PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH Hermanita STAIN Jurai Siwo Metro E-mail :
[email protected]
Abstract In the macro economic indicators there are three things that are a staple of the problem. First, the problem of the deiciency in the use of factors of production available in the economy. Second, the problem of inlation. Inlation is an indicator of movements in the prices of goods and services in General, simultaneously deals with the ability of purchasing power. Inlation relects price stability, the lower the value of an inlation the greater tendency towards price stability. However, the problem of inlation is not only related to the skyrocketing price of a goods and services. Inlation is also related to the purchasing power or purchasing power of society. While the purchasing power depends heavily upon the real wage. Inlation is actually not too troubled if rising prices coupled with a rise in real wages. Third, the problem is the ineficient use of the additions of the factors of production which are in effect from year to year. This problem causes the unemployed labor and other production factors must continuously be thought and solved. The problem of unemployment is becoming a scourge, especially in developing countries like Indonesia. Developing countries are often faced with the magnitude of the unemployment igures because of the narrowness of the ield work and the magnitude of the population. This problem also causes over time level of prosperity mesyarakat is always lower than the level of prosperity that they achieve. Therefore, this paper aims to show the circumstances that give rise to these issues, forms of the problem, and the bad consequences of that issue to the overall economy and the individual in the economy. Key words: Inlation, economy, government, and monetary Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1
62 Hermanita Abstrak Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal yang menjadi pokok permasalahan. Pertama, masalah ketidakeisienan dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian. Kedua, masalah inlasi. Inlasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, secara bersamaan berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inlasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inlasi semakin besar kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inlasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inlasi juga berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil. Inlasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah riil. Masalah ketiga, adalah ketidakeisienan dalam menggunakan tambahan-tambahan faktor-faktor produksi yang berlaku dari tahun ke tahun. Masalah ini menyebabkan pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya harus secara terus menerus diikirkan dan dipecahkan. Masalah pengangguran menjadi momok khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Juga masalah ini menyebabkan dari waktu ke waktu tingkat kemakmuran mesyarakat selalu lebih rendah daripada tingkat kemakmuran yang mereka capai. Maka dari itu, tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan keadaan-keadaan yang menimbulkan masalahmasalah tersebut, bentuk-bentuk dari masalah tersebut, dan akibatakibat buruk dari masalah itu kepada keseluruhan perekonomian dan perorangan dalam perekonomian. Kata kunci : Inlasi, ekonomi, pemerintah, dan moneter
Pendahuluan Pengangguran dan inlasi merupakan masalah yang sering dihadapi di berbagai negara terutama negara-negara berkembang seperti Indonesia. Setiap negara menghadapi masalah yang berbeda-beda, baik masalah dalam negeri (internal) maupun masalah negara tersebut dengan negara lain (eksternal) namun masalah utama yang dihadapi oleh setiap negara adalah masalah pengangguran dan inlasi. Pengangguran merupakan masalah yang sering dihadapi oleh negara berkembang di mana ADZKIYA MARET 2016
Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
63
pengangguran terjadi karena kesempatan kerja terbatas, sehingga kelompok masyarakat yang berstatus sebagai angkatan kerja terbagi menjadi dua yaitu kelompok bekerja dan tidak bekerja. Untuk menghadapi masalah tersebut perlu adanya peran nyata dari pemerintah karena masalah ini tidak dapat sepenuhnya mengandalkan mekanisme pasar. Inlasi menurut AP. Lerner adalah kelebihan permintaan (excess demand) terhadap penyediaan barang-barang dalam suatu perekonomian secara keseluruhan.1 Inlasi dan pengangguran memiliki hubungan berkebalikan jika inlasi tinggi maka timgkat pengangguran akan rendah dan sebaliknya jika inlasi rendah maka tingkat pengangguran tinggi.2 Inlasi yang tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah permintaan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penawaran, pada kondisi ini perusahaan akan menambah jumlah produksinya sehingga banyak dibutuhkan tenaga kerja dan ini menyebabkan tingkat pengangguran akan menurun. Sebaliknya jika inlasi rendah maka tingkat pengganguran tinggi, inlasi yang rendah adalah suatu kondisi di mana jumlah permintaan sedikit sedangkan barang yang tersedia banyak, pada kondisi ini perusahaan akan mengurangi jumlah barang yang diproduksi kemudian berdampak pada pengurangan pegawai dan menyebabkan pengangguran akan meningkat. Dewasa ini banyak negara berkembang yang terjangkit “wabah” migrasi atau gelombang perpindahan masyarakat dari pedesaan ke perkotaan. Sebagian besar masyarakat pedesaan berpikiran bahwa solusi untuk memperbaiki tingkat perekonomian keluarga adalah dengan bekerja di kota. Hal yang melatarbelakangi pemikiran tersebut adalah adanya ketimpangan yang cukup signiikan antara banyaknya masyarakat desa yang butuh pekerjaan sementara lapangan pekerjaan di pedesaan tidak memadai baik dari segi balas jasa atau upah sampai dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Banyak sekali dampak negatif dari migrasi antara lain dapat menyebabkan terjadinya stagnasi produktivitas pertanian, lonjakan pengangguran terbuka dan terselubung baik di kota maupun di desa. 1
