1 PENGANTAR SOSIOLOGT r. C.. -- Oleh DRS. BUSTAMAM Drs. SUTAJhlAM KE%P,lrY. - V.S' FAKUETAS ILMU-ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 20052 KATA PENG...
FAKUETAS ILMU-ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2005
KATA PENGANTAR Puji dan syukur di panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha kuasa, dimana atas rahmat dan karuniaNya, naskah yang berjudul "Pengantar Sosiologi" ini te!ah dapat diselesaikan dengan baik dalam bentuknya yang sekarang. Naskah ini disusun dalam rangka melengkapi khasanah ilmu sosiologi, disamping memenuhi keinginan para peminat d m pemerhati
soal-soal
kemasyarakatan yang secara terus menerus mengalami perbuhan. Perbuhan yang terjadi dalam masyarakat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu diatamya adalnh karena secara fitrah manusia memiliki sifat "bosan", dan tidak pernah pws dengan apa yang ada. Dalam upaya menyelesaikan penyusunan ini telah diperoleh bantuan dari berabgai pihak. Tanpa menyebutkm namanya satu persatu, kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, moral dan material, disampaikan penghargaan dan terima kasih yang sedalarn-dalamnya. Naskah ini teridiri atas tiga bahagian pokok. Bahagian pertarna, memuat tentang konsep-konsep dasar sosiologi. Bahagian kedua, menguraikan organisasi masyarakat. Dan bahagian tiga, menjelaskan perubahan dan pembangunan di Indonesia. Dengan penuh kesadaran, bahwa dalam wujudnya yang sekarang, naskah ini masih jauh dari sempurna, sehubungan dengan itu kepada para pembaca sangat diaharapkan sumbangan pikiran, kritikan dan saran-saran untuk penyempurnaan naskah ini dimasa yang akan datang. Atas semua sumbangan, kritikan dan saransaran tersebut terlebih dahulu diucapkan terima kasih.
Padang, Medio Septermber 2005
Penulis
K A T A PENGANTAR ............................................................................................ i
. D . KOMUNITAS ................................................................................... E. KEPRIBADIAN DAN SOSIALISASl .............................................
C MASYARAKA'T DALAM KONTEKS KEBUDAYAAN .............. 21
25 30
.
F STRATIFIKASI SOSIAL ........................ . ..................................... 35 G . MOBILITAS SOSIAL .................................................................... 39
BAB II
ORGANISASI DAN MASYARAKAI' ............................................... 44 .
A . KELOMPOK SOSIAL ......................................................................44
B. KELUARGA ...................................................................................
51
C. LEMBAGA SOSIAL ....................................................................... 60 D . KEKUASAAN DAN WEWENANG .......................................... BAB 111 l'ERU13AHAN
SOSIAL
DAN
1'EMIZANC;tINAN
60
D1
INDONESIA .......................................................................................... 72 A . PERUBAMAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN ........................
72
B. RAS DAN HUBUNGAN ETNIK .................................................
81
C . PEMBANGUNAN
DI
INDONESIA
DAN
PERMASALAHANNY A ...........................................................
DAFTAR PUSTAKA
91
RAB I SOSIOLOGI DAN MASYARAKAT A. Konsep Dasar Sosiologi
1. Pengertian Sosiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Socious dan Logos. Socious artinya "berteman" dan Logos artinya "ilmu". Dalam artian yang lazim arti dari gabungan dari kedua kata itu adalah "llmu tentang kehidupan bersama tersebut terkandung makna yang sangat luas". Selanjutnya di bawah ini dikemukakan beberapa definisi Sosiologi menurut para ahli. Dr. Bouman memberikan definisi, bahwa sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan manusia dalam kelompok. Bierens de Haan mengatakan, sosiologi adalah suatu ilmu tentang pergaulan hidup. Selanjutnya Moris Ginsberg mengemukakan, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antar aksi dan antar relasi manusia serta syarat-syarat dan akibatnya. Fransklin Hendry Gladdings mengemukakan sosiologi adalah ilmu yang menguraikan tentang gejala sosial. Dan Kovelevsky mendefinisikan, bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu yang menguraikan tentang organisasi sosial dan perubahan sosial ( G. Kartasaputra, 1982 : 2). Berolak dari batasan konseptual di atas dapat dikemukakan, bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-ha1 yang disebut :"socio reality", yaitu hubungan-hubungan yang stabil antar manusia dengan manusia, antar kelompok dengan kelompok dan dinamika atau perubahan yang terdapat dalam struktur sosial. Karena itu sosiologi juga mempelajari tingkah laku sosial baik dari sudut objektif maupun subjektif. 2. Hakekat Ilrnu
Tiga pertanyaan penting yang diajukan orang berkenaan dengan hakekat ilmu adalah apakah bidang kajian ilmu, bagaimana ia diperoleh dan bagaimana ia digunakan. Ketiga pertanyaan ini dapat ditukar secara berturutturut dengan istilah antologi, epistimologi dan aksiologi ilmu (Abizar dan
.
Z.Mawardi Efendi, 1993:2). Sebelum kita membicarakan ketiga unsur ilmu di atas ada baiknya dibahas dulu masalah apa itu "pengetahuan", karena erat kaitannya dengan ha1 yang dikemukakan di atas. Jujun S. Suruasumantri, 1984 : 13) mengatakan, pengetahuan pada hakekatnya adalah segenap slpa yang kita ketahui tentang
sesuatu objek tertentu. Maksudnya segala yang kita ketahui adalah pengetahuan. Lebih lanjut Jujun menjelaskan alam jagad raya ini penuh dengan informasi. lnformasi tersebut tanpa disadari telah rnenambah memori yang ada di kepala kita, tentu saja informasi tersebut diterima pada waktu kita dalam keadaan sadar. Pengetahuan yang dikemukakan di atas pada dasarnya dapat dibagi atas dua kategori. Pertama, pengetahuan yang bersifat metafisik dan kedua pengetahuan yang non metafisik. Pengetahuan metafisik adalah pengetahuan yang berhubungan dengan hal-ha1 yang non fisik yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra, tidak adpat dilihat, diraba, dirasa dan lain-lain. Sebagai contoh, azab kubur, dosa pahala, Tuhan, malaikat, iblis, mak lampir dan lainlain sebagainya. Yang pasti hal-ha1 yang dikemukakan di atas ada, karena itu pengetahuan yang bersifat metafisik ini lebih dikenal dengan "kepercayaan". Sebagai suatu kepercayaan kita hanya bisa dan harus bertolak dari keyakinan ia tidak ada menurut jangkauan panca indra, tetapi ada dalam keyakinan. Sedangkan pengetahuan yang bersifat non metafisik atau lebih dikenal dengan fi sik adalah pengetahuan yang berhubungan dengan hal-ha1 yang bisa dijangkau oleh panca indra yang dapat dibuktikan secara empiris. Sebagai contoh, air kalu dipanaskan akan mendidih, besi kalau diapanaskan akan memuai dan banyak lagi yang lain. Pengetahuan yang kedua ini lebih dikenal dengan "llmu". Dari uraian di tas dapat dikemukakan, bahwa pengetahuan secar tegas dapat dibagi dua, yaitu pengetahuan yang bersifat non metafisik atau fisik yang disebut dengan ilmu. Untuk lebih memudahkan pemahaman anda perhatikan skema di bawah ini:
llmu t
/
Non metafisik atau fisik
Metafisik atau non fisik
.-
\
b Kepercayaan
Dari skeina di atas jelas yang menjadi objek kajian kita adalah pengetahuan yang bcrsifat non rnetafisik atau fisik yang lebih populer dengan istilah 'Ilmu", sedangkan pengctahuan yang bcrsifat metafisik merupakan pusat kajian bidang keagamaan. llmu sebagai suatu pengetahuan yang dapat dibuktikan secara empiris pada hakekatnya dapat dilihat dari tiga segi yaitu:
