PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM
SEJARAH DAN DEFINISI PSIKOLOGI A. FILSUF YUNANI KUNO Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani: Psyche = Jiwa dan Logos = Ilmu. Jadi secara harfiah, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Namun, psikologi itu tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut, yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga kemudian dapat diartikan bahwa psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Sebelum psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan pada tahun 1879, psikologi (atau tepatnya gejala-gejala kejiwaan) dipelajari oleh filsafat dan ilmu faal. Filsafat sudah mempelajari gejala-gejala kejiwaan sejak 500-600 tahun SM, yaitu melalui filsuf-filsuf Yunani kuno. Di antara para filsuf itu adalah Thales (624-548 SM) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat. •
Thales
(624-548
SM)
mengartikan
jiwa
sebagai
sesuatu
yang
supernatural.
Menurutnya, jiwa itu tidak ada karena yang ada di alam hanyalah gejala alam dan gejala alam berasal dari air. •
Anaximander (611-546 SM) mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari apeiron, yang artinya tak terbatas, tak terbentuk, tak bisa mati, yaitu seperti konsep tentang Tuhan di zaman kita sekarang. Maka, kemudian Anaximander berpendapat bahwa jiwa itu ada.
•
Anaximenes (490-430 SM) mendukung pendapat Anaximander bahwa jiwa itu ada karena segala sesuatu berasal dari udara.
•
Empedokles (490-430 SM) mengatakan bahwa ada empat elemen dasar alam, yaitu bumi/tanah, udara, api dan air. Sedangkan manusia bisa dianalogikan sama, yakni tulang/otot/usus (dari bumi/tanah), fungsi hidup (udara), rasio (api), dan cairan tubuh (air).
•
Hipokrates (460-375 SM) dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran menganggap bahwa jiwa manusia dapat digolongkan ke dalam empat tipe kepribadian berdasarkan cairan
tubuh yang dominan, yaitu (1) Sanguine (riang) yang didominasi oleh darah, (2) Melankolis (murung) oleh sumsum hitam, (3) Kolerik (cepat bereaksi) oleh sumsum kuning, dan (4) Plegmatis (lamban) oleh lendir. •
Demokritus (460-370 SM) mempunyai pandangan bahwa seluruh realitas yang ada di dunia ini terdiri dari partikel-partikel yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (indivisible particlses). Menurut Demokritus, jiwa terdiri dari semacam atom-atom. Cara berpikir Demokritus ini adalah cara berpikir yang mengikuti prinsip-prinsip mekanistis dan materialistis. Berdasarkan pendapat para filsuf di atas, jiwa dan badan berasal dari unsur-unsur yang
sama dan tunduk pada hukum-hukum yang sama. Pandangan ini disebut dengan monoism. Di samping pandangan yang monoism ini, kemudian tumbuh pula pandangan dualism, dimana jiwa tidak sama dengan badan dan masing-masing tunduk pada peraturan atau hukum-hukum yang terpisah. Tokoh yang paling berperan penting dalam terhadap perkembangan psikologi ratusan tahun ke depan adalah tiga serangkai: Sokrates (469-399 SM), Plato (427-327 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Plato adalah murid Sokrates, dan Aristoteles adalah murid Plato. Ketiga tokoh tersebut adalah penganut paham dualism. •
Sokrates (469-399 SM) memperkenalkan teknik maeutics, yaitu wawancara untuk menggali keluar pikiran-pikiran dari seseorang. Ia percaya bahwa pikiran-pikiran itu mencerminkan keberadaan jiwa di balik tubuh manusia.
•
Plato (427-327 SM) mengatakan bahwa dunia kejiwaan berisi ide-ide yang berdiri sendiri dan terlepas dari pengalaman hidup sehari-hari. Jiwa yang berisi ide-ide diberi nama psyche. Plato mengatakan bahwa psyche terdiri dari tiga bagian, yaitu Logisticon (akal) yang berpusat di kepala, Thumeticon (rasa) yang berpusat di dada, dan Abdomen (kehendak) yang berpusat di perut. Pembagian tersebut disebut dengan trichotomi dari Plato. Bagi Plato, fungsi berpikir (Logisticon) yang paling penting dalam jiwa manusia. Keadaan jiwa seseorang dan arah perkembangan jiwa orang itu terutama dipengaruhi oleh fungsi berpikir dari seseorang. Pendapat Plato tersebut membuatnya disebut sebagai rasionalis atau penganut paham rasionalisme, yaitu paham yang mementingkan rasio (akal) di atas fungsi-fungsi kejiwaan yang lain.
