Pengalaman Ruang Melalui Persepsi Visual Terhadap Psychedelic Art
Febrian Anugrah Wicaksono, Dita Trisnawan
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
E-mail:
[email protected]
Abstrak Eksplorasi dalam menghadirkan pengalaman ruang di dunia arsitektur semakin beragam, termasuk penggunaan elemen seni rupa untuk membentuk pengalaman yang tercipta dari ruang visual dua dimensi. Begitu pula psychedelic art, salah satu outsider art yang berkembang dari pengalaman distorted reality dibawah pengaruh halusinogen, merupakan lini seni rupa yang berpotensi munculkan pengalaman unik dalam keruangan. Penulisan ini mencari tahu sejauh apa psychedelic art memunculkan pengalaman ruang berdasarkan indra penglihatan. Membandingkan ruang visual psychedelic art dan ilustrasi realis yang ditampilkan pada responden terkait teori pengalaman ruang, persepsi visual, juga teori mengenai estetika. Diketahui bahwa psychedelic art berpotensi memberikan pengalaman ruang unik dengan mempengaruhi cara kerja mata terkait nilai psikis tiap individu. Psychedelic art berpotensi memunculkan pengalaman ruang yang lebih dalam. Kata kunci : psychedelic art, distorted reality, pengalaman ruang visual, persepsi visual, negative aesthetic .
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
2
Spatial Experience Through the Visual Perception Towards Psychedelic Art
Abstract Exploration of bringing out spatial experience in the architecture discipline is becoming more variant, including the use of artistic elements in producing the two dimensional visual space experience. This applies to psychedelic art as well, one of the outsider art that develops from the experience of distorted reality under the influence of hallucinogen, which is an art style that has the potential of bringing up a unique spatial experience. This writing focuses on finding out the extent of effects of psychedelic art on spatial experience based on visual sense. Comparing visual space of psychedelic art and realist illustration displayed to the respondent related to the theory of spatial experience, visual perception, and also aesthetics. It is known that psychedelic art has the potential of bringing out unique spatial experience by affecting the performance of the eye related to the psychological aspects of each person. Psychedelic art has the potential to give a deeper spatial experience Keywords : psychedelic art, distorted reality, visual spatial experience, visual perception, negative aesthetic
Pendahuluan
Arsitektur merupakan ilmu perpaduan antara teknik dengan seni, di sisi lain dapat didefinisikan bahwa arsitektur ialah seni dalam merancang bangunan. Arsitektur dan seni saling berkaitan erat, ada kalanya arsitektur membantu seni dengan menjadi sarana, media, hingga bentuk aplikasi dari perkembangan seni itu sendiri. Seni juga berperan besar dalam perkembangan arsitektur, terlihat jelas bagaimana arsitektur turut mengaplikasikan elemen seni rupa misal menjadi unsur pembentuk fasad, baik penghias lain maupun pembentuk elemen kualitas ruang bahkan ambience. Tidak dapat dipungkiri bahwa arsitektur merupakan ilmu yang menjadikan manusia sebagai subjeknya. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda, begitu pula tiap ruang yang dirancang, bisa jadi memunculkan pengalaman yang
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
3