a. Ontologi Ki ta kembali kepada pertanyaan semua yai tu apa bidang kaj ian ilmu. Jawabannya adalah ontologi, artinya secara ontologi ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengetahuan manusia (Jujun Suriasumantri, 1984 : 13). Pada tahap ontologi ini, manusia mengambil sikap dimana dirinya tidak lagi terkekang oleh kekuatan gaib dan bersikap mengambil jarak dari objek disekitarnya. Sejalan dengan itu manusia melakukan penelaahan-penelaahan terhadap objek tersebut. Paad tahap antologis inilah ilmu berkembang, karena manusia berpendapat bahwa terdapat hukum-hukum tertentu yang terlepas dari kekuasaan dunia mistis, yang menguasai gejala-gejala empiris. Lebih lanjut, dalarn tahap antalogis ini manusia mulai menentukan batas-batas eksistensi suatu masalah yang memungkinkan dapat inengenal ujud masalah untuk kemudian ditelaah dan dicarikan pemecahan jawabannya. Ilmu sebagai sesuatu yang dapat dibuktikan secara empiris terdiri atas tiga unsur, yaitu fakta, ciri atau atri but dan rumus atau hukum. Oleh sebab itu setiap harus didukung oleh teori-teori yang sekaligus membedakannya dengan ilmu yang lain. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta apapun juga teori yang menjembatani antara keduanya (Jujun Suriasumantri, 1984 : 26). Teori adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik dan merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabung dengan pengalaman empiris. Justru karena itu semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yaitu: pertama, harus konsisten dengan teori-teori dan kedua, harus cocok dengan fakta empiris. h. I
Kembali kepada pertanyaan yang kedua di atas, bagaimana ia (ilmu) diperoleh. Jawabannya melalui metode ilmiah. Apakah metode ilmiah itu? Metode ilmiah ialah prosedur untuk mendapatkan ilmu. Jadi
ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Karena itu tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu. Sebab ilmu merupakan pengetahuan yang untuk mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu metode ilmiah. Metode merupakan suatu prosedur dan cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkahlangkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah pertarna, perumusan masalah; kedua, penyusunan kerangka berpikir; ketiga, pengajuan hipotesis; keempat, pengujian hipotesis dan ke lima, penarikan kesimpulan. Untuk jelasnya lihat dan pelajari skema pada halaman beri kutnya. Selanjutnya metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode ilmiah. Metodologi ini secar filsafat terrnasuk dalam apa yang dinamakan epistimologi. Epistimologi
merupakan
pembahasan
mengenai
bagaimana
kita
mendapatkan pengetahuan (Jujun Suriasumantri, 1984 : 23) c. Aksiologi Illnu
Aksiologi adalah berkaitan dengan bagaimana ilmu itu digunakan. Dalam ha1 penggunaan ilmu ini kadang kala sering berbenturan dengan moral dan etika. Sebagai contoh kemajuan ilmu dan teknologi dalam genetika orang mampu menghasilkan manusia yang cerdas atau reproduksi manusia telah mampu menciptakan teknologi bayi tabung. Contoh yang lain adalah kemajuan dalam memproduksi alat-alat kontrasepsi terutama pemasangan spiral yang dilakukan terhadap wanita oleh dokter atau juru rawat laki-laki d m sebagainya. Yang perlu disadari adalah, antara ontologi, epistimologi dan aksiologi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dimana antara ketiga unsur tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Artinya pada waktu kita membicarakan ontologi
ilmu harus dikaitkan dengan
epistimologi dan aksiologi dan seterusnya. Pengetahuan ilmiah atau ilmu dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Pemecahan tersebut pada dasamya adalah L
dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Oleh karena itu manusia mencoba memani pulasi dan menguasai alam (Jujun Suruasumantri, 1984 : 14).
3. Lahirnya Sosiologi Sebagai llmu dan Perkembangannya
a. I'ahirnyu Orang pertama yang mempergunakan istilah sosiologi adalah Auguste Comte dalam bukunya yang berjudul "Course de Philosophie Positive" (1830-1842). Hal ini didorong oleh pengalaman hidup pada pertengahan abad XIX di Eropa Barat. Pada waktu ini Eropa barat sedang dilanda oleh krisis, baik krisis politik, ekonomi maupun sosial yang disebabkan oleh kekacauan sebagai akibat dari Revolusi Industri, Revolusi Perancis dan munculnya kekuasaan baru dari golongan penduduk yang beradab dan berilmu (C. Kartasapoetra, 1982 : 7). Comte clan Herbert Spencer melihat adanya persamaan-persamaan antara organisasi manusia dengan kehidupan sosial. Lebih lanjut Spencer mengatakan, bahwa masyarakat manusia seperti suatu organisme yang merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait satu dengan yang lain. Komponen yang dimaksud adalah seperti jantung, paru-paru, otak, ginjal dan lain-lain. Setiap komponen atau organ tersebut di atas mempunyai fungsi tertentu yang tidak bisa digantikan oleh fungsi organ yang lain. Organ-organ dalam tubuh manusia merupakan suatu unsur dari seluruh organisme tubuh. Vander Zanden dalam Soerjono Soekanto (1984) mengatakan : "The Liver is one such structure, the largest gland of the body. Jt meets a number of indispensable into smaller substances so that tissues can use them for energy: it forms products needed for blood coagulation, for transport of fat, and for immunity to infection; and it stores large quantities of the foods, carbohydrates, and proteins and releases theses foods as the tissues need them". Lebih lanjut dijelaskan, bahwa lembaga sosial dalam masyarakat dianggap sama dengan organ-organ tubuh. Lembaga sosial sebagai salah satu unsur struktur sosial dapat memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup dan pemcliharaan masyarakat. Contoh lain scpcrti lcmbaga ekonomi behngsi untuk mengadakan produksi dan distribusi barang-barang serta jasa-jasa. Lembaga keluarga mempunyai fungsi reproduksi, sosialisasi dan pemeliharaan anak-anak dan lain sebagainya. Kembali kepada pokok persoalan, bahwa Auguste Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi, tetapi ia bukan orang
yang pertama yang melakukan pengkajian terhadap masyarakat. Jauh sebelumnya, bahkan sebelum abad-abad masehi, Plato (427-347) seorang filsuf dari Athena tclah banyak mengembangkan pikiran kepada kehidupan masyarakat. Tetapi teori sosialnya amat mementingkan masyarakat dan agak menganaktirikan individu. Dalain bukunya "Hukum" ia menulis "Kamu telah diciptakan demi kepentingan masyarakat dan bukanlah masyarakat diciptakan demi kepentingan kamum(Karel J . Veeger, 1992:14). Aristoteles (384-322) telah mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Ia menelaah tingkah laku dari empat segi ; pertama, kecenderungan bawaan kepada kebersamaan clan solidaritas: kedua, membentuk kelompok-kelompok khusus seperti keluarga dan perkumpulan-perkumpulan sukarela; ketiga, mendirikan negara dan pemerintahan dan keempat , menunjukkan suatu keterikatan pada peraturan-peraturan sosial, adat-istiadat, kaidah-kaidah moral and hukum. Thomas Hobbes (1688-1697) dan Spinosa (1632-1677) memakai istilah "Fisika Sosial". Alasannya karena kehidupan bersama berasal dari dorongan-dorongan aktif dalam diri manusia. Dorongan itu mengarah kepada individualisme ekstrim dimana tiap orang adalah lawan orang lain. Namun pengaruh aka1 budi lebih dominan untuk mencapai kesepakatan dan bentuk-bentuk kehidupan bersama yang berdasarkan kewajiban yang diakui bersama. Montesquien (1689-1755) telah mempelajari hidup bersama dari segi hukum-hukumnya. Ia mengemukakan dalam ajarannya (Karel J Veeger, 1992:16), bahwa pertama, hukurn-hukum yang berlaku disuatu masyarakat membuktikan cara berpilur dan bertindak dari suatu bangsa; kedua, lembaga-lembaga-lembaga sosial, khususnya pemerintah menjadi akibat keharusan hukum tertentu yang tak bisa terhindar dari ketiga hukum-hukum yang berlaku disuatu masyarakat diisyaratkan oleh pelbagai faktor seperti iklim, tanah, agama dan lain-lain. Agama-agama di daerah beriklim panas memperlihatkan sikap agak toleran terhadap naluri seks, sedangkan di daerah beriklim dingin agak toleran terhadap kemabokan.