•
Aristoteles (384-322 SM) memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu yang berbentuk kejiwaan (form) harus menempati suatu wujud tertentu (matter). Wujud ini hakikatnya
merupakan pernyataan atau ekspresi dari jiwa. Hanya Tuhan satu-satunya yang tanpa wujud. Tuhan adalah “form” saja tanpa “matter”. Pandangannya tersebut membuat Aristoteles disebut sebagai penganut paham empirisme. Kaum empirisme meyakini bahwa segala sesuatu harus bertitik tolak dari realita, yaitu dari “matter” itu. Matter yang dapat diketahui melalui pengamatan atau pengalaman empiris merupakan sumber utama pengetahuan. Dengan pendapatnya ini, Aristoteles sering disebut sebagai “Bapak Psikologi”. Aristoteles juga menyumbangkan pikiran yang sangat penting dalam tulisannya yang berjudul “The Anima”. Dia mengatakan bahwa makhluk hidup terbagi dalam tiga golongan, yaitu: (1) Anima Vegetativa (Tumbuhan), Anima Sensitiva (Hewan), dan Anima Intelektiva (Manusia); manusia memiliki kemampuan mengingat (mneme) yang menunjukkan bahwa manusia memiliki kecerdasan (intelek).
B. RENAISANS Pemikiran para filsuf Yunani Kuno terus berkembang sampai pada masa Renaisans, yaitu masa revolusi ilmu pengetahuan di Eropa. •
Rene Descartes (1596-1650), seorang filsuf dari Perancis mencetuskan definisi bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu tentang kesadaran (rasio). Ia mengemukakan mottonya yang terkenal “cognito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada), karena menurutnya segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang dapat dipastikannya, kecuali pikirannya sendiri.
•
George Berkeley (1658-1753) seorang filsuf Inggris, mengemukakan bahwa yang terpenting adalah penginderaan, bukan kesadaran atau rasio. Menurutnya, segala sesuatu berasal dari penginderaan, rasio hanya mengikuti apa yang diserap oleh penginderaan. Oleh karena itu, dalam pandangan Berkeley, psikologi adalah ilmu tentang penginderaan (persepsi).
C. PASCA RENAISANS Era ilmu Faal dimulai pasca-renaisans. Para ahli ilmu Faal (Fisiologi), khususnya para dokter mulai tertarik pada masalah-masalah kejiwaan. Pada saat itu, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di negara-negara Eropa, khususnya di bidang Fisika (ilmu alam) dan Biologi,
para ahli ilmu Faal berpendapat bahwa jiwa erat sekali kaitannya dengan susunan syaraf dan refleks-refleks. •
Sir Charles Bell (1774-1842) seorang ahli bedah, ahli anatomi dan ilmu faal dari Inggris dan Francois Megendie (1783-1885) seorang ilmuwan Perancis, menemukan syarafsyaraf sensorik (penginderaan) dan syaraf-syaraf motorik (yang mempengaruhi gerak dan kelenjar-kelenjar).
•
Paul Broca (1824-1880) seorang dokter Jerman, menemukan pusat bicara di otak yang kemudian diberi nama Pusat Broca. Apabila terjadi gangguan di Pusat Broca ini, maka orang tidak bisa berbicara, dan disebut menderita aphasia.
•
Marshal Hall (1790-1857) seorang dokter dari Inggris, menemukan mekanisme dari refleks (gerak refleks).
•
Ivan Pavlov (1849-1936) seorang ilmuwan Faal dari Rusia, mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang refleks dan karena itu psikologi tidak berbeda dengan ilmu Faal. Setelah penemuan-penemuan dari para ahli di atas, maka muncullah definisi-definisi
tentang psikologi yang mengaitkan psikologi dengan tingkah laku dan selanjutnya mengaitkan tingkah laku dengan refleks.
D. ERA MODERN Perkembangan definisi-definisi psikologi masih berlanjut hingga sekarang. Di antara para sarjana psikologi modern yang mengemukakan definisi psikologi antara lain: •
Gardner Murphy (1929) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
•
Boring, Edwin G, Herbert S, Langfeld, Harry P. Weld (1948) mengemukakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang hakikat manusia.
•
Clifford T. Morgan (1966) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
Berdasarkan pemaparan mengenai beberapa definisi psikologi di atas, ada beberapa unsur dalam psikologi, yaitu: •
Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu. Selain sebagai ilmu pengetahuan, psikologi merupakan seni karena dalam mengaplikasikannya ke berbagai aspek kehidupan manusia, memerlukan keterampilan dan kreativitas sendiri.