berbeda pula. Bagi perancang dan seniman, setiap karya yang dihasilkan, meskipun berangkat dari ide yang sama, tidak akan menghasilkan sebuah karya akhir yang identik, mengingat proses ide menjadi karya secara tidak langsung melibatkan pemikiran, kesadaran, dan naluri dari tiap seniman. Tingkat kesadaran memberi pengaruh besar terhadap proses berpikir, baik itu merupakan conciousness, preconciousness, ataupun unconciousness. Bukan hanya pada alam sadar saja seorang seniman mendapatkan sumber kreativitasnya, pada alam bawah sadar pun bisa menjadi sumber dari proses kreatif. Seperti psychedelic art yang berkembang seiring dengan perkembangan gerakan hippies tahun 1960 awal. Para seniman di masa itu mencoba menghadirkan kembali apa yang mereka rasakan ketika dalam pengaruh obat-obatan. Muncullah karya yang pada akhirnya akan disebut psychedelic art. Dalam arsitektur, terdapat nilai-nilai penting yang tidak bisa terlepaskan, salah satunya merupakan nilai estetika. Nilai estetika tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif namun dapat memunculkan pengalaman tersendiri dalam ruang. Namun apakah nilai estetika dalam ruang telah dapat berfungsi sesuai dengan apa yang diinginkan perancang, dan apakah penghuni ruang merasakan pengalaman yang ingin dimunculkan perancang dalam ruang tersebut. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengalaman ruang
visual
pada
pengguna
obat-obatan,
dimana
hal
tersebut
dapat
direpresentasikan menjadi bentuk-bentuk dalam psychedelic art, dan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan oleh psychedelic art dari segi pengalaman ruang visual, dan ambience terhadap pengguna ruang dengan kondisi dan kegiatan yang berbeda-beda. Terdapat beberapa pertanyaan-pertanyaan yang menjadi pemicu pembahasan dalam skripsi ini. Pengalaman ruang visual seperti apa yang terjadi pada pengguna obat-obatan halusinogen yang kemudian menjadi landasan dalam menciptakan karya psychedelic art? Bagaimana pengalaman ruang terkait distorted reality yang dirasakan manusia dalam ruang visual bertema psychedelic art? Pengalaman ruang seperti apa yang disebabkan oleh psychedelic art, dan apa pengaruhnya terhadap persepsi serta nilai estetika yang dirasakan manusia?.
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
4
Tinjauan Teoritis
Ruang dan Pengalaman Ruang Space berasal dari serapan bahasa latin, spatium, yang secara harafiah berarti “terbuka lebar”, dimana berarti terdapat sesuatu yang terbuka dan dapat diisi oleh sesuatu yang lain, dengan kata lain, ibarat sebuah kertas polos yang memiliki kemungkinan kemungkinan untuk diisikan kegiatan dan penggunanya. Yi Fu Tuan (1977) menagatakan bahwa terdapat dua cara untuk merasakan sebuah ruang, yaitu secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam mengalami persepsi ruang, indera-indera manusia tentunya sangat berperan sebagai penerima rangsang dan sensasi lingkungan sekitar ataupun sensasi dari ruang tersebut. Rangsang dan sensasi tersebut masuk melalui indera kemudian diolah sebagai sebuah informasi yang kemudian diseleksi berdasarkan nilai-nilai yang dianggap sesuai dengan apa yang dirasakan dari ruang tersebut, lalu diinterpretasikan lebih lanjut untuk melengkapi informasi-informasi yang masih bersifat buram dan tidak jelas.
Proses melengkapi informasi tersebut
adalah dengan melalui imajinasi, juga penalaran pribadi yang disesuaikan dengan logika dan pengalaman, sehingga dari situ bisa terjalin sebuah informasi yang utuh serta dianggap telah memiliki makna. Hal tersebutlah yang dianggap sebagai sebuah persepsi, dimana juga berarti sebuah proses membentuk arti. Persepsi Visual “awareness of the elements of environment through physical sensation” (http://merriam-webster.com, diakses pada 14 Mei 2013, 12.21) Berdasarkan hal diatas, dapat dikatakan bahwa sebuah persepsi merupakan proses pengolahan dam penerimaan informasi dari sekitar berdasarkan pengalaman sadar mengenai hubungan sebuah objek dengan objek yang lainnya. Dengan begitu, persepsi visual merupakan proses pengolahan informasi berdasarkan rangsang dan sensasi yang diterima oleh indera penglihatan.