h. 24. 2
Cornelis Rintuh, Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta: Liberty,1995), Ibid., h. 35. Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1
64 Hermanita
Pengangguran merupakan masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap masyarakat terutama di negara-negara berkembang. Masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari berbagai efek buruk yang mungkin timbul maka kebijakan ekonomi perlu di jalankan. Analisa pembahasan ini bertujuan untuk menerangkan tentang bentuk-bentuk masalah pengangguran yang dihadapi suatu perekonomian dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut. Di beberapa Negara terutama negara berkembang seperti Indonesia masalah utama yang di hadapi adalah masalah penganguran, yang menunjukan bahwa mekanisme pasar tidak mampu untuk mengatasi masalah ini dan ahli-ahli ekonomi berpendapat pemerintah perlu menjalankan kebijakan ekonomi untuk mengatasinya. Tiga bentuk kebijakan pemerintah : kebijakan iskal, moneter, dan kebijakan segi penawaran.3 Dengan demikian solusi untuk menyelesaikan persoalan pengangguran yang dihadapi suatu negara tergantung pada bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut. Pembahasan Masalah Pengangguran Menganggur adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja atau usia produktif (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Menganggur tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja. Orang yang tidak mau bekerja tidak dapat dikatakan sebagai pengangguran. Sebab jika ia mencari pekerjaan (ingin bekerja) mungkin dengan segera mendapatkannya. Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak ingin bekerja sudah memiliki kecukupan materi misalnya memiliki deposito yang berjumlah milyaran rupiah sehingga dari bunga deposito saja seseorang tadi sudah bisa memenuhi kebutuhan Michael P.Todaro, Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2000), h. 253. 3
ADZKIYA MARET 2016
Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
65
hidupnya, bisa juga ibu-ibu yang tidak ingin bekerja disebabkan lebih ingin mengurus anak dan rumah tangga serta penghasilan suami yang sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Berdasarkan sebab terjadinya pengangguran dapat dibedakan menjadi: 1. Pengangguran Friksional (Frictional Uneempliyment) Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai akibat dari kemampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untk mecari kerja yang lebih baik. Di dalam proses mencari kerja yang lebih baik itu ada kalanya mereka harus menganggur, namun pengangguran ini tidak serius karena hanya bersifat sementara saja. 2. Pengangguran Struktural (structural unemployment) Dikatakan sebagai pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi dan atau teknologi produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang semakin tinggi pula. Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding pengangguran friksional. Selain membutuhkan dana yang besar juga waktu yang cukup lama. Bahkan di Indonesia pengangguran struktural merupakan masalah besar dimasa yang akan datang jika tidak ada perbaikan kualitas SDM. 3. Pengangguran Siklis (cyclical unemployment) Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahanperubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan memproduksi. Dalam pelaksanaanya berarti jam kerja dikurangi, sebagian mesin produksi tidak digunakan dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1
66 Hermanita
tingkat pengangguran. 4. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment) Pengangguran ini berkaitan erat dengan luktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Misalnya, di luar musim tanam dan panen, petani umumnya menganggur, sampai menunggu musim tanam dan panen beikutnya.4 Berdasarkan jam kerja, pengangguran dapat pula digolongkan sebagai berikut: 1. Pengagguran tersembunyi yaitu keadaan pengagguran yang tidak secara nyata dapat dilihat dan berlaku pada kegiatan yang jumlah pekerjaan melebihi dari yang diperlukan. 2. Pengagguran bermusim yaitu pengangguran yang tidak berlaku sepanjang waktu tetapi hanya terjadi ketika kegiatan ekonomi yang dijalankan sedang dalam keadaan tidak sibuk atau sedang tidak menjalankan sembarang kegiatan. 3. Setengah menganggur (underploymen) yaitu tenaga kerja yang melakukan kerja-kerja atau jam kerja yang lebih rendah dari masa kerja yang lazim dilakukan dalam sehari atau seminggu.5 Dampak Terjadinya Pengangguran Dampak terjadinya Pengangguran Bagi Perekonomian Negara dan masyarakat: 1. Dampak bagi perekonomian negara, yaitu: a. Penurunan pendapatan perkapita. b. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak. c. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah. 2. Bagi Masyarakat, yaitu: a. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis. b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja. 4 Pratama hardja dan Mandala Manulung, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 379. 5 Tulus T.H Tambunan, Perekonomian Indonesia Beberapa masalah penting, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2001). h. 94.
ADZKIYA MARET 2016
Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
67
c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.6 Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
Pemerintah
Dalam
Mengatasi
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan berbagai cara untuk mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi. Cara Mengatasi Pengangguran Struktural Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah : 1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja. 2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan. 3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan 4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran. Cara Mengatasi Pengangguran Friksional Untuk mengatasi pengangguran secara Friksional antara lain dapat digunakan caracara sebagai berikut: 1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya. 2. Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industri. 3. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya. 4. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta. Cara mengatasi pengangguran musiman jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut : 1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di 6 Gregory Grossoman, Sistem-Sistem Ekonomi, (Jakarta, Bumi Aksara, 2004), h. 203. Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1
68 Hermanita
sektor lain, dan 2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu. Cara Mengatasi Pengangguran Siklis Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut : 1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan 2. Meningkatkan daya beli masyarakat.7 Rumus Cara Menghitung Tingkat Pengangguran Perbandingan diantara jumlah angkatan kerja yang menganggur dengan angkatan kerja keseluruhannya disebut tingkat pengangguran. Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari persentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.8 Tingkat Pengangguran = Jumlah pengangguran x 100% Jumlah Angkatan Kerja Masalah Inlasi Inlasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus.9 Ini tidak berarti bahwa hargaharga berbagai macam barang itu naik dengan dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan harga tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inlasi. Berdasarkan kepada sumber yang penyebabnya, masalah inlasi dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu: 1. Inlasi tarikan permintaan yaitu inlasi yang terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. 7 Faisal Bahri, Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 224. 8 Michael P.Todaro, Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 255. 9 Sadono sukirno. Makro Ekonomi, (Jakarta: Raja Graindo Persada, 2006), h. 333.
ADZKIYA MARET 2016
Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
69
Menciptakan tingkat pendapatan yang tinngi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. 2. Inlasi desakan biaya yaitu berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat penganggura adalah sangat rendah. 3. Inlasi di impor yaitu bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor.10 Macam-Maam Inlasi 1.
2.
3.
4.
Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya, yaitu: Inlasi Ringan Inlasi ringan atau inlasi merangkak (creeping inlation) adalah inlasi yang lajunya kurang dari 10% per tahun, inlasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan. Inlasi Sedang Inlasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per tahun. Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi. Perlu diingat laju inlasi ini secara nyata dapat dilihat gerak kenaikan harga. Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti buruh, mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga. Inlasi Berat Inlasi berat adalah inlasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan. Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi. Inlasi liar (hyperinlation) Inlasi liar adalah inlasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per tahun. Inlasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan 10
Ibid. Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1
70 Hermanita
nilai uang terus merosot disebut inlasi yang tidak terkendali (hyperinlastion).11 Dampak Inlasi Inlasi merupakan suatu gejala buruk yang dapat mengganggu kestabilan ekonomi . Ada beberapa masalah yang akan muncul, apabila terjadinya inlasi: 1. Menurunya Tingkat Kesejahteraan Rakyat Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan tingkat daya beli pendapatan yang diperoleh. Inlasi menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap. 2. Makin Buruknya Distribusi Pendapatan Dampak buruk inlasi terhadap tengkat kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan tingkat pendapatan lebih tinggi. Tetapi pada kenyataannya, ketika inlasi mengalami pertumbuhan, banyak masyarkat yang tidak dapat menaikan tingkat pendapatanya. Sehingga kekuatan ekonomi mreka akan menurun 3. Terganggunya Stabilitas ekonomi Inlasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan masa depan para pelaku ekonomi. Bagi konsumen yang berpendapatan besar, mereka akan membeli barang dan jasa dalam jumlah yang besar, karena mereka berasumsi bahwa harga barang dan jasa akan naik lagi. Sedangkan konsumen berpenghasilan kecil, semakin hari akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena harga semakin naik.12 Bagi produsen inlasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari pada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipat gandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inlasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada 11 Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 85. 12 Sri Adiningsih, Ekonomi Makro,(Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 48.