•
Perilaku Perilaku mempunyai arti yang lebih konkrit (nyata) daripada jiwa, sehingga perilaku akan lebih mudah untuk dipelajari daripada jiwa dan melalui perilaku kita tetap akan dapat mempelajari jiwa. Perbuatan-perbuatan overt (terbuka) dan covert (tertutup) termasuk dalam perilaku. Perilaku overt adalah perilaku yang dapat diamati langsung melalui panca indera dan kasat mata. Perilaku covert adalah perilaku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung, melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya sedih, takut, bahagia, dan lain-lain.
•
Manusia Objek materiil psikologi adalah manusia karena manusia yang paling membutuhkan ilmu psikologi dalam berbagai aspek kehidupannya. Hewan menjadi objek studi psikologi, tetapi hanya sebagai perbandingan saja atau untuk mencari fungsi-fungsi psikologis yang paling sederhana yang sulit dipelajari pada manusia karena struktur psikologis manusia yang rumit.
•
Lingkungan Lingkungan adalah tempat manusia hidup, beradaptasi, dan mengembangkan dirinya. Manusia diciptakan dengan memiliki akal budi, yang membuat manusia mampu mengatasi persoalan, hambatan dan tantangan dalam hidupnya sehingga manusia mampu bertahan hidup (survive). Ernst Cassirer (1944) mengatakan bahwa dengan akal budinya manusia menyusun simbol-simbol berupa mitos, bahasa, kesenian, agama, sejarah dan ilmu pengetahuan. Dengan simbol-simbol tersebut manusia mampu “menguasai” dunianya, baik berupa alam fisik (gunung, laut, udara) maupun alam sosial (orang-orang lain di sekitarnya). Menurut Ernst Cassirer, manusia adalah mahluk simbolis.
HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA Berdasarkan sejarahnya, psikologi berhubungan dengan ilmu-ilmu yang lainnya. Psikologi sangat berguna dan dapat membantu ilmu-ilmu lainnya, terutama yang secara langsung menyangkut kehidupan manusia. •
Sosiologi Konflik antar kelompok, urbanisasi, tawuran, memerlukan penjelasan psikologi, sehingga timbul cabang psikologi yang khusus mempelajari masalah-masalah sosial, yang dinamakan Psikologi Sosial.
•
Ilmu Ekonomi Kurs Valuta Asing, berhasil tidaknya strategi marketing tidak hanya tergantung pada hukum supply and demand dalam ilmu ekonomi, tetapi juga dalam proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang terlibat dalam proses ekonomi (penjual, pembeli, produsen, distributor, bank, pasar modal, pemerintah, dan lain-lain).
•
Ilmu Hukum Ilmu yang mempelajari bagaimana mencapai kebenaran dan keadilan ini terkait dengan psikologi, karena kebenaran dan keadilan itu sendiri sangat subjektif dan karenanya bersifat psikologis.
•
Antropologi Antropologi mempelajari perilaku manusia secara sistematis. Antropologi mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok etnik. Bagaimana kebudayaan yang ada di antara manusia mampu mempengaruhi perilaku manusia.
•
Ilmu Kedokteran dan Keperawatan Psikologi membantu para dokter dan perawat untuk mengadakan pendekatan yang sebaik-baiknya terhadap pasien. Bagi dokter, psikologi membantu menemukan penyebab-penyebab non-medis dari gejala penyakit yang tidak ditemukan faktor penyebabnya secara medis, dalam rangka mengatasi penyakit. Bagi perawat, psikologi membantu cara pendekatan yang sebaik-baiknya dalam merawat kondisi fisik dan psikis pasien untuk menjadi lebih sehat dari sebelumnya.
•
Arsitektur dan Tata Kota Psikologi membantu para arsitek untuk membuat rumah yang nyaman bagi penghunipenghuninya. Membantu menyusun tata kota/pemukiman yang sesuai dengan pola perilaku warga/pemukimnya.
Selain ilmu-ilmu yang disebutkan di atas, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang saling berhubungan dengan psikologi, baik yang sifatnya membantu psikologi maupun dibantu oleh psikologi.
ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Psikologi adalah ilmu yang masih muda. Ia terpisah menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak tahun 1879, yaitu pada waktu didirikannya laboratorium psikologi yang pertama oleh Wilhelm Wundt (1832-1920) di Leipzig, Jerman. Dua pendekatan pertama Sebelum sampai pada psikologi eksperimental oleh Wilhelm Wundt, terdapat dua teori yang mulai mengarahkan beridirinya psikologi sebagai ilmu, yaitu: 1. Psikologi Pembawaan atau Psikologi Nativistik Teori dalam pendekatan ini mengatakan bahwa jiwa terdiri dari beberapa faktor yang dibawa sejak lahir, yang disebut pembawaan atau bakat. Pembawaan terpenting adalah pikiran, perasaan, dan kehendak, yang masing-masing terbagi lagi kedalam beberapa jenis pembawaan yang lebih kecil. Perilaku jiwa ditentukan oleh pembawaan ini. Tokoh terkenal dari aliran ini adalah Franz Joseph Gall (1785-1828) yang mencoba menemukan lokasi pembawaan-pembawaan itu di otak. Gall mengajukan suatu metode untuk mengenal seseorang dengan memeriksa tengkorak kepalanya dan metode ini dikenal dengan nama phrenology. Metode ini tidak bertahan lama karena dianggap tidak akurat. 2. Psikologi Asosiasi atau Psikologi Empirik Menurut pendekatan ini, jiwa berisi ide-ide yang didapatkan melalui panca indera, dimemorikan dan saling diasosiasikan satu sama lain melalui prinsip-prinsip persamaan, kekontrasan, dan kelangsungan. Perilaku diterangkan oleh teori ini melalui prinsip asosiasi ide-ide, misalnya: Seorang bayi yang lapar diberi makan oleh ibunya. Melalui panca inderanya, bayi itu mengetahui bahwa rasa lapar selalu diikuti oleh makanan (prinsip kelangsungan) dan makanan itu akan menghilangkan rasa laparnya. Lama kelamaan, rasa lapar diasosiasikan dengan makanan dan tiap kali lapar, ia akan mencari makanan. Demikian halnya dengan ide-ide lain yang mempunyai persamaanpersamaan (misalnya, makan dengan minum, burung dengan kupu-kupu, kursi dengan
bangku) atau yang saling berlawanan (misalnya, siang dengan malam, pria dengan wanita, air dengan api) saling diasosiasikan satu dengan lainnya melalui prinsip asosiasi serupa.
PENGARUH-PENGARUH TOKOH LAIN TERHADAP PSIKOLOGI •
Francis Galton (1822-1911) Perintis psikologi eksperimental di Inggris, mempelajari untuk yang pertama kalinya perbedaan-perbedaan antara satu orang dengan orang lainnya dalam berbagai kemampuan (individual differences). Hal tersebut mempunyai peran penting dalam perkembangan tes intelegensi.
•
Charles Darwin (1809-1882) Berasal dari Inggris, dan terkenal dengan teori evolusi. Darwin berpendapat bahwa ada kontinuitas antara hewan dengan manusia. Maka timbullah Psikologi Komparatif (Psikologi Perbandingan), studi pada hewan bisa dibandingkan pada manusia.
•
Anton Mesmer (1734-1815) Sarjana Jerman yang membawa pengaruh dari dunia ilmu kedokteran dan pengobatan, khususnya
psikiatri,
terutama
dalam
pengobatan
penderita
sakit
jiwa.
Ia
memperkenalkan teknik mesmerisme, yang dikemudian hari dikenal dengan teknik hipnotisme.
TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI Setelah psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu ilmiah, para ahli psikologi mengembangkan sistematika dan metode-metodenya sendiri yang saling berbeda satu sama lain. Sehingga timbullah apa yang disebut dengan aliran-aliran dalam psikologi. 1. Elementisme atau Strukturalisme Wilhelm Wundt (1832-1920) sebagai pelopor aliran Elementisme/Strukturalisme. Ia sangat mengutamakan penyelidikan tentang struktur kejiwaan. Pertanyaan dalam aliran ini mengenai jiwa adalah “Apa itu jiwa?”. Ia menemukan bahwa jiwa manusia itu terdiri dari berbagai elemen (bagian), seperti penginderaan, perasaan, ingatan, dan lain-lain. Masing-masing elemen itu saling dikaitkan satu dengan yang lain oleh asosiasi. Aliran
