Material
PENGARUH BAHAN HASIL MODIFIKASI POLIETILEN TERHADAP KARAKTERISTIK BETON NORMAL (236M) Resmi Bestari Muin1, Hasnah Muin2 1
Prodi Teknik Sipil, Universitas Mercubuana, Jakarta, email :
[email protected] 2 FTI, UII Dosen Purna Tugas, Universitas Islam Indonesia, Jl. Tongkol Raya no 14 Minomartani Yogyakarta, email :
[email protected]
ABSTRAK Diketahui salah satu kekurangan sifat beton normal adalah uji tariknya yang rendah dan sifatnya yang getas, sehingga tidak tahan gempa. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan penambahan hasil modifikasi HDPE dengan Teknik Himrem II.2 pada campuran beton. Modifikasi dilakukan dengan cara penyinaran campuran HDPE dengan bahan alam yang dapat bertindak sebagai fotosensitizer. Penyinaran dilakukan selama 5 hari, dengan bahan alam 1%, guna memasukkan gugus karboksilat pada rantai HDPE. Diharapkan gugus karboksilat yang terbentuk akan bereaksi dengan gugus OH dari hidrasi semen, membentuk gugus –O- sehingga dapat menaikkan ke fleksibelan bahan. Kekuatan tarik beton dilakukan dengan uji tari belah. Pada kertas kerja ini akan dipaparkan perubahan gugus fungsi dan sifat mekanik HDPE akibat penyinaran,serta pengaruh penambahan 5% hasil modifikasi HDPE 1% terhadap kekuatan tarik beton. Hasil Penelitian menunjukan terjadi gugus kaboksilat pada rantai HDPE akibat penyinaran , gugus ester pada campuran hasil modifikasi dengan beton, serta terjadi kenaikkan uji tarik akibat penambahan hasil modifikasi. Diharapkan cara ini dapat mengatasi kekurangan sifat beton. Kata kunci: HDPE, T.Himrem II.2 .Beton
1.
PENDAHULUAN
Secara umum material beton normal mempunyai lebih banyak kelebihannya dibandingkan dari kekurangannya. Dibandingkan dengan material struktur lainnya, kayu dan baja, beton mempunyai kelebihan : lebih murah, mudah dibentuk (memudahkan arsitek untuk berkreasi), tahan terhadap api yang tinggi, mempunyai kekakuan yang tinggi, biaya perawatan yang rendah serta bahan bakunya mudah didapat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa beton normal juga mempunyai kekurangan, antara lain sifatnya yang getas atau kekuatan tariknya yang rendah. Walaupun kelemahan material beton ini telah diatasi dengan menanamkan tulangan dari baja pada bagian yang tertarik dari struktur sehingga membentuk struktur beton bertulang, namun tetap ada masalah pada struktur, yakni terbatasnya kemampuan penampang beton bertulang untuk berdeformasi secara inelastik pada saat dikenai gaya yang besar, seperti gempa misalnya. Hal ini disebabkan karena bagian beton yang tertarik tersebut sudah mulai retak sedangkan tulangan bajanya masih baik.Kemampuan beton berdeformasi secara inelastik ini disebut juga dengan daktilitas. Daktilitas beton yang rendah dicermin oleh kurva tegangan-regangannya yang memiliki penurunan kekuatan tekan yang cepat pada daerah beban pasca puncak, sehingga menyebabkan keruntuhan terjadi tiba-tiba. Muin,H (2005, 2007) telah berhasil memasukkan gugus karboksilat pada rantai LLDPE ( Linear Low Density Polyethylene) hasil proses T.Himrem II.2 dengan cara penyinaran. HDPE merupakan suatu jenis polietilen yang lebih kuat dari LLDPE. Penyinaran HDPE hasil proses T.HimremII.2 diharapkan dapat menghasilkan gugus karboksilat. . Gugus karboksilat yang terbentuk diharapkan dapat bereaksi dengan gugus OH yang berasal dari hidrasi semen pada saat proses pembuatan beton sehingga membentuk gugus –O- yakni suatu gugus fungsi yang fleksibel. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan suatu beton yang lebih fleksibel atau mempunyai kekuatan tarik dan daktilitas yang lebih tinggi .
