PENGANTAR ROUTING TRAFIK TELEKOMUNIKASI RAHMAD FAUZI Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara TRAFIK ROUTING 1. TUJUAN RUTING TRATIK Tujuan ruting trafik adalah membangun suatu koneksi yang berhasil antara dua buah sentral dalam jaringan. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka fungsi ruting trafik adalah memilih grup sirkit untuk setiap percobaan panggilan atau aliran trafik pada sebuah sentral pemilihan suatu grup sirkit dipengaruhi oleh informasi mengenai ketersediaan elemen-elemen jaringan yang diperlukan. 2. TOPOLOGI JARINGAN 2.1. Elemen-elemen Jaringan Sebuah jaringan terdiri dari node-node (sentral-sentral switching) yang berinterkoneksi melalui grup-grup sirkit (rute-rute teknis). Sejumlah grup sirkit dapat dirutakan langsung antara sepasang node, dapat pula secara undireksional atau bahkan keduanya. Gambar 1 menunjukkan kemungkinan-kemungkinan tersebut. Suatu rute langsung memuat satu atau lebih grup-grup sirkit yang mengkoneksikan node-node yang berdekatan. Sedangkan rute tidak langsung terdiri dari jumlah grup sirkit yang mengkoneksikan dua node yang akan memberikan koneksi end to end melalui node-node lainnya. 2.2. Arsitektur Jaringan Dalam arsitektur jaringan nasional biasanya tepat untuk mengambil hirarki dari unit-unit switching (seperti area lokal, trunk regional, trunk internasional) dimana setiap level dari hirarki tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. 2.3. Hirarki Ruting Penting dicatat, bahwa konsep ruting secara hirarki disini tidak perlu dikaitkan langsung dengan konsep hirarki sentral switching. Suatu struktur switching dikatakan hirarkis, jika untuk semua aliran trafik, semua panggilan yang ditujukan ke suatu rute pada sebuah node tertentu (spesifik), mengalami overlow pada sekumpulan rute-rute yang sama, tidak termasuk rute-rute yang telah mengalami pengujian. Rute-rute dalam kumpulan ini selalu diuji secara teratur meskipun beberapa rute bisa saja tidak tersedia tipe-tipe untuk panggilan tertentu. Pilihan rute terakhir merupakan pilihan rute final. Dalam pengertian bahwa tidak ada bagi aliran trafik yang kemudian akan overlow dalam menggunakan rute ini. Salah satu contoh rute hirarkis pada sentral-sentral dalam jaringan non hirarkis diiustrasikan pada gambar 2.
©2004 Digitized by USU digital library
1
Struktur ruting dinyatakan tidak hirarkis (non hirarkis), jika melanggar defenisi yang disebutkan di atas (seperti overlow mutual antara grup-grup sirkit originating pada sentral yang sama). 2.4. Skema Ruting Skema ruting menunjukkan bagaimana sekumpulan rute-rute disediakan untuk panggilan-panggilan diantara sepasang node. ¾ Skema ruting tetap (fixed routing scheme): kumpulan rute-rute yang selalu sama dalam pola/susuna ruting. ¾ Skema ruting dinamis (dynamic routing scheme): kumpulan rute-rute yang bervariasi dalam pola ruting. 2.4.1. Skema Ruting Tetap Susunan ruting pada jaringan dapat berupa bentuk yang tetap, yang bilamana mengalami perubahan untuk percobaan jenis panggilan tertentu memerlukan investasi secara manual. Perubahan ini selanjutnya merupakan "perubahan permanen" pada skema ruting (seperti introduksi rute-rute baru yang memerlukan suatu skema ruting tetap). 2.4.2. Skema Ruting Dinamis Skema ruting seringkali dapat pula bervariasi secara otomatis seperti perubahan-perubahan ruting yang bergantung pada waktu, status jaringan dan/atau bergantung pada peristiwa yang terjadi. Pembaharuan (updating) susunan ruting dapat dilakukan secara periodik atau dapat juga dilakukan sewaktu-waktu menurut yang telah dijadwalkan/di tentukan sebelumnya, bergantung pada status jaringan, atau bergantung pada berhasil atau gagalnya panggilan. 2.4.3. Ruting yang Bergantung pada Waktu Susunan ruting akan berubah pada waktu-waktu tertentu (tetap) dalam hari (atau minggu) dalam upaya memenuhi perubahan deman trafik dari menyediakan ruting baru baginya. Perlu dicatat, bahwa perubahan-perubahan ini hendaknya direncanakan sebelumnya dan selanjutnya dimplementasikan secara konsisten untuk suatu selang waktu yang panjang.