Wundt disebut juga dengan elementisme, strukturalisme dan asosianisme. William James (1842-1910) pelopor perkembangan psikologi di Amerika Serikat tidak setuju dengan penyelidikan yang mendalam tentang struktur elemen jiwa. Mereka lebih suka mempelajari fungsi atau kegunaan jiwa. Pertanyaan utama dari aliran ini mengenai jiwa adalah “Untuk Apakah Jiwa Itu?”. Maka aliran ini disebut sebagai aliran fungsionalisme. 2. Behaviorisme atau Psikologi S-R Aliran Behaviorisme khususnya terdapat di Amerika Serikat. John B. Watson (18781958) menentang pendapat yang umum pada saat itu bahwa dalam eksperimeneksperimen psikologi diperlukan introspeksi. Menurut Watson, proses-proses kesadaran tidak perlu diselidiki, karena yang lebih penting adalah proses adaptasi, gerakan otototot dan aktivitas kelenjar-kelenjar. Ia lebih mementingkan perilaku yang terbuka (overt), yang langsung dapat diamati dan diukur daripada perilaku tertutup (covert) yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung. Emosi gembira atau emosi sedih adalah manifestasi dari adanya ketegangan (tarikan) otot-otot dan syaraf tertentu. Aliran ini disebut juga dengan psikologi “S-R” (Stimulus – Respons). Penganut aliran ini percaya bahwa perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsang (stimulus) dan diikuti oleh suatu reaksi (respons) terhadap rangsang itu. Watson memiliki keyakinan bahwa ia dapat melatih 10 anak untuk mempunyai sifat yang berbeda-beda (penakut, pemberani, pemalu, dan lain-lain) hanya dengan melatihnya melalui proses condisioning. Salah satu penganut Watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan Behaviorisme adalah Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990). Ivan Pavlov (1849-1936) yakin bahwa perilaku maupun kebudayaan hanyalah rangkaian refleks terkondisi (conditioned reflex) saja. Penemuan Pavlov meletakkan dasar-dasar Behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. 3. Psikologi Gestalt Pada saat di Amerika Serikat tumbuh aliran “Behaviorisme”, di Jerman muncul aliran yang disebut dengan Psikologi “Gestalt”. Dalam bahasa Inggris “Gesalt” diterjemahkan sebagai “Form” atau “Confoguration” (bentuk). Aliran ini pertama kali dicetuskan oleh Max Wertheimer (1912). Tokoh-tokoh lainnya adalah Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967). Teori yang mereka ajukan adalah bahwa rangsangan ditangkap secara keseluruhan dalam proses pengamatan atau persepsi suatu situasi. Artinya persepsi bukanlah penjumlahan rangsang-rangsang kecil (detail) yang ditangkap
oleh suatu alat-alat indera, melainkan merupakan suatu keseluruhan yang berarti dari detail-detail tadi. 4. Psikoanalisis Psikoanalisis dikenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939) pada tahun 1909. Ia dikenal karena teorinya mengenai alam ketidaksadaran. Teori ini merupakan penemuan baru pada saat itu, karena para ahli hanya fokus dengan alam kesadaran. Ketidaksadaran (unconsciousness) menurut Freud berisi dorongan-dorongan yang timbul pada masa kanak-kanak, yang oleh karena satu dan lain hal terpaksa ditekan sehingga tidak muncul dalam kesadaran. Dorongan-dorongan terlarang ini, menurut teori Freud yang klasik adalah naluri seksual atau libido dan naluri agresi atau tanatos. Dorongandorongan ini, meskipun ditekan tetap berpengaruh dan sering timbul dalam mimpimimpi, kesalahan bicara (Slip of Tounge) atau bahkan dalam perbuatan-perbuatan yang bisa diterima dalam masyarakat karya seni, karya sastra, ilmu pengetahuan, dan lainlain. Sebaliknya apabila dorongan-dorongan ini sama sekali tidak dapat disalurkan, maka akan mengganggu kepribadian orang yang bersangkutan, antara lain dapat berbentuk
gangguan-gangguan
kejiwaan
penyembuhan
penyakit-penyakit
menggunakan
metode
yang
kejiwaan
dapat
yang
disebut
(psikoterapi)
membongkar
psikoneurosis. dalam
Teknik
psikoanalisis,
gangguan-gangguan
dalam
ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas. Dalam perkembangan teori selanjutnya, Freud mengemukakan pula teori tentang id, ego, dan superego, yang masing-masing berarti dorongan-dorongan naluri (id), aku (ego), dan hati nurani (superego). 5. Psikologi Humanistik Paham yang dianut dalam aliran ini adalah mengutamakan manusia sebagai mahluk keseluruhan. Manusia harus dilihat sebagai totalitas yang unik, yang mengandung semua aspek dalam dirinya dan selalu berproses untuk menjadi dirinya sendiri (aktualisasi diri). Psikologi bertugas untuk mendorong potensi-potensi yang baik pada diri seseorang dalam proses aktualisasi dirinya. Manusia dipandang sebagai individu yang unik. Oleh karena itu, penanganannya dalam psikoterapi juga harus unik. Carl Rogers (1902-1987) mengembangkan teknik Non-Directive Psychotherapy
atau
disebut juga dengan Client Centered Psychotherapy. Abraham Maslow (1908-1970) terkenal dengan teori Hierarki Motivasi.
REFERENSI
Sarwono, S.W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa
Sarwono, S.W. 2002. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang