PENGARUH ATM SEBAGAI FINANCIAL INNOVATION TERHADAP UANG PRIMER DI ASEAN 5, JEPANG, DAN KOREA TAHUN 2004-2010 Novillia Chandra Lana Soelistianingsih Email:
[email protected] Telepon: +6281586175639 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengukur pengaruh financial innovation yang diproksikan dengan jumlah terminal ATM, pendapatan riil, inflasi, dan financial development terhadap uang primer di ASEAN 5, Jepang, dan Korea dari tahun 2004 sampai 2010. Dengan menggunakan metode Generalized Least Square untuk data panel, penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah terminal ATM sebagai proksi dari financial innovation secara signifikan berpengaruh positif terhadap uang primer. Variabel independen lainnya, seperti PDB riil dan inflasi juga secara signifikan berpengaruh positif terhadap uang primer. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa negara dengan financial development yang lebih baik akan memiliki uang primer yang lebih rendah. Kata Kunci: Financial Innovation, Uang Primer, Data Panel Klasifikasi JEL: E41 Abstract This research measures the influence of financial innovation which proxied by ATM terminals, real income, inflation, and financial development to base money in ASEAN 5, Japan, and Korea from 2004 until 2010. Using Generalized Least Squaremethod for panel data, this thesis shows that ATM terminals positively affect base money. Other independen variabels, such as real GDP and inflation also show positive impact to base money. Countries with good financial development have lower money base. Keyword: Financial Innovation, Base Money, Panel Data JEL Classification: E41 1.
Pendahuluan Transaksi merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan setiap hari sehingga kemudahan transaksi menjadi hal penting bagi masyarakat. Kemudahan transaksi dapat diperoleh dengan adanya teknologi dalam melakukan pembayaran. Teknologi dalam melakukan transaksi terus mengalami perkembangan yang ditunjukkan dengan adanya financial innovation. Adanya financial innovation membuat peran sistem pembayaran menjadi semakin penting dalam perekonomian. Peran penting sistem pembayaran dalam perekonomian adalah untuk menjaga stabilitas keuangan dan perbankan, sebagai sarana transmisi kebijakan moneter, dan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi suatu negara (Sheppard, 1996). Financial innovation dapat mempengaruhi transmisi kebijakan moneter karena dapat mempengaruhi inflasi. Financial innovation dapat mempengaruhi inflasi melalui adanya pengaruh dari financial innovation terhadap jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Jika financial innovation dapat menyebabkan peningkatan uang beredar, maka adanya financial innovation dapat menyebabkan peningkatan inflasi. Masalah ini membuat dilakukan beberapa studi untuk melihat pengaruh dari adanya financial innovation terhadap uang di berbagai negara. Penelitian tersebut antara lain melihat perkembangan teknologi pembayaran terhadap uang tunai di Turki (Zeynep, 2011), pengaruh penggunaan kartu debit terhadap permintaan uang tunai di 13 negara OECD (Amromin & Chakravorti, 2007), pengaruh penggunaan instrumen pembayaran berbasis kartu terhadap permintaan uang di Belgia (Laura, 2001), determinan permintaan uang tunai (Alvarez, 2009), pengaruh financial innovation terhadap terjadinya currency substitution (Guidotti, 1993), pengaruh dari model dinamik inovasi dalam sistem keuangan terhadap pemintaan uang (Irreland, 1995), dan pengaruh financial innovation terhadap permintaan uang di Chili dan Meksiko (Arrau dan Gregorio, 1993), pengaruh dari financial innovation terhadap uang yang dipegang oleh mayarakat di Kanada (Milbourne, 1986), perbedaan pengaruh financial innovation terhadap permintaan uang di Inggris dan Jerman (Mariscal, 1995), pengaruh ketidakpastian kondisi moneter yang dikarenakan perkembangan sistem pembayaran terhadap permintaan uang di Amerika Serikat (Woon, 2003), pengaruh jenis pembayaran lainnya selain uang tunai terhadap permintaan uang di Amerika Serikat (Meyer, 1975), pengaruh pembayaran elektronik terhadap permintaan uang tunai di Jepang (Fujiki, 2010), pengaruh perkembangan teknologi dalam pembayaran terhadap permintaan uang tunai di Italia (Lippi, 2009), pengaruh adanya perkembangan sistem pembayaran terhadap permintaan uang di Nigeria (Odularu, 2009), pengaruh volume pembayaran non tunai terhadap permintaan
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
uang di Jamaika (Reid, 2008). Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat pengaruh dari financial innovation terhadap jumlah uang primer di ASEAN 5, Jepang, dan Korea. Perkembangan teknologi pembayaran dapat digambarkan melalui kemudahan masyarakat dalam mengakses jasa transaksi tersebut melalui banyaknya terminal ATM (Lippi, 2009). Uang yang beredar di ASEAN 5, Jepang, dan Korea tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan teknologi transaksi, melainkan juga faktor lain. Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh dari financial innovation yang diproksikan dengan jumlah terminal ATM, pendapatan, inflasi, dan perbedaan financial development terhadap uang primer di ASEAN 5, Jepang, dan Korea. Perbedaan financial development antar negara dilihat dari perbedaan M2 per Produk Domestik Bruto (PDB) nominal masing-masing negara. Negara dengan financial development yang lebih baik memiliki M2 per PDB nominal yang relatif lebih tinggi, yaitu Singapura (135,65%), Jepang (239,99%), dan Korea (78,12%). Negara dengan financial development yang kurang baik memiliki M2 per PDB nominal yang relatif lebih rendah, yaitu Indonesia (38,74%), Malaysia (138,55%), Filipina (59,80%), dan Thailand (128,27%). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh financial innovation yang diproksikan dengan jumlah terminal ATM, pendapatan, inflasi, dan perbedaan financial development masing-masing negara terhadap uang primer di ASEAN 5, Jepang, dan Korea pada tahun 2004-2010. 2.