©2004 Digitized by USU digital library
2
2.4.4. Ruting yang Bergantung pada status Jaringan Susunan ruting akan berubah secara otornatis berdasarkaan status /keadaan jaringan. Misalnya skema-skema ruting yang dikenal sebagai ruting adaptif. Agar dapat mendukung tipe skema ruting ini, perlu mengumpulkan informasi mengenai status jaringan. Sebagai contoh, setiap sentral dapat rnengurnpulkan catatan panggilan-panggilan yang berhasil atau catatan okupansi dari grup trunk outgoing. Informasi ini selanjutnya dapat didistribusikan melalui jaringan ke sentral-sentral lainnya atau diteruskan ke pusat database (basis data yang tersentralisasi). Berdasarkan informasi jaringan ini, keputusan ruting dibuat baik pada setiap sentral atau pada prosesor sentral yang melayani seluruh sentral. Lihat gambar 3.
2.4.5. Ruting yang Bergantung pada Peristiwa/Keadaan yang Terjadi Susunan ruting akan diupdate secara lokal berdasarkan berhasil atau gagalnya panggilan pada suatu pilihan rute tertentu. Setiap sentral akan memiliki daftar perubahan-perubahan dan menyokong pilihan-pilihan tersebut yang mungkin akan berhasil atau gagal dalam mengatasi kongesti. 2.4.6. Pemilihan Rute Pemilihan rute pada dasarnya adalah suatu tindakan memilih suatu rute yang ditujukan bagi sebuah panggilan secara spesifik. Pemilihan rute terbagi atas: - Pemilihan yang dilakukan secara teratur/berurutan: rute yang termasuk dalam satu set (kumpulan) rute yang selalu diuji secara teratur, dan rute pertama yang tersedia merupakan rute yang dipilih. - Pemilihan secara tidak teratur: rute-rute yang tergolong dalam sekumpulan rute yang diuji tanpa perintah/order spesifik. 3. PROSEDUR PENGONTROLAN PANGGlLAN Prosedur pengontrolan panggilan menetapkan seluruh perangkat/set sinyal-sinyal interaktif yang penting dalam membangun, menjaga dan memutuskan suatu koneksi antar sentral. Berikut ini dijelaskan mengenai dua tipe utama prosedur pengontrolan panggilan. 3.1. Pengontrol Panggilan Progresif Pengontrol panggilan progresif menggunakan signaling link-by-link dalam melakukan pengawasan, yang mengontrol secara teratur dari suatu sentral ke sentral berikutnya. Pengontrolan panggilan tipe ini dapat berupa pengontrolan irreversible (tidak dapat dialirbalikan) maupun reversibel (dapat dialirbalikan). pada kasus pengontrolan reversibel, pengontrolan panggilan yang dilewatkan selalu mengalir hanya dari sentral asal menuju ke sentral destinasi (tujuan).
©2004 Digitized by USU digital library
3
Sedangkan pengontrolan panggilan reversibel adalah pengontrolan yang dapat dialirkan kembali (maksimum satu node) ke sentral asal jangan menggunakan reruting otomatis atau crancback. 3.2. Pengontrolan Panggilan Originating Pengontrolan panggilan originating memerlukan bahwa sentral asal dapat menjaga pengontrolan sejak panggilan dibangun hingga koneksi antar 3 sentral asal dan sentral terminasi komplit. 4. APLIKASI 4.1. Ruting Alternatif Otomat Tipe khusus dari ruting progresif (irreveksibel) disebut automatic alternative routing (AAR). Bilamana sebuah sentral memiliki kebebasan dalam menggunakan lebih dari satu rute ke sentral berikutnya, maka skema ruting alternatif ini dapat digunakan di sini. Tersedia dua tipe utama, yakni: - bilamana yang dipilih adalah grup-grup sirkitantara dua sentral. - bilamana yang dipilih adalah rute langsung dan tidak langsung antara dua sentral. Ruting alternatif dilakukan bilamana semua sirkit yang ada dalam satu grup sirkit dalam keadaan sibuk. Perintah pengujian akan berupa ruting tetap atau ruting yang bergantung pada waktu. 4.2. Reruting otomat (Crancback) Reruting otomat (ARR) merupakan fasilitas ruting yang memungkinkan terbentuknya koneksi dari percobaan-percobaan panggilan yang menemui kongestik selama fase pertama pembentukan panggilan. Jadi, jika sinyal yang mengindikasikan kongesti diterima dari sentral B, akibat terjadinya perebutan (seizure) trunk outgoing dari sentral A, maka panggilali pada sentral A tersebut dapat direrutekan kembali. Oleh sebab itu, ada hal yang mungkin dilakukan untuk memperbaiki keadaan melalui penggunaan berbagai sinyal yang mengindikasikan kongesti, katakanlah sinyal-sinyal tersebut sebagai S1 dan S2: - S1 mengindikasikan kongesti yang terjadi pada trunk-trunk outgoing dari sentral B. - S2 meligindikasikan kongesti yang terjadi pada, aliran sentral berikutnya, misalnya pada trunk outgoing dari sentral D. Tindakan yang diambil pada sentral A keetika menerima informasi S1 dan S2 dapat berupa pemblokiran panggilan tersebut atau mererutekannya. Pilihan tindakan pada sentral A merupakan kesepakatan bilateral. Contoh pada gambar 4 menunjukkan sebuah panggilan yang berasal dari A menuju ke D yang kemudian direrutekan via C karena grup sirkit B-D mengalami kongesti (indikator S1), dan sebuah panggilan yang berasal dari A menuju ke F yang direrutekan via E karena kongesti pada grup sirkit D-F (indikator S2).