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
5
Robert L. Solso (1999) dalam bukunya yang berjudul Cognition and the Visual, menjabarkan tentang batas indera penglihatan manusia dimana ia bisa merasakan ruang visual. Mata manusia tentunya memiliki kemampuan melihat yang terbatas, luas maksimal area pandang manusia adalah 180o secara horizontal, 90o ke arah kanan dan 90o ke arah kiri, sementara dari arah vertikal, kemampuan mata manusia ialah 130o, dengan 65o ke atas dan 65o ke bawah, akan diperlukan gerakan bola mata ataupun gerakan kepala untuk melihat sebuah objek yang diluar area pandang tersebut. Namun, area yang benar-benar terlihat jelas hanya sampai 60o ke arah kanan dan ke arah kiri, selebihnya merupakan peripheral vision, dimana area tersebut masih dapat terlihat namun tidak jelas dan sulit dideteksi tanpa melakukan gerakan pada bola mata.
Gambar 1 Batas jarak pandang manusia Sumber: http://alumni.media.mit.edu/~faaborg/research/cornell /cg_fovealvision_site/site/background.htm
Persepsi visual bekerja bukan dengan cara statis, atau dengan fokus melihat suatu objek dengan berusaha mengumpulkan informasi selengkap lengkapnya. Namun proses pengolahan persepsi visual merupakan proses yang dinamis, dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar, terkait dengan cara kerja otot mata yang berkontraksi dan terkadang berelaksasi, dan kerja otot tersebut berpengaruh pada bola mata itu sendiri dimana bola mata akan, baik secara sadar atau tidak sadar, bergerak mengarah dari satu arah ke arah yang lain, dari satu objek ke objek yang lain, hingga dari satu fokus ke fokus yang lain.
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
6
Distorted Reality pada Psychedelics Berdasarkan penjabaran yang dilakukan oleh Terrence McKenna (1983) dalam kuliah serta bukunya yang berjudul True Hallucinations & the Archaic Revival menggambarkan pengalaman dan apa yang terjadi ketika dalam pengaruh obat-obatan psychedelic, dengan penulis yang tidak ingin disebutkan namanya, pernah menjabarkan bahwa terdapat beberapa jenis distorsi, terutama distorsi visual, yang disebabkan oleh obat-obatan seperti LSD, psychedelic mushroom, dan halusinogen lainnya. Menurut Terrence McKenna (1983) dalam situs http://deoxy.org/t_thc.htm, halusinasi tersebut mempengaruhi kerja otak dan menyebabkan kelima indera manusia salah mengintrepretasikan kenyataan walaupun kebanyakan distorsi terjadi pada ruang visual. Psychedelic Peter Stafford, dalam bukunya yang berjudul Psychedelics Encyclopedia, menjelaskan bahwa kata psychedelic pertama kali ditemukan oleh Humphry Osmond, seorang ahli psikologi, pada tahun 1957 sebagai sebutan untuk pengalaman visual dan perasaan seseorang yang sedang dalam pengaruh LSD. Mengacu pada buku Psychedelic Encyclopedia oleh Peter Stafford, terdapat penjelasan mengenai gejala umum dari pengaruh obat-obatan. Ketika dalam keadaan dibawah pengaruh obat-obatan pada sebagian orang akan menunjukkan emosi yang meluap luap. Selain itu, perubahan juga akan terjadi pada ruang visual pengguna obat-obatan, biasanya ditandai dengan distorsidistorsi ruang yang terasa, distorsi yang tidak mungkin terjadi pada dunia nyata, namun hal tersebut terasa akibat pengaruh obat. Psychedelic Movement Seperti yang telah dipaparkan dalam buku The Sixties: Years Of Hope, Days Of Rage, oleh Todd Gitlin, diawali pada akhir perang dunia kedua, tahun 1945, dimana perang yang membawa pengaruh terhadap perekonomian Amerika Serikat tersebut, ternyata juga berdampak lain, yaitu ledakan jumlah angka kelahiran. Fenomena yang disebut the baby boom tersebut menyebabkan lahirnya
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
7
sekitar 76 juta bayi lahir antara tahun 1945 hingga 1957. Pada sekitar tahun 1960an bayi-bayi tersebut beranjak remaja. Pemikiran kritis dari remaja-remaja tersebut mempertanyakan mengenai isu isu yang terjadi di Amerika, hingga pada akhirnya tercipta beberapa pergerakan, seperti pergerakan feminisme dan kulit hitam, dengan tujuan menciptakan lingkungan dan negara tanpa diskriminasi (Gitlin, 1987). Pemakaian obat-obatan menjadi salah satu isu yang diperhatikan para remaja tersebut dan menjadi pemicu munculnya psychedelic movement, pemikiran pemuda pemudi Amerika yang sedang dalam masa kritis, ditambah dengan banyaknya masalah dan isu yang dihadapi negaranya, membuat remaja remaja Amerika bergerak secara kritis, mencoba membuat perubahan, mencoba hal-hal baru, hal-hal yang dirasa belum pernah dilakukan sebelumnya. Dari sini muncullah para hippies atau yang menyebut diri mereka sendiri anti-mainstream.