Tinjauan Literatur Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori permintaan uang untuk melihat determinan dari uang primer dan ekstensifikasi teori permintaan uang klasik untuk melihat pengaruh dari financial innovation. Salah satu teori mengenai permintaan uang adalah teori yang dikemukakan oleh Irving Fisher dalam The Quantity Theory of Money (Mankiw,2007), yaitu: MV = PT dimana M adalah jumlah uang yang beredar, V adalah kecepatan uang beredar (velocity of money), P adalah tingkat harga, dan T adalah jumlah transaksi. Jumlah transaksi merupakan suatu hal yang sulit diukur sehingga diproksikan dengan jumlah pendapatan riil yang dilambangkan dengan Y, sehingga menjadi : MV = PY dimana Y merupakan pendapatan riil. PY merupakan pendapatan nominal. The quantity theory of money memiliki aliran selain yang dikemukakan oleh Irving Fisher yaitu Cambridge Equation yang dicetuskan oleh Alfred Marshall. Persamaannya adalah sebagai berikut. Dimana Md adalah permintaan uang yang digunakan untuk transaksi, k adalah bagian dari pendapatan nasional yang ditahan sebagai uang, dan PY adalah nilai transaksi. Teori ini melihat bahwa salah satu yang mempengaruhi jumlah uang adalah proporsi dari pendapatan yang ditahan sebagai uang yang dinotasikan dengan k. Variabel ini dipengaruhi oleh behavior masyarakat dalam memegang uang, salah satunya financial innovation. Nilai dari k=1/V, menunjukkan k berhubungan negatif velocity of money yang dinotasikan dengan V. Velocity of money merupakan multiplier dari permintaan uang. Teori klasik mengasumsikan bahwa velocity bernilai konstan karena behavior masyarakat diasumsikan tetap. Implikasinya adalah permintaan uang bersifat konstan. Dalam perkembangannya, ditemukan bahwa nilai dari velocity tidak konstan. Hal ini menyebabkan velocity mempengaruhi permintaan uang. Semakin cepat uang beredar, penciptaan permintaan uang akan semakin tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan, financial innovation dapat mempengaruhi permintaan uang, terkait dengan kecepatan uang beredar. Teori lainnya yang menunjukkan determinan dari permintaan uang di suatu negara adalah teori permintaan uang oleh John Maynard Keynes yang menyatakan bahwa ada tiga motif untuk memegang uang, yaitu transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi (Mishkin,2010). Permintaan uang yang digunakan untuk transaksi dan baerjaga-jaga dipengaruhi oleh pendapatan dimana keduanya berhubungan positif. Permintaan uang untuk spekulasi ditujukan untuk mengambil keuntungan dari ketidakpastian yang terjadi dimasa mendatang sehingga berhubungan negatif tingkat suku bunga yang merupakan pengembalian jika memegang aset lain selain uang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa menurut J.M. Keynes permintaan uang dipengaruhi oleh pendapatan dan tingkat suku bunga. Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut. Md = f ( Y, i ) d M merupakan permintaan uang, Y merupakan pendapatan, dan i merupakan tingkat suku bunga. Permintaan uang berhubungan positif dengan pendapatan dan berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga. Teori ini dimodifikasi oleh Milton Friedman dimana permintaan uang dipengaruhi oleh pendapatan permanen dan selisih pengembalian dari uang dan jenis kekayaan lainnya seperti obligasi dan saham (Friedman, 1956). Sehingga fungsi permintaan uang menjadi sebagai berikut.
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
Md/P merupakan permintaan uang riil, Yp adalah pendapatan permanen, rm adalah ekspektasi balas jasa uang, rb adalah ekspektasi balas jasa obligasi, re adalah ekspektasi balas jasa saham, dan πe adalah ekspektasi inflasi. Permintaan akan uang dipengaruhi secara positif oleh pendapatan permanen dan secara negatif oleh selisih antara balas jasa obligasi dan uang, selisih antara balas jasa saham dan uang, dan selisih antara ekspektasi inflasi dan balas jasa uang. Teori permintaan uang lainnya adalah dikemukakan oleh Baumol dan Tobin (1952). Seorang individu menerima gaji atau balas jasa sebanyak n kali dalam 1 periode yang biasanya dinyatakan dalam bentuk tahun. Setiap kali menerima gaji, ia mengeluarkan E rupiah dan sisanya disimpan sebagai uang tunai atau kekayaan lainnya yang mendapatkan balas jasa. Fungsi dari permintaan uang menjadi seperti berikut. Dimana Mi adalah permintaan uang seorang individu, αi adalah average prospensity to spend, ni adalah berapa kali dalam 1 periode/ tahun seseorang menerima gaji, dan Yi adalah aggregate annual income. Sehingga permintaan seseorang akan uang dipengaruhi secara positif oleh total pendapatan dan average prospensity to spend, serta dipengaruhi secara negatif oleh frekuensi penerimaan gaji. Baumol dan Tobin (1952) juga menyatakan mengenai determinan dari permintaan uang. Dalam teori diatas tidak diperhitungkan uang yang disimpan dalam bentuk kekayaan yang menghasilkan balas jasa dan tidak memperhitungkan adanya biaya yang harus dikeluarkan untuk mengambil uang tunai dari bank (Baumol,1952). Baumol dan Tobin mengikutsertakan adanya biaya transaksi yang disebabkan oleh dua hal diatas sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan uang. Fungsi permintaan uang menurut Inventory Theoretic Model menurut Baumol dan Tobin adalah sebagai berikut. √ M0* merupakan permintaan uang berbanding lurus dengan n (frekuensi penerimaan gaji), b (biaya transaksi yang harus dikeluarkan setiap kali pergi ke bank), E (jumlah uang tunai yang digunakan) dan berbanding terbalik dengan r dimana r merupakan balas jasa dari kekayaan lain selain uang sehingga termasuk dalam biaya transaksi karena merupakan biaya peluang dari memegang uang tunai. Model permintaan uang Baumol dan Tobin tersebut merupakan fungsi permintaan uang yang mengakomodasi adanya financial innovation dalam biaya transaksi. Adanya financial innovation, dapat menurunkan biaya transaksi sehingga menurunkan jumlah uang yang ditahan. Pengaruh dari financial innovation terhadap uang dapat digambarkan melalui dynamic inventory model of money demand (Alvarez, 2009). Model ini memodifikasi inventory model oleh Baumol-Tobin dengan menambahkan asumsi adanya kemungkinan melakukan penarikan uang tunai tanpa biaya sedangkan di waktu lainnya, terdapat biaya penarikan uang sebesar b. Probabilitas melakukan penarikan uang tunai tanpa biaya adalah sebesar p. Contoh penarikan uang tanpa biaya adalah penarikan uang yang dilakukan melalui ATM. Nilai p dan b berbanding terbalik. Model permintaan uang ini mengasumsikan bahwa penarikan uang dilakukan secara deterministik, yaitu penarikan