Pengamatan dan Pemetaan Permukaan Bumi Dengan Teknologi Penginderaan Jauh
Ketut Wikantika Departemen Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB)
KERANGKA PEMBAHASAN 1. Pendahuluan 2. Sejarah Penginderaan Jauh 3. Prinsip Dasar Penginderaan Jauh 4. Sensor 5. Gelombang Mikro 6. Interpretasi Citra dan Analisis 7. Aplikasi Penginderaan Jauh
1. PENDAHULUAN
Saat kini, inventarisasi sumberdaya alam, pengamatan dan pemetaan permukaan bumi, monitoring perubahan lingkungan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Salah satu teknologi geoinformasi yang memberikan informasi karakteristik suatu obyek. Peningkatan kualitas dan pengembangan sumberdaya manusia dan improvisasi teknologi penginderaan jauh. Implementasi, aplikasi dan inovasi.
2. SEJARAH PENGINDERAAN JAUH Tahun 1860 pemotretan dengan sukses dilakukan dari CAPTIVE BALLOONS, militer pertama kali menggunakan foto udara ketika perang Sipil Amerika. Tahun 1900 teknologi fotografi berkembang dengan ditemukannya kamera lebih kecil, lensa lebih cepat dan film. 1909 Wilbur Wright is credited with taking the first photographs from an airplane. Tahun 1918 dapat diproduksi foto udara sebanyak 56,000 prints dalam waktu 4 hari. Tahun 1920 misi foto udara dengan “ amphibious bushplane” di Kanada. Tahun 1939 Jerman menunjukkan betapa pentingnya interpretasi foto. Sesudah perang dunia ke-2, teknik-teknik interpretasi foto udara dikembangkan lebih luas lagi untuk keperluan sipil. Pemetaan topografi, geologi dan pemetaan untuk rekayasa secara terus menerus dilakukan sampai saat kini menggunakan foto udara. Tahun 1970 teknologi radar mulai digunakan untuk keperluan sipil. Teknik infrared dikembangkan selama perang untuk mengidentifikasi kamuflase fasilitas militer. Satelit non-militer pertama yang didisain untuk mengumpulkan informasi tentang bumi diluncurkan, diberinama ERTS-1, kemudian berubah menjadi Landsat. Beberapa sensor berwahana satelit diluncurkan untuk keperluan komunitas internasional seperti, SPOT, NOAA-AVHRR, ERS-1, JERS-1, IKONOS, Quickbird dll.
3. PRINSIP DASAR PENGINDERAAN JAUH Apa penginderaan jauh ? : “Penginderaan jauh adalah ilmu dan teknologi pengumpulan informasi tentang permukaan bumi tanpa melakukan kontak langsung dengan obyek bersangkutan “. Hal ini dilakukan dengan penginderaan dan perekaman enerji pantul dan pancaran obyek, pemrosesan, analisis dan pengaplikasian informasi tersebut.
D
A
H
E B
B
G F
C (A) Sumber enerji atau iluminasi (B) Radiasi dan atmosfer (C) Interaksi dengan obyek (D) Perekaman enerji oleh sensor
(E) Transmisi, penerimaan dan pengolahan (F) Stasiun bumi dan penyimpanan data (G) Interpretasi dan analisis (H) Aplikasi
3.1. RADIASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Radiasi elektromagnetik terdiri dari medan listrik (E) yang bervariasi dalam magnitud yang arahnya tegak lurus dengan medan magnet (M). Kedua medan menjalar pada kecepatan cahaya (c). 1.
2. 3.
Dua karakteristik radiasi elektromagnetik secara khusus penting untuk dimengerti kaitannya dengan penginderaan jauh yaitu panjang gelombang dan frekuensi. c = λ.ν Lebih pendek panjang-gelombang maka frekuensi semakin tinggi begitu sebaliknya.
Memahami karakteristik radiasi elektromagnetik dalam terminologi panjang gelombang dan frekuensinya adalah sangat penting karena berkaitan erat dengan informasi yang akan diekstrak dari data penginderaan jauh.
