Vol. 63, No. 3, September-Desember 2014 | Hal. 88-94 | ISSN 0024-9548
Pengambilan gutta percha point menggunakan bahan pelarut minyak jeruk yang dikombinasi dengan instrumen manual (Gutta percha point removal using orange oil as a solvent combined with hand instruments) Dian Puspita Sari Bagian Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta
Korespondensi (correspondence): Dian Puspita Sari, Bagian Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Jl. Bintaro Permai Raya 3. Jakarta 12330, Indonesia. E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Background: Endodontic retreatment using conventional method can be done with several technique such as heating technique, mechanical technique with endodontic instruments and combination solvents with endodontic instruments technique. Removing gutta-percha and sealer with endodontic instruments are more effective and faster when combine with chloroform but it is known as a toxic and carcinogenic material. Therefore another solvent such as orange oil is used as an alternative since this material does not give any harmfull effect, and also used as essence and fragrance, and has expectorant effect. Purpose: The objective of this case report is to find out how to use orange oil as an alternative solvent beside chloroform. Case: This case reports endodontic retreatment with orange oil as an alternative solvent to substitute chloroform which is combine with endodontic instruments. Case management: This paper is a case report of endodontic retreatment with orange oil as an alternative solvent to substitute chloroform which is combined with endodontic instruments. Conclusion: Orange oil combined with endodontic hand instruments can be used to clean root canal in endodontic treatment. Key words: Endodontic retreatment, solvent, endodontic instruments.
PENDAHULUAN Keberhasilan perawatan saluran akar mencapai 86-98%. Meskipun demikian, kegagalan pada perawatan saluran akar masih terjadi sehingga masih diperlukan perawatan ulang untuk menanggulangi kegagalan tersebut. Penanggulangan kegagalan perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perawatan ulang konvensional atau non bedah, dan perawatan ulang secara bedah.1 Perawatan ulang saluran akar konvensional dilakukan melalui akses mahkota dengan tujuan membuang iritan pada saluran akar yang sebagian besar terdiri dari mikroorganisme yang masih
tertinggal atau berkembang sedangkan perawatan ulang bedah apeks bertujuan untuk menutup rapat saluran akar pada regio apeksnya untuk mencegah reinfeksi dari apeks. Perawatan ulang konvensional biasanya dipertimbangkan sebagai pilihan pertama dan bedah apeks merupakan pilihan terakhir sejauh akses dari koronal dapat dilakukan. Apabila tidak dapat dilakukan akses koronal maka akses dilakukan dari arah apeks melalui bedah endodontik.2 Metode perawatan ulang saluran akar konvensional dapat dilakukan dengan beberapa teknik antara lain dengan pemanasan, teknik mekanik dengan instrumen endodontik dan teknik kombinasi
Sari: Pengambilan gu a percha point menggunakan bahan pelarut minyak jeruk Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 88-94 © 2014
bahan pelarut dengan instrumen. Perawatan ulang saluran akar biasanya menggunakan bahan pelarut kloroform. Namun karena diketahui toksik dan berpotensi kariogenik maka dipakai bahan pelarut lain sebagai alternatif. Pada laporan kasus ini akan membahas mengenai pengambilan gutaperca menggunakan bahan pelarut minyak jeruk yang dikombinasi dengan instrument manual.3 Pada perawatan saluran akar dengan bahan pengisi gutaperca yang terkondensasi tidak baik pada saluran akar besar dapat dikeluarkan dengan mudah. Gutaperca yang terkondensasi baik, pengangkatan akan lebih sulit dan dibutuhkan teknik khusus untuk melunakkan gutaperca terlebih dahulu baik dengan pemanasan atau dengan bahan pelarut. Adapun teknik yang digunakan untuk mengangkat gutaperca adalah dengan bahan pelarut, teknik pemanasan, teknik dengan menggunakan instrumen yang dikombinasi dengan bahan pelarut.4-6 Pengangkatan gutapercadan sealer secara mekanis dengan instrumen lebih efektif dan lebih cepat bila dikombinasi dengan bahan pelarut. Selama ini kloroform yang digunakan sebagai bahan pelarut memiliki efek toksik, maka penggunaannya tidak boleh berlebihan. Setetes kecil diletakkan di saluran akar sudah cukup karena akan melunakkan hanya bagian ujung mahkota gutaperca yang akhirnya akan diangkat dengan instrument.3,7 Kloroform merupakan bahan pelarut yang paling populer digunakan karena kloroform dapat melarutkan bahan pengisi dengan cepat, tidak mahal dan mudah diperoleh. Kloroform mendapatkan kritikan sebagai bahan yang mempunyai potensi karsinogenik oleh US.Food and Drug Administration dan Japanese Ministry of Health and Welfare.8 Selain itu kloroform adalah bahan pelarut yang mudah menguap sehingga prosedur yang dilakukan tidak bersih karena masih ada sisa gutaperca pada dinding saluran akar dan kamar pulpa.7 Minyak jeruk merupakan suatu bahan digunakan untuk penambah rasa terhadap produk minuman, kosmetika dan sanitari. Komposisi minyak jeruk terdiri dari Limonen (94%), Mirsen (2%), Ilinalol (0,5%), Oktanol (0,5%), decanal (0,4%), Sitronelal (0,1%) Neral (0,1%), Geranial (0,1%), Valensen (0,05%), Sinnsial (0,01%), dan Sinesial (0,01%). Harga ekstrak minyak jeruk relatif mahal namun proses ekstraksi minyak jeruk dapat dikerjakan dengan metode sederhana dan menggunakan peralatan yang tidak mahal.9,10
89
Minyak Jeruk dapat diperoleh dari kulit luar jeruk manis sebagai agen pelarut sealer. Minyak ini diperoleh dengan merendam kulit jeruk dalam heksan dan didestilasi dengan tekanan rendah dalam pemanasan ganda. Minyak jeruk tidak memberikan efek berbahaya, kelarutan rendah dalam air, larut dalam alkohol, digunakan dalam farmasi untuk wewangian dan perasa, dan juga berefek ekspektoran. Dalam hal kemampuan melunakkan gutaperca, minyak jeruk memiliki kemampuan yang sama dengan Xylol.11 Untuk melunakkan gutaperca Xylol merupakan bahan terkuat diikuti dengan minyak jeruk, minyak kayu putih, halothene dan kloroform.12 Pada perawatan ulang saluran akar diperlukan instrumen untuk mengangkat gutaperca dan siler dari dalam saluran akar. Jenis-jenis instrumen yang dapat digunakan antara lain adalah headstroom hand files, gates glidden dan rotary file. Hedstroom file adalah instrumen manual yang sering digunakan untuk mengangkat gutaperca dan siler dari saluran akar. Mula-mula saluran akar yang sudah terisi diperiksa dengan reamer atau K-file. Hedstrom file yang sesuai dengan reamer atau K-file dimasukkan diantara gutaperca, diputar searah jarum jam dan bukan pada dinding dentinnya. Tekanan kearah apeks harus dihindari agar gutaperca tidak terdorong ke periapeks. Jika ada tahanan, file ditarik dan biasanya gutaperca dapat diangkat secara utuh. Jika hedstrom tertahan dan sulit untuk diangkat maka needle holder dapat digunakan untuk menjepit file kemudian dengan hati-hati file ditarik kearah mahkota.13 Gates glidden dapat digunakan di korona pada bagian saluran akar yang lurus dengan ukuran yang sesuai dan memiliki ujung bilah pemotong yang aman sehingga mengurangi risiko terjadinya perforasi. Penggunaan dilakukan dengan hatihati, karena bila terlalu cepat dapat masuk ke dalam saluran akar dan menyebabkan kerusakan pada dinding saluran akar. Kecepatan low speed yang sesuai adalah 1000-1500 rpm. Kombinasi gates glidden dengan hedstrom file lebih efektif bila dibandingkan dengan hanya menggunakan Profile atau Hedstrom saja.14 Rotary file merupakan instrumen putar yang terbuat dari bahan Ni-Ti yang mempunyai kecepatan 300-500 rpm. Di pasaran dikenal dengan merk dagang ProTaper finishing file, Flexmaster, K3, Micro Mega Hero 642, R-Endo, Race file dan Profile instrument penggunaan file putar akan memudahkan kerja
90
Sari: Pengambilan gu a percha point menggunakan bahan pelarut minyak jeruk Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 88-94 © 2014
operator dan mempersingkat waktu kerja. Profile diikuti dengan Hedstrom file dapat mempersingkat waktu dalam pengambilan gutaperca dibandingkan dengan hanya menggunakan Profile atau Hedstrom saja. 13Rotary file mempunyai kelemahan yaitu instrumen ini mudah fraktur. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yaitu terdapat 5 instrumen fraktur pada ProTaper dan 3 instrumen fraktur pada Flexmaster.15 Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan taper dengan ukuran lebih kecil dari saluran akar untuk mencegah terjadinya pengambilan dinding saluran akar yang berlebihan atau frakturnya instrumen.9
dari permukaan lingual yang disertai adanya diskolorisasi. Kedua gigi tersebut tidak peka terhadap tes vitalitas, namun peka terhadap perkusi. Pada pemeriksaan radiografik (Gambar 1) gigi terlihat sudah dilakukan perawatan endodontik. Pada gigi 31 tampak obturasi yang tidak mencapai apeks, ligamen periodonsium melebar, lamina dura terputus, dan adanya radiolusen berbatas tidak jelas dengan diameter 3 mm di periapeks. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan diagnosis gigi 31 abses apikalis kronis yang disebabkan kegagalan perawatan endodontik akibat obturasi saluran akar yang tidak adekuat.