Hal yang senada juga dapat dilihat dalm buku Soejono Soekanto
"
Sosiologi Suatu Pengantar", Edisi baru ketiga 1987, halaman 23-25. Berdasarkan uraian di atas proses lahirnya Sosiologi sebagai ilmu mengalami dan dapat dibagi atas empat fase sebagai berikut; (Soejou Dirdjosisworo, 1985:33-35): 1) Sosiologi sebagai bahagian dari pandangan tentang kehidupan bersama secara filsafat umum istimewa tentang negara, hukum dan moral tersimpul &lam stelsesl-stelsesl etika atau kaidah-kaidah keagamaan. Fase pertama ini dimulai sejak zaman keemasan Yunani sampai dengan abad tengah. 2) Sosiologi terkandung dalarn arus besar pikiran-pikiran hukurn kodrat, sehingga menjadi sandaran ajaran-ajaran ketentuan hukum alam. Fase kedua ini dimulai sekitar abad 16 dan 17 di saat-saat "individualisme" mengembangkan pengaruhnya di Eropa. 3) Sosiologi sebagai ilmu pengetahuail tentang peristiwa-peristiwa sosial yang berdiri sendiri, tetapi masih terikat dengan metode-metode ILmu Pengetahuan Alam. Fase ketiga ini merupakan kelanjutan dan perluasan dari pandangan sosial psychology realistis abad IS.
4) Sosiologi, tidak hanya berdiri sendiri karena objeknya melainkan juga mempunyai metode-metode dan penyusunan pengertian sendiri. Fase (ke-4) ini dicirikan dengan pembatasan objek serta metode-metode khusus yang mencerminkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yakni pada abad 19 sekitar tahun 1830. b. PerkemhanganSosiologi Gagasan Comte dilanjutkan dan dikembangkan oleh Herbert Spenser (1 820-1903). Pada tahun 1986 ia menerbitkan sebuah buku yang bejudul "Principles of Sosiology" yang terkenal dengan teori evolusinya dalam menganalisis masyarakat manusia, tahun 1883 F. ward dari Amerika menerbitkan buku yang berjudul "Dynamic Sosiology". Rester
-
berpendapat pembangunan sosiologi hams berperan sebagai gembimbing (D.A Wila Huky, 1986:24). Perkembangan sosiologi di Eropa mengalami pukulan yang berat setelah Emile Durkheim, G. Simmel dan Weber secara berturut-turut meninggal 1917,1918 dan 1920 dan murid-murid mereka banyak yang gugur dalam Perang Dunia I. Sementara setelah tahun 1918 sosiologi
berkembang secara cepat di Amerika Serikat terutama karena mata pelajaran ini dikuliahkan di "college" dan Universitas-Universitas. Perkembangan sosiologi di Amerika Serikat ini telah terasa lagi setelah Perang Dunia 11, sekaligus bagaimana terpisahnya perkembangan Sosiologi di Eropa dan di Amerika Serikat. Dalam perkembangan tersebut terlihat bagaimana tertinggalnya ilmu pengetahuan Eropa. Banyak sosiolog muda dari Inggris, Perancis, Jerman, Nederland dan seterusnya pergi belajar pada orang-orang Amerika(P. J.Bouman, l982:7). Namun demikian terdapat berbagai aliran-aliran yang berbeda-beda, sehingga tidak mengharuskan berkembangnya kembali perhatian terhadap para klasik Max Weber, Emile Durkheim dan Simmel. 5) Hubungan Sosiologi Dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya Hubungan sosiologi dengan ilmu pengetahuan lainnya yang dimaksud adalah hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial, yaitu, Sejarah, Psychology, Antropologi, Ilmu Hukum. Untuk lengkapnya dapat dilihat dari uraian berikut ini.
a. Dengun Sejarah Ilmu Sejarah dan Sosiologi sama-sama mengemukakan tentang aktivitas serta kejadian-kejadiannya. Sejarah menitikberatkan kegiatannya pada pencatatan-pencacatan yang sebenarnya peristiwa yang tejadl dimasa yang telah lampau dan juga mengemukakan sebab-sebab terjadinya peristiwa tertentu. Kesemuanya dimaksudkan agar menjadi pedoman bagi kesempurnaan kegiatan manusia diwaktu sekarang dan yang akan datang. Titik berat penjelasan htekankan pada keunikan atau keistimewaan seseorang yang termasyhur baik di bidang militer, politik, agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Sosiologi
meng~ynakan
catatan
mas
lampau
dan
menghubungkannya dengan proses sosial yang terjadi sebagai akibat dari interaksi manusia dalam berbagai situar;i dan kondisi. Titik berat perhatian pada pola-pola yang diperlihatkan, misalnya peperangan, usaha-usaha kudeta, subversi yang kesemuanya itu merupakan gejala sosial yang timbvl dari konflik-konflik antar golongan. Sejarah mengemukakan tentang biografi manusia-manusia besar yang dapat menggerakkan masyarakat, baik hubungannya dengan konflik, maupun dengan asosiasi dan kooperasi untuk meruntuhkan atau
mengembangkan kekuasaan dalam masyarakat. Sebaliknya sosiologi menyel idi ki dan mempelajari gejala-gejala yang di timbul kannya, apakah konflik
dapat
menghancurkan,
menimbulkan
penindasan
atau
memperbaharui sesuatu atau kejasama antar bangsa dan negara.
b. Dengan Psychology Titik berat kajian psychology adalah pada individu, baik tingkah lakunya, kecerdasannya, kesanggupan akalnya menangkap hal-ha1 yang bermanfaat bagi dirinya, motivasi, ingatan, reaksi, harapan, ketakutan, ketenangan,
gangguan
pada jiwa
dan
lain-lain.
Sosiologi juga
memperhatikan tentang individu, segala tingkah lakunya dalam hubungan kehidupan bermasyarakat. Individu yang dimaksud adalah individu yang normal yang dapat menggerakkan perubahan-perubahan dalam masyarakat baik sebagai akibat konflik maupun kejasama. llmu jiwa sosial, titik berat perhatiannya pada individu-individu dalam kelompok masyarakat yang mampu bertindak secara bersama dengan individu-i ndividu yang lain, perhatian pada pribadi nya tentang sugesti, simpati yang melahirkan dinamika dalam kelompok dan pengaruh sosial dan kebudayaan, ekonomi, hukum terhadap individu tersebut. Sebaliknya sosiologi, menitikberatkan perhatiannya pada struktur sosial dimana terhimpun tingkah laku - tingkah laku manusia yang bersangkutan.
c. Dengan antropologi Antropologi menitikberatkan kajiannya pada masyarakat yang masih bersahaja, menyelidiki dan mempelajari bentuk-bentuk dan hubungan sosial, keadaan perekonomian, agama, bahasa, legenda, adatistiadat yang terdapat dalam masyarakat sederhana. Sedangkan sosiologi perhatiannya diutamakan pada masyarakat yang telah berkembang telah mengenal perkembangan yang lebih meningkat, dimana segala bidang telah di pelajari yang diarahkan pada organisasi sosial, struktur sosial dimana bermunculan berbagai gejala sosial. '
d Dengan Ekonomi Dalam bidang ekonomi dikenal dua sistem yaitu Liberalisme dan Demokrasi yang berusaha meningkatkan kemakmuran inasyarakat melalui cara yang sama, tetapi pelaksanaannya berbeda karena tujuan dan
prinsipnya berbeda. Dalam bidang ekonomi ini timbul kooperasi, integrasi, diferensiasi, persaingan dan konflik yang menyebabkan timbulnya beberapa gejala dalam masyarakat dan struktur sosial. Semua akibat dalam bidang ekonomi tersebut sebagian besar diselidki dan dipelajari oleh sosiologi. Sosiologi tidak mempelajari teori-teori ekonomi dalam mencapai kemakmuran, tetapi mempelajari akibat dari usaha-usaha yang menimbulkan gejala yang dapat merubah struktur sosial . e. Dengan ilmu Hukwn diadakan dengan tujuan untuk ketertiban dan keamanan kehidupan bennasyarakat. Pelaksanaannya dilakukan melalui peraturan-peraturan dan kekuasaan alat-alat negara untuk menegakkan peraturan tersebut. Dalam menegakkan peraturan-peraturan hukum menggunakan pendekatan yang selalu memperhatikan tingkah laku manusia dalam masyarakat, hubungan-hubungan tingkah laku itu dalam kehidupan gejala yang ditimbulkan akibat tingkah laku. Inilah yang diselidiki dan dipelajari dalam sosiologi (Kartasapoetra, 1982 :26-29).
6) Sifat-Sifat Sosiologi Ada empat sifat sosiologi sebagai ilmu yaitu, bersifat empiris, teoritis, kumulatif dan Non etis atau tidak menilai (Robert M. Z lawang, 1985:21-23). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut ini.
a. Bersfut empiris Sosiologi bersifat empiris artinya didasarkan pengamatan dan penalaran. Pengamatan berarti semua yang berhubungan dengan panca i ndera manusia yang dialaminya dalam kehidupan sosial. Sedangkan penalaran berarti semua yang berhubungan dengan aka1 budi dan semua bersifat rasional. Sebagai contoh, pada masa krisis moneter sejak bulan Juli 1997, kehidupan bangsa Indonesia sangat memprihatinkan sebagai akibat kekacauan politik dan ekonomi sehingga semuanya menjadi sangat labil. Hal yang dikemukakan di atas bersifat empirik karena bisa dibuktikan secara nyata dilapangan. Silakan anda can contoh yang lain. b. Hersfut 'l'coritis
Teori adalah "kalimat ilmiah" yang memperlihatkan hubungan antara sekurang-kurangnya dua konsep ilmiah. Hierarki yang lengkapnya harus diawali dengan fakta, data, konsep, teori dan kaidah. Fakta adalah suatu kenyataan. Sebagai contoh, beberapa menit lagi akan datang pak
Ahmad yang memakai setelan safari lengkap. Apabila pak Ahmad yang di kemukakan i tu datang pada waktunya, maka dinamakan fakta. Selanjutnya data adalah fakta yang dipilih untuk tujuan tertentu. Misalnya dalam kelas anda ini terdapat 25 orang mahasiswa dengan rincian, 5 orang ta~natan SMU, 10 Orang tamatan SMK dan 19 orang lagi tamatan Madrasah Aliah. Semua mahasiswa tamatan Madrasah Aliah saya minta untuk memberikan ceramah pada 10 musholla di kelurahan Dadok Tunggul Hitam. Mereka itu disebut data. Konsep adalah sejumlah fakta yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Ada konsep yang kongkrit seperti meja, kursi, kapur, spidol dan lain sebagainya dan ada konsep yang abstrak seperti wanita, burung, komunisme, imperialisme sehingga semua sama dan istilah dinamakan konsep. Untuk jelasnya anda lihat burung pada skema berikut ini. Kenari
El ang
Ostrich
-dapat bernyanyi
-tidak bernyanyi
-tidak bernyanyi
-tingginya + 10 cm
-tingginya+ 80 cm
-tingginya=60 cm
-punya sayap
-punya sayap
-punya sayap
-terbang
-tidak terbang
-terbang
-punya paruh
-punya paruh
-punya paruh
-kaki bersisik
-kaki bersisik
-kaki bersisik
-dst.
-dst.
-dst.
Hubungan sebab akibat yang lazim disebut dengan kaidah dapat dilihat pada jiwa berdagang orang Tionghoa dimana pen&&kan keluarga ikut mempengaruhi dan menentukan semangat berdagangnya. Ini adalah suatu teori, karena teori ini &susun berdasarkan pengamatan terhadap keluarga-keluarga Tionghoa. c. Bersfat Kumulutf
Kumulatif berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata "cumulare" yang berarti menimbun, menumpuk yang semakin lama semakin besar. Sosiologi bersifat kumulatif artinya teori sosiologi seperti dikemukakan pada point c di atas tidak terjadi sekaligus. Maksudnya teori-teon sosiologi diramu clan diben tuk atas dasar teori-teori yang lampau tersebut disempumakan, ditambah, diperluas dan lain sebagainya, sehingga teori tersebut makin sempurna dan semakin baik.
d. Berslfat Non Etis ufuuticluk menilui
Ilmu sosiologi dalam menggambarkan individu atau masyarakat sama sekali tidak bermaksud apakah fenomena sosial itu baik atau buruk. Sosiologi hanya menjelaskan perilaku sosialnya. Apabila dalam suatu masyarakat muncul fenomena kebiasaan mencuri atau korupsi sudah demikian merajalelanya, ilmu sosiologi atau sosiologi hanya meneliti dan mengungkap mengapa sampai terjadi demikian. Para sosiolog akan mengatakan bahwa yang dikemukakan di atas jelek. Soal baik dan buruk urusan ilmu sosiologi tetapi adalah ruang lingkup kajian agama atau moral dan etika. Justru karena itu sosiologi b~kanlahetika. 7) Ruang Lingkup
Masyarakat dapat ditelaah dari dua aspek, yaitu aspek struktural dan dinamikanya. Dari segi struktural yang dinamakan juga dengan struktur sosial, yaitu keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidahsosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial dan lapisanlapisan sosial. Sedangkan dinamika masyarakat atau dinamika sosial juga dengan proses sosial, yaitu perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama ( Soleman b taneka,
1990 :20). Bertolak dari pernyataan di atas, maka ruang lingkup Sosiologi adalah masyarakat dilihat dari struktur sosial dan proses sosial. Proses sosial ditekankan pada interaksi sosial yang menyangkut gabungan antar orang perorangan, antar kelompok maupun antara orang perorangan
dengan
kelompok.
