PENGANTAR MASA PERAYAAN PASKAH DAN PENTAKOSTA 2016
Puji Tuhan, tahun ini kita kembali menghayati Masa Perayaan Paskah dan Pentakosa tahun 2016. Melalui MPPP ini, kita akan disegarkan dan dikuatkan dengan makna Paskah dan Pentakosta. Tema MPPP tahun ini mengikuti tema sinode GKSBS tahun 2016-2020, ―Menjadi Gereja yang berdiakonia‖. Selayaknya periode ini, jawaban dan kesanggupan gereja menjadi tindakan yang nyata. Harapan kami melalui bahan Masa penghayatan Paskah dan Pentakosta ini, kita didorong dan ditolong untuk memahami dan mengalami hal-hal berharga sebagai gereja yang hidup ditengah masyarakat di sumatera bagian selatan. Serta disemangati untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik bagi Tuhan dan sesama. Kami mengucapkan terimakasih kepada penulis Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta 2016 yaitu Pdt. Erik Timoteus Purba (ETP), Pdt. Thomas Johanis Tupan (TJT), Pdt. Karel Eka Putra Barus (KEPB), Pdt. Prasetyanto Aji (PA), Pdt. Paningotan Siagian (PS), Pdt. Wahyu Kristiono (WK) dan Pdt. Sumardining Waluyo (SW), yang telah menyelesaikan tulisan ini dengan baik. Kiranya Tuhan memberkati.
Metro, Desember 2015 an. MPS GKSBS
Pdt. A.T. Hariyanto, S.Pd., M. Div. Sekretaris
1
DAFTAR ISI
Hal
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
1 2 3 4 7 9 10 12 13 16 17 20 22 25 27 28 30 32 34 36 39 41 44 46 49 50 52 53 55 56 58 60 63 65 68
Pengantar Daftar Isi Daftar kegiatan MPPP Bahan Sarasehan Bahan Kotbah Rabu Abu – 10 Februari 2016 Bahan Renungan Rabu Abu Bahan Kotbah Minggu Pra Paskah I – 14 Februari 2016 Bahan Renungan Minggu Pra Paskah I Bahan Kotbah Para Paskah II – 21Februari 2016 Bahan Renungan Minggu Pra Paskah II Bahan Kotbah Minggu Pra Paskah III – 28 Februari 2016 Bahan Renungan Pra Paskah III Bahan Kotbah Minggu Pra Paskah IV – 06 Maret 2016 Bahan Renungan Minggu Pra Paskah IV Bahan Kotbah Minggu Pra Paskah V – 13 Maret 2016 Bahan Renungan Minggu Pra Paskah V Bahan Kotbah Minggu Pra Paskah VI – 20 Maret 2016 Bahan Kotbah Kamis Putih – 24 Maret 2016 Bahan Kotbah Jumat Agung – 25 Maret 2016 Bahan Kotbah Minggu Paskah I – 27 Maret 2016 Bahan Renungan Paskah I Bahan Kotbah Minggu Paskah II – 03 April 2016 Bahan Renungan Paskah II Bahan Kotbah Minggu Paskah III – 10 April 2016 Bahan Renungan Paskah III Bahan Kotbah Minggu Paskah IV – 17 April 2016 Bahan Renungan Paskah IV Bahan Kotbah Minggu Paskah V – 24 April 2016 Bahan Renungan Paskah V Bahan Kotbah Minggu Paskah VI – 01 Mei 2016 Bahan Renungan Paskah VI Bahan Kotbah Minggu Paskah VII – 08 Mei 2016 Bahan Renungan Paskah VII Bahan Kotbah PENTAKOSTA – 15 Mei 2016 Bahan Renungan Pentakosta ***
2
KEGIATAN MASA PERAYAAN PASKAH PENTAKOSTA Di bawah ini adalah beberapa usulan aksi dalam Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta. Namun, setiap jemaat GKSBS juga diperkenankan menyusun aksi lainnya selama Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta. Bisa berupa lomba kategorial, pelatihan, retreat, unduh-unduh dan sebagainya. Usulan untuk Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta sebagai berikut: 1. Aksi Puasa Paskah Aksi ini sebenarnya biasa dilakukan oleh GKSBS yakni setiap warga jemaat mengurangi atau bahkan meniadakan kebiasaan hidupnya dan kemudian diwujudkan melalui persembahan Aksi Puasa Paskah. Persembahan tersebut adalah wujud dari hasil puasa selama 40 hari. Misal: Berpuasa (berpantang atau mengurangi): makan, minum, merokok, nonton sinetron ataupun membuka facebook dsb, selama 40 hari. Waktu selama berpuasa diwujudkan melalui tindakan positif misalnya membaca alkitab, berdoa, atau kegiatan lain yang mendukung peningkatan kerohanian. Sedangkan pengurangan konsumsi bisa diwujudkan persembahan yang dikumpulkan pada saat Paskah. Aksi Puasa Paskah ini dimulai dari Rabu Abu sampai Paskah. 2. Aksi “Semen Untuk Tempat Ibadah” Maksud aksi ini adalah setiap GKSBS mengumpulkan dan memberikan bantuan pembangunan kepada tempat ibadah bisa non-Kristen, bisa gereja tetangga ataupun GKSBS yang membutuhkan di sekitar gereja berada. Untuk jumlah silahkan didiskusikan oleh majelis jemaat. Akan baik, bila tidak diuangkan. Aksi ini diwujudkan saat Paskah. Setiap Gereja perlu menjelaskan kepada saudara-saudara yang menerima semen bahwa semen yang disumbangkan adalah salah satu aksi puasa paskah jemaat GKSBS. 3. Aksi Kuserbu BPJS Aksi Kuserbu adalah singkatan dari aksi kumpulkan seribu rupiah. Namun untuk teknis pengumpulan bisa dengan cara menyisihkan atau mengumpulkan uang sisa belanja atau jajan. Silahkan diatur sesuai kebutuhan jemaat masing-masing. Aksi ini dilakukan oleh setiap orang dan dimulai dari pembukaan sampai penutupan Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta. Oleh karena itu, aksi ini berbeda dengan pengumpulan persembahan Aksi Puasa Paskah. Aksi ini ditujukan untuk mendaftar ke BPJS serta membayar iuran BPJS warga jemaat yang tidak mampu. Mengenai kelas pelayanan kesehatan BPJS dan lamanya membayarkan iuran dipersilahkan kepada Majelis Jemaat setempat untuk mendiskusikannya. 4. Gugur Gunung Untuk Lingkungan Gereja Gugur Gunung adalah sebutan lain dari Gotong Royong. Aksi ini dilakukan setiap warga jemaat GKSBS untuk memperbaiki atau membersihkan sarana dan prasarana di sekitar gedung gerejanya. Misal : saluran air, pemakaman umum, balai desa, lapangan olahraga, dll. Untuk kegiatan dan jumlah pertemuan gotong royongnya tergantung kebutuhan jemaat masing-masing. Kegiatan ini akan baik jika dilakukan, karena akan menguatkan kebersamaan di tengah jemaat. Sangat dianjurkan kegiatan ini berlangsung hingga Pentakosta. (KEP) 3
BAHAN SARESEHAN Masa Perayaan dan Penghayatan Paskah dan Pentakosta GKSBS 2016 PERUBAHAN JAWABAN MENJADI TINDAKAN Bapak Ibu yang dikasihi Tuhan, Pada tahun 2010-2015, GKSBS secara sinodal mengambil Thema ―Berapa Roti yang ada padamu, cobalah periksa‖. Dengan seruan tersebut, menginjak tahun 2016 kita berasumsi bahwa GKSBS telah mengetahui berapa roti yang dimiliki, baik masing-masing individu, jemaat, klasis bahkan secara sinodal. Seberapa detail kita mengetahui jumlah roti yang ada pada kita, tentu tidak menjadi masalah utama sekarang. Tujuan pertanyaan itu bukanlah agar kita disibukan secara terus menerus membuat daftar dan asyik terus dengan data dalam daftar tersebut. Tujuan pertanyaan berapa roti yang ada padamu?- adalah agar kita mempunyai rasa cukup, rasa sanggup atau rasa siap untuk melakukan sesuatu kepada yang lain. Rasa cukup, siap dan sanggup ini adalah lawan dari merasa kurang (sekeng), masih menunggu atau merasa tidak berdaya untuk melakukan sesuatu. Dengan menghayati thema di atas selama beberapa waktu, kini kita cukup , tidak menunggu-nungu dan punya kemampuan. Rasa cukup, siap dan sanggup inilah yang kita bawa menyeberang ke tahun 2016-2020. Ketiga hal ini adalah jawaban terhadap tahap berikutnya, yakni panggilan yang kita sebut kemudian sebagai Panggilan diakonia. Dalam periode 2016-2020, GKSBS mengambil thema, Menjadi Gereja yang berdiakonia. Selayaknya periode ini, jawaban dan kesanggupan itu tidak lagi jawaban dan kesanggupan, tetapi berubah menjadi tindakan. Maka yang menjadi pertanyaan besar bagi seluruh GKSBS adalah bagaimana GKSBS berdiakonia. Masa Perayaan dan Penghayatan Paskah dan Pentakosta adalah sebuah tenggang waktu yang dimulai dari Perayaan Rabu Abu sampai Perayaan turunnya Roh Kudus. Di dalam rentang waktu tersebut dirayakan berbagai peristiwa iman dengan mengenang masa masa sengsara, kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus serta kemudian turunnya Roh Kudus. Sebuah rangkaian perayaan dan penghayatan yang panjang dan penuh dengan dinamika yang reflektif dan mendasar bagi umat percaya. Penghayatan (refleksi) pribadi dan lembaga terhadap rangkaian peristiwa itu tentu akan sangat kuat. Ini juga menjadi kesempatan yang sangat baik untuk tidak berhenti pada penghayatan tetapi sampai kepada tindakan (aksi). Harapannya tentu saja adalah, bagaimana agar pengenangan rangkaian peristiwa besar itu semakin kuat dan terjadi dalam perilaku kehidupan. Paskah dan Pentakosta: Bagaimana mengenangnya? Paskah (Kebangkitan Tuhan Yesus) bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Peristiwa itu didahului dengan pergumulan dan sengsara dan kematian. Di dalam peristiwa itu kedalaman (Intensitas) serta dinamika emosi cukup kuat dalam kesedihan dan sukacita yang luar biasa. Demikian juga dengan peristiwa kebangkitan dan kenaikan, sangat mendalam memberi makna (logos) bagi umat percaya. Peristiwa penebusan ini kemudian dirangkai dengan peristiwa turunnya Rohul Kudus yang mengilhami kesemangatan, pemeliharaan dan menuntut kesetiaan sampai pada akhir Zaman. Satu peristiwa saja sudah sangat kuat memberi makna, tetapi kini justru dihadirkan bagi kita sebagai rangkaian peristiwa beruntun. 4
Bapak dan Ibu serta saudara yang mengasihi Tuhan, Kita sedang memperingati, mengenang, memaknai serta diinspirasi oleh Dua Sosok Trinitatis yakni Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Makna/ topik yang kuat dalam merayakan dan mengenang Paskah sekaligus Pentakosta ada dalam hal keterlibatan dua Tokoh Trinitas dalam sejarah penyelamatan manusia. Satu hal penting dalam keterlibatan ini adalah bagaimana dua dari Tri Tunggal ini berpindah dari tempat dimana Ia selayaknya berada (Habitus), ketempat dimana Ia hadir menjalankan misiNya. Perpindahan Ilahi dari tempat yang selayaknya ke tempat seharusnya. Dimulai dari bagaimana kesengsaraan (baca : ketidak nyamanan) Yesus dimana Ia selayaknya berada dalam kemuliaanNya, memasuki alam maut, bangkit kedunia manusia bersama dengan murid-murid dan naik kembali ke Surga . Demikian juga Roh Kudus yang turun untuk bersamasama dengan murid-murid agar mereka dihibur dan dikuatkan. Namun penting untuk mengingat bahwa perpindahan Tuhan Yesus dan Roh Kudus tidak berarti meninggalkan ruang kosong. Kita tidak dapat mengatakan bahwa ketika Roh Kudus Turun ke dunia, maka Roh Kudus tidak ada lagi di surga. Perpindahan Tuhan Yesus dan Roh Kudus untuk lebih hadir bagi manusia (imanent) tidak serta merta menghilangkan keilahianNya (Transenden). Jadi kita tidak dapat mengatakan ketika Allah hadir bagimu, itu berarti Allah meninggalkanku. Bapak dan Ibu yang berbahagia, Perpindahan bukanlah sebuah kata yang asing bagi kita. Dari sejarah berdirinya GKSBS sampai pada pemahaman bergereja diwarnai dengan perpindahan. Perpindahan terlihat dalam perpindahan lokasi, perpindahan pemahaman dan aturan serta sistem bergereja. Kita akrab dengan kata-kata perantau, migrasi, periodesasi, amandemen atau regrouping. Tradisi kita juga menempatkan diri kita sebagai gereja yang protestan (menginginkan perubahan dari yang lama), reform bahkan menghayati doktrin gereja yang selalu merubah dirinya. Ada pemahaman dalam diri kita bahwa perubahan/ perpindahan itu perlu untuk tetap berada (eksis). Kita melakukan beberapa perpindahan sebagai cara untuk menjalani kehidupan. Dengan pengalaman itu, lebih mudah bagi kita untuk memahami mengapa Tuhan Yesus dan Roh Kudus melakukan perpindahan. Perpindahan dilakukan agar MisiNya berjalan dengan baik. Agar capaian misiNya lebih menjangkau, lebih tepat sasaran dengan tingkat keberhasilan yang lebih baik. Bedanya adalah perpindahan kita lebih sering berorientasi misi pribadi atau kelompok, perpindahan Tuhan Yesus dan Roh Kudus berorientasi pada Keselamatan dan Kesejahteraan Umat Manusia, karena tidak ada yang Tuhan Yesus dan Roh Kudus butuhkan di luar itu. Maka yang dapat kita lakukan dalam Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta ini adalah kesediaan untuk berpindah orentasi dari misi pribadi atau kelompok menjadi misi yang berorientasi pada Kesejahteraan dan Keselamatan umat manusia secara menyeluruh. Memindahkan orientasi dari KU (aku) menjadi Mu (Allah dan umat manusia). Me‖reform‖ pemahaman diri, orientasi dan target iman dan kehidupan bergereja. Beberapa tulisan khotbah dan renungan dalam materi Masa Penghayatan Paskah dan Pentakosta 2016 menjelaskan nuansa tersebut dan mengarahkannya agar relevan dalam Diakonia Transformatif. Sementara tulisan yang berbeda menekankan pada nilai-nilai yang mendukung diakonia transformatif agar tidak ―dibosankan‖ dengan kata yang sama berulang kali. Semuanya 5
berupaya menolong kita menghadirkan suasana Paskah dan Pentakosta sehingga kita terbantu untuk melakukan perpindahan pemahaman, orientasi dan refleksi iman. Bapak Ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, Aspek yang tidak bisa dipungkiri dari sebuah perpindahan adalah ketidak-nyamanan. Kita membayar dan berkorban dalam hal itu. Hal yang penting dari beberapa uraian di atas adalah Allah tidak tetap berada di tempatnya untuk menyelamatkan manusia. Apakah itu berarti kita melupakan diri kita, jemaat kita, atau kelompok kita? Mungkin pengalaman kita ketika berpindah atau merantau dapat menjawab ini. Pemahaman bahwa Allah tidak meninggalkan ruang kosong juga dapat membantu kita memahami ini. Dilihat dari sisi diakonia, strategi berpindah juga sangat kuat. Bagi para pendamping masyarakat, adalah satu keharusan untuk berada bersama masyarakat, berencana bersama masyarakat dan melaksanakan rencana bersama mereka. Tanpa itu maka program hanya bersifat dari atas kebawah (top down), tidak memanusiakan, tidak membebaskan dan kehilangan kesetaraan. Selamat hidup berpindah (ETP). Salam.
Saran Pujian: KJ 242; KJ 235 : 1-4
6
BAHAN KOTBAH RABU ABU Rabu, 10 Februari 2016 Warna Liturgi Ungu
PUASA SEBAGAI WUJUD PENGENDALIAN DIRI (Yesaya 58: 1-12) Syallom, Bapak,Ibu, saudara,saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Saya meresa senang di saat ini bisa bersama bapak, ibu saudara, saudari. Hari ini merupakan pembukaan Masa Penghayatan Paskah, kita mengenalnya dengan Rabu Abu. Rabu Abu dimulai 40 hari sebelum Paskah (perhitungan 40 hari ini, dilakukan tanpa menghitung hari minggu karena hari minggu dirayakan sebagai hari kemenangan). Selama masa ini umat dituntut untuk mendekatkan diri kepada Allah, salah satunya dengan berpusa. Berbicara tentang puasa, maka sudah tidak asing bagi pendengaran kita. Dalam bahasa jawa kata puasa disebut ― Pasa‖ ngoko (bahasa kasar), ―Siyam‖ kromo (bahasa halus). ―Puasa‖ sering diartikan tidak makan-minum untuk sementara waktu (dalam waktu tertentu). Namun, arti puasa ternyata bukan hanya itu. Puasa berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari 2 suku kata yaitu ―Upa‖ yang berarti dekat dan ―Wasa‖ yang berarti Sang Hyang Widi. Puasa adalah sarana mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widi sebagai Tuhan dan Sang kuasa. Dalam bahasa Yunani disebut ―nesteia‖ yang artinya berpantang menahan nafsu dari makan dan minum. Sementara dalam bahasa ibrani disebut ―sum‖ yang artinya menahan lapar. Puasa bukan hanya sarana untuk mencapai suatu kesempurnaan, tetapi juga berfungsi sebagai tanda, simbol pengudusan diri dengan memiliki tekad memperjuangkan sesuatu. Saudara, saudari yang dikasihi Tuhan, Bacaan kita disaat ini adalah bagian dari Trito Yesaya (Yesaya ketiga), yang ditujukan kepada bangsa Israel yang sudah kembali ke yerusalem dan masih memerlukan konfirmasi akan janji-janji pemulihan Allah. Ternyata, janji pemulihan kehidupan umat itu tetap beriringan dengan peringatan karena pengalaman masa lalu Israel yang selalu menunjukan pertentangan. Umat yang sudah berulang kali diampuni, ditolong, dan dikasihi kembali oleh Allah, selalu terjatuh kepada pemberontakan yang membuat Allah bersikap kritis. Salah satu sikap kritis Allah itu terlihat ketika umat Israel melakukan salah satu dari ritual keagamaannya yaitu ― Puasa‖ sebagaimana yang kita baca dalam Yesaya 58: 1-12 tadi. Pada saat itu umat Israel menjalankan Tradisi Puasa begitu saleh dengan menundukan kepala seperti gelagah (seperti rumput yang tinggi, yang pulirnya merunduk) dan membentangkan kain karung dan abu untuk lapik tidur yang memperlihatkan bahwa mereka begitu sedih karena kesalahan-kesalahan mereka dimasa lalu dan menagih janji Allah, bahwa mereka akan mendapatkan hidup yang lebih baik dibandingkan pada saat mereka masih di pembuangan. Namun di balik kesalehan tersebut, umat mempertanyakan respon Allah. Mereka mempertanyakan janji Allah kepada mereka. Menurut umat apa yang Allah perintahkan bagi mereka, mereka telah melakukannya, lalu apa yang telah Allah lakukan untuk mereka. Menarik bahwa Puasa yang dilakukan hanya untuk menarik perhatian Allah. Allah dikondisikan untuk memenuhi keinginan umat. Saudara, saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Apakah Allah menjawab mereka, dalam ayat 3 dan 4 disebutkan bahwa Allah tidak merespon mereka. Mengapa Allah tidak merespon mereka? Takkala mereka merasa telah melakukan tindakan puasa dengan benar, Justru Allah menghardik tindakan puasa yang mereka lakukan. 7
Penyebabnya adalah bahwa puasa yang mereka jalankan hanya di permukaan saja, hanya sekedar menjalankan tradisi semata. Puasa yang mereka lakukan hanya menjadi ritual yang kehilangan makna. Mereka masih berbuat tidak adil, melakukan tindak kekerasan terhadap pekerja-pekerja (prilaku mereka tidak benar dihadapan Allah). Lalu puasa yang bagaimana yang Allah inginkan supaya umat melakukannya? Saudara, saudari yang dikasihi Tuhan, Melalui Nabi Yesaya, Allah mengingatkan umat Israel bahwa puasa yang sesungguhnya bukan hanya ritual atau tata cara berpuasa, tetapi puasa yang sesungguhnya adalah puasa yang diwujudkan dengan pengendalian diri. Pengendalian diri ini membantu umat untuk melihat ada orang lain di sekitar mereka yang membutuhkan belaskasihan dan pertolongan. Dengan pengendalian diri, umat dapat menghargai orang lain, dapat berlaku adil dan mau berbagi kepada sesama. Pada saat ini banyak gereja-gereja yang melakukan aksi puasa dalam rangka Masa penghayatan Paskah termasuk GKSBS. Mengenang kesengsaraan Kristus Sang Penebus, GKSBS ingin mewujudkan gereja yang berdiakonia. Supaya cita-cita yang mulia ini dapat terwujud, maka GKSBS sebagai lembaga maupun individu-individu di dalamnya juga harus mau membuka diri dan mengajak berbagai pihak yang ada di masyarakat untuk bersama-sama menciptakan kedamaian dan kesejahteraan salah satunya dengan berpuasa. Dengan berpuasa gereja secara lembaga dan individu dapat mengendalikan diri. Dengan Pengendalian diri ini membantu gereja sebagai lembaga untuk tidak mementingkan diri sendiri dengan menampilkan bangunan yang megah dan fasilitas yang mewah, sementara dibalik tembok gereja masyarakatnya hidup dalam keprihatinan dan membutuhkan pertolongan. Begitu juga dengan umat, dapat mampu mengendalikan diri seperti, lebih dekat kepada Allah dengan ibadah dan doa, lebih bersyukur dengan apa yang ada, berlaku adil, lebih sabar, rendah hati dan memiliki solidaritas yang tinggi kepada sesama. Bahkan setiap umat yang berpuasa dipanggil untuk berpihak kepada yang tersisih dan terpinggirkan. Puasa bukan hanya sekedar tidak makan, tidak minum atau melakukan tandatanda kesedihan lahiriah, namun menunjukan dengan sikap mau berbagi, mau peduli terhadap orang yang kekurangan yang ditunjukan salah satunya dengan memberi persembahan aksi puasa paskah sebagai wujud dari semangat berbagi (asketisme). Inilah salah satu perwujudan puasa yang sesungguhnya ketika segala sesuatu tidak dihabiskan untuk diri sendiri. Itu berarti puasa yang kita lakukan harus berdampak pada orang lain dan membawa perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memberi persembahan aksi puasa paskah, bapak, ibu, saudara, saudari telah menolong sesama yang membutuhkannya. Selamat memasuki masa pra-paskah, selamat berpuasa. Tuhan Yesus memberkati. (TJT) Nats Pembimbing : Matius 6 : 6-8 Berita Anugerah : Lukas 4 : 18-19 Petunjuk Hidup Baru : Kis. 20: 35 Persembahan : 2 Kor. 8 : 13-15 Pujian 1. KJ. 158: 1,2 2. KJ. 144b: 1,2 3. KJ. 29: 1-4 4. KJ. 467: 1-3 5. KJ. 291: 1-……. 6. KJ. 433: 1,3 8
BAHAN RENUNGAN RABU ABU
SADAR AKAN PELANGGARAN (Mazmur 51:3-14) Pengalaman apa yang membuat anda bertobat? Setiap orang memiliki pengalaman masing-masing. Setiap pengalaman itu unik. Unik karena setiap orang merespons dengan cara yang berbeda. Bagi seseorang, peristiwa gempa bumi dapat membuatnya bertobat. Namun, bagi orang lain, peristiwa yang sama tidak mengubah apapun dalam hidupnya. Namun disaat ini kita boleh belajar dari seorang tokoh yang memiliki jabatan yang tinggi dan kekayaan yang melimpah bahkan apa saja yang ia katakan, semua orang yang ada dibawah kekuasaannya pasti tunduk. Dialah raja yang bernama Daud. Perikop yang kita baca ini merupakan pengakuan dosa setelah Daud menyadari pelanggarannya. Kisah pelanggarannya memang susah dimengerti secara akal sehat. Bagaimana mungkin Daud tidak menyadari berbagai perbuatan jahat yang sengaja dilakukannya? Bukankah Daud membuat perencanaan yang matang ketika berniat menyingkirkan Uria, suami Betsyeba? Namun, itulah dosa. Orang yang terjebak didalamnya kehilangan akal sehatnya. Namun, cara Tuhan memulihkan umat-Nya, tidak kalah menarik. Pengakuan yang jujur dan manusiawi, mendalam dan sangat terbuka dari seorang Daud dengan mengatakan…‖dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaKu.‖ Setelah melakukan pelanggaran Daud ditegur oleh Allah melalui Nabi Natan. Sebagai seorang raja Daud dapat saja mengabaikan teguran itu. Bahkan bisa saja Daud membunuh Nabi Natan karena merasa tersinggung dengan teguran tersebut namun, ia memilih untuk bertobat. Suara teguran Allah ini membuat hati Daud tersentak. Ia menyadari sekaligus mengakui dosanya. Bagi Daud dosa yang telah ia lakukan membuatnya jauh terpisah dari Allah. Ia kehilangan kebahagian dan suka cita serta keselamatan. Ia sadar bahwa Allah yang dapat mengampuninya. Ia datang kepada Allah dalam doa dan mempasrahkan segalanya`kepada Allah. Dengan pengakuan dosanya yang sungguh-sungguh Daud yakin, bahwa Allah akan berkenan mengampuni dosanya. Pentahiran dan pembasuhan dari Allah merupakan inti doa Daud (ay.9). Respon Daud sangat menarik dan simpatik: Setelah mendapat teguran dari Allah, ia tidak membela diri, tidak juga mencari kambing hitam, ia tidak ulur waktu tetapi langsung menganalisa dirinya sendiri dan mengaku dosanya. Bagi Daud dosa telah membuatnya kehilang kesukacitaan, kebahagiaan bahkan Daud merasa Allah telah menjauh dan meninggalkannya. Dosa selalu mengakibatkan hubungan dengan Allah menjadi tergangu, berbagai penderitaan sering harus ditanggung baik oleh yang berdosa maupun oleh pihak lain yang menjadi korban. Itulah sebabnya penyelesaian dosa, bukanlah masalah yang mudah. Sebagaimana Daud yang mau menerima hikmat Tuhan dan menyadari akan kesalahannya, maka disaat ini dalam rangka Rabu abu, bapak, ibu, saudara, saudari diingatkan oleh firman Tuhan untuk mau membuka hati dan menerima hikmat dari Tuhan. Dengan menerima hikmat dari Tuhan, kita dingatkan akan kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh umat manusia dan Yesus yang harus menanggung semuanya itu di kayu salib. Namun jika kita mau untuk menerima hikmat dari Tuhan, kita dapat mencegah rancangan-rancangan yang dapat membuat kita untuk jatuh kedalam dosa. Bahkan dengan hikmat yang Tuhan berikan dalam setiap hati umatnya, menjadikan umat sadar akan setiap pelanggaran yang telah dilakukannya dan mau untuk bertobat.(TJT) Pujian: 1. KJ. 27:1,2,5 3. KJ. 287b: 1-3 9
2. KJ. 39:1,2 4. KJ. 356: 1-2.
BAHAN KOTBAH PRA PASKAH I. Minggu, 14 Februari 2016. Warna lIturgi Ungu.