uang dari tabungan hanya akan dilakukan jika uang yang dipegang telah habis digunakan. Model permintaan uang jika terdapat penarikan uang secara deterministik mengasumsikan bahwa masyarakat membiayai konsumsi mereka yang sebesar cdengan uang yang diambil dari tabungan di banksebanyaknkali. Sehingga pada setiap kali pengambilan uang, jumlah uang yang diambil adalah sebesar W dimana W=c/n. Pengambilan uang dikenakan biaya tetap pada setiap pengambilannya sebesar b. Namun, tidak setiap kali pengambilan uang terdapat biaya. Terdapat pengambilan uang yang tidak terdapat biaya. Banyaknya pengambilan uang yang tidak dikenakan biaya adalah sebesarp. Total pengambilan uang adalah sebanyak n kali sehingga pengambilan uang yang tidak dikenakan biaya adalah sebanyak selisih antara p dan n. Selain biaya pengambilan uang, terdapat biaya peluang dari memegang uang yaitu suku bunga simpanan yang dinotasikan dengan R. Berdasarkan dengan teori ini, permintaan uang merupakan fungsi dari banyaknya pengambilan uang yang tidak dikenakan biaya yaitu sebesar p kali, biaya untuk pengambilan uang sebesar b, dan biaya peluang sebesar R. Berdasarkan teori ini, fungsi permintaan uang adalah seperti persamaan dibawah ini. √
̂
dimana
̂
Adanya financial innovation yang digambarkan melalui keberadaan terminal ATM dan cabang bank akan mempengaruhi jumlah penarikan yang tidak dikenakan biaya dan besarnya biaya yang dikenakan untuk pengambilan uang dengan biaya. Semakin banyak jumlah terminal ATM, maka semakin banyak jumlah penarikan uang yang tidak dikenakan biaya (p kali). Hal ini dikarenakan pengambilan uang yang tidak dikenakan biaya adalah pengambilan uang yang dilakukan melalui terminal ATM. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keduanya berhubungan positif. Sedangkan, jumlah terminal ATM atau cabang bank berhubungan negatif dengan biaya yang dikeluarkan dalam setiap kali pengambilan uang (b). Hal ini dikarenakan dalam pembentukan model ini diasumsikan bahwa biaya yang dikeluarkan tergantung pada Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
jarak ke ATM atau cabang bank. Semakin jauh jaraknya, maka semakin tinggi biaya yang dikeluarkan. Sehingga semakin banyak jumlah terminal ATM dan cabang bank dapat menurunkan biaya transaksi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan modifikasi inventory model, financial innovation dapat mempengaruhi biaya dalam mengambil uang dari tabungan dan meningkatkan kemungkinan mengambil uang tanpa adanya biaya. Sehingga, financial innovation dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Financial innovation merupakan salah satu variabel endogen yang mempengaruhi permintaan uang (Irreland, 1995). Model permintaan uang ini berasal dari model permintaan uang oleh Goldfeld (1976) yang menyatakan bahwa permintaan uang merupakan fungsi dari pendapatan nasional riil dan suku bunga nominal. Model permintaan dengan memasukkan financial innovation adalah sebagai berikut. {
}
{
}
Dimana Mt adalah jumlah permintaan uang dan Pt adalah tingkat harga, sehingga Mt/Pt merupakan permintaan uang riil f(kt) merupakan fungsi dari modal, et merupakan jumlah endowment yang dimiliki oleh masyarakat yang akan digunakan untuk melakukan konsumsi, st merupakan jumlah barang yang akan dikonsumsi, Rt-1 merupakan tingkat suku bunga nominal. Permintaan uang riil dipengaruhi oleh besarnya endowment yang dimiliki masyarakat yang akan digunakan untuk konsumsi yang dinotasikan dengan et. Jumlah endowment untuk melakukan konsumsi berbanding lurus dengan permintaan uang riil. Semakin besar endowment yang dimiliki seseorang, maka semakin besar kemampuan seseorang untuk melakukan konsumsi. Hal ini menyebabkan orang tersebut memiliki kebutuhan uang yang lebih besar sehingga semakin tinggi permintaan uang. Selain itu, permintaan uang riil juga dipengaruhi oleh jumlah barang yang akan di konsumsi yang dinotasikan dengan st. Permintaan uang riil dan jumlah barang yang akan dikonsumsi berbanding lurus. Semakin banyak jumlah barang yang akan dikonsumsi, maka semakin banyak uang yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi barangbarang tersebut. Hal ini membuat permintaan uang riil juga meningkat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa permintaan uang riil dipengaruhi secara positif oleh endowment yang dimiliki untuk melakukan konsumsi dan jumlah barang yang akan dikonsumsi. Permintaan uang riil dipengaruhi secara negatif oleh tingkat suku bunga nominal yang dinotasikan dengan Rt-1. Tingkat suku bunga nominal merupakan pengembalian dari jenis aset lainnya selain uang sehingga merupakan biaya peluang dari memegang uang. Hal ini menyebabkan keduanya berbanding terbalik. Faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan uang riil adalah fungsi dari modal yang dinotasikan dengan f(kt). Modal yang dimaksud adalah stok modal dalam suatu negara. Stok modal terus mengalami perubahan setiap periode karena adanya depresiasi dan investasi. Modal suatu negara digunakan untuk mengekspansi berbagai sektor dalam perekonomian, termasuk sektor keuangan. Jika modal suatu negara meningkat, maka dapat disimpulkan bahwa investasi pada periode tersebut lebih besar dari depresiasinya. Salah satu investasi yang dilakukan adalah investasi pada sektor keuangan.Investasi untuk sektor keuangan dapat mengindikasikan adanyafinancial innovation karena inovasi hanya dapat dilakukan dengan adanya aliran dana. Hal ini menunjukkan bahwa adanya investasi untuk melakukan inovasi sehingga terjadi financial innovation. Sehingga, fungsi dari modal ini mewakili investasi yang dikeluarkan untuk financial innovation yang mempengaruhi permintaan uang riil. Landasan teori diatas memperlihatkan bahwa uang primer merupakan fungsi dari pendapatan, inflasi, suku bunga, biaya transaksi, dan financial innovation. Penelitian terhadap pengaruh dari financial innovation terhadap permintaan uang tunai di Turki menunjukkan adanya hubungan antara keduanya (Zeynep, 2011). Penelitian ini melihat pengaruh dari volume transaksi dengan ATM dan kartu kredit, output, suku bunga, dan tingkat harga terhadap permintaan uang tunai di Turki. Dengan Polynomial Distributed Lag (PDL) dan Error Correction Model (ECM), determinan dari permintaan uang tersebut diuji apakah masing-masing signifikan mempengaruhi permintaan uang di Turki. Dengan menggunakan data di Turki dari tahun 2002 sampai 2011, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan ATM dan kartu kredit keduanya signifikan berpengaruh terhadap permintaan uang tunai di Turki secara negatif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaruh dari penggunaan ATM terhadap permintaan uang di Turki lebih besar dibandingkan pengaruh dari penggunaan kartu kredit. Namun baik kartu kredit maupun ATM, yang menujukkan pembayaran non-tunai memiliki pengaruh pada permintaan uang di Turki. Studi empiris lainnya melihat pengaruh penggunaan kartu debit terhadap penggunaan uang tunai di 13 negara OECD (Amromin dan Chakravorti, 2007). 