©2004 Digitized by USU digital library
4
Gambar 4 Administrasi hendaknya mempertimbangkan kenaikan dalam beban signaling dan jumlah operasi pernbentukan panggilan akibat penggunaan sinyalsinyal ini. Jika kenaikan tersebut tidak dapat diterima, administrasi dapat membatasi limit kapabilitas signaling pada sentral-sentral kecil. 4.3. Pembebanan Bersama Semua skema/rencana ruting mengakibatkan pembebanan bersama beban trafik antara elemen-elernen jaringan. Namun demikian skema ruting dapat dikembangkan untuk menjamin bahwa percobaan-percobaan panggilan yang ditawarkan pada pilihan-pilihan rute sesuai dengan distribusi beban yang direncanakan sebelumnya. Gambar 5 menggambarkan aplikasi pembebanan bersama ini, yang dapat disediakan sebagai suatu fungsi software pada sentral-sentral SPC. Sistem tersebut bekerja dengan mendistribusikan percobaan-percobaan panggilan ke suatu destinasi dalam rasio tertentu (tetap) antara pola-pola ruting outgoing yang dispesifikasikan.
Gambar 5
©2004 Digitized by USU digital library
5
4.4. Ruting Dinamis 4.4.1. Contoh Ruting yang Bergantung pada Keadaan/Status Jaringan Prosesor ruting yang tersentralisasi berfungsi untuk memilih pola-pola ruting yang optimum pada basis level okupansi aktual dari grup-grup sirkit dan sentral-sentral pada jaringan, yang dimonitor pada selang waktu tertentu (misalnya 10 detik). Selain itu parameter-parameter trafik secara kualitatif dapat juga dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan pola/susunan ruting yang optimal. Teknik ruting mencakup prinsip-prinsip dasar manajemen jarngan dalam menentukan pola ruting yaitu: ¾ menghindari grup-grup sirkit yang sibuk (teriisi). ¾ tidak menggunakan sentral-sentral yang terbeban lebih untuk transit. ¾ dalam situasi beban lebih, melakukan pembatasan terhadap koneksi ruting langsung.
4.4.2. Contoh Ruting Yang Bergantung Pada Waktu Untuk setiap pemasangan sentral origiriating dan terminating, direncanakan suatu pola rute yang bergantung pada selang waktu dalam hari, dan hari dalam suatu minggu (lihat gambar 7). Suatu hari kerja, misalnya, dapat terbagi atas berbagai selang waktu, dimana setiap selang waktu tersebut menghasilkan pola rute yang berbeda-beda yang akan merutekan aliran trafik antara pasangan sentral yang sama. Tipe ruting ini memberitkan keuntungan berkenaan dengan kapasitas sirkit yang tidak terpakai (idle) yang mungkin terdapat pada rute-rute lainnya antara sentral originating dan sentral terminating. Cranckback dapat digunakan untuk mengidentifikasikan aliran pemblokiran pada link kedua dari setiap saluran (path) alternatif dua link.
©2004 Digitized by USU digital library
6
4 .4.3. Contoh Ruting Yang Bergantung Pada Situasi Dalam suatu jaringan penuh, panggilan antara pasangan sentral originating dan terminating akam mencoba rute langsung dengan menggunakan saluran alternatif dua-link yang dipilih secara dinamis. Bila panggilan berhasil dirutekan pada saluran dua-link ini, maka alternatif ini tetap digunakan. Bila tidak, maka akan dipilih saluran alternatif dua-link yang baru. Tipe skema ruting ini merutekan trafik jauh dari link-link yang mengalami kongesti dengan tetap menggunakan pilihan ruting dimana panggilan-panggilan berhasil dikoneksikan. Tipe ini sederhana, cepat menyelesaikan terhadap perubahan pola trafik dan hanya membutuhkan infomasi lokal/setempat saja.
DAFTAR PUSTAKA Flood, J.E, "Telecommunication Switching, Traffic and Network", Prentice Hall, 1994 Freemwl, Roger L., "Telecommunication System Engineering", John Wiley & Sons, 1985 Sinema, William, "Digital, Analog and Data Communications", Practice Hall, 1986 Djajasugita, F. Ahmadi, "Rekayasa Trafik", Diktat Kuliah ITB, 1990
©2004 Digitized by USU digital library
7