KASUS
TATALAKSANA KASUS
Pasien wanita, usia 60 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut dengan keluhan pada gigi depan kiri bawah terasa tidak enak bila dipakai menggigit sejak sekitar 3 minggu yang lalu. Gigi tersebut sebelumnya pernah dirawat saluran akar di Puskesmas sekitar 5 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan klinis (Gambar 1) gigi 31 didapatkan adanya restorasi amalgam di bagian tengah
Kunjungan pertama dilakukan pembuangan tumpatan amalgam dan perbaikan akses (Gambar 2). Dinding kamar pulpa diambil dengan bur fisur berujung bulat untuk meratakan dan menghaluskan seluruh dinding kamar pulpa sampai terbentuk outline kavitas yang sesuai. Saluran akar diperbesar dengan Gates Glidden Drill (GGD) sampai sepanjang 2/3 saluran akar untuk reservoir
Gambar 1. Foto klinis dan radiografik gigi 31 sebelum perawatan.
Gambar 2. Foto klinis pembukaan akses gigi 31.
Gambar 3. Foto radiografik gigi 31 setelah pengambilan gutaperca perawatan sebelumnya dan pencapaian panjang kerja ideal.
Sari: Pengambilan gu a percha point menggunakan bahan pelarut minyak jeruk Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 88-94 © 2014
91
Gambar 6. Foto klinis gigi 31 sebelum dan setelah bleaching intra korona. Gambar 4. Foto klinis setelah preparasi saluran akar dan radiografik kon gutaperca utama gigi 31.
Gambar 7. Foto klinis sebelum dan setelah restorasi korona pasca perawatan endodon k dengan komposit pada kavitas akses gigi 31.
Gambar 5. Foto klinis dan radiografik gigi 31 setelah obturasi saluran akar.
bahan pelarut. Minyak jeruk diteteskan 1-2 tetes didalam kavitas dan didiamkan selama 1 menit. Pengambilan gutaperca menggunakan Hedstrom file dengan gerakan sirkumferensial. Kemudian saluran akar diirigasi dengan Natrium hipoklorit 2,5%. Kemudian dilakukan pengukuran panjang gigi dan didapat panjang kerja 20 mm dengan file awal #15 (Gambar 3). Kemudian dilakukan pembentukan glide path dengan K-file (DENTSPLY) sampai #20 yang dilanjutkan dengan preparasi saluran akar dengan ProTaper Hand Use sampai F3 (DENTSPLY). Selama prosedur cleaning dan shaping digunakan irigasi NaOCl 2,5%, EDTA 17% (MD-Cleanser, META BIOMED), dan klorheksidin 2% (Odontohex, ADM) dan dilakukan pengambilan foto rontgen master cone menggunakan guttap non iso F2 (Gambar 4). Setelah itu, kunjungan pertama diakhiri dengan pemberian medikamen kalsium hidroksida (Calcipex II, Nishika) ke dalam saluran akar dan ditumpat sementara. Pada kunjungan kedua dilakukan obturasi
Gambar 8. Foto radiografik gigi 31 setelah perawatan.