3.2. SPEKTRUM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
•Violet: 0.4 - 0.446 µm •Blue: 0.446 - 0.500 µm •Green: 0.500 - 0.578 µm •Yellow: 0.578 - 0.592 µm •Orange: 0.592 - 0.620 µm •Red: 0.620 - 0.7 µm
Spektrum gelombang elektromagnetik mempunyai rentang dari panjang-gelombang lebih pendek (termasuk gamma dan sinar-X) sampai panjang-gelombang lebih panjang (termasuk gelombang mikro dan radio). Panjang-gelombang cahaya tampak (visible) mencakup rentang dari 0.4 to 0.7 µm. Cahaya tampak yang paling panjang adalah merah sedangkan terpendek adalah violet. Spektrum selanjutnya adalah infra-red yang mencakup panjang gelombang dari 0.7 µm sampai 100 µm, yang mana dipakai untuk aplikasi penginderaan jauh dan mempunyai kemiripan proses radiasi dengan spektrum cahaya tampak. Sedangkan spektrum gelombang elektromagnetik yang akhir-akhir ini banyak digunakan adalah pada rentang gelombang mikro dari 1 µm sampai 1 m.
3.3. INTERAKSI DENGAN ATMOSFER Sebelum radiasi mencapai permukaan bumi, di atmosfer radiasi mengalami ‘gangguan’ atau berinteraksi dengan keadaan atmosfer. Partikel dan gas-gas di atmosfer dapat mempengaruhi proses radiasi. Efek ini disebabkan oleh mekanisme scattering dan absorption. Scattering terjadi ketika partikel atau gas molekul berukuran besar terdapat pada atmosfer yang berinteraksi dengannya dan menyebabkan radiasi elektromagnetik dihamburkan. Absorption merupakan mekanisme lainnya yang terjadi saat radiasi elektromagnetik berinteraksi dengan atmosfer. Tidak seperti pada scattering, fenomena ini menyebabkan molekulmolekul pada atmosfer menyerap enerji pada panjang gelombang yang bervariasi. Ozone, carbon dioxide, dan water vapour adalah tiga jenis utama material yang menyerap radiasi.
3.4. INTERAKSI RADIASI DAN TARGET (OBYEK) D
A
H
E B
B
G F
C Absorption (A) terjadi ketika radiasi (enerji) diserap kedalam target dimana transmission (T) terjadi ketika target meneruskan radiasi. Sedangkan Reflection (R) terjadi ketika radiasi dipantulkan oleh target.
3.5. JENIS REFLEKTANSI
SPECULAR REFLECTION
DIFFUSE REFLECTION
Jika permukaan halus maka karakteristik permukaan tersebut adalah seperti cermin dimana hampir semua enerji dipantulkan dengan arah yang sama (specular reflection). Sedangkan ‘diffuse reflection’ terjadi jika permukaan kasar dimana enerji dipantulkan secara merata ke semua arah. Hampir semua permukaan bumi mempunyai karakteristik antara ‘perfectly specular’ atau ‘perfectly diffuse’ reflectors. Apakah target tertentu memantulkan secara specular maupun diffuse tergantung pada sifat permukaan itu sendiri (surface roughness) dan perbandingannya dengan panjang gelombang radiasi datang. Jika panjang gelombang jauh lebih kecil/pendek daripada variasi permukaan atau ukuran partikel pembentuk permukaan tersebut maka pantulan diffuse yang akan dominan. Sebagai contoh, ‘fine-grained sand’ akan tampak agak halus pada gelombang mikro, tetapi agak kasar pada gelombang cahaya tampak.
3.6. POLA RESPON SPEKTRAL Dengan pengukuran enerji yang dipantulkan atau dipancarkan oleh target di permukaan bumi maka dapat dibuat respon spektral target tersebut. Dengan membandingkan pola respon dari beberapa target berbeda maka dapat diidentifikasi karakteristik masing-masing target. Sebagai contoh, air dan vegetasi (tumbuhtumbuhan) kemungkinan mempunyai sifat pantulan yang mirip pada rentang cahaya tampak tetapi akan sangat berbeda pada rentang gelombang infra-red. Respon spektral bisa bervariasi bahkan pada target yang sama, waktu dan lokasi. Untuk itu perlu mengetahui dan memahami karakteristik spektral suatu target sehingga dapat melakukan koreksi-koreksi terhadapnya.
3.7. KARAKTERISTIK CITRA (I) 1. 2.
3. 4.