ALLAH ADALAH TEMPAT PERLINDUNGANKU (Mazmur 91:1-16) Ibu bapak dan saudari/a yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Tuhan menganugrahi manusia untuk berfikir dan mengembangkan kemampuannya kearah yang semakin canggih. Lihat saja disekeliling kita adalah hasil dari proses berfikir manusia. Teknologi dalam segala bidang telah berkembang semakin canggih. Manusia terus berpikir dan bereksperimen untuk menciptakan segala sesuatu, baik itu dalam hal transportasi, komunikasi, industri, medis dll. Segala yang diciptakan oleh manusia sejatinya bertujuan untuk memudahkan hidup manusia itu sendiri. Lihat saja penemuan telepon, pesawat udara, internet, satelit, bahkan manusia berkeinginan untuk menciptakan robot yang menyerupai manusia. Kecanggihan ilmu teknologi di segala bidang itu telah membantu manusia hidup dengan lebih mudah, namun tentu saja juga tidak banyak dampak negatif yang menyertainya. Terkadang banyak motif-motif kejahatan lahir karena kecanggihan teknologi, dan ia juga mendorong pola hidup boros dan konsumtif apabila kita tidak mampu mengendalikan diri. Terkadang manusia juga semakin sombong dengan kehebatannya itu dengan merasa sudah mampu menjadi seperti Allah. Ketika menghadapi masalah, manusia malah menjauh dari Tuhan dan mengandalkan kemampuan manusia untuk memberikan perasaan aman. Namun apabila kita membandingkan kehebatan ciptaan manusia dengan karya Tuhan Allah maka seharusnya kita menjadi sadar bahwa kita manusia ini sejatinya hanyalah debu yang kecil dan rapuh. Jika kita melihat begitu megahnya ciptaan Allah yang lain, baik itu di atas bumi, diluar angkasa dan di dalam samudra, maka kita harusnya menyadari bahwa kehebatan manusia tidak dapat ditandingi dengan kemahakuasaan Allah. Melalui sejarah umat manusia, kita belajar kehendak Allah tidak bisa kita kendalikan. Sebagai contoh, kita tidak bisa mengendalikan kapan akan ada tsunami, gempa, dll tetapi Tuhan menganugrahi kita untuk berpikir bagaimana kita bisa meminimalisir dampaknya agar kita bisa selamat ditengah bencana itu. Dalam kehidupan ini, kita akan selalu menemui banyak masalah, entah itu becana alam, tindak kejahatan, sakit penyakit, masalah ekonomi dll. Tidak ada satupun manusia yang bisa hidup tanpa masalah. Cepat atau lambat, kita pasti pernah dan mungkin juga akan mengalaminya. Lalu dimanakah Tuhan di saat kita sedang menghadapi masalah? Apakah gunanya percaya kepada Tuhan kalau kita masih saja akan mengalami masalah? Pada hari minggu pra paskah pertama ini, kita telah bersama-sama membaca Mazmur 91 yang merupakan ungkapan iman dari seorang hamba Allah yaitu Nabi Musa. Tentunya kita memahami betul betapa berlika-likunya umat Israel sebagai umat yang dipilih oleh Allah menjalani kehidupan yang tidak mudah ketika mereka menuju tanah perjanjian. Jikalau umat israel adalah umat yang dikasihi oleh Allah, mengapa Allah mengijinkan mereka menghadapi berbagai masalah? Dalam Mazmur 91 ini, Musa menyampaikan di ayat 1 dan 2 bahwa orang yang beriman kepada Allah akan percaya bahwa Allah adalah tempat perlindungan dan pertahanan. Di ayat 3- 13 Musa menyampaikan bahwa Allah akan melepaskan umat percaya dari jerat, sakit penyakit, terhadap 10
serangan panah dari orang jahat, mala petaka maupun tulah. Walaupun banyak orang yang akan rebah terkena mala petaka, namun orang percaya hanya akan menontonnya saja. Malaikat Tuhan akan menyertai umat percaya. Bahkan di ayat 14-16 Musa kembali menegaskan bahwa Allah sendiri yang berbicara jikalau orang sungguh-sungguh percaya maka Tuhan sungguh akan menolong dan menyertainya dan bahkan umur panjang dan keselamatan akan diberikan kepada mereka. Jikalau kita melihat kehidupan kita sekarang, apakah orang yang percaya tidak pernah menderita sakit ataupun mengalami tindak kejahatan ataupun bencana? Ataukah orang-orang yang mengalaminya justru adalah orang yang kurang percaya? Mari kita melihat kembali sejarah umat Israel, benarkah Musa dan rombongan umat Israel yang sedang berjalan menuju tanah perjanjian itu tidak pernah mengalami masalah? Tentu saja mereka sering mengalaminya. Namun, alasan mengapa Musa menuliskan bahasa iman yang demikian adalah bahwa Allahlah yang akan selalu menyertai mereka, menguatkan mereka untuk mampu berjuang menghadapi masalah yang sedang mereka alami. Setiap pertolongan yang mereka temukan, mereka hayati dan imani sebagai pertolongan dari Tuhan. Dan melalui sejarah umat Israel pula kita belajar bahwa Allah mengijinkan umatNya menghadapi berbagai masalah agar umat Allah itu sendiri belajar, semakin kuat dan semakin merendahkan diri dalam perlindungan-Nya. Jadi jika sekarang kita sedang menghadapi masalah, bukan berarti Allah tidak mengasihi kita, atau bukan berarti Allah tidak sanggup menolong kita. Allah ada dan selalu memelihara umatNya. Berserah diri, merendahkan diri berdoa memohon kekuatan dari Tuhan akan mampu membentuk kita menjadi pribadi yang kuat karena masalah yang kita hadapi itu justru akan menjadikan kita semakin dewasa. Segala kepandaian manusia dan kecanggihan teknologi tidak akan mampu menggantikkan kuasa Allah, tetapi semua itu hendaknya dipakai sebagai sarana untuk menyembah Allah yang Maha Tinggi. Selamat memasuki masa prapaskah, masa dimana kita mengenang sengsara Tuhan, menghayati kehidupan kita yang juga tidak akan lepas dari masalah tetapi menjadikan setiap masalah yang kita alami sebagai sara untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah sang sumber kekuatan dan tempat perlindungan kita. Amin. (PS) Nats Pembimbing : Yoh 20:29 Berita Anugerah : Yoh 3:36 Nats Persembahan : Luk 21:3-4 Pujian: 1. PKJ 6 :1-3 2. PKJ 231 : 1-2 3. PKJ 254 : 1-3 4. PKJ 261 : 1-3 5. PKJ 230 : 1- dst 6. PKJ 258 : 1-2
11
Bahan Renungan Minggu Pra Paskah 1 14 Februari 2016 Bacaan: Lukas 4:1-13 PENCOBAAN BAGI ORANG BERIMAN Jika anda merasa saat ini sedang berada dalam masalah, maka anda perlu tahu bahwa anda tidak sendiri. Saat kita sedang sedih terkadang kita sering merasa sendiri dan kesepian, padahal banyak orang berada di sekeliling kita. Itu karena fokus kita ada pada masalah itu dan kita tidak mampu melihat hal lain selain itu. Hal seperti inilah yang seringkali membuat orang yang susah jatuh pada dosa. Tidak sadar ada jalan keluar dari masalahnya dan justru malah memilih mengatasinya sendiri walaupun itu melalui jalan pintas. Masalah ekonomi, karir, jabatan dan keinginan untuk dihargai dan dicintai telah menjadi pintu masuk yang mudah agar orang jatuh kepada dosa dan lari dari Allah. Pencobaan yang dialami oleh Tuhan Yesus ketika ia berada di padang gurun adalah pencobaan yang sangat manusiawi karena berhubungan dengan
makanan, kekuasaan dan kehebatan. Ego manusia adalah ingin hidup serba
kecukupan, ingin hidup dalam kemewahan, mempunyai kekuasaan/karier yang bagus ataupun juga dipandang hebat oleh orang lain. Namun semua itu sebenarnya bukanlah hal yang buruk apabila dicapai dengan kerja keras dan dalam jalan yang benar. Masalahnya adalah tidak sedikit orang yang tidak sabar dan ingin mencari jalan pintas dalam mencapainya. Jika sekarang kita sedang berada dalam pencobaan yang demikian, ingatlah akan teladan Tuhan Yesus, ia tetap taat ditengah pencobaan yang ia alami. Ia mampu berfikir dengan sadar bahwa hidup bukankah hanya melulu tentang makanan dan bahwa hanya Allahlah yang patut di sembah meskipun Allah mengijinkan kita merasakan penderitaan. Karena harapannya adalah bahwa melalui berbagai penderitaan, kita akan semakin dikuatkan dan dididik menjadi pribadi yang dewasa. Di masa pekan pra-paskah yang pertama ini, marilah kita mengarahkan hati kita kepada Tuhan, memohon kekuatan menjalani kehidupan berpuasa kita dengan baik agar kita semakin menjadi pribadi yang tangguh dan rendah hati di hadapanNya. Amin (PS).
12
BAHAN KOTBAH PRA PASKAH II Minggu 21 Februari 2016 Warna liturgi Ungu
DALAM TUHAN, MASA DEPAN SUNGGUH ADA (Kejadian 15: 1 – 21) Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Saat ini sering kita membaca di majalah atau melihat di televisi tentang progam yang memberikan layanan ramalan masa depan. Biasanya yang menjadi nara sumbernya adalah para ahli metafisika atau paranormal terkenal. Mereka memaparkan tentang apa saja yang saat ini sedang dialami oleh pasiennya tanpa pasiennya menceritakan sebelumnya dan ini yang kemudian membuat pasien itu merasa kagum dan terpesona. Langkah selanjutnya adalah sang paranormal itu menceritakan hal-hal apa saja yang akan terjadi di masa depan dengan sang pasiennya tersebut, bisa hal yang menyenangkan dan bisa hal yang tidak menyenangkan. Kemudian bila yang disebutkan itu adalah hal yang tidak menyenangkan maka paranormal itu kemudian akan menawarkan beberapa solusi yang bisa menghindarkan dia dari hal buruk tersebut tentu saja dengan beberapa imbalan tertentu. Nah bicara soal masa depan memang ada senangnya dan ada tidak senangnya. Ada senangnya bila kondisi saat ini tampak baik dan semua berjalan dengan normal dan ada harapan lebih baik di masa depan. Tetapi juga sedih kalau kalau keadaan sekarang ini tampak kurang menyenangkan. Maka yang ada dalam benak kita adalah : ―bagamana dengan nasibku kelak?‖. Atau kalau meminjam istilah anak muda jaman sekarang ini ―lagi Galau‖ karena memikirkan masa depan kita nanti yang sepertinya tidak ada harapan. Bapak ibu saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Keadaan Abram yang diceritakan dalam perikop ini, menggambarkan keadaan yang mendekati galau tadi. Apa sebabnya Abraham galau? Karena Abram belum juga dikarunia anak atau momongan hasil buah cintanya dengan istri yang dikasihinya yaitu Sara. Meskipun Galau, Abram tetap berusaha untuk tegar dan tabah. Ia tetap menjalani kehidupannya sebagaimana seharusnya sambil terus menantikan berkat momongan dari Tuhan. Abram juga masih menjaga kualitas doa dan ibadahnya dengan baik, memberikan persembahan dengan teratur kepada Tuhan setiap harinya. Berbeda dengan beberapa orang di masa kini yang kalau keadaan mereka sedang galau maka hal itu juga akan berpengaruh pada kehidupan imannya yang juga mulai ogah-ogahan alias mulai lesu dan tidak bersemangat dalam beribadah. Suatu hari pada saat sedang mempersembahkan persembahan kepada Tuhan, Tuhan menampakkan diri kepada Abram melalui mimpi. Dalam mimpi itu, Abram dijanjikan akan mendapat keturunan yaitu anak kandungnya sendiri. Tetapi yang aneh dari mimpi itu adalah bahwa Allah juga menggambarkan ―Masa Depan‖ dari anak-cucu atau keturunannya itu nanti. Allah menggambarkan bahwa Keturunan Abram yang sangat banyak jumlahnya itu akan tinggal di suatu negeri yang asing dan akan diperbudak dan dianiaya. Tetapi setelah itu akan dibebaskan dan menjadi umat kepunyaan Tuhan sendiri. Ini adalah hal yang aneh karena sepertinya Tuhan yang sangat mengasihi Abram itu kenapa Ia merancangkan hal buruk yang akan terjadi pada keturunan Abram nanti? Dan yang lebih aneh lagi, Tuhan tidak menawarkan cara-cara yang khusus ( seperti cerita para normal di atas ) agar Keturunan Abram tidak mengalami hal yang buruk tersebut. Dan masih ada lagi yang aneh, yaitu 13
Abram sepertinya hanya tertunduk dan taat menerima hal itu. Tidak ada usaha dari Abram baik dalam mimpi itu atau pun setelah sadar dari mimpi itu untuk berusaha tawar menawar lagi dengan Tuhan. Sepertinya dalam hal ini Abram pasrah atau Abram sangat percaya kepada Tuhan bahwa Tuhan akan membuat segalanya menjadi sangat baik adanya. Bapak ibu suadara yang dikasihi Tuhan, Bercermin dari 2 perbandingan di atas tadi, manakah yang menurut saudara lebih baik? Apakah datang pada paranormal dan mendapat ―solusi‖ semu dari masalah yang dihadapi atau kah datang pada Tuhan dan mendapat jaminan Keselamatan di Masa Depan di balik badai masalah yang sedang terjadi? Saya yakin bahwa Bapak ibu saudara adalah warga jemaat yang dekat dengan Tuhan Yesus Kristus, dan karena itu akan memilih yang kedua, yaitu datang pada Tuhan, bercerita atau curhat kepada Tuhan tentang semua pergumulan dan masalah yang sedang kita hadapi saat ini dan mendapat jawaban berupa jaminan keselamatan masa depan yang indah bersama dengan Tuhan dan seluruh keluarga kita. Hal yang sama sebenarnya juga dialami oleh Yesus Kristus, ia sudah diberi tahu tentang kesulitan dan kesusahan di masa depan yang akan Ia alami jika Ia masih akan terus konsisten dalam jalur Misi Penyelamatan Umat Manusia yang sedang Ia kerjakan. Bahaya dan ancaman penderitaan serta kematian yang mengerikan sudah jelas nyata dan pasti akan terjadi di masa yang akan datang bila waktunya sudah genap. Tetapi ketimbang menerima tawaran dan bujukan untuk melarikan diri dan bersembunyi dari TugasNya itu, Yesus lebih memilih menghadapi penderitaan dan kematianNya tersebut dengan Iklas. Karena itu antara Abram dan Yesus ada kesamaan dalam menghadapi Kegalauan akan masa depannya, yaitu dengan 5 T : Tegas, Teguh, Tabah, Tegar, Tenang. 1. Tegas menolak bujukan untuk mencari jalan keluar di luar cara dan jalan yang sudah Allah Bapa berikan kepadaNya. Apa jalan yang sudah diberikan oleh Allah Bapa : Menjalani Penderitaan dan menerima janji Keselamatan dan Kemuliaan di masa yang akan datang. 2. Teguh berpegang pada Janji Keselamatan dari Tuhan yang sudah Tuhan janjikan bagi yang percaya kepadaNya dengan sepenuh hati. Teguh menjalani penderitaan walaupun banyak sekali godaan di sekitar kita. 3. Tabah atau menguatkan hati atau membulatkan tekat tetap terus menjalani jalan yang sudah Tuhan berikan sekalipun itu penuh duri dan penderitaan. 4. Tegar atau tetap berdiri sampai titik darah penghabisan, sampai tugas yang dijalankan selesai, dan sampai Tuhan menggenapi janji PemulihanNya. 5. Tenang yaitu menghadapi semua penderitaan itu dengan sikap yang tenang dan penuh kepasrahan kepada Tuhan, tidak bingung lagi, tidak galau lagi, tidak bingung mencari pertolongan kesana kesini, dan tidak mencari pertolongan kepada sesuatu yang bukan dari Tuhan, tetapi dengan yakin bahwa setelah tugasnya selesai atau setelah penderitaan itu selesai maka Tuhan akan memulihkan keadaan.
14
Nah saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Dalam Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta ini, marilah kita menghayati keadaan kita saat ini yang bisa jadi punya masalah, atau pergumulan atau penderitaan itu dengan penuh kepercayaan bahwa Tuhan tetap akan menjamin keberadaan masa depan kita semua selama kita tetap berada di dalam kasihNya. Terlebih lagi jika pergumulan atau penderitaan itu terjadi saat kita sedang mewujudkan atau melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan baik dalam kehidupan kita pribadi, keluarga kita, jemaat kita, atau masyarakat kita. Janganlah menolak penderitaan jika memang penderitaan itu adalah ―jalur‖ yang sesungguhnya harus kita tempuh. Jangan suka cari jalan pintas yang belum tentu pas. Oleh karena itu jangan suka menyuap untuk mendapatkan keinginan kita, jangan suka mencuri karena itu akan merugikan kita sendiri di masa depan. Percayalah, di dalam Tuhan, Masa Depan sungguh ada.(WK) Liturgi : Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan Pujian :
: Lukas 13 : 31 – 33 : Mazmur 27 :13 – 14 : Lukas 20 : 25
KJ 155, 157, 158, 50a, 362, PKJ 146, PKJ 177, PKJ 180
15
Bahan Renungan Pra Paskah II, 21 Februari – 27 Februari 2016
BERTEKUN DI DALAM PENCOBAAN (Lukas 13: 31 – 35) Bapak Ibu saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Sejalan atau paralel dengan tema kotbah kita pada Minggu ini, yaitu Penderitaan itu kalau memang sudah menjadi konsekuensi dari mengikut Tuhan, maka tidak perlu dihindari. Sebab kalau Tuhan menghendaki kita menderita, sekalipun kita telah hidup benar di hadapanNya, maka hal itu pasti demi kebaikan kita dan demi kebaikan banyak orang agar mereka semakin mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan. Di balik semua penderitaan itu pasti ada berkat Tuhan yang tersembunyi yang akan dinyatakan kepada kita kelak. Dalam perikop yang kita baca pada saat ini, Yesus diperingatkan oleh orang-orang Farisi untuk keluar dari Yerusalem. Kalau kita memperhatikan jalannya cerita dalam perikop ini, maka orangorang farisi itu seolah-olah peduli dengan Yesus. Padahal sebenarnya mereka tidak peduli, sebenarnya mereka sedang mengancam Yesus. Dalam perikop sebelumnya, Yesus menyampaikan kritikan atas pola kehidupan rohani dari orang-orang farisi dan orang Yahudi pada waktu itu. Karena itulah kemudian orang-orang farisi itu merasa kedudukannya terancam dan mulai menekan atau meneror Yesus dengan menakut-nakutinya bahwa Herodes akan segera menangkap dan membunuhnya. Namun reaksi yang disampaikan oleh Yesus sungguh di luar dugaan orang-orang farisi tersebut. Ia bukan saja tidak takut, tetapi justru mengirimkan pesan balasan kepada Raja Herodes melalui orang-orang farisi tersebut. Ia bahkan menyebut raja Herodes itu dengan sebutan ―serigala‖. Namun benarkah ini adalah merupakan suatu pesan balasan Yesus kepada raja Herodes? Sebenarnya bukan. Ketika Yesus berkata : ―katakanlah kepada Herodes, serigala itu, .........‖ hal itu bukan berarti bahwa Yesus memang sengaja mengirimkan pesan kepada Herodes, melainkan sebagai reaksi Yesus atas tekanan dan ancaman orang farisi yang menggunakan Nama Herodes untuk menakut-nakuti Yesus. Karena itu, kata ―serigala‖ sebenarnya ditujukan oleh Yesus kepada orang-orang farisi itu sendiri. Secara komplit sebenarnya Yesus mengacu pada serigala yang ada di tengah-tengah domba-domba, yaitu orang-orang farisi yang ada di tengah orang Israel dan membahayakan iman dan kehidupan orang Israel atau Yahudi dengan selalu membawa mereka pada bahaya permusuhan dengan penguasa lokal setempat. Bapak, Ibu saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, berikut ini ada beberapa hal yang perlu untuk dipergumulkan bersama. 1. Menurut saudara, kenapa Yesus menolak untuk keluar dari Yerusalem saat diperingatkan oleh orang farisi bahwa Herodes akan membunuh Yesus? 2. Apa yang menjadi prioritas Yesus atau tujuan utama Yesus berani menempuh bahaya dan ancaman tersebut? 3. Apakah saudara juga pernah mempunyai pengalaman yang sama atau mirip dengan Tuhan Yesus? Ceritakanlah. (WK) Pujian : PKJ 19 : 1 – 3 , KJ 50a : 1 – 3, KJ 260 : 1 – 3 16
BAHAN KOTBAH PRA PASKAH III Minggu, 28 Februari 2016 Warna liturgi Ungu
MUMPUNG MASIH ADA KESEMPATAN Bacaan Alkitab: Lukas 13:1-9 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Ada anggapan bahwa suatu musibah besar sering kali ditafsirkan sebagai hukuman khusus bagi para korban. Kita teringat pada 26 Desember 2004 lampau ketika ada bencana tsunami di Aceh..betapa ada orang-orang yang mengaku ―beriman Kristen‖ seakan-akan membenarkan bencana itu terjadi di sana. Di sms yang dikirim berantai, di facebook dan media-media massa Kristen tercetak seakanakan mengatakan itulah yang harusnya terjadi. Mereka tidak merasakan penderitaan para korban. Bukannya mengoreksi diri sendiri jika itu terjadi pada dirinya dan menolong yang tertimpa bencana tersebut, malah menghakimi bahwa mereka yang terkena Tsunami memang layak menerima karena mereka jahat, baik jahat terhadap orang Kristen maupun sarangnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka) sekaligus penghasil tanaman ganja terbesar. Namun beberapa waktu kemudian, apa yang mereka katakan ketika Nias, yang notabene ―mayoritas‖ Kristen terkena gempa dan tsunami juga? Orangorang tertentu yang suka menghakimi tadi (mungkin karena mereka merasa paling benar dan mungkin juga dendam karena orang Kristen sering mendapat perlakuan tidak adil di Aceh), tidak mengutuki Nias. Mereka mengatakan apa yang terjadi di Nias sebagai sebuah bencana yang kita semua perlu menolong. Jemaat yang dikasihi Tuhan, kita semua bersyukur tidak semua orang Kristen di Indonesia maupun dunia menghakimi kejadian tadi. Masih ada banyak orang Kristen, maupun orang-orang yang dianggap ―kafir‖ karena tidak beragama yang segera bertindak menolong rakyat Aceh maupun Nias. Banyak rakyat Aceh maupun Nias yang tertolong dan daerah mereka segera pulih. Ada kesempatan yang indah untuk menolong sesamanya dibalik orang sibuk menghakimi atas bencana yang terjadi. Jemaat yang dikasihi Tuhan, bagi kita semua yang merenungkan firman Tuhan saat ini, pernahkah kita juga memiliki pemahaman seperti itu? Bagaimana dengan pemahaman yang Tuhan Yesus Kristus ingin sampaikan melalui firman yang kita baca tadi? Jemaat yang dikasihi Tuhan, Dalam tradisi imannya, orang Yahudi mempunyai pemahaman bahwa orang yang mengalami malapetaka dan bencana adalah orang yang dosanya lebih besar dari orang yang tidak mengalami bencana. Keyakinan iman ini didasarkan oleh peristiwa-peristiwa yang nenek moyang mereka alami pada masa lalu, baik masa mereka keluar dari Mesir sampai pada saat mereka hidup. Dan uniknya, pemahaman iman ini sudah menjadi tradisi, tanpa meneliti dan merenungkan kembali apa yang Tuhan ingin sampaikan melalui setiap peristiwa. Sekalipun bencana dan malapetaka diizinkan Allah menimpa orang atau bangsa tertentu sebagai hukuman dosa mereka, tetapi semua itu tidak harus dilihat sebagai hukuman Allah yang memang harus terjadi. Ini tidak direnungkan oleh orang-orang Yahudi karena prinsip yang sudah mentradisi begitu kuat. Tuhan Yesus mengetahui bahwa prinsip tradisi yang begitu kuat ini terus membelenggu kehidupan iman mereka semua. Tuhan Yesus Kristus kemudian memberikan pemahaman baru pada mereka. Kata Yesus: ‖Tidak! kata-Ku kepadamu...” Yesus tidak menyetujui pendapat bahwa para korban tindakan Pilatus itu luar biasa dosanya, tetapi Ia menyatakan bahwa nasib yang sama menanti semua orang yang tidak bertobat. Ia 17