13 negara OECD tersebut antara lain: Austria, Belgia, Kanada, Finlandia, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Swedia, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat. Indikator penggunaan kartu debit yang digunakan antara lain jumlah debit card terminals atau alat yang digunakan untuk pembayaran dengan kartu debit, jumlah mesin ATM, jumlah cabang bank, dan jumlah toko atau tempat yang menerima pembayaran dengan kartu debit. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh dari keempat indikator penggunaan kartu debit tersebut dan biaya peluang dari uang terhadap uang kartal per PDB sebagai proksi dari penggunaan uang di 13 negara OECD. Data yang digunakan adalah pooled data dari 13 negara OECD dari tahun 1988 sampai 2003. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa terdapat jumlah Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
terminal kartu debit dan mesin ATM secara signifikan berpengaruh negatif terhadap permintaan uang tunai. Sedangkan jumlah cabang bank dan jumlah toko yang tidak menerima pembayaran dengan kartu debit secara signifikan berpengaruh positif terhadap permintaan uang tunai. Penelitian mengenai pengaruh kartu pembayaran terhadap permintaan uang juga dilakukan di Belgia dari tahun 1960 sampai 1999 (Laura, 2001). Determinan dari permintaan uang yang digunakan antara lain pendapatan riil per kapita, tingkat bunga pasar uang jangka pendek, jumlah kartu kredit, kartu debit, dan uang elektronik, jumlah toko yang mau menerima pembayaran dengan kartu, serta jumlah uang dalam mesin ATM. Hasilnya adalah semua determinan tersebut mempengaruhi permintaan uang di Belgia secara signifikan. Indikator pembayaran non-tunai signifikan berpengaruh negatif terhadap permintaan uang di Belgia kecuali jumlah kartu kredit dan debit karena variabel tersebut memiliki masalah multikolinearitas dengan jumlah toko yang mau menerima pembayaran dengan kartu. Penelitian lain di Italia dari tahun 1994 sampai 2003 melihat pengaruh dari perubahan teknologi sistem pembayaran terhadap permintaan uang tunai (Lippi, 2009). Determinan dari permintaan uang tunai antara lain: pengeluaran dengan menggunakan uang tunai, tingkat suku bunga, jumlah cabang bank per populasi, jumlah akun di bank, dan jumlah ATM yang ada dalam perekonomian. Penelitian ini menemukan bahwa adanya teknologi keuangan membuat permintaan uang tunai turun dan mengurangi elastisitas permintaan uang terhadap perubahan suku bunga. Di Amerika Serikat pada tahun 1897 sampai 1960 dilakukan penelitian dimana dilihat pengaruh dari determinan permintaan uang yang terdiri dari pendapatan, tingkat suku bunga, dan adanya teknologi sistem pembayaran yang membuat adanya subtitusi uang tunai (Meyer, 1975). Studi empiris lain melihat bahwa adanya financial innovation dapat menyebabkan adanya currency substitution (Guidotti, 1993). Financial innovation dapat berasal dari domestik maupun transmisi internasional, dimana keduanya mempengaruhi penggunaan uang tunai suatu negara. Adanya inovasi dalam sistem pembayaran membuat biaya transaksi untuk menukarkan mata uang ke mata uang asing dan sebaliknya menjadi lebih rendah. Perubahan besaran biaya transaksi ini akan mempengaruhi nilai tukar karena orang menjadi lebih mudah bertransaksi sehingga transaksi yang dilakukan lebih banyak. Perubahan nilai tukar yang tidak lain adalah harga uang pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan masyarakat akan uang tunai. Penelitian lain dilakukan di Chili dan Meksiko mengenai pengaruh dari financial innovation terhadap permintaan akan uang (Arrau dan Gregorio, 1993). Penelitian ini melihat bahwa adanya perkembangan dalam sistem pembayaran akan mempengaruhi velositas uang sehingga mempengaruhi permintaan akan uang. Penelitian lain melihat pengaruh dari financial innovation di Kanada dari tahun 1976 sampai 1980 (Milbourne, 1986). Penelitian ini melihat pengaruh dari elastisitas pendapatan, elastisitas suku bunga, dan variabel dumi yang menunjukkan pergeseran financial innovation terhadap uang yang dipegang masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa financial innovation dapat menurunkan elastisitas suku bunga dan meningkatkan elastisitas pendapatan dimana keduanya berpengaruh pada jumlah uang tunai yang dipegang oleh masyarakat. Perbandingan mengenai pengaruh dari financial innovation terhadap permintaan uang jangka panjang di Inggris dan Jerman Barat (Mariscal, 1995). Komparasi antar kedua negara tersebut dilakukan dengan menggunakan estimasi kointegrasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh risiko dan suku bunga pinjaman terhadap permintaan uang hanya terdapat di Inggris, tidak terdapat di Jerman Barat. Pengaruh akses terhadap aset lainnya terhadap permintaan uang juga lebih besar di Inggris daripada Jerman Barat. Perbedaan financial innovation dikedua negara menyebabkan perbedaan struktur keuangan sehingga menyebabkan perbedaan permintaan uang. Penelitian serupa dilakukan di Nigeria, dengan menggunakan teknik Ordinary Least Square dilihat pengaruh dari financial innovation dengan menggunakan variabel dumi terhadap permintaan uang (Odalaru, 2009). Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yang merupakan determinan dari permintaan uang, diantaranya pendapatan riil, tingkat suku bunga deposit bank dan surat berharga, dan tingkat harga. Penelitian ini menemukan bahwa financial innovation tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap permintaan uang di Nigeria. Penelitian lain melihat pengaruh dari alternatif pembayaran lain selain uang tunai terhadap permintaan uang tunai di Jamaika dari tahun 2003 sampai 2007 (Reid, 2008). Volume ATM secara signifikan berpengaruh positif pada permintaan uang tunai. Volume kartu kredit dan debit secara signifikan berpengaruh negatif terhadap permintaan uang tunai. Penelitian lain melihat hubungan antara permintaan uang tunai dengan penggunaan uang elektronik di Jepang (Fujiki, 2010). Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pembayaran elektronik secara signifikan berpengaruh positif terhadap permintaan uang tunai di Jepang. 3.