Psychedelic art “Even where we find it hard to recall, we know when we realize.” Sir Ernst Hans Josef Gombrich (2002), sejarawan seni, dalam bukunya, The Image And The Eye. Psychedelic art merupakan hasil dari manifestasi, sebuah usaha yang dilakukan para seniman untuk memunculkan kembali ambience, suasana, perasaan, hingga pengalaman visual yang dialami berdasarkan pengalaman dibawah pengaruh obat-obatan halusinogen. E.H. Gombrich (2002) dalam bukunya yang berjudul The Image And The Eye: Further studies in the psychology of pictorial representation, menjelaskan bahwa seni merupakan sebuah usaha untuk mengingat, dan mengenali sesuatu (recall and recognition of something). Ketika seorang seniman berkarya, ia akan membutuhkan kemampuan berpikir, mengenai apa yang harus ia buat, apa yang harus ia representasikan, hingga bagaimana ia akan merepresentasikannya. Pada awalnya, psychedelic art tidaklah menggambarkan ambience ruang visual secara gamblang, namun merupakan gambaran representasi sebuah suasana
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
8
psychedelic yang sering diaplikasikan pada poster konser musik dan album artwork pada tahun 1960 hingga 1970an. Pengalaman psychedelic yang dialami para pemakai obat-obatan pada tahun 1960 hingga 1970an mulai memberikan pengaruh besar terhadap kegiatan yang sedang digandrungi oleh para remaja dimasa itu, seperti musik dan seni lainnya. Pengalaman unik tersebut mulai dicoba diimplementasikan pada musik, apa yang mereka alami dan mereka rasakan ketika dibawah pengaruh obat, dicoba diaplikasikan dalam susunan nada dan musik untuk menciptakan suasana dan perasaan yang sama dengan apa yang mereka rasakan. Musisi musisi psychedelic seperti Jimi Hendrix, The Who, dan Janis Joplin mencoba mengaplikasikan pengalaman psychedelic bukan hanya dari musik mereka, namun psychedelic ambience tersebut juga ditampilkan dalam poster musik dan poster konsernya. Elemen-elemen psychedelic, seperti pemilihan warna kontras yang tidak sesuai dengan warna yang sebenarnya, bentuk lengkung dan berdistorsi, serta komposisi simetrik dan radial, terkadang dengan elemenelemen yang mirip dengan art nouveau, mendominasi poster poster musik pada masanya.