juga berkata: ―Atau sangkamu kedelapan belas orang....” Dia mengacu kepada suatu peristiwa lain yang baru saja terjadi dan masih merupakan buah bibir penduduk setempat, dan Dia menarik penerapan yang sama. Sekalipun demikian Yesus menegaskan bahwa mereka akan luput jika bertobat. Tentang Pohon Ara, menurut ajaran perumpaman pohon ara, manusia masih diberikan perpanjangan waktu untuk bertobat (ayat 6-9). Dengan kata lain manusia pasti akan mengalami hukuman, jika tidak bertobat. Allah dapat menyelamatkannya kapan saja, tanpa menunda-nunda lagi dan tidak membutuhkan waktu yang lama jika manusia mau percaya kepada-Nya dan bertobat. Kebenaran ini digambarkan secara jelas dalam peristiwa penyembuhan perempuan yang sudah dirasuk setan selama 18 tahun pada hari Sabat (ayat 10-17). Bila kita mengamati peristiwa penyembuhan nampaknya hanya peristiwa kecil. Perempuan itu bukan orang yang terkenal. Namun, sesungguhnya hal ini mengandung kebenaran yang dalam dan indah, yang dibutuhkan seluruh umat manusia dan nantinya memberikan pengaruh yang sangat besar bagi seluruh kehidupan umat manusia. Tuhan menginginkan orang tidak lagi sibuk mengurusi kesalahan orang lain, menghakiminya, tapi Ia ingin supaya setiap orang konsentrasi pada mengoreksi diri, memohon ampun pada Tuhan atas dosanya dan lebih baik memanfaatkan waktu untuk menolong orang lain. Tuhan Yesus meberi keteladanan, dimana ketika orang-orang Yahudi ―sibuk‖ menghakimi orang-orang yang terkena musibah, Ia malah berdiakonia kepada orang lain, Ia berbagi berkat kesembuhan. Ia menyembuhkan seorang perempuan yang tidak terkenal. Ia membuat orang lain melihat apa yang harusnya mereka lakukan dalam kehidupan mereka yang merupakan umat pilihan Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Untuk mendapatkan pemahaman yang benar, kita harus beranjak dari konsep dasar yang benar yaitu bahwa kita semua adalah orang berdosa. Membanding-bandingkan dosa satu dengan yang lainnya hanya akan membawa pada kesimpulan bahwa dosa ada tingkatannya. Namun demikian hal ini tidak mengurangi fakta bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang harus dimurkai Allah. Yang mengherankan bukanlah mengapa hanya beberapa orang menderita malapetaka dan bencana, tetapi mengapa tidak ada seorang pun yang akan luput dari hukuman, walaupun tidak harus selalu berbentuk bencana dan malapetaka. Kalau kita sibuk mengurusi orang lain yang terkena musibah, baik bencana, kecelakaan, sakit penyakit yang berat dan tidak sembuh-sembuh, maka, pertama, kita nanti akan terjebak seperti orang-orang Yahudi. Kita bisa-bisa lupa akan keberadaan diri kita yang penuh dengan dosa ini. Kita lupa mengoreksi diri. Kita lupa bertobat. Padahal kita semua meyakini bahwa setiap musibah, kecelakaan, sakit penyakit bisa saja menimpa kita. Jangan ada keyakinan yang sombong seperti kata orang-orang Kristen tertentu yang mengatakan ―orang beriman pasti sehat, tidak terkena celaka‖..apakah benar demikian? Siapakah yang tahu rencana Tuhan yang begitu dahsyat atas diri kita? Tidak semua orang tahu akan rencana Tuhan. Namun yang kita tahu adalah bahwa setiap rencana Tuhan pasti rencana yang indah untuk kita. Ini semua supaya kita takut akan Tuhan dan memuliiakan namanya. Kedua, jika kita sibuk menghakimi orang yang terkena musibah, kecelakaan, sakit-penyakit, kita terlena dibuatnya dan melupakan tugas utama kita untuk menjadi berkat bagi sesama. Ini akan membatasi kita untuk berdiakonia, berbagi pada saudara kita yang tertimpa kemalangan. Tugas kita terbatasi oleh ―penghakiman‖ ini. Kita tidak lagi sempurna dalam melaksanakan Tritugas gereja dalam kesaksian, persekutuan dan pelayanan. Sebagaimana Yesus memberi teladan, maka kita berdiakonia dengan tidak lagi memperhatikan latar belakang dia berdosa atau tidak dan dari latar belakang apapun. Berdiakonia tanpa batasan. 18
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pada masa pra-paskah ini, inilah waktu yang sangat indah untuk semakin mengingatkan kita dalam mengkoreksi diri dan memohon ampun kepada Tuhan. Inilah kesempatan karena Tuhan sangat mengasihi kita. Ia siap menerima kita kapanpun, semasa kita tidak menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan pada kita dalam sisa hidup kita ini. mari kita bersyukurlah kepada Allah yang selalu siap dan akan segera menyelamatkan manusia kapanpun jika kita mau memberikan respons terhadap anugerah-Nya. Pada masa pra-paskah ini, merupakan kesempatan kita berbagi berkat yang kita punya dari tuhan. Kita meneladani karyaNya sebelum Ia mengalami sengsara dan mati. Ia sempatkan untuk berbagi pada setiap orang yang mau menerimanya, bahkan kita mengingat betapa Ia rela mengorbankan diriNya demi menebus dosa-dosa kita. Tetap semangat menjalani hari-hari kita dengan hidup dalam pertobatan dan mensyukuri anugerahNya dengan mau berbagi berkatNya itu kepada sesama. Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua (PA). Amin. Liturgi: Ayat Pembimbing : Keluaran 12:1-7 Berita Anugerah : 1 Yohanes 1: 8-10 Persembahan : Roma 12: 1-2 Pujian: 1. PKJ 13 2. PKJ 23 3. KJ 31 4. KJ 369 5. PKJ 145 6. KJ 226
19
BAHAN RENUNGAN PRA PASKAH III (Minggu, 28 Februari 2016)
MENANGGAPI KASIH TUHAN YANG TANPA PAMRIH Bacaan Alkitab: Yesaya 55: 1-9 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Dalam kehidupan manusia, seringkali ada perhitungan untung dan rugi. Jarang sekali orang yang dalam kehidupannya tidak memperhitungkan untung dan rugi. Dalam perdagangan, dalam pekerjaan, dalam menjalin hubungan, dalam menempuh pendidikan dan yang lainnya, seringkali manusia memperhitungkan atau menimbang-nimbang dengan cermat bagaimana keuntungannya dan bagaimana kerugiannya. Jika keuntungan lebih besar, maka ia akan menjalaninya. Sebaliknya jika merugikan, maka manusia tidak mau menjalaninya. Ini manusiawi. Namun manusia bisa belajar dari sikap Tuhan Allah dimana Allah memiliki sikap yang berbeda dari manusia. Ini karena begitu besar kasihNya. Tuhan Allah ternyata bukan memperhitungkan untung dan ruginya dalam membangun hubungan dengan umatNya yang dikasihiNya. Sebagai bukti adalah dalam hubunganNya dengan umat Israel pada jaman nabi Yesaya hidup. Bangsa Israel, yang telah meninggalkan Allah dan kebenaranNya, kini diundang oleh Allah untuk kembali kepada-Nya dan dikembalikan kepada persekutuan dan berkatNya yang melimpah. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Panggilan Allah kepada Israel untuk bertobat, adalah insiatif dari Tuhan Allah yang hendak melimpahi mereka dengan segala berkat yang terbaik. Tuhan Allah memiliki tujuan agar mereka memiliki hidup yang penuh sukacita, bermakna dan berpengharapan. Siapa saja yang menyambut undangan tersebut akan menikmati hidup yang lebih baik daripada yang selama ini mereka alami. Tuhan meneguhkan janjiNya itu memakai perjanjian abadi yang pernah diadakanNya dengan Raja Daud. Sama seperti Raja Daud menjadi hamba Allah untuk menggembalakan Israel, umatNya, demikian pula kini umat Allah dipanggil menjadi hamba-hambaNya untuk menyelamatkan bangsabangsa di sekitarnya. UmatNya harus mencari Tuhan Allah dan meninggalkan dosa mereka agar pengampunanNya berlaku dan pemulihanNya dinyatakan. Inilah cara Allah menyelamatkan umatNya sesuai dengan firmanNya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Syarat penting untuk keselamatan yang Tuhan berikan adalah apakah setiap manusia mau menerima uluran kasih Tuhan Allah itu? Jikalau setiap orang memiliki keyakinan iman yang berlandaskan korban kematian sang Mesias, maka ia akan mau menerima uluran kasih Allah yang tanpa pamrih dan tanpa mempertimbangkan untung rugi ini. Waktu keselamatan Allah itu terbatas; akan tiba harinya ketika Dia tidak berkenan ditemui, yakni ketika habis masa kita hidup di dunia ini dengan kematian fisik kita. Mungkin saat ini kita masih mengeraskan hati, kita menolak uluran tangan kasihNya. Kita kecewa karena melalui peristiwa-peristiwa yang kita alami dalam hidup, kita mungkin terlalu kecewa dengan diri kita maupun dengan Tuhan. Ini semua dikarenakan kita tidak mengetahui rencana Tuhan. Rancangan dan jalan Allah ada kalanya tidak sama dengan rancangan manusia biasa. Tetapi hati dan pikiran manusia dapat dibaharui dan diubah dengan mencari Dia; lalu pikiran dan jalan kita akan mulai selaras dengan jalanNya. Kita dapat melakukan hal ini dengan tetap tinggal di dalam firmanNya dan menanggapi pimpinan Roh Kudus. Memang, secara 20
manusiawi rancangan Allah itu terlalu tinggi bagi kita. Artinya, sulit bagi kita untuk bisa memahami keagungan rancanganNya. Tetapi Allah menegaskan bahwa yang tak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah. Rancangan Allah itu selain mendatangkan kemasyhuran bagi namaNya, juga mendatangkan kesejahteraan bagi umatNya. Dalam menggenapkan rancanganNya itu, Allah menawarkan kasih dan kehidupan. Yang dimintaNya hanyalah suatu penyerahan yang penuh dan pertobatan total dari umatNya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Masa pra paskah ini kita diingatkan bahwa Allah menawarkan kasihNya bukan karena Allah bergantung pada manusia, tetapi agar manusia dapat menikmati secara penuh berkat yang disediakanNya. Ketika kita mau kembali kepada Tuhan, maka Ia akan mengasihani kita dan memberi pengampunan dengan limpahnya. Setiap orang akan menikmati hidup yang penuh sukacita dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan. Setiap orang akan menjadi berkat bagi banyak orang dan hidupnya memuliakan Tuhan. Tuhan memberkati. Amin. (PA)
***
21
KOTBAH PRA PASKAH IV Minggu, 6 Maret 2016 Warna Liturgi Ungu
KITA PUN ORANG BERDOSA DAN BERSALAH (Lukas 13: 1-9) Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Syalom. Sejenak saya mengajak bapak, ibu, saudara merenungkan kata-kata seorang tokoh agama berikut ini. Ketika itu Paus Fransiskus berada di Katedral St. Patrick, New York, tanggal 24 September 2015. Ia menyatakan turut berdukacita dan menyampaikan doa atas para korban tewas dalam tragedi Mina, Arab Saudi yang menewaskan 717 orang dan melukai lebih dari 800 orang jemaah haji. Katanya kepada media, "Saya ingin menyampaikan pandangan terhadap saudara-saudari Muslim saya. Pandangan saya terhadap kedekatan (dengan Muslim) saat tragedi. Tragedi yang mereka derita di Mekkah,"."Di saat seperti ini, saya memberikan doa. Saya menyatukan diri dengan kalian. Sebuah doa untuk Tuhan yang maha pengasih," Nah, diatas tadi tanggapan Paus Fransiskus. Bagaimana perasaan anda ketika mendengar tragedi Mina waktu itu? Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Dalam percakapan yang ada di perikop ini diceritakan bahwa ada beberapa orang yang menjumpai Tuhan Yesus dan membawa berita bahwa orang-orang Galilea darahnya dicampurkan oleh Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Untuk persisnya peristiwa ini, informasi yang kita miliki sangatlah terbatas. Beberapa penafsir berpendapat, pada waktu itu ada beberapa orang Galilea yang kebetulan memberikan persembahan korban di Bait Allah diserang kemudian dibantai oleh pasukan Pilatus dan darah mereka tercampur dengan darah persembahan korban yang ada. Adapun penyebab pembataian itu sangat beragam. Ada yang berpikir karena orang-orang Galilea itu adalah para pengikut kelompok Yudas Gaulonita, yang juga disebut Yudas, seorang Galilea (Kis. 5:37), yang tidak mengakui wewenang kaisar dan menolak membayar upeti kepadanya. Sehingga Pilatus membunuh mereka. Dengan kata lain, mereka adalah pemberontak. Adapula yang berpikir bahwa orang-orang Galilea itu adalah orang yang dicurigai begitu saja oleh Pilatus sebagai para pengikut Yudas Gaulonita, dan mereka dibunuh secara biadab. Maklum, karena para pengikut Yudas yang asli tidak bisa ia tangkap. Telepas dari semua kemungkinan diatas, apa yang bisa kita simpulkan disini adalah telah terjadi pembataian yang dilakukan Pilatus terhadap beberapa orang-orang Galilea pada waktu itu dan yang pasti kisah inilah yang hangat untuk disampaikan kepada Tuhan Yesus. Hal yang menarik kemudian yaitu, bagaimana Tuhan Yesus merespon cerita orang-orang waktu itu. Terhadap cerita itu, Tuhan Yesus justru menjawab mereka dengan berkata ―Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalamai nasib yang itu?‖ Lho, mengapa Tuhan Yesus meresponnya demikian. Ada apa gerangan? Bukankah lebih baik menjawabnya dengan bagaimana itu bisa terjadi? Mengapa mereka 22
dibantai? Dst… Agar semakin lebih ramah dan mendapatkan informasi yang lebih lengkap. Namun, ternyata Tuhan Yesus tidak menjawab demikian. Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Kalau kita perhatikan dengan seksama jawaban Tuhan Yesus, Ia malah mengatakan ―Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya…‖ Jawaban Tuhan Yesus agak keras di dengar dan juga menimbulkan kesan bahwa orang-orang yang menceritakan kisah tragis itu agaknya menganggap orang-orang Galilea yang dibantai Pilatus disebabkan oleh dosa mereka sendiri. Maklum, dulu kala seringkali penderitaan yang dialami seseorang langsung dikaitkan dengan dosadosa yang dilakukan. Kalau mati, sakit, ataupun miskin itu pasti karena dosa-dosa yang diperbuatnya. Ternyata melalui jawaban Tuhan Yesus tadi, Tuhan Yesus bukan ingin memperhatikan bagaimana dan mengapa kisah tragis itu terjadi tetapi mengkritisi apa yang ada dalam pikiran orang tentang peristiwa tersebut. Sehingga dalam ayat 3, Tuhan Yesus mengatakan ―tidak‖! Tidak disebabkan karena dosa mereka lebih besar daripada semua orang. Bukankah, semua orang berdosa dalam hidupnya? Karena semua orang berdosa maka baiklah semua orang bertobat. Ini ditegaskan dengan perkataan, ―kalau kamu tidak bertobat kamu semua akan binasa atas cara demikian‖. Tuhan Yesus menginginkan agar kita justru mengoreksi dosa-dosa yang kita lakukan. Bukankah lebih baik mengoreksi diri sendiri, daripada mengoreksi dosa orang lain? Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Kemudian Tuhan Yesus melanjutkan perkataannya kepada orang banyak waktu itu, sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Untuk persisnya peristiwa ini, sama dengan sebelumnya, informasi yang kita milikipun terbatas. Yang bisa kita dapatkan yaitu bahwa ada 18 orang yang mati tertimpa menara dekat Siloam. Mungkin lebih baik, bila kita memperhatikan detail perkataan Tuhan Yesus saja. Kali ini Tuhan Yesus tidak menggunakan istilah ―dosa‖ (band. ayat 2) dalam perkataannya tetapi menggunakan kata ―kesalahan‖ (ayat 4).Hal ini sesuatu yang menarik untuk ditinjau, mengapa kini pakai istilah ―kesalahan‖ dan bukan ―dosa‖? Apakah dosa dan kesalahan itu sama? Dalam bahasa Yunani ―dosa‖ terjemahan dari kata a`martwloi (baca : amartoloi) yang pengertiannya adalah pelanggaran terhadap perintah Tuhan. Sedangkan untuk kata ―kesalahan‖, kata ini terjemahan dari kata ovfeile,tai (baca : opeiletai) yang pengertiannya adalah pelanggaran terhadap kewajiban, hukum atau tradisi waktu itu. Jika mengacu kepada dua pengertian tersebut, maka isitilah dosa dan kesalahan yang dipakai tentu berbeda pengertiannya. Terkait dengan itu, maka kita juga bisa menangkap bahwa Tuhan Yesus kali ini memfokuskan perhatiannya pada bagaimana orang banyak memaknai kesalahan. Ternyata, pada waktu itu banyak juga orang yang menyangka bahwa kemalangan terjadi dikarenakan kesalahan yang telah diperbuat. Kalau ada yang mati, sakit, ataupun miskin itu pasti karena kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat. Terhadap hal ini pula, yang Tuhan Yesus tidak inginkan ada dalam pemikiran orang waktu itu. Karena ini membuat orang gampang menghakimi orang lain. Oleh karena itulah melalui perkataannya ―Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian." Ia berpesan lebih baik mengoreksi kesalahan diri sendiri daripada mengoreksi kesalahan orang lain. Bukankah semua orang juga melakukan kesalahan dalam 23
hidupnya? Kira-kira demikianlah pengertian dari perkataan Tuhan Yesus yang diulang sampai dua kali. Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Yesus ingin agar kita tidak menganggap orang lain lebih berdosa dan bersalah daripada kita sehingga mereka kemudian terkena kemalangan dan lain sebagainya. Seakan-akan kitalah orang yang benar itu.Yesus, mengingatkan kita bahwa kita juga adalah orang berdosa dan bersalah. Jika ada prasangka kita bahwa orang itu berdosa atau pun bersalah. Itulah yang diperbaiki terlebih dulu. Karena semua orang berdosa dan semua orang pernah melakukan kesalahan maka haruslah semua bertobat (ayat 3 dan 5). Bagi Tuhan Yesus, entah dosa ataupun kesalahan haruslah berujung pada pertobatan. Pertobatan itu diawali dengan mengoreksi dosa dan kesalahan diri sendiri kemudian merubah hati dan perilaku yang sesuai dengan perintah Tuhan. Pertobatan menjadi sebuah ajakan untuk semua manusia. Tidak hanya orang-orang pada waktu itu, tetapi kita juga yang hidup pada masa kini dan disini. Lewat perumpamaan yang disampaikannya, Tuhan Yesus mau menjelaskan bahwa kesempatan untuk bertobat masih diberikan. Meskipun pemilik pohon ara datang menemui pengurus kebun untuk menebang pohon ara nya. Karena, pohon ara yang telah tumbuh selama tiga tahun ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Namun pengurus kebun masih memohon kepada tuannya untuk bersabar menantikan pohon tersebut berbuah tahun berikutnya. Penggunaan kata "mungkin" di ayat 9 menunjukkan bahwa ada harapan dan kesempatan lagi untuk bertobat. Artinya, bagi kita pun yang berdosa dan bersalah ini masih ada kesempatan untuk memperbaiki hidup kita. Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Sekarang bagaimana dengan kita? Maukah kita mengoreksi diri kita kembali bahwa kita ini pun orang berdosa dan bersalah? Dan kemudian, maukah kita bertobat? Kiranya Tuhan Yesus memberkati. Amin. {KEP} Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
: Mazmur32:1-5 : II Korintus 5: 16-21 : Amsal 10:22
KJ 2 KJ 36 KJ 40 KJ 395 KJ 33 KJ 369a ***
24
Renungan Pra Paskah IV
AKU RINDU ENGKAU (Mazmur 63:1-9) Pernahkah anda serindu ke dua anak ini? Tanggal 28 April 2014, ada dua bocah kakak beradik di bawah umur Supandi (11 tahun) dan Firmansyah (9 tahun) hanya karena alasan rindu sudah lama ditinggal oleh ibunya pergi merantau bekerja bersama ayahnya ke Jakarta, mereka nekat berboncengan sepeda BMX butut untuk menemui kedua orang tuanya. Dua bocah warga Desa Suru, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah itu diketahui berangkat dari rumah, Senin, 28 April 2014, pukul 11.00 WIB sepulang sekolah. Keduanya mengaku sangat rindu kepada ibunya, karena sudah ditinggal pergi mencari nafkah, sejak satu bulan lalu. Selama ditinggal, kedua siswa SD Negeri 03 Suru Pemalang itu hidup bersama sang kakek Wage dan neneknya Warnil. Bukan karena diperlakukan tidak baik yang menjadikan bocah malang ini pergi meninggalkan rumah. Keduanya mengaku sangat merindukan sosok ibu yang senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Supandi dan adiknya Irfan, ditemukan oleh seorang pria warga Kota Tegal saat beristirahat di tepi Jalan Kolonel Sugiono, Selasa 29 April 2014, petang hari. Raut wajahnya sangat pucat, lusuh dan tanpa mengenakan alas kaki. Saat ditanya, keduanya mengaku kelelahan dan tidak memiliki bekal apapun untuk pergi ke Jakarta. Karena perjalanan ke Jakarta sangat rawan sekali bagi keamanan mereka. Maka, akhirnya mereka pun dipulangkan ke rumah kakek dan neneknya serta menghubungi orang tuanya agar bisa pulang, menemui anak-anak mereka. Bagaimana menurut anda? Jika kita melihat kedua anak tadi nampaknya mereka tidak hanya sekedar rindu tetapi rindu buanget, sampai-sampai naik sepeda ke Jakarta. Tidak peduli dengan keselamatan dijalan apalagi kelaparan dijalan. Pokoknya, aku ingin ketemu bapak dan ibuku. Luar biasa, bukan? Saudara-saudara yang terkasih. Nampaknya, ‗rindu banget‘ ini juga yang dirasakan oleh Daud dalam mazmur 63 ini. Mari kita kembali baca bersama-sama ayat 2-3, sebagai ungkapan kerinduan Daud. Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Akan tetapi, kepada siapa Daud rindu? Dalam mazmur 30 ini, Daud sangat merindukan Tuhan, Ia mencari Tuhan, jiwanya haus dan tubuhnya rindu . Mengapa? Pertama-tama, jika kita melihat ayat 1 dalam mazmur ini, Daud yang sebagai pemazmur ketika itu sedang berada di padang gurun Yehuda. Ia sedang melarikan diri dari kejaran Absalom, anaknya (1 Sam 23). Untuk keterangan keberadaan Daud di padang gurun Yehuda banyak penafsir mengacu pada 1 Sam 23:19. Di dalam terjemahan versi Terjemahan Baru LAI (TB-LAI) menyebutnya Daud bersembunyi di seberang selatan padang belantara. Sedangkan dalam versi Terjemahan BIS, kalimat itu diterjemahkan di seberang sebelah selatan padang gurun Yehuda.1 Jika mengacu pada terjemahan Terjemahan bahasa indonesia sehari-hari untuk 1 Samuel 23:19 : 25 1