Metode Penelitian Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, maka digunakan data panel untuk negara ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura), Jepang, dan Korea dari tahun 2004-2010. Data yang digunakan adalah uang primer dan inflasi dari International Monetary Fund database serta PDB riil dan jumlah terminal ATM dari World Bank database. Uang primer merupakan jumlah uang tunai yang beredar di
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
masyarakat dan jumlah demand deposit dalam current LCU. Jumlah terminal ATM merupakan jumlah terminal Automated Teller Machine (ATM) yang disediakan oleh bank yang diperuntukan bagi masyarakat dalam melakukan akses terhadap jasa transaksi di tempat-tempat umum. Jumlah terminal ATM dalam satuan unit per 100.000 orang. Pendapatan merupakan total pendapatan yang diperoleh di Indonesia, digambarkan melalui Produk Domestik Bruto (PDB) riil dengan nilai konstan $2000. PDB yang digunakan adalah PDB yang dihitung dengan pendekatan produksi yaitu dengan menjumlahkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi. Tingkat inflasi yang digunakan merupakan tingkat kenaikan rata-rata harga barang dan jasa konsumsi. Tingkat inflasi ini dihitung dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK). Variabel dummy yang digunakan 1 untuk negara yang memiliki financial development yang sudah baik dan 0 untuk yang lainnya. Variabel dummy 1 untuk Singapura, Jepang, dan Korea. Variabel dummy 0 untuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Model yang digunakan untuk mengukur pengaruh dari financial innovation, pendapatan, inflasi dan perbedaan financial development terhadap uang primer di ASEAN 5, Jepang, dan Korea pada tahun 2004-2010, maka digunakan model sebagai berikut. lnM0it = α0 + α1 ATMit+ α2 lnPDBit + α3 INFit+ α4 DUMit+ εit Dimana lnM0it adalah logaritma natural dari jumlah uang primer, ATMit adalah jumlah terminal ATM per 100.000 orang, lnPDBit adalah logaritma natural dari Produk Domestik Bruto Riil, INFit adalah tingkat inflasi, DUMit adalah variabel dummy, 1 untuk negara yang memiliki financial development yang relatif baik dan 0 untuk lainnya. Model diatas di regresi dengan menggunakan pendekatan model panel. Metode yang digunakan adalah Generalized Least Square (GLS). Penggunaan GLS ini ditujukan untuk menghilangkan adanya bias yang disebabkan oleh heteroskedastis dan autokorelasi serta untuk mengatasi masalah time invariant pada variabel dummy. 4.
Hasil dan Analisis Dengan menggunakan Generalized Least Square, hasil estimasi untuk mengukur pengaruh terminal ATM, pendapatan, inflasi, dan perbedaan financial development di ASEAN 5, Jepang, dan Korea tahun 20042010 menyimpulkan persamaan dibawah ini. lnm0 = -46,9706 + 0,0080529 atm + 2,829039 lnpdbriil + 0,5528761 inf – 2,308035dum (-7,37)* (1,67)*** (11,49)* (6,33)* (-3,27)* *Level signifikansi 99% ***Level signifikansi 90% Jumlah terminal ATM merupakan proksi dari financial innovation. Pengaruh dari jumlah terminal ATM terhadap uang primer dijelaskan melalui Inventory Model oleh Baumol dan Tobin. Jumlah terminal ATM digunakan untuk menjelaskan biaya transaksi dalam teori ini dimana keduanya berhubungan negatif. Semakin banyak jumlah terminal ATM maka semakin rendah biaya transaksi yang harus dikeluarkan untuk mengambil uang di bank. Biaya transaksi memiliki hubungan positif dengan uang primer. Semakin rendah biaya transaksi yang dikeluarkan maka orang akan terinsentif untuk meletakkan uangnya di bank karena kemudahan dalam mengakses uang tersebut sehingga uang primer yang beredar semakin rendah. Studi empiris menunjukkan bahwa pengaruh dari jumlah terminal ATM dan uang primer masih ambigu karena beberapa penelitian mengatakan bahwa keduanya berhubungan positif dan penelitian lainnya menunjukkan hal sebaliknya, tergantung pada kondisi negaranya (Snellman, 2006). Jumlah terminal ATM tidak akan berpengaruh signifikan pada uang primer jika penduduk di negara tersebut lebih banyak yang tinggal di desa daripada kota karena penduduk di desa diasumsikan tidak memiliki akses pada terminal ATM. Jumlah terminal ATM dan uang primer berhubungan negatif jika terminal ATM memudahkan orang dalam mengambil uang sehingga uang yang dipegang oleh masyarakat lebih sedikit dan berhubungan negatif jika ATM merupakan alat pembayaran yang efektif dalam melakukan pemindahan dana dari satu pihak ke pihak lainnya melalui rekening di bank. Malaysia
800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 0
5
10
15
Jumlah Terminal ATM (unit/100.000 orang)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Indonesia 300 250 200 150 100 50 0 0
10
20
30
40
50
Jumlah Terminal ATM (unit/100.000 orang)
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
Thailand
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0
5
10
15
20
Jumlah Terminal ATM (unit/100.000 orang)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Filipina 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0
20
40
120 100 80 60 40 20 0 20
40
80
100
Jepang
60
80
Jumlah Terminal ATM (unit/100.000 orang)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Singapura
0
60
Jumlah Terminal ATM (unit/100.000 orang)
500000 495000 490000 485000 480000 475000 470000 465000
230
240
122
124
126
128
130
132
134
Jumlah Terminal ATM (unit/100.000 orang)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Korea 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 200
210
220
250
260
Jumlah Terminal ATM (unit/100.000 orang)
Gambar 1 Hubungan antara Uang Primer dan Jumlah Terminal ATM di ASEAN 5, Jepang, dan Korea, Tahun 2004-2010 Sumber: International Monetary Fund (IMF) Database, telah diolah kembali