8) Manfaat Penelitian Sosiologi Bagi Pembangunan Apabila pembicaraan mengenai manfaat penelitian sosiologi dibatasi pada kaitannya dengan tahaptahap pembangunan dapat dilihat pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan (Soerjono Soekanto, 1987 :382). Pada tahap perencanaan dperlukan data yang lengkap mengenai masyarakat yang akan dibangun. Data yang dimaksud mencakup pola interaksi sosial, kelompok-kelompok sosial, kebudayaan yang berisikan pada nilai-nilai dan stratifikasi sosial.
Pola interaksi sangat penting untuk menciptakan suasana yang mendukung pembangunan. Kelompok-kelompok sosial terutama ditekankan pada kelompok-kelompok sosial yang infonnasi yang biasanya berpengaruh dari mana nilai yang mendukung mana yang menghalangi pembangunan. Mengenai stratifikasi sosial dimaksudkan untuk mengidentifikasi siapa yang akan dijadikan pelopor dan panutan masyarakat. Pada tahap pelaksanaan, perlu
diadakan identifikasi terhadap
kekuatan-kckuatan sosial terutama pola-pola kekuasaan dan wewcnang dalam masyarakat. Sejalan dengan itu juga hams diidentifikasi perubahan-perubahan sosial. Perubahan yang positif perlu dikembangkan dan perubahan sosial yang negatif dinetralisir.
B. Metode-Metode dan Teknik-Teknik Penelitian Sosiologi
1. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, selama ini para peneliti dihadapkan pada dua paradigma yang berbeda, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitati f. Dalam perkembangannya dua paradigma yang berbeda itu mengalami masa-masa dimana keduanya saling bertentangan secara tajam; pada saat-saat riset kuantitatif yang menjadi dominan tidak mengakui riset kualitatif dan menganggap sebagai kegiatan yang tidak ilmiah. Dengan perdebatan yang panjang antara keduanya, dengan saling menyerang dan menunjukkan kekuatan masing-masing pertentangan telah berkembang pada tahap bahwa keduanya saling mengakui kedudukan masing-masing yang berbeda arah dan pandangan. Dalam perkembangannya yang terakhir, para peneliti sampai pada pandangan bahwa keduanya bukan saja diakui sebagai pendekatan riset yang sah, tetapi bahkan keduanya dapat bekerjasama, saling mengisi dan saling memperkuat (H.B Sutopo, 1988:1). Riset kuantitatif dan kualitatif mempunyai perbedaan yang jelas. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada karakteristiknya. Disamping itu juga dapat dilihat pada teknik dan proses filosofisnya. Karena masing-masing didasarkan pada pandangan filsaiat yang berbeda. Riset kuantitatif bersumber pada positivisme, sedangkan riset kualitatif bertitik tolak dari fenomenologis '
dan hennaneutik atau interpretif. H.B. Sutopo (1982:2) mengutip pendapat Delthey mengatakan, pendekatan riset interpretif bagi ilmu-ilmu budaya dan moral secara langsung menantang riset kuantitatif yang berbeda dibawah naungan positivisme dimana ada perbedaan yang mendasar antara pokok
pennasalahan dalam ilmu alam ilmu-ilmu budaya. Dalam ilmu alam permasalahan pokoknya didasarkan pada kenyataan berbagai objek yang dapat dilihat diluar kita dan terlepas bebas sebagai fakta objektif (realitas eksternal). Sangat berbeda halnya dengan ilmu-ilmu sosial dan budaya yang memusatkan studinya pada realitas sebagai produk pikir manusia dengan gejala subjektifitasnya,emosi dan nilai-nilai (realitas internal). Lebih lanjut dijelaskan riset kuantitatif dengan realitas ekstemalnya, melihat fakta yang terpisah dari nilai. Hal ini berarti kebenaran sebagai suatu realitas yang ada secara bebas tidak terpengaruh oleh manusia. Pandangan yang demikian memungkinkan seorang pneliti dalam, proses pengumpulan data tidak perlu berhubungan langsung dengan sumber data dan menangkap realitas cukup dengan instrumen tanpa harus tejun langsung kelapangan penelitian. Berbeda dengan riset kualitatif yang didasarkan pada realitas internal. Pendekatan riset kualitatif ini menganggap kebenaran sebagai suatu hasil persetujuan, sesuai dengan konhsi sosial dan historisnya. Realitas sosial sebagai hasil pikiran serta pandangan manusia dapat diambil atas dasar minat clan tujuan. Dalam arti kualitatif yang didasarkan pada rasionalisme menganggap hanya ada satu realitas yang benar. Sebaliknya dalam riset kuantitatif terdapat banyak realitas karena riset ini didasarkan pada atau bersifat naturalisme. Karena dalam pengumpulan data di lapangan sipeneliti dengan responden saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Riset kualitatif dinilai terlalu bersifat subjektif, karena itu sering menjadi perdebatan dan kritik yang tajam oleh peneliti kuantitatif. Namun dibantah dengan keras oleh Hidayat ~ataatmajadalam Sutopo (1982) yang mengatakan "Landasan yang dijadikan dasar tempat manusia membangun ilmu pengetahuan adalah subjektivitas... ... subjektivitas kitalah yang akhirnya berbicara, yang mengambil keputusan mengenai kebenaran sesuatu". Bahkan subjektivitas yang begitulah yang mengambil keputusan mengenai kebenaran tentang ditegakkannya rasionalisme, empirisme, subjektivitas dan relativisme dalam dunia ilmiah. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa manusia yang , bersifat subjek tidak mungkin dapat didekati dengan ilmu yang bersifat
objektif. Hal ini diakui oleh penganut Post Positivisme yang mengatakan bukti-bukti empiriknya tak sanggup mengatasi dengan menyediakan jawabanyang tepat, guna mendukung kekuatan interpretasi peneliti. Pengikut
cukup memberikan kekuatan yang melandasi interpretasi, karena para filsuf masa kini mengenal, bahwa apa yang dinyatakan sebagai bukti empirik, sebenarnya juga sangat tergantung dari kerangka kerja interpretasi yang digunakan ( Donmoyer dalam Sutopo, 1982:5). Dari uraian di atas dapat dikemukakan perdebatan antara riset kuantitatif dengan riset kualitatif memberikan dampak positif yang mampu menggabungkan dan saling memperkuat serta memantapkan kedudukan masing-masing. Sehingga tak jarang para peneliti menggunakan kedua jenis riset ini dalam penelitiannya dalam artian, kelemahan riset kuantitatif dapat dilengkapi oleh riset kualitatif dan sebaliknya.