BIS, maka padang belantara yang dimaksud TB LAI pada ayat 1 Sam 23:19 sama dengan daerah sebelah selatan padang gurun Yehuda. Bagaimanakah keadaan di padang gurun? Padang gurun adalah suatu daerah yang curah hujannya sangat sedikit. Kondisi disekitar padang gurun pun sangat gersang. Sinar matahari sangat terik dan dengan penguapan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan hanya tumbuhan duri saja yang dapat hidup dan beradaptasi di daerah itu.Banyak orang menganggap bahwa padang gurun memiliki kemampuan yang sedikit untuk hidup manusia bila dibandingkan dengan wilayah yang basah. Dari gambaran keterangan di atas, maka kita bisa membayangkan bagaimana kehidupan Daud waktu ia di padang gurun. Kehidupannya berada jauh dari banyak orang karena ia sedang dalam pelarian dan sarana prasarana kehidupannya pun terbatas. Kira-kira seperti inilah gambaran kehidupan Daud waktu itu. Susah hidupnya. Akan tetapi, agaknya itu bukan menjadi latar belakang atau yang menyebabkannya rindu bangetnya Daud kepada Tuhan. Mengapa? Mari kita perhatikan ayat 4-6, khususnya kata-kata “Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup…dst‖. Daud tidak memusingkan bagaimana kejaran Absalom. Daud juga tidak memusingkan susahnya hidup di padang gurun. Daud menganggap kedekatan dengan Tuhan itu lebih dari segalanya. Hal tersebut bisa diartikan bahwa kehidupan yang dialami Daud katakanlah yang susah itu, justru bukan menjadi dasar ia merindukan Tuhan. Ia justru menekankan bahwa Kasih Tuhan lah yang lebih berharga daripada hidupnya. Artinya, Daud disini tidak menitik beratkan kepada dirinya tetapi pada Tuhan. Mungkin ini bisa dibandingkan dengan ke dua anak dalam cerita diatas, bagaimana kedua anak tersebut yang nekad menjumpai orang Tuanya. Tidak naik mobil, makan pun tidak. Kerinduan akan kasih sayang dan perhatian orang Tuanya lebih penting daripada mereka harus naik sepeda ke Jakarta. Rindu lebih penting daripada kesusahan. Menarik bukan? Bagi Daud, Kasih dan kebaikan Tuhanlah yang senantiasa ia ingat, bukan kehidupannya yang sulit. Kasih Tuhanlah yang ia renungkan sepanjang malam (ayat 7) karena memang hanya Tuhanlah yang menjadi penolongnya dan yang membuatnya bersukacita (8-9). Nah, perenungannya bagaimana dengan kita. Apakah keadaan kehidupan kita lebih penting daripada kedekatan dengan Tuhan? Kiranya, ini menjadi perenungan dan membawa berkat untuk kita bersama. Tuhan memberkati. Amin. {KEP}
***
Kemudian beberapa orang dari Zif menghadap Saul di Gibea dan berkata, "Daud bersembunyi di daerah kami dalam gua-gua dekat Hores, di atas Bukit Hakhila sebelah selatan padang gurun Yehuda. 26
BAHAN KOTBAH PRA PASKAH V Minggu, 13 Maret 2016 Warna Liturgi Ungu
TERANG KRISTUS (Yesaya 42:5-9) Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus. Latar belakang sejarah bagi pelayanan nubuatan Yesaya anak Amos adalah yerusalem pada masa pemerintahan empat raja Yehuda: Uzia, Yotam, ahas, dan Hizkia(1.1). Yesaya rupanya berasal dari keluarga kalangan atas Yerusalem, dia orang berpendidikan, memiliki bakat pengubah syair dan berkarunia nabi, mengenal keluarga raja-raja dan memberikan nasihat dan nubuat kepada para mengenai politik luar negeri Yehuda. Tujuan Yesaya menulis kitab ini adalah yang pertama sang nabi menghadapi bangsanya sendiri dan bangsa lain yang sezamannya dengan firman Tuhan mengenai dosa mereka dan hukuman Allah yang akan datang. Kedua, melallui berbagai penglihatan yang mengandung wahyu dan Roh nubuat, Yesaya menubuatkan pengharapan bagi angkatan masa depan Yahudi yang ada dipembuangan. Mereka akan dikembalikan dari pembuangan dan akan ditebus Allah untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ketiga, Yesaya bernubuat bahwa Allah mengirim Mesias dari keturunan Daud, yang memberikan keselamatan semua bangsa-bangsa di bumi ini, sehingga memberikan pengharapan bagi umat Allah dibawah perjanjian yang lama dan perjanjian yang baru. Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus. Yesaya telah menubuatkan tentang keselamatan bagi seluruh dunia. Dunia akan menerima terang yang dijanjikan Tuhan: Dengan perkataannya Yesaya,‖ Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya:"Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara. Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu." Ini adalah nyanyian hamba Allah yang pertama, bagaimana tentang hamba Allah yang dengan lemah lembut dan keramahtamahan karena sebuah pannggilan dan pilihan Allah. Ia adalah seorang yang dekat sekali dengan Israel yang dipilih Allah. Dan Gambaran Hamba Allah ini yang telah mempersatukan umat-Nya dengan Allah sendiri. Gambaran Allah ini diwujudkan dalam terang-Nya bagi bangsa-bangsa yang dalam kegelapan. Misi Allah inilah yang dibawa oleh hamba Allah ini yang mencakup pengantara perjanjian keselamatan kepada orang Yahudi dan bukan orang Yahudi. Dengan membuka mata yang buta. Dengan kematian-Nya dan kuasa Roh Kudus , hamba Allah ini akan membebaskan semua orang yang percaya dari kegelapan dosa dan kesalahan serta melepaskan mereka dari kuasa iblis. Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus Paskah, dimulai dalam kegelapan. Lalu kita melihat suatu nyala kecil perlahan-lahan maju ke depan, yaitu Lilin Paskah. Kita mendengar apa yang dinyanyikan waktu itu: Terang Kristus! Dan 27
dengan segenap hati kita menjawab: bersyukur kepada Allah! Dan kita teringat akan apa yang ditulis oleh Yohanes, yaitu: “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, datang ke dalam dunia”.Atau seperti sudah diungkapkan Allah melalui nubuat Nabi Yesaya, banyak abad sebelum Yesus Kristus lahir:―Aku, Allah, telah membentuk Engkau, dan menjadikan Engkau terang untuk bangsa-bangsa,untuk membuka mata orang yang buta, dan untuk mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap, dari rumah tahanan‖.Teks itu tadi kita dengar dibacakan. Yesus sendiri pun mengatakannya. Kata Yesus: ―Akulah Terang dunia.Siapa yang mengikut Aku, tidak berjalan di dalam gelap‖. Adapun Lilin Paskah itu kemudian ditempatkan di halaman Altar dan lampu-lampu dinyalakan, sehingga kita semua dapat melihat baik-baik Lilin yang besar itu. Dan menjadi kentaralah adanya sebuah gambar pada Lilin itu: Saya akan menggambarkan kepada kita semua dengan penghayatan dari seorang pastor yang demikian: Pusat gambar itu ialah sebuah salib. Sebab Paskah adalah Pesta kemenangan Kristus. Kemenangan itu telah Kristus rebut karena dengan rela mati di kayu salib. Pada bagian atas salib itu, terlukislah huruf Alfa, ialah huruf pertama abjad bahasa Yunani. Dan pada bagian bawah terlukislah huruf Omega, ialah huruf terakhir abjad Yunani. Dengan menyebut huruf pertama dan huruf terakhir itu, mau diungkapkan bahwa segala-galanya mendapat awalnya dan penyelesaiannya dalam Kristus. Pada Dia itu berpangkallah segala harapan kita.Keliling salib itu ditulis angka tahun ini: tahun 2016. Tandanya bahwa segala masa menjadi milik Kristus, dan bahwa penebusan-Nya menyangkut juga kita orang percaya. Tahun yang kita jalani ini pun adalah suatu Anno Domini, berarti: Tahun Tuhan. Mungkin masih tergambar pula di bawah salib itu seekor Anak Domba: lambang dari Yesus sendiri, Anak Domba Paskah kita yang telah disembelih. Darah-Nya yang tertumpah di kayu salib, menyucikan dan menyelamatkan kita. Dan mari akhirnya penghayatan kita akan menatap seluruh batang Lilin itu. Tujuan sebuah lilin ialah: untuk dibakar, untuk berubah menjadi terang bagi manusia. Seluruh batang lilin itu seakanakan rindu menuju ke bunga api yang sedang menyala di ujung atas lilin itu. Demikian pula halnya dengan Kristus: Ia menghabiskan diri-Nya bagi kita. Seperti terdengar dalam bacaan Kitab nabi Yesaya tadi: ―Allah mengatakan: Aku telah memanggil Engkau untuk menyelamatkan‖. Saudara-Saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus Marilah kita memberikan diri diselamatkan oleh Juruselamat Yesus Kristus itu. Mari kita membiarkan Dia menghalaukan segala kegelapan dari diri kita oleh sinar Cahaya-Nya. Dan marilah kita pun menjadi bagaikan lilin kecil, yang mendekati Lilin besar, yaitu Yesus Kristus; lilin kecil, yang ingin dinyalakan pada Cahaya itu, ingin menjadi cahaya juga untuk turut menghalaukan kegelapan dosa dari muka bumi ini. Bersyukurlah kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan keselamatan itu, dan terang Kristus itu menyinari kehidupan kita. Jangan pernah tinggalkan Dia yang telah menolong, memberikan terang dan menyelamatkan kita dari kegelapan dosa. Semoga Tuhan menolong kita. Amin. Nats Pembimbing : Yesaya 60:1-3 Berita Anugerah : Yohanes 3:16 Persembahan : Mazmur 5:4 Pujian: 1. KJ 3 : 1-3 2. KJ 424 : 1-3 3. PKJ 128 : 1-3 4. PKJ 4 : 1-2 5. PKJ 79 : 1-2 28
Renungan Pra Paskah V
SELAGI MASIH ADA KESEMPATAN (Bacaan Yohanes 12:1-8) Pada saat itu enam hari sebelum paskah Yesus datang kerumah Lazarus. Dan disitu diadakan perjamuan untuk Yesus, di situ Yesus makan bersama-sama dengan Lazarus. Maria dari betania adalah salah seorang yang mengetahui bahwa saat kematian Yesus sudah semakin dengan dekat. Maria tahu bahwa ia tidak banyak waktu lagi untuk bersama-sama dengan Tuhan, maka kesempatan yang masih ada tidak boleh ia sia-siakan untuk terus melayani Tuhan. Maka ia mengambil minyak narwastu yang mahal harganya dan meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Tetapi Yudas Iskariot seorang dari murid Yesus menganggap bahwa yang dilakukan oleh Maria adalah suatu yang berlebihan bahkan cenderung pemborosan karena minyak narwastu sangat mahal harganya. Tetapi tekat Maria sudah bulat untuk melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya dengan memberikan kualitas terbaik untuk Tuhan. Seperti tindakan Maria dari betania yang melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya bahkan dengan memberikan kualitas yang terbaik, sudahkah kita melakukan hal yang demikian? Jika kita belum melakukannya, Belum terlambat untuk mulai melakukan yang terbaik bagi Tuhan, selagi masih ada kesempatan kita harus melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kehidupan kita, Dia tak pernah sekalipun memberikan yang buruk bagi kehidupan kita, lalu apa yang bisa kita lakukan untuk membalas kebaikan Tuhan? Melayani dan memberikan persembahan yang terbaik adalah salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk membalas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Selagi masih ada kesempatan, kita layani Tuhan dengan sebaik-baiknya, dengan penuh kasih setia kita harus melayani Tuhan. Kita persembahkan yang terbaik untuk Tuhan, bukan hanya dengan harta benda yang kita miliki, tetapi lebih dari itu, kita persembahkan seluruh jiwa raga kita yang telah dikuduskan-Nya untuk Tuhan dan bagi sesama. Selagi masih ada kesempatan,mari kita lakukan yang terbaik untuk Tuhan dan sesama. Semoga Tuhan memampukan kita. Amin.
Pujian : PKJ 2: PKJ 8: 1-4 KJ 26: 1-2 Doa syafaat: 1. Berdoa agar semua anggota jemaat hidup dalam penghayatan PASKAH. 2. Berdoa untuk pertumbuhan, perkembangan serta kemajuan GKSBS. 3. Berdoa untuk bangsa dan negara Indonesia agar diberkati oleh Tuhan. ***
29
Kotbah Minggu Pra Paskah VI (Minggu Palem) Minggu, 20 Maret 2016 Warna Liturgi Ungu
SAKIT HATI JANGAN DI SIMPAN (Mazmur 118: 1 – 29) Bapak Ibu Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Mungkin di antara kita semua ada yang pernah dipandang sebelah mata dan atau ditolak dan atau diperlakukan dengan tidak adil. Reaksi tiap-tiap orang tentu saja juga berbeda-beda. Ada yang menangis, ada yang marah, ada yang mengamuk, ada yang membalasnya dengan caci maki, ada pula yang diam di sudut ruangan dan atau mengurung diri berhari-hari bahkan berminggu-minggu di dalam rumahnya. Memang perasaan terhina dan terpukul pada saat dilecehkan atau ditolak dan dibuang dari komunitas itu terkadang menjadi memori yang sulit sekali untuk dilupakan oleh beberapa orang. Itulah yang kemudian menimbulkan masalah bagi orang yang menjadi korban tersebut pada masa-masa selanjutnya. Memang menetralisir ―racun sakit hati‖ akibat perlakuan tidak menyenangkan dan atau pelecehan dan atau ketidakadilan yang menimpa kita itu tidaklah mudah. Ada ribuan kilo meter perjalanan yang harus kita lalui untuk menghilangkan pedih dan perihnya, seperti kata Chairil Anwar dalam puisi Aku : “..........Luka dan bisa kubawa berlari, berlari hingga hilang pedih perih...........” Jarak ribuan kilo meter yang dimaksud tentu bukanlah jarak dalam arti yang sebenarnya, tetapi sebagai suatu ungkapan bahwa butuh waktu yang lama untuk menghilangkan ―racun sakit hati‖ seperti tersebut di atas. Setidaknya itu menyadarkan kita bahwa ―racun sakit hati‖ itu perlu segera di atasi kalau tidak mau kehilangan banyak energi dan waktu yang cukup lama. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Dalam ayat yang ke 13 pada perikop yang kita baca ini, Pemazmur bisa merasakan bagaimana tidak nyaman dan tidak enaknya kalau kita ditolak, dilecehkan dan diperlakukan tidak adil. Bisa jadi hal itu meruntuhkan semua harga diri dan semua kebanggaan dan kepercayaan diri kita yang selama ini kita miliki. Tetapi yang menarik di sini adalah bahwa Pemazmur memaknai hal itu sebagai cara dan tindakan Tuhan sendiri yang menghajarnya ( ayat 18 ). Itu artinya Pemazmur bersyukur dalam apa yang ia alami tersebut dan tetap berharap kepada Tuhan. Hal yang menarik lagi adalah kesaksian Pemazmur dalam ayat 8 dan ayat 9 : ―Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN daripada percaya pada bangsawan.‖. Memang ketika kita mempunyai suatu masalah atau pergumulan dan atau diperlakukan tidak adil, kita mungkin cenderung untuk membalas dendam dan atau berlindung pada orang-orang yang dianggap punya pamor atau kekuasaan, seperti pada pejabat tertentu untuk mem-back-up kita atau menolong kita agar kita tidak diperlakukan tidak adil. Hal itu bisa kita lakukan dengan suap dll. Tetapi itu berarti kita membalas perbuatan jahat dengan cara-cara yang jahat pula atau dengan cara-cara yang tidak dikehendaki Tuhan. Melalui Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta kali ini, kita diajak untuk sejenak melihat keberadaan kita masing-masing. Apakah kita pada saat ini juga mengalami penindasan, pelecehan, perlakuan tidak adil dan atau dipandang sebelah mata oleh masyarakat luar? Apakah kita juga mengalami perasaan terpukul, merasa terhina dan sakit hati karena semua hal tersebut? Jika ya, maka kita perlu benar-benar memperhatikan pesan Tuhan kali ini dalam Mazmur 118 ini. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Di saat kita senang, bahagia, berkelimpahan dan banyak sahabat, jelas Tuhan Allah Bapa kita di sorga tahu semua itu. Walaupun terkadang kita kurang bersyukur atas semua berkat yang sudah Tuhan berikan kepada kita itu, Tuhan tetap mengasihi dan memberkati kita. Dan di saat kita berada dalam penindasan dan keterpurukan hidup ini, mengalami berbagai masalah dan tekanan kehidupan, Tuhan pun tidak meninggalkan kita. Ia tetap setia mendampingi kita dan mendengar seruan doa kita. Masalahnya apakah kita menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup kita atau tidak? 30
Melalui Perikop Mazmur 118 ini, kita diingatkan untuk kembali mengandalkan Tuhan dan berlindung kepada Tuhan dalam setiap pergumulan yang kita hadapi. Kita tidak perlu berlindung pada penguasa dan atau kepada pejabat tertentu. Kita tidak perlu memberikan dana ―eksta‖ yang sebenarnya tidak diperlukan untuk membela kita. Yang kita perlukan adalah TUHAN. Jika Tuhan dipihak kita, siapakah yang akan menjatuhkan kita? Penderitaan dan penindasan yang berasal dari manusia itu hanya sementara saja sifatnya. Setelah berlalu masanya maka berlalu pula penderitaan itu. Kita juga tidak perlu membiarkan luka batin dan racun sakit hati itu memenuhi hati dan pikiran kita bertahun-tahun sehingga menjadi beban tersendiri bagi kita. Yang kita perlukan adalah mengampuni dan tetap percaya pada Tuhan bahwa Tuhan akan membuka pintu-pintu gerbang kebenaran bagi kita ( ayat 19 ). Sebagai contoh adanya penolakan gereja oleh masyarakat sekitar itu memang suatu dilema tersendiri bagi masyarakat kita. Tetapi itu menjadi pelajaran bagi kita bahwa kita perlu mem punyai suatu ikatan yang erat dan kuat dengan masyarakat di sekitar gereja. Kita tidak perlu sakit hati dengan perlakuan beberapa anggota masyarakat dari luar gereja yang memperlakukan gereja dengan tidak tepat. Karena bisa jadi mereka sedang dipakai Tuhan untuk membentuk dan mengajar kita agar semakin mengerti akan kehendakNya. Sebaliknya yang perlu kita lakukan adalah justru mendekati mereka dan mendoakan mereka agar mereka pun suatu saat nanti akan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamatnya. Atau setidaknya suatu saat nanti mereka tidak akan lagi menghalangi Gereja dan kegiatannya. Jadi, yang harus kita lakukan adalah 3 M : 1. Menyadari keberadaan kita seperti apa, penderitaan apa saja yang mungkin kita alami 2. Memutuskan Menolak racun sakit hati itu masuk ke dalam hati kita, atau tetap berpikir bahwa bisa jadi mereka dipakai Tuhan atau menjadi alat Tuhan. 3. Mencari perlindungan dari Tuhan dan bukan mencari pelindungan dari manusia atau penguasa. Siapa pun kita, tidak akan luput dari kemungkinan sakit hati, penindasan, teraniaya, direndahkan dan sebagainya. Membalas kejahatan dengan kejahatan atau pun menyimpan sakit hati dalam waktu yang lama hanya akan merugikan kita sendiri pada akhirnya nanti. Sebaliknya kalau kita mau menolak sakit hati itu dan mencari perlindungan hanya kepada Tuhan, maka kita pasti akan diselamatkan. (WK) Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan Pujian: 1. KJ 445 2. KJ 39 3. PKJ 80 4. KJ 50a 5. PKJ 84 6. PKJ 264 7. PKJ 185 8. PKJ 180.
: Yesaya 50 : 6 – 7 : Mazmur 31 : 24 – 25 : Filipi 3 : 7 – 8
***
31
Khotbah KAMIS PUTIH Kamis, 24 Maret 2016 Warna liturgi Putih
MAU REPOT UNTUK ORANG LAIN (Yohanes 13;1-17, 31b-35) Syallom, Saat ini kita melaksanakan ibadah Kamis Putih, satu hari sebelum Yesus mengalami penangkapan dan penderitaan. Namun sebelum peristiwa penangkapan itu terjadi ada sebuah momen yang sangat penting yaitu, perjamuan terakhir Yesus bersama para murid. Di dalam perjamuan itu Yesus kemudian membasuh kaki para murid. Ia memperlihatkan cara hidup yang berbeda dari yang biasanya di jalankan oleh masyarakat pada zaman itu. Pembasuhan kaki tamu adalah tradisi yang menggambarkan bahwa tuan rumah membuka hati dan pintu rumah untuk tamunya. Bila tuan rumah berkelas ekonomi menengah kebawah maka para tamu membasuh kakinya sendiri. Jika tuan rumah cukup berada, maka pembasuhan kaki tamu dilakukan oleh budak atau hamba. Memang dalam bacaan kita tidak disebutkan siapa yang menjadi tuan rumah. Jika kita bandingkan dengan ketiga injil lainnya, maka injil Matius yang lebih jelas walaupun tidak secara jelas mengatakan nama sang pemilik tapi disebutkan ―si Anu …‖ (Mat. 26:18). Tidak dijelakan juga apakah orang tersebut secara ekonomi berkelas menengah atau kelas atas, namun dalam injil Markus disebutkan bahwa ….. sebuah ruangan atas, yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia….. (Mar.14:15) menunjukan sang pemilik dapat dikatagorikan sebagai orang mampu. Kalau demikian kenapa Yesus melakukan hal itu? Bukankan Yesus adalah Tamu dan bukankah Dia adalah seorang guru dan yang harus melakukan pembasuhan itu adalah para murid? Lalu untuk apa Yesus melakukan semuanya itu? Pertama. Bila kita melihat tiga injil yang lain yaitu; Matius, Markus dan Lukas, hanya Yohanes yang menceritakan tentang peristiwa pembasuhan kaki. Hal ini menunjukan bahwa Yohanes ingin memunculkan sebuah pesan dari kisah ini. Bahwa lewat kisah ini Yohanes ingin menunjukan bahwa Yesus yang adalah Anak Allah yang diutus oleh Allah Bapa akan kembali kepada Bapa. Dan sebelum kembali kepada Bapa, Ia ingin mengingatkan para murid akan tugas dan tanggungjawab mereka. Bahwa apa yang telah mereka terima selama bersama dengan Yesus harus mereka jalankan ketika nanti Yesus tidak bersama-sama dengan mereka lagi. Kisah pembasuhan kaki ini menunjukan makna kasih yang sesungguhnya. Kasih yang sekian lama Ia ajarkan ketika bersamasama dengan mereka. Jadi apa yang telah Yesus ajarkan, Yesus pun lakukan sehingga selaras antara ajaran dan tindakan. Kedua. Kerendahan hati untuk melayani. Yesus menunjukan totalitas kerendahan hati untuk melayani dengan menanggalkan jubah-Nya agara Ia bisa setara dengan posisi hamba yang siap sedia untuk melayani. Cara Kristus mengutamakan sesama adalah bersedia repot untuk para muridNya. Tuhan Yesus mau untuk melayani para murid dengan mencuci kaki mereka. Perhatian utama Tuhan Yesus saat akan menghadapi penderitaan dan kematian bukanlah memikirkan keadaan diri-Nya sendiri. Perhatian utama Tuhan Yesus adalah bagaimana para murid dapat saling melayani. Dari dua hal tersebut kita dapat melihat bahwa Yesus sedang membangun sebuah gaya hidup baru. Gaya hidup yang ditunjukan lewat tindakan sesuai dengan apa yang diajarkanNya dan yang Ia 32
perintahkan kepada muridNya. PerintahNya adalah agar mereka saling mengutamakan satu sama lain. Jemaat Yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Bagaimana dengan kita? Apa yang harus kita lakukan? Pertama. Sebagai orang yang beriman kepadaNya, maka sepatutnya kita juga melakukan apa yang dicontohkan dan diperintahkan oleh Yesus. Kalau Yesus mau melakukan apa yang Ia ajarkan kepada para murid dengan menunjukan teladan, maka kita pun dituntut untuk mempraktekan apa yang telah Yesus ajarkan. Bukan cuma teori tapi tunjukan lewat lakunya. Bukan cuma ngomong tapi mampu melakukannya. Apa yang diajarkan Yesus tentang kasih, Ia mempraktekannya. Kedua. Kalau Yesus yang adalah Guru dan Tuhan mau menanggalkan jubah, merendahkan hati dan menjadi seorang hamba atau pelayan, apa lagi kita yang adalah hambaNya. Yesus menginginkan setiap pengikutnya untuk menjadi orang-orang yang rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri tetapi harus mementingkan kepentingan bersama. Sebagaimana perintahNya untuk saling mengutamakan satu sama lain. Mengutamakan satu sama lain berarti bersedia memperlakukan orang lain sebagaimana orang tersebut ingin diperlakukan. Mengutamakan satu sama lain berarti kita mau repot untuk orang lain, bukan kita menginginkan orang lain yang harus repot kepada kita. Kita mau memperhatikan kebutuhan orang lain bukan orang lain yang harus memperhatikan kebutuhan kita. Dengan kata lain kita harus mau untuk melayani bukan dilayani. Mungkin secara materi kita tidak selalu sukses, tetapi yang jelas kita akan sukses untuk menemukan dan menghargai kemanusiaan dalam diri setiap orang. Yang jelas kita sukses untuk melaksanakan apa yang telah diteladankan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Tuhan memberkati kita (TYT). Nats Pembimbing Berita Anugerah Nats Persembahan Pujian 1. 2. 3. 4. 5. 6.