Enerji elektromagnetik dapat dideteksi secara fotografis maupun elektronis. Proses fotografis menggunakan reaksi-reaksi kimia pada permukaan film untuk mendeteksi dan merekam variasi enerji. Adalah hal penting untuk membedakan antara citra dan foto dalam penginderaan jauh. Citra mengacu kepada representasi segala ‘pictorial’ tanpa memperhatikan alat atau gelombang elektromagnetik inderaja yang dipakai untuk mendeteksi dan merekam enerji elektromagnetik. Sedangkan foto mengacu secara khusus kepada citra yang mendeteksi dan merekam pada film fotografi. Foto hitam-putih dibawah diambil pada spektrum cahaya tampak (kiri) dan berwarna (kanan). Berdasarkan definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa foto adalah citra tetapi bukan berarti semua citra adalah foto.
3.8. KARAKTERISTIK CITRA (II) Foto dapat dipresentasikan dan disajikan dalam format dijital dengan cara membagibaginya menjadi bagian kecil yang disebut dengan piksel (picture-element). Piksel ini merepresentasikan nilai kecerahan target/obyek dalam bentuk angka numerik atau DN (digital number). Mata dapat melihat warna karena mata dapat mendeteksi cahaya tampak kemudian diproses lebih lanjut oleh otak. Bisa dibayangkan jika mata hanya dapat mendeteksi hanya sebagian kecil gelombang cahaya tampak ?
Informasi dari rentang panjang gelombang yang berdekatan disimpan dalam bentuk channel/band. Kita dapat melakukan kombinasi penyajian dengan menggunakan panjang gelombang/band yang berbeda secara dijital. Kombinasi warna primer misal biru, hijau dan merah.
4. S E N S O R D
A
H
E B
B
G F
C
4.1. KARAKTERISTIK ORBIT SATELIT
36,000 km
Orbit geostasioner : Satelit cuaca dan komunikasi Near-polar orbits
Ascending-descending
Garis edar yang diikuti oleh satelit disebut dengan orbit. Satelit mengorbit sesuai dengan kemampuan dan tujuan sensor yang dibawa. Pemilihan orbit dapat bervariasi dalam terminologi ketinggian, yaitu ketinggian di atas permukaan bumi, arah dan rotasi yang relatif terhadap bumi. Satelit dengan orbit yang sangat tinggi, yang mana dapat mencakup porsi yang sama untuk permukaan bumi pada saat kapanpun, maka dikatakan satelit ini mempunyai orbit geostasioner. Satelit geostasioner mempunyai ketinggian hampir 36.000 km dengan kecepatan rotasi yang hampir sama dengan kecepatan rotasi bumi sehingga tampak satelit seperti diam (stationary) terhadap permukaan bumi. Banyak wahana satelit yang didisain mengikuti orbit utara-selatan bersamaan dengan rotasi bumi (barat-timur) sehingga dapat mencakup hampir seluruh permukaan bumi dalam waktu tertentu. Orbit ini dinamakan orbit polar.
4.2. LUAS SAPUAN (SWATH) DAN RESOLUSI Satelit yang mengitari bumi akan dapat ‘melihat’ bagian tertentu dari permukaan bumi. Daerah yang dapat direkam oleh sensor tersebut didefinisikan sebagai luas sapuan (swath). Luas sapuan untuk sensor berwahana satelit pada umumnya berkisar antara puluhan sampai ratusan kilometer. Detail/informasi yang terlihat pada citra tergantung pada resolusi spasial sensor yang mengacu pada ukuran terkecil kemungkinan obyek/target terdeteksi oleh sensor tersebut. Untuk sensor pasif, resolusi spasial tergantung pada IFOV. Daerah ini pada permukaan tanah disebut dengan sel resolusi dan menentukan resolusi spasial maksimum dari sensor. Citra dimana hanya target/obyek besar saja yang yang tampak dikatakan mempunyai resolusi spasial rendah. Dalam citra dengan resolusi spasial tinggi maka obyek/target kecil-pun dapat dideteksi. Sebagai contoh sensor untuk keperluan militer, didisain untuk ‘memandang’ sebanyak mungkin detail yang ada sehingga mempunyai resolusi yang sangat tinggi. Satelit komersial memberikan resolusi spasial dari sub-meter sampai kilometer.