2. Penopang Teoritis dan Karakteristik Riset Kualitatif a. Penopang teoritis Ada lima penunjang teoritis dalam perkembangan Riset Kualitatif yaitu pendekatan Penomenologi, Etnometodologi, Harrneunetik, Interaksi Simbolik dan Kultur (Bagian dan Biklen dalam Sutopo, 1982 : 8). Dalam pendekatan Penometodologi sipeneliti berusaha untuk mengerti makna dari berbagai peristiwa clan interaksi manusia dalam situasi yang khusus. Penelitian dengan pendekatan ini dimulai dengan sikap diam. Artinya, peneliti berangkat dari ketidaktahuannya tentang makna dari berbagai ha1 bagi
orang-orang yang dipelajarinya. Pendekatan Penometodologi
menekankan pada berbagai aspek subjektif dan prilaku manusia, supaya dapat mengetahui dan mengerti tentang bagaimana dan apa makna yang mereka bentuk dari berbagai peristiwa dalam kehidupan mereka seharihari. Makna dari pengalaman itulah yang menyusun realitas dan realitas itu terbentuk dari interaksi sosial. Berdasarkan ha1 yang demikian di atas dapat dikatakan, bahwa riset kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pengertian atau subjektivitas pandangan subjektivitas itu sendiri. Pendekatan
Etnometodologi
lebih
sering
mengarah
dan
k
menekankan pada masalah pokok yang chteliti dan biasanya kurang menyatakan metode-metode yang digunakan oleh para penelitinya. Etnometodologi merupakan suatu studi tentang bagaimana pribadi-pribadi menciptakan dan mengerti kehidupan sehari-hari. Karena itu subjeknya
I
adalah orang-orang dalam berbagai situasi tertentu dalam masyarakat.
Pendekatan Hermeneutik mengarah pada penafsiran ekspresi yang penuh dengan makna dan dilakukan dengan sengaja oleh manusia. Untuk mengerti
suatu ekspresi, orang harus mengerti
ekspresi-ekspresi
individual. Dalam riset kualitatif seorang peneliti hanya dapat menjadikan suatu interpretasi (didasarkan pada nilai-nilai, minat dan tujuan atas interpretasi orang lain). Tnteteraksi simbolik adalah asumsi, bahwa pengalaman manusia '
diperoleh lewat interpretasi. Objek, orang, situasi dan peristiwa, tidaklah memiliki maknanya sendiri, tetapi adanya makna itu karena diberi (Sutopo, 1982:8). Orang melakukan interpretasi bisa dengan bantuan orang lain, orang-orang dengan masa lampaunya, para penulis, anggota keluarga, orang-orang yang dijumpai di tempat bekerja atau bermain lewat interaksi dengan orang lain, seseorang membentuk makna. Kultur merupakan pengetahuan yang diperoleh seseorang dan digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman yang menghasilkan perilaku. Kerangka kerja yang digunakan bagi peneliti Antropologis adalah konsep budaya. Walaupun ada perbedaan pendapat tentang definisi budaya, namun diakui adanya interaksi antara budaya dan makna yang diberikan oleh orang atas berbagai peristiwa yang mereka alami. b. Karekteristik Riset Kualitatif
Dalam masa perkembangan yang semakin kaya variasnya, riset kualitatif memiliki banyak keluwesan strategi dan bentuknya. Dalam berbagai bidang yang relatif baru memungkinkan perumusan tentang karakteristiknya tidak bersifat definitif. Namun dari berbagai bentuknya yang ada beberapa karakteristik yang pokok dan menonjol adalah (H.B.Sutopo, 1982:9).
1) Riset kualitatif memiliki bingkai aslinya atau "natural setting", karena data dikumpulkan dari sumber langsung dan peneliti langsung sebagai instrumen penelitian. peneliti menjelajahi kancah dan menghabiskan waktunya cukup lama d&am mengumpulkan data dapat diynakan, namun data yang dikumpulkan dalam bentuk deskripsi kalimat selalu ditunjang dengan pengertian yang diperoleh dari lapangan atau pengalaman sendiri. 2) Riset kualitatif memusatkan perhatian pada deskripsi. Hanya kualitatif
melibatkan penelitian antologis. Data yang dikumpulkan benvujud
kata-kata dalam kalimat atau gambar-gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka atau jumlah.
Berisi catatan yang
menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung pengujian. Peneliti mencoba menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa sedekat mungkin dengan aslinya seperti pada waktu dicatat. 3) Riset halitatif lebih mementingkan proses produk. Karena yang
diutamakan adalah proses, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana orang-orang merundingkannya, bagaimana istilah tertentu timbul dan digunakan, bagaimana pandangan-pandangan tertentu timbul dan menjadl bagian dari apa yang disebut pengertian umum. 4) Riset kualitatif mengarahkan kegiatannya secara dekat dan pada peristiwa-peristiwa nyata dalam realitas aslinya bukan pada sekedar lapangan yang ada. Subjek peristiwa yang diteliti adalah subjek masa kini bukan masa lampau. 5 ) Riset kualitatif cenderung menggunakan analisis induktif. Data
dikumpulkan bukanlah untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan sebelum penelitian dunulai, tetapi abstraknya disusun sebagai kekhususan-kekhususan yang telah berkumpul dan dikelompokkan bersama pengumpulan data. 6) Riset kualitatif menganggap makna sebagai perhatian utamanya.
Peneliti berrninat pada bagaimana orang memberi makna pada kehidupan sendiri. Peneliti tertarik pada apa yang disebut "participant perspective".
Peneliti berusaha
memusatkan
pada pertanyaan-
pertanyaan, asumsi-asumsi apa yang telah diajukan orang-orang tentang kehidupan mereka sendiri. Bagaimana mereka membentuk dunia sosial mereka sendiri dalam hidupnya. 7) Riset halitatif memandang stnrktur sebagai suatu "ritual coust raint". Karya kualitatif menganggap, bahwa pola-pola aktivitas sosial tertentu pada dasarnya adalah hasil kebiasaan, kondisi sesaat, pola yang tergantung pada situasi dan interaksi yang sedang berlangsung.
3. Teknik-Teknik Penelitian Teknik yang dimaksud disini adalah teknik atau cara dalam mengumpulkan data dari sumber-sumber data. Sumber data dalam penelitian
kualitatif dapat berupa manusia, dengan tingkah lakunya, peristiwa, dokumen, arsip dan benda-benda lainnya. Berbagai bentuk data tersebut menuntut cara tertentu guna mendapatkan data dirinya.. Strategi pengumpulan data dalarn riset kualitatif dapat dikelompokkan dalam cara pokok yaitu metode interaktif dan non interaktif (Goetz dan Le Compte dalam Sutopo, 1982 :19). Lebih lanjut dijelaskan metode interaktif meliputi interview dan observasi berperan, sedangkan metode non interaktif meliputi observasi tak berperan dan content analysis dokumen dan arsip.
a. Dokumentasi Informasi dokumenter sangat relevan dengan semua bentuk studi kasus. Jadi informasi semacam ini dapat berupa surat, memoranda, agenda, pengumuman-pengumuman, catatan rapat, proposal, progress raport, laporan studi yang pernah dilakukan di tempat yang sama, clipping beri ta dan artikel di media masa yang relevan.
b. Kumpulan Arsip Data meliputi catatan kegiatan, catatan organisasi tentang biaya dalam periode tertentu, peta dan daftar karakteristik geografis suatu tempat, daftar nama-nama dan komoditi yang relevan, data survey seperti data sensus dan catatan pribadi seperti catatan harian. c. Wawancara (interview)
Interview merupakan salah satu teknik yang terpenting dalam mendekati sumber informasi. Umumnya interview dalam penelitian kualitatif bersifat "open-ended" dan dilakukan secara informal guna menanyakan pendapat responden tentang peristiwa tertentu. Dalam kedudukan ini subjek studi berperan sebagai informan dari pada sebagai responden. Interview dilakukan pada waktu dan konteks yang tepat dan dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan keperluan peneliti. Wawancara seperti ini biasa juga disebut "in-depth interviewing". Keberhasilan peneliti dalam mendapatkan data yang akurat sangat tergantung kepada pendekatan dan kiat sipew;wancara.