: Zefanya 2:1-3 : Yohanes 14:16-18 : Ulangan 8:18
PKJ. 2 KJ. 17:1, KJ. 39:1,2 KJ. 355: 1,3 PKJ: 264:1-3 PKJ: 274:1-3 ***
33
BAHAN KOTBAH JUMAT AGUNG Jumat, 25 Maret 2016 Warna liturgy Ungu
KASIH YANG MAU BERKORBAN (Bacaan: Yohanes 19:1-30) Ibu Bapak dan saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, kisah mengenai kematian Tuhan Yesus Kristus yang disalib untuk menebus dosa manusia selalu kita baca dan kita renungkan khususnya setiap kali kita merayakan Perjamuan Kudus dan juga setiap kita menghayati Hari Raya Jumat Agung seperti sekarang. Kisah pengorbanan, cinta yang luar biasa ini telah mengubah hidup banyak orang yang tidak percaya menjadi umat yang percaya. Bagi umat kristiani masa kini apakah Jum‘at Agung masih mempunyai makna yang mendalam atau hanya lewat begitu saja karena hanya rutinitas tahunan belaka. Saya harap Jumat Agung masih akan selalu mempunyai makna yang mendalam untuk menguatkan kita agar mengubah hidup kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Di kesempatan ini, kita akan bersama mengambil makna dari kisah tentang kematian Yesus melalui berita dari injil Yohanes. Melalui perikop Yohanes 19:1-30 ini, kita membaca salah satu tokoh yang berperan penting dalam kisah kematian Yesus Kristus. Dia adalah Pontius Pilatus, Pontius Pilatus adalah seorang Prefek atau setara gubernur yang mewakili pemerintahan Romawi untuk wilayah Yudea. Ia menjabat pada tahun 26—36 M pada masa pemerintahan kaisar Tiberius. Pemerintahan Romawi memang mengontrol warganya dengan ketat dan akan memberikan hukuman tegas bagi mereka yang mengganggu ketertiban umum, apalagi yang berhubungan dengan pemberontakan. Oleh karena itu, hukuman salib adalah hukuman yang kejam yang dimaksudkan untuk menakuti warga agar patuh kepada pemerintah. Pontius Pilatus adalah orang yang mempunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman mati bagi Yesus. Orang-orang Yahudi di Yerusalem sendiri sebenarnya diijinkan untuk menjalankan aturan keagamaan menurut hukum Taurat, namun hukuman mati harus mendapatkan ijin dari pemerintah Roma, oleh karena itu imam besar Kayafas mengirim Yesus untuk diadili di hadapan Pontius Pilatus. Sebenarnya, melalui narasi ini, ada beberapa kali kita menemukan bahwa pontius Pilatus pada dasarnya tidaklah mendapati kesalahan pada diri Yesus (pasal 18: 38b, 19:4, 19:6; ). Beberapa kali ia mengatakan kepada kerumunan masa dari umat Yahudi bahwa Yesus tidak bersalah. Ia berusaha mendamaikan konflik yang ada antara Yesus dengan kerumunan masa umat Yahudi, bahkan ia menawarkan pembebasan sebagai kebiasaan hari raya Paskah, namun tawaran itu tidak digubris dan mereka malah meminta Barabas, seorang penyamun untuk dibebaskan. Ia juga berusaha berdialog dengan Yesus agar Yesus tahu bahwa Pilatus adalah orang yang berkuasa untuk membebaskannya dan mau untuk meminta pembebasan darinya, namun Tuhan Yesus malah menjawab bahwa Pilatus tidaklah mempunyai Kuasa atas Dia selain jikalau kuasa itu diberikan dari atas. Perjuangan Pilatus untuk membebaskan Tuhan Yesus bahkan memakai cara yang kejam yaitu mengijinkan agar Yesus disesah/disiksa dengan maksud agar kerumunan masa merasa puas melihat Yesus dianiaya dan kemudian memutuskan untuk melepaskannya dari hukuman mati. Namun rupanya segala siksaan kejam yang dialami itu tidak membuat kerumunan massa berubah pikiran tetapi malah semakin semangat untuk menyalibkan-Nya. Di dalam dirinya, Pilatus merasa Yesus 34
tidak pantas dihukum mati, namun ia juga tidak mampu berbuat banyak karena jika ia bersikeras membebaskannya maka umat Yahudi tidak akan tinggal diam, mereka mengancam bahwa perbuatan Pilatus termasuk melawan kaisar karena membebaskan orang yang menganggap dirinya sebagai raja/pemberontak. Di titik ini, hati nuraninya berlawanan dengan egonya. Apakah ia akan tetap menghukum mati orang yang tidak bersalah? Jika ia melakukannya, karirnya dan mungkin nyawanya sendiri akan terancam. Akhirnya ia memutuskan untuk menjatuhkan hukuman salib kepada Yesus. Bagaimana dengan Tuhan Yesus? Rasa cintanya kepada umat manusia dan ketaatannya untuk mewartakan injil kerajaan Allah membuatnya tidak takut menghadapi kematian, bahkan ketika ada peluang untuk membebaskan diri atau berkompromi dengan Pilatus, ia tidak memanfaatkannya. Ia tetap setia dan taat sampai pada akhirnya. Melalui perenungan akan peristiwa kematian Yesus ini, kita kembali diingatkan untuk mengoreksi diri kita sendiri. Akankah kita sekarang adalah Pilatus masa kini? Orang-orang yang ingin menyuarakan suara kebenaran namun takut kehilangan jabatan? Setiap orang akan mengalami saat dimana ia harus mengambil keputusan yang benar atau keputusan yang salah tetapi menguntungkan. Melalui pesan Jumat Agung kali ini, mari kita membulatkan tekad untuk belajar berani menyuarakan keadilan dan kebenaran sebagai wujud syukur kita akan pengorbananNya yang tulus bagi hidup kita. Kiranya Roh kudus yang akan memberikan kekuatan kepada kita. Amin. (PS) Nats Pembimbing : Ibrani 12:2 Berita Anugerah : I Pet 2:24 Nats Persembahan : Rm 12:1 Pujian: 1. KJ 13:1-2 2. PKJ 39:1-3 3. KJ 24b : 1-2 4. PKJ 37 : 1-2 5. KJ 393: 1-dst 6. PKJ 239 : 1-3
***
35
BAHAN KOTBAH PASKAH Minggu, 27 Maret 2016 Warna Liturgi Putih
MENCARI DIA YANG HIDUP (Lukas 24 : 1-12) Bapak Ibu yang dikasihi Tuhan, Pada hari ini kita sedang merayakan puncak dari Karya Penyelamatan Allah terhadap manusia. Allah memelihara bumi ini dari awal hingga sekarang. Allah mengupayakan pemeliharaan terhadap manusia, namun yang kita Rayakan hari ini adalah puncaknya. Yesus bangkit adalah deklarasi atau pernyataan yang mengubah hitam dan putih kehidupan ini. Kebangkitan Yesus menjadi titik klimaks dalam sejarah di mana Allah mengungkapkan kehendak, sifat dan sikapNya terhadap manusia. Bagaimana Kebangkitan itu bisa terjadi? Penulis injil Lukas berusaha menyelidiki dan memberitakannnya kepada kita bahwa Yesus telah bangkit. Yesus bangkit dari kubur dan kematian (Lukas 1: 3). Cara Lukas menceritakan Kebangkitan Yesus penggambaran bahwa : Kubur Yesus kosong, bahwa Allah sendiri menyatakannya melalui Yesus dan Para malaikatnya dan adanya orang-orang yang hadir dalam peristiwa itu. Bapak Ibu dan saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Untuk memastikan sebuah peristiwa ada yang disebut sebagai saksi. Untuk memastikan sebuah peristiwa sejarah ada yang disebut pelaku sejarah. Untuk bertindak sebagai saksi dan pelaku dalam peristiwa awal kebangkitan Yesus, Lukas menyatakan bahwa kehadiran para Perempuanlah yang menjadi latar depan peristiwa Kebangkitan Yesus. Bagaimana perempuan menjadi sentral dari cerita kebangkitan dalam Lukas? 1. Terkait dengan kubur yang kosong. Bahwa merekalah yang pertama sekali mendapati bahwa Kubur Kosong. Kesetiaan mereka yang mengikuti peristiwa kegetiran penyaliban tidak membuat para kelompok ini merasa trauma dan meninggalkan tubuh Yesus yang tersalib. Mereka mengikutinya terus bahkan hingga ke pemakaman, meminyaki tubuh yang terluka itu. Kekuatiran akan tubuh Yesus yang luka akan cepat membusuk, menuntun mereka untuk datang kembali ke makam dan menjadi orang yang pertama menemukan kubur kosong. 2. Terkait dengan pernyataan Allah melalui malaikatNya. Merekalah yang pertama mendapat pengesahan bahwa Yesus Bangkit. Dua orang dengan kemilau mengingatkan dan meyakinkan mereka bahwa Yesus tidak berada di dunia orang mati, tetapi seperti kata Yesus sendiri, Ia telah bangkit. Perkataan malaikat yang mengingatkan perkataan Tuhan Yesus menjadi penguat bahwa Yesus telah bangkit. Cara malaikat menjelaskan dimulai dengan Dia tidak ada disini. Mereka menggunakan frase ini untuk memimpin perempuan untuk salah satu pernyataan yang paling mendalam dan teologis yang kuat dalam sejarah umat manusia: " Ia telah bangkit‖ Kedua, para malaikat mengarahkan perhatian perempuan itu untuk pemenuhan Alkitab. Akibatnya, wanita teringat kata-kata Yesus, dan dengan demikian akan diminta untuk menjalankan dan memberitahu orang lain. 3. Terkait orang yang ada di sekitar makam. Mereka diminta untuk memberi tahu kejadian itu kepada yang lain. Merekalah yang menjadi penyebar berita pertama akan kebangkitan. Para 36
perempuan adalah yang pertama untuk memberitakan secara terbuka kebangkitan Yesus Kristus. Pertanyaannya kemudian adalah mengapa mereka? Mengapa justru Lukas mencatat Merekalah yang ―mencari Dia yang hidup diantara orang mati?‖ Bagaimana perempuan menjadi sentral dari cerita kebangkitan dalam Lukas ?. Bapak, Ibu dan saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, apakah Kebangkitan Yesus itu peristiwa sejarah, atau peristiwa iman? Mungkin kita akan menjawab kedua-duanya. Tetapi kita juga pasti sepakat bahwa peristiwa tersebut lebih kepada peristiwa iman. Apa bedanya kedua hal tersebut? Peristiwa sejarah menampilkan siapa, apa, bagaimana dan kapan suatu peristiwa. Sedangkan peristiwa iman lebih melihat semuanya (siapa, apa dan bagaimana) sebagai sebuah perantara dari Karya Allah. Allah yang menjadi Sang Sutradara sebuah peristiwa. Lukas mau menjelaskan itu kepada kita bahwa Pekerjaan Allah itu sendiri tidak akan terbatas pada hirarki sosial dan budaya kita. Lihatlah bagaimana para 11 murid –yang harusnya dekat dengan Yesus, tidak mempercayai mereka pada awalnya. Allah memakai para perempuan sebagai pemberita Kebangkitan Yesus, tetapi bukan mereka yang utama. Lihatlah bagaimana, saksi perempuan yang benar-benar ditolak pada awalnya. Tetapi kemudian ada Petrus yang melompat dan bergegas ke kubur yang kosong dan kemudian mulai bertanya-tanya. Kata-kata dari wanita tampak "seperti omong kosong." tetapi toh berita itu tidak hilang hingga sekarang Roh Kudus, bagaimanapun, tidak menyerah pada orang - orang yang dekat dengan Yesus itu. Gaung kebangkitan itupun mulai bergema. Allah memberi ruang kepada para perempuan yang ―kesannya berbohong itu‖sebagai pertanda bahwa Allah tidak memandang rendah mereka sebagaimana dunia saat itu memandang status seorang perempuan. Sebenarnya teks Alkitab banyak menunjukkan posisi keberpihakan Allah pada orang miskin, perempuan dan anak sebagai kelompok yang rentan dan sering terabaikan. Contoh : Pemberitaan Kelahiran Tuhan Yesus melalui para gembala. Perikop ini juga menegaskan hal itu. Bahwa bukti Kebangkitan diberikan kepada para perempuan dan kepada mereka diberi kepercayaan untuk menjadi ―whistle blower‖ atau pengungkap pertama Kebangkitan Kristus. Namun penulis Injil Lukas mewarnainya dengan sedikit berbeda. Bukan karena para perempuan itu hebat, karena justru itu yang dikritisi, tetapi karena peran utama Kebangkitan adalah Allah sendiri. Kehebatan kebangkitan terlalu besar dan berbeda untuk ditumpangkan pada kehebatan yang ada di dunia ini. Kebangkitan itu tidak sama dengan logika umum hidup sehari-hari kita. Logika atau iman akan Kebangkitan Yesus membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Biasanya kematian adalah akhir segalanya dan tidak ada kesinambungannya, tetapi kini menjadi berubah. Ada kehidupan sesudah kematian. Bahwa manusia dengan segala dosa-dosanya tidak mungkin untuk diampuni, menjadi mungkin untuk diampuni. Keterbiasaan dengan dosa sehingga manusia terlihat tidak mungkin meninggalkan dosanya menjadi mungkin. Disebut ―mungkin‖ karena itu bisa diperoleh. Bukan karena itu pasti terjadi, tetapi mungkin karena kekuatan yang menidakkan itu sudah dikalahkan. Contoh : bisakah saya mengampuni diri saya, karena kesalahan dimasa lalu saya? Bisa, karena pengampunan itu kini milik Allah sehingga kita tidak lagi semata-mata bergantung pada pengampunan orang lain. Anugerah dari kebangkitan adalah terbukanya ruang kemungkinan atau kesempatan untuk kehidupan orang yang mengimani kebangkitan. 37
Hal kedua yang berubah dalam kebangkitan Yesus adalah anugerah untuk lepas dari urut-urutan. Ketika Yesus Bangkit. Bukan bangkit dari tidur yang kita lakukan setiap pagi, atau bangkit dari terjatuh setiap kita gagal, atau bangkit dari sakit menjadi sembuh semuanya masih ada garisnya masih ada jembatannya. Orang sakit gula, pankreasnya dibantu, zat gulanya dikurangi hingga sehat kadar gula normal.Dari tidur kita buka mata, menggeliat, kita duduk dan turun dari tempat tidur. Ada antaranya, ada tahapnya . Bangkit dari kematian tidak seperti itu. Mati dan hidup itu terputus. Tidak ada yang mati dengan berbagai proses menjadi hidup. Kebangkitan adalah anugerah bukan hasil proses yang berurut. Apa artinya bagi kehidupan kita? Kuasa kebangkitan adalah bagian dari proses penyelamatan yang membuat ketidakmungkinan menjadi mungkin, sebaliknya dari kemungkinan menjadi tidak mungkin. Disisi lain kebangkitan adalah anugerah, yang bisa terlepas dari segala proses yang ―biasa‖. Semuanya kini mengacu kepada ―kini Allah yang berkuasa, bukan alam ini‖. Maka kita dapat mengatakan bahwa kebangkitan mentransformasikan dunia dan segala logika didalamnya menjadi tunduk hanya pada Kuasa Allah semata. Petunjuk Malaikat, menjadi petunjuk kita untuk mengikuti arah transformasi dunia yang ―baru‖ tersebut. Jangan mencari mencari dia yang hidup diantara tumpukan barang-barang mati. Yesus yang bangkit adalah kehidupan, bukan kematian. Bila kita merefleksikan Kebangkitan ini dalam konteks diakonia maka tindakan tindakan kita bukanlah karena yang miskin itu tanpa harapan. Kita melakukan diakonia bukanlah karena masyarakat yang terpinggirkan itu berada dalam ambang ―kematian‖, tetapi karena Yesus yang hidup itu ada disana. Bukan juga karena kebencian akan sistem yang yang buram yang buruk, tetapi karena kita mencari Dia. Karena Ia bersama-sama dengan mereka. Kita sedang mencari harapanharapan itu didalam situasi yang buruk karena Allah melalui kebangkitan Yesus Kristus memungkinkan harapan dan kemungkinan itu selalu ada. Kita tidak sedang memperjual belikan kemiskinan tetapi menghidupi harapan yang selalu ada dalam anugerahNya. Bahwa ia telah diserahkan kepada kematian Iya, tetapi tidak tinggal menetap disana, Ia bangkit. Marilah mencari Dia yang hidup. SELAMAT PASKAH (ETP). Ayat Pembimbing Berita Anugerah Nats Persembahan Pujian: 1. PKJ 87 2. PKJ 187 3. PKJ 89 4. PKJ 90 5. PKJ 93 6. PKJ 116
: Mazmur 118 : 1-2 : Yesaya: 65 : 17 : II Korintus 8: 12-13
***
38
Renungan Paskah
MELEWATI YANG LAMA (Yesaya 65 17-25) Seiring berjalannya waktu, sesuatu hal dapat semakin memburuk dari hari ke hari dan sampai pada titik tidak mungkin untuk diperbaiki. Contoh misalnya kesehatan. Ketika orang sudah memasuki usia 40 tahun ke atas, kemampuan tubuhpun cenderung untuk menurun. Berbagai usaha, bahkan apa yang kita sebut sebagai pembaharuan, perbaikan, peremajaan sering kali hanya menunda atau justru mempercepatnya. Keadaan, keberdosaan bahkan iman pun dapat berjalan seperti itu. Bertambah buruk dari waktu hingga sampai pada satu tahap dimana ia tidak dapat diperbaiki lagi. Mati adalah kata yang sering dipakai untuk situasi itu, baik mati rohani atau mati jasmani. Ada juga kalangan cendekiawan yang melihat bumi dan langit atau alam ini sudah dalam tahap menuju kepada keadaan tidak dapat diperbaiki atau tidak dapat diperbaharui lagi. Cepat atau lambat sedang menuju kepada tahap kehancurannya. Jadi apa yang disebut Yesaya sebagai Langit dan Bumi baru? Apakah itu hasil dari perbaikan pada langit dan bumi sebelumnya? Tidak. Justru hal keberlanjutan itu yang ditolak pertama sekali. Yesaya mengatakan ―hal-hal dahulu tidak ada kaitannya lagi, tidak ada hubungannya dan tidak akan diingat ingat lagi. Bukan seperti penanaman pohon kembali (reboisasi) sementara tanah tempat menanam pohon sudah demikian rusak dan tidak terperbaharui. Ketika Yesaya berbicara tentang langit dan bumi yang baru, justru keterkaitan dengan hal-hal sebelumnyalah yang dipatahkan. Pada ayat-ayat sebelumnya (65:1-16), Yesaya bernubuat mengenai hukuman bagi para penyembah berhala dan keselamatan bagi mereka yang setia kepada Tuhan. Jadi keselamatan itu diungkapkan secara lebih jelas dan rinci (17-25). Pemulihan yang Tuhan janjikan bagi umat-Nya itu juga digambarkan sangat dramatis, bahkan mengungkapkan dan mengingatkan kita akan keberadaan kita yakni masa-masa awal penciptaan langit dan bumi. Mengapa Keadaan pada masa pemulihan itu digambarkan seperti ―langit yang baru dan bumi yang baru‖? Tentu, selain putusnya hubungan dengan masa lalu, ini hendak menyatakan bagaimana sempurnanya keselamatan yang dianugerahkan Tuhan kepada umat-Nya. sempurna hingga keburukan dan waktu tidak mempengaruhinya. Suasana yang penuh sukacita meliputi umat-Nya. Berkali kali kata ―girang‖ dan ―sorak‖ digunakan Kesempurnaan itu ada dalam relasi yang baik antara Tuhan dan manusia. Berkat terbesar dari anugerah keselamatan adalah pulihnya hubungan Anda dengan Allah dan sesama. Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Sering kali kita sedang merasa terjerat dalam kecenderungan yang menghancurkan tanpa bisa dipulihkan. Alasan, sebab-akibat dan argumentasi pikiran kita menggambarkan dan menguatkan itu. Namun kesaksian Yesaya menolak hal itu. Bahwa kuasa keselamatan tidak selalu berhubungan dengan alasan, akibat dan argumentasi yang didapatkan dari pengalaman itu. Sehelai baju yang terlihat usang sekarang, pasti dahulu pernah terlihat baru dan bagus. Karena sering dipakai, dicuci dan terkena panas matahari, baju tersebut perlahan mulai kehilangan warnanya, mudah terkoyak dan tidak terlihat bagus di depan mata. Adakah cara membuatnya 39
menjadi baru? Sepertinya tidak ada. Namun tidak demikian dengan kuasa keselamatan Allah. Ia tidak memperbaiki baju lama anda, tetapi ia membuatkan baju yang baru. Di dalam merayakan Kebangkitan, hal itu juga berlaku. Kebangkitan tidak ada dalam garis lahir, muda, dewasa dan mati manusia. Kebangkitan tidak ada dalam jalur itu. Maka kebangkitan Yesus membuat kita dapat memulai segala sesuatu dengan baru. Banyak orang mengeluh tidak bisa lepas dari bayang-bayang kesalahan masa lalu, hingga hidupnya serasa dibelenggu. Kebangkitan menolak situasi itu, karena kebangkitan (PASKAH) memampukan kita untuk MELEWATINYA. Amin. (ETP) Saran Pujian : PKJ 285 KJ 238 KJ 286 ***
40
BAHAN KOTBAH PASKAH II Minggu, 03 April 2016 Warna Liturgi Putih
KETAKUTAN MEMBUAT KITA LUMPUH, KEBERANIAN MEMBUAT KITA AMPUH (Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 5: 27-32) Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Pernahkah kita takut? Pernahkah kita berani? Apakah kita selalu takut? Apakah kita selalu berani? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin aneh dan bahkan tidak pernah kita tanyakan pada diri kita pribadi. Mungkin saja kita tidak memerlukan pertanyaan seperti ini, toh kita juga menyadari bahwa setiap orang dalam kehidupannya pasti pernah mengalami takut atau berani, tentu dengan kapasitas yang berbeda-beda. Namun biasanya, jika kita merasa takut, kita kurang berkualitas dalam melakukan tindakan. Hasilnya pun tidak akan maksimal. Apalagi jika ketakutan malah membuat kita tidak berani melakukan apa-apa. Kalau kita berani, maka kita sangat produktif, hasil atas apa yang kita lakukan sangat maksimal. Bahkan, apa yang kita perkirakan kita peroleh hanya sekian, berkat keberanian kita, hasil yang kita peroleh bisa melebihi perhitungan kita. Hanya saja, hasil akan bisa berantakan jika kita berlebihan dalam keberanian tanpa memperhitungkannya dengan bijak dan tanpa pertolongan Tuhan. Dalam keyakinan kita kekuatan dahsyat Tuhan sanggup menolong kita melakukan sesuatu yang dahsyat untuk kemuliaan namaNya, bukan untuk kemuliaan kita sendiri. Inipun diimani oleh para murid dalam perjalanan kekristenan mereka yang luar biasa, dalam kesaksiaan mereka yang harus berhadapan dengan kekuatan manusia yang mengancam. Mengapa mereka berani bersaksi? Ada apa dengan mereka? Bukankah mereka orang-orang biasa? Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kisah keberanian para murid diawali ketika para rasul mengikuti para pengawal meninggalkan wilayah Bait Allah menuju ke tempat pertemuan Sanhedrin. Imam Besar menuduh mereka dengan dua tuduhan: pertama, mereka tidak menaati perintah Sanhedrin sebelumnya untuk berhenti mengajar dalam nama Yesus. Kedua, mereka berusaha menuduh Sanhedrin sebagai yang bertanggung jawab atas penyaliban Yesus. Para rasul, tentu saja, tidak memiliki maksud demikian, tetapi khotbah mereka mengenai salib memberikan kesan semacam itu. Mereka juga menjawab tuduhan dengan perkatan Petrus bahwa keputusan Sanhedrin itu menghadapkan mereka dengan pilihan menaati manusia atau menaati Allah. Di dalam situasi semacam itu, hanya satu pilihan yang dapat diambil, terutama karena Allah telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Yesus yang telah dibunuh oleh para pemimpin Yahudi itu. Melalui ungkapan. Allah nenek moyang kita, Petrus menunjukkan bahwa dia masih menganggap dirinya orang Yahudi. Gereja mula-mula tidak memutuskan persekutuan dengan orang-orang Yahudi, tetapi berada sebagai suatu persekutuan di dalam tradisi Yahudi, sekalipun orang Yahudi telah merendahkan Yesus melalui penyaliban. Kalau orang Yahudi merendahkan Yesus, Allah telah memberikan kehormatan tertinggi kepada-Nya dengan menjadikan Dia Pemimpin dan Juruselamat. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Keberanian para rasul bersaksi tentang Yesus Kristus dilandaskan pada kenyataan bahwa mereka telah menyaksikan hal-hal yang mereka kemukakan. Lagi pula, mereka tidak berbicara hanya 41
sebagai individu-individu secara pribadi, tetapi kesaksian mereka diberi kuasa oleh Roh Kudus yang berbicara melalui mereka. Mereka tahu bahwa perjalanan kekristenan dan injil ditolak oleh Yahudi. Ini diketahui ketika kita meneliti dan mengetahui bahwa salah satu tema pokok dari kitab Kisah Para Rasul ialah penolakan Injil oleh bangsa Yahudi.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Mungkin secara jujur kita mengakui bahwa kita tidak selalu berani. Kita mungkin takut mengungkapkan kebenaran, kita mungkin takut membela yang tertindas, kita takut menolong, kita takut dimusuhi orang, dan daripada mencari masalah, kita lebih baik menghindar dari masalah. Kita lebih senang hidup tenteram tanpa ketakutan meski untuk itu kita harus membayarnya dengan mahal yaitu kita menulikan telinga nurani kita. Para murid pernah merasa takut ketika Yesus ditangkap, disiksa dan disalibkan. Dalam Perjanjian Lama dikisahkan Abraham pernah ketakutan dan dua kali ia terpaksa berbohong mengenai isterinya. Elia tidak selalu berani dan pernah begitu ketakutan sampai-sampai ia harus lari dari Izebel. Petrus pernah ketakutan dan untuk menyelamatkan nyawanya, tiga kali ia menyangkal mengenal Tuhan. Apa dampaknya ketika orang percaya menjadi takut? Kesaksian mengenai karya Tuhan Allah menjadi terhambat. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Apa yang membuat kekristenan bertahan bahkan terus menjadi terang firman Allah bagi dunia yang dalam kegelapan ini? Bukan karena kehebatan orang Kristen, tetapi karena gerakan iman ini berasal dari Tuhan sendiri. Perkataan Petrus bahwa mereka akan tetap mengabarkan Injil demi ketaatan kepada Allah, didasarkan kepada Roh Kudus yang selalu memberikan kekuatan pada mereka. Petrus menegaskan bahwa Yesus yang telah disalibkan oleh orang Yahudi adalah sungguh Mesias yang diutus Allah untuk menyelamatkan mereka. Sebelumnya, khotbah Petrus baik di hadapan orang banyak maupun di hadapan Mahkamah Agama Yahudi sudah menguraikan hal ini. Malah Petrus telah menunjukkan bahwa Yesus itu adalah penggenapan janji Allah dan nubuat Perjanjian Lama untuk keselamatan umat manusia. Lalu kita melihat campur tangan Allah lewat seorang pemimpin agama Yahudi, yaitu Gamaliel. Ia dengan bijak menasihati para pemimpin lain dalam sidang Sanhedrin agar tidak mengotot mau membasmi kelompok kecil pengikut Yesus itu. Ia mengajak mereka belajar dari pengalaman masa lampau, saat muncul kelompok-kelompok khusus. Ada yang pemimpinnya merasa istimewa, ada juga yang pemimpinnya mengarahkan orang untuk memberontak. Namun berlalunya waktu membuktikan bahwa kelompok-kelompok itu tidak bertahan lama, hingga bubar oleh berbagai sebab. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Fakta yang tidak bisa dimungkiri, gereja Tuhan yang sejati tetap berdiri teguh melintasi zaman walau didera penganiayaan dari waktu ke waktu. Penganiayaan yang bukan tidak mungkin bertujuan pemusnahan. Namun Tuhan menjaga dan memelihara milik-Nya. Yang perlu kita miliki adalah sikap hati seperti para murid dan gereja perdana. Tetap berani menghadapi penderitaan dan menganggapnya sebagai kehormatan dari Kristus. Tetap berani dan tekun dalam memberitakan Injil keselamatan. Gereja semakin ditekan semakin hebat. Banyak kasus terjadi di Indonesia dimana seringkali umat Kristen mendapat diskriminasi dalam hak-haknya. Sebagai contoh adalah kisah pengungsian besar-besaran anggota Jemaat dari Singkil, propinsi Aceh menyeberang perbatasan 42