Gambar 2 Avalon Festival Poster Karya Victor Moscoso, Sumber: http://theredlist.fr/wiki-2-343-917-997-view-poster-art-profile-moscoso-victor.html
Dogra (2011), dalam artikelnya menyebutkan bahwa LSD serta obatobatan lainnya, dianggap sebagai pemberi inspirasi artistik bagi para seniman, dimana dari situ mereka bisa mendapatkan pengalaman baru dan dianggap bisa mengeluarkan apa yang tersembunyi dibalik kesadaran para seniman dengan cara
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
9
yang unik. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, para seniman menghasilkan karya yang dipicu oleh alam bawah sadar mereka, tanpa memikirkan norma, batas, dan aturan-aturan seni yang ada pada masa itu. Terlepas dari pengkategorian seni, para seniman mencoba merealisasikan secara gamblang pengalaman pengalaman unik dan manifestasi dari pikiran bawah sadar mereka. Karya-karya yang identik dengan warna dan komposisi yang serba berdistorsi bermunculan, karya-karya yang pada dasarnya lebih kebanyakan mengacu ke arah Surealis, namun dari karya-karya tersebut terkadang dapat terasa ekspresi dan emosi dari pembuat karya, terkadang penikmat karya psychedelic pun bisa ikut merasakan pengalaman unik yang dihasilkan oleh obat-obatan tersebut.
Gambar 3 Land of Psychedelic Illuminations Karya Brian Exton Sumber: http://www.zazzle.com/land_of_psychedelic_illuminations_poster-228671091967325074
Negative Aesthetic Pada Psychedelic art “We have seen that the word „aesthetic‟ is no longer synonymous with „beauty‟ and has applications far wider than to art alone. We have noted that the etymology of „aesthetic‟ identifies sense perception as central to its meaning, and we have emphasized that core meaning. And we have gone so far as to call aesthetics the theory of sensibility.” Arnold Berleant (2010), ahli filsafat dan pengarang buku Sensibility and Sense. Arnold Berleant dalam bukunya yang berjudul Sensibility and Sense berpendapat bahwa kini, kata estetika tidak selalu berhubungan dengan nilai-nilai keindahan, masih ada nilai-nilai lain yang bisa membuat sesuatu disebut estetis,
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
10
begitu pula sebaliknya, apa yang disebut indah, belum tentu dianggap berupa sesuatu yang estetis. Hal tersebut disebabkan karena menurunnya nilai-nilai yang terkandung dalam seni rupa dan mulai melebur dengan nilai-nilai dari luar, membuat sebuah karya seni tersebut tidak lagi bisa disebut indah namun memiliki nilai estetis dari segi lain. Dengan perkembangan nilai estetika tersebut yang merambah pada kehidupan dan persepsi manusia yang telah memiliki persepsi mengenai sesuatu yang positif dan negatif, muncullah sebuah istilah the negative aesthetic. Apa yang membuat sesuatu dapat dikatakan memiliki nilai estetika negatif? Ketika karakter negatif dalam hal tersebut lebih dominan daripada karakter positifnya, namun tetap ada yang menganggapnya menyenangkan dan dapat memuaskan hasratnya, hal itulah yang dapat disebut sebagai negative aesthetic. Hal tersebut terjadi pada psychedelic art, dimana ketika mengacu pada perkembangannya, banyak hal-hal yang dianggap bukan sesuatu yang baik, seperti perkembangan kehidupan sosial hippies dengan obat-obatan terlarang, namun juga dari situ berkembang sebuah aliran seni rupa baru yang mengacu pada pengalaman yang dirasakan dibawah pengaruh obat-obatan tersebut. Baik perkembangannya hingga bentuk karyanya, psychedelic art terkadang dianggap sebagai sesuatu tanpa nilai keindahan dan kenyamanan. Efek distorsi visual, warna mencolok, dan elemenelemen yang terkadang memusingkan optik manusia menyebabkan persepsi orang-orang menganggap psychedelic art merupakan sebuah seni yang negatif. Namun kumpulan hippies dan berkembangnya psychedelic art hingga kini merupakan bukti nyata bahwa ada yang menganggap psychedelic art memiliki arti tersendiri dan tetap mempertahankannya. Orang-orang menikmati sebuah karya seni kini bukan lagi karena keindahannya, begitu pula psychedelic art yang dianggap menarik bukan dari sisi keindahan dan harmonisasinya, namun terdapat pengalaman visual baru disana, dimana distorsi visual membuat penikmat psychedelic art merasakan pengalaman yang berbeda, tiap gambar memiliki ambience ruang yang berbeda, dan hal-hal tersebutlah yang menjadinilai lebih dan nilai estetis sendiri dalam psychedelic art.