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Beton Normal Beton merupakan bahan struktur bangunan dari proses pencampuran semen, pasir, kerikil, air dan bahan tambah (admixture atau additive kalau diperlukan) dengan komposisi tertentu. Beton normal merupakan beton dengan
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 227
Material
kekuatan tekannya kurang dari 50 Mpa (Supartono, 1998 da-lam Mulyono, T., 2005). Beton normal ini biasa ditemukan sehari-hari pada pengerjaan konstruksi bangunan. Ada 2 macam proses yang terjadi pada pencampuran beton ini, yakni proses fisika dan proses kimiawi. Hasil proses fisika pada beton akan baik atau menghasilkan beton dengan kinerja yang baik jika material yang digunakan dengan kinerja yang baik pula serta komposisi bahan yang tepat pula. Kinerja Beton dapat dinilai dari : Kemudahan dalam proses pencampuran dan penuangan di lapangan, diukur dari kelecekannya. Kekuatannya, baik kekuatan tarik maupun kekuatan tekannya. Keawetannya. Peningkatan kelecakan dapat dilakukan dengan penambahan air pada campuran beton. Namun cara ini berbanding terbalik dengan kekuatan beton. Namun dengan adanya bahan-bahan admixture yang mudah dipeoleh saat ini peningkatan kelecakan ini dapat dilakukan tanpa penambahan air sehingga tidak mengurangi kekuatan beton. Beberapa usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja beton lewat proses fisika ini, antara lain : Pemilihan material pembentuk beton yang baik dan tepat, baik semen, pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar) maupun air yang digunakan. Penambahan bahan tambah yang sesuai kebutuhan.. Penambahan serat pada campuran beton. Serat yang digunakan dapat berupa serat sintetis seperti serat asbestos, serat Polypropylene serat nylon maupun serat alami seperti serat kelapa, serat ijuk, dll Dan lain-lain Beberapa penelitian serat Polypropylene serat nylon telah dilakukan antara lain, penelitian yang dilakukan Ruslie, Purnomo, G. (1997), Yohanes, L.., Adianto, D., Joewono, T. B., (2006), Kartini, W., (2007). Penelitian yang diakukan oleh Ruslie, Purnomo, G. (1997) dengan menambahkan Polypropylene 0,3 % dari volume campuran beton. Penambahan Polypropylene ini dapat meningkatkan kuat tarik belah beton sebesar 20,07 %, kuat tekan sebesar 23,06 %, kuat lentur sebesar 35,32 %, modulus elastisitas sebesar 9,18 % dan regangan tarik elastis sebesar 52,83 %. Penelitian yang dilakukan Pratikno (2010) berhasil membuat beton ringan dengan menggunakan agregat kasar dari limbah botol plastik jenis PET, namun kekuatan tarik yang diperoleh lebih rendah dari beton normal. Penelitian ini ingin mengkaji peningkatan kinerja beton normal terutama kekuatan tarik melalui proses kimiawi dengan proses pengerjaan yang tidak terlalu rumit.
Polietilen Polietilen merupakan suatu kopolimer etilen dengan rumus kimia -(CH2 - CH2)-n. Berdasarkan bentuk strukturnya polietilen terbagi menjadi : HDPE (High Density Polyethylene) adalah suatu jenis polietilen yang berbentuk lurus, padat, kaku, mempunyai berat jenis (0,941-0,965 g/cm3), titik leleh sekitar 1350C serta mempunyai derajat kristalinitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan polietilen lainnya. Polimer ini dihasilkan pada tekanan rendah, dengan katalis Ziegler– Natta. LLDPE (Linear Low Density Polyethylene), merupakan suatu polimer yang berbentuk lurus, dengan jenis cabang rantai pendek dan mempunyai berat jenis 0,926-0,940 g/cm3. Polimer ini pertama kali dihasilkan pada tahun 1976, menggunakan proses tekanan rendah pada temperatur sekitar 100oC. Polimer ini tidak begitu kaku seperti HDPE dan tidak begitu amorf seperti LDPE. LDPE (Low Density Polyethylene) adalah suatu jenis polietilen yang mempunyai banyak cabang dengan rantai yang agak panjang, dan dihasilkan pada proses tekanan tinggi melalui reaksi radikal. Akibat banyaknya cabang, maka polimer ini mempunyai berat jenis yang lebih rendah yaitu 0,910-0,925 g/cm3 dengan jumlah cabang ratarata berkisar sekitar 1/20 sampai 1/100 gugus metilen per molekul dan titik leleh sekitar 105-1150C. Polimer ini lebih bersifat amorf dan kurang bersifat kristalin dibandingkan polietilen lainnya. ,Bentuk struktur ketiga jenis polietilen tersebut dapat digambarkan seperti berikut :
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 228
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Gambar II.1 Bentuk struktur polietilen (Billmeyer, 1984; Odian, 1991; Seymour, 1988; Steven, 1975) Akibat bentuknya yang kaku HDPE dan sukar terdegradasi, HDPE banyak dipakai sebagai agregat dalam pembuatan bahan bangunan .
Semen Semen mengandung unsur-unsur kimia seperti berikut: Trikalsium silikat (C3S) Dikalsium silikat (C2S) Trikalsium aluminat Tetrakalsium aluminofe Gipsum Penambahan air pada semen akan menghasilkan senyawa Tobermorite dengan rumus Ca5Si6O16(OH)2.4H2O. Adanya gugus OH pada senyawa ini diharapkan akan bereakasi dengan gugus karboksilat hasil modifikasi polietilen 3.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan dan alat Bubuk HDPE diperoleh dari PT Chandra Asri Jakarta. Bahan alam yang akan bertindak sebagai fotosensitizer didapat dari daerah sekitar Yogyakarta. Semen yang digunakan berasal dari PT Semen Gresik. Agregat kasar diperoleh dari toko material di jl. Joglo Raya Jakarta Barat berupa batu pecah, sedangkan agregat halus menggunakan pasir hasil sisa proses pemecahan batu pecah dari Tangerang. Penyinaran dilakukan dalam Box kaca yang pinggirnya diberi lobang untuk mengalirkan udara, Penyinaran dilakukan di udara terbuka di Yogyakarta. .Karakterisasi dilakukan dengan cara melakukan analisis gugus fungsi menggunakan FTIR ( Fourier Transfrom Infra Red) merk Shimadzu dan Perkin Elmer, dan sifat mekanik dengan cara menentukan kuat putus dan % perpanjangan menggunakan otograf . Kekuatan tarik beton diperoleh dari uji tarik tidak langsung (kuat tarik belah) pada benda uji berbentuk silinder (tensile splitting cylinder test) berdasarkan SNI 03-2491-1991 dengan menggunakan mesin uji tekan beton di laboratorium ilmu bahan Teknik Sipil Universtias Mercubuana dengan merk Control produk Milano, Italia. Dengan alat yang sama juga dilakukan pengujian kuat tekan beton pada komposisi campuran yang sama.
Metoda Penelitian Cara Modifikasi HDPE Modifikasi dilakukan dengan cara mencampur HDPE dengan bahan alam 10% melalui proses T.Himrem II.2. Hasil campuran kemudian disinar dengan sinar matahari. dalam Box kaca yang pinggirnya diberi lobang untuk mengalirkan udara, Penyinaran dilakukan selama 5 hari di udara terbuka di Yogyakarta.
Rancangan Campuran Beton dan Benda Uji Rancangan campuran beton menggunakan metoda ICI dengan target kuat tekan beton pada umur 28 hari = 20 Mpa. Berdasarkan desain campuran beton untuk target kuat tekan 20 Mpa ini dibuat benda uji beton berupa silinder untuk kuat tarik belah dan silinder + kubus untuk kuat tekan. Benda-benda uji tersebut dibuat dalam 2 kelompok, yakni benda uji tanpa menggunakan HDPE modifikasi dan benda uji dari campuran beton dengan menambahkan 1 % HDPE modifikasi terhadap berat semen. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 229
Material
Karakterisasi Hasil Modifikasi HDPE Analisa gugus fungsi Analisa gugus fungsi dilakukan terhadap sample HDPE yang berupa bubuk dengan mengunakan FTIR merk Perkin Elmer.
Uji sifat mekanik Uji sifat mekanik ditentukan dengan menentukan kuat putus dan perpanjangan saat putus sample berbentuk film tipis mengunakan alat otograf, dengan test speed = 10 mm/ menit
Karakterisasi Campuran Hasil Modifikasi HDPE dengan Campuran Beton Analisa gugus fungsi Analisa gugus fungsi dilakukan terhadap sample yang berupa bubuk dari mortar semen yang sudah ditambahkan HDPE modifikasi sebanyak 1 % dan 5 % terhadap berat semen dengan mengunakan FTIR merk Perkin Elmer.