menuju wilayah Sumatera Utara pada bulan September-Oktober 2015. Gedung gereja dibakar, penganiayaaan dan ada yang terbunuh. Ini sebagai dampak ketidaksukaan warga Aceh terhadap keberadaan gereja dan seakan-akan direstui oleh pemerintah daerah serta tokoh-tokoh masyarakatnya. Di sisi lain dan juga di daerah lain, ternyata ada jiwa-jiwa baru yang percaya kepada Yesus Kristus. Tekanan, penganiayaan bahkan pembunuhan sekalipun terhadap orang Kristen tidak akan menghancurkan Gereja Tuhan. Sebaliknya hal-hal demikian akan makin menyucikan dan menumbuhkan Gereja Tuhan. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Iblis tidak pernah tinggal diam. Dengan berbagai cara ia berusaha menghadang dan menjegal perkembangan Gereja Tuhan. Roh Kudus diberikan bukan hanya kepada para rasul, tetapi kepada semua orang yang mau menaati Dia. KETAKUTAN MEMBUAT KITA LUMPUH; KEBERANIAN MEMBUAT KITA AMPUH. Kita berani karena ada kekuatan Roh Kudus yang memampukan kita. Kita ampuh bukan untuk menunjukkan kekuatan duniawi baik secara fisik maupun kekuasaan dunia, tetapi kita ampuh untuk menghasilkan buah-buah pertobatan dan jiwajiwa baru dalam kesaksian kita. Dengan berani kita menjawab pertanyaan ― maukah kita dipanggil untuk bersaksi di tengah-tengah dunia yang kadangkala tidak menyukai kekristenan?‖..Tuhan menguatkan kita dan memberikan keberanian untuk bersaksi. Amin.(PA)
Liturgi: Ayat Pembimbing Berita Anugerah Persembahan
: Mazmur 114 : Yesaya 25: 6-9 : Mazmur 118: 1-2
Pujian: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
43
PKJ 3 KJ 187 PKJ 15 PKJ 222 KJ 194 PKJ 87
BAHAN RENUNGAN PASKAH II Minggu, 03 April 2016 PASKAH SEBAGAI HARI RAYA SYUKUR (Bacaan Alkitab: Mazmur 118:14-29) Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Jika ada pertanyaan pada kita ―kalau Saudara disakiti oleh orang lain, bagaimana perasaan dan tindakan Saudara dalam menyikapinya?‖ Jawaban kita bisa sama, mungkin juga bisa berbeda. Bisa saja jawaban kita antara lain,‖saya sakit hati, saya dendam, saya akan membalas dengan yang lebih buruk‖ atau ―saya akan mengampuni walaupun saya sakit, saya anggap angin lalu saja‖, dan lain-lain. Pernahkah ketika kita disakiti oleh orang lain, kita tetap mau menolong dan menjadikan kita berkat baginya? Jika kita melakukannya, maka kita melaksanakan apa yang juga dilakukan oleh Tuhan seperti kesaksian dari pemazmur ini yang menyatakan bahwa kasih setiaNya untuk selama-lamanya. Apapun jawaban kita, kita bisa belajar dari kasih setia Tuhan yang sungguh mulia ini. Sekalipun Ia dikianati oleh umat yang dikasihiNya dalam ibadah dan perilakunya sehari-hari, namun Ia adalah Tuhan Allah yang sungguh setia, kasihNya untuk selama-lamanya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Ungkapan ―untuk selama-lamanya kasih setia-Nya‖, pemazmur memuji Tuhan karena kasih setia-Nya yang abadi bagi umat-Nya. Penghargaan kepada manusia diwujudkan dengan perumpamaan ―batu yang dibuang dijadikan batu penjuru‖. ―Batu yang dibuang‖, ialah umat Israel yang harusnya ditolak setelah kembali dari pembuangan, oleh Tuhan dipilih menjadi "batu penjuru" yaitu batu utama dalam membangun sebuah gedung. Kalaupun beberapa waktu lamanya menurut kesaksian pemazmur, dirinya dibuang, banyak yang mengancam dan terhukum, namun pada ―Inilah hari yang dijadikan Tuhan‖ menunjukkan bahwa hari yang dimaksudkan adalah hari penebusan atau keselamatan. ―Inilah hari ialah hari raya yang dibuat oleh Tuhan dengan memberi alasan untuk bersyukur. Mungkin pemazmur berpikir kepada hari pentahbisan bait Allah baru yang dibangun setelah orang Israel kembali dari pembuangan. Tradisi Yahudi menghubungkan "hari" itu dengan keselamatan oleh tradisi Kristen dihubungkan dengan hari kebangkitan Yesus. Inilah hari yakni hari raya untuk bersyukur. Yahwe sendiri membuatnya dengan menyelamatkan umat, hingga ada alasan untuk bersyukur. Dalam nyanyian ini, pemazmur mengisahkan tentang penyelamatan yang dialaminya. Ia mengakui bahwa Tuhanlah yang membawa dia pada kelegaan. Pengakuan ini tidak hanya makin mengentalkan keyakinannya bahwa Tuhan ada di pihaknya, tetapi juga makin memperteguh iman dan pengharapannya. Ia juga mengajak umat untuk hanya mengandalkan Tuhan dan bukan manusia. Pemazmur meyakini bahwa hidup yang masih dimilikinya semata-mata adalah anugerah Tuhan. Keyakinan pemazmur ini merupakan ungkapan terlengkap yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang menyangkut kehidupan umat, dan seluruh ciptaan-Nya, mulai dari awal hingga akhirnya, ada pada-Nya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Orang Kristen di zaman ini pun tidak terluput dari berbagai ancaman. Tak jarang Kristen menjadi pihak yang dirugikan atau ingin dijatuhkan. Tetapi, itu tidak berarti bahwa Kristen tidak mampu menghadapinya. Mari kita memakai pola penyelesaian pemazmur, yaitu mengikutsertakan Allah setiap saat dalam gerak langkah kehidupan kita. Karena Allah beserta kita maka akhir dari segala kekerasan bukanlah bencana bagi kita, tetapi turut serta dalam pemuliaan-Nya. Paskah menunjukkan kasih setia Tuhan. KebangkitanNya memberkati kita dengan kemenangan atas dosa. Kita sebagai umat yang dulunya berdosa, ditebusNya lewat pengurbananNya. Dan kebangkitanNya menunjukkan Ia menang atas kuasa maut. Yang beriman kepadaNya pun diberkati dengan kuasa kebangkitanNya. Sebagaimana yang dialami pemazmur bahwa tradisi Yahudi menghubungkan "hari itu‖ dengan keselamatan, oleh tradisi Kristen dihubungkan dengan hari kebangkitan Yesus. Inilah hari yakni hari raya untuk bersyukur dimana Tuhan Allah dalam diri Yesus Kristus sendiri menyelamatkan umat. Inilah alasan untuk kita bersyukur. Tuhan memberkati. Amin. (PA) 44
KOTBAH PASKAH III Minggu, 10 April 2016 Wana Liturgi Putih
MENGALAMI PERTOLONGAN TUHAN (Mazmur 30)
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Syalom. Saya akan mengawali khotbah kali ini dengan menceritakan bagaimana pertolongan Tuhan atas jemaat kita. (Silahkan Pengkhotbah melanjutkannya dengan menceritakan pertolongan Tuhan yang dialami jemaat anda. Pengkhotbah wajib menemukan kisah nyata bagaimana pertolongan Tuhan atas jemaat yang anda layani. Tujuannya yaitu untuk memotivasi/menyemangati jemaat.) Jemaat yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Memang pada minggu ini, mengalami pertolongan Tuhan menjadi tema perenungan kita. Tema ini muncul berdasarkan Mazmur 30. Kalau kita lihat isi mazmur 30 ini, banyak penafsir mengatakan, isi mazmur ini adalah ungkapan syukur seseorang yang telah di tolong oleh Tuhan dari kondisinya yang kritis atau sekarat. Pengalamannya akan Pertolongan Tuhan itu di ungkapkan dalam ayat 2-4. 1. Ayat 2 tentang bagaimana Tuhan menyelamatkannya dari musuh-musuhnya. “sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku”. 2. Ayat 3 tentang bagaimana Tuhan telah menyembuhkannya. “aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku” 3. Ayat 4 tentang bagaimana Tuhan telah memberikan kehidupan kepadanya. “TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.” Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Nah, terkait dengan pengalaman pemazmur tersebut. Saya juga percaya bapak, ibu dan saudara tentu pernah mengalami pertolongan Tuhan, bukan? Bukan hanya pemazmur yang mengalami pertolongan Tuhan tetapi kita semua pasti pernah mengalaminya. Agar keyakinan saya tidak salah, Apakah ada diantara kita yang berkenan menceritakan pengalaman bahwa Tuhan telah menolong hidup anda? (Pengkhotbah, boleh berhenti sejenak menunggu apakah ada jemaat yang mau bercerita atau tidak. Jika ada, maka yakinkan cerita tersebut adalah bukti nyata pertolongan Tuhan itu ada dalam hidup kita. Jika tidak ada yang menjawab, maka pengkhotbah dapat melanjutkan khotbanya.) Bapak, ibu, saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Barangkali ini bisa juga sebagai contoh, bahwa pertolongan Tuhan itu juga dialami bukan hanya pemazmur. Berikut ini, saya akan membacakan salah satu komentar seseorang dari sebuah website Kristen, yang pada waktu itu sedang berdiskusi atas pertanyaan Bagaimana Kamu Melihat Allah Bekerja Di Balik Kesulitanmu?
45
Dari: Dina Esterina, Tanggal: 28 Mei 2012 Komentarnya demikian, Aku melihat Tuhan bekerja secara perlahan. Seringkali luput dari perasaan dan penglihatan karena ada banyak kekuatiran, kecemasan, ketidakmampuan bersyukur dalam sisi-sisi lemah sebagai manusia. Ya iyalah, lha wong Dia Tuhan dan saya hanya manusia biasa saja toh..merasakan pekerjaan Tuhan perlu kedekatan secara intens dengan Dia. Perlu konsistensi dan komitmen untuk menerima segala didikan dan kehendakNya yang seringkali melampaui pemikiran kita. Tuhan itu baik, DIa tidak akan pernah bisa mengabaikan kita. Tidak akan pernah bisa mengacuhkan kita. Tidak akan pernah membuat kita hancur. Rasa luka dalam kesulitan adalah reaksi pembentukkan karakter yang dilakukan Tuhan dalam kita. Dosa membuat kita sulit untuk menerima kehendak Tuhan dalam hidup kita. Tapi percaya atau tidak, kita bisa percaya bahwa kesulitan ada pertama; karena kita sendiri. atau karena kita memilih cara yang benar yang Tuhan kehendaki dan sedang berproses di dalamnya. Di dalam itu semua, TanganNya terus merangkai kehidupan kita. Dia sudah, sedang dan akan selalu mengerjakan hidup kita. Meski pilihan kita atas hidup tidak selalu bijak, Dia tetap akan menjauhkan kita dari yang jahat. (Setelah membaca komentar tersebut. Pengkhotbah, kemudian berhenti sejenak dan kemudian mengajak jemaat pula untuk merefleksikan pertanyaan Bagaimana Kamu Melihat Allah Bekerja Di Balik Kesulitanmu? Tanyakan kepada jemaat. Pengkhotbah, boleh menunggu sejenak apakah ada jemaat yang menjawab atau tidak. Jika ada, pengkotbah harus mendengarkan dan menangkap inti jawabannya. Jika tidak ada yang menjawab, maka pengkhotbah dapat melanjutkan khotbahnya dengan menjelaskan bahwa jawaban Dina Esterina atas pertanyaan tersebut adalah sebuah ungkapan pengalaman iman. Menurut Dina Esterina, Tuhan itu bekerja dibalik kesulitannya dengan cara perlahan. Ia yakin bahwa Tuhan itu baik, DIA tidak akan pernah bisa mengabaikan umatnya dsb. Itulah imannya.) Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Namun tidak menutup kemungkinan bagi beberapa orang justru mempertanyakan bagaimana bentuk pertolongan Tuhan itu dalam hidupnya. Apalagi kalau kesusahan yang dialaminya tidak kunjung berhenti. Pertanyaan ―Bagaimana Kamu Melihat Allah Bekerja Di Balik Kesulitanmu?”, mungkin agak sulit dijawab. Namun, jika kita belajar dari Mazmur 30 dan melihat komentar Dina Esterina tadi, maka jawaban untuk pertanyaan tersebut sebenarnya mudah dijawab hanya kalau kita yakin akan Tuhan. Keyakinan itulah yang disebut dengan iman. Yakin Tuhan pasti menolong maka kita akan menemukan jawaban bahwa Tuhan juga bekerja dibalik kesulitan kita. Mari kita lihat kembali pada mazmur 30 ini. Pada ayat 5-12, pemazmur mengajak semua orang untuk memuji Tuhan dan memberikan persembahan syukur kepada Tuhan (ayat 5) karena Tuhan telah bermurah hati dan membuatnya bersukacita (ayat 6). Dengan keyakinanya, pemazmur menegaskan bahwa ia tidak akan goyah terhadap setiap keadaan yang menimpanya. Tuhan telah menempatkannya di tempat yang aman (ayat 7-8). Hanya Tuhan saja yang menjadi andalan dalam hidupnya (ayat 9). Hidupnya tidak akan berarti bila Tuhan meninggalkannya (ayat 10). Ia akan selalu mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan dan memohon agar Tuhan mengasihani dan menjadi penolongnya (11). Mengapa? Karena ia yakin bahwa Jiwa yang meratap akan Tuhan ubah menjadi sukacita (ayat 12). Inilah keyakinan pemazmur.
46
Tiap-tiap orang, memang berbeda kesusahannya. Ada yang susah dalam keadaan keuangan. Ada yang susah dalam pendidikan atau pekerjaan. Ada juga yang susah dalam hubungan antara suamiistri, anak, keluarga atau bahkan hubungan dengan orang di kanan kiri kita… dsb. Akan tetapi, dengan berbagai macam situasi yang sedemikian rupa, bila kita yakin akan pertolongan Tuhan maka Tuhan akan menolong kita. Ini perlu kita imani! Iman tersebut diwujudkan melalui sikap kita yang melihat kesusahan hidup sebagai pelajaran untuk mendewasakan dan juga dalam sikap hidup yang berserah kepada-Nya melalui doa dan usaha kita. Kiranya Pertolongan Tuhan senantiasa kita alami. Amin. {KEP} Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan
: Yesaya6:2-7 : Lukas12:6-9 : Mazmur 96:8-9
Pujian: 1. PKJ 19 2. PKJ 209 3. PKJ 235 4. PKJ 146 5. PKJ 270 6. PKJ 248 ***
47
Renungan Paskah III MEMAKNAI DAN MENANGGAPI PENGORBANAN-NYA (Wahyu 5:11-14) Istilah Anak Domba dalam perikop ini mengacu kepada Tuhan Yesus Kristus. Dalam teks dijelaskan bahwa semua makhluk baik yang di sorga dan dibumi memuji dan memuliakan Anak Domba (ayat 13). Mengapa? Jika kita melihat ayat 12 dijelaskan bahwa Anak Domba itu telah ‗disembelih‘ (Ayat 12). Disembelih? Apa maksudnya? Istilah ‗disembelih‘ disini maksudnya sebagai keterangan bahwa Anak Domba tersebut telah dikorbankan. Dalam kebiasaan Yahudi pada waktu itu, domba biasanya menjadi bentuk persembahan korban kepada Tuhan. Domba itu disembelih dahulu kemudian dibakar. Nah, karena anak domba Allah ini mengacu kepada Tuhan Yesus Kristus. Maka bisa diartikan bahwa Tuhan Yesus telah menjadi pihak yang telah dikorbankan. Dalam kepercayaan iman kita begitu juga pada waktu itu, semua pengikut Yesus Kristus percaya bahwa Yesus Kristus yang telah disalibkan kemudian mati adalah bentuk pengorbanan Nya demi menebus dosa umat manusia. Atas pengorbanan Tuhan Yesus itu lah, maka semua makhluk berkata ―Ia layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian‖ (ayat 12). Dari bacaan ini, kita juga dapat melihat bagaimana semua makhluk di bumi dan disorga memaknai dan menanggapi akan pengorbanan Tuhan Yesus kristus. Mereka berkata "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!".Ini sebagai pengakuan akan betapa luar biasanya pengorbanan Tuhan Yesus tersebut. Layak dipuji, dihormati, dimuliakan dan berkuasa atas semuanya. Demikianlah semua makhluk memaknai dan menanggapi pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Dalam sebuah media sosial pernah ada pertanyaan bagaimana anda memaknai dan menanggapi pengorbanan Tuhan Yesus Kristus? Beberapa orang pun berkomentar, ―Saya akan berkurban melakukan kebaikan yang bisa saya lakukan untuk memperbaiki diri dan orang lain, "sekecil" apa pun itu atau meskipun harus membayar "mahal" untuk itu. Karena saya yakin Tuhan tak akan menyia-nyiakan kerelaan dan ketulusan pengorbanan itu, sama seperti pengorbanan-Nya yang tak pernah sia-sia bahkan sangat berharga dalam hidup kita. Pandanglah hidup kekal di surga, bukan hidup sementara di dunia fana.‖ (SM) “Pengorbanan-Nya tidak bisa dibandingkan dengan siapa pun dan apa pun! Juga tidak dapat dibayar dengan apa pun. Karena hanya Dia yang suci dan kudus, sehingga darah-Nya mampu menguduskan orang-orang berdosa, seperti saya.‖ (T) “Saya memaknai dengan berusaha mengasihi sesama manusia, seperti kita mengasihi diri kita sendiri seperti ada tertulis: "kasihilah sesamamu manusia seperti diri sendiri". Karena kasih mengalahkan segalanya dan Ia juga sudah berkorban untuk kita karena Ia sangat mengasihi kita.‖ (JK) Sumber : https://www.facebook.com/sabdakonsel/posts/10150683409763755 Lalu, bagaimana dengan kita? Bagaimanakah kita memaknai dan menanggapi pengorbanan Tuhan Yesus Kristus? Kiranya, ini bisa menjadi perenungan kita bersama. (Setelah selesai, sangat dimungkinkan juga penyampai renungan mempersilahkan dan mengajak warga jemaat berbagi pengalaman mereka dalam memaknai dan menanggapi pengorbanan Tuhan Yesus dan jika ada warga jemaat yang bertanya maka jawaban seminimal mungkin tidak dijawab penyampai renungan tetapi di temukan bersama oleh warga jemaat. Tujuannya agar warga jemaat saling menguatkan melalui pengalaman iman mereka). Tuhan memberkati. {KEP} *** 48
KOTBAH PASKAH IV Minggu, 17 April 2016 Warna Liturgy Putih
MENGIKUT JEJAK KRISTUS, HIDUP DALAM KASIH (Kisah Para Rasul 9: 36-46) Saudara-Saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus, Dalam bacaan kita diceritakan bahwa ada sorang murid perempuan yang bernama Dorkas yang tinggal di Yope, Alkitab mencatat bahwa perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberikan sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan dirumah atas. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas.Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami." Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. Sebagaimana Allah bekerja melalui Petrus yang mengadakan kesembuhan (ayat 33-35) dan membangkitkan orang mati( ay 40), Dia juga bekerja melalui Dorkas dengan perbuatan-perbuatan baik. Itu dilakukannya dengan kebaikan hati tulus dan mewujudkannya dalam kasih. Tindakantindakan kasihnya, yang menolong mereka yaitu mereka memerlukan bantuan. Tindakan dorkas yang mulia ini sungguh menjadi contoh sebagai pengikut Kristus. Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus, Bagi orang percaya kasih yang berbagi itu bukan hanya sekedar suatu ajaran yang harus dipahami dan dimengerti. Melainkan lebih dari itu, kasih adalah inti dari Kekristenan yang harus dipraktekan dan dilakukan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan Yesus berkata,‖ Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi (Yohanes 13:34). Alam hal kasih ini Tuhan Yesus bukan hanya sekedar mengajarkan dan memerintahkan para pengikut-Nya untuk saling mengasihi, tetapi Ia sendiri memberikan model bagaimana seharusnya pengikut-Nya mengasihi secara benar. Mengasihi orang lain identik dengan tindakan memberi atau berkorban. Tuhan Yesus telah membuktikan betapa Tuhan Yesus mengasishi semua orang dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib. ―Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawaNya untuk sahabat-sahabat-Nya (Yohanes 15:13). Karena orang percaya telah mengalami kasih Kristus. Maka sudah selayaknya orang percaya membagikan kasih itu kepada orang lain. Mengasihi bukan sebuah kasih yang diberikan karena orang lain mengasihi, tetapi orang percaya mengasihi juga bagi orang-orang yang membencinya. Firman Tuhan katakan‖ Dan jikalau kamu 49
mengasihi orang yang mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang berdosapun berbuat demikian?(lukas 6:32-33). Orang percaya harus menyadari bahwa mengasihi musuh memang perkara yang tidak mudah. Namun jika kita mampu melakukannya maka orang percaya akan menjadi berkat bagi semua orang. Sebagaimana yang Tuhan inginkan dalam kehidupan orang percaya. Sehingga mengasihi sesama adalah perwujudan kasih kepada Tuhan dan sesama. Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus Kita sebagai Orang percaya yang hidup dalam kasih apabila memiliki kerelaan melayani orang lain. Tuhan Yesus berkata, ‖Karena Anak manusia juga bukan datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Dengan demikian orang percaya wajib mengikuti dan meneladani Tuhan Yesus. Orang percaya jangan melayani orang lain karena ada sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, namun ketika sudah tidak ada lagi peluang memperoleh keuntungan secepatnya itu pula kasih orang percaya segera berakhir. Atau istilah populernya‖ Habis manis, sepah dibuang‖. Orang percaya tidak boleh menerapkan kasih yang demikian, sebab kasih harus dilakukan dengan tulus dan tanpa pamrih. Kita sebagai orang percaya seharusnya melayani sesama berarti memiliki kepedulian yang besar kepada orang lain. Setidaknya melihat tiga hal: peduli pada penderitaan, peduli pada kebutuhan dan peduli pada keselamatan orang lain. Peduli pada penderitaan orang lain disebut empati. Empati artinya memiliki perasaan yang sama seperti yang dialami orang lain, khusus mereka yang terkena musibah, kemalangan dan juga permasalahan hidup. Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus, Kita sebagai orang percaya hendaknya peduli kepada kebutuhan sesama menyangkut masalah ekonomi, kesembuhan jasmani dan rohani. Tuhan Yesus sangat peduli terhadap jenis kebutuhan ini. Ketika melihat orang banyak kelaparan, hati-Nyapun tergerak oleh belaskasihan, lalu diberikan-Nya makan sampai kenyang; ketika bertemu dengan orang yang menderita sakitpenyakit hati Tuhan Yesus tersentuh, tangan-Nya yang penuh kuasa menjamah dan menyembuhkan mereka. Demikian juga hendaknya kita sebagai orang percaya harus banyak berbuat kebaikan untuk mereka yang membutuhkan sama seperti Kristus yang telah membuktikan karya-Nya. Dia datang untuk melayani semua umat manusia. Oleh karena itu kitalah yang melanjutkan karya-Nya untuk melayani umat di dunia ini. Semoga Roh Kudus menolong kita. Amin. Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan Pujian: 1. PKJ 8 :1-5 2. KJ 198 :1-3 3. PKJ 282 :1-4 4. PKJ 149 : 1-3 5. PKJ 264 : 1-3 50
: Matius 25: 40-45 : I Yohanes 1:8-9 : I Tawarik 29: 10-14.
Renungan Paskah IV.
PENGIKUT YESUS (Markus 10: 35-40) Pasti kita semua heran akan kesabaran Yesus dalam menanggapi permintaan Yakobus dan Yohanes. Dengan permintaannya itu mereka membuktikan bahwa mereka sama sekali belum mengerti akan perutusan Yesus, akan apa yang Ia harapkan dari setiap orang yang dipilih-Nya untuk diutus. Dari orang-orang pilihan itu Yesus mengharapkan antara lain: kerendahan hati, kesediaan untuk melayani, kerelaan untuk menjadi kecil dan tak terpandang. Padahal Yakobus dan Yohanes meminta sesuatu yang sama sekali berbeda dengan cita-cita itu. Mereka mengharapkan suatu kedudukan yang khusus dalam Kerajaan Yesus, bila – menurut perkiraan mereka – Kerajaan itu esok-lusa diresmikan. Mereka mau menjadi Wakil Presiden dan Perdana Menteri… Yesus menasehati mereka dengan sabar. Kata Yesus: ―Sanggupkah kamu untuk menderita seperti Saya harus menderita?‖ Jawab mereka: ―Kami sanggup‖. Suatu jawaban yang penuh keberanian, penuh percaya diri! Jawaban itu pun mengingatkan saya akan seseorang yang mau mengaku percaya kepada Yesus (sidi), ia katakan ia sanggup dengan segenap hati untuk setia dan taat pada Firman Allah dan menjaga kekudusan imannya. bertanya kepadanya antara lain: ―Bertekadlah saudara (AB ) hendak mengikuti Tuhan dengan segenap hati ,jiwa dan kekuatan dan menyerahkan diri bagi Tuhan dan sesama?‖ Lalu jawablah si AB: ―Ya, saya bertekad! Dan dengan segenap hati‖ Saya bertanya kembali: ―Bersediakah saudara (AB) melaksanakan nasehat-nasehat melakukan Friman Tuhan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai Firman Allah, yaitu dengan : kemurnian, kemiskinan dan ketaatan, dalam doa, dalam karya dan tingkah laku yang sucimurni?‖ Dan kembali terdengarlah jawaban si AB: ―Ya, saya bersedia!‖Tidak lain juga bunyinya jawaban kedua murid Yesus tadi: ―Ya, kami sanggup !‖ Nah, bayangkan Yesus lalu menjawab: ―Baiklah! Kamu mengatakan kamu sanggup! Kamu minta ditempatkan yang seorang di sebelah kanan-Ku dan yang seorang di sebelah kiri-Ku… Akan Kukabulkan!‖ Lalu… kita membayangkan Yesus tergantung di kayu salib di atas gunung Golgota, diapit di sebelah kiri-kanan-Nya bukan oleh dua orang penjahat, melainkan oleh Yakobus dan Yohanes, tersalib bersama Yesus… Namun, bukanlah demikian! Yesus kan tahu bahwa pada saat ini mereka belum sanggup, walaupun menurut perkataan mereka, memang mereka anggap diri sanggup. Perkataan tidak sama de-ngan perbuatan. Apa yang diucapkan dengan begitu berani oleh kedua bersaudara itu, mereka belum sanggup melaksanakannya. Demikian pula kita harus berani mengambil sikap sebagai orang beriman yang sanggup mempercayai Yesus Kristus, hendaklah membayar harga untuk berani menanggung resiko penderitaan bersama Yesus. Belum pasti bahwa kitapun sudah sanggup melaksanakannya dengan sempurna. Namun tidak mengapa, bila tiba saatnya, Allah akan memberikan kekuatan: sebab Allah suka akan orang-orang yang dengan berani dan tulus hati menyerahkan hidup dan kehidupannya ke dalam tangan Tuhan. Semoga semua kita diberkati Tuhan. Amin. Pujian: KJ 15 : 1-3 PKJ 198: 1-3 KJ 439: 1-2 KJ 407: 1-2 Doa syafaat: 1. Berdoa agar semua anggota jemaat hidup dalam penghayatan PASKAH. 2. Berdoa untuk pertumbuhan, perkembangan serta kemajuan GKSBS. 3. Berdoa untuk bangsa dan negara Indonesia agar diberkati oleh Tuhan.