4.3. SATELIT CUACA Monitoring dan peramalan cuaca merupakan salah satu aplikasi penginderaan jauh pertama untuk masyarakat sipil, yaitu TIROS-1 (Television and Infrared Observation Satellite - 1), yang diluncurkan tahun 1960 oleh Amerika. Beberapa satelit cuaca kemudian diluncurkan kembali pada orbit near polar agar bisa memberikan cakupan dan repetisi untuk keperluan cuaca bersifat global. Tahun 1966 NASA (the U.S. National Aeronautics and Space Administration) meluncurkan satelit geostasioner yaitu ATS-1 (Applications Technology Satellite (ATS-1) yang dapat memberikan citra permukaan bumi dan cakupan awan setiap setengah jam. Seri lanjut dari satelit ATS adalah GOES (Geostationary Operational Environmental Satellite) yang didisain oleh NASA untuk NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) yang memberikan pelayanan cuaca skala nasional dengan sistem pencitraan skala kecil untuk deteksi permukaan bumi dan cakupan awan. AVHRR merupakan sensor yang mempunyai resolusi spasial yang lebih rendah dibanding sensor pengamat bumi lainnya tetapi secara ekstensif digunakan untuk monitoring area dengan skala kecil termasuk suhu permukaan laut, karakteristik vegetasi dan kondisi area pertanian.
4.4. SATELIT OBSERVASI LAHAN Didorong oleh keberhasilan satelit meteorologi pada era 1960-an termasuk perekaman citranya, maka kemudian didisain satelit pertama yang secara khusus memonitor keadaan permukaan bumi, yaitu ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite). ERTS kemudian berubah nama menjadi Landsat yang didisain untuk pengumpulan data tentang permukaan bumi secara multispektral. Landsat berhasil karena beberapa faktor termasuk kombinasi sensor dengan band-band dan mempunyai cakupan area yang cukup luas serta repetisi perekaman yang relatif tidak terlalu lama. SPOT (Systeme Pour l’Observation de la Terre) merupakan seri satelit observasi bumi yang didisain dan diluncurkan oleh CNES (Centre National d’Etudes Spatiales), Perancis, dan didukung oleh Swedia dan Belgia. SPOT-1 diluncurkan tahun 1986. Semua orbit satelit SPOT adalah near polar dengan ketinggian 830 km di atas permukaan bumi yang berulang merekam obyek yang sama pada setiap 26 hari.
4.5. SATELIT OBSERVASI LAUT Satelit Nimbus-7 diluncurkan pada tahun 1978 membawa sensor Coastal Zone Colour Scanner (CZCS), secara khusus memonitor laut dan air permukaan. Tujuan utama sensor ini adalah mengamati warna laut dan suhu, khususnya di wilayah pesisir dengan resolusi spasial dan spektral yang cukup bagus untuk mendeteksi polutan di atas muka laut dan menentukan karakteristik materialnya. Ketinggian orbit satelit Nimbus adalah 955 km di atas permukaan bumi. Satelit pengamat laut pertama, Marine Observation Satellite (MOS-1) diluncurkan oleh Jepang pada February, 1987 kemudian diikuti oleh generasi selanjutnya yaitu MOS-1b, pada February, 1990. Satelit ini membawa tiga jenis sensor berbeda yaitu : 4 band Multispectral Electronic Self-Scanning Radiometer (MESSR), 4 band Visible and Thermal Infrared Radiometer (VTIR), dan 2 band Microwave Scanning Radiometer (MSR). SeaWiFS (Sea-viewing Wide-Field-of View Sensor) ditempatkan pada pesawat ruang angkasa SeaStar yang mempunyai sensor lanjut yang didisain untuk monitoring keadaan laut. Sensor ini terdiri dari 8 band yang saling berdekatan yang secara khusus mendeteksi dan memonitor fenomena laut termasuk produksi primer laut, proses phytoplankton dan pengaruh laut terhadap proses iklim dan memonitor siklus karbon, sulfur dan nitrogen. Ketinggian orbitnya adalah 705 km.