Pengujian Sifat Mekanik Campuran Hasil Modifikasi dengan campuran beton Uji tarik belah dilakukan terhadap benda uji berbentuk silindar, baik untuk benda uji dari campuran beton yang ditambah HDPE modifikasi sebanyak 1 % terhadap berat semen ( 1 % HDPE modifikasi) maupun terhadap benda uji tanpa menggunakan HDPE modifikasi (0 % HDPE modifikasi) pada umur beton 3 hari dan 14 hari. Benda uji silinder diletakkan pada alat uji tekan dalam posisi rebah, kemudian beban vertikal diberikan sepanjang selimut selinder berangsur-angsur dinaikan pembebanannya dengan kecepatan 265 kN/menit hingga dicapai nilai maksimum dan terbelah oleh karena beban tarik horizontal. Kuat tarik dihitung berdasarkan formula Method for Determination of Tensile Splitting (British Standart Institution, 1983),
dimana : T = kuat tarik belah (Mpa) P = gaya beban (N) L = Tinggi benda uji (mm) = 300 mm D = Diameter benda uji (mm) = 150 mm
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini diteliti perubahan struktur kimia yang terjadi pada HDPE yang dicampur 10 % bahan alami kemudian diberi penyinaran dengan mengunakan FTIR. Selain itu juga diteliti perubahan struktur kimia yang terjadi akibat penambahan campuran beton pada hasil modifikasi. Perubahan sifat mekanik dilakukan dengan menentukan sebelum dan sesudah fotooksidasi dengan otograf serta sebelum dan sesudah proses penambahan hasil modifikasi terhadap campuran beton.
Analisa Gugus Fungsi HDPE Sesudah Modifikasi Dengan FTIR Analisa gugus fungsi HDPE sesudah dapat dijelaskan melalui gambar spektra FTIR yang terlihat pada gambar 1 berikut ini:
1720.50
Gambar 1. Spektra FTIR Penyinaran 5 hari HDPE 1% Pada gambar 1 terlihat adanya puncak ikatan rangkap ujung pada 910,40 cm-1, ikatan rangkap pada 1635,64 cm-1, , gugus karboksilat pada 1720,50 cm-1, gugus ester pada 1743,65 cm-1,hydrogen peroksida 3371 cm-1dan OH bebas pada 3610, 74 cm-1. Adanya puncak-puncak di atas menunjukkan telah terjadi reaksi oksidasi pada rantai HDPE akibat penyinaran.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 230
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Analisa Sifat Mekanik HDPE Sebelum dan Sesudah Pencampuran dengan Bahan Alam, Serta Sesudah 5 Hari Penyinaran Analisa sifat mekanik HDPE sebelum dan sesudah pencampuran dengan bahan alam, serta penyinaran terlihat pada Tabel 1 di bawah ini.
sesudah 5 hari
Tabel 1. Sifat Mekanik HDPE Sebelum dan Sesudah Pencampuran Dengan Bahan Alam, Serta Sesudah 5 hari Penyinaran Jenis Sample Kuat Putus Perpanjangan Modulus (MPa) (%) (MPa) HDPE murni 23,1918 10,1414 228,68 HDPE murni 5 hari penyinaran 24,5532 10,2124 240,4254 HDPE+ BA1 10% 0 hari 23,5527 9,4030 250,4807 HDPE+ BA1 10% 5 hari penyinaran 23,6976 6,2396 379,7936 Tabel di atas menunjukkan terjadi kenaikkan kuat putus HDPE murni maupun HDPE + BA 1 10% akibat penyinaran. Hal ini kemungkinan karena terjadinya ikatan silang lebih dominan dibandingkan terjadinya pemutusan ikatan .Terjadinya penurunan % perpanjangan kemungkinan akibat menurunnya jumlah ikatan rangkap (suatu gugus yang fleksibel ) akibat terbentuknya ikatan silang.
Analisa Gugus Fungsi Campuran Hasil HDPE Modifikasi pada Mortar Semen Menggunakan FTIR Analisa gugus fungsi sebelum dan setelah penambahan HDPE modifikasi pada campuran mortar semen dapat dijelaskan melalui gambar spectra FTIR pada Gambar 2 berikut.