51
KOTBAH PASKAH V Minggu, 24 April 2016 Warna Liturgi Putih
PENGHARAPAN MASA DEPAN BARU (Wahyu 21 : 1 – 8) Ketika sepasang kekasih hendak menikah, ada suatu kemeriahan sendiri yang terjadi masa saat menjelang pernikahan tersebut. Khususnya bagi calon mempelai perempuan kemeriahannya tampak dalam segala hal termasuk tetapi yang paling meriah dalam arti serius adalah dalam hal mempersiapkan penampilan dan rias manten mempelai perempuan. Bahkan kalau melihat dan menggunakan ada tertentu seperti adat jawa misalnya, membutuhkan waktu yang lama minimal 7 hari sebelum hari pernikahannya. Mulai dari perawatan kulit, perawatan tubuh, perawatan rambut, sampai pemberian wangi-wangian dan pembacaan mantra-mantra khusus agar pada saat pernikahan nanti mempelai perempuan terlihat sangat cantik dan menarik hati sang mempelai laki-laki. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah sikap dan penyambutan sang mempelai perempuan yang penuh pengabdian dan kelemahlembutan sebagai cerminan kepribadian yang menarik terhadap sang mempelai laki-laki. Sedangkan dari pihak laki-laki, yang paling meriah adalah persiapan mahar dan buah tangan yang akan dibawa ke rumah mempelai perempuan pada saat hari pernikahan menjadi begitu menarik dan menyita waktu yang lebih banyak dibandingkan mempersiapkan fisik dan penampilan mempelai laki-laki sendiri. Memang dalam tradisi tertentu pembedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan masih terlihat nyata bahkan sampai sekarang ini. Hal itu mengisaratkan bahwa seolaholah wanita atau perempuan lebih senang diberi pemberian dari pada melihat penampilan mempelai laki-laki itu sendiri yang terlihat menawan barangkali. Lebih lanjut itu juga mengisaratkan bahwa mempelai laki-laki itu tidak tertarik dengan kemeriahan keadaan pesta dan rupa-rupa sajian pesta di rumah mempelai perempuan tetapi lebih tertarik pada seberapa cantik dan menariknya penampilan sang mempelai perempuannya. Mungkin tradisi di atas tersebut memang perlu dikritisi, tetapi baiklah kita mengambil segi positifnya terlebih dahulu saat ini. Kalau kita membaca Kitab Wahyu dan juga seluruh Alkitab, maka kita akan menemukan bahwa kata Mempelai Perempuan seringkali menunjuk pada umat Israel dalam perjanjian lama, atau Gereja sebagai mempelai perempuan dalam Perjanjian Baru. Sedangkan Mempelai Laki-laki selalu merujuk pada Tuhan sebagai Allah Israel dalam Perjanjian Lama atau Tuhan Allah dan Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru. Maka kisah tentang persiapan kedua mempelai di atas ada benarnya. Yang ingin dilihat oleh Tuhan dari mempelai perempuanNya, atau GerejaNya bukanlah soal kemeriahan pestanya atau rupa-rupa sajian pestanya, bukan soal kemeriahan ibadahnya atau banyaknya harta benda yang dipersembahkan, tetapi yang ingin dilihat Tuhan adalah bagaimana Persiapan Pribadi dari setiap anggota atau warga jemaatnya dalam setiap ibadah dan pertemuan jemaat. Yang ingin dilihat Tuhan adalah soal kecantikan karakter dan sifat gereja yang selalu taat, setia dan menghormati Tuhan dalam segala kehidupan mereka. Ini yang perlu menjadi catatan kita, sebab kita lebih sering mempersiapkan ibadah yang disertai dengan pesta yang meriah ketimbang mempersiapkan hati kita dengan sebaik mungkin sehingga berkenan kepada Tuhan. Itulah mengapa setelah ibadah dan perayaan kita selesai tidak jarang disertai dengan sungut-sungut dan perpecahan di tengah jemaat. Itu terjadi karena kita fokus pada persiapan pestanya ketimbang fokus pada penampilan rohani kita di hadapan Tuhan. Tentu saja persiapan pesta menyambut mempelai lakilaki atau pesta perayaan dan ibadah di Gereja pasti hal itu sangat disenangi oleh Tuhan. Tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa seberapa pun meriahnya pesta itu, kalau mempelai wanitanya tidak terlihat cantik dan menarik pada pandangan mempelai laki-laki, maka sepertinya perayaan itu 52
menjadi sia-sia saja. Karena itu baiklah kita berdandan secara rohani di hadapan Tuhan dengan sedemikian rupa dalam setiap ibadah dan perayaan kita agar kita berkenan kepada Tuhan. Sebagai imbal baliknya, Mempelai laki-laki atau Tuhan telah mempersiapkan pemberian yang menarik dan tak terduga bagi Mempelai Perempuan. Suatu pemberian yang indah dan menarik hati. Tetapi ini yang perlu kita bahas, yaitu jangan sampai mempelai perempuan atau kita sebagai gerejaNya, itu lebih tertarik kepada berkat-berkat dan pemberianNya dari pada tertarik pada me mpelai laki-laki atau Tuhan itu sendiri. Terkadang kita sebagai mempelai perempuan terlalu senang dan sibuk mengurusi berkat yang Tuhan berikan kepada kita dan justru lupa untuk menyambut dan memperlakukan Sang Mempelai Laki-laki dengan baik dan menyenangkan hatinya. Kita seperti mempelai Perempuan dan anggota keluarganya yang kemudian sibuk menerima dan mengurus semua pemberian dan berkat yang indah dan membiarkan Mempelai Laki-Laki atau Tuhan terdiam di sudut pintu masuk tempat pesta. Seringkali kita berdoa meminta berkat Tuhan dalam kehidupan kita, setelah diberi berkat Tuhan, ternyata kita justru lupa tidak berdoa lagi kepada Tuhan. Ada juga yang berdoa minta sarana dan prasarana agar pelayanannya di gereja semakin berkembang, tetapi setelah diberikan berkat fasilitas, ternyata pelayanan kita justru berkurang dan kurang aktif lagi. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kita sebagai Jemaat adalah mempelai perempuan dari Tuhan Yesus Kristus, oleh karena itu marilah kita berdandan dengan baik di hadapan Tuhan kita Yesus Kristus. Yang perlu kita berdandan itu adalah dalam hal kerohanian kita. Dan kita harus tetap percaya bahwa Tuhan akan selalu datang dengan memberikan berkat yang indah dan tak terduga. Meskipun begitu, kita harus tetap percaya kepada Tuhan (WK).
Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan Pujian PKJ PKJ PKJ PKJ PKJ PKJ PKJ PKJ
: Mazmur 148 : 13 – 14 : Kis 11 : 15 – 16 : Matius 6 : 19 – 21
: 28 : 1 – 2 41 : 1 – 3 266 : 1 – 2 270 : 2x; 245: 1 277 : 1 – 3 279 : 1 – 3 258 : 1 – 2 ***
53
Renungan Paskah V 24 April – 30 April 2016
HIDUP SALING MENGASIHI (Yohanes 13 : 31 – 35) Masa Paskah adalah kesempatan di mana kita di ajak untuk merenungkan arti iman Kristen yang sejati. Dalam Masa Paskah tersebut, kita di ajak untuk mengenang kembali akan semua perkataan dan tindakan yang sudah pernah Yesus sampaikan dan tunjukkan kepada para muridNya dan juga bagi kita saat ini. Hal-hal apa saja yang dikenang? Tentu saja yang pertama dan terutama adalah pengobananNya di atas kayu salib, juga tentang kematian dan KebangkitanNya dari dalam maut. Yesus mengajarkan bukan saja tentang nilai-nilai yang baik yang patut dijunjung tinggi dalam setiap komunitas manusia di mana pun berada, tetapi ia juga menunjukkan tentang bagaimana mempraktikkan nilai-nilai itu bahkan dalam kondisi dan keadaan yang ekstrim atau hampir tidak mungkin sekalipun. Kasih dan kepada orang-orang yang tersisih, berdosa dan tidak menentu hidupnya sangat jelas sekali dalam setiap tindakanNya. Khusus dalam perikop ini, Yesus mengajarkan kepada semua murid-muridNya untuk tetap mempertahankan dan menjaga sikap hidup yang saling peduli dan saling mengasihi di antara semua murid-muridNya. Kasih itulah tanda sekaligus simbol yang tidak boleh dilupakan oleh semua murid-muridNya. Yesus rela mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia, maka murid-muridNya pun harus menunjukkan sikap hidup yang saling mengasihi. Dalam hal ini Yesus seolah mengingatkan muridmuridNya tentang kemungkinan adanya bahaya persaingan, perpecahan dan bahkan permusuhan di antara para murid-muridNya. Memang peringatan dan teguran Yesus ini sangat relevan sekali sampai saat ini. Kalau kita memperhatikan, saat ini banyak gereja yang pecah, atau di antara sesama pemimpin gereja ada persaingan yang tidak sehat, bahkan di antara gereja yang satau bermusuhan dengan gereja yang lain karena perkara-perkara yang sebenarnya tidak begitu mendasar. Baiklah kita mencoba untuk lebih dalam lagi mempelajari perikop ini melalui forum diskusi bersama : 1. Dalam ayat 33 Yesus mengatakan : ―ke tempat Aku pergi, kamu tidak mungkin datang‖. Sesuai dengan perikop ini, menurut saudara, kemanakah Yesus akan pergi? 2. Menurut saudara, bagaimanakah seharusnya sikap dan hubungan di antara anggota pemimpin jemaat atau anggota majelis jemaat jika dikaikan dengan pesan Tuhan Yesus untuk saling mengasihi tersebut? 3. Apakah saudara pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan dengan saudara seiman? Jika pernah, apakah saudara sudah saling berdamai satu dengan yang lain? Bagaimanakah sebaiknya cara untuk memulai suatu perdamaian atau hubungan yang baik kembali? Ceritakan menurut pengalaman saudara. (WK) Pujian: 1. PKJ 2. KJ 3. PKJ 54
128 : 1 – 3 434 : 1 – 4 277 : 1 – 3,
KOTBAH PASKAH VI Minggu, 01 Mei 2016 Warna Liturgi Putih
PENGHARAPAN MENUJU KOTA KUDUS (Wahyu 21: 1-6) Syallom, Saudara, saudari yang dikasihi Tuhan, Dalam khotbah saat ini, di minggu ke enam setelah paskah, tema kita adalah Pengharapan Menuju Kota Kudus. Penulis Kitab Wahyu menyatakan dirinya sebagai Yohanes. Kata Wahyu adalah terjemahan dari kata Yunani apokalypsis, yang artinya pengungkapan atau penyingkapan. Dalam menyampaikan tujuannya, sang penulis memakai simbol-simbol tertentu untuk menyembunyikan maksud yang sebenarnya. Hal itu dilakukan karena pada waktu itu Kekristenan masih berada didalam masa penindasan dan penganiayaan, kitab-kitab dan tulisan yang menyinggung penguasa dapat saja langsung di ―bredel‖ atau ditutup dan komunitas pendukungnya dapat mengalami perlakuan kekerasan dan penindasan yang lebih kejam lagi. Padahal di dalam kitab Wahyu banyak menyinggung tentang nubuat kejatuhan penguasa, karena itu harus disamarkan menggunakan bahasa simbol yang cukup dimengerti oleh komunitas Kristen tetapi tidak diketahui oleh penguasa pada waktu itu. Masalahnya bagi kita sekarang adalah bahwa kita kurang dapat memahami arti simbol-simbol itu karena sudah terpisah dalam rentang waktu yang cukup lama. Jadi agar kita dapat mengerti dengan lebih baik tentang isi kitab Wahyu maka kita perlu tahu dan menyingkapkan terlebih dahulu arti dari simbol-simbol tersebut melalui penelusuran beberapa sumber pustaka dan tradisi gereja mula-pula. Menurut kajian para peneliti Alkitab tentang sumber pustaka dan tradisi gereja mula-mula tentang kitab Wahyu ini menjelaskan bahwa sebagian dari simbol-simbol dalam kitab Wahyu itu sudah dapat disingkapkan dan juga sudah terjadi dalam masa lampau atau pada masa kini, dan sebagian lagi masih tetap misteri/ rahasia sampai masa depan yang belum dapat diketahui kapan terwujudnya, itulah yang disebut dengan nubuatan akan masa depan. Topik yang selalu di bicarakan dalam kitab ini adalah tentang akhir sejarah manusia atau akhir zaman. Pada akhir zaman, dunia yang baik yang dikuasai oleh Allah, akan meraih kemenangan atas dunia yang jahat, yang dikuasai oleh iblis. Allah akan membarui seluruh ciptaan dan umat beriman akan hidup bersamaNya untuk selama-lamanya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Dalam Wahyu 21;1, penulis mendapat penglihatan langit yang baru dan bumi yang baru. Dalam penglihatannya ini, bumi yang lama, yang penuh dengan kejahatan, perang, penyakit dan kecemaran akan berlalu, digantikan dengan bumi yang baru. Pada Ayat 2 penulis melihat Yerusalem yang baru. Yerusalem adalah pusat kehidupan keagamaan umat Israel, karena disitulah mereka dahulu mendirikan Bait Allah. Kota itu disebut‖Kudus‖ artinya dipisahkan atau dikhususkan bagi Allah. Yohanes melihat Yerusalem baru ―turun‖ dari Sorga. Menarik untuk disimak bahwa Yohanes melihat Yerusalem baru yang di dalamnya tidak terdapat bait suci (ay.22). Gambaran mengenai Yerusalem tanpa bait suci tentu menjadi sesuatu yang tidak lazim. Sebab bukankah Yerusalem dan bait suci adalah dua hal yang tidak terpisahkan, keduanya bagaikan dua sisi pada sekeping uang logam. Namun gambaran yang ditujukan kepada Yohanes tidak berarti salah satu kurang benar. Dalam ayat 22 dikatakan bahwa bait suci itu diganti oleh Allah. Bahkan di Yerusalem baru tidak diperlukan penerangan baik matahari maupun bulan karena Allah yang meneranginya dan Anak 55
Domba adalah lampunya. Hal ini menunjukan bahwa di Yerusalem baru dominasi Allah semakin kuat dan pemerintahanNya diberlakukan. Bahwa di Yerusalem baru atau kota kudus, kemah Allah ada dan Allah hadir didalamnya. Allah ada ditengah-tengah mereka dan tinggal bersama mereka. Allah menjumpai umat hadir dalam diri Yesus. Ia hadir sebagai seorang manusia dan akan membebaskan mereka dari belenggu dosa. Ia akan membuat manusia hidup dalam kedamaian dan ketentraman yang kekal. Saudara, saudari yang di kasihi Tuhan, Kalau Allah dalam diri Yesus Kristus mau menjumpai umat pada saat itu, maka Ia juga berkenan menjumpai kita di saat ini di dalam BaitNya yang kudus. Ia ada ditngah-tengah bapak, ibu, saudara saat ini. Ia hadir kedalam dunia ini membawa sebuah pengharapan untuk hidup lebih baik, lebih damain dan tentram. Memang kita tidak dapat melihatNya. Namun kita dapat merasakan kehadiranNya melalui iman kita. Hal itu terbukti bahwa karena iman bapak, ibu, saudara kepada Tuhan Yesus, maka kita semua boleh hadir di gereja saat ini. Dan Karena kita percaya kepada Dia yang adalah pemilik hidup, maka kita juga memiliki pengharapan. Pengharapan akan masa depan yang lebih baik. Namun demikian sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, bapak, ibu, saudara dan saya harus berperan untuk meyakinkan kepada dunia bahwa pengharapan untuk hidup lebih baik itu ada. Bahwa pada akhirnya semua bangsa dan penguasa di dunia ini akan tunduk kepada pemerintahanNya. Dalam kepemimpinanNya semua orang akan patuh kepada perintahNya dan setia dalam setiap ibadah-ibadah sebagaimana saudara telah lakukan di saat ini dan akan terus melakukannya sehingga pada akhirnya kita memperoleh kehidupan yang penuh dengan sukacita dan damai. Tuhan Yesus memberkati kita Amin. Liturgi: Nas Pembimbing Berita Anugerah Nas Persembahan Pujian: 1. KJ. 10: 1,2,4 2. KJ. 19: 1,5 3. KJ. 54: 1,4 4. PKJ. 241: 1,2 5. PKJ. 264: 1-3 6. KJ: 266:1,2
56
: Mazmur 46:2-4 : 1 Yohanes 1: 5-7 : 2 Tawarik 7:12
RENUNGAN PASKAH VI
DIMAMPUKAN SUPAYA MEMAMPUKAN (Yoh. 14;23-29) Setiap pertemuan tentunya ada perpisahan. Sebelum Yesus berpisah dan meninggalkan para muridNya. Yesus tahu betul situasi yang akan dialami oleh para muridNya ketika Ia tidak ada di tengahtengah mereka. Hal ini bisa dipahami, karena sekian lama para murid telah bersama-sama dengan Yesus dan merasa nyaman. Semua kebutuhan dan kesulitan mereka dapat diatasi oleh Yesus. Namun sebaliknya ketika nanti Yesus tidak lagi bersama mereka, maka para murid akan kehilangan pegangan, kehilangan sosok yang selama ini mereka andalkan dan sosok yang dapat melindungi mereka dari penguasa pada saat itu. Oleh sebab itu Yesus perlu mempersiapkan mereka untuk menghadapi situasi ini. Apa yang Yesus lakukan kepada murid-muridNya? Pertama: Yesus menjanjikan untuk memberikan Roh penghibur yaitu Roh Kudus bagi mereka. Roh Kudus akan menyertai, menuntun, mengajar dan mengingatkan selalu tugas panggilan mereka untuk memberitakan Injil-Nya ke seluruh dunia (ay.26). Yesus ingin agar para murid tetap menjalankan tugas mereka yang selama ini mereka lakukan bersama Yesus yaitu memberitakan injil. Bahwa dalam melakukan pemberitaan injil Yesus akan memberi mereka Roh Kudus, yang menolong mereka dalam berbagai situasi sehingga mereka menjadi orang-orang yang tangguh dan berani. Kedua: Yesus meninggalkan damai sejatera bagi mereka. Bahwa damai sejahtera yang ditinggalkan Yesus adalah milik Yesus yang diberikan kepada para murid dan tidak dimiliki oleh dunia ini (ay.27). Dengan damai sejahtera yang dimiliki Yesus dan memberikan kepada para murid, maka mereka dapat menjalani hidup walaupun tanpa sosok Yesus. Bahkan mereka akan mengerti apa yang selama ini telah dialaminya bersama Yesus dan yang akan terjadi nanti. Dari kisah ini apa yang dapat kita pelajari. Menjadi pengikut Kristus atau selaku warga gereja, kita mendapat mandat dari Tuhan kita Yesus Kristus untuk memperkenalkan Injil-Nya melalui kehidupan kita dimana saja dan kapan saja. Dalam rangka menjalankan mandat tersebut Tuhan Yesus melengkapi kita semua dengan Roh Kudus. Tidak cukup disitu saja, bahwa Tuhan Yesus pun memberikan mereka damai sejahtera sehingga mereka memiliki pengharapan. Jika kita melihat situasi saat ini dimana kehidupan yang begitu sulit, situasi ekonomi yang tidak menentu membuat sebagian umat Tuhan menjadi orang-orang yang gampang marah, putus asah dan pasrah bahkan sudah tidak menyadari akan kuasa-kuasa jahat yang turut mempengaruhi pola pikirnya. Sehingga mereka bersikap masa bodoh, mementingkan diri sendiri dan mencari‖aman‖ dengan bersandar pada kekuatan dan kekuasaan manusia dan bukan kepada Tuhan. Bahkan sebagian warga gereja seolah-olah menutup mata terhadap banyak penderitaan dan kesengsaraan yang ada di lingkungannya, korban-korban dari kekuasaan dan ketidakadilan. Nampaknya Roh keberanian jauh ditinggalkan oleh sebagian warga gereja dan para pemimpinnya. Padahal seharusnya para pemimpin dan umatnya tidak perlu menghindar atau berpura-pura seolah-olah tidak terjadi hal demikian, tapi justru menyadari bahwa ada tugas panggilan dan pelayanan untuk 57
menyuarakan kebenaran-Nya di tengah ketidakbenaran yang terjadi di dalam masyarakat. Dan tidak ikut-ikutan setuju atau berkompromi dengan perbuatan kuasa-kuasa jahat. Melalui firman Tuhan hari ini hendaknya kita selaku umat Tuhan yang telah dimampukan dengan Roh Kudus dan diberi damai sejahtera oleh Yesus Kristus, baik yang memimpin maupun di pimpin mau memberikan diri dibaharui dan melihat kembali tugas panggilan dan pengutusan gereja dengan lebih baik. Bahwa Allah di dalam Yesus Kristus menuntut kehadiran kita ditengah keluarga, masyarakat dan bangsa ini untuk membawa keadilan dan damai sejahtera ketika berbagai persoalan yang sedang dihadapi saat ini. Memang tidak mudah melakukan perintah ini, namun perlu diingat sekali lagi, bahwa Tuhan Yesus telah mempukan kita dengan Roh Kudus. Dengan Roh Kudus kita menjadi orang-orang yang berani untuk menyatakan kebenaran dan keadilan. Berani untuk menyatakan benar kepada yang benar dan salah kepada yang salah. Berani untuk menjadi pendamai ditengah-tengah ketidak-damaian. Bahkan Yesus memberikan damai sejahtera yang Ia miliki kepada kita supaya dalam menjalankan perintahNya kita melakukannya dengan hati yang penuh sukacita, hati yang tulus, hati yang merasa diberkati. Dan jemaat Tuhan disini mampu untuk melakukannya. Tuhan Memberkati kita. Pujian: 1. Pembukaan 2. Menyambut Firman 3. Persembahan 4. Penutup
: KJ. 15: 1,2 : KJ. 54: 1,4 : PKJ. 216 : 1,2 : PKJ. 252 :1
***
58
KOTBAH PASKAH VII Minggu, 08 Mei 2015 Warna Liturgy Putih
MENUNGGU DAN AKTIF (Kisah Para Rasul 1: 12-14)
Bapak Ibu yang dikasihi oleh Tuhan, Apa yang terjadi pada Murid Tuhan Yesus ketika Ia naik ke surga? Apa yang mereka lakukan? Pertanyaan ini menarik, karena saat Tuhan Yesus tidak ada bersama mereka saat Ia di salib, muridmurid terpukul, terpisah-pisah dan ketakutan. Walaupun jumlah mereka sudah lebih banyak dan berkumpul kembali ketika Yesus berkali-kali menampakkan diri tetapi apakah itu sudah membuat mereka kuat kembali? Menurut Lukas yang menulis Kisah Para Rasul, murid-murid belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi pada mereka. Memang, di saat saat terakhir pertemuan dengan Yesus mereka diberitahu oleh Yesus bahwa pertobatan dan pengampunan dalam diriNya harus disampaikan kepada segala bangsa, tetapi murid-murid sendiri belum mempunyai kuasa/ kemampuan melakukan itu. Mereka mulai mengerti tentang Kitab Suci, tapi belum memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk itu. Kita beruntung, bahwa Kitab Kisah Para Rasul menceritakan tentang itu. Menceritakan kehidupan tiga puluh tahun pertama sejarah gereja mula-mula. Sebagai sejarawan gereja, Lukas dengan cerdas melukiskan beberapa pengalaman dan peristiwa serta maknanya dalam tahun-tahun mula-mula gereja. Bapak Ibu yang dikasihi oleh Tuhan, Jumlah para murid ketika Yesus naik ke Surga sekitar 120 orang. Sudah bertambah banyak (walaupun tidak banyak benar. Kira-kira satu kelompok jemaat) tetapi belum solid. Secara organisasi mereka belum menyatu benar. Di antara sebelas rasul, sebagian besar pernah melarikan diri atau menyangkal Yesus, dan punya konsep Kerajaan Allah yang masih keliru (ayat 6). Memang mereka murid-murid inti Yesus, tetapi apa yang bisa mereka lakukan saat itu?. Mereka pun bukan orang-orang yang memiliki nama besar atau kekuatan besar. Mereka bukanlah kelompok ternama di masyarakat, bahkan permusuhan dari pemerintah dan kelompok berkuasa masih jelas terbayang. Belum 2 bulan peristiwa pembunuhan Yesus terjadi. Simbol pemersatu dan pemimpin mereka adalah Yesus yang telah menunjukkan Kuasa dan Kebangkitannya tidak lagi bersama mereka. Ya, Yesus telah mempengaruhi kehidupan mereka tetapi secara fisik tidak berada di tempat. Tugas mereka juga, menurut Tuhan Yesus, belum bisa dilaksanakan. Tuhan Yesus meminta mereka untuk menunggu dan tidak kemana-mana. Tepat sekali, itulah yang bisa mereka lakukan. Menunggu. Maka ketika mereka kembali dari Betania ke Yerusalem, Jarak Bukit Zaitun ke Yerusalem sekitar 1,5 km (Itu adalah jarak maksimal yang diijinkan untuk berjalan dalam situasi Sabat) mereka berkumpul di ruangan atas sebuah bangunan. Dalam gambaran demikian mereka berdoa. Mereka melakukannya dengan rutin selama beberapa hari. Mereka berkumpul, berdoa bersama-sama karena itu salah satu pesan yang Yesus berikan kepada mereka di saat saat terakhir kebersamaan 59