saluran akar menggunakan gutaperca non iso F3 dan siler resin (AH26, DENTSPLY) dengan teknik kompaksi vertikal (Gambar 5). Karena gigi mengalami diskolorasi (Gambar 6) maka sebelum prosedur restorasi dilakukan bleaching intra korona terlebih dahulu dengan gel Opalescence Endo (Ultradent) yang mengandung hidrogen peroksida 35% ke dalam kamar pulpa dan ditumpat sementara. Pada kunjungan ketiga sudah didapatkan warna gigi yang sama dengan gigi sebelahnya, dan bahan bleaching dibersihkan dari dalam kamar pulpa kemudian dilakukan penumpatan sementara. Pada kunjungan keempat
92
Sari: Pengambilan gu a percha point menggunakan bahan pelarut minyak jeruk Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 88-94 © 2014
dilakukan restorasi gigi dengan menggunakan resin komposit (Gambar 7) dan pengambilan foto rontgen setelah perawatan (Gambar 8)
PEMBAHASAN Penutupan saluran akar secara tiga dimensi memegang peranan penting dalam mencegah kebocoran antara saluran akar dan jaringan periapeks, sehingga mikroorganisme dan toksin bakteri tidak dapat mencapai jaringan periapeks.17,18 Kegagalan perawatan endodontik pada gigi 31 disebabkan karena obturasi saluran akar yang tidak adekuat (Gambar 1). Jika sisa dari bakteri yang mungkin tertinggal di dalam saluran akar tidak tertutup oleh obturasi yang adekuat atau terdapat kebocoran yang memungkinkan mikroorganisme baru dapat memasuki saluran akar yang sudah dibersihkan dan diobturasi, maka mikroorganisme tersebut atau toksinnya dapat mencapai jaringan periapeks. Sebagai reaksi pertahanan tubuh, banyak sel imun innate dan adaptif yang melepaskan berbagai mediator inflamasi, dan Mediator inflamasi tersebut akan mengubah fisiologi dari jaringan periapeks. Secara klinis, perubahan yang dapat dilihat dari pemeriksaan radiografik adalah pelebaran ruang ligamen periodonsium atau pembentukan lesi osteolitik apeks oleh karena resorpsi tulang.14 Perawatan ulang endodontik non bedah pada kasus ini dilakukan karena penyebab dari kegagalan sudah dapat diidentifikasi yaitu karena obturasi saluran akar yang tidak adekuat. Perbedaan perawatan endodontik primer dengan perawatan endodontik ulang yaitu kesulitan dalam mencapai bagian sepertiga apeks gigi. Pada perawatan ulang endodontik diperlukan pembukaan akses dan pengambilan seluruh material obturasi saluran akar yang ada, penanganan obstruksi saluran akar, dan hambatan untuk mencapai panjang kerja harus dapat diatasi. Apabila seluruh tahapan tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka prosedur cleaning dan shaping dapat dilakukan dengan baik pula, sehingga dapat dilakukan obturasi dengan adekuat.9 Perbaikan akses ditujukan untuk mempermudah pengambilan bahan pengisi. Akses dibuat terbuka lebar dan terlihat gutapercanya. Dinding kamar pulpa diambil dengan bur fisur berujung bulat untuk meratakan dan menghaluskan seluruh dinding kamar pulpa sampai terbentuk regangan kavitas yang sesuai agar memudahkan pengambilan
gutaperca dan agar jarum endodontik dapat masuk lurus sampai ke apeks tanpa hambatan. Perbaikan akses juga ditujukan untuk mempermudah irigasi dengan saluran akar berbentuk corong.9 Untuk pengambilan bahan pengisi, saluran akar diperbesar dengan GGD sampai sepanjang 2/3 saluran akar. Hal ini bertujuan untuk memudahkan gutaperca dapat dikeluarkan dari saluran akar dan sebagai reservoir bahan pelarut. Pengambilan gutaperca dilakukan dengan meneteskan 1-2 tetes minyak jeruk di dalam reservoir selama 1 menit dan didiamkan selama 1 menit untuk melunakkan gutaperca sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan dengan instrument hedstroom file no 20 dengan gerakan circumferensial. Lalu saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2.5%.9 Setelah pengambilan seluruh material obturasi saluran akar perawatan endodontik sebelumnya, dilanjutkan dengan melakukan negosiasi untuk mencapai panjang kerja ideal. Setelah berhasil mencapai panjang kerja ideal, dilakukan prosedur endodontik