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
11
Metode Penelitian
Pada studi kasus ini akan mencoba membandingkan perbedaan yang diakibatkan oleh psychedelic art dan non-psychedelic art terhadap pengalaman dan persepsi visual orang-orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Gambar yang akan dipergunakan merupakan hasil manipulasi digital berdasarkan beberapa objek gambar pemandangan dari http://www.goodfon.com/ Gambar pertama ini merupakan bentuk pemandangan realistik yang dirasa lebih familiar dengan orang-orang awam dibandingkan dengan gambar psychedelic art. Gambar merupakan hasil penyusunan dan penggabungan dari beberapa gambar yang disusun sedemikian rupa hingga menghasilkan gambar pemandangan alam.
Gambar 4 Hasil manipulasi digital menjadi sebuah gambar pemandangan Sumber: Ilustrasi pribadi
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
Sementara gambar kedua, merupakan manipulasi lanjutan dari gambar pertama, dimana beberapa gambar pemandangan alam tersebut dicoba didistorsikan, seperti area rumput dan pohon. Gambar tersebut, selain didistorsikan secara bentuk, juga diberikan manipulasi distorsi pada warna dengan menggeser spektrum warnanya. Untuk menambah kesan psychedelic dan distorsi dari manipulasi gambar tersebut, ditambahkan bentuk-bentuk fractal pada gambar sehingga kesan radial dan simetrikal semakin jelas terlihat.
Gambar 5 Manipulasi lanjutan yang dilakukan pada gambar manipulasi pemandangan alam Sumber: Ilustrasi pribadi
Kedua gambar yang telah dibuat, dicetak dalam ukuran 3x2 meter, dimana tiap gambar disusun membentuk sebuah ruang berbentuk U, sehingga akan terdapat dua buah ruang berbentuk U dengan gambar pemandangan alam pada satu ruang dan gambar psychedelic art pada ruang lainnya. Responden akan memposisikan dirinya pada tengah ruangan dan melakukan aktivitas yang berbeda-beda ataupun tidak melakukan apa-apa dan sekedar merasakan ruang visualnya, responden akan merasakan kedua ruang tersebut secara berurutan hingga dapat diketahui perbedaan ruang visual yang disebabkan oleh kedua ruang tersebut, seperti pada gambar.
12 Universitas Indonesia
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
Hasil Penelitian
Gambar 6 Ruang pertama (kiri) dan ruang kedua (kanan) Sumber: ilustrasi pribadi
Responden yang berjumlah 20 orang dengan berbagai latar belakang merasakan pengalaman ruang dari kedua ruang yang telah dibuat secara bergantian, sembari melakukan kegiatan yang berbeda-beda, dari makan, merokok, minum, hingga tidak melakukan apa-apa dan hanya fokus melakukan pengamatan terhadap ruang visual.
13 Universitas Indonesia
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
Gambar 7 Diagram Hasil Wawancara Dengan Responden Sumber: ilustrasi pribadi
Berdasarkan uji coba yang telah dijelaskan diatas, dilakukan proses tanya jawab terhadap responden mengenai hal-hal dan pengalaman apa yang mereka rasakan dalam ruang tersebut dan apa pengaruh dari visual tersebut terhadap perasaan
responden,
seperti:
apakah
responden
merasa
ruang
tersebut
menenangkan, atraktif, atau mengintimidasi diri mereka, dan mengajak responden untuk bercerita mengenai apa saja yang mereka rasakan. Dari hasil wawancara tersebut, dapat dihasilkan diagram diagram mengenai jawaban para responden.
14 Universitas Indonesia
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
Selain menanyakan mengenai apa yang dirasakan, diperhatikan juga apa yang dilakukan responden selama uji coba berlangsung, apakah responden hanya diam, atau ada hal lain yang diperhatikan oleh responden.