Sebagai contoh pemah dilakukan
wawancara terhadap pahlawan pejuang di Sumatera Barat dengan mengunjungi beberapa informan kunci diberbagai daerah tingkat 11. Ada seorang informan di Bukittinggi yang selalu disebut-sebut oleh informan lain. Lalu ditugaskan seorang interview muda kesana. Pada dikunjungi dan diwawancarai bapak tersebut menjawab tidak tahu dan bapak tersebut
bersikap tidak acuh saja. Hal yang sama disusul oleh interviewer kedua sehingga tim peneliti kehilangan akal. Lalu ditugaskan interviewer senior. Karena yang bersangkutan berpengalaman. Setelah wawancara dibuka lalu interviewer mengeluarkan sebuah pertanyaan "Dari beberapa contoh yang saya wawancarai di berbagai daerah tingkat IT di Sumatera Barat, mereka mengatakan dl kampung bapak ini tidak orang yang berjasa selama perang kemerdekaan di Sumatera Barat". Bapak tersentak dan langsung berdiri sambil berkata "Siapa yang mengatakan". Dengan kiat seperti ini bapak tasi tersinggung dan menjelaskan atau menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya dan wawancara berturut-turut selama tiga hari. Malah bapak tersebut membuka beberapa lemarinya yang penuh berisi dengan kliping koran yang tersusun rapi pada buku folio bergaris. d. Observasi langsungltak langsung
Diharapkan sudah terbentuk perilaku yang relevan dan kondisi lingkungan yang diamati sudah tersedia dengan baik. Kegiatan observasi dapat dilakukan dengan baik, baik secara formal maupun informal. Secara formal dapat diamati tentang pertemuan, kelas ataupun kegiatan k e j a di pabrik. Secara informal dapat dilakukan selama kunjungan dengan mengamati berbagai situasi seperti kondisi bangunan, kelengkapan perabot, dan iklim organisasi. Observasi sebaiknya tidak dilakukan satu kali.
e. Observasi Berperan Dalam observasi ini si peneliti Earus bersikap aktif dan memainkan berbagai peran yang mungkin dalam berbagai situasi. Peneliti dapat berperan sebagaimana salah seorang penduduk yang tinggal di lokasi yang kecil dipojok kota. Berbagai peran dapat dipilih guna berintegrasi dengan berbagi macam informan. Dalam observasi ini si peneliti dapat mengambil bagian dalam kegiatan kelompok. Keuntungan lainnya adalah adanya kesempatan untuk menangka? realitas dari seseorang yang terlibat dalam kasus yang diteliti. Teknik ini sering digunakan dalam penelitian
.
Antropologi yang meneliti berbagai suku atau kelompok suku yang berbeda-beda. f. Benda-Benda Fisik
Benda-benda fisik terutama benda budaya merupakan salah satu swnber data. Benda-benda tersebut bisa berupa alat-alat teknologi, benda guna dan karya-karya seni. Henda-benda ini banyak digunakan dalam penelitian Antropologi. Pengamatan ditekankan pada keadaannya, terawat atau tidak dan pemanfaatannya. g. Field note (catatan hasil wawancara dan observasi)
Data dala~npenelitian kualitatif biasanya berupa field note, yaitu data yang sangat penting artinya bagi seseorang, mungkin tidak berharga sama sekali bagi orang lain (Sutopo, 1982:22). Memo seorang kepala kantor dapat menjadi data yang berharga isinya dengan segala potensi untuk penelitian tertentu. Sumber dari field note bisa berupa buku harian, foto, dokumen resmi dan artikel dalam majalah atau surat kabar. Data tersebut adalah bukti dan sekaligus petunjuk field note terdiri atas dua bahagian yaitu bahagian deskriptif dan reflektif. Bahagian deskripsi dalam field note meliputi potret subjek, rekontruksi dialog, deskripsi keadaan fisik tentang tempat, barang-barang lain dan catatan tentang peristiwaperistiwa khusus termasuk siapa yang terlibat, dengan cara bagaimana, gerak-geriknya dan tingkah laku peneliti. Desknpsi dibuat selengkap lengkapnya dan menghindari penyingkatan ataupun pengevaluasian. Lebih baik mencatat lengkap apa yang dikatakan orang dan menggunakan istilah yang mereka pakai serta menghindari kata-kata yang abstrak. Bagian reflektif, field note ini berisi kalimat dan paragraf yang mencerminkan perhitungan pribadi peneliti tentang berbagi ha1 yang ditelitinya. Isinya lebih banyak berupa catatan dari sisi subjektif dalam proses perjalanan penelitian (spekulasi, perasaan, masalah-masalah, pikiran, pesan, dan prasangka peneliti) dan juga rencana selanjutnya, penjelasannya, pembetulan kesalahan dalam field note. Pada bahagian akhir dari field note, biasanya peneliti merenungkan pengalamannya selama sehari, berspekulasi tentang kemungkinan teori yang dapat
.
disusun, menulis tambahan informasi dan merencanakan kegiatan
.
selanjutnya. Potongan yang lebih panjang dari catatan biasanya disebut "Memo".
Masyarakat Dalam Konteks Kebudayaan 1. Masyarakat
Menurut I<. Linton, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka itu dapat mengorganisasiksn dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. M.J.Herskovitas mengatakan, masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti cara hidup tertentu. Selanjutnya .L Gillin dan J. P Gillin mengatakan, masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan tradisi, siakp dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokanpengelompokan yang lebih kecil (Harsojo, 1977: 144-145). Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa masyarakat adalah kumpulan sejurnlah individu yang menempati suatu wilayah dalam waktu yang cukup lama, dimana antara satu individu dengan individu yang lain selalu terjadi hubungan dan saling mempengaruhi antara sesamanya. Oleh karena itu
keberadaan suatu
masyarakat sangat ditentukan interaksi sosial yang oleh Park dan Burgess diklasifikasikan kedalam liina unsur yaitu komunikasi, konflik, kompetisi, akomodasi dan asimilasi.
2. Asal Usul Masyarakat Sesuai dengan fitrahnya, manusia adalah makhluk yang lemah, namun ia mempunyai kelebihan dari makhluk yang lain dalam ha1 akal, nalar dan kemampuan mengkomunikasikan hasil penalarannya. Atau dasar fitrah tersebut manusia tidak bisa hidup sendiri. Fal ini disebabkan karena: a. Hasrat atau dasar naluri sendiri. Hal ini disebabkan karena: a. Manusia makhluk yang lemah
b. Menurut Aristoteles, manusia adalah Zoon Politicon c. Manusia membutuhkan hidup bersama karena adanya perbedaan sifat dan kedudukan dan sebagainya. b
3. Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah yang '
merupakan bentuk jamak dari kata budi dan akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-ha1 yang bersangkutan dengan budi atau akal. Dalam istilah lain ada istilah "Culture" yang berasal dari bahasa latin "colere" yang berarti mengolah atau mengerjakan, yaitu tanah mengolah
tanah atau bertani. Culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam. (Soejono Soekamto,
197055).