4.6. PENERIMAAN, TRANSMISI DAN PENGOLAHAN DATA Data yang diperoleh dari satelit dikirim ke bumi secara elektronis dan satelit akan melanjutkan perekaman data selama operasinya. Pada dasarnya apa yang dilakukan satelit dalam merekam data kemudia mengirimkannya ke bumi dapat diterapkan pada wahana pesawat terbang. Ada tiga pilihan utama untuk mengirimkan data yang dikumpulkan oleh satelit ke permukaan bumi. Data dapat secara langsung dikirim ke bumi jika stasiun bumi berada pada ‘garis pandang’ satelit (A). Jika tidak, maka data dapat direkam terlebih dahulu oleh satelit, dan beberapa waktu kemudian dikirim ke stasiun bumi. Atau data dapat direlay dengan Tracking and Data Relay Satellite System (TDRSS) (C), yang terdiri dari seri satelit komunikasi yang selanjutnya dikirim ke stasiun bumi yang dapat menerimanya.
5. PENGINDERAAN JAUH GELOMBANG MIKRO Penginderaan jauh gelombang mikro bersifat aktif dan pasif. Seperti dijelaskan sebelumnya bagian gelombang mikro dari rentang spektrum gelombang elektromagnetik adalah berkisar dari 1cm sampai 1m. Karena karakteristik panjang gelombangnya dan dibandingkan dengan cahaya tampak dan infrared, maka gelombang mikro mempunyai karakteristik spesifik yang bermanfaat bagi penginderaan jauh. Radiasi gelombang mikro yang lebih panjang dapat menembus awan, kabut, debu dan hujan lebat. Sifat ini bermanfaat dalam mendeteksi fenomena pada kondisi cuaca buruk dan pada saat kapanpun.
aktif
Enerji gelombang mikro yang direkam oleh sensor pasif dapat dipancarkan/dihamburkan oleh atmosfer (1), dipantulkan dari permukaan (2), dipancarkan dari permukaan (3), atau ditransmisi dari bawah permukaan tanah (4). Karena gelombang ini mempunyai panjang gelombang yang terlalu panjang maka enerji yang diterima kecil jika dibandingkan dengan panjang gelombang optik.
pasif
Sensor aktif mempunyai sumber enerji sendiri melalui radiasi gelombang mikro untuk mengiluminasi target/obyek. Sensor gelombang mikro aktif biasanya dibagi menjadi 2 yaitu : RADAR dan non-imaging.
5.1. SISTEM RADAR BERWAHANA PESAWAT DAN SATELIT Convair-580 C/X SAR (CANADA)
SEASAT(USA) ERS-1(EUROPE)
Sea Ice and Terrain Assessment (STAR) (CANADA) RADARSAT(CANADA)
AirSAR (USA) JERS-1(JAPAN)
6. INTERPRETASI DAN ANALISIS CITRA D
A
H
E B
B
G F
C
analog
digital
Interpretasi dan analisis citra inderaja meliputi identifikasi dan atau pengukuran bermacammacam obyek agar dapat mengekstrak informasi yang bermanfaat tentang obyek tersebut.
Pada umumnya interpretasi dan identifikasi obyek pada citra inderaja dapat dilakukan secara manual/visual (dengan indera mata). Dalam banyak kasus ini dilakukan menggunakan citra yang disajikan dalam bentuk pictorial maupun format foto yang tidak tergantung pada tipe sensor dan bagaimana data dikumpulkan. Dalam kasus ini dikatakan bahwa data mempunyai format analog. Citra inderaja dapat dipresentasikan dengan komputer sebagai kumpulan piksel dimana setiap piksel berkorespondensi dengan angka dijital (digital number) yang menyatakan tingkat kecerahan piksel tersebut pada citra. Oleh sebab itu dikatakan data tersimpan dalam bentuk dijital. Interpretasi visual mungkin dapat dilakukan dengan sajian dijital pada layar komputer. Analog dan dijital dapat ditampilkan dalam hitam-putih (monokrom) atau berwarna yang merupakan kombinasi beberapa spektral (band).
6.1. INTERPRETASI VISUAL Pengenalan target/obyek merupakan kunci untuk melakukan interpretasi dan ekstraksi informasi. Pengamatan perbedaan-perbedaan antara target/obyek dan latar belakangnya meliputi perbandingan target berbeda berdasarkan beberapa atau semua elemen-elemen visual seperti derajat keabuan (tone), bentuk (shape), ukuran (size), pola (pattern), tekstur (texture), bayangan (shadow) dan asosiasi (association). Interpretasi visual menggunakan elemen-elemen ini yang sering berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara sadar atau tidak.