Gambar 8 Diagram Hasil Wawancara Lanjutan dengan Responden Sumber: ilustrasi pribadi
15 Universitas Indonesia
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
Pembahasan
Halusinogen sebagai landasan utama dalam perkembangan psychedelic art tentunya memberi pengaruh besar terhadap keterbentukan elemen-elemen yang terlihat pada psychedelic art. Distorsi yang tercipta akibat halusinogen bisa terkaitkan dengan unsur-unsur dasar seni rupa. Diketahui bahwa elemen distorsi, seperti warna dengan kontras tinggi, bentuk repetitif, radial, simetrikal, serta raut yang penuh fantasi, berperan besar dalam
pembangunan unsur-unsur utama
dalam psychedelic art, hingga psychedelic art memiliki kesan berdistorsi dan berhasil merepresentasikan pengalaman ruang visual yang terjadi dibawah pengaruh halusinogen. Dalam percobaan ruang visual terhadap 20 orang responden yang telah terjabarkan dalam bab sebelumnya, psychedelic art memberi pengaruh yang berbeda, dibandingkan ruang visual dengan gambar pemandangan realistik. Reaksi dari para responden, dikaitkan dengan teori Robert L. Solso, menunjukkan bahwa psychedelic art nampak mendistraksi proses pengolahan persepsi dan mengganggu cara kerja mata yang biasanya hingga penerimaan informasi visual yang dilakukan mata akan menjadi acak. Hal tersebut mempengaruhi informasi akhir yang terbentuk, dimana pada psychedelic art akan terbentuk sebuah ambience yang terasa mengganggu hingga menekan responden. Distraksi cara kerja mata membuat elemen psychedelic art yang dilihat seolah bergerak secara radial, warna lebih mencolok, dan tekstur pada gambar terasa lebih menonjol, layaknya distorted reality yang muncul dibawah pengaruh halusinogen. Psychedelic art juga dapat memunculkan pengalaman ruang tersendiri hanya berdasarkan informasi dua dimensi yang ditangkap mata, sesuai dengan teori Yi Fu Tuan (1977) mengenai pengalaman yang dirasakan tidak secara langsung. Pengalaman ruang visual yang ditimbulkan oleh psychedelic art, meskipun dari segi kualitas masih dibawah dari apa yang disebabkan halusinogen, tetapi masih terdapat karakteristik yang serupa, seperti rasa pusing dan mual karena gambar yang terkadang terasa bergerak, hingga mata yang tak mampu
16 Universitas Indonesia
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
fokus. Ruang visual bertemakan psychedelic art tersebut berhasil menciptakan sebuah ambience dari besarnya ukuran gambar yang memenuhi ruang visual responden. Sesuai teori mengenai persepsi visual oleh Robert L. Solso (1999), area gambar psychedelic art yang terlihat pada peripheral vision turut berfungsi sebagai pembentuk ambience sehingga pengalaman yang dialami penghuni ruang menjadi lebih maksimal. Dari segi estetika, psychedelic art sebagai lingkup dari seni, tidak dapat terpisahkan dari selera masing-masing individu. Mayoritas orang bisa saja tidak menyenangi komposisi dari psychedelic art tersebut, melihat warna dan elemen yang digunakan sangatlah mengganggu ruang visual. Namun, menurut sebagian orang ruang visual asing seperti itulah yang dibutuhkan dalam kondisi tertentu, berdasarkan teori negative aesthetic oleh Arnold Berleant, terkadang terdapat nilai estetika tersendiri dari objek yang berkesan negatif untuk sebagian orang.