ADZKIYA MARET 2016
Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
71
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inlasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil). Kebijakan Pemerintah Pengangguran
Untk
Mengatasi
Inlasi
dan
1. Kebijakan Pemerintah a. Kebijakan untuk mengatasi masalah pengangguran 1). Kebijakan Fiskal Kebijakan iskal untuk mengatasi masalah pengangguran dengan mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah. Pada saat tarif pajak dikurangi, masyarakat akan cenderung memegang uang yang bisa digunakan untuk modal dalam berusaha. 2). Kebijakan Moneter Kebijakan moneter untuk mengatasi masalah pengangguran dengan cara menambah penawaran uang, mengurangi/menurunkan suku bunga dan menyediakan kredit khusus untuk sektor/ kegiatan tertentu. 3). Kebijakan segi penawaran Kebijakan segi penawaran dengan cara mendorong lebih banyak investasi, mengembangkan infrastruktur, meningkatkan eisiensi administrasi pemerintahan, memberi subsidi dan menggunakan pajak perusahaaan dan individu. b. Kebijakan Untuk Mengatasi Masalah Inlasi 1). Kebijakan Moneter Kebijakan moneter untuk mengatasi masalah inlasi adalah : a). Politik Pasar Terbuka Politik pasar terbuka adalah suatu kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral untuk menjual surat-surat berharga seperti obligasi pemerintah kepada masyarakat (SBI). dengan demikian maka jumlah uang beredar di tangan Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1
72 Hermanita
masyarakat berkurang dan sebagai gantinya bertambah obligasi pemerintah. b). Menaikan Tingkat Bunga Diskonto Dengan menaikan tingkat bunga diskonto oleh bank sentral maka hal ini akan menyebabkan keinginan badan-badan kredit seperti bank umum untuk mengadakan pinjaman guna memenuhi permintaan masyarakat berkurang, sehingga hal ini juga mengurangi besarnya pinjaman kredit dari bank umum berkurang yang kemudian secara tidak langsung akan mengurangi laju inlasi. 2.) Kebijakan Fiskal a). Mengurangi Pengeluaran Pemerintah Dengan melakukan kebijakan iskal melalui upaya pengeluaran pemerintah maka hal ini juga dapat mengurangi laju inlasi, karena semakin sedikit biaya yang dikeluarkan pemerintah akan menyebabkan jumlah uang beredar yang ada di masyarakat akan semakin berkurang sehingga paling tidak laju inlasi dapat ditekan. b). Menaikan Pajak terlalu besar akan menyebabkan terjadinya inlasi, maka dengan menaikan pajak diharapkan penghasilan seseorang akan berkurang, sehingga jumlah uang beredar pun ikut berkurang yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan laju inlasi. c). Mengadakan Pinjaman Pemerintah Upaya mengadakan pinjaman tersebut sebagian dari gaji pegawai dan buruh dipotong untuk disimpan menjadi pinjaman pemerintah selama jangka waktu tertentu, sehingga jumlah uang beredar yang ada di masyarakat pun juga ikut berkurang yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat inlasi.13
13
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, (Jakarta: Raja Graindo, 2006), h. 345.
ADZKIYA MARET 2016
Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
73
Simpulan Pengangguran dan inlasi adalah dua masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap masyarakat. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial. Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh segolongan tenaga kerja, yang telah berupaya mencari pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya. Kemudian pengangguran terbuka yang dibedakan menjadi empat bagian yaitu pengangguran struktual, pengangguran siklis, pengangguran friksional, dan pengangguran musiman. Berdasarkan kepada sumber yang menyebabkannya, masalah inlasi dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu : inlasi tarikan permintaan, inlasi desakan biaya dan inlasi di impor. Secara kontinyu kebijakan pemerintah diperlukan untuk menjaga kestabilan harga-harga dan mengurangi tingkat pengangguran pada tingkat yang sangat rendah. Kebijakan pemerintah tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu kebijakan iskal, kebijakan moneter dan kebijakan segi penawaran. Alat yang digunakan untuk kebijakan iskal adalah mengubah pengeluaran pemerintah, mengubah pajak dan gabungan dari keduanya. Kebijakan moneter dijalankan dengan mempengaruhi penawaran uang dan suku bunga. Sedangkan kebijakan segi penawaran terutama bertujuan untuk meningkatkan eisiensi kegiatan ekonomi dan mendorong lebih banyak investasi yang akan memindahkan kurva penawaran agregat AS ke kanan atau ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA Cornelis Rintuh, Perekonomian Indonesia,(Yogyakarta: Liberty,1995). Faisal Bahri, Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia, (Jakarta, Erlangga, 2002). Gregory Grossoman, Sistem-Sistem Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). Michael P.Todaro, Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2000). Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1
74 Hermanita
Pratama hardja dan Mandala Manulung, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008). Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada,2010). Sadono sukirno, Makro Ekonomi, (Jakarta: Raja Graindo Persada, 2006). Sri Adiningsih, Ekonomi Makro,(Yogyakarta: BPFE,1999). Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). Tulus T.H Tambunan, Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2001).
ADZKIYA MARET 2016