Di ASEAN 5, Jepang dan Korea, hubungan antara jumlah terminal ATM dan uang primer positif karena beberapa faktor. Pertama, ATM tidak hanya memudahkan masyarakat menyimpan uang mereka di bank tapi juga mengambil uang di bank. Ketika biaya transaksi dari mengambil uang di bank menurun dengan bertambah banyaknya jumlah terminal ATM, terdapat dua kemungkinan. Pertama, masyarakat dimudahkan mengambil uang tunai sehingga proporsi uang yang disimpan di bank lebih banyak daripada yang dipegang dalam bentuk uang tunai. Kedua, masyarakat dimudahkan mengambil uang sehingga masyarakat menjadi lebih sering mengambil uang atau melakukan transaksi lainnya yang melibatkan uang primer. Hubungan positif terjadi ketika masyarakat dimudahkan untuk mengambil uang tunai dengan banyaknya jumlah terminal ATM. Kedua, karena peningkatan perekonomian. Ketika perekonomian meningkat, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi, transaksi yang terjadi antar individu dalam negara tersebut akan semakin meningkat. Hal ini meningkatkan kebutuhan uang primer dalam perekonomian. Akibatnya, uang primer yang beredar dalam perekonomian meningkat. Disisi lain, pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui perkembangan dalam segala sektor perekonomian, termasuk jasa keuangan. Dengan berkembangnya jasa keuangan termasuk bank maka bank akan melakukan ekspansi yang salah satunya dengan cara menambah terminal ATM. Ketiga, pertumbuhan jumlah terminal ATM menginsentif masyarakat untuk melakukan transaksi melalui bank. Hal ini meningkatkan uang primer dalam bentuk demand deposit. Keempat, adanya financial innovation akan mempengaruhi behavior masyarakat dalam hal memegang uang. Hal ini direpresentasikan melalui proporsi pendapatan yang dipegang sebagai uang tunai. Adanya financial innovation yang ditunjukkan melalui peningkatan jumlah terminal ATM akan menurunkan proporsi uang tunai yang dipegang oleh masyarakat. Berdasarkan the Quantity Theory of Money, proporsi pendapatan yang ditahan sebagai uang berbanding terbalik dengan kecepatan uang beredar (velocity of
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
money). Peningkatan velocity of money mengindikasikan penurunan uang tunai. Peningkatan permintaan uang dikarenakan peningkatan demand deposit. Untuk melihat pengaruh dari pendapatan terhadap uang primer, penelitian ini menggunakan proksi pendapatan riil. Penelitian ini menunjukkan bahwa di ASEAN 5, Jepang, dan Korea, pendapatan riil secara signifikan berpengaruh positif pada uang primer. Semakin tinggi pendapatan riil suatu negara, maka semakin tinggi daya beli masyarakat di negara tersebut. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan akan barang dan jasa di negara tersebut sehingga transaksi yang terjadi di negara tersebut semakin tinggi secara jumlah dan nilainya. Akibatnya, kebutuhan uang primer dalam perekonomian semakin tinggi untuk menjalankan transaksi tersebut. Hubungan antara pendapatan riil dan uang primer untuk masing-masing negara ASEAN 5, Jepang, dan Korea dapat digambarkan melalui grafik dibawah ini. Malaysia
800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 0
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Indonesia
200 Pendapatan Riil ( milyar $)
300 250 200 150 100 50 0 0
100
Thailand
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Filipina
0
100 Pendapatan Riil (milyar $)
1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0
100
Jepang
120
Uang Primer (dalam milyar $)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
200
Pendapatan Riil (milyar $)
Singapura 100 80 60 40 20 0 0
200
Pendapatan Riil (milyar $)
100
200
Pendapatan (milyar $)
520000 510000 500000 490000 480000 470000 460000 4800
5200 Pendapatan Riil (milyar $)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Korea 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 0
500
1000
Pendapatan Riil (milyar $)
Gambar 2 Hubungan antara Uang Primer dan Pendapatan Riil di ASEAN 5, Jepang, dan Korea, Tahun 2004-2010 Sumber: International Monetary Fund (IMF) dan World Bank Database, telah diolah kembali
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara pendapatan riil dengan uang primer di negara-negara ASEAN 5, Jepang, dan Korea. Grafik diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pendapatan riil dan uang primer di ASEAN 5 Jepang, dan Korea walaupun masing-masing negara memiliki karakteristik yang berbeda terkait dengan hubungan keduanya yang terlihat dari perbedaan slope grafik masing-masing negara. Hubungan positif ini dikarenakan uang primer dan pendapatan riil per kapita di negara-negara tersebut terus mengalami peningkatan antar waktu dari tahun 2004 sampai 2010. Ketika pendapatan riil meningkat maka uang primer juga akan meningkat dan sebaliknya seperti yang telah dijelaskan diatas. Inflasi menggambarkan kenaikan harga secara agregat di ASEAN 5, Korea, dan Jepang. Hubungan antara inflasi dan uang primer dijelaskan melalui the Quantity Theory of Money, dimana keduanya berhubungan positif. Ketika harga naik, kebutuhan uang meningkat sehingga uang primer akan meningkat dan sebaliknya. Penelitian sebelumnya di berbagai negara juga menunjukkan hal demikian. Hasil penelitian di ASEAN 5, Jepang, dan Korea pada tahun 2004 sampai 2010 menunjukkan hal yang sesuai dengan teori dan studi empiris yang telah dilakukan di berbagai negara. Inflasi secara signifikan berhubungan positif dengan uang primer. Ketika inflasi meningkat, maka uang primer yang beredar dalam perekonomian juga meningkat. Peningkatan inflasi menunjukkan adanya kenaikan harga barang dan jasa secara agregat dalam suatu negara. Ketika harga meningkat, maka masyarakat membutuhkan uang yang lebih banyak dalam membayar barang atau jasa tersebut. Akibatnya, ketika terjadi inflasi, maka uang primer yang beredar akan semakin meningkat. Hal ini terjadi ketika melihat hubungan antara inflasi dan uang primer dengan memasukkan variabel independen lainnya. Malaysia