Kesimpulan
Psychedelic art berkembang dari sebuah efek distorsi yang ditimbulkan oleh obat-obatan halusinogen, menjadi sebuah karya eksperimental yang dipopulerkan melalui generasi hippies dan kegiatannya dalam dunia musik juga sosial. Berawal dari poster-poster dengan garis dan elemen distorsi hingga karya seni rupa yang berusaha lebih merepresentasikan distorsi visual yang dirasakan ketika berada dibawah pengaruh obat-obatan, seiring dengan berkembangnya teknologi yang mempermudah pembuatan karya karya, terutama elemen-elemen fractal yang kini menjadi salah satu elemen penting dalam psychedelic art. Dari sesuatu yang dianggap negatif oleh orang-orang awam dalam perkembangannya, kini telah diapresiasi lebih oleh para pengamat seni rupa. Pada akhirnya diketahui bahwa psychedelic art berhasil menciptakan sebuah suasana yang memberikan pengalaman unik bagi penghuni ruang, dimana penghuni ruang mengalami sebuah perasaan yang tidak nyaman pada satu sisi,
17 Universitas Indonesia
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
namun terdapat suatu nilai yang dapat memberi kepuasan terhadap hasrat manusia akan mengalami ruang yang asing dan atraktif. Tidak dapat dipungkiri, ruang visual, yang hanya berbentuk informasi visual dua dimensi, dapat berpengaruh cukup besar terhadap pengalaman ruang yang dirasakan oleh manusia
Daftar Referensi
Buku Berleant, Arnold. 2010 . Sensibility and Sense: The Aesthetic Transformation of the Human World. UK: Imprint Academic Bowler, Anne. 1997. Asylum Art: The Social Construction of an Aesthetic Category. Dalam Zolberg, Vera, & Cherbo, Joni (Ed.). Outsider Art: Contesting Boundaries in Contemporary Culture (hal.11-36). United Kingdom: Cambridge University Press Freud, Sigmund. 1986. Sekelumit Sejarah Psikoanalisa. Jakarta: PT Gramedia Gitlin, Todd. 1987. The Sixties: Years of Hope, Days of Rage. New York: Bantam Book Gombrich, E.A. 2002. The Image And The Eye: Further studies in the psychology of pictorial representation. New York: Phaidon Press Inc. Solso, Robert L. 1999. Cognition and Visual Arts. USA: MIT Press Stone, Skip. 2008. Hippies: From A to Z. New Mexico: Hip. Inc. Turner, D.M. 1994. The Essential Psychedelic Guide. San Francisco: Phanter Press Yi Fu Tuan. 1977. Space and Place. USA: University of Minnesota Press
18 Universitas Indonesia
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013
Laporan Penelitian Riani, Feby. 2003. LOVE, PEACE, AND FREEDOM: Perkembangan dan Pengaruh Hippies Terhadap Kehidupan Sosial Budaya di Amerika Serikat 1965-1970-an. Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UI Yusuf, Boyke Achmad. 2000. Pengaruh Psikedelik Dalam Perkembangan Musik Populer Di Amerika, Inggris, Dan Indonesia Tahun 1950-an Hingga 1970-an. Skripsi Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UI Artikel dari Internet Clowney, David. 2009. Plato. 24 Juni 2013, 20:32. http://www.rowan.edu/open/philosop/clowney/aesthetics/ DeGracia, Donald J. 1993. A Short Guide About Hallucinogenic Drugs For the Explorers of Inner Space. 14 Maret 2013, 10:17. http://deoxy.org/hs_cehn.htm Dogra, Aastha. 2011. Psychedelic art. 11 April 2013, 09:12. http://www.buzzle.com/articles/psychedelic-art.html Lad, Kashmira. 2011. 60s Psychedelic art. 11 April 2013, 08:29. http://www.buzzle.com/articles/60s-psychedelic-art.html McKenna, Terence. 1983. Tryptamine Halusinogen and Conciousness. 23 Mei 2013. 08.11. http://deoxy.org/t_thc.htm Nair, Tulika. 2011. Psychedelic art Movement. 11 April 2013, 09:18. http://www.buzzle.com/articles/psychedelic-art-movement.html
19 Universitas Indonesia
Pengalaman ruang..., Febrian Anugrah Wicaksono, FT UI, 2013