1801.51
1658.78
80
713.66
2374.37
90
2922.16 2854.65
3944.43 3909.71 3778.55
%T
2513.25
100
1801,51
(a)
70
524.64
1419.61
987.55
40
457.13 420.48
1112.93
3639.68
3450.65
50
873.75
1658,78
60
30
20 4500 Semen
4000
3500
3000
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
500 1/cm
(b)
105
520.78 1425.40
30
873.75
979.84
3641.60
1639,49
3446.79
45
1109.07
1795,73
60
459.06
75
1639.49
1795.73
2482.39 2372.44 2276.00
2922.16
90
3961.79
%T
15
4500 4000 3500 HDPE 1.% Bes 1 %
3000
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
500 1/cm
( c)
1801,51 1745,58 1658,78
Gambar 2, Spektra FTIR pada Mortar Semen (a) Mortar Semen Murni (b) Mortar Semen +1% HDPE 10% ( c) Mortar Semen + 5% HDPE 10%
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 231
Material
Pada gambar (b) dan ( c) terlihat adanya puncak baru pada 1795,73 cm-1 pada spectra (b) dan puncak pada 1745 cm-1 pada spectra (c) dan tidak terlihat adanya puncak 1720,05 cm-1 dari hasil modifikasi HDPE seperti terlihat pada gambar 1, menunjukkan telah ah teejadi reaksi kimia antara hasil modifikasi dengan semen. Kemungkinan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 1) Gugus karboksilat dari hasil modifikasi HDPE akan bereaksi dengan gugus OH yang berasal dari hidrasi semen sebagai berikut: R -C=O + OH – Semen R - C = O + H2O O - semen OH hasil Adanya gugus -O- suatu gugus yang fleksibel pada has il reaksi diharapkan akan dapat meningkatkan kefleksibelan beton normal kibat mekanik pada saat pencampuran hasil modifikasi dengan semen dapat terjadi reaksi berikut : 2) Akibat
O
O
: CH 2
_
C
_
CH 2
CH 2
CH 2 _
C H
_
_
C
*
+
* CH 2
CH 2
O
* _
CH 2
_
CH O
_ CH 2 _
C
_
H2
O
Ester
Hasil Uji Belah dan Uji Tekan Beton dengan dan Tanpa Penambahan HDPE Modifikasi Berdasarkan sifat mekanik yang diperoleh dari Tabel 1 di atas, dimana sifat mekanik terbaik ditunjukkan oleh HDPE modifikasi dengan menggunakan 10 % bahan alami serta penyinaran 5 hari, maka dilakukan pembuatan benda uji berbentukk silinder sebanyak 8 buah dan kubus sebanyak 4 buah dari campuran beton dengan penambahan 1% HDPE modifikasi terhadap berat dan benda dengan jumlah yang sama dari campuran beton tanpa penambahan HDPE mdifikasi. Hasil uji belah kedua campuran tersebut sepe seperti terlihat pada Tabel 2 berikut.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 232
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Tabel 2 Kuat Tarik Beton Normal dan Beton Normal + 1% HDPE Modifikasi
No Umur Uraian sample (hr) S01 Beton normal 3 S02 Beton normal 3 S03 Beton normal 3 Beton normal + 1 % 3 S11 HDPE mdifikasi Beton normal + 1 % 3 S12 HDPE mdifikasi Beton normal + 1 % S13 HDPE mdifikasi 3 S05 Beton normal 14 S06 Beton normal 14 S07 Beton normal 14 Beton normal + 1 % 14 S15 HDPE mdifikasi Beton normal + 1 % S16 HDPE mdifikasi 14 Beton normal + 1 % S17 HDPE mdifikasi 14
P (kN)
T (Mpa)
T-rata2 (Mpa)
27,5 28 29,5
0,389 0,396 0,417
31
0,439
31,5
0,446
35
0,495
42 41 39
0,594 0,580 0,552
43
0,608
49
0,693
46
0,651
Dari Tabel 2 di atas terlihat ada kenaikan kuat tarik beton normal pada penambahan 1% HDPE modifikasi terhadap berat semen sebesar 14,71 % pada umur beton 3 hari dan 13,11 % pada umur beton 14 hari. Tabel 3 Kuat Tekan Beton Normal dan Beton Normal + 1% HDPE Modifikasi
No Uraian sample S04 Beton normal K01 Beton normal K02 Beton normal Beton normal + 1 % HDPE S14 mdifikasi Beton normal + 1 % HDPE K11 mdifikasi Beton normal + 1 % HDPE K12 mdifikasi S08 Beton normal K03 Beton normal K04 Beton normal S18 K23 K14