800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 0
5
10
15
Inflasi (%)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Indonesia 300 250 200 150 100 50 0 0
1
6
8
10
Inflasi (%)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
4
-2
100 80 60 40 20 0 4 Inflasi (%)
6
8
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Uang Primer (dalam milyar LCU)
6
0
2
4
6
Inflasi (%)
Jepang
120
2
5
1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Singapura
0
4
Thailand
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 2
3 Inflasi (%)
Filipina
0
2
-2
-1
4050000 4000000 3950000 3900000 3850000 3800000 3750000 3700000 3650000 -1 0
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
1
Inflasi (%)
1
2
2
Uang Primer (dalam milyar LCU)
Korea 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 0
1
2
3
4
5
Inflasi (%)
Gambar 3 Hubungan antara Uang Primer dan Inflasi di ASEAN 5, Jepang, dan Korea, Tahun 2004- 2010 Sumber: International Monetary Fund (IMF), telah diolah kembali
Grafik diatas memperlihatkan bahwa di semua negara ASEAN 5, Jepang, dan Korea, inflasi dan uang primer berhubungan negatif walaupun masing-masing negara memiliki karakteristik yang berbeda, terlihat dari besaran intersep dan slope yang berbeda satu sama lain. Hubungan negatif ini terjadi ketika melihat individual effect dari inflasi terhadap uang primer. Hubungan negatif yang terjadi antara inflasi dan uang primer dikarenakan uang primer yang terus meningkat pengendalian inflasi yang membuat tren inflasi cenderung menurun. Financial development dalam penelitian ini diwakili oleh variabel dumi, 1 untuk negara yang memiliki financial development yang lebih baik dan 0 untuk yang lainnya. Dalam penelitian ini, Singapura, Jepang, dan Korea diklasifikasikan sebagai negara yang memiliki financial development yang lebih baik sehingga memiliki variabel dumi senilai 1. Negara ASEAN 5 selain Singapura memiliki variabel dumi senilai 0. Penelitian ini menunjukkan bahwa financial development secara signifikan berpengaruh negatif terhadap uang primer. Negara yang memiliki financial development yang lebih baik akan memiliki uang primer yang lebih sedikit dan sebaliknya. Perbedaan financial development menyebabkan perbedaan terhadap uang primer. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, negara dengan financial development yang lebih baik cenderung memiliki jumlah cabang bank yang lebih banyak dibandingkan dengan negara dengan financial development yang kurang baik. Jepang, Korea, dan Singapura merupakan negara yang memiliki jumlah cabang bank per 100.000 orang yang relatif paling banyak jika dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor keuangan di Singapura, Jepang, dan Korea relatif lebih maju dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini berhubungan negatif dengan uang primer. Semakin baik financial development di suatu negara maka semakin sedikit uang primer yang beredar di negara tersebut. Hal ini terbukti di Singapura yang memiliki financial development yang relatif lebih baik dan memiliki uang primer terendah. Namun, hal ini tidak terjadi pada Korea dan Jepang karena walaupun financial development di negara tersebut sudah baik, uang primer yang beredar di negara tersebut tergolong tinggi. Indikator kedua adalah jumlah akun di bank. Semakin banyak jumlah akun di bank suatu negara, maka semakin sedikit uang primer yang beredar di perekonomian. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah akun di bank suatu negara, maka semakin banyak uang primer yang beredar di perekonomaian. Negara yang memiliki financial development yang lebih baik yaitu Singapura, Jepang, dan Korea memiliki jumlah akun bank per 1.000 orang yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa di ketiga negara tersebut lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses sistem pembayaran non-tunai melalui layanan perbankan. Sehingga, ketiga negara tersebut memiliki uang primer yang lebih rendah. 5.
Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah terminal ATM secara signifikan berhubungan positif dengan uang primer. Peningkatan jumlah terminal ATM sejalan dengan penggunaan uang primer dalam bentuk demand deposit akan meningkat. Pendapatan riil secara signifikan berpengaruh positif dengan uang primer. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat akan meningkat. Kondisi ini membuat kebutuhan uang primer untuk melakukan transaksi juga akan meningkat. Inflasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap uang primer. Peningkatan inflasi mencerminkan peningkatan harga barang dan jasa di perekonomian sehingga uang primer yang dibutuhkan untuk melakukan konsumsi barang dan jasa juga akan meningkat. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa negara yang memiliki financial development yang lebih baik dan merupakan negara lebih maju, yaitu Singapura, Korea, dan Jepang memiliki uang primer yang lebih rendah dibandingkan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Masyarakat di Singapura, Jepang, dan Korea cenderung menggunakan jasa pembayaran yang ditawarkan oleh sektor keuangan dibandingkan menggunakan uang primer.