rutin sebagai penyelesaian dari penatalaksanaan perawatan ulang endodontik. Sebelum dilakukan preparasi saluran akar, dilakukan glide path dengan K-file sampai #20. Glide path dilakukan sebagai penjajakan untuk mengkonfirmasi jalur dari saluran akar dan untuk menyediakan jalan masuk yang halus bagi instrumen preparasi saluran akar untuk mencapai panjang kerja.19 Preparasi saluran akar dilakukan dengan menggunakan ProTaper Hand use sampai F3. Instrumen NiTi dipilih karena baik untuk menghasilkan taper yang lebih besar sehingga memudahkan dalam prosedur obturasi saluran akar. ProTaper menggunakan teknik crown-down. Teknik crown-down digunakan untuk mempreparasi bagian korona saluran akar terlebih dahulu yang kemudian diikuti dengan preparasi bagian apeks. Dengan melakukan flaring pada dua pertiga korona saluran akar terlebih dahulu, instrumen untuk bagian apeks dapat dengan leluasa masuk sepanjang kerja.19Selain itu, prosedur cleaning dan shaping yang dilakukan dengan teknik crown-down dapat memperkecil risiko terjadinya ekstrusi iritan ke jaringan periradikuler. Bahan irigasi yang digunakan adalah NaOCl 2,5%, EDTA 17%, dan klorheksidin 2%. NaOCl 2,5% digunakan sebagai bahan irigasi karena memiliki efek antimikroba dan telah digunakan secara luas. Konsentrasi NaOCl yang dapat digunakan sebagai
Sari: Pengambilan gu a percha point menggunakan bahan pelarut minyak jeruk Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 88-94 © 2014
bahan irigasi bervariasi antara 0,5-5,25%. Akan tetapi NaOCl tidak dapat membuang smear layer. Smear layer dapat menjadi tempat bakteri dan mencegah penetrasi bahan irigasi dan medikamen sehingga melindungi bakteri dari aksi antimikroba. Selain itu, smear layer dapat menurunkan kemampuan siler masuk ke dalam tubulus dentin saat obturasi saluran akar. Bahan irigasi yang mampu membuang smear layer adalah EDTA. Akan tetapi penggunaan NaOCl atau EDTA sebagai bahan irigasi tunggal kurang efektif dalam membuang debris organik dan anorganik. NaOCl efektif dalam membuang debris organik sedangkan EDTA efektif dalam membuang debris anorganik, sehingga digunakan kombinasi keduanya.20 E. faecalis banyak ditemukan pada kasus perawatan ulang endodontik. Oleh karena itu, pada kasus ini juga digunakan bahan irigasi klorheksidin 2%. Klorheksidin sudah banyak digunakan sebagai agen desinfeksi karena aktivitas antimikrobanya yang sangat baik. Klorheksidin 2% efektif dalam mengurangi atau mengeliminasi sepenuhnya E. faecalis dari saluran akar dan tubulus dentin. Penggunaan klorheksidin 2% yang dikombinasikan dengan NaOCl merupakan metode yang sangat efektif untuk mengeliminasi E. faecalis dari sistem saluran akar. 21 Medikamen yang digunakan adalah kalsium hidroksida. Bahan ini merupakan substansi basa kuat (pH 12,5), yang mempunyai keistimewaan menjadi ion kalsium (Ca2+) dan hidroksil (OH-). Ion kalsium akan memberikan efek terapeutik jaringan sekitar berupa stimulasi seluler, produksi sel, dan mineralisasi. Sedangkan ion hidroksil akan memberikan lingkungan basa sehingga diharapkan bakteri tidak dapat hidup, serta mampu menghancurkan membran sitoplasma, menekan aktivitas enzimatik, dan mengganggu metabolisme bakteri.22 Siler yang digunakan adalah siler berbasis resin karena bersifat adesif sehingga bisa didapatkan seal yang baik.12 Pada penelitan menunjukkan bahwa siler berbasis resin mempunyai efek antibakteri yang baik terhadap E. faecalis pada percobaan dengan difusi agar dan uji kontaklangsung. Siler berbasis resin efektif dalam membunuh E. faecalis di dalam tubulus dentin.10 Untuk restorasi akhir, pada gigi gigi 31 dilakukan restorasi komposit pada kavitas akses. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengangkatan gutaperca dan siler secara mekanis dengan instrumen lebih efektif
93
dan lebih cepat bila dikombinasi dengan bahan pelarut. Minyak jeruk dapat digunakan sebagai alternatif bahan pelarut pengganti kloroform pada perawatan ulang saluran akar.