Beton normal + 1 % HDPE mdifikasi Beton normal + 1 % HDPE mdifikasi Beton normal + 1 % HDPE mdifikasi
silinder kubus kubus
Umur (hr) 3 3 3
silinder
3
150
8,488
21,221
kubus
3
225
8,185
20,463
kubus
3
234
8,512
21,281
silinder kubus kubus
14 14 14
342 465 472
19,353 16,916 17,170
21,992 19,222 19,512
silinder
14
351
19,863
22,571
kubus
14
484
17,607
20,008
kubus
14
495
18,007
20,463
Bentuk
P (kN)
fc' (Mpa)
149 221 215
8,432 8,039 7,821
fc' konversi 28 hr (Mpa) 21,079 20,099 19,553
fc'-rata2 (Mpa)
Dari Tabel 3 terlihat ada sedikit kenaikan kuat tekan beton normal pada penambahan 1% HDPE modifikasi terhadap berat semen sebesar 3,67 % pada umur beton 3 hari dan 3,8 % pada umur beton 14 hari.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 233
Material
5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Fotooksidasi HDPE dari hasil teknik HIMREM II.2 dapat menghasilkan gugus karbonil, ikatan rangkap dan ikatan rangkap ujung 2. Pencampuran hasil modifikasi HDPE dengan semen dapat menghasilkan ester suatu gugus yang mempunyai rantai fleksibel. 3. Diperoleh kenaikan kuat tarik beton normal yang cukup baik, dibanding kenaikan kuat tekan beton normal dengan penambahan HDPE modifikasi pada campuran beton normal.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami ucapkan kepada Dirjen Dikti yang telah memberikan dana Penelitian Hibah Bersaing sehingga peneltian ini dapat terlaksana. Terima kasih kami ucapkan juga pada Universitas Mercu Buana, Universitas Islam Indonesia yang telah memberikan tempat serta fasilitas lainnya . Disamping itu tak lupa kami mengucapkan terima kasih sebanyaknya banyak kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan selama penelitian ini .DAFTAR PUSTAKA Albertsson, A.N, S.D.Andersson, dan S,Karlsson.(1987).,. The Mechanism of Biodegradation of Polyethylene, Polym, Degrad,Stab, 18, 73-78 Kartini,W.,(2007), ”Penggunaan serat Polypropylene Untuk Meningkatkan Kuat Tarik Belah beton”,JurnalRekayasa Perencanaan, Vol. 4 No. 1, Oktober 2007. Muin, H. , Denis, P. I., Lestari, H. S., Linar, Z. U (2007), “Pembuatan Plastik Yang Dapat Terbiodegradasi dari Hasil Fotooksidasi LLDPE”, Laporan Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2007. Muin,H. (2005), “ Memasukkan Gugus Fungsi Pada Rantai LLDPE (Linear Low Density Polyethylene) Untuk Memudahkan Degradasi,” Disertasi, ITB (2005) Muin, H, Kamariah Anwar, estari,H.S Linar,Z.U (2010),Pembuatan Plastik yang dapat dapatTerbiodegradasi dari Hasil Fotooksidasi LLDPE, Laporan Penelitian Hibah Kompettif Dikti 2010. Mulyono, T. , 2005, ”Teknologi Beton”, Andi Offset, Yogyakarta. Pratikno (2010), ”Beton Ringan Ber-agregat Limbah Botol Plastik Jenis PET (Poly Ethylene Terephthalate)”, Seminar Nasional Teknik Sipil 2010, Politeknik Negeri Jakarta. Ruslie, Purnomo, G. (1997), ”Pengaruh Pemakaian Serat Polypropylene pada Kapasitas Regangan Tarik Elastis, Inelastic, Penyerapan Energi, Kuat Geser Serta Sifat Mekanik Lainnya pada Beton”, FT UI. Yohanes, L.., Adianto, D., Joewono, T. B., (2006), ”Penelitian Pendhuluan Hubungan Penambahan Serat Polimeric Terhadap Karakteristik Beton Normal”, Dimensi Teknik Sipil Volume 8, September 2006.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 234
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013