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini secara khusus melihat pengaruh jumlah terminal ATM sebagai proksi dari financial innovation terhadap uang primer di ASEAN 5, Jepang, dan Korea. Financial innovation bisa meliputi perkembangan alat pembayaran lain yang mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran, seperti uang elektronik, pembayaran elektronik, pembayaran melalui internet, dan lain-lain. Kedua, penelitian ini tidak membahas secara spesifik karakteristik masing-masing negara terkait dengan pengaruh jumlah terminal ATM sebagai financial innovation terhadap uang primer di ASEAN 5, Jepang, dan Korea. Berdasarkan keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa saran untuk penelitian selanjutnya. Pertama, penelitian selanjutnya dapat melihat perbedaan koefisien untuk masing-masing negara sehingga dapat menggambarkan perbedaan regionalitas dan karakteristik masing-masing negara. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan regresi time series untuk masing-masing negara sehingga didapatkan koefisien hubungan antara sistem pembayaran non-tunai dan uang primer untuk setiap negara observasi. Untuk melakukan hal ini, diperlukan data dengan jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan penelitian ini. Kedua, penelitian selanjutnya diharapkan agar lebih bisa menangkap perkembangan yang menyebabkan perubahan behavior masyarakat yang mempengaruhi penggunaan uang primer masyarakat. Misalnya, perubahan kebiasaan masyarakat dalam membayarkan gaji pegawai menjadi melalui transfer, perubahan kebiasaan masyarakat yang lebih menyukai belanja dengan menggunakan alat pembayaran yang lebih praktis daripada uang, seperti kartu debit, ATM, atau kartu kredit, dan perubahan-perubahan lain. Daftar Pustaka Alvarez, Fernando dan Francesco Lippi. (2009). Financial Innovation and the Transactions Demand for Cash. Econometrica, 77, 363-402. Amromin, Gene & S. Chakravorti. (2007). Debit Card and Cash Usage: A Cross- Country Analysis. Federal Reserve Bank of Chicago Working Paper, 1-45. Attanasio, Orazio, dkk. (2001). The Demand for Money, Financial Innovation, and the Welfare Cost of Inflation: an Anaysis with Households’ Data. CSEF Working Paper, 3. 1-39. Arrau, Patricio & De Gregorio, Jose. (1993). Financial Innovation and Money Demand: Application to Chile and Mexico. The Review of Economics and Statistics, 75, 524-530. Bank of International Settlement. (2011). Payment, Clearing, and Settlement Systems in Korea. Basel: Penulis. Bank of International Settlement. (2011). Payment, Clearing, and Settlement Systems in Thailand. Basel: Penulis. Bank of International Settlement. (2011). Payment Systems in Japan. Basel: Penulis. Bank of International Settlement. (2011). Payment Systems in Singapore. Basel: Penulis. Basir, Amir Akmar. (2009). Payment Systems in Malaysia: Recent Developments and Issues. ADBI Working Paper Series, 151, 1-18. Baumol, William J. (1952). The Transaction Demand for Cash: An Inventory Theoretic Approach. The Quarterly Journal of Economics, 66, 545-556. Baumol, William J. & James Tobin. (1989). The Optimal Cash Balance Proposition: Maurice Allais’s Priority. Journal of Economics Literature, 27, 1160-1162. Danziger, Leif. (1878). The Transactions Demand for Cash: A Note on Baumol-Tobin Theory. The Scandinavian Journal of Economics, 80, 440-448. Dorruci, Etore, dkk. (2009). Domestic Financial Development in Emerging Economies: Evidence and Implication. European Central Bank Occasional Paper Series, 102, 1-60. Frenkel, Jacob A. & Jovanovic, Boyan. (1980). On Transactions and Precautionary Demand for Money. The Quarterly Journal of Economics, 95, 25-43. Friedman, Milton. (1956). The Quantity of Money – A Restatement. Chicago: University of Chicago Press. Fujiki, Hiroshi & Tanaka, Migiwa. (2010). Currency Demand, New Technology, and the Adoption of Electronic Money: Evidence Using Individual Household Data. Bank of Japan Working Paper, 1-40. Guidotti, Pablo E. (1993). Currency Substitution and Financial Innovation. Journal of Money, Credit, and Banking, 25, 109-124. Ireland, Peter N. (1995). Endogenous Financial Innovation and The Demand for Money. Journal of Money, Credit, and Banking, 27, 107-123. Knittel, Christhoper R. & Stango, Victor. (2005). Compatibility and Pricing with Indirect Network Effect: Evidence from ATMs. University of California Working Paper, 05, 1-36 Lamberte, Mario B. (2001). The Philippine Payment System: Efficiency and Implications for the Conduct of Monetary Policy. PIDS Discussion Paper Series, 20, 1-103. Lippi, Francesco & Secchi, A. (2009). Technological Change and the Households’ Demand for Currency. Journal of Monetary Economics, 56, 222-230. Mankiw, N. Gregory. (2007). Macroeconomics 6th Edition. New York : Worth Publisher.
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013
Mariscal, Iris B. F., Trautetwin, H. M., dkk. (1995). Financial Innovation and the Long-Run Demand for Money in the United Kingdom and in West-Germany. Weltwirtschaftliches Archiv, 131, 302-325. Meyer, Paul A. & Neri,John A. (1975). A Keynes-Friedman Money Demand Function. The American Economic Review, 65, 610-623. Milbourne, Ross dan H. Alec Moore. (1986). Some Statistical Evidence on the Effects of Financial Innovation. The Review of Economics and Statistic, 68, 521-525. Mishkin, Frederic S. (2010). The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. Columbia : Pearson Education. Mohammed, Syariq & Syariq, Sofia. (2011). A Study of ATM Usage in Bank in Lucknow. International Journal of Engineering and Management Science, 2, 47-53. Morris, Russell D. (2007). A Note on Transactions Demand for Cash. The Quarterly Journal of Economics, 85, 546-547. Odalaru, G. O. & Okunrinboye, O. A. (2009). Modelling the Impact of Financial Innovation on the Demand for Money in Nigeria. African Journal of Business Management, 3, 39-51. Reid, K. A. (2008). Estimating the Impact of the Alternative Means of Payment on Currency Demand in Jamaica. Bank of Jamaica Working Paper. Rinaldi, Laura. (2001). Payments Card and Money Demand in Belgium. Univesity of Lauven Working Paper, 127. Sangsubhan, Kamit. (2009). The Payment System in Thailand: the Evolution of Information Communication Technology. ADBI Working Paper Series, 1-23. Sheppard, David. (1996). Handbook in Central Banking No. 8: Payment Systems. London: Bank of England. Snellman, Heli. (2006). Automated Teller Machine Market Structure and Cash Usage. Helsinki: Bank of Finland. Stix, Helmut. (2003). How Do Debit Cards Affects Cash Demand?: Survey data Evidence. Oesterreichische Nationalbank Working Paper, 82, 1-41. Subari, Sri Mulyati Tri & Ascarya. (2003). Seri Kebanksentralan No. 8: Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia. Tobin, James. (1956). The Interest Elasticity of Transactions Demand for Cash. The Review of Economics and Statistics 38, 241-247. Whalen, Edward L. (1966). A Rasionalization of The Precautionary Demand for Cash. The Quarterly Journal of Economics 80, 314-324. Whalen, Edward L. (1966). An Extension of Baumol-Tobin Approach to the Transactions Demand for Cash. The Journal of Finance, 23, 113-134. Woon, Gyu Choi & Seonghwan Oh. 2003. A Money Demand Function with Output Uncertainty, Monetary Uncertainty, and Financial Innovations. Journal of Money, Credit, and Banking, 35, 685-709. Yildirim, Julide. (2003). Currency Substitution and the Demand for Money in Five European Union Countries. Journal of Applied Economics, 2, 361-383. Zeynep, Erdinc. (2011). Modelling the Impact of Financial Innovation on the Demand for Currency in Turkey. Middle Eastern Financial and Economics, 12, 16-24. http://data.worldbank.org/ http://www.bi.go.id/
Pengaruh atm...Novillia Chandra, FE-UI, 2013