekwensi Skor pH saliva 14 hari setelah ditumpat pada responden pH Asam Basa Total
Jumlah 1 49 50
Prosentase 2% 98 % 100 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pH saliva responden setelah 14 hari penumpatan menunjukkan hasil bahwa hampir seluruh responden mempunyai pH saliva dengan kriteria basa, hanya 1 (satu) responden saja yang mempunyai kriteria pH saliva asam Tabel 7. Hasil Uji homogenitas skor pH saliva 1 hari sebelum ditumpat Levece statistic df 1 df 2 Sig. .060 24 26 .942 Dari tabel 7 daiatas dapat diketahui bahwa hasil uji homogenitas data menunjukkan bahwa P > dari alpha ( 0.942 > 0.05 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen Hasil uji normalitas data dengan Kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa p > alpha ( 0.068 > 0.05 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Tabel 8. Hasil uji Paired T – test pada skor pH sebelum dan sesudah ditumpat bahan Glass Ionomer Cement Skor pH N T @ pH sebelum ditumpat - 50 1.577 .121 pH 1 hari sebelum ditumpat pH sebelum ditumpat 50 4.537 .000 – Ph 7 hari setelah ditumpat pH sebelum ditumpat- 50 4.598 .000 pH 14 hari setelah ditumpat Dari tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa hasil uji statistik menggunakan uji T test pada skor pH 1 hari sebelum dan sesudah ditumpat hasilnya p > alpha, pada 7 hari dan 14 hari paska penumpatan hasilnya sama ( p < alpha ) PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yaitu responden laki – laki sebanyak 32 siswa lebih banyak dibanding responden perempuan yaitu 18 siswa yang terdistribusi pada kelas IV dan V SDN Pete, Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Dari hasil pengukuran derajat keasaman (pH) saliva pada responden sebelum dilakukan penumpatan pada gigi yang berlubang (tabel 1) menunjukkan bahwa responden dengan pH saliva dalam kriteria asam hampir sama jumlahnya dengan responden yang mempunyai pH saliva dengan kriteria basa yaitu, 24 responden dengan kriteria pH saliva asam dan 26 responden dengan kriteria pH saliva basa. Hasil tersebut diatas menunjukkan bahwa tingkat keasaman saliva sangat dipengaruhi oleh lingkungan saliva, hal ini dapat disebabkan oleh karena sebelum melakukan tindakan menyikat gigiatau tidak menyikat gigi setelah sarapan pagi. Dari hasil pengukuran pH saliva setelah 1 hari paska penumpatan ( tabel 4), 7 hari paska penumpatan ( tabel 5 ), 14 hari paska penumpatan ( tabel 6 ), menunjukkan hasil bahwa responden dengan tingkat keasaman (pH) tinggi jumlahnya semakin menurunsetelah dilakukan tindakan penumpatan menggunakan bahan Glass Ionomer Cement,
demikian juga dengan jumlah responden yang pH saliva termasuk dalam kriteria basa setelah dilakukan penumpata gigi1 hari, 7 hari (1 minggu) dan 14 hari (2 minggu) menunjukkan kenaikan jumlah responden dengan pH saliva dalam kriteria basa. Dari hasil pemeriksaan pH saliva sebeluim dan sesudah 1 hari penumpatan menunjukkan hasil yang sangat bermakna (tabel 3, tabel 4), jumlah responden dengan pH saliva sebanyak 24 responden, setelah dilakukan penumpatan menunjukkan penurunan menjadi 5 responden, demikian pula responden dengan pH saliva dengan kriteria basa sejumlah 26, setelah dilakukan penumpatan naik menjadi 45 responden. Hal ini dapat terjadi karena dengan menumpat gigi yang karies akan mengurangi pH asam didalam saliva sehingga bersifat basa. Sebelum melakukan uji statistik dengan uji beda terlebih dahulu melakukan uji homogenitas dan normalitas data untuk mengetahui apakah data yang ada homogen atau tidak dan berdistribusi normal atau tidak. Dari hasil uji homogenitas dapat dilihat pada 7 bahwa p value lebih besar dari alpha (0.942 > 0.05 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut merupakan data homogen. Tahapan berikutnya dengan melakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov – Smirnov untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa p value lebih besar dari alpha ( 0.068 > 0.05 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dari hasil uji statistik menggunaka uji T – test dengan tingkat kesalahan 0,5% dapat diketahui bahwa 1 hari sebelum dan sesudah dilakukan penumpatan P value > alpha ( 0.121 > 0,05 ), hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara pH saliva sebelum dan sesudah penumpatan. Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa hasil uji homogenitas data menunjukkan bahwa p. > dari alpha ( 0.942 > 0.05 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen. Hasil uji normalitas data dengan kolmogorov – Smirnov mjenunjukkan bahwa p > alpha (0.068 > 0.05 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dari hasil uji statistik menggunakan uji T testdengan tingkat kesalahan 0.5 % dapat diketahui bahwa 1 hari sebelum dan sesudah dilakukan penumpatan P value > alpha ( 0.121 > 0.05 ) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara pH saliva sebelum dan sesudah penumpatan dengan bahan Glass Ionomer Cement. Hal ini menunjukkan bahwa penumpatan dengan bahan Glass Ionomer Cement dalam jangka waktu 1 hari belum mampu mempengaruhi pH saliva responden, sehingga dengan uji T test menunjukkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah 1 hari penumpatan dengan menggunakan bahan Glass Ionomer Cement. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harumi DAFTAR PUSTAKA 1. Yengopal. V., et.al. Caries Preventive Effects of Glass Ionomer Cement and Resin Besed Fissured Sealant on Permanent teeth: A Meta Analysis of Oral Science. 2009;50 (3):373 – 382 2. Saleh, LA, Khalil, M.F. The Effect of Different Protective Coating on the Surface Hardness off Glass Ionomer Cements. The Sand Dental Journal. 2006; 6 (1) : 3-7 3. Robert G., Powers J.M. Restoratial Dental Material 11th Edition : Missouri Mosby Inc. 2002 4. Sugiono (2010). Statistik untuk penelitian, Penerbit Alfabeta : Bandung 5. Ercan, E., et.al. Anticaries Effect of Atraumatic Restorative Treatment with Fissur Sealant in Suburban Districts of Turkey, Journal Dental Science. 2009; 4 (2): 55-60 6. Agtini MD. Effectifitas Pencegahan Karies dengan Atraumatic Restorative treatment dan Penumpatan Glass Ionomer Cement dalam pengendalian Karies di Beberapa Negara, Media litbang Kesehatan. 2010; Vol. XX, No.1, h. 1-8