SHAPE
TONE
TEXTURE
SIZE
SHADOW
PATTERN
ASSOCIATION
6.2. PENGOLAHAN CITRA DIJITAL Sekarang dengan perkembangan teknologi komputer maka hampir semua data inderaja disimpan dalam bentuk dijital sehingga secara ‘virtual’ semua proses interpretasi dan analisa citra melingkupi beberapa elemen pengolahan dijital. Pengolahan citra dijital meliputi beberapa prosedur termasuk memformat dan mengkoreksi data, perbaikan secara dijital untuk memfasilitasi interpretasi visual lebih baik bahkan mengklasifikasi seluruh obyek secara otomatis dengan komputer. Agar supaya dapat mengolah citra inderaja secara dijital maka data harus disimpan dalam bentuk dijital. Video, tape Floppy disk, Magnetic optical disk (MO)
CD-ROM DVD
Pengolahan citra dijital : 1. Preprocessing 2. Image Enhancement 3. Image Transformation 4. Image Classification and Analysis
computer
Image Enhancement
Image Transformation
Image Classification and Analysis
6.3. INTEGRASI DATA DAN ANALISIS
Multi Multi temporal resolusi
Multi sensor
Data baru
Multi data
Integrasi data pada prinsipnya meliputi kombinasi atau penggabungan data dari beberapa sumber untuk dapat mengekstrak informasi lebih banyak dan lebih baik. Hal ini terkait dengan data yang bersifat multitemporal, multiresolusi, multisensor dan multi-tipedata. Data yang direkam dengan waktu perekaman yang berbeda dan selanjutnya diintegrasi pada umumnya digunakan untuk melakukan analisis perubahan yang terjadi pada daerah yang diteliti.
Deteksi perubahan secara multitemporal dapat dilakukan misalnya dengan perbandingan hasil klasifikasi. Penggabungan data yang mempunyai resolusi spasial berbeda dapat memberikan citra dengan tampilan yang lebih baik dan dapat membedakan obyek yang satu dengan lainnya lebih jelas dibanding hanya menggunakan satu jenis citra saja (Image fusion). SPOT
OPTIK DAN RADAR
3-D
7. APLIKASI : Meteorologi, Oseanografi dan Iklim (1) Prediksi karakteristik gelombang pada operasi rekayasa lepas pantai KECEPATAN GELOMBANG
TINGGI GELOMBANG
Meteorologi, Oseanografi dan Iklim (2)
Monitoring wilayah pesisir
Temperatur permukaan air laut
Meteorologi, Oseanografi dan Iklim (3) Monitoring lingkungan delta
Meteorologi, Oseanografi dan Iklim (4) KEBAKARAN HUTAN
KEBAKARAN HUTAN GLOBAL 1999-2000 1999 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
GEOLOGI Pemetaan Geomorfologi dan Geologi
MITIGASI BENCANA Monitoring kebakaran hutan dan area terbakar
SEBELUM
SESUDAH
KLASIFIKASI CITRA AREA TERBAKAR
WARNA KUNING: HOT SPOT
SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT DIPERBAHARUI DAN LINGKUNGAN (1) Inventarisasi Hutan Tropik
Penggundulan hutan
SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT DIPERBAHARUI DAN LINGKUNGAN (2) Prediksi daerah tangkapan ikan
SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT DIPERBAHARUI DAN LINGKUNGAN (3) Analisis Perubahan Tata Guna Lahan Wilayah Pesisir
1984
1989
Analisis Tata Guna Lahan
SUMBER DAYA ALAM YANG DAPAT DIPERBAHARUI DAN LINGKUNGAN (4) Pemetaan Lahan Sayur Mayur
90 80
potato
70 Spectral reflectance (%)
cabbage 60
tomato long chili
50
tea fallow land
40 30 20 10 400
425
450
475
500
525
550
575
600
625
Wavelength (nm )
IKONOS satellite image
A
B
650
675
700
750
850
950 1050
PERENCANAAN DAN INFRASTRUKTUR (1) PETA PARIWISATA
PERENCANAAN DAN INFRASTRUKTUR (2) TATA GUNA LAHAN
PERENCANAAN DAN INFRASTRUKTUR (3) PEMETAAN KADASTER
Launched on : September 24, 1999 Altitude : 681 km Res. : 1m (PAN), 4m (Multi)
Washington D.C., USA First image of IKONOS
CITRA QUICKBIRD : 60 CM !