DAFTAR PUSTAKA 1. Friedman S.Treatment outcome in endodontic. The Toronto Study, Phase I: Initial treatment. J Endod 2003; 29(12): 787-93. 2. Friedman S. Orthograd retreatment. In: Walton RE, Torabinejad M, editors. Principles and practice of endodontics.3rd ed. Philadelphia: WB Sauders Co; 2009; p. 346-56. 3. Johann JE, Martos J, Silveira LF, Pino FA. Use of organic solvent in endodontics: A Review: Clin Pesq Odontol2006; 2(5-6): 393-9. 4. Himel VT, McSpadden JT, Goods HE. Instruments, materials and devices. In: Cohen S, Burns RC, editors. Pathway of the pulp. 9th ed. St. Louis: Mosby; 2006.p. 265-71. 5. Wiene FS. Canal fi lling with semisolid material. In: Wiene FS, editor. Endodontic therapy. 5th ed. St. Louis: Mosby Year Book; 1996. p. 423-77. 6. Maggiore F. Microsealsystem and modified technique. Dent Clin Am2004;48: 217-64. 7. Carlos E, Maraisa G, Roberta A, Hilton JC, Rodrigo SC. Effectiveness of rotary and hand files in gutta-percha and sealer removal using chloroform or chlorhexidine gel. Braz Dent J2006;17:5-9. 8. Minyak Jeruk. Diunduh: http://opensource.jawatengah. go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=8 5&Itemid=43. Diakses tanggal 20 Maret 2008. 9. Magalhaes BS, Johan JE, Lund RG, Martos J, Del Pino FAB. Dissolving efficacy of some organic solvent on gutta-percha.Braz Dent J2007;21:303-7. 10. Kurniati T. Pengaruh lama kontak minyak kayu putih dan minyak jeruk terhadap kelunakan gutaperca. Tesis. Jakarta: FKG UI; 2008.h. 1-5. 11. Pecora JD, Spano JC, Barbin EL. In vitro study on the softening of gutta-percha cones in endodontic retreatment. Braz Dent J 1993; 4: 43-7. 12. Oyama KON, Sequera EL, Marcelo DS. In vitro study of effect of solvent on root canal retreatment. Braz Dent J2003;13: 208-11. 13. Gutmann JL. Dumsha TC, Lovdahl PE. Problem solving challenges in the revision of previous root canal procedures. In: Problem solving in endodontics. 4th ed. St. Louis, Mosby; 2006. p. 239-58. 14. Barathi G. An in vitro analysis of gutta percha removal using three different technique. Endodontology2002; 12: 41-5. 15. Lee SW, Tan ST, Aziz ZA. Is profile alone sufficient to remove gutta percha during endodontic re treatment. Annal Dent Univ Malay2005; 12: 1-8. 16. Schirrmeister JF, Wrbs KT, Meyer KM, Altenburger MJ, Hellwig E. Effectiveness of a hand file and three nickel titanium rotary instruments for removing gutta percha in curve root canals during retreatment. Oral Surg Oral
94
Sari: Pengambilan gu a percha point menggunakan bahan pelarut minyak jeruk Jurnal PDGI 63 (3) Hal. 88-94 © 2014
med Oral Pathol Oral Radiol Endod2006; 101:542-7. 17. Pereira AC, Nishiyama CK, Pi nto LdC. Singlecone obt uration tech nique: a literat ure review. RSBO2012;9(4):442-7. 18. Shahrami F, Zarei M, Ahmadzadeh S, Ehsani M, Jafarzadeh H. Sealing ability of a new thermoplasticized obturation technique: a fluid filtration evaluation. Indian Journal of Dental Education2010;3(2):99-103. 19. Peters OA, Peters CI. Cleaning and shaping of the root canal system. In: Hargreaves KM, Cohen S, Berman LH, editors. Pathways of the pulp. 10thed. St. Louis: Mosby
Elsevier; 2011. p. 283-348. 20. Kandaswamy D, Venkateshbabu N. Root canal irrigants. Journal of Conservative Dentistry 2010;13(4):256-64. 21. St uart CH, Schwartz SA, Beeson TJ, Owatz CB. Enterococcus faecalis: its role in root canal treatment failure and current concepts in retreatment. Journal of Endodontic2006;32(2):93-8. 22. Lin J. Intracanal medicaments revisited. New Zealand Endodontic Journal2006;34:4-15.