Selanjutnya menurut Sir Edwar Tylor, kebudayaan adalah koinplek keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukurn, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang
sebagai
anggota
masyarakat.
R.
Linton
mengemukakan,
kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil dari tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung dan ditentukari oleh anggota dari masyarakat tertentu. C. Kluckhohn dan W. H. Kelly yang menyatakan, kebudayaan adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam sejarah secara explisit, implisit, rasional, irasional dan non rasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia. (Harsojo, 1997 : 109-1 10). Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa kebudayaan adalah segala hasil cipta, rasa karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan. lahiriah atau jasmaniah, maupun kebutuhan rohaniah. Sehubungan dengan itu maka dikenal dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaan jasmani dan kebudayaan rohani. 4. Kebudayaan dan Masyarakat Bertolak dari definisi atau bahasan konseptual tentang masyarakat dan kebudayaan yang dikemukakan di atas, jelas, bahwa antara kebudayaan dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat dan tak terpisahkan. Tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat, karena kebudayaan merupakan produk dari hasil cipta, rasa dan karena manusia. Sebaliknya masyarakat yang merupakan kumpulan sejumlah individu adalah makhluk yang berbudaya. Manusia atau masyarakat mampu dan berhasil merurnuskan nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan tersebut akhirnya menjadi kebiasaan yang dipatuhi oleh seluruh anggotanya sehingga melahirkan suatu kebudayaan yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. b
5. Struktur Kebudayaan Setiap kebudayaan dari bangsa manapun juga terdiri atas sejumlah unsur yang tak terbatas jumlahnya, inulai dari unsur yang paling kecil sampai kepada gabungan dari unsur-unsur yang lebih besar yang secara bersamasama
membentuk
struktur
kebudayaan.
Secara
hirarki
unsur-unsur
kebudayaan tersebut adalah : item, traits, complexes, cultural activities dan cultural universal (Harsojo, 1997:134). Struktur kebudayaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Struktur Kebudayaan
4 Cultural Universal 4 Cultural Activities
4 Traits Complexes
4 Traits
4 Item a. Cultural Universal
Cultural Universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat umurn dan dimiliki oleh semua bangsa dirnanapun di dunia ini. G. klucckhohn dalam bukunya yang berjudul Universal categories of Culture menge~nukakan bahwa ada tujuan unsur kebudayaan yang bersifat universal yaitu :
I. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alatalat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dsbnya).
2. Mata pencarian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya) 3. Sistem kemasyarakatan (sjstem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan).
4. Bahasa (lisan rnaupun tulisan) 5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya)
6. Sistem pengetahuan
7. Religi (sistem kepercayaan) Koentjaraningrat, 1974:12) lihat Soerjono Soekanto, 1970 :57-58) b. Cultural Activities Cultural activities merupakan pecahan dari unsur cultural universal yang disebut aktivitas kebudayaan. Sebagai contoh mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi. (Cultural Universal). Cultural activitiesnya adalah pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan lainlain. c. Traits Complexes Cultural activities dapat dipecah lagi menjadi traits complexes. Sebagai contoh pertanian (Cultural Activities). Pertanian sebagai cultural activities dapat dipecah lagi atas unsur-unsur, irigasi, sistem pengolahan tanah, dengan bajak, sistem hak milik atas tanah dan sebagainya. d. Traits Pengolahan tanah dengan baik (traits complexes) dapat dipecah lagi menjadi
beberapa
unsur
seperti
hewan
menarik
bajak,
teknik
mengendalikan bajak, dan lain-lain. Kedua unsur ini yang terakhir ini disebut traits. e. Item Item adalah unit atau unsur yang paling kecil dalam kebudayaan. Sebagai contoh, bajak adalah traits. Dalam ha1 ini bajak masih dapat dipecah atas beberapa unsur seperti mata bajak yang terbuat dari besi, kerangka bajak yang dari kayu, besi paku dan lain-lain. Bila unsur-unsur bajak dilepas tersebut masih punya arti, tetapi bajak sebagai item tidak berfungsi lagi.
6. Kebudayaan Sebagai Sistem Norma Kebudayaan pada dasarnya bersifat normatif, karena kebudayaan merupakan kumpulan dari nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan yang sudah menjadi kebiasaan atau tradisi. Justru karena itu kebudayaan bersifat normatif dalam arti sebagai sistem norma, maka kebudayaan dijadikan sebagai standard berperilaku bagi para pendukun~mya.
D. ~ ~ s 3 & ~ ~ i T T b b s
;-,p-I;q.g:TG,4,r, -Ki_!l:is;-i;tas -. .- . . -- . . .-.. . bera;;$j- 4:q-f k~!~s C~~~;~rr;ini+ :,k,ig%. i -i e ! i ~ & ~ . . \ ~ [email protected] ~ i : ~ =li:d>y=&<~f .
,
?
$LL.~:.
----r----r.-
7
.
.
w x g ~g&,u&l , 15"7?:.-i l 6 j . P-aiilE. a c&LA. t.-,-;;;;1gx 232-1g>.:i:-. bcc;:~!>o s2*k2ri+f-.. La,,
sc.iergp&''. ~ e n < . ~ ~ i,g!:d$>. ~ j a m93<75
..,, +:.*>,*.:.: -. nouec;i d d a m &!cc;n;.a (-je.29> z . > -,3.~,2..,;..,& -.*
;L.3
.-c:,;:j:
5
i
.
Sasi;;iGgh lcon-,unii;a ada?& .- (1 . 9B9) nlengc?t~~gPdl, .:?:lsiq:~ ~>>33:3 ;:3:?;:3ir<5>1$~~:s,+>:qp3n13 ,. k:?2&:3> { d ~ . ~ x , r j ~ ~ ~ )
>.?j ~ , ~ , Di.; i 3.-., .i. .. A , G: i,.n:ibt;a-iz-:l:a. fsczt-ti.i:i i r . ~ l ~ - ~ i :?~:f~ig i ~ iebifl ~ < . ~ ~yinc i <
:
,
&.
$'
iL.
,.f
3
w;
:.jrtr.et.ti~$.i'&a~: ole&
n.ilierg:, TT!¶'
il;iiIL!fii?i!;FtS E:481:$i Beke] C.II!POk craq,g i >?-(:cz-!.;CiIiz2ils>z!iiik?j$ - ., z e l L h ; : ;=, ..---. - i:.-,i;~\+- . j o,,:, r ; LddlL ~ ~ : ~ ~... ~~ ~e < & :I<;~ ~~i32!~&re:1F~$ ; f i ke<j3 .r,z
*d:>21 - sdill,g - j ~~ ~ ~ y L ?~i i ~~e s ~~& ~~l , ~
.. , ,< .. LyLeLkt3i9p~::- y t ~ i j Z, ~ S i.~.,; ~ L7Q ~4.- f-;....,-i t ~ t - - c = : ~ &~~ -~ ~ j > ~ ~ ~22213 ~ ; ~ ~- ; ~t ~~ q gz$fliiuat ; ~ "1 ~ p:l-isrp&L & ~ ~ ~
X T
.. ko;nl.mifz? i.r.zr?l
Icelrrmiitrw.....,sL " re:&? :~.gie:l ter-sebirt .,-. gldzs;G-kpd; kefs.a.& i.Fer.he<w:icor.& D C ~ : ~ : ~ ! Lst.~; ~. pay a t i t ~ezp ~ r & i - e ke&a