mereka.Mereka menantikan Kuasa dari tempat tinggi (Lukas 24 :48) Mereka mempercayai pesan terakhir Yesus tetapi entah harus berapa lama mereka berdoa. Bapak dan Ibu yang dikasihi Tuhan, Dasar dari doa adalah ketaatan terhadap firman Tuhan. Sewaktu Tuhan Yesus masih tinggal bersama-sama dengan para murid, Ia memberikan perintah (ay. 4) agar mereka tetap tinggal di Yerusalem untuk menantikan janji Bapa dan dalam ayat 12 para murid mentaati perintah itu mereka tetap tinggal di Yerusalem walaupun mereka berasal dari Galilea. Ketaatan mereka ini disertai dengan sukacita (Luk. 24:52), artinya mereka dengan melakukan ketaatan tersebut dengan ketulusan dan kesungguhan hati mereka. Mereka melakukan itu karena,PERCAYA, mereka percaya apa yang telah Yesus sabdakan. Dan memang untuk menerima Roh Kudus kemudian, PERCAYA sangat dibutuhkan (Yohanes 7:37-39), ini juga yang seharusnya membuat kita untuk bertekun dan sehati dalam doa,karena kita percaya bahwaTUHAN tidak berdusta. Percaya kepada FirmanNYA,ini harus menjadi dasar dari hidup kita. Percaya itu hati dan taat itu tindakan, keduanya beriringan. Tiga unsur penting dari doa para murid yang menanti ini baik kita cermati. Yang pertama adalah bersama-sama. Kekuatan kebersamaan tidak hanya ada dalam gotong-royong tetapi juga ada dalam doa. Mereka yang berdoa bersama, adalah mereka yang memiliki komitmen bersama. Kekuatan kebersamaan itu dijelaskan kembali dengan kata sehati. dan raga bersama.Doa bersama dengan mudah menjadi kekuatan bersama. Sehati, berasal dari kata‖homothumadon‖ yang artinya memiliki perasaan dan pikiran yang sama dengan tujuan satu. Sehati berarti tidak memikirkan kepentingan diri sendiri (Kis 4:32). Dengan kata lain orang percaya yang berdoa dengan sehati adalah orang percaya yang berdoa dengan tujuan yang sama, kerinduan yang sama dimana ada satu kesatuan yang indah yang mengikat mereka bersama-sama di dalam Kristus (Gal 3:28; Mzm 133). Bertekun, berasal dari kata ―proskartereountes‖ yang artinya terus menerus. Murid-murid itu bersama-sama berdoa dengan terus menerus dengan satu tujuan. Bahkan sebelum Roh Kudus turun, mereka telah berproses dalam doa merubah diri dari lemah, rentan dan terpecah-belah menjadi satu dan utuh. Bapak dan Ibu yang dikasihi Tuhan .. Jika dahulu para murid terbiasa dengan kebersamaan yang nyata konkrit dengan Tuhan Yesus, kini mereka mempersiapkan diri untuk kebersamaan iman. Bukti-bukti fisik sedang diubah menjadi bukti-bukti iman. Kemarin Yesus berada, terlihat dan nyata bagi mereka. Kalau Dia sudah tidak ada, sudah cukupkah pengalaman, kebersamaan dan perkataannya itu menjadi modal bagi keyakinan mereka? Sudah cukupkah mereka menjalani sesuatu sebagai bukti dari yang tidak terlihat? Sudah bisakah mereka meneruskan kehidupan tidak sekedar bergantung pada pengalaman, kebersamaan dan perkataan Tuhan Yesus untuk seterusnya. Walau tanpa kehadiran fisik Yesus? Untuk berjalan dengan keyakinan, manusia membutuhkan hati dan pikiran. Tetapi tidak sekedar itu, untuk berkeyakinan manusia membutuhkan Roh, Jiwa, Spirit yang membuat semuanya ada pada tempatnya.Gereja pada masa kini tidak beda jauh dengan persekutuan murid-murid Tuhan yang perdana ini. Tidak signifikan secara jumlah dan sepertinya tidak memiliki kekuatan apa-pun untuk melaksanakan misi yang Allah embankan kepada mereka. Bahkan di berbagai penjuru dunia, gereja 60
dikejar-kejar dan dianiaya agar musnah. Namun kunci kekuatan bahkan kemenangan terletak pada sikap mereka yang bersandar penuh kepada Allah sumber kekuatan mereka. Kekuatan kemenangan ada pada persiapan doa mereka yang mempersatukan. Oleh karena itu, dalam masa-masa menjelang peringatan Pentakosta mari kita meneladani para murid Yesus dengan bertekun dan bersekutu dalam doa. Mari kita mengubah fisik menjadi iman. Karena yang berperan nantinya bukanlah fisik tetapi iman yang mewadahi karya-karya Roh. Itulah yang hendak dimaknakan oleh Lukas penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul ini, bahwa dibalik peristiwa yang terjadi pada murid-murid, pada kita, pada gereja, ada kekuatan Tuhan, kekuatan Roh Kudus yang menjadi Sang Sutradara sekaligus penulis Skenario perjalanan Kabar Sukacita dalam pengampunan dan Penyelamatan Yesus Kristus. Dia hendak mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan peranan Roh Kudus sebagai penyertaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus. Murid-murid atau kita atau gereja hanya bisa terhubung, punya kuasa untuk itu melalui ketekunan, kesehatian dalam doa. Saudara=saudara yang dikasihi Tuhan, Menunggu, kata orang, adalah pekerjaan paling membosankan. Namun seringkali hal-hal menentukan terjadi pada saat menunggu. Jika saat menunggu yang muncul adalah ketidak-sabaran, maka pekerjaan menjadi rusak. Tetapi seperti teks ini berbicara kepada kita, menunggu yang dilakukan oleh para murid justru sangat penting. Di sana mereka merefleksikan tugas-tugas, mempersiapkan diri untuk pekerjaan-pekerjaan besar berikutnya. Menunggu menjadi sepotong waktu yang sangat berharga. Menunggu menjadi berharga ketika kekosongan aktivitas dipakai untuk meneguhkan relasi dengan Sang Kuasa dalam doa-doa yang tekun dan setia. Menunggu bukan diam tapi mempersiapkan diri dengan baik. Sebuah pepatah mengatakan, perbedaan manusia bukan ditentukan saat bekerja tetapi ditentukan oleh persiapannya. Amin Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan 1. KJ 3 2. KJ 26 3. KJ 175 4. KJ 55 5. KJ. 247 6. KJ 460
61
: Lukas 11:1 : Yakobus 5 :16 : Matius 6:1
Renungan Paskah VII
BERDOA DI DALAM ROH (Efesus 6: 10-20; Nats Efesus 6: 16-18) Renungan ini hadir dimasa masa pengenangan antara Kenaikan Tuhan Yesus dan turunnya Roh Kudus. Pada rentang waktu tersebut, murid-murid Tuhan Yesus diminta oleh Tuhan Yesus agar tidak kemana-mana sebelum mereka mendapatkan Penolong agar mereka dapat melakukan amanah yang telah diberikan oleh Yesus, ketika Ia akan naik ke Surga. Murid-murid kemudian menunggu dengan berdoa bersama sama. Sampai akhirnya mereka menerima anugerah, Roh Kudus turun atas mereka. Di dalam masa-masa pengenangan penantian Roh Kudus itu, menarik untuk merenungkan arti ‖Berdoa didalam Roh ‖ . Doa itu pasti sangat penting. Kalau kita sepakat bahwa ―Doa adalah nafas orang beriman‖, maka gerakan sepanjang sejarah gereja pasti dibangun di atas doa. Kalau penting, doa pasti di cari dan dilakukan. Selain penting, doa itu mudah. Semua yang mau pasti bisa berdoa. Tetapi juga berbahaya sampai sampai seorang Farisi dan Ahli Taurat pun ditegur Tuhan Yesus karena doa mereka yang munafik dan bertele-tele (Mat 6:5-8). Walau berdoa itu penting, mudah tetapi doa tidak sembarangan. Ada aturannya sehingga doa lebih bermanfaat. Salah satu aturannya dinasehatkan oleh Paulus dalam Efesus 6 : 16-18 ini. Paulus meminta agar jemaat di Efesus supaya ―berdoalah setiap waktu di dalam Roh‖. Roh yang dimaksud tentu saja Roh Kudus. Apa yang dimaksud dengan berdoa dalam Roh Kudus? Apakah berdoa di dalam Roh Kudus merupakan suatu cara tertentu untuk berdoa? Kata ―setiap waktu‖ [Yun: pantote] memiliki kesetaraan dengan kata ―terus menerus‖ atau ―selalu‖ [Yun: adialeptos] Doa dilakukan ―setiap waktu‖ dan ―di dalam Roh Kudus.‖ Sang Rasul tidak memandang doa sebagai tindakan yang dilakukan sesekali, tetapi tindakan yang dilakukan secara terus menerus. Tidak ada waktu di mana doa tidak pantas bagi orang percaya. Dengan kata lain, pemakaian kata ―setiap waktu‖ menegaskan bahwa berdoa di dalam Roh Kudus juga dilakukan secara tekun atau terus menerus. Di dalam Roh Kudus (Yun:en pneumati ) bermakna ―di dalam tuntunan dan pimpinan Roh Kudus.‖ Roh Kudus menjadi tempat bagi doa, dalam arti melingkupi, mentransformasi suasana semangat doa Kristiani. Bagi Paulus adalah penting bahwa Roh Kudus tinggal di dalam diri orang percaya, bahwa Ia menuntun dan memimpin mereka dalam semua hal yang mereka lakukan. Karena itu mereka harus mencari Roh Kudus membantu mereka ketika mereka berdoa. Mereka tidak akan berdoa secara efektif jika mereka melakukannya berdasarkan pada kekuatan dan hikmatnya sendiri. Hal ini tetap merupakan bagian yang sangat penting dari kehidupan Kristiani bahwa Allah memampukan kita berdoa secara penuh kuasa karena (Ia) memberi kita Roh Kudus]. Ketika berbicara tentang ―pedang Roh‖ (6:16) Paulus menerangkan pedang Roh dengan kata ―yaitu firman Allah‖. Pedang Roh itu adalah firman Allah yang mewujud dalam Yesus Kristus. Roh itu ada dalam nuansa pemahaman (Perkataan, Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan) akan Yesus Kristus. Sebelumnya (3:16) Paulus berkata: ―Aku berdoa supaya Ia, menurut kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam hatimu.‖ Teks ini secara eksplisit menjelaskan bahwa tujuan pemberian Roh Kudus kepada orang percaya adalah agar mereka memperoleh kekuatan dan keteguhan hati menghadapi situasi yang menantang iman mereka pada 62
masa itu. Pada bagian lain, Paulus juga membicarakan tentang suatu kontradiksi antara pengaruh Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya dengan pengaruh minuman anggur yang memabukan. Ia katakan: ―Janganlah kamu mabuk oleh anggur, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh‖ (Ef. 5:18). Anggur yang membuat tidak sadar berbeda dengan Roh yang menuntut kesadaran atau pengendalian diri. Berdasarkan penjelasan di atas, pandangan Paulus tentang ―berdoa di dalam Roh Kudus‖ tidak dapat dilepaskan dari pandangannya tentang peran dan karya Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Berdoa di dalam Roh Kudus berarti ―berdoa di dalam pimpinan, tuntunan, dan pertolongan Roh Kudus.‖ Sebagaimana Roh Kudus memimpin, menuntun, dan memberikan kemampuan kepada orang percaya untuk hidup memuliakan Allah, demikian pula Ia memimpin dan menuntun orang percaya di dalam doa mereka. Bapak dan Ibu yang dikasihi Tuhan, Setelah kita mengetahui bahwa berdoa ―di dalam Roh Kudus‖ adalah berdoa ―di dalam pimpinan dan tuntunan Roh Kudus,‖ maka bagaimanakah implementasinya dalam kehidupan doa orang percaya? Sebelum kita mempratikkan berdoa ―di dalam Roh Kudus,‖ maka kita harus mengetahui bahwa Roh Kudus tidak akan menuntun dan menolong kita keluar dari kebenaran firman Allah. Artinya, Roh Kudus hanya akan menolong kita berdoa yang sesuai dengan kehendak Allah (bdk. Rm. 8:27). Allah tidak akan berbicara dengan dua suara. Dia tidak akan menggerakkan kita berdoa untuk sesuatu yang tidak dukungNya. Karena itu, sebelum orang percaya berdoa, adalah penting untuk terlebih dahulu meminta kepada Roh Kudus tuntunan-Nya di dalam doa. Calvin mengatakan: ―Tidak ada seorangpun dapat berdoa dengan benar berdasarkan gerakan hati yang spontanitas dari perasaannya sendiri. Doa yang tidak melibatkan Roh Allah adalah tidak lebih dari ocehan orang fasik dan seorang penghina Allah‖. Namun demikian tidak jarang kehidupan doa orang percaya seringkali ―serupa‖ dengan doa orang fasik. Menuntut Allah untuk memenuhi segala keinginannya, bahkan berani ―mengatur‖ Allah untuk membuktikan apakah Allah benar-benar mengasihi dirinya. Doa hanyalah sebagai ―alat‖ pemaksa Allah untuk memenuhi tuntutannya. Karena itu, setiap orang percaya harus melatih diri untuk berdoa di dalam Roh Kudus. Satu fakta penting tentang Roh Kudus, yang tidak bisa kita abaikan ketika kita berdoa adalah, bahwa pemberian Roh Kudus ada dalam kerangka misi Allah. Murid-murid akan melaksanakannya, tetapi mereka menunggu pencurahan itu. Artinya, hendaklah direnungkan juga bahwa ketika berdoa di dalam Roh, di dalamnya ada nuansa agar misi Allah itu bisa berjalan dengan baik. Bukan agar misi ―ku‖, atau misi ―mu‖ berjalan dengan baik. Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Berdoa ternyata bukan sekedar komunikasi, bukan sekedar ucapan spontanitas, terlebih alat untuk memuaskan keinginan. Doa mengandung nilai-nilai luhur kesadaran, ketenangan dan mulia. Terlebih lagi doa juga bernuansa Misi Allah. Dan untungnya, itu bisa dilakukan oleh semua orang. Mari kita memohon dan mengalamihadirnya Roh Kudus dalam doa-doa kita. Amin (ETP) Saran Pujian : KJ 237 PKJ 300 PKJ 95 63
BAHAN KOTBAH PENTAKOSTA Minggu, 15 Mei 2016 Warna Liturgi: Merah KEKUATAN DARI ROH KUDUS UNTUK MENUAI (Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 2: 1-21)
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kalau kita menilai dengan memberi angka kualitas setiap hari raya Kristen, dari Natal, Jumat Agung, Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga sampai Pentakosta, berapa skor/ nilai untuk hari Pentakosta? Besar mana skor nya dengan hari-hari raya Kristen yang lain? Berapapun besar nilainya, kita semua percaya bahwa setiap hari raya Kristen memberikan maknanya masing-masing bagi setiap orang percaya. Kalau toh yang mungkin sering kita rayakan dalam skala besar adalah Natal, namun hari raya yang lain juga tetap kita rayakan dengan penuh makna. Ada sesuatu yang bisa kita ambil daripadanya. Terutama hari ini, kita merayakan Pentakosta. Dalamnya, kita mengenang peristiwa turunnya Roh Kudus dan mengurapi para murid sehingga kesaksian mereka menghasilkan penuaian banyak orang yang menjadi percaya. Lalu, apakah pemaknaan Pentakosta setiap tahun yang kita rayakan juga memiliki makna yang mendalam bagi kita untuk menjadi utusan-utusan Tuhan sebagai mana para murid yang menuai jiwa-jiwa baru pada masa kini? Apa yang harusnya kita lakukan dalam memaknai Pentakosta pada konteks kita saat ini? Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Untuk memaknai kembali hari Pentakosta ini, kita akan kembali mengenal lebih dalam tentang apa yang terjadi saat itu. Pentakosta artinya menurut kata ialah: "yang kelimapuluh", maksudnya hari kelimapuluh sesudah Paska. Sebagai hari raya agung dirayakan oleh orang Yahudi terutama sebagai peringatan akan pemberian hukum Taurat di Sinai. Hari Pentakosta merupakan hari raya terbesar yang kedua dalam tarikh Yahudi. Peristiwa ini merupakan perayaan penuaian setelah panen gandum ketika hulu hasil dipersembahkan kepada Tuhan Allah. Karena itu, setiap tahunnya, banyak orang Yahudi seluruh Israel, yang di luar Israel maupun penganut agama Yahudi (proselit) berkumpul di Yerussalem untuk merayakannya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Pada saat itu di Yerusalem, berbarengan saatnya dengan orang-orang Yahudi dari pelbagai penjuru, para murid pun berkumpul di suatu tempat bersama orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus. Murid-murid yang hadir di tempat tersebut diduga adalah120 murid yang berkumpul waktu pemilihan Matias menjadi rasul yang keduabelas, menggantikan Yudas Iskariot. Saat mereka berkumpul, sesuatu yang dahsyat tiba-tiba terjadi. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, kepada orang-orang Yahudi yang berkumpul di Yerusalem pada saat itu, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Saat mengatakannya, para murid itu rupanya sudah turun dari ruang atas dan menuju ke suatu tempat terbuka di kota itu. mungkin di dalam wilayah bait Allah di mana banyak orang berkumpul. "Api" mungkin sekali melambangkan penyucian dan pemisahan orang-orang percaya kepada Allah bagi pekerjaan memuliakan Kristus dan bersaksi bagi Dia. Dintara para murid, Petrus lah yang menjadi pembicara. Petrus memberikan penjelasan tentang apa yang sedang terjadi di hadapan mereka. Petrus pertama-tama menyangkal dugaan bahwa para murid sedang mabuk dengan menunjukkan bahwa waktu itu baru jam sembilan pagi sehingga masih terlalu pagi bagi orang untuk mabuk. Petrus, yang mengutip Yoel, mengatakan bahwa Allah akan mencurahkan Roh Kudus-Nya pada hari-hari itu. Itu berarti dimulainya penggenapan janji Allah dalam Yoel 2: 28-29 untuk mencurahkan Roh-Nya atas semua manusia 64
pada hari-hari terakhir. Petrus kemudian melanjutkan dengan pemberitaan Injil, yang pada hakikatnya merupakan pengumuman bahwa Yesus adalah Mesias. Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini." Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Apakah makna dari kepenuhan dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta? Pencurahan Roh Kudus dan tanda-tanda adikodrati yang menyertainya tidak dapat dibatasi hanya pada hari Pentakosta. Kuasa dan berkat-berkat Roh Kudus adalah bagi setiap orang Kristen untuk diperoleh dan dialami sepanjang zaman gereja, yaitu seluruh waktu di antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua. Karena hari-hari terakhir dari zaman akhir ini telah mulai, maka semua orang diperhadapkan dengan tantangan untuk menerima atau menolak Kristus. Para murid "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi", yang menyanggupkan mereka bersaksi untuk Kristus, menginsafkan orang akan dosa, kebenaran dan penghakiman Allah sehingga mereka berbalik dari dosa kepada keselamataan dalam Kristus. Roh Kudus menyatakan sifat-Nya sebagai Roh yang rindu dan berusaha demi penyelamatan orang dari setiap bangsa. Mereka yang menerima baptisan dalam Roh dipenuhi dengan kerinduan yang sama demi penyelamatan umat manusia. Jadi, hari Pentakosta merupakan awal dari penginjilan dunia. Para rasul menjadi pelayan Roh. Mereka bukan hanya memberitakan Yesus yang disalibkan dan dibangkitkan, menuntun orang lain kepada pertobatan dan iman kepada Kristus, tetapi mereka juga mempengaruhi orang-orang bertobat untuk menerima "karunia-karunia Roh Kudus" yang sudah mereka terima pada hari Pentakosta. Hal menuntun orang lain untuk menerima baptisan Roh Kudus adalah kunci karya rasuli dalam Perjanjian Baru. Lewat baptisan dalam Roh ini para pengikut Kristus menjadi orang-orang yang melanjutkan karya Kristus dalam dunia ini. Dalam kuasa Roh Kudus, mereka terus melakukan dan mengajarkan hal-hal yang sama "yang dikerjakan dan diajarkan Yesus". Lidah-lidah seperti nyala api, dihubungkan dengan karunia-karunia bahasa-bahasa lain dan bahasa mereka sendiri untuk memuji Allah. Berbicaranya para rasul dengan bahasa sekalian bangsa itu oleh Lukas diartikan sebagai pemulihan kesatuan bahasa yang dirusakkan oleh peristiwa Babel dahulu. Pemulihan itu melambangkan dan mengantisipasikan pemberitaan Injil kepada dunia semesta. Dapat dikatakan bahwa sesungguhnya Gereja lahir pada hari Pentakosta, manakala Roh Kudus diberikan kepada manusia dengan cara yang baru untuk mengumpulkan orang-orang yang percaya kepada Yesus ke dalam hubungan yang baru. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Bagaimana kita merayakan Pentakosta? Pertama, dengan menaikkan syukur atas kuasa Roh yang menaungi gereja dan orang percaya untuk memberitakan Injil dengan berani. Kedua, dengan memperlengkapi dan mengutus orang percaya untuk pergi ke seluruh dunia membawa berita Injil itu. Roh Kudus telah mengawali suatu pembentukan kehidupan umat Kristiani yang bersekutu dan berdoa. Bila gerak awal Roh Kudus itu diimbangi dengan aktivitas umat Kristiani secara baik dan bertanggung jawab, tentu Kristen akan merasakan suatu gerak rohani yang sangat bermanfaat dalam rangka saling menguatkan keimanan. Namun kenyataan yang ada saat ini justru muncul banyak perselihan paham yang mempertentangkan dan membatasi kehadiran Roh Kudus. Kelompok yang satu menuduh kelompok yang lain tidak memiliki Roh, sebaliknya yang satu menuduh yang lain 65
terlalu berlebihan. Bukankah perselisihan paham ini menunjukkan bahwa kita telah menyelewengkan tujuan kehadiran Roh Kudus? Mereka yang mau berseru kepada Allah akan diselamatkan dan bahkan menerima pencurahan Roh-Nya. Mereka yang mau percaya akan menjadi bagian dari umat Allah yang bertahan dan terus memberitakan pernyataan Allah pada hari-hari yang terakhir. Dengan percaya kepada Yesus Kristus, yang menjadi pokok pembicaraan Petrus selanjutnya, tiap orang akan menjadi bagian dari penggenapan janji yang indah ini. Sesungguhnya, hari-hari terakhir itu adalah sekarang, dan kita hidup di dalamnya. Siapa dan apapun kita, karena iman Roh Kudus kini bekerja di dalam diri kita. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Alasan pertama mengapa seorang Kristen bersaksi adalah karena Roh Kudus hadir dalam hatinya, sesuai dengan janji Allah. Demikianlah hari Pentakosta bagi gereja melambangkan awal penuaian jiwa-jiwa oleh Allah dalam dunia. Bukan membuat orang menjadi Kristen tapi intinya adalah membuat kita mau bersaksi, hasil itu nanti. Kita sudah memiliki kekuatan untuk melaksanakannya karena Roh Kudus ada dalam diri kita. Selamat menuai (PA). Liturgi: Ayat Pembimbing Berita Anugerah Persembahan
: Yohanes 16: 4b-15 : Roma 8: 24-25 : Roma 11: 36
Pujian: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
66
KJ 13 PKJ 98 KJ 29 PKJ 101 KJ 393 PKJ 105
RENUNGAN PENTAKOSTA Minggu, 15 Mei 2016 KEHIDUPAN YANG DIHIDUPI ROH KUDUS (Bacaan Alkitab: Roma 8:14-17) Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Rumus utama yang disampaikan oleh rasul Paulus kepada jemaat roma yakni: Semua orang adalah anak Allah. Di sini Paulus memberikan dasar bagi kepastian keselamatan. Jikalau seorang terusmenerus mematikan perbuatan-perbuatan buruknya, maka dia sedang dipimpin oleh Roh. Mereka yang dipimpin oleh Roh adalah anak-anak Allah. Roh Kudus berdiam di dalam anak Allah supaya memimpinnya agar berpikir, berbicara, dan bertindak sesuai dengan Firman Allah. Roh Kudus memimpin memberi pengarahan dalam hidup ini dan menghasilkan kehidupan rohani dan damai apabila ditaati. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Sebagai anak Allah, dorongan Roh Kudus datang kepada kita untuk melakukan apa yang disenangi oleh Tuhan Allah. Untuk tetap menjalin relasi dengan Roh Kudus kita juga dapat sering membaca Firman Allah, berdoa dengan sungguh-sungguh, mendengarkan khotbah dan ajaran yang saleh dan memperhatikan nasihat orang-tua dan para pemimpin Kristen yang dapat diandalkan. Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa kehidupan yang berkemenangan di dalam Roh bukan suatu jalan yang mudah dilewati. Yesus menderita, dan kita yang mengikuti-Nya juga akan menderita. Penderitaan ini dianggap menderita bersama dengan Dia, dan merupakan akibat dari hubungan kita dengan Allah sebagai anak, persekutuan kita dengan Kristus, kesaksian kita bagi Dia, dan penolakan kita untuk menjadi serupa dengan dunia ini. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Status menjadi anak Allah ini pun akan tercermin di dalam keadaan nyata. Bukan saja orang percaya akan diberikan keberanian iman untuk meyakini Allah sebagai Bapa dan Kristus sebagai Anak. Orang percaya juga akan mengalami keadaan rohani yang akrab dengan Allah. Keakraban ini akan terpantul nyata dalam kehidupan doanya, dalam sikapnya merenungkan firman Tuhan, dalam ibadahnya mengasihi Allah, dalam ketekunannya mencari kehendak-Nya, menjauhi dosa, serta menikmati pengharapan surgawi. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Di hari Pentakosta ini, kita diingatkan bahwa Roh Kudus turun dan ada dalam diri kita. Jika Roh Kudus itu ada dalam kita, sebagaimana yang disampaikan rasul Paulus, kita mendapatkan karunia bersatu dengan Tuhan Yesus. Oleh karenanya, kita dilayakkan dan diangkat menjadi anak Allah. Mari kita bersyukur atas kasih karunia yang menjadikan kita anak Allah. Mintalah tuntunan Roh Allah yang berkenan tinggal di dalam hidup kita. Seseorang sungguh Kristen, pengikut Kristus sejati bila Roh Kudus diam di dalamnya. Menerima Roh dan didiami Roh adalah hak semua orang Kristen. Kristen menerima hak itu tatkala menyerahkan diri kepada Kristus dan mempersilakan Kristus menyelamatkan kita. Namun hak itu bukan hak segelintir Kristen yang telah mengalami hal istimewa tertentu, tetapi hak semua orang beriman. Apabila kita tidak memiliki Roh Kudus, sama dengan mengatakan kita belum di dalam Kristus. Hidup rohani itu membuat kita dikuatkan dari ke hari dengan harapan bahwa kelak tubuh fana kita ini akan diganti oleh tubuh kebangkitan. Kita butuh Roh Allah. Tetapi kita sendiri harus aktif dan tegas menolak dosa dan menyerahkan semua kelemahan yang bisa menjerat kita berdosa kepada Tuhan. Tuhan memberkati. Amin (PA). ***
67